Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi

advertisement
i
KATA PENGANTAR
  
Puji syukur kepadamu Ya Rob aku tuliskan dengan mantap, aku yakin Engkau lebih
mengerti. Syukurku yang ku tuliskan di lembaran ini, nampaknya tidak sekedar dibasa-basikan
dalam tarian jemariku di atas keyboards. Sepenuh hati penulis sampaikan syukur yang mendalam
atas segala nikmat yang Engkau lebihkan kepadaku. Penulis mendapatkan kesempatan,
kesemangatan, dan kejernihan berfikir sehingga naskah buku Penulisan Karya ilmiah ini dapat
diselesaikan. Aku mengira di tengah kesibukan untuk mengajar di STAIN Salatiga, berorganisasi di
PSGK STAIN Salatiga, kuliah S3 di UNS, dan pengabdian masyarakat di Payaman Magelang, serta
kesibukan membina kedua mata hati kami, Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari tidak
akan terwujud buku ini, tapi itu semua karena Engkau membimbingku, Engkau lebihkan nikmat,
karunia, rahmat itu sehingga buku ini sekarang dapat dimanfaatkan oleh pembaca .
Menulis, pada hakikatnya merupakan upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar,
dialami, dirasakan, dan dipikirkan, dan diharapkan ke dalam bahasa tulisan. Menulis, merupakan
satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen
sekalipun. Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan
cepat hilang dan mudah dilupakan orang, sedangkan tulisan tetap terkenang sepanjang zaman.
Sebagai sebuah proses transfer ilmu dan informasi kepada orang lain maka, aktivitas menulis bagi
mahasiswa dan dosen menjadi sebuah kebutuhan yang harus segera dipenuhi.
Menulis Karya Ilmiah sesungguhnya tidak sulit bagi sebagian orang, berbeda dengan
menulis karya fiksi. Kita membutuhkan imajinasi secara mendalam untuk dapat menghidupkan teks
dan konteks sehingga menjadi enak dibaca dan mudah dipahami. Menulis karya fiksi sangat kental
dengan rekombinasi antara bahasa sebagai unsur utama dalam penulisan, di samping itu juga
adanya tuntutan akan kemahiran dalam menggunakan gaya bahasa dan kemampuan untuk
menghadirkan emosi sehingga seakan-akan penulis turut hadir dalam situasi konteks yang sedang
digambarkan. Dengan demikian, tulisan sekan memiliki ruh yang dapat mengundang pembaca
untuk lebih dalam memahami esensi yang disediakan. Menulis karya ilmiah sesungguhnya
menggaambarkan realita konteks yang ada, dari konteks itulah dianalisis. Meskipun demikian,
memang ada bagian-bagian yang dirasakan sulit untuk membuat titik singgung teks dan konteks
agar dapat menyatu dalam satu analisis.
Untuk melejitkan kemahiran peulisan karya tulis ilmiah ini maka, penulis paparkan beberapa
bab yang memuat tentang definisi karya ilmiah, jenis, tahapan-tahapan penyusunan, serta teknik
penulisan dari bagian awal perencanaan hingga menyusun laporan akhir karangan ilmiah. Buku
tentang penulisan karya ilmiah yang ada di tangan Saudara ini dipandang cukup untuk
mengantarkan mahasiswa dan penulis agar dapat mengawali membuat tulisan bahkan untuk
melaporkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Meskipun demikian, penulis akui secara jujur
bahwa buku ini memiliki banyak keterbatasan baik pada sistematika, contents dan bahkan
sequences. Untuk itu, penulis memiliki harapan sederhana buku ini dapat menjadi inspirasi bagi
pembaca untuk membuat karya ilmiah, mengaplikasikan yang sudah dilakukan dan dikuasai, serta
dapat menyebarkan semangat kepada orang lain untuk memulai menulis karangan ilmiah.
Buku ini saya dedikasikan setinggi-tingginya buat putriku yang genap berusia 9 tahun (Aisya
Tsaaqiba Ashari) dan akan menyusul putriku genap berusia 8 tahun (Arava Izza Ashari), doaku
mudah-mudahan menjadi anak yang sholehah, selamat dunia dan akhirat, mulia dunia dan akhirat,
tinggi pangkat dan derajatnya di dunia dan akhirat.
Salam hangat dari penulis,
Salatiga, 14 Agustus 2015
Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si
19700529 200003 2 0001
PERSEMBAHAN
ii
inilah media terindah untuk menorehkan dedikasiku untuk:
Bapakku H.Jamzuri Nawawi dan Ibuku Ibu Hj Muslikhah, mereka telah membukakan cakrawala
hidup hingga di sisa akhir nafas hidupnya, bahkan mereka sering menebar petuah kala aku terlelap.
Agar aku tetap berada di jalanNya, dan bersemangat untuk meneruskan perjuangan mereka yang
masih tersisa, serta dapat mewarisi nilai-nilai luhur yang dulu dilatihkan dan ditempa dengan kuat
untuk anak cucunya. Hanya terima kasih nampaknya tidak cukup untuk membalas jasa mereka, aku
kuatkan doa untuk beliau semoga Allah Swt menjadikan akhir hayatnya khusnul khotimah.
Disambut dengan Indah oleh Malaikat untuk menikmati SurgaMu yang Engkau janjikan.
Suamiku, H. M.Saifudin Ashari, kau telah membentangkan karpet merah dengan penuh
keikhlasan untukku dalam menjalankan tugas suci di STAIN Salatiga, menuntut ilmu di UNS
Surakarta, dan pengayaan ilmu dan pengalaman di India, serta pengabdian sebagai sekretaris
Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Salatiga.
Anakku, Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari, kau selalu ingin ibu melambaikan
tangan dan cium jauh saat aku bergelayut di atas bus meninggalkanmu. Pesanmu, saat aku
berpamitan ke India sudah aku tunaikan untuk meninggalkan foto ibu yang langsung ibu
genggamkan di tanganmu saat engkau terlelap di keheningan malam. Ambillah anak-anakku, segala
yang baik dari ibumu untuk menjadi bekal hidupmu jadi anak yang sholehah. Hanya itu kepuasan
dari ibu dan bapakmu, menjadi anak sholehah.
Aku yakin, dalam setiap huruf yang aku ketukkan di keyboads bagaikan untaian doa untuk mereka,
robbighfirli, warkhamni, wajburni, warfa’ni, warzuqni, wahdini, waafini, wa’fuanni. Amiiin...
Aku,... Anakmu, istrimu dan ibumu...
Salatiga, 14 Agustus 2015
Hj. MASLIKHAH, S.Ag.,M.Si
NIP: 197005292000032001
DAFTAR ISI
iii
Sampul Depan ...............………………………………………………………………
Kata Pengantar ..............................................................................................................
Persembahan .................................................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................................
i
ii
iii
iv
BAB I DAHSYATNYA MEMBACA DAN MENULIS ............................................
1
A. Prawacana ...................................................................................................
1
B. Membaca .....................................................................................................
3
C. Menulis ........................................................................................................
12
BAB II KONSEP DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH ....................................
21
A. Prawacana ...................................................................................................
21
B. Konsep Dasar Penulisan Karya Ilmiah .......................................................
21
C. Sistematika Karya Tulis Ilmiah ..................................................................
41
BAB III RAGAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.........................................
47
A. Prawacana ...................................................................................................
47
B. Ragam Penulisan Karya Ilmiah ..................................................................
48
BAB IV KARYA ILMIAH POPULER DAN KARYA ILMIAH MURNI ...............
66
A. Prawacana ...................................................................................................
66
B. Penulisan Ilmiah Populer ............................................................................
67
C. Penulisan Ilmiah Murni ..............................................................................
86
D. Perbedaan Penulisan Ilmiah Murni dengan Penulisan Ilmiah Populer ........
95
BAB V PEMILIHAN TEMA ......................................................................................
96
A. Prawacana ....................................................................................................
96
B. Tips Mendapatkan Tema .............................................................................
96
C. Tips Merumuskan Tema ..............................................................................
96
D. Kerangka Tulisan ........................................................................................
97
E. Langkah Membuat Kerangka Tulisan .........................................................
98
BAB VI MEMILIH JUDUL KARANGAN ...............................................................
100
A. Prawacana ..................................................................................................
100
B. Karakteristik Judul dari yang Unik Hingga Menipu ...................................
100
C. Menyusun Deskripsi Pendahuluan ...............................................................
106
D. Isi Tulisian ...................................................................................................
109
BAB VII MASALAH DAN PERMSALAHAN .........................................................
111
A. Prawacana ....................................................................................................
111
B. Masalah dan Permasalahan ..........................................................................
111
iv
C. Kepekaan dalam Melihat Permasalahan ......................................................
113
D. Cara Menemukan Masalah dan Permasalahan .............................................
115
E. Pertimbangan dalam Memilih Permasalahan dalam Penelitian ....................
116
F. Permasalahan Penelitan Kualitatif dan Kuantitatif .......................................
117
G. Perumusan Masalah ......................................................................................
118
BAB VIII MODEL PENGAMBILAN KUTIPAN ......................................................
121
A. Prawacana .....................................................................................................
121
B. Model Penulisan Rujukan ............................................................................
121
C. Rujukan dengan Menggunakan Penulisan Tertentu .....................................
125
D. Rujukan dengan Menggunakan Catatan Kaki ..............................................
127
BAB IX LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
.................................. 139
A. Prawacana ...................................................................................................... 139
B. Landasan Teori
.............................................................................................
139
C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ........................................................... 149
D. Kerangka Berfikir dengan Landasan Teori ................................................... 152
E. Daftar Pustaka ................................................................................................ 152
BAB X MENYSUSUN ABSTRAK ............................................................................. 154
A. Prawacana ....................................................................................................... 154
B. Abstrak ............................................................................................................ 154
BAB XI PLAGIARISME ................................................................................................ 163
A. Prawacana ....................................................................................................... 163
B. Mengutip Tanpa Menjiplak ............................................................................ 164
C. Kode Etik
....................................................................................................... 171
D. Plagiarisme ...................................................................................................... 172
E. Contoh Plagiasi ............................................................................................... 176
BAB XII PENULISAN RESENSI BUKU ..................................................................... 185
A. Prawacana ....................................................................................................... 185
B. Meresensi ........................................................................................................ 185
C. Pola Penulisian Resensi Buku............................................................................ 187
D. Tips Menulis Resensi ...................................................................................... 187
E. Contoh Resensi Buku ..................................................................................... 189
BAB XIII PROPOSAL PENELITIAN .......................................................................... 198
A. Prawacana ....................................................................................................... 198
B. Hakikat Usulan Penelitian .............................................................................. 198
v
C. Langkah Menyusun Proposal ........................................................................... 200
D. Sistematika Proposal Penelitian
.................................................................... 201
E. Uji kejujuran Peneliti dalam Menyusun Proposal .......................................... 221
BAB XIV BAGIAN AWAL DAN AKHIR NASKAH KARYA ILMIAH .................... 223
A. Prawacana ....................................................................................................... 223
B. Bagian Awal
.................................................................................................
223
C. Bagian Akhir .................................................................................................. 235
DAFTAR PUSTAKA
Teks Untung Punggung Buku Dan CV
vi
BAB I
DAHSYATNYA MEMBACA DAN MENULIS
A. Prawacana
Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks.
Segudang keuntungan bagi seseorang yang mau membaca buku, di antaranya dapat menambah
wawasan, melejitkan kemampuan kebahasaan, pembangkit motivasi, perentang waktu,
menemukan media hiburan, sarana refleksi diri, menajamkan hati dengan kebijakan. Secara
kesehatan, dapat meringankan stress, melatih otak, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan
pola tidur yang sehat. Membaca dan menulis merupakan sejoli yang saling menguatkan.
Empat keterampilan berbahasa seseorang secara bertahap bermula dari mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang pasif hanya akan menyimak pada fenomena
yang ada dan berkembang di sekitar dirinya. Selanjutnya, akan belajar untuk berbicara dan
memberanikan diri untuk berbicara di depan publik. Membaca sebagai nutrisi untuk menulis
dikembangkan oleh masyarakat akademis agar dapat menulis. Menulis merupakan satu hal yang
masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen sekalipun.
Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan cepat
hilang dan mudah dilupakan orang, sedangkan tulisan tetap terkenang sepanjang zaman.
Seorang penulis dengan cepat melihat dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberi
kesan mendalam, berkesan dan bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang,
bereaksi dan berinterpreneur. Menjadi seorang penulis merupakan pekerjaan yang tidak akan
pernah mengenal kata pensiun dan royalti pun akan tetap mengalir hingga 8 (delapan)
keturunan.
Kebanyakan orang lebih menyukai menonton film, televisi main game komputer dari
pada harus membaca buku, dan bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas.
Padahal, hingga kini tidak terbantahkan bahwa buku adalah jendela dunia. Membaca buku
berarti kita membuka cakrawala dunia. Setiap orang bisa melihat ke luar di bawah
kemampuannya untuk melihat diri dan lingkungannya. Sesuatu yang baru atau pemandangan
yang berbeda dengan apa yang ada di sekitarnya, termasuk rumah masing-masing. Rumah
sebagai lingkungan yang akrab bagi setiap orang adalah sumber inspirasi dan berjalannya
pikiran setiap saat. Membaca buku berarti menyelami dunia orang lain, yaitu sebuah dunia yang
ada di dalam pikiran orang lain. Sementara setiap manusia dan orang lain memiliki dunia
masing-masing yang sangat bervariasi. Menyelami bagian terkecil yang dimiliki oleh orang lain
akan memberikan kepada setiap orang pengetahuan dan keterampilan bahkan menemukan
kebijakan yang lebih mendalam dalam menghadapi hidup ini.
1
Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak membawa
manfaat bagi orang lain. Setiap buku akan membawa manfaat kepada setiap orang jika mampu
menangkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika masih sulit untuk
menangkap makna dan hikmah suatu buku, berarti belum siap untuk menerima sesuatu yang
disuguhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, setiap orang harus membuka diri dan
meningkatkan keterbukaan pikirannya agar dapat menerima dunia orang lain. Hikmah dan
makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran setiap orang kalau pikiran masih
tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak akan pernah terisi,
apalagi penuh. Selama masih belum siap untuk membuka diri dengan alur pikiran orang lain,
maka selama itu pula tetap tidak akan bisa menerima cakrawala baru. Sekali kita membaca buku
dan saat itu pula pikiran akan terbuka, maka makna dan hikmah dapat dengan mudah diterima
ke dalam pikiran. Satu-satunya buku yang tidak membawa manfaaat kepada setiap orang adalah
buku yang tidak pernah kita baca.
Membaca dan menulis adalah kegiatan yang sifatnya sangat personal. Ketika seseorang
memiliki minat kuat untuk membaca dan menulis, maka sesungguhnya sedang berhadapan
dengan diri sendiri. Jika sudah berapi-api untuk membaca dan menulis, namun "bara api" yang
berkobar itu tiba-tiba padam, itu berarti yang memadamkannya adalah diri sendiri. Ada
kemungkinan "api" itu padam karena seseorang tidak menemukan buku yang inginkan dan
belum bisa menemukan topik baru yang menggelitik menjadi sebuah tulisan yang bagus. Buku
yang dibaca mungkin saja dapat ditemukan. Namun, tidak dibuat senang oleh buku tersebut,
maka hasilnya tetap nihil. Bahkan yang lebih parah, "api" membaca itu padam karena seseorang
disiksa oleh buku yang seseorang itu tidak memiliki pengetahuan awal tentang buku itu.
Kata mutiara Kahlil Gibran dapat mengantarkan kepada seseorang agar siap bersinergi
dengan sesuatu yang baru. "Sebahagian dari seseorang seperti tinta dan sebahagian lagi seperti
kertas”, jika bukan karena hitamnya sebagian kita, sebahagian kita akan bisu, dan jika bukan
karena putihnya sebahagian kita, sebahagian kita akan buta." http:ustadbaba.blog. diakses
tanggal 9 Maret 2012. Artinya, ada kekuatan yang bisa mewarnai diri seseorang untuk memiliki
kemampuan untuk melakukan sesuatu, dan kekuatan itu saling berkontribusi untuk mewujudkan
kebulatan tekad untuk menjadi sesuatu. Hilangnya sebagian kekuatan, maka akan
menghilangkan kekuatan lain untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Tetapi sebagian orang
terutama masyarakat Indonesia kurang gemar membaca, sebenarnya banyak sekali faktor yang
menyebabkannya, antara lain perasaan malas, jenuh, capek apalagi ketika disuguhkan dengan
buku tebal dan tidak memiliki pengetahuan dasar tentang buku itu, dan tidak memiliki
kepentingan dengan buku itu, serta tidak merasakan bahwa di dalam buku itu menyimpan sejuta
makna. Membangun minat seseorang untuk gemar membaca memanglah tidak mudah, namun
2
hal ini juga tidak sulit, semua itu bisa karena terbiasa, karena ada kemauan semua pasti bisa
dilakukan.
Penulis adalah profesi yang tidak akan mengenal pensiun, dan nama harumnya akan
dikenang sepanjang masa. Menulis adalah keterampilan yang bisa diasah oleh siapa saja. Siapa
pun, dengan latar belakang pendidikan dan profesi apa pun, punya peluang yang sama untuk
bisa menjadi seorang penulis atau menghasilkan karya tulis. Banyak keuntungan yang biasa kita
peroleh menjadi penulis. Namun, untuk menjadi seorang penulis terkenal dan senior banyak
batu sandungan yang harus dilalui dan dilatihkan kembali yang pada gilirannya dapat
menghasilkan karya yang fenomenal dan royalti yang tidak mengenal pensiun.
B. Membaca
1. Kelebihan Membaca
Beberapa kelebihan membaca antara lain:
a. Menambah Wawasan
Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang
membuat belajar dalam segala hal lebih mudah. Seseorang yang membaca buku fiksi
pun akan mengerti tentang fakta-fakta yang ada dalam berbagai disiplin keilmuan
sepereti agama, ekonomi, sejarah, geografi, politik, dan ilmu pengetahuan lainnya.
Wawasan ilmu tidak akan datang sendiri tanpa diundang dan kondisikan dalam diri
seseorang. Membaca buku, seseorang dapat memperolah informasi apapun, dengan
demikian tidak menjadikan seseorang cekak pikir (pendek berfikir). Bertambahnya
wawasan, maka diharapkan dapat menjadi orang yang penuh kebijakan, sabar, dan
penuh pengertian. Berikut ini disampaikan kata mutiara yang ditulis oleh Kahlil Gibran
“Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi
marilah kita coba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa
jemu”. Untuk mengusir kesepian dan kejemuan adalah memiliki wawasan yang
luas. Wawasan yang luas di antaranya diperoleh dari buku sebagai sumbernya.
Membaca buku berarti menambah ideologi baru, wawasan baru, dapat merancang
sesuatu berdasarkan alam bawah sadar seseorang, berfikir untuk mengubah dunia
menjadi lebih baik lagi. Setiap orang tumbuh dan berkembang dengan apa yang dia
fikirkan seperti “ you’re what you think” kamu adalah apa yang kamu pikirkan.
Membaca, dapat menelaah semua potret sisi kehidupan di dunia dengan seluas-luasnya.
Membuka cakrawala selebar-lebarnya seperti apa yang diinginkan.
Semakin banyak orang membaca, maka semakin banyak pengetahuan yang
diperoleh
seseorang.
Bertambahnya
pengetahuan,
akan
semakin
membangun
kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai antara suguhan, kebutuhan, dan
3
tuntutan. Dengan demikian, membaca akan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan
yang tidak mengenal batas.
b. Membaca akan memiliki kemampuan kebahasaan yang lebih baik.
Membaca buku secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada seseorang
untuk belajar ilmu praktek kebahasaan. Menyusuri huruf, angka, tanda baca dan diksi
yang dapat memperkaya kemahiran dalam berbahasa praktis. Orang bisa menguasai
banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa
meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang
tertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat). Seseorang dapat
belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum diketahui) dengan
membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang
menantang, akan menampakkan kepada Anda begitu banyak kata yang mungkin
sebaliknya belum Anda ketahui. Secara tidak disadari dapat merangkainya dalam kata
maupun dalam tulisan pada media lain dan pada kesempatan yang berbeda. Dengan
demikian, kalimat yang disajikan akan lebih memiliki ruh kebahasaan yang jika orang
membacanya akan merasakan kenikmatan, sehingga sulit untuk menghentikan kegiatan
membaca.
c. Sarana Hiburan
Pada buku tertentu akan menghadirkan hiburan yang sangat menarik bagi
pembacanya. Orang yang sedang susah adalah orang yang dalam keadaan tidak stabil
jalan pikirannya. Membaca buku, maka pikiran seseorang akan diarahkan mengikuti alur
buku tersebut, sehingga orang yang sedang dalam keadaan susah, kemudian mengambil
alih pikirannya kepada alur pikiran penulis yang sedang dalam kondisi menyenangkan
akan menjadikan pembaca merasa senang dan terhibur. Dengan demikian, kesusahan
dapat ditukar dengan kesenangan yang tanpa disadari akan melekat pada diri seseorang
yang sedang dalam keadaan kurang baik.
d. Menajamkan Sikap Bijak
Terdapat kecenderungan pada seseorang untuk saling berbagi kepada orang lain.
Berbagi hikmah dan kebijakan melalui tulisan dengan berbagai macam media akan
memberikan manfaat kepada orang lain dengan jangkauan yang tidak terbatas.
Berdasarkan pengalaman yang ada, tidak ada satu pun buku yang mengajarkan kepada
seseorang untuk mengajak berbuat jelek kepada orang lain. Buku yang ada ditemukan
bermuatan ilmu, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan dengan nilai-nilai luhur,
strategi, bimbingan meraih suksesi. Dengan demikian, berisi pengetahuan bagaimana
kita bisa mendapatkan nilai-nilai luhur, berbuat baik untuk sesama dan makhluk hidup
4
lain, dan membangun kemajuan bagi diri, orang lain, dan bangsa serta negaranya. Buku
yang bermuatan kata-kata hikmah dan kebijakan akan turut memberikan muatan hikmah
dan kebijakan kepada siapa saja yang membaca dan menikmati serta menghayatinya.
Pada gilirannya pembaca akan dapat merasakan betapa indahnya nilai-nilai luhur itu, dan
dengan demikian pembaca akan mencoba untuk melakukan apa yang dicontohkan dalam
nilai-nilai luhur yang ada pada buku.
e. Pembangkit Motivasi
Bagaikan baterai handphone atau alat elektronik lainnya, lama tidak di charge
maka yang terjadi tidak berfungsinya alat tersebut, dalam waktu tertentu akan terjadi
kerusakan. Orang-orang yang lemah semangat perlu mendapatkan motivasi agar kembali
menemukan tujuan hidupnya. Buku-buku yang bermuatan motivasi akan memberikan
kontribusi dalam membangkitkan dan mengusung energi posistif dari motivasi, dengan
demikian seseorang dapat secara optimal menemukan kembali motivasi tersebut untuk
mencapai harapan yang diinginkan.
Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri terhadap ide dan
informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatifitas dan motivasi diri, karena
otak akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir seseorang yang sedang
membaca.
f. Perentang Waktu
Kegaitan membaca sudah biasa dilakukan oleh banyak orang, namun, siapa yang
membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Banyak kemungkinan hanya
dimiliki oleh segelintir orang. Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke
dalam jadwal harian seseorang dan berpegang dengan jadwal tersebut hanya dimiliki
oleh orang-oang yang memiliki kesiplinan dan motivasi yang tinggi. Seseorang yang
sudah terbiasa dengan kedisiplinan tersebut akan merasakan sesuatu yang ganjil
manakala tidak dapat menikmati kegiatan yang sudah dijadwalkan itu. Seseorang yang
sudah memiliki kebiasaan untuk membaca, maka seseorang saat berada pada antrian
pelayanan publik pun akan tetap meluangkan waktu untuk membaca buku yang sudah
disiapkan sebelumnya.
Kondisi menunggu antrian pelayanan publik ini kita akan dihampiri rasa bosan
oleh setiap orang. Oleh karena itu, waktu rentang kita saat menunggu di bandara, di
rumah sakit, atau tempat antrian lainnya kita bisa memanfaatkan untuk membaca buku
apa yang bisa kita pilih. Bukan untuk menghayal dan melamun, tetapi untuk
mendapatkan informasi dan mengasah kecerdasan berfikir tentang realitas yang ada yang
disajikan dalam buku tersebut. Dengan demikian, tidak terasa waktu pun giliran datang
5
untuk seseorang itu. Di samping tidak merasakan lama waktu tunggunya yang
menjadikan seseorang bosan, seseorang pun akan mendapatkan manfaat membaca buku,
antara lain menjadi rasa senang dan fresh atas pilihan buku yang dibaca.
g. Sarana Refleksi Diri dan Pembelajaran Diri
Membaca dapat mengantarkan seseorang untuk dapat melihat dunia dari kaca
mata atau sudut pandang penulis buku. Pembaca buku dapat memiliki idealisme dengan
beragam pengetahuan dari idealisme penulis penulis buku yang dibaca. Dengan
demikian, seseorang dapat melakukan refleksi diri terhadap apa yang difikirkan dan
dilakukan.
Membaca buku seseorang seakan dapat bercermin dari pemikiran yang ada dalam
buku. Buku menawarkan keuntungan dan menebarkan kebaikan bagi siapa saja yang
mau menerima asupan ilmu. Ilmu yang disuguhkan dalam buku dapat menjadikan
seseorang dapat mengukur diri sendiri, menimbang dan menakar seberapa dekat
pembaca dengan konsep yang ditawarkan. Dengan demikian, seseorang dapat merefleksi
diri dan mendapatkan pembelajaran diri untuk menemukan kesuksesan di masa yang
akan datang. Kata mutiara Kahlil Gibran berikut ini “Keindahan adalah kehidupan itu
sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu,
kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yang termangu di depan cermin. Dan
kalian; adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu. Dengan demikian, cermin itu adalah
refleksi diri untuk mendapakan keindahan hidup kita sendiri.
2. Manfaat Membaca bagi Kesehatan
Salah satu manfaat membaca yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari
adalah menemukan cara untuk mengerjakan sesuatu. Pada masa dahulu anak-anak hanya
belajar dengan mengamati dan menirukan orang tua. Dalam kehidupan modern orang harus
semakin banyak bergantung pada petunjuk-petunjuk tertulis dan aturan-aturan untuk
melakukan sesuatu (Zuchdi, 2007: 98). Di samping itu, membaca bukan hanya untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan saja, namun ternyata membaca juga bermanfaat
untuk kesehatan. (Solopos.com 24/11/11 diakses tanggal 9 Maret 2012). Buku memberikan
beberapa keuntungan bagi pembacanya, berikut ini disampaikan beberapa manfaat membaca
bagi kesehatan.
a. Melatih Otak
Rutinitas dalam membaca akan bermanfaat meningkatkan kecerdasan otak. Saat
membaca, otak akan bekerja dan menjalankan fungsinya dengan sempurna. Ketika
membaca, seseorang akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang Anda belum
6
mengetahuinya. Saat membaca otak akan berpikir lebih, sehingga akan mengasah
kecerdasan.
b. Meringankan Stres
Sastra adalah seni yang memiliki keindahan bahasa dalam bentuk tulisan.
Keindahan bahasa sastra mampu mengantarkan pembaca untuk berimaginasi
sebagimana yang diantarkan oleh penulis agar pembaca merasa terhibur. Manfaat
membaca buku sastra akan dapat menghibur dan akan mengurangi stress yang dialami
seseorang. Stress merupakan salah satu penyebab beberapa penyakit berbahaya yang
mengancam jiwa seseorang.
c. Menjauhkan Risiko Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis
sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan,[1] sehingga
otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang
sinonim dengan orang tua (wikipedia.org.alzheimer, diakses tanggal 16 Maret 2012.
Stimulasi (rangsangan) dalam membaca buku bermanfaat langsung meningkatkan daya
ikat otak, sehingga membantu mencegah gangguan penyakit Alzheimer. Menurut para
peneliti, membaca buku atau majalah, bermain teka-teki silang, sudoku, dan lain-lain
dapat menunda atau mencegah kehilangan memori karena sel-sel otak dapat terhubung
dan tumbuh. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu seseorang
dapat meregangkan “otot” memori dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan
ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter
cerita. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika seseorang tidak menggunakan
memorinya, maka seseorang bisa kehilangan memori yang sudah dimiliki. Teka-teki
silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit
Alzheimer.
d. Mengembangkan Pola Tidur yang Sehat
Membaca sebelum tidur akan bertindak sebagai alarm bagi tubuh dan mengirimkan
sinyal bahwa sudah waktunya tidur. Membaca sebelum tidur tidak sama dengan
membaca sambil tiduran. Seseorang yang melakukan kebiasaan membaca buku sebelum
tidur akan menjadikan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Seseorang yang dapat tidur
dengan nyenyak dan berkualitas akan membuat seseorang merasa segar bangun di pagi
hari.
e. Meningkatkan Konsentrasi
Membaca buku akan membuat fikiran dan perhatian seseorang menjadi lebih fokus
dan konsentrasi. Tidak seperti majalah, internet atau email yang hanya berisi potongan
7
kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab itu, seseorang
perlu berkonsentrasi untuk membaca. Seperti otot, seseorang yang sedang membaca buku
akan menjadi lebih baik di dalam berkonsentrasi. Seseorang yang sudah terlatih untuk
membaca buku dengan konsentrasi yang baik, akan menjadikan seseorang memiliki
keterampilan untuk melihat sebuah urutan dan kedalaman fakta yang ada di dalam buku.
Dengan demikian seseorang yang terbisa membaca buku dapat menganrtarkan seseorang
untuk melihat sebuah fakta secara secara objektif. Obyektivitas inilah yang akan
menjadikan seseorang dapat bersikap obyektif dalam pengambilan keputusan yang ada.
f. Menyehatkan Kulit Wajah
Fatimah Mernissi, perempuan penulis Islam dari Maroko pernah berpesan
“usahakan menulis setiap hari, niscaya kulit anda akan menjadi segar kembali akibat
kandungan manfaatnya yang luar biasa. Dari saat seseorang bangun dari tidurnya,
kegiatan menulis dapat meningkatkan aktifitas sel. Coretan pertama di atas kertas
kosong, kantung di bawah mata akan segera lenyap dan kulit seseorang dan akan terasa
segar kembali.
g. Menjernihkan Pikiran,
Menulis pada hakekatnya adalah usaha mengekpresikan berbagai kekalutan
berfikir, ketidakadilan, kejengkelan dan perasaan lain yang menghadirkan energi negatif.
Apabila dikeluarkan melalui tulisan, maka kekalutan berfikir itu dapat berkurang, hilang
dan diganti dengan ada kepuasaan tersendri. Para sastrawan, budayawan atau ilmuwan
itu sebenarnya merasakan sesuatu dalam diri mereka yang kemudian direnungkan,
dianalisis, didiskusikan, dan ditulis. Karya sastrawan, budayawan atau ilmuwan
sebenarnya merupakan pelampiasan terhadap kejengkelan sosial, politik, etika, dan
moral yang terjadi di masyarakat. Sastrawan, budayawan atau ilmuwan sekadar berkeluh
kesah terhadap fenomena yang terjadi dan berusaha dengan kacamatanya memberikan
solusi. Kemudian apa yang dapat diungkapkan kepada masyarakat itulah yang
sebenarnya merupakan kepuasaan tersendiri yang dimiliki oleh sastrawan, budayawan
atau ilmuwan. Sastrawan, budayawan atau ilmuwan akan terlepas dari beban moral yang
selama ini menghantui perasaan dan pikirannya. Melihat, mendengar, merasakan, dan
menuliskan dari fenomena itu tumbuh pikiran-pikiran yang jernih untuk memberikan
kritik solusi yang baik.
h. Mengatasi Trauma.
Menghadapi kehidupan sehari-hari, kadang-kadang menjadikan seseorang
mengalami trauma psikologis. Trauma psikologis dapat menghadirkan perasaan tertekan
karena suatu masalah. Kondisi ini tentu tidak mudah dihilangkan. Namun, tatkala
8
masalah tersebut diungkapkan melalui tulisan, maka sebenarnya seseorang telah
melepaskan energi negatif yang menjadikan beban psikologis. Orang-orang yang
menuliskan pikiran dan dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman traumatis
akan menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh bila dibandingkan mereka yang
sama sekali tidak menuliskannya. Aidh bin Abdullah al-Qarni, dalam bukunya, “La
Tahzan” mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu di antaranya
sebagai berikut: membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan, ketika sibuk
membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan, kebiasaan membaca
membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan
tidak mau bekerja, orang dapat mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam
bertutur kata, membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir,
meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman,
orang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana
dan pemahaman para sarjana, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk
mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai
disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, membantu seseorang untuk menyegarkan
pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
Nasihat lama, yaitu “Buku adalah gudang ilmu.” Demikian bunyi nasihat lama
yang sering kita dengar. Dengan membaca buku, kita akan menemukan lebih banyak
inspirasi, motivasi, dan berbagai khasanah ilmu pengetahuan. Begitu juga bagi seorang
penulis buku. Buku menjadi sarana menuangkan inspirasi, motivasi, dan menularkan
ilmu. Bahkan dengan menulis, maka seorang penulis pun akan menjadi lebih ahli dalam
bidang yang ditulis dan menemukan inspirasi-inpirasi baru untuk berkarya dalam sebuah
buku. Namun, tidak semua orang mau menulis bahkan orang-orang yang sudah berilmu
seperti dosen, guru, atau mahasiswa misalnya, juga malas untuk campur tangan dalam
dunia tulis-menulis ini. Saya sendiri pun juga baru berinisiatif untuk menulis setelah
mengetahui bahwa menulis itu mempunyai banyak keuntungan.
3. Tips Mengantarkan pada Cinta Baca
a. Jadikan Buku sebagai Sahabat Setia
Tips yang dapat ditawarkan ini adalah jadikan buku sebagai sahabat setia di saat
tidak ada satupun orang lain yang bisa mengerti situasi yang dimiliki. Ini yang saya
rasakan bersama teman-teman lainnya setelah mengecap manisnya manfaat dari buku
yang dibaca. Terutama buku motivasi, dengan membacanya seseorang dapat merasakan
energi baru, seperti seakan menemukan sebuah kekuatan baru. Kekuatan baru itu
menjadikan seseorang seakan mau berlari untuk menggapai apa yang diinginkan tanpa
9
melihat kemampuan, situasi, dan kondisi yang ada pada dirinya. Semunya seakan-akan
akan berjalan sesuai dengan imaginasi yang ada untuk meraih sukses itu. Jika seseorang
pernah merasakan hal ini, berarti seseorang mendapat manfaat secara langsung dari
motivasi yang dibaca.
Jadikan buku sebagai teman yang akan memberikan banyak manfaat, bahkan
jadikan membaca sebagai sahabat dalam suka dan duka. Jadikagian buku sebagai bagian
yang tidak akan lepas dari rutinitas kehidupan. Jangan pernah berfikir bahwa seseorang
ada dalam kesendirian atau terkungkung pada perasaan bersalah dan dengan demikian
tidak ada satupun orang lain yang mau mengerti dan membantu. Allah akan selalu hadir
baik dibutuhkan maupun tidak, ada kalam ilahi yang bisa dibaca dan juga buku yang
dapat hadir sebagai penglipur lara.
b. Jadikan Buku untuk Membantu Meretas Kesulitan
Masyarakat sebenarnya sudah dapat mengambil nilai lebih dari membaca buku
ataupun lainnya. Tatkala mereka menemukan kesulitan terhadap permasalahan yang
dihadapi, masyarakat kembali untuk membuka buku atau sumber lain agar dapat
membantu mengurai benang ruwetnya sesuai dengan spesifikasi keilmuan yang dimiliki
oleh sumber bacaan. Sebagai contoh, ketika seseorang kesulitan untuk membagi harta
warisan, membagi harta akibat perceraian, dan lain sebagainya, maka jadikan buku yang
dapat membantu untuk meretas kesulitan tersebut. Ketika seseorang menemukan
kejenuhan berfikir untuk mengukir prestasi, maka buku dapat menghadirkan ide-ide
segar yang siap untuk mengantarakan kesuksesan. Sebagai contoh sederhana saja,
seseorang yang hendak mengikuti sebuah mata lomba di desanya, dia sama sekali tidak
dapat menemukan ide bagus yang dapat diandalkan untuk mencapai prestasi. Seseorang
tersebut cukup menuju ke ruang perpustakaan desa untuk membaca beberapa buku dan
menemukan ide cemerlang untuk diaplikasikan dalam salah satu lomba tersebut.
Singkat cerita, dapat memenangkan lomba tanpa harus menganggu ide kreatif lawan.
c. Jadikan Membaca sebagai Kebutuhan Harian
Tidak ubahnya seperti mengkonsumsi makanan, istirahat, rekreasi, olah raga,
dan beribadah, maka membaca hendaknya menjadi bagian dari sebuah kebutuhan setiap
hari. Hari-harinya tidak pernah absen dari membaca apa saja yang bisa dinikmati untuk
dibaca. Dengan demikian, seseorang tidak akan terpotong informasi kini yang sedang
berkembang di masyarakat. Seseorang dapat lebih membangun sikap disiplin dalam
membagi waktu untuk membaca apa saja yang diinginkan.
10
4. Jenis Buku Bacaan
Jenis buku yang dapat dibaca antara lain:
a. Buku pelajaran
Buku pelajaran biasanya berupa buku-buku yang digunakan oleh sekolah sebagai
materi utama yang diajarkan sesuai dengan kurikulum pada tahun pelajaran tertentu atau
pada tahun kurikulum tertentu. Buku pelajaran biasanya hanya memuat teori-teori dasar
yang jauh dari pengungkapan problematika masing-masing mata pelajaran. Sistematika
penyusunan sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan. Memuat materi pokok dan
bahan-bahan evaluasi atas materi yang ada.
b. Kamus/ensiklopedi
Ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang menyimpan
informasi secara komprehensif dan cepat dipahami serta dimengerti mengenai
keseluruhan cabang ilmu pengetahuan atau khusus dalam satu cabang ilmu pengetahuan
tertentu yang tersusun dalam bagian artikel-artikel dengan satu topik bahasan pada tiaptiap artikel yang disusun berdasarkan abjad, kategori atau volume terbitan dan pada
umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku yang tergantung pada jumlah bahan
yang disertakan (http://id.wikipedia.org/wiki/ Ensiklopedia, diakses 9 Maret 2012)
c. Parenting
Buku-buku parenting biasanya memuat materi tentang bagaimana mendidik anak,
membesarkan
anak,
membangun
motivasi
tertentu,
mengukir
prestasi,
dan
mengembangkan hidup dengan perilaku terpuji dan lain sebagainya serta solusi yang
ditawarkan untuk mendidik anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, dan terampil.
Sistematika dalam penulisan buku yang memuat tentang parenting biasanya dibangun
dari kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, setelah itu
baru memuat hal-hal teknis yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengantarkan
pada tujuan yang diinginkan.
d. How to yang memuat tentang panduan-panduan praktis cara memasak, cara merawat diri
dan lain sebagainya.
Buku ini bersifat teknis, karena memuat panduan-panduan secara lebih lengkap.
Harapan yang diinginkan oleh penulis adalah pembaca mengikuti tahapan-tahapan yang
harus diikuti agar memperoleh hasil yang sesui dengan penulisnya. Bisanya dilengkapi
dengan gambar-gambar yang dapat memberikan ilustrasi terhadap materi yang
disampaikan. Ilustrasi ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap prosesi
yang akan dihasilkan dengan mengikuti langkah-langkah yang disarankan.
11
C. Menulis
1. Syarat sebagai Penulis
Menjadi seorang penulis sebenarnya tidak ada patokan yang ketat, semua syarat
sudah melekat pada diri seseorang secara lengkap, hanya saja apakah seseorang tersebut
telah mengenali dirinya bahwa dirinya mampu menjadi seorang penulis yang handal bahkan
fenomenal atau tidak sama sekali?. Di bawah ini disampaikan syarat-syarat tersebut:
a. Dapat membaca dan menulis,
b. Gemar membaca,
c. Ada kemauan atau motivasi kuat untuk menulis,
d. Mampu membaca situasi dan kondisi di sekitar kita,
e. Mau belajar bagaimana bisa menulis berbagai jenis tulisan,
f. Mengetahui teknik penulisan, dan penggunaan bahasa yang baik dan benar,
g. Mau memulai menulis,
Dari beberapa klasifikasi syarat menjadi seorang penulis tampak sangat sederhan,
sehingga setiap orang tanpa mengenal batas umur, latar belakang pendidikan, status
sosial, dan status agama, bahkan tidak menyebutkan bahwa menulis adalah bakat.
Dengan demikian, yang mungkin diperlukan bukanlah suatu ‘bakat’ istimewa, tetapi
lebih pada keinginan dan minat yang besar untuk mau belajar, membangun kebiasaan
dalam menuangkan gagasan lewat tulisan.”
2. Tips Konsistensi Menulis
Komitmen yang dapat ditawarkan agar seseorang bisa memiliki konsistensi menulis
antara lain:
a. Target
Target merupakan bagian dari strategi untuk mendapatkan peluang, kesempatan
dan suksesi. Membuat target-target tertentu dalam melaksanakan kegiatan merupakan
trik jitu agar apa yang kita laksanakan sesuai dengan target yang sudah ditentukan.
Menentukan target pasti tidak sembarang menentukan waktu yang dapat kita selesaikan
untuk menulis sesuatu karya tulis. Banyak pertimbangan yang perlu diperhatikan agar
target yang kita tetapkan tidak menyisakan kekecewaan. Target yang ditentukan dapat
berupa target perencanaan secara umum, secara teknis seperti target ekplorasi data,
waktu selesai penyusunan laporannya maupun berupa jumlah eksemplar yang harus
diselesaikan dalam kurun waktu tertentu.
Target di sini bukan berarti memaksakan kehendak, karena proses menulis tidak
secara kaku ditentukan dengan waktu dan berapa produk yang harus dihasilkan, tetapi
target dalam pengertian di sini untuk membangun komitmen kerja agar terarah sesuai
12
dengan kemampuan, kesempatan, dan kemauan yang disepakti oleh diri kita sendiri
sebagai seorang penulis/peneliti.
Sebagai seorang penulis yang sudah memiliki nama harum misalnya, biasanya
pada waktu tertentu sudah mendapatkan pesanan dari penerbit. Secara tidak langsung
dari penerbit meminta tenggang waktu kapan tulisan itu bisa diterimakan ke bagian
penerbitan. Dengan demikian, penulis harus memiliki target waktu tertentu kapan tulisan
itu dapat diselesaikan agar kredibilitas penulis tetap terjaga dengan baik.
b. Sebagai Sumber Nafkah
Dunia informasi dan telekomunikasi memang dunia yang menjanjikan secara
finansial. Penghargaan terhadap kepemilikan ilmu sekarang ini cukup dijunjung tinggi.
Sebenarnya dunia tulis menulis bagi kebanyakan orang bukan fianansial yang dituju,
tetapi hasil karyanya dalam orientasi untuk melatih analisis, melatih menulis, membagi
ilmu dan pengalaman, serta melatih kehalusan seni berkomunikasi secara tulis.
Bersamaan dengan orientasi tersebut bagi penerbit memberikan apresiasi secara
profesional dengan memberikan royalti kepada penulis dengan besaran sesuai dengan
oplah penjualan dengan menggunakan perhitungan yang telah diketahui oleh kedua
belah pihak. Apresiasi secara profesional tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber naskah yang cukup menjanjikan sepanjang hayat. Apresiasi secara positif dari
penerbit tersebut dapat menjadi penggugah bagi penulis untuk menjadikan hasil-hasil
karyanya menjadi investasi yang tidak mengenal umur. Contoh Habiburrahman
Elshirazy misalnya, dari novel Ayat-Ayat Cinta, mendapatkan royalti lebih dari Rp1,2
miliar. Sederhananya hanya dengan modalnya sebuah naskah novel, yang kemudian naik
menjadi konsumsi film sang sangat melejit.
Eni Kusuma merupakan mantan TKI yang sukses menerbitkan buku motivasi
berjudul Anda Luar Biasa!!! Hebatnya, buku ini juga dikomentari oleh tidak kurang dari
27 penulis, motivator, tokoh, atau aktifis ternama. Saat ini, Eni tidak hanya bisa
menikmati manfaat materi dari menulis namun juga popularitas. Eni mulai membagikan
semangatnya melalui forum-forum seminar, diskusi, serta talk show di radio-radio.
Melalui alasan inilah, maka melakukan kegiatan tulis menulis menjadi pemicu untuk
menulis secara kontinyu. Meskipun demikian, penulis yang profesional materi bukan
menjadi orientasi tunggal. Penulis menjadikan karyanya sebagai bagian dari sumbangsih
demi kemajuan ilmu dan pengetahuan, karena penulis mengetahui bahwa pemilik harta
harus menjaga hartanya, tetapi pemilik ilmu, ilmunya yang akan menjaga pemiliknya.
Harta jika diberikan akan berkurang, sedang ilmu jika diberikan akan bertambah. Harta
13
mudah membuat gelap (sombong), sedang ilmu menerangi pemiliknya (menjadi rendah
hati). Sayyidina Ali RA.
c. Menggeser Hobi ke Profesi
Sebagian orang masih menjunjung tinggi kegiatan tulis menulis merupakan
kepuasan diri sebagai wahana pengembangan hobi belaka. Di luar apresiasi yang
diberikan oleh penerbit yang jumlahnya cukup lumayan, penulis ini masih menganggap
menulis sebagai hobi dan bukan profesi. Sebagai salah satu hobi, maka profesi menulis
dianggap tidak memiliki nilai jual yang baik. Paradigma ini dapat digeser untuk
membangun konsistensi dalam menghasilkan karya tulis bahwa menulis dapat dijadikan
sebagai profesi yang baik dan menjanjikan.
Profesi penulis merupakan sebuah profesi yang tidak mengenal kata terlalu muda
dan terlalu tua, pantas dan tidak pantas, serta tidak mengenal masa pensiun. Profesi
sebagai penulis dapat dimiliki oleh setiap orang. Profesi itu akan mengikuti dengan
karya yang keluar dari pemikiran yang bersih dan tajam dan dapat diterima oleh
masyarakat. Selama penulis dapat secara baik melakukan kegiatan tulis menulis,
tulisanannya dapat diterima oleh masyarakat, maka seorang lansia sekalipun dapat tetap
melanjutkan menjadi seorang kolumnis maupun pengarang.
d. Bangga sebagai Penulis
Di belahan bumi yang mana, negara mana, provinsi mana, kabupaten/kota mana,
desa mana dan lembaga yang mana kalau seseorang tidak merasa bangga menjadi orang
terkenal karena memiliki pengaruh yang kuat dalam masayarakat?. Popularitas
seseorang dalam dunia penerbitan tidak mengenal batas negara, wilayah, dan latar
belakang pendidikan. Sepanjang hasil pemikirannya dapat ditulis dengan baik, diterima
oleh masyarakat pembacanya, diterbitkan dengan baik, maka tulisan itu dapat
melampaui kemampuan fisik untuk mengunjungi wilayah tersebut.
Popularitas tersebut menjadikan seseorang patut merasa bangga akan karyanya
yang mendunia itu. Terdapat pengakuan secara baik merupakan kodrat manusia untuk
merasa bangga. Tetapi, perlu diketahui bahwa popularitas dalam dunia tulis menulis
bukan karena kebutuhan tersebut, tetapi ada kebutuhan yang lebih esensial yang dapat
memuaskan penulis, yaitu pemikirannya yang dapat diterima secara baik oleh
masyarakat. Menerbitkan buku dapat mengantarkan kehadirannya jauh melampaui
kemampuan fisik untuk mengunjungi orang lain dari berbagai belahan dunia. Semakin
banyak buku yang ditulis dan diterbitkan menjadikan semakin banyak orang yang
membaca buku yang ditulis, maka otomatis akan cepat dikenal oleh banyak orang.
14
Penghargaan publik ini dapat mengantarkan kepada seseorang untuk melakukan
kegiatan penulisan secara konsisten.
3. Proses Menulis
Proses menulis bagi seseorang yang satu dengan seseorang yang lain memiliki
kerangka yang berbeda-beda. Meskipun demikian, proses menulis biasanya mengikuti
beberapa langkah berikut ini:
1. Inspirasi
Seorang penulis biasanya untuk melakukan kegiatan tulis menulis diawali dengan
mendapatkan inspirasi terlebih dahulu. Inspirasi tersebut dapat diperoleh melalui
kegiatan observasi, pembacaan beberapa sumber tertulis, mendengarkan ceramah, atau
bahkan mendaptkan inspirasi dari kegiatan sederhana yang dilakukan atau melihat
fenomena yang sangat sederhana, tetapi dari hasil berfikirnya yang dalam menjadikan
tulisan itu populis di masyarakat.
2. Pendalaman
Setelah mendapatkan inspirasi dari berbagai sumber tersebut penulis biasanya
melakukan pemahaman dengan mencari dan penelusuran kepustakaan/informasi dari
sumber lain untuk menguatkan buah dari inspirasi tersebut. Inspirasi yang ada dikuatkan
dengan pendalaman referensi yang dapat menjadikan inspirasi tersebut memiliki
timbangan akademik yang dapat dipertanggung jawabkan. Pendalaman melalui literatur
tersebut menjadikan ispirasi itu semakin tajam, dalam dan jelas untuk menunjukkan
kebenaran fakta.
3. Fokus Perhatian
Penulis melalui pendalaman referensi yang terpercaya, biasanya akan memilih
pada fokus yang ditulis dengan mengerucutkan pada kompetensi yang lebih kuat yang
ada pada dirinya. Inilah yang akan menandai pada spesifikasi keilmuan dari penulis.
Penulisan yang sesuai dengan spesifikasinya menjadikan tulisan itu bersifat integral,
komprehensif, dan memiliki kedalaman yang tuntas dan jelas.
4. Menata Alur Pemikiran dengan Data, Logika dan Bahasa.
Konsentrasi
lebih
dikerucutkan
pada
upaya
mengolah
bahasa
agar
pemikiran/logika dan kerangka pemikiran dapat diterima oleh akal sehat. Alur berfikir
ini penting untuk dapat mengenali apa, mengapa, siapa, di mana, dan kapan. Alur
berfikir tersebuut harus didukung oleh data yang memadai dan valid dan dikemas dalam
bahasa yang dapat mengantarkan pada pemahaman penulis atas data tersebut, dengan
15
demikian penulis tidak membiarkan pembaca untuk menafsirkan sendiri dari data yang
disuguhkan.
4. Penyakit Umum Calon Penulis
Calon penulis atau penulis yunior biasanya memiliki penyakit yang manusiawi berupa
takut salah dan takut tanggapan dari masyarakat yang kurang berpihak kepadanya. Takut
konsep yang ditawarkan tidak populis atau bahkan tidak dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat. Itu saja masih beruntung, ada penulis yang mendapatkan tanggapan yang tidak
membangun dari pembaca karena berbeda perspektif. Tanggapan yang kurang membangun
tersebut dapat merusak mentalitas penulis yunior. Oleh karena itu, berbekallah dengan
prinsip hidup dalam mengawali profesi sebagai penulis seperti per, semakin ditekan justru
semakin melonjak/melejit membumbung tinggi ke langit. Seorang penulis yang memiliki
perspektif ini, akan menjadikan namanya semakin membumbung tinggi. Hal ini tentunya
tetap pada pendirian bahwa yang ditulis adalah sesuatu yang benar dan mendasar pada
pijakan referensi yang mapan.
5. Kelemahan Penulis Senior dan Yunior
a. Kelemahan Penulis Senior
Menurut Djuroto dan Bambang Suprijadi (2002: 51-52) kelemahan penulis senior
antara lain:
1) Karena merasa sudah mapan, penulis senior cenderung tidak lagi mempelajari atau
mengembangkan struktur tulisan sebagai daya tarik tersendiri, penulis senior
menganggap tulisannya sudah bagus dan rutin karena sudah dikontrak oleh penerbit,
2) Penulis senior sering menggunakan bahasa yang klise,
3) Penulis senior sering mengulang-ulang topik dan hanya sedikit perbaikan sesuai
dengan permasalahan yang berkembang di masyarakat,
4) Penulis senior biasanya merasa sudah memiliki nama melalui karyanya, sehingga
mengabaikan beberap hal yang dinilai penting.
b. Kelemahan Penulis Yunior
Kelemahan penulis pemula antara lain:
1) Wahana berfikirnya kurang aktual.
Penulis pemula biasanya kurang tekun mengikuti pergulatan isu yang
berkembang di masyarakat, dan lemah dalam menangkap esensi masalahnya.
Mungkin, hal ini kurang didukung kemauan untuk membaca, tidak memiliki
literatur, dan tidak mau mengikuti perkembangan tulisan di media lainnya.
2) Melebar.
16
Tulisan pemula biasanya melebar seringkali hit and run atau keluyuran ke
mana-mana; tidak fokus. Satu masalah diangkat belum diperdalam sudah membahas
topik lain yang kurang relevan dengan tulisan yang sebelumnya. Begitu berulangulang sehingga tampak terlalu banyak jalan yang hendak ditempuh. Kalau sudah
demikian, akhirnya lupa pada kaitan dan solusi antara sekian masalah yang harus
difokuskan sebelumnya. Hal ini akan menjadikan pembaca bingung dan tidak dapat
menemukan sesuatu yang esensi dari tulisan itu.
3) Tidak Memahami Angle (sudut pandang)
Penulis pemula cara menulisnya terlalu umum dan bersahaja. Bisanya penulis
pemula kurang berani untuk mengungkapkan ide yang spesifik dan bahkan
kontrapersepsi. Penulis pemula seakan tidak berani untuk mengambil cabang,
ranting, tangkai, daun, bunga atau buah dalam satu pohon sehingga kurang dalam
dalam mengeksplorasi masalah yang ditulis. Dengan demikian, tulisan menjadi
terkesan jauh dari sudut pandang yang jelas dan dangkal.
4) Kurang Eksplanatif
Penulis pemula biasanya kurang eksplanatif dan cenderung deskriptif dalam
mengurai permasalahan, sehingga padu padannya menjadi kurang sesuai dengan
realita yang ada, seakan hanya menyambung bagian-bagian topik yang ada. seakanakan penulis tidak hadir dalam kaya tulisan yang disuguhkan. Dengan demikian,
hanya sekedar memberikan penjelasan secara umum dan tidak sampai pada tingkatan
teknis apa yang difikirkan dan diusulkan sebagai buah pemikirannya itu.
6. Tips Jitu bagi Penulis Yunior untuk Melejitkan Profesi dirinya.
a. Keluar dari Penjara Teori
1) Teori yang sudah dibakukan oleh masyarakat biasanya membuat penulis merasa
kaku harus mengikuti frame yang ada. Penulis yunior biasanya tidak berani untuk
menampilkan gagasan atau teori baru yang diyakininya sebagai sesuatu yang benar.
Oleh karena itu, agar pikiran penulis yunior dapat berkembang, bebas lepas,
sehingga power-nya keluar adalah dengan prinsip keluar dari penjara teori. Penjara
teori
yang
dimaksudkan
adalah
memiliki
keseimbangan
motorik
untuk
mentransformasikan ide-ide tersebut untuk yang tidak diganggu dengan teori yang
searah dengan yang ditulis dan berani untuk berseberangan dengan teori-teori yang
sudah ada, asalkan penulis memiliki pijakan yang jelas yang diikuti dengan logika
yang dapat diterima oleh orang lain dan fakta empiris yang ditemukan. Kalau fakta
empiris dapat membuktikan realitas konsep yang difikirkan, maka dapat
mengantarkan pada teori baru yang dapat diujikan oleh masyarakat. Menulis tidak
17
perlu terkungkung pada teori-teori yang sudah mapan, bisa jadi karena perubahan
waktu dan dinamika masyarkat, maka teori lama pun dapat tergesert dengan teori
baru. Penulis boleh menjadikan teori lama untuk dijadikan sebagai bagian dari
pengayaan apa yang sedang kita tulis untuk dihadirkan kepada pembaca.
2) Keluar dari penjara teori, ikuti kata hatinya, tulis saja apa kata hati kita, biarkan otak
kanan bekerja, setelah itu biarkan otak kiri yang akan merapikan,
3) Ia barat anak yang baru belajar berjalan jangan dibatasi dengan pagar, biarkan dia
berjalan sesuka yang dia mau. Pagar ibarat penjara,
4) Perjalanan menuju lupa untuk sampai kepada sebuah kejernihan berfikir, dengan
demikian hasil tulisannya dapat memiliki ruh,
5) Cara yang terbaik untuk menulis menuruti kata hati adalah menulis buku harian,
karena dalam menulis buku harian tidak terbebani apa-apa, kecuali yang terbersit
dalam hati dan pikiran. Tokoh-tokoh yang tenar karena menulis buku harian antara
lain Ahwad Wahib tentang Pergolakan Pemikiran Islam,
6) Menulis dengan tujuan terbatas hanya pada satu tujuan tertentu yang jelas,
7) Ibarat kita menyetir mobil di jalan raya yang sepi. Seakan kita sendirian, sehingga
mantap memutar setir kemudi kemana arah yang akan dituju, seakan tidak akan
pernah terjadi tabrakan, menabrak, atau ditabrak. Memakai ibarat tersebut, seorang
penulis akan dapat mengeluarkan ide segarnya tanpa ada perasaan takut salah dan
disalahkan. Ibarat tersebut seperti yang dilakukan oleh seorang penulis surat atau
korespondensi. Dalam menulis surat, kita sudah membayangkan pembaca yang
dituju, tetapi pembacanya terbatas (hanya satu orang), kecuali surat terbuka,
8) Tokoh terkenal dengan menulis surat adalah Kartini (habis gelap terbitlah terang),
sebuah pernyataan hati untuk membongkar tadisi Jawa yang feodal yang dikirimkan
kepada teman korespondensinya.
9) Jika kita sudah mampu memanfaatkan kemampuan tujuan terbatas, langkah
berikutnya menulis dengan tak terbatas, artinya, kita tinggal mengubah paradigma
kalau semula (menulis surat) dirubah menjadi sebuah tulisan yang lebih memiliki
cakupan yang lebih luas.
10) Setelah kita dapat menulis dengan tujuan terbatas dan tak terbatas, baru kita
mentransfer data, mengurutkan tata cara penulisan, kebahasaan dan lain-lain sesuai
dengan kemampuan menganalisis hasil pengolahan data yang diperoleh seperti
penyusuanan laporan hasil penelitian baik skripsi, tesis, disertasi maupun penelitian
lain.
18
b. Spiritual Writing
Spiritual writing merupakan cara cepat melejitkan potensi menulis. Al- ghozali
untuk mengawali menulis dengan diawali melakukan sholat dua rokaat. Tanpa sarana
yang canggih, al-ghozali menulis dengan tulisan tangan hingga 8000 halaman. Kita???
Berarti ada sesuatu yang hilang pada diri kita, jaawabnya antara lain ada nilai spiritual
yang hilang. Menulis merupakan skill yang dapat dipelajari asalkan punya kemauan
siapapun pasti bisa. Apakah menulis perlu bakat? Jawanya dari banyak pengalaman,
bakat hanya berkontribusi 10% selebihnya (0% adalah kemauan kuat dan kerja keras.
Cara mengawali untuk menulis dengan car mengawali dengan mengembangkan otak kiri
terlebih dahulu, baru dengan otak kanan (analitis), bersegeralah memposisikan hatinya
dengan hati, dan bahasa yang enak berasal dari hati bukan pikiran.
c. No Exellences
Sebagai seorang penulis yunior, fokus pada hal terbatas, kerucutkan permasalahan
jelas, atur emosi berfikirnya dengan baik, jaga tata bahasanya, dan jangan berfikir untuk
sempurna. Membuat dan lakukan dengan sempurna merupakan sebuah modal awal bagi
pemula. Hal penting bagi pemula adalah sempurnakan tulisan yang dibuat itu. Jika
penulis sudah membuat tulisan dengan sempurna, maka pengakuan akan datang dari
masyarakat. Biarkan waktu yang akan menentukan kapan matahari terbit, biarkan
kesuksesan Saudara seakan terjadi dengan sendirnya. Ingat, lakukan yang terbaik !!!.
beberapa hal penting dalam mengawali untuk menulis sebagaimana disarankan oleh
DePorter (2009: 12) bahwa pusatkan pikiran, tuliskan beragam ide dan point-point
utama, atur point-point utama dalam sebuah kerangka, fokuskan pada target penulisan
dan buat draft karangan. Selamat datang penulis yunior.
Tips jitu yang lain yang disederhanakan tetapi memiliki kekuatan yang besar dalam
melahirkan bakat-bakat penulis adalah membiasakan untuk membaca buku, melihat dan
mencermati fenomena yang terjadi di masyarakat dan perkembangan informasi di dunia tulis
menulis, baik cetak maupun elektronik, serta segera menulis dengan ide yang dapat
ditangkap dari fenomena tersebut.
7. Mengapa Perlu Menulis dan Meneliti?
Kualitas seseorang muslim terukur oleh bobot ketaqwaan dan amaliahnya. Bukan
jabatan apa yang dipegang, tetapi apa yang sudah dilakukan oleh seseorang karena
jabatannya itu. Jabatan sebagai seorang penulis, maka bagaimana seseorang tersebut mampu
untuk memberikan tebaran ilmu kepada orang lain, sehingga kondisi orang lain dari tidak
mengetahui menjadi mengetahui, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sulit menjadi mudah, dari
rumit menjadi sederhana, dari tidak bermanfaat menjadi bermanfaat, dari diabaikan orang
19
lain menjadi lebih dipentingkan oleh orang lain, dari tidak terjangkau menjadi terjangkau
dari hal yang memiliki nilai mahal menjadi lebih murah, dari rentang waktu yang lama
menjadi rentang waktu yang sedikit, dan lain sebagainya. Dengan demikian, masyarakat
dapat memanfaatkan tulisan dari pengarang tersebut untuk mendapatkan keuntungan dan
kebermanfaatan. Transfer ilmu kepada orang lain tersebut melalui tulisan yang dapat
memahamkan, sehingga orang lain dapat melakukannya dengan baik untuk merubah
seseorang yang memutuhkan.
Melakukan penelitian bagi seoerang peneliti, bukan sekedar melakukan penelitian
begitu saja, tetapi ada substansi penting yang hendak diselesaikan secara akademik dan
secara sosial. Penelitian yang dilakukan biasanya sesuatu yang berkembang di masyarakat
tetapi ditemukan ketidaksejalanan dengan teori, adat istiadat, kebiasaan lokal, agama, dan
kepercayaan yang berkembang di masyarakat, dan tuntutan kebutuhan, dan perubahan yang
terjadi yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang ada. Dengan demikian penelitian dilakukan
apabila mengundang kontraversial, keresahan, kerugian seseorang, kelompok orang atau
lembaga bahkan pemerintah. Melalui penelitian tersebut diharapkan dapat ditemukan titik
singgung akan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian dapat
diminimalisir keresahan, kerugian dan perdebatan yang tidak mendasar pada disiplin
keilmuan tertentu. Laporan hasil penelitian yang dilaksanan tersebut menjadi bukti jawaban
atas pertanyaan masyarakat atas beberapa kasus yang terjadi. Dengan demikian, masyarakat
menjadi lebih tenang dan terkendali karena sudah mendapatkan kepastian dari hasil
penelitian yang dilakukan. Sebagai contoh kasus yang menggemparkan ibu-ibu rumah
tangga dan masyarakat muslim di Indonesia tentang susu “D’ yang berdasarkan penelitian
sebuah perguruan tinggi mengandung minyak babi, sontak masyarakat menghangat.
Perusahaan
susu
‘D’
itu
pun
membela
diri
dengan
memberikan
pernyataan
ketidakbenaran/hasil penelitian tersebut melalui konfrensi pers. Masyarakat pun masih
gamang menggunakan susu bermerek D tersebut. melalui penelitian yang dapat
dipertanggung jawabkan, maka beberapa lembaga terkait seperti Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI), Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut mengambil bagian
dalam penelitian tersebut sehingga masyarakat menjadi menerima hasil penelitian baru yang
menyatakan bahwa tidak ada kandungan minyak babi yang ada di dalam susu ‘D’ tersebut.
Dengan demikian, melakukan penelitian akan dapat ditemukan beberapa hal seperti fakta,
data, dan informasi, generalisasi, prinsip-prisip, dalil/kaidah-kaidah, dan sangt mungkin
ditemukan teori-teori baru. Di samping itu, dalam melakukan penelitian terdapat beberapa
hal yang dapat kita peroleh antara lain dapat melakukan pemecahan masalah, meningkatkan
kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang
20
kompleks dan kait-mengkait; dapat memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang
yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan
fenomena-fenomena dari masalah tersebut dan mendapatkan pengetahuan/ilmu baru.
21
BAB II
KONSEP DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH
A. Prawacana
Di perguruan tinggi, baik mahasiswa maupun dosen, dituntut dan bahkan berkewajiban
untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti menulis artikel, makalah, penelitian, skripsi, tesis, dan
disertasi, dan bahkan untuk menulis jurnal tingkat lokal, nasional, dan bahkan Internasional.
Penulisan jurnal sekarang ini menjadi syarat mutlak sebuah kelulusan bagi mahasiswa di
perguruan tinggi di bawah naungan kementerian pendidikan nasional.
