PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

advertisement
1
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI
DI KELAS VIII MTs NEGERI 2 SURABAYA
Oleh:
Fanny Adibah
IKIP Widya Darma
Abstrak: Pendidikan Matematika bertujuan untuk mengembangkan struktur
alasan atau kemampuan berpikir siswa dalam menggunakan pengetahuan
belajar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara
untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah memilih pendekatan
yang menekankan pada proses mental. Terdapat beberapa alasan mengapa
pendekatan tersebut dipakai dalam pembelajaran matematika; salah satunya
adalah pendekatan inkuiri. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang
bertujuan mengembangkan alat pembelajaran matematika dengan pendekatan
inkuiri pada materi luas permukaan dan volume prisma dan limas dengan valid,
praktek, dan efektif di MTsN 2 Surabaya kelas 8. Proses pengembangan alat
pembelajaran menggunakan empat model seperti yang dikatakan oleh
Thiagarajan, Semmel dan Semmel dan dimodifikasi menjadi empat tahap.
Empat tahap tersebut adalah pendefisian, perancangan, pengembangan, dan
tahap penyebaran. Tetapi alat pengembangan pembelajaran dalam penelitian ini
terbatas sampai tahap pengembangan. Alat pembelajaran yang dapat
dikembangkan terdiri dari RPP, buku siswa, dan LKS. Penelitian ini telah
dilaksanakan di MTsN 2 Surabaya kelas 8.
Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran, Pendekatan Inkuiri
PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah (dalam Pusat Kurikulum, 2002) adalah untuk mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, efisien, dan efektif. Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan
matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Soedjadi
(1999) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
1
2
meliputi: 1.) tujuan yang bersifat formal yang memberi tekanan pada penataan nalar
anak serta pembentukan pribadi anak, dan 2.) tujuan yang bersifat material yang
memberi tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah
matematika. Dari tujuan di atas terlihat bahwa matematika sangat penting untuk
menumbuhkan penataan nalar atau kemampuan berpikir siswa yang berguna dalam
mempelajari ilmu pengetahuan maupun dalam penerapan matematika di kehidupan
sehari-hari.
Salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilaksanakan para guru kita sampai
saat ini adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Setiap
proses pembelajaran matematika lebih banyak mendorong agar siswa menguasai
sejumlah materi pelajaran. Pembelajaran yang dilakukan bersifat teoritis dan abstrak.
Kemampuan siswa diperoleh melalui latihan-latihan, sehingga perilaku siswa dibangun
atas proses kebiasaan. Hal ini menyebabkan siswa tidak mendapat kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dan menemukan alternatif pemecahan
masalah, tetapi mereka sangat tergantung pada guru.Pada akhirnya siswa hanya
menghafalkan saja semua konsep tanpa memahami maknanya.
Piaget (dalam Trianto, 2007) memandang pembelajaran berdasarkan tiga asumsi
yaitu : 1.) Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekadar hasilnya; 2.)
Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatannya
secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, pengetahuan diberikan
tanpa adanya tekanan, melainkan anak di dorong menemukan sendiri melalui proses
interaksi dengan lingkungannya; 3.) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan perkembangan sehingga guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur
kegiatan kelas dalam bentuk individu-invidu atau kelompok-kelompok.
Karena keaktifan siswa dalam mendapatkan pengetahuan adalah sesuatu yang pokok
untuk melatih kemampuan berpikir siswa, maka Piaget menganggap salah satu
pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pendekatan inkuiri. Sanjaya (2006)
mengungkapkan bahwa dalam inkuiri, proses pembelajaran ditekankan kepada proses
mental siswa secara maksimal. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran itu sendiri. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
3
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).Tujuan dari penggunaan
pendekatan pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pendekatan ini siswa tak
hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya.
