analisis pertumbuhan penduduk dan penyediaan fasilitas

advertisement
ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013
Skripsi
Oleh :
SITI PUJI HASTUTI
NIM. K5404059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013
Oleh :
Siti Puji Hastuti
NIM K5404059
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd
Dra. Inna Prihartini, M.S
NIP. 19560420 198303 1 003
NIP. 19570207 198303 2 002
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Rabu
Tanggal
: 10 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Partoso Hadi, M.Si
………………
Sekretaris
: Setya Nugraha, S.Si, M.Si
………………
Anggota I
: Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd
………………
Anggota II
: Dra. Inna Prihartini, M.S
………………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 1987021 001
DAFTAR ISI
iv
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK........................................................................ v
HALAMAN MOTTO ............................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR PETA .................................................................................... xvi
BAB
I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6
1. Pengertian Pertumbuhan Penduduk .............................................. 6
2. Pengertian Pendidikan .................................................................. 15
3. Pengertian Fasilitas Pendidikan ................................................... 21
4. Penggabungan Sekolah Dasar ...................................................... 25
B. Penelitian yang relevan .................................................................... 27
C. Kerangka Berfikir ............................................................................ 29
BAB III. METODELOGI PENELITIAN .............................................. 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 31
B. Metode Penelitian ............................................................................ 31
C. Sumber Data .................................................................................... 32
D. Teknik Sampling ............................................................................. 33
v
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 33
G. Prosedur Penelitian .......................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 38
A. Deskripsi Daerah Penelitian ...................................................... 38
1. Keadaan Fisik ..................................................................... 38
2. Keadaan Penduduk ............................................................ 40
3. Sarana dan Prasarana Daerah ................................................ 50
4. Sarana dan Prasarana SD/MI ................................................ 55
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian.............................................. 61
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun.... 61
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar.................... 66
C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 78
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun ... 78
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar ................. 80
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................ 86
A. Kesimpulan .............................................................................. 86
B. Implikasi .................................................................................. 87
C. Saran ....................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
ABSTRAK
Siti Puji Hastuti. ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN
PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI
KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007
DAN PREDEKSI TAHUN 2013. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan dan
persebaran penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) di Kecamatan Tasikmadu
Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2013; (2) Mengetahui penyediaan fasilitas
pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar
tahun 2007-2013.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografis. Variabel dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia 7-12
tahun dan penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang meliputi gedung,
ruang kelas, tenaga guru dan tenaga perpustakaan di Kecamatan Tasikmadu.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi, dan observasi
lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah eksponensiil dan proyeksi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) jumlah
penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 mengalami
pertumbuhan penduduk sebesar -0,48%; (2) Penduduk Kecamatan Tasikmadu
yang berusia 7-12 tahun tersebar di 10 desa dengan jumlah penduduk sebanyak
5.214 jiwa, jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Papahan dengan jumlah
sebanyak 696 jiwa dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu 300 jiwa.
Pada tahun 2013 yang akan datang jumlah penduduk usia 7-12 tahun di
Kecamatan Tasikmadu diperkirakan akan berkurang menjadi 5.066 jiwa. (3)
Penyediaan fasilitas pendidikannya meliputi; (a) jumlah gedung SD/MI di
Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 berjumlah 28 gedung Sekolah Dasar pada
tahun 2013 diperkirakan akan berkurang sebanyak 8 gedung. (b) Jumlah Ruang
kelas pada tahun 2007 mengalami kelebihan 2 buah, sedangkan pada tahun 2013
jumlah ruang kelas yang dibutuhkan hanya 122 buah sehingga di Kecamatan
Tasikmadu terdapat kelebihan 52 buah, untuk itu diperlukan penggabungan
Sekolah Dasar sebanyak 8 buah agar lebih efektif dan efisien. (c) Jumlah tenaga
guru yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada Tahun 2007 adalah sebanyak 243
orang, sedangkan pada tahun 2013 hanya dibutuhkan sebanyak 167 guru sehingga
di Kecamatan Tasikmadu terdapat kelebihan jumlah guru sebanyak 76 orang. (d)
Jumlah tenaga perpustakaan yang dibutuhkan untuk SD/MI di Kecamatan
Tasikmadu pada tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa
Papahan sebanyak 5 orang, yang paling sedikit adalah 2 orang yang berada di
Desa Buran, Desa Gaum, dan Desa Wonolopo.
vii
ABSTRACT
Siti Puji Hastuti. ANALYSIS OF GROWTH POPULATION AND THE
PROVISION OF FACILITIES BASIC EDUCATION SCHOOL IN
TASIKMADU DISTRICT KARANGANYAR REGENCY IN 2007 AND
PREDICTION 2013. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and
Education. Sebelas Maret University of Surakarta, March 2010.
The purpose of this study is: (1) Knowing the growth and spread of
primary school age population (7-12 years) in Tasikmadu district Karanganyar
regency 2007-2013; (2) Knowing the provision of educational facilities
Elementary School in Tasikmadu district Karanganyar regency 2007-2013.
This research is a geographical descriptive method. The variables used in
the research are the growth and spread of primary school age population (7-12
years) and the provision of educational facilities Elementary School are building,
classrooms, teachers, and librarian. The data collecting technique applied that is
documentation, and observation of field. The data analytical technique applied is
eksponensiil and projection.
Based on the research results can be concluded: (1) The number of age
residents 7-12 years in Tasikmadu district in the year 2007 experiencing growth of
resident equal - 0,48%; (2) The district Resident of Tasikmadu having age 7-12
years spread over in 10 villages with number of residents 5.214 child, number of
residents is many to resides in Papahan with number of 696 men and fewest
resided in Buran that is 300 child. In the year 2013 which will come number of
age residents 7-12 years in Tasikmadu district decreases to become 5.066 child.
(3) The provision of educational facilities Elementary School in Tasikmadu are;
(a) Number of buildings SD/MI in Tasikmadu the year 2007 amounts to 28
elementary school in the year 2013 will estimated decrease counted 8 building; (b)
The number of class rooms in the year 2007 experiencing excess of 2 class, while
in the year 2013 class room amounts required only 122 class so that in Tasikmadu
district there is excess of 52 class, for the purpose is required merger of
elementary school counted 8 build of that more efficient and effectively. (c) The
number of the teachers in Tasikmadu district at year 2007 is 243, while in the year
2013 only required 167 teachers for the purpose in Tasikmadu district there is
excess of number of 76 teachers. (d) The number of librarian required for SD/MI
in Tasikmadu district in the year 2013 is 33 mans who at most is Papahan about 5
man, fewest is 2 man is residing in Buran village, Gaum village, and Wonolopo
village.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
viii
Penduduk merupakan suatu kelompok organisasi yang terdiri dari
individu-individu yang sejenis dan mendiami suatu daerah dengan batas-batas
tertentu. Penduduk suatu daerah dapat juga meliputi seluruh manusia yang hidup
di tahun yang sama dan menempati daerah yang sama. Menurut Undang-Undang
RI No.10 tahun 1992 yang dimaksud penduduk adalah orang yang dalam
fungsinya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara,
dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas
wilayah negara pada waktu tertentu (Mantra, 2003:3).
Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi
yang dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil
menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju
pertumbuhan penduduk dari 2,3 % pada periode 1971-1980 menjadi 1,4 % per
tahun pada periode 1990-2000 meskipun jumlah penduduk Indonesia masih
akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun,
terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan
proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat
proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut
(lansia) secara perlahan, sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan
penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar
sehingga memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula untuk
penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Proporsi penduduk muda Indonesia semakin menurun akibat semakin
rendahnya angka fertilitas.
Penurunan ini akan menyebabkan semakin
menurunnya jumlah anak-anak yang masuk Sekolah Dasar. Bila ukuran seperti
perubahan jumlah murid digunakan, bisa jadi ditemukan penurunan jumlah murid
di Sekolah Dasar dengan interpretasi terjadi penurunan partisipasi sekolah.
Namun, bila digunakan angka partisipasi sekolah, maka akan ditemukan
peningkatan partisipasi di tingkat SD yang disebabkan semakin rendahnya jumlah
penduduk usia Sekolah Dasar. (www.datastatistik-Indonesia.com)
1
Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya teratasi dalam
pembangunan pendidikan. Penurunan penduduk usia muda terutama kelompok
ix
usia Sekolah Dasar sebagai dampak positif program Keluarga Berencana
menyebabkan turunnya jumlah siswa yang bersekolah pada jenjang SD/MI dari
tahun ke tahun. Pada saat yang sama terjadi pula perubahan struktur usia SD/MI
dengan semakin menurunnya siswa yang berusia lebih dari 12 tahun dan
meningkatnya siswa yang berumur kurang dari 7 tahun. Hal tersebut terus
dipertimbangkan dalam menyediakan fasilitas pelayanan pendidikan sehingga
efisiensi dapat terus ditingkatkan. (www.pdankjatim.net)
Pada dekade tahun 1970-80an, kebijakan pendidikan dasar bagi murid
sekolah dasar diwujudkan dengan pembangunan gedung-gedung Sekolah Dasar
sampai ke wilayah-wilayah pedesaan yaitu melalui pogram INPRES SD. Sampai
pertengahan tahun 1990an, usaha pemerintah tersebut menunjukkan hasil yang
cukup menggembirakan dengan melihat fakta-fakta di lapangan terutama di
pedesaan banyak anak-anak yang berduyun-duyun ke sekolah-sekolah dan banyak
gedung-gedung Sekolah Dasar yang telah di bangun. (Tilaar, 2003:29)
Kebijakan Presiden tersebut dilaksanakan seiring dengan adanya program
pengontrolan kelahiran yaitu melalui program Keluarga Berencana. Akibat
pelaksanaan program ini terjadi penurunanan laju pertumbuhan penduduk yaitu
pada periode tahun 1971-1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
2,3 %, pada periode tahun 1980-1990 dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk
terus menurun, masing-masing menjadi 1,9 % dan 1,3 %. (Mantra, 2003:150).
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 2000 yang
cenderung mengalami penurunan, maka akan mempengaruhi jumlah penduduk
sehingga jumlah siswa yang bersekolah terutama di usia Sekolah Dasar (7-12
tahun) semakin menurun, oleh karena itu fasilitas pendidikan yang tersedia supaya
disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada agar lebih efektif dan efisien.
Persebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan kesulitan dalam
penyediaan dan pemerataan sarana pendidikan, hal ini disebabkan oleh kondisi
geografis yang berbeda-beda di setiap wilayah. Perbedaan itu dapat ditinjau dari
faktor fisis dan non fisis, kedua faktor tersebut dijelaskan oleh Nursid
Sumaatmadja yaitu bahwa faktor fisis dapat diperhatikan kondisi tanah, air,
morfologi, iklim, dan sumber daya alam yang ada dalam lapisan kulit bumi kita
x
ini. Faktor yang termasuk non fisis meliputi kondisi kependudukan, ekonomi,
budaya, politik dan hal-hal yang erat hubungannya dengan perilaku kehidupan
manusia.
Dampak dari masalah kependudukan di Indonesia adalah merosotnya
kualitas penduduk. Masalah kualitas penduduk yang dimaksud adalah masalah
tingkat kehidupan penduduk itu sendiri terutama bila dilihat dari kemakmuran dan
fasilitas hidup yang tersedia. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal
pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban
pembangunan bila kualitasnya rendah. Salah satu indikator untuk mengetahui
kualitas penduduk disuatu daerah adalah dengan melihat keadaan tingkat
pendidikan di daerah tersebut.
Kecamatan Tasikmadu merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar, terdiri dari 10 desa, dengan luas 27,60 km2. Berdasarkan
data dari lapangan pada tahun 2007 jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12
tahun) di Kecamatan Tasikmadu berjumlah 5.214 jiwa, dengan jumlah gedung
Sekolah Dasar yang ada sampai saat ini adalah 28 gedung, sedangkan jumlah
ruang kelasnya adalah 174 buah, dan siswa yang tercatat pada SD/MI di
Kecamatan Tasikmadu yaitu 5.032 siswa, maka apabila dilihat dari jumlah siswa
dan jumlah ruang kelasnya terlihat masih banyak sekolah yang mengalami
kekurangan jumlah murid.
Keadaan pendidikan yang cukup memprihatinkan seperti yang telah
diterangkan di atas, menuntut adanya kebijaksanaan dari pemerintah. Salah satu
langkah yang harus ditempuh adalah dengan adanya pelaksanaan program
penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar untuk efisiensi biaya perawatan
gedung Sekolah Dasar dan peningkatkan mutu Sekolah Dasar.
Melihat kondisi dan fenomena sosial yang menarik ini maka penelitian ini
diarahkan untuk menganalisis pertumbuhan penduduk dan persebarannya di
Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 dan 2013; Alasan menggunakan tahun
2007
karena
pada
tahun tersebut
pemerintah Kabupaten Karanganyar
mengeluarkan kebijakan yaitu Keputusan Bupati Karanganyar No. 890/7/2007
tentang pembentukan tim pendirian, pengintegrasian, dan penghapusan sekolah
xi
formal dan non formal sebagai upaya pemecahan masalah mengenai kelebihan
sarana gedung Sekolah akibat dari penurunan jumlah anak usia Sekolah Dasar
yang nantinya akan digunakan untuk melakukan proyeksi jumlah penduduk pada
6 tahun yang akan datang di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 dihubungkan
dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, sehingga akan ditemukan kesimpulankesimpulan yang berguna untuk merencanakan pembangunan fasilitas pendidikan
pada tahun yang akan datang, sebagai upaya untuk memecahkan masalah
pendidikan yang berhubungan dengan masalah kependudukan.
Bertolak belakang dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
“ANALISIS
PERTUMBUHAN
PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH
DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013”.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia Sekolah
Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan
2013 ?
2.
Bagaimana penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan
Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui pertumbuhan dan persebaran penduduk usia Sekolah Dasar di
Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013.
2.
Mengetahui penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan
Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain:
1
Manfaat Teoritis
xii
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu yang bersifat teoritis khususnya pada bidang geografi
dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial, khususnya masalah
kependudukan dan dapat dipakai sebagai acuan pengembangan penelitian
yang sejenis.
2
Manfaat Praktis
a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan pemerintah sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil alternatif kebijakan
yang akan dikerjakan.
b.
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pembuatan media
pembelajaran di kelas XI SMA yaitu pada kompetensi dasar kemampuan
memprediksi dinamika perubahan antroposfer dan dampaknya terhadap
kehidupan dimuka bumi dengan materi pokok Antroposfer yang
memiliki indikator sebagai berikut:
 Meganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin.
 Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah.
 Menyajikan informasi kependudukan melalui peta, tabel dan
grafik / diagram.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan
penduduk
dapat
diartikan
sebagai
bertambah
atau
berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun waktu
tertentu (Mudjiman, 1988: 146). Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah
dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian, migrasi masuk, dan migrasi
keluar. Pertumbuhan penduduk terjadi bila jumlah kelahiran lebih besar daripada
jumlah kematian, sedang jumlah pendatang tidak lebih kecil dibanding penduduk
yang pergi dari daerah tersebut.
xiii
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran,
kematian, dan migrasi penduduk (Rusli, 1983: 35). Penduduk akan bertambah
jumlahnya kalau ada bayi yang lahir dan penduduk yang datang, dan penduduk
akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati dan yang meninggalkan
wilayah tersebut.
Mantra (2003: 85) mengemukakan rumus-rumus yang digunakan dalam
menghitung pertumbuhan penduduk yaitu:
1. Pertumbuhan Penduduk Geometris (Geometris Growth)
Pertumbuhan penduduk geomtris adalah pertumbuhan penduduk bertahap
(discreate), yaitu dengan memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya
pada akhir tahun dari suatu periode. Rumus yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan penduduk secara geometris yaitu:
Pt = Po(1+r)t
Dimana:
Pt : Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal
r
: Angka pertumbuhan penduduk
t : Jangka waktu (dalam banyaknya tahun)
2. Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (Exponential Growth)
6
Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk yang
berlangsung terus-menerus (continous). Rumus yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan penduduk secara eksponensial yaitu:
Pt = Po.ert
Dimana:
Pt : Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal
r
: Angka pertumbuhan penduduk
t : Jangka waktu
e : Angka eksponensial (2,71828)
xiv
3. Pertumbuhan Penduduk Arithmatic (Pertumbuhan Penduduk Hitung)
Pertumbuhan penduduk arithmatic adalah pertumbuhan penduduk dengan
jumlah (absolut number) sama setiap tahun. Rumus yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan penduduk secara arithmatic yaitu:
Pn = Po(1+rn)
Dimana:
Pn : Banyaknya penduduk pada tahun n
Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal (dasar)
r
: Angka pertumbuhan penduduk
n : Periode waktu dalam tahun
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh kelahiran (Fertilitas), kematian
(Mortalitas), dan migrasi (Migration). Berikut ini akan dijelaskan variabel yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk sebagai berikut:
1. Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran (fertilitas) merupakan hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau sekelompok wanita di suatu daerah tertentu. Jadi fertilitas menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup (Hatmadji, 1981: 57)
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda
kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya.
