KINFlash - Konvensi Injil Nasional

advertisement
Minggu, 16 November 2014
Edisi
6
Dari meja redaksi….
Selamat hari Minggu...
Tanpa terasa kita telah sampai
di penghujung seluruh acara
KIN. Hari ini kita bersama
beribadah kepada Tuhan,
mensyukuri bagaimana Tuhan
telah bekerja dalam setiap
pribadi peserta KIN 2014.
KKR Umum 2014
A jarl ah Merek a Berper ang
dal am Kebenar an
K
Pdt. Dr. Stephen Tong
erohanian seseorang tidak mungkin
damai, sejahtera, tenteram, stabil terus
seperti air yang tenang. Kerohanian
seseorang pasti ada gelombang, gangguan, dan
serangan dari iblis. Orang rohani adalah orang
yang sedang berperang. Sejak umur tujuhbelas
tahun, saya mengetahui pelayanan saya adalah
peperangan. Sampai kapan? Sampai mati. Tugas
KIN Flash
A
dari Tuhan adalah mengutus saya di ladang
peperangan seumur hidup. Tidak ada kendurnya,
tidak ada santainya. Harus tegas dan tekun,
terus-menerus berperang dengan iblis. Saudara
melihat saya lima hari ini sangat lelah dan sulit.
Tapi lima hari itu hanya lima dari 365 hari.
Kalau engkau mengikuti saya setiap hari, engkau
akan tahu setiap hari sama tegang dan sibuknya.
God-centered life is the focus on the fifth day of KIN. Ev. Jimmy Pardede stresses the importance
of having a right attitude in listening to the Word of God; such an attitude will result in bringing
listeners unto obedience even if it leads to cross. Being able to understand and see the reality of sin
in children’s lives, says Ev. Grace Toumeluk, is necessary if teachers are to bring them unto repentance. Ev.
Mercy Matakupan implores all teachers to live holy lives and to continuously immerse themselves in the
depth of God’s Word. Rev. Billy Kristanto highlights the importance of training children to appreciate
God’s presence in worship. Furthermore, choosing appropriate music does matter in preparing one’s
heart to worship God. KIN participants were given another rare opportunity to witness a public open-air
evangelism conducted by STEMI. In a city in which majority of people are Moslems Rev. Stephen Tong
electrifies ~6000 attendees by proclaiming the uniqueness of God’s redemption plan in Christ offered to all.
“Mohammad did not die for Moslems! Shakyamuni did not die for Buddhists! In fact, all religion founders
must die because of their sins. Only Christ died for all and his tomb is empty!” shouts Rev. Stephen Tong.
Many KIN attendees were part of ~2500 people who came forward to answer the altar call given for those
who are willing to recommit themselves to the lordship of Christ. Hundreds of people made a decision to
be a full time servant of God. Praise God! Today is the sixth day of KIN. A combined Sunday worship,
followed by a free public concert, brings KIN 2014 to its conclusion. What a blessing we have witnessed.
What’s next? May all teachers attending this KIN return with a renewed understanding of their vocations.
May they be anchored deeper in God’s Word. May God confirm their labors by raising a new generation
of godly Christian generation. Pray for next year’s KIN for youth all over Indonesia. Until we meet again!
Kita harus bersyukur dan
berterima kasih kepada
ratusan panitia yang dengan
rela hati melayani 3.500
peserta KIN 2014 ini dengan
kesungguhan tanpa pamrih.
Mereka memberikan diri
mereka, tenaga mereka, uang
mereka, kepandaian, dan
ketrampilan mereka, agar
KIN 2014 ini dapat berjalan
dengan baik. Biarlah apa
yang telah mereka kerjakan
boleh menjadi teladan bagi
kita semua untuk kita mau
bersusah payah menjadi
berkat bagi banyak orang,
karena begitu banyak orang
membutuhkan Injil. Kami
percaya
Tuhan
bekerja
di tengah peserta KIN ini
dan kita boleh betul-betul
mendapat berkat diubah oleh
Tuhan.
Tentu kita bersyukur selama
satu minggu ini kita diberi
kekuatan oleh Tuhan. Kita
boleh merasakan kekuatan
yang ajaib Tuhan berikan
kepada setiap kita. Mungkin
tidak banyak orang yang
mengalami
acara
yang
sepadat Konvensi ini. Acara
demi acara disusun tanpa
rela memboroskan setiap
anugerah yang Tuhan berikan.
Dari pagi hingga malam
acara disusun begitu padat.
Dan di sini kita berharap
semangat dan cara kerja
seperti ini boleh diwariskan
kepada setiap guru, baik Guru
Sekolah Minggu maupun
Guru Pendidikan Agama
Kristen. Kiranya semangat
Reformed Injili boleh menular
pada Anda semua.
Akhir
kata,
kiranya
penyertaan Tuhan dan api
Tuhan terus beserta dengan
Anda semua sampai di ladang
masing-masing.
Soli Deo Gloria.
Redaksi
SEKILAS
Maka pilihlah dua hidup: santai-santai
atau berperang bagi Kerajaan Tuhan.
Saya harus cermat menggabungkan
cinta kasih, keras, lembut, mengasihi,
memperingati, mengajar, menghibur.
Itu sebuah peperangan yang boleh
memuliakan Tuhan. Jika engkau tidak
melayani Tuhan, silakan mau hidup
bagaimana. Tetapi kalau engkau memilih
melayani Tuhan, maka layanilah dengan
“api”! Istilah api adalah melayani dalam
bahasa Yunani. Saya di hadapan Tuhan
adalah budak tetapi di hadapan murid
adalah guru. Di hadapan Tuhan saya
taat, di hadapan murid saya mendidik.
Engkau adalah guru yang menjadikan
dan memimpin muridmu ke masa depan
yang lebih indah. Guru harus sadar
bahwa dirimu penting karena engkau
adalah pedoman hidup anak-anak. Kalau
guru menunjukkan jalan yang salah yaitu
gang buntu, itu akan mematikan anak.
supaya tidak terlewat. Dia pesan seorang
anak muda: Tolong bangunkan saya
kalau sudah sampai, saya takut ketiduran.
Karena kalau kelewatan, mungkin satu
hari harus habis. Anak ini mendapatkan
tugas penting. Dia mulai menghitung
kota demi kota dan dia membangunkan
ibu itu bahwa sudah sampai. Ibu itu kaget
dan bersiap-siap turun. Sangat dingin dan
bersalju. Ibu itu turun dan anak muda itu
lega. Kereta api itu berjalan lagi. Sesudah
kereta berjalan, ternyata diumumkan
bahwa itu kota yang seharusnya ibu tua
itu turun. Lalu tadi itu apa? Ternyata
ada gangguan sehingga kereta berhenti
sebentar dan itu bukan kota tapi padang
belantara salju yang dingin. Anak
muda itu menyesal dan memukul diri,
”Kenapa saya membunuh seorang ibu
tua?” Saya bukan membantu dia tapi
saya membunuh dia. Dari situ sampai
Moskow masih enam hari dan dia seperti
orang gila di situ. Dia tidak bisa makan
dan minum, tidak bisa tidur dan pulang.
Waktu dia tutup mata, wajah ibu tua
itu muncul dan berkata, “Sekarang saya
kedinginan dan akan mati karena kamu.”
Saya mati karena kamu memberitakan
hal yang salah. Tiga puluh tahun lalu saya
membaca ini dan sampai hari ini hati saya
tidak tenang. Ketika saya berkhotbah di
mimbar dan mengajar di kelas, apakah
saya memberikan ajaran salah meskipun
tidak sengaja karena teledor? Anak bisa
binasa karena saya. Ini bukan ke Moskow
tapi ke sorga atau neraka. Anakmu engkau
pimpin ke mana? Kau mendidik dengan
firman yang bagaimana? Meskipun capek,
saya tidak pernah berhenti berdoa kepada
Tuhan supaya KIN ini menjadi berkat
bagi Indonesia.
The children should have a part in public services.
By enlisting their activities
we shall incite them to attendance,
for children love to go
where they can use their powers.
J. F. Cowan.
Satu kali ada seorang tua naik kereta
api di Rusia yang luas dan menempuh
perjalanan sebelas hari. Setiap berhenti di
suatu kota, dia harus bertanya ini kota apa
Seputar KIN 2014
2
KIN
Peserta KIN 2014 tiba di Reformed Millennium Center Indonesia
Kunjungan ke Sophilia Fine Art Center
Makan malam di Lobi Katedral Mesias
Peserta mengantri suvenir
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
SEKILAS
KIN
PENTINGNYA PENDIDIKAN MORAL
DALAM SEKOLAH
Oleh Sutjipto Subeno
B
erita bahwa beberapa gadis SMU
telah menjadi “anak ayam” di
mana guru menjadi mucikarinya di
sebuah SMU di Cirebon telah membuat
heboh masyarakat Indonesia belakangan
ini. Bahkan mereka melakukan tindakan
yang amoral lagi. Dan, menurut banyak
berita, banyak siswi SMU di berbagai
kota besar, ternyata berprofesi ganda,
bukan hanya sebagai siswi, tetapi juga
pelacur kelas atas. Aspek kesucian hidup
dan pergaulan sudah disisihkan ke tong
sampah, sepertinya.
Berbagai macam psikotropika dan
narkotika juga begitu banyak beredar di
kalangan anak sekolah. Lebih mengerikan,
penjual dan pembeli juga adalah orangorang yang masih berstatus siswa. Mereka
menjadi pengedar dan sekaligus juga
pengguna. Kehidupan yang rusak seperti
ini kerap kali disertai dengan berbagai
pesta yang berujung pada tindakan
amoral di kalangan remaja. Anak-anak
remaja ini tidak lagi mempertimbangkan
rasa takut untuk hidup rusak, merusak
nama baik keluarga dan masyarakatnya.
Berbagai tawuran anak sekolah juga
telah membuat resah masyarakat di
berbagai tempat di beberapa kota
besar di Indonesia. Bahkan, kejadiankejadian sejenis sering kali sulit diatasi
oleh pihak sekolah sendiri, sampaisampai melibatkan aparat kepolisian dan
berujung dengan pemenjaraan, karena
merupakan tindakan kriminal yang bisa
merenggut nyawa. Sepertinya nyawa
manusia tidak ada harganya, hidup itu
begitu murah dan rendah nilainya.
Daftar di atas masih bisa
diperpanjang dengan berbagai
lainnya, seperti pemerasan
terhadap siswa lain, kecurangan
ujian, dan berbagai tindakan
terus
kasus
siswa
dalam
yang
tidak mencerminkan moral siswa yang
baik. Pertanyaan yang muncul adalah:
Apakah hal seperti demikian lepas dari
tanggung jawab sekolah sebagai institusi
pendidikan?
Menyekolahkan anak ternyata bukan
merupakan tindakan yang tidak perlu
dipikirkan. Memasukkan anak kita di
sekolah dengan pergaulan yang rusak,
guru yang tidak bermoral, sekolah yang
tidak ketat terhadap kualitas moral
dan teladan guru, akan beresiko besar
terhadap anak kita. Pendidikan bukan
memberikan informasi dan pengetahuan
kognitif sebanyak-banyaknya kepada
anak, tetapi paideia (Gerika) berarti
bagaimana membesarkan seorang anak
dengan benar. Di dalamnya terkandung
aspek kognitif, tetapi juga aspek mental,
moral, dan spiritual. Sekalipun para
pakar, bahkan sampai banyak orang
pada umumnya, sadar bahwa pendidikan
bukan hanya pengetahuan, melainkan
pembentukan manusia seutuhnya, tetapi
di dalam praktiknya, banyak sekolah saat
ini yang lebih banyak memperhatikan
aspek kognitif saja, dan mengabaikan
semua aspek lainnya.
Gejala pengabaian aspek moral dalam
sekolah terlihat semakin lama semakin
marak. Jarang sekolah (baca: tidak
ada) mengeluarkan ungkapan tentang
pertanggungjawaban moral guru di dalam
pendidikan. Banyak sekolah tidak peduli
bagaimana sikap moral guru di luar
sekolah, ada yang merokok (tetapi sekolah
melarang siswa merokok), sampai yang
memiliki simpanan wanita lain. Ada yang
memberikan nilai buruk, kecuali jika siswa
itu les privat dengan gurunya, sampai yang
mengancam akan tidak meluluskan jika
tidak menyetor sejumlah dana tertentu.
Terkadang perilaku sedemikian memang
sulit ditindak langsung secara hukum
karena memang sulit mendapatkan
bukti autentik yang sah secara hukum.
Tidak mungkin menangkap guru yang
merokok, tetapi kita bisa menghukum
siswa yang merokok. Berarti di sini
terjadi suatu perbedaan standar moral
yang diberlakukan di sekolah. Mengapa
pendidikan moral begitu penting di
dalam sekolah?
Pertama, pendidikan moral yang buruk
dalam sekolah, menjadikan pendidikan
menghasilkan penjahat-penjahat canggih
di masa depan. Seorang siswa yang
pandai, dengan berbagai pengetahuan
yang banyak, tetapi bermoral rusak, akan
menjadi alat perusak masyarakat yang
berbahaya sekali. Dr. Kartini Kartono,
pakar pendidikan kita mengatakan,
salah langkah dalam kegiatan mendidikmembentuk ini, pasti membuahkan tipe
“manusia salah jadi” yang mengerikan
dan berbahaya bagi kehidupan bersama di
masa-masa mendatang (Kartini Kartono,
Quo Vadis Pendidikan Indonesia, 1991).
Kedua, manusia adalah makhluk yang
bernilai moral. Pendidikan adalah
mendidik hidup. Hidup bukan sekadar
sebuah kebetulan, melainkan ada makna
dan tujuan di dalamnya. Di situ seorang
siswa belajar bukan untuk sekadar belajar
pengetahuan kognitif, tetapi bagaimana
implementasi
ilmunya
menjadikan
hidupnya bermakna, baik secara individu
maupun dalam masyarakat (Slamet Iman
Santoso, Pembinaan Watak: Tugas Utama
Pendidikan, 1979, hal.176ff.). Maka,
tanpa kehidupan moral yang baik seluruh
hidup menjadi tidak bermakna, ataupun
bahkan menjadi sangat negatif. Untuk
apa dia hidup dan eksis di dunia jika
hanya menjadi perusak dan penghancur
masyarakat, mendatangkan aib bagi
keluarga, lingkungan, dan negara.
Terkadang kita kasihan menghukum
Dr. Holmes was asked when the training of a child should begin.
“A hundred years before it is born,” he replied. This is a strong way
of putting the truth that the training of children should begin with
the training of their grandparents.
S. E. Wishard, D.D.
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
3
SEKILAS
mati penjahat, tetapi langkah preventif
dari sejak kecil tidak diperhatikan dengan
baik.
Ketiga, salah sekali jika beranggapan
manusia itu pada dasarnya baik. Manusia
justru bertendensi jahat dan berdosa.
Untuk itulah perlu ada pendidikan.
Sangat sulit membentuk manusia menjadi
orang baik, tetapi begitu mudahnya
seseorang untuk menjadi rusak. Jika
seseorang anak dibiarkan begitu saja,
ia akan berkencenderungan berbuat
jahat ketimbang berbuat baik. Di sini
kegagalan J.J. Rousseau di dalam filsafat
pendidikannya yang liberal (J.J. Rousseau,
Emile, 1762). Ketika manusia dibiarkan
tanpa pendidikan baik, ia akan dengan
cepat mengadopsi perilaku-perilaku
jahat,
malah
memperkembangkan
daya kreatif negatifnya, ketimbang dia
berusaha mengadopsi perilaku-perilaku
baik. Perlu perjuangan berat seseorang
bisa mengadopsi perilaku baik dan
mengembangkan daya kreatif yang
positif dan bermoral tinggi. Unsur moral
cenderung diabaikan, sejauh itu tidak
mengganggu diri (dan boleh mengganggu
orang lain). Perlu upaya serius untuk
seseorang anak dididik menjadi anak
yang bermoral tinggi, yang hidupnya
jujur, adil, mulia, suci, dan berintegritas.