Topik luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak diberikan di kelas VIII
SMP semester 2. Selama ini, untuk mengajarkan konsep-konsep luas permukaan dan
volume prisma dan limas tegak, guru biasanya langsung memberi tahu siswa, sementara
siswa hanya mencatat apa yang disampaikan oleh gurunya. Pola pembelajaran seperti
ini menyebabkan siswa belajar dengan menghafal tetapi tidak memahami maksudnya
sehingga siswa akan cepat lupa. Dalam inkuiri justru konsep-konsep tersebut
diharapkan ditemukan sendiri melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Untuk
menerapkan pendekatan inkuiri pada topik luas permukaan dan volume prisma dan
limas tegak, tentunya diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan prinsip pendekatan inkuiri. Hal tersebut menarik peneliti untuk
mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan
pembelajaran inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan
limas tegak.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan.Penelitian pengembangan
dimaksudkan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran sub pokok bahasan luas
permukaan dan volume pisma dan limas tegak.Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah RPP, LKS dan Buku Siswa dengan materi
Luas Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak.
Subyek Penelitian
Dalam penelitian pengembangan ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa
kelas VIIIA Mts Negeri 2 Surabaya tahun ajaran 2008-2009. Karena kondisi guru mata
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
4
pelajaran yang kurang sehat dan untuk menghindari subyektivitas penelitian, maka yang
bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah rekan peneliti yang dipandang
mampu melaksanakan pembelajaran matematika SMP dengan pendekatan inkuiri.
Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Model pengembangan perangkat pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini
mengacu pada modelThiagarajan, yaitu 4-D (four D model), yang terdiri dari 4 tahap
yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan
(development), dan tahap penyebaran (disseminate). Namun model pengembangan pada
penelitian ini dibatasi hingga tahap pengembangan saja, sehingga hanya menghasilkan
naskah
final
dari
pengembangan
perangkat
pembelajaran
inkuiri.
Prosedur
pengembangan perangkat pembelajaran model 4-D selengkapnya diuraikan sebagai
berikut:
Tahap pendefinisian (define)
Tahap ini bertujuan ini menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan
pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Ada 5 langkah dalam
tahap ini yaitu :
Analisis Awal-Akhir
Kegiatan analisis awal-akhir dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang
diperlukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan
analisis pada sub pokok bahasan Luas Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak,
teori belajar yang relevan dan tantangan serta tuntutan masa depan sehingga diperoleh
deskripsi pola pembelajaran yang dianggap paling sesuai.
Analisis Siswa
Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan
rancangan dan pengembangan perangkat pembelajaran.Karakteristik ini meliputi latar
belakang pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa.
Analisis Konsep
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
5
Analisis konsep ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara
sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awalakhir. Analisis ini merupakan dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran.
Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan pengidentifikasian tugas/ ketrampilan-ketrampilan utama
yang dilakukan siswa selama pembelajaran, kemudian menganalisisnya ke dalam suatu
kerangka sub-ketrampilan-sub ketrampilan yang lebih spesifik.
Perumusan / Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Tahap ini dilakukan untuk merumuskan hasil analisis tugas dan analisis konsep
menjadi indicator pencapaian hasil belajar.Rangkaian indikator pencapaian hasil belajar
merupakan dasar dalam menyusun rancangan perangkat pembelajaran dan tes.
Tahap Perancangan (design)
Pada tahap ini dilakukan perancangan draft perangkat pembelajaran. Di dalam tahap
ini dilakukan penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan desain awal.
Penyusunan Tes
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menyusun tes awal, hanya menyusun tes akhir
(termasuk instrument) yang akan diberikan siswa, bertujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi.
Pemilihan Media
Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang sesuai guna
menyampaikan materi pelajaran. Proses pemilihan media disesuaikan dengan analisis
tugas, analisis materi, kerakteristik siswa dan fasilitas yang tersedia di sekolah.
Pemilihan Format
Dalam penyusunan RPP, peneliti mengkaji dan memilih format RPP yang
disesuaikan dengan kurikulum KTSP.
Desain Awal
Hasil tahap ini berupa rancangan awal perangkat pembelajaran yang merupakan
draft I beserta instrument penelitian.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
6
Tahap pengembangan (development)
Bertujuan untuk menghasilkan draft II perangkat pembelajaran yang telah direvisi
berdasarkan masukan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Kegiatan pada
tahap ini adalah penilaian para ahli, simulasi, dan uji coba lapangan.