(Mantra, 2003: 145)
Ukuran dasar kelahiran (fertilitas) yang sering digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate = CBR)
Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup
pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau
dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
CBR 
B
k
P
Dimana:
CBR
= Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar
xv
P
= Penduduk pertengahan tahun
B
= Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
(Hatmadji, 1981: 7)
b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate = GFR)
Tingkat fertilitas umum adalah perbandingan jumlah kelahiran dengan
jumlah penduduk perempuan usia 15 – 49 tahun. Jadi sebagai penyebut tidak
menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi jumlah penduduk
perempuan pertengahan tahun umur 15 – 49 tahun. Tingkat kelahiran ini dicari
dengan menggunakan rumus:
GFR 
Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
k
Jumlah penduduk wanita umur 15  49
pada pertengahan tahun
Atau
GFR 
B
k
Pf (15  49)
Dimana:
GFR
= Tingkat Fertilitas Umum
B
= Jumlah kelahiran
Pf (15 – 49)
= Jumlah penduduk perempuan umur 15 - 49 tahun pada
pertengahan tahun.
k
= Bilangan konstan biasanya 1.000
(Mantra, 2003: 151)
c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate = ASFR)
Tingkat fertilitas menurut umur adalah banyaknya kelompok setiap 1000
wanita pada kelompok umur tertentu. Angka kelahiran menurut umur dapat
dihitung dengan rumus berikut:
ASFRi 
Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
k
Jumlah perempuan kelompok umur i
pada pertengahan tahun
Atau
xvi
ASFRi 
Bi
 k
Pf i
Dimana:
Bi
= Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi
= Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan biasanya 1.000
(Mantra, 2003: 152)
d. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR)
Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup lakilaki dan perempuan tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir masa
reproduksinya dengan catatan:
 Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri
masa reproduksinya;
 Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu
tertentu.
Tingkat fertiilitas total dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
TFR  5  ASFR i
Dimana:
TFR
= Total Fertility Rate
å
= Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = Tingkat fertilitas menurut umur ke 1 dari kelompok berjenjang 5
tahunan.
(Mantra, 2003: 158)
2. Kematian (Mortalitas)
Kematian atau mortalitas adalah salah satu kompenen proses demografi
yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya tingkat
mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan
penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
xvii
Budi Utomo (1981: 86) menyebutkan bahwa peristiwa kematian atau
yang dimaksud mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda – tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup, disamping
mortalitas dikenal istilah morbidilitas yang diartikan sebagai penyakit atau
kesakitan. Penyakit dan kesakitan dapat menimpa manusia lebih dari satu kali dan
selanjutnya rangkaian mordbiditas ini atau sering disebut morbiditas kumulatif
pada akhirnya menghasilkan peristiwa yang disebut kematian.
Ukuran dasar kematian (mortalitas) yang sering digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR)
Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai banyaknya kematian pada
tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Dengan rumus
dapat ditulis sebagai berikut:
CDR 
D
k
Pm
Dimana:
CBR
= Crude Death Rate atau Tingkat Kematian Kasar
D
= Jumlah kematian pada tahun tertentu
Pm
= Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
b. Tingkat Kematian Menurut Umur dan Jenis Kelamin
(Age SpecificDeath Rate = ASDR)
Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai angka yang menyatakan
banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu, tiap 1000 penduduk dalam
kelompok umur yang sama. Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
Jumlah kematian penduduk
Tingkat Kematian Kelompok Umur i 
kelompok umur i
k
Jumlah penduduk kelompok umur i
pada pertengahan tahun
Atau
ASDRi 
Di
k
Pmi
xviii
Dimana:
ASDR i
= Tingkat kematian menurut umur
Di
= Jumlah kematian pada tahun tertentu
Pmi
= Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
c. Tingkat Kematian Bayi
Angka kematian bayi atau tingkat kematian bayi berasal dari Infant
Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja
terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk
keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat
tinggal. Angka kematian bayi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Jumlah kematian bayi
Tingkat Kematian Bayi 
pada tahun tertentu
 k
Jumlah kelahiran hidup
pada tahun tertentu
Atau:
IMR 
Do
k
B
Dimana:
IMR
=
Tingkat Kematian Bayi
Do
=
Jumlah kematian pada tahun tertentu
B
=
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k
=
Bilangan konstan yang biasanya 1.000
3. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain
dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan (Munir, 1981: 116). Hal ini
senada dengan yang dimaksudkan oleh Daldjoeni (1982: 44) yang menyebutkan
bahwa migrasi adalah gerakan penduduk dari region satu menuju region yang lain
untuk menempatinya secara permanen.
xix
Munir (1981: 123) membagi ukuran-ukuran dalam migrasi adalah sebagai
berikut:
a. Angka Mobilitas
Angka mobilitas adalah perbandingan dari banyaknya penduduk yang
pindah secara lokal (mover) dalam jangka waktu tertentu dengan banyaknya
penduduk. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:
M
k
P
Dimana:
m
m = Angka mobilitas
M = Jumlah mover
P = Jumlah penduduk
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
b. Angka Migrasi Masuk
Angka migrasi masuk adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran
yang masuk per 1000 orang penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun.
Rumus yang digunakan adalah:
mi 
I
k
P
Dimana:
mi = Angka migrasi masuk
I = Jumlah migrasi masuk
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
c. Angka Migrasi keluar
Angka migrasi keluar adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran
yang keluar per 1000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun.
Rumus yang digunakan adalah:
mo 
O
k
P
Dimana:
Mo= Angka migrasi keluar
xx
O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
d. Angka Migrasi Neto
Angka migrasi neto adalah selisih banyaknya migran yang masuk dan
keluar ke dan dari suatu daerah dalam satu tahun. Rumus yang digunakan
adalah:
mn 
I O
k
P
Dimana:
Mn = Angka migrasi neto
I
= Jumlah migrasi masuk
O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
e. Angka Migrasi Bruto
Angka migrasi bruto adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kejadian perpindahan yaitu jumlah migrasi masuk dan keluar dibagi jumlah
penduduk tempat asal yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah:
mn 
I O
k
PP
Dimana:
Mn= Angka migrasi bruto
I = Jumlah migrasi masuk
O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk tempat tujuan
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
Dari ketiga faktor di atas yang berupa fertilitas, mortalitas, dan migrasi
dapat dihitung besarnya pertumbuhan penduduk, yaitu selisih antar fertilitas
dengan mortalitas ditambah selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar, atau
xxi
perubahan jumlah dalam waktu satu tahun, sebagai akibat dari adanya selisih
antara jumlah kelahiran dan kematian.
Untuk menghitung pertumbuhan penduduk bertahap atau pertumbuhan
penduduk tahunan dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut:
Pt = Po + (B – D) + (I – E)
Dimana:
Pt
= Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po
= Banyaknya penduduk pada tahun awal
B
= Banyaknya kelahiran
D
= Banyaknya kematian
I
= Banyaknya migrasi masuk
E
= Banyaknya migrasi keluar
(Enoch, 1992: 134)
Variabel pertumbuhan yang dihitung dalam penelitian ini meliputi:
1. Penduduk kelompok usia 7-12 tahun
Penduduk kelompok usia 7-12 tahun merupakan batasan dalam penelitian
ini, kaitannya dengan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang dibutuhkan.
2. Murid Sekolah Dasar
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional murid / peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1), sedangkan menurut
Vembriarto (1981: 2) pendidikan adalah proses akulturasi pada anggota
xxii
masyarakat yang masih muda oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih tua
dalam proses institusional yang berupa pengertian, norma-norma, pengetahuan
dan teknologi dalam masyarakat diserahkan kepada generasi baru.
a. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak
dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri diatasnya termasuk aktivitas
penduduk akan dijiwai atau diwarnainya. Tujuan adalah sesuatu yang akan
diraih dengan melakukan aktivitas tersebut.
Pemerintah Indonesia
telah menggariskan
dasar
pendidikan
dan
pengajaran Pasal 2 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional berbunyi pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Suatu rencana tidak akan terarah bila belum diketahui tujuannya.
Demikian pula pendidikan, menurut pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun
2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b. Jenjang Pendidikan
Tirtarahardja dan La Sulo, (1994: 264) berpendapat bahwa jenjang
pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan
kedalaman bahan pengajaran.
Menurut pasal 1 butir 8 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa jenjang pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Menurut pasal
17 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa Pendidikan Dasar
diselenggarakan untuk ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan
xxiii
untuk mengikuti pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat
serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan menengah menurut
pasal 18 burtir 1 adalah merupakan lanjutan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi, pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat. Pasal 19 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan Diploma (D1, D2, D3, D4),
Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh
Perguruaan Tinggi.
Pada bab V pasal 6 UU No 2 tahun 1989 mengenai peserta didik yang
berisi warga negara yang berumur 6 (enam tahun) berhak mengikuti
pendidikan dasar, sedangkan pasal 14 UU No 14 tahun 1989 berisi warga
Negara yang berumur 7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti pendidikan
dasar atau pendidikan dasar setara sampai tamat, dari kedua pasal diatas kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa penduduk pada kelompok umur 7-12
tahun wajib untuk mengikuti pendidikan dasar program 6 tahun yang terdiri
atas Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan pendidikan setara SD.
Hal ini sesuai dengan program pembangunan nasional yang berawal dari pelita
V mengenai pilot project atau perintisan wajib belajar sampai sekolah
menengah yang mengambil jenjang umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun sebagai
dasar pendataan untuk selanjutnya dapat diambil keputusan program-program
selanjutnya.
c. Jalur Pendidikan
xxiv
Philip H. Copmbs seorang ahli perencanaan pendidikan dalam Vembriarto
(1981: 22) mengklasifikasikan bentuk-bentuk pendidikan menjadi 3 golongan
yaitu:
1). Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang
dari pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar sejak
seseorang lahir sampai mati, di dalam keluarga dalam pekerjaan atau
pergaulan sehari-hari.
2). Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah yang
teratur bertingkat dan mengikuti peraturan-peraturan yang jelas dan
ketat.
3). Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar
dilakukan tetepi tidak terlalu mengikuti peraturan yang tetap dan
ketat.
Kemudian menurut pasal 13 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, juga menjelaskan tentang jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya. Adapun penjelasannya terdapat dalam
pasal 1 butir 11, 12 dan 13 yaitu sebagai berikut:
1). Pendidikan formal
Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
a) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau berbentuk lainnya yang
sederajat.
b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar.
Pendidikan
menengah
terdiri
dari
pendidikan
menengah
berbentuk SMA (Sekolah Menengah Atas), MA (Madrasah
xxv
Aliyah), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dan MAK
(Madrasah Aliyah Kejuruan) atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister,
Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut
atau
Universitas.
Perguruan
Tinggi
dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi dan atau vokasi.
2). Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan berfungsi sebagai pengganti, penambah
dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
ketrampilan dan pelatiahan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, ketrampilan, kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
xxvi
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.
3). Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil
pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
Pendidikan yang mencakup tiga kriteria diatas keberadaannya
sangat penting menurut Undang–Undang Pendidikan Tahun 2003
adalah:
a) Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal.
Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman
Kanak – Kanak (TK), Raudhotul Athfal (RA), atau bentuk lain
yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini ini pada jalur pendidikan informal
berbentuk
pendidikan
keluarga
atau
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
b) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemeritah non
departemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal dan informal.
c) Pendidikan Keagamaan.
xxvii
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan pesarta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai – nilai ajaran agamanya dan
atau
menjadi
ahli
ilmu
agama.
Pendidikan
keagamaan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan
informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah,
pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis.
d) Pendidikan jarak jauh
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan
layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak
dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk,
modus, dan cakupan, yang didukung oleh sarana dan layanan
belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai
dengan standar nasional pendidikan.
e) Pendidikan Khusus dan Pendidikan layanan khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Pendidikan layanaan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang
terpencil.
3. Pengertian Fasilitas Pendidikan
Perkembangan anak didik akan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan
faktor lingkungan. Bakat anak didik akan berkembang apabila didukung oleh
tersedianya fasilitas maupun lingkungan yang memadai. Sebaliknya bakat yang
xxviii
ada pada seseorang tidak dapat berkembang jika tidak ada fasilitas maupun
lingkungan yang mendukung. Jadi fasilitas belajar akan menunjang keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain fasilitas belajar adalah
segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar.
Sarana pendidikan merupakan semua fasilitas yang ditentukan dalam
proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian
tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Sarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
yang meliputi gedung belajar, perkantoran, ruang belajar, ruang UKS, tenaga
perpustakaan, buku pelajaran dan prasarana yang lain termasuk guru sebagai
pendidik. Sarana prasarana menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun
2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI adalah perlengkapan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi satuan pendidikan.
Pada umumnya semakin lengkap fasilitas pendidikan akan memperlancar
dan membuat semakin efektif proses belajar mengajar, semakin efektif proses
belajar mengajar merupakan indikator peningkatan kualitas yang lebih baik.
Penyediaan
fasilitas
pendidikan
merupakan
upaya
pemerintah
dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.
Secara spesifik fasilitas pendidikan yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah :
a. Gedung Sekolah Dasar
Gedung diartikan sebagai bangunan (rumah), baik untuk kantor, rapat, atau
tempat pertunjukan. Sekolah diartikan sebagai lembaga pendidikan yang
memiliki unsur personel didalam lingkungan sekolah (kepala sekolah, guru,
karyawan dan murid) dan sebagai lembaga formal yang ada dibawah instansi
atasan baik itu kantor dinas / kantor wilayah departemen yang bersangkutan
(Arikunto, 1986: 5). Sekolah Dasar merupakan bentuk satuan pendidikan
dasar yang menyelenggarakan program 6 tahun. Berdasarkan pengertian diatas
xxix
maka dapat disimpulkan bahwa gedung sekolah dasar merupakan suatu
bangunan untuk kegiatan bersekolah sebagai lembaga pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun.
Menurut Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun 2007
tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI bangunan gedung sekolah
adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya berada di atas lahan, yang
berfungsi sebagai tempat untuk pembelajaran pada pendidikan formal.
Adapun data tentang jumlah kebutuhan gedung Sekolah Dasar yang ideal
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Gedung Sekolah 
Jumlah Siswa Sekolah Dasar
Daya Tampung
Keterangan :
Daya Tampung SD : 40/ Rombongan Belajar
( Sumber : SK Mendiknas No. 060/U/2002)
b. Ruang Belajar
Ruang belajar (ruang kelas) merupakan ruangan yang dibatasi oleh dinding
atau sekat lain yang digunakan untuk tempat belajar murid. Secara spesifik
disebutkan dalam Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun
2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI adalah sebagai
berikut:
1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek
yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat
khusus yang mudah dihadirkan.
2) Banyak minimum ruang kelas sama dengan banayak rombongan
belajar.
3) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/ peserta didik.
4) Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaaan
yang memadai.
5) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru
dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya.
xxx
Kebutuhan ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu menurut
pedoman pelaksanaan penggabungan Sekolah Dasar dapat dihitung dengan
rumus dibawah ini:
Jumlah Kebutuhan Ruang kelas 
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013
40
c. Tenaga Guru
Menurut Undang-undang No.2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanaan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.
Pendidik
merupakan
tenaga
profesional
yang
bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdiaan kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pengajar,
merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama
mengajar, pada pendidikan dasar dan menengah.