Mahasiswa dalam proses perkuliahan pada mata kuliah tertentu diwajibkan untuk
membuat artikel, makalah, dan menyusun tugas akhir berupa penyusunan skripsi. Doesn dalam
menjalankan tugas tri dharma perguruan tinggi tidak lepas dari kegiatan penulisan karya ilmiah.
Oleh karena itu, dosen di samping bertugas membimbing mahasiswa untuk menulis karya tulis
ilmiah berupa skripsi, juga diwajibkan untuk membuat karya tulis ilmiah (makalah), dan
melakukan penelitian.
Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah
tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat
akademik. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah
seminar atau simposium, artikel jurnal, yang pada dasarnya itu merupakan produk kegiatan
ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut
dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian
selanjutnya. Variasi jenis penelitian dikuti dengan variasi penyusunan laporan yang perlu
dilengkapi sesuai dengan pedoman masing-masing lembaga atau departemen.
B. Konsep Dasar Penulisan Karya Ilmiah
1. Pemikiran Ilmiah
Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis dan empiris. Logis berarti masuk akal,
sedangkan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan/yang dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain. Pemikiran
ilmiah digunakan dalam memaparkan dan menganalisis data. Pemaparan dan analisis data
dapat membantu untuk memberikan penjelasan atas data yang ada.
Pemikiran ilmiah pada lingkup keilmuan terdiri dari dua tingkatan yaitu, tingkatan
abstrak dan tingkat empiris. Pemikiran ilmiah tingkat abstrak berkaitan dengan penalaran.
Pada tingkatan ini pemikirnya bebas tetapi sedikit terikat dengan waktu atau ruang.
Sedangkan pemikiran empiris berkaitan dengan pengamatan terhada fenomena yang terjadi.
22
Karena berkaitan dengan pengamatan, maka pemikiran empiris ini sangat terikat dengan
waktu dan ruangan.
Proses pemikiran ilmiah seseorang selalu dimulai dengan apa yang disebut dengan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah merupakan gabungan dari dua pendekatan yaitu
pendekatan induktif dan deduktif. Pemahaman terhadap pendekatan induktif dan deduktif ini
perlu dilakukan secara bersama, karena hasil yang dicapai dari kedua pendekatan itu
berbeda.
a. Penalaran Induktif
Menurut Sukandarrumidi (2004: 38-40) pendekatan induktif adalah pengalaman
atau pengamatan seseorang pada tingkat empiris, menghasilkan konsep, modifikasi
model hipotesis menjadi teori dan bermuara di tingkat abstrak. Pola induktif merupakan
suatu pola berfikir yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus dari berbagai
kasus yang bersifat umum. Pola penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi dan diakhiri dengan penyimpulan yang bersifat umum.
Dengan demikian, metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Metode berpikir induktif dapat
diberikan sebagaimana dalam contoh berikut ini:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Dengan demikian, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
b. Penalaran Deduktif
Menurut Sukandarrumidi (2004: 38-40) Pola deduksi adalah pola berfikir yang
bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum, dan menarik kesimpulan yang bersifat
khusus.
Penarikan
kesimpulan
dengan
menggunakan
pola
deduksi
biasanya
menggunakan pola pendekatan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan
dan sebuah kesimpulan.
23
Pola penarikan deduktif dan induktif dapat ditampilkan dalam bagan berikut:
Abstrak/umum
Deduktif:
dari Umum
ke Khusus
Induktif:
dari
Konkret/khusus
Khusus ke
Umum
Gambar Penarikan Kesimpulan
2. Pengertian Dasar Penulisan Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah berasal dari kata tulis atau tulisan dan ilmiah. Tulis atau tulisan
adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun
berdasarkan tulisan, karangan, dan pernyataan, serta gagasan sendiri ataupun orang lain.
Orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah dikemukakan oleh orang lain itu disebut
penulis, bukan pengarang. Hal ini dapat disepakati sebab yang bersangkutan hanya
mengkompilasikan dengan cara meringkas, menyimpulkan, atau bahkan dengan
menggabungkan data dan informasi menjadi satu berbagai bahan tulisan. Kompilasi,
ringkasan, kesimpulan tersebut sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah informasi baru
yang lebih utuh. Seorang penulis biasanya sangat jarang menuliskan dengan jujur bahwa
tulisannya merupkan kompilasi, ringkasan, ataupun kesimpulan dari beberapa sumber.
Meskipun demikian, terkadang juga ada yang dengan jujur menuliskan bahwa, yang saya
tuliskan ini merupakan kompilasi, sehingga ini bukan merupakan karya saya.
Ilmiah berarti bersifat ilmu, atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Karya
ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan
menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah
dalam merumuskan permasalahan, membahas permasalahan, menggunakan metode sebagai
alat bedahnya, membahas hasil kajiannya, dan menyajikan kajiannya dengan bahasa baku
dan tata tulis ilmiah. Di samping itu juga menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain
seperti objektif, logis, empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten.
24
a. Definisi Karya Tulis Ilmiah
1) Djuroto dan Bambang Supriyadi (2005: 15).
Karya tulis ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan
hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan
jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya. Karya tulis
ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu
dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh
dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian
pustaka (Juroto dan Bambang Suprijadi, 2002, 13).
2) Dwiloka dkk (2005: 2)
Karya seseorang ilmuwan (yang baru berupa pengembangan) yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain
sebelumnya
3) Arifin, 2006: 1-2.
Karya tulis ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan
fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
4) Firman (2008).
Karya tulis ilmiah adalah laporan tertulis yang dipublikasikan atau dipaparkan
berdasarkan hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh seorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dari berbagai macam pengertian karya tulis ilmiah di atas dapat disimpulkan
bahwa, karya tulis ilmiah adalah suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis
secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan
metode ilmiah, dan menyajikan hasil pembahasannya dengan menggunakan tata tulis
yang baku. Karya tulis ilmiah juga merupakan suatu tulisan yang di dalamnya
membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan pengamatan,
penyelidikan, pengumpulan data yang diperoleh dari suatu penelitian, baik penelitian
lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Oleh karena itu, dalam memaparkan
dan menganalisis data harus berdasarkan pemikiran ilmiah yaitu pemikiran yang logis
dan empiris, dan memiliki karakteristik sikap-sikap ilmiah.
Hipotesis berasal dari dua kata hipo dan thesis, hipo artinya rendah dan thesis
artinya kebenaran. Jadi, hipotesis adalah kebenaran yang masih memiliki taraf
kerendahan dan akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Pengujian hipotesis sebagai
25
suatu jawaban atas permasalahan yang diajukan terdapat dua pembuktian. Pertama
jawaban yang mengandung konklusi thesis, sedangkan yang kedua merupakan jawaban
yang mengandung konklusi hipotesis, benar tetapi dapat diuji kembali atas kebenaran
tersebut dalam waktu dan ruang berbeda. Pengujian tersebut dapat diperoleh kesimpulan
dan bila memungkinkan diberikan rekomendasi atau hasil yang diperoleh untuk
pengembangan ilmu.
Kesimpulan sebagai temuan hasil penelitian tidak selalu berupa sesuatu yang
baru, kecuali penelitian berupa diseretasi yang menuntut novelty yaitu kebaruan dari
hasil penelitian. Penelitian bisa jadi merupakan penelitian yang sengaja dilakukan
berdasarkan dari penelitian lanjut yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain
sebelumnya, dengan demikian kesimpulan atau hasil temuan penelitian itu sangat
mungkin berupa kelanjutan dari hasil penelitian terdahulu. Penelitian merupakan suatu
proses mengandung keterlibatan berbagai unsur, maka penelitian tidak dapat disebut
sebagai penelitian yang benar-tidak benar, tepat dan tidak tepat, dan bagus-jelek, tetapi
dengan sebutan yang menggunakan ukuran signifikansi/meyakinkan atau tidak
meyakinkan.
3. Sifat Karya Ilmiah
Sifat Karya Ilmiah menurut Dwiloka dkk (2005: 4-5) dikonsepkan bahwa karya
ilmiah bersifat formal, maka harus memenuhi syarat dari sifat karya ilmiah itu sendiri,
antara lain lugas dan tidak emosional, logis, efektif, efisien, dan baku.
a. Lugas dan tidak Emosional,
Lugas dan tidak emosional artinya karya ilmiah hanya memiliki satu arti, tidak
memakai kata kiasan, sehingga pembaca tidak membuat tafsiran (interpretasi) sendirisendiri. Oleh karena itu, perlu ada pembatasan (definisi operasional) pengertian suatu
istilah, konsep dari variable yang ada.
b. Logis
Logis artinya kalimat, alinea, sub-bab, sub-sub-bab disusun berdasarkan suatu
urutan yang konsisten. Urutan tersebut antara lain meliputi urutan pengertian, klasifikasi,
waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan
peristiwa yang terjadi.
c. Efektif
Efektif artinya alinea atau subbab harus menunjukkan adanya satu kebulatan
pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
d. Efesien
26
Efesien artinya hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah
dipahami.
e. Baku
Baku artinya menggunakan bahasa Indonesia yang dibakukan seperti
menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD).
4. Fungsi Penulisan Karya Ilmiah
Pada dasarnya kegunaan karya ilmiah untuk menemukan konsep-konsep baru
berdasarkan indikator-indikator pada fenomena yang diteliti, atau pengujian konsep-konsep
yang sudah ada, atau hanya untuk memaparkan apa yang terjadi pada obyek penelitian.
Hasil penelitian ada yang dapat menghasilkan sebuah rumusan yang baru dengan harapan
pada kondisi dan situasi yang sama atau hampir sama ditemukan perubahan. Perubahanperubahan tersebut dalam rangka untuk memperbaiki segala sesuatu yang terjadi pada
situasi dan kondisi obyek penelitian. Perubahan positif hasil dari penelitian adalah kemajuan
dan kemajuan inilah yang dituntut oleh ilmu pengetahuan. Secara tekstual kegunaan karya
tulis ilmiah antara lain:
a. Djuroto dkk, (2002: 19)
Menurut Djuroto dkk bahwa penulisan karya ilmiah fungsi penulisan karya ilmiah
meliputi dua hal, yaitu:
1) Pengakuan scientific objective untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
2) Pengakuan practical objective untuk membantu pemecahan problema praktisi yang
mendesak.
b. Dwiloka dkk (2005: 2)
Menurut Dwiloka dkk, fungsi karya ilmiah adalah:
1) Sebagai penjelasan/explanation: sebagai penjelasan suatu hal yang sebelumnya tidak
diketahui, tidak jelas, dan tidak pasti, menjadi sebaliknya;
2) Ramalan/prediction: dapat membantu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi pada masa mendatang;
3) Kontrol/control: untuk mengontrol, mengawasi dan atau mengoreksi benar-tidaknya
suatu pernyataan.
Perbedaan fungsi penulisan karya ilmiah di atas merupakan perbedaan secara umum
dan secara khusus.
5. Jenis Karya Ilmiah
Awalnya, karya tulis ilmiah dipahami sebagai tulisan yang didasarkan atas penelitian
ilmiah. Sekarnag ini, mulai berkembang suatu paradigma baru bahwa suatu karya tulis
ilmiah tidak harus didasarkan atas penelitian ilmiah saja, melainkan juga suatu kajian
27
terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya secara profesional. Contoh dari karya
tulis ilmiah yang didasarkan pada penelitian ilmiah adalah makalah (paper), artikel ilmiah,
skripsi, tesis, disertasi. Sedangkan yang didasarkan pada suatu kajian terhadap suatu
masalah yang berkembang secara aktual dianalisis oleh ahlinya secara profesional dengan
penyajian yang lebih sederhana dikenal dengan karya tulis ilmiah populer.
Pada dasarnya semua karya ilmiah merupakan hasil dari kegiatan ilmiah. Hal yang
membedakan hanyalah ruang lingkup permasalahan, materi, susunan, tujuan, teknik
penulisan, serta obyek yang dituju. Secara garis besar, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian.
Jenis karya ilmiah dibedakan antara lain karya ilmiah pendidikan yang terdiri dari
karya ilmiah tugas kuliah/resume, atau untuk mendapatkan gelar tertentu dalam bidang
pendidikan, karya ilmiah panduan, dan referensi. Karya ilmiah penelitian antara lain
makalah seminar dan Laporan hasil penelitian.
a. Karya Ilmiah Pendidikan
1)
Karya ilmiah pendidikan berupa resume atau tugas kuliah, serta sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar tertentu antara lain paper, pra skripsi, skripsi, tesis, dan
disertasi.
a) Paper (karya tulis)
Arifin (2006: 2) makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan
suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat
empiris obyektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berfikir
deduktif atau induktif.
Paper atau lebih populer dengan sebutan karya
tulis/makalah, adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata
kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen
kepada mahasiswanya. Tujuan pembuatan paper ini adalah melatih peserta
didik untuk mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan
oleh dosen. Penulisan paper ini diperdalam dengan beberapa bab, antara lain:
Bab I Pendahuluan; Bab II Pemaparan Data; Bab III Pembahasan atau Analisis;
dan Bab IV Penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran.
b) Pra Skripsi
Pra skripsi biasanya diperuntukkan bagi mahasiswa diploma III.
Penulisannya sudah menggunakan kaidah ilmiah dengan sumber data dari
penelitian. Pra skripsi bersumberkan dari data dan pustaka. Format penulisan
terdiri dari bab I tentang pendahuluan yang memuat latar belakang pemikiran,
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian.
28
Bab II berisi tentang gambaran umum lokasi. Bab III deskripsi data. Bab IV
berisi tentang analisis. Bab V Penutup berisi tentang simpulan dan saran.
c) Skripsi
Menurut Arifin (2006: 3) Sripsi adalah karya tulis ilmiah yang
mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat
yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris, obyektif, baik
berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak
langsung (studi kepustakaan). Dwiloka dkk (2005: 6) skripsi adalah karya tulis
ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain.
Pendapat orang lain harus didukung oleh data dan fakta empiris-obyektif, baik
berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan, atau percobaan di
laboratorium) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan).
Menurut Manullang (2004: 4). Ciri skripsi antara lain; disusun oleh
mahasiswa untuk mendapatkan gelar akademik pada strata satu (S1). Skripsi
yang disusun memiliki karakteristik akademis berupa tidak subyektif, memuat
terkaan, memuat kebohongan, bersifat emosional, mengejar keuntungan,
argumentatif, persuasif, melebih-lebihkan sesuatu tanpa data pendukung.
Dengan demikian, skripsi bersifat obyektif, penemuan yang valid berdasarkan
hasil penelitian dengan menggunakan metode yang benar, memuat kebenaran,
rasional, untuk pengembangan keilmuan, deskriptif sesuai dengan data yang
ada di lapangan. Pembahasan dalam skripsi dilakukan mengikuti alur
pemikiran ilmiah yaitu logis dan empiris.
Target dalam penyusunan skripsi bagi mahasiswa strata satu sebenarnya
sangat sederhana, yaitu mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan
permasalahan, menentukan dan menggunakan metode penelitian, dan mampu
mengumpulkan data lapangan dengan benar.
d) Tesis
Menurut Arifin (2006: 3) tesis adalah karya ilmiah yang sifatnya lebih
mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan baru
yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya ini akan memperbincangkan
pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih dan ditulis oleh mahasiswa pasca
sarjana. Dwiloka dkk (2005: 6) tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya
lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Thesis mengungkapkan
pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan
membahas tentang pengujian terhadap satu atau lebih hipotesis dan ditulis oleh
29
mahasiswa program pascasarjana (S2) untuk mendapatkan gelar megister.
Thesis bersumberkan dari data dan pustaka. Format penulisan kurang lebih
sama dengan pra skripsi.
Penulisan tesis bertujuan mensintesiskan ilmu yang diperoleh dari
perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari
bangku kuliah magister. Khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru
dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal yang menjadi
tema tesis tersebut.
Target dalam penyusunan tesis bagi mahasiswa strata dua sebenarnya
sangat sederhana, yaitu mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan
permasalahan, menentukan dan menggunakan metode penelitian, dan mampu
mengumpulkan data lapangan dengan benar dan mampu untuk menganalisis
data yang diperoleh di lapangan dengan benar.
e) Disertasi
Menurut Bambang Dwiloka dkk (2005: 7) disertasi adalah karya tulis
ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh peneliti
berdasarkan data dan fakta yang valid dengan analisis yang terinci. Disertasi
diperuntukkan bagi mahasiswa strata tiga (3) untuk mendapatkan gelar doktor.
Berbeda dengan sebelumnya, disertasi bersumberkan dari data, pustaka, dan
dari
laboratorium
dan
pengungkapan
teori
yang
digunakan.
Untuk
memecahkan permasalahan yang hendak diungkap dengan menyertakan dalildalil atau teori-teori baru secara ilmiah serta sanggahan-sanggahan atas teoriteori lama. Penemuan teori-teori atau dalil-dalil baru inilah yang sebenarnya
menunjukkan ciri khas disertasi. Menurut Arifin (2006: 3) disertasi adalah
karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh
penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci.
Prosedur untuk dapat mengikuti ujian disertasi diatur masing-masing oleh
perguruan tinggi secara spesifik. Salah satu syarat umum antara lain telah
menempuh beberapa mata kuliah yang dipersyaratkan oleh lembaga pendidikan
yang bersangkutan, telah mengajukan usulan proposal disertasi untuk
dilakukan sidang komisi uji kualitas oleh profesor yang memiliki sertifikat
penjamin mutu kualifikasi keilmuan tersebut, mengikuti seminar proposal,
ujian proposal, ujian komprehensif, penelitian di lapangan sesuai dengan topik
yang diteliti, sidang komisi laporan hasil penelitian, ujian tertutup, dan ujian
terbuka. Mahasiswa yang sedang mempertahankan disertasinya didampingi
30
oleh satu/beberapa promotor atau copromotor yang turut bertanggung jawab
atas disertasi promovendus (sebutan mahasiswa yang menulis disertasi).
Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari
sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada suatu perguruan
tinggi. Disertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan
menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang
dijadikan tema dari disertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil dari
penulis sendiri. Perguruan tinggi tertentu akan menambahkan persyaratan lain
di samping penyusunan laporan penelitian dalam bentuk disertasi. Dengan
demikian, target dalam penyusunan disertasi bagi mahasiswa strata tiga (S3)
sebenarnya agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan
permasalahan, menentukan dan menggunakan metode penelitian, dan mampu
mengumpulkan data lapangan dengan benar dan mampu untuk menganalisis
data yang diperoleh di lapangan dengan benar, serta mampu untuk memberikan
solusi yang baik dan tepat demi pengembangan ilmu, serta mempu menemukan
keaslian dan kebaruan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Setelah memenuhi berbagai persyaratan lain secara spesifik dari lembaga
tersebut, maka penulis disertasi berhak untuk menyandang gelar Doktor.
Laporan penelitian tersebut harus memenuhi ciri-ciri penelitian ilmiah antara
lain purposiveness rigor, testibility, replicability, objectivity, generalizability,
precision,
Rigor, teliti,
confidence,
memiliki
parsimony.
dasar
teori
Purposiveness, fokus tujuan
dan
disain
metodologi
yang jelas.
yang
baik.
Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas. Replicability, pengujian dapat diulang
untuk kasus yang sama atau yang sejenis. Objectivity, berdasarkan fakta dari data
aktual, tidak subjektif dan emosional. Generalizability, semakin luas ruang lingkup
penggunaan hasilnya semakin berguna. Precision, mendekati realitas. Confidence,
peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat. Parsimony, kesederhanaan dalam
pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
Penjelasan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
penelitian
dapat
digolongkan/dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu,
antara lain berdasarkan: (1) tujuan; (2) pendekatan; (3) tempat; (4) pemakaian atau
hasil/alasan yang diperoleh; (5) bidang ilmu yang diteliti; (6) taraf Penelitian; (7)
teknik yang digunakan; (8) keilmiahan; (9) spesialisasi bidang (ilmu) garapan.
Masing-masing pembagian tersebut antara lain tujuan untuk mendapatkan gelar atau
tidak, pendekatan yang digunakan kuantitatif atau kualitatif dan pembagian yang
31
lebih rinci, hasil/alasan yang diperoleh antara lain berupa basic research (penelitian
dasar), mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan atau applied reseach (penelitian terapan), mempunyai alasan praktis,
keinginan untuk mengetahui, bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih
baik, efektif, efisien.
Berdasarkan Bidang yang diteliti, berupa penelitian sosial secara khusus
meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dan sebagainya. Penelitian
eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta berupa penelitian di bidang ilmu
kimia, fisika, teknik, dan sebagainya. Berdasarkan Tempat penelitian field
research (penelitian
lapangan),
langsung
di
lapangan
atau
library
research (penelitian kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan literatur
(kepustakaan)
dari
penelitian
sebelumnya,
laboratory
research (penelitian
laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu/laboratorium, biasanya bersifat
eksperimen atau percobaan. Berdasarkan teknik yang digunakan antara lain survey
research (penelitian survei), tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan
khusus) terhadap variabel yang diteliti. Experimen research (penelitian percobaan),
dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.
Berdasarkan Keilmiahan antara lain penelitian ilmiah dengan menggunakan kaidahkaidah ilmiah (mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui
prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada
dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian
yaitu kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti,
kemampuan untuk meramalkan, sampai di mana kesimpulan yang sama dapat
dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain.
b. Karya Ilmiah Panduan
Karya ilmiah panduan meliputi tiga hal antara lain panduan pelajaran (text
books), buku pegangan (hand books), dan buku pelajaran (diktat). Karya ilmiah ini
sangat familiar dengan dunia mahasiswa dengan sistem kelas jauh atau universitas
terbuka. Pertemuan antara dosen dengan mahasiswanya yang terbatas maka, perlu
dibantu dengan text books, hand books, dan diktat. Meskipun demikian, ketiga ragam
karya ilmiah panduan juga masih ditemukan pada mahasiswa di luar universitas
terbuka.
32
c. Karya Ilmiah Referensi
Karya ilmiah referensi meliputi:
1) Kamus berisi kumpulan kata-kata yang mengandung arti yang sama atau terjemahan
kata-kata dari dua bahasa atau lebih;
2) Ensiklopedi merupakan buku yang berisi berbagai keterangan atau uraian ringkas
tentang cerita-cerita, ilmu pengetahuan yang disusun menurut abjad atau menurut
rumpun ilmu.
d. Karya Ilmiah Penelitian
1) Jenis Karya Ilmiah Penelitian
Karya ilmiah penelitian antara lain seperti makalah seminar, dan naskah
bersambung, laporan hasil penelitian, dan jurnal penelitian.
a) Makalah Seminar
Naskah Seminar merupakan suatu naskah yang berisi uraian topik yang
membahas suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum seminar.
Naskah seminar dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni
dari penulis atau berdasarkan pada hasil temuan penelitian yang dilakukan orang
lain dengan menambahkan identitas peneliti ke dalam daftar pustaka. Naskah
dalam seminar memuat pembahasan terhadap beberapa kasus yang terjadi di
masyarakat dan memecahkan permasalahan tersebut sesuai dengan disiplin
keilmuan yang dimiliki oleh pemateri.
b) Naskah Bersambung
Naskah bersambung misalnya hasil penelitian yang ditulis secara
bersambung. Bersambungnya naskah sesuai dengan maksud dan tujuannya
masing-masing. Membuat naskah bersambung juga sesuai dengan klasifikasi
kepentingan dari laporan penelitian yang dibuat.
c) Laporan Hasil Penelitian.
Laporan hasil penelitian merupakan bagian dari bentuk karya tulis ilmiah
yang cara penulisannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan ini bisa
dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena berisikan hasil dari suatu
kegiatan penelitian dengan menggunakan metode yang tepat, dan teknik
penulisan yang mengikuti format baku yang ditetapkan.
d) Jurnal Penelitian.
Jurnal penelitian merupakan kumpulan dari karya ilmiah dari hasil
penelitian yang dilakukan secara individual ataupun kelompok dengan cara
menyusun intisari yang ada dalam laporan penelitian yang sudah dilakukan.
33
Teknik penulisan mengguankan teknik yang sudah disepakati oleh pemilik
jurnal tersebut.
6. Ketentuan dalam Penulisan Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa
mengingat akibatnya. Kebenaran dalam karya tulis ilmiah adalah kebenaran yang objektifpositif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan, dan bukan kebenaran yang normatif.
Berdasarkan hal semacam ini, jelas bahwa sebuah tulisan yang disebut sebagai karya ilmiah
harus memiliki persyaratan-persyaratan khusus, seperti yang disebutkan Brotowidjojo dalam
Yunita T. Winarto, Dkk, (2004: 156) sebagai berikut:
a. Brotowidjojo dalam Yunita T. Winarto, dkk
Menurut Brotowidjojo bahwa karya tulis ilmiah memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Menyajikan fakta secara objektif;
2) Mengemukakan segala uraian secara jujur;
3) Disusun secara sistematis;
4) Cenderung bersifat induktif;
5) Bertolak dari hipotesis tertentu. Hipo artinya rendah: thesis adalah kebenaran,
sehingga kebenaran yang masih bersifat rendah. Oleh karena itu perlu untuk
dibuktikan kebenarannya;
6) Menghindari tindakan yang manipulatif;
7) Bersifat ekspositoris maupun argumentatif;
8) Untuk memperjelas jawaban ilmiah terhadap permasalahan atau pertanyaan yang ada
dalam suatu penelitian, penulisan karya ilmiah harus menggali khazanah pustaka,
guna melengkapi teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan
yang ingin dijawabnya. Untuk itu, penulisan karya ilmiah harus rajin dan teliti dalam
hal membaca dam mencatat konsep-konsep serta teori-teori yang mendukung karya
ilmiahnya tersebut.
9) Untuk memenuhi kriteria tersebut, penulisan karya tulis ilmiah setidaknya memenuhi
syarat ABIK, yaitu: Asli (original), karya tulis yang dihasilkan harus merupakan
produk asli. Bermanfaat (useful): karya tulis yang dihasilkan harus dirasakan
manfaatnya secara langsung oleh pembaca. Ilmiah (scientific), karya tulis yang
dihasilkan harus disusun secara ilmiah, sistimatis, runtut dan memenuhi persyaratan
penulisan karya ilmiah. Konsisten (concistency), karya tulis ilmiah yang dihasilkan
harus memperlihatkan keajegan dan konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara
keseluruhan maupun hubungan antar bagian karya tulis yang disajikan.
34
b. Dwiloka dan Rati Riana (2005: 3)
Menurut Dwiloka dan Rati Riana menulis karya ilmiah memerlukan sekurangkurangnya empat (4) syarat, antara lain:
1) Motivasi dan disiplin yang tinggi;
2) Kemampuan mengolah data;
3) Kemampuan berfikir logis (urut/masuk akal) dan sistematis (terpadu);
4) Kemampuan mengaplikasikan bahasa.
Dengan demikian, dalam menulis karya ilmiah harus memenuhi ketentuan secara
umum dan ketentuan teknis.
7. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Pada dasarnya penyusunan karya ilmiah terbagi menjadi beberapa tahap yaitu pertama,
persiapan yang terdiri dari pemilihan topik, penentuan judul, dan penyusunan kerangka
karangan. Kedua,
pengumpulan data,
dan
ketiga
adalah
pengorganisasian
dan
pengkonsepan, yang meliputi penyuntingan konsep dan penyajian/pengetikan (Arifin, 2006:
7).
a. Persiapan
Langkah-langkah persiapan antara lain pemilihan topik, penentuan judul,
pembuatan kerangka karangan,
1) Pemilihan Topik,
Topik adalah pokok pembicaraan (Widyamartaya dan Sudiarti 1997: 31 dalam
Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 10) disampaikan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penentuan topik, antara lain:
a) Topik yang dipilih harus berada di sekitar penulis, baik di sekitar pengalaman
penulis maupun di sekitar pengetahuan penulis. Hindari topik yang jauh dari
kedua hal tersebut. Meninggalkan kemampuan yang ada di sekitar penulis hanya
akan menghasilkan penulisan yang tidak sempurna dan bahkan akan
membingungkan bagi pembaca.
b) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian penulis dan
pembaca;
c) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas.
Hindari pokok masalah yang menyeret kepada pengumpulan informasi yang
beraneka ragam;
d) Topik yang dipilih harus memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik
yang subyektif;
e) Topik yang dipilih harus topik yang ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya;
35
f) Topik yang dipilih harus topik yang memiliki sumber acuan/pustaka.
2) Penentuan Judul,
Judul penelitian hendaknya mengandung komponen berikut: singkat (langsung
pada sasaran), jelas (logika dan susunan kalimatnya), spesifik, singkat, problematik
(mengandung permasalahan yang aktual), menarik minat (pihak lain), terukur (ada
pembatasan). Misalnya:
“Suka Duka Pedagang Kaki Lima di Simpang Lima
Semarang”, lebih mudah dikerjakan daripada “Suka Duka Pedagang Kaki Lima di
semarang Jelas dalam memberi gambaran mengenai penelitian yang diusulkan.
Dengaan demikian, judul singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus
kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran
yang bermacam-macam dan tidak bias makna.
Judul dalam suatu karya tulis ilmiah merupakan identitas yang menjiwai
seluruh isi karangan. Dengan demikian, judul merupakan gambaran konseptual dari
kerangka kerja ilmiah. Judul merupakan kalimat yang terdiri dari kata-kata yang
jelas, tidak kabur, singkat (tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang), tidak
bertele-tele, tidak saling tumpang tindih (interseksi), tidak melahirkan kata yang
hiperkorek, puitis/bombastis/sensasional. Upayakan dalam penyusunan judul dengan
menggunakan kata benda misalnya, mengembang digunakan pengembangan,
melayani digunakan pelayanan dan lain sebagainya. Meskipun demikian, masih
terdapat sebuah institusi dan peneliti yang memiliki selera dengan menggunakan
judul yang menarik dan nyentrik. Contoh: Antara Tasbih dan Golok …, Tasbih dan
Dupa …, Tasbih di balik Terali Besi dalam Proses Pemasyarakatan Bagi Narapidana
Wanita Semarang Propinsi Jawa Tengah, Hari Esok yang Cerah di Sembir …, Tawa
dan Tangis Keluarga TKW …, Fenomena MI Bubar …, Bank Titil …, Kampus dan
Kampung …, Bermain dan Belajar … Paradigma Dakwah … Bukti Sejarah Islam di
Kuil Sam Po Kong …, dan lain-lain.
Dari pilihan judul tersebut menggambarkan selera peneliti dan lembaga
sponsor/penyandang dana. Meskipun demikian, penulisan judul harus dapat
menggambarkan topik yang akan diteliti. Melihat judul karangan tersebut, seseorang
dapat memprediksi isi penelitian. Di samping itu, dalam menentukan judul pilihlah
hendaknya dengan kata/frase/kalimat yang memiliki kepadatan makna, kata kunci
yang dapat mencirikan isi karya tulis atau karya penelitian.
3) Pembuatan Kerangka Karangan.
Kerangka karangan disebut juga dengan ragangan (outline) yaitu proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan
36
sifatnya menjadi satu kesatuan. Outline ini memuat pokok-pokok gagasan sebagai
pecahan dari topik yang sudah dibatasi. Uma Sakaran dalam J. Supranto, 2003: 324:
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor atau
variabel yang telah dikenali (diidentifikasi) sebagai masalah yang penting.
Manfaat dalam pembuatan ragangan antara lain:
1. Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif,
2. Penulis akan terlatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
bacaan,
3. Penulis akan berkenalan dengan dunia perpustakaan seperti mencari katalog,
4. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan,
5. Memperoleh kepuasan intelektual,
6. Memperluas cakrawala Arifin (2006: 4).
Sebelum membuat ragangan (outline) diawali dengan membuat peta konsep
sebagaimana dapat dicermati di bawah ini.
37
PETA KONSEP
PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN SOSIAL DAN SAIN RA/TK
RUANG LINGKUP MATERI POKOK
Klasifikasi Materi
Evaluasi
SOSIAL DAN SAIN
ju
Aspek-aspek
OLEH: MASLIKHAH STAIN SALATIGA
PAI, MORAL DAN
NILAI-NILAI
BAHASA
KOGNITIF
FISIK/MOTORIK
SENI
ARTI
SK-KD Indikator
Gerak, lagu dan Tari
Gambar dan warna
38
Koordinasi
Gambar Peta konsep
Kekuatan
Kelenturan
Bentuk Benda
Nama Benda
Gambar
Lisan-tulisan
Akhlak
Aqidah
Materi
JENIS
Materi
Contoh Outline sebuah modul
OUTLINE
BAB I.PENDAHULUAN ...................................................................................... .......
A.
Latar Belakang ....................................................................................
B.
Deskripsi Singkat .................................................................................
C.
Standar Kompetensi .............................................................................
D.
Peta Konsep ........................................................................................
E.
Relevansi/Manfaat ...............................................................................
F.
Tujuan Pembelajaran ............................................................................
G.
Petunjuk Penggunaan Modul .................................................................
BAB II.KEGIATAN BELAJAR 1
...........................................................................
A. MATERI MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA, SOSIAL, EMOSIONAL,
DAN KEMANDIRIAN ...........................................................................
B. Kompetensi Dasar .................................................................................
C. Materi Pokok Aqidah dan Akhlak
............…………...............................
D. Uraian Materi Aqidah ............................................................................
E. Sifat Allah dan Ciptaannya .....................................................................
F. Nama-nama Malaikat dan Tugasnya ........................................................
G. Nama-nama Nabi dan Rasul ....................................................................
H. Nama-nama Kitab Suci Umat Islam .........................................................
I.
Kalimat Syahadat ....................................................................................
J.
Wudhu ...................................................................................................
K. Gerakan Sholat Wajib ..............................................................................
L. Zakat dan Shodaqoh .................................................................................
M. Puasa .......................................................................................................
N. Haji ..........................................................................................................
O. Mengenal Huruf Hijaiyah ...........................................................................
P. Hafalan Surat Pendek ..................................................................................
Q. Kalimat Thoyibah ....................................................................................
BAB III.
KEGIATAN BELAJAR 2
MATERI KEMAMPUAN BERBAHASA ......................................................
Dan seterusnya
39
4) Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data antara lain:
a) Pencarian keterangan dari bahan bacaan;
b) Pengumpulan dari beberapa pihak yang dilibatkan dalam penelitian;
c) Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti;
d) Percobaan dan pengujian di lapangan/di laboratorium;
5) Pengorganisasian dan Pengkonsepan
Pengelompokan/mengonsep bahan yaitu bagian-bagian mana yang akan
didahulukan untuk menyesuaikan dengan cakupan materi penelitian dalam
sistematika penelitian yang akan dilakukan.
a) Pemeriksaan/penyuntingan konsep,
Langkah-langkah pemeriksaan dan penyuntingan konsep antara lain:
pembacaan dan pengecekan kembali masalah dan struktur bahasa yang
digunakan. Dalam pemakaian bahasa yang ditulis sangat memungkinkan terjadi
pengulangan, saling tukar bahasa, saling tumpang tindih, dan kerancuan bahasa
yang digunakan serta penyusunan kalimat, paragraf, maupun penggunaan ejaan.
b) Penyajian/Pengetikan.
Dalam
penyajian/pengetikan
hendaknya
penulis
memperhatikan
kebenaran, kerapian dan kebersihan, penyusunan sesuai dengan sistematika yang
dibakukan oleh lembaga atau sponsor.
C. Sitematika Karya Tulis Ilmiah
1. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Bersifat Penelitian.
Indriantoro & Supomo, (1999: 14-15) suatu penelitian dikatakan penelitian ilmiah
yang baik jika memenuhi kriteria tujuan secara jelas, rigor (kokoh) yaitu menunjukkan
proses penelitian yang dilakukan secara hati-hati (prudent) dengan akurasi yang tinggi.
Basis teori dan rancangan penelitian yang baik akan menambah kekokohan dari penelitian
ilmiah, menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan,
mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan
pengungkapan data, mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi), memilih data
dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Tidak ada penelitian yang sempurna dan
ketepatannya tergantung pada keyakinan peneliti yang dapat diterima umum. Kesalahan
pengukuran data dapat menyebabkan ketepatan penelitian menurun. Desain penelitian harus
dilakukan dengan baik sehingga hasil penelitian dapat dekat dengan kenyataannya
(precision) dengan tingkat probabilitas keyakinan (confidence) yang tinggi, menarik
kesimpulan dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan
40
konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti, melaporkan
hasilnya secara parsimony (simpel: sederhana). Penelitian ilmiah mempunyai kemudahan di
dalam menjelaskan hasil penelitiannya, temuan penelitian dapat digeneralisasi. Hasil
penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu,
obyek, dan situasi yang berbeda. Idealitas tersebut harus didukung oleh sistematika
penulisan yang baik.
Banyak pola sistematika yang digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah yang
bersifat penelitian, tetapi paling tidak pada umumnya sistematika karya tulis ilmiah yang
bersifat penelitian memuat sistematika sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pendahuluan biasanya memuat 4 (empat) hal yang yaitu latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan signifikansi penelitian. Bagian-bagian tersebut
disusun secara urut sebagai bagian dari komponen pendahuluan.
Latar belakang masalah merupakan pemaparan singkat yang mengantarkan adanya
persoalan yang sangat krusial untuk diteliti.
Sebagai uraian singkat yang berupa
pengantar urgensi tulisan, maka latar belakang memberi acuan bagi pembaca untuk
melihat pentingnya penelitian itu dilakukan.
Pada latar belakang masalah diuraikan faktor-faktor yang menjadi latar
belakang/arti penting masalah ditinjau dari segi kepentingan pengembangan ilmu dan
pandangan-pandangan rasionalitas peneliti sebagai alasan mengapa penelitian itu penting
dan mendesak dilakukan. Untuk mempertajam kajian yang akan dilakukan, perlu
dinyatakan dengan jelas akar masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian
ini, pendekatan yang akan digunakan dalam memecahkan akar masalah tersebut
disampaikan dengan jelas dengan didukung pustaka yang relevan (Suranto, 2011: 9).
Latar belakang juga menuliskan tentang teori terdahulu maupun yang bersifat
kontemporer tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, tetapi bukan
merupakan tinjauan pustaka. Data yang ada di lapangan yang diperoleh melalui
observasi awal dapat dipaparkan dengan singkat, sehingga dapat diketahui tentang apa
yang apa senyatanya (das sein) dan apa yang sesungguhnya (das sollen).
Teknik penyajian dapat dimulai dengan teori/aturan/norma kemudian diikuti
dengan kasus yang berlawanan/berbeda, kasus-kasus empirik lalu diikuti atau
disandingkan dengan norma/aturan/teori yang ada. Pendeknya, ada ketidaksesuaian
sehingga menggugah rasa ingin tahu peneliti untuk melakukan penelitian. Paparan dapat
dilakukan dengan dimulai pada penyajian data yang bersifat umum kemudian dilanjutkan
ke paparan yang bersifat khusus. Alinea/kalimat terakhir menjadi pengantar untuk masuk
41
pada perumusan keputusan pentingnya dilakukan penelitian. Dengan demikian, dapat
dijadikan sebagai alasan mengapa peneliti melakukan penelitian tentang topik tersebut.
Paparan dalam latar belakang memuat jika tidak dilakukan penelitian, maka prediksi apa
yang akan terjadi atau kerugian siapa yang akan ditimbulkan baik bagi obyek penelitian
ataupun bagi pemerintah.
Rumusan masalah merupakan anak kandung dari latar belakang, artinya
permasalahan
yang
diungkapkan/didiskripsikan
dalam
latar
belakang
tentang
permasalahan yang terjadi menjadi rumusan masalah yang hendak diketahui lebih lanjut
oleh peneliti. Rumusan masalah yang sudah ditemukan, kemudian dibreak down menjadi
sejumlah pertanyaan-pertanyaan penting untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
yang ada dalam latar belakang. Rumusan masalah harus dapat menunjukkan inti/akar
masalah penelitian yang akan dijawab melalui penelitian. Suranto (2011: 9) rumusan
masalah harus singkat, spesifik, jelas, terukur, dan pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan dengan kalimat tanya.
Tujuan penelitian menggambarkan target penelitian yang hendak dicapai sesuai
dengan rumusan masalah. Tujuan penelitian harus sesuai dengan rumusan masalah, jelas,
dapat diamati, dan atau terukur (Suranto 2011: 10). Tujuan penelitian mendeskripsikan
tujuan penelitian yang bertolak dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan.
Signifikansi penelitian atau kegunaan penelitian paling tidak memuat 3 (tiga) hal
yaitu untuk memahami masalah, memecahkan masalah, dan mengantisipasi masalah.
Memahami
masalah
berarti
peneliti
berusaha
untuk
memperjelas
suatu
masalah/informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi dapat diketahui.
Mengantisipasi
masalah
berarti
peneliti
diusahakan
dapat
meminimalkan/
menghilangkan masalah yang sedang dihadapi. Mengantisipasi masalah berarti peneliti
berusaha untuk mengantisipasi masalah, sehingga masalah tidak terjadi. Suranto (2011:
10) manfaat penelitian adalah pernyataan tentang kegunaan penelitian bagi
pengembangan ilmu (teoretis) dan penerapannya di masyarakat (praktis). Bagian ini
berisi uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian
tersebut bagi kehidupan masyarakat secara langsung dan atau bagi perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuwan lain untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan,
teknologi,
dan
seni
(IPTEKS),
serta
manfaat
untuk
program/institusi/pembangunan/masyarakat. Perumusan manfaat seyogyanya merupakan
manfaat yang terkait langsung dengan topik penelitian (dihindari perumusan manfaat
penelitian yang terlalu luas) dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan oleh
peneliti lain.
42
b. Landasan Teori
Landasan teori memuat sumber pustaka primer yang memenuhi standar ilmiah dan
kemutakhiran (recent publication) sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan.
Landasan teori digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan dijadikan sebagai materi
untuk melakukan pembahasan hasil penelitian. Sebagaimana Suranto (2011: 11)
merekomendasikan untuk disertasi, peneliti diwajibkan melakukan review terhadap
(minimal) 10 jurnal internasional. Semua sumber pustaka yang digunakan harus
didokumentasikan, baik dalam teks karangan maupun daftar pustaka, dengan sistem
nama dan tahun. Jika mengunduh dari internet harus diyakini sumber yang memenuhi
kaidah keterpercayaan ilmiah.
c. Metode Penelitian
Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode dapat pula
dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada dalam ruang
lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih.
Penelitian kuantitatif biasanya memuat tentang jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen pengumpulan data, uji validitas dan
reliabilitas, dan hipotesis statistik.
Penelitian berjenis kualitatif biasanya memuat tentang jenis pendekatan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,
validitas data, dan teknik analisis data.
d. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan bagian inti dari penelitian yang sudah dilakukan. Hasil
penelitian semata-mata menyajikan hasil penelitian tanpa harus didiskusikan. Dalam
menulis hasil penelitian hendaknya ditulis dengan bahasa yang sederhana, lugas dan
jelas. Tidak dibenarkan dalam membuat laporan hasil penelitian berdasarkan persepsi
diri peneliti tanpa diikuti dengan data yang ada di lapangan.
Hasil penelitian dengan penelitian kuantitatif berarti menyajikan data secara
deskriptif pada variabel yang ditentukan. Melakukan uji persyaratan analisis seperti uji
normalitas, uji homogenitas, uji independensi, dan uji-uji lain yang diperlukan. Hasil
penelitian kuantitatif dengan menguji hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian
kuantitatif ini juga memuat fakta-fakta penelitian dalam bentuk tabel, grafik, foto, atau
bentuk lain dengan dipaparkan penjelasan seperlunya.
43
Hasil penelitian kualitatif dengan menyajikan data secara kontekstual, penjelasan
fenomena, analisis dan hasil temuan sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Hasil penelitian juga dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, foto, dan konversi
hasil dari teknik pengumpulan data yang ditentukan.
e. Pembahasan
Pembahasan yang dilakukan haruslah objektif dan sesuai dengan data yang
diperoleh (misal: tabel atau gambar) dengan memperhatikan ataupun merujuk pula hasil
penelitian lain ataupun terdahulu. Pembahasan semestinya mempunyai alur yang
sistematis, tidak berulang-ulang membahas satu aspek saja, karena akhir dari
pembahasan ini adalah untuk mendukung terumuskannya kesimpulan yang dapat
disepakati.
Cakupan dalam pembahasan diungkapkan pula keterbatasan ataupun limitasi dari
hasil yang diperoleh dan periksa apakah hasil yang diperoleh telah sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitian tersebut. Di samping itu, ungkapkan pula saran ataupun penelitian
lanjutan yang perlu dilaksanakan.
f.
Kesimpulan dan Saran
Analisis temuan-temuan penelitian akan menghasilkan kesimpulan. Hasil temuan
memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan
makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian,
peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoretis
yang digunakan.
Beberapa ketentuan dalam penyusunan kesimpulan antara lain harus mendekati
segala sesuatu sasaran kajian dengan penuh tanggung jawab untuk mengurangi keraguan
dan skeptis, objektif dalam menilai segala sesuatu yaitu harus membebaskan dirinya dari
sikap-sikap pribadinya, bersikap netral atau terbebas dari membuat penilaian-penilaian
menurut nilai-nilai budaya mengenai hasil-hasil penemuannya, ilmuwan hanya dapat
memberikan penilaian mengenai data yang diperolehnya apakah benar atau palsu,
kesimpulan tidak boleh dianggap sebagai hasil mutlak atau kebenaran universal.
Kesimpulan hanya berlaku relatif sesuai dengan waktu dan tempat di mana penelitian itu
dilakukan sesuai dengan masalah yang diteliti dan dengan kerangka teori yang menjadi
landasan penelitian itu.
Dengan demikian, kesimpulan merupakan sebuah jawaban atas rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan hipotesis yang sudah ditentukan sebelumnya. Kesimpulan
menyajikan pemaknaan secara terpadu terhadap hasil penelitian yang telah diperoleh.
Pada bagian ini ungkapkan esensi dan arti penting dari hasil penelitian tanpa mengulangi
44
apa yang telah diungkapkan dalam rumusan masalah. Kesimpulan ini adalah kesimpulan
menyeluruh hasil penelitian dan bukan kesimpulan dari bagian-bagian penelitian ataupun
percobaan. Bentuk-bentuk penulisan kesimpulan dapat berupa butir-butir maupun bentuk
deskripsi.
Saran merupakan informasi untuk ditindaklanjuti oleh pembaca bila akan
mengadakan penelitian lanjutan atau mengembangkan penelitian yang telah diselesaikan.
Saran ditujukan kepada pihak-pihak lain untuk dapat memanfaatkan hasil penelitian
terhadap rumusan masalah dan atau hipotesis yang diajukan.
2. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Bersifat Non Penelitian
Pola sistematika yang digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah yang bersifat non
penelitian, pada umumnya memuat sistematika pendahuluan, permasalahan, pembahasan,
solusi yang ditawarkan, dan kesimpulan, serta saran.
45
BAB III
RAGAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
A. Prawacana
Hampir semua penelitian memiliki ragam dalam penulisan karya ilmiahnya, dari studi
pustaka, sejarah, hingga studi lapangan. Walaupun orang sering membedakan antara riset
kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap menggunakan metode penulisan karya ilmiah
yang hampir sama. Keberbedaan terdapat pada spesifikasi ruang lingkup kajian maupun pilihan
ruang lingkup teknis antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya. Perbedaan yang
lebih spesifik itu terletak pada fungsi, tujuan dan atau kedudukan masing-masing riset tersebut.
Dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih dari sekedar melayani fungsi-fungsi persiapan
kerangka penelitian, mempertajam metodologi atau memperdalam kajian teoretis.
Riset pustaka dapat sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh
data penelitiannya tanpa melakukan riset lapangan. Riset pustaka tidak menggunakan orang
sebagai obyek penelitian, tetapi menggunakan berbagai sumber pustaka. Kekuatan riset pustaka
ada pada kedalaman pustaka yang digunakan. Syarat bagi peneliti yang menggunakan riset
pustaka antara lain memiliki kegemaran untuk membaca pustaka. Sangat disayangkan apabila
peneliti pustaka malas membaca sumber pustaka. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan peneliti yang malas membaca justru dengan pilihan penelitian pustaka ini peneliti
tertantang untuk mau berlatih untuk menyukai kegiatan membaca teks. Dengan demikian,
pustaka yang ada menjadi sumber utama dalam topik penelitiannya dapat dikuasai dengan baik.
Riset lapangan dalam memanfaatkan teori sebagaimana menurut Snelbecker dalam Amir
(2009: 26), antara lain sebagai pegangan untuk mensistemasikan penemuan penelitian, menjadi
pendorong untuk menyusun hipotesis, membuat ramalan atas dasar penemuan, dan menyajikan
penjelasan untuk menjawab pertanyaan “mengapa” dan Menurut Amir (2009: 26), fungsi teori
antara lain memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan perilaku, bermanfaat
dan menemukan teori, digunakan untuk aplikasi praktis, memberikan perspektif bagi perilaku,
yaitu pandangan yang harus dijaring dari data, dan membimbing, serta menyajikan gaya bagi
peneliti dalam beberapa bidang perilaku.
Idealnya sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan
dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun, ada kalanya mereka membatasi
penelitian pada studi pustaka saja atau sejarah saja atau lapangan saja. Untuk dapat
mendapatkan titik singgung ragam penulisan karya ilmiah ini, disajikan beberapa hal teknis
untuk melaksanakannya.
46
B. Ragam Penulisan Karya Ilmiah
1. Penulisan Karya Ilmiah Kepustakaan
Seseorang melakukan penelitian kepustakaan paling tidak ada empat alasan mengapa
mereka melakukan hal ini. Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya dapat
dijawab melalui penelitian pustaka dan mungkin yang menjadi tujuan dan fokus penelitian.
Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai satu tahap tersendiri sebagai studi pendahuluan
untuk memahami kekuatan/daya dukung teori terhadap gejala baru yang terjadi dalam
masyarakat. Ketiga, untuk menemukan esensi nilai perjuangan tokoh dibandingkan dengan
teori lain yang ada. Keempat data pustaka dinilai tetap handal untuk menjawab persoalan
penelitiannya.
Seseorang yang melakukan penelitian dengan studi pustaka hendaknya
mengenali beberapa ruang lingkup dan spesifikasi yang dimiliki dalam penelitian pustaka.
Setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama: peneliti berhadapan
langsung dengan teks dan data angka dan bukannya dengan pengetahuan langsung dari
lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lain. Kedua, data pustaka
bersifat siap pakai. Ketiga, data pustaka umumnya adalah sumber sekunder yang bukan data
orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Banyak yang menganggap bahwa riset perpustakaan identik dengan bukubuku. Anggapan ini tidak salah namun selain buku-buku ada juga data yang berupa
dokumen, naskah kuno dan bahan non cetak lainnya. Dengan demikian, perpustakaan juga
menyimpan karya non cetak seperti kaset, video, microfilm, mikrofis, disket, pita magnetik,
kelongsong elektronik berupa hadits dan quran atau lainnya.
Koleksi perpustakaan memiliki berbagai jenis koleksi berdasarkan klasifikasi tertentu.
Salah satu sistem klasifikasi yang umum digunakan adalah Sistem Dewey. Selain Sistem
Dewey masih ada lagi sistem Library of Congress. Tetapi, apapun sistem klasifikasi yang
lazim digunakan, peneliti harus mengenal beberapa koleksi terpilih yang dalam studi
pustaka sering disebut alat bantu bibliografis. Koleksi yang termasuk ke dalam alat bantu
bibliografis adalah buku-buku referensi (kamus, ensiklopedi, buku indeks, buku bibliografi
yang berisi informasi tentang aspek tertentu, buku tahunan, buku atlas, buku direktori,
kamus biografi, koleksi khusus seperti kliping, jurnal ilmiah dan jurnal penelitian),
bibliografi buku-buku teks, indeks jurnal ilmiah, indeks buletin dan majalah, indeks surat
kabar dan tabloid, indeks dokumen, indeks manuskrip, dan sumber-sumber lainnya.
Dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah kepustakaan, ada empat langkah yang
biasa dilakukan. Pertama, menyiapkan alat perlengkapan berupa pensil, pulpen dan kertas
catatan, lap top. Kedua, menyusun bibliografi yang sesuai dengan topik yang dikaji,
mengatur waktu penelitian, membaca dan membuat catatan penelitian. Hal yang perlu
47
diingat, sebuah catatan bibliografis harus memuat nama pengarang dan identitas buku
lainnya dalam bentuk kertas yang sesuai dengan ukuran yang praktis. Informasi bibliografis
pun hanya boleh ditulis pada satu permukaan kertas catatan saja, tidak boleh bolak-balik dan
sebaiknya diusahakan seefektif mungkin. Sediakan sedikit ruang di bagian bawah kertas
untuk notasi. Biasakan untuk melihat bibliografi di belakang buku yang dibaca untuk
mencari informasi tambahan. Sediakan waktu untuk membaca resensi buku-buku terbaru
yang relevan dengan penelitian ataupun buku teks standar yang paling relevan. Di bawah ini
salah satu teknik untuk notasi yang dapat membantu untuk mendapatkan data pustaka yang
diperlukan.
Yoko Mochizuki. 2010. International Journal Environment and
Sustainable Development, Global Circulation and local
Manifestations
of
Education
for
Sustainamble
Development with a Focus on Japan. Vol. 9, Nos. 1/2/3,
2010.
One aspect is the idea that education for sustainable development
(ESD)supplements forerunning global education campaigns of
EFA and the UN Literacy Decade (UNLD), and the other aspect
is the notion of ESD as the umbrella term which supplements
various ‘adjectival education’ programmes. For example, DESD
International Implementation Scheme (IIS) emphasises the
importance of basic education and contributing to MDGs and the
EFA movement as well as of ‘building upon the learning from
years of environmental, health, peace, economic, human rights
and development education networks around the world that for
many years have used innovation to deliver valuable services in
difficult situations’.
...........................................................................................................
....
...........................................................................................................
......
...........................................................................................................
......
...........................................................................................................
......
...........................................................................................................
......
...........................................................................................................
......
Gambar
Contoh kartu catatan bibliografis
Membaca sambil mencatat bisa menjadi cara efektif mendapatkan data sebagaimana
dengan menggunakan data bibliografis tersebut di atas. Cukup dengan menggunakan kertas
kalender bekas atau kertas undangan yang memiliki ketebalan kertas yang dapat mendukung
kemudahan dalam menyimpan. Menggunakan kertas tebal di samping dapat ditulis dengan
48
jelas, juga mudah untuk ditegakkan, ditata, disusun, dan disimpan sesuai dengan urutan
abjad. Urutan ini sangat diperlukan untuk mempercepat proses pencarian terhadap koleksi
yang sudah diperoleh.
Kertas bibliografi tersebut dapat digunakan untuk menuliskan informasi/data yang
memuat daftar-daftar pertanyaan yang jawabannya akan diperoleh dari bahan yang sudah
dibaca. Beberapa hal yang ada dalam rung lingkup penulisan ini adalah tentang kesan
umum, tujuan dan tesis buku, penyajian butir-butir pokok, generalisasi dan konklusi,
identifikasi tentang pengarang, identifikasi historiografis, penilaian isi dan relevansi bahan,
ilustrasi grafik, catatan kaki, lampiran dan indeks. Selanjutnya penulis perlu membuat
catatan ulasan kritis tentang sebuah buku yang paling relevan dengan riset.
Catatan yang perlu diperhatikan dalam membuat tulisan ini adalah bagaimana bentuk
kartu catatan penulisan, bentuk isi catatan penelitian kepustakaan dan barulah melangkah
pada teknik pencatatan bahan penulisan. Kartu catatan penulisan biasanya disusun secara
terpisah ke dalam tiga kelompok besar, kartu bibliografi kerja, kartu catatan bahan bacaan,
dan lembar kerja khusus. Bentuk isi catatan penulisan pun banyak jenisnya, yaitu catatan
pengertian, istilah, catatan ringkasan, catatan referensi, catatan deskriptif, dan persuasi.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam mencatat bahan penulisan adalah mempersiapkan
peralatan pencatatan, membaca bagian kata pengantar, daftar isi dan pendahuluan.
Selanjutnya perlu diingat untuk selalu mencatat informasi bibliografis pada bagian atas
kartu di halaman pertama. Jangan lupa mencatat tanggal dan nama perpustakaan tempat
anda membaca. Lebih rinci lagi dengan menuliskan kode buku sebagaimana dengan katalog
sesuai dengan Dewey. Perlu diingat juga untuk selalu memberi tanda kutip pada kutipan
langsung dan tanda kurung ( ) bila menemukan kata-kata yang membingungkan dan belum
dimengerti maksudnya. Upayakan selalu menjaga interaksi antara bahan yang dibaca dan
problematika penelitian. Jangan terlalu boros membuat catatan penulisan, ringkaslah dengan
bahasa sendiri. Jangan pula menulis catatan secara bolak-balik. Cek kembali ketiga jenis
catatan penelitian untuk konsistensi data.
Semua jenis catatan penulisan merupakan bahan mentah yang perlu diolah lebih lanjut
pada tahap analisis dan sintesis. Sebagian analisis sifatnya cukup sederhana dan sebagian
lainnya agak rumit. Analisis biasanya dilakukan dengan menganalisis isi teks. Biasanya
sejumlah pertanyaan diajukan dalam tahap ini. Apakah isi sebenarnya dari sebuah
pernyataan dalam teks? Apakah pengarang memiliki prasangka (bias) dalam tulisannya?
Apa tujuan pengarang membuat laporan tersebut? Apakah pernyataan dalam teks sudah
meyakinkan sehingga, tidak lagi memerlukan kolaborasi?
49
Tahap sintesis yaitu penggabungan-penggabungan hasil analisis ke dalam struktur
konstruksi yang mudah dimengerti secara utuh dan keseluruhan. Sintesis yang baik haruslah
menggabungkan semua data yang terkait dengan komponen-komponen analisis. Sintesis
juga harus mencakup upaya penggabungan antara temuan analisis dan sintesis. Pada
akhirnya, riset pustaka tentu saja tidak sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau
buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang selama ini melainkan suatu
metode yang lebih terperinci dan rumit. Membutuhkan
ketekunan, kesabaran, dan
ketelitian, serta daya kritis, dan analisis yang baik sehingga, menghasilkan penelitian yang
baik pula.
Perkembangan dunia informasi dan komunikasi, internet memegang peranan penting
untuk mendapatkan data yang valid. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data tersebut dapat
diunduh melalui fasilitas internet yang akurat. Meskipun demikian, pencatatan atas hasil
browsing tersebut perlu disimpan dengan baik sesuai dengan kategorisasi yang bisa
dipahami dan memudahkan peneliti untuk melakukan pelacakan terhadap beberapa hal yang
ada dalam topik penelitiannya.
Format penulisan karya tulis ilmiah kajian pustaka sangat bervariatif. Biasanya
memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, metode kajian,
definisi istilah, dan rujukan. Format tersebut sebenarnya sama dengan model penulisan
karya ilmiah lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan penjelasan sebagaimana
sistematika yang ada sebagai berikut:
a. Latar Belakang Masalah
Menurut Suranto (2011: 22) pada latar belakang maslaah diuraikan faktor-faktor
yang menjadi latar belakang/arti penting masalah ditinjau dari segi kepentingan
pengembangan ilmu dan pandangan rasional peneliti penelitian tersebut penting
dilakukan. Untuk mempertajam kajian yang dilakukan, perlu dinyatakan dengan jelas
akar masalah penelitiannya, yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini. Bagian
ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah, buku,
jurnal, laporan penelitian, seminar, artikel dari internet, atau data dari kondisi dan
keadaan lapangan tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Gambaran umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau
pun bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Dipaparkan tentang data
spesifik terhadap topik penelitian, uraikan beberapa hal yang ditemukan memiliki
keberbedaan, ketidakcocokan teori dengan topik yang dipilih, uraikan pemantapan
terhadap pemahaman masalah. Dengan demikian dengan jelas dapat diketahui antara
fenomena yang senyatanya (das sein) dengan apa yang seharusnya (das sollen). misalnya
50
mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah,
serta beberapa nilai kegunaan apabila penelitian ini dilakukan, atau justru kerugian
apabila penelitian ini tidak dilakukan.
b. Rumusan Masalah
Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang
menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum
dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang
berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsepkonsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian.
Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan
dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.
Masalah yang akan dikaji sebagai bagian dari rumusan masalah selanjutnya
dibreakdown dengan cara menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui
telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya) tentang topik inti yang hendak dikaji delam
penelitian. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa,
dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang akan dicari dalam
penulisan karya ilmiah tersebut. Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti.
Dalam pandangan yang berbeda rumusan masalah dengan cara menguraikan pendekatan
dan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti. Dalam perumusan masalah dapat
dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Perlu menjadi
catatan penting bahwa, uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk kalimat
tanya tetapi cukup menuliskan tentang permasalahan yang ingin dikaji melalui penelitian.
Menurut Suranto (2011: 22) pada rumusan masalah disampaikan pernyataan
masalah yang menjadi fokus penelitian dan akan dicari jawabannya melalui penelitian
ini. Rumusan masalah harus singkat, spesifik, jelas, dan pada umumnya dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan.
c. Tujuan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran spesifik tentang arah dari kegiatan kajian
kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan secara realistis dari peneliti tentang hasil
yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan
dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh mengkaji kehidupan orang-orang yang
terkenal dalam suatu spesifikasi ilmu agar dapat diketahui tentang latar belakang
kehidupan sosial, agama, ekonomi, dan bahkan politik, pengalaman-pengalaman
keagamaan, pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya, usaha untuk
memperoleh simpati dan pengakuan masyarakat terhadap disiplin keilmuan atau
51
kepakarannya, upaya apalagi untuk mendapatkan obsesinya di masa yang akan datang,
serta pro kontra tokoh agama atau tokoh masyarakat terhadap perjuangan orang tersebut.
Dengan demikian, dalam tujuan penelitian, peneliti hendaknya memberikan pernyataan
singkat mengenai tujuan penelitian. Penelitian kepustakaan dapat bertujuan menjajaki,
menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau
dugaan, atau membuat suatu prototype.
d. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penulisan karya ilmiah berjenis ini adalah untuk memperoleh wawasan
baru tentang tokoh yang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, kehidupan sosial,
agama, budaya, ekonomi, dan bahkan politiknya. Berdasarkan ruang lingkup tersebut,
maka peneliti dapat menemukan formulasi obyek, sehingga dapat dijadikan sebagai
referensi orang lain untuk menjadi tokoh, bahkan yang sedang menjalani peran
ketokohannya.
e. Metode Kajian
Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal
hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapananggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan
keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya
dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis
masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan
analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan
pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk
menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah.
Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas
kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip, hukum, postulat,
atau bahkan adat yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakatnya serta asumsi
keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Metode penelitian digunakan dalam penelitian secara rinci. Uraian dapat meliputi
peubah dalam penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian, teknik
pengumpulan data dan analisis data, uji validitas, cara penafsiran dalam melakukan
analisis dan penyimpulan hasil penelitian. Penelitian kepustakaan merupakan penelitian
dengan menggunakan metode kualitatif, dapat dijelaskan pendekatan yang digunakan,
proses pengumpulan dan analisis informasi, proses penafsiran melalui analisis, dan
penyimpulan hasil penelitian dan rekomendasi yang dapat diajukan.
52
f. Definisi Istilah/operasional
Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar
terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan, bias dan ambigu. Bagian ini
juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian secara
operasional. Misalnya konsep pendidikan, konsep pendidikan Islam, pendidikan anak,
demokrasi, kepedulian lingkungan, paradigma dakwah, motivasi belajar, prestasi belajar,
kompetensi guru dan lain sebagainya menurut paradigma para tokoh. Perlu diperhatikan
bahwa dalam menuliskan definisi istilah atau definisi operasional cukup mengambil
variabel yang digunakan saja, tidak perlu memberikan definisi operasional pada kata
bantu yang ada dalam judul penelitian yang digunakan. Cotoh, judul penelitian
kepustakaan pemikiran pendidikan R.A. Kartini Ditinjau dari Konsep Pendidikan Islam,
maka definisi istilah yang perlu dituliskan cukup Pendidikan R.A Kartini dan Pendidikan
Islam. Kata konsep, pemikiran, dan ditinjau tidak perlu dicari pengertian secara bahasa.
g. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan/daftar pustaka harus sudah
disebutkan dalam teks. Demikian juga sebaliknya, segala yang ada dalam naskah harus
dituliskan dalam daftar pustaka. Artinya, bahan pustaka hanya digunakan sebagai bahan
bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Membuat
laporan penelitian selalu melakukan revisi yang terus menerus sampai memperoleh titik
jenuh peneliti atau titik jenuh referensi yang digunakan sehingga, seringkali peneliti akan
menambahkan dan membuang beberapa kutipan yang sudah masuk dalam tubuh laporan
penelitian. Perubahan secara dinamis dalam naskah penelitian tersebut menjadikan
perubahan dalam penulisan daftar pustaka. Peneliti seringkali tidak mau melakukan
pengecekan secara teliti beberapa rujukan yang digunakan dengan isi dalam daftar
pustaka, seringkali rujukan yang ada dalam naskah tidak dituliskan dalam daftar pustaka,
atau sebaliknya yang ada dalam daftar pustaka, ternyata tidak dirujuk dalam naskah
penelitian. Saran yang dapat diberikan agar ada kesesuaian antara naskah yang memuat
rujukan dengan penulisan daftar pustaka dengan melakukan pengecekan dengan
memberikan tanda chek list setelah naskah penelitian dicetak. Pencetakan merupakan
finalisasi dari proses penyusunan laporan penelitian, meskipun sebenarnya jika dianalisis
masih perlu untuk diberikan lagi perubahan-perubahan.
