i KATA PENGANTAR Puji syukur kepadamu Ya Rob aku tuliskan dengan mantap, aku yakin Engkau lebih mengerti. Syukurku yang ku tuliskan di lembaran ini, nampaknya tidak sekedar dibasa-basikan dalam tarian jemariku di atas keyboards. Sepenuh hati penulis sampaikan syukur yang mendalam atas segala nikmat yang Engkau lebihkan kepadaku. Penulis mendapatkan kesempatan, kesemangatan, dan kejernihan berfikir sehingga naskah buku Penulisan Karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Aku mengira di tengah kesibukan untuk mengajar di STAIN Salatiga, berorganisasi di PSGK STAIN Salatiga, kuliah S3 di UNS, dan pengabdian masyarakat di Payaman Magelang, serta kesibukan membina kedua mata hati kami, Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari tidak akan terwujud buku ini, tapi itu semua karena Engkau membimbingku, Engkau lebihkan nikmat, karunia, rahmat itu sehingga buku ini sekarang dapat dimanfaatkan oleh pembaca . Menulis, pada hakikatnya merupakan upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan, dan diharapkan ke dalam bahasa tulisan. Menulis, merupakan satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen sekalipun. Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan cepat hilang dan mudah dilupakan orang, sedangkan tulisan tetap terkenang sepanjang zaman. Sebagai sebuah proses transfer ilmu dan informasi kepada orang lain maka, aktivitas menulis bagi mahasiswa dan dosen menjadi sebuah kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Menulis Karya Ilmiah sesungguhnya tidak sulit bagi sebagian orang, berbeda dengan menulis karya fiksi. Kita membutuhkan imajinasi secara mendalam untuk dapat menghidupkan teks dan konteks sehingga menjadi enak dibaca dan mudah dipahami. Menulis karya fiksi sangat kental dengan rekombinasi antara bahasa sebagai unsur utama dalam penulisan, di samping itu juga adanya tuntutan akan kemahiran dalam menggunakan gaya bahasa dan kemampuan untuk menghadirkan emosi sehingga seakan-akan penulis turut hadir dalam situasi konteks yang sedang digambarkan. Dengan demikian, tulisan sekan memiliki ruh yang dapat mengundang pembaca untuk lebih dalam memahami esensi yang disediakan. Menulis karya ilmiah sesungguhnya menggaambarkan realita konteks yang ada, dari konteks itulah dianalisis. Meskipun demikian, memang ada bagian-bagian yang dirasakan sulit untuk membuat titik singgung teks dan konteks agar dapat menyatu dalam satu analisis. Untuk melejitkan kemahiran peulisan karya tulis ilmiah ini maka, penulis paparkan beberapa bab yang memuat tentang definisi karya ilmiah, jenis, tahapan-tahapan penyusunan, serta teknik penulisan dari bagian awal perencanaan hingga menyusun laporan akhir karangan ilmiah. Buku tentang penulisan karya ilmiah yang ada di tangan Saudara ini dipandang cukup untuk mengantarkan mahasiswa dan penulis agar dapat mengawali membuat tulisan bahkan untuk melaporkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Meskipun demikian, penulis akui secara jujur bahwa buku ini memiliki banyak keterbatasan baik pada sistematika, contents dan bahkan sequences. Untuk itu, penulis memiliki harapan sederhana buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca untuk membuat karya ilmiah, mengaplikasikan yang sudah dilakukan dan dikuasai, serta dapat menyebarkan semangat kepada orang lain untuk memulai menulis karangan ilmiah. Buku ini saya dedikasikan setinggi-tingginya buat putriku yang genap berusia 9 tahun (Aisya Tsaaqiba Ashari) dan akan menyusul putriku genap berusia 8 tahun (Arava Izza Ashari), doaku mudah-mudahan menjadi anak yang sholehah, selamat dunia dan akhirat, mulia dunia dan akhirat, tinggi pangkat dan derajatnya di dunia dan akhirat. Salam hangat dari penulis, Salatiga, 14 Agustus 2015 Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si 19700529 200003 2 0001 PERSEMBAHAN ii inilah media terindah untuk menorehkan dedikasiku untuk: Bapakku H.Jamzuri Nawawi dan Ibuku Ibu Hj Muslikhah, mereka telah membukakan cakrawala hidup hingga di sisa akhir nafas hidupnya, bahkan mereka sering menebar petuah kala aku terlelap. Agar aku tetap berada di jalanNya, dan bersemangat untuk meneruskan perjuangan mereka yang masih tersisa, serta dapat mewarisi nilai-nilai luhur yang dulu dilatihkan dan ditempa dengan kuat untuk anak cucunya. Hanya terima kasih nampaknya tidak cukup untuk membalas jasa mereka, aku kuatkan doa untuk beliau semoga Allah Swt menjadikan akhir hayatnya khusnul khotimah. Disambut dengan Indah oleh Malaikat untuk menikmati SurgaMu yang Engkau janjikan. Suamiku, H. M.Saifudin Ashari, kau telah membentangkan karpet merah dengan penuh keikhlasan untukku dalam menjalankan tugas suci di STAIN Salatiga, menuntut ilmu di UNS Surakarta, dan pengayaan ilmu dan pengalaman di India, serta pengabdian sebagai sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Salatiga. Anakku, Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari, kau selalu ingin ibu melambaikan tangan dan cium jauh saat aku bergelayut di atas bus meninggalkanmu. Pesanmu, saat aku berpamitan ke India sudah aku tunaikan untuk meninggalkan foto ibu yang langsung ibu genggamkan di tanganmu saat engkau terlelap di keheningan malam. Ambillah anak-anakku, segala yang baik dari ibumu untuk menjadi bekal hidupmu jadi anak yang sholehah. Hanya itu kepuasan dari ibu dan bapakmu, menjadi anak sholehah. Aku yakin, dalam setiap huruf yang aku ketukkan di keyboads bagaikan untaian doa untuk mereka, robbighfirli, warkhamni, wajburni, warfa’ni, warzuqni, wahdini, waafini, wa’fuanni. Amiiin... Aku,... Anakmu, istrimu dan ibumu... Salatiga, 14 Agustus 2015 Hj. MASLIKHAH, S.Ag.,M.Si NIP: 197005292000032001 DAFTAR ISI iii Sampul Depan ...............……………………………………………………………… Kata Pengantar .............................................................................................................. Persembahan ................................................................................................................. Daftar Isi ........................................................................................................................ i ii iii iv BAB I DAHSYATNYA MEMBACA DAN MENULIS ............................................ 1 A. Prawacana ................................................................................................... 1 B. Membaca ..................................................................................................... 3 C. Menulis ........................................................................................................ 12 BAB II KONSEP DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH .................................... 21 A. Prawacana ................................................................................................... 21 B. Konsep Dasar Penulisan Karya Ilmiah ....................................................... 21 C. Sistematika Karya Tulis Ilmiah .................................................................. 41 BAB III RAGAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH......................................... 47 A. Prawacana ................................................................................................... 47 B. Ragam Penulisan Karya Ilmiah .................................................................. 48 BAB IV KARYA ILMIAH POPULER DAN KARYA ILMIAH MURNI ............... 66 A. Prawacana ................................................................................................... 66 B. Penulisan Ilmiah Populer ............................................................................ 67 C. Penulisan Ilmiah Murni .............................................................................. 86 D. Perbedaan Penulisan Ilmiah Murni dengan Penulisan Ilmiah Populer ........ 95 BAB V PEMILIHAN TEMA ...................................................................................... 96 A. Prawacana .................................................................................................... 96 B. Tips Mendapatkan Tema ............................................................................. 96 C. Tips Merumuskan Tema .............................................................................. 96 D. Kerangka Tulisan ........................................................................................ 97 E. Langkah Membuat Kerangka Tulisan ......................................................... 98 BAB VI MEMILIH JUDUL KARANGAN ............................................................... 100 A. Prawacana .................................................................................................. 100 B. Karakteristik Judul dari yang Unik Hingga Menipu ................................... 100 C. Menyusun Deskripsi Pendahuluan ............................................................... 106 D. Isi Tulisian ................................................................................................... 109 BAB VII MASALAH DAN PERMSALAHAN ......................................................... 111 A. Prawacana .................................................................................................... 111 B. Masalah dan Permasalahan .......................................................................... 111 iv C. Kepekaan dalam Melihat Permasalahan ...................................................... 113 D. Cara Menemukan Masalah dan Permasalahan ............................................. 115 E. Pertimbangan dalam Memilih Permasalahan dalam Penelitian .................... 116 F. Permasalahan Penelitan Kualitatif dan Kuantitatif ....................................... 117 G. Perumusan Masalah ...................................................................................... 118 BAB VIII MODEL PENGAMBILAN KUTIPAN ...................................................... 121 A. Prawacana ..................................................................................................... 121 B. Model Penulisan Rujukan ............................................................................ 121 C. Rujukan dengan Menggunakan Penulisan Tertentu ..................................... 125 D. Rujukan dengan Menggunakan Catatan Kaki .............................................. 127 BAB IX LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA .................................. 139 A. Prawacana ...................................................................................................... 139 B. Landasan Teori ............................................................................................. 139 C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ........................................................... 149 D. Kerangka Berfikir dengan Landasan Teori ................................................... 152 E. Daftar Pustaka ................................................................................................ 152 BAB X MENYSUSUN ABSTRAK ............................................................................. 154 A. Prawacana ....................................................................................................... 154 B. Abstrak ............................................................................................................ 154 BAB XI PLAGIARISME ................................................................................................ 163 A. Prawacana ....................................................................................................... 163 B. Mengutip Tanpa Menjiplak ............................................................................ 164 C. Kode Etik ....................................................................................................... 171 D. Plagiarisme ...................................................................................................... 172 E. Contoh Plagiasi ............................................................................................... 176 BAB XII PENULISAN RESENSI BUKU ..................................................................... 185 A. Prawacana ....................................................................................................... 185 B. Meresensi ........................................................................................................ 185 C. Pola Penulisian Resensi Buku............................................................................ 187 D. Tips Menulis Resensi ...................................................................................... 187 E. Contoh Resensi Buku ..................................................................................... 189 BAB XIII PROPOSAL PENELITIAN .......................................................................... 198 A. Prawacana ....................................................................................................... 198 B. Hakikat Usulan Penelitian .............................................................................. 198 v C. Langkah Menyusun Proposal ........................................................................... 200 D. Sistematika Proposal Penelitian .................................................................... 201 E. Uji kejujuran Peneliti dalam Menyusun Proposal .......................................... 221 BAB XIV BAGIAN AWAL DAN AKHIR NASKAH KARYA ILMIAH .................... 223 A. Prawacana ....................................................................................................... 223 B. Bagian Awal ................................................................................................. 223 C. Bagian Akhir .................................................................................................. 235 DAFTAR PUSTAKA Teks Untung Punggung Buku Dan CV vi BAB I DAHSYATNYA MEMBACA DAN MENULIS A. Prawacana Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks. Segudang keuntungan bagi seseorang yang mau membaca buku, di antaranya dapat menambah wawasan, melejitkan kemampuan kebahasaan, pembangkit motivasi, perentang waktu, menemukan media hiburan, sarana refleksi diri, menajamkan hati dengan kebijakan. Secara kesehatan, dapat meringankan stress, melatih otak, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan pola tidur yang sehat. Membaca dan menulis merupakan sejoli yang saling menguatkan. Empat keterampilan berbahasa seseorang secara bertahap bermula dari mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang pasif hanya akan menyimak pada fenomena yang ada dan berkembang di sekitar dirinya. Selanjutnya, akan belajar untuk berbicara dan memberanikan diri untuk berbicara di depan publik. Membaca sebagai nutrisi untuk menulis dikembangkan oleh masyarakat akademis agar dapat menulis. Menulis merupakan satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen sekalipun. Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan cepat hilang dan mudah dilupakan orang, sedangkan tulisan tetap terkenang sepanjang zaman. Seorang penulis dengan cepat melihat dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberi kesan mendalam, berkesan dan bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang, bereaksi dan berinterpreneur. Menjadi seorang penulis merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah mengenal kata pensiun dan royalti pun akan tetap mengalir hingga 8 (delapan) keturunan. Kebanyakan orang lebih menyukai menonton film, televisi main game komputer dari pada harus membaca buku, dan bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas. Padahal, hingga kini tidak terbantahkan bahwa buku adalah jendela dunia. Membaca buku berarti kita membuka cakrawala dunia. Setiap orang bisa melihat ke luar di bawah kemampuannya untuk melihat diri dan lingkungannya. Sesuatu yang baru atau pemandangan yang berbeda dengan apa yang ada di sekitarnya, termasuk rumah masing-masing. Rumah sebagai lingkungan yang akrab bagi setiap orang adalah sumber inspirasi dan berjalannya pikiran setiap saat. Membaca buku berarti menyelami dunia orang lain, yaitu sebuah dunia yang ada di dalam pikiran orang lain. Sementara setiap manusia dan orang lain memiliki dunia masing-masing yang sangat bervariasi. Menyelami bagian terkecil yang dimiliki oleh orang lain akan memberikan kepada setiap orang pengetahuan dan keterampilan bahkan menemukan kebijakan yang lebih mendalam dalam menghadapi hidup ini. 1 Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak membawa manfaat bagi orang lain. Setiap buku akan membawa manfaat kepada setiap orang jika mampu menangkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika masih sulit untuk menangkap makna dan hikmah suatu buku, berarti belum siap untuk menerima sesuatu yang disuguhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, setiap orang harus membuka diri dan meningkatkan keterbukaan pikirannya agar dapat menerima dunia orang lain. Hikmah dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran setiap orang kalau pikiran masih tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama masih belum siap untuk membuka diri dengan alur pikiran orang lain, maka selama itu pula tetap tidak akan bisa menerima cakrawala baru. Sekali kita membaca buku dan saat itu pula pikiran akan terbuka, maka makna dan hikmah dapat dengan mudah diterima ke dalam pikiran. Satu-satunya buku yang tidak membawa manfaaat kepada setiap orang adalah buku yang tidak pernah kita baca. Membaca dan menulis adalah kegiatan yang sifatnya sangat personal. Ketika seseorang memiliki minat kuat untuk membaca dan menulis, maka sesungguhnya sedang berhadapan dengan diri sendiri. Jika sudah berapi-api untuk membaca dan menulis, namun "bara api" yang berkobar itu tiba-tiba padam, itu berarti yang memadamkannya adalah diri sendiri. Ada kemungkinan "api" itu padam karena seseorang tidak menemukan buku yang inginkan dan belum bisa menemukan topik baru yang menggelitik menjadi sebuah tulisan yang bagus. Buku yang dibaca mungkin saja dapat ditemukan. Namun, tidak dibuat senang oleh buku tersebut, maka hasilnya tetap nihil. Bahkan yang lebih parah, "api" membaca itu padam karena seseorang disiksa oleh buku yang seseorang itu tidak memiliki pengetahuan awal tentang buku itu. Kata mutiara Kahlil Gibran dapat mengantarkan kepada seseorang agar siap bersinergi dengan sesuatu yang baru. "Sebahagian dari seseorang seperti tinta dan sebahagian lagi seperti kertas”, jika bukan karena hitamnya sebagian kita, sebahagian kita akan bisu, dan jika bukan karena putihnya sebahagian kita, sebahagian kita akan buta." http:ustadbaba.blog. diakses tanggal 9 Maret 2012. Artinya, ada kekuatan yang bisa mewarnai diri seseorang untuk memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, dan kekuatan itu saling berkontribusi untuk mewujudkan kebulatan tekad untuk menjadi sesuatu. Hilangnya sebagian kekuatan, maka akan menghilangkan kekuatan lain untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Tetapi sebagian orang terutama masyarakat Indonesia kurang gemar membaca, sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkannya, antara lain perasaan malas, jenuh, capek apalagi ketika disuguhkan dengan buku tebal dan tidak memiliki pengetahuan dasar tentang buku itu, dan tidak memiliki kepentingan dengan buku itu, serta tidak merasakan bahwa di dalam buku itu menyimpan sejuta makna. Membangun minat seseorang untuk gemar membaca memanglah tidak mudah, namun 2 hal ini juga tidak sulit, semua itu bisa karena terbiasa, karena ada kemauan semua pasti bisa dilakukan. Penulis adalah profesi yang tidak akan mengenal pensiun, dan nama harumnya akan dikenang sepanjang masa. Menulis adalah keterampilan yang bisa diasah oleh siapa saja. Siapa pun, dengan latar belakang pendidikan dan profesi apa pun, punya peluang yang sama untuk bisa menjadi seorang penulis atau menghasilkan karya tulis. Banyak keuntungan yang biasa kita peroleh menjadi penulis. Namun, untuk menjadi seorang penulis terkenal dan senior banyak batu sandungan yang harus dilalui dan dilatihkan kembali yang pada gilirannya dapat menghasilkan karya yang fenomenal dan royalti yang tidak mengenal pensiun. B. Membaca 1. Kelebihan Membaca Beberapa kelebihan membaca antara lain: a. Menambah Wawasan Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang membuat belajar dalam segala hal lebih mudah. Seseorang yang membaca buku fiksi pun akan mengerti tentang fakta-fakta yang ada dalam berbagai disiplin keilmuan sepereti agama, ekonomi, sejarah, geografi, politik, dan ilmu pengetahuan lainnya. Wawasan ilmu tidak akan datang sendiri tanpa diundang dan kondisikan dalam diri seseorang. Membaca buku, seseorang dapat memperolah informasi apapun, dengan demikian tidak menjadikan seseorang cekak pikir (pendek berfikir). Bertambahnya wawasan, maka diharapkan dapat menjadi orang yang penuh kebijakan, sabar, dan penuh pengertian. Berikut ini disampaikan kata mutiara yang ditulis oleh Kahlil Gibran “Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita coba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu”. Untuk mengusir kesepian dan kejemuan adalah memiliki wawasan yang luas. Wawasan yang luas di antaranya diperoleh dari buku sebagai sumbernya. Membaca buku berarti menambah ideologi baru, wawasan baru, dapat merancang sesuatu berdasarkan alam bawah sadar seseorang, berfikir untuk mengubah dunia menjadi lebih baik lagi. Setiap orang tumbuh dan berkembang dengan apa yang dia fikirkan seperti “ you’re what you think” kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Membaca, dapat menelaah semua potret sisi kehidupan di dunia dengan seluas-luasnya. Membuka cakrawala selebar-lebarnya seperti apa yang diinginkan. Semakin banyak orang membaca, maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh seseorang. Bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai antara suguhan, kebutuhan, dan 3 tuntutan. Dengan demikian, membaca akan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan yang tidak mengenal batas. b. Membaca akan memiliki kemampuan kebahasaan yang lebih baik. Membaca buku secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada seseorang untuk belajar ilmu praktek kebahasaan. Menyusuri huruf, angka, tanda baca dan diksi yang dapat memperkaya kemahiran dalam berbahasa praktis. Orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat). Seseorang dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum diketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan kepada Anda begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya belum Anda ketahui. Secara tidak disadari dapat merangkainya dalam kata maupun dalam tulisan pada media lain dan pada kesempatan yang berbeda. Dengan demikian, kalimat yang disajikan akan lebih memiliki ruh kebahasaan yang jika orang membacanya akan merasakan kenikmatan, sehingga sulit untuk menghentikan kegiatan membaca. c. Sarana Hiburan Pada buku tertentu akan menghadirkan hiburan yang sangat menarik bagi pembacanya. Orang yang sedang susah adalah orang yang dalam keadaan tidak stabil jalan pikirannya. Membaca buku, maka pikiran seseorang akan diarahkan mengikuti alur buku tersebut, sehingga orang yang sedang dalam keadaan susah, kemudian mengambil alih pikirannya kepada alur pikiran penulis yang sedang dalam kondisi menyenangkan akan menjadikan pembaca merasa senang dan terhibur. Dengan demikian, kesusahan dapat ditukar dengan kesenangan yang tanpa disadari akan melekat pada diri seseorang yang sedang dalam keadaan kurang baik. d. Menajamkan Sikap Bijak Terdapat kecenderungan pada seseorang untuk saling berbagi kepada orang lain. Berbagi hikmah dan kebijakan melalui tulisan dengan berbagai macam media akan memberikan manfaat kepada orang lain dengan jangkauan yang tidak terbatas. Berdasarkan pengalaman yang ada, tidak ada satu pun buku yang mengajarkan kepada seseorang untuk mengajak berbuat jelek kepada orang lain. Buku yang ada ditemukan bermuatan ilmu, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan dengan nilai-nilai luhur, strategi, bimbingan meraih suksesi. Dengan demikian, berisi pengetahuan bagaimana kita bisa mendapatkan nilai-nilai luhur, berbuat baik untuk sesama dan makhluk hidup 4 lain, dan membangun kemajuan bagi diri, orang lain, dan bangsa serta negaranya. Buku yang bermuatan kata-kata hikmah dan kebijakan akan turut memberikan muatan hikmah dan kebijakan kepada siapa saja yang membaca dan menikmati serta menghayatinya. Pada gilirannya pembaca akan dapat merasakan betapa indahnya nilai-nilai luhur itu, dan dengan demikian pembaca akan mencoba untuk melakukan apa yang dicontohkan dalam nilai-nilai luhur yang ada pada buku. e. Pembangkit Motivasi Bagaikan baterai handphone atau alat elektronik lainnya, lama tidak di charge maka yang terjadi tidak berfungsinya alat tersebut, dalam waktu tertentu akan terjadi kerusakan. Orang-orang yang lemah semangat perlu mendapatkan motivasi agar kembali menemukan tujuan hidupnya. Buku-buku yang bermuatan motivasi akan memberikan kontribusi dalam membangkitkan dan mengusung energi posistif dari motivasi, dengan demikian seseorang dapat secara optimal menemukan kembali motivasi tersebut untuk mencapai harapan yang diinginkan. Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri terhadap ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatifitas dan motivasi diri, karena otak akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir seseorang yang sedang membaca. f. Perentang Waktu Kegaitan membaca sudah biasa dilakukan oleh banyak orang, namun, siapa yang membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Banyak kemungkinan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian seseorang dan berpegang dengan jadwal tersebut hanya dimiliki oleh orang-oang yang memiliki kesiplinan dan motivasi yang tinggi. Seseorang yang sudah terbiasa dengan kedisiplinan tersebut akan merasakan sesuatu yang ganjil manakala tidak dapat menikmati kegiatan yang sudah dijadwalkan itu. Seseorang yang sudah memiliki kebiasaan untuk membaca, maka seseorang saat berada pada antrian pelayanan publik pun akan tetap meluangkan waktu untuk membaca buku yang sudah disiapkan sebelumnya. Kondisi menunggu antrian pelayanan publik ini kita akan dihampiri rasa bosan oleh setiap orang. Oleh karena itu, waktu rentang kita saat menunggu di bandara, di rumah sakit, atau tempat antrian lainnya kita bisa memanfaatkan untuk membaca buku apa yang bisa kita pilih. Bukan untuk menghayal dan melamun, tetapi untuk mendapatkan informasi dan mengasah kecerdasan berfikir tentang realitas yang ada yang disajikan dalam buku tersebut. Dengan demikian, tidak terasa waktu pun giliran datang 5 untuk seseorang itu. Di samping tidak merasakan lama waktu tunggunya yang menjadikan seseorang bosan, seseorang pun akan mendapatkan manfaat membaca buku, antara lain menjadi rasa senang dan fresh atas pilihan buku yang dibaca. g. Sarana Refleksi Diri dan Pembelajaran Diri Membaca dapat mengantarkan seseorang untuk dapat melihat dunia dari kaca mata atau sudut pandang penulis buku. Pembaca buku dapat memiliki idealisme dengan beragam pengetahuan dari idealisme penulis penulis buku yang dibaca. Dengan demikian, seseorang dapat melakukan refleksi diri terhadap apa yang difikirkan dan dilakukan. Membaca buku seseorang seakan dapat bercermin dari pemikiran yang ada dalam buku. Buku menawarkan keuntungan dan menebarkan kebaikan bagi siapa saja yang mau menerima asupan ilmu. Ilmu yang disuguhkan dalam buku dapat menjadikan seseorang dapat mengukur diri sendiri, menimbang dan menakar seberapa dekat pembaca dengan konsep yang ditawarkan. Dengan demikian, seseorang dapat merefleksi diri dan mendapatkan pembelajaran diri untuk menemukan kesuksesan di masa yang akan datang. Kata mutiara Kahlil Gibran berikut ini “Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yang termangu di depan cermin. Dan kalian; adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu. Dengan demikian, cermin itu adalah refleksi diri untuk mendapakan keindahan hidup kita sendiri. 2. Manfaat Membaca bagi Kesehatan Salah satu manfaat membaca yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari adalah menemukan cara untuk mengerjakan sesuatu. Pada masa dahulu anak-anak hanya belajar dengan mengamati dan menirukan orang tua. Dalam kehidupan modern orang harus semakin banyak bergantung pada petunjuk-petunjuk tertulis dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu (Zuchdi, 2007: 98). Di samping itu, membaca bukan hanya untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan saja, namun ternyata membaca juga bermanfaat untuk kesehatan. (Solopos.com 24/11/11 diakses tanggal 9 Maret 2012). Buku memberikan beberapa keuntungan bagi pembacanya, berikut ini disampaikan beberapa manfaat membaca bagi kesehatan. a. Melatih Otak Rutinitas dalam membaca akan bermanfaat meningkatkan kecerdasan otak. Saat membaca, otak akan bekerja dan menjalankan fungsinya dengan sempurna. Ketika membaca, seseorang akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang Anda belum 6 mengetahuinya. Saat membaca otak akan berpikir lebih, sehingga akan mengasah kecerdasan. b. Meringankan Stres Sastra adalah seni yang memiliki keindahan bahasa dalam bentuk tulisan. Keindahan bahasa sastra mampu mengantarkan pembaca untuk berimaginasi sebagimana yang diantarkan oleh penulis agar pembaca merasa terhibur. Manfaat membaca buku sastra akan dapat menghibur dan akan mengurangi stress yang dialami seseorang. Stress merupakan salah satu penyebab beberapa penyakit berbahaya yang mengancam jiwa seseorang. c. Menjauhkan Risiko Penyakit Alzheimer Penyakit Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan,[1] sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua (wikipedia.org.alzheimer, diakses tanggal 16 Maret 2012. Stimulasi (rangsangan) dalam membaca buku bermanfaat langsung meningkatkan daya ikat otak, sehingga membantu mencegah gangguan penyakit Alzheimer. Menurut para peneliti, membaca buku atau majalah, bermain teka-teki silang, sudoku, dan lain-lain dapat menunda atau mencegah kehilangan memori karena sel-sel otak dapat terhubung dan tumbuh. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu seseorang dapat meregangkan “otot” memori dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika seseorang tidak menggunakan memorinya, maka seseorang bisa kehilangan memori yang sudah dimiliki. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer. d. Mengembangkan Pola Tidur yang Sehat Membaca sebelum tidur akan bertindak sebagai alarm bagi tubuh dan mengirimkan sinyal bahwa sudah waktunya tidur. Membaca sebelum tidur tidak sama dengan membaca sambil tiduran. Seseorang yang melakukan kebiasaan membaca buku sebelum tidur akan menjadikan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Seseorang yang dapat tidur dengan nyenyak dan berkualitas akan membuat seseorang merasa segar bangun di pagi hari. e. Meningkatkan Konsentrasi Membaca buku akan membuat fikiran dan perhatian seseorang menjadi lebih fokus dan konsentrasi. Tidak seperti majalah, internet atau email yang hanya berisi potongan 7 kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab itu, seseorang perlu berkonsentrasi untuk membaca. Seperti otot, seseorang yang sedang membaca buku akan menjadi lebih baik di dalam berkonsentrasi. Seseorang yang sudah terlatih untuk membaca buku dengan konsentrasi yang baik, akan menjadikan seseorang memiliki keterampilan untuk melihat sebuah urutan dan kedalaman fakta yang ada di dalam buku. Dengan demikian seseorang yang terbisa membaca buku dapat menganrtarkan seseorang untuk melihat sebuah fakta secara secara objektif. Obyektivitas inilah yang akan menjadikan seseorang dapat bersikap obyektif dalam pengambilan keputusan yang ada. f. Menyehatkan Kulit Wajah Fatimah Mernissi, perempuan penulis Islam dari Maroko pernah berpesan “usahakan menulis setiap hari, niscaya kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa. Dari saat seseorang bangun dari tidurnya, kegiatan menulis dapat meningkatkan aktifitas sel. Coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di bawah mata akan segera lenyap dan kulit seseorang dan akan terasa segar kembali. g. Menjernihkan Pikiran, Menulis pada hakekatnya adalah usaha mengekpresikan berbagai kekalutan berfikir, ketidakadilan, kejengkelan dan perasaan lain yang menghadirkan energi negatif. Apabila dikeluarkan melalui tulisan, maka kekalutan berfikir itu dapat berkurang, hilang dan diganti dengan ada kepuasaan tersendri. Para sastrawan, budayawan atau ilmuwan itu sebenarnya merasakan sesuatu dalam diri mereka yang kemudian direnungkan, dianalisis, didiskusikan, dan ditulis. Karya sastrawan, budayawan atau ilmuwan sebenarnya merupakan pelampiasan terhadap kejengkelan sosial, politik, etika, dan moral yang terjadi di masyarakat. Sastrawan, budayawan atau ilmuwan sekadar berkeluh kesah terhadap fenomena yang terjadi dan berusaha dengan kacamatanya memberikan solusi. Kemudian apa yang dapat diungkapkan kepada masyarakat itulah yang sebenarnya merupakan kepuasaan tersendiri yang dimiliki oleh sastrawan, budayawan atau ilmuwan. Sastrawan, budayawan atau ilmuwan akan terlepas dari beban moral yang selama ini menghantui perasaan dan pikirannya. Melihat, mendengar, merasakan, dan menuliskan dari fenomena itu tumbuh pikiran-pikiran yang jernih untuk memberikan kritik solusi yang baik. h. Mengatasi Trauma. Menghadapi kehidupan sehari-hari, kadang-kadang menjadikan seseorang mengalami trauma psikologis. Trauma psikologis dapat menghadirkan perasaan tertekan karena suatu masalah. Kondisi ini tentu tidak mudah dihilangkan. Namun, tatkala 8 masalah tersebut diungkapkan melalui tulisan, maka sebenarnya seseorang telah melepaskan energi negatif yang menjadikan beban psikologis. Orang-orang yang menuliskan pikiran dan dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman traumatis akan menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh bila dibandingkan mereka yang sama sekali tidak menuliskannya. Aidh bin Abdullah al-Qarni, dalam bukunya, “La Tahzan” mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu di antaranya sebagai berikut: membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan, ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan, kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja, orang dapat mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman, orang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia. Nasihat lama, yaitu “Buku adalah gudang ilmu.” Demikian bunyi nasihat lama yang sering kita dengar. Dengan membaca buku, kita akan menemukan lebih banyak inspirasi, motivasi, dan berbagai khasanah ilmu pengetahuan. Begitu juga bagi seorang penulis buku. Buku menjadi sarana menuangkan inspirasi, motivasi, dan menularkan ilmu. Bahkan dengan menulis, maka seorang penulis pun akan menjadi lebih ahli dalam bidang yang ditulis dan menemukan inspirasi-inpirasi baru untuk berkarya dalam sebuah buku. Namun, tidak semua orang mau menulis bahkan orang-orang yang sudah berilmu seperti dosen, guru, atau mahasiswa misalnya, juga malas untuk campur tangan dalam dunia tulis-menulis ini. Saya sendiri pun juga baru berinisiatif untuk menulis setelah mengetahui bahwa menulis itu mempunyai banyak keuntungan. 3. Tips Mengantarkan pada Cinta Baca a. Jadikan Buku sebagai Sahabat Setia Tips yang dapat ditawarkan ini adalah jadikan buku sebagai sahabat setia di saat tidak ada satupun orang lain yang bisa mengerti situasi yang dimiliki. Ini yang saya rasakan bersama teman-teman lainnya setelah mengecap manisnya manfaat dari buku yang dibaca. Terutama buku motivasi, dengan membacanya seseorang dapat merasakan energi baru, seperti seakan menemukan sebuah kekuatan baru. Kekuatan baru itu menjadikan seseorang seakan mau berlari untuk menggapai apa yang diinginkan tanpa 9 melihat kemampuan, situasi, dan kondisi yang ada pada dirinya. Semunya seakan-akan akan berjalan sesuai dengan imaginasi yang ada untuk meraih sukses itu. Jika seseorang pernah merasakan hal ini, berarti seseorang mendapat manfaat secara langsung dari motivasi yang dibaca. Jadikan buku sebagai teman yang akan memberikan banyak manfaat, bahkan jadikan membaca sebagai sahabat dalam suka dan duka. Jadikagian buku sebagai bagian yang tidak akan lepas dari rutinitas kehidupan. Jangan pernah berfikir bahwa seseorang ada dalam kesendirian atau terkungkung pada perasaan bersalah dan dengan demikian tidak ada satupun orang lain yang mau mengerti dan membantu. Allah akan selalu hadir baik dibutuhkan maupun tidak, ada kalam ilahi yang bisa dibaca dan juga buku yang dapat hadir sebagai penglipur lara. b. Jadikan Buku untuk Membantu Meretas Kesulitan Masyarakat sebenarnya sudah dapat mengambil nilai lebih dari membaca buku ataupun lainnya. Tatkala mereka menemukan kesulitan terhadap permasalahan yang dihadapi, masyarakat kembali untuk membuka buku atau sumber lain agar dapat membantu mengurai benang ruwetnya sesuai dengan spesifikasi keilmuan yang dimiliki oleh sumber bacaan. Sebagai contoh, ketika seseorang kesulitan untuk membagi harta warisan, membagi harta akibat perceraian, dan lain sebagainya, maka jadikan buku yang dapat membantu untuk meretas kesulitan tersebut. Ketika seseorang menemukan kejenuhan berfikir untuk mengukir prestasi, maka buku dapat menghadirkan ide-ide segar yang siap untuk mengantarakan kesuksesan. Sebagai contoh sederhana saja, seseorang yang hendak mengikuti sebuah mata lomba di desanya, dia sama sekali tidak dapat menemukan ide bagus yang dapat diandalkan untuk mencapai prestasi. Seseorang tersebut cukup menuju ke ruang perpustakaan desa untuk membaca beberapa buku dan menemukan ide cemerlang untuk diaplikasikan dalam salah satu lomba tersebut. Singkat cerita, dapat memenangkan lomba tanpa harus menganggu ide kreatif lawan. c. Jadikan Membaca sebagai Kebutuhan Harian Tidak ubahnya seperti mengkonsumsi makanan, istirahat, rekreasi, olah raga, dan beribadah, maka membaca hendaknya menjadi bagian dari sebuah kebutuhan setiap hari. Hari-harinya tidak pernah absen dari membaca apa saja yang bisa dinikmati untuk dibaca. Dengan demikian, seseorang tidak akan terpotong informasi kini yang sedang berkembang di masyarakat. Seseorang dapat lebih membangun sikap disiplin dalam membagi waktu untuk membaca apa saja yang diinginkan. 10 4. Jenis Buku Bacaan Jenis buku yang dapat dibaca antara lain: a. Buku pelajaran Buku pelajaran biasanya berupa buku-buku yang digunakan oleh sekolah sebagai materi utama yang diajarkan sesuai dengan kurikulum pada tahun pelajaran tertentu atau pada tahun kurikulum tertentu. Buku pelajaran biasanya hanya memuat teori-teori dasar yang jauh dari pengungkapan problematika masing-masing mata pelajaran. Sistematika penyusunan sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan. Memuat materi pokok dan bahan-bahan evaluasi atas materi yang ada. b. Kamus/ensiklopedi Ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang menyimpan informasi secara komprehensif dan cepat dipahami serta dimengerti mengenai keseluruhan cabang ilmu pengetahuan atau khusus dalam satu cabang ilmu pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian artikel-artikel dengan satu topik bahasan pada tiaptiap artikel yang disusun berdasarkan abjad, kategori atau volume terbitan dan pada umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku yang tergantung pada jumlah bahan yang disertakan (http://id.wikipedia.org/wiki/ Ensiklopedia, diakses 9 Maret 2012) c. Parenting Buku-buku parenting biasanya memuat materi tentang bagaimana mendidik anak, membesarkan anak, membangun motivasi tertentu, mengukir prestasi, dan mengembangkan hidup dengan perilaku terpuji dan lain sebagainya serta solusi yang ditawarkan untuk mendidik anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, dan terampil. Sistematika dalam penulisan buku yang memuat tentang parenting biasanya dibangun dari kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, setelah itu baru memuat hal-hal teknis yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengantarkan pada tujuan yang diinginkan. d. How to yang memuat tentang panduan-panduan praktis cara memasak, cara merawat diri dan lain sebagainya. Buku ini bersifat teknis, karena memuat panduan-panduan secara lebih lengkap. Harapan yang diinginkan oleh penulis adalah pembaca mengikuti tahapan-tahapan yang harus diikuti agar memperoleh hasil yang sesui dengan penulisnya. Bisanya dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat memberikan ilustrasi terhadap materi yang disampaikan. Ilustrasi ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap prosesi yang akan dihasilkan dengan mengikuti langkah-langkah yang disarankan. 11 C. Menulis 1. Syarat sebagai Penulis Menjadi seorang penulis sebenarnya tidak ada patokan yang ketat, semua syarat sudah melekat pada diri seseorang secara lengkap, hanya saja apakah seseorang tersebut telah mengenali dirinya bahwa dirinya mampu menjadi seorang penulis yang handal bahkan fenomenal atau tidak sama sekali?. Di bawah ini disampaikan syarat-syarat tersebut: a. Dapat membaca dan menulis, b. Gemar membaca, c. Ada kemauan atau motivasi kuat untuk menulis, d. Mampu membaca situasi dan kondisi di sekitar kita, e. Mau belajar bagaimana bisa menulis berbagai jenis tulisan, f. Mengetahui teknik penulisan, dan penggunaan bahasa yang baik dan benar, g. Mau memulai menulis, Dari beberapa klasifikasi syarat menjadi seorang penulis tampak sangat sederhan, sehingga setiap orang tanpa mengenal batas umur, latar belakang pendidikan, status sosial, dan status agama, bahkan tidak menyebutkan bahwa menulis adalah bakat. Dengan demikian, yang mungkin diperlukan bukanlah suatu ‘bakat’ istimewa, tetapi lebih pada keinginan dan minat yang besar untuk mau belajar, membangun kebiasaan dalam menuangkan gagasan lewat tulisan.” 