Perhitungan kebutuhan guru Sekolah Dasar didasarkan pada jumlah
kelas/rombongan belajar dengan rumus:
Kebutuhan guru SD adalah kebutuhan guru yang diberi tugas untuk mengajar
seluruh mata pelajaran selain pendidikan jasmani dan kesehatan serta
pendidikan agama. (http://www.pmptk.net/).
Jumlah guru SD adalah Jumlah guru sebanyak rombongan belajar yang
mengajar seluruh mata pelajaran kecuali agama dan jasmani olahraga
ditambah 1 orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan 1
orang guru Pendidikan Agama.
(Pedoman Standar Pelayanaan Minimal Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah
Dasar / Madrasah Ibtidaiyah, 2006: 12).
Dapat juga dirumuskan sebagai berikut:
xxxi
KG = ∑K + 1 GA + 1 GP
Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru SD
∑K = Jumlah Kelas
GA = Guru Agama
GP = Guru Penjas
(Sumber: http://www.pmptk.net/)
d. Perpustakaan
Perpustakaan sekolah menurut Sumardji (1998: 15),
merupakan
perpustakaan yang diselenggarakan dan dikelola oleh sekolah baik di tingkat
Sekolah Dasar sampai tingkat sekolah lanjutan guna menunjang proses belajar
mengajar di Sekolah, selain itu perpustakaan sekolah merupakan sarana
edukatif di sekolah yang langsung dibutuhkan untuk mempertinggi daya serap,
kemampuan penalaran murid dalam proses pendidikan serta membantu
memperluas cakrawala pengetahuan guru dalam kegiatan mengajar. Menurut
Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 24 tahun 2007 tentang
standar dan prasarana untuk SD/MI disebutkan bahwa:
1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik
dan guru dalam memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan
pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus
tempat petugas mengelola perpustakaan.
2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.
3) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku.
4) Ruang perpustakaan terletak dibagian sekolah yang mudah dicapai.
Untuk mengetahui besar kecilnya jumlah petugas yang akan mengelola
Perpustakaan Sekolah tergantung pada besar kecilnya sekolah tersebut,
perhitungannya mengunakan rumus sebagai berikut:
Pustakawan =
Jumlah murid SD
x 1 petugas
150
xxxii
Bila murid dari suatu sekolah baru berkisar 200 orang, tenaga pengelola
perpustakaan cukup seorang. (http://library.usu.ac.id/).
4. Penggabungan Sekolah Dasar (Regrouping)
Penurunan jumlah anak usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) yang ada saat ini
merupakan akibat dengan adanya pelaksanaan program Keluarga Berencana dari
pemerintah untuk mensejahterakan rakyat sehingga dapat mempengaruhi
perubahan jumlah siswa Sekolah Dasar. Perubahan penduduk usia Sekolah Dasar
(7-12 tahun) akan mempengaruhi jumlah gedung Sekolah Dasar yang dibutuhkan,
untuk mengatasi kelebihan gedung Sekolah Dasar akibat penurunan jumlah anak
usia Sekolah Dasar (7-12 tahun), maka pemerintah melakukan pengintegrasian /
pengabungan Sekolah Dasar. Keputusan Mendiknas No. 060/U/2002 tentang
pedoman pendirian sekolah, pengintegrasian sekolah merupakan peleburan /
penggabungan 2 atau lebih sekolah sejenis menjadi satu sekolah.
Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 480/C/Kep/I/1992 tentang pembakuan
tipe sekolah pada jenjang pendidikan dasar menegaskan bahwa dengan
mempertimbangkan optimalisasi daya tampung, efisiensi pemakaian sarana dan
prasarana, penggunaan tenaga secara optimal serta keserasian dan wawasan
lingkungan maka pemerintah membagi 3 tipe Sekolah Dasar, sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Tipe Sekolah Dasar
Tenaga Pendidikan
Gr Kls
Gr Ag Gr Or
12
1
1
1.
Tipe
SD
A
Jumlah
Kelas
12
Peserta
didik
480
KS
1
2.
B
6
240
1
6
1
1
3.
C
6
90
1
2
-
-
No.
Penetapan perlu tidaknya suatu penggabungan (regrouping) SD menurut
Pedoman Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar oleh Tim Pembina Pusat
xxxiii
Pembagunan gedung Sekolah Dasar tahun 1999/2000 ditentukan oleh kriteria
teknis pendidikan dengan indikator sebagai berikut:
Daya Tampung (DT) SD/ sederajat yang ada pada tingkat desa / kelurahan
merupakan indikator makro untuk memperkirakan adanya kelebihan atau
kekurangan gedung sekolah / ruang kelas
DT 
Jumlah kapasitas ruang kelas di satu desa*)
Jumlah anak usia sekolah di desa tersebut
x 100 %
*) Meliputi SD/MI
Nilai prosentase DT menunjukkan indikasi perlu tidaknya penggabungan
(regrouping) SD
Apabila :
a. DT > 100% berarti terdapat kelebihan kapasitas, merupakan indikasi perlu
penggabungan
b. DT < 100% berarti terdapat kekurangan kapasitas, merupakan indikasi perlu
SD tetap / dikembangkan.
Adapun kriteria umum yang perlu dipenuhi dalam kegiatan penggabungan
(regrouping) Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
 Sekolah dasar
yang akan digabung dan yang akan menerima
penggabungan berlokasi pada satu komplek / lingkungan.
 Jarak antara sekolah hasil penggabungan tidak terlalu jauh untuk ditempuh
oleh para siswa.
 Sekolah yang akan digabung mempunyai jumlah siswa pada tiap kelas
kurang dari 20 siswa.
Penggabungan Sekolah Dasar merupakan kebijaksanaan pemerintah
khususnya dalam bidang Pendidikan Dasar dalam rangka efisiensi pembiayaan.
Kegiatan penggabungan (regrouping) ini merupakan dalam upaya peningkatan
mutu, serta efisiensi biaya bagi perawatan gedung sekolah dan sekolah yang
ditinggalkan dimungkinkan penggunaanya untuk rencana pembukaan SMP
kecil/SMP kelas jauh atau setara sekolah lanjutan sesuai kebutuhan setempat
untuk menampung lulusan Sekolah Dasar (SD). Penyebaran jumlah murid yang
xxxiv
tidak merata di antara setiap Sekolah Dasar Negeri merupakan salah satu alasan
dalam Penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar.
B. Penelitian yang Relevan
1. Edy Santoso dan Danial Achmad (1996) dalam buku Jurnal Ilmu Pendidikan
yang berjudul: Perencanaan Kebutuhan Ruang Belajar dan Guru Sekolah
Dasar Negeri dalam kaitannya dengan anak usia sekolah di Kotamadya
Bandarlampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
perkiraan tentang: (1) jumlah anak usia Sekolah Dasar di Kotamadya
Bandarlampung pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan 1994/1995; (2)
kebutuhan ruang belajar dan gedung sekolah bagi pelayanan kebutuhan belajar
anak usia Sekolah Dasar pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan
1994/1995;
(3)
kebutuhan
guru dan penyebarannya
di Kotamadya
Bandarlampung pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan 1994/1995.
Analisis data yang digunakan adalah analisis prediksi. Pertama adalah prediksi
arus siswa berdasarkan laju pertanbahan penduduk usia Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandarlampung. Atas dasar arus siswa itu, dibuat perhitungan
kebutuhan kelas pada setiap Sekolah Dasar dengan rasio 40:1. Berdasarkan
raiso guru dalam hal ini digunakan guru kelas sebagai pedoman, maka angka
rasio guru dengan murid adalah 1:40. atas dasar data penelitian awal maka
dapat diketahui perkiraan arus siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan ruang
belajar pada lima tahun yang akan datang pada setiap Kecamatan di
Kotamadya Bandarlampung. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Jumlah murid
di Kotamadya Bandarlampung rata-rata menurun, (2) Di Kotamadya Bandar
Lampung terdapat kelebihan guru; yaitu pada tahun ajaran 1991/1992 terdapat
3.230 orang guru, sedangkan untuk tahun proyeksi hanya dibutuhkan
sebanyak 1.963 orang guru; (3) Pada tahun ajaran 1991/1992 hanya terdapat
1.400 ruang kelas, sedangkan untuk tahun proyeksi dibutuhkan sebanyak
1.965 ruang kelas, dengan demikian ruang kelas yang tersedia masih
mengalami kekurangan.
2. Tri Yunianto Agung Setiawan (2005) Analisis Pertumbuhan Penduduk dan
Perencanaan Penyediaan Fasilitas Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan
xxxv
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2004 dan Prediksi tahun 2010. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan dan persebaran
penduduk usia SD di Kecamatan Ungaran tahun 2004 dan 2010. (2)
Mengetahui penyediaan gedung SD di Kecamatan Ungaran Tahun 2004 dan
2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan populasi
anak usia 6-12 tahun yang ada di Kecamatan Ungaran. Teknik Analisis yang
digunakan deskriptif kualitatif. Pengambilan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) menghitung tingkat pertumbuhan penduduk usia SD; (2)
menghitung jumlah penduduk usia 6-12 tahun; (3) menghitung kebutuhan
gedung Sekolah Dasar tahun 2010; (4) Memetakan persebaran data yaitu:
memetakan pertumbuhan dan persebaran penduduk usia SD. Hasil dari
penelitian ini adalah: (1) jumlah penduduk usia 6-12 tahun di Kecamatan
Ungaran Pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,85%;
(2) penduduk Kecamatan Ungaran yang berusia 6-12 tahun tersebar di setiap
kelurahan; (3) Gedung Sekolah Dasar yang tersedia pada tahun 2004 tersebar
di 21 desa/kelurahan dan Gedung sekolah Dasar yang berjumlah 65 buah pada
tahun 2010 akan mengalami pengurangan gedung seiring dengan kebijakan
pemerintah terkait dengan regrouping Sekolah Dasar karena kurang
terpenuhinya jumlah siswa ideal suatu Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
Peneliti
Edy Santoso,
Danial Achmad
(Jurnal penelitian
yang tidak
dipublikasikan)
dari Institut
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
Malang.1996
Judul
Data
Perencanaan
 Jumlah Murid
Kebutuhan
 Jumlah Guru
Ruang Belajar
 Jumlah Ruang
dan Guru
Belajar
Sekolah Dasar
Negri dalam
Kaitannya
dengan Anak
Usia Sekolah
Dasar di
Kotamadya
Bandarlampung.
xxxvi
Metode
Deskriptif
Survai
Analisis

Prediksi
Hasil
1). Jumlah murid di
Kotamadya
Bandarlampung rata-rata
menurun.
2). Di Kotamadya
Bandarlampung terdapat
kelebihan guru.
3). Ruang kelas yang
tersedia masih
mengalami kekurangan.
Tri Yunianto
Agung Setiawan
Skripsi, Fakultas
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
Universitas
Sebelas Maret
Surakarta. 2005
Siti Puji Hastuti
Skripsi, Fakultas
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
Universitas
Sebelas Maret
Surakarta. 2010
Analisis
 Jumlah Anak
Pertumbuhan
usia 6-12 tahun
Penduduk dan
 Jumlah Siswa
Perencanaan
 Jumlah
Penyediaan
Gedung
Fasilitas
Gedung Sekolah
Dasar di
Kecamatan
Ungaran
Kabupaten
Semarang
Tahun 2004 dan
Prediksi Tahun
2010.
Deskriptif
Kualitatif
Analisis
Pertumbuhan
Penduduk dan
Penyediaan
Fasilitas
Pendidikan
Sekolah Dasar
di Kecamatan
Tasikmadu
Kabupaten
Karanganyar
Tahun 2007 dan
Prediksi Tahun
2013
Deskriptif

Geografis

KkKkkkkkk
kkkua
 Jumlah Anak
usia 7-12 tahun
 Jumlah Murid
 Jumlah
Gedung
 Jumlah Ruang
Kelas
 Jumlah Guru
 Jumlah Tenaga
Perpustakaan


Proyeksi 1) Jumlah penduduk usia
6-12 tahun di Kecamatan
Eksponensi
Ungaran Pada tahun
il
2004 mengalami
pertumbuhan penduduk
sebesar -0,85%
2) Penduduk Kecamatan
Ungaran yang berusia
6-12 tahun tersebar di
setiap kelurahan
3) Gedung SD yang
tersedia pada tahun 2004
tersebar di 21 Kelurahan
Dan Gedung SD yang
berjumlah 65 buah pada
tahun 2010 akan
mengalami pengurangan.
Proyeksi
Eksponensi
il
---------------------------
C. Kerangka Berfikir
Analisis jumlah dan pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun sangat
diperlukan sebagai implikasi dari UU No 2 tahun 1989 tentang wajib belajar
pendidikan dasar dalam rangka penyediaan fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar
yang telah disediakan maupun yang akan dibutuhkan. Analisis jumlah dan
pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun meliputi: (i) perhitungan pertumbuhan
penduduk usia 7-12 tahun periode 2001- 2007; (ii) perhitungan jumlah penduduk
usia 7-12 tahun periode 2013 dan mengetahui persebarannya ditiap desa. Analisis
penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar meliputi; (i) analisis penyediaan
gedung Sekolah Dasar; (ii) analisis kebutuhan tenaga guru; (iii) analisis jumlah
ruang kelas yang ada, dan (iv) analisis jumlah tenaga perpustakaan yang
dibutuhkan.
Setelah menganalisis dua variabel diatas diharapkan dapat membantu
perencanaan pendidikan yang akan dilaksanakan, dimana dalam perencanaan
xxxvii
tersebut memperhatikan keadaan daerahnya. Kecamatan Tasikmadu sebagian
besar berupa wilayah dataran rendah. Penduduk tertinggi Kecamatan Tasikmadu
berada di Kelurahan Suruh dengan jumlah 6.675 jiwa, karena dekat dengan pusat
kota yang memiliki aksesibilitas yang mudah dengan fasilitas dan pelayanan
umum, sedangkan tingkat kepadatan penduduk paling padat berada di Desa
Papahan dengan kepadatan 2,886 jiwa/km2, karena memiliki sarana dan prasarana
yang memadai, memiliki aksesibilitas yang mudah, serta dekat dengan kota
Kecamatan Karanganyar. Adapun uraian kerangka pemikiran diatas dapat dilihat
dalam skema berikut ini:
Keadaan Daerah
Pertumbuhan Penduduk
- Anak Usia 7-12 Tahun
- Murid SD
Fasilitas Pendidikan
- Gedung Sekolah
- Ruang Belajar
- Tenaga Guru
- Tenaga Perpustakaan
Perencanaan
Pendidikan
Keserasian Anak Usia 7-12 Tahun dengan
Fasilitas Pendidikan Tingkat SD
Gambar 1. Diagram Alir Pemikiran
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Penelitian
ini
Tempat Penelitian
dilakukan
di
Kecamatan
Tasikmadu,
Kabupaten
Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Alasan penelitian dilakukan di daerah ini
karena adanya fenomena jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) yang
xxxviii
semakin menurun akibat pelaksanaan program Keluarga Berencana sehingga
dapat mempengaruhi jumlah fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang dibutuhkan.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari proposal, perijinan, penelitian,
analisis data, sampai penyusunan laporan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kegiatan Penelitian
Bulan:
No
Kegiatan
1.
Proposal
2.
Perijinan
3.
Penelitian
4.
Analisis Data
5.
Penyusunan Laporan
Jan-Mei’08
Juni-Juli’08
Agst-Des’08
Jan-Mei’09
Juli-Mar’10
√
√
√
√
√
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian yang benar-benar sesuai dengan situasi dan kemampuan guna
mengungkapkan desain penelitian. Tika (1997: 2) menyatakan bahwa metode
penelitian geografi dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang
metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan
pengetahuan yang menyangkut permukaan bumi dan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun sosial. Metode ilmiah merupakan langkah-langkah yang
dipakai untuk melakukan penelitian dan membuat pemecahan masalah.
Nawawi (1987 : 63) metode deskriftif adalah prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan subyek
31
atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif geografis yaitu
merupakan suatu metode penelitian dengan cara memecahkan suatu masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan berdasarkan fakta yang menghasilkan
data deskriftif secara spasial tentang data yang diamati. Deskriftif geografis dalam
xxxix
penelitian ini adalah uraian tentang gedung Sekolah Dasar, uraian tentang sebaran
anak usia 7-12 tahun.
C. Sumber Data
1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997:67).