Penilaian Para Ahli
Rancangan perangkat pembelajaran yang telah disusun pada tahap design (draf I)
akan dilakukan penilaian/validasi oleh para ahli (validator). Para validator tersebut
adalah mereka yang berkompeten dan mengerti tentang penyusunan perangkat
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan mampu memberi masukan/saran untuk
menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah disusun. Saran-saran dari
validator tersebut akan dijadikan bahan untuk merevisi draf I yang menghasilkan
perangkat pembelajaran draf II
Simulasi
Simulasi bertujuan untuk mengecek keterlaksanaan perangkat pembelajaran,
kecocokan waktu, kerja alat dan sebagainya.
Ujicoba Terbatas
Perangkat permbelajaran yang telah dihasilkan (draf II) selanjutnya diujicobakan di
kelompok yang menjadi subyek penelitian.Tujuan dari uji coba adalah untuk
mendapatkan masukan langsung dari guru, siswa, dan para pengamat terhadap
perangkat pembelajaran yang telah disusun dan melihat kecocokan waktu yang telah
direncanakan
dalam
RPP
dengan
pelaksanaannya
selama
pelaksanaan
uji
coba.Pengamat mencatat semua respon, reaksi, aktivitas guru mengelola pembelajaran,
aktivitas siswa dan respon siswa. Hasil uji coba ini akan digunakan untuk merevisi
perangkat pembelajaran draf III (hasil pengembangan perangkat pembalajaran).
Diagram alur pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 1 berikut ini.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
7
Analisis Awal-Akhir
Analisis Siswa
DEFINE
Analisis Tugas
Analisis Konsep
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
DESIGN
Perancangan Awal
Perangkat pembelajaran (draft I)
Revisi Draf I (Draf II)
Penilaian Ahli (Draf I)
Uji Coba
Revisi Draf II
DEVELOPMENT
Simulasi
Perangkat Final (Draf III)
Gambar 1. Modifikasi Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Thiagarajan
Desain Penelitian
Desain penelitian dalam uji coba pada tahap develop akan menggunakan desain
one-shout case study yaitu suatu pendekatan dengan menggunakan 1 kali pengumpulan
data. Desain penelitian ini digambarkan :
X
O
X = perlakuan, yaitu pembelajaran matenatika dengan pendekatan inkuiri pada
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
8
sub pokok bahasan Luas Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak.
O = hasil
observasi
aktivitas siwa,
setelah dilakukan perlakuan, yaitu mendeskripsikan
aktivitas guru, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, hasil
belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran.
Instrumen Penelitian
Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat para ahli
(validator) terhadap perangkat pembelajaran yang disusun pada draft I sehingga menjadi
acuan/ pedoman dalam merevisi perangkat pembelajaran yang disusun.
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung (dari awal pembelajaran sampai berakhir pembelajaran) dan pengamatan
dilakukan oleh 2 orang pengamat
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.Pengamatan dilakukan selama
pembelajaran berlangsung (dari awal sampai akhir pembelajaran) dan pengamatan
dilakukan oleh 2 orang pengamat.
Lembar Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Instrumen digunakan untuk mendapatkan data tentang keterlaksanaan pembelajaran
selama berlangsung inkuiri.Pengamatan dilakukan 1 orang pengamat terhadap siswa.
Lembar Angket Respon Siswa
Instrumen ini disusun untuk mendapatkan data mengenai pendapat siswa terhadap
materi pembelajaran.Selain itu juga ingin mengetahui minat siswa untuk mengikuti
kegiatan berikutnya.
Tes Hasil Belajar
Instrumen ini disusun untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa, apakah
rata-rata hasil belajar siswa memenuhi batas ketuntasan.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
9
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pengembangan yang disusun dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Data Validasi Ahli
Data validasi para ahli kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menelaah hasil
penilaian para ahli terhadap perangkat pembelajaran.Hasil telaah digunakan sebagai
masukan untuk merevisi/ menyempurnakan perangkat pembelajaran yang digunakan.