Ada banyak hal yang bisa dan perlu
sekolah lakukan dalam pendidikan moral.
Di antaranya, pertama, setiap institusi
pendidikan perlu memperhatikan bukan
hanya hebatnya pengetahuan atau gelar
guru atau dosennya, tetapi juga perilaku
moralnya. Perlu ada mekanisme pengujian
kehidupan keseharian insan pendidikan,
bukan hanya kekuatan intelektualnya
saja. Kedua, perlu adanya penilaian
kelakuan di sekolah. Seorang siswa lulus
atau naik kelas, bukan hanya diukur oleh
kemampuan intelektualnya, tetapi juga
kemampuan sosial, moral, mental, dan
spiritualnya. Dengan demikian, sekolah
betul-betul menjalankan fungsi pedagogis
yang benar. Ketiga, sekolah juga perlu
secara berkala melibatkan orang tua di
dalam pembinaan moral dan pengawasan
moral bagi anak-anak mereka. Sekolah
harusnya bergandengan tangan dengan
orang tua di dalam mendidik anak,
sehingga pendidikan anak berjalan secara
integratif.
Hal-hal ini sangat banyak diabaikan,
karena dianggap terlalu menyulitkan
bagi pihak sekolah. Sekolah hanya sibuk
mengukur kemampuan intelektual anak
didiknya, dan berbangga diri jika anakanak didiknya berhasil dengan nilai
intelektual yang tinggi dan mempunyai
pengetahuan yang banyak. Kini,
paradigma ini perlu dipertanyakan
dan dikembalikan kepada panggilan
pendidikan yang mendasar, yaitu
membentuk seorang anak menjadi orang
yang betul-betul dewasa secara moral,
mental, spiritual, dan intelektual.
Catatan: Penulis adalah seorang pengamat
pendidikan, dosen, dan pendiri sekolah
Kristen Logos.
Liputan KKR Anak - KIN2014
4
Peserta Memasuki Katedral Mesias
Peserta KIN mengikuti KKR di Aula Calvin
Peserta turun dari Bis
Peserta Berjalan memasuki Lobby Katedral Mesias
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
SEKILAS
Berbagi tentang …….
KIN
Seni Membentuk Karakter Kristen
Catatan Khotbah Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong
Saran dalam Pembentukan Karakter
Kristen
Di dalam pembentukan karakter Kristen,
Dr. Mary Setiawani mengemukakan
3 hal penting yakni penerimaan dan
pengembangan anak, kasih dan disiplin,
serta hasil belajar dan proses belajar. Cara
kita memandang anak haruslah berangkat
dari cara Tuhan memandangnya. Setiap
anak unik di hadapan Tuhan. Setiap anak
memiliki gen, lingkungan keluarga, serta
keunikan pribadi yang berbeda-beda.
Sebagaimana Tuhan telah menerima kita
tanpa syarat, demikianlah seharusnya
kita menerima setiap pribadi anak. Anak
yang merasa diterima oleh orang tua dan
gurunya lebih mudah dididik.
telah mengalami sekularisasi. Disiplin
juga berarti pengendalian diri. Betapa
kita membutuhkan pertolongan Tuhan
untuk mengubah jiwa anak-anak.
Disiplin harus dilakukan secara konsisten
antara orang tua, kakek nenek, maupun
pengasuh dalam standar yang sama dalam
kondisi emosi seperti apapun. Disiplin
juga mengandung faktor penghajaran,
meskipun tidak semua anak perlu
Orang tua dan guru bertanggung
jawab untuk mengembangkan anakanak dengan memperhatikan batasan
pengembangan yang mempertimbangkan
bakat dan kemampuan anak; potensi
pengembangan yang takkan pernah
habis; keyakinan dalam pengembangan
yang memengaruhi keberhasilan; dan
peran Tuhan dalam pengembangan yang
tidak menutup kemungkinan bagi anakanak yang sepertinya tak mungkin untuk
dikembangkan.
Mengapa kasih orang tua tidak
terkomunikasikan
kepada
anak?
Kemungkinan karena kasih yang kurang
tepat dari orang tuanya, misalnya kasih
yang bersifat memiliki (possesive); kasih
yang bersifat menggantikan di mana
orangtua
menghendaki
anak-anak
menggenapi cita-cita orang tua yang tidak
kesampaian; kasih yang memutarbalikkan
peranan di mana anak menjadi pemenuh
kebutuhan emosional orang tuanya;
dan kasih yang pilih kasih di mana anak
merasa dianaktirikan karena dirinya
kurang dibandingkan anak lain. Kasih
Kristus adalah kasih yang tepat, yakni
kasih yang menyerahkan nyawa-Nya
karena kasih yang begitu besar.
Anak-anak
membutuhkan
disiplin
yang lahir dari kasih. Disiplin berarti
pengarahan akan hal-hal yang benar
dan salah berdasarkan Alkitab. Namun
di zaman ini dasar benar dan salah
hajaran/pukulan. Tanpa disiplin, kasih
menjadi kurang tepat.
Proses belajar lebih penting daripada hasil
belajar. Apakah kesuksesan anak terletak
pada hasil belajar/prestasi, berdasarkan
nilai, bakat, ataupun tingkah laku
lahiriah, tanpa mempedulikan hal lain?
Apa yang perlu dikejar? Menurut Rasul
Paulus, kita harus mengejar mahkota
yang kekal, bukan kesuksesan duniawi
(Fil 3:14; 1 Kor 9:25). Proses belajar
perlu diutamakan mengingat hal itu akan
mementingkan apa yang terbaik dalam
diri anak itu, juga akan melindungi dan
memperhatikan etika Kristen di dalam
prosesnya, serta akan mempertumbuhkan
karakter Kristen yang belajar untuk
mengerti dan menjalankan kehendak
Tuhan.
teladan Allah adalah hal krusial
dalam pendidikan. Pendidikan adalah
pembentukan karakter, maka pendidik
sendiri harus mempunyai karakter yang
bertanggung jawab dan merupakan
pribadi yang menghormati dirinya
sebagai guru.
Keunikan dan signifikansi pendidikan
adalah bahwa kita mendidik manusia
yang harus bertanggung jawab secara
rohani di hadapan Tuhan yang berencana
kekal bagi mereka. Setiap anak dengan
karakteristiknya masing-masing, perlu
diperlakukan secara individual, tidak
dengan cara borongan. Sering kali soal
komunikasi menjadi kesulitan tersendiri.
Perlu diketahui bahwa ide dasar dan
teladan utama seluruh komunikasi dalam
komunitas adalah komunikasi di antara
Oknum Allah Tritunggal. Bagaimana
dengan kebebasan dan kreativitas
individual? Hal itu harus dikatikan
dengan pertanggungjawaban kepada
Sang Pencipta.
Seorang pendidik wajib memiliki jiwa
yang luas untuk dapat menerima, bergaul,
bahkan bekerja sama dengan pribadi lain
yang berbeda dengan dirinya. Manusia
memahami kasih melalui cinta Kristus,
yang telah berkorban dan melayani
manusia berdosa.
Sebagaimana kata Paulus, “Jadilah
pengikutku,” maka hanya guru yang
memiliki bentuk Kristus dalam dirinya
yang bisa memberikan “cap” bentuk
Kristus kepada muridnya, menjadikan
murid mirip Kristus. Membangun
karakter Kristus di dalam diri murid
adalah
tujuan
pendidikan
kita.
Pendidikan akademik yang tidak diikuti
dengan pendidikan karakter bukanlah
pendidikan. Para murid dan guru harus
menemukan bahwa karakter yang agung
hanya bisa ditemukan dalam diri mereka
yang dipenuhi oleh Roh Kudus, Firman,
dan betul-betul menaati kehendak Tuhan.
Kristus dalam Pendidikan
Pembentukan karakter pribadi berpeta
Tuhan Yesus mengajak orang untuk
mengikut Dia dengan suatu arah yang
jelas. Seorang guru harus memiliki mata
yang dapat melihat potensi yang terdapat
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
5
SEKILAS
dalam diri muridnya, dan berkeyakinan
bahwa ia dapat mendidiknya sesuai
kehendak Tuhan. Apakah patokan
pendidikan? Kristus. Kristus
adalah
Teladan Guru segala zaman – watak,
kepribadian, moral, dan etika-Nya.
Kristus juga adalah Manusia ideal, Pribadi
Kebenaran-Keadilan mutlak. Kristus
telah memadukan keadilan dan kasih,
begitu ketat menuntut kesucian ilahi
sekaligus mengasihi hingga merendahkan
diri-Nya. Kristus memiliki kelincahan
pikiran dalam menanggapi semua
perubahan situasi yang datang pada-Nya.
Kristus adalah titik pertemuan kuasa dan
Firman, semakin kita merenungkan dan
meneladani-Nya, semakin kita sukses
menjadi guru atau orang tua. Kristus
pembangkit kuriositas dalam pengajaranNya dan stimulator kehausan belajar.
Biarlah guru selalu menginspirasi murid
sehingga mereka haus mendapatkan
sesuatu.
Guru harus peka terhadap pimpinan
Tuhan serta memiliki motivasi yang jujur
dan taat kepada Tuhan agar dapat dipakai
Tuhan. Guru yang tidak mengasihi Tuhan
terlebih dahulu, dan tidak dimurnikan
motivasinya, akan dengan mudah
tergelincir, kecewa, lalu mengundurkan
diri sebagai guru. Guru wajib menjadi
pecinta dan agen kebenaran. Kebenaran
yang telah menyatu dalam hidup guru
itulah yang ditanamkan dalam hidup
murid-muridnya.
Guru harus mencintai murid yang
dilayani, bahkan berkorban bagi mereka.
Guru yang mengasihi muridnya akan
mengenali sifat dan potensi muridnya;
mengenali bahaya/jerat yang mungkin
menimpa mereka; mengenali theologi
antropologi untuk memahami potensi
dan bahaya yang dihadapi manusia; serta
mengenali kebutuhan murid yang bersifat
paradoks.
Pendidikan harus melihat apa yang
diinginkan oleh Tuhan. Karakter
terpenting yang harus diperjuangkan
oleh murid adalah bagaimana mereka
memuliakan Tuhan dan bagaimana
menjadi berkat bagi orang lain. Itu
sebabnya, seorang guru Kristen harus bisa
memaparkan kesempurnaan, keindahan,
dan kemuliaan Kristus untuk menjadi ide
sasaran guru sekaligus muridnya.
Konsep “manusia ideal” hanya terwujud
dalam inkarnasi Oknum kedua Allah
Tritunggal. Sebagai wakil Tuhan, baik
orang tua maupun guru harus menjadi
murid kebenaran yang sama-sama belajar
kepada Yesus Kristus. Introspeksi dan
penggalian diri merupakan tugas penting
KIN
dalam pembentukan karakter Kristen.
Alangkah indahnya apabila anak-anak
bisa menemukan dirinya sendiri dengan
melihat apa yang Tuhan kerjakan
dalam hidupnya; bisa menghargai
dirinya; bisa mengenali dirinya; bisa
memiliki percaya diri dalam melakukan
sesuatu; bisa bertanggung jawab; bisa
mengembangkan dirinya; bisa mencapai
apa yang direncanakannya.
Sebagai pendidik Kristen, di dalam
menangani setiap orang guru perlu
memahami empat prinsip yang ditegakkan
oleh Theologi Reformed, yakni 1) bahwa
manusia pernah diciptakan dengan
potensi yang tertinggi di dalam peta
teladan Allah; 2) manusia pernah jatuh
ke posisi yang paling melarat dan binasa
karena kejatuhan dalam dosa sehingga
manusia akan binasa selama-lamanya,
maka diperlukan penginjilan untuk
melandasi pendidikan; 3) manusia pernah
diberi penebusan oleh Yesus Kristus
karena dosa tak mungkin diselesaikan
dengan pendidikan; dan manusia akan
disempurnakan dan dikuduskan untuk
selama-lamanya dan tidak berdosa lagi di
dalam sorga.
Kiranya Tuhan menjadikan orang tua dan
guru Kristen sesuai dengan kehendakNya.
Ku Mengerti yang Ku Nyanyikan...
Dia Menggantiku
T
Louis B. Eavey
idak ada seorang pun yang
menyadari bahwa dirinya seperti
domba yang tersesat sampai
Roh Tuhan bekerja dalam hatinya.
Kalimat pertama lagu ini dibuka
dengan pernyataan “akulah domba
sesat” dengan status yang “hilang dan
tersesat”. Orang berdosa memiliki status
hilang dan tersesat di dalam lagu ini.
Hilang adalah satu gambaran kondisi
di mana manusia berdosa hilang dari
hadapan Allah, sedangkan tersesat adalah
gambaran bagaimana manusia berdosa
tidak mungkin kembali kepada Allah
dengan caranya sendiri kecuali dengan
cara yang disediakan Tuhan Allah sendiri.
Yesus memikul beban kita yang berat.
Yesaya 53 mengatakan kesalahan kitalah
yang ditanggung-Nya. Yesus mati di atas
salib adalah fakta. Keselamatan hanya
terjadi melalui kematian Yesus Kristus
yang menanggung dosa. Penulis lagu
ini menulis dengan jelas mahkotanya
penuh duri dan salib yang harus dipikul.
Penyaliban adalah hukuman paling hina
yang dijatuhkan pada orang jahat di zaman
Romawi. Namun Yesus Kristus bukanlah
orang jahat tetapi orang benar yang
rela menjadi korban mengganti orang
berdosa. Kematian Yesus memberikan
anugerah. Anugerah keselamatan dan
pembenaran. Melalui Kristus kita
dibenarkan di hadapan Allah. Di dalam
lagu ini dengan jelas disampaikan doktrin
substitusi (penggantian) dan doktrin
pembenaran salib Kristus. Mari kita
mengajarkan doktrin ini kepada anakanak agar iman mereka bertumbuh
dengan benar. Pengulangan kalimat yang
terjadi adalah sebuah penegasan sehingga
anak-anak dapat mengingat karya Kristus
di atas salib.
6
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
Akulah domba sesat
hilang dan terjerat
Dipikul-Nya bebanku yang b’rat
dosaku diangkat,
dosaku diangkat
Mahkota-Nya penuh duri,
salib-Nya penuh hina
Kristus Tuhan yang selamatkanku,
Dia tanggung dosaku,
Dia tanggung dosaku.
Dia mati menggantiku,
ku beroleh anugerah
Tuhan membenarkan diriku,
karna k’matianNya,
karna k’matian-Nya
SEKILAS
KIN
MENGENAL TOKOH
Stephen Tong
(1940 - )
Seorang Theolog - Filsuf yang Juga
Penginjil Anak
M
emberitakan
Injil
kepada
anak-anak? Bukankah mereka
belum tahu apa-apa? Bukankah
itu terlalu dini? Bukankah sangat sulit
memberitakan Injil kepada anak-anak
yang memiliki pemikiran yang masih
begitu sederhana dan kosa kata begitu
terbatas? Dan lebih lagi, motivasi
yang sering tak terucap, bukankah
memberitakan Injil kepada anak-anak
hanya menghabiskan anggaran gereja.
Anak-anak tidak bisa memberikan
persembahan yang besar bagi gereja,
sebaliknya
justru
menghabiskan
anggaran besar di sekolah minggu dan
merepotkan gereja. Maka tidak banyak
orang memikirkan dan melatih diri
untuk menjadi penginjil anak-anak dan
tidak banyak gereja yang mendorong dan
mendanai penginjilan anak-anak secara
massal.
Terlebih lagi, sungguh sangat langka
seorang theolog, filsuf, pemikir, dan dosen
filsafat, menjadi seorang yang begitu
dicintai anak-anak, dan memenangkan
jiwa beribu-ribu anak-anak di dalam
berbagai Kebaktian Kebangunan Rohani
Anak-Anak. Inilah Pdt. Dr. Stephen
Tong.
Stephen Tong dari sejak muda telah
dipakai begitu luar biasa memimpin
kebaktian yang dihadiri ratusan hingga
ribuan anak-anak di mana mereka bisa
dengan begitu tenang mendengarkannya
berkhotbah dan pada akhirnya begitu
banyak di antara mereka yang menangis
bertobat dan mau berhenti berbuat dosa
untuk kembali kepada Tuhan.