Tata cara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan biasanya
sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga. Meskipun demikian, kelaziman yang
ada memuat urutan sebagai berikut: nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir,
53
nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, tahun penerbitan, judul, termasuk
subjudul, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit.
2. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Penelitian Research and Development
Menurut Borg dan Gall (1989: 783-795), pendekatan Reseach and Development (R
& D) dalam seluruh aspek penelitian meliputi sepuluh langkah, yaitu:
a. Studi Pendahuluan
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur,
penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
1) Analisis Kebutuhan
Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu (1) Apakah
penelitian yang akan dilakukan merupakan hal yang penting dan memiliki nilai
manfaat bagi masyarakat atau stakeholders? (2) Apakah hasil penelitian mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang melaksanakan dan yang
akan dilibatkan memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan
mengembangkan hasil penelitian tersebut ada? 4) Apakah waktu yang direncanakan
akan mencukupi dalam melaksanakan penelitian tersebut?
2) Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap topik yang
akan diteliti. Studi leiteratur tidak hanya sekadar untuk mengumpulkan teori-teori
belaka, tetapi studi literatur juga di dalamnya menuliskan tentang hasil penelitian
yang sudah
dilakukan
sebelumnya.
Studi
literatur
ini
dikerjakan untuk
mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan
pengembangan penelitian yang direncanakan.
3) Riset Skala Kecil
Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan
mengacu pada reseach belajar atau teks profesional. Oleh karena itu pengembang
perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk
yang akan dikembangkan.
b. Merencanakan Penelitian
Setelah melakukan studi pendahuluan, peneliti dapat melakukan pengembangan
dengan melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan
penelitian R & D meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana,
tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya
dalam penelitian.
c. Pengembangan Desain
54
Pengembangan desain dilakukan untuk mendapatkan kejelasan tentang topik dan
ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Pengembangan desain dengan mengikuti
langkah sebagai berikut: 1) menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain
hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama
proses penelitian dan pengembangan; 3) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain
di lapangan; 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
d. Preliminary Field Test
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: 1)
melakukan uji lapangan awal terhadap desain penelitian; 2) bersifat terbatas, baik
substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal dilakukan
secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun
metodologi.
e. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan
terbatas.
f. Main Field Test
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi 1)
melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada umumnya,
menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji lapangan adalah
diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
g. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang
lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Revisi ini dilakukan dalam rangka
memperoleh data penelitian di lapangan.
h. Uji Kelayakan
Langkah ini sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan uji efektivitas
dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan
para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang
siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
i. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan.
j. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir
Laporan hasil dari R & D melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media
massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control. Kesepuluh
langkah tersebut, dalam penulisannya dapat diringkas menjadi lima langkah:
55
1) Studi Pendahuluan,
Pendahuluan merupakan kegiatan research and information collecting,
memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (kaji pustaka dan hasil penelitian
terdahulu) dan studi lapangan.
2) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan sebuah gabungan dari tahap planning and
development of the preliminary form of product. Tahap ini meliputi penentuan
tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan
pengembangan (misalnya: peneliti, guru, orang tua, trainer), merumuskan bentuk
partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan,
menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan. Dari kegiatan perencanaan ini
diperoleh draft desain model yang siap diujicobakan.
3) Tahap uji coba, meliputi
Preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan product
revision, yang memiliki kegiatan utama uji coba, baik uji coba terbatas, maupun uji
coba lebih luas. Kegiatan ini menjadi satu dengan revisinya setiap selesai uji coba.
Kegiatan uji coba ini dilakukan secara siklis (desain, implementasi, evaluasi dan
penyempurnaan) sampai ditemukan model yang siap divalidasi.
4) Tahap Validasi,
Tahap validasi terdiri dari tahap operational field testing dan final product
revision yang bertujuan untuk menguji model melalui eksperimentasi model kepada
sejumlah responden. Hasil eksperimentasi ini menjadi bahan pertimbangan dalam
membuat rekomendasi tentang efektivitas dan adaptabilitas hasil penelitian.
5) Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan diartikan sebagai tahap dissemination and implementation
yang mengandung kegiatan pelaporan dan distribusi.
3. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Sejarah
Sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau dalam lingkup kehidupan manusia.
Peristiwa atau kejadian pada masa lampau menjadi unsur yang sangat penting dalam
penelitian yang dilakukan oleh para ahli sejarah untuk mengungkap tabir sejarah. Dalam
usaha menyingkap tabir sejarah para ahli melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Pencarian Informasi Sejarah
Sejarah sebagai suatu perstiwa yang telah terjadi dalam lingkup kehidupan
manusia pada masa lampau akan meninggalkan goresan yang mewarnai kehidupan
56
manusia. Goresan tersebut bersifat positif maupun negatif. Peristiwa atau kejadian
sejarah di masa lampau yang telah diceritakan secara turun-temurun terkadang menjadi
sebuah cerita rakyat, legenda atau mitos. Oleh karena itu, informasi sejarah seperti itu
cukup sulit dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Meskipun demikian, tetap dapat
diakui sebagai ragam keilmuan manakala metode yang digunakan memenuhi formulasi
keilmiahan.
b. Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah
Sejarah sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau tidak
mungkin dapat diketahui begitu saja tanpa adanya sumber-sumber sejarah yang
mendukung. Pengumpulan sumber-sumber sejarah dapat dilakukan melalui sumber
lisan, sumber tertulis maupun sumber benda.
Dalam penelitian sejarah dikenal adanya istilah heuristik merupakan bagian dari
penelitian sejarah. Istilah heuristic berasal dari bahasa Yunani heurisken yang berarti
menemukan. Heuristik adalah upaya penelitian yang mendalam untuk menghimpun
jejak-jejak sejarah/mengumpulkan dokumen-dokumen agar dapat mengetahui segala
bentuk peristiwa atau kejadian bersejarah di masa lampau. Dokumen-dokumen tersebut
merupakan data yang sangat berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri
peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lampau. Jejak-jejak sejarah
biasanya dapat ditemukan secara kebetulan oleh masyarakat. Banyak benda-benda
budaya peninggalan masa lalu ditemukan secara tidak sengaja. Informasi penemuan
itulah akhirnya para ahli/sejarawan melakukan penelitian lebih lanjut. Bahkan tanpa
informasi yang berhasil diterima dari masyarakat, para ahli/sejarawan sangat sulit untuk
menemukan jejak sejarah tentang masa lampau.
Penelitian sejarah diperlukan langkah verifikasi. Verifikasi di dalam sejarah
memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah.
Verifikasi diperlukan untuk meneliti kembali data-data atau laporan-laporan dari suatu
peristiwa yang telah terjadi. Verifikasi tersebut dapat berupa orang, benda-benda
bersejarah, maupun koleksi tertulis, maupun benda-benda elektronik yang selanjutnya
akan diberikan informasi sebagai bentuk averifikasi.
Suatu peristiwa bersejarah
memiliki data-data atau laporan-laporan yang tidak sedikit jumlahnya sehingga para
peneliti harus berhati-hati dalam mempelajari kembali data-data yang diperoleh.
Selanjutnya informasi tersebut dibahas untuk menentukan kebenaran data/laporan dari
suatu peristiwa sejarah. Sebelum sumber-sumber sejarah terkumpul digunakan sebagai
pendukung sebuah karya tulis, sebelumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu, baik
57
dari segi kebenaran materi atau isi maupun keasliannya dalam ilmu sejarah disebut
kritik. Kritik tersebut meliputi:
1) Kritik Intern
Kritik intern berarti kritik terhadap isi dari suatu peninggalan sejarah seperti
isi prasasti, isi kitab kuno, isi dokumen, benda-benda elektronik dan lain sebagainya.
2) Kritik Ekstern
Kritik ekstern berarti kritik terhadap keaslian dari sumber-sumber sejarah
yang ada seperti tipologi, stratifikasi, dan kimiawi. Tipologi sendiri artinya
penentuan ketuaan berdasarkan bentuk dan benda peninggalan tersebut. Pada
umumnya semakin sederhana bentuk peninggalan sejarah, semakin tua usia benda
tersebut. Stratifikasi yaitu penentuan umur relatif suatu benda berdasarkan lapisan
tanah tempat benda tersebut ditemukan. Pada umumnya lapisan yang paling atas
adalah lapisan yang paling muda, sedangkan lapisan yang paling bawah adalah
lapisan yang paling tua. Kimiawi yaitu penentuan ketuaan suatu peninggalan
berdasarkan unsur-unsur kimia yang terkandung pada benda tersebut.
Penelitian sejarah terdapat beberapa tahapan interpretasi. Interpretasi dalam
sejarah mempunyai arti penafsiran terhadap suatu peristiwa atau memberikan
pandangan teoretis terhadap suatu peristiwa sejarah. Sejarah sebagai suatu peristiwa
yang telah terjadi pada masa lampau, tetapi tidak semua data yang terkumpul dapat
dijadikan sarana pendukung untuk mengungkapkan suatu peristiwa sejarah. Data
tersebut diinterpretasikan sehingga data-data yang terkumpul dapat mengungkap
kebenaran suatu peristiwa bersejarah. Dengan demikian, sesuatu yang tersirat dan
tersurat dalam peninggalan tersebut dapat dikomunikasikan. Contoh Prasasti Yupa
menyebutkan bahwa Raja Mulawarman melakukan penyembelihan hewan korban di
sebuah tempat yang bernama Waprakeswara. Karena waprakeswara adalah tempat
pemujaan terhadap Dewa Siwa, maka sejarawan menginterpretasikan bahwa Raja
Mulawarman beragama Hindhu Siwa (pemuja Dewa Diwa sebagai dewa utama)
Di samping sumber sejarah, dalam penelitian sejarah dapat mengacu pada
bukti dan fakta sejarah, karenanya sejarah suatu masyarakat atau bangsa di masa
lampau berhasil diketahui melalui penemuan bukti-bukti atau fakta-fakta yang
menunjukkan terjadinya suatu peristiwa di masa lampau itu. Bukti dan fakta sejarah
dapat diketahui melalui 3 sumber yaitu sumber primer, sekunder, dan tersier:
1) Sumber Primer
Sumber primer berupa bukti dan fakta tentang peristiwa sejarah diuraikan
oleh para pelaku yang mengalami suatu peristiwa sejarah. Biasanya pelaku
58
sejarah tidak dapat tegak berdiri dengan sempurna, artinya tidak bisa
mengungkapkan secara utuh apa yang dilihat, didengar dirasakan, dan diingat
secara obyektif. Pelaku sejarah juga mungkin dapat menyembunyikan atau
menenggelamkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang melemahkan kedudukannya
dalam peristiwa sejarah. Hal serupa berlaku pula pada pernyataan saksi suatu
peristiwa sejarah. Para saksi dalam mengungkapkan suatu peristiwa sejarah juga
tidak terlepas dari unsur subjektivitas. Hal ini disebabkan adanya unsur
keberpihakan dari para saksi tersebut atau juga disebabkan oleh latar belakang
keahlian yang dimiliki oleh saksi dalam mengungkapkan keruntutan sejarah
dengan menggunakan bukti sejarah seperti prasasti, kronik, piagam dan lain-lain.
2) Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber lain dari sejarah yang tidak asli,
tetapi cukup memberikan dukungan terhadap penemuan bukti sejarah yang akan
dihubungkan dan dikaitkan secara teliti dengan bukti sejarah yang lainnya. Bukti
dan fakta tentang peristiwa sejarah diuraikan oleh seseorang yang bukan pelaku
atau saksi dari peristiwa tersebut. Akibatnya kebenaran dari peristiwa tersebut
semakin berkurang. Berdasarkan informasi prasasti itu, para ahli mencoba untuk
membuat penafsiran tentang keseluruhan keadaan pada masa itu, baik tentang
perkembangan sistem pemerintahan kerajaan, kehidupan sosial, ekonomi, budaya
dan kepercayaan masyarakat dari kerajaan-kerajaan bersangkutan. Berdasarkan
bukti dan fakta dari sumber sekunder itu, kebenaran tentang suatu peristiwa
sejarah tidak dapat diketahui secara keseluruhan. Keterkaitan peristiwa yang satu
dengan peristiwa berikutnya dapat diketahui oleh generasi penerus dari suatu
bangsa. Contoh prasasti yang ada di beberapa tempat, laporan penelitian, dan
terjemahan kitab-kitab kuno yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.
3) Sumber Tersier
Sumber tersier berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan
laporan penelitian langsung. Artefak dalam sejarah dapat dijadikan alat bukti
bagi penelitian sejarah. Artefak merupakan peralatan atau alat-alat yang dibuat
oleh manusia untuk membantu kehidupannya. Peralatan atau alat-alat itu
merupakan hasil kebudayaan manusia yang dapat menunjukkan bahwa manusia
memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk lainnya. Artefak itu dapat menandai
nilai budaya dan perdaban suay bangsa pada waktu yang lampau. Kelebihan yang
dimiliki oleh manusia itu adalah berupa akal dan pikiran untuk berkembang
melebihi generasi terdahulu. Tingkat perkembangan kebudayaan manusia dapat
59
diketahui melalui alat-alat kebudayaan yang digunakan oleh manusia. Bahkan,
dalam penelitian sejarah fakta mental (heroism) dalam sejarah dapat dijadikan
salah satu obyek penelitian. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia yang
ditulis W.J.S Poerwadarminta menyatakan bahwa mental itu hal yang
menyangkut batin atau watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga.
Hal yang menyangkut bukan hanya pembangunan fisik yang perlu diperhatikan,
melainkan juga pembangunan rohani atau batin. Hal yang menyangkut trauma
atau guncangan jiwa yang sangat membekas dalam kehidupan seseorang. Dari
uraian di atas maka, mental terkait dengan masalah batin, rohani, dan watak
manusia. Oleh karena itu, mental dapat menentukan baik buruknya perjalanan
kehidupan manusia, masyarakat atau bangsa. Contoh peristiwa peperangan yang
selalu menyisakan tragedi dan derita akan mempengaruhi mental masyarakat
yang mengalaminya. Peristiwa alam yang mengenaskan juga akan meninggalkan
emosi psikologis yang mendalam. Fakta mental memberikan gambaran yang
pasti akibat perang yang ditimbulkannya sehingga, akhirnya hanya akan
menyisakan kehidupan yang sangat memprihatinkan.
Sejarah juga tidak dapat dipisahkan dari fakta-fakta sosial yang muncul
dalam kehidupan masyarakat. Karena munculnya suatu peristiwa bersejarah
dapat dipengaruhi oleh masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan
kehidupan masyarakat. Bahkan, masalah yang muncul dan berkembang di
masyarakat kerapkali menimbulkan suatu peritiswa, baik peristiwa itu
merupakan peristiwa kecil maupun peristiwa besar. Contoh masalah sosial yang
dibatasi pada masa orde baru (di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto)
tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Fakta-fakta sosial antara
lain kehidupan masyarakat pada lapis bawah merasa tenang, tenteram, damai,
perekomomian stabil, keamanan terkendali, kerukunan hidup beragama berjalan
harmonis. Namun, di balik ketenagan tersebut diketahui ada sisi negarif yang
dapat melahirkan gelombang besar dalam sejarah perpolitikan di Indonesia.
Ruang lingkup kehidupan sosial masyarakat yang sangat terbatas itu dijadikan
dasar perjuangan untuk menentang kekuasaan orde baru. Bahkan, kehidupan
sosial dari masyarakat Indonesia yang sangat memprihatinkan itu menarik
perhatian kalangan intelektual muda, yaitu kalangan mahasiswa. Puncak
demonstrasi yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa yang ditandai dengan
berhentinya Presiden Suharto dari jabatannya sebagai Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil Presiden B.J
60
Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia. Presiden Habibie menjabat
sebagai presiden hingga terpilihnya presiden K.H. Abdurrahman Wahid melalui
sidang MPR hasil pemilihan umum tahun 1999 dan penggulingannya beliau
menjadikan Megawati Soekarno Putri naik ke tampuk pimpinan RI 1, dan
sekarang ini Susilo Bambang Yudhoyono sudah menjabat pada periode ke dua.
Masalah-masalah sosial sering muncul setelah terjadi suatu peristiwa
bersejarah, seperti pada perang Dunia I dan II, perang Asia Timur Raya atau
Perang Pasifik. Peperangan yang telah terjadi memporak-porandakan tatanan
sosial dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa. Hubungan sosial yang
pernah terputus akibat peperangan mulai dibenahi kembali, sehingga dapat
memunculkan jalinan hubungan sosial yang lebih erat dari masa sebelumnya.
Berdasarkan uraian dan contoh-contoh tersebut, maka pengertian sosial
berkenaan dengan kehidupan suatu kelompok masyarakat maupun bangsa
berguna untuk menjaga agar hubungan sosial tetap terjaga dengan baik, perlu
adanya komunikasi sosial antara masyarakat dalam mencapai tujuan dari
masyarakat bersangkutan atau menunjang pembangunan di segala sektor
kehidupan masyarakat tersebut. Di samping itu, pengertian sosial dalam
kehidupan masyarakat merupakan suatu proses belajar dari seorang anggota
masyarakat
untuk
mengenal
dan
menghayati
budaya
masyarakat
di
lingkungannya. Misalnya, seorang yang baru tinggal pada suatu lingkungan
kelompok masyarakat maka dapat mengetahui adat dan tradisi masyarakat
tersebut. Mengetahui tradisi masyarakat tersebut dapat memudahkan untuk
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
Dengan demikian, fakta sosial merupakan suatu bukti yang muncul dari
lingkungan sosial masyarakat untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang
bersangkutan. Sehingga upaya mencapai tujuan itu sering muncul peristiwaperistiwa atau kejadian-kejadian. Bukti-bukti yang muncul dari peristiwaperistiwa itulah yang dapat dikenal dengan fakta sosial dalam ilmu sejarah.
Untuk memudahkan penelitian sejarah, maka langkah awal adalah
mengenali sumber-sumber sejarah. Peristiwa yang terjadi di masa lampau dapat
terungkap jika ada sumber-sumber yang mendukung. Sumber sejarah terdiri atas
sumber lisan, tertulis, benda, dan rekaman.
61
1) Sumber Lisan
Sumber lisan berupa keterangan langsung dari para pelaku atau saksi
dari peristiwa yang terjadi di masa lampau atau dari orang yang menerima
keterangan secara lisan dari pelaku sejarah. Kelemahan dari sumber lisan ini
yaitu sering kali ada unsur-unsur subjektifitas di dalamnya, daya ingat yang
yang lemah menjadikan sumber lisan akan memberikan persepsi secara
spontan. Sumber lisan biasanya tidak dapat memperoleh informasi secara
lengkap dari peristiwa sejarah yang terjadi pada saat itu, sehingga sumber
lisan ini tidak menjadikan laporan dari sumber lisan sebagai satu-satunya data
yang valid. Informasi dari sumber lisan tetap akan dicek dengan sumbersumber lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan keutuhan informasi
sejarah.
2) Sumber Tertulis
Sumber tertulis berupa segala bentuk tulisan yang berkaitan dengan
sejarah yang yang menjadi topik dalam penelitian. Sumber sejarah yang
diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa
yang terjadi di masa lampau. Contohnya prasasti, kronik, babad, hikayat,
surat, laporan, notulen rapat, piagam, naskah, arsip, surat kabar. Misalnya,
Pararaton sumber sejarah Kerajaan Singasari. Negarakertagama sumber
sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit. Babad Tanah Jawi sumber sejarah
Kerajaan Mataram Islam. Informasi dari sumber tertulis tetap akan dicek
dengan sumber-sumber lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan
keutuhan informasi sejarah.
3) Sumber Benda
Sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda
kebudayaan. Sumber sejarah itu belum dapat menginformasikan secara pasti
kebenaran yang diceritakan sehingga para ahli hanya dapat menafsirkan
sebagian kecil dari peristiwa atau kejadian tersebut. Contohnya fosil, senjata,
peralatan hidup, perhiasan, dan lain-lain. Informasi dari sumber tertulis tetap
akan dicek dengan sumber-sumber lain yang saling berhubungan untuk
mendapatkan keutuhan informasi sejarah.
4) Sumber Rekaman
Sumber rekaman bisa berupa rekaman kaset audio meupun rekaman
kaset video. Misalnya : rekaman peristiwa sekitar proklamasi, dan rekaman
demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi. Agar mendapatkan bukti dan
62
fakta sejarah yang benar harus memperhatikan segi terpercayanya sumber,
kuatnya sumber, dan sahihnya sumber.
63
BAB IV
KARYA ILMIAH POPULER DAN KARYA ILMIAH MURNI
A. Prawacana
Karya tulis ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang disusun menurut tata
tulis tertentu. Menulis artikel bagi orang yang telah terbiasa menulis, tentunya bukan merupakan
pekerjaan yang susah dilakukan. Bahkan setiap saat, artikel mampu melahirkan ide-ide dalam
bentuk tulisan yang baik dan enak dibaca. Bagi penulis ini, menulis dapat dilakukan secara
spontan, karena skema ide yang akan ditulisnya telah mengendap dalam pikirannya, diksi,
kekayaan stuktur pengungkapan sudah ada (Sukino, 2010: 184). Penulisan karya ilmiah yang
ada diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya ilmiah populer dan karya ilmiah murni. Karya
ilmiah populer biasa disebut dengan featur populer. Kata populer dipakai untuk menyatakan
sesuatu yang akrab, dan menyenangkan (disukai banyak orang) karena menarik dan mudah
dipahami. Oleh karena itu, karya ilmiah populer ditulis dengan mempertimbangkan kepopuleran
tersebut, selain keilmiahannya (Amir, 2009: 114). Karya ilmiah populer merupakan sebuah
karangan singkat sesuai dengan fakta dan memiliki aktualitas. Karya ilmiah populer dalam
bentuk artikel disusun dengan menggunakan bahasa non formal secara sederhana untuk semua
lapisan masyaraka. Karya ilmiah populer bertujuan untuk memberikan informasi, meyakinkan
kepada masyarakat, mendidik, memberikan solusi terhadap permasalahan yang berkembang di
masyarakat, dan bahkan menghibur. Persoalan ilmiah yang selalu diasosiasikan dengan wilayah
orang-orang kelompok elit akademis akan dapat dinikmati oleh masyarakat secara umum
apabila diungkapkan dengan gaya ilmiah populer (bahasa segar, tidak njlimet, dan disuguhkan
variasi humor).
Jangkauan pembaca artikel penulisan populer lebih luas dari lintas disiplin ilmu, bahkan
masyarakat awam pun dapat menikmati. Pengutipan sumber referensi agak longgar, karena
lebih mementingkan pesan yang disampaikan, mode pengungkapannya adalah refleksi terhadap
isu aktual, sehingga dapat memperkaya wawasan dan melihat persoalan dari beragam
perspektif.
Penyusunan artikel dalam internet bisanya bermuatan pada artikel penulisan populer.
Artikel di internet memiliki spesifikasi antara lain secara konsisten dengan topik yang sudah
disusun dan memiliki ketersambungan dengan artikel yang telah dimuat. Harapannya pembaca
akan setia untuk mengunjungi blog atau web yang disediakan. Membuat artikel yang baik
dengan harapan dapat banyak dikunjungi oleh masyarakat secara luas pada media internet dan
membuat karangan ilmiah yang dapat memenuhi kualifikasi penulisan ilmiah, maka disusun
beberapa teknik untuk membuat artikel yang baik dan menarik.
64
Karya ilmiah berupa artikel ilmiah berbeda dengan penulisan artikel populer. Karya ilmiah
memiliki karakteristik antara lain diperoleh melalui kegiatan penelitian, menganut pada satu
disiplin ilmu tertentu, pemaparannya menggunakan bahasa yang baku, mempunyai standar
akademis yang logis dan empiris, audiensnya terbatas pada masyarakat ilmiah, data dilengkapi
dengan daftar pustaka, nilai gunanya untuk mengantarkan pada perubahan ilmu pengetahuan,
orisinalitas dalam tulisan karya ilmiah dipertanggung jawabkan secara jujur. Karakteristik
tersebut menjadikan keberbedaan yang nyata dalam penulisan artikel yang sudah dipubliksikan
secara luas.
B. Penulisan Ilmiah Populer
Menulis pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu menulis ilmiah dan non ilmiah
sebagaimana ditampilkan dalam diagram berikut ini:
MENULIS
NONILMIAH
ILMIAH
ILMIAH POPULER
ILMIAH AKADEMIK
KORAN
LAPORAN PENELITIAN
AKADEMIK
MAJALAH POPULER
LAPORAN PENELITIAN
KHUSUS
JURNAL ILMIAH
Bagan Kategori Menulis Karya Ilmiah
1. Karya Ilmiah
a. Pengertian
Suatu karya ilmiah (scientific paper) merupakan laporan tertulis dan dapat
dipublikasi untuk memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan
oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Karya ilmiah merupakan karya
tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah dengan cara
memberikan data valid yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Paparan
tersebut dalam rangka untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis
kepada para pembaca.
65
Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan
untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.
Oleh karena itu, kaya tulis ilmiah sering mengangkat tema yang berkaitan dengan
hal-hal baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Meskipun demikian,
tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah
sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu.
b. Ciri-ciri Karya ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji pada beberapa aspek, yaitu:
1) Struktur Sajian
Struktur sajian dalam penulisan karya ilmiah sangat ketat baik dalam
penyusunan desain, sistematika, teknik penulisan, dan bahasa yang digunakan.
Penulisan karya ilmiah biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian
inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar
ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin
disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup
merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang
tindak lanjut gagasan tersebut.
2) Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua
karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak,
teknik penulisan dan jenis tulisan dengan ruang lingkup keilmuan yang khas dari
jurnal yang ada.
3) Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan
bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4) Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang
tercermin dari diksi/pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan
struktur yang baku.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) antara lain merupakan
pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Artinya, faktanya sesuai dengan
yang diteliti. Bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
66
digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol
secara tertib dan rapi. Tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras
bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak
ambigu (ganda). Contoh antara lain dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, lembar
kerja dan lain-lain.
c. Pengertian dan Ruang Lingkup Artikel Ilmiah Populer
Artikel merupakan karya tulis atau karangan, bisanya berupa karangan non
fiksi. Ruang lingkup artikel meliputi penulisan yang bertujuan untuk memberikan
infomasi sehingga dapat memberikan keyakinan, mendidik, menawarkan pemecahan
masalah dan bahkan menghibur. Media penyampaian artikel biasanya dalam
percetakan seperti surat kabar, majalah, buletin, dan bahkan pada media internet.
d. Jenis Artikel Ilmiah Populer
Pada dasarnya, jenis artikel ilmiah populer tidak berbeda dengan jenis artikel
pada umumnya. Kurnia dalam Sukino (2010: 181) menmbagi jenis artikel ilmiah
populer antara lain sketsa tokoh, wawancara, naratif, penyingkapan, antologi, kolom,
dan ulasan.
1) Sketsa Tokoh
Sketsa tokohbiasanya berisi tentang tokoh dalam berbagai aspek. Tokohtokoh yang menjadi subyek disajikan oleh penulis dalam berbagai peristiwa.
2) Wawancara
Wawancara jenis ini lebih memfokuskan pada bentuk tulisan artikel yang
berisi hasil wawancara terhadap tokoh. Keseluruhan tulisan mungkin hanya
berbentuk tanya jawab atau dialog yang dilengkapi dengan penuturan tentang
situasi yang berkaitan dengan soal yang tengah didiskusikan.
3) Penyingkapan
Penyingkapan artikel mirip dengan berita. Berbagai penyingkapan
berhubungan erat dengan opini atau informasi, tetapi berbeda dalam hal sasaran,
yakni lebih spesifik dan individual. Jenis artikel ini juga mencerminkan adanya
penelusuran data dengan investigasi hasil pengamatan.
4) Antologi
Antologi sebagai salah satu proses penulisan biasanya diawali dengan
kerja editor yang menghubungi penulis pilihannya. Penulis diminta untuk
mengulas materi tertentu yang bisa dihubungkan dengan tema keseluruhan yang
telah dirancang.
5) Kolom
67
Tulisan kolom harus dapat dibaca semua orang dan harus merupakan
ekspresi personal. Artikel kolom tetap mengedepankan kepentingan pembaca
walaupun prinsip idealitas penulis tetap ada.
6) Ulasan
Artikel yang berbentuk ulasan biasanya bertolak pada apa yang dilihat dan
didengar oleh penulis. Penulisan artikel ini dapat dilakukan dengan memadukan
fakta dengan pemikiran subyektif. Penulis artikel ini memulai proses penulisan
dengan melakukan pencatatan dengan berbagai referensi, dan mengenal subyek
dan obyek tulisan dengan mendalam.
e. Ciri-ciri Artikel Ilmiah Populer
Untuk dapat mengenal lebih jauh tentang artikel, berikut diberikan ciri-ciri
artikel. Soeseno dalam Amir (2009: 115) memberikan beberapa ciri-ciri artikel
sebagai berikut:
1) Karya ilmiah populer disusun seperti kerucut terbalik. Kerucut terbalik ini berisi
pendahuluan (lead), jembatan antara lead dan tubuh, tubuh tulisan, dan penutup.
2) Karya ilmiah populer menggunakan bahasa yang komunikatif, yang berarti
bahasa yang digunakan adalah bahasa yang memiliki kemungkinan cepat
ditangkap. Oleh karena itu, harus bebas pemanis basa-basi, ringkas tetapi jelas,
lengkap dan teliti, kata sederhana dan kalimat pendek, paragraf (alinea) yang
berurutan.
Amir (2009: 115) mengklasifikasikan dalam empat komponen seperti
bahan, penyajian, sikap penulis, dan penyimpulan. Bahan menyajikan fakta yang
obyektif, penyajian menggunakan bahasa yang cermat, tidak selalu formal tetapi
tetap taat asas, disusun secara sistematis, tidak memuat hipotesis. Sikap penulis
tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang meragukan perasaan pembaca
agar seolah-olah pembaca menghadari sendiri pada situasi konteks. Penyimpulan
memberikan fakta berbicara sendiri sekalipun didahului dengan membimbing
dan mendorong pembaca untuk berfikir pada aplikasinya. Ciri-ciri tersebut dapat
dirumuskan bahwa ciri-ciri artikel ilmiah populer antara lain:
a. Artikel merupakan karangan tentang berbagai hal pada berbagai disiplin
ilmu;
b. Artikel mengandung masalah dengan topik yang spesifik;
c. Artikel menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak formal;
d. Artikel memuat gagasan berupa opini/pendapat;
e. Artikel ditulis tanpa terikat oleh gaya bahasa atau format apapun;
68
f. Artikel ditujukan untuk semua lapisan masyarakat tanpa mengenal batas
pelapisan masyarakat, sehingga menggunakan bahasa yang mudah dicerna
oleh masyarakat (pembaca);
g. Artikel secara sederhana mengungkapkan alasan, fakta/bukti yang dapat
dipertanggung jawabkan;
h. Artikel yang dibuat khususnya pada media cetak seperti koran biasanya
bersifat aktual yang tengah diperbincangkan dalam situasi sekarang,
i. Artikel biasanya dibuat dalam jumlah halaman tidak terlalu tebal, karena
memang tidak dimaksudkan sebagai sajian khusus. Dengan demikian,
panjang artikel biasanya berkisar antara 550 kata hingga 1.500 kata atau kirakira 2 (dua) sampai dengan 5 (lima) halaman;
j. Artikel nilai gunanya untuk menyampaikan gagasan dan fakta untuk
meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan masalah secara sederhana,
harapan, usul terhadap topik yang diungkapkan, menghibur, bahkan
mengkritik suatu fenomena yang terjadi di masyarakat;
k. Artikel ada juga yang dilengkapi dengan gambar situasi yang menjadi topik
bahasan;
l. Media penulisan ilmiah populer adalah surat kabar, majalah populer, tabloid,
dan buku yang secara khusus berisi tulisan ilmiah populer.
f. Tips Menulis Karya Ilmiah Populer
1) Tentukan Tipe Tulisan yang Hendak Digunakan
Menentukan tipe tulisan merupakan sesuatu hal yang sangat penting sebagai tip
jitu menulis karya ilmiah populer, apakah deskriptif berupa pemaparan
ide/gagasan, ekspository, essei yang bersifat argumentasi, sebab akibat,
klasifikasi, dan definisi. Persuasi, tulisan yang memuat bujukan/mengajak
sesorang
untuk
melakukan
hal
tertentu
sesuai
dengan
orang
yang
membujuk/mengajak, atau dokumentatif (Sucipto Suntoro, tt: 300).
2) Memilih Topik
Topik dibuat secara khusus.
kecenderungan secara pribadi
Penulis ‘jangan bernafsu” pada
yang dinilai lebih menarik dan dikuasai oleh
penulis tanpa mempertimbangkan pada varibel-varibel lain yang lebih tepat
waktu, sasaran, dan materi.
3) Menentukan Tujuan
Tujuan disesuaikan dengan topik yang dipilih, baik berjenis ekspositori
deskriptif, ataupun lainnya. Tujuan ditetapkan secara rigit, dengan demikian,
69
tidak ditemukan tujuan ganda yang akan membuat penulis sendiri dibuat
bingung. Dalam istilah lain, untuk menentukan tujuan tidak banci atau tidak
mendua yang menjadikan esensi tulisan menjadi tidak mengarah pada hal yang
pokok.
4) Tuliskan Minat
Tuliskan beberapa subyek yang menarik minat penulis. Semakin banyak
subyek yang ditulis, maka semakin baik karangan tersebut. Tuliskan segala
sesuatu yang melitas pada pikiran anda, baru revisi baik dari sisi isi, kedalaman
materi, maupun bahasa yang digunakan.
5) Evaluasi Potensial Topik
Melakukan evaluasi terhadap topik menjadi sangat perlu dilakukan, jika
sudah ada beberapa topik yang pantas, pertimbangkan topik yang dipilih yang
dinilai memiliki sesuatu yang lebih dibandingkan dengan topik-topik yang lain.
Jika tujuannya untuk meyakinkan, maka topik tersebut harus berupa sesuatu yang
benar-benar mengundang minat pembaca.
6) Membuat out line
Tujuan membuat out line adalah untuk meletakkan ide-ide tentang topik
yang sedang ditulis dalam sebuah format yang terorganisir. Berdsasarkan outline
yang dibuat, akan memudahkan bagi penulis untuk menguraikan apa yang
seharusnya ada dalam tulisan tersebut. Membuat outline bersifat dinamis,
manakala diperlukan outline yang sudah dibuat dapat disempurnakan untuk
tujuan yang lebih baik.
7) Menulis Tesis.
Suatu pernyataan tesis yang mencerminkan isi esai dan hal yang penting
disampaikan oleh pengarangnya dengan jelas.
8) Menuliskan Tubuh Essai.
Ide dasar dibuat dalam kalimat. Tuliskan masing-masing esensi isi
pendukung ide tersebut, buat kesimpulan pada masing-masing paragraf. Buat
kata pembukaan dan penutup. Berita aktual (news fact) isilah pengait dalam
fenomena yang sedang menjadi perbincangan publik disertakan dalam tulisan ini
sebagai informasi terkini.
9) Menuliskan Paragraf Pertama.
Membuat kalimat minimal memuat 5 (lima) paragraf (kira-kira delapan
ratus kata). Kalimat yang dikembangkan berada pada paragraf 2-5. Mulailah
dengan kata yang menarik yang jelas dan spesifik. Alinea pertama merupakan
70
alinea yang menentukan sebagai jendela atas isi karangan yang akan disuguhkan
kepada para pembaca. Jaga ejaan dan kata depan dan awalan pada awal kalimat,
artinya hindari kata depan sebagai huruf pertama yang mucul dalam tulisan
tersebut. Contoh mulailah dengan suatu informasi dan terpercaya. Mulailah
dengan anekdot sebagai pembuka analog yang mengantarkan kepada pembaca
untuk merasa penasaran dengan sampiran itu. Membuat dialog dalam dua atau
tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan point yang
dituliskan. Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada
pernyataan tesis yang ditulis. Tutup paragraf dengan pernyataan yang seakanakan tulisan tersebut memiliki penekanan yang menjadi esensi pada tulisan
sebagai pengantar kesimpulan.
10) Menuliskan Kesimpulan.
Kesimpulan merupakan rangkuman dari point yang telah dikemukakan dan
memberikan perspektif akhir penulis kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau
empat kalimat yang menjadi esensi penting yang dibahas.
11) Memberikan Sentuhan Akhir.
Sentuhan akhir dari tulisan karya ilmiah ini antara lain dengan membaca
ulang apa yang sudah dituliskan. Membaca ulang apa yang sudah ditulis akan
menemukan kekurangan dan kedangklaan dalam hasil tulisan tersebut. Membaca
ulang apa yang sudah dituliskan itu memungkinkan dapat dilakukan
penyempurnaan dari tulisan yang sudah ada baik dari sisi konten, sequences nya
maupun justru dari bahasa yang kurang tepat dan kesalahan pengetikan yang
dilakukan.
Pendapat lain mengkonsepkan beberapa tips untuk menulis artikel/opini di
media massa antara lain:
1. Pada mulanya adalah “Ide”. tentukan ide terlebih dahulu, ide itu harus baru, ide
itu harus menggugah pikiran dan yang paling utama, ide itu harus orisinal.
Sumber bisa bisa berasal dari riset atau hasil perenungan mendalam, atau
pengalaman yang diperoleh. Tuangkan ide utama dalam lead atau kepala tulisan.
Penjelasan atau eksplorasi ide ditempatkan di tengah tulisan. Alinea terakhir
adalah kesimpulan dari apa yang dibahas dalam karya ilmiah tersebut. Ketika
pembaca membaca awal kalimat tersebut, maka pembaca dapat dengan segera
untuk menangkap ide yang disampaikan oleh penulis.
2. Plagiarisme baik sebagian maupun menyeluruh ditolak keras di media massa
manapun;
plagiat akan diblacklist! Dengan demikian penulis yang sudah
71
melakukan plagiasi terhdap tulisan sendiri ataupun tulisan orang lain hasil karya
ilmiahnya kemungkinan tidak akan diterbitkan. Bahkan, tidak sekedar tidak
diterbitkan, ada kemungkinan akan menerima sanksi hukum atas plagiasi yang
dilakukan.
12) Motivasi utama menulis bukan mencari honor, tetapi ingin membuka cakrawala
pemikiran (intellectual exercise!). Orientasi yang mengarah pada kualitas materi
karya ilmiah, akan menjadikan seseorang untuk menungkan gagasan yang paling
baik dalam karyanya. Orang yang sudah menulis dengan baik atas karyanya itu
akan menjadikan popularitas namanya membumbung tinggi. Popularitas penulis
ini dengan sendirinaya akan menunjuk pada penghargaan fiinansial yang
memadai.
13) Kompetensi penulis diharapkan sesuai dengan tema.
Kompetensi penulis diutamakan dalam pemilihan tema yang akan
disuguhkan kepada pembaca. Pemilihan tema yang berdsarkan pada kompetensi
yang dimiliki penulis memberikan hasil tulisan yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan pemilihan tema yang tidak sesaui dengan kompetensi yang
dimiliki. Pemilihan tema yang tidak sesuai dengan kompetensi penulis hanya
akan menjadikan pembaca merasa dibawa kemana-mana, di samping tidak fokus,
juga akan meyesatkan kepada pembaca.
14) Mulailah menulis apa saja.
Menulis diawali dari apa saja yang ada di sekitar penulis, sering dijumpai,
dirasakan, dilakukan, dan bahkan berasal dari pengalaman orang lain yang
didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis. Topik apa saja bagi penulis dapat
menjadi pilihan. Dengan demikian, mulailah menulis dari apa saja, tanpa
memikirkan seseutu yang jauh dari diri penulis. Apa saja yang ada di sekitar
penulis dapat menghadirkan ide yang baik yang. Sangat mungkin sesuatu yang
sederhana bagi penulis, tetapi sangat berharga bagi pembaca/orang lain. Dengan
demikian mulailah menulis dengan apa saja yang diinginkan, anggap saja
pembaca sangat membutuhkan dengan apa yang mau dituliskan.
15) Gunakan bahasa yang tidak akademis, terlalu ilmiah, karena pembaca media
massa berlatar belakang aneka ragam, mulai berpendidikan SD sampai guru
besar, dari orang bodoh sampai orang pintar, dari orang miskin sampai orang
kaya, dari orang yang tidak berpengalaman sampai orang yang sangat
berpengalaman.
72
g. Kerangka Karya Ilmiah Populer
Amir (2009: 115) kerangka karya populer terdiri dari lead, jembatan, tubuh
tulisan, dan penutup. Berikut ini penjelasan keempat komponen tersebut.
1) Pendahuluan (lead)
Karya ilmiah populer berisi hal yang paling penting untuk mengarahkan
perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang dimulainya
tulisan. Pendahuluan menampilkan latar belakang singkat munculnya gagasan,
apa yang akan dibahas, solusi yang ditawarkan, sampai kepada kesimpulan
sederhana yang dapat diajukan.
2) Jembatan
Jembatan bertugas menjembatani lead masuk ke tubuh tulisan, isinya
masih terkait dengan lead tetapi sudah mulai masuk ke tubuh tulisan. Jembatan
ini dapat memaparkan pada permasalahan yang ada hingga pada deskripsi materi
yang dibahas dengan sangat singkat. Hal ini dimaksudkan hanya sebagai
penghubung antara pendahuluan dengan isi materi yang akan disampaikan.
3) Tubuh tulisan
Karya ilmiah populer berisi situasi dan proses, disertai penjelasan yang
mendalam tentang mengapa dan bagaimana. Selain itu, situasi dan proses di
dalam karya ilmiah populer tidak disertai pendapat subyektif.
4) Penutup
Tulisan dalam karya ilmiah populer berisi pesan mengesankan. Di samping
itu, berisi suatu simpulan dari uraian ada.
h. Cara Menyusun Artikel
Beberapa cara untuk menyusun sebuah artikel antara lain sebagaimana
disebutkan di bawah ini:
1) Pilih fakta aktual yang berkembang di masyarakat;
2) Tentukan topik yang menarik terhadap fakta aktual yang ditemukan;
3) Temukan gagasan substansial terhadap topik yang dipilih;
4) Susun dengan menggunakan bahasa yang sederhana secara konsisten terhadap
topik yang dipilih;
5) Hindari semaksimal mungkin terjadinya plagiasi gagasan maupun bahasa yang
digunakan. Menggunakan gagasan yang murni dan bahasa yang diolah sendiri
akan mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan bahasa orang lain;
73
6) Gunakan tanda baca yang lazim digunakan, hindari teknik penulisan huruf
dengan garis bawah, huruf tebal, huruf miring secara bersamaan, tetapi pilihlah
salah satu kalau sangat dibutuhkan dengan maksud untuk memberikan
penekanan atau keberbedaan makna yang seharusnya.
7) Buatlah judul yang menarik, singkat, dan jelas.
8) Khusus untuk menulis artikel di internet, usahakan memilih topik yang sesuai
dengan disiplin ilmu yang dimiliki atau minat utama yang disukai. Usahakan
secara konsisten terhadap topik yang dipilih, ada ketersambungan antara topik
yang satu dengan topik lainnya sehingga pengunjung akan selalu tertarik dengan
tulisan Saudara. Slamet Soeseno dalam Sukino (2010: 185) memberikan saran
dalam penyusunan artikel dengan menyederhanakan beberapa langkah antara lain
penelaahan tema, memilih pola penggarapan, pengumpulan petunjuk literatur,
pengumpulan informasi paling aktual, dan pembuatan catatan dan memulai untuk
menulis.
i. Menulis Opini
Tips dan trik menulis opini menurut salah satu sumber dari Surat Kabar
Harian antara lain dapat dirangkum sebagai berikut:
1) Mulailah belajar menulis artikel dengan menulis surat pembaca,
2) Sejumlah penulis surat pembaca di Jateng memulai “karier”nya dari menulis
surat pembaca,
3) Surat pembaca berisi komplain/masukan atas pelayanan publik seperti jalan,
listrik, kartu kredit, dan lain-lain,
4) Cara mengirim artikel diperhatiakan sesuai dengan alamat yang diterakan dalam
surat kabar tertentu yang akan kita pilih untuk menerbitkan opini.
5) Surat pembaca dan artikel harus disertai alamat yang jelas, nomor telepon, dan
fotokopi KTP atau identitas lain. Pengiriman email disertai dengan KTP yang
sudah di-scan atau dikirim bersama hard copy.
j. Alasan Mengapa Tulisan tidak dapat Dimuat di Surat Kabar
Media cetak memiliki standarisasi masing-masing dalam memberikan seleksi
diterimanya sebuah naskah artikel. Salah satu media cetak memberikan beberapa
pertimbangan diterimanya sebuah naskah artikel sebagai berikut:
1) Tema/topik kurang aktual,
2) Argumen dan pandangan bukan hal baru,
3) Cara penyajian berkepanjangan/bertele-tele,
4) Cakupan terlalu mikro atau lokal,
74
5) Pengungkapan dan redaksinya kurang mendukung,
6) Konteks yang ditemukan tidak sesuai dengan kondisi terkini,
7) Gaya tulisian seperti pidato/menggurui,
8) Tulisan terlalu ilmiah,
9) Sumber kutipan tidak jelas (kutipan jelas, bersumber dari koran, televisi atau
sumber lain yang valid),
10) Terlalu banyak kutipan,
11) Diskusi tidak berimbang, misal ada kasus teroris berimbang dengan kasus
nasional lain yang sedang ramai dibahas masyarakat,
12) Bahasa tidak populer,
13) Redaksi kurang mendukung,
14) Alinea dalam paragraf pengetikan panjang-panjang,
15) Uraian terlalu datar,
16) Sumir (tidak jelas, miring-miring).
Oleh karena itu, agar tulisan dapat dimuat di media massa, maka dalam
menyusun kalimat gunakan kalimat yang dapat dengan mudah dimengerti,
sederhana, alihkan ke dalam ragam bahasa populer, memiliki karakter dalam tulisan
yang dibuat, tulislah yang akan ditulis dengan apa adanya tanpa dibuat-buat.
k. Contoh Artikel
PEREMPUAN DAN POLITIK
Margaret Thatcher, mantan Perdana Menteri Inggris yang mendapat julukan
"Wanita Besi" pernah berujar, "In politics if you want anything said, ask a man. If you want
anything done, ask woman". Akankah kita mengatakan bahwa kalimat itu melecehkan
perempuan? Atau justru kita memaknai bahwa di dalam kalimat tersebut terjadi patnership
yang integratif. Berfikir dan melakukan. Apa yang dia fikirkan akan dia lakukan, yang dia
lakukan adalah hasil dari berfikir. Berfikir dan melakukan adalah dua dalam satu tujuan,
sehingga laki-laki dan perempuan adalah dua dalam satu tujuan.
A. Prawacana
Masyarakat Indonesia yang memiliki budaya patrilinial sampai saat ini masih
mengkulturkan laki-laki sebagai sosok pemimpin yang ideal dibandingkan dengan
perempuan. Meskipun masyarakat mulai mengakui dan mulai terbuka dengan kemungkinan
perempuan menduduki posisi strategis di ranah politik (Trihardjanti, 2010: 138). Demikian
ditegaskan oleh (Andayani, 2005: 40) bahwa, kultur masyarakat memandang dan
memberlakukan laki-laki dan perempuan bukan hanya berbeda secara biologis, namun juga
75
secara sosial. Masyarakat mendidik laki-laki dan perempuan secara berbeda sesuai dengan
peran sosial tertentu. Laki-laki dianggap sebagai makhluk yang lebih unggul dengan cara
berfikir rasional dan tegas serta memiliki tubuh yang kuat, sehingga dianggap pantas sebagai
pemimpin. Sedangkan perempuan, dianggap memiliki takdir yang tidak dapat diubah
sebagai makhluk yang lemah, emosional, dan kecenderungan salah. Stereotipe atau
pelabelan negatif terhadap perempuan ini selanjutnya menyebabkan banyak sekali
diskriminasi terhadap perempuan.
Hak perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik atas dasar
kesetaraannya dengan laki-laki tertulis dan dijamin oleh konvensi internasional (Maula,
2010: 89). Sayangnya, selama ini politik dan perilaku politik dipandang sebagai aktivitas
maskulin. Stereotip klasik mengenai perempuan adalah kefemininan yang identik dengan
kepasrahan, pengorbanan, perjuangan, kepatuhan, kesetiaan, kemanjaan, kehangatan,
kelembutan, keramahan, dan ketidaktegasan. Semua identitas itu dimiliki pada perempuan
feminin yang ideal, sehingga perempuan sulit untuk melangkah ke ranah politik. Akankah
konstruksi sosial itu mampu menggugah perempuan untuk merapat pada perjuangan
melawan slogan di ranah politik itu?
B. Politik dan Kekuasaan
Politik adalah ruang kehidupan yang sangat luas, seluas ruang kehidupan itu sendiri.
ia muncul dalam ruang berbagai ruang kehidupan domestik maupun publik, kultural maupun
struktural, personal maupun komunal. Tetapi, penyebutan politik kini telah mengalami
penyempitan makna menjadi istilah politik praktis, politik struktural, perebutan kekuasaan
untuk kepentingan diri ataupun untuk kelompok (Rumadi, 2007: 57). Politik dihubungkan
hanya dengan kekuasaan atau mereka yang berkuasa?. Perempuan karena sering tidak
berdaya dan tidak bersuara dianggap tidak terlibat politik?. Perempuan yang tidak memiliki
kesempatan untuk dipilih dianggap tidak berpartisipasi dalam politik?. Mestinya bukan
demikian. Politik adalah segala hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan,
mengatur, merencanakan dan menggunakan segala sumberdaya untuk mencapai tujuan
kesejahteraan. Sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan politik adalah gagasan,
kemampuan, profesionalitas, teknologi, uang dan orang. Politik ada pada dua wilayah
formal dan informal. Politik formal merujuk pada partisipasi dan kemampuan pada ranah
legislatif, eksekutif, partai politik, pemerintahan, dan kebijakan publik. Politik informal
merujuk pada apa yang terjadi dalam masyarakat luas, keluarga, komunitas, lingkungan
sekitar dan organisasi.
Kaum perempuan dapat berpartisipasi di wilayah politik formal maupun politik
informal. Oleh karena itu, semua hal yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan
76
kehidupan perempuan adalah memiliki aspek politik. Dinamika kehidupan perempuan mulai
dari ruang lingkup rumah tangga sampai ruang lingkup pemerintahan dan negara memiliki
aspek politis. Bagaimana perempuan mengambil keputusan untuk mengatur, merencanakan
dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam kehidupan rumah tangga agar kehidupan
keluarganya menjadi sejahtera, semua itu adalah tindakan politis.
Persepsi bahwa politik hanya milik kalangan pemegang kekuasaan formal dan milik
laki-laki telah mengakibatkan terjadinya proses peminggiran terhadap perempuan. Ini
membuat perempuan merasa tidak percaya diri, merasa tidak layak dan tidak mempunyai
kemampuan untuk ikut melakukan perubahan dalam proses-proses politik formal. Di luar
wilayah politik formal, peminggiran terhadap perempuan menjadikan proses pengambilan
keputusan sering tidak mendengarkan pendapat perempuan atau anak perempuan. Istri
diharuskan untuk mengikuti saja apa kata suami karena surgo nunut neraka katut (surga
menumpang, neraka ikut). Begitu juga ketika perempuan ingin melakukan kegiatan di luar
rumah, diskriminasi dan kontrol sering diberlakukan kepada perempuan sehingga membatasi
keterlibatannya dalam kegiatan kemasyarakatan. Perempuan dinilai hanya mengandalkan
kecantikan parasnya dan kemolekan tubuhnya sehingga akan membuyarkan konsentrasi
pria. Perempuan tidak dapat menjaga dirinya sendiri dengan baik sehingga justru akan
merepotkan pihak laki-laki. Di sisi lain, perempuan diberi kepercayaan kerja justru membuat
perempuan terbebani dan menjadikan kasihan dilihatnya. Perempuan menjadi pemimpin
menjadikan turunnya gengsi laki-laki, dan sejuta alasan prediksi-prediksi tersebut.
Politik merupakan proses negosiasi yang terus berlanjut antar individu atau antar
kelompok dan kepentingan yang berbeda. Untuk mengambil sebuah keputusan di antara
beberapa kepentingan yang berbeda, maka individu atau kelompok harus mampu melakukan
perundingan agar dapat mengambil keputusan yang memuaskan setiap individu atau
kelompok. Biasanya keputusan yang akan diambil diusahakan agar memuaskan kepentingan
mayoritas individu atau kelompok. Begitulah contoh bagaimana sebuah proses politik
berlangsung.
Apa yang kita perlukan untuk menjadi politikus? Beberapa yang kita perlukan antara
lain kualifikasi diri dan profesionalitas diri agar perempuan dapat menjadi pemain di atas
panggung politik. Perempuan dalam permainan politik praktis harus memiliki cita-cita agar
dapat membawa perubahan yang lebih baik terutama bagi perempuan itu sendiri. Mungkin
tidak sekarang, tidak untuk kita, melainkan untuk saudara perempuan, anak perempuan dan
cucu perempuan kita kelak. Cita-cita ini hanya akan tercapai apabila ada perubahan cara
berfikir dan keyakinan bahwa martabat kemanusiaan kaum perempuan sama tingginya dan
sama terhormatnya dengan martabat kemanusiaan laki-laki. Perjuangan untuk mengakhiri
77
berbagai bentuk perendahan martabat kemanusiaan kaum perempuan harus dilakukan terusmenerus, terintegrasi, terutama oleh kaum perempuan sendiri dan menjadi bagian dari
perjuangan bersama dengan laki-laki untuk keadilan sosial. Tegaknya martabat dan
kemanusiaan perempuan akan menjadikan kita sebagai masyarakat dan bangsa yang
bermartabat pula. Arah yang hendak dituju dari cita-cita dan keyakinan ini adalah
terciptanya kondisi kehidupan yang lebih baik bagi perempuan dan kepentingan
kesejahteraan bersama.
C. Perempuan dan Politik
Perempuan dan politik merupakan rangkaian kata yang memiliki nilai jual tinggi
seiring dengan fakta perjuangan demokratisasi pemerintahan di Indonesia. Perempuan dan
politik seakan dijadikan sebagai ikon tumbuhnya pendidikan demokratisasi di Indonesia.
Aspirasi politik perempuan sebagai pemilih dan yang dipilih menjadikan nuansa
perpolitikan semakin demokratis. Terlebih partisipasi perempuan sebagai obyek yang
dipilih. Hal ini menandai keberhasilan pendidikan demokrasi bagi perempuan yang semakin
menguat.
Data statistik menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih dari setengah jumlah
penduduk dunia. Partai politik yang dapat mengusung konsep dan strategi perempuan
(meskipun hanya sekedar lips service), dialah yang akan dilirik oleh komunitas perempuan.
Salah satu alasan, dengan keterwakilan perempuan, maka kebutuhan perempuan akan
disuarakan oleh perempuan sendiri. Hal ini terlepas dari realitas di lapangan, setelah
mendapatkan peluang dalam politik, dia tidak mampu untuk membawa aspirasi perempuan.
Hanya berapa persen saja perempuan yang terlibat dalam politik praktis dan menempati
posisi tawar yang tinggi yang dapat mengusung aspirasi perempuan dengan baik. Kegagalan
perempuan dalam bermain politik di antaranya karena kegagalan dalam kaderisasi dalam
organisasi politik yang mengusung. Posisi perempuan dalam politik yang sangat lemah tidak
dapat salahkan, karena memang kualifikasi profesional perempuan kurang memadai.
Kedudukan demikian menjadikan kondisi dan posisi perempuan tidak ubahnya seperti
belum ada perempuan dalam deretan politik. Adanya perempuan seperti tidak ada
perempuan, wujuduhu kaadamihi, adanya seperti tidak ada.
Saat ini di Indonesia perempuan yang duduk di kursi Legislatif baru 11,6%,
sedangkan laki-laki 88,4% ternyata membawa dampak positif juga dengan diresponsnya
wacana yang sedang berkembang dan yang menjadi tuntutan kaum perempuan tersebut.
Kesungguhan dari anggota legislatif ini termanisfestasikan dalam pembahasan RUU Pemilu
Legislatif yang sepakat mencantumkan kuota 30% perempuan dalam daftar calon legislatif.
Perjuangan perempuan ternyata membuahkan hasil. Pasal 65 UU No. 12 Tahun 2003
78
tentang pemilu memberikan peluang besar bagi perempuan sebesar 30% . Walaupun dalam
pengawalan hukum masih lemah. Hal ini terbukti tidak ada sanksi yang tegas untuk partai
politik jika tidak memenuhi aturan keterwakilan 30% itu. UU Pemilu Nomor 10/2008 pada
Pasal 8 ayat (1) butir (d) menyatakan bahwa partai politik dapat menjadi peserta Pemilu
setelah memenuhi persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan
perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Legalitas keterlibatan perempuan
dalam pemilu dengan kuota 30% dianggap suatu kemenangan bagi para pengusung gender
yang menyerukan Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG). Satu hal yang menjadi persoalan
sekarang mungkinkah kuota 30% keterwakilan perempuan terealisasi seperti yang
diharapkan perempuan selama ini? Pertanyaan yang sangat mendasar bagi kaum perempuan
yang harus segera dijawab dengan bijak. Perjuangan ini memang bukan perkara mudah,
karena budaya patriarki sudah sedemikian rupa merasuk dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara telah melembaga dalam segala ranah kehidupan, termasuk dalam dunia politik.
Itulah yang menjadi kendala bagi perempuan dalam seluruh bidang kehidupan, tak
terkecuali bidang politik. Selain itu, terdapat beberapa rumusan yang menghambat
perempuan agar dapat eksis di ranah publik, paling tidak ada 3 yakni institusional, kultural
dan struktural. Ketiga hal inilah yang harus selalu diperjuangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, 2005. Perempuan dan Strata Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Maula, 2010. Hak Perempuan dalam Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rumadi, 2007. Politik dan Kekuasaan. Jogjakarta: Adi Wacana.
Trihardjanti, 2010. Perempuan dan Politik. Jakarta: Djambatan.
3. Non Ilmiah
a. Ruang Lingkup karangan non ilmiah
Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya
tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat
subyektif, gaya bahasanya biasanya konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan
populer.
b. Ciri-ciri Kaya Tulis non ilmiah
Ciri-ciri karya tulis non ilmiah antara lain dapat sisebutkan di bawah ini:
1. Emotif
Kemewahan, cinta, dan air mata lebih menonjol dalam bentuk karangan
ini, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
79
2. Persuasi
Penilaian biasanya tidak membubuhkan fakta/bukti. Bujukan/persuasif
disusun agar dapat meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca, dan cukup informatif.
3. Deskriptif
Deskripsi yang dibuat biasanya merupakan bagian dari pendapat secara
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4. Kritik tanpa dukungan bukti.
Membuat kritik dalam jenis karangan non ilmiah ini biasanya tidak
didukung dengan bukti yang valid.
c. Macam-macam
Macam-macam jenis karya non ilmiah dapat dijelaskan di bawah ini:
1) Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan
kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang
mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.
2) Cerpen
Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung
pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang
3) Novel
Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk
cerita.
4) Drama
Drama adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk
diperankan oleh aktor.
5) Roman
Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang
isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masingmasing.
80
Contoh artikel non ilmiah
Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si
[email protected] atau [email protected]
HUJAN ITU PUN TUMPAH RUAH
DI SUNGAI CHAO PHRAYA THAILAND
Dua tahun sudah berlalu, perjalanan indah program Advanced Research (AR) ke
Thailand tahun 2011 diakhiri dengan sebuah misteri di Jakarta, kini tinggal kenangan.
Program AR ini merupakan kebijakan Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag yang
akan dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang. Kata sambutan beliau pada acara pelepasan
tanggal 20 Juni 2011 yang lalu antara lain disampaikan bahwa, STAIN Salatiga memiliki
penelitian bagi dosen STAIN Salatiga berbasis program. Beberapa program yang dilakukan
antara lain model workshop, penelitian yang didanai STAIN Salatiga dengan obyek di luar
STAIN Salatiga, penelitian mandiri untuk mencari peluang dari berbagai instansi, dan
penelitian ke luar negeri. Acara pelepasan program AR ke Thailand itu ditutup dengan doa.
Ketua STAIN mengantarkan doa selamat sampai di tujuan dan kembali ke tengah keluarga.
Pserta program pun sontak mengamini secara lirih. Acara pelepasan diakhiri dengan jabat
tangan dan foto bersama dengan Ketua STAIN Salatiga.
Fajar menyingsing, selasa 21 Juni 2011 dengan dua armada dari STAIN Salatiga
peserta AR yang berjumlah 20 orang diberangkatkan dari kampus 1 STAIN Salatiga menuju
bandara A.Yani Semarang dan dilajutkan ke bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta.
Perjalanan dari Jakarta menuju bandara Suvarnabhumi Thailand dengan maskapai Garuda
Indonesia 3 jam terasa begitu cepat. Suvarnabhumi sendiri artinya tanah emas, bandara yang
dibangun di area bebas banjir ini diresmikan tahun 2006. Bandara suvarnabhumi ini
memiliki menara kontrol tertinggi di dunia (132,2 meter) dan merupakan terminal bandara
terluas ketiga di dunia, yang berdiri di atas tanah seluas 3.200 Ha. Proses administrasi di
bandara yang menakjubkan dunia itu memang tak ubahnya seperti bandara internasional
lainnya. Kemegahan bangunan yang dilengkapi dengan ornamen khas kerajaan Thailand
tampak di beberapa tempat, itulah yang menjadi bandara Suvarnabhumi menjadi berbeda
dengan bandara Internasional lainnya.
81
Rombongan keluar dari bandara tersebut hari selasa 21 Juni 2011 tepat pukul 13.00
dengan disambut seorang guide Thailand (mas Franky) yang ramah. Selamat datang di
Thailand, begitu beliau mengawali komunikasi. Di tengah matahari yang terik rombongan
pun segera memasuki bus yang disediakan oleh biro perjalanan geowisata. Ramah tamah
pun diawali dengan mengenalkan bahasa Thailand secara sederhana untuk dimanfaatkan
selama berada di Thailand. Dengan menempuh perjalanan sejauh 30 Km kami pun sampai di
sungai Chao Phraya sebagai kunjungan pertama kami di ”Negeri Gajah Putih” yang
memiliki penganut agama Budha 80%, Islam 10%, dan Kristen 10%.
Kunjungan kami yang pertama dengan melakukan orientasi bangunan-bangunan
megah dan penuh sejarah di kota Bangkok dengan cara menyusuri sungai Chao Phraya.
Sungai Chao Phraya merupakan sungai utama di Thailand dengan panjang sekitar 372
kilometer. Rombongan pun terangkut dengan satu perahu menyusuri Sungai Chao Phraya
yang dijuluki sebagai ‘Raja Sungai’. Sungai ini tampak jelas membelah kota Bangkok dari
utara hingga selatan. Kanan-kiri sungai terlihat dengan jelas sejumlah tempat legendaris di
sepanjang aliran sungai mulai dari Grand Palace di area Rattanakosin, Wat Pho atau patung
buddha sedang istirahat (konon terbesar di dunia), Wat Arun, China Town, dan Rumah
Sakit, serta gedung-gedung megah lainnya di Thailand. Kami memandang dari jauh penuh
kekaguman, bangunan pencakar langit dengan ciri khas dominasi warna keemasan tampak
begitu unik. Kami pun bersapa dalam jarak jauh dengan penduduk asli Thailand dengan
lambaian tangan, mereka pun tampak membalas seakan mengatakan selamat datang di Kota
Bangkok dan selamat menikmati unik dan indahnya Sungai Chao Phraya. Mereka tinggal di
rumah-rumah panggung beratapkan seng. Beberapa di antara rumah-rumah itu terlihat bersih
nan asri, pot-pot bunga aneka warna ditata rapi berjajar di depan rumah mereka. Tidak
jarang, rumah khas pinggiran sungai tampak kental. Pemandangan terkesan kumuh yang
ditandai dengan hiasan beberapa pakaian dengan berbagai jenis dibentang di depan rumah
mereka, sampah plastik tersangkut di antara betonan dan kayu penyangga rumah mereka.
Ban-ban bekas ditumpuk begitu saja pada tiang-tiang setinggi 1,5 meter, nampaknya banban tersebut digunakan untuk menahan perahu-perahu untuk menghindari salah kendali
sehingga dapat menabrak rumah-rumah mereka yang terbuat dari kayu.
Hampir di muara, hujan turun cukup deras tanpa ditandai mendung selama kurang
lebih 5 menit, pukulan air hujan pun menerpa perahu kami. Kami mencoba menghindar dari
terpaan air hujan dengan butiran-butiran yang cukup besar dengan mengambil posisi duduk
agak ke tengah perahu dan melindungi tas-tas tentengan kami dengan plastic cover.