Data primer diperoleh berdasarkan observasi melalui pengukuran di lapangan
dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) yaitu berupa data
koordinat lokasi SD/MI di Kecamatan Tasikmadu.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang
dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. (Tika, 1997:67). Data
sekunder diperoleh dari dokumentasi dari instansi terkait. Data sekunder
penelitian ini adalah:
a. Jumlah gedung, jumlah siswa, jumlah guru, jumlah ruang kelas, jumlah ruang
perpustakaan yang diperoleh dari Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan
Tasikmadu.
b. Data penduduk diperoleh dari Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka tahun
2007/2008
yang
diperoleh dari Kantor
Badan Statistik
Kabupaten
Karanganyar.
c. Data jumlah anak usia 7-12 tahun diperoleh dari Kantor Kecamatan
Tasikmadu.
D. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan populasi sehingga tidak menggunakan sampel.
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan populasi meliputi
anak usia 7-12 tahun yang ada pada masing-masing desa di Kecamatan
Tasikmadu.
E. Teknik Pengumpulan Data
1
Dokumentasi
xl
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu pengumpulan data
yang dilakukan dengan melihat sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini sumber tertulis berdasarkan data yang
ada terdapat di Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu, Kantor
Badan Statistik Kabupaten Karanganyar, Bakosurtanal.
2
Observasi
Tika (1997:68) Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis
terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Hal ini bertujuan
untuk melihat keadaan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu secara langsung.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi, observasi kemudian dianalisis
agar dapat dibaca dengan mudah dan memberikan informasi yang dibutuhkan.
Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan
Tasikmadu bersekolah di masing-masing desa. Hal ini berarti anak usia Sekolah
Dasar di Buran bersekolah di Desa Buran. Analisis data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengitung pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun) untuk tahun
2007-2013 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung angka pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun)
pada tahun 2007 berdasarkan jumlah penduduk usia SD (7-12
tahun) pada tahun 2001 dengan menggunakan rumus eksponsial
sebagai berikut:
Pt = Po.ert
Dimana:
Pt : Banyaknya penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2007
Po : Banyaknya penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2001
r
: Angka pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun)
t : Jangka waktu (tahun)
e : Angka eksponensial (besarnya 2,71828)
xli
(Mantra, 2006:87)
Alasan menggunakan tahun 2001 sebagai tahun dasar (Po)
untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk usia SD pada
tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu, Tingkat pertumbuhan
tersebut nantinya akan digunakan untuk melakukan proyeksi
jumlah penduduk pada 6 tahun yang akan datang di Kecamatan
Tasikmadu pada tahun 2013 dengan langkah seperti dibawah ini:
b. Menghitung jumlah penduduk usia Sekolah Dasar tahun 2013
dengan rumus Proyeksi Penduduk, rumusnya yaitu sebagai berikut:
Pn = (1 + r )n x Po
Dimana:
Pn : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2013
Po : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2007
r
: Tingkat pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun) dalam
persen (%) dibagi 100
n
: Jangka waktu tahun 2007-2013 (6 tahun)
(Suwartono, 2000: 29)
2. Mengitung persebaran penduduk usia SD (7-12 tahun) untuk tahun
2007-2013, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pn = (1 + r )n x Po
Dimana:
Pn : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2013
Po : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2007
r
: Tingkat pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun) dalam
persen (%) dibagi 100
n
: Jangka waktu tahun 2007-2013 (6 tahun)
(Suwartono, 2000: 29)
3. Menghitung Fasilitas Pendidikan
a. Data jumlah gedung Sekolah Dasar
Adapun data tentang jumlah gedung Sekolah Dasar yang ideal
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
xlii
Jumlah Gedung Sekolah
di Kec Tasikmadu 2013

Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013
Rata  rata Daya Tampung SD di Kec Tasikmadu
Keterangan:
Daya Tampung SD : 40/ Rombongan Belajar
( Sumber : SK Mendiknas No. 060/U/2002)
b. Menghitung kebutuhan jumlah guru/tenaga mengajar di Sekolah
Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah dengan langkah berikut:
Perhitungan kebutuhan guru Sekolah Dasar didasarkan pada
jumlah kelas/rombongan belajar dengan rumus:
Kebutuhan guru SD adalah kebutuhan guru yang diberi tugas untuk
mengajar seluruh mata pelajaran selain pendidikan jasmani dan
kesehatan serta pendidikan agama. (http://www.pmptk.net/).
Jumlah guru SD adalah Jumlah guru sebanyak rombongan belajar
ditambah 1 orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan, dan 1 orang guru Pendidikan Agama.
(Pedoman
Standar
Pelayanaan
Minimal
Penyelenggaraan
Pendidikan Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah, 2006: 12).
Dapat juga dirumuskan sebagai berikut:
KG = ∑K + 1 GA + 1 GP
Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru SD
∑K = Jumlah Kelas
GA = Guru Agama
GP = Guru Penjas
(Sumber: http://www.pmptk.net/)
c. Menghitung
jumlah Kebutuhan Ruang Kelas di Kecamatan
Tasikmadu menurut pedoman pelaksanaan penggabungan Sekolah
Dasar dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
xliii
Jumlah Kebutuhan Ruang kelas 
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013
40
d. Untuk mengetahui besar kecilnya jumlah petugas yang akan
mengelola Perpustakaan Sekolah tergantung pada besar kecilnya
sekolah tersebut, perhitungannya mengunakan rumus sebagai
berikut:
Pustakawan =
Jumlah murid SD
x 1 petugas
150
Bila murid dari suatu sekolah baru berkisar 200 orang, tenaga
pengelola perpustakaan cukup seorang. (http://library.usu.ac.id/).
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Tahap ini merupakan kegiatan paling awal sebelum penelitian. Dalam
tahap ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber yang berhubungan
dengan daerah penelitian ataupun masalah penelitian. Hal ini dilakukan dengan
melakukan studi pustaka untuk berbagai literature, laporan, jurnal, dan berbagai
buku.
2. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal merupakan tahap awal dari penelitian. Penyusunan
proposal merupakan semua rencana penelitian yang akan dilakukan meliputi
pendahuluan, landasan teori serta metode penelitian.
3. Pengumpulan Data
Tahap berikutnya adalah kegiatan lapangan yang bertujuan untuk mencari
data. Pengumpulan data dan informasi dengan melakukan observasi langsung ke
lapangan dengan menggunakan Global Positioning Sistem (GPS), dilakukan
pengukuran untuk mengetahui titik-titik koordinat pada masing-masing sekolah
yang ada. Analisis Dokumentasi juga dilakukan untuk menambah informasi
xliv
penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada instansi-intansi terkait antara lain
Kantor Kecamatan Tasikmadu, Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu, Badan
Pusat Statisik Kabupaten Karanganyar yang memiliki data yang dibutuhkan.
4. Analisis Data
Tahap
analisis
data
adalah
kegiatan
menganalisis
data
dan
mengorganisasikan data yang diperoleh. Analisis data yang digunakan adalah
proyeksi dan eksponensiil.
5. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap Penulisan laporan merupakan tahap akhir setelah tahap-tahap
terdahulu selesai dilakukan kemudian disusun dalam sebuah skripsi yang
memaparkan hasil pengolahan data yang dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Keadaan Fisik
a. Letak Astronomis
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Lembar 1408-344 Karanganyar skala
1:25.000, Kecamatan Tasikmadu secara astronomis terletak di antara 70 32’ 32”
LS sampai dengan 70 35’ 31” LS dan 1100 53’ 58” BT sampai dengan 110 0 58’
51” BT.
b. Letak dan Batas Administrasi
Secara
administratif
Kecamatan
Tasikmadu
termasuk
Kabupaten
Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi Kecamatan Tasikmadu
adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mojogedang
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan.
Jaten
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karanganyar
xlv
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jaten dan Kecamatan
Kebakkramat
Peta Administrasi Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada Peta 1.
c. Luas Daerah
Luas daerah penelitian secara keseluruhan adalah 27,59 km2 yang terdiri
dari sepuluh desa. Adapun luas masing-masing-masing desa dapat dilihat pada
tabel 4 berikut ini :
38
xlvi
xlvii
Tabel 4. Luas Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007.
Luas
Km2
1. Buran
2,08
2.
Papahan
2,29
3.
Ngijo
2,34
4.
Gaum
3,41
5.
Suruh
2,63
6.
Pandeyan
2,27
7.
Karangmojo
2,95
8.
Kaling
2,87
9.
Wonolopo
2,42
10. Kalijirak
4,34
Jumlah
27,60
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No.
Nama Desa
%
7,54
8,30
8,46
12,36
9,53
8,23
10,69
10,40
8,77
15,72
100
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan luas
wilayah (desa) yang ada di Kecamatan Tasikmadu. Desa Kalijirak merupakan
desa yang memiliki wilayah terluas sekitar 15,72% dari seluruh luas daerah
penelitian, sedangkan Desa Buran adalah desa yang memiliki wilayah tersempit
yaitu 7,54% dari seluruh luas daerah penelitian.
2.
Keadaan Penduduk
Pembahasan tentang keadaan penduduk Kecamatan Tasikmadu akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 sebanyak
55.379 jiwa, yang terdiri dari 27.532 jiwa penduduk laki-laki dan 27.847 jiwa
penduduk perempuan. Penduduk sebanyak 55.379 jiwa tersebut tersebar di 10
desa di Kecamatan Tasikmadu. Jumlah dan Persebaran penduduk Kecamatan
Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:
xlviii
Tabel 5. Jumlah dan Persebaran Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu
Tahun 2007.
Penduduk Kecamatan Tasikmadu
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Persentase
(Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
(%)
1.
Buran
2.364
2.285
4.649
8,39
2.
Papahan
3.273
3.337
6.610
11,94
3.
Ngijo
2.721
2.789
5.510
9,95
4.
Gaum
2.540
2.472
5.012
9,05
5.
Suruh
3.377
3.298
6.675
12,05
6.
Pandeyan
2.693
2.822
5.515
9,96
7.
Karangmojo
2.829
2.820
5.649
10,20
8.
Kaling
2.670
2.785
5.455
9,85
9.
Wonolopo
2.230
2.294
4.524
8,17
10. Kalijirak
2.835
2.945
5.780
10,44
Jumlah
27.532
27.847
55.379
100
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No.
Nama Desa
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Desa Suruh sebanyak 6.675
jiwa dan Desa Papahan sebanyak 6.610 jiwa merupakan desa yang memiliki
jumlah penduduk yang paling banyak penduduknya dibandingkan dengan desa
lain, hal ini disebabkan karena dekat dengan pusat kota yang memiliki
aksesibilitas yang mudah yaitu dilewati oleh jalan raya Solo-Tawangmangu yang
menghubungkan antara Kota Surakarta dengan Kabupaten Karanganyar sehingga
banyak tersedia fasilitas dan pelayanan umum, data tentang persebaran penduduk
dapat dilihat pada peta 2.
Jumlah penduduk di suatu daerah selalu berubah dari waktu kewaktu.
Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada penduduk yang lahir dan yang
datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati
dan yang meninggalkan daerah tersebut. Barclay (1984: 3) berpendapat bahwa
setiap perubahan jumlah penduduk (baik pertambahan atau pengurangan) disebut
pertumbuhan. Komponen yang mempengaruhi perubahan penduduk yaitu
fertilitas, mortalitas dan migrasi. Ketiga komponen tersebut diukur dengan tingkat
kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat migrasi yang menentukan jumlah
penduduk, komposisi umur dan laju pertambahan atau penurunan penduduk.
xlix
l
Tabel 6. Perubahan Penduduk di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007.
Perubahan Penduduk Kecamatan Tasikmadu
Lahir
Mati
Datang
Pergi
1.
Buran
54
23
62
26
2.
Papahan
46
26
50
27
3.
Ngijo
52
28
52
30
4.
Gaum
51
29
53
19
5.
Suruh
43
29
60
42
6.
Pandeyan
51
21
51
22
7.
Karangmojo
42
25
48
23
8.
Kaling
46
20
43
18
9.
Wonolopo
56
31
52
24
10. Kalijirak
48
26
46
28
Jumlah
487
258
517
259
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No
Nama Desa
Berdasarkan data diatas dapat dihitung:
1) Fertilitas
Berdasarkan data perubahan penduduk Kecamatan Tasikmadu diatas
maka dapat diketahui bahwa kelahiran yang terjadi di Kecamatan Tasikmadu pada
tahun 2007 yaitu sebanyak 487 jiwa, dengan jumlah bayi laki-laki 258 jiwa dan
bayi perempuan 229 jiwa, maka dari data tersebut dapat dihitung angka kelahiran
kasar yaitu:
CBR 
B
k
Pm
CBR 
487
 1000
55.379
= 8,79 dibulatkan menjadi 9
Jadi kesimpulannya setiap 1.000 orang penduduk di Kecamatan
Tasikmadu pada tahun 2007 terdapat 9 bayi yang lahir dalam satu tahun.
2) Mortalitas
Berdasarkan data perubahan penduduk Kecamatan Tasikmadu diatas maka
dapat diketahui bahwa kematian yang terjadi di Kecamatan Tasikmadu pada tahun
2007 adalah sebanyak 258 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki yang
meninggal 134 jiwa, sedangkan penduduk perempuan yang meninggal 124, maka
dapat dihitung angka kematian kasarnya yaitu:
li
CBR 
D
k
Pm
CBR 
258
 1000
55.379
= 4,65 dibulatkan menjadi 5
Jadi kesimpulannya setiap 1000 orang penduduk di Kecamatan Tasikmadu
pada tahun 2007 terdapat 5 orang yang meninggal dalam satu tahun.
3) Tingkat Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk alami dapat diketahui dengan mengurangi jumlah
kelahiran dengan jumlah kematian secara keseluruhan, maka dapat dihitung
pertambahan penduduk di Kecamatan Tasikmadu yaitu:
Pertumbuhan Penduduk Alami = B – D
= 487 – 258
= 229
Jadi di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 rata-rata pertambahan
penduduk alaminya adalah 229 jiwa.
b. Jumlah Penduduk Usia Sekolah Dasar (7-12 tahun)
Jumlah dan Persebaran penduduk usia 7-12 Tahun di Kecamatan
Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini:
Tabel 7.
Jumlah dan Persebaran Usia 7-12 Tahun di Kecamatan Tasikmadu
Tahun 2007.
Anak Usia 7-12 Tahun
Jiwa
%
1.
Buran
300
5,75
2.
Papahan
696
13,35
3.
Ngijo
487
9,34
4.
Gaum
539
10,44
5.
Suruh
569
10,91
6.
Pandeyan
534
10,24
7.
Karangmojo
493
9,46
8.
Kaling
512
9,82
9.
Wonolopo
559
10,72
10.
Kalijirak
525
10,07
Jumlah
5.214
100
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No.
Nama Desa
lii
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia 7-12
tahun di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 adalah sebesar 5.214 jiwa. Penduduk
usia 7-12 tahun tertinggi terdapat di Desa Papahan sebesar 696 jiwa atau 13,35%
dari seluruh populasi anak usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu hal ini
disebabkan karena Desa Papahan dekat dengan pusat kota Kabupaten
Karanganyar yang yang memiliki banyak fasilitas dan pelayanan umum,
sedangkan jumlah terendah terletak di Desa Buran sebesar 300 jiwa atau sebesar
5,75% karena luas daerahnya yang paling sempit dibanding desa lain sehingga
penduduknya juga sedikit jumlahnya.
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk alami adalah banyaknya penduduk persatuan unit
wilayah, jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa
jumlah seluruh penduduk di wilayah tersebut atau bagian-bagian penduduk
tertentu, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas
daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.
Kepadatan penduduk setiap desa di wilayah Kecamatan Tasikmadu pada
tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:
Tabel 8. Kepadatan Penduduk Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007
No.