Stephen Tong, dilahirkan di Xiamen,
China, pada tahun 1940, anak Tong Pai
Hu, seorang pengusaha yang dihormati
sekali oleh pemerintah dan Tan Tjien
Nio (Dorcas Tanjowati). Ia anak ke-6
dari 8 saudara (tujuh pria dan satu
wanita). Ayahnya meninggal di saat ia
berusia 3 tahun dan kekayaannya habis
di zaman penjajahan Jepang. Di usia 9
tahun, ibunya yang kini janda, membawa
anak-anak pulang kembali ke Indonesia.
Ibunya adalah seorang Kristen yang
sangat saleh dan sangat cinta Tuhan.
Ia mendidik anak-anaknya takut akan
Tuhan, ia membawa satu per satu anakanaknya di hadapan Tuhan dalam doa.
Di usia 15 tahun, Stephen dipengaruhi
oleh paham Komunisme dari Karl Marx,
Dialektika Materialisme dari Hegel,
Existensialisme dari Kierkegaard, dan
berbagai aliran filsafat yang cenderung
Atheis. Hampir saja ia kehilangan
imannya. Tetapi di dalam sebuah
Kebaktian Kebangunan Rohani yang
dipimpin oleh Pdt. Andrew Gih, dalam
retreat pemuda di Seminari Alkitab Asia
Tenggara, ia bertobat kembali kepada
Tuhan dan menyerahkan diri menjadi
hamba Tuhan. Ia menjadi begitu giat
memberitakan Injil, baik kepada orang
dewasa maupun pada anak-anak. Ia
membeli traktat dengan uang yang
diperolehnya dari mengajar di sekolah,
lalu naik kereta api hanya untuk supaya
bisa membagikan traktat itu kepada para
penumpang dan memberitakan Injil
kepada mereka. Ia dibakar oleh api Injil.
Ia rindu banyak orang boleh kembali
kepada Tuhan, tidak terbelenggu oleh
dosa lagi.
Pada tahun 1960 ia mulai masuk sekolah
theologi di Seminari Alkitab Asia Tenggara
untuk mendapatkan pengajaran yang
benar untuk menjadi seorang pemberita
Injil. Ia adalah seorang yang sangat
bersemangat belajar. Ia mau mempelajari
dengan serius berbagai bidang, seperti
berbagai
pikiran
filsafat,
musik,
arsitektural, seni, bahkan ia mengerti
tentang arloji yang sangat bermutu,
keramik, dan berbagai karya budaya
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
Tiongkok, berbagai peralatan sound-system
yang sangat bermutu, dan banyak lainnya,
selain dari yang paling utama tentunya,
yaitu Alkitab dan Theologi Reformed.
Beliau melihat Theologi Reformed yang
dijiwai dengan semangat penginjilan
menjadi kekuatan Kekristenan yang
tidak bisa dibanding dengan pemikiran
apapun yang ada di dalam dunia ini.
Dengan
berbagai
pengetahuannya,
ia lebih piawai memberitakan Injil.
Seluruh dirinya, pikirannya, theologinya,
dan ketrampilannya diarahkan untuk
memenangkan jiwa. Ia menggunakan
kemampuan yang Tuhan berikan untuk
memenangkan jiwa bukan hanya orang
dewasa, tetapi juga anak-anak.
Stephen Tong Evangelistic Ministries
International (STEMI) didirikan sebagai
badan untuk mengelola pelayanan
penginjilan Stephen Tong di tahun 1979.
Badan yang didirikan ini menjadi begitu
sibuk menunjukkan betapa giatnya
aktivitas penginjilan Stephen Tong. Ia
memberitakan Injil ke seluruh dunia, ke
berbagai kota di dunia.
Dari sejak kecil, Stephen diberikan
kemampuan yang luar biasa. Ia seorang
yang bertalenta luar biasa. Secara khusus
ia begitu pandai bercerita. Jika ibunya
sibuk, cerita Stephen menjadi penenang
bagi seluruh saudaranya yang lain. Semua
saudaranya akan terkesima jika ia bercerita,
sehingga mereka tidak mengganggu
ibunya yang sedang bekerja. Setelah ia
dibakar oleh api Injil, ia menggunakan
talentanya untuk membagikan Injil
kepada anak-anak. Mulai dari penginjilan
kepada anak-anak secara pribadi, sampai
pada penginjilan massal.
Bukan sekadar memberitakan Injil ke
anak-anak, Stephen sebagai seorang
pencinta musik, ia menggubah beberapa
lagu-lagu untuk anak-anak, yang begitu
7
SEKILAS
sederhana tetapi penuh makna, seperti
lagu “Korban Hidup”
Tuhan ku berserah
Jadi korban hidup
Roh-Mu dan darah-Mu
Bakar sucikan t’rus
B’rikan ku firman-Mu
Curahkan hati-Mu
Pakailah hidupku
Mengabarkan Injil-Mu
Lagu ini mengajak anak-anak untuk
sungguh-sungguh menyerahkan diri
kepada Tuhan dan mau dipakai menjadi
pembawa berita Injil. Ia juga begitu
terampil mengajar anak-anak menyanyi.
Anak-anak suka dengan lagu-lagu yang
diajarkannya. Ia rindu melalui lagu-lagu
anak-anak lebih mengerti dan menghayati
hidup Kristen yang benar. Hatinya
terus dibakar dengan kerinduan anakanak sejak kecil boleh mengenal Tuhan,
mendapatkan cinta dan penebusan darah
Tuhan Yesus, dan anak-anak itu boleh
dijauhkan dari dosa dan hidup bagi
Tuhan.
Selain musik, Stephen juga begitu
piawainya menggambar. Tangannya
begitu terampil di atas kertas. Ia bisa
menggambar sebuah mobil dengan
begitu cepat dan akurat. Begitu indah dan
cepat sketsa-sketsanya tentang rumah,
mobil, gedung, dan lain-lain. Ketika
ia menggambar, anak-anak terkesima
melihat gambar-gambar yang dibuatnya.
Itu membuat anak-anak begitu mudah
ditarik konsentrasinya untuk melihat dan
mengerti berita Injil.
Ketika Stephen Tong mendirikan Gereja
Reformed Injili Indonesia (GRII), ia
mendorong semua rekan kerjanya, para
hamba Tuhan, para pengurus, aktivis,
bahkan seluruh jemaat untuk bergiat
memberitakan Injil. Berbagai kegiatan
penginjilan mengisi kesibukan gereja.
Ia mengajak para rekan kerja dan juga
pengurus untuk ikut ke dalam berbagai
kegiatan penginjilan yang dia adakan,
dan tentunya melatih mereka berani
berkorban untuk memberitakan Injil.
Jemaat dilatih berani membayar harga,
berani hidup hemat, dan mengeluarkan
uang mereka pribadi untuk kegiatan
memberitakan Injil. Teladan yang ia telah
berikan sangat berdampak kepada jemaat.
Stephen Tong begitu ketat di dalam
theologi penginjilan seturut firman Tuhan.
Dengan tegas ia memproklamasikan
bahwa setiap orang sudah berbuat dosa,
memberontak kepada Allah. Setiap orang
tidak memiliki jalan keluar dari dosanya,
karena tidak mungkin perbuatan baik
manusia bisa menyelesaikan dosa yang
telah dilakukannya. Seorang pembunuh
tidak bisa lepas dari pengadilan dan
tuntutan hukum seberapa banyak
pun perbuatan baik yang ia lakukan
kemudian. Tidak ada perbuatan baik
yang sesuai dengan tuntutan Tuhan,
karena perbuatan baik manusia hanya
diukur dari kepentingan manusia,
bukan kepentingan Tuhan Allah. Maka,
Yesus Kristus adalah Juruselamat satusatunya bagi umat manusia. Yesus adalah
satu-satunya pengharapan bagi dosa
manusia dan bisa diperdamaikan kembali
dengan Allah. Hidup baru berarti kita
boleh menaati Tuhan dan mengerjakan
pekerjaan yang telah Tuhan rencanakan
dan kehendaki. Dan akhirnya, Tuhan
akan mengundang kita untuk hidup kekal
di dalam sorga. Injil Yesus Kristus satusatunya jalan keluar bagi dosa manusia.
Inilah Injil yang Alkitabiah.
Berbagai kebangunan rohani massal untuk
umum, pemuda, remaja, dan anak-anak
secara bergantian diadakan untuk terus
menyadarkan jemaat betapa perlunya
banyak orang yang membutuhkan Injil.
Gereja Reformed Injili Indonesia yang
beliau dirikan menjadi pusat penginjilan
untuk memenangkan banyak orang yang
selama ini hidup di dalam dosa. Semangat
ini tidak sia-sia. Gerakan penginjilan
meluas ke hampir semua cabang GRII,
dimana Pdt. Stephen Tong menjadi
nakhoda kapal dan panglima perang yang
begitu berani berjuang melawan semua
upaya setan yang mau membelenggu
manusia di dalam dosa. Ia dengan
begitu gigih menggarap rencana Tuhan
untuk membawa kembali umat Tuhan
ke pangkuan Tuhan, dan mengerjakan
keinginan Tuhan.
Semangat yang Stephen Tong kerjakan
tidak menjadi sia-sia. Begitu banyak rekanrekan kerja dan juga jemaat mulai berjuang
mau memberitakan Injil dan menjadi
satu gerakan yang berkembang. Mulai
tahun 2004 diadakan KKR Regional.
Di mulai dari KKR Siswa yang diadakan
di Jakarta Utara, gerakan ini meluas ke
seluruh dunia. Para hamba Tuhan dan
banyak aktivis yang diperlengkapi pergi
ke seluruh Indonesia, dari kota-kota
besar hingga ke ujung gunung atau ke
tengah hutan. Di mana ada sekolah, di
KIN
situ kita berharap ada siswa-siswi yang
bisa diinjili dan dimenangkan kembali
kepada Tuhan. Lebih dari 800 penginjil
(hamba Tuhan dan para kaum awam)
pergi memberitakan Injil kepada lebih
dari 1,5 juta siswa di seluruh Indonesia.
Semangat yang Stephen Tong teladankan
telah menular dan menggerakan banyak
orang yang rela mengorbankan diri,
mengorbankan uangnya, mengorbankan
tenaganya untuk pergi memberitakan
Injil. Sementara ia sendiri memimpin
KKR besar bagi orang dewasa dan juga
anak-anak yang dihadiri ribuan orang.
Sampai tua, semangat penginjilan
Stephen Tong kepada anak-anak tetap
tidak pernah pudar. Di usia tua dia masih
begitu giat memberitakan Injil. Api Injil
yang telah membakarnya tidak pernah
pudar. Sekalipun usia sudah lewat 70
tahun, bukan usia muda, bukan usia
tanggung, tetapi sudah menjadi begitu
tua, tetapi cerita dan khotbahnya begitu
menarik dan menyentuh hati anakanak kecil sampai remaja dengan begitu
kuatnya, sehingga mereka betul-betul
boleh bertobat.
Kita masih bisa menyaksikan hati,
semangat, keketatan isi dan theologi
penginjilan Pdt. Dr. Stephen Tong
di dalam KIN 2014 ini. Kiranya apa
yang bisa kita pelajari ini bukan hanya
menyentuh satu dua orang, tetapi bisa
menyentuh setiap peserta. Kiranya 3.500
peserta bisa disentuh dan diubah oleh
Tuhan untuk diperlengkapi dengan
semangat penginjilan. Para peserta yang
usianya tidak setua Pdt. Dr. Stephen Tong
seharusnya masih mempunyai semangat
yang lebih kuat dan lebih tinggi untuk
memberitakan Injil.
Kita bisa melihat bagaimana teladannya,
hatinya, caranya, semangatnya menginjili
anak-anak SD, SMP, dan SMU di dalam
acara KIN 2014 ini. Sungguh firman
yang diberitakan. Anak-anak tidak ditarik
oleh berbagai daya tarik lain yang bukan
Injil. Anak-anak boleh dengan begitu
tenang mendengar khotbahnya. Inilah
teladan seorang yang sudah berusia di atas
70 tahun, yang terus memberitakan Injil,
kembalilah kita semua ke daerah kita
masing-masing memenangkan ribuan
siswa kembali kepada Tuhan, melepaskan
diri dari dosa, dan kembali hidup bagi
Tuhan. Segala kemuliaan hanya bagi
Tuhan.
Kita perlu mendidik anak-anak berpikir optimis, positif dan berpengharapan
8
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
SEKILAS
Lampu Merah dalam
Pendidikan Anak
KIN
Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di GRII Pusat Jakarta (MRII 82)
Amsal 22:6 – “didiklah seorang anak mereka kembali kepada Tuhan dan ke
menurut jalan yang patut baginya dalam masyarakat.
maka pada masa tuanya pun ia tidak
akan menyimpang daripada jalan itu.” Saya berharap anak laki dan anak-anak
2 Timotius 3:15 – “ingatlah juga bahawa
dari kecil engkau sudah mengenal kitab
suci yang dapat memberikan hikmat
kepadamu akan menuntun engkau
kepada keselamatanmu oleh iman
kepada Kristus Yesus.”
Satu ketika di Seminari di Malang, ada
seekor ayam yang menginjak tempat
yang baru disemen. Mahasiswa kemudian
mengusir ayam itu. Ayam itu lari tetapi
meninggalkan bekas yang tidak bisa
diperbaiki lagi, karena tukang batunya
sudah pulang. Ayam itu adalah ayam
cacat yang kakinya tidak sama besar,
sehingga tapak yang tersisa di semen
itu juga berbeda besarnya. Tidak lama
kemudian ayam itu dipotong dan tidak
ada lagi, tetapi jejak yang ditinggalkan
di halaman semen itu masih tertinggal
berpuluh-puluh tahun. Setiap kali
melihat jejak ayam itu, saya mengingat
bagaimana ayam cacat itu berjalan.
Sebelum engkau menjadi kaku, sebelum
anakmu wataknya mengeras, apa yang
telah engkau tinggalkan sebagai jejakmu
di dalam hidupmu.
Sering orang berkata: “Anak kecil belum
tahu apa-apa, jadi jangan terlalu keras,
nanti ketika besar ia akan mengerti
sendiri.” Benarkah? Benarkah kita
tidak boleh marah kepada anak kecil
yang berguling-guling di lantai sambil
menangis atau berteriak untuk minta apa
saja yang ia mau. Saya rasa itu tidak benar.
Ketika anak masih kecil, ia perlu dididik,
perlu dibimbing, perlu ada wibawa yang
memiliki cinta kasih untuk membentuk
dia. Prinsip Alkitab mengatakan, ajarlah
seorang anak akan jalan yang benar. Dari
kecil ia harus dididik seturut Kitab Suci,
agar sampai tua ia tidak meninggalkan
jalan yang benar itu. Ketika kita
melihat anak bertumbuh semakin besar,
kita seharusnya sadar dan waspada
bahwa satu hari kita tidak mungkin
lagi mencengkeram mereka dan tidak
mungkin menggenggam mereka di dalam
tangan kita lagi. Kita harus menyerahkan
perempuan saya boleh terbentuk menjadi
baik sebelum mereka dewasa. Maka kita
perlu memikirkan beberapa hal yang
menjadi “lampu merah” bagi pendidikan
Kristen. Ketika kita melihat bibit-bibit
yang merusak yang sudah terlihat ada di
dalam diri anak-anak, jangan diabaikan
begitu saja. Bibit racun yang kecil ini
bisa bertumbuh, bertunas, berbuah,
dan berdaun menjadi keracunan begitu
besar. Anak yang tidak dididik dengan
kebenaran Alkitab akan menjadi perusak
masyarakat yang menakutkan. Orang
yang kini menjadi penjahat, perampok,
penjudi,
beberapa
puluh
tahun
sebelumnya adalah anak kecil yang lucu
sekali. Tetapi mereka tidak mendapatkan
pendidikan yang memimpin mereka
berjalan dalam prinsip Alkitab yang
menuntut mereka. Beberapa hal perlu
kita perhatikan di dalam mendidik anak:
Pertama, lampu merah kepura-puraan.