Sesampai di muara sungai, kami disuguhi pemandangan unik. Dari jarak dekat beberapa
ikan air tawar yang sangat besar seakan mengiring-iringi perahu kami. Pemilik perahu dan
82
guide kami telah mempersiapkan roti tawar dalam kantong plastik besar. Sesekali guide
kami melemparkan roti tawar, tanpa dikomando ikan-ikan besar itu bermunculan dalam
jumlah puluhan untuk berebut roti tawar.
Sungai Chao Phraya memiliki endapan aluvial yang memiliki sifat tergantung pada
tanah yang dibawa oleh sungai tersebut. Kodisi spesifik tanah tersebut menjadikan sungai
Chao Phraya menjadi berwarna kecoklatan dengan ombak kecil. Tidak sulit menikmati
wisata di sepanjang sungai, banyak dermaga kecil dan ratusan perahu yang siap mengangkut
wisatawan. Harga naik perahu untuk sekali naik per/orang sebesar 25 baht (1 baht Rp 300).
Maka, seakan tidak lengkap rasanya jika mengunjungi Bangkok tanpa menyusuri sungai
Chao Phraya.
Sungai ini merupakan sungai langganan meluap, mengirimkan banjir bandang setiap
musim penghujan tiba hingga melimpas ke sekitar Istana Utama, salah satu simbol kerajaan
Thailand itu. Banjir telah membuat jutaan warga Bangkok panik dan stres sehingga sebagian
dari mereka harus lari meninggalkan kota. Air bergerak cepat tak terkendalikan dan terus
mengalir hingga mendekati jantung kota Bangkok. Brikade karung pasir di sepanjang tepian
Sungai Chao Phraya di dekat Istana Utama pun dipasang. Korban tewas mencapai 260 orang
dan Kerugian banjir di Thailand ditaksir mencapai 4,6 milliar dollar pada tahun 2011.
Penyebab banjir di beberapa kota memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan
kondisi spesifik yang dimiliki oleh daerah. Daerah berspesifik sebagai industri, pariwisata,
perkantoran, perumahan, sentra perekonomian, dan pelajar memiliki desain tata kota yang
berbeda-beda sehingga memiliki daya dukung lingkungan yang berbeda-beda. Desain tata
kota menjadikan diversifikasi sistem drainase dan perilaku sosial masyarakatnya yang
memberikan peluang terhadap terjadinya banjir. Sebagai contoh, penyebab banjir yang
terjadi di kota Jakarta, seperti pertumbuhan permukiman yang tidak terkendali di sepanjang
bantaran sungai. Sedimentasi berat serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan sistem drainase
yang memadai. Hal ini mengakibatkan Jakarta terutama di bantaran sungai menjadi sangat
rentan terhadap banjir. Berdasarkan dokumentasi, Kota Jakarta dilanda banjir besar pada
tahun 1621, 1654, dan 1918. Selanjutnya banjir besar juga terjadi pada tahun 1976, 1996,
2002, 2007, dan yang terakhir 2013 pada bulan Januari. Meskipun demikian, penyebab
banjir di beberapa kota disebabkan oleh sistem struktur tanah, drainase yang buruk, dan
perilaku manusia yang tidak tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan terutama dalam
mengelola sampah.
Pergantian musim di negeri kita terjadi pada bulan Oktober dan April dan dari bulan
Oktober sampai Maret. Wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa mengalami musim
hujan dan bagian selatan musim kering, dan sebaliknya dari bulan April sampai September.
83
Pada tahun ini musim hujan cenderung berlangsung normal, meskipun ada kecenderungan
curah hujan yang tinggi. Berbeda pada tahun 2011 yang lalu, terjadi peningkatan curah
hujan yang tinggi akibat ganguan cuaca oleh badai EL Nino atau La Lina di Samudra
pasifik. Cuaca ekstrim terjadi jika intensitas curah hujan dalam sehari mencapai 50
milimeter. Kecepatan angin 40 kilometer per jam, dan suhu udara minimum lima derajat
Celcius lebih rendah dari kondisi normal. Cuaca ekstrem berakibat pula munculnya angin
kencang yang merobohkan pohon beberapa hari lalu di daerah Blotongan Salatiga. Cuaca
ekstrem yang patut diwaspadai adalah meningkatnya intensitas curah hujan, yang berpotensi
banjir. Meskipun puncak curah hujan tertinggi sudah dilewati satu bulan yang lalu, tetapi
kita tetap waspada terhadap perubahan musim yang terkadang di luar prediksi. Beberapa tips
untuk mengantisipasi banjir lokal dan kiriman antara lain dengan memperbaiki sistem
drainase dan memperbaiki perilaku dalam membuang sampah. Kini saatnya, semua peduli
terhadap lingkungan demi keselamatan bersama. Salam Lestari!Emas.
C. Penulisan Ilmiah Murni
1. Pengertian dan Ruang Lingkup
Ilmiah berarti bersifat ilmu atau memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Karya ilmiah
adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan
kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam ruang
lingkupnya membahas permasalahan yang diajukan, menyajikan data, menganalisis data
dalam pembahasan dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsipprinsip keilmuan yang lain seperti obyektif, logis, empiris, sistematis, lugas, jelas, dan
konsisten terhadap topik yang dikaji.
Artikel ilmiah, dapat ditulis secara khusus berdasarkan hasil penelitian skripsi, tesis,
disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada
jurnal-jurnal ilmiah, baik lokal, nasional, maupun internasional. Kekhasan artikel ilmiah
dalam bentuk penyajiannya yang tidak terlampau panjang tetapi tidak megurangi nilai
keilmiahannya.
2. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
a. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
Karakteristik karya tulis ilmiah antara lain:
1) Karya ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan penelitian,
2) Artikel dalam karya ilmiah murni selalu dikaitkan dengan konsumsi untuk orangorang akademik. Audiensnya terbatas pada masyarakat ilmiah yang bergulat secara
84
khusus dengan bidang keilmuan tertentu, dengan demikian, mempunyai standar
akademis yang logis dan empiris,
3) Pemaparannya menggunakan bahasa yang baku. Artinya, penulisan artikel ilmiah
murni terikat dengan bahasa teknis pada masing-masing disiplin ilmu. Masyarakat
dari luar disiplin ilmu tersebut akan sulit mencerna isi tulisan secara utuh. Pilihan
kata dalam aartikel ilmiah murni sangat kental dengan istilah teknis, dan tidak ada
tujuan guyon yang sengaja disipkan dalam tulisannya,
4) Penulisan ilmiah murni tidak membatasi diri dengan isu aktual, tetapi disiplin ilmu
yang mengarahkan pada fokus tulisannya. Artikel penulisan ilmiah murni akan selalu
dapat dibutuhkan oleh masyarakat tanpa harus menunggu isu aktual yang
berkembang di masyarakat.
5) Dari sisi referensi, penulisan artikel ilmiah sangat ketat dengan aturan yang sudah
dibakukan. Penulisan artikel ilmiah sarat dengan sumber rujukan sebagai syarat
mutlak. Penulisan artikel ilmiah kaya dengan referensi, referensi mutakhir lebih
dihargai karena menunjukkan bahwa penulisnya sudah mengikuti perkembangan
aktual. Perkembangan ilmu yang kini tengah mencapai puncaknya karena
produktivitas yang tinggi dari para ilmuwan dalam menuangkan temuan sebagai
hasil penelitiannya yang intensif. Oleh karena itu, data dilengkapi dengan daftar
pustaka,
6) Nilai gunanya untuk mengantarkan pada perubahan ilmu pengetahuan.
b. Contoh Penulisan artikel pada sebuah jurnal
Lumpur Lapindo, Lumpurnya "Tuhan"?
Without correct words, there will be no correct practice. (Dombrowsky).
Rabi Greenberg menuturkan kisah lucunya tahun 1950-an di New York City
yang dilanda musim kering dan pemerintah membuat awan buatan sebagai awal
teknologi hujan buatan. Hal ini menyebabkan agamawan bertanya, apakah manusia
mengambil alih peran Tuhan? ” Saya ingat sebuah kartun di the New Yorker yang
melukiskan sekelompok pemimpin agama yang kelihatan amat cemas sedang duduk
mengelilingi meja dan melihat keluar melalui jendela, menyaksikan turunnya hujan.
Seorang pemimpin agama berkata, ’Ini hujan kita, atau hujan mereka?’” (John
Naisbit, 2001:49). Kita membayangkan suasana batin yang mungkin melingkupi
Senayan dan Istana terkait peristiwa di Sidoarjo. Karikatur imajiner yang bisa
menggambarkan batin penguasa dan rohaniwan Indonesia dengan pertanyaan, ”Ini
lumpur Lapindo atau lumpurnya Tuhan?” Kini, dalam realitas, DPR dan pemerintah
85
memerlukan jawaban ”bencana alam atau bencana
teknologi”? Dalam tradisi
mendefinisikan/pendefinisian atas sesuatu, sebuah definisi terdiri dua bagian, yakni
kata yang didefinisikan (definiendum) dan kelompok kata atau konsep yang
digunakan untuk mendefinisikan (definien).
Sebuah definiendum harus bermakna sama dengan definien. Neil Britton
mengatakan, ”Sebagaimana seorang/pihak menafsirkan sesuatu bergantung pada apa
yang disyaratkan untuk dilakukan terhadap sesuatu dimaksud.” Namun, Britton
mengingatkan definisi bukan sekadar alat bantu berpikir, tetapi juga soal orientasi
mental dan emosi, model pemaknaan dan cara pandang pemberi definisi. Definisi
salinan UU No 24/2007 mendefinisikan, ”bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan faktor alam dan/atau aktor non-alam maupun faktor
manusia, mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.” Karena itu, peristiwa Sidoarjo
memenuhi kecirian definisi bencana UU No 24/2007. Jika ditanyakan kepada rakyat
yang mengalami, jawabannya, ”rumah terkubur, pekerjaan hilang, aset penghidupan
hancur, kerugian nasional mencapai paling sedikit Rp 7 triliun. Orang dari kaya
menjadi miskin. Yang miskin makin melarat.
Secara psikis tidak ada kata yang bisa menyamai pengalaman mengalami
bencana itu.” Definisi ini dikenal dengan definisi situatif. Pada titik ini, kata
’bencana’ tidak merepresentasikan diri sendiri. Bencana juga tidak sekadar
merepresentasikan lingkungan yang rusak. Bencana dan lingkungan yang rusak
merepresentasikan manusia dan kepentingan manusia di baliknya. Istilah ”bencana
alam” bermakna kausalitas. Salinan UU No 24/2007 mengatakan, ”Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan
oleh
alam,
antara
lain
berupa
gempa
bumi,
tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam, antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.” Kelemahan paling mendasar UU No 24/2007 adalah tidak memberi ruang
atau definisi kausalitas bencana untuk interaksi atau keterkaitan antara yang alami
dan buatan manusia. Secara empiris, ini bertentangan karena ada yang dikenal
sebagai ”bencana
antara”. Peristiwa yang satu men-triger yang lain. Bisa saja
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya yang tidak menjalankan prinsip
kehati-hatian men-trigger kejadian alam yang ekstrem. Misal, eksploitasi hutan
86
memicu mudahnya banjir. Sebaliknya, peristiwa alam seperti gempa bisa memicu
kecelakaan kebakaran seperti gempa Kobe 1995 atau kecelakaan nuklir
di Jepang setahun silam. Wapres Jusuf Kalla saat itu mengatakan, ”Perlu penelitian
mendalam. Saya kira tidak bisa dinyatakan secara politik (oleh DPR). Bencana alam
atau bukan, itu bukan masalah politis.” (Kompas, 19/2/2008) Perlu diketahui, sains
tidak menawarkan kepastian 100 persen. Sains datang dengan skenario, probabilitas,
kemungkinan, dan solusi trial and error. Ini yang terjadi dengan sains dalam konteks
lumpur di Sidoarjo. alam tradisi epistemik di universitas-universitas dunia, sebuah
hasil penelitian yang dipublikasikan akan mendapat banyak pertanyaan ketimbang
jawaban. Inilah alasannya mengapa seolah IAGI saling ”berseteru” tepatnya setahun
silam dalam sebuah workshop internasional. (Tempo Interaktif, 6/3/2007) Istilah
bencana alam. Karena itu, istilah hitam-putih ”bencana alam” sebenarnya
problematik dan masalah utama adalah pada paradigma dan kuasa tafsir atas
bencana. Maka, tafsir bencana tidak bisa hanya diserahkan kepada ahli teknis
geologis/geofisik saja. Dalam epistemologi bencana, alam adalah alam. Bencana
adalah bencana. Bukan alam yang mengeksplorasi migas di Sidoarjo.
Tafsir bencana adalah sebuah konsensus yang seharusnya trans-disiplin (baca:
antara pengambil kebijakan dan ahli lintas disiplin, termasuk ilmuwan sosial dan
pihak yang dianggap korban/pelaku). Rakyat yang dipersepsikan ”bodoh” tidak bisa
menerima begitu saja bahwa ini adalah lumpurnya Tuhan. Ketiadaan konsensus atas
bencana di Sidoarjo ternyata mengakibatkan biaya transaksi tinggi. Namun,
keputusan tentang penanggung jawab bencana Sidoarjo adalah bukan semata-mata
putusan hukum. Diperlukan keputusan politik karena lepas dari faktor kausalitas
yang tidak pasti karena keterbatasan sains dan ketidakpastian pengetahuan, ada
situasi obyektif menunjukkan, jumlah rakyat miskin di Sidoarjo yang terjadi dalam
dua tahun terakhir membutuhkan keberpihakan politik dari penguasa di DPR maupun
eksekutif. Melemparkan tanggung jawab kepada sains yang tidak pasti adalah sebuah
pengkhianatan terhadap amanat yang diberikan rakyat. Sains
hendaknya
dimandatkan untuk tidak merampas mandat pengambilan keputusan yang bersifat
politik. Kepastian keberpihakan dari negara diperlukan dalam menyelesaikan
ketidakpastian hidup dan penghidupan rakyat di Sidoarjo yang semakin tak menentu.
Oleh: Jonatan Lassa PhD Researcher Kajian Disaster Risk Governance-BIGS-DRZEF University of Bonn-Bonn; Co- editor Journal of NTT Studies; Anggota Forum
Academia NTT sumber: http://cetak.kompas.com/ read/xml/2008/02/28/02415341.
87
c. Contoh Artikel di Internet
Artikel Lepas
14/3/2012 | 21 Rabbi al-Thanni 1433 H | Hits: 13.093
Oleh: Oktarizal Rais
Sumber: http://www.dakwatuna.com
Benarkah Pasangan yang Baik Hanya Untuk yang Baik?
Umur bumi sudah sangat tua, banyak sudah cerita yang tercipta, dan zaman
menjadi saksi bisu perputaran waktu. Tapi kita tidak layak untuk membisu, kita harus
bisa mengambil hikmah dari semua kejadian yang telah terjadi. Ada kisah para anbiya,
ada kisah para shohabah yang penuh mahabbah, ada kisah tentang kaum yang Allah
selamatkan, ada pula kisah tentang kaum yang Allah binasakan. Semua kisah itu bisa
kita temukan di lembaran-lembaran Al-Qur’an dan As sunnah.
Dan pagi hari ini Allah telah menggerakkan bapak saya untuk bercerita sebuah
kisah yang tidak ada di dalam Al-Qur’an dan As sunnah. Karena yang bapak ceritakan
adalah kisah nyata yang terjadi di zaman yang penuh fitnah. Seperti sekarang wahai
ikhwah…
Entah dari mana saya harus menceritakannya. Karena saya memang bukan penulis
ulung. Untuk berbicara pun biasanya belepotan. Namun saya tidak bersedih. Karena
kepandaian berpidato, kefasihan lidah, dan kelancaran berbicara bukanlah syarat mutlak
dalam berdakwah di jalan Allah. Kalimurrahman, Musa AS ialah seorang nabi yang
merasakan kakunya lidah dalam memberikan penjelasan, dan beliau memohon kepada
Allah dengan ucapannya; wahlul ‘uqdatan min lisaaniy. Jadi, yang terpenting, gairah
tebar dakwah dan hikmah selalu merekah.
Oke, kembali ke topik. Bermula saat tadi pagi saya sarapan berdua dengan bapak.
Momen santai seperti ini memang menjadi waktu paling pas, enak, dan cocok untuk
‘transfer’. Transfer kumpulan huruf, transfer kumpulan kata, transfer kumpulan kalimat,
dan jadilah seporsi wejangan yang nikmat…
Tapi, dalam kesempatan ini saya urungkan niat untuk bercerita secara detail.
Mungkin, intisarinya saja. Tadi bapak menceritakan seorang wanita yang bapak kenal
dan saya juga mengenalnya. Wanita itu berhijab. Bajunya longgar dan jilbabnya lebar.
Kostum itu ia kenakan sudah lama, sejak duduk di bangku kuliah. Sekarang umurnya
sudah kepala tiga. Dan wanita itu juga termasuk aktivis. Sampai sekarang pun masih
aktif duduk di halaqah. Wanita itu sudah menikah, dengan seorang pria. Sudah lama.
Mungkin kurang lebih 8 tahun silam. Nah, saya ingin bercerita tentang malam-malam
pertama pasutri tersebut.
88
Singkat cerita, kurang lebih 1 (satu) minggu setelah menikah. Si suami komplain
sama istrinya (wanita berhijab yang diceritakan bapak). Suaminya komplain, karena
menemukan sesuatu yang harusnya tidak ia temukan. (apa ya sesuatu itu???).
Namun si wanita tidak mau menjawab, ia hanya menyuruh suaminya untuk
bertanya pada kakak iparnya (suami kakak perempuan si wanita). Dan meluncurlah si
suami ke rumah kakak ipar istrinya. Sesampainya di sana, ia langsung menceritakan
tentang sesuatu yang harusnya tidak ia temukan di malam-malam pertama pernikahan.
Si suami bercerita bahwa ia dapati istrinya sudah tidak perawan lagi!
Kewanitaannya bersih tanpa selaput. Maka sang kakak ipar menjelaskan. Ternyata,
dahulu ketika si wanita masih duduk di bangku SMA, ia mengidap penyakit keputihan.
Sudah parah. Dan kakak iparnya itulah yang mengantar untuk berobat. Dokter pertama
berkata bahwa penyakit keputihan separah ini tidak mungkin menimpa kecuali kepada
wanita yang sudah beberapa kali melakukan hubungan seksual. Untuk yang sudah
bersuami, minimal 3 bulan setelah menikah. Ketika itu, si wanita tidak puas dengan
jawaban sang dokter dan minta berobat ke dokter lain. Sampai 3 dokter dikunjungi,
semua mengutarakan jawaban yang tidak jauh berbeda…
Ternyata, pesan yang ingin bapak sampaikan adalah; “wanita shalihah otomatis
akan berbaju longgar dan berjilbab lebar. Karena itu salah satu cirinya. Tapi hati-hati,
jangan sampai tertipu oleh baju longgar dan jilbab lebar, karena itu bukan jaminan…
meskipun ianya sudah bertaubat, tapi kamu inginnya yang ‘fresh’ kan?”
Sampai di sini mungkin ada yang nyeletuk, “ah santai aja, kalau kita baik pasti
dapetnya yang baik juga kok. Kan ada tuh di Al-Qur’an. Surat an-nur ayat 26, Wanitawanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk
wanita-wanita yang keji (pula).”
An-nur ayat 26 ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan
laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang
mulia (surga).”
Berangkat dari pemahaman di atas, tentu saja kita bertanya-tanya apakah yang
dimaksud baik di sini? Atau keji? Apakah kita dapat menentukan sesuatu itu baik atau
tidak baik? Kalau kita cermati, ayat di atas merupakan satu paket ayat yang bersambung
,tidak hanya putus pada kalimat “untuk wanita yang baik” tetapi masih berlanjut dengan
89
bahasan tuduhan , juga ampunan. Artinya ayat ini sebenarnya diturunkan dalam konteks
tertentu. Coba kita lihat konteks ayat ini turun (asbabun nuzul);
“Ayat ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian ‘Aisyah RA dan Shafwan bin
al-Mu’attal RA dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Pernah suatu ketika
dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, ‘Aisyah
terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan
kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena
ada suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan
menyusul rombongan Rasulullah SAW dan para sahabat, akan tetapi rombongan tidak
tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah. Peristiwa ini akhirnya menjadi fitnah
di kalangan umat muslim kala itu karena terhasut oleh isu dari golongan Yahudi dan
munafik jika telah terjadi apa-apa antara ‘Aisyah dan Shafwan.
Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan di antara kaum
muslimin yang pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Nabi juga berubah terhadap
‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak
mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia
hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan yang sebenarnya terjadi.
Kemudian Allah menurunkan ayat ini yang juga satu paket annur 11-26.”
Penjelasan An Nur 26 menurut para ulama, Jika dilihat dari konteks ayat ini,
ada dua penafsiran para ulama terhadap ayat ini yaitu tentang arti kata “wanita yang
baik” dan juga “ucapan yang baik” Sehingga dapat juga diartikan seperti ini; “Perkaraperkara (ucapan) yang kotor adalah dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang
kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor. Sedang perkara (ucapan) yang baik
adalah dari orang baik-baik, dan orang baik-baik menimbulkan perkara yang baik pula.
Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Kata khabiitsat biasa dipakai untuk makna ucapan yang kotor (keji), juga kata
thayyibaat dalam Quran diartikan sebagai kalimat yang baik. Hakam Ibnu Utaibah yang
menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Aisyah RA
Rasulullah saw menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah RA Utusan itu
mengatakan, “Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?”
Aisyah RA menjawab, “Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun
alasanku dari langit”. Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di
dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah RA. Selanjutnya Hakam Ibnu Utaiban
membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, “Ucapan-ucapan yang keji adalah
90
dari orang-orang yang keji…” (Q.S. An Nur, 26). Hadits ini berpredikat Mursal dan
sanadnya shahih.
Ayat 26 inilah penutup dari ayat wahyu yang membersihkan istri Nabi, Aisyah
dari tuduhan keji itu. Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi setiap orang yang
beriman. Tuduhan keji adalah perbuatan yang amat keji hanya akan timbul daripada
orang yang keji pula. Memang orang-orang yang kotorlah yang menimbulkan perbuatan
kotor. Adapun ucapan-ucapan yang baik adalah keluar dari orang-orang yang baik pula,
dan memanglah orang baik yang sanggup menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak
menghasilkan yang bersih, dan orang baik tidaklah akan menghasilkan yang kotor, dan
ini berlaku secara umum
Di akhir ayat 26 Tuhan menutup perkara tuduhan ini dengan ucapan bersih dari
yang dituduhkan yaitu bahwa sekalian orang yang difitnah itu adalah bersih belaka dari
segala tuduhan, mereka tidak bersalah sama sekali. Maka makna ayat di atas juga sangat
tepat bahwa orang yang baik tidak akan menyebarkan fitnah, fitnah hanya keluar dari
orang–orang yang berhati dengki, kotor, tidak bersih. Orang yang baik, dia akan tetap
bersih, karena kebersihan hatinya.
Yang Baik Hanya Untuk yang baik? Pembahasan kedua yaitu tentang maksud
ayat di atas yaitu “wanita yang baik” dan “wanita yang keji”. Dalam hal ini terjemahan
Depag menggunakan arti wanita yang baik dan pemahaman ini berangkat dari para
ulama yang menyatakan bahwa Aisyah merupakan wanita yang baik-baik, karena
konteks ayat tersebut turun satu paket, yaitu ayat 11-26 dengan ayat sebelumnya tentang
seseorang menuduh wanita yang baik-baik berzina. Maka jika diartikan begitu sesuai
dengan
pertanyaan
di
atas
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji
adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang
menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki
yang keji, begitu juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat ini sebuah
kondisi atau memang anjuran, sebab para ulama banyak mengemukakan pendapat
tentang hal ini. Syaikh Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, ulama Mesir pernah
berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna) dalam bahasa Arab. Pertama; Kalam
yang mengabarkan kondisi atau suasana yang ada.
91
Kedua Kalam yang bermaksud ingin menciptakan kondisi dan suasana. Kalam
seperti ini bisa ditemukan dalam Quran. Seperti firman Allah QS. Ali-Imran: 97:
Barang siapa yang memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. Ayat itu kalau
dipahami, bahwa Allah sedang mengabarkan kondisi dan suasana kota Mekah sesuai
kenyataan yang ada, maka tentu tidak akan terjadi hal-hal yang bertolak belakang
dengan kondisi itu. Akan tetapi, kalau ayat itu dipahami, sebagai bentuk pengkondisian
suasana, maka Allah sesungguhnya tengah menyuruh manusia, untuk menciptakan
kondisi aman di kota Mekah. Kalaupun kenyataan banyak terjadi, bahwa kota Mekah
kadang tidak aman, maka hal itu artinya, manusia tidak mengejewantahkan perintah
Allah.
Pemahaman yang sama juga bisa ditelaah pada ayat ini; Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang
keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An-Nur: 26). Pada
kenyataan yang terjadi, ternyata, ada laki-laki yang baik mendapat istri yang keji, begitu
pula sebaliknya. Maka memahami ayat tersebut sebagai sebuah perintah, untuk
menciptakan kondisi yang baik-baik untuk yang baik-baik, adalah sebuah keharusan.
Kalau tidak, maka kondisi terbalik malah yang akan terjadi.
Kalau kita bandingkan dengan Annur ayat 3 yang mana kalimat digunakan untuk
umum, “laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik” (QS. An Nur ayat 3). Di ayat ini
lebih tegas mengandung “unsur perintah” untuk mencari pasangan yang sepadan.
Sehingga ayat 26 bisa dimengerti sebagai sebuah motivasi atau anjuran untuk
mengondisikan dan bukan sebagai ketetapan bahwa yang baik “otomatis” akan
mendapatkan pasangan yang baik. Hal ini tentu memerlukan usaha untuk memperbaiki
diri lebih baik.
Ayat tersebut bukanlah merupakan janji Allah kepada manusia yang baik akan
ditakdirkan dengan pasangan yang baik. Sebaliknya ayat tersebut merupakan peringatan
agar umat Islam memilih manusia yang baik untuk dijadikan pasangan hidup. Oleh
karena itu, nabi bersabda tentang anjuran memilih pasangan yaitu lazimnya dengan 4
pertimbangan, dan terserah yang mana saja, namun yang agamanya baik tentu sangat
dianjurkan. Wallahua’lam.
92
D. Perbedaan Penulisan Ilmiah Murni dengan Penulisan Ilmiah Populer
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel perbedaan Penulisan Karya Ilmiah Populer dan Ilmiah Murni
No.
Penulisan Ilmiah Populer
Penulisan Ilmiah Murni
1.
Bahasa populer
Bahasa teknis
2.
Tema aktual sangat dipentingkan
Aktualitas tidak mutlak
3.
Konsumsi pembaca lebih luas
Konsumsi terbatas
4.
Referensi tidak ketat
Referensi ketat
5.
Melalui refleksi dan penelitian
Melalui penelitian intensif
6.
Memperkaya perspektif
Pengembangan muatan ilmu
7.
Media yang digunakan antara lain surat
Jurnal, laporan penelitian, dan buku
kabar, tabloid, majalah, dan buku
93
BAB V
PEMILIHAN TEMA, JUDUL KARANGAN dan PENDAHULUAN
A. Prawacana
Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan. Tema harus
ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan dihasilkan tulisan yang baik.
Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, hasil penelitian, survei,
pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif dan lain-lain. Karangan-karangan narasi, deskripsi
biasanya bersumber dari sumber-sumber tersebut. Akan tetapi, tulisan argumentatif atau
persuasi umumnya bersumber dari pendapat dan sikap penulis.
Untuk bisa membuat kerangka tulisan yang baik, diperlukan langkah-langkah antara lain
dengan mencatat di atas kertas, mulailah mengorganisir gagasan-gagasan dan disitematisasikan,
mengkaji gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab-bab dan pasal-pasal, dan
membuat kerangka tulisan yang lengkap dan terperinci.
Sejatinya judul ini adalah ibaratnya seorang pramuniaga yang sedang menjaga pintu di
sebuah supermarket. Ia akan membuka pintu untuk konsumennya sebelum konsumen memilih
barang-barang yang ada di dalam supermarket itu. Sebuah iklan yang menarik akan mendorong
orang untuk mencari dan melihat produk yang diiklankan itu. Sebagai analog, judul buku mirip
dengan pramuniaga itu, Ia memiliki tugas untuk membuka pintu bagi konsumen yang ingin
berselancar dari berbagai produk yang disediakan di supermarket itu. Judul adalah pengantar
awal seorang pembaca untuk mulai tertarik masuk dalam buku yang dibacanya. Judul
memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memilih berselancar dengan ilmu yang
ditawarkan dari bab ke bab dalam buku itu. Pembaca akan menentukan untuk membaca,
menyentuh, memahami, membeli, atau bahkan sama sekali tidak melakukan itu semua. Judul
sebuah buku yang menarik membuat orang berminat untuk memegangnya, membaca nama
pengarangnya, penerbitnya, sinopsisnya dan mengendapkan dalam pikirannya baru mengambil
keputusan untuk membeli atau tidak.
Demikian menariknya sebuah judul, sehingga dapat menarik pembaca untuk
membelinya. Sebagai sebuah komponen yang turut menentukan dalam strategi perdagangan,
maka judul menempati porsi yang perlu untuk diperhatikan secara lebih. Beberapa karakteristik
judul ditawarkan untuk dapat menempati posisi judul-judul yang memiliki daya pikat tinggi
terhadap pembaca untuk membeli dan bahkan akan mempengaruhi kepada orang lain untuk
turut membeli apa yang dia sendiri telah membelinya. Secara finansial, beberapa komponen
sangat diuntungkan seperti pengarang, penerbit, dan toko buku.
94
B. Tema Karangan
1. Tips Mendapatkan Tema
Agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus diperhatikan,
antara lain:
a. Selalu menambah pengalaman antara lain melalui keterlatihan dan pembiasaan untuk
banyak melihat, mendengarkan, membaca, berdiskusi, atau bahkan membuka untuk
memperoleh pengalaman sendiri dari berbagai peristiwa.
b. Selalu rajin mengamati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau membaca buku, jurnal,
majalah, koran yang merupakan hasil pengamatan/penelitian orang lain.
c. Selalu mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
d. Sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk melatih mengemukakan
pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi dan contoh yang baik dan tepat
serta memperluas cakrawala berpikir.
2. Tips Merumuskan Tema Karangan
Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang berbobot, penulis harus memilih tema yang
menarik, memungkinkan untuk digarap, ruang lingkup yang tidak terlalu luas dan tidak
terlalu sempit, dan memiliki nilai manfaat bagi masyarakat. Seringkali seorang penulis
mendapatkan tema, ide atau gagasan secara tiba-tiba. Sumber itu dapat diperoleh ketika
membaca, melihat, spontan, atau bahkan dalam mimpi. Kilasan-kilasan ide atau gagasan
atau tema sering mudah dilupakan orang. Padahal dari ide-ide yang disodorkan tersebut
cukup baik. Jika hal itu tidak segera ditangkap sebagai ide, maka ide-ide itu akan segera
menghilang dari pikiran. Oleh sebab itu, ide-ide tersebut harus segera dicatat yang
memungkinkan pada waktu tertentu akan muncul ide baru yang menguatkan pada ide yang
sudah diperoleh. Adalah hal yang menarik jika ide-ide itu didokumentasikan dalam sebuah
buku ide. Sewaktu-waktu penulis menemukan kesempatan untuk menulis dengan tema yang
sudah pernah dibaca serta penulis berkeinginan untuk menulis maka, penulis dapat
mengingat kembali ide-ide yang sudah pernah dituangkan ke dalam sebuah buku. Penulis
tinggal memilih ide atau tema mana yang dinilai topik sedang hangat dibicarakan oleh
masyarakat, sangat menarik bagi pembaca.
3. Kerangka Tulisan
Setelah menentukan tema, langkah berikutnya adalah membuat kerangka tulisan.
Kerangka tulisan ini sangat penting untuk memandu tahapan menulis agar tidak
menyimpang dari tema. Kerangka tulisan ini selain sangat berguna bagi penulis pemula,
juga berguna untuk menghindari kemungkinan terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji
sekali lagi hal-hal penting itu secara kritis.
95
Ada beberapa macam tipe susunan kerangka tulisan antara lain:
a. Berdasarkan Urutan Kronologis.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut susunan waktu
kejadian peristiwa yang hendak diuraikan. Penulis yang memiliki pengalaman terhadap
topik yang menghendaki penyusunannya secara kronologis maka, akan mudah
dipaparkan dengan baik.
b. Berdasar Urutan Lokal.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut susunan lokal
(ruang/tempat) dari obyek yang hendak diuraikan. Penulis dengan mudah dapat
menuliskan urutan lokasi yang ada, dengan mudah dapat dikenali dan dituliskan dengan
baik.
c. Berdasar Urutan Klimaks.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut jenjang
kepentingannya. Penulis dapat membuat klasifikasi urutan kilmaks yang terjadi, dengan
demikian penulis akan lebih mudah dalam membuat urutan kejadian tersebut.
d. Berdasar Urutan Familiaritas.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut dikenaltidaknya bahan yang akan diuraikan. Dikenali dan dikuasai sebagai salah satu kunci
untuk melakukan penulisan yang baik. Penulis pun akan mendapatkan kemudahan
dalam hal ini, sehingga tulisan dapat dinikmati dengan baik.
e. Berdasar Urutan Akseptabilitas.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut diterimatidaknya prinsip yang dikemukakan. Penulis dapat menentukan urutan aksesabilitas,
dengan demikian penulis akan merasa terbantu untuk menghasilkan naskah yang baik.
f. Berdasar Urutan Kausal.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut hubungan
sebab-akibat. Dengan demikian, penulis akan memperoleh kemudahan dalam
mengantarkan ide pokoknya sesuai dengan sebab akibatnya. Pembaca pun akan lebih
mudah menangkap ide pokok yang dimaksukan oleh penulis.
g. Berdasar Urutan Logis.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut aspek umum
dan aspek khusus. Dalam hal in penulis akan mengurutkan berdasarkan pada urutan
logika. Penulis akan mengutamakan pada topik bahasan yang logis terlebih dahulu dan
menonomorduakan pada pemikiran yang tidak logis.
h. Berdasar Urutan Apresiatif.
96
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut pemilikan baikburuk, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, dan seterusnya. Penulis akan
memberikan paparan yang berurut secara baik, berguna, benar dan seterusnya. Dengan
demikian urutan sebaliknya menjadi lebih dinomorduakan.
4. Langkah Membuat Kerangka Tulisan
Untuk bisa membuat kerangka tulisan yang baik, diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mencatat di atas kertas segala gagasan yang timbul dari perkiraan, atau yang
dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada hubungan dengan tema yang telah
dirumuskan.
b. Kemudian, mulailah gagasan-gagasan tadi diatur, diorganisasi dan disistematisasikan.
c. Mengkaji sekali lagi gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab-bab dan
pasal-pasal yang disusun.
d. Membuat kerangka tulisan yang lengkap dan terperinci yang sudah bebas dari coretancoretan. Dalam tahap ini dicantumkan tema, judul dan pokok pikiran yang mendasari
kerangka tulisan tersebut.
C. Memilih Judul Karangan
1. Karakteristik Judul dari yang Unik Hingga Menipu
Judul merupakan satu hal yang penting delam menulis karangan, karena judul dapat
mewakili dari sebagian karangan yang ada. Oleh karena itu, judul karangan yang baik harus
memenuhi beberpa persyaratan antar lain, harus sesuai dengan topik atau isi dari
jangkauannya; sebaiknya dinyatakan dalam frase, bukan kalimat; sesingkat mungkin, tidak
dinyatakan dalam kiasan dan tidak mengandung kata bermakna ganda (Mansurudin, 2010:
161).
2. Pengertian Judul yang Unik dan Menarik
Judul yang unik dan menarik diidentikan dengan judul yang memiliki kekhasan
tersendiri, berbeda dan menonjol dibanding yang lain sehingga pembaca akan mengambil
keputusan untuk memegang, membaca, mempertimbangkan untuk membelinya, dan
dimilikinya serta dibaca dan dihayatinnya, bahkan mengikuti apa yang disarankan oleh buku
tersebut.
3. Contoh judul-judul Unik-menarik, Sensasional, dan Kontraversial
a. Judul Unik-Menarik
Judul yang menarik itu ditandai dengan pilihan-pilihan kata yang ada, termasuk di
dalamnya padu padan diksi yang ditonjolkan. Judul yang menarik tidak hanya dalam
97
satu kata yang dituliskan tetapi frase yang disejajarkan. Judul yang menarik termasuk di
dalamnya juga pilihan kata atau frase yang jelas, padat, dan penuh makna.
Contoh-contoh judul yang unik dan menarik dapat dilihat dalam daftar berikut
ini:
1) Gusti ora sare
2) Orang miskin dilarang sekolah
3) Sekolah itu Candu
4) Mission itu Impossible
5) Siapa Bilang Berhaji dan Berumroh harus Kaya dulu?
6) Orang Miskin tidak Boleh Sakit.
7) Tuhan, Jangan Dustai Aku
8) Mengejar Pelangi Kehidupan
9) Ya, Rob..ijinkan Aku Satu Malam saja di Neraka
b. Judul Sensasional/bombastis/absurd
Judul yang sensasional/bombastis/absurd adalah judul yang hampir sama dengan
unik, mengarah ke sesuatu yang sensasional, berlebihan, absurd, atau di luar
kebiasaan/kelaziman. Judul yang sensasional/bombastis, absurd memang menarik
pembaca, tetapi menarik tidak harus bombastis. Judul-judul yang bombastis secara
sekilas memang menarik perhatian pembaca, akan tetapi pembaca akan segera kecewa
ketika membaca isi tulisan tersebut. Satu alasan, judul yang bombastis itu biasanya tidak
mencerminkan isi tulisan yang dibahas. Betapa sering kita dikecewakan oleh judul-judul
buku yang seperti ini. Membaca judul dan sinopsis buku yang biasanya ditulis di kover
belakang pun kita sering tertarik untuk membelinya. Akan tetapi, ketika setelah sampai
di rumah dan membacanya kita menjadi sangat kecewa. Demikian pula ketika kita
membaca koran atau majalah atau tulisan apapun, sering dikecewakan oleh judul yang
bombastis tetapi isinya tidak relevan.
Contoh-contoh judul yang sensasional, bombastis dan absurd antara lain dapat
dilihat pada judul di bawah ini:
1) Menabur Melati Untuk Nyi Loro Kidul
2) Bukankah Engkau Izinkan Aku Berpoligami?,
3) Tasbih dan Golok,
4) Tasbih di Balik Terali Besi
c. Judul Kontroversial
Judul kontroversial adalah judul buku yang agak berkonotasi negatif, misalnya
bertentangan dengan pandangan umum, ada unsur emosi yang dimainkan dan selalu
98
menimbulkan pro dan kontra sehingga selalu menarik perhatian. Judul ini seakan
melawan hukum, adat, agama, dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Contoh juduljudul buku kontroversi adalah:
1) Kalau Mau Kaya Ngapain Repot-repot Sekolah, Nikahi saja Anak Trilliuner,
2) Asyiknya Perkawinan Dini
3) Bayar Pajak? Apa Kata Dunia?
4) Presiden Militer? Dimana Enaknya?
5) Hari Gini Tidak Plagiat, Apa kata Dunia
6) Beratnya Menegakkan Pendidikan Karakter
7) Listrik yang Menyengat Rakyat Miskin
d. Judul yang Membuka Rahasia
Rahasia apapun, siapapun, dan di mana pun memang selalu menarik perhatian
orang. Demikian juga dengan judul buku yang menggelitik seakan bermaksud untuk
membuka rahasia yang selama ini masih diungkam oleh struktur dan kultur. Judul yang
bersifat rahasia biasanya memancing keingintahuan pembaca. Judul-judul yang diawali
atau dikonotasikan mengungkap rahasia sanggup menarik perhatian pembaca. Contoh
judul buku seperti ini antara lain:
1) Jakarta Undercover
2) TKW Underground
3) Pembantu Rumah Tangga Undercover
4) Rahasia Utang Negara
5) Rahasia Sukses Melawan Slogan
6) Mengungkap Tabir Mimpi Malam Pertama di Kubur
7) Membedah Perut Para Koruptor
8) Meretas Tali Perselingkuhan
9) Rahasia Utang Negara untuk Sertifikasi Guru dan Dosen
e. Judul Buku yang Berusaha Memberikan Jawaban atas Persoalan Masyarakat dan Negara
Permasalahan di masyarakat begitu kompleksnya, menemukan solusi untuk
mengatasi konflik dan permasalahan seakan menemukan air di padang nan gersang.
Judul buku yang menjawab persoalan juga bisa menarik perhatian. Judul yang
ditampilkan langsung menjawab atau memberi solusi atas satu persoalan sehingga dapat
menarik perhatian pembaca. Solusi itu baik ditawarkan oleh negara, negarawan,
agamawan, politikus, pendidik, ekonom atau apa saja yang memiliki kompetensi di
bidangnya. Contoh judul buku yang menjawab persoalan yaitu antara lain:
1) Bagaimana Menjadi Mualaf yang Mau Berjihad
99
2) Bagaimana Menekuk Lutut Lawan Bisnis
3) Resep Cespleng Menjadi Politikus Muda
4) Bagaimana Bercocok Tanam di Lahan Kapur
5) Bagaimana Menghijaukan Lingkungan di Pesantren Salafi
6) Bagaimana menghidupkan Kepedulian Terhadap Lingkungan di Perguruan Tinggi
7) Kiat Sukses menjadi seorang Penyair Kondang
8) Berbagi Suksesi Kepemimpinan SBY
9) Mengatasi Traumatik Anak pada Polisi dan Dokter
f. Judul Buku yang Menipu Pembeli
Sebenarnya mungkin, tidak bermaksud untuk menipu, tatapi seringkali pembeli
memepertimbangkan untuk membeli buku hanya karena pertimbangan judul buku yang
menarik. Tidak jarang judul buku sekadar menipu pembeli. Judul dan isi sama sekali
tidak ada hubungannya dengan isi yang dituangkan. Nampaknya penulis buku memiliki
niat untuk mendapatkan keuntungan sekejap. Biasanya judul-judul yang bernafaskan
penipuan terhadap inkonsistensi judul dan isi diterbitkan oleh penerbit yang belum
memiliki bonafiditas dalam dunia penerbitan. Contoh judul-judul yang menipu pembeli
antara lain:
1) Berselancar di Laut Merah, ternyata isinya hanya kegiatan melihat laut merah.
2) Rahasia Srawung Akademik, ternyata isinya hanya bagaimana memilih mata kuliah
dan menuliskan Kartu akademik.
3) Rahasia Sukses Paralympic, ternyata isinya hanya program latihan untuk para
penyandang cacat.
4) Olimpiade Pendidikan Lingkungan Hidup, ternyata isinya hanya penyusunan
rencana pembelajaran untuk sekolah lingkungan dalam menghadapi olimpiade.
5) Kartu Joker bagi Koruptor, ternyata isinya tentang catatan pembelaan dari
pengacaranya.
6) Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, ternyata
isinya hanya bagaimana melakukan budidaya akuakultur.
7) Pesantren dan Lingkungan Hidup, sebuah Konsentrasi Monolitik, ternyata isinya
hanya memuat kegiatan santri dalam melaksanakan program jumat bersih.
8) Aku pun Bersimbah Darah, ternyata isinya hanya menceritakan tentang sebuah
kecelakaan kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan.
9) Perjalanan Panjang korban dari Negeri Minyak, ternyata hanya memuat kegagalan
seorang penjual minyak tanah karena sekarang sudah dikonversi ke gas elpiji.
100
g. Judul yang Membosankan atau mudah ditebak isinya
Judul yang membosankan atau mudah ditebak memang menjadikan buku itu sulit
disentuh oleh calon pembeli. Meskipun demikian, ada saja pangsa pasarnya dengan
derajat kebutuhan sesuai dengan jenjang pendidikan dan strata sosialnya. Penerbit
mungkin masih belum senior, sehingga bebas hambatan menuju mesin cetak. Contoh
judul yang membosankan dan mudah ditebak antara lain:
1) Berzakat yang Manfaat
2) Tuntunan Shalat dan Dzikir
3) Bercocok tanam Jagung Dua Tongkol
4) Bertani yang Mumpuni
5) Menuai Buah Semangka
6) Kebersihan sebagian dari Iman
7) Bengkel Motor
8) Aksesoris Mobil
9) Memanfaatkan Lahan Kosong
Judul, selain harus menarik perhatian pembaca, juga harus mencerminkan tema
tulisan. Hal ini sangat penting artinya bagi pembaca. Setelah pembaca tertarik terhadap
judul yang terpampang di majalah atau koran, maka ia ingin segera tahu apa isinya.
Pembaca akan kecewa jika isi yang ditulis ternyata tidak sesuai atau semenarik
sebagaimana judulnya. Oleh karena itu, konsistensi judul dengan deskripsi punggung
buku, dan isinya harus benar-benar di jaga. Peneliti akan kehilangan kepercayaannya
kalau ternyata penulis hanya akan meraup keuntungan dengan tipuan mata dalam judul
yang dituliskan.
Judul sebaiknya juga tidak terlalu pendek. Mungkin judul-judul pendek hanya
sesuai pada karangan seperti novel, cerpen, puisi dll. Jika anda ingin tetap menggunakan
judul pendek karena hal tersebut dapat mencerminkan sesuatu bahasan yang hendak
anda tonjolkan, maka judul pendek itu bisa dibuat, dengan catatan menambah subjudul
di bawahnya.
Untuk membuat judul, sebelumnya kita membuat synopsis, agar diperoleh
gambaran keseluruhan isi artikel, kemudian membuat paling sedikit 3 judul. Di bawah
ini merupakan ringkasan proses pembuatan judul.
101
Tabel Proses Pembuatan Judul
No.
Tema
Sinopsis
1.
Membaca
Judul
dan a. pengertian membaca dan menulis
menulis,
melejitkan
b. Manfaat membaca dan Menulis
Profesi
Menulis.
c. Tips mengantarkan pada cinta baca
d. Jenis buku bacaan
e. Syarat penulis
f. Penyakit umum calon penulis
g. Tips konsistensi menulis
h. Proses menulis
i.
Tips
jitu
bagi
penulis
yunior
untuk
melejitkan profesi dirinya
D. Menyusun Deskripsi Pendahuluan
1. Pentingnya Pendahuluan/Prawacana
Setelah pembaca tertarik dengan judul yang anda tampilkan, maka pembaca akan
segera melirik ke pendahuluan/prawacana. Pembaca mengharapkan dapat memperoleh
sesuatu yang menarik sesuai dengan persepsi pembaca ketika membaca judul. Minat
membaca akan menurun atau meningkat tergantung dari sajian dalam pendahuluan. Oleh
karena itu, penyusunan deskripsi pada pendahuluan perlu mendapat perhatian yang serius.
Dalam tulisan populer dan ilmiah populer, anda tidak perlu menulis pendahuluan
sebagaimana ditunjukkan dalam tulisan ilmiah. Saudara sebagai penulis cukup menulis apa
yang akan anda kemukakan dalam sub-bagian pendahuluan itu.
2. Macam Pendahuluan
Ada enam macam bentuk pendahuluan, yang dapat kita pilih yaitu:
a. Ringkasan.
Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan topik dan
pokok isi tulisan secara garis besar.
b. Pernyataan yang menonjol.
Pernyataan yang menonjol kadang-kadang disebut juga pendahuluan kejutan.
Biasanya diikuti dengan kalimat kekaguman.
c. Pelukisan.
Pelukisan pada pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian atau hal yang
dituliskan.
102
d. Anekdot.
Anekdot merupakan ungkapan sajian yang menggelitik sebagai pengantara dalam
pendahuluan. Di samping itu, pendahuluan berbentuk pertanyaan yang merangsang
keingintahuan merupakan pendahuluan yang bagus.
e. Kutipan orang lain.
Pendahuluan berupa kutipan ucapan seseorang (tentunya orang terkenal) dapat
langsung menyentuh rasa pembaca.
f. Amanat langsung.
Pendahuluan berbentuk amanat (pesan) langsung kepada pembaca sehingga terasa
akrab.
3. Manfaat Pendahuluan/Prawacana
Bagian pendahuluan mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pemancing minat dan
mengatur pembaca ke arah pembahasan. Hal terakhir ini sering kali lebih sulit daripada
menulis judul atau isi. Seringkali kita mengalami kesulitan sehingga kita menjadi kesal dan
putus asa. Jika anda mengalami hal ini, maka langkah yang sebaiknya dilakukan adalah
menunda dulu bagian pendahuluan ini dan menulis bagian lain, misalnya isi tulisan, baru
setelah dirasa bisa melanjutkan, anda dapat menulis pendahuluan kembali. Seringkali
pendahuluan mengalami perubahan berulangkali untuk memperoleh alinea pendahuluan
yang dapat memancing minat.
contoh alinea pendahuluan/Prawacana di bawah ini.
MELEJITKAN KEMAHIRAN MENULIS KARYA ILMIAH
Pendahuluan/Prawacana
Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks.
Segudang keuntungan bagi seseorang yang mau membaca buku, di antaranya dapat menambah
wawasan, melejitkan kemampuan kebahasaan, pembangkit motivasi, perentang waktu,
menemukan media hiburan, sarana refleksi diri, menajamkan hati dengan kebijakan. Secara
kesehatan meringankan stress, melatih otak, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan pola
tidur yang sehat. Membaca dan menulis merupakan dua sejoli yang saling menguatkan.
Empat keterampilan berbahasa seseorang secara bertahap bermula dari menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang pasif hanya akan menyimak pada fenomena
yang ada dan berkembang di sekitar dirinya. Selanjutnya, dia akan belajar untuk berbicara dan
memberanikan diri untuk berbicara di depan publik. Membaca sebagai nutrisi untuk menulis
dikembangkan oleh masyarakat akademis agar dapat menulis. Menulis merupakan satu hal yang
masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen muda sekalipun.
Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan cepat
103
hilang dan mudah dilupakan orang, sedangkan tulisan tetap terkenang. Seorang penulis dengan
cepat melihat dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberik kesan mendalam,
berkesan dan bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang, bereaksi dan
berinterpreneur. Menjadi seorang penulis merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah
mengenal kata pensiun dan royalti pun akan tetap mengalir hingga 7 (tujuh keturunan).
Kebanyakan orang lebih menyukai menonton film, televisi, bermain game pada komputer
daripada harus membaca buku, dan bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas
seseorang. Padahal, hingga kini tidak terbantahkan bahwa buku adalah jendela dunia. Membaca
buku berarti dapat membuka cakrawala dunia. Seseorang dapat melihat ke luar di bawah
kemampuan seseorang untuk melihat diri dan lingkungannya. Sesuatu yang baru atau
pemandangan yang berbeda dengan apa yang ada di sekitar lingkungan rumah seseorang.
Membaca buku berarti seseorang dapat menyelami dunia orang lain, yaitu sebuah dunia yang
ada di dalam pikiran orang lain. Sementara setiap diri seseorang dan orang lain memiliki dunia
masing-masing yang sangat bervariasi. Menyelami bagian terkecil yang dimiliki oleh orang lain
akan memberikan kepada seseorang pengetahuan dan keterampilan bahkan menemukan
kebijakan yang lebih mendalam dalam menghadapi hidup.
Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak membawa
manfaat bagi diri seseorang. Setiap buku akan membawa manfaat kepada seseorang, jika
seseorang mampu menangkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika seseorang
masih sulit untuk menangkap makna dan hikmah suatu buku, berarti seseorang belum siap
untuk menerima sesuatu yang disuguhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, seseorang harus
membuka diri dan meningkatkan keterbukaan pikiran kita agar dapat menerima dunia orang
lain. Hikmah dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran kalau pikiran kita
masih tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak akan pernah
terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih belum siap untuk membuka diri dengan alur
pikiran orang lain, maka selama itu pula seseorang tetap tidak akan bisa menerima cakrawala
baru. Sekali seseorang membaca buku dan pikiran seseorang akan terbuka, maka makna dan
hikmah dapat dengan mudah diterima ke dalam pikiran seseorang. Satu-satunya buku yang tidak
membawa manfaaat kepada seseorang adalah buku yang tidak pernah dibaca.
Membaca dan menulis adalah kegiatan yang sifatnya sangat personal. Ketika seseorang
memiliki minat kuat untuk membaca dan menulis, maka sesungguhnya seseorang sedang
berhadapan dengan diri sendiri. Jika seseorang sudah berapi-api untuk membaca dan menulis,
namun "bara api" yang berkobar di dalam diri seseorang itu tiba-tiba padam, itu berarti yang
memadamkannya adalah diri sendiri. Ada kemungkinan "api" itu padam karena seseorang tidak
menemukan buku yang diinginkan dan belum bisa menemukan topik baru yang menggelitik
104
menjadi sebuah tulisan yang bagus. Buku yang ingin seseorang baca mungkin saja dapat
ditemukan. Namun, seseorang tidak dibuat senang oleh buku tersebut, maka hasilnya tetap nihil.
Bahkan yang lebih parah, "api" membaca itu padam karena seseorang disiksa oleh buku yang
seseorang itu tidak memiliki pengetahuan awal tentang buku itu. Kata mutiara Kahlil Gibran
dapat mengantarkan kepada seseorang agar seseorang bisa siap untuk bersinergi dengan sesuatu
yang baru. "Sebahagian kita seperti tinta dan sebahagian lagi seperti kertas. Dan jika bukan
karena hitamnya sebagian kita, sebahagian kita akan bisu. Dan jika bukan karena putihnya
sebahagian kita, sebahagian kita akan buta." http:ustadbaba.blog. diakses tanggal 9 Maret 2012.
Artinya, ada kekuatan yang bisa mewarnai diri seseorang untuk memiliki kemampuan untuk
melakukan sesuatu, dan kekuatan itu saling berkontribusi untuk mewujudkan kebulatan tekad
untuk menjadi sesuatu. Hilangnya sebagian kekuatan, maka akan menghilangkan kekuatan lain
untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Tetapi sebagian orang terutama masyarakat Indonesia
kurang gemar membaca, sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkannya, antara lain
perasaan malas, jenuh, capek apalagi ketika kita disuguhkan dengan buku tebal dan kita tidak
memiliki pengetahuan dasar tentang buku itu, dan tidak memiliki kepentingan dengan buku itu,
serta tidak merasakan bahwa di dalam buku itu menyimpan sejuta makna bagi kita. Membangun
minat seseorang untuk gemar membaca memanglah tidak mudah, namun hal ini juga tidak sulit,
semua itu bisa karena terbiasa, karena ada kemauan semua pasti bisa dilakukan.
Penulis adalah profesi yang tidak akan mengenal pensiun, dan nama harumnya akan
dikenang sepanjang masa. Menulis adalah keterampilan yang bisa diasah oleh siapa saja. Siapa
pun, dengan latar belakang pendidikan dan profesi apa pun, punya peluang yang sama untuk
bisa menjadi seorang penulis atau menghasilkan karya tulis. Banyak keuntungan yang biasa kita
peroleh menjadi penulis. Namun, untuk menjadi seorang penulis terkenal dan senior banyak
batu sandungan yang harus dilalui dan dilatihkan kembali yang pada gilirannya dapat
menghasilkan karya yang fenomenal dan royalti yang tidak mengenal pensiun.
4. Isi Tulisan
Pendahuluan merupakan sebuah ringkasan yang dapat mewakili isi dari sebuah tulisan
secara keseluruhan. Bisanya seorang penulis membuat secara ringkas, padat, jelas dan
dipilihkan kata/frase/kalimat yang baik dan menarik tanpa meninggalkan esensi dari tulisan
tersebut. Pada alinea atau kalimat terakhir dari pendahuluan sangat dianjurkan merupakan alinea
atau kalimat penghubung antara pendahuluan dan isi tulisan. Hal ini perlu diperhatikan agar
pembaca tidak merasa ada sesuatu yang hilang sewaktu membaca isi utama tulisan anda. Jika
tidak ada kalimat penghubung, seolah-olah pembaca diajak melompat sehingga terasa
mengganjal.
105
Untuk menghindari pembaca cepat bosan, maka isi utama tulisan sebaiknya dibagi ke
dalam beberapa paragraf yang ada dalam sub-sub judul tersebut. Dengan adanya alinea-alinea,
pembaca akan tahu, suatu gagasan pokok dimulai dan diakhiri, serta kemudian berpindah ke
gagasan berikutnya. Dengan demikian, pembaca dapat dengan mudah menelusuri anak-anak
tangga tanpa kesulitan. Memang cukup sulit untuk membuat pendahuluan/prawacana, tetapi
kalau penulis sudah menguasai betul dengan apa yang ada dalam runtutan tulisan itu maka, akan
sangat mudah untuk membuat kata pendahuluan/prawacana. Untuk mengtasi kesulitan itu dapat
dilakukan dengan cara menulis dahulu sub-sub judul yang sesuai dengan topik yang tulis.
Meskipun penulis sudah membuat consep map, outline, dan bahkan ragangannya, namun
seringkali dalam proses penulisan masih memiliki kemungkinan pengurangan atau bahkan
pengembangan. Cara ini adalah untuk memandu jalannya tulisan yang sedang disusun. Baru
setelah
sub-sub
tersusun,
penulis
dapat
pendahuluan/prawacana dapat disusun.
106
memeriksanya
kembali
sehingga
BAB VI
MASALAH DAN PERMASALAHAN
A. Prawacana
Masalah merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat yang dinilai berbeda
dengan tata nilai, hukum, kebiasaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Oleh karena itu,
perlu mendapatkan perhatian yang memadai agar dapat memperoleh titik simpul masalah. Hasil
penelitian dapat memberikan rasa aman, tenang, dan menguntungkan bagi masyarakat.
Masalah penelitian tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada gayut antara faktor yang satu
dengan faktor lainnya. Konstelasi antara faktor yang ada di masyarakat tersebut menjadikan
masalah dalam penelitian yang perlu ditimbang, dipilah, dan dipilih. Dengan demikian, masalah
dalam penelitian dapat merupakan permasalahan yang layak untuk diuji kebenarannya atau
ditemukan simpulan yang valid. Menurut Amir (2009: 77) karya penelitian dilakukan karena
ada masalahnya. Suatu masalah tidak dapat dijadikan masalah karya penelitian kalau masalah
tersebut dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
Oleh karena itu, memilih masalah dan
menjadikan sebuah permasalahan dalam penelitian bukan sekadar permasalahan sedang populer,
mudah dilakukan, mudah responden, mudah prosedur birokrasi, tetapi begitu kompleks faktorfaktor yang menyertai untuk dipertimbangkan sehingga menjadi permasalahan yang memenuhi
kepatutan dan kelayakan.
Memilih permasalahan hendaknya memperhatikan kriterium kompetensi peneliti dan
pembantu peneliti, kondisi dan posisi subyek/informan/responden, keterjangkauan dan
keamanan tempat, efektivitas dan efisiensi waktu, kemudahan birokrasi, ketersediaan biaya dan
peralatan, buku referensi serta data pendukung, dan kebermanfaatan hasil penelitian. Melihat
beberapa pertimbangan tersebut diharapkan penelitian yang dilaksanakan dapat berjalan dengan
lancar, aman, dan tertib, serta memberikan kontribusi yang memadai terhadap khazanah dunia
pustaka dan nilai praksis.
B. Masalah dan Permasalahan
1. Masalah
Masalah merupakan suatu keadaan yang oleh orang-orang dalam jumlah yang berarti
dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan yang disepakati, oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian. Masalah bukan problem tetapi isue atau fokus yang akan
dipelajari. Misalnya “Sekolah Adiwiyata” bukanlah masalah, tetapi dapat diangkat sebagai
“isue atau permasalah penelitian dengan memformulasikan menjadi masalah. Sebagaimana
dengan program Adiwiyata yang dapat memberikan berbagai macam keuntungan, tetapai
mengapa sebagian sekolah tidak mengikuti program adiwiyata?. Berdasarkan data yang
107
diperoleh, mengikuti program adiwiyata dapat melakukan penghematan terhadap seumber
daya, menyehatkan, dan dapat membentuk karakter peserta didik untuk memiliki kepedulian
terhadap lingkungan dan dijauhkan dari pemborosan dalam penggunaan sumberdaya dan
dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitarnya. Isue lain, mengapa sekolah
penerima penghargaan Adiwiyata tidak merencanakan untuk mendapatkan Adiwiyata
Kencana, dan penerima Adiwiyata Kencana untuk mendapatkan Adiwiyata Mandiri.
Pelaksanaan sekolah adiwiyata seakan berjalan apa adanya tanpa perencanaan yang matang.
Sementara, pemerintah cukup serius dalam merencanakan program ini. Dengan demikian,
melakukan pembiaran, melaksanakan program tanpa perencanaan merupakan tindakan yang
dapat merugikan negara, dan memberikan rasa cemas kepada masyarakat di lingkungan
sekolah. Dengan demikian, adiwiyata merupakan bukan masalah, tetapi isu dan akan
menjadi masalah manakala dalam pelaksanaan sebagaimna diterangkan di atas.
Guru merupakan figur yang digugu dan ditiru oleh siswa, guru merupakan figur yang
dapat memberikan keteladanan kepada siswa. Guru dengan kompetensinya mampu
mendongkrak motivasi belajar siswa, guru dengan kompetensinya dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru dapat mengajar dengan baik sesuai dengan kompetensi
paedagogiknya. Guru bukan masalah sepanjang dapat memberikan kontribusi tersebut. Guru
menjadi bermasalah apabila ternyata dengan profesionalitas pribadinya tidak dapat dijadikan
sebagai figur yang digugu dan ditiru, tidak dapat memberikan nilai keteladanan, tidak dapat
mendongkrak motivasi belajar siswa, tidak dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan
tidak dapat mengajar sesuai dengan kompetensi paedagogiknya. Fenomena tersebut dapat
dijadikan isu dalam menentukan permasalahan untuk dilakukan penelitian. Melakukan
penelitian ini diharapan guru merupakan figur yang digugu dan ditiru oleh siswa, guru
merupakan figur yang dapat memberikan keteladanan kepada siswa, guru dengan
kompetensinya mampu untuk mendongkrak motivasi belajar siswa, guru dengan
kompetensinya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dapat mengajar dengan baik
sesuai dengan kompetensi paedagogik yang dimiliki. Penelitian ini menjadikan fenomena
yang terjadi di masyarakat sesuai dengan teori yang sudah diakui kebenarannya.
Khutbah sholat jumat bukan menjadi masalah, tetapi menjadi isu yang akan dipelajari
dengan maksud untuk meningkatkan nilai tugas pokok dan fungsi khotib pada sholat jumat.
Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam setiap jumat ramai dikunjungi masyarakat muslim
untuk melaksanakan sholat jumat. Pelaksanaan sholat jum’at terdapat rukun sholat jumat
berupa khutbah. Khutbah dalam sholat jumat bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt. Menjaga lingkungan alam sekitarnya merupakan kewajiban
setiap manusia, tetapi mengapa dalam khutbah jumat sangat jarang materi khutbahnya
108
menyinggung tentang kepedulian terhadap lingkungan. Dengan demikian, khutbah jumat
yang tidak mengajak umat kepada upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah swt menjadi masalah. Melindungi lingkungan dan menjaga keharmonisan hubungan
antara seseorang dengan seseorang yang lain adalah bukti adanya ketaqwaan seseorang
kepada Allah, sehingga memberikan pembiaran terhadap permasalahan kerusakan alam dan
lingkungan sama artinya mengabaikan peran dan tugas manusia sebagai kholifatullah. Shalat
jumat menjadi isue, dan menjadi masalah manakala dalam pelaksanaan khutbah jumat tidak
mengajak kepada ketertundukan kepada allah dan kepatuhan kepada Allah, termasuk materi
khutbah jumat yang tidak menyinggung tetang kepedulian terhadap lingkungan.
Masalah merupakan kepekaan untuk melihat permasalahan. Kalau suatu bidang benarbenar dikuasai sehingga menjadi keahlian khusus, maka akan semakin peka melihat masalah
dan permasalahan pada bidang yang bersangkutan. Latar belakang pendidikan dan
pengalaman untuk menghadapi berbagai macam kendala dan persoalan menjadikan logika
seseorang memiliki kompetensi yang lebih baik. Pengalaman yang memadai menjadikan
daya nalar seseorang berkembang pesat, sehingga mampu melihat prospek, hambatan, dan
prediksi terhadap hal-hal yang perlu dikembangkan dan bahkan diantisipasi. Dengan
demikian, belajar melalui permasalahan akan melahirkan kepekaan dan daya nalar yang
tinggi terhadap permasalahan sesungguhnya yang terjadi di masyarakat.
2. Permasalahan
Permasalahan yang ada dalam topik penelitian secara eksplisit telah dipaparkan secara
jelas dalam latar belakang masalah. Permasalahan penelitian yang ditemukan dibatasi untuk
menghindari keluasan penelitian sehingga tidak membuka peluang terjadinya bias dan
ambigu serta melampaui keterjangkauan peneliti.
C. Kepekaan dalam Melihat Permasalahan
Kepekaan dalam melihat permasalahan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain
spesialisasi keilmuan, keterlatihanan, kebiasaan, kebutuhan dan gaya hidup, dan observasi.
1. Spesialisasi Keilmuan
Kalau suatu bidang benar-benar dikuasai sehingga menjadi keahlian khusus, maka
akan semakin peka melihat masalah dan permasalahan di bidang yang bersangkutan.