Nama Desa
Luas
2
(Km )
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Buran
2,08
4.649
Papahan
2,29
6.610
Ngijo
5.510
2,34
Gaum
3,41
5.012
Suruh
2,63
6.675
Pandeyan
5.515
2,27
Karangmojo
2,95
5.649
Kaling
2,87
5.455
Wonolopo
4.524
2,42
Kalijirak
5.780
4,34
Jumlah
55.379
27,60
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
2.235
2.886
2.355
1.470
2.538
2.430
1.915
1.901
1.869
1.332
2.006
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 kepadatan
penduduk Kecamatan Tasikmadu adalah 2.006 jiwa/km2. Desa yang memiliki
liii
kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa Papahan yaitu 2.886 jiwa/km2, hal
ini disebabkan karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai, memiliki
aksesibilitas yang mudah, serta dekat dengan kota Kecamatan Karanganyar
sebagai pusat kota sehingga banyak fasilitas dan pelayanan umum.
d. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk pada hakekatnya merupakan gambaran susunan
penduduk
yang
dibuat
berdasarkan
pengelompokan
penduduk
menurut
karakterisik yang sama (Rusli, 1983: 35). Beberapa jenis komposisi penduduk
antara lain komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, pendidikan,
mata pencaharian, agama, bahasa dan lain-lain.
Kegunaan dari komposisi penduduk antara lain:
1) Untuk mengetahui sumber daya manusia yang ada baik menurut umur maupun
jenis kelamin.
2) Untuk mengambil suatu kebijakan yang berhubungan dengan kependudukan.
3) Untuk membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lain.
Dalam penelitian ini akan diuraikan komposisi menurut umur dan jenis
kelamin, mata pencaharian dan pendidikan.
1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dapat pula disebut struktur umur
penduduk, biasanya digolongkan menurut umur satu tahunan atau lima tahunan.
Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling berpengaruh
satu sama lain yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Data struktur tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya rasio jenis kelamin dan rasio beban
tanggungan.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan
Tasikmadu dengan menggunakan interval lima tahunan dapat dilihat pada tabel 9
dibawah ini:
liv
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
TasikmaduTahun 2007.
Jumlah
Jiwa
0–4
2.309
2.117
4.426
5–9
2.410
2.289
4.699
10 – 14
2.585
2.387
4.972
15 – 19
2.797
2.591
5.388
20 – 24
2.568
2.378
4.946
25 – 29
2.354
2.204
4.558
30 – 34
2.223
2.101
4.324
35 – 39
2.055
2.026
4.081
40 – 44
1.846
1.780
3.626
45 – 49
1.560
1.529
3.089
50 – 54
1.197
1.190
2.387
55 -59
1.015
1.020
2.035
60 – 64
871
875
1.746
65 – 69
696
1.355
2.051
70 – 74
568
1.086
1.654
75 ke atas
478
919
1.397
Jumlah
27.532
27.847
55.379
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
%
7,99
8,49
8,98
9,73
8,93
8,23
7,81
7,37
6,55
5,58
4,31
3,67
3,15
3,70
2,99
2,52
100
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui rasio jenis kelamin dan rasio beban
tanggungan untuk wilayah Kecamatan Tasikmadu :
a). Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (1998: 5) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
terhadap jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Berdasarkan tabel 12 diatas untuk Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007
diketahui jumlah penduduk laki-laki 27.532 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 27.847 jiwa. Besarnya rasio jenis kelamin dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut :
Jumlah penduduk laki  laki
 100
jumlah penduduk perempuan
27.532
Rasio jenis kelamin =
 100
27.847
= 98,87 dibulatkan menjadi 99
Rasio jenis kelamin =
lv
Hasil perhitungan diatas menunjukkan rasio jenis kelamin di Kecamatan
Tasikmadu pada tahun 2007 adalah 99, artinya setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 99 penduduk laki-laki.
b). Rasio beban tanggungan
Rasio beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk
dibawah usia 15 tahun dan diatas 65 tahun yang merupakan kelompok usia non
produktif terhadap jumlah penduduk berusia 15  64 tahun yang merupakan
kelompok usia produktif. Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui penduduk usia 0 
14 tahun berjumlah 14.097 jiwa dan penduduk berusia diatas 65 tahun berjumlah
5.120 jiwa, sedangkan penduduk yang berusia 15  64 tahun berjumlah 36.180
jiwa. Rasio beban tanggungan di Kecamatan Tasikmadu diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
P (0  14)  P (65)
 100
P (15  64)
14.097  5.120
Rasio beban tanggungan =
 100
36.180
19.217
=
 100
36.180
= 53,11 dibulatkan menjadi 53
Rasio beban tanggungan =
Hasil perhitungan diatas menunjukkan rasio beban tanggungan di
Kecamatan Tasikmadu adalah 53, artinya setiap 100 penduduk usia produktif
harus menaggung beban ekonomi 53 penduduk yang tidak produktif.
2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan
gambaran tentang struktur ekonomi suatu daerah. Komposisi penduduk menurut
mata pencaharian di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
lvi
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2007
Banyaknya
Jiwa
1.
Petani Sendiri
7.128
2.
Buruh Tani
5.682
3.
Pengusaha
305
4.
Buruh Industri
15.117
5.
Buruh Bangunan
3.016
6.
Pedagang
2.281
7.
Pengangkutan
226
8.
PNS/TNI/Polri
2.030
9.
Pensiunan
560
10.
Lain-lain
9.911
Jumlah
46.256
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No.
Mata Pencaharian
%
15,41
12,28
0,66
32,68
6,52
4,93
0,49
4,39
1,21
21,43
100
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
Kecamatan Tasikmadu mempunyai mata pencaharian sebagai buruh industri
15.117 jiwa atau 32,68%, karena di Kecamatan Tasikmadu terdapat industri baik
industri besar, maupun industri kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sektor industri menjadi sektor utama kegiatan ekonomi penduduk, sedangkan
yang lain mempunyai mata pencaharian di luar sektor industri. Mata pencaharian
terkecil di Kecamatan Tasikmadu adalah pengangkutan sebanyak 226 orang
karena sebagian besar masyarakatnya sudah memiliki sepeda dan sepeda motor
sehingga transportasi umum jarang dimanfaatkan masyarakat.
3) Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Komposisi penduduk menurut pendidikan dapat memberikan gambaran
tentang tingkat pendidikan penduduk suatu daerah. Tingkat pendidikan penduduk
di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini :
lvii
Tabel 11. Komposisi Penduduk 5 tahun ke atas menurut Pendidikan tertinggi di
Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007
Banyaknya
Jiwa
%
1.
Tidak / Belum Pernah Sekolah
4.105
8,06
2.
Belum Tamat SD
5.033
9,88
3.
Tidak Tamat SD
2.149
4,22
4.
Tamat SD
17.046
33,45
5.
Tamat SMP
11.689
22,94
6.
Tamat SMA
9.037
17,73
7.
Tamat Akademi / Perguruan Tinggi
1.896
3,72
Jumlah
50.955
100
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk merupakan dasar dari pengetahuan
penduduk, Nursid Sumaatnmadja (1980:33) berpendapat bahwa latar belakang
pendidikan dapat mengungkapkan berbagai gejala dan aspek kehidupan yang
harus dikembangkan. Tingkat pendidikan yang rendah, menjadi penghambat
pembangunan khususnya dalam pengembangan sarana pendidikan.
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan
Tasikmadu yang tidak / belum pernah Sekolah yaitu 4.105 jiwa atau (8,06%),
belum tamat SD yaitu 5.033 atau (9,88%), tidak tamat SD yaitu 2.149 atau
(4,22%), sedangkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah adalah tingkat
pendidikan tamat SD yaitu 17.046 jiwa (33,45%), kemudian tamat SMP 11.689
jiwa (22,94%), tamat SMA 9.037 jiwa (17,73%), sedangkan yang tamat
Akademi/Perguruan Tinggi 1.896 (3,72%). Banyaknya tamatan SMA di
Kecamatan Tasikmadu karena lapangan pekerjaan dibidang industri yaitu menjadi
buruh industri dan karyawan swasta, merupakan lapangan pekerjaan yang paling
banyak, sehingga untuk dapat bekerja sebagai buruh industri/karyawan swasta
diharuskan tamat SLTA.
3.
Sarana dan Prasarana Daerah
Keadaan kehidupan penduduk dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang
tersedia. Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Tasikmadu yang di ada
dalam penelitian yaitu:
lviii
a. Sarana dan Prasarana Transportasi
Sarana transportasi sangat penting peranannya untuk menghubungkan
masyarakat dari daerah yang satu ke daerah lainnya dengan cepat dan mudah.
Sarana transportasi yang digunakan oleh penduduk Kecamatan Tasikmadu dapat
di lihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 12. Sarana dan Prasarana Transportasi di Kecamatan Tasikmadu Tahun
2007.
No.
Sarana Transportasi
Jumlah (buah)
Persen (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mobil Pribadi
604
Sepeda
15.594
Sepeda Motor
10.733
Angkudes/kota
32
Truck/Colt
63
Ojek
8
Becak
99
Andong/Dokar
3
Jumlah
27.136
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
2,23
57,47
39,55
0,12
0,23
0,03
0,36
0,01
100
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
penduduk di Kecamatan Tasikmadu lebih memilih menggunakan sepeda ataupun
sepeda motor untuk mobilitas hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang
menghubungkan antar desa sudah cukup memadai dan kebanyakan beraspal.
Gambar 2. Sarana Transportasi Sepeda
lix
b. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi mempunyai arti penting bagi perkembangan daerah.
Sarana komunikasi yang memadai sangat membantu arus informasi sehingga
pengetahuan penduduk meningkat. Sarana komunikasi yang digunakan oleh
penduduk Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat tabel 13 berikut ini:
Tabel 13. Sarana dan Prasarana Komunikasi di Kecamatan Tasikmadu Tahun
2007.
No.
1.
2.
3.
4.
Sarana Komunikasi
Jumlah (buah)
Persen (%)
Telephon Kabel
333
89,76
Wartel
34
9,16
Warnet
3
0,81
Kantor Pos
1
0,27
Jumlah
371
100
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah sarana komunikasi
yang paling banyak adalah telephon kabel yaitu sebesar 89,76% hal ini
disebabkan karena telepon kabel lebih cepat dalam menerima informasi, mudah
menggunakanya serta efisien.
Gambar 3. Sarana Komunikasi Telephon
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Penyediaan fasilitas kesehatan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
penduduk, semakin lengkap fasilitas kesehatan yang dipunyai maka tingkat
kesehatan masyarakatnya semakin baik. Untuk mengetahui sarana kesehatan yang
ada di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 14 dibawah ini:
lx
Tabel 14. Sarana / Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007.
Banyaknya
Jumlah
1.
Rumah Sakit
1
2.
Rumah Bersalin
8
3.
Poliklinik
1
4.
Puskesmas
1
5.
Puskesmas Pembantu
3
6.
Dokter
10
7.
Bidan
16
8.
Posyandu
70
9.
Polindes
9
10. Apotik
3
Jumlah
122
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No.
Jenis Sarana Kesehatan
%
0,82
6,56
0,82
0,82
2,46
8,19
13,11
57,38
7,38
2,46
100
Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Tasikmadu terdiri dari sebuah
Rumah Sakit, 8 unit rumah sakit bersalin, sebuah poliklinik, sebuah puskesmas, 3
unit puskesmas pembantu, 70 unit posyandu, 9 unit polindes, dan 3 unit apotik,
sedangkan tenaga kesehatanya terdiri atas 10 orang dokter, dan 16 orang bidan.
Gambar 4. Sarana Kesehatan
d. Sarana dan Prasarana Perekonomian
Tingkat kemajuan dan keberhasilan pendidikan di suatu wilayah tidak
dapat dipisahkan dari tingkat kemajuan dan keberhasilan perekonomian karena
semakin lengkap sarana perekonomian yang dimiliki maka semakin besar peluang
penduduk untuk maju. Sarana dan prasana perekonomian yang ada di Kecamatan
Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:
lxi
Tabel 15. Sarana dan prasarana perekonomian di Kecamatan Tasikmadu Tahun
2007.
Banyaknya
No.
Jenis Prasarana
Jumlah
%
1.
Pasar
4
0,20
2.
Supermarket / swalayan
1
0,05
3.
Warung / kedai makan
234
11,49
4.
Toko / Warung Kelontong
501
24,59
5.
Hotel / Losmen
1
0,05
6.
Bank Umum
4
0,20
7.
BPR
5
0,25
8.
KUD
1
0,05
9.
Koperasi Simpan Pinjam
17
0,83
10. Bengkel Motor / Mobil
34
1,67
11. Bengkel Elektronik
18
0,88
12. Foto Copy
12
0,59
13. Potong Rambut
21
1,03
14. Salon Kecantikan
36
1,77
15. Bengkel Las
27
1,32
16. Persewaan Alat Pesta
42
2,06
17. Rice Mill
52
2,55
18
Industri Besar
2
0,10
19. Indusri Kecil
1.025
50,32
Jumlah
2.037
100
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan
Tasikmadu yang paling banyak bergerak dibidang industri khususnya industri
kecil yaitu 50,32%, kemudian Toko/Warung Kelontong sebanyak 24,59% dan
Warung / kedai makan 11,49%.
Gambar 6. Sarana Perekonomian Bengkel Las
e. Sarana Peribadatan.
lxii
Berdasarkan data statistik Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 penduduk
Tasikmadu beragama Islam 97,67%, beragama Kristen 1,06%, beragama Khatolik
1,19 % dan beragama Hindu 0,06% dan beragama Budha 0,02%. Sarana
peribadatan yang ada di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 15
berikut :
Tabel 16. Sarana Peribadatan di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007.
Banyaknya
Jumlah
1. Masjid
115
2. Langgar
33
3. Gereja
3
Jumlah
151
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
No.
Jenis Prasarana
%
76,16
21,85
1,99
100
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa jumlah sarana peribadatan di
Kecamatan Tasikmadu yang paling banyak adalah masjid yaitu 76,16% kemudian
langgar 21,85% dan gereja 1,99%.
Gambar 5. Sarana Peribadatan
4.
Sarana dan Prasarana Pendidikan SD/MI
Tingkat pendidikan dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengukur
keberhasilan pembangunan pendidikan dalam suatu wilayah. Dengan tingkat
pendidikan yang semakin tinggi maka keberhasilan pembangunan di suatu
wilayah dimungkinkan menjadi semakin besar, khususnya pembangunan di
bidang pendidikan. Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Tasikmadu
yang dalam penelitian yaitu:
a. Gedung SD/MI
lxiii
Gambar 7. Sarana Gedung SDN 03 Pandeyan
Kategori Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu di bagi menjadi 2 yaitu
Sekolah Dasar Negri (SDN) dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Sarana
mengenai jumlah dan persebaran gedung SD/MI di Kecamatan Tasikmadu pada
tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 17 diberikut ini :
Tabel 17. Jumlah dan Persebaran Gedung SD dan MI di Kecamatan Tasikmadu
Tahun 2007.
Jumlah Gedung
Sekolah Dasar Negeri
Madrasah Ibtidaiyah
(SDN)
Negeri (MIN)
1.
Buran
2
2.
Papahan
3
3.
Ngijo
2
4.
Gaum
2
5.
Suruh
3
6.
Pandeyan
3
7.
Karangmojo
3
1
8.
Kaling
3
9.
Wonolopo
3
10. Kalijirak
3
Jumlah
27
1
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008
No.
Nama Desa
Berdasarkan tabel 17 dapat dideskripsikan sebagai berikut, pada tahun
2007 jumlah gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu adalah 28 gedung
tersebar di 10 Desa/Kelurahan. Desa yang memiliki paling banyak gedung adalah
Desa Karangmojo, yaitu 3 gedung Sekolah Dasar dan satu gedung Madrasah yaitu
lxiv
lxv
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Karangmojo. Pembangunan gedung Madrasah
Ibtidaiyah Negeri yang ada di Kecamatan Tasikmadu ditempatkan pada Desa
Karangmojo, hal ini disebabkan karena Desa Karangmojo memiliki jumlah
penduduk yang banyak, serta merupakan pusat tempat kegiatan keagamaan islam
yang ada di Kecamatan Tasikmadu yang mayoritas penduduknya beragama islam.
Setelah Desa Karangmojo diikuti Desa Papahan, Desa Suruh, Desa Kalijirak,
Desa Wonolopo, Desa Pandeyan, dan Desa Kaling yang rata-rata memiliki 3
gedung Sekolah Dasar, kemudian desa yang memiliki 2 gedung Sekolah Dasar
adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan Desa Ngijo. Jumlah gedung yang tidak sama
juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang tidak sama, pembangunan gedung
Sekolah Dasar memang dilakukan untuk menampung jumlah penduduk yang
berusia 7-12 tahun sehingga bisa mengenyam pendidikan dasar 9 tahun yang
dimulai dengan tingkat Sekolah Dasar.
