Ditemukan Makam Elit Pangeran Abad Ke- 5 SM 9 Mar 2015 Dan baru-baru ini tim arkeolog Perancis telah menemukan bukti baru dari zaman besi awal. Sejak Oktober 2014 arkeolog telag menggali makam elit pangeran yang terkubur dalam sebuah kompleks pemakaman monumental luar biasa, sebuah tempat di pinggir Lavau wilayah Champagne. Kuburan kremasi dan gundukan melingkar dipisahkan oleh parit ditetapkan pada akhir Zaman Perunggu sekitar tahun 1300800 SM. Penggalian makam elit Lavau menambah pengetahuan arkeologis tentang fenomena pangeran dari awal Zaman Besi di Eropa Barat. Dalam penggalian itu, bukti arkeologis berada di tengahtengah gundukan berukruan diamater 40 meter. Mereka menemukan fosil yang terbaring bersama keretanya di ruang pemakaman seluas 14 m2. Temuan makam elit ini merupakan salah satu yang terbesar yang pernah diidentifikasi oleh arkeolog, diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-5 SM atau dikenal sebagai periode Hallstatt. Makam Elit Pangeran Abad Ke-5 SM Di makam itu terisi barang penguburan yang biasanya diterapkan pada kaum elit tertinggi periode Hallstatt. Penggalian makam elit ini juga menemukan kuali perunggu diameter sekitar 1 meter, bentuknya melingkar yang dihiasi dengan kepala dewa sungai Yunani, Acheloos yang diwakili ukiran bertanduk, berjenggot, dengan telinga banteng dan tiga kumis, dan bagian tepi juga dihiasi dengan delapan kepala singa betina. Penerus kerajaan selama awal Zaman Besi diperkirakan seorang prajurit dan pedang besi dan seorang wanita mengenakan gelang perunggu dalam padat. Sekitar tahun 500 SM, parit sedalam hampir tiga meter bersatu menjadi makam elit kuno tunggal seorang pangeran. Karya seni dianggap Etruscan atau berasal dari Yunani, didalam kuali terdapat kendi keramik Attic yang dihiasi dengan tokoh-tokoh berwarna hitam. Salah satunya Dionysus yang digambarkan dalam sebuah adegan perjamuan khas Yunani, berbaring di bawah pohon anggur dan menghadap pada seorang wanita. Kendi ini dianggap berasal dari wilayah paling utara, dan mencerminkan kecintaan kaum elit Celtic dalam sebuah pesta. Akhir abad ke-6 dan awal abad ke-5 SM telah ditandai dengan pengembangan kegiatan ekonomi di kota Etruscan dan Yunani Barat, khususnya Marseilles. Pada waktu itu orangorang mencari budak, logam dan barang berharga lainnya termasuk amber, dimana pedagang Mediterania datang dan berhubungan langsung dengan masyarakat Celtic. Mereka berperan penting dalam hal komunikasi khususnya Loire, Seine, Saone, Rhine, Danube, dimana orang-orang mengambil keuntungan dari lalu lintas perdagangan. Kaum elit memperoleh banyak barang mewah yang saat ini ditemukan terkubur bersama pemiliknya di gundukan Heuneburg dan Hochdorf di Jerman, salah satuya makam elit ini dan yang terletak di Bourges, Vix. Referensi Decouverte en France d’une nouvelle tombe princiere du Ve siecle avant notre ere, 05 March 2015, by INRAP Reruntuhan Kuil Kuno Trypillian Ukraina Berusia 6000 Tahun 23 Okt 2014 Penggalian arkeologi menemukan jejak sejarah orang-orang Trypillian yang hidup sekitar tahun 5400-2700 SM. Daerah ini membentang luas dari Piedmont Carpathian sebelah timur sampai Sungai Dnipro, dan selatan sampai tepi laut Hitam. Tim arkeolog yang dipimpin Dr Mykhailo Videiko dari Kyiv Institute of Archaeology telah menemukan reruntuhan sebuah kuil kuno berusia 6000 