Data Aktivitas Guru Dalam Mengelola Pembelajan Inkuiri
Untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
dimulai dari guru membuka pelajaran dan penutup pelajaran. Data diperoleh dengan
mengunakan lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran.
Data Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Inkuiri
Untuk memperoleh data aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri, dimulai dari guru membuka pelajaran dan menutup
pelajaran.Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.
Data Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Untuk
memperoleh
data
tentang
keterlaksanaan
pembelajaran
selama
berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, dimulai dari guru membuka
pelajaran sampai menutup pelajaran.Data diperoleh dengan menggunakan lembar
pengamatan keterlaksanaan RPP.
Data Respon Siswa
Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri setelah berakhirnya proses pembelajaran. Data diperoleh dengan menggunakan
angket respon siswa.
Data Hasil Belajar Siswa
Untuk memperoleh data hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri. Data diperoleh melalui tes hasil belajar setelah berakhirnya proses
pembelajaran.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
10
Teknik Analisis Data
Data Validasi Perangkat
Analisis data hasil validasi perangkat pembelajaran dilakukan dengan mencari ratarata tiap kategori dan rata-rata tiap aspek dalam lembar validasi, hingga akhirnya
didapatkan rata-rata total penilaian validator terhadap masing-masing perangkat
pembelajaran. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Mencari Rata-rata Tiap Kategori dari Semua Validator


n
RK i
V ji
j 1
n
Keterangan:
RKi : rata-rata kategori ke
V ji: skor hasil penilaian validator ke-j terhadap kategori ke-i
: banyaknya validator
Mencari Rata-rata Tiap Aspek dari Semua Validator


n
RAi
j 1
RK ji
n
Keterangan:
RAi : rata-rata aspek ke
RK : rata-rata kategori ke-j terhadap aspek ke-i
: banyaknya kategori dalam aspek ke-i
Mencari Rata-rata Total Validitas

VR 
n
i 1
RAi
n
Keterangan:
VR : rata-rata total validitas
RAi : rata-rata aspek ke-i
: banyaknya aspek
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
11
Untuk menentukan kategori kevalidan suatu perangkat diperoleh dengan
mencocokkan rata-rata ( x ) total dengan kategori kevalidan perangkat pembelajaran
menurut Khabibah (2006), sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Pengkategorian Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Interval Skor
Kategori
Kevalidan
4  VR  5
Sangat valid
3  VR < 4
Valid
2  VR < 3
Kurang valid
1  VR < 2
Tidak valid
Keterangan :
VR adalah rata-rata total hasil penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran
meliputi RPP, buku siswa dan LKS.
Perangkat dikatakan valid jika interval skor pada semua rata-rata berada pada
kategori "tinggi" atau "sangat tinggi".
Untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran, terdapat lima kriteria
penilaian umum perangkat pembelajaran dengan kode nilai sebagai berikut :
Tabel 2. Kriteria penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran
Kode Nilai
Keterangan
A
Dapat digunakan tanpa revisi
B
Dapat digunakan dengan sedikit revisi
C
Dapat digunakan dengan banyak revisi
D
Tidak dapat digunakan
RPP dikatakan praktis jika ahli dan praktisi menyatakan bahwa RPP tersebut dapat
digunakan dilapangan dengan sedikit revisi / tanpa revisi.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
12
Data Pengamatan Aktivitas Guru
Hasil analisis penilaian terhadap lembar pengamatan aktivitas guru diperoleh dari
deskripsi hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Data ini
merupakan deskripsi aktivitas dari hasil pengamatan mengenai pelaksanaan proses
pembelajaran dalam uji coba, yang dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Aktivitas pembelajar an 
Frekuensi aktivitas yang muncul
 100%
Frekuensi seluruh aktivitas
Penentuan kriteria keefektivan aktivitas guru berdasarkan pencapaian waktu ideal
yang ditetapkan dalam penyusunan rencana pembelajaran dengan pendekatan inkuiri,
sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Waktu Ideal untuk Aktivitas Guru
No
1
2
3
Aktivitas Guru
Menyampaikan informasi
Mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan masalah
Mengamati cara siswa untuk
menyelesaikan masalah
Persentase Efektif (p)
Waktu Ideal (%)
Toleransi (%)
15
10  p  20
24
19  p  29
23
18  p  28
4
Menjawab pertanyaan siswa
5
0  p  10
5
Mendengarkan penjelasan siswa
10
5  p  15
7
2  p  12
16
11  p  21
0
0p5
6
7
8
Mendorong siswa untuk bertanya /
menjawab pertanyaan
Mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan
Perilaku yang tidak relevan
Aktivitas guru dikatakan efektif jika waktu yang digunakan untuk setiap aspek yang
diamati pada setiap RPP sesuai dengan alokasi waktu ideal yang termuat dalam RPP
dengan toleransi 5 %.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
13
Data Pengamatan Aktivitas Siswa
Hasil analisis penilaian terhadap lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh dari
deskripsi hasil pengamatan aktivitas siswa. Data ini merupakan deskripsi aktivitas siswa
dari hasil pengamatan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran dalam uji coba di
lapangan, yang dianalisis dengan menggunakan rumus :
Aktivitas pembelajar an 
Frekuensi aktivitas yang muncul
 100%
Frekuensi seluruh aktivitas
Penentuan kriteria keefektivan aktivitas siswa berdasarkan pencapaian waktu ideal
yag ditetapkan dalam menyusun RPP dengan pendekatan inkuiri. Aktivitas siswa
dikatakan efektif jika waktu yang digunakan untuk setiap yang diamati pada setiap RPP
siswa sesuai dengan alokasi waktu ideal yang terlihat dalam RPP dengan toleransi 5%.
Data Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran akan diamati oleh 1 orang
pengamat yang sudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan
dengan keterlaksanaan sintaks pembelajaran. Penyajian keterlaksanan dalam bentuk
pilihan, yaitu terlaksana dan tidak terlaksana.
Skala presentase untuk menentukan keterlaksanaan RPP dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
% keterlaksanaan 
banyak langkah yang terlaksana
x 100%
banyak langkah yang direncanak an
Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan mencocokkan hasil ratarata total skor yang diberikan dengan kriteria sebagai berikut :
3,00 RT  4,00 : Sangat baik
2,00 RT  3,00 : Baik
1,00 RT  2,00 : Kurang Baik
RT  1,00 : Tidak Baik
Penentuan kriteria keefektifan keterlaksanaan sintaks pembelajaran berdasarkan
persentase keterlaksanaan RPP dalam pembelajaran dan penilaiannya.Keterlaksanaan
sintaks pembelajaran dikatakan efektif jika waktu yang digunakan setiap aspek pada
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
14
setiap RPP dengan persentase yang diperoleh  75% dengan penilaian baik atau sangat
baik.
Data Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Data yang diperoleh berdasarkan angket tentang respon siswa terhadap perangkat
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran dianalisis denga menggunakan statistik
deskriptif, yaitu menghitung persentase tentang pernyataan yang diberikan.
Angket respon siswa digunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap perangkat
baru, dan kemudahan memahami komponen-komponen : materi/ isi pelajaran, format
buku siswa, dan tujuan pembelajaran, LKS, suasana belajar, dan cara guru mengajar
serta minat penggunaan, kejelasan penjelasan dan bimbingan guru. Persentase respon
siswa dihitung dengan menggunakan rumus :
persentase respon siswa 
A
x 100 %
B
Keterangan : A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
Analisis respon siswa terhadap
proses pembelajaran ini dilakukan dengan
mendeskripsikan respon siswa terhadap proses pembelajaran. Persentase tiap respon
dihitung dengan cara, jumlah aspek yang muncul dibagi dengan seluruh jumlah siswa
dikalikan 100%. Angket respon siswa diberikan kepada siswa setelah seluruh kegiatan
belajar mengajar selesai dilaksanakan.Reaksi siswa dikatakan positif jika 70% atau
lebih siswa merespon dalam kategori positif (senang, berminat, dan tertarik).