Pembangunan gedung Sekolah Dasar kurang memperhatikan jumlah
penduduk dan daya tampung ideal setiap sekolah Dasar. Hal ini dapat dilihat pada
peta 3 bahwa Desa Karangmojo memiliki jumlah anak usia SD (7-12 tahun)
sebanyak 493 disitu memiliki 4 buah sarana gedung Sekolah Dasar yaitu SDN 01
Karangmojo, SDN 02 Karangmojo, SDN 03 Karangmojo dan MIN Karangmojo
sehingga berdampak sekolah kekurangan murid dan tidak terpenuhinya daya
tampung yang ideal dimana 1 sekolah minimal memiliki 40 jumlah murid, selain
itu letak gedungnya yang saling berdekatan satu sama lain juga merupakan salah
satu faktor sekolah mengalami kekurangan jumlah murid yaitu seperti pada
sekolah yang ada di Desa Gaum yaitu SDN 01 Gaum dan SDN 02 Gaum.
Penyebaran jumlah siswa yang tidak merata tidak terlepas dari kebijakan
para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ditempat Sekolah Dasar yang lebih
baik dan berkualitas, sehingga tidak semua penduduk di suaru desa/kelurahan
bersekolah di sekolah yang ada di desa/ kelurahan itu yaitu pada Desa Wonolopo
yang memiliki jumlah anak usia Sekolah Dasar (7-12 Tahun) sebanyak 559 anak,
yang sekolah di desanya hanya 348 jiwa berarti 211 anak bersekolah di desa lain.
Hal ini disebabkan karena pemilihan tempat sekolah bagi anak-anaknya sangat
dipengaruhi oleh pandangan orangtua yang memandang sekolah tertentu baik.
lxvi
Kondisi geografis Kecamatan Tasikmadu yang relatif datar dan mempunyai
aksesibilitas yang mudah antar desa/kelurahan menyebabkan orang tua calon
siswa Sekolah Dasar menyarankan untuk bersekolah di sekolah yang baik
walaupun di luar kelurahan/desa tempat tinggal siswa tersebut.
b. Ruang Kelas
Gambar 8. Ruang Kelas
Sarana prasarana mengenai jumlah dan persebaran ruang kelas Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007
dapat dilihat pada tabel 18 dibawah ini:
Tabel 18. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas Sekolah SD/MI di Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2007
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama Desa
Jumlah Ruang Kelas
Buran
12
Papahan
24
Ngijo
12
Gaum
12
Suruh
18
Pandeyan
18
Karangmojo
24
Kaling
18
Wonolopo
18
Kalijirak
18
Jumlah
174
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008
Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 jumlah
ruang kelas/ruang belajar yang ada di Kecamatan Tasikmadu adalah 174 buah
tersebar diseluruh desa di Kecamatan Tasikmadu, dengan jumlah yang paling
lxvii
banyak berada di Desa Papahan dan Desa Karangmojo adalah 24 buah, hal ini di
karenakan jumlah Sekolah Dasar yang dimiliki paling banyak dibandingkan
dengan desa lain. Ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu cukup memadai
yaitu dengan melihat bahwa setiap Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu telah
memiliki minimal 6 buah ruang kelas.
c. Ruang Perpustakaan
Gambar 9. Ruang Perpustakaan
Sarana prasarana mengenai Perpustakaan yang ada di perpustakaan
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun
2007 dapat dilihat pada tabel 19 dibawah ini:
Tabel 19. Jumlah dan Persebaran Perpustakaan SD/MI di Kecamatan Tasikmadu
Tahun 2007
Banyaknya
SD
MI
1.
Buran
2
2.
Papahan
3
3.
Ngijo
2
4.
Gaum
2
5.
Suruh
3
6.
Pandeyan
3
7.
Karangmojo
3
1
8.
Kaling
3
9.
Wonolopo
3
10.
Kalijirak
3
Jumlah
27
1
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008
No.
Nama Desa
lxviii
Berdasarkan tabel 19 dapat dideskripsikan sebagai berikut, pada tahun
2007 jumlah ruang perpustakaan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu adalah
28 ruang perpustakaan Sekolah Dasar. Desa yang memiliki 2 buah ruang
perpustakaan adalah Desa Buran, Desa Ngijo, dan Desa Gaum sedangkan Desa
yang memiliki 3 buah ruang perpustakaan adalah Desa Papahan, Desa Suruh,
Desa Pandeyan, Desa Kaling, Desa Wonolopo dan Desa Kalijirak. Desa yang
memiliki paling banyak ruang perpustakaan adalah Desa Karangmojo yaitu 4
buah ruang perpustakaan. Keberadaan ruang perpustakaan sekolah berfungsi
sebagai tempat menyimpan bahan pustaka atau koleksi perpustakaan, untuk
kegiatan layanan perpustakaan dan sebagai tempat tenaga perpustakaan untuk
melaksanakan kegiatannya.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu : (1)
pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia 7-12 tahun yang meliputi :
(a) pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun, (b) jumlah dan persebaran anak usia
7-12 tahun pada tahun 2007-2013, dan (c) jumlah dan persebaran murid SD, (2)
penyediaan fasilitas pendidikan SD, yang meliputi: (a) jumlah dan persebaran
gedung sekolah, (b) jumlah dan persebaran tenaga guru, (c) jumlah dan persebaran
ruang kelas, dan (d) jumlah dan persebaran tenaga perpustakaan yang dibutuhkan.
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun
a. Pertumbuhan Penduduk Usia 7-12 Tahun
Pada tahun 2007 jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan
Tasikmadu sebesar 5.214 jiwa, sedangkan jumlah penduduk tahun 2001 sebanyak
5.367 jiwa, dengan demikian dalam kurun waktu antara tahun 2001-2007 jumlah
penduduk usia 7-12 tahun telah berkurang sebesar 153 jiwa, yang berarti
mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,48 %. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai perhitungan tingkat pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun di
Kecamatan
Tasikmadu
tahun
2001-2007
eksponensial.
lxix
dengan
menggunakan
rumus
Pt = Po.ert
Dimana :
Pt : Banyaknya penduduk pada tahun 2007
Po : Banyaknya penduduk pada tahun 2001
r
: Angka pertumbuhan penduduk
t
: Jangka waktu (6 tahun)
Dari rumus tersebut dapat dihitung angka pertumbuhan penduduk usia 712 tahun Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2001-2007 yaitu sebagai berikut :
Pt = Po.ert
5.367 = 5.214 x 2,718282 r.6
5.214
= 2,718282 r.6
5.367
0,971492453 = 2,718282 r.6
Log 0,971492453 = r.6 Log 2,718282
-0,012560568 = r.6 x 0,434294509
-0,012560568 = r. x 2,605767056
r =
- 0,012560568
2,605767056
r = -0,48 %
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa selama kurun
waktu enam tahun yaitu antara tahun 2001-2007 angka pertumbuhan
penduduknya adalah sebesar -0,48% yang berarti dalam jangka waktu 6 tahun
penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu mengalami pengurangan
sebesar 0,48%. Hal ini dapat sebabkan oleh keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) yang sangat digencarkan pemerintah pusat maupun daerah dalam
beberapa dekade terakhir yang memiliki tujuan utama untuk mengurangi angka
pertumbuhan penduduk.
b. Jumlah dan Persebaran Anak Usia 7-12 Tahun
Untuk menentukan jumlah anak usia 7-12 tahun pada tahun 2013 yang
seharusnya duduk di bangku Sekolah Dasar disetiap Desa menggunakan rumus
proyeksi seperti dibawah ini:
lxx
Pn = (1 + r )n x Po
Dimana:
Pn : Jumlah penduduk pada tahun 2013
Po : Jumlah penduduk pada tahun 2007
r
: Tingkat pertumbuhan penduduk dalam persen (%) dibagi 100
n
: Jangka waktu tahun 2007-2013 (6 tahun)
Dari persamaan diatas tersebut dapat dihitung angka pertumbuhan
penduduk usia 7-12 tahun Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 yaitu sebagai
berikut :
Pn = (1 + r )n x Po
6
 - 0,48 
Pn = 1 
x 5.214
100 

= 1  0,0048 x 5.214
6
= 0,9952 x 5.214
6
= 0,971543396 x 5.214
= 5.066 Jiwa
Adapun untuk menghitung jumlah penduduk usia 7-12 tahun tiap Desa di
Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 yaitu sebagai contoh penghitungan adalah
Desa Buran berikut ini :
Pn = (1 + r )n x Po
6
 - 0,48 
Pn = 1 
x 300
100 

= 1  0,0048 x 300
6
=
0,99526 x 300
= 0,971543396 x 300
= 291 Jiwa
Berikut akan disajikan jumlah dan persebaran Anak Usia 7-12 Tahun
yang ada di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dan Prediksi tahun 2013 di tiap
desa:
lxxi
Tabel 20. Jumlah dan Persebaran Anak Usia 7-12 Tahun di Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2007 dan Prediksi tahun 2013.
Jumlah Anak Usia 7-12 Tahun (jiwa)
2007
2013
1.
Buran
300
291
2.
Papahan
696
676
3.
Ngijo
487
473
4.
Gaum
539
524
5.
Suruh
569
553
6.
Pandeyan
534
519
7.
Karangmojo
493
480
8.
Kaling
512
497
9.
Wonolopo
559
543
10. Kalijirak
525
510
Jumlah
5.214
5.066
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 dan
Hasil Perhitungan Proyeksi.
No.
Nama Desa
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia 7-12
tahun pada tahun 2007 adalah 5.214 jiwa dengan jumlah yang paling banyak
adalah Desa Papahan yaitu 696 anak dengan tingkat kepadatan 2.886 jiwa/km2
dan jumlah yang paling sedikit adalah Desa Buran yaitu 300 anak, sedangkan
prediksi untuk tahun 2013 jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan
Tasikmadu adalah 5.066 anak maka dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia 712 tahun di Kecamatan Tasikmadu akan mengalami penurunan sebesar 148 anak
dalam jangka waktu 6 tahun. Hal ini dipengaruhi karena adanya keberhasilan
program Keluarga Berencana (KB) yang semakin berkembang baik teknik
maupun alat-alat yang digunakan.
c. Jumlah dan Persebaran Murid Sekolah Dasar
Jumlah dan persebaran murid Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah
yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 dapat di deskripsikan sebagai
berikut: jumlah murid seluruhnya adalah 5.032 siswa sedangkan murid laki-laki
adalah 2.648 siswa lebih banyak daripada jumlah murid perempuan yaitu 2.384
siswa, jumlah murid terbanyak berada di Desa Papahan dengan jumlah 809 siswa
dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu 305 siswa. Jumlah dan
lxxii
persebaran murid SD/MI setiap desa di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 dapat
dilihat pada tabel 21 dibawah ini:
Tabel 21. Jumlah dan Persebaran Murid SD/MI Tiap Desa di Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2007 dan Prediksi Tahun 2013
Laki-laki
Perempuan Tahun 2007 Tahun 2013
(jiwa)
(jiwa)
(jiwa)
(jiwa)
1. Buran
166
139
305
296
2. Papahan
426
383
809
786
3. Ngijo
218
188
456
424
4. Gaum
174
154
478
437
5. Suruh
325
291
616
599
6. Pandeyan
346
304
650
632
7. Karangmojo
315
297
612
595
8. Kaling
235
217
452
439
9. Wonolopo
177
171
348
338
10. Kalijirak
266
240
506
492
Jumlah
2.648
2.384
5.032
4.890
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007/2008
dan Hasil Perhitungan Proyeksi.
No
Nama Desa
Data yang disajikan pada tabel 21 kemudian dibuat grafik seperti di
halaman berikutnya. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui Jumlah Siswa
berdasarkan kelamin tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu.
Grafik Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2007
500
400
300
200
100
0
Laki-laki
k
l ij i
ra
olo
on
Ka
po
g
l in
W
Ka
jo
mo
ng
Ka
ra
ey
an
h
nd
ru
Pa
Su
um
Ga
i jo
Ng
pa
Pa
Bu
ra
ha
n
n
Perempuan
Nama Desa
Gambar 10. Grafik Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2007
lxxiii
Dari grafik dapat diketahui bahwasannya jumlah dan persebaran murid
SD/MI Tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 yang paling tinggi berada
di Desa Papahan disebabkan oleh kualitas sekolah yang baik dan delat pusat kota
yang mempunyai sarana dan fasilitas yang lengkap, sedangkan yang paling rendah
berada di Desa Buran hal ini dikarenakan Desa Buran mempunyai wilayah yang
paling sempit dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Tasikmadu.
Apabila kita bandingkan antara tabel 20 dengan tabel 21 yaitu antara
jumlah anak usia 7-12 dengan jumlah murid usia 7-12 tiap desa di Kecamatan
Tasikmadu tahun 2007 terdapat perbedaan yang cukup besar. Apabila dilihat lebih
lanjut terdapat selisih yang bervariasi yang disebabkan oleh adanya anak yang
bersekolah diluar desanya untuk mendapat kualitas yang lebih baik. Peningkatan
yang paling besar adalah di Desa Papahan yang meningkat 113 anak dari
penduduk yang berusia 7-12 tahun sebesar 696 dengan jumlah siswa SD 809 jiwa,
hal ini tidak terlepas dengan kebijakan orang tua untuk menyekolahkan anakanaknya di sekolah yang lebih baik, sehingga tidak semua penduduk disuatu
desa/kelurahan bersekolah di sekolah yang ada di desa/kelurahan itu. Pemilihan
tempat sekolah bagi anak-anaknya sangat dipengaruhi oleh pandangan orangtua
yang memandang sekolah-sekolah tertentu yang baik. Kondisi geografis
Kecamatan Tasikmadu yang relatif datar dan mempunyai aksesibilitas yang
mudah antar desa/kelurahan menyebabkan orangtua calon siswa Sekolah Dasar
menyarankan untuk bersekolah di sekolah yang baik walaupun berada di luar
kelurahan/desa tempat tinggal siswa tersebut.
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar
a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah Dasar
Sarana prasarana mengenai jumlah dan persebaran gedung Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) yang ideal di Kecamatan Tasikmadu tahun
2013 dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:
lxxiv
Jumlah Gedung Sekolah di Kec Tasikmadu 2013 
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013
Rata  rata Daya Tampung SD di Kec Tasikmadu
Berdasarkan rumus diatas dapat dilihat bahwa proyeksi jumlah gedung SD
di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 adalah jumlah proyeksi siswa Sekolah
Dasar tahun 2013 dibagi dengan rata-rata daya tampung SD di Kecamatan
Tasikmadu 2007 hal ini dikarenakan tiap SD di Kecamatan Tasikmadu tidak
memiliki daya tampung yang sama dan diasumsikan memiliki jumlah ruang kelas
yang tetap sampai 2013,
Rata  rata Daya Tampung SD Kec Tasikmadu 
Jumlah Ruang Kelas  40
Jumlah SD di Kecama tan Tasikmadu
Rata  rata Daya Tampung SD Kec Tasikmadu 
174  40
28
= 248,57
sehingga dapat diperoleh:
Jumlah Gedung Sekolah di Kec Tasikmadu 2013 
4.890
248,57
= 19,67 dibulatkan menjadi 20
Jadi pada tahun 2013 jumlah Sekolah Dasar yang tepat di Kecamatan
Tasikmadu adalah 20 gedung. Data mengenai jumlah dan persebaran gedung
SD/MI di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada berikut ini:
lxxv
Tabel 22. Jumlah dan Persebaran Gedung SD dan MI di Kecamatan Tasikmadu
Tahun 2007 dan Prediksi tahun 2013.
2007
2013
SD
MI
SD
MI
1.
Buran
2
1
2.
Papahan
3
2
3.
Ngijo
2
1
4.
Gaum
2
1
5.
Suruh
3
3
6.
Pandeyan
3
3
7.
Karangmojo
3
1
2
1
8.
Kaling
3
2
9.
Wonolopo
3
2
10. Kalijirak
3
2
Jumlah
27
1
19
1
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008
dan Hasil Analisis.
No.
Nama Desa
Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui bahwa jumlah gedung SD/MI di
Kecamatan Tasikmadu dari tahun 2007-2013 diperkirakan akan mengalami
pengurangan gedung Sekolah Dasar sebanyak 8 buah berdasarkan optimalisasi
daya tampung yang ada, namun dalam fakta dilapangannya tidak semua gedung
tersebut di regrouping hanya pada gedung yang memenuhi syarat dan ketentuan
saja yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar.