tahun disebuah desa Trypillian, berdekatan dengan Nebelivka, Ukraina. Nama budaya Trypillian berasal dari desa Trypillia diwilayah Kyiv, Ukraina, artefak peradaban kuno yang ditemukan pertama kali ditemukan pada tahun 1896. Budaya ini ditandai adanya pertanian maju, pengembangan metalurgi, pembuatan gerabah, arsitektur canggih dan organisasi sosial, termasuk proto-kota pertama yang pernah berdiri didaratan Eropa. Hasil penemuan ini dipresentasikan secara rinci pada acara 20th Annual Meeting of the European Association of Archaeologists di Istanbul, Turki. Temuan Kuil Kuno Trypillian, Ukraina, Temuan yang berhasil dikumpulkan berupa panci besar dan mangkuk kecil, ditemukan didalam ruang kuil kuno bagian selatan. Masyarakat Trypillian termasuk matriarkal, perempuan biasanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, mereka melakukan pekerjaan pertanian dan membuat berbagai tembikar, tekstil dan pakaian. Sementara para pria terbiasa berburu, menjaga hewan ternak dan membuat peralatan lainnya. Dalam hal ini, arkeolog mengususlkan bahwa aspek penting dalam temuan budaya Trypillian adalah kehancuran pemukiman secara periodik. Masing-masing situs yang dihuni mungkin berkisar seumur hidup, 60 sampai 80 tahun. Beberapa pemukiman telah direkonstruksi diatas tingkat tingkat kehidupan sebelumnya, mereka melestarikan bentuk bangunan dan orientasi bangunan kuil kuno. Sementara itu, arkeolog menemukan sisa-sisa pembakaran pemukiman yang tujuannya masih di perdebatan kalangan ilmuwan. Reruntuhan pembakaran ditemukan pada salah satu bangunan kuil kuno Trypillian selama penggalian terakhir di Trypillian. Situs ini bisa diartikan sebagai sebuah kuil besar, mungkin telah dibangun sejak tahun 4000 SM. Menurut Dr Videiko dan Dr Nataliia Burdo dari Kyiv Institut Arkeologi, situs kuil kuno merupakan bangunan yang terdiri dari dua lantai, terbuat dari kayu dan tanah liat yang dikelilingi halaman. Lantai pertama terdiri dari lima kamar, dan altar keluarga terbuat dari tanah liat yang berada di lantai dasar. Para arkeolog berkeyakinan, bahwa mereka mempunyai semua bukti dan motif untuk menentukan kebenaran kuil utama yang pernah berdiri di desa. Pembangunan kuil ini memerlukan tenaga kerja yang sepadan dengan pembangunan beberapa lusin rumah biasa. Rancangan dan beberapa fitur struktur kuil kuno menjelaskan analogi kuil-kuil yang pernah didirikan pada milineium ke-5- hingga ke-4 SM, srtuktur yang dikenal sejak penggalian di Anatolia dan Mesopotamia. Panjang kuil diperkirakan sekitar 60 meter dan lebar 21 meter, keseluruhan orientasi hampir mengarah ke timur dan barat. Di dalam kuil, ditemukan sisa-sisa delapan platform tanah liat yang mungkin telah digunakan sebagai altar, dan dua tempat buah berisi batu di dalamnya. Altar terlihat seperti dicat permukaannya, dan dekorasi umumnya dikenal masyarakat Volodymyrivka, Maydanetske dan situs Trypillian lain diwilayah ini, begitupula model tembikar yang dibuat dirumah sebagai hasil kerajinan tangan. Bahan konstruksi kuil kuno berupa tanah liat dengan berbagai jenis pencampuran. Platform tanah liat dan podium dibuat menggunakan tanah liat campuran. Kondisi ini terlihat pada platform lantai dan sisa tanah liat selama periode pembangunan ketika struktur yang sudah ada. Bukti ini merujuk langsung pada pembangunan atap, memungkinkan dugaan bahwa