Kebenaran, kesejatian, ketulusan, dan
kesungguhan merupakan dasar semua
etika dan watak yang agung. Jikalau
seseorang tidak mempunyai kesungguhan
meskipun ia kelihatan lembut, percuma
semua kelembutannya. Orang yang
tidak mempunyai kesungguhan, meski
kelihatan rendah hati, kerendahan
hatinya tidak benar. Percuma juga cinta
kasih tidak di dalam kebenaran, ataupun
percuma kerajinan tanpa ketulusan. Itu
sebab Tuhan Yesus memberi teguran
begitu keras kepada orang Farisi:
“Celakalah! Engkau munafik, purapura! Engkau tidak benar!” Kebenaran,
kesejatian, dan keikhlasan menjadi satu
pokok yang paling penting di dalam
membentuk etika Kristen. Saya percaya
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
kita tidak perlu punya banyak kawan,
tetapi memerlukan kawan yang berhati
sungguh-sungguh. Kesejatian harus
menjadi hal yang penting di dalam
ukuran kita mendidik anak kita, sehingga
dari kecil mereka dididik tidak purapura, tidak munafik, tidak memakai
topeng hidup yang membedakan luar dan
dalam. Begitu banyak orang, khususnya
kebudayaan yang besar di Timur biasa
memakai topeng yang bagus, tetapi di
dalam kesehariannya rusak luar biasa.
Kita di Timur mewarisi agama kuno dan
kebudayaan tua, tetapi semua itu hasil
dari manusia yang sudah berdosa. Kita
tidak mudah melepaskannya. Segala
noda ini diwariskan juga daripada nenek
moyang kita hingga ke diri kita. Mari
kita belajar kesungguhan. Keluarga yang
suka menerima tamu adalah keluarga
yang sangat bahagia karena kita bisa
memaparkan apa yang ada dalam
keluarga kita. Kehidupan keluarga kita
merupakan fakta yang bisa disorot,
sehingga tidak bisa melarikan diri dan
semua cacat bisa terlihat oleh orang lain.
Keluarga yang tidak mau menerima
tamu dan tidak suka diketahui orang lain
adalah keluarga yang sulit membereskan
diri dari berbagai kepalsuan di dalamnya.
Maka, pertama-tama kita melihat bahwa
kesejatian harus mempunyai tempat yang
penting di dalam ukuran kita mendidik
anak kita masing-masing, sehingga
dengan demikian anak kita menjadi
anak yang jujur, yang sungguh-sungguh,
mempunyai motivasi yang benar dan
ikhlas dalam segala sesuatu.
Kedua, lampu merah keegoisan. Jangan
biarkan anak egois, hidup hanya
mementingkan diri sendiri, tidak
memikirkan untung rugi orang lain. Saya
sangat senang melihat anak-anak yang
memiliki hati yang luas, yang mau berbagi,
mau melihat keadaan yang lebih luas,
melihat keuntungan dan kebahagiaan
orang lain, karena saya melihat anak ini
adalah anak yang diberkati oleh Tuhan.
Alkitab dengan jelas mengatakan:
“Berilah kepada orang lain, maka
engkau akan diberi oleh Tuhan Allah.”
Bagi Alkitab, siapa yang tidak memberi,
kepadanya juga tidak akan diberi. Orang
yang pelit, hanya mementingkan diri
sendiri, tidak memikirkan orang lain,
9
SEKILAS
akan sulit mendapat berkat dari Tuhan.
Terkadang saya sengaja meminta anak
membagikan kepada temannya sesuatu
yang saya beri kepadanya. Lalu saya
lihat reaksinya bagaimana. Kita harus
mendidik dan membiasakan anak-anak
rela mengorbankan diri dan rela berbagi
dengan orang lain. Hidup sejati adalah
hidup yang berbagi dengan orang lain.
Sukacita kita tidak mungkin sempurna
jika tidak pernah dibagikan kepada
orang lain. Berkat dan bahagia tidak
mungkin mempunyai sifat kekekalan
jika hanya untuk diri sendiri. Bahaya
hidup terkurung di dalam diri yang
menjadi pusat; sebaliknya indah bila
bisa belajar memancar keluar sehingga
hidup bisa berbagi dengan orang lain.
Barang siapa hanya mementingkan diri
sendiri, orang itu sedang menyempitkan
jalan di depannya. Barang siapa terlalu
menghitung untung rugi diri sendiri dan
tidak peduli orang lain tidak mungkin
diberkati oleh Tuhan. “Mengalir ke
bawah, tajam di atas.” Dulu saya tidak
mengerti apa yang dimaksud. Mengalir
ke bawah berarti berkat Allah turun dari
atas ke bawah, dan bagian atasnya tajam.
Tidak ada alat yang mengisi sesuatu
bawahnya tajam bagai kerucut terbalik.
Kerucut atasnya luas, bawahnya tajam,
jika dipakai untuk mengisi sesuatu. Tetapi
jika mau dituang isinya, maka posisinya
dibalik menjadi kerucut dengan tajam
di atas. Dengan di atas tajam, berarti
tidak ada lagi yang tersisa di atas, semua
mengalir ke bawah. Ada orang ingin
rumahnya membawa keuntungan dengan
ingin depannya kecil belakangnya lebar,
dengan demikian berkat yang masuk tidak
bisa keluar. Itu semua omong kosong.
Bagaimana kalau yang masuk bukan
keuntungan tetapi setan. Setan banyak
masuk dan tidak bisa keluar. Mari kita
berjanji jika engkau diberi oleh Tuhan,
engkau mau membagikan itu dengan
orang lain juga. Tuhan mempercayakan
berkat-Nya kepadamu untuk engkau bisa
menjadi berkat bagi orang lain. Baiklah
kita mendidik anak-anak kita dari kecil
supaya mereka memiliki hati yang lapang
dan mau berbagi dengan orang lain.
Ketiga, lampu merah kemalasan. Kita
harus waspada jika anak kita mulai malas
10
dan tidak rajin. Tuhan tidak pernah
memberkati orang malas. Orang malas
yang sendiri tidak mau membanting
tulang, tetapi hanya mau menikmati
hasil orang lain. Orang seperti ini tidak
mungkin bahagia, meskipun dia boleh
menerima segala sesuatu secara mudah
atau mendapat uang banyak. Ada syair
yang indah berkata: “Jika aku seorang
kaya raya, tidak pernah bekerja mendapat
segala sesuatu; aku tidak pernah mungkin
bisa mengetahui manisnya roti yang
dibeli dengan uang yang saya peroleh
melalui membanting tulang.” Kita
mungkin makan roti yang enak, tetapi
manisnya lain dari manisnya ketika
saya sudah membanting tulang untuk
mendapatkannya. Itu sebabnya, orang
yang mendapat warisan besar jangan
sombong; dan orang yang bekerja berat
janganlah minder. Di situlah terletak
keadilan yang melampaui keadilan yang
kelihatan, karena Tuhan memberikan
kenikmatan yang luar biasa. Lalu syair itu
melanjutkan: “Jika aku kaya raya, begitu
kayanya sampai tidak pernah mengetahui
istriku menikah dengan saya atau dengan
uang saya.” Jika engkau mempunyai
sesuatu
kesungguhan
di
mana
bukan ditambah dengan uang untuk
mendapatkan cinta. Cinta bukan karena
uang, tetapi karena engkau, keluarga itu
menjadi berkat bagi banyak orang.
Saya mengenal seorang tokoh bisnis besar
yang sangat kaya. Ketika anaknya sekolah
di Amerika Serikat jatuh cinta dengan
seorang gadis. Ia sengaja menjadi seorang
yang begitu sederhana, terlihat begitu
miskin. Dia tidak pernah memamerkan
kekayaannya. Wanita itu juga mencintai
dia dan sungguh-sungguh mau hidup
dengan dia, dengan tulus dan sungguhsungguh mau bekerja berat. Menjelang
menikah ia membawa calon istrinya
pulang ke Manila dan sangat terkejut.
Dia mengatakan sengaja menjadi orang
sederhana untuk mengetahui gadis yang
sungguh-sungguh cinta kepada dia dan
bukan uangnya. Kebahagiaan tidak
terletak kepada kekayaan dunia ini,
tetapi kita harus membiarkan Alkitab
mengajar mereka membiasakan diri rajin
mengerjakan apa yang harus dikerjakan.
Khususnya, orang-orang yang agak kaya
tidak boleh malas. Engkau harus memilih
guru-guru yang ketat. Jangan karena
kaya, guru-guru hanya mau uangmu dan
tidak peduli bagaimana mendidik disiplin
anakmu. Juga jangan membela anak.
Jangan karena kita memiliki kedudukan
atau jabatan dalam masyarakat kita
mempunyai kelonggaran sehingga anak
kita boleh tidak disiplin.
Satu kali di sebuah kota besar di
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
Indonesia, seorang anak komandan
dihukum oleh gurunya. Gurunya tidak
peduli dia anak siapa. Anak itu berteriakteriak dan mengadu. Ayahnya marah dan
mendatangi guru itu. Dia menunjukkan
bahwa ia adalah komandan dan
marah kepada guru yang menghukum
anaknya. Guru itu menjawab: “Saya
menghukum anak Anda seperti saya
menghukum semua anak-anak yang lain
juga berdasarkan prinsip keadilan dalam
sekolah ini. Saya tahu engkau komandan.
Tetapi engkau komandan di kantormu,
dan saya komandan di kelas ini. Kalau
tidak senang dengan sekolah ini, silakan
bawa anakmu pulang dan pindah ke
sekolah lain.” Komandan itu pulang
tidak bisa berbuat apa-apa. Guru itu
mengatakan kebenaran.
Satu kali di Amerika Serikat seorang
anak pembesar dari Asia menabrak mati
seseorang. Maka anak itu ditangkap
dan diadili. Ketika diadili, utusan duta
besar datang dan meminta kepada jaksa
untuk meringankan hukuman, karena
anak ini adalah anak menteri. Dijawab
oleh jaksa itu dengan kalimat yang
sangat menakutkan: “Jangan kira anak
menteri negara Anda boleh sembarangan
menabrak mati seseorang di negara ini.
Terus terang saya katakan kepadamu
bahwa apa yang engkau katakan itu telah
menjadi penghinaan terhadap hukum
negara ini. Tahukah Anda di negara ini,
jika presiden sekalipun menabrak orang
akan diadili.” Hal seperti ini mengajarkan
kepada kita bahwa jangan memakai hak
istimewa karena kita memiliki kedudukan
lebih tinggi, atau kekayaan lebih banyak,
atau punya kualitas tertentu lebih dari
orang lain. Akibatnya, anak kita malas
dan tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Kita harus mendidik mereka dari kecil
tidak boleh melarikan diri dari fakta
dan kewajiban, tetapi dididik memiliki
keberanian untuk menghadapi fakta
dan berani menghadapi kesulitan.
Itu menjadikan anak itu dewasa. Kita
perlu mendidik anak-anak dari kecil
mempunyai watak yang agung.
Keempat, lampu merah ketamakan. Kita
harus mewaspadai jika anak-anak kita
mulai menunjukkan gejala ketamakan.
Barangsiapa terlalu
menghitung untung
rugi diri sendiri dan
tidak peduli orang
lain tidak mungkin
diberkati Tuhan
SEKILAS
Ketamakan di Abad Pertengahan
dipandang sebagai satu dari tujuh dosa
yang membawa kematian kekal. Tamak
berarti tidak pernah puas. Tidak pernah
puas pada diri, tidak puas mendapat
sesuatu yang tidak wajar, ingin mendapat
hak milik orang lain. Saya bukan
bermaksud kalau puas berarti tidak
perlu berjuang. Perjuangan adalah hak
yang Tuhan berikan kepada manusia.
Perjuangan merupakan kewajiban ketika
kita hidup di dalam dunia. Alkitab
tidak melawan kita memiliki sesuatu;
Alkitab juga tidak melawan kita berjuang
untuk memperkembangkan usaha kita;
tetapi Alkitab melawan kita mempunyai
ketamakan atas kepunyaan orang lain.
Alkitab melarang kita mencuri milik
orang lain, menginginkan milik orang
lain. Itulah sebabnya, kalau ada gejala
seperti ini terlihat pada anak-anak kita,
kita harus perhatikan.
strateginya. Kemudian ibu itu menutup
pintu dan menanyakan mana tangan yang
dipakai untuk mencuri dan memukul
tangan itu begitu keras dengan kayu,
sampai luka-luka dan baru satu minggu
sembuh. Ibunya mengajar dengan keras:
“Dengan tangan yang dicipta oleh Tuhan
engkau telah berbuat jahat dan dipakai
setan. Mulai hari ini, saya tidak mau
melihat lagi engkau mencuri.” Begitu
banyak orang tua yang terlalu longgar
mendidik anak-anaknya, sehingga banyak
hal-hal kecil yang akhirnya bertumbuh
menjadi bahaya yang besar.
Saya melihat ada ayah memukul keras
anaknya hanya karena anaknya mencuri
satu bidak lawannya ketika main catur.
Ini kenakalan kecil tetapi ayah itu melihat
jauh ke depan bahwa itu adalah tindakan
yang tidak adil. Sifat ketamakan ialah
mau mendapatkan keuntungan tanpa
tanggung jawab. Orang ingin mendapat
keuntungan melalui penipuan atau
dengan cara yang tidak bermoral. Sikap
ini berkembang menjadi pribadi yang
tidak bertanggung jawab. Jika anak kita
mencuri barang, kita harus perhatikan
karena akan merusak dia seumur hidup.
Ketika kecil saya menyanyi satu lagu
yang bagi saya aneh. Tetapi makin dewasa
nyanyian itu makin menjadi semakin
baik. Lagu berkata: “butir-butir kecil dari
pasir, akhirnya menjadi gunung yang
besar, tetesan-tetesan air yg kecil akhirnya
menjadi lautan yg besar.” Demikianlah
tumpukan dosa. Mulai dari hal kecil akan
menjadi tombak besar yang menusuk
hati kita ketika tua. Kalau kita tidak
perhatikan, perkembangan ketamakan
dari kecil akan merugikan diri kita di saat
dewasa.
Seorang ibu mengajak anaknya cepatcepat mengambil semua sabun, shampoo,
korek api di hotel di mana mereka
menginap. Ayahnya peka dan merasa
kurang suka dan bertanya kepada saya.
Memang bagi saya itu boleh saja diambil
karena memang diberikan kepada kita,
tetapi tidak baik kita didik anak yang
masih kecil untuk cepat-cepat mengambil
semua itu sebelum dibereskan oleh
pelayan, karena nanti anak itu tidak bisa
membedakan mana yang boleh mana
tidak, dan cenderung mengambil apa saja
di segala tempat.
Di Cebu ada pedagang yang sukses
sekali. Dia anak bungsu yang diserahi
menjadi direktur jendral dan semua
saudaranya setuju, karena ia selain punya
kemampuan, yang terutama dia jujur. Ia
jujur karena mendapat pelajaran mahal
ketika masih kecil. Pada waktu kecil ia
mencuri barang di supermarket. Begitu
pandainya ia punya cara, sehingga bisa
mencuri tanpa ketahuan. Tetapi kakaknya
tahu dan melaporkan ke ibunya. Ibunya
menanyakan hal itu kepada dia. Dia
dengan bangga menceritakan bagaimana
Kita perlu mendidik
anak-anak dari kecil
mempunyai watak
yang agung.