Keahlian khusus menjadikan yang bersangkutan sangat memahami kondisi dan situasi yang
menyertai. Kondisi dan situasi terdapat kecenderungan untuk mengikuti kaidah/hukum dan
bahkan yang terjadi secara alamiah. Dengan demikian yang bersangkutan akan lebih peka
dibandingkan dengan seseorang yang berada di luar spesialisasinya.
109
2. Keterlatihan
Daya nalar seseorang akan mampu melihat prospek/hal-hal yang perlu dikembangkan.
Daya nalar berkembang mengikuti proses latihan yang terus menerus. Seseorang yang
terbiasa dengan mengikuti proses latihan akan menemukan spesifikasi sifat yang dimiliki
oleh suatu benda, hewan, tumbuhan, dan bahkan manusia dan perilakunya. Dengan
demikian, seseorang yang cukup terlatih pada satu bidang atau beberapa bidang, maka akan
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap situasi dan kondisi obyek. Orang jawa akan
mengatakan bahwa seseorang yang mengalami situasi dan kondisi tertentu secara berulang
maka dia akan niteni terhadap situasi dan kondisi yang ada. Ilmu titen itulah menjadikan
seseorang akan lebih peka terhadap sesuatu.
3. Kebiasaan, Kebutuhan dan Gaya Hidup
Pepatah sering dijadikan sebagai pegangan orang untuk mengambil visi dan bahkan
misi yang ditulis dalam pepatah tersebut. Pepatah mengatakan bahwa buku merupakan
gudang ilmu pengetahuan, buku adalah jantung ilmu pengetahuan. Membaca buku dapat
membuka jendela ilmu pengetahuan. Buku adalah media informasi dan komunikasi antara
seseorang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, antara satu
negara dengan negara lain.
Buku sebagai media informasi dan komunikasi, maka memiliki peran untuk
menciptakan inspirasi dan adaptasi cukup tinggi. Demikian juga dengan dunia maya yang
sekarang ini sudah berkembang secara luas hingga ke pelosok desa. Jaringan internet cukup
memberikan pengayaan atas ide-ide yang kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru
dengan berbagai disiplin ilmu. Pertukaran ide dan pengayaan ide sangat mungkin dialami
oleh seseorang yang ada dalam percaturan dunia internet itu. Oleh karena itu, jika seseorang
kesulitan menemukan masalah, dengan membaca sebanyak-banyaknya bahan dari buku atau
internet yang relevan dengan bidang perhatian, akan melahirkan inspirasi dan aspirasi
permasalahan yang bermanfaaat. Membaca buku dan mengikuti informasi melalui internet
sekarang ini bukan sekedar sebagai gaya hidup, tetapi sudah menjadi kebiasaan dan bahkan
kebutuhan seseorang setiap hari. Dengan demikian, harapannya seseorang peneliti tidak
mengenal hambatan informasi untuk mendapatkan ide dan gagasan baru yang sudah
dicetuskan orang lain.
4. Observasi
Melakukan observasi/pengamatan berfokus sesuai dangan minat yang akan dipelajari
atau bahkan media lain yang ada di lingkungan sekitar masyarakat. Lingkungan alam yang
terhampar lua sebagai materi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Alam
merupakan materi kajian penting untuk memperoleh ilmu sebanyak mungkin guna
110
membangun kesadaran eksistensi kemanusiaan dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt. Terdapat tiga dimensi penting yang dapat memperkuat fungsi alam bagi
manusia. Alam sebagai materi kajian tidak pernah kering dari ide. Di sanalah manusia dapat
mengambil dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditebarkan oleh Allah swt untuk
manusia. Dilihat dari sisi manapun alam selalu memberikan materi untuk dipelajari,
dikembangkan, dan dievaluasi. Dilihat dari sisi kesadaran eksistensi kemanusiaan, manusia
dapat mengembangkan pribadi sosialnya dengan berguru pada alam semesta. Pada sisi
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara melihat seluruh daya dan
keteraturan yang Allah ciptakan. Dengan demikian, maka setiap manusia akan mengakui
atas kebesaran dan kemahakuasaan Allah, sekaligus mengakui betapa manusia sangat lemah
dan kecil, tidak berdaya kalau Allah tidak memberdayakannya. Materi alam dapat
memberikan keyakinan bahwa Allah adalah satu dan maha Agung.
Observasi terhadap alam di satu sisi dapat memberikan inspirasi, di sisi yang lain
dapat mengetahui kelemahan manusia, serta dapat memberikan pengakuan bahwa Allah
memiliki kekuasaan yang maha besar. Observasi merupakan pengamatan berfokus sesuai
dengan minat yang akan dipelajari. Dengan demikian, manusia dapat mengambil inspirasi
dan evaluasi terhadap apa yang akan dilakukan dan sudah kita lakukan di permukaan bumi.
D. Cara Menemukan Masalah dan Permasalahan
Masalah dan permasalahan dapat ditemukan pada berbagai macam sudut pandang. Satu
obyek memiliki banyak sudut pandang, sehingga sangat mungkin suatu masalah dinilai tidak
mengandung muatan permasalahan yang signifikan bagi orang lain. Begitu juga sebaliknya satu
obyek bagi orang lain cukup memiliki masalah yang dapat diangkat menjadi topik dalam
penelitian. Untuk menemukan permasalahan dapat ditemukan pada beberapa hal di bawah ini:
1. Apakah ada perbedaan antara apa yang seharusnya (das sollen) dengan kenyataan (das sein).
Untuk melihat adanya pertentangan antara kenyataan dan yang seharusnya, umumnya dilihat
dari teori yang ada, kebiasaan yang sudah diakui oleh masyarakat atau bahkan logika;
2. Adanya pertentangan secara teori dengan sesuatu masalah atau kebijakan yang ada yang
sudah melembaga dalam beberapa waktu tertentu;
3. Adanya pertentangan antara kenyataan dengan kebijakan yang sudah ditentukan dan berlaku
di masyarakat atau lembaga;
4. Adanya ketidakajegan (inkonsistensi) pada bukti empiris yang terjadi di masyarakat atau
institusi/lembaga atas suatu fenomena;
5. Adanya keberbedaan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan situasi dan kondisi
yang terjadi di masyarakat. Inkonsistensi bisa dilihat dari arah pendekatan teori atau
metodologi yang digunakan;
111
6. Adanya sesuatu yang baru yang belum ada yang meneliti;
7. Adanya nilai kemanfaatan dari topik yang akan diteliti bagi pengembangan ilmu maupun
manfaat teknis bagi orang lain yang sesuai dengan minat dan disiplin keilmuannya.
8. Adanya kecemasan masyarakat, kerugian, atau bahkan bahaya bagi masyarakat apabila
permasalahan yang berkembang tidak segera dilakukan penelitian. Melalui penelitian yang
benar tersebut, maka dapat mengurangi kecemasan, kerugian, dan bahkan menghindari
bahaya yang mungkin terjadi.
Berdasarkan kemungkinan yang terjadi di atas, maka seseorang dapat menentukan
masalah yang terjadi untuk dijadikan sebagai topik penelitian dengan mempertimbangkan segala
situasi dan kondisi yang ada pada peneliti dan/atau pembantu peneliti. Beberapa pertimbangan
tersebut perlu diperhatikan oleh peneliti agar dalam melaksanakan penelitian tidak menemui
halangan yang berarti.
E. Pertimbangan dalam Memilih Masalah Dalam Penelitian
Permasalahan yang sudah dinilai memiliki titik pangkal secara jelas sebagaimana di atas,
maka seorang peneliti tidak serta merta mengambil topik penelitian, tetapi mengambil
pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih matang agar tidak mengalami hambatan substansial
maupun teknis. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan topik penelitian
antara lain:
1. Apakah topik penelitian yang ditentukan cukup aman bagi peneliti untuk melaksanakan?;
2. Apakah daerah yang ditentukan mudah dijangkau oleh peneliti?
3. Apakah peneliti memiliki kompetensi terhadap topik tersebut?;
4. Apakah ada tenaga yang membantu dan memiliki kopetensi tersebut?;
5. Apakah responden/informan mudah ditemui?
6. Apakah biayanya untuk melaksanakan terhadap pilihan topik itu cukup tersedia?;
7. Apakah waktunya yang ditentukan tepat atau cukup untuk melakukan penelitian?;
8. Apakah peralatan (jika ada) yang dibutuhkan dalam topik tersebut tersedia dengan baik?;
9. Apakah literatur yang ada cukup tersedia?;
10. Apakah perizinan mudah diperoleh?;
11. Apakah kemampuan teoretis dan metodeologis telah dimiliki?.
12. Apakah penelitian itu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dunia
ilmu pengetahuan dan nilai praksis bagi orang yang ada dalam topik yang diteliti?.
Dari beberapa kemungkinan evaluasi diri tersebut, seorang peneliti akan menetapkan
satu topik atau mengganti topik lain yang memiliki sumbangan cukup berarti terhadap
kesuksesan penelitian yang akan dilakukan.
112
F. Permasalahan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Permasalahan penelitian kualitatif dilakukan dengan berlandaskan pada pembuatan
proposisi (teori, hipotesis) dengan kerangka acuan hasil pengkajian tentang hubungan antar
sejumlah teori yang sudah ada dan relevan, hasil kajian tersebut dikaitkan dengan fenomena
yang terjadi. Hasil kajian dapat menemukan masalah dan teori yang perlu dikaji kebenarannya
berdasarakan atas fakta-fakta. Dengan demikian, setiap kegiatan ilmiah, sebenarnya sama
dengan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menguji dan memantapkan kebenaran suatu
teori atau teori-teori yang ada untuk menguatkan bukti-bukti yang ditemukan di lapangan.
Melalui penelitian ini, maka dapat memperoleh justifikasi yang dapat memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sekaligus mendapatkan dukungan teori
yang ada atas permasalahan yang ada.
Permasalahan penelitian kuantitatif biasanya untuk dapat melihat suatu permasalahan yang
menyatakan hubungan antar variabel, menemukan variasi prosentase dari masalah yang
diprediksi memiliki hubungan, menemukan model hubungan, pengaruh antar variabel, dan lain
sebagainya.
G. Perumusan Masalah
Seorang peneliti setelah mempertimbaangkan kriterium dai atas, tugas selanjutnya adalah
membuat rumusan masalah. Rumusan masalah disarankan untuk memperhatikan beberapa hal
di bawah ini:
1. Konteks/latar belakang permasalahan;
2. Identifikasi permasalahan dengan didukung data yang ada;
3. Pembatasan permasalahan dan pengajuan tujuan penelitian;
4. Siginifikansi permasalahan yang diteliti baik secara akademis, teoretis, ataupun
teknik/metodologis);
Permasalahan yang sudah ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan penelitian, maka
peneliti hendaknya menyusun rumusan permasalahan dengan jelas. Rumusan permasalahan
tidak perlu selalu dengan menggunakan kata tanya, kalimat tanya dan tanda tanya. Meskipun
demikian, rumusan masalah boleh saja dibuat secara spesifik dalam beberapa pertanyaan dari
beberapa hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khsusus. Kelebihan dalam menyusun
rumusan masalah dengan menggunakan kalimat tanya di antaranya permasalahan yang diajukan
terlihat dengan jelas, mudah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, mudah dalam
membuat laporan hasil penelitian, analisis dan pembahasan, serta membuat simpulan dan saran.
113
Penyusunan rumusan masalah dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Umum
khusus
rumusan masalah
Umum
khusus
rumusan masalah
Gambar
Abstraksi Perumusan masalah
Permasalahan yang dirumuskan tidak perlu dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
spesifik, cukup dengan pernyataan singkat, padat dan jelas. Meskipun demikian,
permasalahan dalam penelitian dapat dibreak down menjadi pertanyaan-pertanyaan ke
dalam bentuk kalimat berangkai atau wacana secara jelas dan spesifik agar mendapatkan
kemudahan dalam melakukan penelitian. Permasalahan disusun dengan memperhatikan
beberapa hal di bawah ini:
1. Dimensi permasalahan yang akan dilihat harus memiliki argumentasi yang logis.
2. Diikuti dengan indikasi, ilustrasi, atau fakta-fakta untuk menkonkretkan bahwa ada
sesuatu yang memang penting, bermanfaat, dan bisa diteliti.
3. Peneliti yang menggunakan perumusan masalah dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan, maka permasalahan penelitian perlu dibatasi dengan berbagai pertimbangan
dan diformulasi ke dalam kalimat secara efektif, singkat, jelas dan operasional. Untuk
membantu mempermudah merumuskannya, dapat dibantu melalui kalimat tanya
[formula 5 w (what, where, when, who, why) + 1 h (how)] atau dengan memerinci aspekaspek yang akan ditelitinya. Misalnya: penelitian ini akan mempelajari “Manajemen
Sekolah Adiwiyata”. Untuk mempelajari hal tersebut, diajukan sejumlah permasalahan:
Bagaimana kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan yang dikembangkan?
Bagaimana kurikulum berbasis lingkungan yang dikembangkan? Bagaimana kegiatan
Lingkungan berbasis partisipasi? Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung sekolah?. Permasalahan tentang khotib sholat jumat dapat diajukan
perumusan masalahnya antara lain bagaimana variasi persepsi khotib terhadap
114
kepedulian terhadap lingkungan?, bagaimana variasi latar belakang pendidikan khotib?,
apakah ada hubungan antara latar belakang pendidikan khotib dengan persepsi khotib
terhadap kepedulian terhadap lingkungan?. Permasalahan tentang guru dapat diajukan
perumusan masalahnya dengan pertanyaan bagaimana variasi kompetensi guru dalam
mengajar di sekolah X Kabupaten Y, bagaimana variasi prestasi belajar siswa di sekolah
X Kabupaten Y?, dan bagaimana hubungan antara kompetensi guru dangan prestasi
belajar siswa di sekolah X Kabupaten Y? Permasalahan sebagai subjek kajian yang akan
dipelajari dan dikaji secara komprehensif berdasarkan teori, dan metodologi sesuai
dengan sifat-sifatnya, dan akan ditemukan simpulan atas permasalahan yang diajukan.
Dengan demikian, permasalahan yang diajukan mendapatkan penguatan teori, data,
metodologi, dan hasil yang tepat berupa simpulan dan rekomendasi yang bermafaat bagi
masyarakat.
115
BAB VII
MODEL PENGAMBILAN KUTIPAN
A. Prawacana
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses
pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedia,
artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya untuk membuat skripsi, tesis,
disertasi dan penelitian lain.
Penulisan dan pencantuman kutipan dengan pola Harvard ditandai dengan menuliskan
nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip di awal atau di akhir
kutipan. Data lengkap sumber yang dikutip itu dicantumkan pada daftar pustaka. Ada dua cara
dalam mengutip, yakni langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah mengutip sesuai
dengan sumber aslinya, artinya kalimat-kalimat tidak ada yang diubah. Disebut kutipan tidak
langsung jika mengutip dengan cara meringkas kalimat dari sumber aslinya, namun tidak
menghilangkan gagasan asli dari sumber tersebut.
B. Model Penulisan Rujukan
a. Cara Merujuk Kutipan Langsung
Kutipan yang berisi kurang dari empat baris ditulis di antara tanda kutip (“…”) sebagai
bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun terbitan, dan nomor
halaman. Jika nama penulis ditulis secara terpadu dalam teks, nama itu diikuti tahun dan
nomor halaman pustaka yang dirujuk. Tahun dan nomor halaman itu ditulis di dalam tanda
kurung. Jika nama penulis tidak disebutkan dalm teks, nama, tahun terbitan, dan nomor
halaman itu ditulis di dalam tanda kurung. Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan
tanda kutip tunggal (‘…’). Perhatikan beberapa contoh di bawah ini.
1). Nama Penulis Terpadu dalam Teks
Contoh: Maslikhah (2012: 1) ‘Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik
membaca teks maupun konteks’.
2). Nama Penulis Tidak Disebut dalam Teks
Nama penulis yang tidak disebut dalam teks cara pengutipannya dengan
memberikan tanda (“ … “) kemudian diikuti dengan penulisan nama pengarangnya,
tahun penerbitan buku dan halam buku. Contoh Kebanyakan orang lebih menyukai
menonton film, televisi main game komputer dari pada harus membaca buku, dan
bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas seseorang (Maslikhah, 2012: 2).
116
3). Penulis yang Mengambil Kutipan dari Sumber Lain
Seringkali ditemukan penulis buku mengambil kutipan yang memiliki tanda kutip
dalam kutipan. Cara penulisannya dengan menulis tanda kutipan tersebut sebagaimana
adanya. Contoh, “Menurut data di kantor Desa Payaman Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang, beberapa petak sawah milik warga luasnya berkurang dan bahkan ada yang
sudah ‘hilang’ karena pengambilan batu yang dilakukan secara terus menerus”. (harian
pagi wawasan, Januari 2012).
4). Penulis Mengambil Kutipan Lebih Dari Empat Baris
Pengambilan kutipan yang lebih dari empat baris ditulis tanpa anda kutip, terpisah
dari teks dan dimulai pada karakter keenam dari baris kiri serta diketik dengan spasi
tunggal. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya dimulai degan
mengosongkan lima karakter lagi dari tepi gasis teks kutipan. Perhatikan contoh berikut
ini:
Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak membawa
manfaat bagi seseorang. Setiap buku akan membawa manfaat kepada seseorang jika
seseorang mampu menangkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika
seseorang masih sulit untuk menangkap makna dan hikmah suatu buku, berarti
seseorang belum siap untuk menerima sesuatu yang disuguhkan oleh orang lain. Oleh
karena itu, seseorang harus membuka diri dan meningkatkan keterbukaan pikiran agar
dapat menerima dunia orang lain. Hikmah dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke
dalam pikiran seseorang kalau pikiran seseorang masih tertutup rapat. Bagaikan gelas
(kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama
seseorang masih belum siap untuk membuka diri dengan alur pikiran orang lain, maka
selama itu pula seseorang tetap tidak akan bisa menerima cakrawala baru. Sekali
seseorang membaca buku dan seseorang terbuka pikirannya, maka makna dan hikmah
dapat dengan mudah diterima ke dalam pikiran seseorang. Satu-satunya buku yang tidak
membawa manfaaat kepada seseorang adalah buku yang tidak pernah dibaca
(Maslikhah, 2013: 3).
5). Penulis Mengutip dengan Menghilangkan sebagian Teks
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang,
maka teknik penulisannya dengan cara membubuhkan tiga titik dari kata-kata yang
dibuang. Perhatikan contoh berikut ini:
Sejatinya judul ini adalah ibaratnya seorang pramuniaga yang sedang menjaga
pintu di sebuah supermarket. Pramuniaga akan membuka pintu untuk konsumennya
sebelum konsumen memilih barang-barang yang ada di dalam supermarket itu. Sebuah
iklan yang menarik akan mendorong orang untuk mencari dan melihat produk yang
diiklankan itu. Sebagai analog, judul buku mirip dengan pramuniaga itu. Judul buku
117
memiliki tugas untuk membuka pintu bagi konsumen yang ingin berselancar dari
berbagai produk yang disediakan di supermarket itu. Judul adalah pengantar awal
seorang pembaca untuk mulai tertarik masuk dalam buku yang dibacanya. Judul
memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memilih berselancar dengan ilmu yang
ditawarkan dari bab ke bab dalam buku itu. ... Judul sebuah buku yang menarik
membuat orang berminat untuk memegangnya, membaca nama pengarangnya,
penerbitnya, sinopsisnya dan mengendapkan dalam pikirannya baru mengambil
keputusan untuk membeli atau tidak (Maslikhah, 2013: 90).
Satu hal yang lebih prinsip, pengambilan kutipan yang dihilangkan memiliki
maksud untuk mengambil informasi yang penting yang sesuai dengan bahasan yang
ditulis. Di samping itu, tidak meninggalkan pesan yang menggantung sehingga pesan
menjadi terpotong dan tidak jelas.
b. Cara Merujuk Kutipan tidak Langsung
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dituliskan dengan bahasa dan
pemahaman penulis sendiri secara teori dibenarkan. Teknik penulisannya dengan cara ditulis
tanpa tanda kutip atau terpadu dalam teks yang dibuat. Nama pengarang dapat ditulis
terpadu dalam teks atau ditulis dalam kurung bersama dengan tahun terbitan dan halaman
yang dikutip. Jika yag dirujuk bagian tertentu, maka nomor halaman disebutkan, tetapi jika
yang dirujuk secara keseluruhan naskah, tidak urut halaman, terlampau banyak halaman
yang dikutip, maka nomor halaman tidak dituliskan.
Contoh-contoh dapat dituliskan berikut ini:
a. Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun terbitan, dan nomor halaman ditulis di
dalam kurung
Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis
di dalam kurung perhatikan contoh berikut ini:
Membahas judul, Maslikhah (2013: 59) menyatakan bahwa judul yang unik dan
menarik diidentikkan dengan judul yang memiliki kekhasan tersendiri, berbeda dan
menonjol dibanding yang lain sehingga pembaca akan mengambil keputusan untuk
memegang, membaca, mempertimbangkan untuk membelinya, dan dimilikinya serta
dibaca dan dihayati, bahkan mengikuti apa yang disarankan oleh buku tersebut.
b. Nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis di dalam kurung
Penulisan nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis di dalam
kurung Perhatikan contoh berikut ini:
Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan.
Tema harus ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan dihasilkan
118
tulisan yang baik. Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, hasil
penelitian, survei, pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif dan lain-lain. Karangankarangan narasi, deskripsi biasanya bersumber dari sumber-sumber tersebut, akan tetapi
tulisan argumentatif atau persuasi umumnya bersumber dari pendapat dan sikap penulis
(Maslikhah, 2013: 213).
c. Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun penerbiatan (tanpa nomor halaman)
ditulis di dalam kurung
Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun penerbiatan (tanpa nomor
halaman) ditulis di dalam kurung, perhatikan contoh berikut ini:
Sebagaimana distrategikan oleh penulis, Maslikhah (2012: 161) menuliskan
agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus diperhatikan, antara
lain selalu menambah pengalaman, banyak melihat, mendengarkan, membaca,
berdiskusi, mengalami sendiri berbagai peristiwa, selalu rajin mengamati sesuatu yang
terjadi di sekitar kita atau membaca buku, jurnal, majalah, koran yang merupakan hasil
pengamatan/penelitian orang lain, selalu mengembangkan imajinasi dan kreativitas,
sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk melatih dalam
mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi dan contoh yang
baik dan tepat serta memperluas cakrawala berpikir, termasuk juga membuat hubunganhubungan antar peristiwa yang terjadi di masyarakat, dan mengikuti perkembangan
informasi di media massa yang ada.
d. Nama Penulis dan tahun penerbitan tanpa nomor halaman ditulis dalam kurung. Contoh,
Kerangka tulisan ini sangat penting untuk diajadikan sebagai panduan dalam
membuat tulisan sehingga tidak menyimpang dari tema yang dipilih. Kerangka tulisan
ini memiliki fungsi ganda, selain berguna bagi penulis pemula, juga berguna untuk
menghindari kemungkinan terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji sekali lagi pointpoint yang penting itu secara kritis. Ada beberapa macam tipe susunan kerangka tulisan
antara lain berdasarkan urutan kronologis. Susunan kerangka diatur menurut susunan
waktu kejadian peristiwa yang hendak diuraikan. Berdasar urutan lokal, susunan
kerangka diatur menurut susunan lokal (ruang/tempat) dari obyek yang hendak
diuraikan. Berdasar urutan klimaks, susunan kerangka diatur menurut jenjang
kepentingannya. Berdasar urutan familiaritas, susunan kerangka diatur menurut dikenaltidaknya bahan yang akan diuraikan. Berdasar urutan akseptabilitas, susunan kerangka
diatur menurut diterima-tidaknya prinsip yang dikemukakan. Berdasar urutan kausal,
susunan kerangka diatur menurut hubungan sebab-akibat. Berdasar urutan logis, susunan
kerangka diatur menurut aspek umum dan aspek khusus. Berdasar urutan apresiatif,
119
susunan kerangka diatur menurut pemilikan buruk-baik, untung-rugi, berguna-tidak
berguna, benar-salah, dan seterusnya (Maslikhah, 2012).
C. Rujukan dengan Menggunakan Penulisan Tertentu
1. Penulisan Nama Akhir, Tengah dan Awal
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir (tidak ditulis lengkap dari
nama pengarang yang memiliki nama lebih dari satu kata. Perhatikan dalam contoh berikut
ini:
Nama dalam buku adalah Aisya Tsaaqiba Ashari, maka ditulis dalam naskah adalah Ashari
(2012: 21) dan dalam daftar pustaka dengan nama Ashari, Tsaaqiba Aisya (2012: 21).
2. Penulisan Nama Pengarang yang Lebih Dari Satu Penulis
Jika ada dua (2) penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir
kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari dua orang penulisan rujukan dilakukan dengan cara
menulis nama penulis pertama dari penulis tersebut, kemudian dikutip dengan dkk (dan
kawan-kawan) atau et. al., (et alili). Pilih salah satu asalkan konsisten dalam satu karya
ilmiah. Sedangkan penulisan dalam daftar pustaka penulisan nama pengarang yang lebih
dari satu dituliskan secara lengkap, termasuk dalam tulisan dkk (dan kawan-kawan).
Perhatikan dalam contoh berikut ini:
Nama pengarang dalam buku adalah Mohammad Akma Lutfan dan Mohammad
Fariz Safaras (2012: 19), maka dalam naskah ditulis nama akhir dari salah satu nama
tersebut secara konsisten. Safaraz (2012: 12). Berbeda dengan contoh berikut, nama akhir
kedua penulis ini adalah Ashari, dengan demikian menjadi tidal masalah, karena keduanya
memiliki nama akhir yang sama yaitu Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari.
Dengan demikian ditulis Ashari (2012: 14)., atau dengan cara menuliskan Ashari dkk.
3. Nama Penulis Berupa Nama Lembaga
Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama
lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama surat kabar.
Contoh
Kementerian Agama, 2011, Pendidikan Islam di Indonesia Ujung Tanduk, Jakarta: Dirjen
Binbaga Kemenag RI.
Depertemen Pendidikan Nasional, 1989, Undang-undang No. 2/1989: Jakarta.
Depertemen Pendidikan Nasional, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, Cetakan ke-1.
4. Karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya
Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis
aslinya.
120
Abraham Lincoln Petrik (2012)
Mohammad Fauzan Turkey (2012)
5. Rujukan Lebih dari Dua Sumber
Rujukan lebih dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda
dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai pemisahnya.
D. Rujukan dengan Menggunakan Catatan Kaki
Catatan kaki atau foot note berguna untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat,
buah pikiran, atau fakta-fakta. Nomor foot note disesuaikan dengan nomor kutipan. Tiap bab
dimulai dengan nomor 1. Teknik penulisan dengan foot note sekarang ini sudah jarang
dilakukan, meskipun demikian masih ada perguruan tinggi yang merekomendasikan
penggaunaan foot note ini. Istilah-istilah dalam foot note antara lain:
1. Ibid = Ibidem: kutipan diambil dari sumber yang sama tanpa diselingi oleh sumber lain.
2. Op.Cit., = oper citato: kutipan diambil dari sumber yang telah disebut sebelumnya pada
halaman yang berbeda dan telah diselingi oleh pengarang lain.
3. Loc.Cit., = loco citato: kutipan diambil dari sumber dan halaman yang sama yang telah
diselingi oleh sumber lain.
Teknik penulisan karya ilmiah perlu mengikuti suatu aturan yang berlaku. Terdapat dua
cara yang dapat diikuti, yaitu model Turabian (1973) dan model American Psychological
Association [APA] (1988). Model Turabian menggunakan catatan kaki (footnote) untuk
menunjukkan referensi, dan menggunakan istilah-istilah ibid, op cit, dan loc cit. Apabila
pengetikan masih menggunakan mesin tulis, model Turabian lebih sulit dilaksanakan karena
harus selalu menghitung jumlah baris dari bawah yang harus disediakan untuk menulis catatan
kaki. Akan tetapi, program pengolah kata (word processor) tertentu, dapat membantu dan
memudahkan tugas pengetikan.
Cara yang lebih praktis, baik menggunakan mesin tulis biasa maupun pengolah kata,
adalah model yang ditetapkan oleh APA. Model ini digunakan dalam penulisan artikel untuk
jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh lembaga. Jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh The National
Association of Social Workers (NASW) seperti Social Work dan Social Work Research &
Abstracts juga sudah menggunakan cara ini. Model APA tidak menggunakan catatan kaki
seperti dalam model Turabian, tetapi setiap referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun
penerbitan. Jika kutipan merupakan kutipan langsung, artinya kata demi kata diambil dari
sumbernya, ditunjukkan juga nomor halaman sumbernya. Jika nama penulis yang dikutip sudah
termasuk dalam uraian, maka untuk menunjukkan referensi dicantumkan tahun penerbitan
dalam tanda kurung langsung setelah nama penulis tersebut. Jika nama penulis tidak termasuk
dalam uraian, maka referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun dalam tanda kurung
121
yang dibatasi oleh koma. Pada akhir kutipan langsung, dicantumkan nomor halaman dalam
tanda kurung. Jika nama penulis tidak disebutkan dalam uraian, pada akhir kutipan langsung,
referensinya ditunjukkan dengan menyebut nama, tahun terbitan, dan nomor halaman yang
semuanya di dalam tanda kurung. Berbagai ragam cara penulisan tersebut, kadang-kadang
menimbulkan kebingungan di kalangan civitas akademika (mahasiswa dan dosen) mengenai
teknik penulisan karya tulis ilmiah. Untuk meminimalisir kebingungan tersebut, tulisan ini
membantu untuk mengurangi kebingungan yang dialami oleh sebagian mahasiswa.
1) Model Pengambilan Kutipan
a. Cara Menulis Rujukan
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan tahun di antara tanda
kurung. Jika ada dua (2) penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir
kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari dua orang penulisan rujukan dilakukan dengan
cara menulis nama penulis pertama dari penulis tersebut, kemudian dikutip dengan dkk
(dan kawan-kawan) atau et al (et alili). Pilih salah satu asalkan konsisten dalam satu
karya ilmiah. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan
adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama
sumber lain. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan
nama penulis aslinya. Rujukan lebih dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis
yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai
pemisahnya.
b. Cara Mengutip Rujukan
1) Cara Merujuk Kutipan Langsung
a)
Kutipan Kurang dari 40 Kata
Kutipan yang kurang dari 40 kata, ditulis di antara tanda kutip ("…")
sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun,
dan nomor halaman. Nama penulis dapat dituliskan secara terpadu dengan teks
atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung, contoh:
Aisya Tsaqiba Ashari (2006: 148) atau (Aisya Tsaaqiba Ashari 2006: 148). Jika
dalam kutipan terdapat tanda kutipan, maka gunakan tanda kutip tunggal ('…')
b) Kutipan Lebih dari 40 Kata
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih, ditulis secara terpisah dari teks
yang mendahuluinya (tanpa tanda kutip, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri
dan kanan, dan diketik dengan jarak spasi tunggal. Nomor halaman tetap ditulis
sebagaimana pada penulisan kurang dari 40 kata.
c)
Kutipan yang sebagian dihilangkan
122
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang
dibuang, maka diganti dengan tiga titik (pendidikan berkarakter … diharapkan
… (Arava Izza Ashari 2007: 19), sedangkan apabila ada kalimat yang dibuang,
maka diganti dengan empat titik (pendidikan berkarakter ....).
d) Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan dengan
bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama
penulis bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks atau disebut dalam
kurung bersama tahun penerbitan dan nomor halaman.
e)
Catata kaki (foot note)
Catatan kaki atau foot note berguna untuk menyatakan sumber suatu
kutipan, pendapat, buah pikiran, atau fakta-fakta. Nomor foot note disesuaikan
dengan nomor kutipan. Setiap bab dimulai dengan nomor foot note dimulai dari
nomor 1 (satu). Istilah-istilah dalam foot note antara lain:
(1) Ibid = Ibidem: kutipan diambil dari sumber yang sama tanpa diselingi oleh
sumber lain.
(2) Op.Cit., = oper citato: kutipan diambil dari sumber yang telah disebut
sebelumnya pada halaman yang berbeda dan telah diselingi oleh pengarang
lain.
(3) Loc.Cit., = loco citato: kutipan diambil dari sumber dan halaman yang sama
yang telah diselingi oleh sumber lain.
c. Menulis Daftar Rujukan
1). Penulisan Grafik, Tabel dan Daftar Pustaka
a) Grafik
Grafik biasanya digambar sebagai bentuk penyederhanaan informasi
sekaligus untuk mempermudah pemahaman informasi. Grafik tidak ditinggalkan
begitu saja oleh penulis, tetapi untuk menampilkan grafik dalam tulisan harus
diberi pengantar sebagai ketersambungan kronologi hasil tabel dengan data yang
dideskripsikan.
Membuat grafik dengan bantuan komputer diawali dengan klik insert dan
memilih picture kemudian klik chart. Untuk mengubah informasi yang ada
dalam model tersebut tinggal merubah sesuai dengan data yang dikehendaki.
Penulisan grafik diurutkan sesuai dengan urutan grafik (bila lebih dari satu) dan
ditulis dibawah gambar grafik tersebut.
123
Perhatikan contoh berikut ini:
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Gembongan
Kauman
Tegowanon
SD
SMP
SMA
PT
Grafik 1. Latar Belakang Pendidikan Ibu Rumah Tangga
b) Tabel
Model penulisan tabel dengan menggunakan komputer dengan cara klik
tabel, insert tabel dan sesuaikan dengan kebutuhan tabel yang dikehendaki.
Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Persentase Biaya Riset
Tabel 1. Persentase Biaya Riset
No.
Keterangan
Persentase
Jumlah
1.
Profesional Fee
60 %
Rp 9.000.000,00
2.
Bahan dan ATK
15 %
Rp 2.250.000,00
3.
Perjalanan
10 %
Rp 1.500.000,00
4.
Lain-lain
15 %
Rp 2.250.000,00
5.
Jumlah
100 %
Rp 15.000.000,00
T e r b i l a n g:
L ima
Belas Juta
Rupiah
(2) Rincian Biaya Riset
Tabel Rincian Biaya Profesional Fee Peneliti
No Keterangan
Jumlah
Honor per/orang
Jumlah
Pelaksana
1.
Konsultan
1 orang
RP 300.000,00 RP 300.000,00
2.
Ketua
1 orang
RP 1.700.000,00 RP 1.700.000,00
Peneliti
3.
Sekretaris
1 orang
RP 1.000.000,00 RP 1.000.000,00
Peneliti
4.
Peneliti
3 orang
Rp 2.000.000,00 RP 6.000.000,00
Jml
RP 9.000.000,00
124
d. Menulis Daftar Pustaka
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan daftar pustaka, antara lain:
1).
Ke arah bawah disusun berdasarkan atas urutan abjad nama penulis pertama dan
berturut-turut nama penulis pertama, dan tidak perlu ditulis nomor. Fasilitas yang
ada di komputer cukup membantu untuk melakukan pengurutan tersebut secara
cepat dengan cara daftar pustaka yang sudah ditulis di blok dan klik pada ikon
yang ada pd monitor lap top/komputer di bawah developer dengan tanda huruf A
Z.
2).
Tidak dibenarkan menggunakan bahasa yang tidak konsisten. Perhatikan contoh
berikut ini:
Wei, W.I. and Ho, WK, 2006 dengan Wei, W.I. dan Ho, WK, (cetak tebal tidak
konsisten)
3).
Ke arah kanan disusun berturut-turut nama penulis, tahun penerbitan, judul buku,
nama kota, penerbit, (apabila penulis pada tahun yang sama menulis beberapa
judul tulisan baik di majalah atau buku, di belakang tahun penerbitan ditambahkan
tulisan berturut-turut dari a, b, c, dst), misalnya:
Ashari, Aisya Tsaaqiba 2012a, Pendidikan Multikultur…
Ashari, Aisya Tsaaqiba 2012b, Pendidikan Berkarakter …
Ashari, Arava Izza, 20013a. Quo Vadis Pendidikan Islam,...
Ashari, Arava Izza, 2013b. Alam Terkembang Menjadi Guru,...
4).
Apabila seorang penulis/beberapa penulis secara bersama menulis buku dengan
judul yang berbeda dalam tahun yang berbeda, maka penulisan daftar pustaka
sebagai berikut:
Ashari, Aisya Tsaaqiba 2013. Pendidikan Multikultur ….
……………………....., 2013. Pendidikan Berkarakter ….
Ashari, Arava Izza, 2013. Pendidikan Usia Dini...
..............................., 2013. Pendidikan Profetik...
5).
Apabila penulisnya tidak jelas, maka tuliskan anonim sebagai pengganti nama
pengarang.
6).
Apabila menulis rujukan dari buku yang berisi kumpulan artikel (ada editornya),
maka penulisannya sama dengan menulis kutipan lain, hanya saja diberi tulisan
(Ed) yang artinya editor di antara nama penulis dengan tahun penerbitan. Penulis
artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul artikel diapit tanda
kutip ( " … ") tanpa cetak miring, nomor halamannya disebutkan dalam kurung.
125
7).
Apabila menulis rujukan dari artikel dalam jurnal, nama penulisnya ditulis paling
depan diikuti dengan tahun dan judul artikel diapit tanda kutip dengan huruf
kapital pada setiap awal kata.
8).
Apabila menulis rujukan dari artikel dalam jurnal dari CD ROM penulisannya
dalam dafta rujukan sama dengan rujukan dari artikel dalam jurnal cetak,
ditambah dengan penyebutan CD ROM dalam kurung.
9).
Apabila menulis rujukan dari artikel dalam majalah atau koran, nama penulisnya
ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan, dan tahun. Judul artikel diapit
tanda kutip. Gunakan huruf kapital pada pada setiap huruf awal kata (tidak
termasuk kata sambung). Nama majalah ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf
pertama setiap kata, dan dicetak miring. Nomor halaman pada bagian akhir
kalimat. Perhatikan contoh berikut ini:
Dwiloka, 2007. "Menyibak Rahasia Gamat dari Ikat Teripang" Info Pangan
dan Gizi Jawa Tengah, 7 Januari, hlm 14.
10). Apabila menulis rujukan dari koran tanpa penulis, nama koran ditulis pada bagian
awal dicetak miring, tanggl, bulan, dan tahun ditulis setelah nama koran, judul
ditulis dengan huruf besar-kecil diapit tanda kutip dan diikuti dengan nomor
halaman. perhatikan contoh berikut ini:
Kompas, 18 Januari 2007. "Jawa Tengah Rawan Flu Burung", hlm 14.
11). Apabila menulis rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh
suatu penerbit tanpa penulis dan lembaga, maka judul atau nama dokumen ditulis
di bagian awal dengan cetak miring diikuti oleh tahun penerbitan, kota penerbit,
dan nama penerbit. Perhatikan contoh berikut ini:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
12). Apabila menulis rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut,
maka nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti
dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama penerbitan, dan nama
lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut (STAIN
Salatiga, 2008: 75). Perhatikan contoh di bawah ini:
Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan
Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
13). Apabila menulis rujukan berupa karya terjemahan, maka nama penulis asli ditulis
paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama
penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit
126
terjemahan. Jika tahun penerbit buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata
tanpa tahun.
14). Apabila menulis rujukan dari Skripsi, Tesis atau Disertasi, nama penulis ditulis
paling depan, diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi,
tesis, atau disertasi diapit tanda kutip diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau
disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas serta
nama perguruan tinggi.
15). Apabila menulis rujukan dari makalah yang disajikan dalam seminar, penataran,
atau lokakrya, nama penulis ditulis paling depan dilanjutkan dengan tahun, judul
makalah diapit tanda kutip diikuti dengan pernyataan "makalah disajikan dalam
…" nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelenggaraan, tanggal
dan bulan.
16). Apabila menulis rujukan dari Internet berupa karya individu, nama penulis ditulis
seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul karya
tersebut (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung (online) dan
diakhiri dengan alamat sumbeer rujukan tersebut disertai dengan keterangan
kapan diakses diantara tanda kurung.
17). Apabila menulis rujukan dari internet berupa artikel dari jurnal, nama penulis
ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul
artikel, nama jurnal (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung
(online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut
disertai dengan keterangan kapan diakses di antara tanda kurung. Perhatian contoh
di bawah ini:
Savaras, Mohammad Faris. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif: Suatu
Pendekatan Praktek dalam Penelitian Pendidikan. Metodologi
Research (1): 100.
18). Apabila menulis rujukan dari internet berupa bahan diskusi, nama penulis ditulis
seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut dengan tanggal,
bulan, tahun. Topik bahan diskusi, nama bahan diskusi, nama bahan diskusi
(diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), dan diakhiri
dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan
diakses, di antara tanda kurung.
19). Apabila menulis rujukan dari internet berupa e-mail pribadi, nama pengirim dan
disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara
127
berturut-turut oleh tanggal, bulan tahun, topik isi bahan (diapit tanda kutip), nama
yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim).
20). Penulisian daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang
sama yang harus dilakukan antara lain, Pertama tulis nama belakang dari penulis
yang pertama setelah nama belakang, berilah tanda koma, lalu tuliskan nama
depan jika nama depan berupa singkatan tuliskan saja singkatan itu setelah nama
pertama selesai diberi tanda titik, kemudian diberi tanda koma untuk nama
kedua/ketiga ditulis sama seperti nama asli, artinya tidak ada perubahan, yang
berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga
tetap. Setelah penulisan nama kedua selesai, jika tiga penulis gunakan tanda dan
(&) pada nama terakhir begitu pula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah
penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut
dengan diawali tanda kurung buka dan kurung tutup ( ) setelah itu beri (tanda
titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri tanda koma dan ditulis
dengan huruf miring. Keempat; yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah
itu beri tanda titik dua (:) dan terakhir Kelima; nama perusahaan penerbit buku
atau tulisan tersebut dan diakhiri tanda titik. Untuk gelar akademik tidak ditulis
dalam penulisan daftar pustaka. Perhatikan contoh di bawah ini:
Hammam, Azman., Amir Hamzah, & Mohmmad Varis Savaras. 2008.
Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
21). Penambahan huruf dkk/et al dibelakang nama penulis hanya dibenarkan pada
waktu penulis menggunakan rujukan dalam uraian, dan bukan pada daftar
pustaka. Penambahan huruf tersebut dibenarkan apabila penulis lebih dari dua (2)
orang. Nama dkk akan ditulis lengkap dalam daftar pustaka.
22). Apabila penulis mengambil rujukan salah satu buku, sedangkan penulis tersebut
mengambil rujukan dari orang lain. Contoh konsep Aisya Tsaaqiba Ashari
digunakan dalam penulisan laporan, padahal konsep Aisya diambil dari buku
Saifudin Ashari, maka penulisannya dengan cara menuliskan nama Aisya
Tsaaqiba Ashari dalam Saifudin Ashari. Penulisan daftar pustaka dalam
pengambilan data dari buku, Pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan
huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri tanda koma,
dimulai dari nama belakang, kemudian diberi tanda koma dan dilanjutkan dengan
nama depan. Kedua; tahun pembuatan atau penerbitan buku. Ketiga; judul
bukunya harus selalu ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul
128
gunakan tanda titik. Keempat; tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan
gunakan tanda titik dua, dan Kelima; penerbit buku tersebut diakhiri dengan tanda
titik. Seperti contoh dibawah ini:
Ashari, Saifudin. 2012. Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
23). Apabila pustaka tersebut dalam bentuk buku, maka nama buku ditulis dengan
huruf italic, sedangkan apabila buku tersebut diterbitkan di beberapa kota dapat
ditulis kota terdekat dengan tempat penulisan laporan tersebut.
24). Teknik penulisannya sama dengan teknik penulisan daftar pustaka berupa buku,
hanya saja dituliskan nama satu editor (ed) dan dua editor dengan (eds) di antara
nama penulis dan tahun penerbitan (STAIN Salatiga: 2008: 73). Perhatikan
contoh di bawah ini.
Savaras, Mohammad Faris, (Ed). 2010. Kritik Penelitian Kualitatif: Suatu
Pendekatan Konteks. Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-tujuh.
25). Penulisan buku dengan penulis yang sama
Penulisan buku dengan penulis yang sama maka, ditulis dengan cara
menuliskan nama, tahun penerbitan, judul buku, nama kota, dan nama penerbit,
serta urutan penerbitan. Penulisan kedua dengan cara memberikan tanda titik-titik
persis di bawah nama yang pertama diikuti dengan tanda titik dan seterusnya
dengan ditulis tahun, judul, kota penerbit, nama perbit dan cetakan. Jika
pengarang yang sama menulis dalam tahun yang sama, maka penulisannnya
dengan menambahkan huruf sesuai dengan urutan abjadnya. Perhatikan contoh
berikut ini:
Arifah, Lailiyah. 2012. Meretas Kebekuan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam.
.................................... 2013a. Quo Vadis Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam.
.................................... 2013b. Disksursus Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam.
26). Apabila pustaka tersebut dimuat dalam majalah ilmiah, maka nama majalah
ilmiah tersebut ditulis dengan huruf italic.
27). Penyusunan daftar pustaka antara buku dan majalah tidak dipisahkan.
28). Jangan menulis dengan berlebihan, misal menulis judul dengan cetak miring,
cetak tebal, dan garis bawah dalam kesempatan yang sama. Perhatikan contoh di
bawah ini:
129
Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005, Teknik Menulis Karya Ilmiah,
Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan Pertama.
Contoh Penulisan daftar Pustaka, perhatikan dengan seksama.
Perlu diingat, untuk penulisan daftar pustaka yang banyak harus berurutan
penulisannya. Nama dari sumber yang diambil sebagai daftar putaka ditulis berdasarkan
urutan Abjad dari nama masing-masing tersebut, dimulai dengan Abjad A-Z itulah urutan
penulisan daftar pustaka yang baik yaitu sesuai dengan urutan nama-namanya. Seandainya
terdapat nama penulis dengan huruf abjad pertama sama maka didahulukan nama penulis
yang memiliki urutan abjad paling awal pada huruf kedua nama penulis. Contoh nama
Savaras, Mohammad Faris huruf pertama adalah S, sedangkan Sabrina, Fitri Aulya juga
sama-sama memiliki huruf pertama S. Maka, diperhatikan pada huruf kedua pada nama
penulis tersebut. Savaras, Mohammad Faris menggunakan huruf a setelah s, maka Savaras,
Mohammad Faris ditulis di bawah nama Sabrina, Fitri Aulya karena nama Sabrina dengan
penulisan setelah Sa adalah huruf d yang berdasarkan urutan abjad akan lebih dulu daripada
v pada nama Savaras. Perhatiakan contoh penulisan di bawah ini:
Savaras, Mohammad Faris. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif: Suatu Pendekatan Praktek
dalam Penelitian Pendidikan. Metodologi Research (1): 100.
Sabrina, Fitri Aulya. 2011. Menulis dengan Hati. Magelang: Harmoni Alam.
Contoh
DAFTAR PUSTAKA
Aba Firdaus Al-Halwari, 2001, Pesan Buat Ukhti Muslimah: Selamatkan dirimu dari Tabarruj,
Jogjakarta: LeKPIM dengan Mitra Pustaka. Cetakan ke 4.
Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Kualitatif (Pemikiran Norman K. Denzin &
Egon Guba dan Penerapannya), Jogjakarta: Tiara Wacana, Cetakan Pertama.
Boyke, Pemasalahan Seks dan Solusinya, on air tanggal 23-september 2005.
Dadang Kahmad, 2002, Sosiologi Agama, Bandung: Rosdakarya, Cetakan Kedua.
Danielle Crittenden, 2002, Menggugat Mitos Kebebasan Wanita-wanita Modern: Wanita Salah
Langkah? Terjemahan Sofia Mansoor, Bandung: Qonita, Cetakan Pertama.
Imaduddin Husain, 2002, Kiat Menghindari Perselingkuhan, Jakarta: Pustaka Azam, Cetakan
Pertama.
Muhammad Rasyid Al-Uwayyid, 2001, Kepada Wanita Mukminah, Jogjakarta: Mitra Pustaka,
Cetakan Kedua.
Moleong, Lexy J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya. Cet. 16.
Noeng Muhajir, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Rake Sarasin.
130
Nunuk P Murniati, A, 2004: Getar Jender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif agama, Budaya,
dan Keluarga, Magelang: Indonesiatera, Cetakan Pertama.
Soerjono Soekanto, 1982, Teori Sosial tentang Pribadi dalam Masyarakat, Jakarta: Ghalia
Indonesia, Cetakan Pertama.
Sumanto, 2002, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kualitatif dan Statistika
dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Ketiga.
Sutrisno Hadi, 1986, Metodologi Research, Jogjakarta, UGM Press.
Suwarto, Wawancara pendahuluan, Direktur Trukajaya, Salatiga.
Thomas F O'Dea, 1992, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jogjakarta: Rajawali Press.
Cetakan keempat.
www.waining indo.com, AD. Eridani, HIV di Lembaga Pemasyarakatan.
www.pikiranrakyat.com, Kawasan Bali Terjangkit HIV, tanggal 10 Mei 2004
www.hukumonline.com. Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu, tanggal 26
September 2005.
www.suarakarya.online.com oleh Dev nugroho, Aktivitas Seks Kilat.
www.suaramerdeka.online.
www.pemantauperadilan.com. Pengadilan Anak, tanggal 24 Pebruari 2005.
www.balipos.co.id. Jangan ada Kata Permisif untuk Berantas Prostitusi.
131
BAB VIII
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Prawacana
Teori merupakan seperangkat penjelasan ilmiah, sebagai penjelasan ilmiah, maka teori
harus relevan dengan masalah yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, dan manfaat
yang diharapkan. Landasan teori atau kerangka teoretik dalam proposal penelitian merupakan
paparan singkat dari teori yang akan digunakan dalam penelitiannya. Meskipun sebagai
paparan yang singkat, tetapi dalam menyusun landasan teori harus dapat mewakili dari varibel
yang akan digunakan dalam penelitian. Landasan teori dalam penelitian dibuat pada BAB II.
Kaidah teoretis yang dijadikan dasar penelitian ini bisa lebih dari satu teori yang bersumber
dari buku, jurnal, ensiklopedia, atau kamus spesifik dari disiplin keilmuan yang diteliti yang
dapat dipertanggungjawabkan. Idealnya teori tersebut dipilih sesuai dengan topik kajian
penelitian dan secara kronologis dapat dirunut dari teori yang lama sampai dengan yang
mutakhir untuk mendapatkan keunggulan dari teori yang digunakan untuk menganalisis hasil
penelitian.
Kajian pustaka sering disebut juga dengan tinjauan pustaka. Semua jenis penelitian harus
menjelaskan tinjauan pustaka. Bagian ini menjelaskan kajian kepustakaan yang dilakukan
selama mempersiapkan atau mengumpulkan referensi. Kajian pustaka dapat memberikan
gambaran atas penelitian yang suda dilakukan sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai
referensi untuk menemukan persamaan dan keberbedaan dengan penelitian yang sekarang
dilakukan. Berdasarkan kajian pustaka itu dapat menepis praduga plagiasi yang dilakukan oleh
peneliti.
Kerangka berfikir merupakan alur logika yang dapat dijadikan sebagai dasar
ditemukannya sebuah masalah dalam penelitian. Membuat alur tersebut harus berdasarkan
dengan teori yang dapat dipertanggung jawabkan dan kronologi secara runtut lahirnya gagasan
untuk melakukan penelitian. Kerangka berfikir ini jelas akan menunjukkan apa yang seharusnya
dan apa yang ada di lapangan, dalam istilah lain dapat diketahui teks dan konteks sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut. Kerangka berfikir yang dibuat dalam bentuk bagan alir/flow
chart. Bentuk flow chart ini dapat membantu untuk mengetahui kerangka pemikiran tentang
penelitian yang akan dilakukan dengan cepat dan jelas alur berfikir yang dimiliki oleh peneliti.
132
B. Landasan Teori
1. Teori
a. Pengertian
1) Amir (2009: 25).
Teori sebagai seperangkat proporsi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu
yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang
lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk
meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (Amir, 2009: 25). Teori adalah
aturan menjelaskan proporsi atau seperangkat proporsi yang berkaitan dengan
beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari hubunganhubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang diukur), mekanisme
atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan hubunganhubungan yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi
hubungan emiris apa pun secara langsung (Amir. 2009: 25).
2) Glaser dalam Amir
Teori adalah membobolkan konsep dasar teori klasik dengan menyodorkan
rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan yang diperoleh secara
analitis dan sistematik melalui metode komparatif, selanjutnya dikemukakan bahwa
unsur-unsur teori mencakup kategori konseptual dengan kawasannya dan hipotesis
atau hubungan yang digeneralisasikan antara kategori dan kawasannya (Amir, 2009:
25-26).
3) Barnadib dalam Amir (2009: 25-26).
Teori adalah suatu ilmu yang terstruktur (tersusun) secara konseptual dan
merangkum pengetahuan empirik sebanyak mungkin.
Dengan demikian, teori merupakan seperangkat proporsi yang terintegrasi
membentuk konsep yang diperoleh melalui komparasi secara analitis, dan sistematik
yang dapat dihubungkan dan digeneralisasikan.
b. Jenis teori
Jenis teori menurut Amir (2009: 27) antara lain ada dua macam yaitu teori
substantif dan formal.
1) Teori Substantif
Teori yang dikembangkan untuk keperluan substansi atau empiris dalam
inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, astrologi, da psikologi. Teori
substansi membantu usaha pembentukan teori formal dari dasar dan membantu pula
reformulasi teori yang sudah ada. Jadi, teori substansi tersebut menjadi penghubung
133
strategis dalam memformulasikan dan menyusun teori formal atas dasar data yang
dimiliki.
2) Teori Formal
Teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau disusun secara
konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi. Teori
formal disusun dengan jalan memanfaatkan teori substansi, baik untuk menganalisis
hasil-hasil penelitian. Verifikasi teori yang lazim memenuhi teori alam dapat pula
dimanfaatkan untuk menguji teori baru yang muncul dari data.
c. Sifat Teori
Menurut Richard Pratte dalam Amir (2009: 26), teori memiliki sifat logis,
deskriptif, dan eksplanatif.
1) Logis artinya memnuhi syarat untuk berfikir yang runtut, lurus, dan benar.
2) Deskriptif artinya dipaparkan secara jelas.
3) Eksplanatif artinya memberikan penjelasan atau penerangan-penerangan.
d. Fungsi Teori
1) Menurut Snelbecker dalam Amir (2009: 26), fungsi teori antara lain:
a) Mensistemasikan penemuan penelitian,
b) Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis,
c) Membuat ramalan atas dasar penemuan, dan
d) Menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”
2) Menurut Amir (2009: 26), fungsi teori antara lain:
a) Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan perilaku,
b) Menemukan teori sosiologi,
c) Digunakan untuk aplikasi praktis,
d) Memberikan perspektif bagi perilaku, yaitu pandangan yang harus dijaring dari
data, dan
e) Membimbing serta menyajikan gaya bagi penelitian dalam beberapa bidang
perilaku.
e. Sumber Teori
Moleong dalam Amir (2009: 28) sumber teori sebagian besar pengetahuan tentang
perilaku sosial diarahkan pada verifikasi hipotesis yang diuraikan dari teori a priori.
Kebanyakan teori yang disusun pada hakikatnya adalah deduktif dan logis dalam ilmu
pengetahuan perilaku sosial. Proses penyusunan teori berputar-putar pada proses deduksi
yang bisa diverifikasi dari dunia nyata atas dasar asumsi a priori. Amir (2009: 28)
menuliskan konsep cara lain yang lebih bermanfaat adalah menemukan teori dengan
134
cara menariknya sejak awal dari alam, yaitu dari data yang berasal dari dunia nyata.
Metode yang digunakan adalah metode menemukan dengan menganalisis data yang
diperoleh secara sistematis. Penyusunan teori dimulai dari dasar. Teori demikian akan
cocok dengan situasi empiris dan penting untuk meramalkan, menerangkan,
menafsirkan, dan mengaplikasikan. Jadi, teori ini memenuhi dua kriteria, yaitu cocok
dengan situasi empiris, dan melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan, menerangkan,
dan menafsirkan.
2. Landasan Teori
Landasan teori adalah penjelasan tentang dasar-dasar atau kaidah-kaidah teoretis serta
asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang
diajukan peneliti (TIM, 2010: 16).
Teori, konsep-konsep yang digeneralisasikan tersebut digunakan untuk sebagai dasar
dalam melaksanakan penelitian. Suryabrata (2010: 18) memberikan syarat bahwa landasan
teori harus ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error) .
Landasan teori yang berisi dasar-dasar atau kaidah-kaisah digunakan sebagai dasar
untuk melakukan penelitian dan dijadikan sebagai bahan untuk melakukan pembahasan
terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan.
3. Landasan Teori dalam Penelitian
Landasan teori atau kerangka teoretik dalam proposal penelitian merupakan miniatur
dari landasan teori yang biasanya diuraikan dalam bab II. Meskipun sebagai miniatur, tetapi
dalam menyusun landasan teori harus dapat mewakili dari varibel yang digunakan, dengan
demikian dapat ditemukan ketersambungan antara latar belakang, landasan teori, dana
pembahasan dalam penelitian yang dilakukan.
Landasan teori dalam penelitian dibuat pada BAB II. Kaidah teoretis yang dijadikan
dasar penelitian ini bisa lebih dari satu teori yang berupa data primer dan data sekunder.
Akan tetapi, data atau teori sekunder itu harus berkaitan dan tidak kontradiktif. Teori yang
akan dijadikan dasar melaksanakan penelitian dapat berasal/meminjam teori yang digunakan
oleh seorang ahli/ilmuwan dan dapat berupa teori yang ditemukan oleh peneliti sendiri.
Teori apapun yang digunakan harus dipertanggungjawabkan melalui kajian sejumlah
literatur kepustakaan yang relevan dengan menyebutkan sumbernya dalam daftar pustaka.
Idealnya teori tersebut dikaji secara kronologis dari yang lama sampai dengan yang
mutakhir. Dengan cara itu akan diketahui keunggulan dari teori yang dipilih (TIM, 2010:
16-17).
135
Landasan teori secara spesifik disusun dengan melihat varibel yang ada dalam
penelitian tersebut, kemudian dirinci ke dalam komponen-komponen yang penting lainnya
yang berasal dari sumber/literarur yang diperoleh dari beberapa penulis/ilmuwan.
Menuliskan landasan teori tidak hanya sekedar menuliskan teori-teori yang digunakan baik
yang sejenis maupun yang bersifat kontra persepsi. Keberbedaan persepsi tersebut akan
diberikan solusi dan penjelasan lain dari penulis/peneliti.
Suryabrata (2010: 18)
mengemukakan bahwa secara garis besar, sumber acuan itu dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu sumber acuan umum, dan sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsepkonsep pada umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan
yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedi, monograp, dan sejenisnya. Generalisasigeneralisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dari
masalah yang sedang dilakukan. Hasil penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat
diketemukan dalam sumber acuan khusus, yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin
penelitian, tesis, disertasi, dan lain-lain sumber bacaan yang menurut laporan hasil
penelitian. Perlu diingat bahwa, dalam mencari sumber bacaan itu perlu dipilah-pilah
(selektif), artinya tidak semua yang dikemukakan lalu ditelaah. Dua kriteria yang biasa
digunakan untuk memilah sumber bacaan itu ialah prinsip kemutakhiran (recency), da
prinisp relevansi (relevance). Dengan demikian, landasan teori tidak hanya sekadar saduran
atau
kompilasi
dari
berbagai
penulis
saja,
tetapi
peneliti/penulis
harus
dapat
menghubungkan teori yang dikemukakan oleh satu penulis buku dengan penulis buku yang
lainnya atau teori lain yang dimuat dalam kamus, ensiklopedi, dan bahkan jurnal ilmiah
lainnya (lokal, nasional, maupun internasional) dengan memperhatikan seleksi, relevansi,
dan resensi (kemutakhiran).
Fungsi dari landasan teori adalah sebagai pijakan awal mengapa penelitian itu perlu
untuk dilakukan. Pada dasarnya landasan teori tersebut dapat menunjukkan sistematika
berfikir ketika akan melakukan sebuah penelitian. Landasan teori bukan sekedar pajangan
dalam naskah skripsi, tetapi landasan teori dapat digunakan untuk membahas dalam laporan
penelitian. Landasan teori harus dapat menunjukkan keterarahan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain, landasan teori harus memiliki kegayutan rumusan masalah yang
diajukan, dan landasan teori harus digunakan dalam melakukan pembahasan terhadap
penelitian yang dilakukan.
136
4. Contoh Landasan Teori dalam Proposal Penelitian
Contoh judul penelitian tentang Studi Etnometodologi Pekerja Seks Komersial (PSK)
pada lokalisasi Sembir Kota Salatiga kerangka teoretis dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Kerangka Teoretis
1) Potret Pekerja Seks Komersial (PSK)
a) Gaya Hidup:
Gaya hidup PSK di beberapa daerah dikiblatkan pada gaya hidup
metropolis (www.hukumonline.com tanggal 26 September 2005). Mereka
memadukan gaya hidup metropolis dengan budaya-budaya Barat dengan
minuman dan perempuan.
Gaya hidup PSK tersebut diimbangi dengan gaya hidup serta pandangan
laki-laki yang menyatakan kita tidak butuh istri! Makanan dan pakaian cukup
disediakan dengan instan tanpa istri, tidak lagi bergantung pada anak-anak kita
dan keluarga sebagai tempat bersandar di hari tua dan jika ada dalam musibah,
sebab kita punya asuransi jaminan sosial, tunjangan di hari tua dan dana pensiun
(Waite, dkk, 2003: 201).
b) Aktivitas Seks
Orang yang sukses adalah orang yang enak makan, enak tidur, dan enak
seks demikian Dr. Boyke dalam on air tentang Seks dan Solusinya tgl 23
September 2005. Ungkapan ini digulirkan oleh Dr. Boyke dalam rangka
memberikan semangat bahwa jadikanlah hubungan seks suami isteri yang sah itu
sebagai sesuatu yang nikmat dan bukan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan
terpaksa. Permasalahan menjadi lain manakala pepatah ini diakomodir oleh orang
yang tidak memiliki kesepahaman tersebut. Dengan demikian pepatah/ungkapan
tersebut dipandang menyesatkan karena dilakukan bukan dengan suami/isterinya
sendiri. Di samping itu kata enak seks dapat memicu lahirnya PSK-PSK baru
bahkan child trafficking.
Dunia malam metropolitan menyimpan banyak cerita mencengangkan. Satu
diantaranya adalah aktivitas seks kilat sepasang pemuda di sela-sela kesibukan
menikmati dunia gelap (dugem).
c) Motivasi
Motivasi penjaja seks bebas antara lain bagi wanita berdasarkan pada
kebutuhan, sedangkan bagi laki-laki berdasarkan dalih kurang mendapatkan
perhatian dan kebahagiaan dalam keluarga (Al-Halwari, 2001: 38).
137
Motivasi yang dapat dibangun dan motivasi yang menjadi akibat antara lain
1) motivasi positif yaitu motivasi untuk mendukung sistem sosial yang ada, 2)
motivasi negatif yaitu motivasi yang mengganggu sistem yang telah ada. Apabila
suatu sistem sudah terbentuk, maka manusia terikat pada sistem tersebut melalui
proses complimentasity di dalam setiap sistem sosial yang terintgrasikan, hukum
setiap hak pihak tertentu menjadi kewajiban dari pihak lainnya (Soeakanto, 1982:
170).
d) Prinsip Hidup PSK
Mereka beranggapan bahwa seks tidak lebih dari sebatang rokok bisa
dinikmati kapan pun, dan selesai hanya dalam beberapa menit saja. Bagi mereka
seks tidak lebih dari pelengkap serunya malam yang dilewati. Mereka juga
berprinsip soal penyakit bawaan dari hubungan seks bebas menjadi nomor seratus
(100), yang penting dapat menikmati dengan penuh kesempurnaan. Perkara besok
terkena
penyakin
kelamin
menjadi
urusan
lain
(Nugroho:
www.suarakarya.online.com)
e) Dampak
Dampak yang paling mungkin akibat seks bebas dan prostitusi adalah
kesehatan, sosial, ekonomi, dan agama. Bagi seseorang yang memberanikan diri
untuk melakukan seks bebas pada akhirnya akan berhadapan dengan persoalan
kesehatan, sosial, ekonomi, dan agama.
2) Pandangan Islam tentang Pergaulan Bebas
Peribahasa Yiddi yang menyimpulkan tawar-menawar kuno tentang seks
antara laki-laki dan wanita. No chuppy, no schtuppy! yang berarti tidak ada seks
sebelum perkawinan! (Crittenden, 2002: 60). Prinsip ini harus menjadi pegangan
bagi siapapun sepanjang masa. Berbeda dengan orang-orang nasrani yang lebih
mengutamakan hubungan seks (Husain, 2002: 61).
Dalam pandangan Islam melarang pergaulan bebas dengan lain jenis. Menurut
Islam seorang wanita harus dapat memelihara diri dari pandangan laki-laki lain agar
tidak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama (Al-Halwari, 2001: 38).
Di samping larangan untuk ngeseks bebas dan prostitusi bagi dirinya juga
larangan untuk membukakan pintu prostitusi bagi orang lain. Imam Syafei berpesan"
wahai orang-orang yang telah menghancurkan kehormatan orang lain, dan yang
memutuskan tali kasih, kau akan hidup penuh kehinaan. Jika engkau orang merdeka
dan dari keturunan orang yang baik-baik pastilah kamu tidak akan menodai
kehormatan orang lain (Adhim, 2000:114).