semuanya tampak seperti pembuatan tembikar rumahan. Bentuk kerajinan yang mereka buat umumnya melengkung, mungkin pembuatannya terkesan terburu-buru. Selain itu, bukti dekorasi yang dibuat dengan tanah liat juga ditemukan di situs berupa fragmen patung-patung mirip manusia, tembikar, liontin emas dan tulang manusia ditemukan disekitar kuil kuno Trypillian Ukraina. Referensi 20th Annual Meeting of the European Association of Archaeologists in Istanbul, Turkey. Last Journal: The planning of the earliest European proto-towns: a new geophysical plan of the Trypillia megasite of Nebelivka, Kirovograd Domain, Ukraine. Antiquity Volume 088 Issue 339 March 2014. Large and small pot, Image credit to Nataliia Burdo, Mykhailo Videiko. Alat Batu Manusia Purba Tertua Di Turki Berusia 1,2 Juta Tahun 24 Des 2014 Temuan kali ini cukup menarik, arkeolog telah menemukan bukti alat batu tertua yang pernah ditemukan di Turki. Menurut arkeolog, temuan ini mengungkapkan bahwa manusia melewati pintu gerbang dari wilayah Asia menuju ke Eropa lebih awal dari dugaan sebelumnya sekitar 1,2 juta tahun yang lalu. Tim arkeolog mempublikasikan hasil penemuan alat batu manusia purba dalam jurnal Quaternary Science Reviews edisi akhir Desember 2014. Analisis ini menjelaskan serpihan kuarsit pekerjaan manusiawi, bukti peninggalan kuno sungai Gediz di Turki barat, dan memberikan wawasan baru sejak kapan dan bagaimana manusia purba tersebar dari Afrika dan Asia. Temuan Alat Batu Manusia Purba Turki Budaya dan masyarakat terdahulu masih bertahan menggunakan alat batu hingga saat ini, kebanyakan alat batu terhubung erat dengan masyarakat prasejarah terutama kebudayaan zaman batu yang telah musnah. Para arkeolog seringkali mempelajari masyarakat prasejarah dan mengacu kepada ilmu yang mempelajari alat batu sebagai analisis litik. Alat batu dipergunakan untuk membuat berbagai macam variasi alat yang berbeda dalam catatan parailmuwan sebelumnya. Termasuk diantaranya mata panah, mata tombak, dan batu penggiling. Bahan pembuatan alat batu manusia purba berupa batu inti atau kepingan batu, Sedangkan orang yang membuat alat batu disebut sebagai pemangkas batu. Alat batu terbuat dari kepingan batu, biasanya terbuat dari bahan Kriptokristalin seperti rijang, radiolarit, kalsedon, basalt, Qwartz, dan obsidian melalui proses yang disebut reduksi litik. Salah satu cara sederhana dalam proses reduksi adalah dengan memukul batu inti menggunakan batu palu atau benda yang mirip dengannya. Para peneliti dari Royal Holloway, University of London, juga bergabung dengan tim internasional dari Inggris, Turki dan Belanda. Mereka menggunakan peralatan presisi tinggi untuk menentukan tanggal awal aliran sungai kuno. Studi ini menjelaskan kerangka periode pertama yang akurat ketika manusia menduduki wilayah tersebut. Bukti awal penggunaan alat batu manusia purba diperkirakan sekitar 3,4 juta tahun yang lalu. Alat batu Oldowan berusia sekitar 2,6 juta tahun berasal dari periode Paleolitik Bawah yang ditemukan di Gona, Etiopia. Alat batu Oldowan menyebar ke seluruh Afrika walaupun arkeolog belum bisa memastikan Hominid mana yang menyebarkannya. Beberapa arkeolog berspekulasi bahwa Australopithecus Garhi telah menyebarkannya, yang lainnya berpendapat bahwa alat batu manusia purba disebarkan oleh Homo habilis. Homo habilis