Kelima, lampu merah kesenangan melalui
menganiaya. Ada orang-orang yang
mendapatkan kenikmatan dan kesenangan
melalui menganiaya binatang, bendabenda, atau bahkan orang lain. Orangorang seperti ini berusaha mendapatkan
kebahagiaan mereka melalui penyiksaan
orang lain. Ia senang sekali kalau
orang disiksa. Wang Ming Tao adalah
seorang hamba Tuhan yang terkenal dan
disiksa dua puluh enam tahun di dalam
penjara oleh orang-orang Komunis. Dia
pernah mengajar agar kita berhati-hati
dengan anak-anak kita. Kalau anak kita
membunuh binatang tidak salah, apalagi
jika itu tidak bersifat hama. Tetapi tidak
boleh membunuhnya dengan menyiksa
perlahan-lahan. Misalnya seorang anak
membunuh seekor semut dengan cara
mencabuti kakinya satu per satu. Allah
mencipta binatang boleh dipekerjakan,
dibunuh, dan dimakan, tetapi tidak boleh
disiksa. Albert Schweitzer, sekalipun kita
tidak menyetujui pikiran theologinya,
namun kita perlu menghargai etikanya.
Ia mengajarkan “menghargai kehidupan”.
Seekor anjing tidak boleh dipukul
berlebihan, seekor semut jangan disiksa
dengan dicabuti kakinya satu-satu, seekor
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
kecoa yang kita jijik padanya jangan
dipencet perlahan-lahan. Kebiasaan
seperti ini kelihatan kecil namun akan
menjadi kebiasaan yang sangat buruk,
yang kalau dibiasakan dilakukan anak
kecil, kelak akan bahagia jika ia besar dan
dia lakukan ke orang dewasa.
Ada orang-orang yang akhirnya menjadi
begitu gila karena terbiasa menyiksa orang
lain. Seorang bekas presiden Uganda,
Idi Amin, yang begitu benci kepada
lawan politiknya, ketika ia berhasil
membunuhnya, ia memerintahkan untuk
mengambil jantungnya dan dimasak
menjadi sop untuk ia makan. Orang
yang jiwanya sudah tidak memiliki
perikemanusiaan seperti ini adalah orang
yang hatinya sudah rusak. Ini dimulai
dengan ketika kecil ia tidak menghargai
jiwa orang lain dan senang ketika melihat
orang disiksa. Membangun kebahagiaan
diri melalui penderitaan orang lain
adalah tindakan bukan seorang agung
(gentleman).
Alkitab mengajar kita untuk bersukacita
dengan orang yang bersukacita dan
bersedih dengan orang yang bersedih hati.
Kita harus tertawa dengan orang yang
tertawa dan menangis dengan orang yang
menangis. Mana lebih mudah, tertawa
bersama orang tertawa atau menangis
dengan orang menangis? Kelihatannya
sebagian besar orang akan beranggapan
lebih mudah untuk tertawa bersama
orang yang tertawa, ketimbang menangis
bersama orang menangis. Tetapi ketika
toko sebelahmu tertawa menjual tiga
mobil dalam satu hari, sementara engkau
menjual satu mobil dalam tiga bulan,
apakah engkau bisa tertawa bersama dia?
Tentu tidak mudah. Tetapi kita perlu
pupuk sikap seperti ini sejak kecil. Di
dalam hati saya memupuk diri agar tidak
iri dan juga tidak menghina orang lain.
Saya harus bisa menghadapi orang paling
kaya sama seperti menghadapi orang yang
sangat sederhana. Di Malang, saya begitu
akrab dengan para tukang beca, tetapi
juga dengan para pejabat. Manusia harus
dipersamakan.
Jika kita memiliki hati yang tidak iri
terhadap orang yang lebih sukses dari
kita, dan sebaliknya bisa bersyukur
kepada Tuhan dan mendoakan agar dia
bisa menjalankan tanggung jawabnya di
hadapan Tuhan, maka ia akan mengalami
sukacita di hatinya. Jikalau kita melihat
orang yang kurang dari kita, seharusnya
kita tidak mengejek atau menghina dia,
melainkan mendoakan dia agar bisa
berkembang, berjuang untuk lebih baik
dan bisa sukses.
11
SEKILAS
Saya pernah berkhotbah kepada orang
yang sangat kaya, tetapi juga pernah
berkhotbah kepada para pengungsi yang
begitu miskin dan tidak memiliki apa-apa,
juga pernah khotbah kepada profesorprofesor dan kepada orang yang tidak
berpendidikan. Saya berkhotbah dengan
orang yang maju di kota, dan juga kepada
mereka yang tinggal di pedalaman. Kita
perlu memiliki hati yang lapang, tidak
goyang ekor ketika melihat orang kaya
atau orang yang berkedudukan tinggi.
Mari kita belajar seperti Tuhan Yesus,
ketika dia menjadi manusia menjadi
teladan bagi kita semua.
Keenam, lampu merah trauma atau
ketakutan hidup. Kita harus waspada
adanya ketakutan atau trauma yang
mewarnai jiwa anak-anak, sehingga
mereka tidak memiliki kelapangan,
keberanian, ketegasan untuk menghadapi
segala sesuatu yang timpa kepada
mereka. Ia sudah sering ketakutan dari
kecil. Anak-anak jangan ditakut-takuti,
jangan dibuat hatinya kecil. Di Manila
ada orang yang sangat kaya, sehingga
anak-anaknya hanya boleh pergi jika
dikawal. Ia sangat kuatir anaknya diculik.
Anaknya tidak boleh ikut acara apapun.
Akhirnya, di usia 10 tahun anak itu
seperti autisme, menutup diri dan tidak
mempunyai kelapangan diri, tidak
punya keberanian diri bergaul dengan
orang lain. Anak ini terlalu ditakuti
akan berbagai bahaya. Ia tidak berani
keluar rumah dan ia hanya memikirkan
segala hal yang negatif. Seumur hidup
dia tidak memiliki iman kepercayaan
dan konfidensi diri. Ketika kita mengajar
anak berjalan, pada awalnya memang
kita pegang, tetapi sampai kakinya sudah
cukup kuat, kita harus berani melepas
dia. Ketika tangan kita lepas, mata kita
tidak lepas dari dia. Maka, ketika ia akan
jatuh atau akan mengalami bahaya, kita
bisa segera menolong. Dengan ini, kita
mendidik anak kita memiliki konfidensi
(keyakinan). Ini penting sekali.
Saya melihat ada orang yang berpotensi
besar tetapi tidak bisa sukses karena
ketakutan.
Potensi
membutuhkan
keberanian untuk menggarap. Potensi
tidak jalan akibat trauma ketakutan.
Maka kita harus mendidik anak-anak
untuk melihat segala kemungkinan
ketimbang melihat ketidakmungkinan.
Dua orang mencari seorang dokter, duaduanya bergejala sama, dan keduanya
saling tidak mengenal satu terhadap
yang lain. Tetapi dokter itu mengenal
keduanya. Dokter ini heran, keduanya
sakit sama, tetapi lain sikap hidupnya.
Si A masuk dengan tangan kanan yang
sudah putus. Dia berkata: “Dokter, saya
12
tidak enak badan, semua tidak enak dari
kepala sampai kaki.” Ditanya oleh dokter:
“Apa yang kamu harapkan?” Ia jawab:
“Saya tidak tahu, pokoknya semua tidak
enak.” Ketika diperiksa dia tidak apa-apa.
Dokter itu tanya apa yang terjadi dengan
tangannya. Ia menjawab: “Jangan tanya
dok, saya bisa menangis seperti lautan.
Ini akibat perang Korea, kena peluru.
Siapa mau nikah sama saya kalau sudah
begini. Saya rasa hidup ini tidak berarti.
Saya tidak tahu hidup bagaimana, tetapi
bunuh diri juga takut.” Dokter ini tidak
bisa membantu apa-apa, diberi obat lalu
didoakan. Tiga hari kemudian, B datang,
kondisinya mirip seperti A. Ketika dokter
tanya, dia menjawab: “Dok, sebenarnya
tidak terlalu parah, hanya sedikit pusing.
Obat apa ya yang mungkin baik menolong
saya.” Dokter beri obat dan dia senang.
Dia lalu tanya tentang tangannya, dan ia
menjawab: “Oh ini ya, ada yang hilang ya
dok. Ini kena peluru ketika perang Korea.
Akhirnya terpaksa diamputasi.” Dokter
tanya apakah ia sedih. “Ya dilihat jadi
aneh, tapi heran dok, setelah kehilangan
tangan ini, saya mulai lagi belajar menulis,
mencuci, memakai kancing dan bisa.
Bahkan saya bisa masak dan naik sepeda.
Akhirnya saya mencoba memberanikan
diri melamar seorang gadis yang cantik
sekali. Dengan jujur saya katakan kepada
dia apa yang saya alami. Ternyata dia
mau menikah sama saya.” Orang ini
pikirannya sangat optimis.
Kita perlu mendidik anak-anak kita
berpikir optimis, berpikir positif, berpikir
pengharapan, berpikir kemungkinan, dan
tidak negatif atau murung. Murung-isme,
putusasa-isme, pesimisme semua tidak
benar. Iman menyanyi ketika malam
gelap. Iman menyanyi ketika awan gelap
menudung, saat matahari tak muncul,
ketika kita harus menghadapi salib yang
berat. Biarlah kita didik anak kita seperti
ini.
Ketujuh, lampu merah ketidaktekunan.
Sikap mengerjakan sesuatu dengan tidak
tekun, cepat rasa gagal, mengerjakan
sesuatu tanpa konsentrasi penuh, tidak
sabar. Orang seperti ini tidak mempunyai
kesuksesan besar. Didiklah anak agar
mereka memiliki ketekunan, karena ini
adalah hal yang penting sekali. Begitu
banyak orang yang memiliki bakat,
karunia atau talenta besar, akhirnya
menjadi gagal total karena mereka tidak
tekun.
Seorang mahasiswa theologi bertanya
kepada saya: “Pak Stephen Tong, saya
ingin pindah gereja.” Saya tanya mengapa.
Ia jawab: “Saya sudah melayani 3 tahun
di gereja ini. Pokoknya saya harus pindah
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
sekarang, khotbah saya sudah habis. Jadi
saya harus pindah ke gereja lain supaya
khotbah lama saya bisa saya pakai lagi.”
Lalu saya bilang: “Wah, kalau gitu kamu
akan pindah setiap 2-3 tahun, karena
selalu kehabisan khotbah. Kamu akan
jadi pendeta keliling dunia nanti.” Saya
sudah melayani Tuhan bertahun-tahun
dan sudah mengajar sekolah theologi
berpuluh tahun dan tidak kehabisan
khotbah. Ketekunan, perlu ditanamkan
di hati seseorang.
Begitu banyak pemuda yang mulukmuluk, berapi-api, bersemangat tinggi,
tetapi tidak tahan ujian waktu. Waktu
adalah penguji yang paling tekun. Waktu
adalah saksi yang paling jujur. Waktu juga
adalah hakim yang tanpa kompromi. Di
hadapan waktu yang panjang, semua
orang harus menyatakan sifat asasimu
sendiri. Jangan hanya besar di depan;
jangan hanya muluk-muluk di awal;
tetapi Tuhan ingin engkau berjalan sampai
akhir. Peribahasa Tionghoa berkata: “Jalan
yang jauh, menyatakan tenaga kuda yang
sesungguhnya.” Hari yang lama, waktu
yang panjang, menyatakan hati manusia
yang sesungguhnya.
Tuhan memberkati kita ketika kita
memiliki prinsip-prinsip yang begitu
tangguh dari Alkitab, lalu memiliki apa
yang ditunjukkan oleh Alkitab. Didiklah
anak-anak kecil itu sejak mereka masih
kecil, sehingga ketika mereka besar mereka
tidak menyimpang. Semua apa yang kita
pelajari sepertinya tidak ada hubungan
dengan Alkitab. Tetapi saya tegaskan,
bahwa semua pelajaran psikologi atau
pedagogi yang tidak kembali ke Alkitab
tidak mungkin memiliki kesuksesan yang
sungguh.
Semua yang saya katakan sebagai “lampu
merah” adalah hal-hal yang melawan sifat
Ilahi. Ketika kita mengatakan bahwa
kesejatian itu sifat Allah; rajin, tekun, dan
bertanggung jawab adalah sifat Allah. Kita
mengatakan kebenaran, kesucian, dan
menyatakan cinta kasih. Karena manusia
dicipta menurut peta teladan Allah,
maka pendidikan mempunyai suatu
sasaran, mendidik anak supaya mereka
menjadi seperti Allah. Menyatakan Allah,
merefleksikan keindahan, dan kemuliaan
Allah di dalam dunia yang penuh dengan
dosa ini. Kiranya Tuhan memberikan
kekuatan kepada kita untuk mendidik
anak-anak kita. Amin.
SEKILAS
KIN
PERGUMULAN SEPUTAR PENDIDIKAN...
(Tanya Jawab bersama Pdt. Dr. Stephen Tong dalam Seminar Quo Vadis)
T: Bagaimana saya sebagai guru primary
menanamkan iman Kristen kepada anakanak TK/SD?
J: Dengan sikapmu, dengan ibadahmu,
dengan hidup kesucianmu, memberikan
satu image, mereka mengetahui ada guru
yang baik, guru yang beribadah, yang
berdoa, yang beriman kepada Tuhan.
Ketika saya umur 8 tahun, saya kagum
sekali kepada seorang guru. Ia hidupnya
suci, rohani, terlihat dekat sekali dengan
Tuhan. Begitu hormatnya saya kepada
dia, saya ingin sekali muka saya seperti
dia, padahal dia perempuan. Maka guru
bisa mempunyai tempat yang khusus di
dalam murid, jika hidupmu suci, tingkah
lakumu menjadi teladan, lalu sesudah itu,
akan mudah bagimu untuk mengabarkan
Injil, mengasihi mereka, dan meminta
mereka ke gereja. Guru-guru jangan
lupa bahwa pendidikan adalah satu hak
istimewa yang bisa diberikan kepada
engkau.
T: Boleh marah kepada anak-anak tidak?
J: Kalau tidak boleh marah, maka kita
menuduh Tuhan sudah berdosa. Tuhan
marah kepada orang Israel; Yesus marah
kepada orang yang berjualan di Bait
Allah. Marah boleh, asal marah yang
suci. Kalau anak kurang ajar, engkau
harus marah terhadapnya. Namun,
marah ada batasnya. Jangan engkau
marah sampai memukul atau menyiksa
orang lain. Marah jangan sampai lupa
mengendalikan nafsumu, atau sampai
tidak bisa mengontrol emosi. Marah yang
benar harus bisa memberikan pengertian.
Marah yang suci sangat bernilai karena
akan menjadi pembangunan yang
menggugah orang yang tidak sadar. Marah
yang benar sangatlah penting. Roh kudus
marah, Tuhan Yesus marah, Allah Bapa
juga marah, itu namanya sanctification of
emotion, emosi yang dikuduskan.
T: Pak Stephen Tong, tadi dikatakan
bahwa sekolah harus diawasi oleh gereja
dan pemimpinnya harus mengerti theologi.
Pertanyaan saya, bagaimana dengan
bangsa Indonesia? Dan bagaimana peran
gereja terhadap bangsa Indonesia ini?
J: Kalau gereja mendirikan sekolah
Kristen, maka gereja bertanggung jawab
untuk mengawasi sekolah tersebut agar
menjalankan kehidupan Kristen; kalau
sekolah itu didirikan oleh negara, maka
jika ada orang Kristen yang menjadi
pejabat negara, ia harus menerapkan
prinsip kebebasan beragama dan hak
beragama setiap warga negara untuk
menerapkan prinsip-prinsip Kristen yang
baik bagi pembangunan bangsa. Siapa
yang bertanggung jawab akan sekolah
Kristen? Jikalau sekolah itu didirikan oleh
gereja, maka gereja yang bertanggung
jawab; dan kalau didirikan oleh pribadi,
maka pribadi yang bertanggung jawab.
Masalahnya kalau itu didirikan oleh
pribadi dan setelah pribadi itu meninggal,
siapa yang akan meneruskan? Kalau
gereja, lalu orang-orang yang ada di
dalamnya tidak terlalu mengerti theologi,
akan banyak kesulitan juga. Namun, dari
semua itu, saya tetap melihat lebih baik
gereja yang mendirikan sekolah, gereja
yang memiliki sekolah dan gereja yang
mengawasi sekolah, karena ini jauh lebih
stabil ketimbang didirikan dan dimiliki
oleh pribadi.