2. Tips Konsistensi Menulis Komitmen yang dapat ditawarkan agar seseorang bisa memiliki konsistensi menulis antara lain: a. Target Target merupakan bagian dari strategi untuk mendapatkan peluang, kesempatan dan suksesi. Membuat target-target tertentu dalam melaksanakan kegiatan merupakan trik jitu agar apa yang kita laksanakan sesuai dengan target yang sudah ditentukan. Menentukan target pasti tidak sembarang menentukan waktu yang dapat kita selesaikan untuk menulis sesuatu karya tulis. Banyak pertimbangan yang perlu diperhatikan agar target yang kita tetapkan tidak menyisakan kekecewaan. Target yang ditentukan dapat berupa target perencanaan secara umum, secara teknis seperti target ekplorasi data, waktu selesai penyusunan laporannya maupun berupa jumlah eksemplar yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Target di sini bukan berarti memaksakan kehendak, karena proses menulis tidak secara kaku ditentukan dengan waktu dan berapa produk yang harus dihasilkan, tetapi target dalam pengertian di sini untuk membangun komitmen kerja agar terarah sesuai 12 dengan kemampuan, kesempatan, dan kemauan yang disepakti oleh diri kita sendiri sebagai seorang penulis/peneliti. Sebagai seorang penulis yang sudah memiliki nama harum misalnya, biasanya pada waktu tertentu sudah mendapatkan pesanan dari penerbit. Secara tidak langsung dari penerbit meminta tenggang waktu kapan tulisan itu bisa diterimakan ke bagian penerbitan. Dengan demikian, penulis harus memiliki target waktu tertentu kapan tulisan itu dapat diselesaikan agar kredibilitas penulis tetap terjaga dengan baik. b. Sebagai Sumber Nafkah Dunia informasi dan telekomunikasi memang dunia yang menjanjikan secara finansial. Penghargaan terhadap kepemilikan ilmu sekarang ini cukup dijunjung tinggi. Sebenarnya dunia tulis menulis bagi kebanyakan orang bukan fianansial yang dituju, tetapi hasil karyanya dalam orientasi untuk melatih analisis, melatih menulis, membagi ilmu dan pengalaman, serta melatih kehalusan seni berkomunikasi secara tulis. Bersamaan dengan orientasi tersebut bagi penerbit memberikan apresiasi secara profesional dengan memberikan royalti kepada penulis dengan besaran sesuai dengan oplah penjualan dengan menggunakan perhitungan yang telah diketahui oleh kedua belah pihak. Apresiasi secara profesional tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber naskah yang cukup menjanjikan sepanjang hayat. Apresiasi secara positif dari penerbit tersebut dapat menjadi penggugah bagi penulis untuk menjadikan hasil-hasil karyanya menjadi investasi yang tidak mengenal umur. Contoh Habiburrahman Elshirazy misalnya, dari novel Ayat-Ayat Cinta, mendapatkan royalti lebih dari Rp1,2 miliar. Sederhananya hanya dengan modalnya sebuah naskah novel, yang kemudian naik menjadi konsumsi film sang sangat melejit. Eni Kusuma merupakan mantan TKI yang sukses menerbitkan buku motivasi berjudul Anda Luar Biasa!!! Hebatnya, buku ini juga dikomentari oleh tidak kurang dari 27 penulis, motivator, tokoh, atau aktifis ternama. Saat ini, Eni tidak hanya bisa menikmati manfaat materi dari menulis namun juga popularitas. Eni mulai membagikan semangatnya melalui forum-forum seminar, diskusi, serta talk show di radio-radio. Melalui alasan inilah, maka melakukan kegiatan tulis menulis menjadi pemicu untuk menulis secara kontinyu. Meskipun demikian, penulis yang profesional materi bukan menjadi orientasi tunggal. Penulis menjadikan karyanya sebagai bagian dari sumbangsih demi kemajuan ilmu dan pengetahuan, karena penulis mengetahui bahwa pemilik harta harus menjaga hartanya, tetapi pemilik ilmu, ilmunya yang akan menjaga pemiliknya. Harta jika diberikan akan berkurang, sedang ilmu jika diberikan akan bertambah. Harta 13 mudah membuat gelap (sombong), sedang ilmu menerangi pemiliknya (menjadi rendah hati). Sayyidina Ali RA. c. Menggeser Hobi ke Profesi Sebagian orang masih menjunjung tinggi kegiatan tulis menulis merupakan kepuasan diri sebagai wahana pengembangan hobi belaka. Di luar apresiasi yang diberikan oleh penerbit yang jumlahnya cukup lumayan, penulis ini masih menganggap menulis sebagai hobi dan bukan profesi. Sebagai salah satu hobi, maka profesi menulis dianggap tidak memiliki nilai jual yang baik. Paradigma ini dapat digeser untuk membangun konsistensi dalam menghasilkan karya tulis bahwa menulis dapat dijadikan sebagai profesi yang baik dan menjanjikan. Profesi penulis merupakan sebuah profesi yang tidak mengenal kata terlalu muda dan terlalu tua, pantas dan tidak pantas, serta tidak mengenal masa pensiun. Profesi sebagai penulis dapat dimiliki oleh setiap orang. Profesi itu akan mengikuti dengan karya yang keluar dari pemikiran yang bersih dan tajam dan dapat diterima oleh masyarakat. Selama penulis dapat secara baik melakukan kegiatan tulis menulis, tulisanannya dapat diterima oleh masyarakat, maka seorang lansia sekalipun dapat tetap melanjutkan menjadi seorang kolumnis maupun pengarang. d. Bangga sebagai Penulis Di belahan bumi yang mana, negara mana, provinsi mana, kabupaten/kota mana, desa mana dan lembaga yang mana kalau seseorang tidak merasa bangga menjadi orang terkenal karena memiliki pengaruh yang kuat dalam masayarakat?. Popularitas seseorang dalam dunia penerbitan tidak mengenal batas negara, wilayah, dan latar belakang pendidikan. Sepanjang hasil pemikirannya dapat ditulis dengan baik, diterima oleh masyarakat pembacanya, diterbitkan dengan baik, maka tulisan itu dapat melampaui kemampuan fisik untuk mengunjungi wilayah tersebut. Popularitas tersebut menjadikan seseorang patut merasa bangga akan karyanya yang mendunia itu. Terdapat pengakuan secara baik merupakan kodrat manusia untuk merasa bangga. Tetapi, perlu diketahui bahwa popularitas dalam dunia tulis menulis bukan karena kebutuhan tersebut, tetapi ada kebutuhan yang lebih esensial yang dapat memuaskan penulis, yaitu pemikirannya yang dapat diterima secara baik oleh masyarakat. Menerbitkan buku dapat mengantarkan kehadirannya jauh melampaui kemampuan fisik untuk mengunjungi orang lain dari berbagai belahan dunia. Semakin banyak buku yang ditulis dan diterbitkan menjadikan semakin banyak orang yang membaca buku yang ditulis, maka otomatis akan cepat dikenal oleh banyak orang. 14 Penghargaan publik ini dapat mengantarkan kepada seseorang untuk melakukan kegiatan penulisan secara konsisten. 3. Proses Menulis Proses menulis bagi seseorang yang satu dengan seseorang yang lain memiliki kerangka yang berbeda-beda. Meskipun demikian, proses menulis biasanya mengikuti beberapa langkah berikut ini: 1. Inspirasi Seorang penulis biasanya untuk melakukan kegiatan tulis menulis diawali dengan mendapatkan inspirasi terlebih dahulu. Inspirasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan observasi, pembacaan beberapa sumber tertulis, mendengarkan ceramah, atau bahkan mendaptkan inspirasi dari kegiatan sederhana yang dilakukan atau melihat fenomena yang sangat sederhana, tetapi dari hasil berfikirnya yang dalam menjadikan tulisan itu populis di masyarakat. 2. Pendalaman Setelah mendapatkan inspirasi dari berbagai sumber tersebut penulis biasanya melakukan pemahaman dengan mencari dan penelusuran kepustakaan/informasi dari sumber lain untuk menguatkan buah dari inspirasi tersebut. Inspirasi yang ada dikuatkan dengan pendalaman referensi yang dapat menjadikan inspirasi tersebut memiliki timbangan akademik yang dapat dipertanggung jawabkan. Pendalaman melalui literatur tersebut menjadikan ispirasi itu semakin tajam, dalam dan jelas untuk menunjukkan kebenaran fakta. 3. Fokus Perhatian Penulis melalui pendalaman referensi yang terpercaya, biasanya akan memilih pada fokus yang ditulis dengan mengerucutkan pada kompetensi yang lebih kuat yang ada pada dirinya. Inilah yang akan menandai pada spesifikasi keilmuan dari penulis. Penulisan yang sesuai dengan spesifikasinya menjadikan tulisan itu bersifat integral, komprehensif, dan memiliki kedalaman yang tuntas dan jelas. 4. Menata Alur Pemikiran dengan Data, Logika dan Bahasa. Konsentrasi lebih dikerucutkan pada upaya mengolah bahasa agar pemikiran/logika dan kerangka pemikiran dapat diterima oleh akal sehat. Alur berfikir ini penting untuk dapat mengenali apa, mengapa, siapa, di mana, dan kapan. Alur berfikir tersebuut harus didukung oleh data yang memadai dan valid dan dikemas dalam bahasa yang dapat mengantarkan pada pemahaman penulis atas data tersebut, dengan 15 demikian penulis tidak membiarkan pembaca untuk menafsirkan sendiri dari data yang disuguhkan. 4. Penyakit Umum Calon Penulis Calon penulis atau penulis yunior biasanya memiliki penyakit yang manusiawi berupa takut salah dan takut tanggapan dari masyarakat yang kurang berpihak kepadanya. Takut konsep yang ditawarkan tidak populis atau bahkan tidak dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Itu saja masih beruntung, ada penulis yang mendapatkan tanggapan yang tidak membangun dari pembaca karena berbeda perspektif. Tanggapan yang kurang membangun tersebut dapat merusak mentalitas penulis yunior. Oleh karena itu, berbekallah dengan prinsip hidup dalam mengawali profesi sebagai penulis seperti per, semakin ditekan justru semakin melonjak/melejit membumbung tinggi ke langit. Seorang penulis yang memiliki perspektif ini, akan menjadikan namanya semakin membumbung tinggi. Hal ini tentunya tetap pada pendirian bahwa yang ditulis adalah sesuatu yang benar dan mendasar pada pijakan referensi yang mapan. 5. Kelemahan Penulis Senior dan Yunior a. Kelemahan Penulis Senior Menurut Djuroto dan Bambang Suprijadi (2002: 51-52) kelemahan penulis senior antara lain: 1) Karena merasa sudah mapan, penulis senior cenderung tidak lagi mempelajari atau mengembangkan struktur tulisan sebagai daya tarik tersendiri, penulis senior menganggap tulisannya sudah bagus dan rutin karena sudah dikontrak oleh penerbit, 2) Penulis senior sering menggunakan bahasa yang klise, 3) Penulis senior sering mengulang-ulang topik dan hanya sedikit perbaikan sesuai dengan permasalahan yang berkembang di masyarakat, 4) Penulis senior biasanya merasa sudah memiliki nama melalui karyanya, sehingga mengabaikan beberap hal yang dinilai penting. b. Kelemahan Penulis Yunior Kelemahan penulis pemula antara lain: 1) Wahana berfikirnya kurang aktual. Penulis pemula biasanya kurang tekun mengikuti pergulatan isu yang berkembang di masyarakat, dan lemah dalam menangkap esensi masalahnya. Mungkin, hal ini kurang didukung kemauan untuk membaca, tidak memiliki literatur, dan tidak mau mengikuti perkembangan tulisan di media lainnya. 2) Melebar. 16 Tulisan pemula biasanya melebar seringkali hit and run atau keluyuran ke mana-mana; tidak fokus. Satu masalah diangkat belum diperdalam sudah membahas topik lain yang kurang relevan dengan tulisan yang sebelumnya. Begitu berulangulang sehingga tampak terlalu banyak jalan yang hendak ditempuh. Kalau sudah demikian, akhirnya lupa pada kaitan dan solusi antara sekian masalah yang harus difokuskan sebelumnya. Hal ini akan menjadikan pembaca bingung dan tidak dapat menemukan sesuatu yang esensi dari tulisan itu. 3) Tidak Memahami Angle (sudut pandang) Penulis pemula cara menulisnya terlalu umum dan bersahaja. Bisanya penulis pemula kurang berani untuk mengungkapkan ide yang spesifik dan bahkan kontrapersepsi. Penulis pemula seakan tidak berani untuk mengambil cabang, ranting, tangkai, daun, bunga atau buah dalam satu pohon sehingga kurang dalam dalam mengeksplorasi masalah yang ditulis. Dengan demikian, tulisan menjadi terkesan jauh dari sudut pandang yang jelas dan dangkal. 4) Kurang Eksplanatif Penulis pemula biasanya kurang eksplanatif dan cenderung deskriptif dalam mengurai permasalahan, sehingga padu padannya menjadi kurang sesuai dengan realita yang ada, seakan hanya menyambung bagian-bagian topik yang ada. seakanakan penulis tidak hadir dalam kaya tulisan yang disuguhkan. Dengan demikian, hanya sekedar memberikan penjelasan secara umum dan tidak sampai pada tingkatan teknis apa yang difikirkan dan diusulkan sebagai buah pemikirannya itu. 6. Tips Jitu bagi Penulis Yunior untuk Melejitkan Profesi dirinya. a. Keluar dari Penjara Teori 1) Teori yang sudah dibakukan oleh masyarakat biasanya membuat penulis merasa kaku harus mengikuti frame yang ada. Penulis yunior biasanya tidak berani untuk menampilkan gagasan atau teori baru yang diyakininya sebagai sesuatu yang benar. Oleh karena itu, agar pikiran penulis yunior dapat berkembang, bebas lepas, sehingga power-nya keluar adalah dengan prinsip keluar dari penjara teori. Penjara teori yang dimaksudkan adalah memiliki keseimbangan motorik untuk mentransformasikan ide-ide tersebut untuk yang tidak diganggu dengan teori yang searah dengan yang ditulis dan berani untuk berseberangan dengan teori-teori yang sudah ada, asalkan penulis memiliki pijakan yang jelas yang diikuti dengan logika yang dapat diterima oleh orang lain dan fakta empiris yang ditemukan. Kalau fakta empiris dapat membuktikan realitas konsep yang difikirkan, maka dapat mengantarkan pada teori baru yang dapat diujikan oleh masyarakat. Menulis tidak 17 perlu terkungkung pada teori-teori yang sudah mapan, bisa jadi karena perubahan waktu dan dinamika masyarkat, maka teori lama pun dapat tergesert dengan teori baru. Penulis boleh menjadikan teori lama untuk dijadikan sebagai bagian dari pengayaan apa yang sedang kita tulis untuk dihadirkan kepada pembaca. 2) Keluar dari penjara teori, ikuti kata hatinya, tulis saja apa kata hati kita, biarkan otak kanan bekerja, setelah itu biarkan otak kiri yang akan merapikan, 3) Ia barat anak yang baru belajar berjalan jangan dibatasi dengan pagar, biarkan dia berjalan sesuka yang dia mau. Pagar ibarat penjara, 4) Perjalanan menuju lupa untuk sampai kepada sebuah kejernihan berfikir, dengan demikian hasil tulisannya dapat memiliki ruh, 5) Cara yang terbaik untuk menulis menuruti kata hati adalah menulis buku harian, karena dalam menulis buku harian tidak terbebani apa-apa, kecuali yang terbersit dalam hati dan pikiran. Tokoh-tokoh yang tenar karena menulis buku harian antara lain Ahwad Wahib tentang Pergolakan Pemikiran Islam, 6) Menulis dengan tujuan terbatas hanya pada satu tujuan tertentu yang jelas, 7) Ibarat kita menyetir mobil di jalan raya yang sepi. Seakan kita sendirian, sehingga mantap memutar setir kemudi kemana arah yang akan dituju, seakan tidak akan pernah terjadi tabrakan, menabrak, atau ditabrak. Memakai ibarat tersebut, seorang penulis akan dapat mengeluarkan ide segarnya tanpa ada perasaan takut salah dan disalahkan. Ibarat tersebut seperti yang dilakukan oleh seorang penulis surat atau korespondensi. Dalam menulis surat, kita sudah membayangkan pembaca yang dituju, tetapi pembacanya terbatas (hanya satu orang), kecuali surat terbuka, 8) Tokoh terkenal dengan menulis surat adalah Kartini (habis gelap terbitlah terang), sebuah pernyataan hati untuk membongkar tadisi Jawa yang feodal yang dikirimkan kepada teman korespondensinya. 9) Jika kita sudah mampu memanfaatkan kemampuan tujuan terbatas, langkah berikutnya menulis dengan tak terbatas, artinya, kita tinggal mengubah paradigma kalau semula (menulis surat) dirubah menjadi sebuah tulisan yang lebih memiliki cakupan yang lebih luas. 10) Setelah kita dapat menulis dengan tujuan terbatas dan tak terbatas, baru kita mentransfer data, mengurutkan tata cara penulisan, kebahasaan dan lain-lain sesuai dengan kemampuan menganalisis hasil pengolahan data yang diperoleh seperti penyusuanan laporan hasil penelitian baik skripsi, tesis, disertasi maupun penelitian lain. 18 b. Spiritual Writing Spiritual writing merupakan cara cepat melejitkan potensi menulis. Al- ghozali untuk mengawali menulis dengan diawali melakukan sholat dua rokaat. Tanpa sarana yang canggih, al-ghozali menulis dengan tulisan tangan hingga 8000 halaman. Kita??? Berarti ada sesuatu yang hilang pada diri kita, jaawabnya antara lain ada nilai spiritual yang hilang. Menulis merupakan skill yang dapat dipelajari asalkan punya kemauan siapapun pasti bisa. Apakah menulis perlu bakat? Jawanya dari banyak pengalaman, bakat hanya berkontribusi 10% selebihnya (0% adalah kemauan kuat dan kerja keras. Cara mengawali untuk menulis dengan car mengawali dengan mengembangkan otak kiri terlebih dahulu, baru dengan otak kanan (analitis), bersegeralah memposisikan hatinya dengan hati, dan bahasa yang enak berasal dari hati bukan pikiran. c. No Exellences Sebagai seorang penulis yunior, fokus pada hal terbatas, kerucutkan permasalahan jelas, atur emosi berfikirnya dengan baik, jaga tata bahasanya, dan jangan berfikir untuk sempurna. Membuat dan lakukan dengan sempurna merupakan sebuah modal awal bagi pemula. Hal penting bagi pemula adalah sempurnakan tulisan yang dibuat itu. Jika penulis sudah membuat tulisan dengan sempurna, maka pengakuan akan datang dari masyarakat. Biarkan waktu yang akan menentukan kapan matahari terbit, biarkan kesuksesan Saudara seakan terjadi dengan sendirnya. Ingat, lakukan yang terbaik !!!. beberapa hal penting dalam mengawali untuk menulis sebagaimana disarankan oleh DePorter (2009: 12) bahwa pusatkan pikiran, tuliskan beragam ide dan point-point utama, atur point-point utama dalam sebuah kerangka, fokuskan pada target penulisan dan buat draft karangan. Selamat datang penulis yunior. Tips jitu yang lain yang disederhanakan tetapi memiliki kekuatan yang besar dalam melahirkan bakat-bakat penulis adalah membiasakan untuk membaca buku, melihat dan mencermati fenomena yang terjadi di masyarakat dan perkembangan informasi di dunia tulis menulis, baik cetak maupun elektronik, serta segera menulis dengan ide yang dapat ditangkap dari fenomena tersebut. 7. Mengapa Perlu Menulis dan Meneliti? Kualitas seseorang muslim terukur oleh bobot ketaqwaan dan amaliahnya. Bukan jabatan apa yang dipegang, tetapi apa yang sudah dilakukan oleh seseorang karena jabatannya itu. Jabatan sebagai seorang penulis, maka bagaimana seseorang tersebut mampu untuk memberikan tebaran ilmu kepada orang lain, sehingga kondisi orang lain dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sulit menjadi mudah, dari rumit menjadi sederhana, dari tidak bermanfaat menjadi bermanfaat, dari diabaikan orang 19 lain menjadi lebih dipentingkan oleh orang lain, dari tidak terjangkau menjadi terjangkau dari hal yang memiliki nilai mahal menjadi lebih murah, dari rentang waktu yang lama menjadi rentang waktu yang sedikit, dan lain sebagainya. Dengan demikian, masyarakat dapat memanfaatkan tulisan dari pengarang tersebut untuk mendapatkan keuntungan dan kebermanfaatan. Transfer ilmu kepada orang lain tersebut melalui tulisan yang dapat memahamkan, sehingga orang lain dapat melakukannya dengan baik untuk merubah seseorang yang memutuhkan. Melakukan penelitian bagi seoerang peneliti, bukan sekedar melakukan penelitian begitu saja, tetapi ada substansi penting yang hendak diselesaikan secara akademik dan secara sosial. Penelitian yang dilakukan biasanya sesuatu yang berkembang di masyarakat tetapi ditemukan ketidaksejalanan dengan teori, adat istiadat, kebiasaan lokal, agama, dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat, dan tuntutan kebutuhan, dan perubahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang ada. Dengan demikian penelitian dilakukan apabila mengundang kontraversial, keresahan, kerugian seseorang, kelompok orang atau lembaga bahkan pemerintah. Melalui penelitian tersebut diharapkan dapat ditemukan titik singgung akan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian dapat diminimalisir keresahan, kerugian dan perdebatan yang tidak mendasar pada disiplin keilmuan tertentu. Laporan hasil penelitian yang dilaksanan tersebut menjadi bukti jawaban atas pertanyaan masyarakat atas beberapa kasus yang terjadi. Dengan demikian, masyarakat menjadi lebih tenang dan terkendali karena sudah mendapatkan kepastian dari hasil penelitian yang dilakukan. Sebagai contoh kasus yang menggemparkan ibu-ibu rumah tangga dan masyarakat muslim di Indonesia tentang susu “D’ yang berdasarkan penelitian sebuah perguruan tinggi mengandung minyak babi, sontak masyarakat menghangat. Perusahaan susu ‘D’ itu pun membela diri dengan memberikan pernyataan ketidakbenaran/hasil penelitian tersebut melalui konfrensi pers. Masyarakat pun masih gamang menggunakan susu bermerek D tersebut. melalui penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan, maka beberapa lembaga terkait seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut mengambil bagian dalam penelitian tersebut sehingga masyarakat menjadi menerima hasil penelitian baru yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan minyak babi yang ada di dalam susu ‘D’ tersebut. Dengan demikian, melakukan penelitian akan dapat ditemukan beberapa hal seperti fakta, data, dan informasi, generalisasi, prinsip-prisip, dalil/kaidah-kaidah, dan sangt mungkin ditemukan teori-teori baru. Di samping itu, dalam melakukan penelitian terdapat beberapa hal yang dapat kita peroleh antara lain dapat melakukan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang 20 kompleks dan kait-mengkait; dapat memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut dan mendapatkan pengetahuan/ilmu baru. 21 BAB II KONSEP DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH A. Prawacana Di perguruan tinggi, baik mahasiswa maupun dosen, dituntut dan bahkan berkewajiban untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti menulis artikel, makalah, penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi, dan bahkan untuk menulis jurnal tingkat lokal, nasional, dan bahkan Internasional. Penulisan jurnal sekarang ini menjadi syarat mutlak sebuah kelulusan bagi mahasiswa di perguruan tinggi di bawah naungan kementerian pendidikan nasional. Mahasiswa dalam proses perkuliahan pada mata kuliah tertentu diwajibkan untuk membuat artikel, makalah, dan menyusun tugas akhir berupa penyusunan skripsi. Doesn dalam menjalankan tugas tri dharma perguruan tinggi tidak lepas dari kegiatan penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, dosen di samping bertugas membimbing mahasiswa untuk menulis karya tulis ilmiah berupa skripsi, juga diwajibkan untuk membuat karya tulis ilmiah (makalah), dan melakukan penelitian. Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat akademik. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, artikel jurnal, yang pada dasarnya itu merupakan produk kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Variasi jenis penelitian dikuti dengan variasi penyusunan laporan yang perlu dilengkapi sesuai dengan pedoman masing-masing lembaga atau departemen. B. Konsep Dasar Penulisan Karya Ilmiah 1. Pemikiran Ilmiah Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis dan empiris. Logis berarti masuk akal, sedangkan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan/yang dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain. Pemikiran ilmiah digunakan dalam memaparkan dan menganalisis data. Pemaparan dan analisis data dapat membantu untuk memberikan penjelasan atas data yang ada. Pemikiran ilmiah pada lingkup keilmuan terdiri dari dua tingkatan yaitu, tingkatan abstrak dan tingkat empiris. Pemikiran ilmiah tingkat abstrak berkaitan dengan penalaran. Pada tingkatan ini pemikirnya bebas tetapi sedikit terikat dengan waktu atau ruang. Sedangkan pemikiran empiris berkaitan dengan pengamatan terhada fenomena yang terjadi. 22 Karena berkaitan dengan pengamatan, maka pemikiran empiris ini sangat terikat dengan waktu dan ruangan. Proses pemikiran ilmiah seseorang selalu dimulai dengan apa yang disebut dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah merupakan gabungan dari dua pendekatan yaitu pendekatan induktif dan deduktif. Pemahaman terhadap pendekatan induktif dan deduktif ini perlu dilakukan secara bersama, karena hasil yang dicapai dari kedua pendekatan itu berbeda. a. Penalaran Induktif Menurut Sukandarrumidi (2004: 38-40) pendekatan induktif adalah pengalaman atau pengamatan seseorang pada tingkat empiris, menghasilkan konsep, modifikasi model hipotesis menjadi teori dan bermuara di tingkat abstrak. Pola induktif merupakan suatu pola berfikir yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus dari berbagai kasus yang bersifat umum. Pola penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri dengan penyimpulan yang bersifat umum. Dengan demikian, metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Metode berpikir induktif dapat diberikan sebagaimana dalam contoh berikut ini: Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jika dipanaskan, platina memuai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika dipanaskan, logam memuai. Jika ada udara, manusia akan hidup. Jika ada udara, hewan akan hidup. Jika ada udara, tumbuhan akan hidup. Dengan demikian, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup. b. Penalaran Deduktif Menurut Sukandarrumidi (2004: 38-40) Pola deduksi adalah pola berfikir yang bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum, dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dengan menggunakan pola deduksi biasanya menggunakan pola pendekatan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. 23 Pola penarikan deduktif dan induktif dapat ditampilkan dalam bagan berikut: Abstrak/umum Deduktif: dari Umum ke Khusus Induktif: dari Konkret/khusus Khusus ke Umum Gambar Penarikan Kesimpulan 2. Pengertian Dasar Penulisan Karya Ilmiah Karya tulis ilmiah berasal dari kata tulis atau tulisan dan ilmiah. Tulis atau tulisan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan, karangan, dan pernyataan, serta gagasan sendiri ataupun orang lain. Orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah dikemukakan oleh orang lain itu disebut penulis, bukan pengarang. Hal ini dapat disepakati sebab yang bersangkutan hanya mengkompilasikan dengan cara meringkas, menyimpulkan, atau bahkan dengan menggabungkan data dan informasi menjadi satu berbagai bahan tulisan. Kompilasi, ringkasan, kesimpulan tersebut sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah informasi baru yang lebih utuh. Seorang penulis biasanya sangat jarang menuliskan dengan jujur bahwa tulisannya merupkan kompilasi, ringkasan, ataupun kesimpulan dari beberapa sumber. Meskipun demikian, terkadang juga ada yang dengan jujur menuliskan bahwa, yang saya tuliskan ini merupakan kompilasi, sehingga ini bukan merupakan karya saya. Ilmiah berarti bersifat ilmu, atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam merumuskan permasalahan, membahas permasalahan, menggunakan metode sebagai alat bedahnya, membahas hasil kajiannya, dan menyajikan kajiannya dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah. Di samping itu juga menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti objektif, logis, empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten. 24 a. Definisi Karya Tulis Ilmiah 1) Djuroto dan Bambang Supriyadi (2005: 15). Karya tulis ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya. Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka (Juroto dan Bambang Suprijadi, 2002, 13). 2) Dwiloka dkk (2005: 2) Karya seseorang ilmuwan (yang baru berupa pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya 3) Arifin, 2006: 1-2. Karya tulis ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. 4) Firman (2008). Karya tulis ilmiah adalah laporan tertulis yang dipublikasikan atau dipaparkan berdasarkan hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Dari berbagai macam pengertian karya tulis ilmiah di atas dapat disimpulkan bahwa, karya tulis ilmiah adalah suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah, dan menyajikan hasil pembahasannya dengan menggunakan tata tulis yang baku. Karya tulis ilmiah juga merupakan suatu tulisan yang di dalamnya membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan pengamatan, penyelidikan, pengumpulan data yang diperoleh dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Oleh karena itu, dalam memaparkan dan menganalisis data harus berdasarkan pemikiran ilmiah yaitu pemikiran yang logis dan empiris, dan memiliki karakteristik sikap-sikap ilmiah. Hipotesis berasal dari dua kata hipo dan thesis, hipo artinya rendah dan thesis artinya kebenaran. Jadi, hipotesis adalah kebenaran yang masih memiliki taraf kerendahan dan akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Pengujian hipotesis sebagai 25 suatu jawaban atas permasalahan yang diajukan terdapat dua pembuktian. Pertama jawaban yang mengandung konklusi thesis, sedangkan yang kedua merupakan jawaban yang mengandung konklusi hipotesis, benar tetapi dapat diuji kembali atas kebenaran tersebut dalam waktu dan ruang berbeda. Pengujian tersebut dapat diperoleh kesimpulan dan bila memungkinkan diberikan rekomendasi atau hasil yang diperoleh untuk pengembangan ilmu. Kesimpulan sebagai temuan hasil penelitian tidak selalu berupa sesuatu yang baru, kecuali penelitian berupa diseretasi yang menuntut novelty yaitu kebaruan dari hasil penelitian. Penelitian bisa jadi merupakan penelitian yang sengaja dilakukan berdasarkan dari penelitian lanjut yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain sebelumnya, dengan demikian kesimpulan atau hasil temuan penelitian itu sangat mungkin berupa kelanjutan dari hasil penelitian terdahulu. Penelitian merupakan suatu proses mengandung keterlibatan berbagai unsur, maka penelitian tidak dapat disebut sebagai penelitian yang benar-tidak benar, tepat dan tidak tepat, dan bagus-jelek, tetapi dengan sebutan yang menggunakan ukuran signifikansi/meyakinkan atau tidak meyakinkan. 3. Sifat Karya Ilmiah Sifat Karya Ilmiah menurut Dwiloka dkk (2005: 4-5) dikonsepkan bahwa karya ilmiah bersifat formal, maka harus memenuhi syarat dari sifat karya ilmiah itu sendiri, antara lain lugas dan tidak emosional, logis, efektif, efisien, dan baku. a. Lugas dan tidak Emosional, Lugas dan tidak emosional artinya karya ilmiah hanya memiliki satu arti, tidak memakai kata kiasan, sehingga pembaca tidak membuat tafsiran (interpretasi) sendirisendiri. Oleh karena itu, perlu ada pembatasan (definisi operasional) pengertian suatu istilah, konsep dari variable yang ada. b. Logis Logis artinya kalimat, alinea, sub-bab, sub-sub-bab disusun berdasarkan suatu urutan yang konsisten. Urutan tersebut antara lain meliputi urutan pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan peristiwa yang terjadi. c. Efektif Efektif artinya alinea atau subbab harus menunjukkan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan. d. Efesien 26 Efesien artinya hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami. e. Baku Baku artinya menggunakan bahasa Indonesia yang dibakukan seperti menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). 4. Fungsi Penulisan Karya Ilmiah Pada dasarnya kegunaan karya ilmiah untuk menemukan konsep-konsep baru berdasarkan indikator-indikator pada fenomena yang diteliti, atau pengujian konsep-konsep yang sudah ada, atau hanya untuk memaparkan apa yang terjadi pada obyek penelitian. Hasil penelitian ada yang dapat menghasilkan sebuah rumusan yang baru dengan harapan pada kondisi dan situasi yang sama atau hampir sama ditemukan perubahan. Perubahanperubahan tersebut dalam rangka untuk memperbaiki segala sesuatu yang terjadi pada situasi dan kondisi obyek penelitian. Perubahan positif hasil dari penelitian adalah kemajuan dan kemajuan inilah yang dituntut oleh ilmu pengetahuan. Secara tekstual kegunaan karya tulis ilmiah antara lain: a. Djuroto dkk, (2002: 19) Menurut Djuroto dkk bahwa penulisan karya ilmiah fungsi penulisan karya ilmiah meliputi dua hal, yaitu: 1) Pengakuan scientific objective untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. 2) Pengakuan practical objective untuk membantu pemecahan problema praktisi yang mendesak. b. Dwiloka dkk (2005: 2) Menurut Dwiloka dkk, fungsi karya ilmiah adalah: 1) Sebagai penjelasan/explanation: sebagai penjelasan suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui, tidak jelas, dan tidak pasti, menjadi sebaliknya; 2) Ramalan/prediction: dapat membantu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang; 3) Kontrol/control: untuk mengontrol, mengawasi dan atau mengoreksi benar-tidaknya suatu pernyataan. Perbedaan fungsi penulisan karya ilmiah di atas merupakan perbedaan secara umum dan secara khusus. 5. Jenis Karya Ilmiah Awalnya, karya tulis ilmiah dipahami sebagai tulisan yang didasarkan atas penelitian ilmiah. Sekarnag ini, mulai berkembang suatu paradigma baru bahwa suatu karya tulis ilmiah tidak harus didasarkan atas penelitian ilmiah saja, melainkan juga suatu kajian 27 terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya secara profesional. Contoh dari karya tulis ilmiah yang didasarkan pada penelitian ilmiah adalah makalah (paper), artikel ilmiah, skripsi, tesis, disertasi. Sedangkan yang didasarkan pada suatu kajian terhadap suatu masalah yang berkembang secara aktual dianalisis oleh ahlinya secara profesional dengan penyajian yang lebih sederhana dikenal dengan karya tulis ilmiah populer. Pada dasarnya semua karya ilmiah merupakan hasil dari kegiatan ilmiah. Hal yang membedakan hanyalah ruang lingkup permasalahan, materi, susunan, tujuan, teknik penulisan, serta obyek yang dituju. Secara garis besar, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian. Jenis karya ilmiah dibedakan antara lain karya ilmiah pendidikan yang terdiri dari karya ilmiah tugas kuliah/resume, atau untuk mendapatkan gelar tertentu dalam bidang pendidikan, karya ilmiah panduan, dan referensi. Karya ilmiah penelitian antara lain makalah seminar dan Laporan hasil penelitian. a. Karya Ilmiah Pendidikan 1) Karya ilmiah pendidikan berupa resume atau tugas kuliah, serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar tertentu antara lain paper, pra skripsi, skripsi, tesis, dan disertasi. a) Paper (karya tulis) Arifin (2006: 2) makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris obyektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berfikir deduktif atau induktif. Paper atau lebih populer dengan sebutan karya tulis/makalah, adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya. Tujuan pembuatan paper ini adalah melatih peserta didik untuk mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan oleh dosen. Penulisan paper ini diperdalam dengan beberapa bab, antara lain: Bab I Pendahuluan; Bab II Pemaparan Data; Bab III Pembahasan atau Analisis; dan Bab IV Penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran. b) Pra Skripsi Pra skripsi biasanya diperuntukkan bagi mahasiswa diploma III. Penulisannya sudah menggunakan kaidah ilmiah dengan sumber data dari penelitian. Pra skripsi bersumberkan dari data dan pustaka. Format penulisan terdiri dari bab I tentang pendahuluan yang memuat latar belakang pemikiran, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian. 28 Bab II berisi tentang gambaran umum lokasi. Bab III deskripsi data. Bab IV berisi tentang analisis. Bab V Penutup berisi tentang simpulan dan saran. c) Skripsi Menurut Arifin (2006: 3) Sripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris, obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Dwiloka dkk (2005: 6) skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat orang lain harus didukung oleh data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan, atau percobaan di laboratorium) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Menurut Manullang (2004: 4). Ciri skripsi antara lain; disusun oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar akademik pada strata satu (S1). Skripsi yang disusun memiliki karakteristik akademis berupa tidak subyektif, memuat terkaan, memuat kebohongan, bersifat emosional, mengejar keuntungan, argumentatif, persuasif, melebih-lebihkan sesuatu tanpa data pendukung. Dengan demikian, skripsi bersifat obyektif, penemuan yang valid berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode yang benar, memuat kebenaran, rasional, untuk pengembangan keilmuan, deskriptif sesuai dengan data yang ada di lapangan. Pembahasan dalam skripsi dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan empiris. Target dalam penyusunan skripsi bagi mahasiswa strata satu sebenarnya sangat sederhana, yaitu mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan permasalahan, menentukan dan menggunakan metode penelitian, dan mampu mengumpulkan data lapangan dengan benar. d) Tesis Menurut Arifin (2006: 3) tesis adalah karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih dan ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana. Dwiloka dkk (2005: 6) tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Thesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan membahas tentang pengujian terhadap satu atau lebih hipotesis dan ditulis oleh 29 mahasiswa program pascasarjana (S2) untuk mendapatkan gelar megister. Thesis bersumberkan dari data dan pustaka. Format penulisan kurang lebih sama dengan pra skripsi. Penulisan tesis bertujuan mensintesiskan ilmu yang diperoleh dari perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah magister. Khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal yang menjadi tema tesis tersebut. Target dalam penyusunan tesis bagi mahasiswa strata dua sebenarnya sangat sederhana, yaitu mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan permasalahan, menentukan dan menggunakan metode penelitian, dan mampu mengumpulkan data lapangan dengan benar dan mampu untuk menganalisis data yang diperoleh di lapangan dengan benar. e) Disertasi Menurut Bambang Dwiloka dkk (2005: 7) disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh peneliti berdasarkan data dan fakta yang valid dengan analisis yang terinci. Disertasi diperuntukkan bagi mahasiswa strata tiga (3) untuk mendapatkan gelar doktor. Berbeda dengan sebelumnya, disertasi bersumberkan dari data, pustaka, dan dari laboratorium dan pengungkapan teori yang digunakan. Untuk memecahkan permasalahan yang hendak diungkap dengan menyertakan dalildalil atau teori-teori baru secara ilmiah serta sanggahan-sanggahan atas teoriteori lama. Penemuan teori-teori atau dalil-dalil baru inilah yang sebenarnya menunjukkan ciri khas disertasi. Menurut Arifin (2006: 3) disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci. Prosedur untuk dapat mengikuti ujian disertasi diatur masing-masing oleh perguruan tinggi secara spesifik. Salah satu syarat umum antara lain telah menempuh beberapa mata kuliah yang dipersyaratkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan, telah mengajukan usulan proposal disertasi untuk dilakukan sidang komisi uji kualitas oleh profesor yang memiliki sertifikat penjamin mutu kualifikasi keilmuan tersebut, mengikuti seminar proposal, ujian proposal, ujian komprehensif, penelitian di lapangan sesuai dengan topik yang diteliti, sidang komisi laporan hasil penelitian, ujian tertutup, dan ujian terbuka. Mahasiswa yang sedang mempertahankan disertasinya didampingi 30 oleh satu/beberapa promotor atau copromotor yang turut bertanggung jawab atas disertasi promovendus (sebutan mahasiswa yang menulis disertasi). Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada suatu perguruan tinggi. Disertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari disertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri. Perguruan tinggi tertentu akan menambahkan persyaratan lain di samping penyusunan laporan penelitian dalam bentuk disertasi. Dengan demikian, target dalam penyusunan disertasi bagi mahasiswa strata tiga (S3) sebenarnya agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan permasalahan, menentukan dan menggunakan metode penelitian, dan mampu mengumpulkan data lapangan dengan benar dan mampu untuk menganalisis data yang diperoleh di lapangan dengan benar, serta mampu untuk memberikan solusi yang baik dan tepat demi pengembangan ilmu, serta mempu menemukan keaslian dan kebaruan dari hasil penelitian yang dilakukan. Setelah memenuhi berbagai persyaratan lain secara spesifik dari lembaga tersebut, maka penulis disertasi berhak untuk menyandang gelar Doktor. Laporan penelitian tersebut harus memenuhi ciri-ciri penelitian ilmiah antara lain purposiveness rigor, testibility, replicability, objectivity, generalizability, precision, Rigor, teliti, confidence, memiliki parsimony. dasar teori Purposiveness, fokus tujuan dan disain metodologi yang jelas. yang baik. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas. Replicability, pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis. Objectivity, berdasarkan fakta dari data aktual, tidak subjektif dan emosional. Generalizability, semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna. Precision, mendekati realitas. Confidence, peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat. Parsimony, kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat digolongkan/dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan: (1) tujuan; (2) pendekatan; (3) tempat; (4) pemakaian atau hasil/alasan yang diperoleh; (5) bidang ilmu yang diteliti; (6) taraf Penelitian; (7) teknik yang digunakan; (8) keilmiahan; (9) spesialisasi bidang (ilmu) garapan. Masing-masing pembagian tersebut antara lain tujuan untuk mendapatkan gelar atau tidak, pendekatan yang digunakan kuantitatif atau kualitatif dan pembagian yang 31 lebih rinci, hasil/alasan yang diperoleh antara lain berupa basic research (penelitian dasar), mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan atau applied reseach (penelitian terapan), mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui, bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien. Berdasarkan Bidang yang diteliti, berupa penelitian sosial secara khusus meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dan sebagainya. Penelitian eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta berupa penelitian di bidang ilmu kimia, fisika, teknik, dan sebagainya. Berdasarkan Tempat penelitian field research (penelitian lapangan), langsung di lapangan atau library research (penelitian kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya, laboratory research (penelitian laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu/laboratorium, biasanya bersifat eksperimen atau percobaan. Berdasarkan teknik yang digunakan antara lain survey research (penelitian survei), tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti. Experimen research (penelitian percobaan), dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti. Berdasarkan Keilmiahan antara lain penelitian ilmiah dengan menggunakan kaidahkaidah ilmiah (mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti, kemampuan untuk meramalkan, sampai di mana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain. b. Karya Ilmiah Panduan Karya ilmiah panduan meliputi tiga hal antara lain panduan pelajaran (text books), buku pegangan (hand books), dan buku pelajaran (diktat). Karya ilmiah ini sangat familiar dengan dunia mahasiswa dengan sistem kelas jauh atau universitas terbuka. Pertemuan antara dosen dengan mahasiswanya yang terbatas maka, perlu dibantu dengan text books, hand books, dan diktat. Meskipun demikian, ketiga ragam karya ilmiah panduan juga masih ditemukan pada mahasiswa di luar universitas terbuka. 32 c. Karya Ilmiah Referensi Karya ilmiah referensi meliputi: 1) Kamus berisi kumpulan kata-kata yang mengandung arti yang sama atau terjemahan kata-kata dari dua bahasa atau lebih; 2) Ensiklopedi merupakan buku yang berisi berbagai keterangan atau uraian ringkas tentang cerita-cerita, ilmu pengetahuan yang disusun menurut abjad atau menurut rumpun ilmu. d. Karya Ilmiah Penelitian 1) Jenis Karya Ilmiah Penelitian Karya ilmiah penelitian antara lain seperti makalah seminar, dan naskah bersambung, laporan hasil penelitian, dan jurnal penelitian. a) Makalah Seminar Naskah Seminar merupakan suatu naskah yang berisi uraian topik yang membahas suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum seminar. Naskah seminar dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari penulis atau berdasarkan pada hasil temuan penelitian yang dilakukan orang lain dengan menambahkan identitas peneliti ke dalam daftar pustaka. Naskah dalam seminar memuat pembahasan terhadap beberapa kasus yang terjadi di masyarakat dan memecahkan permasalahan tersebut sesuai dengan disiplin keilmuan yang dimiliki oleh pemateri. b) Naskah Bersambung Naskah bersambung misalnya hasil penelitian yang ditulis secara bersambung. Bersambungnya naskah sesuai dengan maksud dan tujuannya masing-masing. Membuat naskah bersambung juga sesuai dengan klasifikasi kepentingan dari laporan penelitian yang dibuat. c) Laporan Hasil Penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan bagian dari bentuk karya tulis ilmiah yang cara penulisannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan ini bisa dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian dengan menggunakan metode yang tepat, dan teknik penulisan yang mengikuti format baku yang ditetapkan. d) Jurnal Penelitian. Jurnal penelitian merupakan kumpulan dari karya ilmiah dari hasil penelitian yang dilakukan secara individual ataupun kelompok dengan cara menyusun intisari yang ada dalam laporan penelitian yang sudah dilakukan. 