merupakan hominin yang menggunakan alat batu dengan teknologi Oldowan yang paling banyak di Afrika. Sekitar 1,9 hingga 1,8 juta tahun lalu, teknologi tersebut diwariskan kepada Homo erectus. Pembuatan alat batu ini kemudian keluar dari Afrika dan dibawa oleh Homo erectus hingga ke pulau Jawa pada tahun 1,8 juta tahun lalu dan Cina utara sekitar 1,6 juta tahun lalu. Menurut profesor Danielle Schreve dari Departemen Geografi Royal Holloway, penemuan ini sangat penting untuk membangun waktu dan rute penyebaran manusia purba ke wilayah Eropa. Analisis ini membuktikan bahwa serpihan tersebut merupakan salah satu artefak awal pertama dari Turki yang pernah tercatat. Alat batu manusia purba berada di dataran banjir dimana hominin awal pernah berkembang lebih dari satu juta tahun yang lalu. Para arkeolog menggunakan presisi tinggi radioisotopic dan pengukuran palaeomagnetic dari aliran lava. Keduanya menghasilkan data sebelum dan sesudah pembentukan aliran sungai, hal ini juga membuktikan bahwa manusia purba yang ada diwilayah itu berkembang antara 1,24 juta hingga 1,17 juta tahun yang lalu. Sebelumnya, fosil hominin tertua di Turki Barat ditemukan pada tahun 2007 di Kocabas, tetapi penanggalan alat batu dan temuan lain tidak pasti. Profesor Schreve mengatakan, serpihan itu sangat menarik, arkeolog telah mempelajari sedimen di tikungan berliku-liku dan mereka menemukan batu merah muda di permukaannya. Ketika Schreve membaliknya dan melihat lebih jelas, fitur ini sangat jelas menggambarkan artefak pemukul. Kerjasama dengan ahli geologi dan ahli sejarah, tim ini mampu menempatkan kronologi untuk menemukan sekaligus memberi cahaya baru perilaku manusia purba. Referensi Scientists discover oldest stone tool ever found in Turkey, 23 December 2015. by University of Royal Holloway London. Journal ref: The earliest securely-dated hominin artefact in Anatolia? Quaternary Science Reviews, 2015; 109: 68 DOI: 10.1016/j.quascirev.2014.11.021 Artefak Manusia Purba 1 Juta Tahun Ditemukan Di Afrika Selatan 27 Jul 2014 Akhir bulan ini, dunia dikejutkan dengan temuan arkeologi dari penggalian sebuah situs arkeologi di Kathu, provinsi Semenanjung Utara Afrika Selatan. Arkeolog telah menemukan puluhan ribu artefak manusia purba yang diduga berasal dari Zaman Batu, termasuk kapak tangan dan peralatan lainnya yang dibuat sekitar 1 juta tahun lalu. Penggalian ini dilakukan oleh para arkeolog dari University of Cape Town (UCT), South Africa and the University of Toronto (U of T), dan bekerja sama dengan McGregor Museum di Kimberley, Afrika Selatan. Mereka mempublikasikan temuan dalam jurnal terbuka PLoS One edisi 24 Juli 2014, merupakan salah satu artefak manusia purba awal terkaya periode prasejarah di Afrika Selatan, dan berumur 700,000 hingga 1 juta tahun. Temuan Artefak Manusia Purba Situs Kathu Steven James Walker seorang arkeloh UCT, sekaligus penulis utama makalah mengatakan bahwa artefak manusia purba yang ditemukan sangat menakjubkan dan dalam keadaan terancam. Arkeoloh telah bekerja sebaik mungkin agar pengembangannya diperluas lebih lanjut dan meminta South African Heritage Resources Agency untuk melestarikannya, dimana saat ini kota Kathu berkembang pesat di sekitar lokasi. Mereka berharap, situs ini tidak menjadi korban perluasan pembangunan kota yang nantinya bisa disesalkan kemudian