Tugas Genetika - Identifikasi Variasi Fenotip dan Genotip pada Ternak Oleh: Fenotip dan Genotip Istilah genotip dan fenotip muncul untuk memahami interaksi gen dan lingkungan terhadap organisme. Suatu organisme dikatakan mirip atau menyerupai induknya karena ada beberapa persamaan atau ciri – ciri yang dapat dilihat. Dalam hal ini ciri – ciri tadi diwariskan (Sofro, 1994). Genotip dari individu bergantung pada gen yang dibawanya atau pada unsur pokok genetik individu tersebut. Fenotip adalah penampakan fisik atau lambang gen pada individu (Sloane, 1995). Fenotipe adalah suatu karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis. Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis sebagai: P = G + E + GE, dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan bersama-sama yang berbeda dari pengaruh G dan E sendiri-sendiri. Genotipe (harafiah berarti “tipe gen”) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot. Genotip adalah sifat yang tidak tampak dari luar. Setiap sifat dikendalikan oleh sepasang gen. Oleh karena itu genotip disimbolkan dengan sepasang huruf. Misalnya KK, Kk, atau kk. Genotip yang tersusun atas pasangan sifat yang sama, dominan saja (KK) atau resesif saja (kk) disebut homozigot. Genotip yang terdiri atas pasangan gen yang tidak sama, yaitu gen dominan dan gen resesif disebut heterozigot, misalnya Kk (Judarwanto, 2013). Tabel 1. Identifikasi variasi fenotip dan genotip pada ayam Nama Ternak Ayam randah batu Ayam Bangkok Gambar / Foto Fenotip Genotip Kaki pendek Cr atau CnCl dan ClCn (gen bersifat dominan penuh) Kaki normal cr atau CnCn (gen bersifat dominan penuh) Tidak terdapat keterangan Ayam tidak ClCl gambar menetas (letal) Menurut Firmansyah et al., (2007), gen letal adalah gen yang dalam keadaan homozigot menyebabkan kematian pada individu tersebut. Gen letal dapat menyebabkan kematian pada saat individu masih embrio atau setelah lahir. Ayam bangkok Pertumbuhan bulu lambat K (gen bersifat dominan penuh) Ayam Bangkok aduan Pertumbuhan bulu cepat K Ayam burma Sifat mengeram Br (gen bersifat dominan penuh) Sifat tidak mengeram Br Ayam Bangkok Jari kaki normal D (gen bersifat dominan penuh) Ayam jalu / ayam taji Jari kaki banyak d Ayam walik Walik F Normal (tidak walik) f Setengah walik Ff (heterosigot dalam keadaan intermediet) Ayam jengger rose Jengger ayam rose R_pp (galur murni) Ayam jengger pea Jengger ayam pea rrP_ (galur murni) Ayam pedaging Ayam jengger walnut Jengger ayam walnut R_P_ (galur murni) Ayam jengger single Jengger ayam single rrpp Menurut Murtidjo (2005), gen R dominan terhadap alel r dan gen P dominan terhadap p. satu atau sepasang gen R dominan terhadap gen r, dalam hal ini menghasilkan fenotip baru yaitu walnut. Meskipun terdapat dominansi antara gen P dan gen R, gen – gen tersebut bukanlah gen sealel. Peristiwa sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan ekspresi gen lain yang bukan sealel disebut epistasis. Adapun gen yang kalah disebut hipostasis. Ayam pelung Bulu putih I Ayam kate silver sebright Bulu silver (perak) S Ayam kate gold sebright Bulu keemasan S Ayam kampung jantan Jantan ZZ Ayam hutan merah (Gallus gallus Red junglefowl) Betina ZW Ayam arab Bulu lurik / blorok Zn Ayam kedu Ayam kedu hitam betina MMNN Ayam pejantan sayur mmnn Menurut Murtidjo (2005), hubungan ketentuan – ketentuan Mendel dan populasi genetik dapat dipahami dengan mengevaluasi contoh produksi telur secara sederhana. Produksi telur tersebut dikontrol oleh dua pasang gen Mm dan Nn. Masing – masing gen M dan N memberikan Ayam leghorn Ayam Wyandotte produksi telur tambahan 25 butir kepada nilai geotipik dasar. Gen m dan n tidak memberikan nilai tambahan apapun juga. Dalam hal ini mmnn disebut sebagai garis atau titik dasar. Faktor lingkungan dianggap sama atau tidak memberikan dampak sama sekali. Bulu putih IICC Bulu putih Iicc Menurut Murtidjo (2005), misalnya warna bulu unggas yaitu Leghorn putih dan Wyandotte. Keduanya terlihat memiliki warna bulu putih, tetapi sebenarnya leghorn putih secara genetik adalah unggas yang memiliki bulu berwarna yang mempunyai gen yang menyelubungi kehadiran bulu berwarna tersebut. Sedangkan ayam Wyandotte putih adalah albino murni tanpa mempunyai gen warna. Ayam jawa super Ayam yang ppmm identik dengan tetuanya ayam buras yang mengeram dan tidak produktif menghasilkan telur Ayam pelung Kombinasi baru ppMM untuk ayam yang mengeram dan produktif menghasilkan telur Ayam blue Andalusian Ayam berbulu Bb blue Andalusian Ayam hen Ayam berbulu putih bb Ayam cemani Ayam berbulu hitam BB (kodominan) Menurut Aryulina et al., (2006), contoh alel kodominan adalah bulu ayam yang berwarna hitam (B), sedominan terhadap bulu putih (b). Jika ayam berbulu hitam dikawinkan dengan ayam berbulu putih, anaknya akan berbulu biru (blue Andalusia). Jika ayam blue Andalusia kawin dengan sesamanya, akan timbul lagi asal – usul warna bulu pada anaknya, yaitu hitam dan putih. Daftar Pustaka Aryulina, D. Choirul M. dan Syalfinal M. 2006. Biologi. Esis Erlangga. Jakarta. Firmansyah, R. Agus M.H. dan Umar R. 2007. Aktif Belajar Biologi. PT Setia Purna Inves. Bandung. Judarwanto, W. 2013. Allergy Imunology Information Education. www.allergycliniconline.com, diakses pada 31 Maret 2014 pukul 21.24 WIB. Murtidjo, B. A. 2005. Mengelola Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta. Sloane, E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sofro, A.S. 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi Offset. Yogyakarta.