Data Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dapat dihitung secara individual dan secara klasikal. Hasil
belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor siswa yang diperoleh
dengan mengerjakan tes hasil belajar yang diberikan setelah berakhirnya proses
pembelajaran. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan MTsN 2
Surabaya, maka siswa dipandang tuntas secara individual jika mendapatkan skor ≥ 65
dengan pengertian bahwa siswa tersebut telah mampu menyelesaikan, menguasai
kompetensi, atau mencapai tujuan pembelajaran.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
15
Sedangkan keberhasilan kelas (ketuntasan klasikal) dilihat dari jumlah peserta didik
yang mampu menyelesaikan atau mencapai skor minimal 66, sekurang-kurangnya 75%
dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
Persentase ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Persentase ketuntasan 
jumlah siswa yang tuntas
 100%
jumlah seluruh siswa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kevalidan dan Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, buku siswa dan Lembar Kerja Siswa masingmasing memiliki rata-rata total kevalidan sebesar 3,63 ; 3,76 ; dan 3,61 yang berarti
bahwa perangkat pembelajaran tersebut masing-masing telah valid. RPP, buku siswa,
dan LKS yang dikembangkan maisng-masing juga memenuhi kriteria praktis yang
ditetapkan karena ketiga validator mamberikan nilai “B”, yang berarti bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Walaupun
demikian masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan jika perangkat pembelajaran
akan diterapkan pada kondisi lain.
Aktivitas Guru
Hasil analisis aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas
menunjukkan bahwa siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
didasarkan pada setiap aspek untuk persentase aktivitas guru telah memenuhi kriteria
efektif, dimana hasil tiap aspek adalah menyampaikan informasi 16%, mengarahkan
siswa untuk menyelesaikan masalah 20%, mengamati cara siswa dalam menyelesaikan
masalah 19%, menjawab pertanyaan siswa 8%, mendengarkan penjelasan siswa 10%,
mendorong siswa untuk bertanya/menjawab pertanyaan 10%, mengarahkan siswa untuk
menarik kesimpulan 12%, dan perilaku yang tidak relevan 5%.
Aktivitas Siswa
Hasil analisis aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
16
prisma dan limas menunjukkan bahwa siswa sudah terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Hal ini didasarkan pada setiap aspek untuk persentase aktivitas siswa
telah memenuhi kriteria efektif, dimana hasil persentase tiap aspek adalah
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 11%; membaca/memahami masalah
kontekstual di buku siswa/LKS 16%; menyelesaikan masalah/menemukan cara dan
jawaban masalah 15%; menulis yang relevan (mengerjakan kasus yang diberikan oleh
guru) 24%; berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat/ide kepada teman atau guru
14%, menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep 10%; dan perilaku siswa yang tidak
relevan dengan KBM 5%.
Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pendekatan inkuiri dapat dilihat dari
persentase keterlaksanaan yang dinyatakan dengan kriteria terlaksana dan tidak
terlaksana.Keterlaksanaan pembelajaran tersebut juga dinilai untuk mengetahui apakah
pelaksanaan pembelajaran tersebut termasuk kategori sangat baik, baik, kurang baik
atau tidak baik. Ditinjau dari persentase keterlaksanaan RPP, pada uji coba lapangan,
persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 92% dengan nilai rata-rata sebesar
3,42. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RPP yang digunakan dalam penelitian
ini telah terlaksana dalam kategori baik.
Respon Siswa
Hasil analisis respon siswa pada uji coba di lapangan menunjukkan bahwa
mayoritas siswa memberikan respon positifterhadap kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inkuiri. Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa terhadap
perangkat pembelajaran selama uji coba memenuhi kriteria keefektifan, dengan
persentase yaitu: Ketertarikan terhadap komponen (senang/tidak senang) 92%;
Keterkinian terhadap komponen (baru/tidak baru) 83%; Minat terhadap pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri 85%; Pendapat positif tentang buku siswa 86%.