hari. Kota Kathu merupakan pusat pertambangan besi, menurut Walker bahwa fakta situs prasejarah menjelaskan luas wilayah yang terletak di tengah-tengah zona pengembangan intensif akan menimbulkan tantangan unik dikalangan arkeolog dan pengembang untuk menemukan strategi bekerja sama. Situs Kathu merupakan salah satu komponen pengelompokan situs prasejarah yang dikenal sebagai Kompleks Kathu. Situs lain di kompleks ini termasuk Kathu Pan 1 juga menyimpan fosil hewan seperti kuda nil dan gajah purba, serta bukti fosil awal yang dikenal sebagai peralatan tombak berasal dari periode setengah juta tahun yang lalu. Ditahun 2013, penggalian wilayah kota Kathu berhasil mendapatkan puluhan ribu peralatan batu seperti serpih dan peralatan inti. Situs ini mungkin memiliki fungsi yang lebih beragam yang bisa membuka misteri perkembangan nenek moyang manusia. Michael Chazan, direktur Archaeology Centre di U of T menekankan, tantangan ilmiah yang ditimbulkan justru menemukan jejak aktivitas dan artefak manusia purba di daerah ini. Arkeolog yang tergabung dalam penggalian perlu membayangkan pemandangan di sekitar situs Kathu yang mendukung populasi besar adanya nenek moyang manusia. Demikian pula fosil gajah purba dan hewan besar lainnya seperti kuda nil, semua indikasi menunjukkan bahwa kota Kathu dahulu jauh basah, mungkin seperti wilayah Okavango daripada Kalahari. Arkeolog tidak meragukan keberadaan kompleks Kathu, situs ini menyajikan kesempatan unik untuk menyelidiki evolusi nenek moyang manusia purba di Afrika Selatan. Referensi Earlier Stone Age artifacts found in Northern Cape of South Africa, 24 July 2014, by University of Toronto. Journal Ref: Kathu Townlands: A High Density Earlier Stone Age Locality in the Interior of South Africa, PLoS ONE, July 24, 2014. Migrasi Manusia Keluar Afrika Disebabkan Perubahan Iklim 4 Mar 2015 Sejak kapan migrasi manusia keluar dari Afrika? Perdebatan seputar migrasi populasi manusia keluar dari Afrika terus berlanjut, sepertinya tak akan berakhir sampai disini. Dua hipotesis dominan mengenai kontra waktu terjadinya migrasi, dan bagaimana peran Arab serta perubahan iklim mempengaruhi migrasi ini? Studi ini ditulis Ash Parton, disebutkan bahwa penyebaran populasi manusia purba dari Afrika terkait dengan perubahan iklim dan kondisi lingkungan Arab. Meskipun saat ini kering, gurun Arab diduga pernah berubah menjadi danau air tawar dan sistem sungai masih aktif pada waktu itu. Situasi ini meningkat secara dramatis dimana curah hujan merupakan hasil intensifikasi dan perpindahan Monsoon dari Samudera Hindia, yang menyebabkan curah hujan mencapai beberapa wilayah di Semenanjung Arab. Migrasi Manusia Keluar Afrika Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa populasi manusia berkembang pesat dari Afrika ke Asia Selatan melalui garis pantai Saudi sekitar 50,000 hingga 60,000 tahun yang lalu. Model lain menunjukkan bahwa penyebaran manusia atau migrasi manusia keluar dari Afrika hingga ke pedalaman Arab jauh lebih awal sekitar 75,000 hingga 130,000 tahun yang lalu. Migrasi manusia keluar dari Afrika terbagi dalam beberapa fase, ketika peningkatan curah hujan ikut berperan dalam menyediakan air tawar yang cukup untuk mendukung perkembangan populasi manusia. Analisis ini menyajikan catatan 'Aggradation Aluvial Fan' yang unik dari Arabia