Pelaksanaan Regrouping Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu dihitung
dengan menggunakan rumus dibawah ini:
DT 
Jumlah kapasitas ruang kelas di satu desa*)
Jumlah anak usia sekolah di desa tersebut
x 100 %
*) Meliputi SD/MI
Nilai prosentase DT menunjukkan indikasi perlu tidaknya penggabungan
(regrouping) SD
Apabila :
a. DT > 100% berarti terdapat kelebihan kapasitas, merupakan indikasi perlu
penggabungan
b. DT < 100% berarti terdapat kekurangan kapasitas, merupakan indikasi perlu
SD tetap / dikembangkan.
lxxvi
Misalnya:
1) Desa Buran
DT 

12 x 40
x 100 %
300
480
x 100 %
300
= 160 % (Regrouping / penggabungan)
Tabel 23. Analisis Penggabungan SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Proyeksi
Tahun 2013
No.
Nama Desa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Buran
Papahan
Ngijo
Gaum
Suruh
Pandeyan
Karangmojo
Kaling
Wonolopo
Kalijirak
Kapasitas
ruang kelas
480
960
480
480
720
720
960
720
720
720
Jml Murid
SD 2013
296
786
394
319
599
632
595
439
338
492
DT ( % )
Indikasi
162 %
123 %
124%
150%
119 %
113 %
195 %
164 %
213 %
146 %
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Regrouping
Sumber : Hasil Analisis data
Berdasarkan hasil tabel 23 dapat diketahui bahwa Sekolah yang
mempunyai indikasi untuk di regrouping sebanyak 10 buah dari 28 buah SD yang
berada di Kecamatan Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa
Ngijo, Desa Suruh, Desa Pandeyan, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa
Wonolopo, dan Desa Kalijirak. Namun hanya 8 desa yang memiliki persentase
yang relatif besar untuk di regrouping karena untuk Desa Suruh dan Desa
Pandeyan memiliki persentase yang relatif kecil dan jumlah murid yang seimbang
dengan jumlah fasilitas gedungnya selain itu dari segi letak yang starategis dengan
aksesibilitas yang mudah sehingga kemungkinan untuk tidak di regrouping masih
tinggi sehingga hal ini akan sesuai dengan jumlah Sekolah Dasar yang ideal di
Kecamatan Tasikmadu.
lxxvii
Gedung Sekolah Dasar yang diperkirakan mengalami penggabungan di
Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 adalah SDN 03 Papahan dikarenakan
penduduk usia Sekolah Dasar lebih memilih sekolah di SDN 01 Papahan dan
SDN 02 Papahan yang mutunya lebih baik serta memiliki sarana dan prasarana
yang lebih lengkap selain itu aksesnya juga mudah, kemudian SDN 01 Buran
yaitu dikarenakan letaknya yang lebih jauh dari permukiman penduduk sehingga
siswa lebih memilih sekolah yang lebih dekat, SDN 02 Ngijo dikarenakan
letaknya yang tidak stategis dan jauh dari permukiman penduduk, sedangkan
untuk SDN 01 Gaum dikarenakan lokasi sekolah yang saling berdekatan dengan
SDN 01 Gaum dan masih dalam satu area selain itu dilihat dari dari segi mutu
SDN 02 Gaum lebih baik, sehingga untuk efisiensi anggaran dapat digabung,
kemudian SDN 01 Kalijirak karena jumlah murid yang sedikit karena jumlah
penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) lebih memilih ke desa lain yang
memiliki mutu dan kwalitas yang lebih baik, untuk SDN 03 Wonolopo karena
merupakan sekolah yang mempunyai jumlah murid paling sedikit dibanding
sekolah lainnya yaitu hanya 55 siswa sebab lokasi sekolah yang jauh dari
permukiman penduduk, sedangkan SDN 01 Kaling dikarenakan jumlah penduduk
usia 7-12 tahun yang sedikit sehingga masih banyak ruangan yang kosong dan
calon siswa lebih memilih sekolah yang mutunya lebih baik, dan SDN 01
Karangmojo dikarenakan letak Sekolah Dasar yang saling berdekatan yaitu antara
SDN 01 Karangmojo dan SDN 02 Karangmojo agar lebih efektif penyediaan
sarana prasarananya. Untuk itu dipredeksikan jumlah Sekolah Dasar yang ideal
pada tahun 2013 adalah 20 gedung Sekolah Dasar yaitu SDN 01 Papahan, SDN
02 Papahan, SDN 02 Buran, SDN 01 Ngijo, SDN 01 Suruh, SDN 02 Suruh, SDN
03 Suruh, SDN 02 Gaum, SDN 02 Kalijirak, SDN 03 Kalijirak, SDN 01
Wonolopo, SDN 02 Wonolopo, SDN 01 Pandeyan, SDN 02 Pandeyan, SDN 03
Pandeyan, SDN 02 Kaling, SDN 03 Kaling, SDN 02 Karangmojo, SDN 03
Karangmojo, dan MIN Karangmojo. Peta sebaran anak usia 7-12 tahun dan
sebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu prediksi tahun 2013 dapat dilihat
pada peta 4.
lxxviii
lxxix
Penyebaran jumlah murid yang tidak merata di antara setiap Sekolah
Dasar Negeri juga merupakan salah satu alasan dalam Penggabungan
(regrouping) SD, disamping itu dari sisi infrastruktur untuk mengantisipasi sarana
belajar sebagian besar SD yang tidak mempunyai alat peraga yang memadai dan
kondisi meja-kursi yang tidak layak pakai, selain itu bertujuan untuk efisiensi
anggaran dalam peningkatan pelayanan di bidang pendidikan khususnya
pendidikan Sekolah Dasar.
Pelaksanaan regrouping di Kecamatan Tasikmadu telah dimulai dengan
adanya berbagai pertimbangan dan kajian yang diawali dengan Keputusan Bupati
Karanganyar No.890/7/2007 tentang pembentukan tim pendirian, pengintegrasian,
dan penghapusan sekolah formal dan non-formal. Pemerintah Kabupaten
Karanganyar manyadari perencanaan konsep penggabungan Sekolah Dasar dapat
memberi harapan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran dan efisiensi
anggaran, antara lain dengan memecahkan masalah yang ada dengan upaya
pemanfaatan kelebihan karakteristik dari masing-masing daerah. Proses
Penggabungan (regrouping) SD dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan
kondisi dan potensi berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh tim
penggabungan SD. Namun dalam pelaksanaannya, proses penggabungan juga
menghadapi kendala terutama pada perangkat institusi / lembaga (kepala sekolah,
penjaga sekolah dan guru) sehingga sampai saat ini belum ada tindakan lebih
lanjut dari pemerintah Kabupaten Karanganyar maupun Kecamatan Tasikmadu
b. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas
Sarana prasarana mengenai jumlah dan persebaran ruang kelas Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007
dapat dilihat pada tabel 29 dibawah ini:
lxxx
Tabel 24 Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas Sekolah SD/MI di Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2007
Jumlah Rombongan
Belajar
1.
Buran
12
12
2.
Papahan
24
24
3.
Ngijo
12
12
4.
Gaum
12
12
5.
Suruh
18
18
6.
Pandeyan
18
18
7.
Karangmojo
24
24
8.
Kaling
18
18
9.
Wonolopo
18
16
10. Kalijirak
18
18
Jumlah
174
172
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008
No.
Nama Desa
Jumlah Ruang Kelas
Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa ruang kelas/ruang belajar
yang terdapat di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 adalah 174 buah tersebar
diseluruh desa di Kecamatan Tasikmadu, dengan jumlah yang paling kecil adalah
berada di Desa Ngijo berada di Desa Buran, Desa Ngijo, dan Desa Gaum yaitu
masing-masing 12 buah dan yang paling banyak berada di Desa Papahan dan
Desa Karangmojo yaitu masing-masing 24 buah, sehingga di Kecamatan
Tasikmadu memiliki kelebihan 2 buah ruang kelas. Hal ini disebabkan oleh
adanya penurunan jumlah siswa SD/MI yang bersekolah di Kecamatan Tasikmadu
tahun 2007 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang mengakibatkan
adanya penurunan jumlah rombongan belajar sedangkan jumlah ruang kelas yang
cenderung tetap dari tahun ke tahun. Kebutuhan ruang kelas yang ada di
Kecamatan Tasikamadu untuk tahun 2013 menurut pedoman pelaksanaan
penggabungan Sekolah Dasar dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Jumlah Kebutuhan Ruang kelas di Kec Tasikmadu 2013 

Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013
40
4.890
40
 122 , 25 dibulatkan menjadi 122
lxxxi
Jadi pada tahun 2013 jumlah ruang kelas Sekolah Dasar yang tepat di
Kecamatan Tasikmadu adalah 122 ruang. Data mengenai jumlah dan persebaran
ruang kelas yang dibutuhkan SD/MI di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 25. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas Sekolah SD/MI di Kecamatan
Tasikmadu Tahun 2013
Proyeksi Jml Murid Jumlah Kebutuhan Ruang
No.
Nama Desa
Tahun 2013
Kelas Th 2013
1.
Buran
296
7
2.
Papahan
786
20
3.
Ngijo
394
10
4.
Gaum
319
8
5.
Suruh
599
15
6.
Pandeyan
632
16
7.
Karangmojo
595
15
8.
Kaling
439
11
9.
Wonolopo
338
8
10. Kalijirak
492
12
Jumlah
4.890
122
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008
Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa jumlah ruang kelas/ruang
belajar yang dibutuhkan di Kecamatan Tasikmadu untuk tahun 2013 adalah
sebanyak 122 buah, sedangkan jumlah ruang belajar yang ada pada tahun 2007
adalah 174 buah sehingga kelebihan 52 buah ruang kelas maka untuk mengatasi
hal tersebut perlu diadakan penggabungan Sekolah Dasar sebanyak 8 buah agar
lebih efektif dan efisien.
c. Jumlah dan Persebaran Guru SD dan MI
Pendidikan dapat terlaksana sebagai kegiatan belajar mengajar maka
diperlukan adanya guru dan murid, sebab dengan adanya guru dan murid yang
sesuai akan mengakibatkan proses belajar mengajar disuatu daerah akan dapat
berjalan dengan baik. Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru
kelas yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan. Menurut Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor
24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI Guru Mata
lxxxii
pelajaran sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan. Jadi sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki enam
guru kelas dan 2 guru mata pelajaran agama dan olahraga dan mempunyai
kedudukan yang hampir sama. Jumlah total guru minimal yang harus dimiliki
sebuah Sekolah Dasar/MI ada 8 guru. Untuk mengetahui jumlah guru di
Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini:
Tabel 26. Jumlah dan Persebaran Guru SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun
2007.
Guru SD/MI Tahun 2007
Jumlah
Nama
No.
SD/MI
Guru
Guru
Guru
Desa
Total
Th 2007
Kelas
Agama
Penjas
1. Buran
2
10
3
2
15
2. Papahan
3
25
5
3
33
3. Ngijo
2
17
3
2
23
4. Gaum
2
15
2
2
19
5. Suruh
3
19
4
3
26
6. Pandeyan
3
20
3
3
26
7 Karangmojo
4
24
4
4
32
8 Kaling
3
17
3
3
23
9 Wonolopo
3
16
3
3
22
10 Kalijirak
3
18
4
3
25
Jumlah
28
181
34
28
243
Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007/2008
Berdasarkan tabel 25 diatas dapat diketahui bahwa jumlah guru SD/MI
yang di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 yaitu sebanyak 243 orang, untuk
guru kelas sebanyak 181 orang dan guru agama sebanyak 34 orang dan guru
penjas sebanyak 28 orang, dimana kedudukan guru kelas, guru agama dan guru
penjas mempunyai kedudukan yang hampir sama. Untuk mengetahui kebutuhan
jumlah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dapat diketahui
dengan rumus sebagai berikut:
KG = ∑K + GA + GP
Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru SD di Kecamatan Tasikmadu
∑K = Total jumlah Kelas
GA = Jumlah Seluruh Guru Agama
GP = Jumlah Seluruh Guru Penjaskes.
lxxxiii
Dari persamaan diatas tersebut dapat dihitung kebutuhan guru Sekolah
Dasar (SD) di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 yaitu sebagai berikut :
KG
= ∑K + GA + GP
= 174 + 34 + 28
= 236
Untuk proyeksi kebutuhan guru pada tahun 2013 dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
KG2013 = ∑K2013 + GA + GP
Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru SD di Kecamatan Tasikmadu th 2013
∑K = Total jumlah ruang kelas proyeksi th 2013
GA = Jumlah Seluruh Guru Agama
GP = Jumlah Seluruh Guru Penjaskes.
Dari persamaan diatas tersebut dapat dihitung kebutuhan guru Sekolah
Dasar (SD) di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 yaitu sebagai berikut :
KG2013= ∑K2013 + GA + GP
= 122 + 24 + 21
= 167
Tabel 27. Jumlah dan Persebaran Guru SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Prediksi
Tahun 2013.
Guru SD/MI Tahun 2013
Jumlah
Nama
No.
SD/MI
Guru
Guru
Guru
Desa
Total
Th 2013
Kelas
Agama
Penjas
1. Buran
1
7
2
1
10
2. Papahan
2
20
3
3
26
3. Ngijo
1
10
2
1
13
4. Gaum
1
8
1
1
10
5. Suruh
3
15
4
3
22
6. Pandeyan
3
16
3
3
22
7 Karangmojo
3
15
3
3
21
8 Kaling
2
11
2
2
15
9 Wonolopo
2
8
2
2
12
10 Kalijirak
2
12
2
2
16
Jumlah
20
122
24
21
167
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah guru SD (tenaga pengajar)
yang dibutuhkan di Kecamatan Tasikmadu proyeksi tahun 2013 adalah 167 orang,
lxxxiv
dibandingkan dengan jumlah guru yang dibutuhkan tahun 2007 ada adalah 236
orang sedangkan jumlah guru yang ada tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu
adalah 243, sehingga di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 mengalami kelebihan
guru (tenaga pengajar) sebanyak 7 orang dan proyeksi untuk tahun 2013 akan
mengalami kelebihan guru sebesar 76 orang. Hal ini disebabkan oleh adanya
regroupinng 8 buah SD yang tersebar merata di Kecamatan Tasikmadu kecuali
Desa Suruh dan Pandeyan seperti yang tercantum dalam tabel 26. Walaupun
demikian kelebihan guru atau tenaga pengajar akibat adanya regrouping tidak
akan memiliki dampak negatif yang besar dan tidak akan secara signifikan
mengurangi tujuan dari efisiensi biaya, hal ini dikarenakan:
1. Terdapat beberapa guru yang telah mendekati masa pensiun sehingga tidak
akan ada masa kekosongan guru.
2. Kelebihan guru atau tenaga pengajar tersebut dapat direlokasikan ke
kecamatan lain yang lebih membutuhkan dengan mempertimbangkan
pengajar beberapa aspek seperti tempat tinggal, kenaikan jabatan dll.