33 Teknik penulisan mengguankan teknik yang sudah disepakati oleh pemilik jurnal tersebut. 6. Ketentuan dalam Penulisan Karya Ilmiah Karya tulis ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dalam karya tulis ilmiah adalah kebenaran yang objektifpositif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan, dan bukan kebenaran yang normatif. Berdasarkan hal semacam ini, jelas bahwa sebuah tulisan yang disebut sebagai karya ilmiah harus memiliki persyaratan-persyaratan khusus, seperti yang disebutkan Brotowidjojo dalam Yunita T. Winarto, Dkk, (2004: 156) sebagai berikut: a. Brotowidjojo dalam Yunita T. Winarto, dkk Menurut Brotowidjojo bahwa karya tulis ilmiah memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1) Menyajikan fakta secara objektif; 2) Mengemukakan segala uraian secara jujur; 3) Disusun secara sistematis; 4) Cenderung bersifat induktif; 5) Bertolak dari hipotesis tertentu. Hipo artinya rendah: thesis adalah kebenaran, sehingga kebenaran yang masih bersifat rendah. Oleh karena itu perlu untuk dibuktikan kebenarannya; 6) Menghindari tindakan yang manipulatif; 7) Bersifat ekspositoris maupun argumentatif; 8) Untuk memperjelas jawaban ilmiah terhadap permasalahan atau pertanyaan yang ada dalam suatu penelitian, penulisan karya ilmiah harus menggali khazanah pustaka, guna melengkapi teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan yang ingin dijawabnya. Untuk itu, penulisan karya ilmiah harus rajin dan teliti dalam hal membaca dam mencatat konsep-konsep serta teori-teori yang mendukung karya ilmiahnya tersebut. 9) Untuk memenuhi kriteria tersebut, penulisan karya tulis ilmiah setidaknya memenuhi syarat ABIK, yaitu: Asli (original), karya tulis yang dihasilkan harus merupakan produk asli. Bermanfaat (useful): karya tulis yang dihasilkan harus dirasakan manfaatnya secara langsung oleh pembaca. Ilmiah (scientific), karya tulis yang dihasilkan harus disusun secara ilmiah, sistimatis, runtut dan memenuhi persyaratan penulisan karya ilmiah. Konsisten (concistency), karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus memperlihatkan keajegan dan konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antar bagian karya tulis yang disajikan. 34 b. Dwiloka dan Rati Riana (2005: 3) Menurut Dwiloka dan Rati Riana menulis karya ilmiah memerlukan sekurangkurangnya empat (4) syarat, antara lain: 1) Motivasi dan disiplin yang tinggi; 2) Kemampuan mengolah data; 3) Kemampuan berfikir logis (urut/masuk akal) dan sistematis (terpadu); 4) Kemampuan mengaplikasikan bahasa. Dengan demikian, dalam menulis karya ilmiah harus memenuhi ketentuan secara umum dan ketentuan teknis. 7. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah Pada dasarnya penyusunan karya ilmiah terbagi menjadi beberapa tahap yaitu pertama, persiapan yang terdiri dari pemilihan topik, penentuan judul, dan penyusunan kerangka karangan. Kedua, pengumpulan data, dan ketiga adalah pengorganisasian dan pengkonsepan, yang meliputi penyuntingan konsep dan penyajian/pengetikan (Arifin, 2006: 7). a. Persiapan Langkah-langkah persiapan antara lain pemilihan topik, penentuan judul, pembuatan kerangka karangan, 1) Pemilihan Topik, Topik adalah pokok pembicaraan (Widyamartaya dan Sudiarti 1997: 31 dalam Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 10) disampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik, antara lain: a) Topik yang dipilih harus berada di sekitar penulis, baik di sekitar pengalaman penulis maupun di sekitar pengetahuan penulis. Hindari topik yang jauh dari kedua hal tersebut. Meninggalkan kemampuan yang ada di sekitar penulis hanya akan menghasilkan penulisan yang tidak sempurna dan bahkan akan membingungkan bagi pembaca. b) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian penulis dan pembaca; c) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam; d) Topik yang dipilih harus memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang subyektif; e) Topik yang dipilih harus topik yang ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya; 35 f) Topik yang dipilih harus topik yang memiliki sumber acuan/pustaka. 2) Penentuan Judul, Judul penelitian hendaknya mengandung komponen berikut: singkat (langsung pada sasaran), jelas (logika dan susunan kalimatnya), spesifik, singkat, problematik (mengandung permasalahan yang aktual), menarik minat (pihak lain), terukur (ada pembatasan). Misalnya: “Suka Duka Pedagang Kaki Lima di Simpang Lima Semarang”, lebih mudah dikerjakan daripada “Suka Duka Pedagang Kaki Lima di semarang Jelas dalam memberi gambaran mengenai penelitian yang diusulkan. Dengaan demikian, judul singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias makna. Judul dalam suatu karya tulis ilmiah merupakan identitas yang menjiwai seluruh isi karangan. Dengan demikian, judul merupakan gambaran konseptual dari kerangka kerja ilmiah. Judul merupakan kalimat yang terdiri dari kata-kata yang jelas, tidak kabur, singkat (tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang), tidak bertele-tele, tidak saling tumpang tindih (interseksi), tidak melahirkan kata yang hiperkorek, puitis/bombastis/sensasional. Upayakan dalam penyusunan judul dengan menggunakan kata benda misalnya, mengembang digunakan pengembangan, melayani digunakan pelayanan dan lain sebagainya. Meskipun demikian, masih terdapat sebuah institusi dan peneliti yang memiliki selera dengan menggunakan judul yang menarik dan nyentrik. Contoh: Antara Tasbih dan Golok …, Tasbih dan Dupa …, Tasbih di balik Terali Besi dalam Proses Pemasyarakatan Bagi Narapidana Wanita Semarang Propinsi Jawa Tengah, Hari Esok yang Cerah di Sembir …, Tawa dan Tangis Keluarga TKW …, Fenomena MI Bubar …, Bank Titil …, Kampus dan Kampung …, Bermain dan Belajar … Paradigma Dakwah … Bukti Sejarah Islam di Kuil Sam Po Kong …, dan lain-lain. Dari pilihan judul tersebut menggambarkan selera peneliti dan lembaga sponsor/penyandang dana. Meskipun demikian, penulisan judul harus dapat menggambarkan topik yang akan diteliti. Melihat judul karangan tersebut, seseorang dapat memprediksi isi penelitian. Di samping itu, dalam menentukan judul pilihlah hendaknya dengan kata/frase/kalimat yang memiliki kepadatan makna, kata kunci yang dapat mencirikan isi karya tulis atau karya penelitian. 3) Pembuatan Kerangka Karangan. Kerangka karangan disebut juga dengan ragangan (outline) yaitu proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan 36 sifatnya menjadi satu kesatuan. Outline ini memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi. Uma Sakaran dalam J. Supranto, 2003: 324: model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor atau variabel yang telah dikenali (diidentifikasi) sebagai masalah yang penting. Manfaat dalam pembuatan ragangan antara lain: 1. Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, 2. Penulis akan terlatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber bacaan, 3. Penulis akan berkenalan dengan dunia perpustakaan seperti mencari katalog, 4. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan, 5. Memperoleh kepuasan intelektual, 6. Memperluas cakrawala Arifin (2006: 4). Sebelum membuat ragangan (outline) diawali dengan membuat peta konsep sebagaimana dapat dicermati di bawah ini. 37 PETA KONSEP PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN SOSIAL DAN SAIN RA/TK RUANG LINGKUP MATERI POKOK Klasifikasi Materi Evaluasi SOSIAL DAN SAIN ju Aspek-aspek OLEH: MASLIKHAH STAIN SALATIGA PAI, MORAL DAN NILAI-NILAI BAHASA KOGNITIF FISIK/MOTORIK SENI ARTI SK-KD Indikator Gerak, lagu dan Tari Gambar dan warna 38 Koordinasi Gambar Peta konsep Kekuatan Kelenturan Bentuk Benda Nama Benda Gambar Lisan-tulisan Akhlak Aqidah Materi JENIS Materi Contoh Outline sebuah modul OUTLINE BAB I.PENDAHULUAN ...................................................................................... ....... A. Latar Belakang .................................................................................... B. Deskripsi Singkat ................................................................................. C. Standar Kompetensi ............................................................................. D. Peta Konsep ........................................................................................ E. Relevansi/Manfaat ............................................................................... F. Tujuan Pembelajaran ............................................................................ G. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................. BAB II.KEGIATAN BELAJAR 1 ........................................................................... A. MATERI MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA, SOSIAL, EMOSIONAL, DAN KEMANDIRIAN ........................................................................... B. Kompetensi Dasar ................................................................................. C. Materi Pokok Aqidah dan Akhlak ............…………............................... D. Uraian Materi Aqidah ............................................................................ E. Sifat Allah dan Ciptaannya ..................................................................... F. Nama-nama Malaikat dan Tugasnya ........................................................ G. Nama-nama Nabi dan Rasul .................................................................... H. Nama-nama Kitab Suci Umat Islam ......................................................... I. Kalimat Syahadat .................................................................................... J. Wudhu ................................................................................................... K. Gerakan Sholat Wajib .............................................................................. L. Zakat dan Shodaqoh ................................................................................. M. Puasa ....................................................................................................... N. Haji .......................................................................................................... O. Mengenal Huruf Hijaiyah ........................................................................... P. Hafalan Surat Pendek .................................................................................. Q. Kalimat Thoyibah .................................................................................... BAB III. KEGIATAN BELAJAR 2 MATERI KEMAMPUAN BERBAHASA ...................................................... Dan seterusnya 39 4) Pengumpulan Data Langkah-langkah pengumpulan data antara lain: a) Pencarian keterangan dari bahan bacaan; b) Pengumpulan dari beberapa pihak yang dilibatkan dalam penelitian; c) Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti; d) Percobaan dan pengujian di lapangan/di laboratorium; 5) Pengorganisasian dan Pengkonsepan Pengelompokan/mengonsep bahan yaitu bagian-bagian mana yang akan didahulukan untuk menyesuaikan dengan cakupan materi penelitian dalam sistematika penelitian yang akan dilakukan. a) Pemeriksaan/penyuntingan konsep, Langkah-langkah pemeriksaan dan penyuntingan konsep antara lain: pembacaan dan pengecekan kembali masalah dan struktur bahasa yang digunakan. Dalam pemakaian bahasa yang ditulis sangat memungkinkan terjadi pengulangan, saling tukar bahasa, saling tumpang tindih, dan kerancuan bahasa yang digunakan serta penyusunan kalimat, paragraf, maupun penggunaan ejaan. b) Penyajian/Pengetikan. Dalam penyajian/pengetikan hendaknya penulis memperhatikan kebenaran, kerapian dan kebersihan, penyusunan sesuai dengan sistematika yang dibakukan oleh lembaga atau sponsor. C. Sitematika Karya Tulis Ilmiah 1. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Bersifat Penelitian. Indriantoro & Supomo, (1999: 14-15) suatu penelitian dikatakan penelitian ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria tujuan secara jelas, rigor (kokoh) yaitu menunjukkan proses penelitian yang dilakukan secara hati-hati (prudent) dengan akurasi yang tinggi. Basis teori dan rancangan penelitian yang baik akan menambah kekokohan dari penelitian ilmiah, menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan, mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan data, mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi), memilih data dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Tidak ada penelitian yang sempurna dan ketepatannya tergantung pada keyakinan peneliti yang dapat diterima umum. Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan ketepatan penelitian menurun. Desain penelitian harus dilakukan dengan baik sehingga hasil penelitian dapat dekat dengan kenyataannya (precision) dengan tingkat probabilitas keyakinan (confidence) yang tinggi, menarik kesimpulan dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan 40 konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti, melaporkan hasilnya secara parsimony (simpel: sederhana). Penelitian ilmiah mempunyai kemudahan di dalam menjelaskan hasil penelitiannya, temuan penelitian dapat digeneralisasi. Hasil penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, obyek, dan situasi yang berbeda. Idealitas tersebut harus didukung oleh sistematika penulisan yang baik. Banyak pola sistematika yang digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah yang bersifat penelitian, tetapi paling tidak pada umumnya sistematika karya tulis ilmiah yang bersifat penelitian memuat sistematika sebagai berikut: a. Pendahuluan Pendahuluan biasanya memuat 4 (empat) hal yang yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan signifikansi penelitian. Bagian-bagian tersebut disusun secara urut sebagai bagian dari komponen pendahuluan. Latar belakang masalah merupakan pemaparan singkat yang mengantarkan adanya persoalan yang sangat krusial untuk diteliti. Sebagai uraian singkat yang berupa pengantar urgensi tulisan, maka latar belakang memberi acuan bagi pembaca untuk melihat pentingnya penelitian itu dilakukan. Pada latar belakang masalah diuraikan faktor-faktor yang menjadi latar belakang/arti penting masalah ditinjau dari segi kepentingan pengembangan ilmu dan pandangan-pandangan rasionalitas peneliti sebagai alasan mengapa penelitian itu penting dan mendesak dilakukan. Untuk mempertajam kajian yang akan dilakukan, perlu dinyatakan dengan jelas akar masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini, pendekatan yang akan digunakan dalam memecahkan akar masalah tersebut disampaikan dengan jelas dengan didukung pustaka yang relevan (Suranto, 2011: 9). Latar belakang juga menuliskan tentang teori terdahulu maupun yang bersifat kontemporer tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, tetapi bukan merupakan tinjauan pustaka. Data yang ada di lapangan yang diperoleh melalui observasi awal dapat dipaparkan dengan singkat, sehingga dapat diketahui tentang apa yang apa senyatanya (das sein) dan apa yang sesungguhnya (das sollen). Teknik penyajian dapat dimulai dengan teori/aturan/norma kemudian diikuti dengan kasus yang berlawanan/berbeda, kasus-kasus empirik lalu diikuti atau disandingkan dengan norma/aturan/teori yang ada. Pendeknya, ada ketidaksesuaian sehingga menggugah rasa ingin tahu peneliti untuk melakukan penelitian. Paparan dapat dilakukan dengan dimulai pada penyajian data yang bersifat umum kemudian dilanjutkan ke paparan yang bersifat khusus. Alinea/kalimat terakhir menjadi pengantar untuk masuk 41 pada perumusan keputusan pentingnya dilakukan penelitian. Dengan demikian, dapat dijadikan sebagai alasan mengapa peneliti melakukan penelitian tentang topik tersebut. Paparan dalam latar belakang memuat jika tidak dilakukan penelitian, maka prediksi apa yang akan terjadi atau kerugian siapa yang akan ditimbulkan baik bagi obyek penelitian ataupun bagi pemerintah. Rumusan masalah merupakan anak kandung dari latar belakang, artinya permasalahan yang diungkapkan/didiskripsikan dalam latar belakang tentang permasalahan yang terjadi menjadi rumusan masalah yang hendak diketahui lebih lanjut oleh peneliti. Rumusan masalah yang sudah ditemukan, kemudian dibreak down menjadi sejumlah pertanyaan-pertanyaan penting untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada dalam latar belakang. Rumusan masalah harus dapat menunjukkan inti/akar masalah penelitian yang akan dijawab melalui penelitian. Suranto (2011: 9) rumusan masalah harus singkat, spesifik, jelas, terukur, dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan dengan kalimat tanya. Tujuan penelitian menggambarkan target penelitian yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah. Tujuan penelitian harus sesuai dengan rumusan masalah, jelas, dapat diamati, dan atau terukur (Suranto 2011: 10). Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan penelitian yang bertolak dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Signifikansi penelitian atau kegunaan penelitian paling tidak memuat 3 (tiga) hal yaitu untuk memahami masalah, memecahkan masalah, dan mengantisipasi masalah. Memahami masalah berarti peneliti berusaha untuk memperjelas suatu masalah/informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi dapat diketahui. Mengantisipasi masalah berarti peneliti diusahakan dapat meminimalkan/ menghilangkan masalah yang sedang dihadapi. Mengantisipasi masalah berarti peneliti berusaha untuk mengantisipasi masalah, sehingga masalah tidak terjadi. Suranto (2011: 10) manfaat penelitian adalah pernyataan tentang kegunaan penelitian bagi pengembangan ilmu (teoretis) dan penerapannya di masyarakat (praktis). Bagian ini berisi uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi kehidupan masyarakat secara langsung dan atau bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuwan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), serta manfaat untuk program/institusi/pembangunan/masyarakat. Perumusan manfaat seyogyanya merupakan manfaat yang terkait langsung dengan topik penelitian (dihindari perumusan manfaat penelitian yang terlalu luas) dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan oleh peneliti lain. 42 b. Landasan Teori Landasan teori memuat sumber pustaka primer yang memenuhi standar ilmiah dan kemutakhiran (recent publication) sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan. Landasan teori digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan dijadikan sebagai materi untuk melakukan pembahasan hasil penelitian. Sebagaimana Suranto (2011: 11) merekomendasikan untuk disertasi, peneliti diwajibkan melakukan review terhadap (minimal) 10 jurnal internasional. Semua sumber pustaka yang digunakan harus didokumentasikan, baik dalam teks karangan maupun daftar pustaka, dengan sistem nama dan tahun. Jika mengunduh dari internet harus diyakini sumber yang memenuhi kaidah keterpercayaan ilmiah. c. Metode Penelitian Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode dapat pula dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih. Penelitian kuantitatif biasanya memuat tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan hipotesis statistik. Penelitian berjenis kualitatif biasanya memuat tentang jenis pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, dan teknik analisis data. d. Hasil Penelitian Hasil penelitian merupakan bagian inti dari penelitian yang sudah dilakukan. Hasil penelitian semata-mata menyajikan hasil penelitian tanpa harus didiskusikan. Dalam menulis hasil penelitian hendaknya ditulis dengan bahasa yang sederhana, lugas dan jelas. Tidak dibenarkan dalam membuat laporan hasil penelitian berdasarkan persepsi diri peneliti tanpa diikuti dengan data yang ada di lapangan. Hasil penelitian dengan penelitian kuantitatif berarti menyajikan data secara deskriptif pada variabel yang ditentukan. Melakukan uji persyaratan analisis seperti uji normalitas, uji homogenitas, uji independensi, dan uji-uji lain yang diperlukan. Hasil penelitian kuantitatif dengan menguji hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian kuantitatif ini juga memuat fakta-fakta penelitian dalam bentuk tabel, grafik, foto, atau bentuk lain dengan dipaparkan penjelasan seperlunya. 43 Hasil penelitian kualitatif dengan menyajikan data secara kontekstual, penjelasan fenomena, analisis dan hasil temuan sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian juga dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, foto, dan konversi hasil dari teknik pengumpulan data yang ditentukan. e. Pembahasan Pembahasan yang dilakukan haruslah objektif dan sesuai dengan data yang diperoleh (misal: tabel atau gambar) dengan memperhatikan ataupun merujuk pula hasil penelitian lain ataupun terdahulu. Pembahasan semestinya mempunyai alur yang sistematis, tidak berulang-ulang membahas satu aspek saja, karena akhir dari pembahasan ini adalah untuk mendukung terumuskannya kesimpulan yang dapat disepakati. Cakupan dalam pembahasan diungkapkan pula keterbatasan ataupun limitasi dari hasil yang diperoleh dan periksa apakah hasil yang diperoleh telah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian tersebut. Di samping itu, ungkapkan pula saran ataupun penelitian lanjutan yang perlu dilaksanakan. f. Kesimpulan dan Saran Analisis temuan-temuan penelitian akan menghasilkan kesimpulan. Hasil temuan memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoretis yang digunakan. Beberapa ketentuan dalam penyusunan kesimpulan antara lain harus mendekati segala sesuatu sasaran kajian dengan penuh tanggung jawab untuk mengurangi keraguan dan skeptis, objektif dalam menilai segala sesuatu yaitu harus membebaskan dirinya dari sikap-sikap pribadinya, bersikap netral atau terbebas dari membuat penilaian-penilaian menurut nilai-nilai budaya mengenai hasil-hasil penemuannya, ilmuwan hanya dapat memberikan penilaian mengenai data yang diperolehnya apakah benar atau palsu, kesimpulan tidak boleh dianggap sebagai hasil mutlak atau kebenaran universal. Kesimpulan hanya berlaku relatif sesuai dengan waktu dan tempat di mana penelitian itu dilakukan sesuai dengan masalah yang diteliti dan dengan kerangka teori yang menjadi landasan penelitian itu. Dengan demikian, kesimpulan merupakan sebuah jawaban atas rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis yang sudah ditentukan sebelumnya. Kesimpulan menyajikan pemaknaan secara terpadu terhadap hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada bagian ini ungkapkan esensi dan arti penting dari hasil penelitian tanpa mengulangi 44 apa yang telah diungkapkan dalam rumusan masalah. Kesimpulan ini adalah kesimpulan menyeluruh hasil penelitian dan bukan kesimpulan dari bagian-bagian penelitian ataupun percobaan. Bentuk-bentuk penulisan kesimpulan dapat berupa butir-butir maupun bentuk deskripsi. Saran merupakan informasi untuk ditindaklanjuti oleh pembaca bila akan mengadakan penelitian lanjutan atau mengembangkan penelitian yang telah diselesaikan. Saran ditujukan kepada pihak-pihak lain untuk dapat memanfaatkan hasil penelitian terhadap rumusan masalah dan atau hipotesis yang diajukan. 2. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Bersifat Non Penelitian Pola sistematika yang digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah yang bersifat non penelitian, pada umumnya memuat sistematika pendahuluan, permasalahan, pembahasan, solusi yang ditawarkan, dan kesimpulan, serta saran. 45 BAB III RAGAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH A. Prawacana Hampir semua penelitian memiliki ragam dalam penulisan karya ilmiahnya, dari studi pustaka, sejarah, hingga studi lapangan. Walaupun orang sering membedakan antara riset kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap menggunakan metode penulisan karya ilmiah yang hampir sama. Keberbedaan terdapat pada spesifikasi ruang lingkup kajian maupun pilihan ruang lingkup teknis antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya. Perbedaan yang lebih spesifik itu terletak pada fungsi, tujuan dan atau kedudukan masing-masing riset tersebut. Dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih dari sekedar melayani fungsi-fungsi persiapan kerangka penelitian, mempertajam metodologi atau memperdalam kajian teoretis. Riset pustaka dapat sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya tanpa melakukan riset lapangan. Riset pustaka tidak menggunakan orang sebagai obyek penelitian, tetapi menggunakan berbagai sumber pustaka. Kekuatan riset pustaka ada pada kedalaman pustaka yang digunakan. Syarat bagi peneliti yang menggunakan riset pustaka antara lain memiliki kegemaran untuk membaca pustaka. Sangat disayangkan apabila peneliti pustaka malas membaca sumber pustaka. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan peneliti yang malas membaca justru dengan pilihan penelitian pustaka ini peneliti tertantang untuk mau berlatih untuk menyukai kegiatan membaca teks. Dengan demikian, pustaka yang ada menjadi sumber utama dalam topik penelitiannya dapat dikuasai dengan baik. Riset lapangan dalam memanfaatkan teori sebagaimana menurut Snelbecker dalam Amir (2009: 26), antara lain sebagai pegangan untuk mensistemasikan penemuan penelitian, menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis, membuat ramalan atas dasar penemuan, dan menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan “mengapa” dan Menurut Amir (2009: 26), fungsi teori antara lain memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan perilaku, bermanfaat dan menemukan teori, digunakan untuk aplikasi praktis, memberikan perspektif bagi perilaku, yaitu pandangan yang harus dijaring dari data, dan membimbing, serta menyajikan gaya bagi peneliti dalam beberapa bidang perilaku. Idealnya sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun, ada kalanya mereka membatasi penelitian pada studi pustaka saja atau sejarah saja atau lapangan saja. Untuk dapat mendapatkan titik singgung ragam penulisan karya ilmiah ini, disajikan beberapa hal teknis untuk melaksanakannya. 46 B. Ragam Penulisan Karya Ilmiah 1. Penulisan Karya Ilmiah Kepustakaan Seseorang melakukan penelitian kepustakaan paling tidak ada empat alasan mengapa mereka melakukan hal ini. Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya dapat dijawab melalui penelitian pustaka dan mungkin yang menjadi tujuan dan fokus penelitian. Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai satu tahap tersendiri sebagai studi pendahuluan untuk memahami kekuatan/daya dukung teori terhadap gejala baru yang terjadi dalam masyarakat. Ketiga, untuk menemukan esensi nilai perjuangan tokoh dibandingkan dengan teori lain yang ada. Keempat data pustaka dinilai tetap handal untuk menjawab persoalan penelitiannya. Seseorang yang melakukan penelitian dengan studi pustaka hendaknya mengenali beberapa ruang lingkup dan spesifikasi yang dimiliki dalam penelitian pustaka. Setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama: peneliti berhadapan langsung dengan teks dan data angka dan bukannya dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lain. Kedua, data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga, data pustaka umumnya adalah sumber sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Banyak yang menganggap bahwa riset perpustakaan identik dengan bukubuku. Anggapan ini tidak salah namun selain buku-buku ada juga data yang berupa dokumen, naskah kuno dan bahan non cetak lainnya. Dengan demikian, perpustakaan juga menyimpan karya non cetak seperti kaset, video, microfilm, mikrofis, disket, pita magnetik, kelongsong elektronik berupa hadits dan quran atau lainnya. Koleksi perpustakaan memiliki berbagai jenis koleksi berdasarkan klasifikasi tertentu. Salah satu sistem klasifikasi yang umum digunakan adalah Sistem Dewey. Selain Sistem Dewey masih ada lagi sistem Library of Congress. Tetapi, apapun sistem klasifikasi yang lazim digunakan, peneliti harus mengenal beberapa koleksi terpilih yang dalam studi pustaka sering disebut alat bantu bibliografis. Koleksi yang termasuk ke dalam alat bantu bibliografis adalah buku-buku referensi (kamus, ensiklopedi, buku indeks, buku bibliografi yang berisi informasi tentang aspek tertentu, buku tahunan, buku atlas, buku direktori, kamus biografi, koleksi khusus seperti kliping, jurnal ilmiah dan jurnal penelitian), bibliografi buku-buku teks, indeks jurnal ilmiah, indeks buletin dan majalah, indeks surat kabar dan tabloid, indeks dokumen, indeks manuskrip, dan sumber-sumber lainnya. Dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah kepustakaan, ada empat langkah yang biasa dilakukan. Pertama, menyiapkan alat perlengkapan berupa pensil, pulpen dan kertas catatan, lap top. Kedua, menyusun bibliografi yang sesuai dengan topik yang dikaji, mengatur waktu penelitian, membaca dan membuat catatan penelitian. Hal yang perlu 47 diingat, sebuah catatan bibliografis harus memuat nama pengarang dan identitas buku lainnya dalam bentuk kertas yang sesuai dengan ukuran yang praktis. Informasi bibliografis pun hanya boleh ditulis pada satu permukaan kertas catatan saja, tidak boleh bolak-balik dan sebaiknya diusahakan seefektif mungkin. Sediakan sedikit ruang di bagian bawah kertas untuk notasi. Biasakan untuk melihat bibliografi di belakang buku yang dibaca untuk mencari informasi tambahan. Sediakan waktu untuk membaca resensi buku-buku terbaru yang relevan dengan penelitian ataupun buku teks standar yang paling relevan. Di bawah ini salah satu teknik untuk notasi yang dapat membantu untuk mendapatkan data pustaka yang diperlukan. Yoko Mochizuki. 2010. International Journal Environment and Sustainable Development, Global Circulation and local Manifestations of Education for Sustainamble Development with a Focus on Japan. Vol. 9, Nos. 1/2/3, 2010. One aspect is the idea that education for sustainable development (ESD)supplements forerunning global education campaigns of EFA and the UN Literacy Decade (UNLD), and the other aspect is the notion of ESD as the umbrella term which supplements various ‘adjectival education’ programmes. For example, DESD International Implementation Scheme (IIS) emphasises the importance of basic education and contributing to MDGs and the EFA movement as well as of ‘building upon the learning from years of environmental, health, peace, economic, human rights and development education networks around the world that for many years have used innovation to deliver valuable services in difficult situations’. ........................................................................................................... .... ........................................................................................................... ...... ........................................................................................................... ...... ........................................................................................................... ...... ........................................................................................................... ...... ........................................................................................................... ...... Gambar Contoh kartu catatan bibliografis Membaca sambil mencatat bisa menjadi cara efektif mendapatkan data sebagaimana dengan menggunakan data bibliografis tersebut di atas. Cukup dengan menggunakan kertas kalender bekas atau kertas undangan yang memiliki ketebalan kertas yang dapat mendukung kemudahan dalam menyimpan. Menggunakan kertas tebal di samping dapat ditulis dengan 48 jelas, juga mudah untuk ditegakkan, ditata, disusun, dan disimpan sesuai dengan urutan abjad. Urutan ini sangat diperlukan untuk mempercepat proses pencarian terhadap koleksi yang sudah diperoleh. Kertas bibliografi tersebut dapat digunakan untuk menuliskan informasi/data yang memuat daftar-daftar pertanyaan yang jawabannya akan diperoleh dari bahan yang sudah dibaca. Beberapa hal yang ada dalam rung lingkup penulisan ini adalah tentang kesan umum, tujuan dan tesis buku, penyajian butir-butir pokok, generalisasi dan konklusi, identifikasi tentang pengarang, identifikasi historiografis, penilaian isi dan relevansi bahan, ilustrasi grafik, catatan kaki, lampiran dan indeks. Selanjutnya penulis perlu membuat catatan ulasan kritis tentang sebuah buku yang paling relevan dengan riset. Catatan yang perlu diperhatikan dalam membuat tulisan ini adalah bagaimana bentuk kartu catatan penulisan, bentuk isi catatan penelitian kepustakaan dan barulah melangkah pada teknik pencatatan bahan penulisan. Kartu catatan penulisan biasanya disusun secara terpisah ke dalam tiga kelompok besar, kartu bibliografi kerja, kartu catatan bahan bacaan, dan lembar kerja khusus. Bentuk isi catatan penulisan pun banyak jenisnya, yaitu catatan pengertian, istilah, catatan ringkasan, catatan referensi, catatan deskriptif, dan persuasi. Tahap-tahap yang dilakukan dalam mencatat bahan penulisan adalah mempersiapkan peralatan pencatatan, membaca bagian kata pengantar, daftar isi dan pendahuluan. Selanjutnya perlu diingat untuk selalu mencatat informasi bibliografis pada bagian atas kartu di halaman pertama. Jangan lupa mencatat tanggal dan nama perpustakaan tempat anda membaca. Lebih rinci lagi dengan menuliskan kode buku sebagaimana dengan katalog sesuai dengan Dewey. Perlu diingat juga untuk selalu memberi tanda kutip pada kutipan langsung dan tanda kurung ( ) bila menemukan kata-kata yang membingungkan dan belum dimengerti maksudnya. Upayakan selalu menjaga interaksi antara bahan yang dibaca dan problematika penelitian. Jangan terlalu boros membuat catatan penulisan, ringkaslah dengan bahasa sendiri. Jangan pula menulis catatan secara bolak-balik. Cek kembali ketiga jenis catatan penelitian untuk konsistensi data. Semua jenis catatan penulisan merupakan bahan mentah yang perlu diolah lebih lanjut pada tahap analisis dan sintesis. Sebagian analisis sifatnya cukup sederhana dan sebagian lainnya agak rumit. Analisis biasanya dilakukan dengan menganalisis isi teks. Biasanya sejumlah pertanyaan diajukan dalam tahap ini. Apakah isi sebenarnya dari sebuah pernyataan dalam teks? Apakah pengarang memiliki prasangka (bias) dalam tulisannya? Apa tujuan pengarang membuat laporan tersebut? Apakah pernyataan dalam teks sudah meyakinkan sehingga, tidak lagi memerlukan kolaborasi? 49 Tahap sintesis yaitu penggabungan-penggabungan hasil analisis ke dalam struktur konstruksi yang mudah dimengerti secara utuh dan keseluruhan. Sintesis yang baik haruslah menggabungkan semua data yang terkait dengan komponen-komponen analisis. Sintesis juga harus mencakup upaya penggabungan antara temuan analisis dan sintesis. Pada akhirnya, riset pustaka tentu saja tidak sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang selama ini melainkan suatu metode yang lebih terperinci dan rumit. Membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan ketelitian, serta daya kritis, dan analisis yang baik sehingga, menghasilkan penelitian yang baik pula. Perkembangan dunia informasi dan komunikasi, internet memegang peranan penting untuk mendapatkan data yang valid. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data tersebut dapat diunduh melalui fasilitas internet yang akurat. Meskipun demikian, pencatatan atas hasil browsing tersebut perlu disimpan dengan baik sesuai dengan kategorisasi yang bisa dipahami dan memudahkan peneliti untuk melakukan pelacakan terhadap beberapa hal yang ada dalam topik penelitiannya. Format penulisan karya tulis ilmiah kajian pustaka sangat bervariatif. Biasanya memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, metode kajian, definisi istilah, dan rujukan. Format tersebut sebenarnya sama dengan model penulisan karya ilmiah lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan penjelasan sebagaimana sistematika yang ada sebagai berikut: a. Latar Belakang Masalah Menurut Suranto (2011: 22) pada latar belakang maslaah diuraikan faktor-faktor yang menjadi latar belakang/arti penting masalah ditinjau dari segi kepentingan pengembangan ilmu dan pandangan rasional peneliti penelitian tersebut penting dilakukan. Untuk mempertajam kajian yang dilakukan, perlu dinyatakan dengan jelas akar masalah penelitiannya, yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini. Bagian ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, artikel dari internet, atau data dari kondisi dan keadaan lapangan tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Gambaran umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Dipaparkan tentang data spesifik terhadap topik penelitian, uraikan beberapa hal yang ditemukan memiliki keberbedaan, ketidakcocokan teori dengan topik yang dipilih, uraikan pemantapan terhadap pemahaman masalah. Dengan demikian dengan jelas dapat diketahui antara fenomena yang senyatanya (das sein) dengan apa yang seharusnya (das sollen). misalnya 50 mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah, serta beberapa nilai kegunaan apabila penelitian ini dilakukan, atau justru kerugian apabila penelitian ini tidak dilakukan. b. Rumusan Masalah Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsepkonsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu. Masalah yang akan dikaji sebagai bagian dari rumusan masalah selanjutnya dibreakdown dengan cara menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya) tentang topik inti yang hendak dikaji delam penelitian. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang akan dicari dalam penulisan karya ilmiah tersebut. Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti. Dalam pandangan yang berbeda rumusan masalah dengan cara menguraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Perlu menjadi catatan penting bahwa, uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk kalimat tanya tetapi cukup menuliskan tentang permasalahan yang ingin dikaji melalui penelitian. Menurut Suranto (2011: 22) pada rumusan masalah disampaikan pernyataan masalah yang menjadi fokus penelitian dan akan dicari jawabannya melalui penelitian ini. Rumusan masalah harus singkat, spesifik, jelas, dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. c. Tujuan Penelitian Bagian ini memberikan gambaran spesifik tentang arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan secara realistis dari peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu spesifikasi ilmu agar dapat diketahui tentang latar belakang kehidupan sosial, agama, ekonomi, dan bahkan politik, pengalaman-pengalaman keagamaan, pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya, usaha untuk memperoleh simpati dan pengakuan masyarakat terhadap disiplin keilmuan atau 51 kepakarannya, upaya apalagi untuk mendapatkan obsesinya di masa yang akan datang, serta pro kontra tokoh agama atau tokoh masyarakat terhadap perjuangan orang tersebut. Dengan demikian, dalam tujuan penelitian, peneliti hendaknya memberikan pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Penelitian kepustakaan dapat bertujuan menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu prototype. d. Kegunaan Penelitian Kegunaan penulisan karya ilmiah berjenis ini adalah untuk memperoleh wawasan baru tentang tokoh yang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, agama, budaya, ekonomi, dan bahkan politiknya. Berdasarkan ruang lingkup tersebut, maka peneliti dapat menemukan formulasi obyek, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi orang lain untuk menjadi tokoh, bahkan yang sedang menjalani peran ketokohannya. e. Metode Kajian Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapananggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah. Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip, hukum, postulat, atau bahkan adat yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakatnya serta asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Metode penelitian digunakan dalam penelitian secara rinci. Uraian dapat meliputi peubah dalam penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data, uji validitas, cara penafsiran dalam melakukan analisis dan penyimpulan hasil penelitian. Penelitian kepustakaan merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, dapat dijelaskan pendekatan yang digunakan, proses pengumpulan dan analisis informasi, proses penafsiran melalui analisis, dan penyimpulan hasil penelitian dan rekomendasi yang dapat diajukan. 52 f. Definisi Istilah/operasional Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan, bias dan ambigu. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian secara operasional. Misalnya konsep pendidikan, konsep pendidikan Islam, pendidikan anak, demokrasi, kepedulian lingkungan, paradigma dakwah, motivasi belajar, prestasi belajar, kompetensi guru dan lain sebagainya menurut paradigma para tokoh. Perlu diperhatikan bahwa dalam menuliskan definisi istilah atau definisi operasional cukup mengambil variabel yang digunakan saja, tidak perlu memberikan definisi operasional pada kata bantu yang ada dalam judul penelitian yang digunakan. Cotoh, judul penelitian kepustakaan pemikiran pendidikan R.A. Kartini Ditinjau dari Konsep Pendidikan Islam, maka definisi istilah yang perlu dituliskan cukup Pendidikan R.A Kartini dan Pendidikan Islam. Kata konsep, pemikiran, dan ditinjau tidak perlu dicari pengertian secara bahasa. g. Daftar Rujukan Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan/daftar pustaka harus sudah disebutkan dalam teks. Demikian juga sebaliknya, segala yang ada dalam naskah harus dituliskan dalam daftar pustaka. Artinya, bahan pustaka hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Membuat laporan penelitian selalu melakukan revisi yang terus menerus sampai memperoleh titik jenuh peneliti atau titik jenuh referensi yang digunakan sehingga, seringkali peneliti akan menambahkan dan membuang beberapa kutipan yang sudah masuk dalam tubuh laporan penelitian. Perubahan secara dinamis dalam naskah penelitian tersebut menjadikan perubahan dalam penulisan daftar pustaka. Peneliti seringkali tidak mau melakukan pengecekan secara teliti beberapa rujukan yang digunakan dengan isi dalam daftar pustaka, seringkali rujukan yang ada dalam naskah tidak dituliskan dalam daftar pustaka, atau sebaliknya yang ada dalam daftar pustaka, ternyata tidak dirujuk dalam naskah penelitian. Saran yang dapat diberikan agar ada kesesuaian antara naskah yang memuat rujukan dengan penulisan daftar pustaka dengan melakukan pengecekan dengan memberikan tanda chek list setelah naskah penelitian dicetak. Pencetakan merupakan finalisasi dari proses penyusunan laporan penelitian, meskipun sebenarnya jika dianalisis masih perlu untuk diberikan lagi perubahan-perubahan. Tata cara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan biasanya sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga. Meskipun demikian, kelaziman yang ada memuat urutan sebagai berikut: nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, 53 nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, tahun penerbitan, judul, termasuk subjudul, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit. 2. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Penelitian Research and Development Menurut Borg dan Gall (1989: 783-795), pendekatan Reseach and Development (R & D) dalam seluruh aspek penelitian meliputi sepuluh langkah, yaitu: a. Studi Pendahuluan Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan. 1) Analisis Kebutuhan Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu (1) Apakah penelitian yang akan dilakukan merupakan hal yang penting dan memiliki nilai manfaat bagi masyarakat atau stakeholders? (2) Apakah hasil penelitian mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang melaksanakan dan yang akan dilibatkan memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan hasil penelitian tersebut ada? 4) Apakah waktu yang direncanakan akan mencukupi dalam melaksanakan penelitian tersebut? 2) Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap topik yang akan diteliti. Studi leiteratur tidak hanya sekadar untuk mengumpulkan teori-teori belaka, tetapi studi literatur juga di dalamnya menuliskan tentang hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan penelitian yang direncanakan. 3) Riset Skala Kecil Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks profesional. Oleh karena itu pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan. b. Merencanakan Penelitian Setelah melakukan studi pendahuluan, peneliti dapat melakukan pengembangan dengan melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian. c. Pengembangan Desain 54 Pengembangan desain dilakukan untuk mendapatkan kejelasan tentang topik dan ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Pengembangan desain dengan mengikuti langkah sebagai berikut: 1) menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian. d. Preliminary Field Test Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain penelitian; 2) bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi. e. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. f. Main Field Test Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi. g. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Revisi ini dilakukan dalam rangka memperoleh data penelitian di lapangan. h. Uji Kelayakan Langkah ini sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi. i. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. j. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir Laporan hasil dari R & D melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control. Kesepuluh langkah tersebut, dalam penulisannya dapat diringkas menjadi lima langkah: 55 1) Studi Pendahuluan, Pendahuluan merupakan kegiatan research and information collecting, memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (kaji pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan. 2) Tahap Perencanaan Tahap perencanaan merupakan sebuah gabungan dari tahap planning and development of the preliminary form of product. Tahap ini meliputi penentuan tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan (misalnya: peneliti, guru, orang tua, trainer), merumuskan bentuk partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan, menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan. Dari kegiatan perencanaan ini diperoleh draft desain model yang siap diujicobakan. 3) Tahap uji coba, meliputi Preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan product revision, yang memiliki kegiatan utama uji coba, baik uji coba terbatas, maupun uji coba lebih luas. Kegiatan ini menjadi satu dengan revisinya setiap selesai uji coba. Kegiatan uji coba ini dilakukan secara siklis (desain, implementasi, evaluasi dan penyempurnaan) sampai ditemukan model yang siap divalidasi. 4) Tahap Validasi, Tahap validasi terdiri dari tahap operational field testing dan final product revision yang bertujuan untuk menguji model melalui eksperimentasi model kepada sejumlah responden. Hasil eksperimentasi ini menjadi bahan pertimbangan dalam membuat rekomendasi tentang efektivitas dan adaptabilitas hasil penelitian. 5) Tahap Pelaporan Tahap pelaporan diartikan sebagai tahap dissemination and implementation yang mengandung kegiatan pelaporan dan distribusi. 3. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Sejarah Sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau dalam lingkup kehidupan manusia. Peristiwa atau kejadian pada masa lampau menjadi unsur yang sangat penting dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli sejarah untuk mengungkap tabir sejarah. Dalam usaha menyingkap tabir sejarah para ahli melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Pencarian Informasi Sejarah Sejarah sebagai suatu perstiwa yang telah terjadi dalam lingkup kehidupan manusia pada masa lampau akan meninggalkan goresan yang mewarnai kehidupan 56 manusia. Goresan tersebut bersifat positif maupun negatif. Peristiwa atau kejadian sejarah di masa lampau yang telah diceritakan secara turun-temurun terkadang menjadi sebuah cerita rakyat, legenda atau mitos. Oleh karena itu, informasi sejarah seperti itu cukup sulit dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Meskipun demikian, tetap dapat diakui sebagai ragam keilmuan manakala metode yang digunakan memenuhi formulasi keilmiahan. b. Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah Sejarah sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau tidak mungkin dapat diketahui begitu saja tanpa adanya sumber-sumber sejarah yang mendukung. Pengumpulan sumber-sumber sejarah dapat dilakukan melalui sumber lisan, sumber tertulis maupun sumber benda. Dalam penelitian sejarah dikenal adanya istilah heuristik merupakan bagian dari penelitian sejarah. Istilah heuristic berasal dari bahasa Yunani heurisken yang berarti menemukan. Heuristik adalah upaya penelitian yang mendalam untuk menghimpun jejak-jejak sejarah/mengumpulkan dokumen-dokumen agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian bersejarah di masa lampau. Dokumen-dokumen tersebut merupakan data yang sangat berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lampau. Jejak-jejak sejarah biasanya dapat ditemukan secara kebetulan oleh masyarakat. Banyak benda-benda budaya peninggalan masa lalu ditemukan secara tidak sengaja. Informasi penemuan itulah akhirnya para ahli/sejarawan melakukan penelitian lebih lanjut. Bahkan tanpa informasi yang berhasil diterima dari masyarakat, para ahli/sejarawan sangat sulit untuk menemukan jejak sejarah tentang masa lampau. Penelitian sejarah diperlukan langkah verifikasi. Verifikasi di dalam sejarah memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah. Verifikasi diperlukan untuk meneliti kembali data-data atau laporan-laporan dari suatu peristiwa yang telah terjadi. Verifikasi tersebut dapat berupa orang, benda-benda bersejarah, maupun koleksi tertulis, maupun benda-benda elektronik yang selanjutnya akan diberikan informasi sebagai bentuk averifikasi. Suatu peristiwa bersejarah memiliki data-data atau laporan-laporan yang tidak sedikit jumlahnya sehingga para peneliti harus berhati-hati dalam mempelajari kembali data-data yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut dibahas untuk menentukan kebenaran data/laporan dari suatu peristiwa sejarah. Sebelum sumber-sumber sejarah terkumpul digunakan sebagai pendukung sebuah karya tulis, sebelumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu, baik 57 dari segi kebenaran materi atau isi maupun keasliannya dalam ilmu sejarah disebut kritik. Kritik tersebut meliputi: 1) Kritik Intern Kritik intern berarti kritik terhadap isi dari suatu peninggalan sejarah seperti isi prasasti, isi kitab kuno, isi dokumen, benda-benda elektronik dan lain sebagainya. 2) Kritik Ekstern Kritik ekstern berarti kritik terhadap keaslian dari sumber-sumber sejarah yang ada seperti tipologi, stratifikasi, dan kimiawi. Tipologi sendiri artinya penentuan ketuaan berdasarkan bentuk dan benda peninggalan tersebut. Pada umumnya semakin sederhana bentuk peninggalan sejarah, semakin tua usia benda tersebut. Stratifikasi yaitu penentuan umur relatif suatu benda berdasarkan lapisan tanah tempat benda tersebut ditemukan. Pada umumnya lapisan yang paling atas adalah lapisan yang paling muda, sedangkan lapisan yang paling bawah adalah lapisan yang paling tua. Kimiawi yaitu penentuan ketuaan suatu peninggalan berdasarkan unsur-unsur kimia yang terkandung pada benda tersebut. Penelitian sejarah terdapat beberapa tahapan interpretasi. Interpretasi dalam sejarah mempunyai arti penafsiran terhadap suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoretis terhadap suatu peristiwa sejarah. Sejarah sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, tetapi tidak semua data yang terkumpul dapat dijadikan sarana pendukung untuk mengungkapkan suatu peristiwa sejarah. Data tersebut diinterpretasikan sehingga data-data yang terkumpul dapat mengungkap kebenaran suatu peristiwa bersejarah. Dengan demikian, sesuatu yang tersirat dan tersurat dalam peninggalan tersebut dapat dikomunikasikan. Contoh Prasasti Yupa menyebutkan bahwa Raja Mulawarman melakukan penyembelihan hewan korban di sebuah tempat yang bernama Waprakeswara. Karena waprakeswara adalah tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa, maka sejarawan menginterpretasikan bahwa Raja Mulawarman beragama Hindhu Siwa (pemuja Dewa Diwa sebagai dewa utama) Di samping sumber sejarah, dalam penelitian sejarah dapat mengacu pada bukti dan fakta sejarah, karenanya sejarah suatu masyarakat atau bangsa di masa lampau berhasil diketahui melalui penemuan bukti-bukti atau fakta-fakta yang menunjukkan terjadinya suatu peristiwa di masa lampau itu. Bukti dan fakta sejarah dapat diketahui melalui 3 sumber yaitu sumber primer, sekunder, dan tersier: 1) Sumber Primer Sumber primer berupa bukti dan fakta tentang peristiwa sejarah diuraikan oleh para pelaku yang mengalami suatu peristiwa sejarah. Biasanya pelaku 58 sejarah tidak dapat tegak berdiri dengan sempurna, artinya tidak bisa mengungkapkan secara utuh apa yang dilihat, didengar dirasakan, dan diingat secara obyektif. Pelaku sejarah juga mungkin dapat menyembunyikan atau menenggelamkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang melemahkan kedudukannya dalam peristiwa sejarah. Hal serupa berlaku pula pada pernyataan saksi suatu peristiwa sejarah. Para saksi dalam mengungkapkan suatu peristiwa sejarah juga tidak terlepas dari unsur subjektivitas. Hal ini disebabkan adanya unsur keberpihakan dari para saksi tersebut atau juga disebabkan oleh latar belakang keahlian yang dimiliki oleh saksi dalam mengungkapkan keruntutan sejarah dengan menggunakan bukti sejarah seperti prasasti, kronik, piagam dan lain-lain. 2) Sumber Sekunder Sumber sekunder merupakan sumber lain dari sejarah yang tidak asli, tetapi cukup memberikan dukungan terhadap penemuan bukti sejarah yang akan dihubungkan dan dikaitkan secara teliti dengan bukti sejarah yang lainnya. Bukti dan fakta tentang peristiwa sejarah diuraikan oleh seseorang yang bukan pelaku atau saksi dari peristiwa tersebut. Akibatnya kebenaran dari peristiwa tersebut semakin berkurang. Berdasarkan informasi prasasti itu, para ahli mencoba untuk membuat penafsiran tentang keseluruhan keadaan pada masa itu, baik tentang perkembangan sistem pemerintahan kerajaan, kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan kepercayaan masyarakat dari kerajaan-kerajaan bersangkutan. Berdasarkan bukti dan fakta dari sumber sekunder itu, kebenaran tentang suatu peristiwa sejarah tidak dapat diketahui secara keseluruhan. Keterkaitan peristiwa yang satu dengan peristiwa berikutnya dapat diketahui oleh generasi penerus dari suatu bangsa. Contoh prasasti yang ada di beberapa tempat, laporan penelitian, dan terjemahan kitab-kitab kuno yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. 3) Sumber Tersier Sumber tersier berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan laporan penelitian langsung. Artefak dalam sejarah dapat dijadikan alat bukti bagi penelitian sejarah. Artefak merupakan peralatan atau alat-alat yang dibuat oleh manusia untuk membantu kehidupannya. Peralatan atau alat-alat itu merupakan hasil kebudayaan manusia yang dapat menunjukkan bahwa manusia memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk lainnya. Artefak itu dapat menandai nilai budaya dan perdaban suay bangsa pada waktu yang lampau. Kelebihan yang dimiliki oleh manusia itu adalah berupa akal dan pikiran untuk berkembang melebihi generasi terdahulu. Tingkat perkembangan kebudayaan manusia dapat 59 diketahui melalui alat-alat kebudayaan yang digunakan oleh manusia. Bahkan, dalam penelitian sejarah fakta mental (heroism) dalam sejarah dapat dijadikan salah satu obyek penelitian. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia yang ditulis W.J.S Poerwadarminta menyatakan bahwa mental itu hal yang menyangkut batin atau watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga. Hal yang menyangkut bukan hanya pembangunan fisik yang perlu diperhatikan, melainkan juga pembangunan rohani atau batin. Hal yang menyangkut trauma atau guncangan jiwa yang sangat membekas dalam kehidupan seseorang. Dari uraian di atas maka, mental terkait dengan masalah batin, rohani, dan watak manusia. Oleh karena itu, mental dapat menentukan baik buruknya perjalanan kehidupan manusia, masyarakat atau bangsa. Contoh peristiwa peperangan yang selalu menyisakan tragedi dan derita akan mempengaruhi mental masyarakat yang mengalaminya. Peristiwa alam yang mengenaskan juga akan meninggalkan emosi psikologis yang mendalam. Fakta mental memberikan gambaran yang pasti akibat perang yang ditimbulkannya sehingga, akhirnya hanya akan menyisakan kehidupan yang sangat memprihatinkan. Sejarah juga tidak dapat dipisahkan dari fakta-fakta sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Karena munculnya suatu peristiwa bersejarah dapat dipengaruhi oleh masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Bahkan, masalah yang muncul dan berkembang di masyarakat kerapkali menimbulkan suatu peritiswa, baik peristiwa itu merupakan peristiwa kecil maupun peristiwa besar. Contoh masalah sosial yang dibatasi pada masa orde baru (di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto) tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Fakta-fakta sosial antara lain kehidupan masyarakat pada lapis bawah merasa tenang, tenteram, damai, perekomomian stabil, keamanan terkendali, kerukunan hidup beragama berjalan harmonis. Namun, di balik ketenagan tersebut diketahui ada sisi negarif yang dapat melahirkan gelombang besar dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Ruang lingkup kehidupan sosial masyarakat yang sangat terbatas itu dijadikan dasar perjuangan untuk menentang kekuasaan orde baru. Bahkan, kehidupan sosial dari masyarakat Indonesia yang sangat memprihatinkan itu menarik perhatian kalangan intelektual muda, yaitu kalangan mahasiswa. Puncak demonstrasi yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa yang ditandai dengan berhentinya Presiden Suharto dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil Presiden B.J 60 Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia. Presiden Habibie menjabat sebagai presiden hingga terpilihnya presiden K.H. Abdurrahman Wahid melalui sidang MPR hasil pemilihan umum tahun 1999 dan penggulingannya beliau menjadikan Megawati Soekarno Putri naik ke tampuk pimpinan RI 1, dan sekarang ini Susilo Bambang Yudhoyono sudah menjabat pada periode ke dua. Masalah-masalah sosial sering muncul setelah terjadi suatu peristiwa bersejarah, seperti pada perang Dunia I dan II, perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Peperangan yang telah terjadi memporak-porandakan tatanan sosial dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa. Hubungan sosial yang pernah terputus akibat peperangan mulai dibenahi kembali, sehingga dapat memunculkan jalinan hubungan sosial yang lebih erat dari masa sebelumnya. Berdasarkan uraian dan contoh-contoh tersebut, maka pengertian sosial berkenaan dengan kehidupan suatu kelompok masyarakat maupun bangsa berguna untuk menjaga agar hubungan sosial tetap terjaga dengan baik, perlu adanya komunikasi sosial antara masyarakat dalam mencapai tujuan dari masyarakat bersangkutan atau menunjang pembangunan di segala sektor kehidupan masyarakat tersebut. Di samping itu, pengertian sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu proses belajar dari seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati budaya masyarakat di lingkungannya. Misalnya, seorang yang baru tinggal pada suatu lingkungan kelompok masyarakat maka dapat mengetahui adat dan tradisi masyarakat tersebut. Mengetahui tradisi masyarakat tersebut dapat memudahkan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru. Dengan demikian, fakta sosial merupakan suatu bukti yang muncul dari lingkungan sosial masyarakat untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang bersangkutan. Sehingga upaya mencapai tujuan itu sering muncul peristiwaperistiwa atau kejadian-kejadian. Bukti-bukti yang muncul dari peristiwaperistiwa itulah yang dapat dikenal dengan fakta sosial dalam ilmu sejarah. Untuk memudahkan penelitian sejarah, maka langkah awal adalah mengenali sumber-sumber sejarah. Peristiwa yang terjadi di masa lampau dapat terungkap jika ada sumber-sumber yang mendukung. Sumber sejarah terdiri atas sumber lisan, tertulis, benda, dan rekaman. 61 1) Sumber Lisan Sumber lisan berupa keterangan langsung dari para pelaku atau saksi dari peristiwa yang terjadi di masa lampau atau dari orang yang menerima keterangan secara lisan dari pelaku sejarah. Kelemahan dari sumber lisan ini yaitu sering kali ada unsur-unsur subjektifitas di dalamnya, daya ingat yang yang lemah menjadikan sumber lisan akan memberikan persepsi secara spontan. Sumber lisan biasanya tidak dapat memperoleh informasi secara lengkap dari peristiwa sejarah yang terjadi pada saat itu, sehingga sumber lisan ini tidak menjadikan laporan dari sumber lisan sebagai satu-satunya data yang valid. Informasi dari sumber lisan tetap akan dicek dengan sumbersumber lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan keutuhan informasi sejarah. 2) Sumber Tertulis Sumber tertulis berupa segala bentuk tulisan yang berkaitan dengan sejarah yang yang menjadi topik dalam penelitian. Sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau. Contohnya prasasti, kronik, babad, hikayat, surat, laporan, notulen rapat, piagam, naskah, arsip, surat kabar. Misalnya, Pararaton sumber sejarah Kerajaan Singasari. Negarakertagama sumber sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit. Babad Tanah Jawi sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam. Informasi dari sumber tertulis tetap akan dicek dengan sumber-sumber lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan keutuhan informasi sejarah. 3) Sumber Benda Sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan. Sumber sejarah itu belum dapat menginformasikan secara pasti kebenaran yang diceritakan sehingga para ahli hanya dapat menafsirkan sebagian kecil dari peristiwa atau kejadian tersebut. Contohnya fosil, senjata, peralatan hidup, perhiasan, dan lain-lain. Informasi dari sumber tertulis tetap akan dicek dengan sumber-sumber lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan keutuhan informasi sejarah. 4) Sumber Rekaman Sumber rekaman bisa berupa rekaman kaset audio meupun rekaman kaset video. Misalnya : rekaman peristiwa sekitar proklamasi, dan rekaman demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi. Agar mendapatkan bukti dan 62 fakta sejarah yang benar harus memperhatikan segi terpercayanya sumber, kuatnya sumber, dan sahihnya sumber. 63 BAB IV KARYA ILMIAH POPULER DAN KARYA ILMIAH MURNI A. Prawacana Karya tulis ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang disusun menurut tata tulis tertentu. Menulis artikel bagi orang yang telah terbiasa menulis, tentunya bukan merupakan pekerjaan yang susah dilakukan. Bahkan setiap saat, artikel mampu melahirkan ide-ide dalam bentuk tulisan yang baik dan enak dibaca. Bagi penulis ini, menulis dapat dilakukan secara spontan, karena skema ide yang akan ditulisnya telah mengendap dalam pikirannya, diksi, kekayaan stuktur pengungkapan sudah ada (Sukino, 2010: 184). Penulisan karya ilmiah yang ada diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya ilmiah populer dan karya ilmiah murni. Karya ilmiah populer biasa disebut dengan featur populer. Kata populer dipakai untuk menyatakan sesuatu yang akrab, dan menyenangkan (disukai banyak orang) karena menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya ilmiah populer ditulis dengan mempertimbangkan kepopuleran tersebut, selain keilmiahannya (Amir, 2009: 114). Karya ilmiah populer merupakan sebuah karangan singkat sesuai dengan fakta dan memiliki aktualitas. Karya ilmiah populer dalam bentuk artikel disusun dengan menggunakan bahasa non formal secara sederhana untuk semua lapisan masyaraka. Karya ilmiah populer bertujuan untuk memberikan informasi, meyakinkan kepada masyarakat, mendidik, memberikan solusi terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat, dan bahkan menghibur. Persoalan ilmiah yang selalu diasosiasikan dengan wilayah orang-orang kelompok elit akademis akan dapat dinikmati oleh masyarakat secara umum apabila diungkapkan dengan gaya ilmiah populer (bahasa segar, tidak njlimet, dan disuguhkan variasi humor). Jangkauan pembaca artikel penulisan populer lebih luas dari lintas disiplin ilmu, bahkan masyarakat awam pun dapat menikmati. Pengutipan sumber referensi agak longgar, karena lebih mementingkan pesan yang disampaikan, mode pengungkapannya adalah refleksi terhadap isu aktual, sehingga dapat memperkaya wawasan dan melihat persoalan dari beragam perspektif. Penyusunan artikel dalam internet bisanya bermuatan pada artikel penulisan populer. Artikel di internet memiliki spesifikasi antara lain secara konsisten dengan topik yang sudah disusun dan memiliki ketersambungan dengan artikel yang telah dimuat. Harapannya pembaca akan setia untuk mengunjungi blog atau web yang disediakan. Membuat artikel yang baik dengan harapan dapat banyak dikunjungi oleh masyarakat secara luas pada media internet dan membuat karangan ilmiah yang dapat memenuhi kualifikasi penulisan ilmiah, maka disusun beberapa teknik untuk membuat artikel yang baik dan menarik. 64 Karya ilmiah berupa artikel ilmiah berbeda dengan penulisan artikel populer. Karya ilmiah memiliki karakteristik antara lain diperoleh melalui kegiatan penelitian, menganut pada satu disiplin ilmu tertentu, pemaparannya menggunakan bahasa yang baku, mempunyai standar akademis yang logis dan empiris, audiensnya terbatas pada masyarakat ilmiah, data dilengkapi dengan daftar pustaka, nilai gunanya untuk mengantarkan pada perubahan ilmu pengetahuan, orisinalitas dalam tulisan karya ilmiah dipertanggung jawabkan secara jujur. Karakteristik tersebut menjadikan keberbedaan yang nyata dalam penulisan artikel yang sudah dipubliksikan secara luas. B. Penulisan Ilmiah Populer Menulis pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu menulis ilmiah dan non ilmiah sebagaimana ditampilkan dalam diagram berikut ini: MENULIS NONILMIAH ILMIAH ILMIAH POPULER ILMIAH AKADEMIK KORAN LAPORAN PENELITIAN AKADEMIK MAJALAH POPULER LAPORAN PENELITIAN KHUSUS JURNAL ILMIAH Bagan Kategori Menulis Karya Ilmiah 1. Karya Ilmiah a. Pengertian Suatu karya ilmiah (scientific paper) merupakan laporan tertulis dan dapat dipublikasi untuk memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah dengan cara memberikan data valid yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Paparan tersebut dalam rangka untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. 65 Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Oleh karena itu, kaya tulis ilmiah sering mengangkat tema yang berkaitan dengan hal-hal baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Meskipun demikian, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. b. Ciri-ciri Karya ilmiah Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji pada beberapa aspek, yaitu: 1) Struktur Sajian Struktur sajian dalam penulisan karya ilmiah sangat ketat baik dalam penyusunan desain, sistematika, teknik penulisan, dan bahasa yang digunakan. Penulisan karya ilmiah biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut. 2) Komponen dan Substansi Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak, teknik penulisan dan jenis tulisan dengan ruang lingkup keilmuan yang khas dari jurnal yang ada. 3) Sikap Penulis Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. 4) Penggunaan Bahasa Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari diksi/pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku. Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) antara lain merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti. Bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah 66 digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertib dan rapi. Tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda). Contoh antara lain dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, lembar kerja dan lain-lain. c. Pengertian dan Ruang Lingkup Artikel Ilmiah Populer Artikel merupakan karya tulis atau karangan, bisanya berupa karangan non fiksi. Ruang lingkup artikel meliputi penulisan yang bertujuan untuk memberikan infomasi sehingga dapat memberikan keyakinan, mendidik, menawarkan pemecahan masalah dan bahkan menghibur. Media penyampaian artikel biasanya dalam percetakan seperti surat kabar, majalah, buletin, dan bahkan pada media internet. d. Jenis Artikel Ilmiah Populer Pada dasarnya, jenis artikel ilmiah populer tidak berbeda dengan jenis artikel pada umumnya. Kurnia dalam Sukino (2010: 181) menmbagi jenis artikel ilmiah populer antara lain sketsa tokoh, wawancara, naratif, penyingkapan, antologi, kolom, dan ulasan. 1) Sketsa Tokoh Sketsa tokohbiasanya berisi tentang tokoh dalam berbagai aspek. Tokohtokoh yang menjadi subyek disajikan oleh penulis dalam berbagai peristiwa. 2) Wawancara Wawancara jenis ini lebih memfokuskan pada bentuk tulisan artikel yang berisi hasil wawancara terhadap tokoh. Keseluruhan tulisan mungkin hanya berbentuk tanya jawab atau dialog yang dilengkapi dengan penuturan tentang situasi yang berkaitan dengan soal yang tengah didiskusikan. 3) Penyingkapan Penyingkapan artikel mirip dengan berita. Berbagai penyingkapan berhubungan erat dengan opini atau informasi, tetapi berbeda dalam hal sasaran, yakni lebih spesifik dan individual. Jenis artikel ini juga mencerminkan adanya penelusuran data dengan investigasi hasil pengamatan. 4) Antologi Antologi sebagai salah satu proses penulisan biasanya diawali dengan kerja editor yang menghubungi penulis pilihannya. Penulis diminta untuk mengulas materi tertentu yang bisa dihubungkan dengan tema keseluruhan yang telah dirancang. 5) Kolom 67 Tulisan kolom harus dapat dibaca semua orang dan harus merupakan ekspresi personal. Artikel kolom tetap mengedepankan kepentingan pembaca walaupun prinsip idealitas penulis tetap ada. 6) Ulasan Artikel yang berbentuk ulasan biasanya bertolak pada apa yang dilihat dan didengar oleh penulis. Penulisan artikel ini dapat dilakukan dengan memadukan fakta dengan pemikiran subyektif. Penulis artikel ini memulai proses penulisan dengan melakukan pencatatan dengan berbagai referensi, dan mengenal subyek dan obyek tulisan dengan mendalam. e. Ciri-ciri Artikel Ilmiah Populer Untuk dapat mengenal lebih jauh tentang artikel, berikut diberikan ciri-ciri artikel. Soeseno dalam Amir (2009: 115) memberikan beberapa ciri-ciri artikel sebagai berikut: 1) Karya ilmiah populer disusun seperti kerucut terbalik. Kerucut terbalik ini berisi pendahuluan (lead), jembatan antara lead dan tubuh, tubuh tulisan, dan penutup. 2) Karya ilmiah populer menggunakan bahasa yang komunikatif, yang berarti bahasa yang digunakan adalah bahasa yang memiliki kemungkinan cepat ditangkap. Oleh karena itu, harus bebas pemanis basa-basi, ringkas tetapi jelas, lengkap dan teliti, kata sederhana dan kalimat pendek, paragraf (alinea) yang berurutan. Amir (2009: 115) mengklasifikasikan dalam empat komponen seperti bahan, penyajian, sikap penulis, dan penyimpulan. Bahan menyajikan fakta yang obyektif, penyajian menggunakan bahasa yang cermat, tidak selalu formal tetapi tetap taat asas, disusun secara sistematis, tidak memuat hipotesis. Sikap penulis tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang meragukan perasaan pembaca agar seolah-olah pembaca menghadari sendiri pada situasi konteks. Penyimpulan memberikan fakta berbicara sendiri sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong pembaca untuk berfikir pada aplikasinya. Ciri-ciri tersebut dapat dirumuskan bahwa ciri-ciri artikel ilmiah populer antara lain: a. Artikel merupakan karangan tentang berbagai hal pada berbagai disiplin ilmu; b. Artikel mengandung masalah dengan topik yang spesifik; c. Artikel menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak formal; d. Artikel memuat gagasan berupa opini/pendapat; e. Artikel ditulis tanpa terikat oleh gaya bahasa atau format apapun; 68 f. Artikel ditujukan untuk semua lapisan masyarakat tanpa mengenal batas pelapisan masyarakat, sehingga menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat (pembaca); g. Artikel secara sederhana mengungkapkan alasan, fakta/bukti yang dapat dipertanggung jawabkan; h. Artikel yang dibuat khususnya pada media cetak seperti koran biasanya bersifat aktual yang tengah diperbincangkan dalam situasi sekarang, i. Artikel biasanya dibuat dalam jumlah halaman tidak terlalu tebal, karena memang tidak dimaksudkan sebagai sajian khusus. Dengan demikian, panjang artikel biasanya berkisar antara 550 kata hingga 1.500 kata atau kirakira 2 (dua) sampai dengan 5 (lima) halaman; j. Artikel nilai gunanya untuk menyampaikan gagasan dan fakta untuk meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan masalah secara sederhana, harapan, usul terhadap topik yang diungkapkan, menghibur, bahkan mengkritik suatu fenomena yang terjadi di masyarakat; k. Artikel ada juga yang dilengkapi dengan gambar situasi yang menjadi topik bahasan; l. Media penulisan ilmiah populer adalah surat kabar, majalah populer, tabloid, dan buku yang secara khusus berisi tulisan ilmiah populer. f. Tips Menulis Karya Ilmiah Populer 1) Tentukan Tipe Tulisan yang Hendak Digunakan Menentukan tipe tulisan merupakan sesuatu hal yang sangat penting sebagai tip jitu menulis karya ilmiah populer, apakah deskriptif berupa pemaparan ide/gagasan, ekspository, essei yang bersifat argumentasi, sebab akibat, klasifikasi, dan definisi. Persuasi, tulisan yang memuat bujukan/mengajak sesorang untuk melakukan hal tertentu sesuai dengan orang yang membujuk/mengajak, atau dokumentatif (Sucipto Suntoro, tt: 300). 2) Memilih Topik Topik dibuat secara khusus. kecenderungan secara pribadi Penulis ‘jangan bernafsu” pada yang dinilai lebih menarik dan dikuasai oleh penulis tanpa mempertimbangkan pada varibel-varibel lain yang lebih tepat waktu, sasaran, dan materi. 3) Menentukan Tujuan Tujuan disesuaikan dengan topik yang dipilih, baik berjenis ekspositori deskriptif, ataupun lainnya. Tujuan ditetapkan secara rigit, dengan demikian, 69 tidak ditemukan tujuan ganda yang akan membuat penulis sendiri dibuat bingung. Dalam istilah lain, untuk menentukan tujuan tidak banci atau tidak mendua yang menjadikan esensi tulisan menjadi tidak mengarah pada hal yang pokok. 4) Tuliskan Minat Tuliskan beberapa subyek yang menarik minat penulis. Semakin banyak subyek yang ditulis, maka semakin baik karangan tersebut. Tuliskan segala sesuatu yang melitas pada pikiran anda, baru revisi baik dari sisi isi, kedalaman materi, maupun bahasa yang digunakan. 5) Evaluasi Potensial Topik Melakukan evaluasi terhadap topik menjadi sangat perlu dilakukan, jika sudah ada beberapa topik yang pantas, pertimbangkan topik yang dipilih yang dinilai memiliki sesuatu yang lebih dibandingkan dengan topik-topik yang lain. Jika tujuannya untuk meyakinkan, maka topik tersebut harus berupa sesuatu yang benar-benar mengundang minat pembaca. 6) Membuat out line Tujuan membuat out line adalah untuk meletakkan ide-ide tentang topik yang sedang ditulis dalam sebuah format yang terorganisir. Berdsasarkan outline yang dibuat, akan memudahkan bagi penulis untuk menguraikan apa yang seharusnya ada dalam tulisan tersebut. Membuat outline bersifat dinamis, manakala diperlukan outline yang sudah dibuat dapat disempurnakan untuk tujuan yang lebih baik. 7) Menulis Tesis. Suatu pernyataan tesis yang mencerminkan isi esai dan hal yang penting disampaikan oleh pengarangnya dengan jelas. 8) Menuliskan Tubuh Essai. Ide dasar dibuat dalam kalimat. Tuliskan masing-masing esensi isi pendukung ide tersebut, buat kesimpulan pada masing-masing paragraf. Buat kata pembukaan dan penutup. Berita aktual (news fact) isilah pengait dalam fenomena yang sedang menjadi perbincangan publik disertakan dalam tulisan ini sebagai informasi terkini. 9) Menuliskan Paragraf Pertama. Membuat kalimat minimal memuat 5 (lima) paragraf (kira-kira delapan ratus kata). Kalimat yang dikembangkan berada pada paragraf 2-5. Mulailah dengan kata yang menarik yang jelas dan spesifik. Alinea pertama merupakan 70 alinea yang menentukan sebagai jendela atas isi karangan yang akan disuguhkan kepada para pembaca. Jaga ejaan dan kata depan dan awalan pada awal kalimat, artinya hindari kata depan sebagai huruf pertama yang mucul dalam tulisan tersebut. Contoh mulailah dengan suatu informasi dan terpercaya. Mulailah dengan anekdot sebagai pembuka analog yang mengantarkan kepada pembaca untuk merasa penasaran dengan sampiran itu. Membuat dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan point yang dituliskan. Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis yang ditulis. Tutup paragraf dengan pernyataan yang seakanakan tulisan tersebut memiliki penekanan yang menjadi esensi pada tulisan sebagai pengantar kesimpulan. 10) Menuliskan Kesimpulan. Kesimpulan merupakan rangkuman dari point yang telah dikemukakan dan memberikan perspektif akhir penulis kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat yang menjadi esensi penting yang dibahas. 11) Memberikan Sentuhan Akhir. Sentuhan akhir dari tulisan karya ilmiah ini antara lain dengan membaca ulang apa yang sudah dituliskan. Membaca ulang apa yang sudah ditulis akan menemukan kekurangan dan kedangklaan dalam hasil tulisan tersebut. Membaca ulang apa yang sudah dituliskan itu memungkinkan dapat dilakukan penyempurnaan dari tulisan yang sudah ada baik dari sisi konten, sequences nya maupun justru dari bahasa yang kurang tepat dan kesalahan pengetikan yang dilakukan. Pendapat lain mengkonsepkan beberapa tips untuk menulis artikel/opini di media massa antara lain: 1. Pada mulanya adalah “Ide”. tentukan ide terlebih dahulu, ide itu harus baru, ide itu harus menggugah pikiran dan yang paling utama, ide itu harus orisinal. Sumber bisa bisa berasal dari riset atau hasil perenungan mendalam, atau pengalaman yang diperoleh. Tuangkan ide utama dalam lead atau kepala tulisan. Penjelasan atau eksplorasi ide ditempatkan di tengah tulisan. Alinea terakhir adalah kesimpulan dari apa yang dibahas dalam karya ilmiah tersebut. Ketika pembaca membaca awal kalimat tersebut, maka pembaca dapat dengan segera untuk menangkap ide yang disampaikan oleh penulis. 2. Plagiarisme baik sebagian maupun menyeluruh ditolak keras di media massa manapun; plagiat akan diblacklist! Dengan demikian penulis yang sudah 71 melakukan plagiasi terhdap tulisan sendiri ataupun tulisan orang lain hasil karya ilmiahnya kemungkinan tidak akan diterbitkan. Bahkan, tidak sekedar tidak diterbitkan, ada kemungkinan akan menerima sanksi hukum atas plagiasi yang dilakukan. 12) Motivasi utama menulis bukan mencari honor, tetapi ingin membuka cakrawala pemikiran (intellectual exercise!). Orientasi yang mengarah pada kualitas materi karya ilmiah, akan menjadikan seseorang untuk menungkan gagasan yang paling baik dalam karyanya. Orang yang sudah menulis dengan baik atas karyanya itu akan menjadikan popularitas namanya membumbung tinggi. Popularitas penulis ini dengan sendirinaya akan menunjuk pada penghargaan fiinansial yang memadai. 13) Kompetensi penulis diharapkan sesuai dengan tema. Kompetensi penulis diutamakan dalam pemilihan tema yang akan disuguhkan kepada pembaca. Pemilihan tema yang berdsarkan pada kompetensi yang dimiliki penulis memberikan hasil tulisan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pemilihan tema yang tidak sesaui dengan kompetensi yang dimiliki. Pemilihan tema yang tidak sesuai dengan kompetensi penulis hanya akan menjadikan pembaca merasa dibawa kemana-mana, di samping tidak fokus, juga akan meyesatkan kepada pembaca. 14) Mulailah menulis apa saja. Menulis diawali dari apa saja yang ada di sekitar penulis, sering dijumpai, dirasakan, dilakukan, dan bahkan berasal dari pengalaman orang lain yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis. Topik apa saja bagi penulis dapat menjadi pilihan. Dengan demikian, mulailah menulis dari apa saja, tanpa memikirkan seseutu yang jauh dari diri penulis. Apa saja yang ada di sekitar penulis dapat menghadirkan ide yang baik yang. Sangat mungkin sesuatu yang sederhana bagi penulis, tetapi sangat berharga bagi pembaca/orang lain. Dengan demikian mulailah menulis dengan apa saja yang diinginkan, anggap saja pembaca sangat membutuhkan dengan apa yang mau dituliskan. 15) Gunakan bahasa yang tidak akademis, terlalu ilmiah, karena pembaca media massa berlatar belakang aneka ragam, mulai berpendidikan SD sampai guru besar, dari orang bodoh sampai orang pintar, dari orang miskin sampai orang kaya, dari orang yang tidak berpengalaman sampai orang yang sangat berpengalaman. 72 g. Kerangka Karya Ilmiah Populer Amir (2009: 115) kerangka karya populer terdiri dari lead, jembatan, tubuh tulisan, dan penutup. Berikut ini penjelasan keempat komponen tersebut. 1) Pendahuluan (lead) Karya ilmiah populer berisi hal yang paling penting untuk mengarahkan perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang dimulainya tulisan. Pendahuluan menampilkan latar belakang singkat munculnya gagasan, apa yang akan dibahas, solusi yang ditawarkan, sampai kepada kesimpulan sederhana yang dapat diajukan. 2) Jembatan Jembatan bertugas menjembatani lead masuk ke tubuh tulisan, isinya masih terkait dengan lead tetapi sudah mulai masuk ke tubuh tulisan. Jembatan ini dapat memaparkan pada permasalahan yang ada hingga pada deskripsi materi yang dibahas dengan sangat singkat. Hal ini dimaksudkan hanya sebagai penghubung antara pendahuluan dengan isi materi yang akan disampaikan. 3) Tubuh tulisan Karya ilmiah populer berisi situasi dan proses, disertai penjelasan yang mendalam tentang mengapa dan bagaimana. Selain itu, situasi dan proses di dalam karya ilmiah populer tidak disertai pendapat subyektif. 4) Penutup Tulisan dalam karya ilmiah populer berisi pesan mengesankan. Di samping itu, berisi suatu simpulan dari uraian ada. h. Cara Menyusun Artikel Beberapa cara untuk menyusun sebuah artikel antara lain sebagaimana disebutkan di bawah ini: 1) Pilih fakta aktual yang berkembang di masyarakat; 2) Tentukan topik yang menarik terhadap fakta aktual yang ditemukan; 3) Temukan gagasan substansial terhadap topik yang dipilih; 4) Susun dengan menggunakan bahasa yang sederhana secara konsisten terhadap topik yang dipilih; 5) Hindari semaksimal mungkin terjadinya plagiasi gagasan maupun bahasa yang digunakan. Menggunakan gagasan yang murni dan bahasa yang diolah sendiri akan mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahasa orang lain; 73 6) Gunakan tanda baca yang lazim digunakan, hindari teknik penulisan huruf dengan garis bawah, huruf tebal, huruf miring secara bersamaan, tetapi pilihlah salah satu kalau sangat dibutuhkan dengan maksud untuk memberikan penekanan atau keberbedaan makna yang seharusnya. 7) Buatlah judul yang menarik, singkat, dan jelas. 8) Khusus untuk menulis artikel di internet, usahakan memilih topik yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki atau minat utama yang disukai. Usahakan secara konsisten terhadap topik yang dipilih, ada ketersambungan antara topik yang satu dengan topik lainnya sehingga pengunjung akan selalu tertarik dengan tulisan Saudara. Slamet Soeseno dalam Sukino (2010: 185) memberikan saran dalam penyusunan artikel dengan menyederhanakan beberapa langkah antara lain penelaahan tema, memilih pola penggarapan, pengumpulan petunjuk literatur, pengumpulan informasi paling aktual, dan pembuatan catatan dan memulai untuk menulis. i. Menulis Opini Tips dan trik menulis opini menurut salah satu sumber dari Surat Kabar Harian antara lain dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Mulailah belajar menulis artikel dengan menulis surat pembaca, 2) Sejumlah penulis surat pembaca di Jateng memulai “karier”nya dari menulis surat pembaca, 3) Surat pembaca berisi komplain/masukan atas pelayanan publik seperti jalan, listrik, kartu kredit, dan lain-lain, 4) Cara mengirim artikel diperhatiakan sesuai dengan alamat yang diterakan dalam surat kabar tertentu yang akan kita pilih untuk menerbitkan opini. 