tenggara mencakup periode sekitar 160,000 tahun. Wilayahnya diduga terletak disepanjang penyebaran rute selatan, urutan aluvial fan Al Sibetah mengisyaratkan catatan yang unik dan sensitif tentang perubahan lanskap di Arabia tenggara. Catatan ini merupakan arsip terestrial paling komprehensif yang diperoleh dari Semenanjung Arab, dan memberi bukti untuk beberapa episode iklim lembab selama dua periode glasial dan interglasial. Bukti urutan aluvial fan Al Sibetah ditunjukkan melalui isolasi maxima, dimana peningkatan curah hujan monsun menyebabkan aktivasi sistem drainase dan berkembangnya padang rumput diseluruh wilayah, hal ini penting bagi penyebaran populasi manusia purba. Sebelumnya, periode peningkatan kelembaban disebagian besar wilayah terkait dengan interglasial global, iklim Saudi selama periode glasial diyakini terlalu kering untuk mendukung populasi manusia. Ilmuwan beranggapan bahwa periode peningkatan curah hujan bukan disebabkan oleh deglasiasi Lintang Pertengahan Tinggi yang terjadi setiap 100,000 tahun, tetapi disebabkan periode radiasi matahari maksimum terjadi setiap 23,000 tahun. Terjadinya periode iklim lembab sebelumnya diidentifikasi melalui bukti endapan danau atau catatan Speleothem yang menyoroti kompleksitas dan heterogenitas Paleoklimatik Arab. Hal ini menunjukkan bahwa jalur interior migrasi melalui Semenanjung Arab mungkin layak huni setiap 23,000 tahun, dan ini juga pernah terjadi sekitar 191,000 tahun yang lalu. Referensi Out of Africa: Did humans migrate quickly and all-at-once or in phases based on weather?, 19 February 2015, by Geological Society of America. Journal Ref: Alluvial fan records from southeast Arabia reveal multiple windows for human dispersal. Geology, 2015; DOI: 10.1130/G36401.1 Ditemukan ‘Gen Asing’ Pada Manusia Dan Hewan 16 Mar 2015 Analisa ilmuwan kali ini cukup mengejutkan, mereka menyatakan beberapa hewan bahkan termasuk manusia, memiliki gen aneh atau gen 'asing'. Gen ini diduga terdapat dan berkembang pada mikroorganisme yang pernah hidup dilingkungan zaman kuno. Menurut ilmuwan bahwa analisis ini mungkin jauh dari pandangan sebenarnya tentang HGT pada hewan, dan HGT langsung antara organisme multisel yang kompleks juga masuk akal, proses ini sudah dikenal umum dalam hubungan parasit. Studi ini cukup menjelaskan, dimana ilmuwan mempublikasikan analisis dalam jurnal Genome Biology. Analisa ini menantang pandangan konvensional bahwa evolusi hewan hanya mengandalkan gen yang diwariskan melalui jalur leluhur. Tetapi disini justru menunjukkan, bahwa setidaknya proses tersebut masih berlangsung dalam beberapa garis keturunan. Studi HGT, Temuan Puluhan Gen Asing Penelitian ini memiliki dampak potensial lebih umum terhadap Genom Sequencing, proyek genom sering mengeluarkan urutan bakteri dari hasil asumsi yang menyatakan adanya kontaminasi. Sementara analisis kontaminasi sangat diperlukan, tidak boleh mengabaikan potensi urutan bakteri menjadi bagian asli pada genom hewan berasal dari HGT. Menurut analisa, transfer gen antara organisme yang hidup di lingkungan yang sama dikenal sebagai transfer gen horizontal atau HGT (Horizontal Gene Transfer). Situasi ini dikenal dalam organisme bersel tunggal dan dianggap sebagai proses penting yang menjelaskan seberapa cepat bakteri berkembang, contohnya resistensi terhadap