Hasil Belajar Siswa
Analisis hasil belajar siswa menunjukkan bahwa 33 hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas
permukaan dan volume prisma dan limas tuntas secara individual, artinya siswa telah
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan yaitu menghitung luas permukaan dan
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
17
volume limas dan prisma. Selain itu siswa juga memenuhi kriteri ketuntasan secara
klasikal , karena persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 82,5%, sehingga dapat
dikatakan bahwa secara keseluruhan siswa telah mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Dengan demikian, ditinjau dari hasil belajar siswa, pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri memenuhi kriteria efektif.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika
dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma
dan limas tegak di kelas VIIIA MTs Negeri 2 Surabaya, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : Telah dihasilkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan
inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak, yang
meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, dan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Proses pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model pengembangan
4-D yang telah dimodifikasi menajdi 3 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), dan tahap pengembangan (development)
Simpulan yang kedua yaitu masing-masing perangkat pembelajaran matematika dengan
pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas
tegak yang dikembangkan dalam penelitian ini telah dinilai valid oleh para ahli dengan
kevalidan RPP sebesar 3,63, kevalidan buku siswa sebesar 3,76, dan kevalidan LKS sebesar
3,61.
Simpulan yang ketiga, perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri
pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak yang
dikembangkan dalam penelitian ini telah dinilai praktis oleh para ahli, dengan penilaian "B"
untuk masing-masing perangkat pembelajaran, yang berarti bahwa perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi.
Simpulan Keempat, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas telah
memenuhi kriteria efektif, dengan hasil persentase tiap aspek adalah: menyampaikan
informasi 16%, mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah 20%, mengamati cara
siswa dalam menyelesaikan masalah 19%, menjawab pertanyaan siswa 8%, mendengarkan
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
18
penjelasan siswa 10%, mendorong siswa untuk bertanya/menjawab pertanyaan 10%,
mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan 12%, dan perilaku yang tidak relevan 5%.
Simpulan Kelima, aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume
prisma dan limas telah memenuhi kriteria efektif, dengan hasil persentase tiap aspek adalah:
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 11%; membaca/memahami masalah
kontekstual di buku siswa/LKS 16%; menyelesaikan masalah/menemukan cara dan jawaban
masalah 15%; menulis yang relevan (mengerjakan kasus yang diberikan oleh guru) 24%;
berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat/ide kepada teman atau guru 14%, menarik
kesimpulan suatu prosedur/konsep 10%; dan perilaku siswa yang tidak relevan dengan KBM
5%.
Simpulan Keenam, keterlaksanaan sintaks pembelajaran selama berlangsungnnya
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang diterapkan mayoritas terlaksana. Persentase
keterlaksanaan sintaks pembelajaran saat uji coba sebesar sebesar 92% dengan nilai rata-rata
sebesar 3,42, yang berarti RPP yang digunakan dalam penelitian ini telah terlaksana dalam
kategori baik.
Simpulan Ketujuh, Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
adalah positif, dengan rata-rata persentase tiap komponen adalah: 92% siswa senang terhadap
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, 83% siswa menyatakan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan ini baru bagi mereka, 85% siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran
inkuiri pada kegiatan pembelajaran berikutnya, dan 86% siswa mengaku menyukai
penampilan pada buku siswa dan dapat memahami bahasa yang digunakan.
Simpulan Kesembilan, hasil belajar siswa kelas VIIIA MTs Negeri 2 Surabaya dalam
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan
volume prisma dan limas adalah 82,5% siswa dinyatakan tuntas secara individual sekaligus
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada uji coba telah
mencapai ketuntasan secara klasikal.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
19
DAFTAR PUSTAKA
Khabibah, Siti, 2006. Pengembanagan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan
Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi
tidak dipublikasikan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Pusat Kurikulum. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar : Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta :
Balitbang, Depdiknas.
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana
Soedjadi, 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wahana Pendidikan dan
Penalaran Kebudayaan. Surabaya : Program Pasca Sarjana Pendidikan IKIP
Surabaya
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
Download