5) Surat pembaca dan artikel harus disertai alamat yang jelas, nomor telepon, dan fotokopi KTP atau identitas lain. Pengiriman email disertai dengan KTP yang sudah di-scan atau dikirim bersama hard copy. j. Alasan Mengapa Tulisan tidak dapat Dimuat di Surat Kabar Media cetak memiliki standarisasi masing-masing dalam memberikan seleksi diterimanya sebuah naskah artikel. Salah satu media cetak memberikan beberapa pertimbangan diterimanya sebuah naskah artikel sebagai berikut: 1) Tema/topik kurang aktual, 2) Argumen dan pandangan bukan hal baru, 3) Cara penyajian berkepanjangan/bertele-tele, 4) Cakupan terlalu mikro atau lokal, 74 5) Pengungkapan dan redaksinya kurang mendukung, 6) Konteks yang ditemukan tidak sesuai dengan kondisi terkini, 7) Gaya tulisian seperti pidato/menggurui, 8) Tulisan terlalu ilmiah, 9) Sumber kutipan tidak jelas (kutipan jelas, bersumber dari koran, televisi atau sumber lain yang valid), 10) Terlalu banyak kutipan, 11) Diskusi tidak berimbang, misal ada kasus teroris berimbang dengan kasus nasional lain yang sedang ramai dibahas masyarakat, 12) Bahasa tidak populer, 13) Redaksi kurang mendukung, 14) Alinea dalam paragraf pengetikan panjang-panjang, 15) Uraian terlalu datar, 16) Sumir (tidak jelas, miring-miring). Oleh karena itu, agar tulisan dapat dimuat di media massa, maka dalam menyusun kalimat gunakan kalimat yang dapat dengan mudah dimengerti, sederhana, alihkan ke dalam ragam bahasa populer, memiliki karakter dalam tulisan yang dibuat, tulislah yang akan ditulis dengan apa adanya tanpa dibuat-buat. k. Contoh Artikel PEREMPUAN DAN POLITIK Margaret Thatcher, mantan Perdana Menteri Inggris yang mendapat julukan "Wanita Besi" pernah berujar, "In politics if you want anything said, ask a man. If you want anything done, ask woman". Akankah kita mengatakan bahwa kalimat itu melecehkan perempuan? Atau justru kita memaknai bahwa di dalam kalimat tersebut terjadi patnership yang integratif. Berfikir dan melakukan. Apa yang dia fikirkan akan dia lakukan, yang dia lakukan adalah hasil dari berfikir. Berfikir dan melakukan adalah dua dalam satu tujuan, sehingga laki-laki dan perempuan adalah dua dalam satu tujuan. A. Prawacana Masyarakat Indonesia yang memiliki budaya patrilinial sampai saat ini masih mengkulturkan laki-laki sebagai sosok pemimpin yang ideal dibandingkan dengan perempuan. Meskipun masyarakat mulai mengakui dan mulai terbuka dengan kemungkinan perempuan menduduki posisi strategis di ranah politik (Trihardjanti, 2010: 138). Demikian ditegaskan oleh (Andayani, 2005: 40) bahwa, kultur masyarakat memandang dan memberlakukan laki-laki dan perempuan bukan hanya berbeda secara biologis, namun juga 75 secara sosial. Masyarakat mendidik laki-laki dan perempuan secara berbeda sesuai dengan peran sosial tertentu. Laki-laki dianggap sebagai makhluk yang lebih unggul dengan cara berfikir rasional dan tegas serta memiliki tubuh yang kuat, sehingga dianggap pantas sebagai pemimpin. Sedangkan perempuan, dianggap memiliki takdir yang tidak dapat diubah sebagai makhluk yang lemah, emosional, dan kecenderungan salah. Stereotipe atau pelabelan negatif terhadap perempuan ini selanjutnya menyebabkan banyak sekali diskriminasi terhadap perempuan. Hak perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik atas dasar kesetaraannya dengan laki-laki tertulis dan dijamin oleh konvensi internasional (Maula, 2010: 89). Sayangnya, selama ini politik dan perilaku politik dipandang sebagai aktivitas maskulin. Stereotip klasik mengenai perempuan adalah kefemininan yang identik dengan kepasrahan, pengorbanan, perjuangan, kepatuhan, kesetiaan, kemanjaan, kehangatan, kelembutan, keramahan, dan ketidaktegasan. Semua identitas itu dimiliki pada perempuan feminin yang ideal, sehingga perempuan sulit untuk melangkah ke ranah politik. Akankah konstruksi sosial itu mampu menggugah perempuan untuk merapat pada perjuangan melawan slogan di ranah politik itu? B. Politik dan Kekuasaan Politik adalah ruang kehidupan yang sangat luas, seluas ruang kehidupan itu sendiri. ia muncul dalam ruang berbagai ruang kehidupan domestik maupun publik, kultural maupun struktural, personal maupun komunal. Tetapi, penyebutan politik kini telah mengalami penyempitan makna menjadi istilah politik praktis, politik struktural, perebutan kekuasaan untuk kepentingan diri ataupun untuk kelompok (Rumadi, 2007: 57). Politik dihubungkan hanya dengan kekuasaan atau mereka yang berkuasa?. Perempuan karena sering tidak berdaya dan tidak bersuara dianggap tidak terlibat politik?. Perempuan yang tidak memiliki kesempatan untuk dipilih dianggap tidak berpartisipasi dalam politik?. Mestinya bukan demikian. Politik adalah segala hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan, mengatur, merencanakan dan menggunakan segala sumberdaya untuk mencapai tujuan kesejahteraan. Sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan politik adalah gagasan, kemampuan, profesionalitas, teknologi, uang dan orang. Politik ada pada dua wilayah formal dan informal. Politik formal merujuk pada partisipasi dan kemampuan pada ranah legislatif, eksekutif, partai politik, pemerintahan, dan kebijakan publik. Politik informal merujuk pada apa yang terjadi dalam masyarakat luas, keluarga, komunitas, lingkungan sekitar dan organisasi. Kaum perempuan dapat berpartisipasi di wilayah politik formal maupun politik informal. Oleh karena itu, semua hal yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan 76 kehidupan perempuan adalah memiliki aspek politik. Dinamika kehidupan perempuan mulai dari ruang lingkup rumah tangga sampai ruang lingkup pemerintahan dan negara memiliki aspek politis. Bagaimana perempuan mengambil keputusan untuk mengatur, merencanakan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam kehidupan rumah tangga agar kehidupan keluarganya menjadi sejahtera, semua itu adalah tindakan politis. Persepsi bahwa politik hanya milik kalangan pemegang kekuasaan formal dan milik laki-laki telah mengakibatkan terjadinya proses peminggiran terhadap perempuan. Ini membuat perempuan merasa tidak percaya diri, merasa tidak layak dan tidak mempunyai kemampuan untuk ikut melakukan perubahan dalam proses-proses politik formal. Di luar wilayah politik formal, peminggiran terhadap perempuan menjadikan proses pengambilan keputusan sering tidak mendengarkan pendapat perempuan atau anak perempuan. Istri diharuskan untuk mengikuti saja apa kata suami karena surgo nunut neraka katut (surga menumpang, neraka ikut). Begitu juga ketika perempuan ingin melakukan kegiatan di luar rumah, diskriminasi dan kontrol sering diberlakukan kepada perempuan sehingga membatasi keterlibatannya dalam kegiatan kemasyarakatan. Perempuan dinilai hanya mengandalkan kecantikan parasnya dan kemolekan tubuhnya sehingga akan membuyarkan konsentrasi pria. Perempuan tidak dapat menjaga dirinya sendiri dengan baik sehingga justru akan merepotkan pihak laki-laki. Di sisi lain, perempuan diberi kepercayaan kerja justru membuat perempuan terbebani dan menjadikan kasihan dilihatnya. Perempuan menjadi pemimpin menjadikan turunnya gengsi laki-laki, dan sejuta alasan prediksi-prediksi tersebut. Politik merupakan proses negosiasi yang terus berlanjut antar individu atau antar kelompok dan kepentingan yang berbeda. Untuk mengambil sebuah keputusan di antara beberapa kepentingan yang berbeda, maka individu atau kelompok harus mampu melakukan perundingan agar dapat mengambil keputusan yang memuaskan setiap individu atau kelompok. Biasanya keputusan yang akan diambil diusahakan agar memuaskan kepentingan mayoritas individu atau kelompok. Begitulah contoh bagaimana sebuah proses politik berlangsung. Apa yang kita perlukan untuk menjadi politikus? Beberapa yang kita perlukan antara lain kualifikasi diri dan profesionalitas diri agar perempuan dapat menjadi pemain di atas panggung politik. Perempuan dalam permainan politik praktis harus memiliki cita-cita agar dapat membawa perubahan yang lebih baik terutama bagi perempuan itu sendiri. Mungkin tidak sekarang, tidak untuk kita, melainkan untuk saudara perempuan, anak perempuan dan cucu perempuan kita kelak. Cita-cita ini hanya akan tercapai apabila ada perubahan cara berfikir dan keyakinan bahwa martabat kemanusiaan kaum perempuan sama tingginya dan sama terhormatnya dengan martabat kemanusiaan laki-laki. Perjuangan untuk mengakhiri 77 berbagai bentuk perendahan martabat kemanusiaan kaum perempuan harus dilakukan terusmenerus, terintegrasi, terutama oleh kaum perempuan sendiri dan menjadi bagian dari perjuangan bersama dengan laki-laki untuk keadilan sosial. Tegaknya martabat dan kemanusiaan perempuan akan menjadikan kita sebagai masyarakat dan bangsa yang bermartabat pula. Arah yang hendak dituju dari cita-cita dan keyakinan ini adalah terciptanya kondisi kehidupan yang lebih baik bagi perempuan dan kepentingan kesejahteraan bersama. C. Perempuan dan Politik Perempuan dan politik merupakan rangkaian kata yang memiliki nilai jual tinggi seiring dengan fakta perjuangan demokratisasi pemerintahan di Indonesia. Perempuan dan politik seakan dijadikan sebagai ikon tumbuhnya pendidikan demokratisasi di Indonesia. Aspirasi politik perempuan sebagai pemilih dan yang dipilih menjadikan nuansa perpolitikan semakin demokratis. Terlebih partisipasi perempuan sebagai obyek yang dipilih. Hal ini menandai keberhasilan pendidikan demokrasi bagi perempuan yang semakin menguat. Data statistik menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih dari setengah jumlah penduduk dunia. Partai politik yang dapat mengusung konsep dan strategi perempuan (meskipun hanya sekedar lips service), dialah yang akan dilirik oleh komunitas perempuan. Salah satu alasan, dengan keterwakilan perempuan, maka kebutuhan perempuan akan disuarakan oleh perempuan sendiri. Hal ini terlepas dari realitas di lapangan, setelah mendapatkan peluang dalam politik, dia tidak mampu untuk membawa aspirasi perempuan. Hanya berapa persen saja perempuan yang terlibat dalam politik praktis dan menempati posisi tawar yang tinggi yang dapat mengusung aspirasi perempuan dengan baik. Kegagalan perempuan dalam bermain politik di antaranya karena kegagalan dalam kaderisasi dalam organisasi politik yang mengusung. Posisi perempuan dalam politik yang sangat lemah tidak dapat salahkan, karena memang kualifikasi profesional perempuan kurang memadai. Kedudukan demikian menjadikan kondisi dan posisi perempuan tidak ubahnya seperti belum ada perempuan dalam deretan politik. Adanya perempuan seperti tidak ada perempuan, wujuduhu kaadamihi, adanya seperti tidak ada. Saat ini di Indonesia perempuan yang duduk di kursi Legislatif baru 11,6%, sedangkan laki-laki 88,4% ternyata membawa dampak positif juga dengan diresponsnya wacana yang sedang berkembang dan yang menjadi tuntutan kaum perempuan tersebut. Kesungguhan dari anggota legislatif ini termanisfestasikan dalam pembahasan RUU Pemilu Legislatif yang sepakat mencantumkan kuota 30% perempuan dalam daftar calon legislatif. Perjuangan perempuan ternyata membuahkan hasil. Pasal 65 UU No. 12 Tahun 2003 78 tentang pemilu memberikan peluang besar bagi perempuan sebesar 30% . Walaupun dalam pengawalan hukum masih lemah. Hal ini terbukti tidak ada sanksi yang tegas untuk partai politik jika tidak memenuhi aturan keterwakilan 30% itu. UU Pemilu Nomor 10/2008 pada Pasal 8 ayat (1) butir (d) menyatakan bahwa partai politik dapat menjadi peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Legalitas keterlibatan perempuan dalam pemilu dengan kuota 30% dianggap suatu kemenangan bagi para pengusung gender yang menyerukan Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG). Satu hal yang menjadi persoalan sekarang mungkinkah kuota 30% keterwakilan perempuan terealisasi seperti yang diharapkan perempuan selama ini? Pertanyaan yang sangat mendasar bagi kaum perempuan yang harus segera dijawab dengan bijak. Perjuangan ini memang bukan perkara mudah, karena budaya patriarki sudah sedemikian rupa merasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah melembaga dalam segala ranah kehidupan, termasuk dalam dunia politik. Itulah yang menjadi kendala bagi perempuan dalam seluruh bidang kehidupan, tak terkecuali bidang politik. Selain itu, terdapat beberapa rumusan yang menghambat perempuan agar dapat eksis di ranah publik, paling tidak ada 3 yakni institusional, kultural dan struktural. Ketiga hal inilah yang harus selalu diperjuangkan. DAFTAR PUSTAKA Andayani, 2005. Perempuan dan Strata Sosial. Jakarta: Rineka Cipta Maula, 2010. Hak Perempuan dalam Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rumadi, 2007. Politik dan Kekuasaan. Jogjakarta: Adi Wacana. Trihardjanti, 2010. Perempuan dan Politik. Jakarta: Djambatan. 3. Non Ilmiah a. Ruang Lingkup karangan non ilmiah Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya biasanya konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer. b. Ciri-ciri Kaya Tulis non ilmiah Ciri-ciri karya tulis non ilmiah antara lain dapat sisebutkan di bawah ini: 1. Emotif Kemewahan, cinta, dan air mata lebih menonjol dalam bentuk karangan ini, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi. 79 2. Persuasi Penilaian biasanya tidak membubuhkan fakta/bukti. Bujukan/persuasif disusun agar dapat meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca, dan cukup informatif. 3. Deskriptif Deskripsi yang dibuat biasanya merupakan bagian dari pendapat secara pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif. 4. Kritik tanpa dukungan bukti. Membuat kritik dalam jenis karangan non ilmiah ini biasanya tidak didukung dengan bukti yang valid. c. Macam-macam Macam-macam jenis karya non ilmiah dapat dijelaskan di bawah ini: 1) Dongeng Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. 2) Cerpen Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang 3) Novel Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita. 4) Drama Drama adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. 5) Roman Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masingmasing. 80 Contoh artikel non ilmiah Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si [email protected] atau [email protected] HUJAN ITU PUN TUMPAH RUAH DI SUNGAI CHAO PHRAYA THAILAND Dua tahun sudah berlalu, perjalanan indah program Advanced Research (AR) ke Thailand tahun 2011 diakhiri dengan sebuah misteri di Jakarta, kini tinggal kenangan. Program AR ini merupakan kebijakan Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag yang akan dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang. Kata sambutan beliau pada acara pelepasan tanggal 20 Juni 2011 yang lalu antara lain disampaikan bahwa, STAIN Salatiga memiliki penelitian bagi dosen STAIN Salatiga berbasis program. Beberapa program yang dilakukan antara lain model workshop, penelitian yang didanai STAIN Salatiga dengan obyek di luar STAIN Salatiga, penelitian mandiri untuk mencari peluang dari berbagai instansi, dan penelitian ke luar negeri. Acara pelepasan program AR ke Thailand itu ditutup dengan doa. Ketua STAIN mengantarkan doa selamat sampai di tujuan dan kembali ke tengah keluarga. Pserta program pun sontak mengamini secara lirih. Acara pelepasan diakhiri dengan jabat tangan dan foto bersama dengan Ketua STAIN Salatiga. Fajar menyingsing, selasa 21 Juni 2011 dengan dua armada dari STAIN Salatiga peserta AR yang berjumlah 20 orang diberangkatkan dari kampus 1 STAIN Salatiga menuju bandara A.Yani Semarang dan dilajutkan ke bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta. Perjalanan dari Jakarta menuju bandara Suvarnabhumi Thailand dengan maskapai Garuda Indonesia 3 jam terasa begitu cepat. Suvarnabhumi sendiri artinya tanah emas, bandara yang dibangun di area bebas banjir ini diresmikan tahun 2006. Bandara suvarnabhumi ini memiliki menara kontrol tertinggi di dunia (132,2 meter) dan merupakan terminal bandara terluas ketiga di dunia, yang berdiri di atas tanah seluas 3.200 Ha. Proses administrasi di bandara yang menakjubkan dunia itu memang tak ubahnya seperti bandara internasional lainnya. Kemegahan bangunan yang dilengkapi dengan ornamen khas kerajaan Thailand tampak di beberapa tempat, itulah yang menjadi bandara Suvarnabhumi menjadi berbeda dengan bandara Internasional lainnya. 81 Rombongan keluar dari bandara tersebut hari selasa 21 Juni 2011 tepat pukul 13.00 dengan disambut seorang guide Thailand (mas Franky) yang ramah. Selamat datang di Thailand, begitu beliau mengawali komunikasi. Di tengah matahari yang terik rombongan pun segera memasuki bus yang disediakan oleh biro perjalanan geowisata. Ramah tamah pun diawali dengan mengenalkan bahasa Thailand secara sederhana untuk dimanfaatkan selama berada di Thailand. Dengan menempuh perjalanan sejauh 30 Km kami pun sampai di sungai Chao Phraya sebagai kunjungan pertama kami di ”Negeri Gajah Putih” yang memiliki penganut agama Budha 80%, Islam 10%, dan Kristen 10%. Kunjungan kami yang pertama dengan melakukan orientasi bangunan-bangunan megah dan penuh sejarah di kota Bangkok dengan cara menyusuri sungai Chao Phraya. Sungai Chao Phraya merupakan sungai utama di Thailand dengan panjang sekitar 372 kilometer. Rombongan pun terangkut dengan satu perahu menyusuri Sungai Chao Phraya yang dijuluki sebagai ‘Raja Sungai’. Sungai ini tampak jelas membelah kota Bangkok dari utara hingga selatan. Kanan-kiri sungai terlihat dengan jelas sejumlah tempat legendaris di sepanjang aliran sungai mulai dari Grand Palace di area Rattanakosin, Wat Pho atau patung buddha sedang istirahat (konon terbesar di dunia), Wat Arun, China Town, dan Rumah Sakit, serta gedung-gedung megah lainnya di Thailand. Kami memandang dari jauh penuh kekaguman, bangunan pencakar langit dengan ciri khas dominasi warna keemasan tampak begitu unik. Kami pun bersapa dalam jarak jauh dengan penduduk asli Thailand dengan lambaian tangan, mereka pun tampak membalas seakan mengatakan selamat datang di Kota Bangkok dan selamat menikmati unik dan indahnya Sungai Chao Phraya. Mereka tinggal di rumah-rumah panggung beratapkan seng. Beberapa di antara rumah-rumah itu terlihat bersih nan asri, pot-pot bunga aneka warna ditata rapi berjajar di depan rumah mereka. Tidak jarang, rumah khas pinggiran sungai tampak kental. Pemandangan terkesan kumuh yang ditandai dengan hiasan beberapa pakaian dengan berbagai jenis dibentang di depan rumah mereka, sampah plastik tersangkut di antara betonan dan kayu penyangga rumah mereka. Ban-ban bekas ditumpuk begitu saja pada tiang-tiang setinggi 1,5 meter, nampaknya banban tersebut digunakan untuk menahan perahu-perahu untuk menghindari salah kendali sehingga dapat menabrak rumah-rumah mereka yang terbuat dari kayu. Hampir di muara, hujan turun cukup deras tanpa ditandai mendung selama kurang lebih 5 menit, pukulan air hujan pun menerpa perahu kami. Kami mencoba menghindar dari terpaan air hujan dengan butiran-butiran yang cukup besar dengan mengambil posisi duduk agak ke tengah perahu dan melindungi tas-tas tentengan kami dengan plastic cover. Sesampai di muara sungai, kami disuguhi pemandangan unik. Dari jarak dekat beberapa ikan air tawar yang sangat besar seakan mengiring-iringi perahu kami. Pemilik perahu dan 82 guide kami telah mempersiapkan roti tawar dalam kantong plastik besar. Sesekali guide kami melemparkan roti tawar, tanpa dikomando ikan-ikan besar itu bermunculan dalam jumlah puluhan untuk berebut roti tawar. Sungai Chao Phraya memiliki endapan aluvial yang memiliki sifat tergantung pada tanah yang dibawa oleh sungai tersebut. Kodisi spesifik tanah tersebut menjadikan sungai Chao Phraya menjadi berwarna kecoklatan dengan ombak kecil. Tidak sulit menikmati wisata di sepanjang sungai, banyak dermaga kecil dan ratusan perahu yang siap mengangkut wisatawan. Harga naik perahu untuk sekali naik per/orang sebesar 25 baht (1 baht Rp 300). Maka, seakan tidak lengkap rasanya jika mengunjungi Bangkok tanpa menyusuri sungai Chao Phraya. Sungai ini merupakan sungai langganan meluap, mengirimkan banjir bandang setiap musim penghujan tiba hingga melimpas ke sekitar Istana Utama, salah satu simbol kerajaan Thailand itu. Banjir telah membuat jutaan warga Bangkok panik dan stres sehingga sebagian dari mereka harus lari meninggalkan kota. Air bergerak cepat tak terkendalikan dan terus mengalir hingga mendekati jantung kota Bangkok. Brikade karung pasir di sepanjang tepian Sungai Chao Phraya di dekat Istana Utama pun dipasang. Korban tewas mencapai 260 orang dan Kerugian banjir di Thailand ditaksir mencapai 4,6 milliar dollar pada tahun 2011. Penyebab banjir di beberapa kota memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan kondisi spesifik yang dimiliki oleh daerah. Daerah berspesifik sebagai industri, pariwisata, perkantoran, perumahan, sentra perekonomian, dan pelajar memiliki desain tata kota yang berbeda-beda sehingga memiliki daya dukung lingkungan yang berbeda-beda. Desain tata kota menjadikan diversifikasi sistem drainase dan perilaku sosial masyarakatnya yang memberikan peluang terhadap terjadinya banjir. Sebagai contoh, penyebab banjir yang terjadi di kota Jakarta, seperti pertumbuhan permukiman yang tidak terkendali di sepanjang bantaran sungai. Sedimentasi berat serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan sistem drainase yang memadai. Hal ini mengakibatkan Jakarta terutama di bantaran sungai menjadi sangat rentan terhadap banjir. Berdasarkan dokumentasi, Kota Jakarta dilanda banjir besar pada tahun 1621, 1654, dan 1918. Selanjutnya banjir besar juga terjadi pada tahun 1976, 1996, 2002, 2007, dan yang terakhir 2013 pada bulan Januari. Meskipun demikian, penyebab banjir di beberapa kota disebabkan oleh sistem struktur tanah, drainase yang buruk, dan perilaku manusia yang tidak tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan terutama dalam mengelola sampah. Pergantian musim di negeri kita terjadi pada bulan Oktober dan April dan dari bulan Oktober sampai Maret. Wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa mengalami musim hujan dan bagian selatan musim kering, dan sebaliknya dari bulan April sampai September. 83 Pada tahun ini musim hujan cenderung berlangsung normal, meskipun ada kecenderungan curah hujan yang tinggi. Berbeda pada tahun 2011 yang lalu, terjadi peningkatan curah hujan yang tinggi akibat ganguan cuaca oleh badai EL Nino atau La Lina di Samudra pasifik. Cuaca ekstrim terjadi jika intensitas curah hujan dalam sehari mencapai 50 milimeter. Kecepatan angin 40 kilometer per jam, dan suhu udara minimum lima derajat Celcius lebih rendah dari kondisi normal. Cuaca ekstrem berakibat pula munculnya angin kencang yang merobohkan pohon beberapa hari lalu di daerah Blotongan Salatiga. Cuaca ekstrem yang patut diwaspadai adalah meningkatnya intensitas curah hujan, yang berpotensi banjir. Meskipun puncak curah hujan tertinggi sudah dilewati satu bulan yang lalu, tetapi kita tetap waspada terhadap perubahan musim yang terkadang di luar prediksi. Beberapa tips untuk mengantisipasi banjir lokal dan kiriman antara lain dengan memperbaiki sistem drainase dan memperbaiki perilaku dalam membuang sampah. Kini saatnya, semua peduli terhadap lingkungan demi keselamatan bersama. Salam Lestari!Emas. C. Penulisan Ilmiah Murni 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmiah berarti bersifat ilmu atau memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam ruang lingkupnya membahas permasalahan yang diajukan, menyajikan data, menganalisis data dalam pembahasan dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsipprinsip keilmuan yang lain seperti obyektif, logis, empiris, sistematis, lugas, jelas, dan konsisten terhadap topik yang dikaji. Artikel ilmiah, dapat ditulis secara khusus berdasarkan hasil penelitian skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah, baik lokal, nasional, maupun internasional. Kekhasan artikel ilmiah dalam bentuk penyajiannya yang tidak terlampau panjang tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya. 2. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah a. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah Karakteristik karya tulis ilmiah antara lain: 1) Karya ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan penelitian, 2) Artikel dalam karya ilmiah murni selalu dikaitkan dengan konsumsi untuk orangorang akademik. Audiensnya terbatas pada masyarakat ilmiah yang bergulat secara 84 khusus dengan bidang keilmuan tertentu, dengan demikian, mempunyai standar akademis yang logis dan empiris, 3) Pemaparannya menggunakan bahasa yang baku. Artinya, penulisan artikel ilmiah murni terikat dengan bahasa teknis pada masing-masing disiplin ilmu. Masyarakat dari luar disiplin ilmu tersebut akan sulit mencerna isi tulisan secara utuh. Pilihan kata dalam aartikel ilmiah murni sangat kental dengan istilah teknis, dan tidak ada tujuan guyon yang sengaja disipkan dalam tulisannya, 4) Penulisan ilmiah murni tidak membatasi diri dengan isu aktual, tetapi disiplin ilmu yang mengarahkan pada fokus tulisannya. Artikel penulisan ilmiah murni akan selalu dapat dibutuhkan oleh masyarakat tanpa harus menunggu isu aktual yang berkembang di masyarakat. 5) Dari sisi referensi, penulisan artikel ilmiah sangat ketat dengan aturan yang sudah dibakukan. Penulisan artikel ilmiah sarat dengan sumber rujukan sebagai syarat mutlak. Penulisan artikel ilmiah kaya dengan referensi, referensi mutakhir lebih dihargai karena menunjukkan bahwa penulisnya sudah mengikuti perkembangan aktual. Perkembangan ilmu yang kini tengah mencapai puncaknya karena produktivitas yang tinggi dari para ilmuwan dalam menuangkan temuan sebagai hasil penelitiannya yang intensif. Oleh karena itu, data dilengkapi dengan daftar pustaka, 6) Nilai gunanya untuk mengantarkan pada perubahan ilmu pengetahuan. b. Contoh Penulisan artikel pada sebuah jurnal Lumpur Lapindo, Lumpurnya "Tuhan"? Without correct words, there will be no correct practice. (Dombrowsky). Rabi Greenberg menuturkan kisah lucunya tahun 1950-an di New York City yang dilanda musim kering dan pemerintah membuat awan buatan sebagai awal teknologi hujan buatan. Hal ini menyebabkan agamawan bertanya, apakah manusia mengambil alih peran Tuhan? ” Saya ingat sebuah kartun di the New Yorker yang melukiskan sekelompok pemimpin agama yang kelihatan amat cemas sedang duduk mengelilingi meja dan melihat keluar melalui jendela, menyaksikan turunnya hujan. Seorang pemimpin agama berkata, ’Ini hujan kita, atau hujan mereka?’” (John Naisbit, 2001:49). Kita membayangkan suasana batin yang mungkin melingkupi Senayan dan Istana terkait peristiwa di Sidoarjo. Karikatur imajiner yang bisa menggambarkan batin penguasa dan rohaniwan Indonesia dengan pertanyaan, ”Ini lumpur Lapindo atau lumpurnya Tuhan?” Kini, dalam realitas, DPR dan pemerintah 85 memerlukan jawaban ”bencana alam atau bencana teknologi”? Dalam tradisi mendefinisikan/pendefinisian atas sesuatu, sebuah definisi terdiri dua bagian, yakni kata yang didefinisikan (definiendum) dan kelompok kata atau konsep yang digunakan untuk mendefinisikan (definien). Sebuah definiendum harus bermakna sama dengan definien. Neil Britton mengatakan, ”Sebagaimana seorang/pihak menafsirkan sesuatu bergantung pada apa yang disyaratkan untuk dilakukan terhadap sesuatu dimaksud.” Namun, Britton mengingatkan definisi bukan sekadar alat bantu berpikir, tetapi juga soal orientasi mental dan emosi, model pemaknaan dan cara pandang pemberi definisi. Definisi salinan UU No 24/2007 mendefinisikan, ”bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan faktor alam dan/atau aktor non-alam maupun faktor manusia, mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.” Karena itu, peristiwa Sidoarjo memenuhi kecirian definisi bencana UU No 24/2007. Jika ditanyakan kepada rakyat yang mengalami, jawabannya, ”rumah terkubur, pekerjaan hilang, aset penghidupan hancur, kerugian nasional mencapai paling sedikit Rp 7 triliun. Orang dari kaya menjadi miskin. Yang miskin makin melarat. Secara psikis tidak ada kata yang bisa menyamai pengalaman mengalami bencana itu.” Definisi ini dikenal dengan definisi situatif. Pada titik ini, kata ’bencana’ tidak merepresentasikan diri sendiri. Bencana juga tidak sekadar merepresentasikan lingkungan yang rusak. Bencana dan lingkungan yang rusak merepresentasikan manusia dan kepentingan manusia di baliknya. Istilah ”bencana alam” bermakna kausalitas. Salinan UU No 24/2007 mengatakan, ”Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam, antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.” Kelemahan paling mendasar UU No 24/2007 adalah tidak memberi ruang atau definisi kausalitas bencana untuk interaksi atau keterkaitan antara yang alami dan buatan manusia. Secara empiris, ini bertentangan karena ada yang dikenal sebagai ”bencana antara”. Peristiwa yang satu men-triger yang lain. Bisa saja kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya yang tidak menjalankan prinsip kehati-hatian men-trigger kejadian alam yang ekstrem. Misal, eksploitasi hutan 86 memicu mudahnya banjir. Sebaliknya, peristiwa alam seperti gempa bisa memicu kecelakaan kebakaran seperti gempa Kobe 1995 atau kecelakaan nuklir di Jepang setahun silam. Wapres Jusuf Kalla saat itu mengatakan, ”Perlu penelitian mendalam. Saya kira tidak bisa dinyatakan secara politik (oleh DPR). Bencana alam atau bukan, itu bukan masalah politis.” (Kompas, 19/2/2008) Perlu diketahui, sains tidak menawarkan kepastian 100 persen. Sains datang dengan skenario, probabilitas, kemungkinan, dan solusi trial and error. Ini yang terjadi dengan sains dalam konteks lumpur di Sidoarjo. alam tradisi epistemik di universitas-universitas dunia, sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan akan mendapat banyak pertanyaan ketimbang jawaban. Inilah alasannya mengapa seolah IAGI saling ”berseteru” tepatnya setahun silam dalam sebuah workshop internasional. (Tempo Interaktif, 6/3/2007) Istilah bencana alam. Karena itu, istilah hitam-putih ”bencana alam” sebenarnya problematik dan masalah utama adalah pada paradigma dan kuasa tafsir atas bencana. Maka, tafsir bencana tidak bisa hanya diserahkan kepada ahli teknis geologis/geofisik saja. Dalam epistemologi bencana, alam adalah alam. Bencana adalah bencana. Bukan alam yang mengeksplorasi migas di Sidoarjo. Tafsir bencana adalah sebuah konsensus yang seharusnya trans-disiplin (baca: antara pengambil kebijakan dan ahli lintas disiplin, termasuk ilmuwan sosial dan pihak yang dianggap korban/pelaku). Rakyat yang dipersepsikan ”bodoh” tidak bisa menerima begitu saja bahwa ini adalah lumpurnya Tuhan. Ketiadaan konsensus atas bencana di Sidoarjo ternyata mengakibatkan biaya transaksi tinggi. Namun, keputusan tentang penanggung jawab bencana Sidoarjo adalah bukan semata-mata putusan hukum. Diperlukan keputusan politik karena lepas dari faktor kausalitas yang tidak pasti karena keterbatasan sains dan ketidakpastian pengetahuan, ada situasi obyektif menunjukkan, jumlah rakyat miskin di Sidoarjo yang terjadi dalam dua tahun terakhir membutuhkan keberpihakan politik dari penguasa di DPR maupun eksekutif. Melemparkan tanggung jawab kepada sains yang tidak pasti adalah sebuah pengkhianatan terhadap amanat yang diberikan rakyat. Sains hendaknya dimandatkan untuk tidak merampas mandat pengambilan keputusan yang bersifat politik. Kepastian keberpihakan dari negara diperlukan dalam menyelesaikan ketidakpastian hidup dan penghidupan rakyat di Sidoarjo yang semakin tak menentu. Oleh: Jonatan Lassa PhD Researcher Kajian Disaster Risk Governance-BIGS-DRZEF University of Bonn-Bonn; Co- editor Journal of NTT Studies; Anggota Forum Academia NTT sumber: http://cetak.kompas.com/ read/xml/2008/02/28/02415341. 87 c. Contoh Artikel di Internet Artikel Lepas 14/3/2012 | 21 Rabbi al-Thanni 1433 H | Hits: 13.093 Oleh: Oktarizal Rais Sumber: http://www.dakwatuna.com Benarkah Pasangan yang Baik Hanya Untuk yang Baik? Umur bumi sudah sangat tua, banyak sudah cerita yang tercipta, dan zaman menjadi saksi bisu perputaran waktu. Tapi kita tidak layak untuk membisu, kita harus bisa mengambil hikmah dari semua kejadian yang telah terjadi. Ada kisah para anbiya, ada kisah para shohabah yang penuh mahabbah, ada kisah tentang kaum yang Allah selamatkan, ada pula kisah tentang kaum yang Allah binasakan. Semua kisah itu bisa kita temukan di lembaran-lembaran Al-Qur’an dan As sunnah. Dan pagi hari ini Allah telah menggerakkan bapak saya untuk bercerita sebuah kisah yang tidak ada di dalam Al-Qur’an dan As sunnah. Karena yang bapak ceritakan adalah kisah nyata yang terjadi di zaman yang penuh fitnah. Seperti sekarang wahai ikhwah… Entah dari mana saya harus menceritakannya. Karena saya memang bukan penulis ulung. Untuk berbicara pun biasanya belepotan. Namun saya tidak bersedih. Karena kepandaian berpidato, kefasihan lidah, dan kelancaran berbicara bukanlah syarat mutlak dalam berdakwah di jalan Allah. Kalimurrahman, Musa AS ialah seorang nabi yang merasakan kakunya lidah dalam memberikan penjelasan, dan beliau memohon kepada Allah dengan ucapannya; wahlul ‘uqdatan min lisaaniy. Jadi, yang terpenting, gairah tebar dakwah dan hikmah selalu merekah. Oke, kembali ke topik. Bermula saat tadi pagi saya sarapan berdua dengan bapak. Momen santai seperti ini memang menjadi waktu paling pas, enak, dan cocok untuk ‘transfer’. Transfer kumpulan huruf, transfer kumpulan kata, transfer kumpulan kalimat, dan jadilah seporsi wejangan yang nikmat… Tapi, dalam kesempatan ini saya urungkan niat untuk bercerita secara detail. Mungkin, intisarinya saja. Tadi bapak menceritakan seorang wanita yang bapak kenal dan saya juga mengenalnya. Wanita itu berhijab. Bajunya longgar dan jilbabnya lebar. Kostum itu ia kenakan sudah lama, sejak duduk di bangku kuliah. Sekarang umurnya sudah kepala tiga. Dan wanita itu juga termasuk aktivis. Sampai sekarang pun masih aktif duduk di halaqah. Wanita itu sudah menikah, dengan seorang pria. Sudah lama. Mungkin kurang lebih 8 tahun silam. Nah, saya ingin bercerita tentang malam-malam pertama pasutri tersebut. 88 Singkat cerita, kurang lebih 1 (satu) minggu setelah menikah. Si suami komplain sama istrinya (wanita berhijab yang diceritakan bapak). Suaminya komplain, karena menemukan sesuatu yang harusnya tidak ia temukan. (apa ya sesuatu itu???). Namun si wanita tidak mau menjawab, ia hanya menyuruh suaminya untuk bertanya pada kakak iparnya (suami kakak perempuan si wanita). Dan meluncurlah si suami ke rumah kakak ipar istrinya. Sesampainya di sana, ia langsung menceritakan tentang sesuatu yang harusnya tidak ia temukan di malam-malam pertama pernikahan. Si suami bercerita bahwa ia dapati istrinya sudah tidak perawan lagi! Kewanitaannya bersih tanpa selaput. Maka sang kakak ipar menjelaskan. Ternyata, dahulu ketika si wanita masih duduk di bangku SMA, ia mengidap penyakit keputihan. Sudah parah. Dan kakak iparnya itulah yang mengantar untuk berobat. Dokter pertama berkata bahwa penyakit keputihan separah ini tidak mungkin menimpa kecuali kepada wanita yang sudah beberapa kali melakukan hubungan seksual. Untuk yang sudah bersuami, minimal 3 bulan setelah menikah. Ketika itu, si wanita tidak puas dengan jawaban sang dokter dan minta berobat ke dokter lain. Sampai 3 dokter dikunjungi, semua mengutarakan jawaban yang tidak jauh berbeda… Ternyata, pesan yang ingin bapak sampaikan adalah; “wanita shalihah otomatis akan berbaju longgar dan berjilbab lebar. Karena itu salah satu cirinya. Tapi hati-hati, jangan sampai tertipu oleh baju longgar dan jilbab lebar, karena itu bukan jaminan… meskipun ianya sudah bertaubat, tapi kamu inginnya yang ‘fresh’ kan?” Sampai di sini mungkin ada yang nyeletuk, “ah santai aja, kalau kita baik pasti dapetnya yang baik juga kok. Kan ada tuh di Al-Qur’an. Surat an-nur ayat 26, Wanitawanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula).” An-nur ayat 26 ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” Berangkat dari pemahaman di atas, tentu saja kita bertanya-tanya apakah yang dimaksud baik di sini? Atau keji? Apakah kita dapat menentukan sesuatu itu baik atau tidak baik? Kalau kita cermati, ayat di atas merupakan satu paket ayat yang bersambung ,tidak hanya putus pada kalimat “untuk wanita yang baik” tetapi masih berlanjut dengan 89 bahasan tuduhan , juga ampunan. Artinya ayat ini sebenarnya diturunkan dalam konteks tertentu. Coba kita lihat konteks ayat ini turun (asbabun nuzul); “Ayat ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian ‘Aisyah RA dan Shafwan bin al-Mu’attal RA dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Pernah suatu ketika dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, ‘Aisyah terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasulullah SAW dan para sahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah. Peristiwa ini akhirnya menjadi fitnah di kalangan umat muslim kala itu karena terhasut oleh isu dari golongan Yahudi dan munafik jika telah terjadi apa-apa antara ‘Aisyah dan Shafwan. Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan di antara kaum muslimin yang pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Nabi juga berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan yang sebenarnya terjadi. Kemudian Allah menurunkan ayat ini yang juga satu paket annur 11-26.” Penjelasan An Nur 26 menurut para ulama, Jika dilihat dari konteks ayat ini, ada dua penafsiran para ulama terhadap ayat ini yaitu tentang arti kata “wanita yang baik” dan juga “ucapan yang baik” Sehingga dapat juga diartikan seperti ini; “Perkaraperkara (ucapan) yang kotor adalah dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor. Sedang perkara (ucapan) yang baik adalah dari orang baik-baik, dan orang baik-baik menimbulkan perkara yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” Kata khabiitsat biasa dipakai untuk makna ucapan yang kotor (keji), juga kata thayyibaat dalam Quran diartikan sebagai kalimat yang baik. Hakam Ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Aisyah RA Rasulullah saw menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah RA Utusan itu mengatakan, “Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?” Aisyah RA menjawab, “Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit”. Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah RA. Selanjutnya Hakam Ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, “Ucapan-ucapan yang keji adalah 90 dari orang-orang yang keji…” (Q.S. An Nur, 26). Hadits ini berpredikat Mursal dan sanadnya shahih. Ayat 26 inilah penutup dari ayat wahyu yang membersihkan istri Nabi, Aisyah dari tuduhan keji itu. Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi setiap orang yang beriman. Tuduhan keji adalah perbuatan yang amat keji hanya akan timbul daripada orang yang keji pula. Memang orang-orang yang kotorlah yang menimbulkan perbuatan kotor. Adapun ucapan-ucapan yang baik adalah keluar dari orang-orang yang baik pula, dan memanglah orang baik yang sanggup menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak menghasilkan yang bersih, dan orang baik tidaklah akan menghasilkan yang kotor, dan ini berlaku secara umum Di akhir ayat 26 Tuhan menutup perkara tuduhan ini dengan ucapan bersih dari yang dituduhkan yaitu bahwa sekalian orang yang difitnah itu adalah bersih belaka dari segala tuduhan, mereka tidak bersalah sama sekali. Maka makna ayat di atas juga sangat tepat bahwa orang yang baik tidak akan menyebarkan fitnah, fitnah hanya keluar dari orang–orang yang berhati dengki, kotor, tidak bersih. Orang yang baik, dia akan tetap bersih, karena kebersihan hatinya. Yang Baik Hanya Untuk yang baik? Pembahasan kedua yaitu tentang maksud ayat di atas yaitu “wanita yang baik” dan “wanita yang keji”. Dalam hal ini terjemahan Depag menggunakan arti wanita yang baik dan pemahaman ini berangkat dari para ulama yang menyatakan bahwa Aisyah merupakan wanita yang baik-baik, karena konteks ayat tersebut turun satu paket, yaitu ayat 11-26 dengan ayat sebelumnya tentang seseorang menuduh wanita yang baik-baik berzina. Maka jika diartikan begitu sesuai dengan pertanyaan di atas ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, begitu juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat ini sebuah kondisi atau memang anjuran, sebab para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang hal ini. Syaikh Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, ulama Mesir pernah berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna) dalam bahasa Arab. Pertama; Kalam yang mengabarkan kondisi atau suasana yang ada. 91 Kedua Kalam yang bermaksud ingin menciptakan kondisi dan suasana. Kalam seperti ini bisa ditemukan dalam Quran. Seperti firman Allah QS. Ali-Imran: 97: Barang siapa yang memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. Ayat itu kalau dipahami, bahwa Allah sedang mengabarkan kondisi dan suasana kota Mekah sesuai kenyataan yang ada, maka tentu tidak akan terjadi hal-hal yang bertolak belakang dengan kondisi itu. Akan tetapi, kalau ayat itu dipahami, sebagai bentuk pengkondisian suasana, maka Allah sesungguhnya tengah menyuruh manusia, untuk menciptakan kondisi aman di kota Mekah. Kalaupun kenyataan banyak terjadi, bahwa kota Mekah kadang tidak aman, maka hal itu artinya, manusia tidak mengejewantahkan perintah Allah. Pemahaman yang sama juga bisa ditelaah pada ayat ini; Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An-Nur: 26). Pada kenyataan yang terjadi, ternyata, ada laki-laki yang baik mendapat istri yang keji, begitu pula sebaliknya. Maka memahami ayat tersebut sebagai sebuah perintah, untuk menciptakan kondisi yang baik-baik untuk yang baik-baik, adalah sebuah keharusan. Kalau tidak, maka kondisi terbalik malah yang akan terjadi. Kalau kita bandingkan dengan Annur ayat 3 yang mana kalimat digunakan untuk umum, “laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik” (QS. An Nur ayat 3). Di ayat ini lebih tegas mengandung “unsur perintah” untuk mencari pasangan yang sepadan. Sehingga ayat 26 bisa dimengerti sebagai sebuah motivasi atau anjuran untuk mengondisikan dan bukan sebagai ketetapan bahwa yang baik “otomatis” akan mendapatkan pasangan yang baik. Hal ini tentu memerlukan usaha untuk memperbaiki diri lebih baik. Ayat tersebut bukanlah merupakan janji Allah kepada manusia yang baik akan ditakdirkan dengan pasangan yang baik. Sebaliknya ayat tersebut merupakan peringatan agar umat Islam memilih manusia yang baik untuk dijadikan pasangan hidup. Oleh karena itu, nabi bersabda tentang anjuran memilih pasangan yaitu lazimnya dengan 4 pertimbangan, dan terserah yang mana saja, namun yang agamanya baik tentu sangat dianjurkan. Wallahua’lam. 92 D. Perbedaan Penulisan Ilmiah Murni dengan Penulisan Ilmiah Populer Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel perbedaan Penulisan Karya Ilmiah Populer dan Ilmiah Murni No. Penulisan Ilmiah Populer Penulisan Ilmiah Murni 1. Bahasa populer Bahasa teknis 2. Tema aktual sangat dipentingkan Aktualitas tidak mutlak 3. Konsumsi pembaca lebih luas Konsumsi terbatas 4. Referensi tidak ketat Referensi ketat 5. Melalui refleksi dan penelitian Melalui penelitian intensif 6. Memperkaya perspektif Pengembangan muatan ilmu 7. Media yang digunakan antara lain surat Jurnal, laporan penelitian, dan buku kabar, tabloid, majalah, dan buku 93 BAB V PEMILIHAN TEMA, JUDUL KARANGAN dan PENDAHULUAN A. Prawacana Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan. Tema harus ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan dihasilkan tulisan yang baik. Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, hasil penelitian, survei, pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif dan lain-lain. Karangan-karangan narasi, deskripsi biasanya bersumber dari sumber-sumber tersebut. Akan tetapi, tulisan argumentatif atau persuasi umumnya bersumber dari pendapat dan sikap penulis. Untuk bisa membuat kerangka tulisan yang baik, diperlukan langkah-langkah antara lain dengan mencatat di atas kertas, mulailah mengorganisir gagasan-gagasan dan disitematisasikan, mengkaji gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab-bab dan pasal-pasal, dan membuat kerangka tulisan yang lengkap dan terperinci. Sejatinya judul ini adalah ibaratnya seorang pramuniaga yang sedang menjaga pintu di sebuah supermarket. Ia akan membuka pintu untuk konsumennya sebelum konsumen memilih barang-barang yang ada di dalam supermarket itu. Sebuah iklan yang menarik akan mendorong orang untuk mencari dan melihat produk yang diiklankan itu. Sebagai analog, judul buku mirip dengan pramuniaga itu, Ia memiliki tugas untuk membuka pintu bagi konsumen yang ingin berselancar dari berbagai produk yang disediakan di supermarket itu. Judul adalah pengantar awal seorang pembaca untuk mulai tertarik masuk dalam buku yang dibacanya. Judul memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memilih berselancar dengan ilmu yang ditawarkan dari bab ke bab dalam buku itu. Pembaca akan menentukan untuk membaca, menyentuh, memahami, membeli, atau bahkan sama sekali tidak melakukan itu semua. Judul sebuah buku yang menarik membuat orang berminat untuk memegangnya, membaca nama pengarangnya, penerbitnya, sinopsisnya dan mengendapkan dalam pikirannya baru mengambil keputusan untuk membeli atau tidak. Demikian menariknya sebuah judul, sehingga dapat menarik pembaca untuk membelinya. Sebagai sebuah komponen yang turut menentukan dalam strategi perdagangan, maka judul menempati porsi yang perlu untuk diperhatikan secara lebih. Beberapa karakteristik judul ditawarkan untuk dapat menempati posisi judul-judul yang memiliki daya pikat tinggi terhadap pembaca untuk membeli dan bahkan akan mempengaruhi kepada orang lain untuk turut membeli apa yang dia sendiri telah membelinya. Secara finansial, beberapa komponen sangat diuntungkan seperti pengarang, penerbit, dan toko buku. 94 B. Tema Karangan 1. Tips Mendapatkan Tema Agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus diperhatikan, antara lain: a. Selalu menambah pengalaman antara lain melalui keterlatihan dan pembiasaan untuk banyak melihat, mendengarkan, membaca, berdiskusi, atau bahkan membuka untuk memperoleh pengalaman sendiri dari berbagai peristiwa. b. Selalu rajin mengamati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau membaca buku, jurnal, majalah, koran yang merupakan hasil pengamatan/penelitian orang lain. c. Selalu mengembangkan imajinasi dan kreativitas. d. Sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk melatih mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi dan contoh yang baik dan tepat serta memperluas cakrawala berpikir. 