1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI KELAS VIII MTs NEGERI 2 SURABAYA Oleh: Fanny Adibah IKIP Widya Darma Abstrak: Pendidikan Matematika bertujuan untuk mengembangkan struktur alasan atau kemampuan berpikir siswa dalam menggunakan pengetahuan belajar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah memilih pendekatan yang menekankan pada proses mental. Terdapat beberapa alasan mengapa pendekatan tersebut dipakai dalam pembelajaran matematika; salah satunya adalah pendekatan inkuiri. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan alat pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri pada materi luas permukaan dan volume prisma dan limas dengan valid, praktek, dan efektif di MTsN 2 Surabaya kelas 8. Proses pengembangan alat pembelajaran menggunakan empat model seperti yang dikatakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel dan dimodifikasi menjadi empat tahap. Empat tahap tersebut adalah pendefisian, perancangan, pengembangan, dan tahap penyebaran. Tetapi alat pengembangan pembelajaran dalam penelitian ini terbatas sampai tahap pengembangan. Alat pembelajaran yang dapat dikembangkan terdiri dari RPP, buku siswa, dan LKS. Penelitian ini telah dilaksanakan di MTsN 2 Surabaya kelas 8. Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran, Pendekatan Inkuiri PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah (dalam Pusat Kurikulum, 2002) adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif. Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Soedjadi (1999) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 1 2 meliputi: 1.) tujuan yang bersifat formal yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak, dan 2.) tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Dari tujuan di atas terlihat bahwa matematika sangat penting untuk menumbuhkan penataan nalar atau kemampuan berpikir siswa yang berguna dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun dalam penerapan matematika di kehidupan sehari-hari. Salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilaksanakan para guru kita sampai saat ini adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Setiap proses pembelajaran matematika lebih banyak mendorong agar siswa menguasai sejumlah materi pelajaran. Pembelajaran yang dilakukan bersifat teoritis dan abstrak. Kemampuan siswa diperoleh melalui latihan-latihan, sehingga perilaku siswa dibangun atas proses kebiasaan. Hal ini menyebabkan siswa tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan menemukan alternatif pemecahan masalah, tetapi mereka sangat tergantung pada guru.Pada akhirnya siswa hanya menghafalkan saja semua konsep tanpa memahami maknanya. Piaget (dalam Trianto, 2007) memandang pembelajaran berdasarkan tiga asumsi yaitu : 1.) Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekadar hasilnya; 2.) Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, pengetahuan diberikan tanpa adanya tekanan, melainkan anak di dorong menemukan sendiri melalui proses interaksi dengan lingkungannya; 3.) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan sehingga guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-invidu atau kelompok-kelompok. Karena keaktifan siswa dalam mendapatkan pengetahuan adalah sesuatu yang pokok untuk melatih kemampuan berpikir siswa, maka Piaget menganggap salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pendekatan inkuiri. Sanjaya (2006) mengungkapkan bahwa dalam inkuiri, proses pembelajaran ditekankan kepada proses mental siswa secara maksimal. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 3 mencari dan menemukan sendiri jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).Tujuan dari penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pendekatan ini siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Topik luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak diberikan di kelas VIII SMP semester 2. Selama ini, untuk mengajarkan konsep-konsep luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak, guru biasanya langsung memberi tahu siswa, sementara siswa hanya mencatat apa yang disampaikan oleh gurunya. Pola pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa belajar dengan menghafal tetapi tidak memahami maksudnya sehingga siswa akan cepat lupa. Dalam inkuiri justru konsep-konsep tersebut diharapkan ditemukan sendiri melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Untuk menerapkan pendekatan inkuiri pada topik luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak, tentunya diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan prinsip pendekatan inkuiri. Hal tersebut menarik peneliti untuk mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan.Penelitian pengembangan dimaksudkan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran sub pokok bahasan luas permukaan dan volume pisma dan limas tegak.Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah RPP, LKS dan Buku Siswa dengan materi Luas Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak. Subyek Penelitian Dalam penelitian pengembangan ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA Mts Negeri 2 Surabaya tahun ajaran 2008-2009. Karena kondisi guru mata JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 4 pelajaran yang kurang sehat dan untuk menghindari subyektivitas penelitian, maka yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah rekan peneliti yang dipandang mampu melaksanakan pembelajaran matematika SMP dengan pendekatan inkuiri. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model pengembangan perangkat pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini mengacu pada modelThiagarajan, yaitu 4-D (four D model), yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development), dan tahap penyebaran (disseminate). Namun model pengembangan pada penelitian ini dibatasi hingga tahap pengembangan saja, sehingga hanya menghasilkan naskah final dari pengembangan perangkat pembelajaran inkuiri. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran model 4-D selengkapnya diuraikan sebagai berikut: Tahap pendefinisian (define) Tahap ini bertujuan ini menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Ada 5 langkah dalam tahap ini yaitu : Analisis Awal-Akhir Kegiatan analisis awal-akhir dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan analisis pada sub pokok bahasan Luas Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak, teori belajar yang relevan dan tantangan serta tuntutan masa depan sehingga diperoleh deskripsi pola pembelajaran yang dianggap paling sesuai. Analisis Siswa Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan perangkat pembelajaran.Karakteristik ini meliputi latar belakang pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa. Analisis Konsep JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 5 Analisis konsep ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awalakhir. Analisis ini merupakan dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran. Analisis Tugas Analisis tugas merupakan pengidentifikasian tugas/ ketrampilan-ketrampilan utama yang dilakukan siswa selama pembelajaran, kemudian menganalisisnya ke dalam suatu kerangka sub-ketrampilan-sub ketrampilan yang lebih spesifik. Perumusan / Spesifikasi Tujuan Pembelajaran Tahap ini dilakukan untuk merumuskan hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi indicator pencapaian hasil belajar.Rangkaian indikator pencapaian hasil belajar merupakan dasar dalam menyusun rancangan perangkat pembelajaran dan tes. Tahap Perancangan (design) Pada tahap ini dilakukan perancangan draft perangkat pembelajaran. Di dalam tahap ini dilakukan penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan desain awal. Penyusunan Tes Dalam penelitian ini, peneliti tidak menyusun tes awal, hanya menyusun tes akhir (termasuk instrument) yang akan diberikan siswa, bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi. Pemilihan Media Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang sesuai guna menyampaikan materi pelajaran. Proses pemilihan media disesuaikan dengan analisis tugas, analisis materi, kerakteristik siswa dan fasilitas yang tersedia di sekolah. Pemilihan Format Dalam penyusunan RPP, peneliti mengkaji dan memilih format RPP yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP. Desain Awal Hasil tahap ini berupa rancangan awal perangkat pembelajaran yang merupakan draft I beserta instrument penelitian. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 6 Tahap pengembangan (development) Bertujuan untuk menghasilkan draft II perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Kegiatan pada tahap ini adalah penilaian para ahli, simulasi, dan uji coba lapangan. Penilaian Para Ahli Rancangan perangkat pembelajaran yang telah disusun pada tahap design (draf I) akan dilakukan penilaian/validasi oleh para ahli (validator). Para validator tersebut adalah mereka yang berkompeten dan mengerti tentang penyusunan perangkat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan mampu memberi masukan/saran untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah disusun. Saran-saran dari validator tersebut akan dijadikan bahan untuk merevisi draf I yang menghasilkan perangkat pembelajaran draf II Simulasi Simulasi bertujuan untuk mengecek keterlaksanaan perangkat pembelajaran, kecocokan waktu, kerja alat dan sebagainya. Ujicoba Terbatas Perangkat permbelajaran yang telah dihasilkan (draf II) selanjutnya diujicobakan di kelompok yang menjadi subyek penelitian.Tujuan dari uji coba adalah untuk mendapatkan masukan langsung dari guru, siswa, dan para pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun dan melihat kecocokan waktu yang telah direncanakan dalam RPP dengan pelaksanaannya selama pelaksanaan uji coba.Pengamat mencatat semua respon, reaksi, aktivitas guru mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dan respon siswa. Hasil uji coba ini akan digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran draf III (hasil pengembangan perangkat pembalajaran). Diagram alur pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 7 Analisis Awal-Akhir Analisis Siswa DEFINE Analisis Tugas Analisis Konsep Spesifikasi Tujuan Pembelajaran DESIGN Perancangan Awal Perangkat pembelajaran (draft I) Revisi Draf I (Draf II) Penilaian Ahli (Draf I) Uji Coba Revisi Draf II DEVELOPMENT Simulasi Perangkat Final (Draf III) Gambar 1. Modifikasi Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Thiagarajan Desain Penelitian Desain penelitian dalam uji coba pada tahap develop akan menggunakan desain one-shout case study yaitu suatu pendekatan dengan menggunakan 1 kali pengumpulan data. Desain penelitian ini digambarkan : X O X = perlakuan, yaitu pembelajaran matenatika dengan pendekatan inkuiri pada JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 8 sub pokok bahasan Luas Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak. O = hasil observasi aktivitas siwa, setelah dilakukan perlakuan, yaitu mendeskripsikan aktivitas guru, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran. Instrumen Penelitian Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat para ahli (validator) terhadap perangkat pembelajaran yang disusun pada draft I sehingga menjadi acuan/ pedoman dalam merevisi perangkat pembelajaran yang disusun. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung (dari awal pembelajaran sampai berakhir pembelajaran) dan pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat Lembar Observasi Aktivitas Guru Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung (dari awal sampai akhir pembelajaran) dan pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat. Lembar Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Instrumen digunakan untuk mendapatkan data tentang keterlaksanaan pembelajaran selama berlangsung inkuiri.Pengamatan dilakukan 1 orang pengamat terhadap siswa. Lembar Angket Respon Siswa Instrumen ini disusun untuk mendapatkan data mengenai pendapat siswa terhadap materi pembelajaran.Selain itu juga ingin mengetahui minat siswa untuk mengikuti kegiatan berikutnya. Tes Hasil Belajar Instrumen ini disusun untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa, apakah rata-rata hasil belajar siswa memenuhi batas ketuntasan. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 9 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pengembangan yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Data Validasi Ahli Data validasi para ahli kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menelaah hasil penilaian para ahli terhadap perangkat pembelajaran.Hasil telaah digunakan sebagai masukan untuk merevisi/ menyempurnakan perangkat pembelajaran yang digunakan. Data Aktivitas Guru Dalam Mengelola Pembelajan Inkuiri Untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dimulai dari guru membuka pelajaran dan penutup pelajaran. Data diperoleh dengan mengunakan lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran. Data Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Inkuiri Untuk memperoleh data aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, dimulai dari guru membuka pelajaran dan menutup pelajaran.Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Untuk memperoleh data tentang keterlaksanaan pembelajaran selama berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, dimulai dari guru membuka pelajaran sampai menutup pelajaran.Data diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Data Respon Siswa Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri setelah berakhirnya proses pembelajaran. Data diperoleh dengan menggunakan angket respon siswa. Data Hasil Belajar Siswa Untuk memperoleh data hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Data diperoleh melalui tes hasil belajar setelah berakhirnya proses pembelajaran. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 10 Teknik Analisis Data Data Validasi Perangkat Analisis data hasil validasi perangkat pembelajaran dilakukan dengan mencari ratarata tiap kategori dan rata-rata tiap aspek dalam lembar validasi, hingga akhirnya didapatkan rata-rata total penilaian validator terhadap masing-masing perangkat pembelajaran. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Mencari Rata-rata Tiap Kategori dari Semua Validator n RK i V ji j 1 n Keterangan: RKi : rata-rata kategori ke V ji: skor hasil penilaian validator ke-j terhadap kategori ke-i : banyaknya validator Mencari Rata-rata Tiap Aspek dari Semua Validator n RAi j 1 RK ji n Keterangan: RAi : rata-rata aspek ke RK : rata-rata kategori ke-j terhadap aspek ke-i : banyaknya kategori dalam aspek ke-i Mencari Rata-rata Total Validitas VR n i 1 RAi n Keterangan: VR : rata-rata total validitas RAi : rata-rata aspek ke-i : banyaknya aspek JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 11 Untuk menentukan kategori kevalidan suatu perangkat diperoleh dengan mencocokkan rata-rata ( x ) total dengan kategori kevalidan perangkat pembelajaran menurut Khabibah (2006), sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Pengkategorian Kevalidan Perangkat Pembelajaran Interval Skor Kategori Kevalidan 4 VR 5 Sangat valid 3 VR < 4 Valid 2 VR < 3 Kurang valid 1 VR < 2 Tidak valid Keterangan : VR adalah rata-rata total hasil penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran meliputi RPP, buku siswa dan LKS. Perangkat dikatakan valid jika interval skor pada semua rata-rata berada pada kategori "tinggi" atau "sangat tinggi". Untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran, terdapat lima kriteria penilaian umum perangkat pembelajaran dengan kode nilai sebagai berikut : Tabel 2. Kriteria penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran Kode Nilai Keterangan A Dapat digunakan tanpa revisi B Dapat digunakan dengan sedikit revisi C Dapat digunakan dengan banyak revisi D Tidak dapat digunakan RPP dikatakan praktis jika ahli dan praktisi menyatakan bahwa RPP tersebut dapat digunakan dilapangan dengan sedikit revisi / tanpa revisi. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 12 Data Pengamatan Aktivitas Guru Hasil analisis penilaian terhadap lembar pengamatan aktivitas guru diperoleh dari deskripsi hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Data ini merupakan deskripsi aktivitas dari hasil pengamatan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran dalam uji coba, yang dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Aktivitas pembelajar an Frekuensi aktivitas yang muncul 100% Frekuensi seluruh aktivitas Penentuan kriteria keefektivan aktivitas guru berdasarkan pencapaian waktu ideal yang ditetapkan dalam penyusunan rencana pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, sebagai berikut: Tabel 3. Kriteria Waktu Ideal untuk Aktivitas Guru No 1 2 3 Aktivitas Guru Menyampaikan informasi Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah Mengamati cara siswa untuk menyelesaikan masalah Persentase Efektif (p) Waktu Ideal (%) Toleransi (%) 15 10 p 20 24 19 p 29 23 18 p 28 4 Menjawab pertanyaan siswa 5 0 p 10 5 Mendengarkan penjelasan siswa 10 5 p 15 7 2 p 12 16 11 p 21 0 0p5 6 7 8 Mendorong siswa untuk bertanya / menjawab pertanyaan Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan Perilaku yang tidak relevan Aktivitas guru dikatakan efektif jika waktu yang digunakan untuk setiap aspek yang diamati pada setiap RPP sesuai dengan alokasi waktu ideal yang termuat dalam RPP dengan toleransi 5 %. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 13 Data Pengamatan Aktivitas Siswa Hasil analisis penilaian terhadap lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh dari deskripsi hasil pengamatan aktivitas siswa. Data ini merupakan deskripsi aktivitas siswa dari hasil pengamatan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran dalam uji coba di lapangan, yang dianalisis dengan menggunakan rumus : Aktivitas pembelajar an Frekuensi aktivitas yang muncul 100% Frekuensi seluruh aktivitas Penentuan kriteria keefektivan aktivitas siswa berdasarkan pencapaian waktu ideal yag ditetapkan dalam menyusun RPP dengan pendekatan inkuiri. Aktivitas siswa dikatakan efektif jika waktu yang digunakan untuk setiap yang diamati pada setiap RPP siswa sesuai dengan alokasi waktu ideal yang terlihat dalam RPP dengan toleransi 5%. Data Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran akan diamati oleh 1 orang pengamat yang sudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan dengan keterlaksanaan sintaks pembelajaran. Penyajian keterlaksanan dalam bentuk pilihan, yaitu terlaksana dan tidak terlaksana. Skala presentase untuk menentukan keterlaksanaan RPP dengan menggunakan rumus sebagai berikut : % keterlaksanaan banyak langkah yang terlaksana x 100% banyak langkah yang direncanak an Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan mencocokkan hasil ratarata total skor yang diberikan dengan kriteria sebagai berikut : 3,00 RT 4,00 : Sangat baik 2,00 RT 3,00 : Baik 1,00 RT 2,00 : Kurang Baik RT 1,00 : Tidak Baik Penentuan kriteria keefektifan keterlaksanaan sintaks pembelajaran berdasarkan persentase keterlaksanaan RPP dalam pembelajaran dan penilaiannya.Keterlaksanaan sintaks pembelajaran dikatakan efektif jika waktu yang digunakan setiap aspek pada JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 14 setiap RPP dengan persentase yang diperoleh 75% dengan penilaian baik atau sangat baik. Data Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Data yang diperoleh berdasarkan angket tentang respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran dianalisis denga menggunakan statistik deskriptif, yaitu menghitung persentase tentang pernyataan yang diberikan. Angket respon