138
Perbuatan berkhalwat dengan lain jenis serta memperturutkan kehendak hawa
nafsu birahi adalah bagian dari larangan ajaran Islam. Di samping perbuatan yang
dimurkai Allah dan diancam dengan siksa, berkhalwat dengan lain jenis adalah
wujud nyata dari dekadensi moral di kalangan masyarakat dan keluarga. Oleh
karena, itu setiap muslim harus senantiasa waspada terhadap istri serta anak-anak.
Sebagaimana dalam Al-quran Surat Attahriim ayat 6 "Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari pada neraka". Masyarakat
sepakat jika memang wanita sudah terjun ke dalam dunia prostitisi berarti dalam
rangka menjual harga diri dan kehormatan.
3) Upaya Menghindari dari Seks Bebas dalam Pandangan Islam
Kejahatan kesusilaan dimulai dari proses perilaku seks, dan pelecehan seks
bermuara pada kejahatan seks. Oleh karena itu, perilaku manusia sangat dipengaruhi
oleh lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dalam perilaku seks perlu dianalisis
tentang pengaruh sosial dan budaya seseorang (Murniati, 2004: 24). Dengan
demikian, kesusilaan, pelecehan dan kejahatan merupakan mata rantai yang akan
terus melilit. Ketiga hal tersebut karena bertambahnya kebebasan dan kemampuan
untuk mendefiniskan sesuatu menurut selera pribadi merupakan hal yang ideal,
walaupun ada batas-batasnya. Contoh pada pelacuran, ketagihan minuman keras,
dan lain sebagainya. Upaya dalam pandangan Islam antara lain:
a) Memejamkan mata dari hal-hal haram, termasuk di dalamnya melihat laki-laki
yang bukan muhrimnya. Dalam Surat Annur 31 "Katakanlah kepada orangorang yang beriman laki-laki supaya mereka merendahkan pandangannya dan
menjaga kehormatannya (jangan berzina). Itu lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka usahakan".
b) Melarang berkhalwat dengan laki-laki lain sekalipun laki-laki tersebut
teman/saudara dekat suami.
c) Pelajaran dari Allah yang diberikan kepada istri-istri Rasul serta batas pergaulan
dengan kaum laki-laki. Cukup dijadikan nasihat yang indah, serta suri tauladan
dan pelajaran yang bagai batu menikam (Lihat surat Al-Ahzab 33).
4) Peran Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah
a) Orang tua:
Orang tua memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan fisik, jiwa
maupun emosional anak. Orang tua penentu arah dalam menjalani evolusi dalam
dirinya (www.pemantauperadilan.com).
139
b) Masyarakat:
Jangan
ada
kata
permisif
untuk
memberantas
prostitusi
(www.balipos.co.id). Aktivitas prostitusi yang bermula dari perkotaan dengan
cepat merambah ke pelosok perdesaan. Maka tidak heran kehidupan desa pun
sekarang telah menjadi penuh warna. Oleh karena itu, perangkat masyarakat
harus disiagakan untuk melihat tanda-tanda dimulainya aktivitas prostitusi di
masyarakat.
Langkah-langkah yang dilakukan tidak cukup dengan prihatin dan
menyuarakan protes, tetapi dengan melakukan tindakan nyata untuk melindungi
anak-anak dan generasi dari prostitusi. Masyarakat tidak boleh lengah dari celah
lingkungannya untuk dirambah PSK.
c) Pemerintah:
Memprogramkan pelaksanaan pendidikan seks/sex education lebih dini bagi
pemuda. Materi kajian berkaitan dengan dimensi biologis, psikologis, dan sosial,
kultural, serta agama. 1) Dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi,
mengenali tanda-tanda kematangan dalam diri wanita, fungsi-fungsi biologis dan
reproduksi, serta akibat yang ditimbulkan berkaitan dengan hubungan intim dan
seks bebas, cara merawat kebersihan, dan kesehatan. 2) Dimensi psikologi bahwa
seksualitas berkaitan dengan peran, jenis, terhadap seksualitas dan bagaimana
menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual, dan bagaimana perilaku seks itu
dapat memberikan rasa tenang dan senang kalau dengan pasangan yang sah. 3)
Dimensi sosial bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta
bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan tentang
seksualitas dan pilihan perilaku seks. 4) Kultural bagaimana perilaku seks itu
merupakan bagian dari budaya yang ada di masayarakat. 5) bagaimana agama
mengatur hubungan seks dan memberikan sangsi atas pelanggaran terhadap
agama.
Masyarakat terlanjur berasumsi tentang pendidikan seks. Pendidikan seks
dipandang sebagai sesuatu yang tabu dan justru akan mendorong remaja untuk
melakukan hubungan seks. Stereotipe masyarakat menyatakan bahwa pendidikan
seks adalah sebagai suatu hal yang vulgar.
Atas Stereotipe masyarakat terebut menjadi tugas pemerintah untuk
memfasilitasi
melalui
lembaga
pemerintah
organisasi
masyarakat
pendidikan dalam keluarga agar titik singgung itu dapat ditemukan.
140
serta
d) Peran dan Fungsi Agama
Agama berperan untuk mempengaruhi sikap-sikap praktis manusia terhadap
berbagai akrivitas kehidupan sehari-hari dengan cara yang paling akrab. Dengan
cara ini, konsepsi agama mempengaruhi pembentukan tujuan, hukum yang
mengatur sarana, dan struktur nilai umum yang mempengaruhi pilihan dan
keputusan (F O'Dea, 1992: 21). Kahmad (2002: 121) berpendapat bahwa agama
berperan dalam kebutuhan manusiawi dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia
sendiri. Manusia tidak perlu lagi bersandar kepada kekuatan adikodrati. Manusia
primitif lebih mudah lari kepada yang magis sedangkan manusia modern lebih
banyak melakukan pendekatan ilmu pengetahuan. Aman secara moral di mana
tingkah laku/tata pergaulan manusia diatur malalui norma-norma rasional yang
dibenarkan secara agama seperti norma sopan santun, hukum dan aturan dalam
masyarakat, manusia total mengalami ketidakmampuan. Manusia mencari
kekuatan lain di luar dirinya yaitu kekuatan adikodrati. Manusia meyakinkan
dirinya sanggup mengatasi problem yang paling mendasar berupa ketidakpastian,
ketidakmampuan, dan kelangkaan sehingga manusia merasa menemukan
kepastian, keamanan, dan jaminan. Peran agama dalam kehidupan manusia
modern dan primitif pada hakikatnya untuk memenuhi kecenderungan
alamiahnya, yaitu kebutuhan akan ekspresi dan rasa kesucian. Kesucian yang
melebihi sesuatu yang terletak dalam daerah kehidupan mental, spiritual/rohani
(Kahmad, 2002: 11).
Agama
berfungsi
sebagai
(1)
dukungan moral
saat menghadapi
ketidakpastian, pelipur lara saat berada pada kekecewaan, dan sebagai rekonsiliasi
pada saat diasingkan dari tujuan dan norma-normanya. (2) menawarkan suatu
hubungan transendental melalui peribadatan untuk menyumbangkan stabilitas
ketertiban dan keharmonisan, (3) mensucikan norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat yang terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas
keinginan individu dan disiplin kelompok di atas dorongan hati individu. Dengan
demikian agama memperkuat legitimasi pembagian fungsi, fasilitas dan ganjaran
yang merupakan ciri khas suatu masyarakat, (4) standar nilai dalam norma-norma
yang telah melembaga, (5) fungsi identitas, (6) bersangkut paut dengan
pertumbuhan dan kedewasaan individu, perjalanan hidup melalui tingkat usia
yang ditentukan oleh masyarakat. Jadi, menurut teori fungsional, agama
mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu dan
ketidakpastian, menghibur ketika kecewa mengkaitkan dengan tujuan masyarakat
141
untuk memperkuat moral. Menyediakan unsur-unsur identitas menguatkan
kesatuan dan stabilitas masyarakat dengan mendukung pengendalian sosial,
menopang nilai-nilai/tujuan yang mapan, dan menyediakan sarana-sarana untuk
mengatasi kesalahan dan keterasingan.
Agama memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok, memberi
harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati. Agama dapat menjadi sarana
untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan, mencapai
kemandirian spiritual. Agama memperkuat norma-norma kelompok, sangsi moral
untuk perbuatan seseorang dan menjadi dasar-dasar persamaan tujuan serta nilainilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat (Kahmad, 2002: 120).
Dilema agama yang kemudian dikenal sebagai Dilema Wilson menyatakan
bahwa agama mengajak kepada kebaikan, tetapi ketika seseorang semakin yakin
dengan agamanya dan keyakinanannya, maka ia semakin kuat memberikan
pembenaran agama bagi dirinya, tidak toleran kepada orang lain dan bahkan
merasa berhak mengejar-ngejar orang lain yang tidak sepaham dengan dirinya
(Kahmad, 2002: 165).
C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Kajian pustaka sering disebut juga dengan tinjauan pustaka. Semua jenis penelitian harus
menjelaskan tinjauan pustaka. Bagian ini menjelaskan kajian kepustakaan yang dilakukan
selama mempersiapkan atau mengumpulkan referensi sehingga, ditemukan topik sebagai
problem
(permasalahan)
yang
terpilih
dan
perlu
untuk
dikaji
melalui
penelitian
skripsi/tesis/disertasi. Kajian yang relevan ini merupakan deskripsi hubungan antara masalah
yang diteliti dengan kerangka teoretik yang dipakai serta hubungannya dengan penelitian
terdahulu yang relevan. Isinya berupa rangkaian proses kegiatan berfikir mulai dari ketertarikan
atau perhatian tentang satu tema sesuai dengan kecenderungan berbagai tema yang ada. Hasil
dari tinjauan pustaka inilah yang dijadikan dasar menentukan posisi penelitian sehingga berbeda
dari penelitian sebelumnya. Di samping itu, perlu dikemukakan pokok bahasan/permasalahan
dari referensi yang dikutip serta perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Kalimat
penegasan tentang kebaruan penelitian ini dituliskan pada akhir bagian kajian pustaka ini (Tim,
2010: 15). Tinjauan teori atau kerangka teori itu adalah sebagai pengetahuan atau penjelasan
teori yang digunakan oleh peneliti sebagai cara untuk memahami persoalan yang akan dipelajari
dari sebuah penelitian yang dilakukan. Tinjauan pustaka digunakan sebagai pembanding atas
penelitian yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya sebagai deteksi ada tidaknya praktek
plagiasi. Tinjauan pustaka dapat membedah tentang perbedaan dan persamaan antara penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan dan
142
persamaan tersebut dapat dideskripsikan mulai nama peneliti, jenis penelitian; skripsi, tesis,
disertasi, atau penelitian non kependidikan lainnya, judul, latar belakang yang disusun, variabel
pembangun, rumusan masalah, metode yang digunakan; seperti jenis penelitian, tempat
penelitian, variabel, populasi dan sampel, subyek, obyek penelitian, teknik pengumpulan data,
teknis analisis data, dan landasan teori.
Tinjauan pustaka atau kajian pustaka berarti mempelajari kepustakaan, tetapi bukan
menunjukkan sejumlah daftar buku ataupun peraturan-peraturan dalam lembaran negara atau
lainnya. Tinjauan pustaka atau kajian pustaka berisi buku teks atau hasil penelitian orang lain
dalam bentuk buku atau jurnal yang dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau
membandingkan terhadap rencana penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian, tinjauan
pustaka ini bukan memindahkan tulisan orang lain, namun memiliki peranan penting dan
membantu dalam mengungkapkan beberapa hal antara lain, pengetahuan tentang penelitian
yang
berkaitan,
memungkinkan
peneliti
menetapkan
batas-
batas bidang penelitiannya. Pemahaman teori dalam suatu bidang yang memungkinkan
peneliti itu menetapkan masalah dalam perspektifnya. Melalui pengkajian pustaka yang
relevan, peneliti dapat mengetahui prosedur dan instrumen yang sudah diteliti oleh orang lain.
Studi yang cermat terhadap bahan pustaka yang relevan dan dapat menghindarkan terjadinya
pengulangan studi sebelumnya secara tidak disengaja.
Pengkajian pustaka yang berkaitan menempatkan peneliti pada posisi yang lebih baik
untuk menafsirkan arti pentingnya hasil penelitiannya sendiri, ide-ide tentang variabel yang
dinyatakan penting dan tidak penting dalam bidang kajian yang dilakukan oleh peneliti
sesudahnya.
Dengan
demikian,
informasi tentang kegiatan penelitian
yang dilakukan
dapat diterapkan secara berarti dalam penelitian yang akan datang. Status kegiatan dalam kajina
pustaka yang berkaitan dengan kesimpulan dan hipotesis dapat dengan jelas dinyatakan
memiliki keberbedaan dalam penelitian baru yang akan dilaksanakan. Kebermaknaan hubungan
antara variable-variabel yang telah dipilih dalam penelitian dan seberapa berbeda dengan
penelitian baru yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, kajian pustaka atau tinjauan teori
dapat dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan koteks suatu masalah dengan variasi masalah
yang diajukan.
Di
samping itu juga
tinjauan pustaka
dapat
digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan tentang pentingnya suatu masalah penelitian dengan ruang lingkup
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Landasan teori merupakan seperangkat penjelasan ilmiah. Sebagai penjelasan ilmiah,
maka teori harus relevan dengan masalah yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, dan
manfaat yang akan diperoleh. Setiap sumber yang dikutip harus disertakan sumbernya.
Misalnya dengan menuliskan di akhir kalimat yang dikutip (Aisya Tsaaqiba Ashari, 2013: 32),
143
(Arava Izza Ashaari, 2013: 29). Penulisan terhadap nama memberikan peluang kepada pembaca
untuk melihat konsep yang dikemukakan oleh Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ahari.
Dengan demikian, akan mendapatkan informasi yang lengkap dari naskah aslinya. Jika peneliti
tidak menuliskan sumber kutipan, maka dinilai “mencuri” hasil pikiran orang lain yang tidak
dibenarkan dalam kode etik ilmiah. Mengutip pendapat yang tidak relevan menandai bahwa
peneliti memiliki kelemahan logika dan kepekaan ilmiahnya. Dengan demikian, tinjauan
pustaka disusun guna memberikan kepastian ilmiah terhadap permasalahan yang disusun.
Demikian juga dengan landasan teori yang disusun untuk mendukung kepastian ilmiah tersebut
dapat berupa konsep pembenaran terhadap situasi yang sedang berjalan atau justru menolak
terhadap konsep lama berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Pada kategori terakhir
ini, maka konsep baru yang hendak disusun terhadap kesetimbangan dengan permasalahan yang
ada dibangun dan dipersiapkan untuk memberikan kerangka alternatif yang lebih rasionaldemokratis. Dengan demikian, hubungan antara masalah dan landasan teori adalah hubungan
kausalitet dan sebagai pendukung atas jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang
dikemukakan serta menjadi dasar pijakan dalam melaksanakan pengambilan keputusan, dan
penyusunan kesimpulan akhir penelitian.
D. Kerangka Berfikir dengan Landasan Teori
Kerangka berfikir merupakan alur logika yang dapat dijadikan sebagai dasar
ditemukannya sebuah masalah dalam penelitian. Membuat alur tersebut harus berdasarkan
dengan teori yang dapat dipertanggung jawabkan. Menghubungkan
dalam kerangka berfikir ini
tidak harus
semua
teori yang
ada
logika-logika
dimasukkan, tetapi
hanya teori yang kuat dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori yang dinilai
sebagai pendukung cukup dimasukkan dalam landasan teori. Dengan demikian, kerangka
berfikir dapat membantu orang lain untuk mengetahui beberapa hal yang ada dalam alur
penelitian yang akan dilakukan. Permasalahan yang ada dalam latar belakang dapat dipahami
sesuai dengan fenomena yang ada dan dukungan teori yang dapat dinilai kebenarannya. Untuk
melihat interkorelasi antara fenomena dengan teori yang ada dapat dibuat sebuah bagan alur
secara
jelas
dan
singkat
dengan
menguraikan
variabel dan
indikator‐indikator,
sehingga penelitian memiliki alur yang jelas.
E. Daftar Pustaka
1. Arti
Daftar pustaka berisi sumber-sumber tertulis yang dikutip dan digunakan dalam
penulisan karya tulis ilmiah, karena itu sumber tertulis lain yang tidak dikutip meskipun
pernah dibaca penulis dalam kaitannya dengan penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu
144
dimasukkan dalam daftar pustaka. Penulisan pustaka disusun menurut abjad dari nama
penulisnya dan nama keluarga harus ditulis lebih dahulu tanpa menyertakan gelar.
2. Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka yang ditulis harus sesuai dengan bahan pustaka yang dirujuk dalam
naskah penelitian yang ada. Jadi, semua bahan pustaka yang dikutip dalam teks
skripsi/tesis/disertasi, maupun penelitian lain baik secara langsung ataupun tidak langsung
harus ditulis dalam daftar pustaka. Bahan pustaka yang dibaca dan telah menjadi kekayaan
ilmu secara pribadi tetapi tidak dikutip dalam teks skripsi/tesis/disertasi tidak perlu
dicantumkan dalam daftar pustaka (Tim, 2008: 71).
Daftar pustaka ini kemudian disusun menurut urutan abjad dari nama famili
pengarangnya dan diletakkan dalam bab tersendiri yang biasanya diletakkan di bagian
belakang karangan. Sumber tulisan (pustaka) yang menggunakan lebih dari satu baris
diketik satu spasi dengan menjorok ke dalam sejauh 0,5 inchi untuk baris ke dua dan
seterusnya, sedangkan jarak antar pustaka diketik dengan dua spasi dan diawali pada margin
kiri.
145
BAB IX
MENYUSUN ABSTRAK
A. Prawacana
Abstrak merupakan representasi ringkas dan akurat dari isi sebuah dokumen hasil
penelitian. Abstrak memiliki nilai kemanfaatan yang besar terhadap efektivitas pembaca untuk
dapat memahami isi dari sebuah karya ilmiah. Beberapa perguruan tinggi atau lembaga
penelitian pembuatan indeks penelitian dilihat berdasarkan pada penyusunan abstrak. Demikian
juga dengan jurnal hasil penelitian yang ada biasanya hanya memuat kumpulan abstrak saja.
Beberapa tahun sebelumnya abstrak masih sangat jarang ditemukan pada laporan
penulisan karya ilmiah. Hal ini mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
seni masih sangat terbatas untuk mendapatkan apresiasi yang memadai dilihat dari sisi
publikasi. Di samping itu, dinamika masyarakat masih memungkinkan orang untuk membaca
laporan karya ilmiah secara keseluruhan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
seni, dapat mengubah sebuah tuntutan kebutuhan. Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan
informasi secara cepat menjadi tuntutan yang harus segera dipenuhi. Sebuah hasil penelitian
yang sudah sangat bervariasi dengan berbagai disiplin ilmu, memungkinkan untuk
didokumentasikan dalam bentuk indeks hasil penelitian.
B. Abstrak
1. Pengertian Abstrak
Abstrak ialah deskripsi singkat atau kondensasi suatu karangan (Brorowidjoyo, 2010:
131). Abstrak/Abstract merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat permasalahan,
tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Abstrak dibuat untuk memudahkan
pembaca mengerti secara cepat isi tugas akhir untuk memutuskan apakah perlu membaca
lebih lanjut atau tidak (Keputusan Rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008).
2. Istilah lain Abstrak
Istilah lain yang kira-kira artinya identik dengan abstrak antara lain ikhtisar, sinopsis,
kependekan (Brorowidjoyo, 2010: 131).
a. Ikhtisar (epitoma) dari bahasa Grik: epitome-potongan pendek,
Ikhtisar/epitoma itu berbeda sedikit artinya dari abstrak. Istilah ini jarang dipakai
dalam karya tulis ilmiah. Ikhtisar artinya ialah kependekan dari naskah asli, ikhtisar
biasanya memuat pernyataan tentang hal-hal pokok yang dimuat dalam sebuah buku
atau laporan. Menulis epitoma, di samping manghilangkan bagian-bagian kalimat yang
kurang penting juga mengubah dan meringkaskan susunan pokok kalimat dari karangan
aslinya.
146
b. Sinopsis:
Sinopsis merupakan sebuah susunan sistematik tentang hal-hal pokok, mungkin
dalam bentuk kerangka kalimat. Sinopsis dapat secara sepintas lalu dapat dimengerti
oleh pembaca tentang isi karangan tersebut. Sinopsis berupa pandangan umum secara
singkat dan karangan asli tanpa mengubah susunannya.
c. Kependekan (abridgement)
Kependekan (abridgement) adalah bentuk singkat naskah asli. Kependekan itu
berupa reduksi kalimat dari karangan asli. Karangan yang terlalu banyak memuat hal-hal
yang mendetail itu dipadatkan, yaitu membuang bagian-bagian yang kurang penting,
sedang isi pokok tetap tidak diubah, demikian pula susunan pokok karangan tetap.
3. Jenis Abstrak
Tiga macam abstrak yang dapat diketahui antara lain abstrak informatif, indikatif dan
abstrak informatif-indikatif (Surtiarti, 2010):
a.
Abstrak Informatif
Abstrak informatif menyajikan sebanyak mungkin informasi, baik kuantitatif
maupun kualitatif, yang dikandung dokumen. Abstrak informatif dibuat untuk
meringkas hasil eksperimen dan dokumen bertema tunggal.
b. Abstrak Indikatif
Abstrak indikatif merupakan panduan deskriptif untuk menengarai tipe
dokumen, pokok-pokok utama yang dibahas, dan cara memperlakukan fakta. Abstrak
indikatif biasanya meringkas ulasan panjang lebar, tinjauan pustaka, dan monografi.
c.
Abstrak Informatif-indikatif
Abstrak informatif-indikatif merupakan informasi yang terbatas pada unsur
utama dokumen ditambah dengan petunjuk mengenai aspek lain. Abstrak campuran ini
dibuat jika ada batasan panjang abstrak dan tipe dan gaya dokumen mengharuskan
peringkasan dengan abstrak jenis ini.
Menurut (Brorowidjoyo, 2010: 135), umumnya abstrak memiliki dua bentuk yaitu,
abstrak deskriptif dan abstrak informatif. Abstrak deskriptif yaitu suatu abstrak yang
melukisnakn naskah atau lapooran dan apa yang dibicarakan. Sering abstrak ini berbenuk
suatu epitoma yang mungkin terbagi ke dalam bagian-bagiannya. Cara melukiskan naskah
itu bersifat deskriptif, maka abstrak ini disebut sebagai abstrak deskriptif. Abstrak informatif
merupakan suatu ringkasan dan memuat hal-hal pokok asli artikel. Oleh karena bersifat
informatif, maka abstrak ini berupa kependekan dari naskah asli. Abstrak informatif itu
biasanya agak panjang dan memuat hal-hal pokok beserta uraian singkat dan kesimpulan147
kesimpulannya. Meskipun demikian, kedua jenis abstrak itu seringkali dipakai secara
kombinasi oleh penulis abstrak.
4. Manfaat Abstrak
Menurut (Brotowidjoyo, 2010: 131), abstrak adalah sebagai berikut:
a. Apabila abstrak itu terbit bersama-sama dengan naskah asli, atau laporan, maka abstrak
itu berfungsi sebagai ‘petunjuk depan’) bagi pembaca tentang isi karangan. Mengetahui
isi karangan pembaca dapat menenetukan secara cepat apakah ia perlu atau harus
membaca seluruh artikel atau hasil penelitian. Bagi pembaca yang hanya berkeinginan
untuk membaca hasil penelitian atau isi naskah cukup dengan membaca abstraknya saja.
b. Apabila pembaca senang untuk mengkoleksi abstrak untuk kepentingan penyusunan
indeks hasil penelitian atau karangan, maka abstrak dapat menunjukkan beberapa hasil
penelitian atau karangan yang sudah ada.
c. Apabila abstrak dikumpulkan dalam majalah berkala, maka majalah itu dapat digunakan
sebagai informasi tentang penelitian atau karangan yang sudah pernah dikoleksi.
Manfaat abstrak bagi pembaca antara lain dapat menengarai secara cepat dan akurat
isi pokok sebuah dokumen untuk menentukan kegayutannya dengan kepentingan mereka
sehingga dapat memutuskan untuk membaca atau tidak membaca.
5. Menulis Abstrak
Dalam menulis abstrak, kita mengiktui kompromi antara mengatakan segala sesuatu
yang kita anggap harus dikatakan dan mengusahakan agar sesingkat-singkatnya seperti yang
diharuskan kepada kita. Walaupun abstrak iru dapat bersifat semata-mata deskriptif atau
semata-mata informatif, namun biasanya abstrsk itu bersifat
6. Isi Abstrak
Secara rinci, abstrak merupakan ringkasan/rangkuman isi naskah, bersifat informatif,
berdiri sendiri satu alinea, tanpa tabel, rumus, gambar dan acuan pustaka, menarik, serta
mengandung informasi yang menimbulkan minat pembaca untuk membaca keseluruhan
naskah. Surtiati (2010) menulis abstrak bukanlah menyalin kalimat-kalimat dari artikel,
melainkan menyusun tulisan runtut dan padu yang berisi tujuan penelitian, metode
penelitian (pengumpulan dan analisis data), hasil dan simpulan penelitian. Panjang abstrak
artikel antara 100 dan 150 kata bergantung pada panjang artikel. Sementara itu, abstrak
monografi, tesis, disertasi dapat mencapai 400 kata asalkan tertera pada satu halaman saja.
Abstrak setidaknya memuat tujuan dari penelitian, cara melakukan penelitian (metode
ilmiah yang digunakan), hasil yang diperoleh dan hal-hal yang menonjol dari hasil
penelitian.
148
Pendahuluan memuat latar belakang singkat dari kekhasan dan keunikan dari
peenelitian yang dilakukan. Pendahuluan sebagai kalimat pengantar hendaknya dapat
mengantarkan pembaca kepada pemahaman ke mana arah penelitian. Oleh karena itu,
pendahuluan
idealnya
memuat
masalah
penelitian,
arti
penting
masalah,
dan
solusi/pendekatan pemecahan masalah sehingga penelitian itu sangat perlu dan atau
mendesak untuk dilakukan. Metode penelitian menguraikan prosedur ilmiah yang
digunakan, alat dan bahan penelitian, dan langkah-langkah penelitian secara garis besarnya
terhadap penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menyampaikan uraian tentang hasil
yang diperoleh sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian tidak
menampilkan tabel, gambar atau data statistik yang rinci tetapi hasil akhir sebagai temuan
dari penelitian yang dilakukan. Pembahasan menyampaikan makna hasil-hasil penelitian,
bukan mengulang penyampaian hasil/fakta penelitian.
Abstrak tersusun tidak lebih dari 200-250 kata dengan spasi tunggal tidak lebih dari
dua lembar. Bahasa yang digunakan minimal bahasa Indonesia dan Inggris dan berlaku
sebaliknya untuk karya tulis dalam bahasa Inggris. Apabila karya tulis/penelitian dari
fakultas non bahasa Asing, maka menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, tetapi apabila
dari fakultas bahasa Jepang, Jerman dan lainnya minimal menggunakan bahasa fakultas
tersebut dan bahasa Indonesia serta Inggris, demikian seterusnya berlaku sesuai dengan
ketentuan universitas yang ada.
Penulisannya diawali dengan nama peneliti ditulis dengan huruf kapital, tahun
pengesahan, judul karya tulis, jenis karya tulis (seperti skripsi, tesis, dan disertasi), nama
kota, nama lembaga, nama jurusan, dan nama pembimbing (untuk skripsi dan tesis) dan
nama promotor dan co promotor (untuk disertasi).
Abstrak juga dilengkapi dengan kata kunci atau key words biasanya terletak di bawah
abstrak. Penulisan key words ditulis paling sedikit tiga kata kunci atau yang relevan dengan
isi karya tulis atau di bawah identitas karya tulis. Kata kunci atau key words harus benarbenar merupakan kata kunci dari isi makalah yang dibahas, berguna untuk pembuatan
indeks atau data base. Contoh kata kunci prestasi belajar dan motivasi belajar, kompetensi
guru dan prestasi belajar, kedisiplinan dan perilaku beragama, metode demonstrasi dan
prestasi belajar, kewibawaan guru dan percaya diri anak, dan lain sebagainya.
Teks abstrak disajikan secara padat intisari skripsi yang mencakup latar belakang,
masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil-hasil yang diperoleh, kesimpulan yang
dapat ditarik, dan (kalau ada) saran yang diajukan (STAIN Salatiga, 2008: 13). Surtiati
(2010) memberikan ketentuan isi abstrak yang lazim meliputi tujuan, metode, hasil, dan
kesimpulan yang disajikan dalam dokumen asal. Tujuan mencakupi sasaran-sasaran utama
149
dan lingkup kajian atau bahasan. Metodologi mencakupi teknik atau ancangan yang
diuraikan sekadarnya untuk membantu pemahaman. Pada abstrak noneksperimen,
metodologi meliputi juga sumber data dan pengolahan data. Hasil mencakupi temuan
(findings dan discoveries). Jika temuan telalu banyak, pilih temuan baru (berkontradiksi
dengan temuan lama, merevisi temuan lama), temuan yang bernilai jangka panjang, temuan
yang berguna untuk menyelesaikan masalah praktis. Fakta harus dibedakan dari dugaan
(unsur hipotetis). Abstrak kuantitatif harus menyatakan batas dan akurasi keandalan serta
rentang validasi. Kesimpulan mencakupi implikasi dari hasil, khususnya hubungan implikasi
dengan tujuan penelitian atau tujuan pembahasan.
7. Teknik Penulisan Abstrak
Kata abstrak ditulis di tengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas atas
bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan jarak 2 spasi dari kata
(abstrak), di tepi kiri dengan urutan nama akhir diikuti koma, nama awal, nama tengah (jika
ada) diakhiri titik. Tahun lulus ditulis setelah nama, diakhiri dengan titik, judul dicetak
miring dan diketik dengan huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata) dan
diakhiri dengan titik. Kata skripsi ditulis setelah judul dan diakhiri dengan koma, diikuti
dengan nama jurusan dan program studi (tidak boleh disingkat), nama Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri diakhiri dengan titik. Kemudian, dicantumkan nama dosen
pembimbing 1 dan II lengkap dengan gelar akademiknya (STAIN Salatiga, 2008: 13)
Panjang (maksimal) abstrak
1. 100 kata: abstrak makalah, artikel jurnal.
2. 250 kata: abstrak monografi, makalah panjang.
3. 500 kata: laporan penelitian, tesis, disertasi. Usahakan agar abstrak tertera pada satu
halaman saja.
8. Gaya Penulisan Abstrak
Abstrak diawali dengan kalimat topik kecuali jika judul sudah mengandung topik
penelitian/bahasan. Abstrak pendek ditulis dalam satu paragraf, abstrak panjang lebih dari
satu paragraf. Abstrak sedapatnya menggunakan kalimat aktif. Jika terpaksa menggunakan
kalimat pasif, pelengkap pelakunya harus disebutkan. Abstrak menggunakan peristilahan
baku di bidangnya. Oleh karena itu, abstrak sering disertai sederet kata kunci.
150
9. Contoh Penulisan Abstrak Penelitian
ABSTRAK
MASLIKHAH: Pemikiran Pendidikan R.A Kartini Ditinjau dari Konsep Pendidikan Islam.
Skripsi. Sarjana Tarbiyah IAIN Walisongo Di Salatiga, 1994. Dr. Muh.Zuhri, MA dan Drs.
Imam Sutomo, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran pendidikan R.A Kartini dalam
memajukan kaum dan bangsanya mencapai perempuan Bumi Putera yang maju dan untuk
mengetahui pemikiran pendidikan R.A Kartini ditinjau dari konsep pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskripsi sejarah
(history description) dengan pendekatan perpustakaan (library research). Metode analisis
data yang digunakan adalah metode sintesis, deduktif, dan induktif.
Hasil penelitian antara lain; R.A Kartini memiliki gagasan dalam pendidikan untuk
perempuan Bumi Putera yang maju dalam bentuk dokumen yang disebut dengan NOTA
Kartini. Nota Kartini tersebut diberi judul Berilah Pendidikan Kepada Bangsa Jawa. Pokokpokok pemikiran pendidikan R.A Kartini antara lain; pendidikan wanita dipandang sangat
penting sebagai soko guru peradaban, keterbatasan yang ada menuntut untuk mengutamakan
pendidikan yang diawali dengan pendidikan bagi golongan bangasawan tingkat tinggi
dengan harapan dapat dengan cepat memancarkan hikmah kepada rakyat, tujuan pendidikan
yang jelas yaitu untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa dengan mengutamakan
pendidikan moral di samping pendidikan pengetahuan dan keterampilan, untuk mencapai
pendidikan yang hakiki tanggung jawab pendidikan ada di sekolah, keluarga, dan
masyarakat yang saling mendukung dalam mencapai inti pendidikan Islam, peningkatan
pendidikan harus diupayakan oleh guru yang memiliki kompetensi yang bertanggung jawab,
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, dan teknik pengajaran yang edukatif,
proses pendidikan tanpa ada misi tertentu (agama, budaya, dan politik) yang dipaksakan,
pendidikan kejuruan dan keterampilan bagi perempuan Bumi Putera, dibukanya lapangan
baru bagi kaum terpelajar, adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, adanya kesempatan kepada perempuan untuk mengabdikan
ilmu dan keterampilan yang telah dimiliki sebagai bukti dharma dan bhaktinya kepada bumi
pertiwi. Pemikiran pendidikan R.A Kartini dalam perspektif Islam dalam merintis
pendidikan bagi perempuan Bumi Putera tidak pernah mengingkari fitroh manusia, bahkan
untuk mengangkat fitroh manusia untuk berkarya dan mengabdikan kepada sesama manusia.
Key words: Pemikiran Pendidikan R.A. Kartini Tinjauan dalam Pendidikan Islam
151
ABSTRAK
MASLIKHAH, 2012. Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Program Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan (Sebuah Implementasi Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Program Doktor Ilmu Lingkungan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian tidak dipublikasikan. Pembimbing dan
Dosen Pengampu Dr. I GUSTI AYU KETUT RACHMI H, SH. MM.
Penelitian ini untuk mengungkap tentang keresahan tentang pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup di sekolah hubungannnya dengan penghargaan sekolah Adiwiyata
terhadap implementasi undang-undang no 32/2009 tentang perlindudngan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Rumusan yang diajukan antara lain Bagaimana sekolah melakukan
pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan?, Bagaimana pengembangan
kurikulum berbasis lingkungan?, Bagaimana pengembangan kegiatan lingkungan berbasis
masyarakat?, Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan?, Bagaimana upaya sekolah untuk mendapatkan penghargaan
adiwiyata Madya dan/atau Kencana?.
Metode yang digunakan antara lain dengan pendekatan metode penelitian adalah
penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah pelaksana program Adiwiyata pratama di
SMA N 2 Temanggung yang teridiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
Kurikulum, ketua pelaksana program Adiwiyata, dan guru mata pelajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup. Lokasi penelitian pada SMA N 2 Temanggung Jawa Tengah.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011. Teknik pengambilan data dengan
menggunakan sampel. Sampel penelitian diambil berdasar prinsip purposiveness yaitu
dengan mengambil sekolah penerima penghargaan Adiwiyata Pratama di SMA N 2
Temanggung Jawa Tengah. Teknik pengambilan data melalui wawancara semi terstruktur
dan wawancara mendalam (in-depth). Wawancara semi terstruktur untuk mengungkap
tentang pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan
kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat,
pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan. Sedangkan wawancara mendalam untuk mengetahui upaya-upaya yang akan
dilakukan untuk memperoleh penghargaan Adiwiyata tahun kedua dan/atau Adiwiyata
Kencana, serta mempersiapkan untuk mendapatkan adiwiyata Mandiri. Kegiatan analisis
data antara lain dengan preparing the data for analysis, exploring the data, representing the
data analysis, and validating the data. Data naratif akan dianalisis dengan pendekatan
kualitatif di mana data yang terhimpun dikoding, diorganisir, direduksi menjadi tema-tema.
Teknik analisis data yang digunakan adalah interpretasi, deduksi, induksi, indepth analysis.
Instrumen Pengukuran tentang pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan,
pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan
berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan dan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk memperoleh
penghargaan Adiwiyata Kencana. Pengecekan keabsahan data dengan derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Kesimpulan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum
berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat,
152
pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan melalaui program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan mengarah pada
implementasi undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
ABSTRAK
MASLIKHAH, 2012. Local Genious untuk Membangun Pendidikan Berwawasan
Lingkungan di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand. Program Doktor Ilmu
Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian Mandiri tidak dipublikasikan.
Dosen Pengampu Prof. Dr. Totok Gunawan, MS.
Key words: Local Genious, Pendidikan Berwawasan Lingkungan
Lembaga pendidikan di Indonesia masih dalam proses membangun kognitif dan
afektif siswa terhadap kepedulian lingkungan. Padahal, lingkungan dengan berbagai karakter
dan problematikanya tidak cukup dipahamkan dengan domain kognitif dan afektif belaka.
Siswa dengan kemampuan sesuai umurnya mampu untuk membantu memecahkan
permasalahan lokal, regional, nasional, dan bahkan internasional dalam bidang lingkungan
hidup. Pendidikan lingkungan yang ada di Indonesia sering kali masih dalam dataran
kognitif dan afektif belaka. Pendidikan Sekolah Dasar 6 Pattaya Thailand membangun local
genious pendidikan yang berwawasan lingkungan sampai pada dataran psikomotor.
Rumusan penelitian adalah bagaimana Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya
Thailand?, Bagaimana cara membangun local genious untuk peduli terhadap lingkungan di
Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand?, Bagaimana kepedulian sekolah terhadap
pengelolaan sampah sekolah dan sampah rumah tangga di lembaga Pendidikan Dasar 6
Pattaya Thailand?
Metode yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Subyek penelitian
adalah guru dan kepala sekolah di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 26 s.d 31 Januari 2011. Teknik pengambilan data dengan
menggunakan sampel. Sampel penelitian diambil berdasar prinsip purposiveness yaitu
dengan mengambil sekolah Proyek Pendidikan Berwawasan Lingkungan. Teknik
pengambilan data melalui wawancara semi terstruktur dan wawancara mendalam (in-depth)
yang dibantu oleh seorang guide. Wawancara semi terstruktur untuk mengungkap tentang
visi dan misi, local genious untuk membangu pendidikan berwawasan lingkungan, dan
kepedulian sekolah dalam mengelola sampah sekolah dan barang bekas. Teknik analisis
data yang digunakan adalah interpretasi, deduksi, induksi, indepth analysis. Instrumen
Pengukuran tentang visi dan misi, local genious untu membangun pendidikan berwawasan
lingkungan, serta kepedulian dalam mengelola sampah sekolah dan barang-barang bekas
rumah tangga yang dikirim ke sekolah. Pengecekan Keabsahan Data dengan derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability).
Hasil penelitian menyatakan bahwa visi dan misi yang dibangun memberikan
pencitraan terhadap kepedulian lingkungan, local genious untuk membangun pendidikan
berwawasan lingkungan melalui gerakan ekonomi mandiri, gerakan hemat air, gerakan
153
hemat energi, gerakan bersih lingkungan. Pengelolaan sampah sekolah antara lain diawali
dengan kondisioning, insight dan pemahaman. Gerakan pengelolaan sampah dengan
mengumpulkan sampah sekolah dan barang bekas dari rumah untuk di kelola bersama
dengan siswa untuk menjadi barang-barang yang diperlukan siswa dan sekolah. Toko
sekolah sudah dipersiapkan untuk melayani penukaran barang-barang bekas yang telah
dikirimkan oleh orang tua melalui siswa. Siswa dapat menukar point yang dimiliki sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan peralatan sekolah bagi siswa.
Manfaat penelitian ini menemukan local genious untuk membangun Pendidikan
berwawasan Lingkungan pada lembaga pendidikan dasar 6 Pattaya Thailand terhadap
kepedulian lingkungan. Menemukan model pengelolaan sampah sekolah dan sampah rumah
tangga berupa barang bekas, serta membangun paradigma local genious di sekolah dasar dan
menengah di Indonesia.
154
BAB X
PLAGIARISME
A. Prawacana
Plagiat (penjiplakan) sering terdengar tidak saja di lingkungan perguruan tinggi, tetapi,
dan bahkan di media massa. Plagiat atau penjiplakan adalah pengambilan karangan, pendapat,
dan sebagainya orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapatnya sendiri. Plagiat
merupakan pelanggaran etika akademis sedangkan plagiarisme merupakan tindak pidana karena
mengambil hak cipta orang lain atas kekayaan intelektual. Sebagai peneliti, penulis, atau
penyunting naskah karya ilmiah akan menghadapi risiko jika ternyata artikel yang ditulis atau
disunting merupakan jiplakan. Untuk menghindari plagiasi, maka harus memberikan
penghargaan, pengakuan kepada peneliti terdahulu dengan cara memberikan tanda citasi pada
sebagian atau beberapa kutipan. Di samping itu, dalam penulisan karya ilmiah murni harus
diikuti dengan surat pernyataan bahwa hasil karyanya merupakan karya asli, dan pengutipan
pada bagian-bagiannya ditandai dengan citasi. Hal ini juga dipaparkan dalam jurnal Syed
Syahabuddin (2009: 353)
Plagiarism sometimes creates legal and ethical problems for students and faculty. It
can have serious consequences. Fortunately, there are ways to stop plagiarism. There are
many tools available to detect plagiarism, e.g. using software for detecting submitted
articles. Also, there are many ways to punish a plagiarist, e.g. banning plagiarists from
submitting future articles for publication. In addition, scholarly journals should clearly state
their policies regarding plagiarism and require authors to sign a statement indicating that
their articles meet the requirements of original work. The viewers should be supported by
the journal’s board and editors when they report any occurrence of plagiarism.
Baberapa alasan mengapa sebagai seorang peneliti, penulis, atau penyunting naskah
karya ilmiah tidak dibenarkan melakukan plagiasi. Tulisan merupakan karya pribadi, sehingga
merupakan gagasan sendiri, bukan gagasan orang lain. Dengan demikian, gagasan orang lain
yang dikutip tanpa memberikan tanda citasi termasuk kategori tindakan tidak jujur. Di samping
itu plagiat akan menghambat upaya intelektual untuk menuju kebenaran dan mengendurkan
semangat untuk berinovasi dan produktif dalam kerja ilmiah. Dari segi kewajiban etis, plagiat
merupakan pelanggaran hak milik, padahal hak milik merupakan satu di antara hak asasi
manusia. Selain itu, plagiat tidak adil karena seseorang yang tidak mengupayakannya, justru dia
yang menuai hasilnya. Ibarat pribahasa diungkapkan siapa yang menanam, dialah yang menuai
menjadi terbantahkan. Plagiasi merupakan kebalikan dari pribahasa itu, bahwa seseorang yang
tidak menanam, justru yang memakan buahnya.
Berbeda karena unsur ketidaktahuan yang dimiliki oleh kebanyakan orang Indonesia, atau
karena super permissive menjadikan plagiasi secara kultural dimaafkan. Hal ini menjadikan
155
masyarakat akademis kurang mendapatkan tempat untuk memperoleh lindungan hukum atas
plagiasi yang dilakukan oleh orang lain. Sebagaimana dipaparkan oleh (Syahabuddin, 2002:
185).
An analogous rule should apply in the context of plagiarism. A writer who fails to
give credit to his sources as a result of ignorance or mistake about the rules of attribution
should be regarded as having no defense. Allowing a plagiarist to argue that he was
unfamiliar with the rules of attribution themselves would seem to encourage ignorance of
such rules and lead to confusion and uncertainty in the community generally, just as
ignorance of the law is said to do in the broader context.
Munculnya teknologi informasi melalui internet cukup memberikan peluang terjadinya
plagiasi di kalangan akademisi. Sebagaimana diungkapkan oleh Joseph M.Kizza (2009: 7)
Academicians and researchers at every level are submitting works verbatim, most of
such works downloaded from the internet and falsifying and sexing up data. This article is
part II in our two part series of articles discussing academic dishonesty. In this part we
continue our discussion academic dishonesty but this time focusing on academicians and
other researchers highlighting how the internet has impacted these practices, the efforts
being made to curb them and the effects they are having on society.
B. Mengutip Tanpa Menjiplak
Bagian dari proses penulisan ilmiah sering peneliti mengutip dengan cara menukilkan
bagian-bagian penting, meringkas, mengikhtisarkan, dan mensitesakan gagasan yang diperoleh
dari pelbagai sumber acuan. Misal, penulis dan/atau peneliti membaca sebuah artikel ilmiah dan
menemukan informasi tertentu yang berguna bagi penelitian. Maka, penulis dan/atau peneliti
membuat ikhtisar dari artikel itu. Ketika melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan
ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, makalah seminar, artikel jurnal, atau laporan penelitian), penulis
dan/atau peneliti menyisipkan ikhtisar itu sebagai pendukung bahasannya. Sisipan itulah yang
disebut kutipan tidak langsung.
Mengutip baik langsung ataupun tidak langsung merupakan satu bagian dari proses
penulisan artikel maupun membaut laporan hasil penelitian sebagai tugas lain dari dosen.
Melaksanakan tugas lain sebagai pengajar dan pengabdian masyarakat, maka dosen melakukan
penelitian dan menulis artikel untuk jurnal ilmiah. Maka, kemampuan menyusun sintesis
merupakan modal penting sebagai bagian dari keterampilan meneliti dan menulis artikel. Hal
yang dapat diperhatikan bagi peneliti dan penulis artikel antara lain ketika menyusun usulan
penelitian. Seorang peneliti harus mensintesakan berbagai gagasan yang diperoleh dari tinjauan
pustaka sebagai dasar pokok teori yang digunakan. Misal penulis dan/atau peneliti membuat
sintesis dalam bentuk kerangka pikir yang didasari pada keterhubungan antar teori yang ada.
Selain itu, ketika menganalisis data, penulis dan/atau peneliti harus mampu menyintesiskan
berbagai variabel yang melandasi temuan lapangan untuk menafsirkan data dan memperoleh
156
temuan penelitian. Variabel yang ada juga hendaknya didukung oleh teori yang sudah ada.
Terakhir, penulis dan/atau peneliti akan menyimpulkan seluruh bahasannya, artinya peneliti
juga menyusun sintesis. Penjelasan tentang ringkasan, ikhtisar, dan sintesis dapat dicermati
dalam keterangan di bawah ini:
1. Prosedur Mengutip
a. Ringkasan
1) Definisi
Rangkuman atau ringkasan merupakan hasil kegiatan merangkum.
Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu
tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan
perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan
rangkumannya. Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau
menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk
pokok-pokoknya saja (http://situsbahasa.info.diakses tanggal 8 Maret 2012).
Ringkasan merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu
karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Walaupun bentuknya ringkas,
namun ringkasan itu tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya
yang asli. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi
dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli
sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan yang asli secara
proporsional tetap dipertahankan dalam bentuk yang singkat (www.scrib.com/doc.
diakses tanggal 8 Maret 2012). Dengan demikian, ikhtisar merupakan rangkuman
gagasan yang dianggap penting oleh penyusun yang digalinya dari sebuah tulisan
orang lain.
Dengan demikian, ringkasan merupakan sari sebuah tulisan tanpa hiasan.
Artinya, banyak bagian yang dihilangkan sehingga ringkasan lazimnya hanya
memuat 25 persen dari seluruh informasi yang terdapat dalam teks asli. Biasanya
bagian-baagian
yang
dihilangkan
antara
lain
keindahan
gaya
bahasa,
ilustrasi/contoh, dan perincian.
Membuat ringkasan hendaknya penulis mampu membuat ringkasan dengan
kalimat sendiri sehingga karangan yang panjang menjadi lebih singkat, kalimat yang
membingungkan dapat lebih mudah dipahami. Meskipun demikian, dalam membuat
ringkasan tetap mengikuti alur pikiran dan rancangan pengarang, tidak
menghadirkan pandangan-pandangan baru dari kalimat yang sudah dibuat oleh
penulisnya.
157
2) Langkah Membuat Ringkasan
Langkah membuat ringkasan dapat dipandu dengan cara berikut ini:
a) Membaca tulisan beberapa kali sehingga dapat dipahami ide pokoknya.
Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai memperoleh gambaran
atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah
dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali untuk dapat
memahami isi bacaan secara utuh. Penulis dapat membuat catatan atau memberi
tanda tertentu pada bagian-bagian penting dalam bacaan yang akan diikhtisarkan
ketika membaca.
b) Mencatat gagasan utama dari setiap paragraf. Setiap uraian dalam satu paragraf
perlu dicatat gagasan utamanya sehingga jelas ditemukan gagasan utamanya
dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Hanya saja, apabila perangkum
merasa ada yang kurang sesuai dan ada kalimat yang kurang koheren bisa
ditambahkan sebagai bagian untuk menjelaskan sehingga menjadi koheren.
Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil
perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek
dibanding dengan bacaan yang dirangkum. Hal yang juga harus mendapat
perhatian dari penulis rangkuman adalah tidak memberikan penafsiran baru
terhadap suatu pengertian yang diuraikan oleh pengarang asli. Selain itu,
perangkum tidak boleh memasukkan hasil pemikirannya sendiri ke dalam
rangkuman sebab akan mengaburkan pengertian gagasan yang diungkapkan oleh
pengarang asli.
c) Memilih di antara ringkasan paragraf tentang gagasan utama. Kegiatan
merangkum sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan dengan menggabungkan
setiap kalimat utama dalam setiap paragraf. Kegiatan merangkum dapat pula
dilakukan dengan mencari ide pokok dalam setiap atau beberapa paragraf. Ideide tersebut selanjutnya dihubung-hubungkan dengan menambah konjungsi atau
kalimat penghubung lainnya.
d) Menyusun ringkasan dengan mengutamakan gagasan utama dengan cara
membuat urutan gagasan sama dengan tulisan asli, membuang paragraf yang
berisi keterangan (contoh, ilustrasi, deskripsi, kutipan), dan mengubah dialog
langsung menjadi wacana tidak langsung. Membandingkan ringkasan dengan
tulisan asli untuk memastikan bahwa semua gagasan utama telah terliput, dan
mengoreksi kesalahan bahasa dan cetak.
158
Dengan demikian, untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik, perlu
memperhatikan empat hal pokok, yaitu: (1) mampu membaca dengan baik bacaan yang
akan dirangkum, (2) mampu memahami isi secara utuh terhadap bacaan yang akan
dirangkum, (3) mampu menemukan ide-ide pokok ataupun kalimat topik dalam bacaan
yang akan dirangkum, serta (4) mampu menyusun kembali ide-ide maupun kalimat
topik yang telah ditemukan menjadi sebuah tulisan utuh dan koheren.
Hal yang harus diperhatikan di dalam membuat rangkuman adalah penggunaan
bahasa yang digunakan di dalam rangkuman. Bahasa rangkuman harus berbeda dengan
bahasa asli penulis buku yang dirangkum. Akan tetapi, bahasa rangkuman yang dibuat
bertolak dari ide pokok pengarang yang tertuang dalam setiap paragraf atau bacaan.
Dengan demikian, jika akan merangkum uraian pengarang dari suatu paragraf, penulis
terlebih dahulu perlu menemukan ide pokok yang terdapat di dalam paragraf tersebut,
kemudian diungkap ulang dengan menggunakan bahasa yang berbeda dan singkat. Agar
hasil rangkuman itu tidak menyimpang dari uraian aslinya, ide-ide pokok setiap
paragraf jangan diabaikan.
b. Ikhtisar
1) Pengertian
Ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian atau pembicaraan. Ikhtisar juga
merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, namun dalam
pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan isi dari suatu karangan secara
proporsional.
Penulisan
ikhtisar
bisa
saja
langsung tertuju
pada
pokok
permasalahan. Perbedaan dengan rangkuman atau ringkasan, urutan isi bagian demi
bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan
dipertahankan.
2) Ciri ikhtisar
a) Tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari tulisan asli;
b) Tidak mengandung hal baru, pikiran atau opini penyusun ikhtisar, baik yang
dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar;
c) Menggunakan kata-kata penyusun sendiri.
3) Langkah menyusun ikhtisar
a) Menetapkan tujuan membaca dengan mengetahui gagasan apa yang diperlukan?;
b) Membaca dengan cermat untuk mengetahui apa relevansi gagasan yang
diperlukan dalam konteks tulisan ini?;
c) Mencatat gagasan yang penting dari sudut pandang penyusun, dengan katakatanya sendiri;
159
d) Menyusun kerangka tulisan;
e) Menulis ikhtisar;
f) Mengecek kembali tulisan asli untuk meyakinkan bahwa semua gagasan yang
penting telah tergali;
g) Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak.
4) Contoh Ikhtisar
a) Teras berita;
b) Sampul belakang buku;
c) Sinopsis film, sandiwara; dan
d) Abstrak.
c. Sintesis
Sintesis (berasal dari bahasa Yunani syn = tambah dan thesis = posisi) yang
biasanya berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elemen yang ada yang menghasilkan
suatu hasil baru (http://id.wikipedia.org/wiki/sintesis) diakses tanggal 8 Maret 2012.
2. Dosen/Penulis/Peneliti dalam Kegiatan Mengutip
Ikhtisar maupun sintesis harus ditulis dengan kata-kata penyusun sendiri, bukan
menyalin. Dosen/penulis/peneliti seharusnya mempunyai kebiasaan mencatat ketika
membaca karya ilmiah. Sekarang telah tersedia komputer dengan pelbagai programnya yang
memungkinkan dosen/peneliti/penulis untuk mencatat secara lebih praktis. Artinya, catatan
ditulis dalam sebuah pangkalan data agar dapat segera digunakan ketika diperlukan. Namun,
apa pun cara membuat catatan, baik manual atau otomatis, format catatan tetap sama.
Beberapa langkah yang dapat disarankan antara lain:
a. Pertama, harus ada catatan bibliografis. Setiap kali memutuskan untuk membaca sebuah
karya ilmiah, dosen/peneliti/penulis harus segera mencatat nama penulis, judul karya,
kota, penerbit, dan tahun terbit. Catatan itu ditulis pada sebuah kartu sebesar kartu pos
secara horizontal dan disimpan dalam urutan alfabetis, di dalam kotak sepatu atau kotak
lain yang tertutup. Menggunakan kotak sepatu supaya dapat ditutup sehingga kartu tidak
berdebu. Selain itu, penggunaan kotak sepatu sangat murah karena memanfaatkan
kembali limbah kotak sepatu.
b. Kedua, setelah membaca bagian yang penting (mengandung informasi yang diperlukan),
membuat satu di antara tiga macam catatan bacaan yang berikut. Jika informasi
demikian penting sehingga perlu disalin sebagaimana adanya, dosen/peneliti membuat
catatan salinan yang berisi tentang topik, salinan yang diawali dan diakhiri tanda petik
ganda, acuan (nama penulis, tahun, nomor halaman). Jika informasi penting itu
menyebar di sepanjang teks, dosen/peneliti membuat catatan parafrase, ringkasan, atau
160
catatan ikhtisar dengan kata-kata sendiri. Catatan itu berisi tentang topik, catatan, dan
acuan (nama penulis, tahun, nomor halaman). Jika ingin memberi komentar pada
informasi, dosen/peneliti/penulis membuat catatan komentar yang dapat ditambahkan
setelah catatan bacaan atau ditulis pada kartu tersendiri. Catatan bacaan juga disimpan
dalam kotak sepatu, namun tidak dalam urutan alfabetis. Pengelompokan kartu catatan
bacaan berdasarkan topik. Dengan demikian, dosen/peneliti/penulis akan mempunyai
catatan dari pelbagai bacaan yang terhimpun di bawah satu topik. Penulisan dan
pengelompokan catatan bacaan seperti itu setidaknya bermanfaat bagi dosen/peneliti
dalam lima hal antara lain tidak menjiplak (plagiat), mengungkapkan kembali informasi
yang diperoleh atau gagasan sendiri secara tertulis, mengingat, walau tidak seluruhnya,
informasi yang diperoleh ataupun pendapat yang dikemukakan; bersikap kritis terhadap
karya ilmiah yang dibaca; dan memiliki bahan "abadi" untuk segala keperluan akademik.
Contoh kartu catatan bibliografis
Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. 2012.
Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
Contoh kartu catatan bacaan: kutipan langsung
Karya ilmiah populer biasa disebut dengan featur
populer. Kata populer dipakai untuk menyatakan sesuatu yang
akrab, dan menyenangkan (disukai banyak orang) karena
menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya ilmiah
populer
ditulis
dengan
mempertimbangkan
kepopuleran
tersebut, selain keilmiahannya
(Amir, 2009: 114).
Contoh catatan bacaan: kutipan tidak langsung
Ketahuilah bahwa anak-anak yang sangat menyukai oleh raga
cenderung berisiko lebih tinggi gagal untuk mengembangkan
kebiasaan membaca yang lebih baik.
Mary Leonhardt. 2000. Halaman 70.
161
C. Kode Etik
1. Kode Etik Penulis Buku
a. Sebagai seorang yang profesional, maka penulis dituntut untuk menjunjung tinggi posisi
terhormatnya sebagai seorang yang profesional. Sebagai seorang yang profesional, maka
yang bersangkutan menjadi berkewajiban untuk menjaga kebenaran yang ada, manfaat
dan makna informasi yang akan disebarluaskan sehingga tidak menyesatkan orang lain;
b. Penulis selalu bersikap jujur kepada dirinya dan jujur kepada umum sehingga tidak akan
menutupi kelemahan, memperbesar kelebihan hasil yang dicapainya;
c. Penulis mengajukan naskah yang menjadi penguasaan disiplin keilmuan, sudah diteliti
dengan baik dan menggunakan dengan format yang dibakukan;
d. Penulis dengan penuh kesungguhan mengupayakan tulisan yang disajikan tidak
merupakan bahan yang membuat menyusahkan pembaca. Dengan demikian, naskah
yang ditulis merupakan naskah yang tepat, singkat, dan jelas;
e. Penulis berkewajiban untuk mengikuti saran dari penyunting direvisi baik ditunjuk oleh
penulis maupun oleh penerbit;
f. Penulis menjunjung tinggi hak, pendapat, atau temuan orang lain sehingga selalu
menjauhi perbuatan tercela seperti mengambil ide dan gagasan orang lain yang belum
diumumkan bahkan gagasannya sendiri;
g. Penulis bertanggung jawab atas semua kesalahan isi terbitan dan menanggung segala
bentuk tanggapan publik atas naskah yang ditulis, dan bersedia untuk menerima sanksi
hukum apabila terbukti isi terbitan melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Kode Etik Penulis Artikel pada Media Massa
Etika dalam penulisan artikel pada media massa sangat penting untuk diperhatikan.
Artikel yang kita kirimkan kepada media massa memiliki harapan agar dapat diterbitkan
pada media massa yang kita pilih. Oleh karena itu, agar artikel yang kita kirimkan dapat
diterbitkan, maka hendaknya seorang penulis artikel memperhatikan beberapa etika yang
seyogyanya dilakukan, antara lain:
1. Jangan mengirimkam naskah yang sama atau mirip kepada lebih dari satu penerbitan
media massa, satu artikel untuk satu media massa;
2. Kirimkan artikel ke satu penertbit, kalau tidak dimuat artikel tersebut dapat dikirimkan
ke media massa yang lain kalau dimungkinkan artikel tersebut masih relevan dengan isu
yang berkembang di masyarakat;
3. Membuat artikel hindari beberapa hal yang bersifat penyerangan kepada pihak lain
seperti lembaga, aliran tertentu, dan atau bahkan individu lain;
162
4. Jangan menulis artikel yang memiliki kepentingan terntentu baik secara pribadi maupun
kelompok untuk mendapatkan pengakuan atau bahkan permohonan maaf,
5. Kalau tidak penting, hindari menulis artikel secara bersambung, sebaiknya satu masalah
dikupas tuntas, kecuali atas permintaan redaktur sehingga artikel tersebut diterbitkan
secara bersambung.
Etika penulisan menurut versi harian surat kabar antara lain satu artikel hanya untuk
satu media. Jangan mengirim satu artikel ke banyak media. Surat kabar akan memblack list
yang bersangkutan.
D. Plagiarisme
1. Pengertian Plagiasi
Pengertian plagiasi atau penjiplakan adalah pengambilan karangan, pendapat, dan
sebagainya orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Misalnya
menerbitkan karya tulis orang lain yang belum sempat diterbitkan oleh penulisnya atas nama
diri sendiri (KBBI 1997:775 dalam Rahayu Surtiati Hidayat: 2010). Plagiat merupakan
pelanggaran etika akademis sedangkan plagiarisme merupakan tindak pidana karena
mengambil hak cipta orang lain (hak atas kekayaan intelektual [HAKI]). Sebagaimana
diteorikan Stuart (2002: 173)
Plagiarism has been variously defined as the act of “stealing and passing off (the
ideas or words of another) as one’s own,”“using (another’s created production)
without crediting the source,”or “presenting as new and original an idea or product
derived from an existing source. Plagiarism thus seems to involve, in the language of
the criminal law, two, or possibly three, basic “elements”
Moulton and Robison (2002) in Syed Sahabuddin (2009) The American Heritage
Dictionary defines the verb plagiarize” as “to steal and use the ideas or writings of
another as one’s own.” The Oxford Dictionary defines plagiarism as “to take and use
another person’s thoughts, writing, invention, have stated, plagiarism can also be seen
as “depriving authors of profit that is rightfully theirs which is theft. Depriving authors
of credit might also be a form of theft.”plagiarisme is a misconduct considered to be
unethical and immoral regardless of who commits.
2. Kategori Plagiasi
Tindakan yang disebut plagiat antara lain:
a. Mengakui tulisan orang lain sebagai karya sendiri;
b. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri;
c. Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri;
d. Mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri;
e. Menyalin (mengutip langsung) bagian tertentu dari tulisan orang lain tanpa menyebutkan
sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik;
163
f. Meringkas dengan cara memotong teks (mengutip langsung) tanpa menyebutkan
sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik;
g. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asalusulnya (Surtiati, 2010);
h. "Two issues related to plagiarism do not deal with the outside sources. The first occurs
when a student submits in a course a paper done for a previous course. Although
obviously not the same as stealing someone else's ideas, this practice nontheless
qualifies as a kind of self plagiarism and constitutes another form of cheating. If you
want to rework a paper that you prepared for another course, ask your current
instructor for permission to do so." Gibaldi 1999: 34);
i. Meringkas dan memparafrase (mengutip taklangsung) tanpa menyebutkan sumbernya
(Booth et al. 1995: 167–170);
j. Meringkas dan memparafrase (mengutip tidak langsung) dengan menyebutkan
sumbernya, tetapi terlalu dekat dengan sumbernya.
("You also plagiarize when you use words so close to those in your source, that if
your work were placed next to the source, it would be obvious that you could not have
written what you did without the source in your elbow … No matter your intention, close
paraphrase may count as plagiarism, even when you cite the source." Booth et al. 1995:
169).
Dijelaskan pula oleh (Wilhoit: 1994; Brandt: 2002; Howard: 2002) bahwa Forms
of Plagiarism by students plagiarise in fourmain ways 1. Stealing material from another
source and passing it off as theirown,e.g.(a)buying a paper from are search service,
essay bank or term paper mill (eitherpre-written or specially written),(b) copying a
whole paper from a source text without proper acknowledgement, (c) submitting another
student’s work, with or without that student’s knowledge (e.g.by copying a computer
disk).2. Submitting a paper written by some one else (e.g.a peer or relative) and passing
it off as their own. 3.Copying sections of material from one or more source texts,
supplying proper documentation (including the full reference) but leaving out quotation
marks, thus giving the impression that the material has been paraphrase draft her than
directly quoted. Paraphrasing material from one or more source texts without supplying
appropriate documentation.
3. Dilema Plagiarisme
Plagiasi seakan menjadi dilema, sebab begitu banyak karangan dan ide-ide yang sudah
diterbitkan. Hal ini menjadikan kesulitan untuk mencari mana yang merupakan pengarangn
aslinya. Sebenarnya gagasan penulis sendiri, tetapi karena sudah pernah ditulis oleh orang
lain yang hampir sama, maka seakan-akan konsep tersebut sudah tidak asli lagi.
Sebagaimana dituliskan oleh Gerard dalam Syahabuddin (2009: 3356)
According to Gerard (2004) in Sahabuddin , “Plagiarism can be a very difficult
concept to grasp. After all, so many ideas and thoughts have been published already that it
seems as though there are no original ideas anymore.” Thus, Girard states, “What we
164
perceive to be original thoughts really may be opinions and ideas written down by others
and subconsciously ingrained in us through thing we have read or seen. This is a dilemma
of writers.
Dalam beberapa pendapat bahwa kontrol hukum atas kekayaan intelektual tidak
mendapatkan kepastian. Beberapa sarjana berpendapat bahwa aturan terhadap plagiasi sudah
usang. Satu hal yang ditekankan oleh ulama dalam tradisi pasca-modernis adalah bahwa
garis antara plagiat dan bentuk menyalin diterima tidak selalu mudah untuk membedakan.
Teori tersebut cenderung untuk menyusun kembali melakukan yang mungkin akan dicap
sebagai plagiarisme dengan moral netral, bahkan secara moral menguntungkan.