2. Tips Merumuskan Tema Karangan Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang berbobot, penulis harus memilih tema yang menarik, memungkinkan untuk digarap, ruang lingkup yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, dan memiliki nilai manfaat bagi masyarakat. Seringkali seorang penulis mendapatkan tema, ide atau gagasan secara tiba-tiba. Sumber itu dapat diperoleh ketika membaca, melihat, spontan, atau bahkan dalam mimpi. Kilasan-kilasan ide atau gagasan atau tema sering mudah dilupakan orang. Padahal dari ide-ide yang disodorkan tersebut cukup baik. Jika hal itu tidak segera ditangkap sebagai ide, maka ide-ide itu akan segera menghilang dari pikiran. Oleh sebab itu, ide-ide tersebut harus segera dicatat yang memungkinkan pada waktu tertentu akan muncul ide baru yang menguatkan pada ide yang sudah diperoleh. Adalah hal yang menarik jika ide-ide itu didokumentasikan dalam sebuah buku ide. Sewaktu-waktu penulis menemukan kesempatan untuk menulis dengan tema yang sudah pernah dibaca serta penulis berkeinginan untuk menulis maka, penulis dapat mengingat kembali ide-ide yang sudah pernah dituangkan ke dalam sebuah buku. Penulis tinggal memilih ide atau tema mana yang dinilai topik sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, sangat menarik bagi pembaca. 3. Kerangka Tulisan Setelah menentukan tema, langkah berikutnya adalah membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini sangat penting untuk memandu tahapan menulis agar tidak menyimpang dari tema. Kerangka tulisan ini selain sangat berguna bagi penulis pemula, juga berguna untuk menghindari kemungkinan terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji sekali lagi hal-hal penting itu secara kritis. 95 Ada beberapa macam tipe susunan kerangka tulisan antara lain: a. Berdasarkan Urutan Kronologis. Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut susunan waktu kejadian peristiwa yang hendak diuraikan. Penulis yang memiliki pengalaman terhadap topik yang menghendaki penyusunannya secara kronologis maka, akan mudah dipaparkan dengan baik. b. Berdasar Urutan Lokal. Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut susunan lokal (ruang/tempat) dari obyek yang hendak diuraikan. Penulis dengan mudah dapat menuliskan urutan lokasi yang ada, dengan mudah dapat dikenali dan dituliskan dengan baik. c. Berdasar Urutan Klimaks. Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut jenjang kepentingannya. Penulis dapat membuat klasifikasi urutan kilmaks yang terjadi, dengan demikian penulis akan lebih mudah dalam membuat urutan kejadian tersebut. d. Berdasar Urutan Familiaritas. Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut dikenaltidaknya bahan yang akan diuraikan. Dikenali dan dikuasai sebagai salah satu kunci untuk melakukan penulisan yang baik. Penulis pun akan mendapatkan kemudahan dalam hal ini, sehingga tulisan dapat dinikmati dengan baik. e. Berdasar Urutan Akseptabilitas. Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut diterimatidaknya prinsip yang dikemukakan. Penulis dapat menentukan urutan aksesabilitas, dengan demikian penulis akan merasa terbantu untuk menghasilkan naskah yang baik. f. Berdasar Urutan Kausal. Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut hubungan sebab-akibat. Dengan demikian, penulis akan memperoleh kemudahan dalam mengantarkan ide pokoknya sesuai dengan sebab akibatnya. Pembaca pun akan lebih mudah menangkap ide pokok yang dimaksukan oleh penulis. g. Berdasar Urutan Logis. Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut aspek umum dan aspek khusus. Dalam hal in penulis akan mengurutkan berdasarkan pada urutan logika. Penulis akan mengutamakan pada topik bahasan yang logis terlebih dahulu dan menonomorduakan pada pemikiran yang tidak logis. h. Berdasar Urutan Apresiatif. 96 Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut pemilikan baikburuk, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, dan seterusnya. Penulis akan memberikan paparan yang berurut secara baik, berguna, benar dan seterusnya. Dengan demikian urutan sebaliknya menjadi lebih dinomorduakan. 4. Langkah Membuat Kerangka Tulisan Untuk bisa membuat kerangka tulisan yang baik, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencatat di atas kertas segala gagasan yang timbul dari perkiraan, atau yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada hubungan dengan tema yang telah dirumuskan. b. Kemudian, mulailah gagasan-gagasan tadi diatur, diorganisasi dan disistematisasikan. c. Mengkaji sekali lagi gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab-bab dan pasal-pasal yang disusun. d. Membuat kerangka tulisan yang lengkap dan terperinci yang sudah bebas dari coretancoretan. Dalam tahap ini dicantumkan tema, judul dan pokok pikiran yang mendasari kerangka tulisan tersebut. C. Memilih Judul Karangan 1. Karakteristik Judul dari yang Unik Hingga Menipu Judul merupakan satu hal yang penting delam menulis karangan, karena judul dapat mewakili dari sebagian karangan yang ada. Oleh karena itu, judul karangan yang baik harus memenuhi beberpa persyaratan antar lain, harus sesuai dengan topik atau isi dari jangkauannya; sebaiknya dinyatakan dalam frase, bukan kalimat; sesingkat mungkin, tidak dinyatakan dalam kiasan dan tidak mengandung kata bermakna ganda (Mansurudin, 2010: 161). 2. Pengertian Judul yang Unik dan Menarik Judul yang unik dan menarik diidentikan dengan judul yang memiliki kekhasan tersendiri, berbeda dan menonjol dibanding yang lain sehingga pembaca akan mengambil keputusan untuk memegang, membaca, mempertimbangkan untuk membelinya, dan dimilikinya serta dibaca dan dihayatinnya, bahkan mengikuti apa yang disarankan oleh buku tersebut. 3. Contoh judul-judul Unik-menarik, Sensasional, dan Kontraversial a. Judul Unik-Menarik Judul yang menarik itu ditandai dengan pilihan-pilihan kata yang ada, termasuk di dalamnya padu padan diksi yang ditonjolkan. Judul yang menarik tidak hanya dalam 97 satu kata yang dituliskan tetapi frase yang disejajarkan. Judul yang menarik termasuk di dalamnya juga pilihan kata atau frase yang jelas, padat, dan penuh makna. Contoh-contoh judul yang unik dan menarik dapat dilihat dalam daftar berikut ini: 1) Gusti ora sare 2) Orang miskin dilarang sekolah 3) Sekolah itu Candu 4) Mission itu Impossible 5) Siapa Bilang Berhaji dan Berumroh harus Kaya dulu? 6) Orang Miskin tidak Boleh Sakit. 7) Tuhan, Jangan Dustai Aku 8) Mengejar Pelangi Kehidupan 9) Ya, Rob..ijinkan Aku Satu Malam saja di Neraka b. Judul Sensasional/bombastis/absurd Judul yang sensasional/bombastis/absurd adalah judul yang hampir sama dengan unik, mengarah ke sesuatu yang sensasional, berlebihan, absurd, atau di luar kebiasaan/kelaziman. Judul yang sensasional/bombastis, absurd memang menarik pembaca, tetapi menarik tidak harus bombastis. Judul-judul yang bombastis secara sekilas memang menarik perhatian pembaca, akan tetapi pembaca akan segera kecewa ketika membaca isi tulisan tersebut. Satu alasan, judul yang bombastis itu biasanya tidak mencerminkan isi tulisan yang dibahas. Betapa sering kita dikecewakan oleh judul-judul buku yang seperti ini. Membaca judul dan sinopsis buku yang biasanya ditulis di kover belakang pun kita sering tertarik untuk membelinya. Akan tetapi, ketika setelah sampai di rumah dan membacanya kita menjadi sangat kecewa. Demikian pula ketika kita membaca koran atau majalah atau tulisan apapun, sering dikecewakan oleh judul yang bombastis tetapi isinya tidak relevan. Contoh-contoh judul yang sensasional, bombastis dan absurd antara lain dapat dilihat pada judul di bawah ini: 1) Menabur Melati Untuk Nyi Loro Kidul 2) Bukankah Engkau Izinkan Aku Berpoligami?, 3) Tasbih dan Golok, 4) Tasbih di Balik Terali Besi c. Judul Kontroversial Judul kontroversial adalah judul buku yang agak berkonotasi negatif, misalnya bertentangan dengan pandangan umum, ada unsur emosi yang dimainkan dan selalu 98 menimbulkan pro dan kontra sehingga selalu menarik perhatian. Judul ini seakan melawan hukum, adat, agama, dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Contoh juduljudul buku kontroversi adalah: 1) Kalau Mau Kaya Ngapain Repot-repot Sekolah, Nikahi saja Anak Trilliuner, 2) Asyiknya Perkawinan Dini 3) Bayar Pajak? Apa Kata Dunia? 4) Presiden Militer? Dimana Enaknya? 5) Hari Gini Tidak Plagiat, Apa kata Dunia 6) Beratnya Menegakkan Pendidikan Karakter 7) Listrik yang Menyengat Rakyat Miskin d. Judul yang Membuka Rahasia Rahasia apapun, siapapun, dan di mana pun memang selalu menarik perhatian orang. Demikian juga dengan judul buku yang menggelitik seakan bermaksud untuk membuka rahasia yang selama ini masih diungkam oleh struktur dan kultur. Judul yang bersifat rahasia biasanya memancing keingintahuan pembaca. Judul-judul yang diawali atau dikonotasikan mengungkap rahasia sanggup menarik perhatian pembaca. Contoh judul buku seperti ini antara lain: 1) Jakarta Undercover 2) TKW Underground 3) Pembantu Rumah Tangga Undercover 4) Rahasia Utang Negara 5) Rahasia Sukses Melawan Slogan 6) Mengungkap Tabir Mimpi Malam Pertama di Kubur 7) Membedah Perut Para Koruptor 8) Meretas Tali Perselingkuhan 9) Rahasia Utang Negara untuk Sertifikasi Guru dan Dosen e. Judul Buku yang Berusaha Memberikan Jawaban atas Persoalan Masyarakat dan Negara Permasalahan di masyarakat begitu kompleksnya, menemukan solusi untuk mengatasi konflik dan permasalahan seakan menemukan air di padang nan gersang. Judul buku yang menjawab persoalan juga bisa menarik perhatian. Judul yang ditampilkan langsung menjawab atau memberi solusi atas satu persoalan sehingga dapat menarik perhatian pembaca. Solusi itu baik ditawarkan oleh negara, negarawan, agamawan, politikus, pendidik, ekonom atau apa saja yang memiliki kompetensi di bidangnya. Contoh judul buku yang menjawab persoalan yaitu antara lain: 1) Bagaimana Menjadi Mualaf yang Mau Berjihad 99 2) Bagaimana Menekuk Lutut Lawan Bisnis 3) Resep Cespleng Menjadi Politikus Muda 4) Bagaimana Bercocok Tanam di Lahan Kapur 5) Bagaimana Menghijaukan Lingkungan di Pesantren Salafi 6) Bagaimana menghidupkan Kepedulian Terhadap Lingkungan di Perguruan Tinggi 7) Kiat Sukses menjadi seorang Penyair Kondang 8) Berbagi Suksesi Kepemimpinan SBY 9) Mengatasi Traumatik Anak pada Polisi dan Dokter f. Judul Buku yang Menipu Pembeli Sebenarnya mungkin, tidak bermaksud untuk menipu, tatapi seringkali pembeli memepertimbangkan untuk membeli buku hanya karena pertimbangan judul buku yang menarik. Tidak jarang judul buku sekadar menipu pembeli. Judul dan isi sama sekali tidak ada hubungannya dengan isi yang dituangkan. Nampaknya penulis buku memiliki niat untuk mendapatkan keuntungan sekejap. Biasanya judul-judul yang bernafaskan penipuan terhadap inkonsistensi judul dan isi diterbitkan oleh penerbit yang belum memiliki bonafiditas dalam dunia penerbitan. Contoh judul-judul yang menipu pembeli antara lain: 1) Berselancar di Laut Merah, ternyata isinya hanya kegiatan melihat laut merah. 2) Rahasia Srawung Akademik, ternyata isinya hanya bagaimana memilih mata kuliah dan menuliskan Kartu akademik. 3) Rahasia Sukses Paralympic, ternyata isinya hanya program latihan untuk para penyandang cacat. 4) Olimpiade Pendidikan Lingkungan Hidup, ternyata isinya hanya penyusunan rencana pembelajaran untuk sekolah lingkungan dalam menghadapi olimpiade. 5) Kartu Joker bagi Koruptor, ternyata isinya tentang catatan pembelaan dari pengacaranya. 6) Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, ternyata isinya hanya bagaimana melakukan budidaya akuakultur. 7) Pesantren dan Lingkungan Hidup, sebuah Konsentrasi Monolitik, ternyata isinya hanya memuat kegiatan santri dalam melaksanakan program jumat bersih. 8) Aku pun Bersimbah Darah, ternyata isinya hanya menceritakan tentang sebuah kecelakaan kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan. 9) Perjalanan Panjang korban dari Negeri Minyak, ternyata hanya memuat kegagalan seorang penjual minyak tanah karena sekarang sudah dikonversi ke gas elpiji. 100 g. Judul yang Membosankan atau mudah ditebak isinya Judul yang membosankan atau mudah ditebak memang menjadikan buku itu sulit disentuh oleh calon pembeli. Meskipun demikian, ada saja pangsa pasarnya dengan derajat kebutuhan sesuai dengan jenjang pendidikan dan strata sosialnya. Penerbit mungkin masih belum senior, sehingga bebas hambatan menuju mesin cetak. Contoh judul yang membosankan dan mudah ditebak antara lain: 1) Berzakat yang Manfaat 2) Tuntunan Shalat dan Dzikir 3) Bercocok tanam Jagung Dua Tongkol 4) Bertani yang Mumpuni 5) Menuai Buah Semangka 6) Kebersihan sebagian dari Iman 7) Bengkel Motor 8) Aksesoris Mobil 9) Memanfaatkan Lahan Kosong Judul, selain harus menarik perhatian pembaca, juga harus mencerminkan tema tulisan. Hal ini sangat penting artinya bagi pembaca. Setelah pembaca tertarik terhadap judul yang terpampang di majalah atau koran, maka ia ingin segera tahu apa isinya. Pembaca akan kecewa jika isi yang ditulis ternyata tidak sesuai atau semenarik sebagaimana judulnya. Oleh karena itu, konsistensi judul dengan deskripsi punggung buku, dan isinya harus benar-benar di jaga. Peneliti akan kehilangan kepercayaannya kalau ternyata penulis hanya akan meraup keuntungan dengan tipuan mata dalam judul yang dituliskan. Judul sebaiknya juga tidak terlalu pendek. Mungkin judul-judul pendek hanya sesuai pada karangan seperti novel, cerpen, puisi dll. Jika anda ingin tetap menggunakan judul pendek karena hal tersebut dapat mencerminkan sesuatu bahasan yang hendak anda tonjolkan, maka judul pendek itu bisa dibuat, dengan catatan menambah subjudul di bawahnya. Untuk membuat judul, sebelumnya kita membuat synopsis, agar diperoleh gambaran keseluruhan isi artikel, kemudian membuat paling sedikit 3 judul. Di bawah ini merupakan ringkasan proses pembuatan judul. 101 Tabel Proses Pembuatan Judul No. Tema Sinopsis 1. Membaca Judul dan a. pengertian membaca dan menulis menulis, melejitkan b. Manfaat membaca dan Menulis Profesi Menulis. c. Tips mengantarkan pada cinta baca d. Jenis buku bacaan e. Syarat penulis f. Penyakit umum calon penulis g. Tips konsistensi menulis h. Proses menulis i. Tips jitu bagi penulis yunior untuk melejitkan profesi dirinya D. Menyusun Deskripsi Pendahuluan 1. Pentingnya Pendahuluan/Prawacana Setelah pembaca tertarik dengan judul yang anda tampilkan, maka pembaca akan segera melirik ke pendahuluan/prawacana. Pembaca mengharapkan dapat memperoleh sesuatu yang menarik sesuai dengan persepsi pembaca ketika membaca judul. Minat membaca akan menurun atau meningkat tergantung dari sajian dalam pendahuluan. Oleh karena itu, penyusunan deskripsi pada pendahuluan perlu mendapat perhatian yang serius. Dalam tulisan populer dan ilmiah populer, anda tidak perlu menulis pendahuluan sebagaimana ditunjukkan dalam tulisan ilmiah. Saudara sebagai penulis cukup menulis apa yang akan anda kemukakan dalam sub-bagian pendahuluan itu. 2. Macam Pendahuluan Ada enam macam bentuk pendahuluan, yang dapat kita pilih yaitu: a. Ringkasan. Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan topik dan pokok isi tulisan secara garis besar. b. Pernyataan yang menonjol. Pernyataan yang menonjol kadang-kadang disebut juga pendahuluan kejutan. Biasanya diikuti dengan kalimat kekaguman. c. Pelukisan. Pelukisan pada pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian atau hal yang dituliskan. 102 d. Anekdot. Anekdot merupakan ungkapan sajian yang menggelitik sebagai pengantara dalam pendahuluan. Di samping itu, pendahuluan berbentuk pertanyaan yang merangsang keingintahuan merupakan pendahuluan yang bagus. e. Kutipan orang lain. Pendahuluan berupa kutipan ucapan seseorang (tentunya orang terkenal) dapat langsung menyentuh rasa pembaca. f. Amanat langsung. Pendahuluan berbentuk amanat (pesan) langsung kepada pembaca sehingga terasa akrab. 3. Manfaat Pendahuluan/Prawacana Bagian pendahuluan mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pemancing minat dan mengatur pembaca ke arah pembahasan. Hal terakhir ini sering kali lebih sulit daripada menulis judul atau isi. Seringkali kita mengalami kesulitan sehingga kita menjadi kesal dan putus asa. Jika anda mengalami hal ini, maka langkah yang sebaiknya dilakukan adalah menunda dulu bagian pendahuluan ini dan menulis bagian lain, misalnya isi tulisan, baru setelah dirasa bisa melanjutkan, anda dapat menulis pendahuluan kembali. Seringkali pendahuluan mengalami perubahan berulangkali untuk memperoleh alinea pendahuluan yang dapat memancing minat. contoh alinea pendahuluan/Prawacana di bawah ini. MELEJITKAN KEMAHIRAN MENULIS KARYA ILMIAH Pendahuluan/Prawacana Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks. Segudang keuntungan bagi seseorang yang mau membaca buku, di antaranya dapat menambah wawasan, melejitkan kemampuan kebahasaan, pembangkit motivasi, perentang waktu, menemukan media hiburan, sarana refleksi diri, menajamkan hati dengan kebijakan. Secara kesehatan meringankan stress, melatih otak, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan pola tidur yang sehat. Membaca dan menulis merupakan dua sejoli yang saling menguatkan. Empat keterampilan berbahasa seseorang secara bertahap bermula dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang pasif hanya akan menyimak pada fenomena yang ada dan berkembang di sekitar dirinya. Selanjutnya, dia akan belajar untuk berbicara dan memberanikan diri untuk berbicara di depan publik. Membaca sebagai nutrisi untuk menulis dikembangkan oleh masyarakat akademis agar dapat menulis. Menulis merupakan satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen muda sekalipun. Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan cepat 103 hilang dan mudah dilupakan orang, sedangkan tulisan tetap terkenang. Seorang penulis dengan cepat melihat dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberik kesan mendalam, berkesan dan bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang, bereaksi dan berinterpreneur. Menjadi seorang penulis merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah mengenal kata pensiun dan royalti pun akan tetap mengalir hingga 7 (tujuh keturunan). Kebanyakan orang lebih menyukai menonton film, televisi, bermain game pada komputer daripada harus membaca buku, dan bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas seseorang. Padahal, hingga kini tidak terbantahkan bahwa buku adalah jendela dunia. Membaca buku berarti dapat membuka cakrawala dunia. Seseorang dapat melihat ke luar di bawah kemampuan seseorang untuk melihat diri dan lingkungannya. Sesuatu yang baru atau pemandangan yang berbeda dengan apa yang ada di sekitar lingkungan rumah seseorang. Membaca buku berarti seseorang dapat menyelami dunia orang lain, yaitu sebuah dunia yang ada di dalam pikiran orang lain. Sementara setiap diri seseorang dan orang lain memiliki dunia masing-masing yang sangat bervariasi. Menyelami bagian terkecil yang dimiliki oleh orang lain akan memberikan kepada seseorang pengetahuan dan keterampilan bahkan menemukan kebijakan yang lebih mendalam dalam menghadapi hidup. Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak membawa manfaat bagi diri seseorang. Setiap buku akan membawa manfaat kepada seseorang, jika seseorang mampu menangkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika seseorang masih sulit untuk menangkap makna dan hikmah suatu buku, berarti seseorang belum siap untuk menerima sesuatu yang disuguhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, seseorang harus membuka diri dan meningkatkan keterbukaan pikiran kita agar dapat menerima dunia orang lain. Hikmah dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran kalau pikiran kita masih tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih belum siap untuk membuka diri dengan alur pikiran orang lain, maka selama itu pula seseorang tetap tidak akan bisa menerima cakrawala baru. Sekali seseorang membaca buku dan pikiran seseorang akan terbuka, maka makna dan hikmah dapat dengan mudah diterima ke dalam pikiran seseorang. Satu-satunya buku yang tidak membawa manfaaat kepada seseorang adalah buku yang tidak pernah dibaca. Membaca dan menulis adalah kegiatan yang sifatnya sangat personal. Ketika seseorang memiliki minat kuat untuk membaca dan menulis, maka sesungguhnya seseorang sedang berhadapan dengan diri sendiri. Jika seseorang sudah berapi-api untuk membaca dan menulis, namun "bara api" yang berkobar di dalam diri seseorang itu tiba-tiba padam, itu berarti yang memadamkannya adalah diri sendiri. Ada kemungkinan "api" itu padam karena seseorang tidak menemukan buku yang diinginkan dan belum bisa menemukan topik baru yang menggelitik 104 menjadi sebuah tulisan yang bagus. Buku yang ingin seseorang baca mungkin saja dapat ditemukan. Namun, seseorang tidak dibuat senang oleh buku tersebut, maka hasilnya tetap nihil. Bahkan yang lebih parah, "api" membaca itu padam karena seseorang disiksa oleh buku yang seseorang itu tidak memiliki pengetahuan awal tentang buku itu. Kata mutiara Kahlil Gibran dapat mengantarkan kepada seseorang agar seseorang bisa siap untuk bersinergi dengan sesuatu yang baru. "Sebahagian kita seperti tinta dan sebahagian lagi seperti kertas. Dan jika bukan karena hitamnya sebagian kita, sebahagian kita akan bisu. Dan jika bukan karena putihnya sebahagian kita, sebahagian kita akan buta." http:ustadbaba.blog. diakses tanggal 9 Maret 2012. Artinya, ada kekuatan yang bisa mewarnai diri seseorang untuk memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, dan kekuatan itu saling berkontribusi untuk mewujudkan kebulatan tekad untuk menjadi sesuatu. Hilangnya sebagian kekuatan, maka akan menghilangkan kekuatan lain untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Tetapi sebagian orang terutama masyarakat Indonesia kurang gemar membaca, sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkannya, antara lain perasaan malas, jenuh, capek apalagi ketika kita disuguhkan dengan buku tebal dan kita tidak memiliki pengetahuan dasar tentang buku itu, dan tidak memiliki kepentingan dengan buku itu, serta tidak merasakan bahwa di dalam buku itu menyimpan sejuta makna bagi kita. Membangun minat seseorang untuk gemar membaca memanglah tidak mudah, namun hal ini juga tidak sulit, semua itu bisa karena terbiasa, karena ada kemauan semua pasti bisa dilakukan. Penulis adalah profesi yang tidak akan mengenal pensiun, dan nama harumnya akan dikenang sepanjang masa. Menulis adalah keterampilan yang bisa diasah oleh siapa saja. Siapa pun, dengan latar belakang pendidikan dan profesi apa pun, punya peluang yang sama untuk bisa menjadi seorang penulis atau menghasilkan karya tulis. Banyak keuntungan yang biasa kita peroleh menjadi penulis. Namun, untuk menjadi seorang penulis terkenal dan senior banyak batu sandungan yang harus dilalui dan dilatihkan kembali yang pada gilirannya dapat menghasilkan karya yang fenomenal dan royalti yang tidak mengenal pensiun. 4. Isi Tulisan Pendahuluan merupakan sebuah ringkasan yang dapat mewakili isi dari sebuah tulisan secara keseluruhan. Bisanya seorang penulis membuat secara ringkas, padat, jelas dan dipilihkan kata/frase/kalimat yang baik dan menarik tanpa meninggalkan esensi dari tulisan tersebut. Pada alinea atau kalimat terakhir dari pendahuluan sangat dianjurkan merupakan alinea atau kalimat penghubung antara pendahuluan dan isi tulisan. Hal ini perlu diperhatikan agar pembaca tidak merasa ada sesuatu yang hilang sewaktu membaca isi utama tulisan anda. Jika tidak ada kalimat penghubung, seolah-olah pembaca diajak melompat sehingga terasa mengganjal. 105 Untuk menghindari pembaca cepat bosan, maka isi utama tulisan sebaiknya dibagi ke dalam beberapa paragraf yang ada dalam sub-sub judul tersebut. Dengan adanya alinea-alinea, pembaca akan tahu, suatu gagasan pokok dimulai dan diakhiri, serta kemudian berpindah ke gagasan berikutnya. Dengan demikian, pembaca dapat dengan mudah menelusuri anak-anak tangga tanpa kesulitan. Memang cukup sulit untuk membuat pendahuluan/prawacana, tetapi kalau penulis sudah menguasai betul dengan apa yang ada dalam runtutan tulisan itu maka, akan sangat mudah untuk membuat kata pendahuluan/prawacana. Untuk mengtasi kesulitan itu dapat dilakukan dengan cara menulis dahulu sub-sub judul yang sesuai dengan topik yang tulis. Meskipun penulis sudah membuat consep map, outline, dan bahkan ragangannya, namun seringkali dalam proses penulisan masih memiliki kemungkinan pengurangan atau bahkan pengembangan. Cara ini adalah untuk memandu jalannya tulisan yang sedang disusun. Baru setelah sub-sub tersusun, penulis dapat pendahuluan/prawacana dapat disusun. 106 memeriksanya kembali sehingga BAB VI MASALAH DAN PERMASALAHAN A. Prawacana Masalah merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat yang dinilai berbeda dengan tata nilai, hukum, kebiasaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian yang memadai agar dapat memperoleh titik simpul masalah. Hasil penelitian dapat memberikan rasa aman, tenang, dan menguntungkan bagi masyarakat. Masalah penelitian tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada gayut antara faktor yang satu dengan faktor lainnya. Konstelasi antara faktor yang ada di masyarakat tersebut menjadikan masalah dalam penelitian yang perlu ditimbang, dipilah, dan dipilih. Dengan demikian, masalah dalam penelitian dapat merupakan permasalahan yang layak untuk diuji kebenarannya atau ditemukan simpulan yang valid. Menurut Amir (2009: 77) karya penelitian dilakukan karena ada masalahnya. Suatu masalah tidak dapat dijadikan masalah karya penelitian kalau masalah tersebut dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”. Oleh karena itu, memilih masalah dan menjadikan sebuah permasalahan dalam penelitian bukan sekadar permasalahan sedang populer, mudah dilakukan, mudah responden, mudah prosedur birokrasi, tetapi begitu kompleks faktorfaktor yang menyertai untuk dipertimbangkan sehingga menjadi permasalahan yang memenuhi kepatutan dan kelayakan. Memilih permasalahan hendaknya memperhatikan kriterium kompetensi peneliti dan pembantu peneliti, kondisi dan posisi subyek/informan/responden, keterjangkauan dan keamanan tempat, efektivitas dan efisiensi waktu, kemudahan birokrasi, ketersediaan biaya dan peralatan, buku referensi serta data pendukung, dan kebermanfaatan hasil penelitian. Melihat beberapa pertimbangan tersebut diharapkan penelitian yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar, aman, dan tertib, serta memberikan kontribusi yang memadai terhadap khazanah dunia pustaka dan nilai praksis. B. Masalah dan Permasalahan 1. Masalah Masalah merupakan suatu keadaan yang oleh orang-orang dalam jumlah yang berarti dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan yang disepakati, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian. Masalah bukan problem tetapi isue atau fokus yang akan dipelajari. Misalnya “Sekolah Adiwiyata” bukanlah masalah, tetapi dapat diangkat sebagai “isue atau permasalah penelitian dengan memformulasikan menjadi masalah. Sebagaimana dengan program Adiwiyata yang dapat memberikan berbagai macam keuntungan, tetapai mengapa sebagian sekolah tidak mengikuti program adiwiyata?. Berdasarkan data yang 107 diperoleh, mengikuti program adiwiyata dapat melakukan penghematan terhadap seumber daya, menyehatkan, dan dapat membentuk karakter peserta didik untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan dijauhkan dari pemborosan dalam penggunaan sumberdaya dan dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitarnya. Isue lain, mengapa sekolah penerima penghargaan Adiwiyata tidak merencanakan untuk mendapatkan Adiwiyata Kencana, dan penerima Adiwiyata Kencana untuk mendapatkan Adiwiyata Mandiri. Pelaksanaan sekolah adiwiyata seakan berjalan apa adanya tanpa perencanaan yang matang. Sementara, pemerintah cukup serius dalam merencanakan program ini. Dengan demikian, melakukan pembiaran, melaksanakan program tanpa perencanaan merupakan tindakan yang dapat merugikan negara, dan memberikan rasa cemas kepada masyarakat di lingkungan sekolah. Dengan demikian, adiwiyata merupakan bukan masalah, tetapi isu dan akan menjadi masalah manakala dalam pelaksanaan sebagaimna diterangkan di atas. Guru merupakan figur yang digugu dan ditiru oleh siswa, guru merupakan figur yang dapat memberikan keteladanan kepada siswa. Guru dengan kompetensinya mampu mendongkrak motivasi belajar siswa, guru dengan kompetensinya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dapat mengajar dengan baik sesuai dengan kompetensi paedagogiknya. Guru bukan masalah sepanjang dapat memberikan kontribusi tersebut. Guru menjadi bermasalah apabila ternyata dengan profesionalitas pribadinya tidak dapat dijadikan sebagai figur yang digugu dan ditiru, tidak dapat memberikan nilai keteladanan, tidak dapat mendongkrak motivasi belajar siswa, tidak dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan tidak dapat mengajar sesuai dengan kompetensi paedagogiknya. Fenomena tersebut dapat dijadikan isu dalam menentukan permasalahan untuk dilakukan penelitian. Melakukan penelitian ini diharapan guru merupakan figur yang digugu dan ditiru oleh siswa, guru merupakan figur yang dapat memberikan keteladanan kepada siswa, guru dengan kompetensinya mampu untuk mendongkrak motivasi belajar siswa, guru dengan kompetensinya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dapat mengajar dengan baik sesuai dengan kompetensi paedagogik yang dimiliki. Penelitian ini menjadikan fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan teori yang sudah diakui kebenarannya. Khutbah sholat jumat bukan menjadi masalah, tetapi menjadi isu yang akan dipelajari dengan maksud untuk meningkatkan nilai tugas pokok dan fungsi khotib pada sholat jumat. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam setiap jumat ramai dikunjungi masyarakat muslim untuk melaksanakan sholat jumat. Pelaksanaan sholat jum’at terdapat rukun sholat jumat berupa khutbah. Khutbah dalam sholat jumat bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Menjaga lingkungan alam sekitarnya merupakan kewajiban setiap manusia, tetapi mengapa dalam khutbah jumat sangat jarang materi khutbahnya 108 menyinggung tentang kepedulian terhadap lingkungan. Dengan demikian, khutbah jumat yang tidak mengajak umat kepada upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt menjadi masalah. Melindungi lingkungan dan menjaga keharmonisan hubungan antara seseorang dengan seseorang yang lain adalah bukti adanya ketaqwaan seseorang kepada Allah, sehingga memberikan pembiaran terhadap permasalahan kerusakan alam dan lingkungan sama artinya mengabaikan peran dan tugas manusia sebagai kholifatullah. Shalat jumat menjadi isue, dan menjadi masalah manakala dalam pelaksanaan khutbah jumat tidak mengajak kepada ketertundukan kepada allah dan kepatuhan kepada Allah, termasuk materi khutbah jumat yang tidak menyinggung tetang kepedulian terhadap lingkungan. Masalah merupakan kepekaan untuk melihat permasalahan. Kalau suatu bidang benarbenar dikuasai sehingga menjadi keahlian khusus, maka akan semakin peka melihat masalah dan permasalahan pada bidang yang bersangkutan. Latar belakang pendidikan dan pengalaman untuk menghadapi berbagai macam kendala dan persoalan menjadikan logika seseorang memiliki kompetensi yang lebih baik. Pengalaman yang memadai menjadikan daya nalar seseorang berkembang pesat, sehingga mampu melihat prospek, hambatan, dan prediksi terhadap hal-hal yang perlu dikembangkan dan bahkan diantisipasi. Dengan demikian, belajar melalui permasalahan akan melahirkan kepekaan dan daya nalar yang tinggi terhadap permasalahan sesungguhnya yang terjadi di masyarakat. 2. Permasalahan Permasalahan yang ada dalam topik penelitian secara eksplisit telah dipaparkan secara jelas dalam latar belakang masalah. Permasalahan penelitian yang ditemukan dibatasi untuk menghindari keluasan penelitian sehingga tidak membuka peluang terjadinya bias dan ambigu serta melampaui keterjangkauan peneliti. C. Kepekaan dalam Melihat Permasalahan Kepekaan dalam melihat permasalahan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain spesialisasi keilmuan, keterlatihanan, kebiasaan, kebutuhan dan gaya hidup, dan observasi. 1. Spesialisasi Keilmuan Kalau suatu bidang benar-benar dikuasai sehingga menjadi keahlian khusus, maka akan semakin peka melihat masalah dan permasalahan di bidang yang bersangkutan. Keahlian khusus menjadikan yang bersangkutan sangat memahami kondisi dan situasi yang menyertai. Kondisi dan situasi terdapat kecenderungan untuk mengikuti kaidah/hukum dan bahkan yang terjadi secara alamiah. Dengan demikian yang bersangkutan akan lebih peka dibandingkan dengan seseorang yang berada di luar spesialisasinya. 109 2. Keterlatihan Daya nalar seseorang akan mampu melihat prospek/hal-hal yang perlu dikembangkan. Daya nalar berkembang mengikuti proses latihan yang terus menerus. Seseorang yang terbiasa dengan mengikuti proses latihan akan menemukan spesifikasi sifat yang dimiliki oleh suatu benda, hewan, tumbuhan, dan bahkan manusia dan perilakunya. Dengan demikian, seseorang yang cukup terlatih pada satu bidang atau beberapa bidang, maka akan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap situasi dan kondisi obyek. Orang jawa akan mengatakan bahwa seseorang yang mengalami situasi dan kondisi tertentu secara berulang maka dia akan niteni terhadap situasi dan kondisi yang ada. Ilmu titen itulah menjadikan seseorang akan lebih peka terhadap sesuatu. 3. Kebiasaan, Kebutuhan dan Gaya Hidup Pepatah sering dijadikan sebagai pegangan orang untuk mengambil visi dan bahkan misi yang ditulis dalam pepatah tersebut. Pepatah mengatakan bahwa buku merupakan gudang ilmu pengetahuan, buku adalah jantung ilmu pengetahuan. Membaca buku dapat membuka jendela ilmu pengetahuan. Buku adalah media informasi dan komunikasi antara seseorang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, antara satu negara dengan negara lain. Buku sebagai media informasi dan komunikasi, maka memiliki peran untuk menciptakan inspirasi dan adaptasi cukup tinggi. Demikian juga dengan dunia maya yang sekarang ini sudah berkembang secara luas hingga ke pelosok desa. Jaringan internet cukup memberikan pengayaan atas ide-ide yang kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru dengan berbagai disiplin ilmu. Pertukaran ide dan pengayaan ide sangat mungkin dialami oleh seseorang yang ada dalam percaturan dunia internet itu. Oleh karena itu, jika seseorang kesulitan menemukan masalah, dengan membaca sebanyak-banyaknya bahan dari buku atau internet yang relevan dengan bidang perhatian, akan melahirkan inspirasi dan aspirasi permasalahan yang bermanfaaat. Membaca buku dan mengikuti informasi melalui internet sekarang ini bukan sekedar sebagai gaya hidup, tetapi sudah menjadi kebiasaan dan bahkan kebutuhan seseorang setiap hari. Dengan demikian, harapannya seseorang peneliti tidak mengenal hambatan informasi untuk mendapatkan ide dan gagasan baru yang sudah dicetuskan orang lain. 4. Observasi Melakukan observasi/pengamatan berfokus sesuai dangan minat yang akan dipelajari atau bahkan media lain yang ada di lingkungan sekitar masyarakat. Lingkungan alam yang terhampar lua sebagai materi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Alam merupakan materi kajian penting untuk memperoleh ilmu sebanyak mungkin guna 110 membangun kesadaran eksistensi kemanusiaan dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Terdapat tiga dimensi penting yang dapat memperkuat fungsi alam bagi manusia. Alam sebagai materi kajian tidak pernah kering dari ide. Di sanalah manusia dapat mengambil dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditebarkan oleh Allah swt untuk manusia. Dilihat dari sisi manapun alam selalu memberikan materi untuk dipelajari, dikembangkan, dan dievaluasi. Dilihat dari sisi kesadaran eksistensi kemanusiaan, manusia dapat mengembangkan pribadi sosialnya dengan berguru pada alam semesta. Pada sisi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara melihat seluruh daya dan keteraturan yang Allah ciptakan. Dengan demikian, maka setiap manusia akan mengakui atas kebesaran dan kemahakuasaan Allah, sekaligus mengakui betapa manusia sangat lemah dan kecil, tidak berdaya kalau Allah tidak memberdayakannya. Materi alam dapat memberikan keyakinan bahwa Allah adalah satu dan maha Agung. Observasi terhadap alam di satu sisi dapat memberikan inspirasi, di sisi yang lain dapat mengetahui kelemahan manusia, serta dapat memberikan pengakuan bahwa Allah memiliki kekuasaan yang maha besar. Observasi merupakan pengamatan berfokus sesuai dengan minat yang akan dipelajari. Dengan demikian, manusia dapat mengambil inspirasi dan evaluasi terhadap apa yang akan dilakukan dan sudah kita lakukan di permukaan bumi. D. Cara Menemukan Masalah dan Permasalahan Masalah dan permasalahan dapat ditemukan pada berbagai macam sudut pandang. Satu obyek memiliki banyak sudut pandang, sehingga sangat mungkin suatu masalah dinilai tidak mengandung muatan permasalahan yang signifikan bagi orang lain. Begitu juga sebaliknya satu obyek bagi orang lain cukup memiliki masalah yang dapat diangkat menjadi topik dalam penelitian. Untuk menemukan permasalahan dapat ditemukan pada beberapa hal di bawah ini: 1. Apakah ada perbedaan antara apa yang seharusnya (das sollen) dengan kenyataan (das sein). Untuk melihat adanya pertentangan antara kenyataan dan yang seharusnya, umumnya dilihat dari teori yang ada, kebiasaan yang sudah diakui oleh masyarakat atau bahkan logika; 2. Adanya pertentangan secara teori dengan sesuatu masalah atau kebijakan yang ada yang sudah melembaga dalam beberapa waktu tertentu; 3. Adanya pertentangan antara kenyataan dengan kebijakan yang sudah ditentukan dan berlaku di masyarakat atau lembaga; 4. Adanya ketidakajegan (inkonsistensi) pada bukti empiris yang terjadi di masyarakat atau institusi/lembaga atas suatu fenomena; 5. Adanya keberbedaan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di masyarakat. Inkonsistensi bisa dilihat dari arah pendekatan teori atau metodologi yang digunakan; 111 6. Adanya sesuatu yang baru yang belum ada yang meneliti; 7. Adanya nilai kemanfaatan dari topik yang akan diteliti bagi pengembangan ilmu maupun manfaat teknis bagi orang lain yang sesuai dengan minat dan disiplin keilmuannya. 8. Adanya kecemasan masyarakat, kerugian, atau bahkan bahaya bagi masyarakat apabila permasalahan yang berkembang tidak segera dilakukan penelitian. Melalui penelitian yang benar tersebut, maka dapat mengurangi kecemasan, kerugian, dan bahkan menghindari bahaya yang mungkin terjadi. Berdasarkan kemungkinan yang terjadi di atas, maka seseorang dapat menentukan masalah yang terjadi untuk dijadikan sebagai topik penelitian dengan mempertimbangkan segala situasi dan kondisi yang ada pada peneliti dan/atau pembantu peneliti. Beberapa pertimbangan tersebut perlu diperhatikan oleh peneliti agar dalam melaksanakan penelitian tidak menemui halangan yang berarti. E. Pertimbangan dalam Memilih Masalah Dalam Penelitian Permasalahan yang sudah dinilai memiliki titik pangkal secara jelas sebagaimana di atas, maka seorang peneliti tidak serta merta mengambil topik penelitian, tetapi mengambil pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih matang agar tidak mengalami hambatan substansial maupun teknis. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan topik penelitian antara lain: 1. Apakah topik penelitian yang ditentukan cukup aman bagi peneliti untuk melaksanakan?; 2. Apakah daerah yang ditentukan mudah dijangkau oleh peneliti? 3. Apakah peneliti memiliki kompetensi terhadap topik tersebut?; 4. Apakah ada tenaga yang membantu dan memiliki kopetensi tersebut?; 5. Apakah responden/informan mudah ditemui? 6. Apakah biayanya untuk melaksanakan terhadap pilihan topik itu cukup tersedia?; 7. Apakah waktunya yang ditentukan tepat atau cukup untuk melakukan penelitian?; 8. Apakah peralatan (jika ada) yang dibutuhkan dalam topik tersebut tersedia dengan baik?; 9. Apakah literatur yang ada cukup tersedia?; 10. Apakah perizinan mudah diperoleh?; 11. Apakah kemampuan teoretis dan metodeologis telah dimiliki?. 12. Apakah penelitian itu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan nilai praksis bagi orang yang ada dalam topik yang diteliti?. Dari beberapa kemungkinan evaluasi diri tersebut, seorang peneliti akan menetapkan satu topik atau mengganti topik lain yang memiliki sumbangan cukup berarti terhadap kesuksesan penelitian yang akan dilakukan. 112 F. Permasalahan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Permasalahan penelitian kualitatif dilakukan dengan berlandaskan pada pembuatan proposisi (teori, hipotesis) dengan kerangka acuan hasil pengkajian tentang hubungan antar sejumlah teori yang sudah ada dan relevan, hasil kajian tersebut dikaitkan dengan fenomena yang terjadi. Hasil kajian dapat menemukan masalah dan teori yang perlu dikaji kebenarannya berdasarakan atas fakta-fakta. Dengan demikian, setiap kegiatan ilmiah, sebenarnya sama dengan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menguji dan memantapkan kebenaran suatu teori atau teori-teori yang ada untuk menguatkan bukti-bukti yang ditemukan di lapangan. Melalui penelitian ini, maka dapat memperoleh justifikasi yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sekaligus mendapatkan dukungan teori yang ada atas permasalahan yang ada. Permasalahan penelitian kuantitatif biasanya untuk dapat melihat suatu permasalahan yang menyatakan hubungan antar variabel, menemukan variasi prosentase dari masalah yang diprediksi memiliki hubungan, menemukan model hubungan, pengaruh antar variabel, dan lain sebagainya. G. Perumusan Masalah Seorang peneliti setelah mempertimbaangkan kriterium dai atas, tugas selanjutnya adalah membuat rumusan masalah. Rumusan masalah disarankan untuk memperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1. Konteks/latar belakang permasalahan; 2. Identifikasi permasalahan dengan didukung data yang ada; 3. Pembatasan permasalahan dan pengajuan tujuan penelitian; 4. Siginifikansi permasalahan yang diteliti baik secara akademis, teoretis, ataupun teknik/metodologis); Permasalahan yang sudah ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan penelitian, maka peneliti hendaknya menyusun rumusan permasalahan dengan jelas. Rumusan permasalahan tidak perlu selalu dengan menggunakan kata tanya, kalimat tanya dan tanda tanya. Meskipun demikian, rumusan masalah boleh saja dibuat secara spesifik dalam beberapa pertanyaan dari beberapa hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khsusus. Kelebihan dalam menyusun rumusan masalah dengan menggunakan kalimat tanya di antaranya permasalahan yang diajukan terlihat dengan jelas, mudah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, mudah dalam membuat laporan hasil penelitian, analisis dan pembahasan, serta membuat simpulan dan saran. 