T: Mengapa anak zaman sekarang susah
diatur?
J: Apakah engkau kira pada zaman
Anda, Anda mudah diatur? Sejak zaman
dahulu orang susah diatur, tetapi karena
sekarang engkau menjadi guru, engkau
ingin anak-anakmu mudah diatur. Guru
yang malas berharap agar anak-anak
yang susah diatur itu bisa menjadi baik
sendiri. Itu mustahil. Justru anak-anak
yang terkadang sulit diatur itu punya
potensi besar. Itu semua hanya menuntut
bagaimana engkau sebagai guru harus
belajar memiliki kuasa lebih besar untuk
bisa memimpin mereka menjadi anakanak yang baik.
Untuk memotong kertas
menggunakan pisau biasa.
akan menjadi sulit untuk
kayu, apalagi memotong
kita bisa
Tetapi itu
memotong
besi. Dan
untuk memotong kaca dibutuhkan pisau
berlian. Maka guru yang bisa menangani
anak yang nakal adalah guru yang lebih
nakal tadinya tetapi sudah menjadi baik.
Guru ini tahu nakalnya anak itu seperti
apa, sehingga ketika anak ini melihat
dengan matanya yang tajam, guru ini
juga bisa melihat dan menyatakan bahwa
dia tahu anak itu mau apa, sehingga anak
itu sungkan karena tahu gurunya tahu
persis apa yang dia pikirkan. Guru-guru
harus memiliki kecerdasan yang luar biasa
untuk menaklukkan anak-anak yang juga
cerdas ini. Ketika saya mendapatkan
pertanyaan, saya selalu mencoba mencari
jawaban: 1) pengertianmu sampai mana;
2) mengapa engkau menanyakan hal itu;
3) motivasimu apa menanyakan hal itu; 4)
kesulitanmu apa; lalu dari situ saya mulai
menjawab. Inilah yang harus dimiliki
guru. Seorang guru yang tidak lebih
mengerti dari muridnya, lalu menuntut
muridnya untuk mengerti dia, adalah hal
yang tidak adil. Guru pernah menjadi
murid dan murid belum pernah menjadi
guru. Guru harus mengerti murid adalah
hal logis, tetapi murid harus mengerti
guru itu tidak adil. Jadi anak tidak
mengerti guru itu lumrah. Jadi engkau
sebagai guru perlu menuntut diri untuk
memiliki kebutuhan lebih tinggi, lebih
tajam, lebih mengerti, lalu mengarahkan
dia.
Di sebuah sekolah theologi ada rektor
yang mengatakan: “Anak sekarang
susah, tidak bisa mengerti orang tua
susah payah.” Saya menjawab bahwa itu
lumrah dan kitalah yang harus mengerti
mereka. Dia lalu berkata: “kamu pun
tidak mengerti saya.” Bagi saya dosen ini
susah dimengerti. Bagaimana dosen selalu
minta dimengerti. Kita tidak dipanggil
untuk dimengerti, tetapi untuk mengerti.
Banyak orang maunya enak dan tidak
banyak kesulitan mengerti orang lain.
Tidak bisa demikian. Kita harus banyak
mengalami kesulitan dan mengerti orang
lain, barulah kita bisa menjadi pemimpin
orang lain.
Kebenaran, kesejatian, dan ketulusan adalah pokok penting
dalam membentuk etika Kristen
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
13
SEKILAS
KIN
Hujan Berkat Melalui KIN
Panda Nababan (Jakarta)
Saya mendatangkan dari kampung halaman saya dari Siborong
Borong dan sekitarnya, ada 12 orang. Dan mereka mengaku
mendapat hal yang baru dan pemahaman yang baru, baik
terhadap Alkitab dan juga cara mendidik anak-anak. Dan
pertemuan ini sangat bermanfaat. Harapan saya, tidak hanya
bertumpu kepada mereka-mereka yang hadir dalam KIN ini,
saya pikir keterlibatan dari keluarga, masyarakat, juga harus
intensif juga untuk memahami Firman.
Kristin Hildahui (Manado)
Saya utusan dari sekolah minggu pusat Gereja Gerakan
Pentakosta. Pertama-pertama saya mau mengucapkan dulu
kepada seluruh panitia yang sudah bekerja keras, luar biasa
professional, dengan sapa, senyumnya, dan salam yang luar
biasa. Itu sungguh kami diberkati luar biasa dan juga kepada
Gereja Reformed Injili Indonesia dan Pdt. Stephen Tong. Saya
banyak dibangun dan dikuatkan, juga mendapat lebih banyak
ilmu dan pelajaran yang baik untuk saya, berharap bisa menjadi
berkat bagi guru-guru sekolah minggu yang lain.
Imbaistup Mince Josephine Pinaap (Papua kab Puncak Jaya)
Luar biasa, Puji Tuhan. Berkat yang saya dapatkan, materi dan
kesaksian-kesaksian menguatkan saya dan apa yang disampaikan
itu sebagian hal saya alami di tempat saya waktu mengajar di
sekolah minggu.
Asaslamate Lambanua (Nias, pelayanan Sekolah Kalam
Kudus Wakatambone)
Saya baru menyadari bahwa pentingnya tugas seorang guru itu.
Guru itu tidaklah sembarangan, karena tugasnya sangat berat
dan tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi seorang guru yang
baik adalah seorang guru yang benar-benar mengandalkan
Tuhan dan memiliki pengenalan Tuhan secara pribadi.
Pdt. Nice Tuege Pinaria Emteol (GMIM)
Saya sangat terdorong untuk hadir dalam KIN ini, karena saya
yakin ada banyak kekayaan lewat pelajaran di sini yang akan
kami bagikan bagi pelayanan anak-anak ke depan.
Anci Densi Sengko (GMIM Betel, Winangun)
Materi tentang bagaimana cara menginjili anak-anak dan
bagaimana kami harus lebih lagi fokus dalam pelayanan anakanak sekolah minggu. Itu yang kami dapat.
Melkiano (NTT)
Ketika saya bertemu dengan Pdt. Stephen Tong. Saya mendapat
banyak sekali pelajaran berharga yang dimuat di majalahmajalah ataupun yang saya dapat langsung dari sini. Sehingga
saya pulang ke daerah saya ingin memberikan dorongan kepada
Guru-guru Sekolah Minggu dan murid-murid.
Murnarita Kaia (Palu, guru SMPN 2 Lorepiore)
Saya di sini banyak diubahkan, diberi banyak didikan bahwa
menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia dan Tuhan
sangat memperhitungkan. Saya belajar bagaimana menjadi
guru yang baik, jadi teladan bagi anak-anak, sehingga saya bisa
mengubah pendidikan dan wawasan anak didik saya, supaya
14
mereka menjadi anak-anak Kristen yang mau mengubah dunia
secara khusus di Indonesia dan Napu tempat saya tinggal.
Marcelino Melikianus Rawar (Kab. Biak Nungfor, Papua)
Saya bersyukur kepada Tuhan, bukan kehebatan saya, tapi inilah
kuasa Roh Kudus yang bekerja, sehingga Tuhan memanggil saya
untuk bertemu dengan Pdt. Stephen Tong. Saya mendapat ilmu
yang akan saya bawa pulang.
Olive Ambanaga (Napu, Poso, Sulawesi Tengah, jemaat
Eklesia Wuasa)
Berterima kasih dengan kegiatan KIN ini, kami mendapatkan
pengetahuan yang begitu banyak, yang luar biasa, yang kami
tidak sangka akan kami dapatkan seperti ini.
Yemima Yohana Marandou (Biak Selatan, Papua)
Saya bersyukur karena ketika saya menerima formulir KIN,
saya berterima kasih kepada Tuhan. Ini adalah kesempatan yang
diberikan kepada kami, Guru Sekolah Minggu. Saya tertarik
dengan khotbah-khotbahnya Bapak Pdt Stephen Tong. Saya
ingin sekali apa yang telah Bapak Stephen Tong lakukan, saya
bawa pulang untuk membangun jemaat saya.
Erna Rampalino (Poso)
Yang saya dapatkan adalah bagaimana kami harus mendidik
anak-anak, bagaimana harus memperlakukan anak-anak dan
siapa kami guru yang pantas melayani Tuhan lewat pelayanan
kami di sekolah minggu.
Heinces (Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan)
Kami pertama-tama bersyukur kepada Tuhan Yesus, Dia
senantiasa mau memakai anak-Nya di dunia ini. Kami juga
bersyukur Tuhan memakai Bapak Pdt Stephen Tong di tempat
ini, yang mau meluangkan begitu besar tenaganya, dana yang
digunakan untuk memanggil semua guru-guru agama dan
guru-guru sekolah minggu yang ada di seluruh Indonesia ini.
Maje Silangelo (GMIM Bitung, Manado)
Yang saya dapatkan adalah ternyata hal-hal kecil yang menurut
kita sepele justru berdampak besar bagi anak-anak kami di
sekolah minggu.
Andang Kristanto (Yayasan PSAK, Semarang)
Sungguh luar biasa, kami mendapatkan sesuatu yang belum
pernah kami dapatkan sebelumnya di tempat lain. Kami
mendapat motivasi yang luar biasa dari para pembicara
khususnya dari Bapak Pdt. Stephen Tong yang luar biasa untuk
kami sampaikan kepada anak-anak didik kami di Semarang.
Jemi Kalalosanger (SMAN 5, Surakarta)
Saya senang bisa ikut KIN ini untuk boleh melihat dan
mendapatkan banyak hal sebab saya mengalami kesulitan sebagai
guru di sekolah, dan beberapa materi di KIN ini memberikan
kepada saya pemahaman dan motivasi untuk menjadi guru yang
lebih baik lagi sebab materi-materi dan pembicara-pembicara
yang disediakan oleh panitia itu luar biasa, sehingga jika tidak
mengikuti dengan baik, kita akan rugi.
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
SEKILAS
Pelegia Teti Melviana Siahaan (Guru SD Inpres Pandoi,
Kab. Biak Nungfor, Papua)
Saya merasa bangga, karena tidak semua orang dapat mengikuti
KIN ini. Dari Sabang sampai Merauke, orang yang terpilih
inilah yang akan melanjutkan tugas-tugas sebagai guru agama
dan sekolah minggu. Harapan saya, memohon agar kiranya
guru-guru agama khususnya di daerah saya di Nungfor, semakin
banyak orang masuk dalam pendidikan agama karena saya tahu
sebagai guru agama dipandang sebelah mata dibanding dengan
guru-guru bidang studi lain.
Lintang Pangao (Manado)
Kesan-kesan saya sangat baik dan luar biasa. Saya bertemu
dengan orang-orang di sini. Saya bisa menyaksikan langsung
Bapak Pdt Stephen Tong berkhotbah dengan sangat luar
biasa, mudah-mudahan bisa mengubah saya supaya saya bisa
giat lagi melayani Tuhan, karena selama ini kita menjalankan
tugas karena kebetulan saya guru sekolah minggu. Tetapi bukan
itu tujuannya, kita dipercaya mendidik anak-anak itu misi
Tuhan bukan kita. Jadi, saya sangat bersuka cita dan kesannya
mendalam sekali. Puji Tuhan saya bisa dapat hadir di sini.
Pdt. Nelson (Gembala Sidang Gereja Kebangunan Kalam
Allah Indonesia, Kutai, Kalimantan Timur)
Saya pribadi sangat diberkati karena satu-satunya gereja di
Indonesia yang berani mengeluarkan biaya yang sangat besar
untuk mengumpulkan Hamba-Hamba Tuhan dari Sabang
sampai Merauke, kemudian semangat daripada guru sekolah
minggu, guru agama itu dikobarkan untuk bagaimana
bertanggung jawab untuk mendidik anak di dalam kasih, di
dalam pengenalan Allah yang benar.
Pdt. Usmani Diana Elena (Kusuri Tobelo Barat, Maluku
Utara - guru SMK dan SMP Kusuri)
Kesan saya ini adalah sesuatu yang gebrakan pembaruan yang
membongkar kehidupan kita sebagai pelayan. Pelayan dalam
wahana pendidikan sebagai guru, juga sebagai Pendeta melayani
jemaat. Dan Gereja Reformed Injili Indonesia ini membangun
gebrakan yang baru, sebetulnya suatu sukacita bagi denominasi
gereja semua. Ini sebetulnya syukur yang begitu dalam bagi
semua perangkat pelayan dan jemaat di gereja ini. tidak ada apaapa yang dapat kami berikan, kami hanya berdoa supaya gereja
ini dipakai Tuhan lebih ajaib di bumi Indonesia ini.
Bartemeus Keamba (GKI Nabire)
Tuhan memberikan kepada kami untuk harus bertanggung
jawab dalam hal ini. Kami dari Papua, cukup jauh untuk
datang ke Jakarta, tetapi karena itu rencana Tuhan, bukan
karena kemampuan kami, bukan kelebihan kami, kami datang
ke Jakarta, karena Tuhan membawa kami ke Jakarta untuk
mengikuti KIN 2014 maka di sini banyak suku, bahasa, dan
gereja denominasi yg ikut KIN ini. Ini akan kami bawa ke
gereja masing-masing, supaya kita bisa mengajar generasi muda,
supaya bisa melayani Tuhan.
Petrus Kutimalo (Kanikodo, Sumba Barat Daya, NTT)
Luar biasa, karena dari seluruh pelosok datang ke sini. Kalau bagi
saya, berjalannya acara ini, kita sebagai Hamba Tuhan bisa lebih
melihat lagi bagaimana cara Bapak Stephen Tong melakukan
KIN
hal ini. Marilah kita dukung doa supaya di masa-masa tua
beliau ini, Tuhan terus menyertai dia selagi dia melakukan hal
yang luar biasa untuk Indonesia ini.
Astute Sriutami (Malang)
Saya sangat terkesan dengan KIN ini karena acaranya sangat
menyenangkan dan bagi saya sangat bermanfaat bagi saya
sebagai guru, menambah wawasan yang begitu dalam tentang
Alkitab. Kebetulan saya dari SMP dan SMA Kristen Setia
Budhi yang memang berada dalam naungan GRII Malang.
Jadi, sinkron sekali dengan visi misi dari yayasan.
Robert Simon Lumalesil (Ambon)
Kesan saya selama di KIN ini, kami mendapat materi-materi
yang tidak kami dapat dari tempat lain. Di sini kami lihat
bahwa ada hal-hal yang memang keliatan hal sepele, tetapi di
situlah menandakan yang kecil itu sungguh berarti dan berharga
sehingga kami bisa menerapkan nanti kepada anak-anak yang
kami layani di sekolah minggu.
Johan Pan (Gereja GKA Elyon, Surabaya)
Saya melihat banyak orang dengan antusias dari banyak daerah
untuk datang sesuatu yang tidak mudah untuk dilaksanakan
bisa mengumpulkan sekian banyak orang dan mereka semua
dengan antusias mengikuti. Ini sesuatu hal yang baik untuk
kemajuan Kristen di Indonesia.
Pdt. Yosep Dimara (Nungfo)
Kami sangat bangga dan bersyukur kepada Tuhan karena lewat
event ini kami tertolong untuk bisa membantu anak-anak yang
telah kami didik di kampung melalui materi-materi yang telah
disampaikan. Ini sangat luar biasa.
Desman Josafat Bois (dosen STT Reformed , Toba Samosir)
Mengikuti acara KIN adalah yang kedua kali. Setiap kali
mengikuti KIN, selalu mendapat hal-hal baru yang bisa saya
terapkan dalam pelayanan saya di daerah.
Pdt Akila (Sintang, perbatasan Kalimantan Barat)
Sungguh berterima kasih karena bisa mendapat menghadiri
KIN, dan juga kepada Bapak Stephen Tong yang luar biasa
Tuhan pakai di usia yang ke-74 tahun, masih punya beban dan
hati untuk anak-anak tercinta kita.
Pdt. Lasni Suprianti (Bengkulu)
Lewat acara ini, saya sudah banyak sekali mendapat perkara
indah mulai dari Pak Stephen Tong sampai kepada pembicarapembicara yang lain.