siswa digunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap perangkat baru, dan kemudahan memahami komponen-komponen : materi/ isi pelajaran, format buku siswa, dan tujuan pembelajaran, LKS, suasana belajar, dan cara guru mengajar serta minat penggunaan, kejelasan penjelasan dan bimbingan guru. Persentase respon siswa dihitung dengan menggunakan rumus : persentase respon siswa A x 100 % B Keterangan : A = proporsi siswa yang memilih B = jumlah siswa (responden) Analisis respon siswa terhadap proses pembelajaran ini dilakukan dengan mendeskripsikan respon siswa terhadap proses pembelajaran. Persentase tiap respon dihitung dengan cara, jumlah aspek yang muncul dibagi dengan seluruh jumlah siswa dikalikan 100%. Angket respon siswa diberikan kepada siswa setelah seluruh kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan.Reaksi siswa dikatakan positif jika 70% atau lebih siswa merespon dalam kategori positif (senang, berminat, dan tertarik). Data Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa dapat dihitung secara individual dan secara klasikal. Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor siswa yang diperoleh dengan mengerjakan tes hasil belajar yang diberikan setelah berakhirnya proses pembelajaran. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan MTsN 2 Surabaya, maka siswa dipandang tuntas secara individual jika mendapatkan skor ≥ 65 dengan pengertian bahwa siswa tersebut telah mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi, atau mencapai tujuan pembelajaran. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 15 Sedangkan keberhasilan kelas (ketuntasan klasikal) dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai skor minimal 66, sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Persentase ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Persentase ketuntasan jumlah siswa yang tuntas 100% jumlah seluruh siswa HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kevalidan dan Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, buku siswa dan Lembar Kerja Siswa masingmasing memiliki rata-rata total kevalidan sebesar 3,63 ; 3,76 ; dan 3,61 yang berarti bahwa perangkat pembelajaran tersebut masing-masing telah valid. RPP, buku siswa, dan LKS yang dikembangkan maisng-masing juga memenuhi kriteria praktis yang ditetapkan karena ketiga validator mamberikan nilai “B”, yang berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Walaupun demikian masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan jika perangkat pembelajaran akan diterapkan pada kondisi lain. Aktivitas Guru Hasil analisis aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas menunjukkan bahwa siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada setiap aspek untuk persentase aktivitas guru telah memenuhi kriteria efektif, dimana hasil tiap aspek adalah menyampaikan informasi 16%, mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah 20%, mengamati cara siswa dalam menyelesaikan masalah 19%, menjawab pertanyaan siswa 8%, mendengarkan penjelasan siswa 10%, mendorong siswa untuk bertanya/menjawab pertanyaan 10%, mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan 12%, dan perilaku yang tidak relevan 5%. Aktivitas Siswa Hasil analisis aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 16 prisma dan limas menunjukkan bahwa siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada setiap aspek untuk persentase aktivitas siswa telah memenuhi kriteria efektif, dimana hasil persentase tiap aspek adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 11%; membaca/memahami masalah kontekstual di buku siswa/LKS 16%; menyelesaikan masalah/menemukan cara dan jawaban masalah 15%; menulis yang relevan (mengerjakan kasus yang diberikan oleh guru) 24%; berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat/ide kepada teman atau guru 14%, menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep 10%; dan perilaku siswa yang tidak relevan dengan KBM 5%. Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pendekatan inkuiri dapat dilihat dari persentase keterlaksanaan yang dinyatakan dengan kriteria terlaksana dan tidak terlaksana.Keterlaksanaan pembelajaran tersebut juga dinilai untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran tersebut termasuk kategori sangat baik, baik, kurang baik atau tidak baik. Ditinjau dari persentase keterlaksanaan RPP, pada uji coba lapangan, persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 92% dengan nilai rata-rata sebesar 3,42. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RPP yang digunakan dalam penelitian ini telah terlaksana dalam kategori baik. Respon Siswa Hasil analisis respon siswa pada uji coba di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas siswa memberikan respon positifterhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa terhadap perangkat pembelajaran selama uji coba memenuhi kriteria keefektifan, dengan persentase yaitu: Ketertarikan terhadap komponen (senang/tidak senang) 92%; Keterkinian terhadap komponen (baru/tidak baru) 83%; Minat terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri 85%; Pendapat positif tentang buku siswa 86%. Hasil Belajar Siswa Analisis hasil belajar siswa menunjukkan bahwa 33 hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tuntas secara individual, artinya siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan yaitu menghitung luas permukaan dan JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 17 volume limas dan prisma. Selain itu siswa juga memenuhi kriteri ketuntasan secara klasikal , karena persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 82,5%, sehingga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian, ditinjau dari hasil belajar siswa, pembelajaran dengan pendekatan inkuiri memenuhi kriteria efektif. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak di kelas VIIIA MTs Negeri 2 Surabaya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Telah dihasilkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak, yang meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model pengembangan 4-D yang telah dimodifikasi menajdi 3 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan tahap pengembangan (development) Simpulan yang kedua yaitu masing-masing perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak yang dikembangkan dalam penelitian ini telah dinilai valid oleh para ahli dengan kevalidan RPP sebesar 3,63, kevalidan buku siswa sebesar 3,76, dan kevalidan LKS sebesar 3,61. Simpulan yang ketiga, perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas tegak yang dikembangkan dalam penelitian ini telah dinilai praktis oleh para ahli, dengan penilaian "B" untuk masing-masing perangkat pembelajaran, yang berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Simpulan Keempat, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas telah memenuhi kriteria efektif, dengan hasil persentase tiap aspek adalah: menyampaikan informasi 16%, mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah 20%, mengamati cara siswa dalam menyelesaikan masalah 19%, menjawab pertanyaan siswa 8%, mendengarkan JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 18 penjelasan siswa 10%, mendorong siswa untuk bertanya/menjawab pertanyaan 10%, mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan 12%, dan perilaku yang tidak relevan 5%. Simpulan Kelima, aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas telah memenuhi kriteria efektif, dengan hasil persentase tiap aspek adalah: mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 11%; membaca/memahami masalah kontekstual di buku siswa/LKS 16%; menyelesaikan masalah/menemukan cara dan jawaban masalah 15%; menulis yang relevan (mengerjakan kasus yang diberikan oleh guru) 24%; berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat/ide kepada teman atau guru 14%, menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep 10%; dan perilaku siswa yang tidak relevan dengan KBM 5%. Simpulan Keenam, keterlaksanaan sintaks pembelajaran selama berlangsungnnya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang diterapkan mayoritas terlaksana. Persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran saat uji coba sebesar sebesar 92% dengan nilai rata-rata sebesar 3,42, yang berarti RPP yang digunakan dalam penelitian ini telah terlaksana dalam kategori baik. Simpulan Ketujuh, Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah positif, dengan rata-rata persentase tiap komponen adalah: 92% siswa senang terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, 83% siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan ini baru bagi mereka, 85% siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran inkuiri pada kegiatan pembelajaran berikutnya, dan 86% siswa mengaku menyukai penampilan pada buku siswa dan dapat memahami bahasa yang digunakan. Simpulan Kesembilan, hasil belajar siswa kelas VIIIA MTs Negeri 2 Surabaya dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma dan limas adalah 82,5% siswa dinyatakan tuntas secara individual sekaligus dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada uji coba telah mencapai ketuntasan secara klasikal. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013 19 DAFTAR PUSTAKA Khabibah, Siti, 2006. Pengembanagan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi tidak dipublikasikan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Pusat Kurikulum. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar : Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Balitbang, Depdiknas. Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Soedjadi, 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wahana Pendidikan dan Penalaran Kebudayaan. Surabaya : Program Pasca Sarjana Pendidikan IKIP Surabaya Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013