antibiotik. Dalam hal ini, ilmuwan berpendapat bahwa HGT diduga berperan penting dalam evolusi beberapa hewan, termasuk cacing Nematoda yang telah menerima gen dari mikroorganisme dan tanaman. Begitupula beberapa kumbang yang menerima gen bakteri yang menghasilkan enzim untuk mencerna buah kopi. Tetapi gagasan HGT terjadi pada hewan dan yang lebih kompleks seperti pada manusia, bukan semata-mata mendapatkan gen langsung dari nenek moyang dimana sebelumnya hal ini telah diperdebatkan kalangan ilmuwan. Menurut Alastair Crisp dari University of Cambridge-Inggris, analisa ini merupakan studi pertama yang menunjukkan seberapa luas transfer gen horizontal terjadi pada hewan, termasuk manusia. Sehingga situasi ini telah menimbulkan puluhan atau ratusan gen 'asing' yang masih aktif. Tetapi yang paling aneh, HGT telah memberikan kontribusi terhadap evolusi, bahkan mungkin saja terjadi pada semua hewan dimana proses ini terus berlangsung. Dengan kata lain, ilmuwan mungkin perlu mengevaluasi kembali bagaimana pandangan baru pengetahuan genetik dan yang mempengaruhi evolusi. Ilmuwan mempelajari genom yang diperoleh dari 12 spesies Drosophila atau lalat buah, empat spesies cacing Nematoda dan 10 spesies primata termasuk manusia. Mereka menghitung seberapa jauh gen sejalan dengan gen yang sama (pada spesies lain) untuk memperkirakan seberapa besar kemungkinan mereka berubah menjadi gen 'asing' di awal perkembangan. Dengan membandingkan dengan kelompok lain pada spesies, ilmuwan memperkirakan berapa lama gen yang mungkin telah diperoleh. Beberapa gen diantaranya termasuk gen golongan darah ABO, dikonfirmasi telah diakuisisi oleh vertebrata melalui HGT. Sebagian besar gen lain berkaitan dengan enzim yang terlibat dalam metabolisme. Bukti pada manusia mengkonfirmasi 17 gen yang sebelumnya tercatat berasal dari HGT, dan mengidentifikasi 128 gen asing tambahan dalam genom manusia yang sebelumnya tidak tercatat. Beberapa gen diduga terlibat dalam metabolisme lipid, termasuk pemecah asam lemak dan pembentukan Glikolipid. Yang lainnya terkait dengan respon imun termasuk respon inflamasi, sel kekebalan tubuh dan Antimikroba. Sedangkan kategori gen lebih lanjut termasuk metabolisme asam amino, protein dan modifikasi aktivitas antioksidan. Tim ilmuwan mengidentifikasi kelas kemungkinan asal mula transfer organisme gen. Diantaranya bakteri dan protista, kelas lain mikroorganisme yang merupakan pendonor paling umum disemua spesies yang telah dipelajari. Mereka juga mengidentifikasi HGT pada virus yang diduga telah menyebarkan lebih dari 50 gen asing pada primata. Beberapa gen diidentifikasi berasal dari jamur, dugaan ini menjelaskan penelitian sebelumnya yang hanya terfokus pada bakteri sebagai sumber HGT. Dimana awalnya ilmuwan menolak gagasan bahwa gen ini adalah 'asing'. Mayoritas HGT ditemukan pada primata kuno, hal ini terkadang terjadi antara nenek moyang Chordata dan nenek moyang primata. Referensi Some genes 'foreign' in origin and not from our ancestors, 12 March 2015, by BioMed Central via EurekAlert. T7 RNA polymerase (blue) producing a mRNA (green) from a DNA template, image courtesy of Wikimedia Commons. Journal Ref: Expression of multiple horizontally acquired genes is a hallmark of both vertebrate and invertebrate genomes. Genome Biology, 2015; 16 (1) DOI: 10.1186/s13059015-0607-3