Mika Numberi (Kab Serui, Papua)
Momen-momen seperti ini adalah momen-momen yang sangat
berbahagia sekali dan sangat memberikan kami motivasi untuk
terus membina anak kita ke depan. Karena ketika kita tidak
bisa membina anak-anak di usia dini maka kelak mereka akan
diadopsi dengan ajaran-ajaran dari yang lain. Karena di Papua,
banyak sekali anak-anak di Papua tidak mampu sekolah, tidak
mampu dibina dengan baik akhirnya mereka terjerumus dengan
masuk ke pesantren sejak usia dini. Ini yang jadi beban untuk
kami.
Children are the lambs of the flock. Christ said to the church, “Feed my lambs.”
The lambs belong to the sheep and the sheep to the shepherd.
Rev. J. J. Barnhardt.
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
15
SEKILAS
Teori Pendidikan John Calvin
KIN
The Educational Theory of John Calvin
Analisa oleh: Eva Morrison
1. Teori Nilai
Bagi Calvin, pengetahuan terbagi atas
dua bagian, yaitu Pengetahuan akan
Allah dan akan manusia.1 Pengetahuan
akan Allah diperoleh dari Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, dan tugas
pendidikan bagian ini ada pada gereja.2
Sasaran pendidikan Kristen adalah
mengajar seorang untuk dapat hidup
berpegang pada kebajikan dan nilai-nilai
Kristiani. Di arena pengetahuan akan
diri, Calvin menunjukkan perhatian
yang sangat besar pada pembelajaran para
humanis pada zamannya. Ia adalah murid
seorang humanis terkenal, Cortier, dan
sangat menghargai metode pengajaran
dan pembelajaran dari Cortier.3 Pada
faktanya, kemanusiaan bagi Calvin jauh
lebih penting ketimbang hukum dan
medis.4 Calvin sangat berbeda dari para
Reformator lainnya, seperti Luther dan
Zwingli, khususnya di dalam memberikan
perhatian besar pada seni liberal sebagai
suatu sarana untuk memperkembangkan
kemanusiaan manusia.5
2. Teori Pengetahuan
Bagi Calvin, dasar pengetahuan berasal
dari Allah. Nyatanya, Calvin percaya
bahwa pengetahuan tentang diri sendiri
pun hanya bisa diperoleh melalui
merenungkan wajah Allah.6 Karena
Allah adalah dasar pengetahuan, dan
kemampuan mengenal Allah adalah hal
batiniah,7 maka kelihatannya Calvin
tidak mau terlalu membedakan antara
pengetahuan dan kepercayaan. Bagi
Calvin, dalam bukunya Institutes, orang
yang tak beriman membawa kematian
bagi seluruh Firman Allah.8 Setiap
kesalahan pengertian terhadap kebenaran
selalu merupakan akibat langsung dari
dosa (berpaling dari Allah), atau dari tidak
mengenal Allah sama sekali. Kebenaran
akan pengetahuan-diri dan pengetahuan
akan Allah hanya bisa tiba pada kita
melalui kepercayaan kita akan Allah.9
3. Teori Natur Manusia
Dasar Theologi Reformed dari Calvin
melihat manusia sepenuhnya sebagai
makhluk ciptaan Allah yang telah jatuh
dan berdosa. Pengampunan dosa hanya
bisa diperoleh melalui pengorbanan dan
kematian Kristus, Anak Allah, dan totalitas
kepercayaan akan kemampuan Kristus
16
untuk mengampuni dosa kita. Bertolak
belakang dengan pengertian populer,
doktrin pemilihan Calvin menafsirkan
kematian Kristus sebagai pengorbanan
bagi semua manusia. Jaminan pemilihan
bagi Calvin adalah dibuktikan melalui
iman di dalam Kristus.10 Akibatnya,
iman di dalam Kristus memungkinkan
pengetahuan akan diri dan pengertian
serta penghargaan terhadap dunia.
4. Teori Pembelajaran
Pelatihan pendidikan Calvin sendiri
sangatlah berdasarkan pada pemikiran
John Calvin
10 July 1509 – 27 May 1564
humanisme. Ia sangat menekankan
pelatihan akan seni liberal, bahkan
melampaui belajar hukum dan medis.
Calvin meletakkan posisi sangat penting
bagi pendidikan, yang harus dimulai
sejak usia dini, agar tidak menjadikan
gereja sebagai padang gurun bagi anakanak kita. Ia menata ulang SekolahSekolah Dasar yang ada di Jenewa,
menekankan sikap disiplin, kemurnian,
dan keseriusan. Kurikulumnya sangat
mirip dengan pemikiran Renaissance.
Kurikulum ini meliputi juga pelatihan
tata bahasa dan kosa kata bahasa Latin,
yang juga setara dengan pendidikan
fisik. Mazmur dinyanyikan dalam bahasa
Perancis setiap hari satu jam lamanya.
Calvin menghendaki dengan keras
tuntutan bahwa pimpinan sekolah harus
memiliki kepribadian yang murah hati,
lepas dari segala bentuk kekasaran dan
kekejaman (un esprit debonnaire).
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
5. Teori Transmisi (Pengalihan)
Calvin
telah
mengerjakan
teori
pemerintahan. Ia memisahkan gereja ke
dalam empat jabatan: pendeta; doktor
atau pengajar; majelis atau penatua; dan
diaken. Pengajar (guru) secara khusus
bertugas di sekolah-sekolah dan pelayan
bertugas di Sekolah Minggu. Ia melihat
bahwa fungsi utama gereja adalah untuk
mengajar. Pengetahuan yang mendalam
tentang suatu topik didapatkan melalui
pengulangan, seperti nyanyian Mazmur
yang dilakukan setiap hari. Calvin juga
sangat memperhatikan pengajaran dan
khotbah eksposisi yang menyatu dengan
proses belajar mengajar.
6. Teori Masyarakat
Calvin
meletakkan
masyarakat
sepenuhnya di bawah kedaulatan Allah.
Bagi Calvin, Allah seharusnya menjadi
presiden dan hakim di semua pemilihan
kita. Namun Calvin tidak menafsirkan
negara sebagai Kerajaan Allah, melainkan
lebih merupakan suatu kesempatan bagi
pemerintahan yang baik dan tempat
menolong sesama manusia. Ia percaya
bahwa negara seharusnya mengatur
seluruh aspek kehidupan, termasuk gereja.
Di dalam pemerintahan yang ia tegakkan
di Jenewa, para Master (magistrates) harus
menafsirkan hukum Calvin menerima
hukum pemerintahan Romawi bagi
wilayah sekuler. Ia mendorong para
Master untuk memiliki doa mingguan
agar mereka dapat tetap rendah hati dan
hidup benar. Calvin mendorong negara
boleh diperintah oleh orang awam yang
sungguh-sungguh memegang pengajaran
gereja (theokrasi), bukan negara yang
diperintah oleh para pendeta (hierokrasi).
7. Teori Kesempatan
Selama di Jenewa, Calvin menetapkan
pemerintahan yang rakyatnya diminta
untuk memelihara sekolah di mana
mereka bertanggung jawab mengirim
anak-anaknya, termasuk anak-anak
orang miskin, yang akan diberi bebas
uang sekolah.Tidak terlalu jelas apakah
para anak perempuan ikut mendapatkan
beasiswa atau tidak, tetapi ada sekolahsekolah untuk anak-anak perempuan di
Jenewa. Tentu, hak untuk mendapatkan
Bersambung ke hal.18
SEKILAS
KIN
INTEGRASI PEMBELAJARAN, IMAN, DAN PRAKTIK
(INTEGRATION LEARNING, FAITH, AND PRACTICE – ilfp)
Oleh Anita Purnomosari (Bulletin Logos)
K
ata-kata itu sering kali kita dengar
belakangan ini, namun sering kali
kita sukar untuk membayangkan
bagaimanakah bentuk dari Integration
Learning, Faith, and Practice (ILFP)
– Integrasi Pembelajaran, Iman, dan
Praktik tersebut. Jika kita melihat katakata yang ada pada ILFP, maka ada tiga
komponen yang akan diintegrasikan,
yaitu komponen Learning (belajar), Faith
(iman), dan Practice (praktik) sehari-hari.
Bagaimanakah kita mengintegrasikannya?
Apakah matematika akan ditarik ke dalam
iman atau iman ke dalam matematika?
Lalu bagaimana dengan pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)? Apakah
juga demikan? Lalu bagaimana dengan
pelajaran kesenian, seperti menggambar,
menyanyi, dan lain-lain? Rasanya
sangat sulit kita membayangkan hal ini
bukan? Apakah Anda juga merasakan
kesulitannya?
Nah, jika Anda mengatakan bahwa
Anda bingung melihat integrasi antara
matematika dan iman, IPA dan iman,
seni dan iman, maka itu berarti Anda
baru mengintegrasikan antara Bagian
Pembelajaran dan Iman. Jadi bukan
integrasi Pembelajaran dengan Iman.
Kalimat ini, kami percaya, membuat
Anda semakin bingung bukan.
Di dalam artikel ini, kami akan mencoba
menggambarkan bagaimana sebenarnya
ILFP itu akan kita ajarkan kepada anakanak didik kita.
Di dalam setiap pengajaran, kita harus
senantiasa memulai dari Penciptaan.
Tuhan menciptakan dunia ini enam
hari lamanya. Pada hari ketiga, Tuhan
menciptakan tumbuhan. Ada tumbuhan
besar yang dapat menimbulkan suasana
teduh, ada pula tumbuhan yang sangat
kecil seperti rumput. Ada tumbuhan
yang berbunga, ada tumbuhan yang
berbuah. Ada tumbuhan yang memiliki
daun bergerigi, seperti hati atau panjang
menjurai seperti daun kelapa. Bunga
yang dihasilkan oleh setiap tumbuhan
berbagai bentuk dan warna. Demikian
pula buahnya.
Haruskah Tuhan menciptakan tumbuhan
itu bervariasi bentuknya dan berwarnawarni? Bisakah Tuhan menciptakan
tumbuhan ini semuanya sama besar, sama
bentuk, dan tanpa warna? Bukankah
tujuannya hanya untuk menjadi
tempat berteduh dan bahan makanan
binatang dan manusia saja? Pernahkah
kita membayangkan, bahwa seluruh
tumbuhan yang ada ini sama besarnya,
bentuknya semua sama, misalnya semaksemak, dedaunan, bunga dan buah
semuanya memiliki warna yang sama
dengan bumi, yaitu abu-abu kehitaman?
Pasti mengerikan bukan? Dan yang
pasti, di Kejadian 1 ayat 12, tidak
akan tertuliskan: Allah melihat bahwa
semuanya baik.
Dari sinilah, kita mengajak setiap siswa
untuk melihat, bahwa Tuhan adalah
Tuhan yang berjiwa seni. Tuhan memiliki
keindahan dan keserasian yang luar biasa.
Seandainya Tuhan tidak memiliki jiwa
seni, maka kita bisa membayangkan
betapa gelapnya dunia ciptaan-Nya. Kita
harus menjelaskan semua ini di dalam
mata pelajaran seni. Bahwa manusia,
yang diciptakan sesuai dengan gambar
Allah, adalah manusia yang juga memiliki
jiwa seni. Kita memulai dengan menggali
apa yang telah Tuhan berikan kepada kita
di dalam firman-Nya.
Kemudian kita mengajak para siswa
untuk kembali melihat warna-warna
yang ada pada bunga. Kita tunjukkan
kepada siswa sekelompok bunga yang
berwarna merah, bunga yang berwarna
putih, bunga yang berwarna ungu, dan
seterusnya. Lalu kita jelaskan bahwa
kelompok bunga yang satu memiliki
warna yang berbeda dengan kelompok
bunga yang lain. Manusia kemudian
menamai warna kelompok yang satu
itu merah, kelompok kedua itu putih,
dan seterusnya. Dari sini pula, manusia
kemudian mencoba untuk mencontoh
dengan membuat baju berwarna merah,
dinding rumah berwarna putih, dan
seterusnya.
diberikan di sekolah pada umumnya. Kita
tidak mengajarkan: “Anak-anak, ini warna
merah. Coba cari di kelas ini, apakah
ada yang berwarna merah? Coba cari di
halaman sekolah, apakah ada bunga yang
berwarna merah?” Sebaiknya kita tidak
menggunakan cara ini, karena seolaholah warna merah hanya sekadar sebuah
realitas yang tidak ada hubungannya
dengan Tuhan sebagai Penciptanya.
Selain warna, seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya, kita juga
perlu mengajak anak untuk melihat
bentuk dari tumbuhan yang ada. Ada
daun yang lonjong, ada yang berbentuk
hati, ada yang berbentuk seperti tangan.
Dari daun-daun yang ada, kita lalu
menunjukkan, bahwa daun memiliki
struktur yang berbeda daripada bunga.
Daun tidak mudah jatuh, sedangkan
bunga lebih mudah jatuh. Sisi kiri
dan sisi kanan daun tampak sama atau
hampir sama. Sedangkan kelopak bunga,
biasanya atau hampir semuanya memiliki
jumlah kelopak yang ganjil. Dari sini,
kita mengajarkan kepada anak-anak didik
kita, bahwa ada suatu sifat yang kemudian
oleh manusia disebut dengan sifat simetri.
Kemudian kita ajak anak-anak untuk
melihat sisi simetri dari tubuh manusia.
Sifat simetri ini kemudian dikembangkan
oleh manusia untuk membuat pintu yang
simetri, dan seterusnya.
Sangat berbeda dengan pengajaran
tentang seni dan warna seperti yang biasa
Lalu bagaimanakah kita mengajarkan
bentuk-bentuk seperti segitiga, segiempat,
dan seterusnya? Untuk hal ini, kita
akan menggunakan metode yang tetap
sama. Yaitu dengan berangkat dari titik
Penciptaan. Tuhan menciptakan bumi,
bulan, dan segala sesuatu yang berada
di dalamnya. Kemudian kami akan
menunjukkan beberapa benda seperti
batu, buah apel, kerang, dan ciptaan lain
yang memiliki bentuk serupa. Setelah
itu kita akan mengajak setiap anak didik
untuk melihat kesamaan apa yang dapat
mereka lihat dari sekumpulan benda
tersebut. Kita akan mengarahkan anakanak untuk mengerti kalau bentuk dari
benda-benda tersebut sama. Manusia
kemudian menamakan bentuk tersebut
dengan bentuk bulat atau bola. Dari
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
17
SEKILAS
bentuk ini, apabila kita potong, maka akan
tampak bentuk lingkaran. Dari lingkaran,
kemudian, kita bisa menggambar
boneka-boneka yang lucu. Dari sini
manusia kemudian mengembangkan lagi,
mencontoh ciptaan Tuhan, benda-benda
yang berbentuk bulat. Seperti cermin,
lampu, dan seterusnya.
Hal-hal yang berkaitan dengan natur
daripada bentuk dan warna perlu kita
tekankan kepada anak untuk bidang
natural science (IPA). Sedangkan sifatsifat daripada bentuk akan difokuskan
untuk bidang matematika dan geometri.
Kemudian segala sesuatu yang bersangkut
paut dengan kata-kata sukar (vocabulary)
mengenai bentuk dan warna akan
kita ulas di bidang bahasa. Sedangkan
bagaimana kita membuat komposisi
warna dan bentuk yang harmonis,
akan kita ajarkan kepada siswa-siswa di
bidang seni (kerajinan tangan dan juga
menggambar).
Inilah yang kita harap dan perlu kerjakan
dalam menggarap ILFP (Integrated
Learning, Faith, and Practice) di dalam
Untuk Keberangkatan Bus
Ke Bandara Untuk Penerbangan pada
Tanggal 16 Pk. 21.00 s/d Tanggal 17 Pk. 22.00
akan dibagi menjadi beberapa Kloter
JAM PENERBANGAN
BERANGKAT
DARI RMCI
KLOTER 1
16 Nov 21.45 s/d 17 Nov
00.05
16 Nov 18.45
KLOTER 2
17 Nov 01.30 s/d 17 Nov
02.00
16 Nov 22.15
KLOTER 3
17 Nov 04.30 s/d 17 Nov
07.20
17 Nov 01.15
KLOTER 4
17 Nov 08.00 s/d 17 Nov
10.45
17 Nov 04.15
KLOTER 5
17 Nov 11.00 s/d 17 Nov
13.45
17 Nov 07.15
KLOTER 6
17 Nov 14.00 s/d 17 Nov
17.45
17 Nov 10.15
KLOTER 7
17 Nov 18.00 s/d 17 Nov
22.00
17 Nov 13.15
Go, then, ye happy children,
And love Him more and more!