113 Penyusunan rumusan masalah dapat diilustrasikan sebagai berikut: Umum khusus rumusan masalah Umum khusus rumusan masalah Gambar Abstraksi Perumusan masalah Permasalahan yang dirumuskan tidak perlu dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang spesifik, cukup dengan pernyataan singkat, padat dan jelas. Meskipun demikian, permasalahan dalam penelitian dapat dibreak down menjadi pertanyaan-pertanyaan ke dalam bentuk kalimat berangkai atau wacana secara jelas dan spesifik agar mendapatkan kemudahan dalam melakukan penelitian. Permasalahan disusun dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1. Dimensi permasalahan yang akan dilihat harus memiliki argumentasi yang logis. 2. Diikuti dengan indikasi, ilustrasi, atau fakta-fakta untuk menkonkretkan bahwa ada sesuatu yang memang penting, bermanfaat, dan bisa diteliti. 3. Peneliti yang menggunakan perumusan masalah dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, maka permasalahan penelitian perlu dibatasi dengan berbagai pertimbangan dan diformulasi ke dalam kalimat secara efektif, singkat, jelas dan operasional. Untuk membantu mempermudah merumuskannya, dapat dibantu melalui kalimat tanya [formula 5 w (what, where, when, who, why) + 1 h (how)] atau dengan memerinci aspekaspek yang akan ditelitinya. Misalnya: penelitian ini akan mempelajari “Manajemen Sekolah Adiwiyata”. Untuk mempelajari hal tersebut, diajukan sejumlah permasalahan: Bagaimana kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan yang dikembangkan? Bagaimana kurikulum berbasis lingkungan yang dikembangkan? Bagaimana kegiatan Lingkungan berbasis partisipasi? Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah?. Permasalahan tentang khotib sholat jumat dapat diajukan perumusan masalahnya antara lain bagaimana variasi persepsi khotib terhadap 114 kepedulian terhadap lingkungan?, bagaimana variasi latar belakang pendidikan khotib?, apakah ada hubungan antara latar belakang pendidikan khotib dengan persepsi khotib terhadap kepedulian terhadap lingkungan?. Permasalahan tentang guru dapat diajukan perumusan masalahnya dengan pertanyaan bagaimana variasi kompetensi guru dalam mengajar di sekolah X Kabupaten Y, bagaimana variasi prestasi belajar siswa di sekolah X Kabupaten Y?, dan bagaimana hubungan antara kompetensi guru dangan prestasi belajar siswa di sekolah X Kabupaten Y? Permasalahan sebagai subjek kajian yang akan dipelajari dan dikaji secara komprehensif berdasarkan teori, dan metodologi sesuai dengan sifat-sifatnya, dan akan ditemukan simpulan atas permasalahan yang diajukan. Dengan demikian, permasalahan yang diajukan mendapatkan penguatan teori, data, metodologi, dan hasil yang tepat berupa simpulan dan rekomendasi yang bermafaat bagi masyarakat. 115 BAB VII MODEL PENGAMBILAN KUTIPAN A. Prawacana Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedia, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya untuk membuat skripsi, tesis, disertasi dan penelitian lain. Penulisan dan pencantuman kutipan dengan pola Harvard ditandai dengan menuliskan nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip di awal atau di akhir kutipan. Data lengkap sumber yang dikutip itu dicantumkan pada daftar pustaka. Ada dua cara dalam mengutip, yakni langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah mengutip sesuai dengan sumber aslinya, artinya kalimat-kalimat tidak ada yang diubah. Disebut kutipan tidak langsung jika mengutip dengan cara meringkas kalimat dari sumber aslinya, namun tidak menghilangkan gagasan asli dari sumber tersebut. B. Model Penulisan Rujukan a. Cara Merujuk Kutipan Langsung Kutipan yang berisi kurang dari empat baris ditulis di antara tanda kutip (“…”) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halaman. Jika nama penulis ditulis secara terpadu dalam teks, nama itu diikuti tahun dan nomor halaman pustaka yang dirujuk. Tahun dan nomor halaman itu ditulis di dalam tanda kurung. Jika nama penulis tidak disebutkan dalm teks, nama, tahun terbitan, dan nomor halaman itu ditulis di dalam tanda kurung. Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (‘…’). Perhatikan beberapa contoh di bawah ini. 1). Nama Penulis Terpadu dalam Teks Contoh: Maslikhah (2012: 1) ‘Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks’. 2). Nama Penulis Tidak Disebut dalam Teks Nama penulis yang tidak disebut dalam teks cara pengutipannya dengan memberikan tanda (“ … “) kemudian diikuti dengan penulisan nama pengarangnya, tahun penerbitan buku dan halam buku. Contoh Kebanyakan orang lebih menyukai menonton film, televisi main game komputer dari pada harus membaca buku, dan bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas seseorang (Maslikhah, 2012: 2). 116 3). Penulis yang Mengambil Kutipan dari Sumber Lain Seringkali ditemukan penulis buku mengambil kutipan yang memiliki tanda kutip dalam kutipan. Cara penulisannya dengan menulis tanda kutipan tersebut sebagaimana adanya. Contoh, “Menurut data di kantor Desa Payaman Kecamatan Secang Kabupaten Magelang, beberapa petak sawah milik warga luasnya berkurang dan bahkan ada yang sudah ‘hilang’ karena pengambilan batu yang dilakukan secara terus menerus”. (harian pagi wawasan, Januari 2012). 4). Penulis Mengambil Kutipan Lebih Dari Empat Baris Pengambilan kutipan yang lebih dari empat baris ditulis tanpa anda kutip, terpisah dari teks dan dimulai pada karakter keenam dari baris kiri serta diketik dengan spasi tunggal. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya dimulai degan mengosongkan lima karakter lagi dari tepi gasis teks kutipan. Perhatikan contoh berikut ini: Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak membawa manfaat bagi seseorang. Setiap buku akan membawa manfaat kepada seseorang jika seseorang mampu menangkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika seseorang masih sulit untuk menangkap makna dan hikmah suatu buku, berarti seseorang belum siap untuk menerima sesuatu yang disuguhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, seseorang harus membuka diri dan meningkatkan keterbukaan pikiran agar dapat menerima dunia orang lain. Hikmah dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran seseorang kalau pikiran seseorang masih tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih belum siap untuk membuka diri dengan alur pikiran orang lain, maka selama itu pula seseorang tetap tidak akan bisa menerima cakrawala baru. Sekali seseorang membaca buku dan seseorang terbuka pikirannya, maka makna dan hikmah dapat dengan mudah diterima ke dalam pikiran seseorang. Satu-satunya buku yang tidak membawa manfaaat kepada seseorang adalah buku yang tidak pernah dibaca (Maslikhah, 2013: 3). 5). Penulis Mengutip dengan Menghilangkan sebagian Teks Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang, maka teknik penulisannya dengan cara membubuhkan tiga titik dari kata-kata yang dibuang. Perhatikan contoh berikut ini: Sejatinya judul ini adalah ibaratnya seorang pramuniaga yang sedang menjaga pintu di sebuah supermarket. Pramuniaga akan membuka pintu untuk konsumennya sebelum konsumen memilih barang-barang yang ada di dalam supermarket itu. Sebuah iklan yang menarik akan mendorong orang untuk mencari dan melihat produk yang diiklankan itu. Sebagai analog, judul buku mirip dengan pramuniaga itu. Judul buku 117 memiliki tugas untuk membuka pintu bagi konsumen yang ingin berselancar dari berbagai produk yang disediakan di supermarket itu. Judul adalah pengantar awal seorang pembaca untuk mulai tertarik masuk dalam buku yang dibacanya. Judul memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memilih berselancar dengan ilmu yang ditawarkan dari bab ke bab dalam buku itu. ... Judul sebuah buku yang menarik membuat orang berminat untuk memegangnya, membaca nama pengarangnya, penerbitnya, sinopsisnya dan mengendapkan dalam pikirannya baru mengambil keputusan untuk membeli atau tidak (Maslikhah, 2013: 90). Satu hal yang lebih prinsip, pengambilan kutipan yang dihilangkan memiliki maksud untuk mengambil informasi yang penting yang sesuai dengan bahasan yang ditulis. Di samping itu, tidak meninggalkan pesan yang menggantung sehingga pesan menjadi terpotong dan tidak jelas. b. Cara Merujuk Kutipan tidak Langsung Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dituliskan dengan bahasa dan pemahaman penulis sendiri secara teori dibenarkan. Teknik penulisannya dengan cara ditulis tanpa tanda kutip atau terpadu dalam teks yang dibuat. Nama pengarang dapat ditulis terpadu dalam teks atau ditulis dalam kurung bersama dengan tahun terbitan dan halaman yang dikutip. Jika yag dirujuk bagian tertentu, maka nomor halaman disebutkan, tetapi jika yang dirujuk secara keseluruhan naskah, tidak urut halaman, terlampau banyak halaman yang dikutip, maka nomor halaman tidak dituliskan. Contoh-contoh dapat dituliskan berikut ini: a. Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun terbitan, dan nomor halaman ditulis di dalam kurung Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis di dalam kurung perhatikan contoh berikut ini: Membahas judul, Maslikhah (2013: 59) menyatakan bahwa judul yang unik dan menarik diidentikkan dengan judul yang memiliki kekhasan tersendiri, berbeda dan menonjol dibanding yang lain sehingga pembaca akan mengambil keputusan untuk memegang, membaca, mempertimbangkan untuk membelinya, dan dimilikinya serta dibaca dan dihayati, bahkan mengikuti apa yang disarankan oleh buku tersebut. b. Nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis di dalam kurung Penulisan nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis di dalam kurung Perhatikan contoh berikut ini: Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan. Tema harus ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan dihasilkan 118 tulisan yang baik. Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, hasil penelitian, survei, pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif dan lain-lain. Karangankarangan narasi, deskripsi biasanya bersumber dari sumber-sumber tersebut, akan tetapi tulisan argumentatif atau persuasi umumnya bersumber dari pendapat dan sikap penulis (Maslikhah, 2013: 213). c. Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun penerbiatan (tanpa nomor halaman) ditulis di dalam kurung Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun penerbiatan (tanpa nomor halaman) ditulis di dalam kurung, perhatikan contoh berikut ini: Sebagaimana distrategikan oleh penulis, Maslikhah (2012: 161) menuliskan agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus diperhatikan, antara lain selalu menambah pengalaman, banyak melihat, mendengarkan, membaca, berdiskusi, mengalami sendiri berbagai peristiwa, selalu rajin mengamati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau membaca buku, jurnal, majalah, koran yang merupakan hasil pengamatan/penelitian orang lain, selalu mengembangkan imajinasi dan kreativitas, sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk melatih dalam mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi dan contoh yang baik dan tepat serta memperluas cakrawala berpikir, termasuk juga membuat hubunganhubungan antar peristiwa yang terjadi di masyarakat, dan mengikuti perkembangan informasi di media massa yang ada. d. Nama Penulis dan tahun penerbitan tanpa nomor halaman ditulis dalam kurung. Contoh, Kerangka tulisan ini sangat penting untuk diajadikan sebagai panduan dalam membuat tulisan sehingga tidak menyimpang dari tema yang dipilih. Kerangka tulisan ini memiliki fungsi ganda, selain berguna bagi penulis pemula, juga berguna untuk menghindari kemungkinan terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji sekali lagi pointpoint yang penting itu secara kritis. Ada beberapa macam tipe susunan kerangka tulisan antara lain berdasarkan urutan kronologis. Susunan kerangka diatur menurut susunan waktu kejadian peristiwa yang hendak diuraikan. Berdasar urutan lokal, susunan kerangka diatur menurut susunan lokal (ruang/tempat) dari obyek yang hendak diuraikan. Berdasar urutan klimaks, susunan kerangka diatur menurut jenjang kepentingannya. Berdasar urutan familiaritas, susunan kerangka diatur menurut dikenaltidaknya bahan yang akan diuraikan. Berdasar urutan akseptabilitas, susunan kerangka diatur menurut diterima-tidaknya prinsip yang dikemukakan. Berdasar urutan kausal, susunan kerangka diatur menurut hubungan sebab-akibat. Berdasar urutan logis, susunan kerangka diatur menurut aspek umum dan aspek khusus. Berdasar urutan apresiatif, 119 susunan kerangka diatur menurut pemilikan buruk-baik, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, dan seterusnya (Maslikhah, 2012). C. Rujukan dengan Menggunakan Penulisan Tertentu 1. Penulisan Nama Akhir, Tengah dan Awal Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir (tidak ditulis lengkap dari nama pengarang yang memiliki nama lebih dari satu kata. Perhatikan dalam contoh berikut ini: Nama dalam buku adalah Aisya Tsaaqiba Ashari, maka ditulis dalam naskah adalah Ashari (2012: 21) dan dalam daftar pustaka dengan nama Ashari, Tsaaqiba Aisya (2012: 21). 2. Penulisan Nama Pengarang yang Lebih Dari Satu Penulis Jika ada dua (2) penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari dua orang penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama penulis pertama dari penulis tersebut, kemudian dikutip dengan dkk (dan kawan-kawan) atau et. al., (et alili). Pilih salah satu asalkan konsisten dalam satu karya ilmiah. Sedangkan penulisan dalam daftar pustaka penulisan nama pengarang yang lebih dari satu dituliskan secara lengkap, termasuk dalam tulisan dkk (dan kawan-kawan). Perhatikan dalam contoh berikut ini: Nama pengarang dalam buku adalah Mohammad Akma Lutfan dan Mohammad Fariz Safaras (2012: 19), maka dalam naskah ditulis nama akhir dari salah satu nama tersebut secara konsisten. Safaraz (2012: 12). Berbeda dengan contoh berikut, nama akhir kedua penulis ini adalah Ashari, dengan demikian menjadi tidal masalah, karena keduanya memiliki nama akhir yang sama yaitu Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. Dengan demikian ditulis Ashari (2012: 14)., atau dengan cara menuliskan Ashari dkk. 3. Nama Penulis Berupa Nama Lembaga Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama surat kabar. Contoh Kementerian Agama, 2011, Pendidikan Islam di Indonesia Ujung Tanduk, Jakarta: Dirjen Binbaga Kemenag RI. Depertemen Pendidikan Nasional, 1989, Undang-undang No. 2/1989: Jakarta. Depertemen Pendidikan Nasional, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, Cetakan ke-1. 4. Karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya. 120 Abraham Lincoln Petrik (2012) Mohammad Fauzan Turkey (2012) 5. Rujukan Lebih dari Dua Sumber Rujukan lebih dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai pemisahnya. D. Rujukan dengan Menggunakan Catatan Kaki Catatan kaki atau foot note berguna untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, buah pikiran, atau fakta-fakta. Nomor foot note disesuaikan dengan nomor kutipan. Tiap bab dimulai dengan nomor 1. Teknik penulisan dengan foot note sekarang ini sudah jarang dilakukan, meskipun demikian masih ada perguruan tinggi yang merekomendasikan penggaunaan foot note ini. Istilah-istilah dalam foot note antara lain: 1. Ibid = Ibidem: kutipan diambil dari sumber yang sama tanpa diselingi oleh sumber lain. 2. Op.Cit., = oper citato: kutipan diambil dari sumber yang telah disebut sebelumnya pada halaman yang berbeda dan telah diselingi oleh pengarang lain. 3. Loc.Cit., = loco citato: kutipan diambil dari sumber dan halaman yang sama yang telah diselingi oleh sumber lain. Teknik penulisan karya ilmiah perlu mengikuti suatu aturan yang berlaku. Terdapat dua cara yang dapat diikuti, yaitu model Turabian (1973) dan model American Psychological Association [APA] (1988). Model Turabian menggunakan catatan kaki (footnote) untuk menunjukkan referensi, dan menggunakan istilah-istilah ibid, op cit, dan loc cit. Apabila pengetikan masih menggunakan mesin tulis, model Turabian lebih sulit dilaksanakan karena harus selalu menghitung jumlah baris dari bawah yang harus disediakan untuk menulis catatan kaki. Akan tetapi, program pengolah kata (word processor) tertentu, dapat membantu dan memudahkan tugas pengetikan. Cara yang lebih praktis, baik menggunakan mesin tulis biasa maupun pengolah kata, adalah model yang ditetapkan oleh APA. Model ini digunakan dalam penulisan artikel untuk jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh lembaga. Jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh The National Association of Social Workers (NASW) seperti Social Work dan Social Work Research & Abstracts juga sudah menggunakan cara ini. Model APA tidak menggunakan catatan kaki seperti dalam model Turabian, tetapi setiap referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun penerbitan. Jika kutipan merupakan kutipan langsung, artinya kata demi kata diambil dari sumbernya, ditunjukkan juga nomor halaman sumbernya. Jika nama penulis yang dikutip sudah termasuk dalam uraian, maka untuk menunjukkan referensi dicantumkan tahun penerbitan dalam tanda kurung langsung setelah nama penulis tersebut. Jika nama penulis tidak termasuk dalam uraian, maka referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun dalam tanda kurung 121 yang dibatasi oleh koma. Pada akhir kutipan langsung, dicantumkan nomor halaman dalam tanda kurung. Jika nama penulis tidak disebutkan dalam uraian, pada akhir kutipan langsung, referensinya ditunjukkan dengan menyebut nama, tahun terbitan, dan nomor halaman yang semuanya di dalam tanda kurung. Berbagai ragam cara penulisan tersebut, kadang-kadang menimbulkan kebingungan di kalangan civitas akademika (mahasiswa dan dosen) mengenai teknik penulisan karya tulis ilmiah. Untuk meminimalisir kebingungan tersebut, tulisan ini membantu untuk mengurangi kebingungan yang dialami oleh sebagian mahasiswa. 1) Model Pengambilan Kutipan a. Cara Menulis Rujukan Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan tahun di antara tanda kurung. Jika ada dua (2) penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari dua orang penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama penulis pertama dari penulis tersebut, kemudian dikutip dengan dkk (dan kawan-kawan) atau et al (et alili). Pilih salah satu asalkan konsisten dalam satu karya ilmiah. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama sumber lain. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya. Rujukan lebih dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai pemisahnya. b. Cara Mengutip Rujukan 1) Cara Merujuk Kutipan Langsung a) Kutipan Kurang dari 40 Kata Kutipan yang kurang dari 40 kata, ditulis di antara tanda kutip ("…") sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun, dan nomor halaman. Nama penulis dapat dituliskan secara terpadu dengan teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung, contoh: Aisya Tsaqiba Ashari (2006: 148) atau (Aisya Tsaaqiba Ashari 2006: 148). Jika dalam kutipan terdapat tanda kutipan, maka gunakan tanda kutip tunggal ('…') b) Kutipan Lebih dari 40 Kata Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih, ditulis secara terpisah dari teks yang mendahuluinya (tanpa tanda kutip, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan, dan diketik dengan jarak spasi tunggal. Nomor halaman tetap ditulis sebagaimana pada penulisan kurang dari 40 kata. c) Kutipan yang sebagian dihilangkan 122 Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang, maka diganti dengan tiga titik (pendidikan berkarakter … diharapkan … (Arava Izza Ashari 2007: 19), sedangkan apabila ada kalimat yang dibuang, maka diganti dengan empat titik (pendidikan berkarakter ....). d) Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama penulis bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks atau disebut dalam kurung bersama tahun penerbitan dan nomor halaman. e) Catata kaki (foot note) Catatan kaki atau foot note berguna untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, buah pikiran, atau fakta-fakta. Nomor foot note disesuaikan dengan nomor kutipan. Setiap bab dimulai dengan nomor foot note dimulai dari nomor 1 (satu). Istilah-istilah dalam foot note antara lain: (1) Ibid = Ibidem: kutipan diambil dari sumber yang sama tanpa diselingi oleh sumber lain. (2) Op.Cit., = oper citato: kutipan diambil dari sumber yang telah disebut sebelumnya pada halaman yang berbeda dan telah diselingi oleh pengarang lain. (3) Loc.Cit., = loco citato: kutipan diambil dari sumber dan halaman yang sama yang telah diselingi oleh sumber lain. c. Menulis Daftar Rujukan 1). Penulisan Grafik, Tabel dan Daftar Pustaka a) Grafik Grafik biasanya digambar sebagai bentuk penyederhanaan informasi sekaligus untuk mempermudah pemahaman informasi. Grafik tidak ditinggalkan begitu saja oleh penulis, tetapi untuk menampilkan grafik dalam tulisan harus diberi pengantar sebagai ketersambungan kronologi hasil tabel dengan data yang dideskripsikan. Membuat grafik dengan bantuan komputer diawali dengan klik insert dan memilih picture kemudian klik chart. Untuk mengubah informasi yang ada dalam model tersebut tinggal merubah sesuai dengan data yang dikehendaki. Penulisan grafik diurutkan sesuai dengan urutan grafik (bila lebih dari satu) dan ditulis dibawah gambar grafik tersebut. 123 Perhatikan contoh berikut ini: 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gembongan Kauman Tegowanon SD SMP SMA PT Grafik 1. Latar Belakang Pendidikan Ibu Rumah Tangga b) Tabel Model penulisan tabel dengan menggunakan komputer dengan cara klik tabel, insert tabel dan sesuaikan dengan kebutuhan tabel yang dikehendaki. Perhatikan contoh berikut ini: (1) Persentase Biaya Riset Tabel 1. Persentase Biaya Riset No. Keterangan Persentase Jumlah 1. Profesional Fee 60 % Rp 9.000.000,00 2. Bahan dan ATK 15 % Rp 2.250.000,00 3. Perjalanan 10 % Rp 1.500.000,00 4. Lain-lain 15 % Rp 2.250.000,00 5. Jumlah 100 % Rp 15.000.000,00 T e r b i l a n g: L ima Belas Juta Rupiah (2) Rincian Biaya Riset Tabel Rincian Biaya Profesional Fee Peneliti No Keterangan Jumlah Honor per/orang Jumlah Pelaksana 1. Konsultan 1 orang RP 300.000,00 RP 300.000,00 2. Ketua 1 orang RP 1.700.000,00 RP 1.700.000,00 Peneliti 3. Sekretaris 1 orang RP 1.000.000,00 RP 1.000.000,00 Peneliti 4. Peneliti 3 orang Rp 2.000.000,00 RP 6.000.000,00 Jml RP 9.000.000,00 124 d. Menulis Daftar Pustaka Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan daftar pustaka, antara lain: 1). Ke arah bawah disusun berdasarkan atas urutan abjad nama penulis pertama dan berturut-turut nama penulis pertama, dan tidak perlu ditulis nomor. Fasilitas yang ada di komputer cukup membantu untuk melakukan pengurutan tersebut secara cepat dengan cara daftar pustaka yang sudah ditulis di blok dan klik pada ikon yang ada pd monitor lap top/komputer di bawah developer dengan tanda huruf A Z. 2). Tidak dibenarkan menggunakan bahasa yang tidak konsisten. Perhatikan contoh berikut ini: Wei, W.I. and Ho, WK, 2006 dengan Wei, W.I. dan Ho, WK, (cetak tebal tidak konsisten) 3). Ke arah kanan disusun berturut-turut nama penulis, tahun penerbitan, judul buku, nama kota, penerbit, (apabila penulis pada tahun yang sama menulis beberapa judul tulisan baik di majalah atau buku, di belakang tahun penerbitan ditambahkan tulisan berturut-turut dari a, b, c, dst), misalnya: Ashari, Aisya Tsaaqiba 2012a, Pendidikan Multikultur… Ashari, Aisya Tsaaqiba 2012b, Pendidikan Berkarakter … Ashari, Arava Izza, 20013a. Quo Vadis Pendidikan Islam,... Ashari, Arava Izza, 2013b. Alam Terkembang Menjadi Guru,... 4). Apabila seorang penulis/beberapa penulis secara bersama menulis buku dengan judul yang berbeda dalam tahun yang berbeda, maka penulisan daftar pustaka sebagai berikut: Ashari, Aisya Tsaaqiba 2013. Pendidikan Multikultur …. ……………………....., 2013. Pendidikan Berkarakter …. Ashari, Arava Izza, 2013. Pendidikan Usia Dini... ..............................., 2013. Pendidikan Profetik... 5). Apabila penulisnya tidak jelas, maka tuliskan anonim sebagai pengganti nama pengarang. 6). Apabila menulis rujukan dari buku yang berisi kumpulan artikel (ada editornya), maka penulisannya sama dengan menulis kutipan lain, hanya saja diberi tulisan (Ed) yang artinya editor di antara nama penulis dengan tahun penerbitan. Penulis artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul artikel diapit tanda kutip ( " … ") tanpa cetak miring, nomor halamannya disebutkan dalam kurung. 125 7). Apabila menulis rujukan dari artikel dalam jurnal, nama penulisnya ditulis paling depan diikuti dengan tahun dan judul artikel diapit tanda kutip dengan huruf kapital pada setiap awal kata. 8). Apabila menulis rujukan dari artikel dalam jurnal dari CD ROM penulisannya dalam dafta rujukan sama dengan rujukan dari artikel dalam jurnal cetak, ditambah dengan penyebutan CD ROM dalam kurung. 9). Apabila menulis rujukan dari artikel dalam majalah atau koran, nama penulisnya ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan, dan tahun. Judul artikel diapit tanda kutip. Gunakan huruf kapital pada pada setiap huruf awal kata (tidak termasuk kata sambung). Nama majalah ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama setiap kata, dan dicetak miring. Nomor halaman pada bagian akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut ini: Dwiloka, 2007. "Menyibak Rahasia Gamat dari Ikat Teripang" Info Pangan dan Gizi Jawa Tengah, 7 Januari, hlm 14. 10). Apabila menulis rujukan dari koran tanpa penulis, nama koran ditulis pada bagian awal dicetak miring, tanggl, bulan, dan tahun ditulis setelah nama koran, judul ditulis dengan huruf besar-kecil diapit tanda kutip dan diikuti dengan nomor halaman. perhatikan contoh berikut ini: Kompas, 18 Januari 2007. "Jawa Tengah Rawan Flu Burung", hlm 14. 11). Apabila menulis rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa penulis dan lembaga, maka judul atau nama dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring diikuti oleh tahun penerbitan, kota penerbit, dan nama penerbit. Perhatikan contoh berikut ini: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 12). Apabila menulis rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut, maka nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama penerbitan, dan nama lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut (STAIN Salatiga, 2008: 75). Perhatikan contoh di bawah ini: Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 13). Apabila menulis rujukan berupa karya terjemahan, maka nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit 126 terjemahan. Jika tahun penerbit buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata tanpa tahun. 14). Apabila menulis rujukan dari Skripsi, Tesis atau Disertasi, nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis, atau disertasi diapit tanda kutip diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas serta nama perguruan tinggi. 15). Apabila menulis rujukan dari makalah yang disajikan dalam seminar, penataran, atau lokakrya, nama penulis ditulis paling depan dilanjutkan dengan tahun, judul makalah diapit tanda kutip diikuti dengan pernyataan "makalah disajikan dalam …" nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelenggaraan, tanggal dan bulan. 16). Apabila menulis rujukan dari Internet berupa karya individu, nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul karya tersebut (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung (online) dan diakhiri dengan alamat sumbeer rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses diantara tanda kurung. 17). Apabila menulis rujukan dari internet berupa artikel dari jurnal, nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul artikel, nama jurnal (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses di antara tanda kurung. Perhatian contoh di bawah ini: Savaras, Mohammad Faris. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif: Suatu Pendekatan Praktek dalam Penelitian Pendidikan. Metodologi Research (1): 100. 18). Apabila menulis rujukan dari internet berupa bahan diskusi, nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut dengan tanggal, bulan, tahun. Topik bahan diskusi, nama bahan diskusi, nama bahan diskusi (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung. 19). Apabila menulis rujukan dari internet berupa e-mail pribadi, nama pengirim dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara 127 berturut-turut oleh tanggal, bulan tahun, topik isi bahan (diapit tanda kutip), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim). 20). Penulisian daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama yang harus dilakukan antara lain, Pertama tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang, berilah tanda koma, lalu tuliskan nama depan jika nama depan berupa singkatan tuliskan saja singkatan itu setelah nama pertama selesai diberi tanda titik, kemudian diberi tanda koma untuk nama kedua/ketiga ditulis sama seperti nama asli, artinya tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap. Setelah penulisan nama kedua selesai, jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitu pula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali tanda kurung buka dan kurung tutup ( ) setelah itu beri (tanda titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri tanda koma dan ditulis dengan huruf miring. Keempat; yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri tanda titik dua (:) dan terakhir Kelima; nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri tanda titik. Untuk gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan daftar pustaka. Perhatikan contoh di bawah ini: Hammam, Azman., Amir Hamzah, & Mohmmad Varis Savaras. 2008. Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika. 21). Penambahan huruf dkk/et al dibelakang nama penulis hanya dibenarkan pada waktu penulis menggunakan rujukan dalam uraian, dan bukan pada daftar pustaka. Penambahan huruf tersebut dibenarkan apabila penulis lebih dari dua (2) orang. Nama dkk akan ditulis lengkap dalam daftar pustaka. 22). Apabila penulis mengambil rujukan salah satu buku, sedangkan penulis tersebut mengambil rujukan dari orang lain. Contoh konsep Aisya Tsaaqiba Ashari digunakan dalam penulisan laporan, padahal konsep Aisya diambil dari buku Saifudin Ashari, maka penulisannya dengan cara menuliskan nama Aisya Tsaaqiba Ashari dalam Saifudin Ashari. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari buku, Pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri tanda koma, dimulai dari nama belakang, kemudian diberi tanda koma dan dilanjutkan dengan nama depan. Kedua; tahun pembuatan atau penerbitan buku. Ketiga; judul bukunya harus selalu ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul 128 gunakan tanda titik. Keempat; tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan tanda titik dua, dan Kelima; penerbit buku tersebut diakhiri dengan tanda titik. Seperti contoh dibawah ini: Ashari, Saifudin. 2012. Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 23). Apabila pustaka tersebut dalam bentuk buku, maka nama buku ditulis dengan huruf italic, sedangkan apabila buku tersebut diterbitkan di beberapa kota dapat ditulis kota terdekat dengan tempat penulisan laporan tersebut. 24). Teknik penulisannya sama dengan teknik penulisan daftar pustaka berupa buku, hanya saja dituliskan nama satu editor (ed) dan dua editor dengan (eds) di antara nama penulis dan tahun penerbitan (STAIN Salatiga: 2008: 73). Perhatikan contoh di bawah ini. Savaras, Mohammad Faris, (Ed). 2010. Kritik Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Konteks. Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-tujuh. 25). Penulisan buku dengan penulis yang sama Penulisan buku dengan penulis yang sama maka, ditulis dengan cara menuliskan nama, tahun penerbitan, judul buku, nama kota, dan nama penerbit, serta urutan penerbitan. Penulisan kedua dengan cara memberikan tanda titik-titik persis di bawah nama yang pertama diikuti dengan tanda titik dan seterusnya dengan ditulis tahun, judul, kota penerbit, nama perbit dan cetakan. Jika pengarang yang sama menulis dalam tahun yang sama, maka penulisannnya dengan menambahkan huruf sesuai dengan urutan abjadnya. Perhatikan contoh berikut ini: Arifah, Lailiyah. 2012. Meretas Kebekuan Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam. .................................... 2013a. Quo Vadis Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam. .................................... 2013b. Disksursus Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam. 26). Apabila pustaka tersebut dimuat dalam majalah ilmiah, maka nama majalah ilmiah tersebut ditulis dengan huruf italic. 27). Penyusunan daftar pustaka antara buku dan majalah tidak dipisahkan. 28). Jangan menulis dengan berlebihan, misal menulis judul dengan cetak miring, cetak tebal, dan garis bawah dalam kesempatan yang sama. Perhatikan contoh di bawah ini: 129 Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan Pertama. Contoh Penulisan daftar Pustaka, perhatikan dengan seksama. Perlu diingat, untuk penulisan daftar pustaka yang banyak harus berurutan penulisannya. Nama dari sumber yang diambil sebagai daftar putaka ditulis berdasarkan urutan Abjad dari nama masing-masing tersebut, dimulai dengan Abjad A-Z itulah urutan penulisan daftar pustaka yang baik yaitu sesuai dengan urutan nama-namanya. Seandainya terdapat nama penulis dengan huruf abjad pertama sama maka didahulukan nama penulis yang memiliki urutan abjad paling awal pada huruf kedua nama penulis. Contoh nama Savaras, Mohammad Faris huruf pertama adalah S, sedangkan Sabrina, Fitri Aulya juga sama-sama memiliki huruf pertama S. Maka, diperhatikan pada huruf kedua pada nama penulis tersebut. Savaras, Mohammad Faris menggunakan huruf a setelah s, maka Savaras, Mohammad Faris ditulis di bawah nama Sabrina, Fitri Aulya karena nama Sabrina dengan penulisan setelah Sa adalah huruf d yang berdasarkan urutan abjad akan lebih dulu daripada v pada nama Savaras. Perhatiakan contoh penulisan di bawah ini: Savaras, Mohammad Faris. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif: Suatu Pendekatan Praktek dalam Penelitian Pendidikan. Metodologi Research (1): 100. Sabrina, Fitri Aulya. 2011. Menulis dengan Hati. Magelang: Harmoni Alam. Contoh DAFTAR PUSTAKA Aba Firdaus Al-Halwari, 2001, Pesan Buat Ukhti Muslimah: Selamatkan dirimu dari Tabarruj, Jogjakarta: LeKPIM dengan Mitra Pustaka. Cetakan ke 4. Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Kualitatif (Pemikiran Norman K. Denzin & Egon Guba dan Penerapannya), Jogjakarta: Tiara Wacana, Cetakan Pertama. Boyke, Pemasalahan Seks dan Solusinya, on air tanggal 23-september 2005. Dadang Kahmad, 2002, Sosiologi Agama, Bandung: Rosdakarya, Cetakan Kedua. Danielle Crittenden, 2002, Menggugat Mitos Kebebasan Wanita-wanita Modern: Wanita Salah Langkah? Terjemahan Sofia Mansoor, Bandung: Qonita, Cetakan Pertama. Imaduddin Husain, 2002, Kiat Menghindari Perselingkuhan, Jakarta: Pustaka Azam, Cetakan Pertama. Muhammad Rasyid Al-Uwayyid, 2001, Kepada Wanita Mukminah, Jogjakarta: Mitra Pustaka, Cetakan Kedua. Moleong, Lexy J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya. Cet. 16. Noeng Muhajir, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Rake Sarasin. 130 Nunuk P Murniati, A, 2004: Getar Jender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif agama, Budaya, dan Keluarga, Magelang: Indonesiatera, Cetakan Pertama. Soerjono Soekanto, 1982, Teori Sosial tentang Pribadi dalam Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Pertama. Sumanto, 2002, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kualitatif dan Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Ketiga. Sutrisno Hadi, 1986, Metodologi Research, Jogjakarta, UGM Press. Suwarto, Wawancara pendahuluan, Direktur Trukajaya, Salatiga. Thomas F O'Dea, 1992, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jogjakarta: Rajawali Press. Cetakan keempat. www.waining indo.com, AD. Eridani, HIV di Lembaga Pemasyarakatan. www.pikiranrakyat.com, Kawasan Bali Terjangkit HIV, tanggal 10 Mei 2004 www.hukumonline.com. Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu, tanggal 26 September 2005. www.suarakarya.online.com oleh Dev nugroho, Aktivitas Seks Kilat. www.suaramerdeka.online. www.pemantauperadilan.com. Pengadilan Anak, tanggal 24 Pebruari 2005. www.balipos.co.id. Jangan ada Kata Permisif untuk Berantas Prostitusi. 131 BAB VIII LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Prawacana Teori merupakan seperangkat penjelasan ilmiah, sebagai penjelasan ilmiah, maka teori harus relevan dengan masalah yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, dan manfaat yang diharapkan. Landasan teori atau kerangka teoretik dalam proposal penelitian merupakan paparan singkat dari teori yang akan digunakan dalam penelitiannya. Meskipun sebagai paparan yang singkat, tetapi dalam menyusun landasan teori harus dapat mewakili dari varibel yang akan digunakan dalam penelitian. Landasan teori dalam penelitian dibuat pada BAB II. Kaidah teoretis yang dijadikan dasar penelitian ini bisa lebih dari satu teori yang bersumber dari buku, jurnal, ensiklopedia, atau kamus spesifik dari disiplin keilmuan yang diteliti yang dapat dipertanggungjawabkan. Idealnya teori tersebut dipilih sesuai dengan topik kajian penelitian dan secara kronologis dapat dirunut dari teori yang lama sampai dengan yang mutakhir untuk mendapatkan keunggulan dari teori yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian. Kajian pustaka sering disebut juga dengan tinjauan pustaka. Semua jenis penelitian harus menjelaskan tinjauan pustaka. Bagian ini menjelaskan kajian kepustakaan yang dilakukan selama mempersiapkan atau mengumpulkan referensi. Kajian pustaka dapat memberikan gambaran atas penelitian yang suda dilakukan sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk menemukan persamaan dan keberbedaan dengan penelitian yang sekarang dilakukan. Berdasarkan kajian pustaka itu dapat menepis praduga plagiasi yang dilakukan oleh peneliti. Kerangka berfikir merupakan alur logika yang dapat dijadikan sebagai dasar ditemukannya sebuah masalah dalam penelitian. Membuat alur tersebut harus berdasarkan dengan teori yang dapat dipertanggung jawabkan dan kronologi secara runtut lahirnya gagasan untuk melakukan penelitian. Kerangka berfikir ini jelas akan menunjukkan apa yang seharusnya dan apa yang ada di lapangan, dalam istilah lain dapat diketahui teks dan konteks sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kerangka berfikir yang dibuat dalam bentuk bagan alir/flow chart. Bentuk flow chart ini dapat membantu untuk mengetahui kerangka pemikiran tentang penelitian yang akan dilakukan dengan cepat dan jelas alur berfikir yang dimiliki oleh peneliti. 132 B. Landasan Teori 1. Teori a. Pengertian 1) Amir (2009: 25). Teori sebagai seperangkat proporsi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (Amir, 2009: 25). Teori adalah aturan menjelaskan proporsi atau seperangkat proporsi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari hubunganhubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang diukur), mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan hubunganhubungan yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan emiris apa pun secara langsung (Amir. 2009: 25). 2) Glaser dalam Amir Teori adalah membobolkan konsep dasar teori klasik dengan menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan yang diperoleh secara analitis dan sistematik melalui metode komparatif, selanjutnya dikemukakan bahwa unsur-unsur teori mencakup kategori konseptual dengan kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang digeneralisasikan antara kategori dan kawasannya (Amir, 2009: 25-26). 3) Barnadib dalam Amir (2009: 25-26). Teori adalah suatu ilmu yang terstruktur (tersusun) secara konseptual dan merangkum pengetahuan empirik sebanyak mungkin. Dengan demikian, teori merupakan seperangkat proporsi yang terintegrasi membentuk konsep yang diperoleh melalui komparasi secara analitis, dan sistematik yang dapat dihubungkan dan digeneralisasikan. b. Jenis teori Jenis teori menurut Amir (2009: 27) antara lain ada dua macam yaitu teori substantif dan formal. 1) Teori Substantif Teori yang dikembangkan untuk keperluan substansi atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, astrologi, da psikologi. Teori substansi membantu usaha pembentukan teori formal dari dasar dan membantu pula reformulasi teori yang sudah ada. Jadi, teori substansi tersebut menjadi penghubung 133 strategis dalam memformulasikan dan menyusun teori formal atas dasar data yang dimiliki. 2) Teori Formal Teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi. Teori formal disusun dengan jalan memanfaatkan teori substansi, baik untuk menganalisis hasil-hasil penelitian. Verifikasi teori yang lazim memenuhi teori alam dapat pula dimanfaatkan untuk menguji teori baru yang muncul dari data. c. Sifat Teori Menurut Richard Pratte dalam Amir (2009: 26), teori memiliki sifat logis, deskriptif, dan eksplanatif. 1) Logis artinya memnuhi syarat untuk berfikir yang runtut, lurus, dan benar. 2) Deskriptif artinya dipaparkan secara jelas. 3) Eksplanatif artinya memberikan penjelasan atau penerangan-penerangan. d. Fungsi Teori 1) Menurut Snelbecker dalam Amir (2009: 26), fungsi teori antara lain: a) Mensistemasikan penemuan penelitian, b) Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis, c) Membuat ramalan atas dasar penemuan, dan d) Menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan “mengapa” 2) Menurut Amir (2009: 26), fungsi teori antara lain: a) Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan perilaku, b) Menemukan teori sosiologi, c) Digunakan untuk aplikasi praktis, d) Memberikan perspektif bagi perilaku, yaitu pandangan yang harus dijaring dari data, dan e) Membimbing serta menyajikan gaya bagi penelitian dalam beberapa bidang perilaku. e. Sumber Teori Moleong dalam Amir (2009: 28) sumber teori sebagian besar pengetahuan tentang perilaku sosial diarahkan pada verifikasi hipotesis yang diuraikan dari teori a priori. Kebanyakan teori yang disusun pada hakikatnya adalah deduktif dan logis dalam ilmu pengetahuan perilaku sosial. Proses penyusunan teori berputar-putar pada proses deduksi yang bisa diverifikasi dari dunia nyata atas dasar asumsi a priori. Amir (2009: 28) menuliskan konsep cara lain yang lebih bermanfaat adalah menemukan teori dengan 134 cara menariknya sejak awal dari alam, yaitu dari data yang berasal dari dunia nyata. Metode yang digunakan adalah metode menemukan dengan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis. Penyusunan teori dimulai dari dasar. Teori demikian akan cocok dengan situasi empiris dan penting untuk meramalkan, menerangkan, menafsirkan, dan mengaplikasikan. Jadi, teori ini memenuhi dua kriteria, yaitu cocok dengan situasi empiris, dan melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan, menerangkan, dan menafsirkan. 