3. Kelebihan jumlah guru kelas akan menguntugkan apalila diterapkan metode
guru bidang studi untuk beberapa pelajaran penting sesuai dengan
spesifikasi masing-masing sehingga murid akan mendapatkan kualitas
pengajaran yang lebih baik.
d. Jumlah dan Persebaran Tenaga Perpustakaan
Sarana prasarana mengenai Perpustakaan disini dibatasi pada kebutuhan
tenaga pustakawan yang ada di perpustakaan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 dihitung dengan rumus
dibawah ini:
Prediksi Jumlah Pustakawan th 2013 =
=
proyeksi Jumlah murid th 2013
x 1 petugas
150
=
4.890
x1
150
= 33
lxxxv
Tabel 27. Jumlah dan Persebaran Tenaga Pustakawan SD/MI di Kecamatan
Tasikmadu dan Prediksi Tahun 2013.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama Desa
Buran
Papahan
Ngijo
Gaum
Suruh
Pandeyan
Karangmojo
Kaling
Wonolopo
Kalijirak
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis
Jumlah Murid
296
786
394
319
599
632
595
439
338
492
4.890
Jumlah Kebutuhan
Tenaga Perpustakaan
2
5
3
2
4
4
4
3
2
3
33
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa prediksi jumlah petugas
perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI di Kecamatan
Tasikmadu tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan
adalah 5 orang, sedang yang paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di
Desa Wonolopo yaitu 2 orang. Keberadaan Tenaga perpustakaan diharapkan
dapat membantu terlaksananya tujuan Perpustakaan Sekolah yaitu untuk
menunjang program belajar siswa dan mengajar guru di sekolah agar dapat
tercapai secara optimal sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah. Peta
sebaran fasilitas pendidikan di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada peta 5.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun
Jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun
2007 sebanyak 5.214 jiwa, sedangkan pada tahun 2001 sebanyak 5.367 jiwa,
dengan demikian tingkat pertumbuhan penduduk usia (7-12 tahun) di Kecamatan
Tasikmadu periode 2001-2007 adalah sebesar -0,48 % yang berarti penduduk usia
7-12 tahun periode 2001-2007 mengalami penurunan sebesar 0,48 %.
lxxxvi
lxxxvii
Jumlah penduduk usia Sekolah Dasar yang paling banyak berada di Desa
Papahan yaitu 696 jiwa, dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu
sebanyak 300 jiwa. Pada tahun 2013 yang akan datang diperkirakan jumlah
penduduk Kecamatan Tasikmadu sebesar 5.066 jiwa, dengan jumlah penduduk
terbanyak di Desa Papahan yaitu sebesar 676 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terkecil terdapat di Desa Buran dengan jumlah 291 jiwa.
Penurunan jumlah penduduk usia Sekolah Dasar akibat adanya program
Keluarga berencana berdampak pada jumlah siswa yang ada pendidikan Sekolah
Dasar. Semakin banyak penduduk yang berada di usia Sekolah Dasar (7-12 tahun)
maka akan semakin banyak dibutuhkan gedung Sekolah Dasar yang mampu
menampung jumlah penduduk yang berusia (7-12 tahun) dan berkesempatan
mengenyam pendidikannya di Sekolah Dasar, namun sebaliknya jika semakin
sedikit penduduk yang berada di usia Sekolah Dasar maka semakin banyak
gedung yang mengalami kekurangan jumlah murid, sehingga untuk mengatasi hal
tersebut pemerintah mengeluarkan program penggabungan (regrouping) Sekolah
Dasar agar efisiensi pembiayaan khususnya dalam bidang Pendidikan Dasar dapat
tercapai.
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar
a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah Dasar
Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu tersebar di 10 desa,
dengan jumlah gedung terbanyak di miliki oleh Desa Karangmojo sebanyak 4
gedung yang terdiri gedung Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah dan
jumlah gedung paling sedikit berada di Buran, Desa Ngijo, dan Desa Gaum
masing-masing hanya ada 2 gedung Sekolah Dasar. Jumlah gedung yang tidak
sama juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang tidak sama. Seperti diketahui,
jumlah penduduk usia Sekolah Dasar terbanyak di Desa Papahan, Desa Suruh,
Desa Pandeyan dan Desa Karangmojo. Pembangunan gedung Sekolah Dasar
memang dilakukan untuk menampung jumlah penduduk yang berusia 7-12 tahun
sehingga bisa mengenyam pendidikan dasar khususnya pendidikan Sekolah
Dasar.
lxxxviii
Pada tahun 2007 jumlah gedung Sekolah Dasar yang ada sebanyak 28
gedung, rata-rata jumlah murid tiap Sekolah Dasar sebesar 180 siswa. Jumlah ini
kurang ideal berdasarkan SK Mendiknas yang memberikan arahan tiap sekolah
dasar untuk berdaya tampung 240 siswa atau 40 siswa/kelasnya. Dengan demikian
jumlah dan persebaran gedung Sekolah Dasar pada tahun 2013 supaya ideal
ditentukan dengan melakukan perhitungan proyeksi jumlah siswa Sekolah Dasar
pada tahun 2013 dibagi dengan jumlah rata-rata daya tampung siswa tiap sekolah
hasil penghitungannya adalah pada tahun 2013 jumlah Sekolah Dasar yang tepat
di Kecamatan Tasikmadu adalah 20 gedung dan didistibusikan di seluruh
Kecamatan Tasikmadu.
Berdasarkan hasil tabel 23 dapat diketahui bahwa Sekolah yang akan di
regrouping sebanyak 10 buah dari 28 buah SD yang berada di Kecamatan
Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa Suruh,
Desa Gaum, Desa Pandeyan, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo,
dan Desa Kalijirak. Namun hanya 8 desa yang memiliki persentase yang relatif
besar untuk di regrouping karena untuk Desa Suruh dan Desa Pandeyan memiliki
persentase yang relatif kecil sehingga kemungkinan untuk tidak di regrouping
masih tinggi sehingga hal ini akan sesuai dengan jumlah Sekolah Dasar yang ideal
di Kecamatan Tasikmadu.
Penggabungan
(regrouping)
Sekolah
Dasar
menurut
Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar oleh Tim Pembina Pusat Pembagunan
gedung Sekolah Dasar tahun 1999/2000 ditentukan oleh kriteria teknis pendidikan
dengan indikator Daya Tampung (DT) SD/ sederajat yang ada pada tingkat desa /
kelurahan merupakan indikator makro untuk memperkirakan adanya kelebihan
atau kekurangan gedung sekolah hasilnya adalah Penggabungan (regrouping)
Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu paling ideal dilakukan pada 8 Desa yang
ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa
Ngijo, Desa Gaum, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa
Kalijirak. Adapun sekolah yang jumlah siswanya kurang dari 240 siswa dilakukan
penggabungan dengan sekolah-sekolah terdekatnya yang berada dalam satu area
separti yang disebutkan dalam SK Mendiknas No.060/U/2002 dimana sekolah
lxxxix
yang berada dalam satu lokasi dan mempunyai jumlah siswa kurang dari 240 anak
maka dilakukan penggabungan dengan sekolah lain yang sejenis dan berada
dalam satu lokasi atau satu kelurahan.
Pelaksanaan regrouping di Kecamatan Tasikmadu telah dimulai dengan
adanya berbagai pertimbangan dan kajian yang diawali dengan Keputusan Bupati
Karanganyar No 890/7/tahun 2007 tentang pembentukan tim pendirian,
pengintegrasian, dan penghapusan sekolah formal dan nonformal. Pemerintah
Kabupaten Karanganyar manyadari perencanaan konsep penggabungan Sekolah
Dasar dapat memberi harapan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran dan
efisiensi anggaran, antara lain dengan memecahkan masalah yang ada dengan
upaya pemanfaatan kelebihan karakteristik dari masing-masing daerah. Proses
Penggabungan (regrouping) SD dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan
kondisi dan potensi berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh tim
penggabungan SD. Namun dalam pelaksanannya, proses penggabungan juga
menghadapi kendala terutama pada perangkat institusi/lembaga (kepala sekolah,
penjaga sekolah dan guru), sehingga sampai saat ini belum ada tindakan lebih
lanjut dari pemerintah Kabupaten Karanganyar maupun Kecamatan Tasikmadu.
Peta sebaran fasilitas pendidikan prediksi tahun 2013 di Kecamatan Tasikmadu
dapat dilihat pada peta 6.
b. Persebaran Guru SD dan MI
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah guru SD (tenaga pengajar)
yang dibutuhkan di Kecamatan Tasikmadu proyeksi tahun 2013 adalah 167 orang,
dibandingkan dengan jumlah guru yang dibutuhkan tahun 2007 ada adalah 236
orang sedangkan jumlah guru yang ada tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu
adalah 243, sehingga di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 mengalami kelebihan
guru (tenaga pengajar) sebanyak 7 orang dan proyeksi untuk tahun 2013 akan
mengalami kelebihan guru sebesar 76 orang.
xc
xci
Hal ini disebabkan oleh adanya regrouping 8 buah SD yang tersebar
merata di Kecamatan Tasikmadu kecuali Desa Suruh dan Pandeyan seperti yang
tercantum dalam tabel 26. Walaupun demikian kelebihan guru atau tenaga
pengajar akibat adanya regrouping tidak akan memiliki dampak negatif yang
besar dan tidak akan secara signifikan mengurangi tujuan dari efisiensi biaya,
selain kareana antisipasi beberapa guru yang telah mendekati masa pensiun,
kelebihan guru atau tenaga pengajar tersebut dapat di realokasikan ke kecamatan
lain yang lebih membutuhkan dengan mempertimbangkan beberapa aspek serta
dapat diterapkan metode guru bidang studi untuk beberapa pelajaran penting.
c. Persebaran Ruang Kelas SD dan MI
Ruang Kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 untuk
SD dan MI berjumlah 174 kelas dan tersebar di 28 sekolah. Jumlah rombongan
belajar yang ada hanya berjumlah 172 rombongan maka masih ada 2 buah kelas
yang kosong. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan jumlah siswa SD/MI di
Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
yang mengakibatkan penurunan jumlah rombongan belajar sedangkan jumlah
ruang kelas yang cenderung tetap dari tahun ke tahun sehingga untuk mengatasi
hal
tersebut
maka
pihak
sekolah
biasanya
memanfaatkannya
dengan
menggunakannya untuk ruang agama, ruang praktek siswa ataupun ruang
serbaguna lainya. Hasil perhitungan kebutuhan jumlah ruang kelas yang ada di
Kecamatan Tasikmadu untuk tahun 2013 adalah sebanyak 122 ruang, sehingga
terdapat kelebihan 52 ruang maka untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
melakukan penggabungan Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu
sebanyak 8 buah gedung.
d. Persebaran Tenaga Perpustakaan
Jumlah tenaga Perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI
di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 berdasarkan hasil perhitungan adalah 33
orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan adalah 5 orang, sedang yang
paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di Desa Wonolopo yaitu 2
xcii
orang. Tenaga perpustakaan ini dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
perpustakaan sebab guru tidak mampu untuk mengelola perpustakaan secara
penuh sehingga memerlukan tenaga khusus yang dapat membantu agar tidak
mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar sehingga perpustakaan sekolah
agar dapat maju dan berkembang untuk menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 tahun
Angka pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu
periode 2001-2007 adalah sebesar -0,48 %, berarti dalam jangka waktu 6
tahun penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu mengalami
pengurangan sebesar 0,48 %.
Jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun
2007 tersebar di 10 desa. Jumlah terbanyak di Desa Papahan yaitu sebesar
696 jiwa, pada tahun 2013 diperkirakan turun menjadi 676 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Buran dengan jumlah 300 jiwa
pada tahun 2013 diperkirakan menjadi 291 jiwa.
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV proyeksi kebutuhan gedung
yang ideal pada tahun 2013 adalah 20 gedung sedangkan pada tahun 2007
gedung SD dan MI yang ada di Kecamatan Tasikmadu berjumlah 28
sehingga diperlukan penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar dengan
tujuan efisiensi biaya anggaran pendidikan. Gedung SD yang di regrouping
berada pada 8 desa yaitu Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa
Gaum, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa
Kalijirak.
Guru SD dan MI yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007
berjumlah 243 orang dan tersebar di 28 sekolah. Berdasarkan perhitungan
kebutuhan guru tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu mengalami kelebihan
guru sebanyak 7 orang sedangkan untuk tahun 2013 kebutuhan guru di
Kecamatan Tasikmadu adalah 167 orang yaitu yang paling banyak berada di
Desa Papahan sebanyak 26 buah, yang paling sedikit berada di Desa Buran
yaitu 10 orang.
Kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 untuk SD dan
MI berjumlah 174 kelas sedangkan jumlah rombongan belajar di Kecamatan
xciii
86
Tasikmadu adalah 172 sehingga kelebihan 2 ruang kelas. Hasil perhitungan
kebutuhan jumlah ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu untuk
tahun 2013 adalah sebanyak 122 ruang, sehingga terdapat kelebihan 52
ruang, maka untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan
penggabungan Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu
sebanyak 8 buah gedung agar lebih efektif dan efisien.
Jumlah tenaga Perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh
SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling
banyak adalah Desa Papahan adalah 5 orang, sedang yang paling sedikit
adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di Desa Wonolopo yaitu 2 orang.
B. Implikasi
Pertumbuhan penduduk yang senantiasa mengalami pengurangan akibat adanya
pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia, mempengaruhi jumlah
penduduk yang bersekolah di SD/MI sehingga diperlukan kebijakan
penggabungan Sekolah Dasar atau regrouping bagi Sekolah Dasar yang
mengalami kekurangan murid untuk mengatasi masalah kelebihan tenaga guru,
peningkatan mutu, serta efisiensi biaya pengelolaan Sekolah Dasar.
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pembuatan media pembelajaran
di kelas XI SMA yaitu pada kompetensi dasar kemampuan memprediksi dinamika
perubahan antroposfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi dengan
materi pokok Antroposfer.
C. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi hasil penelitian diatas maka
dapat diberikan saran-saran kepada Pemerintah Kabupaten Karanganyar, sebagai
berikut:
1. Pembangunan gedung harus memperhatikan jumlah penduduk dan daya
tampung sehingga lebih efektif dan efisien.
2. Pelaksanaan program penggabungan Sekolah Dasar (Regrouping) menjadi
kebijakan pengelolaan Sekolah Dasar, sebagai akibat dari berkurangnya
jumlah penduduk usia Sekolah Dasar.
3. Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dasar dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan
Evaluatif. Jakarta: CV. Rajawali
xciv
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1988. Komposisi Penduduk.
Jakarta : PT Manggala Putra Utama
Barclay, George.W. 1984. Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta : Bina Aksara
Daldjoeni. 1982. Pengantar Geografi. Bandung : Penerbit Alumni.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tentang Pembakuan Tipe Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Dasar.
Jakarta : Direktorat Sarana Pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Standar Pelayanan Minimal
Penyeleggaraan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional
Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Ikhsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Koordinator Statistik Kecamatan Tasikmadu. 2008. Kecamatan Tasikmadu Dalam
Angka 2007/2008. BPS Kabupaten Karanganyar.
Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Nur Cahaya.
Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mudjiman, Haris. 1988. Teknik Analisis Demografi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Press.
Munir, Rozy., Dkk. 1981. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2000. Jakarta : Lembaga
Demografi FE UI.
Nawawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press.
Rusli, Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES
Santoso, Edy dan Danial Achmad. 1996. Perencanaan Kebutuhan Ruang Belajar
89
dan Guru Sekolah Dasar Negri dalam kaitannya dengan anak Usia Sekolah
di Kotamadya Bandarlampung. Jurnal Ilmu Pendidikan. Malang : Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
xcv
Sudarsono, Widiyanti. 2000. BPK Demografi. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret Press.
Sumardji. 1988. Perpustakaan Organisasi dan Tatakerjanya. Yogyakarta :
Kanisius
Sumatmadja, Nursid. 1980. Perspektif Studi Sosial. Bandung : Penerbit Alumni.
Suwartono. 2000. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret Press.
Tim Pembina Pusat Pembangunan Gedung Sekolah Dasar. 1998. Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Dalam
Negri.
Tirtarahardja dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tika, Much Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Tilaar H.A.R. 1995. Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa
Depan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2005. Solo : CV. Kharisma.
Vembriarto, S. T. 1981. Pendidikan Sosial. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan
Paramita.
Yunianto, Tri. 2005. Analisis Pertumbuhan Penduduk dan Penyediaan Fasilitas
Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Tahun
2004 Prediksi Tahun 2010. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS.
Surat Keputusan Bupati Karanganyar No. 890/7//2007. Tentang
Pembentukan Tim Pendirian, Pengintegrasian dan Penghapusan Sekolah
Formal dan Nonformal.
Surat Keputusan Mendiknas No. 060/U//2002. Tentang Pedoman
Pendirian Sekolah Dasar.
http://library.usu.ac.id/download/fs/perpus-zurni2.pdf, diakses 27 September 2009
http://www.datastatistik-Indonesia.com/component/option,com-Search/item,
132/index.php, diakes 26 Mei 2009
xcvi
http://www.pdankjatim.net/Dokumen/GRANDDESIGN.doc , diakses 23 Mei
2009
http://www.pmptk.net/file/pedoman/4.%20Perhitungan%20Perencanaan%20
Kebutuhan%20Guru.doc, diakses 19 Juli 2008
http://www.scribd.com/doc/19991473/PERMEN-NO-24-TAHUN-2007TENTANG-STANDAR-SARANA-PRASARANA, diakses 29 Mei 2008
xcvii
Download