Sebagaimana dipaparkan oleh East (2006: 16) In arguing that the legal controls on
intellectual property areobsolete, some scholars have argued that the rule against
plagiarismitself is obsolete. One point emphasized by scholars in the post-modernist
tradition is that the line between plagiarism and acceptable forms of copying is not always
easy to discern. Plagiarism can be considered from a number of perspectives. Not only are
there different understandings of the concept, but those who must deal with this concept and
its presence come with their own realities, knowledge and cultural experiences. Lebih jelas
lagi diungkapkan oleh East (2006: 16) Working closely with students, they have an
awareness that students struggle to understand how to avoid plagiarism and to apply the
conventions of referencing.
Meskipun demikian harus dihindari plagiasi. Konsep dan pengalaman harus datang
dari realitas dirinya sendiri, pengetahuan dan pengalaman budaya yang dimiliki dan
diketahui.
E. Contoh Plagiasi
Judul Artikel Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional Analisis Plagiasi
terhadap Judul Artikel Krisis Pangan Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul Untuk
Mengatasinya
1. Kutipan dalam Bentuk Grafik.
Kutipan artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 2) berjudul
Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa grafik sama persis seperti pada
tulisan Karya S.Suranto dalam jurnal Hayati edisi Juni 1999 yang berjudul Krisis Pangan
Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul Untuk Mengatasinya yang ditulis oleh
S.Suranto (1999: 48) dan tidak diberi tanda kutipan, grafik tersebut sebagai berikut:
165
Copy Image dari S.Suranto (1999: 48)
2. Kutipan dengan Kalimat Inti dalam Paragraf
Kutipan artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 5) berjudul
Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa kalimat dalam satu paragraf
diambil ide kalimatnya tentang pendekatan biomolekuler untuk menanggulangi krisis
pangan dunia. Hal ini seperti tertulis pada Karya S.Suranto dalam jurnal Hayati edisi Juni
(1999:49) yang berjudul Krisis Pangan Dunia dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul
untuk Mengatasinya tanpa diikuti dengan tanda kutipan (1999: 49).
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 5) sebagai berikut:
Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi krisis pangan di Indonesia dengan
pendekatan biologi molekuler, antara lain dengan merakit tanaman yang resisten terhadap
serangan hama dan penyakit, serta toleran terhadap cekaman lingkungan (salin, kekeringan
dan keracunan Al).
Copy image dari S.Suranto (1999: 49)
3. Kutipan Kalimat dalam Satu Paragraf
Artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 7-9) berjudul
Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa kalimat yang sama persis dalam
5 (lima) paragraf secara berturut-turut. Hal ini seperti tertulis pada Karya S.Suranto dalam
166
jurnal Hayati edisi Juni (1999: 49-50) yang berjudul Krisis Pangan Dunia Dan Prospek
Pendekatan Biologi Molekul Untuk Mengatasinya tanpa diikuti dengan tanda kutipan.
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 7) sebagai berikut:
Pertama, Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari daun
barli (DB4) yang memakai promoter 35 S Cauliflower mosaic virus (CaMV) dengan
mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap serangan Phytophthora
infestan sebagai kontrol, menunjukkan bahwa klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen
DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang disebabkan oleh P. Infestans mengalami
penurunan lebih dari 55 % jika dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat
bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan P. Infestans sehingga kerugian secara
ekonomi dapat direduksi.
Copy image dari S.Suranto (1999: 49)
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut:
Kedua, Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk
memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan
gen penyandi protein selubung (coat protein) Johnsongrass mosaik potyvirus (JGMV) ke
dalam suatu tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh
virus yang bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV, misalnya dari protein selubung dan
protein nuclear inclusion body (Nib) dengan kontrol pomotor 35S CaMV, mampu
dintegrasikan pada tanaman jagung transgenik yang bebas dari serangan virus.
167
Copy Image dari S.Suranto (1999: 49)
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut:
Ketiga, Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa genetika pada tanaman padipadian untuk mendapatkan varietas yang resisten terhadap virus padi. Di samping itu,
usaha untuk meningkatkan kualitas beras espereti yang diinginkan oleh manusia juga
sedanag diusahakan. Jepang memberikan investasi yang cukup besar untuk penelitian dan
pengembangan di bidang biologi molekul padi.
Copy image dari S.Suranto (1999: 49)
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut:
Keempat, Virus JGMV adalah virus yang asam nucleatnya berupa utas tunggal RNA
dengan panjang 9,7 kilo basa (kb), virus ini menyerang beberapa tanaman yang tergolong
dalam famili Graminae, seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian secara
ekonomi cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada daun berupa mosaik,
nekrosa, atau kombinasi keduanya. Akibat sertangan virus ini, kerugian para petani dapat
sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali.
168
Copy Image dari S.Suranto (1999: 50)
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 9) sebagai berikut:
Kelima, Uji infeksi dari virus rekombinan tersebut secara in vitro pada inang sorgum
Krish dan sorgum kontrol menunjukkan bahwa infeksi terjadi di kedua inang, sedangkan
pada JGMV-jg yang disintesis secara in vitro tidak mampu menginfeksi sorgum Krish.
Ternyata gen CPJGMV Krish-infecting strain ikut bertanggung jawab terhdap
penghancuran sorgum Krish. Ini berarti dengan pendekatan biologi molekul, masa depan
untuk membuat tanaman sorgum atau jagung transgenik dengan menyisipkan CP JGMV
Kris Infecting strain ke genom tanaman terbuka dan diharapkan dapat membantu mengatasi
masalah penyakit virus.
Copy Image dari S.Suranto (1999: 50)
4. Kutipan dalam Satu Paragraf tetapi dipenggal menjadi Paragraf Baru
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8-9) sebagai berikut:
Pada tahun 1960-an Departement Of Primary Industry di Quennsland telah
mengembangbiakkan suatu jenis sorgum baru yang berasal dari India yang resisten terhdap
virus JGMV tipe liar (JGMV-jg). Sorgum tersebut diberi nama sorgum Krish dan dipercayai
169
mempunyai gen resisten N yang tahan terhadap serangan JGMV-jg. Percobaan ini
menghasilkan beberapa galur sorgum Krish (misal QL12) yang resisten terhadap JGMV-jg
dan telah disebarkan kepada petani dan memberikan keuntungan.
Tetapi pada tahun 1985, di Quennsland telah ditemukan galur virus baru yang mampu
menginfeksi sorgum Krish yang mengandung gen resisten. Akibat munculnya galur virus
baru ini, kerugian yang dialami pemerintah negara bagian Quennsland-Australia demikian
besar.
Kutipan ini hanya berbeda pada pemecahan paragraf saja. Kata tetapi pada tulisan
S.Suranto ditulis dalam satu paragraf.
Copy Image dari S.Suranto (1999: 50)
5. Kutipan dalam Daftar Pustaka
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 11) dalam mengutip daftar pustaka sebagai
berikut:
Brawn, L.R.& H Kane. 1994. Full House, Ressessing the Earth’s Population Carrying
Capacity. S. Linda (ed), The Wordlwatch Environment Alert Serios. London:
W.W. Northon A Company.
Copy image dari S. Suranto (1999: 50)
Teknik penulisan grafik yang dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution seharusnya
menuliskan Brawn & Kane (1994) dalam S.Suranto (1999: 49). Hal ini dimaksudkan bahwa
Muhammad Arif Nasution mengutip grafik tersebut bermula dari S.Suranto (1999: 49) yang
170
telah dirujuk oleh S.Suranto dalam daftar pustaka. Teknik penulisan berbeda ketika yang
bersangkutan memang benar-benar telah mengambil grafik tersebut dari sumber aslinya,
maka Muhammad Arif Nasution boleh merujuk kutipan tersebut (Brawn & Kane: 1994)
dalam daftar pustaka.
Ide kalimat yang ada dalam paragraf tersebut adalah Usaha yang dilakukan untuk
menanggulangi krisis pangan di Indonesia dengan pendekatan biologi molekuler, antara
lain dengan merakit tanaman yang resisten terhadap serangan hama dan penyakit, kalimat
tersebut sama idenya dengan kalimat yang ditulis oleh S.Suranto dalam Jurnal Hayati tahun
(1999: 49). Demikian Sesuai dengan kategori plagiasi yang ditulis oleh Rahayu Surtiati
Hidayat, tindakan yang disebut plagiat antara lain: mengakui tulisan orang lain sebagai
karya sendiri, mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri, mengakui temuan
orang lain sebagai kepunyaan sendiri, mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri,
menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asalusulnya (Hidayat, 2010).
"Two issues related to plagiarism do not deal with the outside sources. The first
occurs when a student submits in a course a paper done for a previous course. Although
obviously not the same as stealing someone else's ideas, this practice nontheless qualifies as
a kind of self plagiarism and constitutes another form of cheating. If you want to rework a
paper that you prepared for another course, ask your current instructor for permission to do
so." Gibaldi (1999: 34).
Menyalin (mengutip langsung) bagian tertentu dari tulisan orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik, meringkas dengan cara
memotong teks (mengutip langsung) tanpa menyebutkan sumbernya dan tanpa
membubuhkan tanda petik, meringkas dan memparafrase (mengutip taklangsung) tanpa
menyebutkan sumbernya (Booth et al. 1995: 167-170), meringkas dan memparafrase
(mengutip tidak langsung) dengan menyebutkan sumbernya, tetapi terlalu dekat dengan
sumbernya.
Booth et al. 1995: 169) "You also plagiarize when you use words so close to
those in your source, that if your work were placed next to the source, it would be
obvious that you could not have written what you did without the source in your elbow
… No matter your intention, close paraphrase may count as plagiarism, even when
you cite the source."
Dijelaskan pula oleh Wilhoit, 1994; Brandt, 2002; Howard, 2002 Forms of
Plagiarism by students plagiarise infourmainways (Wilhoit, 1994; Brandt, 2002;
Howard, 2002).1.Stealing material from another source and passing it off as
theirown,e.g.(a) buying apaper from are search service,essay bank or term papermill
(eitherpre-written or specially written),(b) copying a whole paper from a source text
without proper acknowledgement,(c) submitting another student’swork,with or without
that student’s knowledge (e.g.by copying a computerdisk).2. Sub mitting apaper
171
written by some one else (e.g.a peer or relative) and passing it off as their own.3.
Copying sections of material from one or more source texts, supplying proper
documentation (including the full reference) but leaving out quotation marks, thus
giving the impression that the material has been paraphrase drat her than directly
quoted. Paraphrasing material from one or more source texts without supplying
appropriate documentation. Gibaldi (1999: 34) yang menyatakan, "Two issues related
to plagiarism do not deal with the outside sources. The first occurs when a student
submits in a course a paper done for a previous course. Although obviously not the
same as stealing someone else's ideas, this practice nontheless qualifies as a kind of
self plagiarism and constitutes another form of cheating. If you want to rework a
paper that you prepared for another course, ask your current instructor for permission
to do so." Gibaldi 1999: 34).
Berdasarkan hal tersebut, maka, kalimat tersebut termasuk dalam kategori
plagiasi. Dengan alasan, ide pokok/gagasan kalimat sama persis dan tidak diikuti
dengan tanda kutipan. Hal ini berarti menganggap bahwa tulisan tersebut adalah
tulisan Muhammad Arif Nasution. Inilah yang disebut dengan plagiasi.
Kutipan sama Persis ditemukan 6 (enam) paragraf secara berturut-turut mengutip
secara langsung dengan kutipan yang sama persis tanpa diikuti dengan tanda kutipan.
Menurut etika akademis, Muhammad Arif Nasution harus segera menuliskan tanda
kutipan setelah kalimat itu dikutip sebagian atau secara keseluruhan dengan
membubuhkan S.Suranto (1999: 49-50), tetapi hal itu tidak dilakukan oleh
Muhammad Arif Nasution. Dengan demikian, maka kutipan tersebut merupakan
tindakan plagiasi.
Kutipan sama Persis tetapi Berbeda dalam Pemenggalan Paragraf yang
dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution Pada tahun 1960-an Departement Of
Primary Industry di Quennsland dilakukan pemenggalan paragraf pada kata
tetapi....meskipun sesungguhnya dalam tinjauan kata sambung tetapi harus dilekatkan
dalam satu paragraf sebelumnya, jadi sebenarnya harus sama persis teknik
penulisannya sebagaimana dituliskan oleh S.Suranto tanpa ada pergantian paragraf.
Teknik penulisan daftar pustaka tersebut harusnya ditulis Brown, L.R. & H.
Kane dalam S.Suranto (1999: 48). Dengan demikian, pengutipan daftar pustaka
Brawn, L.R & H ditulis dalam S.Suranto (1999: 49) sebagaimana kutipan tabel itu
ditulis oleh S.Suranto pada halaman 49. Teknik penulisan yang dibuat oleh
Muhammad Arifin Nasution seakan-akan yang bersangkutan menemukan sendiri
dalam buku aslinya, padahal mengambil dari sumber S.Suranto (1999). Hal ini akan
berbeda ketika yang bersangkutan memang benar-benar mengambil kutipan dari
naskah aslinya. Kalau memang yang terjadi demikian, maka penulisan Brown, L.R. &
H. Kane dibenarkan ditulis dalam daftar pustaka tanpa nama S.Suranto sebagai
pengutip pertama.
172
BAB XI
PENULISAN RESENSI BUKU
A. Prawacana
Menulis resensi buku pada dasarnya merupakan kegiatan mengulas, menilai
menganalisa, mengkritisi atau mengapresiasi sebuah buku secara keseluruhan. Penilaian tidak
hanya pada judul, tetapi terfokus pada isi secara menyeluruh. Mengulas, menganalisa,
mengkritisi menilai kerangka pemikiran, sub judul yang dituliskan, paragraf-paragrafnya, padu
padan dan ketersambungan antara paragraf, kalimat yang digunakan, serta pilihan kata (diksi)
yang variatif, serta nilai kebermanfaatan bagi pembaca. Selain dari itu juga tidak luput untuk
mengulas, menilai menganalisa, mengkritisi terhadap penampilan fisik buku. Berdasarkan
ulasannya, maka biasanya penulis resensi buku mengajak kepada pembaca resensi untuk
membaca agar dapat memutuskan untuk membeli. Penulis resensi buku sebelum membuat
keputusan untuk menulis resensi pasti sudah menilai bahwa buku tersebut merupakan buku yang
bagus dengan pertimbangan dari berbagai sisi, sehingga buku tersebut layak untuk dibaca orang
lain dan bahkan untuk dimilikinya.
Seorang penulis resensi buku tidak ada kepentingan secara personal yang akan
menguntungkan secara pribadi, tetapi betul-betul berangkat dari obyektifitasnya. Penulis resensi
berkeinginan untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Meskipun demikian, jika resensinya itu
diterbitkan di media massa, maka akan mendapatkan honor dari media massa tersebut dan jika
penerbitan resensi bukunya dibuktikan kepada penerbit, maka penerbit akan memberikan
souvenir beberapa buku, namun hal itu bukan menjadi tujuan utamanya.
Seorang penulis resensi buku sangat berpeluang untuk menjadikan hobinya sebagai
profesi bagi dirinya sebagai sandaran ekonomi diri dan keluarganya. Dengan demikian, kegiatan
yang bersangkutan berinteraksi secara intens dengan penerbit ataupun penulis buku menjadikan
sebagai bagian dari proses mendapatkan kesuksesan menjalankan profesinya.
B. Meresensi Buku Merupakan Kegiatan yang Mengasyikkan
Menulis resensi buku bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang mengasyikkan,
terutama bagi pecinta membaca buku sekaligus hobi menulis. Ada kemungkinan bisa jadi
sebagian orang cinta buku tetapi tidak memiliki hobi untuk menulis, tetapi sangat kecil
kemungkinan untuk berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan banyak manfaat yang bisa diperoleh
dari kegiatan meresensi buku. Manfaat meresensi buku antara lain cerdsas bernalar, kaya ilmu,
kaya finansial, dan buku.
173
1. Cerdas Bernalar
Seorang penulis resensi buku dituntut untuk menilai, membandingkan isi dengan
segala komponennya dan penampilan sebuah buku dengan pembanding ataupun tidak.
Kegiatan ini secara tidak langsung akan melatih kemampuan untuk berkembangnya nalar
dalam menelaah karya orang lain. Kemampuan yang sudah dimiliki pada akhirnya dapat
diterapkan dalam situasi dan kondisi apapun sesuai dengan pengalaman yang diperoleh
penulis resensi buku.
2. Kaya Ilmu
Membaca karya penulis lain kemudian menelaahnya membuat penulis resensi
mampu memetik pelajaran dari karya tersebut. Penulis resensi bisa mendapatkan kelebihan
dan kekurangan sebuah karya tulis. Apabila dibutuhkan, penulis resensi dapat mengambil
inisiatif atau meniru setiap kelebihan dan berusaha untuk menghindari kelemahan atau
kekurangan yang serupa. Balajar dari karya orang lain akan membuat seseornag selangkah
lebih maju. Belajar dari kesalahan orang lain sangat menguntungkan daripada harus
mengalami kesalahan dari diri sendiri.
3. Kaya Finansial
Seorang penulis resensi buku juga mendapatkan peluang seseorang untuk memiliki
kekayaan secara materi. Resensi buku yang ditulis kemudian dikirim ke media masa dan
diterbitkan, maka ada berpeluang mendapatkan honor dari media masa tersebut. Ketika
saudara mencantumkan nama lembaga tempat bernaung, maka juga berpeluang untuk
mendapatkan insentif dari lembaga tersebut.
4. Kaya Buku
Penulis resensi buku akan mendapatkan honor dari media massa, jika resensinya itu
diterbitkan di media massa dan akan mendapatkan apresiasi dari penerbit jika penerbitan
resensi bukunya dibuktikan kepada penerbit. biasanya, penerbit akan memberikan souvenir
beberapa buku. Dengan demikian, penulis resensi buku dapat memperoleh beberapa buku
secara gratis dari penerbit. Seorang penulis resensi buku yang sudah senior pasti akan
memiliki banyak buku, ada kemungkinan penulis resensi buku dapat mengkoleksi sebagian
dan sebagian yang lain dapat dikonversi menjadi rupiah. Dengan demikian seorang penulis
resensi buku di samping memiliki banyak buku juga banyak memiliki uang.
C. Pola Penulisan Resensi Buku
Ada tiga pola dalam penulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan
mengulas http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action,diakses
Maret 2012.
174
tanggal 17
1. Meringkas (sinopsis)
Meringkas berarti menyajikan semua persoalan yang dituangkan dalam buku secara
padat dan jelas. Oleh karena itu, sebaiknya persoalan yanag disajikan dalam buku tersebut
diringkas secara jelas. Cara yang bisa dilakukan oleh seorang penulis resensi buku dengan
memilah dan memilih permasalahan yang ada yang dinilai penting dalam uraian yang jelas
dan ringkas.
2. Menjabarkan (deskripsi)
Mendiskripsikan berarti memberikan jabaran atau mendeskripsikan hal-hal menonjol
dari sinopsis yang sudah dilakukan. Apabila dipandang perlu maka, bagian-bagian yang
mendukung uraian dapat dikutip kembali dengan memberikan tanda khusus seperti tanda
kutip atau dengan ditulis miring.
3. Mengulas
Mengulas berarti menyajikan ulasan tertentu pada beberapa bagian antara lain
sebagai berikut
a. Isi pertanyaan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diulas
(diinterpretasikan);
b. Organisasi atau kerangka buku;
c. Bahasa;
d. Kesalahan cetak;
e. Membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri
maupun oleh pengarang lain;
f. menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan
keunggulan dan kelemahan buku.
D. Tips Menulis Resensi
Menjadi seorang penulis resensi buku tidak serta merta tulisannya segera dapat diterima
oleh media massa atau yang bersangkutan langsung menjadi tenar dan menjadikan hobinya
menjadi sebuah profesi bagi dirinya, tetapi penulis resensi harus memiliki kemampuan dan tips
sekaligus agar hasil resensi bukunya dapat diterima oleh media massa. Di bawah ini ada
beberapa cara untuk menulis resensi buku, minimal, ada enam unsur yang sebaiknya tercantum
dalam resensi buku, di antaranya adalah anatomi awal buku, judul, garis bersar buku, penilaian
terhadap buku, dan manfaat buku.
1. Anatomi Awal Buku
Anatomi buku minimal memuat judul, penulis, penerbit, harga dan tebal buku, dari
anatomi buku ini pembaca dapat memperoleh gambara isi buku.
175
2. Judul yang Menarik
Setiap tulisan, judul selalu menjadi pemikat pertama seseorang melanjutkan
membaca tulisan ataupun tidak, atau bahkan berkeinginan untuk membelinya. Oleh karena
itu, penulis resensi buku harus mementingkan akan judul buku yang akan dibuat resensinya.
3. Garis Besar Isi Buku
Penulis resensi buku mengawali dengan memberikan deskripsi gambaran umum
tentang isi buku yang diresensi. Gambaran umum ini bagi pembaca bermanfaat untuk
memiliki gambaran tentang isi buku yang diresensi. Pilihan kata, kejelasan, dan sentuhan
bahasa yang digunakan menjadi sangat dibutuhkan dalam deskripsi ini.
4. Penilaian terhadap Buku
Penilaian terhadap isi buku merupakan substansi dari isi buku. Penilaian secara
terbuka diberikan dalam bentuk kelebihan dan bahkan kekurungan yang dimiliki buku
tersebut. Resensi buku yang ditulis akan lebih valid apabila dapat membandingkan dengan
buku pendahulunya meskipun tidak menyebutkan judul dan pengarangnya. Validitas itu
menjadi perlu bagi pembaca untuk menguatkan keinginan untuk membaca dan bahkan untuk
membelinya.
Penilian terhadap buku yang diresensi tidak sekadar pada isi dan nilai
kebermanfaatan secara non fisik, teapi secara fisik juga ditonjolkan. Penampilan cover
meluputi kualitas kertas, lay out dan bentuk kualits cetak seperti ukuran huruf, jenis kertas,
editing dan sebagainya juga sedikit disinggung. Pembaca dan kolektor buku juga seingkali
menjadi bahan pertimbangan untuk memilikinya.
5. Manfaat Buku Bagi Pembaca
Penulis resensi diharapkan memberi gambaran manfaat yang akan diperoleh
pembaca dari membaca buku tersebut sekaligus membeeri saran kepada pembaca.
6. Khusus untuk Novel
Novel merupakan karangan fiksi yang di dalamnya terdapat beberapa hal yang tidak
ditemui pada penulisan non fiksi, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa unsur
pembangun sebuah karya sastra berbentuk novel. Beberapa hal yang menjadi obyek resensi
seperti alur, plot, penokohan, setting, sudut pandang, dan variasi gaya bahasa. Beberapa hal
penting dapat ditonjolkan meskipun tidak secara keseluruhannya.
176
E. Contoh Resensi Buku
Berikut ini diberikan contoh resensi buku yang ada di media massa.
1. Klub Film
Judul
Pengaang
ISBN
Halaman
Penerbit
Bahasa
Harga
: Klub Film
: David Gilmour
: 9789792277753
: 288
: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
: Indonesia.
: Rp 55.000
Sedikitnya 118 judul film dibahas dalam buku ini, dan 27 media memberikan
komentar positif untuk buku karya David Gilmour – Klub Film. Sebuah buku yang berjudul
asli The Film Club yang ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya dalam kewajibannya
mengasuh dan membangun hubungan dengan anak laki-lakinya yang beranjak remaja; Jesse
Gilmour.
Jesse mengalami ketidaktertarikan dengan sekolah yang dijalaninya, tapi juga belum
tahu apa yang diinginkan sebenarnya. Nilai rapornya cukup mengenaskan, Jesse juga sering
membolos untuk hal-hal mungkin “kurang jelas” tujuannya, atau pergi ke suatu tempat yang
juga “kurang jelas” tempatnya. Setiap kali melakukan kesalahan, Jesse akan kembali dan
siap menerima kemarahan orang tuanya, lalu meminta maaf dengan sungguh-sungguh, tapi
beberapa hari berikutnya Jesse akan mengulagi lagi dan lagi. Orang tua Jesse telah berpisah,
Jesse tinggal bersama ibunya, dan ayahnya telah menikah lagi. Pada suatu titik waktu,
Ibunya meminta ayahnya –David Gilmour, untuk menggantikan perannya di rumah untuk
menjaga Jesse. Sehingga David akhirnya pindah ke rumah mantan istrinya dan mantan
istrinya pindah ke rumahnya.
Hari-hari awal kebersamaannya dengan Jesse, David mengamati anak laki-lakinya.
Bagaimana sekolahnya dan sehari-harinya, setelah mulai memahami David akhirnya
mengajak anaknya untuk berbicara serius tentang sekolahnya. Sebuah pilihan diberikan
kepada Jesse: “Kalau kau sudah tidak mau bersekolah lagi, kau tidak perlu bersekolah
lagi” (hal. 6). Tawaran itu akhirnya disetujui Jesse dengan konsekuensi Jesse diminta
nonton film yang dipilih David, 3 film setiap minggunya. David adalah juga seorang kritikus
film yang cukup sukses di Kanada kala mudanya, melihat kondisi Jesse yang kurang tertarik
sekolah, kurang tertarik olahraga, tidak senang membaca, tapi cukup tertarik untuk nonton
film, akhirnya David mengambil langkah untuk memilih film sebagai sarana mendidik
anaknya.
177
Author David Gilmour, left, with his son Jesse. (Thomas Allen Publishers) Thomas Allen
Publishers
Hari-hari selanjutnya, kegiatan David dan Jesse diisi dengan diskusi tentang filmfilm yang ditonton bersama. Juga diselingi dengan cerita kehidupan percintaan Jesse yang
jatuh bangun dengan gadis pujaannya. Kehidupan David sendiri juga mengalami pasang
surut, hingga pada suatu ketika sempat David benar-benar mengalami krisis keuangan dan
pekerjaan, sampai-sampai rela untuk melamar menjadi kurir pengantar yang menjalankan
tugasnya dengan sepeda, setelah bertemu seorang lansia yang juga masih menjadi kurir.
Namun ternyata lamarannya juga tidak membuahkan hasil. Lantas, apakah akhirnya David
berhasil mengasuh anaknya dengan memberi pendidikan melalui film-film yang mereka
tonton bersama? Akankah Film-film yang mereka tonton sanggup mengembalikan
kesadaran Jesse bahwa sekolah juga penting untuk masa depannya? Tentu semua
jawabannya ada di buku ini.
118 Film Film-film yang ditonton David dan Jesse di antaranya: Basic Instinc,
Breakfast at Tiffany’s, Giant, It’s a Wonderful Life, Pulp Fiction, The Bicycle Thief, The
Godfather, The Exorcist, Volcano: An Inquiry into the Life and Death of Malcolm Lowry,
dan masih banyak lagi. Tercatat ada 118 film yang telah mereka tonton. Barangkali ada
beberapa film yang juga sudah Anda tonton. Salah satu yang masih sangat berkesan adalah
sewaktu mereka membahas tentang film The Bicycle Thief, sebuah film klasik Italia yang
diproduksi tahun 1948. Bercerita tentang pencuri sepeda yang terpaksa melakukannya untuk
memenuhi kewajibannya mencari nafkah untuk keluarga, setelah sepedanya yang selama ini
digunakan untuk bekerja dicuri. Inti yang ingin disampaikan dari film tersebut adalah,bahwa
ada kalanya kita menggeser pendirian moral kita–mana yang benar, mana yang salah—
tergantung pada apa yang kita perlukan saat itu. (hal. 101).
178
Mungkin kita juga pernah mengalami hal tersebut, tapi tidak benar-benar
menyadarinya. Dalam suatu kondisi tertentu, pendirian moral terhadap sesuatu hal bisa
bergeser. Apa yang semula diyakini sebagai sebuah kebenaran bisa menjadi kabur.
Barangkali begitu pula apa yang dialami David dan Jesse. Menyekolahkan anaknya pada
awalnya diyakini sebagai sesuatu yang benar, namun pada kasus yang dialami Jesse,
membuat David harus membuat keputusan lain untuk masa depan Jesse. Saat ini, pilihan
sekolah makin beragam dengan menjamurnya home schooling. Tapi mungkin keputusan
David tidak bisa diterapkan begitu saja untuk semua orang tua, karena pada kenyataannya
setiap anak memiliki garis kehidupan yang sangat berbeda. Semua anak terlahir sebagai
pribadi yang unik, pada hakekatnya semua anak adalah master piece kehidupan. Orang tua
yang dititipi memiliki kewajiban mengasuh dan memberikan perhatian yang tebaik sejauh
kemampuannya.
Hubungan bapak dan anak yang menjadi tulang punggung cerita buku ini, begitu
hangat tergambar dari mereka, bagaimana David menenangkan Jesse yang patah hati dan
Jesse yang akhirnya sangat terbuka menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya juga
semua rahasia-rahasianya. Sebuah buku yang sepertinya perlu dimiliki oleh semua orang
tua, untuk menjalin hubungan yang baik dan membangun komunikasi dengan anak-anaknya.
Bagaimana membuat anak-anak merasa terlindungi dan merasa nyaman saat berada di
dekatnya tanpa harus mengorbankan hirarki yang sesungguhnya, bahwa hubungan orang tua
dan anak, tidak sama dengan hubungan seperti halnya hubungan pertemanan dengan teman
sebaya. Dan anak juga bisa menyadari, bahwa orang tua juga adalah manusia biasa, yang
bisa saja salah, bisa tidak tahu, juga bisa mengalami terpuruk dan tidak berdaya.
2. Orang Jawa Jadi Teroris
Sumber
: Kompas, 12 Juli 2011
Judul Buku : Orang Jawa Jadi Teroris
Peresensi
: Ahmad Faozan
Penulis
: M.Bambang Pranowo
Penerbit
: Pustaka Alvabet dan Lakip Jakarta
Tahun
: Februari 2011
Tebal
: 300 halaman
Tidak menuliskan harga buku.
Bagi sebagian masyarakat mempersepsikan orang Jawa adalah orang yang ramah,
santun, religius, dan suka mengalah. Karakter orang Jawa, kemudian disimbolkan dalam
179
perwayangan dengan Pandawa Lima. Yakni, Puntodewo, Werkudoro, Arjuna, Nakula, dan
Sadewo. Puntodewo, Nakula, dan Sadewa di artikan sebagai tokoh yang lemah-lembut dan
selalu mengalah. Sedangkan, Arjuna sebagai tokoh yang pandai, baik dalam diplomasi
maupun perang. Sedangkan, Werkudoro tokoh yang lurus, pemberani, dan pantang
menyerah. Lantas, bagaimana dengan banyaknya orang Jawa yang menjadi teroris apakah
masih pantas orang Jawa di simbolkan dengan Pandawa Lima?.
Mayoritas penduduk Jawa Muslim. Islam di sebarluaskan oleh para Walisongo.
Seiring dengan isu teroris di dunia mencuat pasca tragedi 11/9 di Amerika banyak kaum
radikal kemudian menyebarkan panji-panji Jihad untuk memerangi kaum kafir seperti orang
Amerika, Eropa dan negara-negara non Muslim lainnya yang ada jawa. Bangsa Indonesia,
khusunya Jawa di jadikan sebagai tempat dakwah ideologi radikal. Banyak generasi muda
orang Jawa di ajak untuk berjihad. Dengan dalih, Jihad suci sesuai perintah Agama dan di
jamin akan masuk surga. Akhirnya, banyak orang-orang muda jawa terperangkap yang
kemudian menjadi teroris akibat di cekoki ideologi radikal. Seperti, Amrozi, Imam
Samudera, Abu Dujana, dan Abu Bakar Baasyir dan lain lain.
Terorisme telah menebar kekhawatiran dan ketakutan kepada masyarakat.. Dan,
sewaktu-sewaktu ia mampu mengebom dan membuat ancaman secara mengejutkan. Citra
Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi pemeluknya di bungkus dengan kebencian dan
makian oleh kaum radikalisme. Misi dakwah kaum radikal yang sukses mendapat pengikut
banyak di Jawa. Setelah sukses mengembangkan jaringan di Jawa akhirnya, kini Jawa di
jadikan sebagai tempat pengendali aksi gerakan terorisme di Indonesia. Sekalipun, para
gembong teroris tersebut kini sudah banyak yang sudah tertembak mati dan tertangkap
hidup-hidup namun, masih saja bermunculan wajah-wajah baru pelaku teroris. Ibarat mati
satu tumbuh seribu.
Buku bertajuk” Orang jawa menjadi teroris” karya Bambang Pranow berusaha
membeberkan mengapa banyak orang Jawa terseret menjadi teroris. Padahal, orang Jawa
sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, dan religius tidak mudah di pengaruhi
oleh paham-paham lain yang bertentangan. Sebagaimana, Islam dapat masuk ke Jawa
melalui akulturasi budaya. Berbeda dengan gerakan Islam radikal yang ada di Jawa mereka
berdakwah dengan cara-cara picik dan licik. Sebagaiman diketahui bahwa “Abu Dujana,
Abu Irsyad, Amrozi dll di gembleng secara fisik, psikologis, dan ideologis untuk melakukan
perang dengan orang kafir yang harus di perangi ”.(Hal 18).
Di tengah kehidupan berbangsa yang semakin kompleks fakto kemisikinan dan
ketidakadilan yang di alami umat Islam nampaknya menjadi penyebab mereka teriur untuk
ikut menjadi teroris. Dalam konteks inilah, buku ini penting untuk di baca. Buku yang
180
merupakan bunga rampai dari sekumpulan artikel yang tercecer di mana-mana menarik kita
baca. Buku ini, menggugah diri kita untuk bagaimana menyelesaikan persoalan terorisme di
Indonesia khusunya di Jawa. Dan, menjadikan inspirasi bagi kita untuk tidak membiarkan
gerakan teroris di sekeliling kita.
Pembaca kan kesulitan mencari benang merahnya pada buku ini. Sebab, buku ini
terdiri dari kumpulan opini yang beragam pembahasan. Namun begitu, Tidak kalah
pentingnya kini adalah kesadaran semua pihak seperti Ulama, Cedekiawan, dan komponen
masyarakat untuk ikut berpartispasi mengatasi berkembang biaknya paham terorisme.
3. Rp 2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, & Singapura
Judul
: Rp2 Juta Keliling Thailand,
Malaysia, & Singapura
Penegarang : Claudia Kaunang
Penerbit
: B First (Bentang Pustaka)
Cetakan
: I, Agustus 2011
Tebal
: x + 190 halaman
ISBN
: 978-979-24-3863-5
Tidak menuliskan harga buku
Melihat judul bukunya saja, kita pasti akan bertanya-tanya, memangnya bisa hanya
modal 2 juta rupiah keliling tiga negara tetangga itu? Setidaknya, backpacker sejati Claudia
Kaunang sudah membuktikannya sendiri. Biaya dua juta itu sudah termasuk akomodasi,
konsumsi, dan transportasi selama 10 hari perjalanan di awal Juli 2009. Wow!.
Ada beberapa alasan yang mendasari penulis untuk berpetualang di Thailand,
Malaysia, dan Singapura. Pertama, pemegang paspor Indonesia tidak memerlukan visa
untuk memasuki ketiga negara tersebut, pasti langsung bisa dapat izin masuk yang biasanya
berupa social visit pass. Kedua, karena baik kota Bangkok, Kuala Lumpur, Penang, dan
Singapura memiliki penerbangan langsung menuju Jakarta. Ketiga, karena biaya hidup di
ketiga negara tersebut cukup murah. Bahkan, bisa lebih murah dibanding Jakarta.
“Bisa dibilang Singapura, Malaysia, dan Thailand adalah negara-negara yang
sadar betul dengan potensi wisata dalam negeri walaupun sebenarnya tempat wisata yang
digembar-gemborkan tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia. Namun, kelebihan
mereka adalah begitu rapi dan apik mengolah potensi lokal sehingga tempat yang ‘tidak
ada apa-apanya’ tersebut menjadi berdaya jual tinggi dan ramai dikunjungi wisatawan
asing.” (hlm. 11)
Bagi saya yang belum pernah membaca buku bertema traveling sebelumnya,
informasi yang disajikan Claudia Kaunang dalam buku ini sangat lengkap. Terdapat rincian
181
perhitungan biaya per harinya, keterangan mengenai tempat wisata yang wajib dikunjungi,
penginapan murah yang aman dan nyaman, serta info santapan yang halal dan enak. Jika itu
semua belum cukup, penulis pun menyertakan peta rute perjalanan dan transportasi umum di
tiap kota dalam buku ini. Terdapat pula sejumlah tips aman selama travelling dan
menceritakan pengalamannya selama berkeliling tiga negara tersebut. Melalui kisahnya, kita
akan tahu bahwa temperamen sopir-sopir taksi di KL agak tinggi, bahwa Singapura adalah
negara di Asia Tenggara yang paling nyaman untuk para pejalan kaki, bahwa kota Bangkok
adalah surganya para backpackers. Simak salah satu tips dari penulis berikut ini:
“Jangan menunjukkan muka kesal, cemberut, atau menggerutu kalau sopir taksi
menawarkan harga yang tidak wajar atau tidak mau menyalakan argo karena, entah
kenapa, temperamen sopir-sopir taksi di kota ini (Kuala Lumpur) memang agak ‘tinggi’.
Jadi, jangan sampai adu mulut hanya karena tawar-menawar harga. Tinggalkan saja taksi
tersebut dan cari taksi yang lain.” (hlm. 110)
Oh ya, sedikit bocoran, budget 2 juta rupiah ini belum termasuk biaya tiket pesawat.
Namun, jangan merasa tertipu dulu, sebab harga tiket pesawat memang berubah-ubah. Pergi
di saat low season memungkinkan kita mendapat harga tiket termurah. Mengenai hal ini,
lagi-lagi penulis memberikan tipsnya:
“Begitulah harga pesawat. Kalau lagi untung, ya murah banget, tetapi kalau lagi
mahal, ya mau bilang apa. Sering-seringlah mengecek website semua maskapai
penerbangan dan kalau perlu subscribe newsletter mereka supaya bisa update promosipromosi yang sedang berlangsung.” (hlm. 168)
Membaca buku ini membuat saya langsung ingin giat menabung supaya kelak bisa
melakukan penjelajahan seperti Claudia Kaunang. Penulis yang juga merupakan seorang
pegawai perusahaan multinasional ini dengan lengkap mencantumkan segala informasi yang
dibutuhkan bagi mereka yang ingin jalan-jalan secara aman dan nyaman dengan biaya
terbatas. Buku Rp2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, dan Singapura ini adalah buku
panduan perjalanan pertamanya. “Pergilah melihat dunia karena dengan cara itulah kita
baru bisa mensyukuri negara sendiri.” (hlm. 12)
Claudia Kaunang juga telah menulis empat buku panduan perjalanan lainnya, yaitu
Rp500 Ribu Keliling Singapura; Rp2 Juta Keliling Macau, Hong Kong, dan Shenzhen;
Rp2,5 Juta Keliling Jepang; dan Rp3 Juta Keliling Korea dalam 9 Hari. Ia pun sangat
interaktif dengan para pembacanya, menjawab pertanyaan mereka seputar dunia traveling
melalui talkshow maupun lewat akun Twitter pribadinya, hingga mengadakan acara jalanjalan bersama yang disebut #TripBarengCK. Di tahun 2012 ini, #TripBarengCK sudah
berkunjung ke Jepang pada bulan Januari lalu. Hal ini dilakukan penulis untuk membuktikan
182
bahwa apa yang ia tulis dalam buku-bukunya adalah benar dan tidak mengada-ada. Kalau
masih penasaran, kunjungi saja Twitter-nya @ClaudiaKaunang.
Akhir kata, buku ini direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin bepergian secara
hemat, aman, dan nyaman.
http://media.kompasiana.com/buku/2012/03/04/resensi-buku-rp2-juta-keliling-thailandmalaysia-singapura/.diakses tanggal 17 Maret 2012.
4. Emak
ISBN
Halaman
Penerbit
Bahasa
Harga
Peresensi
:
:
:
:
:
:
9797094867
304
Kompas
Indonesia
Rp 48.000
Tegas Imam Ramadhan
EMAK
Adalah sebuah masterpiece dari seorang Daoed Joesoef dalam hal penulisan buku.
Bukan muncul dari statemen seorang Daoed, tapi dari saya seorang pembaca. Kenapa saya
sampai menyebutnya masterpiece? Latar belakang Daoed yang bukan penulis adalah salah
satu alasan kenapa saya mengatakannya. Buku yang sarat pesan yang ditulis oleh seorang
mantan menteri pendidikan di era orde baru.
Buku ini dari awal paragraf hingga kalimat terakhir bercerita tentang sesosok
perempuan yang sangat berarti bagi Daoed, Ibu. Dalam bahasa Medan-bahasa asal Daoedsering disebut dengan Emak. Yang menarik disini adalah bahwa ada pembagian cerita oleh
Daoed yang disajikan dalam bab-bab yang mengesankan. Setiap bab mempunyai topik cerita
sendiri. Antar bab tidak saling berhubungan secara langsung. Sehingga buku ini
menghadirkan banyak warna yang menyatu dalam sebuah buku.
Latar belakang jaman revolusi kemerdekaan semakin memperkuat suasana nostalgia
dalam buku ini. Apalagi dalam buku ini sepertinya Daoed tidak hanya ingin bercerita
tentang Emaknya. Ini terbukti dalam beberapa bab dalam buku yang sangat kental
membahas tentang semangat nasionalisme pada waktu itu. Kemudian juga tentang cerita
persahabatan Daoed dengan beberapa teman masa kecil. Cara Daoed menghubungkan antara
cerita-cerita lain dengan sosok Emak inilah yang menggelitik pembaca. Apalagi ketika
Daoed melalui tulisannya berusaha untuk memberitahu pembaca pesan-pesan yang
183
diterimanya dari Emaknya. Ada semacam keluhuran yang coba ditansformasikan kepada
pembaca dengan bahasa yang unik walaupun sedikit berat.
Mungkin sosok terpelajar Daoed yang membuat buku ini sedikit sekali diselingi
humor-humor. Sepertinya Daoed benar-benar serius ingin menyampaikan semua pesan yang
dia tangkap dari Emaknya. Tapi sedikitnya humor cukup tertutupi dengan cerita yang
memang sangat kuat. Anda harus membacanya sendiri agar tahu bagaimana luhurnya pesan
yang coba disampaikan oleh buku ini. Sangat pas dibaca oleh para Ibu maupun calon Ibu
agar dapat memetik nilai-nilai yang semestinya dimiliki seorang Ibu. Tidak kalah
bermanfaatnya apabila buku ini dibaca oleh kalangan pemuda. Karena dalam buku ini juga
menceritakan bagaimana Daoed muda pantang menyerah untuk mengenyam pendidikan.
Bagaimana kerja keras Daoed dan kawan-kawannya meraih cita-cita mereka. Saya
beruntung menemukan buku ini di salah satu rak buku di sebuah toko buku di pinggiran
Yogya. Apakah anda juga akan merasa beruntung seperti saya ketika usai membaca Emak
ini?
Sumber: http://tegasramadhan.wordpress.com/2011/04/30/emak-penuntunku-dari-kampungdarat-sampai-sorbonne/
184
BAB XII
PROPOSAL PENELITIAN.
A. Prawacana
Prinsip kerja seorang arsitektur adalah bekerja dengan design, tidak pernah kerja dengan
konsep yang masih belum tertuliskan. Semua garis-garis dalam konstruksi bangunan yang akan
didirikan sesuai dengan perhitungan yang matang untuk menghasilkan gedung yang diinginkan.
Demikian juga dengan naskah proposal penelitian merupakan design yang akan dilakukan
dalam melaksanakan penelitian.
Design penelitian diawali dari judul, disiplin keilmuan yang dimiliki, rumusan masalah,
tujuan penelitian, landasan teori, dan tinjauan pustaka serta metode penelitian yang digunakan.
Semua metode yang dirancang secara detil tergambarkan. Dengan demikian, akan
mempermudah dalam melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil penelitiannya.
Proposal yang dibuat harus mengikuti format yang dibakukan oleh lembaga masingmasing, baik dari sisi sistematika, teknik penulisan maupun karaktristik lainnya. Proposal yang
disusun harus memperhatikan segala hal yang dapat mendukung keberhasilan penelitian yang
direncakan. Sekiranya dengan segala pertimbangan, ternyata ditemukan beberapa hal yang
kurang mendukung, maka peneliti dengan sabar mengalihkan kepada topik penelitian yang lain.
Pengalihan topik ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk
memudahkan pemahaman tentang proposal penelitian maka, diberikan contoh sederhana sebuah
proposal.
B. Hakikat Usulan Penelitian
Penelitian selalu melibatkan penulisan, mulai dari merancang, merencanakan, meneliti di
lapangan, sampai pada melaporkan hasil penelitian. Sebelum merancang suatu penelitian,
peneliti hendaknya membekali diri dengan informasi yang kuat tentang rencana penelitian yang
akan dilakukan mulai dari pemahaman tentang identifikasi, analisis awal, landasan teori, kajian
pustaka, metode penelitian, tata bahasa, tata tulis, dan format penulisan laporan.
Seorang peneliti biasanya mempersiapkan diri dengan berbagai persiapan antara lain
dengan penguasaan terhadap metode penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka. Dengan
kata lain, meninjau pustaka pun melibatkan penulisan. Tinjauan pustaka bermuatan pada
pemilahan dan pemilihan serta penilaian tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain
dengan kedudukan penelitian yang akan dilaksanakan. Pemilahan dan pemilihan serta penilaian
berkisar antara perbedaan dan persamaan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Melakukan penilaian terhadap laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain
merupakan proses pembelajaran terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Menyusun tinjauan
pustaka bukan sekadar menuliskan tentang rumusan masalah. Tujuan, metode penelitian yang
185
digunakan, hasil penelitian, tetapi juga memberikan pernyataan perbedaan dan persamaan
terhadap penelitian yang sudah dilakukan.
Peninjauan pustaka sebenarnya merupakan cara untuk mengenal tentang model-model
penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, metode penelitian, dan teknik analisis data
yang digunakan oleh peneliti terdahulu. Dengan demikian, melakukan tinjauan pustaka
merupakan proses pembelajaran praktis dan cepat untuk dapat melakukan dan melaporkan hasil
penelitian. Secara tidak langsung, melakukan tinjauan pustaka juga merupakan wahana untuk
latihan menulis karya ilmiah.
Merancang dan merencanakan penelitian harus diungkapkan secara tertulis di dalam
usulan penelitian (untuk selanjutnya disingkat usulan). Dengan demikian, usulan adalah sarana
bagi peneliti untuk menyampaikan secara tertulis rancangan (design) penelitian yang akan
dilakukannya. Perlu diingat bahwa, penilai (reviewer) usulan tidak berkomunikasi secara
langsung dengan penulis usulan. Reviewer hanya menilai berdasarkan pemahamannya terhadap
tulisan proposal yang diajukan. Semakin jelas rancangan penelitian yang disusun oleh calon
peneliti, semakin mudah usulannya dipahami dan akhirnya dinilai tinggi. Oleh karena itu, format
usulan harus dipatuhi agar penilai mudah mencari unsur yang harus dinilainya. Apalagi, jika
peneliti menyusun usulan untuk mencari dana, format yang ditawarkan oleh pemberi dana mau
tidak mau harus dipatuhi. Itulah salah satu cara meyakinkan pemberi dana. Memang, format
dirasakan dapat menghambat alur pikir, tetapi hal itu dapat menunjukkan urut-urutan kerja yang
logis. Di samping itu, bagi reviewer dengan format yang sudah dibakukan itu menjadikan jalan
kerja lebih objektif untuk menilai ratusan adakalanya ribuan usulan.
Format proposal penelitian sebagai garis penelitian yang akan dilakukan memuat tentang
judul, bidang ilmu, pendahuluan, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
landasan teori dan tinjauan pustaka, metode penelitian, jadwal penelitian, perkiraan penelitian,
dan lampiran daftar pustaka.
C. Langkah Menyusun Proposal
Proposal penelitian skripsi, tesis, disertasi dan usulan untuk penelitian kompetitif tidak
berbeda secara substansial, tetapi secara praktis perbedaan tersebut dapat dispesifikasikan sesuai
dengan karakteristik jenisnya. Diklasifikasikan terdapat beberapa butir langkah penyusunan
proposal penelitian antara lain melakukan identifikasi masalah, membangun alasan, dukungan
literatur, dan sarana prasarana di lapangan.
186
1. Melakukan Identifikasi Masalah
Apa sebenarnya yang terjadi di masyarakat, kemudian peneliti dapat memfokuskan
pada apa sebenarnya yang ingin diketahui oleh peneliti. Peneliti dapat menyusun beberapa
pertanyaan melalui pengungkapan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa. Beberapa kata
tanya ini peneliti dapat mengawali dengan pertanyaan, pada bidang apa kompetensi yang
dimiliki saya?, dari mana saya harus memulai?, di mana saya melakukan penelitian?, dalam
keadaan apa?, kapan penelitian itu akan/dapat dilakukan?" "Dengan mengamati peristiwa
apa? dan " konsentarasi pada variabel yang mana yang lebih penting?.
Pada tahap ini, peneliti menempatkan usulannya dalam sudut pandang ilmu dan
masyarakat. Apa sumbangan penelitian ini untuk pengembangan ilmu dan pembangunan
masyarakat? Sering peneliti terjebak dalam tataran praktis. Padahal, setelah menyebutkan
sumbangan praktis, peneliti harus menunjangnya dengan pemahaman tentang gejala yang
mendasar pada penelitian yang akan dilakukan.
2. Membangun Alasan
Membangun alasan di sini peneliti harus jujur terhadap dirinya sendiri, dengan
mengajukan pertanyaan bagi dirinya, apa sebenarnya kebutuhan daya terhadap penelitian
yang akan dilakukan?. Peneliti jangan terjebak pada pertanyaan-pertanyaan klise yang akan
menyulitkan bagi peneliti sendiri. Kalau memang alasan yang dijawab oleh peneliti ternyata
tidak mencukupi untuk dilakukannya penelitian, maka lebih baik peneliti mengurungkan diri
terhadap pilihan topik tersebut.
3. Dukungan Literatur
Meninjau kepustakaan yang gayut/relevan merupakan hal penting untuk didata dengan
baik. Kalau memang dukungan literatur tidak memadai, maka peneliti hendaknya dapat
berlaku bijak untuk dirinya sendiri dengan cara mengalihkan topik pada penelitian lain yang
memiliki dukungan literatur yang memadai.
4. Dukungan Sarana dan Prasarana
Menyusun prosposal penelitian hendaknya dapat mengidentifikasi sarana dan
prasaran pendukungnya, kalau memang proposal yang diajukan mudah untuk mendapatkan
sarana dan prasarana di lapangan, maka proposal tersebut dapat disarankan untuk dilajutkan
dalam tindakan nyata dalam penelitian.
D. Sitematika Proposal Penelitian
Sistematika prosposal penelitian antara lain memuat tentang latar belakang, perumusan
masalah, dan manfaat penelitian.
187
1. Latar Belakang Penelitian
Latar belakang sebagai paparan pendahuluan menggambarkan dengan jelas maksud
peneliti mengadakan penelitian. Peneliti mengungkapkan keinginan untuk melakukan
penelitian di dalam bab ini. Argumentasi yang mendukung pentingnya penelitian perlu
diungkapkan di dalam bab pendahuluan. Dalam pendahuluan peneliti menuliskan hal-hal
yang melatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengetahui dan mengungkapkan suatu
gejala, konsep maupun dugaan dan juga kemungkinan diterapkannya suatu teori. Di samping
itu juga beberapa argumentasi pentingnya penelitian dilakukan (Lemlit Sunan Ampel, 2002:
15). Masalah penelitian dapat bersumber dari bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan
hasil penelitian, seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah, pernyataan
pemegang otoritas, pengamatan selintas, pengalaman pribadi, atau berasal dari perasaan
intuitif, atau sumber lainnya.
Latar belakang penelitian atau sebagian orang menuliskannya dengan istilah latar
pemikiran. Latar belakang masalah memuat tentang keingintahuan peneliti untuk
mengungkapkan suatu gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu tujuan. Latar
belakang dengan mengemukakan tentang hal-hal yang mendorong atau argumentasi
pentingnya dilakukan penelitian. Dengan demikian, peneliti dapat menguraikan tentang
identifikasi masalah yang ada di lapangan. Latar belakang masalah memuat adanya
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun
kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Dalam latar belakang
masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan
diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok
masalah yang diteliti (STAIN Salatiga, 2008: 15). Di samping yang tertulis di atas, juga
disampaikan secara tertulis apabila penelitian ini dilakukan akan memberikan manfaat
kepada subyek dan obyek penelitian termasuk apabila penelitian ini tidak segera dilakukan,
maka prediksi yang akan terjadi dapat dipaparkan dalam latar belakang ini. Contoh latar
belakang masalah dapat dicermati di bawah ini:
PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN
AKSELERASI PROGRAM ADIWIYATA BAGI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)
KOTA SALATIGA
A. Latar Belakang Masalah
Kita percaya bahwa, bumi merupakan tempat hidup manusia dan matahari sebagai
salah satu sumber energi bagi kehidupan. Bumi adalah miliki kita, konsekuensinya harus
dijaga dan dimanfaatkan dengan cara yang bijak. Harapannya, kelestarian lingkungan
188
dapat dijamin demi kelangsungan hidup secara baik bagi manusia di masa yang akan
datang. Kenyataan yang tampak dan dirasakan sekarang ini, manusia memanfaatkan
sumberdaya alam secara tidak arif, sehingga lingkungan mengalami kerusakan yang
berkelanjutan
(Sukandarrumidi
dalam
Wardhana,
2010:
xiv).
Sebagaimana
dideskripsikan oleh Fajar (2005: 297) bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang
lebih dahsyat bukanlah disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tetapi justru
diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang
sesungguhnya adalah mengeksploitasi tanpa memperdulikan kerusakan lingkungan.
Kini, kerusakan lingkungan itu tidak saja dilakukan oleh masyarakat kota, tetapi oleh
masyarakat desa, tidak saja dilakukan oleh masyarakat berpendidikan tinggi tetapi oleh
masyarakat tidak berpendidikan, tidak saja dilakukan oleh negara maju tetapi oleh negara
berkembang; bahkan negara terbelakang, bukan saja dilakukan oleh negara kaya tetapi oleh
negara miskin. Salah satu kerusakan lingkungan itu adalah pemanasan global yang
berdampak sistemik bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.
Laju pertumbuhan penduduk di berbagai belahan dunia merupakan fenomena yang
sulit dibendung. Sebagai konsekuensinya, kebutuhan masyarakat yang kian meningkat
memberikan dampak pada perilaku eksploitatif terhadap sumber daya alam (SDA). Tentu
saja, kecenderungan ini berakibat lanjut pada menurunnya tingkat kuantitas maupun kualitas
lingkungan dan SDA secara cepat. Oleh karena itu, kualitas manusia menjadi isu sentral
dalam upaya penyelamatan lingkungan dan SDA. Dengan demikian, hak setiap orang untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia
menjadi terpenuhi. Sebagaimana dalam UUPLH Bab X bagian kesatu pasal 65 Ayat (1)
(UUPLH, 2009: 44) bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
sebagai bagian dari hak asasi manusia.
UUPLH bab I pasal 1 Ayat (1) menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UUPLH, 2009: 2). Pengetahuan tentang
lingkungan hidup yang memadai sangat diperlukan oleh semua lapisan masyarakat agar
bersama-sama mengupayakan penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup. Hal ini
menjadi sangat krusial untuk segera dilakukan secara bersama. Keyakinan awal menyatakan
bahwa, kerusakan lingkungan alam adalah karena ulah tangan manusia yang serakah.
Keyakinan tersebut akhirnya mengkiblat pada pendidikan sebagai perubah perilaku manusia
untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Pada dataran ini, maka
proses pendidikan menjadi semakin banyak dibicarakan orang agar dapat mengatasi
189
permasalahan-permasalahan lingkungan. Dengan demikian, tidak dapat disangkal proses
pendidikan semakin lama menjadi trademark untuk melakukan perubahan berfikir, bersikap
dan berperilaku bagi manusia untuk peduli terhadap lingkungan. Trade mark tersebut sangat
diperlukan untuk menjawab keresahan masyarakat tentang kerusakan lingkungan.
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan kebijakan kepada
pendidikan dasar dan menengah untuk memberikan materi pelajaran pendidikan lingkungan
hidup (PLH). Tahun 1975 telah dimulai Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(PKLH) untuk Sekolah Dasar (SD). Tahun 1982 untuk SMP dan SMA, begitu ada
pergantian kurikulum KBK dan menjadi 2004 hingga saat ini KTSP, pembelajaran PKLH
masuk dalam gray area, keberadaannya tidak terindikasi dengan jelas dan tidak terkelola
dengan sistematis. Akibatnya, hasil belajar siswa berupa pengertian dan fakta-fakta tentang
sistem ekologis dan terbangunnya kesadaran menghargai pentingnya lingkungan bagi
manusia tidak tercapai. Kini, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) bergairah
kembali untuk memberikan kebijakan tentang muatan lokal yang berbasis lingkungan.
KNLH pada tanggal 19 Pebruari 2004 bersama-sama dengan Departemen Pendidikan
Nasional, Depertemen Agama dan Departemen Dalam Negeri talah menetapkan kebijakan
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Kebijakan PLH ini merupakan kebijakan dasar
sebagai arahan bagi semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pelaksanaan dan
pengembangan PLH di Indonesia. PLH ini perlu segera dilakukan mengingat UUPLH
nomor 32 tahun 2009 Bab X Pasal 65 Ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang berhak
untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan
akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (UUPLH,
2009: 44).
PLH diyakini sebagai solusi yang efektif dan efisien dalam upaya meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup.
UUPLH memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. UUPLH Bab X Pasal 65 Ayat (4) menjelaskan bahwa
setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UUPLH, 2009: 44). Upaya yang dilakukan
melalui pendidikan formal, non formal, maupun informal. Kebijakan diarahkan agar semua
pihak dapat melakukan pengembangan kelembagaan PLH, peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, pengembangan sarana dan prasarana, peningkatan dan efisiensi penggunaan
anggaran,
pengembangan
materi
PLH,
peningkatan
komunikasi
dan
informasi,
pemberdayaan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengembangan, dan
pengembangan metode PLH. Aspek kebijakan tersebut perlu ditumbuhkembangkan
190
sehingga dapat mejadi alat penggerak yang efisien dan efektif bagi kemajuan PLH di
Indonesia.
Pelaksanaan di lembaga pendidikan dasar dan menengah melalui materi muatan lokal
PLH selama ini masih belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
kesadaran dan perilaku masyarakat dalam melakukan tindakan yang menguntungkan atau
berpihak pada lingkungan hidup dan masyarakat. Kebijakan pengembangan sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan hingga sampai di meja pimpinan saja, pengembangan kurikulum
hanya ada di dalam Satuan pelajaran dan Rencana pembelajaran, kegiatan partisipasi hanya
sekedar dalam taraf normatif, pengembangan sarana dan prasarana hanya sekedar sebagai
nomenklatur belaka. Tindak lanjut yang diharapkan adalah seluruh guru, siswa, dan pekerja
sekolah dapat dapat bersinergi melaksanakan kegiatan PLH. Sampai saat ini, PLH di
lembaga pendidikan belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Menyikapi masalah tersebut dan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
lingkungan hidup kepada peserta didik dan masyarakat di lingkungan sekolah, maka pada
tanggal 3 Juni 2005 telah ditandatangani kesepakatan bersama antara menteri Negara
Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional. Realisasi dan kesepakatan tersebut
pada tanggal 21 Pebruari 2006 telah dicanangkan Program Adiwiyata, yaitu sekolah Peduli
dan Berbudaya Lingkungan. Program Adiwiyata dicanangkan untuk mendorong dan
membentuk sekolah-sekolah di Indonesia agar dapat turut melaksanakan upaya-upaya
pemerintah menuju pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi
kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Pada dasarnya program
Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi/lomba. Penghargaan Adiwiyata diberikan
sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya
peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Program Adiwiyata Pratama bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik
bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan,
pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan
berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan.
Mengikuti program sekolah Adiwiyata sebenarnya cukup menguntungkan baik bagi
sekolah maupun bagi siswa sebagaimana dituangkan dalam (Juknis Adiwiyata, 2010: 3)
antara lain dapat meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah
dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan penghematan sumber dana melalui
pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan energi, meningkatkan kondisi belajar
191
mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah, menciptakan kondisi
kebersamaan bagi semua warga sekolah, meningkatkan upaya menghindari berbagai risiko
dampak lingkungan negatif di masa yang akan datang, menjadi tempat pembelajaran bagi
generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik
dan benar, dan mendapatkan penghargaan Adiwiyata.
Berdasarkan data penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri tahun 2011 di
Jawa Tengah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) tidak
satu pun sekolah yang mendapatkan penghargaan tersebut. Berdasarkan data penerima
Adiwiyata Pratama tahun 2011 dari Jawa Tengah hanya tiga sekolah dari 67 sekolah, yaitu
SMPN 4 Boyolali, SMP Negeri Mojotengah Wonosobo, dan SMAN 2 Temanggung.
Dengan demikian, Jawa Tengah hanya memperoleh 5,97 %, Jawa Barat 3 sekolah berarti
4,47 %, dan Jawa Timur 22% selebihnya dari DKI, Jogjakarta, dan Luar Jawa. Dengan
demikian, penerima penghargaan sekolah Adiwiyata di Jawa Tengah diterimakan pada
sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional. Tingkat nasional,
penerima Adiwiyata Mandiri 0 %, Adiwiyata Pratama hanya 1 (satu) dari Kementerian
Agama yaitu MTSN Model Padang Pariaman Sumatera Barat. Dengan demikian, sekolah
yang berada di bawah naungan Kementerian Agama hanya mendapatkan 1,5 % dan sekolah
yang berada di bawah kementerian pendidikan nasional mendapatkan 98,5 %. Persentase
yang sangat rendah bagi Jawa tengah, bahkan secara nasional bagi Kementerian Agama.
Memang, untuk mendapatkan sebuah penghargaan bergengsi pada sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan memang berat, tetapi mengapa di daerah lain begitu besar
persentasenya sementara di pada lingkup Jawa Tengah dan Nasional yang ada di bawah
Kementerian Agama begitu rendah?, Untuk Kementarian Agama Kota Salatiga mengapa
tidak bisa, untuk MAN Kota Salatiga mengapa tidak bisa?. Padahal, mengikuti program
Adiwiyata banyak keuntungan yang dapat dipetik baik bagi sekolah, guru, maupun siswa itu
sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk memotret lebih
dekat, menemukan problematika, dan solusi yang dapat ditawarkan untuk MAN Kota
Salatiga agar melakukan akselerasi penerimaan Program Adiwiyata Pratama. Dari latar
pemikiran tersebut, peneliti memandang penting penelitian tentang Pendidikan Lingkungan
dan Akselerasi Program Adiwiyata bagi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Salatiga.
Seandainya penelitian ini segera dilakukan akan memberikan sumbangan bagi kota Salatiga
dengan master plannya sebagai kota pelajar dengan sesanti Hatti Beriman dan sumbangan
bagi Kementerian Agama sebagai lembaga yang peduli terhadap lingkungan, serta STAIN
Salatiga yang peduli terhadap program pemberdayaan madrasah di lingkungan Kementerian
192
Agama Kota Salatiga. Demikian juga sebaliknya, apabila penelitian ini tidak segera
dilaksanakan, maka diprediksikan Kementerian Agama menjadi sangat tertinggal jauh
dengan Kementerian Pendidikan Nasional. Secara substantif sekolah di bawah naungan
Kementerian Agama kota Salatiga tidak responsif terhadap kebijakan Kementerian Agama
RI dengan Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian
Negara Lingkungan Hidup yang telah meratifikasi program Adiwiyata.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenaipertanyaan-pertanyaan yang hendak
dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup
masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan
masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.
Rumusan masalah yang baik akan mencerminkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau
sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut dan subyek penelitian. Selain daripada itu,
rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan
dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan (STAIN Salatiga, 2008:
15).
Perumusan masalah memuat tentang rumusan masalah yang ingin diteliti. Langkahlangkah yang dapat dijadikan referensi untuk menuliskan tentang rumusan masalah dengan
cara menguraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis
yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat
dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Uraian perumusan
masalah tidak harus dalam bentuk kalimat tanya. Contoh rumusan masalah dapat
diperhatikan di bawah ini:
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan akselerasi
program Adiwiyata Pratama bagi MAN Kota Salatiga?. Rumusan masalah tersebut dapat
diperinci ke dalam sejumlah pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan di MAN
Salatiga?;
2. Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis lingkungan?;
3. Bagaimana pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat?;
4. Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan?; dan
5. Faktor apa yang menghambat MAN Kota Salatiga untuk mendapatkan penghargaan
Sekolah Adiwiyata Pratama?.
193
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalampenelitian.
Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah. Perbedaannya terletak
pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka
dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008: 16).
Tujuan Penelitian memuat tentang pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian.
Penelitian dapat bertujuan untuk menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan atau
menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu prototipe. Contoh tujuan
penelitian ini dapat diperhatikan di bawah ini:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang:
1. Pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan;
2. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan;
3. Pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat;
4. Pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan; dan
5. Faktor penghambat MAN Kota Salatiga untuk mendapatkan penghargaan Sekolah
Adiwiyata Pratama.
D. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
Landasan tori memuat tentang teori yang dijadikan sebagai landasan dasar untuk
melakukan penelitian, sedangkan tinjauan pustaka memuat tentang uraian pokok tentang
hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang memiliki kemiripan dari berbagai
sudut pandang.
Menuliskan landasan teori dan tinjauan pustaka usahakan dengan memilah dan
memilih pustaka terbaru, relevan, dan asli. Langkah yang harus diikuti dengan memberikan
referensi dengan cara menguraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan
dan mendasari penelitian yang akan dilakukan.
Contoh landasan teori dan tinjauan pustaka/telaah pustaka dapat diperhatikan di
bawah ini:
Landasan Teori
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
a. Kebijakan UNESCO dan Implikasisinya di Indonesia
Sesuai dengan rekomendasi hasil Lokakarya Pendidikan Lingkungan di
Berado, Yogaslavia sejak tahun 1970 pendidikan lingkungan tidak hanya terbatas
pada pemberian pengetahuan lingkungan, akan tetapi juga mengembangkan sikap
dan nilai yang menggambarkan pengembangkan kesadaran terhadap lingkungan di
sekitarnya dan memiliki tanggung jawab dalam berbuat untuk memecahkan isu dan
194
persoalan lingkungan (UNESCO), 1985). Hal senada diulangi lagi pada konferensi
antar Pemerintah tentang pendidikan Lingkungan di Tribilisi Uni Sofyet yang
menekankan pada masyarakat Internasional agar mempertimbangkan untuk
memasukkan nilai-nilai etik ke dalam pendidikan lingkungan dan agar dalam
mengembangkan kreativitas dan nilai diarahkan pada peningkatan kualitas hidup
(UNESCO, 1985) dalam Farikhah (2011: 79).
Mochizuki (2010: 37) memberikan penjelasan bahwa program education for
sustainable development ESD yang di dalamnya ada unsur pendidikan lingkungan
sangat penting untuk mewujudkan program MDGs. Berikut Tulisan keterangan
Mochizuki (2010: 45) One aspect is the idea that education for sustainable
development (ESD)supplements forerunning global education campaigns of EFA and
the UN Literacy Decade (UNLD), and the other aspect is the notion of ESD as the
umbrella term which supplements various ‘adjectival education’ programmes. For
example, DESD International Implementation Scheme (IIS) emphasises the
importance of basic education and contributing to MDGs and the EFA movement as
well as of ‘building upon the learning from years of environmental, health, peace,
economic, human rights and development education networks around the world that
for many years have used innovation to deliver valuable services in difficult
situations’. Topik yang berkaitan dengan program lingkungan oleh UNESCO
sebagaimana dikutip oleh Yoko Mochizuki (2010: 46) antara lain Environmental
perspective, natural resources (water, energy, agriculture, biodiversity), climate
change, rural transformation, sustainable urbanisation, disaster prevention and
mitigation.
Lingkungan hidup yang disemaikan melalui dunia pendidikan tidak harus
menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui
pokok-pokok bahasan yang relevan. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak cukup
hanya menjadi tanggung jawab guru Geografi, IPA, Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH) saja, misalnya, tetapi harus menjadi tanggung jawab semua guru mata
pelajaran (integrated). Sebagaimana dipaparkan oleh Mochizuki (2010: 52) bahwa,
masyarakat diminta untuk turut berpartisipasi pada program pendidikan lingkungan
tanpa meresahkan dana dari pemerintah, berikut paparannya:
“The mainstream discourse of ESD celebrates school-community partnerships
as the ‘panacea’ and exhorts the community to provide supplementary resources
voluntarily to public schools, without giving serious thought to the diminished role of
the state in financing education-formal education (including higher education) as
well as what Asaoka (2005a) called ‘formal social education’ (i.e., Kōminkan
education)”.
Budaya cinta lingkungan hidup penting dikembangkan melalui dunia
pendidikan, dengan alasan jutaan anak bangsa kini tengah gencar menuntut ilmu di
bangku pendidikan. Merekalah yang kelak akan menjadi penentu kebijakan tentang
penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup agar menjadai sustainable. Kondisi
terhadap krisis lingkungan harus disampaikan oleh guru di sekolah, sebagaimana
dikonsepkan oleh Pant (tt: 1) berikut paparan yang dapat dicermati:
195
The earth’s environment is in crisis mainly because it is being abused beyond
its capacity by human beings. The present paper examines the need for
environmental education and awareness in the present times. Teachers and
educators to spread awareness about environmental issues and problems. The
emphasis is on sensitizing the student community through their teachers who can
play a pivotal role in transmitting the requisite knowledge, skills, attitudes and
values, essential to restore or at least arrest the irreversible damage being caused to
the environment. Lebih lanjut disampaikan oleh Hema Pant (tt: 1) bahwa The concept
of environment education emerged only in the seventies which was called as the
decade of environmental education. During that period the world realized that
environmental concerns and awareness could be spread only through a mass
environment education program. The concept of environment education emerged
from the Stockholm Conference organized by the United Nation in 1972.
Menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak
bangsa melalui bangku pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan hidup dari
kerusakan yang makin parah. Hal itu harus dimulai sekarang juga. Sebagaimana
dikonsepkan oleh Hema Pant (tt: 2) bahwa guru merupakan transmitter untuk
memberikan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Berikut paparannya:
“Teacher’s can play a pivotal role in transmitting knowledge and creating
awareness about the environment and help to tackle the local and global
environmental issues. The teacher’s community should be motivated and committed
to the cause of realizing the goals of environment education and should take
initiatives in designing the program of environment education. However for teachers
to succeed in their enterprise and endeavor for spreading environmental awareness,
it is important that the educational institutions should provide conditions conducive
for it. It is essential that teachers should be properly trained themselves on
environment concepts and skills to impart training to learners. Teachers should be
well equipped with the knowledge method and teaching learning, material to
inculcate the right understanding of and attitude towards environment in the
learners. To create a workforce and community of environmentally aware and
concerned citizens, technology can play a vital role”.
Kementerian
Pendidikan
Nasional
yang
memiliki
wewenang
untuk
menentukan kebijakan harus secepatnya “menjemput bola” agar dunia pendidikan
kita mampu melahirkan generasi masa depan yang peduli lingkungan dan memiliki
kepekaan terhadap persoalan lingkungan yang dihadapi masyarakat dan negaranya.
b. Kebijakan Pemerintah Melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan
Pendidikan Nasional.
Sebagaimana dalam kesepakatan bersama antara Menteri Negara Lingkungan
Hidup dengan Menteri pendidikan Nasional nomor 003/MENLH/02/2010, Nomor
01/II/KB/2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. Pada nota kesepakatan
tersebut menimbang bahwa:
196
“Pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, memerlukan
sumber daya manusia yang sadar dan mampu memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup, bahwa pengetahuan, nilai, sikap, perlaku dan wawasan mengenai
lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan
peserta didik pada semua satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, bahwa
penguatan dan pemberdayaan lembaga dan masyarakat pelaku dan pemerhati
lingkungan hidup perlu ditingkatkan”. Disebutkan pada pasal 4 bahwa Menteri
Pendidikan Nasional sebagai pihak kedua bertanggung jawab untuk menetapkan
kebijakan, pedoman dan program pendidikan lingkungan hidup; dan membina,
mengembangkan, mengintegrasikan, menetapkan materi dan sarana/prasarana
pendidikan serta pelatihan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pada sistem pendidikan nasional, meningkatkan kapasitas peserta didik, pendidikan
dan tenaga kependidikan, masyarakat, pemangku kebijakan pendidikan pusat dan
daerah, dan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan lingkungan
hidup.
Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 03/MENLH/02/2010. Nomor 01/II/KB/2010
tentang
Pendidikan
Lingkungan
Hidup
bertujuan
menumbuhkan
dan
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, dan wawasan, serta kepedulian
lingkungan hidup peserta didik dan masyarakat; dan meningkatkan mutu sumber
daya manusia sebagai pelaksana pembangunan berkelanjutan dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Ruang lingkup berdasarkan Kesepakatan bersama tersebut
meliputi:
Pengembangan pelaksanaan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan
(education for sustainable development/ESD) termasuk pendidikan lingkungan hidup
yang dilaksanakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai
wadah/sarana menciptakan perubahan pola pokir, sikap, serta perilaku manusia yang
berbudaya lingkungan hidup. Koordinasi dan sinergi dalam penyusunan program
pendidikan lingkungan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang sebagai bagian
dari ESD. Revitalisasi penelitian dan pengembangan dalam bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Pemberian penghargaan kepada individu, lembaga
dan masyarakat yang peduli berjasa dan/atau berprestasi dalam bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, peningkatan kapasitas, komitmen, dan peran
serta masyarakat, pemangku kebijakan pendidikan pusat dan daerah, serta
pendidikan dan tenaga kependidikan untuk berperan aktif menjaga dan melestarikan
fungsi lingkungan hidup.
2. Program Adiwiyata
a. Sejarah Adiwiyata
Adiwiyata adalah sebuah program yang dicanangkan KLH pada tanggal 21
Februari 2006 yang bertujuan untuk mendorong dan membentuk sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan, yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya
pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi
sekarang maupun yang akan datang (Juknis, 2010: 1).
197
b. Pengertian
Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat memperoleh
segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan
berkelanjutan PP nomor 2 tahun 2009 pasal 1 (1). Program Adiwiyata adalah salah
satu program kerja berlingkup nasional yang dikelola oleh Kementerian Negara
Lingkungan
Hidup
dalam
rangka
mewujudkan pengembangan pendidikan
lingkungan hidup (PP nomor 2 tahun 2009 pasal 1 (1) dan (2)
Sebagai program yang dicanangkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup pada tanggal 21 Februari 2006, Adiwiyata berasal dari berasal dari dua kata
Sanskerta Adi dan Wiyata. Adi bermakna besar, agung, baik, ideal, atau sempurna.
Wiyata mempunyai makna tempat di mana seseorang mendapatkan ilmu
pengetahuan, norma, dan etika dalam kehidupan sosial. Perpaduan dua kata tersebut
bermakna tempat yang baik dan edial di mana dapat diperoleh segala ilmu
pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita
pembangunan berkelanjutan (Juknis Adiwiyata, 2010: 2).
c. Tujuan
Tujuan Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk
menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian
hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya
penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan (Juknis Adiwiyata,
2010: 2).
d. Kegiatan Utama Adiwiyata
Kegiatan utama Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang
peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia
(Juknis Adiwiyata, 2010: 2).
e. Norma Dasar Adiwiyata
Norma-norma dasar Adiwiyata meliputi norma kebersamaan, keterbukaan,
kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
f. Prinsip-prinsip Dasar Program Adiwiyata
Prinsip-prinsip dasar program Adiwiyata adalah partisipatif dan berkelanjutan
(Juknis Adiwiyata, 2010: 3).
g. Keuntungan Mengikuti Porgram Adiwiyata
Keuntungan mengikuti program Adiwiyata sebagaimana dituangkan dalam
(Juknis Adiwiyata, 2010: 3) adalah: meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan
kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan
penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan
energi, meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi
semua watga sekolah, menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah,
198
meningkatkan upaya menghindari berbagai risiko dampak lingkungan negatif di
masa yang akan datang, menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang
nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar,
mendapatkan penghargaan Adiwiyata.
h. Indikator dan Kriteria Program Adiwiyata
Indikator dan Kriteria Program Adiwiiyata berdasarkan Juknis Adiwiyata,
(2010: 3-5) antara lain pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan
lingkungan berbasis patisipatif, pengembangan dan atau pengelolaan sarana
pendukung sekolah.
i. Pemberian Penghargaan
Penghargaan Adiwiyata yang dilaksanakan melalui Program Adiwiyata
merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada
lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam mengembangkan pendidikan
lingkungan hidup (PP nomor 2 tahun 2009).
3. Akselerasi Program Adiwiyata
Akselerasi program Adiwiyata meliputi pengembangan kebijakan peduli dan
berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan
kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana
pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, Faktor menghambat upaya
sekolah untuk mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Pratama.
Kajian Pustaka/Telaah Pustaka
Sudarwanto. Tesis. 2009. UNS Surakarta. Judul Kajian Pendidikan Lingkungan
Hidup (LH) di SD, SMP terhadap Pembentukan Perilaku Siswa dalam Rangka Pengelolaan
Lingkungan Berkelanjutan di Kab. Demak. Hasil penelitian Pendidikan lingkungan hidup
yang diajarkan di SD dan SMP di Kabupaten Demak dilakukan melalui pendekatan
monolitik dan integratif, pelaksanaan pendidikan LH di SD dan SMP di Kabupaten Demak
dilakukan dengan struktur kurikulum dan penilaian yang baik. Perilaku siswa di sekolah
sudah turut serta dalam pengelolaan lingkungan.
Hanna Lestari. Tesis. 2004.UNS Surakarta. Judul Kajian Perencanaan Pengajaran
Mata Pelajaran Kepedulian pada Diri dan Lingkungan Tingkat SD di Kota Semarang. Hasil
penelitian Perencanaan pengajaran mata Pelajaran Kepedulian pada Diri dan Lingkungan
Tingkat SD di Kota Semarang telah dilakukan meskipun tidak sempurna, pelaksanaan
pengajaran mapel Kepedulian pada Diri dan Lingkungan (KPDL) tingkat SD di kota
Semarang tidak sesuai dengan perencanaan, karena alasan mapel KPDL digunakan untuk
mengejar materi mata pelajaran, materi pelajaran KPDL yang ada masih kurang tepat.
199
Syahdian, Tesis/2000. UNS Surakarta. Hubungan Pelaksanaan Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Partisipasi Siswa SMU dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi. Hasil penelitian Hubungan Pelaksanaan
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Partisipasi Siswa SMU dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi Kondisi sosial guru yang baik
seperti pengalaman mengajar, kesejahteraan, terjalinnya komunikasi dengan orangtua
siswa, pengarahan dan pengawasan kepala sekolah, pengadaan literatur yang berhubungan
dengan PKLH dan penataran PKLH menunjukkan pengaruh positif terhadap partisipasi
siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Ketiga Tesis tersebut mengambil subyek penelitian siswa terhadap kepedulian diri dan
lingkungan, pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup yang dilaksanakan di lembaga
pendidikan formal. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah topik tentang pendidikan
lingkungan hidup di lembaga pendidikan formal. Perbedaannya pada penelitian yang akan
dilaksanakan adalah tentang akselerasi program Adiwiyata Pratama dengan subyek
penelitian kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana,
dan guru yang membidangi mata pelajaran serupa.
E. Hipotesis Penelitian
Penelitian kuantitatif biasanya mengajukan hipotesis penelitian sebagai jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian yang akan dibuktikan secara empirik. Rumusan
hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis
tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antara variabel, melainkan telah
ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedan itu. Suatu hipotesis dianggap baik
apabila menyatakan keterkaitan hubungan antara dua variabel atau lebih dirumuskan dalam
bentuk kalimat pernyataan, dirumuskan secara secara ringkas, padat, dan jelas, dan dapat
diuji secara empirik (STAIN Salatiga, 2008: 16). Dengan demikian, hipotesis hendaklah
menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, hipotesis hendaklah dinyatakan dalam
kalimat deklaratif atau pernyataan, hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat,
hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang memungkinkan mengumpulkan
data menguji kebenaran hipotesis itu.
Contoh hipotesis ada hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan orang tua
terhadap ketaatan beribadah.
F. Definisi Operasional
Definisi
oprasional
dimaksudkan untuk menghindari
kekurangjelasan atau
pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah yang
terdapat dalam judul penelitian. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah
200
yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi. Kriteria
bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat
dengan masalah yan diteliti atau variabel penelitian (STAIN Salatiga, 2008: 17)
Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan
yang dapat diamati (diobservasi), definisi operasional yang berdasar atas kegiatan-kegiatan
(operations) yang harus dilakukan agar yang didefinisikan itu terjadi, dan definsi
operasional yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali
menunjuk kepada alat pengambil datanya).
Definisi operasional variabel tidak menjelaskan definisi variabel secara istilah seperti
dalam kamus, tetapi menjelaskan definisi atau pengertian variabel yang dikehendaki oleh
peneliti. Misalnya, jika ada variabel hasil belajar siswa maka definisi operasional variabel
yang dikehendaki peneliti adalah skor tes harian siswa, skor tes semester siswa dan lain-lain.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan pisau bedah untuk mengetahui permasalahan yang
diajukan dalam penelitian. Metode Penelitian memuat tentang metode yang digunakan
dalam penelitian secara rinci. Penelitian yang menggunakan metode kuantitatif harus
menguraian tentang jenis penelitian yang digunakan, pendekatan penelitian, populasi dan
sampel, waktu, tempat, teknik pengumpulan data, dan analisis data, cara penafsiran dan
penyimpulan hasil penelitian.
Teknik pengumpulan data diuraikan dengan jelas dan tepat nilai guna dan tepat
waktu serta tepat untuk mendapatkan data yang ada. teknik pengumpulan data yang
disebutkan dalam penelitian antara lain observasi, interview, dan dokumentasi. Rancangan
penelitian yang akan dilakukan harus jelas memberikan gambaran tentang teknik
pengumpulan data. Contoh teknik pengumpulan data dengan wawancar, maka harus
disebutkan tentang subyek dan obyek penelitian, serta ditunjukkan dengan jelas model
wawancara yang dipilih, apakah wawancara terbuka atau tertutup. Di samping itu juga harus
menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data yang sudah ditentukan untuk mendapatkan
data tetang apa. Demikian juga berlaku pada penelitian berjenis kuantitatif, harus dengan
jelas memberikan langkah-langkah yang akan dilakukan, sebagai contoh penetapan tentang
teknik pengumpulan data, deskripsikan tentang cara yang akan dilakukan serta bagaimana
angket itu diberikan apakah langsung atau tidak, terbuka atau tertutup, skala yang
digunakan, teknik pengukuran yang akan digunakan dengan menuliskan rumus-rumus yang
digunakan. Dengan demikian, dalam bab-bab berikutnya tidak serta muncul tanpa diawali
pada bab yang mendeskripsikan tentang teknik pengumpulan datanya. Teknik analisis data
juga demikian halnya, yaitu dengan menuliskan rumus-rumus yang akan digunakan dalam
201
menganalisa hasil penelitian yang dilakukan. Contoh metode penelitian dapat dicermati di
bawah ini:
Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian kualitatif akan mendapatkan
data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari deskripsi yang luas dan
berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam
lingkup setempat. Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai
sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan
yang banyak dan bermanfaat, serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak
diduga sebelumnya untuk membentuk kerangka teoretis baru.
2. Subyek Penelitian
Menurut Mulyana (2004: 187) Subyek penelitian yang biasa digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability sampling yaitu teknik purposive
sampling (sampel bertujuan). Menurut Nasution, (2007: 98) sampling purposive yaitu
dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciriciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah subyek penelitian menurut
Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang menggunakan penentuan sampel purposive
sampling dengan mewawancarai sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti, tidak
ada kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai
aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh,
artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. Berdasarkan
teori di atas, maka peneliti menentukan subyek secara sampling purposive yang meliputi
kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, dan guru
yang membidangi mata pelajaran serupa.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di MAN Kota Salatiga
4. Sumber Data
Sumber data dengan tiga (3) P, yaitu person, paper, dan place (Arikunto, 1998:
107). Person terdiri dari kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana
dan prasarana, dan guru yang membidangi mata pelajaran serupa. Paper dengan
meneliti tentang administrasi kurikulum, dan place yaitu tempat di MAN Kota Salatiga.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam
(in-depth) secara terbuka dan Observasi. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara
dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya
202
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana,
2004: 180). Wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama
peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji.
Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih
banyak dan penting sampai menemukan titik jenuh. Wawancara yang digunakan dengan
model wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa upaya yang
dilaksanakan dan gagasan beserta starategi yang akan dilaksanakan serta hambatan yang
diprediksikan. Meskipun demikian, peneliti tetap menggunakan kisi-kisi wawancara
yang berisi tentang
pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan,
pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan
berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan. Untuk membantu mendapatkan data penting, maka peneliti
menggunakan tape recorder. Data yang diperoleh dibuat verbatim wawancara yang
memuat daftar wawancara, koding dan interpretasi. Dalam wawancara dapat
dideskripsikan situasi, kondisi, dan identitas informan, termasuk pengantar wawancara
hingga materi wawancara tentang topik yang diteliti semua dicatat dalam verbatim.
Koding dengan cara membuat kode-kode berdasarkan hasil wawancara. Hasil membuat
kode tersebut dibuat secara deskriptif berupa persepsi yang dapat disimpulkan secara
sementara.
Observasi yang dilakukan dengan observasi terbuka. Menurut Sukardi (2005: 79)
Observasi terbuka kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah
kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti
terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Observasi dilakukan untuk mendapatkan
data tentang pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan
dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
6. Teknik Analisis Data
Data are broken down into discrete parts, closely examined, compare for
similarities and differences, and questions are asked about the phenomena as reflected
in the data. Through this process, one’s own and others assumtions about phenomena
are questioned or explored, leading to new discoveries Strauss and Corbin dalam Salim
(2006: 21).
Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan
fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat mengarah ke
penemuan-penemuan baru. Teknik analisis data yang digunakan adalah Interpretasi.
Menurut Bekker dan Ahmad Kharis Zubair, (1990: 94), interpretasi berusaha untuk
membaca dari data kebudayaan dan fenomena, konsepsi filosofisnya, yaitu konsepsi
203
terdalam tentang hakikat manusia, alam, dan Tuhan, yang memberi inspirasi dan
menjiwai kehidupan masyarakat
Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik
analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data (data
reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan
transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data (data disply) yaitu
deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing and ferification) dari permulaan pengumpulan data, periset
kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat
keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan
proposisi (Salim, 2006: 22-23).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Mengikuti teori Moleong (2000: 173) Pengecekan keabsahan data yang
digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan
(dependability),
dan
kepastian
(confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara melakukan
pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang
sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Untuk melakukan uji kepercayaan
(credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan (transferability)
membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis
sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kebergantungan (dependability) dilakukan
untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan
dan laporan hasil penelitian dengan cara menentukan dependent auditor (konsultan
peneliti). Kepastian (confirmability) dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak. Untuk melakukan uji confirmability ini
dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat, dan
penemuan seseorang juga telah disepakati oleh orang lain secara obyektif. Oleh karena
itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan dengan para ahli yang
membidanginya.
8. Jadwal
Menuliskan jadwal pelaksanaan penelitian memiliki fungsi untuk mendapatkan
perencanaan penelitian yang matang, sehingga penelitian yang dilaksnaakan itu tidak
serampangan. Oleh karena itu, proposal penelitian sebagai sebuah rancangan penelitian
harus memuat jadwal waktu yang dapat dilaksanan. Jadwal yang sudah direncanakan
204
bukan sekedar untuk mengisi format yang ada, tetapi benar-benar dipatuhi oleh peneliti.
Jadwal penelitian yang direncanakan meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan
dan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk bar-chart. Jadwal pelaksanaan
mengacu pada metode Penelitian yang ada. Jadwal penelitian dibuat sesuai dengan
karakteristik jenis penelitian yang direncanakan. Contoh jadwal penelitian dapat
diperhatikan dalam bar chart sebagai berikut:
Tabel Jadwal Penelitian
KEGIATAN
BULAN KE
NO
1
2
3
4
5
6
1
Perizinan
X
2
Studi Kelayakan
X
3
Penyempurnaan Rencana Penelitian
X
4
Klasifikasi dan Inventarisasi Data
X
5
Pembuatan Pedoman Wawancara
X
6
Wawancara dengan Key Person
X
7
Analisis Data Awal
X
8
Seminar dengan Pakar
X
9
Analisis Data Lanjutan
10
Pembuatan dan Penyusunan Laporan
X
11
Penggandaan
X
dan
X
Pendistribusian
Laporan
E. Uji Kejujuran Peneliti dalam Menyusun Proposal
Menyusun proposal penelitian memerlukan kejujuran, penyusunan proposal yang tidak
dijiwai nilai-nilai kejujuran, bukan tidak mungkin akan berhenti di jalan sebelum penelitian itu
selesai dilakukan. Beberpa uji kejujuran bagi peneliti dalam melakukan penelitian antara lain
diawali dengan beberapa pertanyaan dari beberpa komponen penting, antara lain:
1. Minat Pribadi Peneliti:
Apakah topik yang ditentukan merupakan topik pilihan sendiri? Anda benar-benar
meminati topik itu?. Melakukan penelitian memiliki kompleksitas masalah baik dari segi
kepemilikan teori, metodologi, dan minat yang menonjol. Jika topik penelitiannya bukan
berasal dari peneliti sendiri, sangat mungkin peneliti mersa tidak tertearik, tidak menguasai,
kurang baik, kurang bergengsi dan lain sebagainya. Apabila kondisi ini melingkupi seorang
205
peneliti, maka disarankan untuk memilikih tipik yang memang berasal dari diri penetliti
sendiri.
2. Kemampuan dan pendidikan peneliti
Tidak ada satu orang pun yang mau menjamin bahwa dengan ijazah yang dimiliki
dapat menjadikan seseorang menguasi bebragai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
pertanyaan yang bisa diajukan adalah apakah saya memiliki kompetensi terhadap pilihan
topiknya?. Jangan mencurangi diri sendiri, karena peneliti sendiri yang akan merugi,
mengakui keterbatasan bukan kegagalan tetapi memanfaatkan potensi yang tersedia.
a. Situasi sosial peneliti:
Situasi sosial peneliti juga perlu dipertimbangkan, kepribadian, kemampuan
berinteraksi, reputasi, profesi, integrasi kelembagaan, dapat menentukan keberhasilan
penelitian. Kalau peneliti memiliki hambatan ini, maka hindari pengumpulan data
dengan wawancara, tetapi akan memilih angket yang cukup disampaikan untuk diisi dan
dikumpulkan kepada peneliti.
b. Sumber daya materiil peneliti
Sumber daya materiial peneliti juga memiliki daya yang dapat menguatkan hasil
penelitian yang dilakukan, introspeksi tersbut antara lain ketercukupan dana untuk
melakukan penelitian, melakukan perjalanan, membeli peralatan? Tersediakah rujukan
yang Anda perlukan? Laik (feasible) telitikah topik Anda? Berapa waktu yang dapat
Anda alokasikan untuk penelitian ini?. Kalau peneliti hanya memiliki finansial yang
terbatas, maka hindari pilihan-pilihan topik yang dapat menguras kantong.
206
BAB XIII
BAGIAN AWAL dan AKHIR NASKAH KARYA ILMIAH
A. Prawacana
Naskah karya ilmiah memuat bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal dan akhir naskah
seringkali kurang mendapatkan perhatian serius dari peneliti untuk melaporkan hasil
penelitiannya. Laporan hasil penelitian sebagai karya ilmiah tidak sekadar memuat hasil laporan
yang berupa teks, tetapi juga diikuti dengan tata tulis dan ketentuan-ketentuan lain. Sebagai
bagian dari laporan naskah karya ilmiah, maka harus memenuhi kriteria dalam penulisan karya
ilmiah.
Bagian awal naskah karya ilmiah biasanya memuat daftar sampul, halaman judul,
orisinalitas, nota pembimbing, motto dan persembahan, pengesahan, kata pengantar, halaman
pernyataan persetujuan publikasi, abstrak, daftar isi, daftar tabel, gambar, dan lampiran. Bagian
akhir memuat tentang daftar pustaka/referensi dan lampiran lain yang diperlukan. Bagian awal
dan akhir naskah karya ilmiah agar memenuhi kriteria penulisan ilmiah, maka perlu diatur
tersendiri oleh masing-masing lembaga.
B. Bagian Awal
Bagian awal dari tugas akhir terdiri atas halaman sampul, halaman Judul, halaman
pernyataan orisinalitas, halaman nota pembimbing, halaman motto dan persembahan, halaman
pengesahan, kata Pengantar/ucapan terima kasih, halaman pernyataan persetujuan publikasi
karya ilmiah untuk kepentingan akademis, abstrak (dalam bahasa Indonesia dan Inggris), daftar
isi, daftar tabel (jika diperlukan), daftar gambar (jika diperlukan), daftar rumus (jika
diperlukan), daftar notasi (jika diperlukan), daftar lain (jika diperlukan), daftar lampiran (jika
diperlukan).
1. Sampul
Sebagai halaman terdepan yang pertama terbaca dari suatu karya ilmiah, halaman
sampul hendaknya dapat memberikan informasi secara singkat, jelas dan tidak bermakna
ganda (ambigu) kepada pembaca tentang karya ilmiah tersebut. Halaman sampul memuat
judul, jenis karya ilmiah
(skripsi/tesis/disertasi), identitas peneliti, institusi, dan tahun
pengesahan.
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf
times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan font 14 dan 16 atau
ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga. Sampul laporan penelitian
dapat dicermati pada contoh berikut ini:
207
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS
MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN
PAYAMAN MAGELANG
TAHUN 2012
(FONT 16)
SKRIPSI
(FONT 16)
(berdiameter 5 cm)
OLEH
MUHAMMAD FARIS SAFARAZ
NIM: 11108012
(FONT 14)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
(FONT 14)
2. Halaman Judul
Secara umum informasi yang diberikan pada halaman judul sama dengan halaman
sampul, tetapi pada halaman judul, dicantumkan informasi tambahan berupa tujuan dan
dalam rangka apa karya ilmiah itu dibuat. Sebagai contoh untuk mendapatkan gelar sarjana
ilmu pendidikan Islam, magister pada program ilmu lingkungan, doktor ilmu lingkungan
atau tujuan yang lain.
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf
times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan font 14 atau
ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga dengan bentuk simetris.
208
Contoh judul yang dibuat tidak simetris (sebagai pembanding, lihat halaman judul di
atas).
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS
MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN
MAGELANG TAHUN 2012
(FONT 16)
SKRIPSI
(FONT 16)
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
(FONT 14)
OLEH
MUHAMMAD FARIS SAFARAZ
NIM: 11108012
(FONT 14)
JURUSAN TARBIYAH
PRGORGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA (FONT 14)
3. Halaman Orisinalitas
Halaman pernyataan orisinalitas berisi pernyataan tertulis dari peneliti bahwa tugas
akhir yang disusun adalah hasil karyanya sendiri dan ditulis dengan mengikuti kaidah
penulisan ilmiah. Apabila terdapat kutipan dari orang lain akan ditandai dengan citasi, dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia untuk menerima sanksi hukum berupa pencabutan gelar yang
sudah melakat pada nama saya. Pernyataan ini ditandatangani di atas materai Rp 6.000 (atau
dengan mengikuti ketentuan yang berlaku).
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf
times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan font 14 pada posisi
209
center text atau ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga. Pernyataan
orisinalitas dapat dilihat dalam contoh berikut:
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:
Nama
: MUHAMMAD FARIS SAFARAZ
NIM
: 11108012
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa, skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Oktober 2010
Yang menyatakan
MUHAMMAD FARIS SAFARAZ
NIM: 11108012
4. Halaman Nota Pembimbing
Halaman nota pembimbing memuat tentang pengantar dari pembimbing skripsi,
tesis, atau disertasi bahwa mahasiswa dengan nomor induk tertentu, judul penelitian telah
memenuhi syarat penulisan tugas akhir.
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf
times new roman font 12. Penulisan halaman nota pembimbing ditulis kop nama lembaga,
ditulis nama kota, tanggal, tahun, nama dan gelar akademik, serta dibubuhkan tanda tangan
di atasnya. Nota pembimbing dapat dilihat pada contoh berikut ini:
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama
: Muhammad Faris Safaraz
NIM
: 11108012
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA
210
PELAJARAN AL-QURAN HADITS MELALUI
METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI
ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG TAHUN 2012
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 13 Pebruari 2012
Pembimbing
Prof. Dr. H. Budi Pekerti Luhur, M.Si
NIP: 19720529 199903 1 001
5. Halaman Motto dan Persembahan
a. Halaman Motto
Halaman motto di bagian awal naskah skripsi untuk lembaga tertentu seperti
STAIN Salatiga menyediakan halaman tersendiri bagi peneliti untuk menuliskan motto.
Motto dituliskan oleh peneliti dengan maksud untuk memberikan semangat kepada
peneliti sendiri dan orang lain untuk mencapai maksud tertentu. Motto yang ditulis
peneliti hendaknya sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan. Dengan demikian,
tidak disarankan menuliskan motto pada topik penelitian tentang motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa, motto yang dituliskan jihadlah demi agamamu! atau untukmulah
agamamu dan untukkulah agamaku. Contoh lain, kesalahan orang lain menjadi guru
yang baik bagi kita atau lebih baik belajar dari kesalahan orang lain daripada melakukan
kesalahan dari diri kita sendiri atau orang yang tidak pernah bersyukur tidak pernah
merasa kemenangan dalam dirinya. Motto yang mungkin sesuai dengan topik penelitian
tersebut adalah sesuatu yang besar tidak mungkin dicapai tanpa motivasi yang besar
atau dua kekuatan utama untuk meraih kesuksesan adalah prestasi dan relasi.
b. Persembahan
Persembahan memuat nama orang yang memiliki kedekatan tertentu dengan
peneliti. Fungsi ruang persembahan adalah untuk memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk menuliskan persembahan kepada orang-orang yang memberikan
sumbangan kepada peneliti baik dalam sejarah hidupnya maupun sumbangsih dalam
menyelesaikan skripsi.
211
Persembahan biasanya ditujukan kepada orang-orang yang ada di sekeliling
peneliti yang memiliki hubungan emosional secara dekat. Sebagai contoh ibu, bapak,
suami, istri, kakak, adik, kemenakan, atau bahkan calon suami atau istri. Persembahan
ditulis nama dan harapan yang diinginkan dari nama orang-orang yang telah ditulis
dalam persembahan tersebut. Sebagai contoh, persembahan untuk Bapak dan Ibu, Ibuku
Hj. Muslikhah dan Ayahandaku H.Jamzuri Naawai, engkau adalah pelita hidupku dalam
sadar dan mimpiku. Semoga Engkau selalu ada dalam rahmat Allah swt, dan seterusnya.
STAIN Salatiga memang tidak menetapkan dalam buku pedoman penulisan
skripsi tentang teknik penulisan yang perlu diikuti oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa
seringkali menuliskan dalam naskah skripsinya sesuai dengan selera mahasiswa.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada waktu menguji skripsi mahasiswa teknik
penulisan sangat bervariatif, baik jenis tulisan, font maupun margin yang dipakai untuk
menulis persembahan tersebut. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca
untuk menuliskan persembahan dengan jenis huruf times new roman font 12 dengan
spasi tunggal (line spacing = single) pada margin centre.
6. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan berfungsi untuk menjamin keabsahan karya ilmiah atau
pernyataan tentang penerimaannya, khususnya skrispi, tesis, dan disertasi, yang ditanda
tangani
oleh
sejumlah
pejabat
dalam
sidang
ujian
skripsi,
penguji
dan
pembimbing/promotor. Pada fakultas tertentu akan menambahkan dengan beberapa
pernyataan seperti lolos uji laboratorium atau uji etik penelitian. Halaman pengesaham
biasanya memuat tentang judul penelitian, nama mahasiswa, nomor induk mahasiswa, ketua
sidang diikuti nama dan gelar akademik, sekretaris sidang diikuti nama dan gelar akademik,
pembimbing (disertasi promotor/co promotor) diikuti nama dan gelar akademik, penguji
diikuti nama dan gelar akademik, ketua program studi diikuti nama dan gelar akademik atau
bahkan nama pejabat tertinggi pada lembaga yang ada (sesuai dengan ketentuan lokal yang
berlaku).
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf
times new roman font 12. Dituliskan nama kota, tanggal, bulan, tahun dan ditanda tangani
oleh ketua sidang, sekretaris sidang, ketua program studi atau pejabat lain, dan dewan
penguji. Lembar pengesahan dapat dilihat pada contoh berikut:
212
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Alamat: Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50271
Website: http/www.stainsalatiga.ac.id. email:[email protected]
SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MEALUI METODE
BERMAIN PADA SISWA KELAS II SDN PAYAMAN 2 KECAMATAN SECANG
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012
DISUSUN OLEH
MOHAMMAD AZMAN HAMMAM
NIM: 11507013
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 19 Pebruari 2012 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Sekretaris
: Suwardi, M.Pd
Penguji I
: Winarno, S.Si, M.Pd
Penguji II
: Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si
Penguji III
: Peni Susapti, M.Si
Saltiga, 11 Pebruari 2013
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP. 195808271983031002
213
7. Halaman Kata Pengantar
Halaman kata pengantar memuat pengantar singkat atas karya ilmiah. Pengantar
singkat biasanya memuat tentang rasa syukur dan sholawat, ucapan terima kasih kepada
beberapa pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir tersebut. Sebaiknya, ucapan
terima kasih atau penghargaan tersebut juga mencantumkan bantuan yang mereka berikan,
misalnya bantuan dalam memperoleh masukan, data, sumber informasi, serta bantuan dalam
menyelesaikan tugas akhir. Penulisan pengantar yang memuat ucapan terima kasih hindari
kelompok dalam jumlah banyak dan terlampau jauh jangkauannya, sebagai contoh, terima
kasih kepada muslimin muslimat di seluruh dunia. Hal ini menjadikan sesuatu yang ditulis
dalam karya ilmiah tersebut menjadi tidak logis. Contoh kata pengantar dapat dicermati di
bawah ini:
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil a’lamin, peneliti menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas nikmat yang
Allah swt anugerahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul
PENINGKATAN
AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS
MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN
MAGELANG TAHUN 2012 dengan baik.
Penelitian dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu,
peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Suwardi, M.Pd selaku kepala Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.Ag selaku pembimbing skripsi.
4. Mohammad Akma Luthfan, M.Ag sebagai Kepala MI Arrosyidin Payaman Secang Magelang.
5. Dewan Guru di MI Arrosyidin Payaman Secang Magelang.
Mudah-mudahan Allah berkenan untuk membimbing dan memberikan hidayah dalam setiap
langkah hidupnya.
Salatiga, 9 Pebruari 2013
MOHAMMAD FARIS SAVARAZ
NIM: 11507013
214
6. Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi mendesak karya-karya
ilmiah perguruan tinggi dapat dipubliksikan pada dunia maya seperti internet. Oleh karena
itu, sebuah karya penelitian agar dapat dimanfaatkan dalam jangkauan yang lebih luas, maka
perlu untuk dipublikasikan melalui media internet. Untuk mengantisipasi beberapa hal yang
tidak diinginkan, maka dalam skripsi, tesis, disertasi disertakan halaman pernyataan
persetujuan publiksi karya ilmiah tersebut.
Halaman pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis
berisi pernyataan dari mahasiswa penyusun tugas akhir yang memberikan kewenangan
kepada
lembaga
untuk
menyimpan,
mengalih-media/format-kan,
memublikasikan tugas akhirnya untuk kepentingan akademis. Artinya,
merawat,
dan
lembaga yang
berwenang dapat mempublikasikan suatu tugas akhir hanya untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan hak cipta tetap pada peneliti.
Surat pernyataan sebagai bagian pernyataan yang akan mengikat secara hukum, maka
surat pernyataan ini dibubuhkan tanda tangan di atas materai Rp 6.000,- atau yang berlaku.
Degan demikian, surat pernyataan tersebut memiliki kekuatan hukum apabila terjadi
keberatan-keberatan berupa tindakan yang berada di luar surat pernyataan tersebut.
7. Halaman Abstrak
Abstrak/Abstract merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat permasalahan,
tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Abstrak dibuat untuk memudahkan
pembaca mengerti secara cepat isi tugas akhir untuk memutuskan apakah perlu membaca
lebih lanjut atau tidak (Keputusan Rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008). Secara rinci dapat
disampaikan bahwa, abstrak merupakan ringkasan/rangkuman isi naskah, bersifat
informatif, berdiri sendiri satu alinea, tanpa tabel, rumus, gambar dan acuan pustaka,
menarik, serta mengandung informasi yang menimbulkan minat pembaca untuk membaca
keseluruhan naskah. Surtiati (2010) Menulis abstrak bukanlah menyalin kalimat-kalimat dari
artikel, melainkan menyusun tulisan runtut dan padu yang berisi tujuan penelitian, metode
penelitian (pengumpulan dan analisis data), hasil dan simpulan penelitian. Panjang abstrak
artikel antara 100 dan 150 kata bergantung pada panjang artikel. Sementara itu, abstrak
monografi, tesis, disertasi dapat mencapai 400 kata asalkan tertera pada satu halaman saja.
Abstrak tersusun tidak lebih dari 200-250 kata dengan spasi tunggal tidak lebih dari
dua lembar. Bahasa yang digunakan minimal bahasa Indonesia dan Inggris dan berlaku
sebaliknya untuk karya tulis dalam bahasa Inggris. Di Universitas Indonesia, apabila karya
tulis/penelitian dari fakultas non bahasa Asing, maka menggunakan bahasa Indonesia dan
215
Inggris, tetapi apabila dari fakultas bahasa Jepang, Jerman dan lainnya minimal
menggunakan bahasa fakultas tersebut dan bahasa Indonesia serta Inggris.
Penulisannya diawali dengan nama peneliti ditulis dengan huruf kapital, tahun
pengesahan, judul karya tulis, jenis karya tulis (seperti skripsi, tesis, dan disertasi), nama
kota, nama lembaga, nama jurusan, dan nama pembimbing (untuk skripsi dan tesis) dan
nama promotor dan co promotor (untuk disertasi).
Abstrak juga dilengkapi dengan kata kunci atau key words biasanya terletak di bawah
abstrak ditulis paling sedikit tiga kata kunci atau key words yang relevan dengan isi karya
tulis atau di bawah identitas karya tulis. Kata kunci atau key words harus benar-benar
merupakan kata kunci dari isi makalah yang dibahas, berguna untuk pembuatan indeks atau
data base. Contoh kata kunci prestasi belajar dan motivasi belajar, kompetensi guru dan
prestasi belajar, kedisiplinan dan perilaku beragama, metode demonstrasi dan prestasi
belajar, kewibawaan guru dan percaya diri anak, dan lain sebagainya. Contoh abstrak dapat
dicermati di bawah ini:
Abstrak
Maslikhah dan Erawati, M. (2010). Analisa Respon dan Peran Orangtua Siswa Sekolah Dasar
Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga dalam Menghadapi Ujian Akhir Semester Berstandar Nasional
(UASBN). Laporan Penelitian, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Konsultan:
Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.
Studi ini dilatarbelakangi pada keprihatinan atas berbagai fenomena sosial yang muncul
akibat kebijakan ujian nasional sebagai tolok ukur kelulusan siswa sekolah termasuk sekolah dasar
di Indonesia. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana respon, cara sekolah dalam
melibatkan, upaya spiritual, dan peran orangtua siswa menghadapi pelaksanaan UASBN.
Tujuan riset ini adalah untuk menganalisis respon orangtua siswa, memetakan cara-cara
sekolah melibatkan orangtua, mengungkap upaya spiritual, dan menganalisis peran orangtua untuk
meraih keberhasilan putera-puterinya dalam UASBN.
Penelitian merupakan kajian deskriptif dengan metode kualitatif sebagai pendekatan dan
teknik analisis. Informan terdiri dari tujuh ibu, dua bapak, dan tiga siswa SD N 03 Sidorejo Lor
Salatiga yang tinggal di wilayah Kecamatan Sidorejo Lor, Kota Salatiga dan Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data dengan Wawancara semi terstruktur.
Analisis data menunjukkan bahwa orangtua siswa di SD N 03 yang berkategori sebagai
sekolah dasar nasional standar nasional memiliki beragam respon dan upaya, termasuk laku
prihatin. Sebagian besar orangtua terlibat secara mendalam dengan kemajuan sekolah anaknya.
Mereka memiliki kerjasama yang baik dengan sekolah karena sekolah terlihat berusaha membangun
hubungan yang saling menguntungkan dengan walimurid. Dengan demikian maka, orangtua
memainkan peran yang penting bagi keberhasilan anaknya dalam ujian nasional. Temuan
selengkapnya dan implikasinya didiskusikan lebih lanjut dalam pembahasan.
Kata Kunci: ujian akhir semester berstandar nasional (UASBN), sekolah dasar, peran orangtua.
216
Abstract
Maslikhah and Erawati, M. (2010). The analysis of responses and roles of students’ parents in
Public Elementary School of Sidorejo Lor 03 in Salatiga City to prepare their child into national
final examination. Research Report, State Islamic High School of Salatiga. Consultant: Dr. Adang
Kuswaya, M.Ag.
This study had begun with concerns of social phenomenon which caused by the government
policy of national final examination as the only standard for students graduation, particularly in
elementary education in Indonesia. Several questions were drawn to this research, how parents
respond, how school involved parents, what spiritual effort parents did, and what parents’ role in
order to prepare their child to face final national examination? The aims of this study were to
analyze parents’ responses, to map school strategy to involve parents, to reveal spiritual effort, and
to analyze parents’ role to reach successfulness of national final examination.
Descriptive qualitative was used as approach and analysis technique. The informans were
consisted of seven mothers, two fathers, and three students of Public Elementary School 03 Sidorejo
Lor of Salatiga Regency who stay in Sidorejo Subdistrict of Salatiga City and Tuntang Subdistrict
of Semarang Regency. Semi-structured interview was conducted to reveal data.
Data analysis showed that students’ parents have various responses and strategies,
including solicitude practices. Most of them involved deeply with child’s school progress. They had
a good cooperation with school because the school seem always try to develop mutual relationship
with parents. So, parents played an important role to prepare their child in order to succeed in
national final examination. The whole findings and implications were discussed later.
Password: national final examination, elementary school, parent involvement
8. Daftar Isi
Daftar isi memuat semua bagian tulisan beserta nomor halaman masing-masing, yang
ditulis sama dengan isi judul skripsi yang bersangkutan. Biasanya, agar daftar isi ringkas dan
jelas, subbab derajat ke dua dan ke tiga tidak ditulis. Penulisan Bab dengan menggunakan
huruf kapital (misal, A. PENDAHULUAN) dikuti dengan sub bab dengan subbab derajat
pertama dengan menggunakan angka satu dan huruf a kecil (dan seterusnya) dan dicetak
tebal. Contoh daftar isi dapat dicermati di bawah ini:
DAFTAR ISI
Pengesahan ...........................................................................................................
Surat Pernyataan ...................................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................................................
Abstrak .................................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................
Daftar Lampiran ..................................................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
viii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Signifikansi Penelitian .........................................................................
1
1
8
9
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
10
217
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Lingkungan Hidup ..........................................................
2. Sekolah Adiwiyata ............................................................................
3. Akselerasi Program Adiwiyata bagi Madrasah ...................................
B. Telaah Pustaka ..........................................................................................
1. Sudarwanto ........................................................................................
2. Hanna Lestari .....................................................................................
3. Syahdian .............................................................................................
4. Untung Wahyuhadi ............................................................................
10
23
36
36
36
37
37
37
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..............................................................
B. Lokasi Penelitian ......................................................................................
C. Sumber Data .............................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................
E. Teknik Analisis Data ................................................................................
F. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................................
42
42
42
45
45
47
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................
A. Hasil Penelitian .........................................................................................
B. Pembahasan ..............................................................................................
51
51
62
BAB V PENUTUP ...............................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
C. Rekomendasi ............................................................................................
73
73
74
74
DAFTAR PUSTAKA
9. Daftar Tabel, Grafik, Gambar, dan Lampiran
Daftar tabel, grafik, gambar, dan daftar lampiran digunakan untuk memuat nama tabel,
gambar, dan lampiran yang ada dalam tugas akhir. Penulisan nama tabel, gambar, dan
lampiran apabila lebih dari 5 tabel, gambar, dan atau lampiran. Jika tabel, gambar dan
lampiran tidak lebih dari 5 macam, maka cukup dibuatkan dalam satu halaman saja. Dengan
demikian, daftar tabel yang hanya memuat kurang dari 5 macam cukup dituliskan daftar
tabel, grafik, gambar, dan lampiran. Contoh penulisan daftar tabel sebagai berikut:
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar nama tenaga pengajar di SMP Ihsaniyah Tegal tahun 2012, hlm 23
Tabel 2 Daftar nama siswa di SMP Ihsaniyah Tegal tahun 2012, hlm 24
Tabel 3 Daftar nama pengurus Komite Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 40
Tabel 4 Daftar inventaris Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 50
Tabel 5 Daftar Prestasi Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 55
Dan seterusnya.
218
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Kerangka Konseptual Penelitian, hlm 15
Gambar 2
Peta lokasi penelitian, 30., hlm 25
Gambar 3
Stuktur Organisasi Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 39.
Gambar 4
Bagan Alur Kegiatan Siswa Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012,
hlm 43
Gambar 5
Foto kegiatan siswa di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 60
C. Bagian Akhir
1. Daftar Referensi/Daftar Pustaka
Daftar referensi atau secara lazimnya orang lebih familiar dengan istilah daftar
pustaka. Mahasiswa sering pula menyingkatnya dengan istilah dapus, yang berarti daftar
pustaka. Apapun orang menyebutnya, daftar pustaka merupakan referensi atau acuan dasar
dalam membuat suatu karangan ilmiah.
Daftar pustaka merupakan daftar bacaan yang menjadi sumber, atau referensi atau
acuan dan dasar penulisan tugas akhir. Daftar referensi ini dapat berisi buku, buku yang
memuat beberapa pengarang (bunga rampai), artikel jurnal ilmiah nasional atau bahkan
internasional, makalah yang disajikan dalam pertemuan ilmiah, makalah ilmiah dalam
prosiding, laporan penelitian, majalah, atau surat kabar, wawancara, pustaka unduhan dari
internet, undang-udang atau peraturan pemerintah lainnya, dan sebagainya. Dianjurkan agar
70% daftar referensi yang digunakan merupakan terbitan terbaru (minimal terbitan 2 tahun
terakhir).
Contoh daftar pustaka dapat dilihat di bawah ini:
DAFTAR PUSTAKA
Casanova, P.F., Garcia-Linares,M.C., Torre, M.J.d.l., dan Carpio, M.d.l.V. (2005). Influence
of family and socio-demographic variables on students with low academic
achievement. Educational Psychology, 25, 423-435.
Dumka, L.E., Gonzales, N.A., Bonds, D.D., dan Millsap, R.E. (2008). Academic success of
Mexican origin adolescent boys and girls: The role of mothers’ and fathers’ parenting
and cultural orientation. Sex Roles, 10, 1-12.
Irmawati. (2009). Peranan Psikologi Dalam Menjawab Fenomena Psikologis Masyarakat
Indonesia. Orasi Ilmiah, disampaikan dalam upacara Dies Natalis ke-57 Universitas
Sumatera Utara pada 20 Agustus.
Jeynes, W.H. (2007).The relationship between parental involvement and urban secondary
school student academic achievement: A meta-analysis. Urban Education, 42, 82-110.
219
Kim, U. (1995). Individualism and Collectivism: A Psychological, Cultural, and Ecological
Analysis. Denmark : NIAS.
King, V. dan Sobolewski, J.M. (2006). Nonresident fathers’ contribution to adolescent wellbeing. Journal of Marriage and Family, 68, 537-557.
Krippendorff, K. (2004). Content Analysis; An Introduction to Its Methodology. Thousand
Oaks, Ca: Sage Publication.
Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Smith, E.P. dan Prinz, R.J. (2001). Latent Models Of Family Processes In African American
Familie: Relationships To Child Competence, Achievement, And Problem Behavior.
Journal of Marriage and Family, 63, 967-980.
Sim, N.T. (2003). The father-adolescent Relationship in the Context of the Motheradolescent Relationship: Exploring Moderating Lingkages in Late-adolescent Sample
in Singapore. Journal of Adolescent Research, 18, 383-404.
Suizzo, M-A. (2004). French Andamerican Mothers’ Childrearing Beliefs Stimulating,
Responding, And Long-Term Goals. Journal of Cross-Cultural Psychology, 35, 606626.
Tilaar, HAR 2006, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta:
Rineka Cipta.
Zevalkink, J., Riksen-Walraven, J.M., dan Bradley, R. H. (2008). The quality of children’s
Home Environment and Atachment Security in Indonesia. The Journal of Genetic
Psychology, 169, 72-91.
2. Lampiran-lampiran
Lampiran merupakan data atau pelengkap atau hasil olahan yang menunjang
penulisan tugas akhir, tetapi tidak dicantumkan di dalam isi tugas akhir, karena akan
mengganggu kesinambungan pembacaan. Lampiran yang perlu disertakan dikelompokkan
menurut jenisnya, antara lain biodata peneliti, jadwal, tabel, daftar pertanyaan, gambar,
grafik, desain, nota pembimbing, surat ijin penelitian, surat keterangan telah melaksanakan
penelitian dari lembaga yang dijadikan obyek penelitian, lembar konsultasi, dokumentasi
berupa foto-foto kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Pengelompokan lampiran
disesuaikan dengan kebijakan fakultas. Contoh penulisan daftar lampiran dapat dilihat di
bawah ini:
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup Peneliti, 55.
Lampiran 2
Daftar Prestasi Akademik, 56.
Lampiran 3
Surat Nota Pembimbing, 58.
Lampiran 4
Surat Ijin Penelitian, 59.
220
Lampiran 5
Surat Keterangan Penelitian, 60.
Lampiran 6
Lembar Konsultasi, 61.
Lampiran 7
Catatan Observasi, 63.
221
DAFTAR PUSTAKA
Al-Halwari, Aba Firdaus 2001, Pesan Buat Ukhti Muslimah: Selamatkan dirimu dari Tabarruj,
Jogjakarta: LeKPIM dengan Mitra Pustaka. Cetakan ke 4.
Amir, 2009. Dasarr-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press.
Arifin, Zaenal E. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: PT. Grasindo.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bekker, Anton dan Ahmad Kharis Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat, Jogjakarta:
Kanisius.
Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien Gall. Educational Research: An Introduction, Fifth
Edition. New York: Longman.
Brotowidjoyo, M. D. 1995. Penulisan Karangan Ilmiah. Edisi Kedua. Akademika Pressindo.
Jakarta.
DePorter, Bobbi. 2009. Quantum Writer: Menulis dengan Mudah, Fun, dan Hasil
Memuaskan.Penerjemah Lovely. Judul Asli Quantum Writer: Write Easily, less Steress,
Better Result. Bandung: Mizan Pustaka.
Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2002. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung:
Rosdakarya.
Fadjar, Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Farikhah, 2011. Madrasah dan Pelestarian Lingkungan (Sumbanngan Konseptual dan Strategi
Aksi). Bunga Rampai. Salatiga: STAIN Press.
Gibaldi. Joseph. 1999. MLA Handbook of Writers of Research Papers. New York: The Modern
Language Association, h. 30–34.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/02/28/02415341
http://www.dakwatuna.com/2012/03. Diakses 9 Maret 2012.
Joseph M.Kizza. 2009. Technology and Academic Dishonesty – Part II: A Focus on Academicians
and Other Researchers. International Journal of Computing and ICT Research, Vol. 3, No. 2,
pp. 7-11. http://www.ijcir.org/volume3-number2/article1.pdf.
Julianne, East. 2006. The Problem Of Plagiarism In Academic Culture. La Trobe University
International Journal for Educational Integrity Australia. Vol. 2 No. 2 December 2006 pp.
16-28 ISSN 1833-2595.
Keputusan Rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008 tentang pepdoman teknis Penulisan Tugas Akhir
Mahasiswa Universitas Indonesia.
Leonhardt, Mary. 2000. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca. penterjemah
Alwiyah Abdurrahman. Judul Asli 99 Ways to Get Kids to Love Reading and 100 Books the’ll
Love. Bandung: Kaiffa.
222
Lestari, Hanna. Kajian Perencanaan Pengajaran Mata Pelajaran Kepedulian pada Diri dan
Lingkungan Tingkat SD di Kota Semarang. Tesis. 2004.UNS Surakarta.
Mansurudin, Susilo. 2010. Mozaik Bahasa Indonesia: Materi Bahan Ajar Bernuansa ‘Ulul Albab’.
Malang: UIN Maliki Press.
Milles, Mattew B dan Michael Hubberman.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang
Metode-metode Baru. Penterjemah. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Cetakan
Pertama.
Mochizuki, Yoko 2010. Global Circulation and Local Manifestations of Education for
Sustainamble Development with a Focus on Japan. International Journal Environment and
Sustainable Development,Vol. 9, Nos. 1/2/3, 2010.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Cet. 16.
Brotosudjono, Mukayat. 2009. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya. Cetakan Keempat.
Nasution, 2007. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Pant, Hema. Environment Education Of Teachers Through Technology Mediated Open And
Distance Learning. Indira Gandhi National Open University, International Journal.
Regional Centre Delhi-1, New Delhi, India.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Jogjakarta: Tiara Wacana.
Soerjono Soekanto, 1982, Teori Sosial tentang Pribadi dalam Masyarakat, Jakarta: Ghalia
Indonesia, Cetakan Pertama.
Soeseno, S. 1984. Teknik Penulisan Ilmiah Populer. PT Gramedia, Jakarta.
Stuart. 2002. Plagiarism, Norms, and the Limits ofTheft Law: Some Observations on theUse of
Criminal Sanctions in Enforcing Intellectual Property Rights. Hastings Law International
Journal [Vol. 54. 12/18/02.
Sudarwanto. 2009. Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup (LH) di SD, SMP terhadap Pembentukan
Perilaku Siswa dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Kab. Demak.
Tesis. UNS Surakarta.
Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumni
Aksara. Cetakan ketiga.
Sukino. 2010. Menulis itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal. Jogjakarta: Pustaka
Populer LKiS.
Sumanto, 2002, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kualitatif dan
Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Ketiga.
Suranto. 2011. Panduan Penulisan Disertasi: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Surakarta: Program Pasca.
Surtiati, Rahayu Hidayat. 2010. Mengutip tanpa Menjiplak, Materi Short Course Penelitian
Keagamaan Berbasis Gender. Universitas Indonesia. Jakarta.
223
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sutrisno Hadi, 1986, Metodologi Research, Jogjakarta, UGM Press.
Suwarto, Wawancara pendahuluan, Direktur Trukajaya, Salatiga.
Syahdian, Hubungan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan
Partisipasi Siswa SMU dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi
Tesis/2000. UNS Surakarta.
Syahabuddin, Syed. 2009. Plagiarism in Academia. International Journal of Teaching and
Learning in Higher Education 2009.Volume 21. Number 3. 353.359. Central Michigan
University.
Thomas F O'Dea, 1992, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jogjakarta: Rajawali Press.
Cetakan keempat.
Wardhana, 2010. Dampak Pemanasan Global: Bencana Mengancam Umat Manusia, Sebab Akibat
Dan Penanggulangannya. Jogjakarta: Andi Offset.
Winarto, Yunita T. dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Yoko Mochizuki. 2010. International Journal Environment and Sustainable Development, Global
Circulation and local manifestations of education for Sustainamble Development with a
focus on Japan. Vol. 9, Nos. 1/2/3, 2010.
Zuchdi, 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan Komprehensi.
Jogjakarta: UNY Press.
Lemlit Sunan Ampel. 2002. Panduan Penelitian Kiat Merebut Peluang. Surabaya: Sunan Ampel
Press.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan
Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
TIM Fakultas Tarbiyah. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi: Program Peningkatan Kualifikasi S1
Guru Madrasah dan PAI di Sekolah melalui Dual Mode System PTAI Induk IAIN Walisongo
Semarang tahun 2010. Semarang: Tarbiyah Press.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Sekretaris Negara.
Peraturan Pemerintah nomor 02 tahun 2009 tentang Penghargaan Adiwiyata.
Surat Kesepakatan Bersama Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan Kementerian
Pendidikan Nasional. Nomor 03/MENLH/02/2010 dan nomor 01/II/KB/2010 tentang
Pendidikan Lingkungan Hidup.
Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Juknis Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan.
Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional.
Solopos.com 24/11/11 diakses 9 Maret 2012
http://www:ustadbaba.blog diakses 9 Maret 2012
http://wikipedia.org.alzheimer, diakses 16 Maret 2012
224
http://id.wikipedia.org/wiki/ensiklopedia, diakses 9 Maret 2012.
http://situsbahasa.info. Diakses 8 Maret 2012
www.scrib.com/doc diakses 8 Maret 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/sintesis. diakses 8 Maret 2012
www.waining indo.com, AD. Eridani, HIV di Lembaga Pemasyarakatan.
www.pikiranrakyat.com, Kawasan Bali Terjangkit HIV, tanggal 10 Mei 2004
www.hukumonline.com. Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu, tanggal 26
September 2005.
www.suarakarya.online.com oleh Dev nugroho, Aktivitas Seks Kilat.
www.suaramerdeka.online.
www.pemantauperadilan.com. Pengadilan Anak, tanggal 24 Pebruari 2005.
www.balipos.co.id. Jangan ada Kata Permisif untuk Berantas Prostitusi.
225
Biodata dan Teks untuk Punggung Buku
Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si, lahir dari ibu Hj Muslikhah H. Abdul Ghoni dan H. Jamzuri
Nawawi di desa Bandasari Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal tanggal 29 Mei 1970. Sekarang
ia tinggal di Payaman Magelang bersama suami Ir. H. Saifudin Ashari dan dua putri belahan jiwa,
Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. Kedua putri itu sekarang duduk di bangku Madrasah
Ibtidaiyah Arrosyidin Payaman Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
Riwayat pendidikan penulis adalah TK Masyitoh Bandasari Tegal (1977), SD Negeri
Bandasari Tegal (1983), SMP Ikhsaniyah Tegal (1986), SMA Negeri 3 Tegal (1989), S1 IAIN
Walisongo Fakultas Tarbiyah Salatiga (1994), S2 Ilmu Lingkungan UNS Surakarta (2002), tahun
2011 mulai menempuh pendidikan program doktor Ilmu Lingkungan UNS Surakarta pada Program
Studi Manajemen Sumber Daya.
Organisasi yang diikuti penulis di STAIN Salatiga sebagai sekretaris Pusat Studi
Pengembangan Pendidikan Islam (PSPPI) (2002-2006), direktur PSPPI (2006-2010), direktur Pusat
Studi Gender dan Keluarga (2010 hingga 20014 dan 2014 hingga awal 2015), dan Pengurus
Dharma Wanita Persatuan STAIN Salatiga (2010 s.d 2014), Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu
IAIN Salatiga (2015 s.d sekarang). Organisasi selama menjadi mahasiswa di IAIN Walisongo
Fakultas Tarbiyah Salatiga adalah sebagai pengurus Racana Pramuka dan Ketua Racana putri
selama dua periode.
Organisasi yang diiktui penulis di luar STAIN Salatiga antara lain tim penyuluh agama dari
Kementerian Agama Kota Salatiga (dulu Depag) selama dua tahun, ketua Yayasan Perempuan
Peduli Lingkungan (YPPL) Salatiga, wakil ketua Wanita Salatiga Peduli Air (WASPA) Salatiga,
bendahara Karang Taruna Indonesia (KTI) Kota Salatiga, dan anggota Forum Masyarakat Peduli
Lingkungan Salatiga (Formalisa) Salatiga, ketua Penggerak PKK Desa Payaman Periode 2007 s.d
2014 dan 2014 s.d sekarang.
Teks untuk Cover Buku
Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks.
Seseorang yang membaca buku bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau gelas tetap tertutup,
maka gelas itu tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih belum siap untuk
membuka diri dengan alur pikir orang lain, maka selama itu pula seseorang tetap tidak akan bisa
menerima sesuatu yang baru dari orang lain.
Menulis merupakan satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi
mahasiswa dan dosen sekalipun. Masyarakat tetap mengelu-elukan bahasa lisan, padahal bahasa
lisan cepat hilang terbawa angin. Seorang penulis dengan kebiasaan membaca dengan cepat melihat
dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberikan kesan mendalam, berkesan dan
bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang, bereaksi dan berinterpreneur, serta
memberikan sesuatu yang berharga bagi orang lain.
Prinsip kerja seorang arsitektur adalah bekerja dengan design, tidak pernah bekerja dengan
konsep yang masih abstrak. Semua garis-garis dalam konstruksi bangunan yang akan didirikan
ditulis sesuai dengan perhitungan yang matang untuk menghasilkan bangunan yang diinginkan.
Demikian juga dengan membuat karya ilmiah dalam berbagai macam bentuknya merupakan sesuatu
yang harus dirancang dengan baik untuk menghasilkan rancangan dan laporan karya ilmiah agar
226
memenuhi kualifikasi yang ditetapkan. Buku ini hadir untuk membantu mahasiswa, dosen, penulis,
dan peneliti untuk menyusun rancangan yang baik sebagaimana arsitektur mengawali bekerja.
Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh STAIN Salatiga Press antara lain: Harmonisasi
dan Humanisasi Lingkungan Hidup, Quo Vadis Pendidikan Multikultur: Rekonstruksi Sistem
Pendidikan Berbasis Kebangsaan, Melacak Ilmu Alamiah Dasar dalam Islam, Ensiklopedia
Pendidikan, Modul Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Program
Dual Mode System (DMS), Konsep Dasar Pendidikan Pramuka, Madrasah dan Pelestarian
Lingkungan (Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi), Menelisik Jender dalam realitas
Konstruksi Sosial. Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh Mitra Cendekia antara lain
Harmonisasi dan Humanisasi Lingkungan Hidup dan modul Ilmu Alamiah Dasar.
227
Download