He holds a cup of blessing,
And in it He will pour
All joy and pleasure for you;
And from this day of flowers
Ye all may work for Jesus
And bless this world of ours.
Oh, may the King of children
Be crowned of all His own;
On this sweet day of beauty
Be every heart His throne!
Rev. Dwight Willis.
18
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
pendidikan Kristen. Dari cara-cara
demikian, kami berharap, para siswa
bisa senantiasa mengerti dan memahami
bahwa segala sesuatu di dunia ini
diciptakan Tuhan dengan begitu baik
dan sempurna, namun telah dirusak
oleh dosa akibat Kejatuhan. Kita sebagai
manusia akan belajar untuk menyelidiki,
mengerti, dan menebus setiap ciptaan
Tuhan melalui setiap bidang studi yang
kita pelajari. Dan akhirnya kita berharap,
ketika setiap siswa semakin mengerti
ciptaan Tuhan, mereka akan semakin
dapat memuliakan Tuhan.
Sambungan dari hal.16
John Calvin...
pendidikan ini hanya bagi penduduk
Jenewa. Calvin juga sangat mendorong,
melalui donasi pribadi-pribadi, untuk
mendirikan Akademi Jenewa. Akademi
ini merupakan institusi pendidikan
ternama bagi pendidikan tinggi di
Eropa dan menghasilkan bentuk format
universitas di Amerika Serikat.
8. Teori Kesepakatan (Konsensus)
Di dalam Kekristenan, satu-satunya
kerangka yang Calvin tahu adalah ia
percaya pada pembentukan konsensus.
Ia sering kali bertukar pikiran dengan
para Reformator lainnya, dengan sangat
hati-hati mencari dukungan firman
Tuhan. Ia bernegosiasi dan berkompromi.
Menjelang akhir hidupnya, Calvin
mengusulkan suatu badan yang mandiri
dan universal untuk mempersatukan
Kekristenan. Ia bahkan rela membiarkan
Paus hadir dan berbicara di badan
tersebut, menyediakan diri untuk taat dan
menuruti setiap keputusan dari badan
tersebut. Namun, Calvin tidak berhasil
mendirikan badan konsensus tersebut
dengan para pemikir yang berlawanan
dengan imannya.
Referensi
1.Calvin, John, Institutes for the Christian
Religion: Book First, Chapter I, Section 1.
2. Tillich, Paul, History of Christian Thought,
(New York: Harper and Row, 1968) p. 272.
3. Reid, W. Stanford, John Calvin: His Influence
on the Western World, (Michigan: Zondervan, 1982) p.15.
4. Ibid., p.16.
5. Ibid., p. 15.
6. Institutes, Chapter I, Section 2.
7. Ibid., Ch. 2, Sec. 1.
8. Ibid., Ch. 6, Sec. 4.
9. Ibid., Ch. 1, Sec.2.
10.His Influence, p. 204-205.
SEKILAS
KIN
Liputan Seputar KIN 2014
Hari Kelima
“… Makin capek, makin mengejar,
kenapa? Karena tugas belum selesai …”
– Pdt. Dr. Stephen Tong –
H
ari kelima adalah hari yang
paling berat bagi panitia KIN
2014. Kenapa? Pertama, karena
pada hari ini akan dilangsungkan KKR
Umum di Lapangan Parkir Barat Pekan
Raya Jakarta (PRJ). KKR Umum ini
diselenggarakan secara paralel dengan
rangkaian acara KIN 2014. Ribuan orang
menjadi target panitia untuk dihadirkan
di lapangan parkir tersebut. Kedua,
panitia mempersiapkan dan membagikan
berbagai keperluan berkenaan dengan
peserta. Mulai dari tiket pesawat bagi
kepulangan peserta, sertifikat atas nama
masing-masing peserta sebanyak sekitar
3.000an, hingga goody bag yang berisi
beberapa buku dan souvenir yang dapat
dipakai peserta sebagai bahan ajar ketika
kembali ke daerah masing-masing. Jujur
saja, rangkaian acara yang begitu besar
ini, yang melibatkan hingga belasan ribu
orang, siapa yang dapat mengerjakannya?
Panitia? Tidak. Para panitia hanyalah
manusia yang sedang melihat cara Tuhan
bekerja dan beranugerah kepada umatNya.
Hari kelima dibuka dengan pujian “Suci,
Suci, Suci” yang begitu indah, kemudian
renungan pagi dibawakan oleh Ev.
Jimmy Pardede. Beliau membukakan
pernyataan Alkitab di dalam konteks
Israel pada Perjanjian Lama. Konteks
Perjanjian Lama kental akan budaya
mendengar Firman Tuhan, konteks
tersebut yang dipakai oleh Tuhan Yesus
ketika menyampaikan perumpamaan
tentang penabur. Adalah percuma jikalau
kita sering mendengar firman Tuhan
tetapi tidak pernah menyimpannya di
dalam hati serta mengekspresikannya di
dalam hidup kita. Ev. Grace Toumeluk
membawa pengantar singkat sebelum
masuk kepada khotbah Pdt. Dr. Stephen
Tong. Beliau memaparkan perihal
dosa Simeon dan Lewi yang berkedok
kerohanian demi membalas dendam
kepada bangsa kafir, dan bagaimana Allah
mendidik mereka.
Sesi Pleno terakhir yang dipimpin oleh Pdt.
Dr. Stephen Tong hari ini membicarakan
perihal kebahayaan dari kesalahan arah di
dalam pendidikan. Beliau menyatakan,
kalau kita salah memberikan pengajaran,
meskipun tidak sengaja, tetapi oleh
karena keteledoran dan kesalahpahaman
kita, maka kita sebagai guru bisa sampai
membinasakan orang. Beliau menutup
sesi tersebut dengan menyerukan bahwa
setiap pelayanan merupakan peperangan.
“Jangan main-main, engkau sedang
melawan setan,” demikian seruan beliau.
Setelah istirahat siang, para peserta
memasuki sesi yang dibawakan oleh Ev.
Mercy Matakupan. Beliau membahas
mengenai cara menyampaikan Injil
kepada anak-anak sekolah minggu.
Jangan tertipu dengan tema yang
berbicara mengenai “cara” yang ada pada
beliau. Justru beliau memberikan kritik
terhadap pragmatisme dan membawa
para peserta melihat substansi terutama
yang membuat seorang guru dapat
membawa Injil dengan baik kepada
anak-anak. Substansi tersebut adalah
kondisi kerohanian kita di hadapan
Tuhan. “Persiapan yang terutama adalah
kerohanian kita di hadapan Tuhan,” seru
Ev. Mercy. Sesi terakhir menuju KKR
Umum 2014 di PRJ dipaparkan oleh Pdt.
Dr. Billy Kristanto. Musik di dalam gereja
tidak pernah bisa lepas dari kerohanian
jemaat, tukas beliau. Jangan sampai
kegiatan keagamaan kita hanya menjadi
aktivitas yang kehilangan substansi
kerohaniannya.
Sampailah kita pada penghujung hari
ini, kita memasuki KKR Umum 2014.
Pada kali ini Pdt. Dr. Stephen Tong
memberikan kesempatan wawancara
kepada beberapa orang. Yang pertama
adalah Bapak Timothy Siddik, Ketua
Pelaksana Kebaktian Pembaruan Iman
Nasional (KPIN) di 100 kota seluruh
Indonesia. Selanjutnya adalah Ev.
Ivan Raharjo mengisahkan bagaimana
panggilan Tuhan sampai di tengahtengah kehidupan ekonomi yang sudah
sangat mapan, dan bagaimana ia belajar
mempercayakan masa depan keluarganya
kepada Tuhan. Berikutnya adalah Ev. Dr.
David Tong yang mengisahkan bagaimana
hidup sebagai anak hamba Tuhan dengan
tuntutan yang banyak, keraguan iman,
dan panggilan antara dunia ilmu dan
menjadi hamba Tuhan. Bu Lingkan
Mangundap bercerita tentang beban
beliau terhadap anak-anak berkebutuhan
khusus, dan Pdt. Tumpal Hutahaean
mengisahkan bagaimana hidup menjadi
hamba Tuhan yang harus memimpin
keluarga, beliau menyatakan rasa syukur
karena keluarga yang begitu mendukung
pelayanan beliau. Memasuki khotbah,
Pdt. Dr. Stephen Tong memaparkan
kerangka Theologi Reformed perihal
penciptaan, kejatuhan, penebusan, dan
penyempurnaan di dalam bahasa orang
awam. Manusia menjadi seorang yang
terhormat saat manusia bisa mengikuti
klasifikasi yang Tuhan sudah tetapkan.
Kemuliaan manusia muncul ketika ia
kembali kepada Allah di dalam Kristus
yang menebus manusia dari kejatuhannya
dan yang memimpin mereka kepada
kesempurnaan gambar dan rupa Allah.
Bersyukur atas berlangsungnya KIN
2014, KKR Anak, KKR Remaja, dan
KKR Umum. Tidakkah kita gentar
melihat apa yang sudah Tuhan kerjakan di
belakang kita dan yang akan Ia kerjakan
di depan kita? Kiranya nama Tuhan
terus dipermuliakan dan dimasyhurkan,
sampai kepada ujung-ujung Indonesia,
dan dunia. Amin. (nt)
Do not others expect from children more perfect conduct than they themselves
exhibit? If a gracious child should lose his temper or act wrongly in some
trifling thing through forgetfulness, straightway he is condemned as a little
hypocrite by those who are a long way from being perfect themselves. Jesus
says, “Take heed that ye despise not one of these little ones.”
Spurgeon.
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
19
Refleksi Hari ke-5
SEKILAS
KIN
Renungan Pagi: Guru yang Mendengar (Matius 13:13-23) oleh Ev. Jimmy Pardede
Bagaimana mendengar yang baik? Allah memerintahkan Israel untuk terus mendengar. Tuhan
melatih umat-Nya bagaimana mendengar dan berespons ketika Allah menyatakan firman. Ketika
Tuhan berfirman, mereka menolak, Tuhan membuang mereka. Yesus memberikan perumpamaan
penabur. Firman diberikan tapi tidak berbuah. Yesus memberi peringatan keras pada orang
zaman-Nya. Ada 3 macam pengikut Yesus: 1) para murid; 2) orang sakit dan kerasukan setan; 3)
orang yang mencatat kesalahan Yesus (orang Farisi). Mungkin kita suka dengar khotbah bagus,
tetapi sakit hati dan tersinggung ketika ditegur dosa kita. Mungkin kita senang mendengar dan
menerima firman, tetapi tidak tahan menghadapi tekanan hidup. Firman dianggap terlalu ideal.
Ada juga yang menerima khotbah dengan sukacita, tetapi dia silau oleh gemilangnya dunia.
Golongan keempat adalah orang yang mendengar, taat, dan hidupnya berlimpah. Biarlah kita
bersyukur dan jangan kembali menjadi jahat. Biar kita menjadi tanah yang subur, memelihara
firman.
Renungan Singkat di Pleno Pagi: Guru yang Tegas, Adil, dan Kasih (Kejadian 49:5-7) oleh
Ev. Grace Toumeluk
Yakub sebelum meninggal, memberikan nubuat Tuhan kepada 12 anaknya. Tentang dosa Simeon
dan Lewi (Kej. 34:1-9), ada 3 poin penting: (1) Yakub tidak kompromi terhadap dosa. Simeon
dan Lewi menggunakan sunat sebagai tanda perjanjian untuk membalas dendam. Memakai hal
rohani untuk melakukan hal jahat. Yakub menegur dosa mereka. (2) Keadilan Allah. Simeon
tidak mendapatkan porsi tanah perjanjiannya sendiri (ayat 7b) dan hanya berbagian di tanah
Yehuda. Lewi juga tidak dapat porsi tanahnya. Ada konsekuensi dari dosa kita. Tuhan mendisiplin
kita dan kita juga jangan lupa mendisiplin anak kita. (3) Kasih Allah. Disiplin Allah menyatakan
kasih yang besar kepada Simeon dan Lewi. Surat Ibrani mencatat: “Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya.” Meskipun Allah mengizinkan kita mendapatkan konsekuensi dosa kita di dunia ini
tapi Tuhan berkuasa mengubah itu menjadi berkat. Marilah kita belajar ketiga hal ini.
Pleno Siang: --- Ev. Mercy Matakupan
Seberapa serius kita mempersiapkan materi firman Tuhan? Guru jangan sibuk dengan bahan,
tetapi tidak membuka Alkitab. Guru harus mengerti dan hargai panggilannya (Yak. 3:1). Yang
lebih penting adalah kualitas baru diikuti kuantitas. Banyak guru tidak mau kerja dan hanya
mau tampil jadi “penggembira”. Tidak boleh banyak orang menjadi guru itu artinya: pujian
sekaligus peringatan; penghormatan sekaligus penghakiman; menggetarkan dan menggentarkan hati.
Firman Tuhan tidak boleh diganti dengan hadiah, doorprize, dan permainan yang hanya mengisi
kesenangan. Mintalah kekuatan dari Tuhan untuk mempertahankan kemurnian Injil, berita kekal
satu-satunya. Persiapan guru: (1) Persiapan Kerohanian. Wibawa dan kekudusan guru itu penting
(2Tim. 2:21) dan Tuhan mau pakai alat yang bersih dan kudus. (2) Persiapan Materi. Ini bisa
melelahkan jika tidak niat. Doa dan baca firman, bandingkan perikop, konteks, dan gali ayat
dengan pertanyaan. Kita tidak boleh bocor tapi harus luber dan limpah sehingga bahan tidak
habis-habis. (3) Tujuan Cerita. Anak-anak harus melihat Tuhan yang besar bukan tokoh-tokoh
Alkitab seperti Daud, Musa, Yosua, dan tokoh-tokoh lain.
Pleno Sore: Musik dan Ibadah oleh Pdt. Billy Kristanto
Salah satu aspek terpenting dalam kehidupan Kristen adalah ibadah sebagai respons atas
keselamatan yang kita terima dari Tuhan. Sebagai guru, kita perlu mengajarkan kepada anak didik
kita sikap ibadah yang benar, yang menghormati Tuhan. Menyanyi harus dari hati. Pengajaran yang
berkuasa disaksikan melalui keteladanan. Nyanyian yang baik seharusnya memberi pengertian
yang benar. Paulus mengatakan bahwa ia akan menyanyi dan memuji dengan roh dan akal budi
(1Kor. 14:15). Prinsip mengajar anak-anak (Kol. 3:21, Ef. 6:4) para ayah sebagai pendidik jangan
membangkitkan amarah (memprovokasi) hati anak-anaknya. Prinsip memilih lagu yang baik
untuk anak: (a) harus berisi ajaran Alkitab yang jelas sehingga anak semakin mengerti firman;
(b) berkaitan dan meneguhkan pemberitaan firman Tuhan hari itu; (c) mendorong anak untuk
semakin mengenal dan mengasihi Tuhan Yesus; (d) mendorong anak untuk memiliki hubungan
semakin dekat dengan Tuhan; (e) mendorong anak menjadi saksi dan melayani Tuhan; (f )
mendorong anak untuk menyerahkan diri dipakai Tuhan dan melayani.
TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Ev. Edward Oei M.C.S., Ev. Dr. David Tong,
Ev.Elsa Pardosi, Johan M., Lukas Y.; Rubrik: Iwan Darwins, Mitra Kumara, Nikki Tirta, Soekarmini; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Iwan
Darwins, Evalina Kwok, Saut P.
Sekilas KIN dapat di download di http://kin.stemi.ws/sekilaskin
20
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
Download