2. Landasan Teori Landasan teori adalah penjelasan tentang dasar-dasar atau kaidah-kaidah teoretis serta asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti (TIM, 2010: 16). Teori, konsep-konsep yang digeneralisasikan tersebut digunakan untuk sebagai dasar dalam melaksanakan penelitian. Suryabrata (2010: 18) memberikan syarat bahwa landasan teori harus ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error) . Landasan teori yang berisi dasar-dasar atau kaidah-kaisah digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian dan dijadikan sebagai bahan untuk melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan. 3. Landasan Teori dalam Penelitian Landasan teori atau kerangka teoretik dalam proposal penelitian merupakan miniatur dari landasan teori yang biasanya diuraikan dalam bab II. Meskipun sebagai miniatur, tetapi dalam menyusun landasan teori harus dapat mewakili dari varibel yang digunakan, dengan demikian dapat ditemukan ketersambungan antara latar belakang, landasan teori, dana pembahasan dalam penelitian yang dilakukan. Landasan teori dalam penelitian dibuat pada BAB II. Kaidah teoretis yang dijadikan dasar penelitian ini bisa lebih dari satu teori yang berupa data primer dan data sekunder. Akan tetapi, data atau teori sekunder itu harus berkaitan dan tidak kontradiktif. Teori yang akan dijadikan dasar melaksanakan penelitian dapat berasal/meminjam teori yang digunakan oleh seorang ahli/ilmuwan dan dapat berupa teori yang ditemukan oleh peneliti sendiri. Teori apapun yang digunakan harus dipertanggungjawabkan melalui kajian sejumlah literatur kepustakaan yang relevan dengan menyebutkan sumbernya dalam daftar pustaka. Idealnya teori tersebut dikaji secara kronologis dari yang lama sampai dengan yang mutakhir. Dengan cara itu akan diketahui keunggulan dari teori yang dipilih (TIM, 2010: 16-17). 135 Landasan teori secara spesifik disusun dengan melihat varibel yang ada dalam penelitian tersebut, kemudian dirinci ke dalam komponen-komponen yang penting lainnya yang berasal dari sumber/literarur yang diperoleh dari beberapa penulis/ilmuwan. Menuliskan landasan teori tidak hanya sekedar menuliskan teori-teori yang digunakan baik yang sejenis maupun yang bersifat kontra persepsi. Keberbedaan persepsi tersebut akan diberikan solusi dan penjelasan lain dari penulis/peneliti. Suryabrata (2010: 18) mengemukakan bahwa secara garis besar, sumber acuan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sumber acuan umum, dan sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsepkonsep pada umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedi, monograp, dan sejenisnya. Generalisasigeneralisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dari masalah yang sedang dilakukan. Hasil penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan khusus, yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, dan lain-lain sumber bacaan yang menurut laporan hasil penelitian. Perlu diingat bahwa, dalam mencari sumber bacaan itu perlu dipilah-pilah (selektif), artinya tidak semua yang dikemukakan lalu ditelaah. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilah sumber bacaan itu ialah prinsip kemutakhiran (recency), da prinisp relevansi (relevance). Dengan demikian, landasan teori tidak hanya sekadar saduran atau kompilasi dari berbagai penulis saja, tetapi peneliti/penulis harus dapat menghubungkan teori yang dikemukakan oleh satu penulis buku dengan penulis buku yang lainnya atau teori lain yang dimuat dalam kamus, ensiklopedi, dan bahkan jurnal ilmiah lainnya (lokal, nasional, maupun internasional) dengan memperhatikan seleksi, relevansi, dan resensi (kemutakhiran). Fungsi dari landasan teori adalah sebagai pijakan awal mengapa penelitian itu perlu untuk dilakukan. Pada dasarnya landasan teori tersebut dapat menunjukkan sistematika berfikir ketika akan melakukan sebuah penelitian. Landasan teori bukan sekedar pajangan dalam naskah skripsi, tetapi landasan teori dapat digunakan untuk membahas dalam laporan penelitian. Landasan teori harus dapat menunjukkan keterarahan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, landasan teori harus memiliki kegayutan rumusan masalah yang diajukan, dan landasan teori harus digunakan dalam melakukan pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan. 136 4. Contoh Landasan Teori dalam Proposal Penelitian Contoh judul penelitian tentang Studi Etnometodologi Pekerja Seks Komersial (PSK) pada lokalisasi Sembir Kota Salatiga kerangka teoretis dapat disampaikan sebagai berikut: a. Kerangka Teoretis 1) Potret Pekerja Seks Komersial (PSK) a) Gaya Hidup: Gaya hidup PSK di beberapa daerah dikiblatkan pada gaya hidup metropolis (www.hukumonline.com tanggal 26 September 2005). Mereka memadukan gaya hidup metropolis dengan budaya-budaya Barat dengan minuman dan perempuan. Gaya hidup PSK tersebut diimbangi dengan gaya hidup serta pandangan laki-laki yang menyatakan kita tidak butuh istri! Makanan dan pakaian cukup disediakan dengan instan tanpa istri, tidak lagi bergantung pada anak-anak kita dan keluarga sebagai tempat bersandar di hari tua dan jika ada dalam musibah, sebab kita punya asuransi jaminan sosial, tunjangan di hari tua dan dana pensiun (Waite, dkk, 2003: 201). b) Aktivitas Seks Orang yang sukses adalah orang yang enak makan, enak tidur, dan enak seks demikian Dr. Boyke dalam on air tentang Seks dan Solusinya tgl 23 September 2005. Ungkapan ini digulirkan oleh Dr. Boyke dalam rangka memberikan semangat bahwa jadikanlah hubungan seks suami isteri yang sah itu sebagai sesuatu yang nikmat dan bukan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan terpaksa. Permasalahan menjadi lain manakala pepatah ini diakomodir oleh orang yang tidak memiliki kesepahaman tersebut. Dengan demikian pepatah/ungkapan tersebut dipandang menyesatkan karena dilakukan bukan dengan suami/isterinya sendiri. Di samping itu kata enak seks dapat memicu lahirnya PSK-PSK baru bahkan child trafficking. Dunia malam metropolitan menyimpan banyak cerita mencengangkan. Satu diantaranya adalah aktivitas seks kilat sepasang pemuda di sela-sela kesibukan menikmati dunia gelap (dugem). c) Motivasi Motivasi penjaja seks bebas antara lain bagi wanita berdasarkan pada kebutuhan, sedangkan bagi laki-laki berdasarkan dalih kurang mendapatkan perhatian dan kebahagiaan dalam keluarga (Al-Halwari, 2001: 38). 137 Motivasi yang dapat dibangun dan motivasi yang menjadi akibat antara lain 1) motivasi positif yaitu motivasi untuk mendukung sistem sosial yang ada, 2) motivasi negatif yaitu motivasi yang mengganggu sistem yang telah ada. Apabila suatu sistem sudah terbentuk, maka manusia terikat pada sistem tersebut melalui proses complimentasity di dalam setiap sistem sosial yang terintgrasikan, hukum setiap hak pihak tertentu menjadi kewajiban dari pihak lainnya (Soeakanto, 1982: 170). d) Prinsip Hidup PSK Mereka beranggapan bahwa seks tidak lebih dari sebatang rokok bisa dinikmati kapan pun, dan selesai hanya dalam beberapa menit saja. Bagi mereka seks tidak lebih dari pelengkap serunya malam yang dilewati. Mereka juga berprinsip soal penyakit bawaan dari hubungan seks bebas menjadi nomor seratus (100), yang penting dapat menikmati dengan penuh kesempurnaan. Perkara besok terkena penyakin kelamin menjadi urusan lain (Nugroho: www.suarakarya.online.com) e) Dampak Dampak yang paling mungkin akibat seks bebas dan prostitusi adalah kesehatan, sosial, ekonomi, dan agama. Bagi seseorang yang memberanikan diri untuk melakukan seks bebas pada akhirnya akan berhadapan dengan persoalan kesehatan, sosial, ekonomi, dan agama. 2) Pandangan Islam tentang Pergaulan Bebas Peribahasa Yiddi yang menyimpulkan tawar-menawar kuno tentang seks antara laki-laki dan wanita. No chuppy, no schtuppy! yang berarti tidak ada seks sebelum perkawinan! (Crittenden, 2002: 60). Prinsip ini harus menjadi pegangan bagi siapapun sepanjang masa. Berbeda dengan orang-orang nasrani yang lebih mengutamakan hubungan seks (Husain, 2002: 61). Dalam pandangan Islam melarang pergaulan bebas dengan lain jenis. Menurut Islam seorang wanita harus dapat memelihara diri dari pandangan laki-laki lain agar tidak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama (Al-Halwari, 2001: 38). Di samping larangan untuk ngeseks bebas dan prostitusi bagi dirinya juga larangan untuk membukakan pintu prostitusi bagi orang lain. Imam Syafei berpesan" wahai orang-orang yang telah menghancurkan kehormatan orang lain, dan yang memutuskan tali kasih, kau akan hidup penuh kehinaan. Jika engkau orang merdeka dan dari keturunan orang yang baik-baik pastilah kamu tidak akan menodai kehormatan orang lain (Adhim, 2000:114). 138 Perbuatan berkhalwat dengan lain jenis serta memperturutkan kehendak hawa nafsu birahi adalah bagian dari larangan ajaran Islam. Di samping perbuatan yang dimurkai Allah dan diancam dengan siksa, berkhalwat dengan lain jenis adalah wujud nyata dari dekadensi moral di kalangan masyarakat dan keluarga. Oleh karena, itu setiap muslim harus senantiasa waspada terhadap istri serta anak-anak. Sebagaimana dalam Al-quran Surat Attahriim ayat 6 "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari pada neraka". Masyarakat sepakat jika memang wanita sudah terjun ke dalam dunia prostitisi berarti dalam rangka menjual harga diri dan kehormatan. 3) Upaya Menghindari dari Seks Bebas dalam Pandangan Islam Kejahatan kesusilaan dimulai dari proses perilaku seks, dan pelecehan seks bermuara pada kejahatan seks. Oleh karena itu, perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dalam perilaku seks perlu dianalisis tentang pengaruh sosial dan budaya seseorang (Murniati, 2004: 24). Dengan demikian, kesusilaan, pelecehan dan kejahatan merupakan mata rantai yang akan terus melilit. Ketiga hal tersebut karena bertambahnya kebebasan dan kemampuan untuk mendefiniskan sesuatu menurut selera pribadi merupakan hal yang ideal, walaupun ada batas-batasnya. Contoh pada pelacuran, ketagihan minuman keras, dan lain sebagainya. Upaya dalam pandangan Islam antara lain: a) Memejamkan mata dari hal-hal haram, termasuk di dalamnya melihat laki-laki yang bukan muhrimnya. Dalam Surat Annur 31 "Katakanlah kepada orangorang yang beriman laki-laki supaya mereka merendahkan pandangannya dan menjaga kehormatannya (jangan berzina). Itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka usahakan". b) Melarang berkhalwat dengan laki-laki lain sekalipun laki-laki tersebut teman/saudara dekat suami. c) Pelajaran dari Allah yang diberikan kepada istri-istri Rasul serta batas pergaulan dengan kaum laki-laki. Cukup dijadikan nasihat yang indah, serta suri tauladan dan pelajaran yang bagai batu menikam (Lihat surat Al-Ahzab 33). 4) Peran Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah a) Orang tua: Orang tua memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan fisik, jiwa maupun emosional anak. Orang tua penentu arah dalam menjalani evolusi dalam dirinya (www.pemantauperadilan.com). 139 b) Masyarakat: Jangan ada kata permisif untuk memberantas prostitusi (www.balipos.co.id). Aktivitas prostitusi yang bermula dari perkotaan dengan cepat merambah ke pelosok perdesaan. Maka tidak heran kehidupan desa pun sekarang telah menjadi penuh warna. Oleh karena itu, perangkat masyarakat harus disiagakan untuk melihat tanda-tanda dimulainya aktivitas prostitusi di masyarakat. Langkah-langkah yang dilakukan tidak cukup dengan prihatin dan menyuarakan protes, tetapi dengan melakukan tindakan nyata untuk melindungi anak-anak dan generasi dari prostitusi. Masyarakat tidak boleh lengah dari celah lingkungannya untuk dirambah PSK. c) Pemerintah: Memprogramkan pelaksanaan pendidikan seks/sex education lebih dini bagi pemuda. Materi kajian berkaitan dengan dimensi biologis, psikologis, dan sosial, kultural, serta agama. 1) Dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi, mengenali tanda-tanda kematangan dalam diri wanita, fungsi-fungsi biologis dan reproduksi, serta akibat yang ditimbulkan berkaitan dengan hubungan intim dan seks bebas, cara merawat kebersihan, dan kesehatan. 2) Dimensi psikologi bahwa seksualitas berkaitan dengan peran, jenis, terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual, dan bagaimana perilaku seks itu dapat memberikan rasa tenang dan senang kalau dengan pasangan yang sah. 3) Dimensi sosial bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan tentang seksualitas dan pilihan perilaku seks. 4) Kultural bagaimana perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masayarakat. 5) bagaimana agama mengatur hubungan seks dan memberikan sangsi atas pelanggaran terhadap agama. Masyarakat terlanjur berasumsi tentang pendidikan seks. Pendidikan seks dipandang sebagai sesuatu yang tabu dan justru akan mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks. Stereotipe masyarakat menyatakan bahwa pendidikan seks adalah sebagai suatu hal yang vulgar. Atas Stereotipe masyarakat terebut menjadi tugas pemerintah untuk memfasilitasi melalui lembaga pemerintah organisasi masyarakat pendidikan dalam keluarga agar titik singgung itu dapat ditemukan. 140 serta d) Peran dan Fungsi Agama Agama berperan untuk mempengaruhi sikap-sikap praktis manusia terhadap berbagai akrivitas kehidupan sehari-hari dengan cara yang paling akrab. Dengan cara ini, konsepsi agama mempengaruhi pembentukan tujuan, hukum yang mengatur sarana, dan struktur nilai umum yang mempengaruhi pilihan dan keputusan (F O'Dea, 1992: 21). Kahmad (2002: 121) berpendapat bahwa agama berperan dalam kebutuhan manusiawi dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia sendiri. Manusia tidak perlu lagi bersandar kepada kekuatan adikodrati. Manusia primitif lebih mudah lari kepada yang magis sedangkan manusia modern lebih banyak melakukan pendekatan ilmu pengetahuan. Aman secara moral di mana tingkah laku/tata pergaulan manusia diatur malalui norma-norma rasional yang dibenarkan secara agama seperti norma sopan santun, hukum dan aturan dalam masyarakat, manusia total mengalami ketidakmampuan. Manusia mencari kekuatan lain di luar dirinya yaitu kekuatan adikodrati. Manusia meyakinkan dirinya sanggup mengatasi problem yang paling mendasar berupa ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan sehingga manusia merasa menemukan kepastian, keamanan, dan jaminan. Peran agama dalam kehidupan manusia modern dan primitif pada hakikatnya untuk memenuhi kecenderungan alamiahnya, yaitu kebutuhan akan ekspresi dan rasa kesucian. Kesucian yang melebihi sesuatu yang terletak dalam daerah kehidupan mental, spiritual/rohani (Kahmad, 2002: 11). Agama berfungsi sebagai (1) dukungan moral saat menghadapi ketidakpastian, pelipur lara saat berada pada kekecewaan, dan sebagai rekonsiliasi pada saat diasingkan dari tujuan dan norma-normanya. (2) menawarkan suatu hubungan transendental melalui peribadatan untuk menyumbangkan stabilitas ketertiban dan keharmonisan, (3) mensucikan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat yang terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas keinginan individu dan disiplin kelompok di atas dorongan hati individu. Dengan demikian agama memperkuat legitimasi pembagian fungsi, fasilitas dan ganjaran yang merupakan ciri khas suatu masyarakat, (4) standar nilai dalam norma-norma yang telah melembaga, (5) fungsi identitas, (6) bersangkut paut dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu, perjalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat. Jadi, menurut teori fungsional, agama mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu dan ketidakpastian, menghibur ketika kecewa mengkaitkan dengan tujuan masyarakat 141 untuk memperkuat moral. Menyediakan unsur-unsur identitas menguatkan kesatuan dan stabilitas masyarakat dengan mendukung pengendalian sosial, menopang nilai-nilai/tujuan yang mapan, dan menyediakan sarana-sarana untuk mengatasi kesalahan dan keterasingan. Agama memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok, memberi harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati. Agama dapat menjadi sarana untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan, mencapai kemandirian spiritual. Agama memperkuat norma-norma kelompok, sangsi moral untuk perbuatan seseorang dan menjadi dasar-dasar persamaan tujuan serta nilainilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat (Kahmad, 2002: 120). Dilema agama yang kemudian dikenal sebagai Dilema Wilson menyatakan bahwa agama mengajak kepada kebaikan, tetapi ketika seseorang semakin yakin dengan agamanya dan keyakinanannya, maka ia semakin kuat memberikan pembenaran agama bagi dirinya, tidak toleran kepada orang lain dan bahkan merasa berhak mengejar-ngejar orang lain yang tidak sepaham dengan dirinya (Kahmad, 2002: 165). C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Kajian pustaka sering disebut juga dengan tinjauan pustaka. Semua jenis penelitian harus menjelaskan tinjauan pustaka. Bagian ini menjelaskan kajian kepustakaan yang dilakukan selama mempersiapkan atau mengumpulkan referensi sehingga, ditemukan topik sebagai problem (permasalahan) yang terpilih dan perlu untuk dikaji melalui penelitian skripsi/tesis/disertasi. Kajian yang relevan ini merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoretik yang dipakai serta hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan. Isinya berupa rangkaian proses kegiatan berfikir mulai dari ketertarikan atau perhatian tentang satu tema sesuai dengan kecenderungan berbagai tema yang ada. Hasil dari tinjauan pustaka inilah yang dijadikan dasar menentukan posisi penelitian sehingga berbeda dari penelitian sebelumnya. Di samping itu, perlu dikemukakan pokok bahasan/permasalahan dari referensi yang dikutip serta perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Kalimat penegasan tentang kebaruan penelitian ini dituliskan pada akhir bagian kajian pustaka ini (Tim, 2010: 15). Tinjauan teori atau kerangka teori itu adalah sebagai pengetahuan atau penjelasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai cara untuk memahami persoalan yang akan dipelajari dari sebuah penelitian yang dilakukan. Tinjauan pustaka digunakan sebagai pembanding atas penelitian yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya sebagai deteksi ada tidaknya praktek plagiasi. Tinjauan pustaka dapat membedah tentang perbedaan dan persamaan antara penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan dan 142 persamaan tersebut dapat dideskripsikan mulai nama peneliti, jenis penelitian; skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian non kependidikan lainnya, judul, latar belakang yang disusun, variabel pembangun, rumusan masalah, metode yang digunakan; seperti jenis penelitian, tempat penelitian, variabel, populasi dan sampel, subyek, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data, dan landasan teori. Tinjauan pustaka atau kajian pustaka berarti mempelajari kepustakaan, tetapi bukan menunjukkan sejumlah daftar buku ataupun peraturan-peraturan dalam lembaran negara atau lainnya. Tinjauan pustaka atau kajian pustaka berisi buku teks atau hasil penelitian orang lain dalam bentuk buku atau jurnal yang dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membandingkan terhadap rencana penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian, tinjauan pustaka ini bukan memindahkan tulisan orang lain, namun memiliki peranan penting dan membantu dalam mengungkapkan beberapa hal antara lain, pengetahuan tentang penelitian yang berkaitan, memungkinkan peneliti menetapkan batas- batas bidang penelitiannya. Pemahaman teori dalam suatu bidang yang memungkinkan peneliti itu menetapkan masalah dalam perspektifnya. Melalui pengkajian pustaka yang relevan, peneliti dapat mengetahui prosedur dan instrumen yang sudah diteliti oleh orang lain. Studi yang cermat terhadap bahan pustaka yang relevan dan dapat menghindarkan terjadinya pengulangan studi sebelumnya secara tidak disengaja. Pengkajian pustaka yang berkaitan menempatkan peneliti pada posisi yang lebih baik untuk menafsirkan arti pentingnya hasil penelitiannya sendiri, ide-ide tentang variabel yang dinyatakan penting dan tidak penting dalam bidang kajian yang dilakukan oleh peneliti sesudahnya. Dengan demikian, informasi tentang kegiatan penelitian yang dilakukan dapat diterapkan secara berarti dalam penelitian yang akan datang. Status kegiatan dalam kajina pustaka yang berkaitan dengan kesimpulan dan hipotesis dapat dengan jelas dinyatakan memiliki keberbedaan dalam penelitian baru yang akan dilaksanakan. Kebermaknaan hubungan antara variable-variabel yang telah dipilih dalam penelitian dan seberapa berbeda dengan penelitian baru yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, kajian pustaka atau tinjauan teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan koteks suatu masalah dengan variasi masalah yang diajukan. Di samping itu juga tinjauan pustaka dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tentang pentingnya suatu masalah penelitian dengan ruang lingkup yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Landasan teori merupakan seperangkat penjelasan ilmiah. Sebagai penjelasan ilmiah, maka teori harus relevan dengan masalah yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, dan manfaat yang akan diperoleh. Setiap sumber yang dikutip harus disertakan sumbernya. Misalnya dengan menuliskan di akhir kalimat yang dikutip (Aisya Tsaaqiba Ashari, 2013: 32), 143 (Arava Izza Ashaari, 2013: 29). Penulisan terhadap nama memberikan peluang kepada pembaca untuk melihat konsep yang dikemukakan oleh Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ahari. Dengan demikian, akan mendapatkan informasi yang lengkap dari naskah aslinya. Jika peneliti tidak menuliskan sumber kutipan, maka dinilai “mencuri” hasil pikiran orang lain yang tidak dibenarkan dalam kode etik ilmiah. Mengutip pendapat yang tidak relevan menandai bahwa peneliti memiliki kelemahan logika dan kepekaan ilmiahnya. Dengan demikian, tinjauan pustaka disusun guna memberikan kepastian ilmiah terhadap permasalahan yang disusun. Demikian juga dengan landasan teori yang disusun untuk mendukung kepastian ilmiah tersebut dapat berupa konsep pembenaran terhadap situasi yang sedang berjalan atau justru menolak terhadap konsep lama berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Pada kategori terakhir ini, maka konsep baru yang hendak disusun terhadap kesetimbangan dengan permasalahan yang ada dibangun dan dipersiapkan untuk memberikan kerangka alternatif yang lebih rasionaldemokratis. Dengan demikian, hubungan antara masalah dan landasan teori adalah hubungan kausalitet dan sebagai pendukung atas jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang dikemukakan serta menjadi dasar pijakan dalam melaksanakan pengambilan keputusan, dan penyusunan kesimpulan akhir penelitian. D. Kerangka Berfikir dengan Landasan Teori Kerangka berfikir merupakan alur logika yang dapat dijadikan sebagai dasar ditemukannya sebuah masalah dalam penelitian. Membuat alur tersebut harus berdasarkan dengan teori yang dapat dipertanggung jawabkan. Menghubungkan dalam kerangka berfikir ini tidak harus semua teori yang ada logika-logika dimasukkan, tetapi hanya teori yang kuat dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori yang dinilai sebagai pendukung cukup dimasukkan dalam landasan teori. Dengan demikian, kerangka berfikir dapat membantu orang lain untuk mengetahui beberapa hal yang ada dalam alur penelitian yang akan dilakukan. Permasalahan yang ada dalam latar belakang dapat dipahami sesuai dengan fenomena yang ada dan dukungan teori yang dapat dinilai kebenarannya. Untuk melihat interkorelasi antara fenomena dengan teori yang ada dapat dibuat sebuah bagan alur secara jelas dan singkat dengan menguraikan variabel dan indikator‐indikator, sehingga penelitian memiliki alur yang jelas. E. Daftar Pustaka 1. Arti Daftar pustaka berisi sumber-sumber tertulis yang dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah, karena itu sumber tertulis lain yang tidak dikutip meskipun pernah dibaca penulis dalam kaitannya dengan penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu 144 dimasukkan dalam daftar pustaka. Penulisan pustaka disusun menurut abjad dari nama penulisnya dan nama keluarga harus ditulis lebih dahulu tanpa menyertakan gelar. 2. Penulisan Daftar Pustaka Daftar pustaka yang ditulis harus sesuai dengan bahan pustaka yang dirujuk dalam naskah penelitian yang ada. Jadi, semua bahan pustaka yang dikutip dalam teks skripsi/tesis/disertasi, maupun penelitian lain baik secara langsung ataupun tidak langsung harus ditulis dalam daftar pustaka. Bahan pustaka yang dibaca dan telah menjadi kekayaan ilmu secara pribadi tetapi tidak dikutip dalam teks skripsi/tesis/disertasi tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka (Tim, 2008: 71). Daftar pustaka ini kemudian disusun menurut urutan abjad dari nama famili pengarangnya dan diletakkan dalam bab tersendiri yang biasanya diletakkan di bagian belakang karangan. Sumber tulisan (pustaka) yang menggunakan lebih dari satu baris diketik satu spasi dengan menjorok ke dalam sejauh 0,5 inchi untuk baris ke dua dan seterusnya, sedangkan jarak antar pustaka diketik dengan dua spasi dan diawali pada margin kiri. 145 BAB IX MENYUSUN ABSTRAK A. Prawacana Abstrak merupakan representasi ringkas dan akurat dari isi sebuah dokumen hasil penelitian. Abstrak memiliki nilai kemanfaatan yang besar terhadap efektivitas pembaca untuk dapat memahami isi dari sebuah karya ilmiah. Beberapa perguruan tinggi atau lembaga penelitian pembuatan indeks penelitian dilihat berdasarkan pada penyusunan abstrak. Demikian juga dengan jurnal hasil penelitian yang ada biasanya hanya memuat kumpulan abstrak saja. Beberapa tahun sebelumnya abstrak masih sangat jarang ditemukan pada laporan penulisan karya ilmiah. Hal ini mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni masih sangat terbatas untuk mendapatkan apresiasi yang memadai dilihat dari sisi publikasi. Di samping itu, dinamika masyarakat masih memungkinkan orang untuk membaca laporan karya ilmiah secara keseluruhan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, dapat mengubah sebuah tuntutan kebutuhan. Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan informasi secara cepat menjadi tuntutan yang harus segera dipenuhi. Sebuah hasil penelitian yang sudah sangat bervariasi dengan berbagai disiplin ilmu, memungkinkan untuk didokumentasikan dalam bentuk indeks hasil penelitian. B. Abstrak 1. Pengertian Abstrak Abstrak ialah deskripsi singkat atau kondensasi suatu karangan (Brorowidjoyo, 2010: 131). Abstrak/Abstract merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Abstrak dibuat untuk memudahkan pembaca mengerti secara cepat isi tugas akhir untuk memutuskan apakah perlu membaca lebih lanjut atau tidak (Keputusan Rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008). 2. Istilah lain Abstrak Istilah lain yang kira-kira artinya identik dengan abstrak antara lain ikhtisar, sinopsis, kependekan (Brorowidjoyo, 2010: 131). a. Ikhtisar (epitoma) dari bahasa Grik: epitome-potongan pendek, Ikhtisar/epitoma itu berbeda sedikit artinya dari abstrak. Istilah ini jarang dipakai dalam karya tulis ilmiah. Ikhtisar artinya ialah kependekan dari naskah asli, ikhtisar biasanya memuat pernyataan tentang hal-hal pokok yang dimuat dalam sebuah buku atau laporan. Menulis epitoma, di samping manghilangkan bagian-bagian kalimat yang kurang penting juga mengubah dan meringkaskan susunan pokok kalimat dari karangan aslinya. 146 b. Sinopsis: Sinopsis merupakan sebuah susunan sistematik tentang hal-hal pokok, mungkin dalam bentuk kerangka kalimat. Sinopsis dapat secara sepintas lalu dapat dimengerti oleh pembaca tentang isi karangan tersebut. Sinopsis berupa pandangan umum secara singkat dan karangan asli tanpa mengubah susunannya. c. Kependekan (abridgement) Kependekan (abridgement) adalah bentuk singkat naskah asli. Kependekan itu berupa reduksi kalimat dari karangan asli. Karangan yang terlalu banyak memuat hal-hal yang mendetail itu dipadatkan, yaitu membuang bagian-bagian yang kurang penting, sedang isi pokok tetap tidak diubah, demikian pula susunan pokok karangan tetap. 3. Jenis Abstrak Tiga macam abstrak yang dapat diketahui antara lain abstrak informatif, indikatif dan abstrak informatif-indikatif (Surtiarti, 2010): a. Abstrak Informatif Abstrak informatif menyajikan sebanyak mungkin informasi, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang dikandung dokumen. Abstrak informatif dibuat untuk meringkas hasil eksperimen dan dokumen bertema tunggal. b. Abstrak Indikatif Abstrak indikatif merupakan panduan deskriptif untuk menengarai tipe dokumen, pokok-pokok utama yang dibahas, dan cara memperlakukan fakta. Abstrak indikatif biasanya meringkas ulasan panjang lebar, tinjauan pustaka, dan monografi. c. Abstrak Informatif-indikatif Abstrak informatif-indikatif merupakan informasi yang terbatas pada unsur utama dokumen ditambah dengan petunjuk mengenai aspek lain. Abstrak campuran ini dibuat jika ada batasan panjang abstrak dan tipe dan gaya dokumen mengharuskan peringkasan dengan abstrak jenis ini. Menurut (Brorowidjoyo, 2010: 135), umumnya abstrak memiliki dua bentuk yaitu, abstrak deskriptif dan abstrak informatif. Abstrak deskriptif yaitu suatu abstrak yang melukisnakn naskah atau lapooran dan apa yang dibicarakan. Sering abstrak ini berbenuk suatu epitoma yang mungkin terbagi ke dalam bagian-bagiannya. Cara melukiskan naskah itu bersifat deskriptif, maka abstrak ini disebut sebagai abstrak deskriptif. Abstrak informatif merupakan suatu ringkasan dan memuat hal-hal pokok asli artikel. Oleh karena bersifat informatif, maka abstrak ini berupa kependekan dari naskah asli. Abstrak informatif itu biasanya agak panjang dan memuat hal-hal pokok beserta uraian singkat dan kesimpulan147 kesimpulannya. Meskipun demikian, kedua jenis abstrak itu seringkali dipakai secara kombinasi oleh penulis abstrak. 4. Manfaat Abstrak Menurut (Brotowidjoyo, 2010: 131), abstrak adalah sebagai berikut: a. Apabila abstrak itu terbit bersama-sama dengan naskah asli, atau laporan, maka abstrak itu berfungsi sebagai ‘petunjuk depan’) bagi pembaca tentang isi karangan. Mengetahui isi karangan pembaca dapat menenetukan secara cepat apakah ia perlu atau harus membaca seluruh artikel atau hasil penelitian. Bagi pembaca yang hanya berkeinginan untuk membaca hasil penelitian atau isi naskah cukup dengan membaca abstraknya saja. b. Apabila pembaca senang untuk mengkoleksi abstrak untuk kepentingan penyusunan indeks hasil penelitian atau karangan, maka abstrak dapat menunjukkan beberapa hasil penelitian atau karangan yang sudah ada. c. Apabila abstrak dikumpulkan dalam majalah berkala, maka majalah itu dapat digunakan sebagai informasi tentang penelitian atau karangan yang sudah pernah dikoleksi. Manfaat abstrak bagi pembaca antara lain dapat menengarai secara cepat dan akurat isi pokok sebuah dokumen untuk menentukan kegayutannya dengan kepentingan mereka sehingga dapat memutuskan untuk membaca atau tidak membaca. 5. Menulis Abstrak Dalam menulis abstrak, kita mengiktui kompromi antara mengatakan segala sesuatu yang kita anggap harus dikatakan dan mengusahakan agar sesingkat-singkatnya seperti yang diharuskan kepada kita. Walaupun abstrak iru dapat bersifat semata-mata deskriptif atau semata-mata informatif, namun biasanya abstrsk itu bersifat 6. Isi Abstrak Secara rinci, abstrak merupakan ringkasan/rangkuman isi naskah, bersifat informatif, berdiri sendiri satu alinea, tanpa tabel, rumus, gambar dan acuan pustaka, menarik, serta mengandung informasi yang menimbulkan minat pembaca untuk membaca keseluruhan naskah. Surtiati (2010) menulis abstrak bukanlah menyalin kalimat-kalimat dari artikel, melainkan menyusun tulisan runtut dan padu yang berisi tujuan penelitian, metode penelitian (pengumpulan dan analisis data), hasil dan simpulan penelitian. Panjang abstrak artikel antara 100 dan 150 kata bergantung pada panjang artikel. Sementara itu, abstrak monografi, tesis, disertasi dapat mencapai 400 kata asalkan tertera pada satu halaman saja. Abstrak setidaknya memuat tujuan dari penelitian, cara melakukan penelitian (metode ilmiah yang digunakan), hasil yang diperoleh dan hal-hal yang menonjol dari hasil penelitian. 148 Pendahuluan memuat latar belakang singkat dari kekhasan dan keunikan dari peenelitian yang dilakukan. Pendahuluan sebagai kalimat pengantar hendaknya dapat mengantarkan pembaca kepada pemahaman ke mana arah penelitian. Oleh karena itu, pendahuluan idealnya memuat masalah penelitian, arti penting masalah, dan solusi/pendekatan pemecahan masalah sehingga penelitian itu sangat perlu dan atau mendesak untuk dilakukan. Metode penelitian menguraikan prosedur ilmiah yang digunakan, alat dan bahan penelitian, dan langkah-langkah penelitian secara garis besarnya terhadap penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menyampaikan uraian tentang hasil yang diperoleh sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian tidak menampilkan tabel, gambar atau data statistik yang rinci tetapi hasil akhir sebagai temuan dari penelitian yang dilakukan. Pembahasan menyampaikan makna hasil-hasil penelitian, bukan mengulang penyampaian hasil/fakta penelitian. Abstrak tersusun tidak lebih dari 200-250 kata dengan spasi tunggal tidak lebih dari dua lembar. Bahasa yang digunakan minimal bahasa Indonesia dan Inggris dan berlaku sebaliknya untuk karya tulis dalam bahasa Inggris. Apabila karya tulis/penelitian dari fakultas non bahasa Asing, maka menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, tetapi apabila dari fakultas bahasa Jepang, Jerman dan lainnya minimal menggunakan bahasa fakultas tersebut dan bahasa Indonesia serta Inggris, demikian seterusnya berlaku sesuai dengan ketentuan universitas yang ada. Penulisannya diawali dengan nama peneliti ditulis dengan huruf kapital, tahun pengesahan, judul karya tulis, jenis karya tulis (seperti skripsi, tesis, dan disertasi), nama kota, nama lembaga, nama jurusan, dan nama pembimbing (untuk skripsi dan tesis) dan nama promotor dan co promotor (untuk disertasi). Abstrak juga dilengkapi dengan kata kunci atau key words biasanya terletak di bawah abstrak. Penulisan key words ditulis paling sedikit tiga kata kunci atau yang relevan dengan isi karya tulis atau di bawah identitas karya tulis. Kata kunci atau key words harus benarbenar merupakan kata kunci dari isi makalah yang dibahas, berguna untuk pembuatan indeks atau data base. Contoh kata kunci prestasi belajar dan motivasi belajar, kompetensi guru dan prestasi belajar, kedisiplinan dan perilaku beragama, metode demonstrasi dan prestasi belajar, kewibawaan guru dan percaya diri anak, dan lain sebagainya. Teks abstrak disajikan secara padat intisari skripsi yang mencakup latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil-hasil yang diperoleh, kesimpulan yang dapat ditarik, dan (kalau ada) saran yang diajukan (STAIN Salatiga, 2008: 13). Surtiati (2010) memberikan ketentuan isi abstrak yang lazim meliputi tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan yang disajikan dalam dokumen asal. Tujuan mencakupi sasaran-sasaran utama 149 dan lingkup kajian atau bahasan. Metodologi mencakupi teknik atau ancangan yang diuraikan sekadarnya untuk membantu pemahaman. Pada abstrak noneksperimen, metodologi meliputi juga sumber data dan pengolahan data. Hasil mencakupi temuan (findings dan discoveries). Jika temuan telalu banyak, pilih temuan baru (berkontradiksi dengan temuan lama, merevisi temuan lama), temuan yang bernilai jangka panjang, temuan yang berguna untuk menyelesaikan masalah praktis. Fakta harus dibedakan dari dugaan (unsur hipotetis). Abstrak kuantitatif harus menyatakan batas dan akurasi keandalan serta rentang validasi. Kesimpulan mencakupi implikasi dari hasil, khususnya hubungan implikasi dengan tujuan penelitian atau tujuan pembahasan. 7. Teknik Penulisan Abstrak Kata abstrak ditulis di tengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan jarak 2 spasi dari kata (abstrak), di tepi kiri dengan urutan nama akhir diikuti koma, nama awal, nama tengah (jika ada) diakhiri titik. Tahun lulus ditulis setelah nama, diakhiri dengan titik, judul dicetak miring dan diketik dengan huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata) dan diakhiri dengan titik. Kata skripsi ditulis setelah judul dan diakhiri dengan koma, diikuti dengan nama jurusan dan program studi (tidak boleh disingkat), nama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri diakhiri dengan titik. Kemudian, dicantumkan nama dosen pembimbing 1 dan II lengkap dengan gelar akademiknya (STAIN Salatiga, 2008: 13) Panjang (maksimal) abstrak 1. 100 kata: abstrak makalah, artikel jurnal. 2. 250 kata: abstrak monografi, makalah panjang. 3. 500 kata: laporan penelitian, tesis, disertasi. Usahakan agar abstrak tertera pada satu halaman saja. 8. Gaya Penulisan Abstrak Abstrak diawali dengan kalimat topik kecuali jika judul sudah mengandung topik penelitian/bahasan. Abstrak pendek ditulis dalam satu paragraf, abstrak panjang lebih dari satu paragraf. Abstrak sedapatnya menggunakan kalimat aktif. Jika terpaksa menggunakan kalimat pasif, pelengkap pelakunya harus disebutkan. Abstrak menggunakan peristilahan baku di bidangnya. Oleh karena itu, abstrak sering disertai sederet kata kunci. 150 9. Contoh Penulisan Abstrak Penelitian ABSTRAK MASLIKHAH: Pemikiran Pendidikan R.A Kartini Ditinjau dari Konsep Pendidikan Islam. Skripsi. Sarjana Tarbiyah IAIN Walisongo Di Salatiga, 1994. Dr. Muh.Zuhri, MA dan Drs. Imam Sutomo, M.Ag. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran pendidikan R.A Kartini dalam memajukan kaum dan bangsanya mencapai perempuan Bumi Putera yang maju dan untuk mengetahui pemikiran pendidikan R.A Kartini ditinjau dari konsep pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskripsi sejarah (history description) dengan pendekatan perpustakaan (library research). Metode analisis data yang digunakan adalah metode sintesis, deduktif, dan induktif. Hasil penelitian antara lain; R.A Kartini memiliki gagasan dalam pendidikan untuk perempuan Bumi Putera yang maju dalam bentuk dokumen yang disebut dengan NOTA Kartini. Nota Kartini tersebut diberi judul Berilah Pendidikan Kepada Bangsa Jawa. Pokokpokok pemikiran pendidikan R.A Kartini antara lain; pendidikan wanita dipandang sangat penting sebagai soko guru peradaban, keterbatasan yang ada menuntut untuk mengutamakan pendidikan yang diawali dengan pendidikan bagi golongan bangasawan tingkat tinggi dengan harapan dapat dengan cepat memancarkan hikmah kepada rakyat, tujuan pendidikan yang jelas yaitu untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa dengan mengutamakan pendidikan moral di samping pendidikan pengetahuan dan keterampilan, untuk mencapai pendidikan yang hakiki tanggung jawab pendidikan ada di sekolah, keluarga, dan masyarakat yang saling mendukung dalam mencapai inti pendidikan Islam, peningkatan pendidikan harus diupayakan oleh guru yang memiliki kompetensi yang bertanggung jawab, sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, dan teknik pengajaran yang edukatif, proses pendidikan tanpa ada misi tertentu (agama, budaya, dan politik) yang dipaksakan, pendidikan kejuruan dan keterampilan bagi perempuan Bumi Putera, dibukanya lapangan baru bagi kaum terpelajar, adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, adanya kesempatan kepada perempuan untuk mengabdikan ilmu dan keterampilan yang telah dimiliki sebagai bukti dharma dan bhaktinya kepada bumi pertiwi. Pemikiran pendidikan R.A Kartini dalam perspektif Islam dalam merintis pendidikan bagi perempuan Bumi Putera tidak pernah mengingkari fitroh manusia, bahkan untuk mengangkat fitroh manusia untuk berkarya dan mengabdikan kepada sesama manusia. Key words: Pemikiran Pendidikan R.A. Kartini Tinjauan dalam Pendidikan Islam 151 ABSTRAK MASLIKHAH, 2012. Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Sebuah Implementasi Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian tidak dipublikasikan. Pembimbing dan Dosen Pengampu Dr. I GUSTI AYU KETUT RACHMI H, SH. MM. Penelitian ini untuk mengungkap tentang keresahan tentang pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah hubungannnya dengan penghargaan sekolah Adiwiyata terhadap implementasi undang-undang no 32/2009 tentang perlindudngan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Rumusan yang diajukan antara lain Bagaimana sekolah melakukan pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan?, Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis lingkungan?, Bagaimana pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat?, Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan?, Bagaimana upaya sekolah untuk mendapatkan penghargaan adiwiyata Madya dan/atau Kencana?. Metode yang digunakan antara lain dengan pendekatan metode penelitian adalah penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah pelaksana program Adiwiyata pratama di SMA N 2 Temanggung yang teridiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang Kurikulum, ketua pelaksana program Adiwiyata, dan guru mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Lokasi penelitian pada SMA N 2 Temanggung Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011. Teknik pengambilan data dengan menggunakan sampel. Sampel penelitian diambil berdasar prinsip purposiveness yaitu dengan mengambil sekolah penerima penghargaan Adiwiyata Pratama di SMA N 2 Temanggung Jawa Tengah. Teknik pengambilan data melalui wawancara semi terstruktur dan wawancara mendalam (in-depth). Wawancara semi terstruktur untuk mengungkap tentang pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Sedangkan wawancara mendalam untuk mengetahui upaya-upaya yang akan dilakukan untuk memperoleh penghargaan Adiwiyata tahun kedua dan/atau Adiwiyata Kencana, serta mempersiapkan untuk mendapatkan adiwiyata Mandiri. Kegiatan analisis data antara lain dengan preparing the data for analysis, exploring the data, representing the data analysis, and validating the data. Data naratif akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif di mana data yang terhimpun dikoding, diorganisir, direduksi menjadi tema-tema. Teknik analisis data yang digunakan adalah interpretasi, deduksi, induksi, indepth analysis. Instrumen Pengukuran tentang pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk memperoleh penghargaan Adiwiyata Kencana. Pengecekan keabsahan data dengan derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Kesimpulan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, 152 pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan melalaui program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan mengarah pada implementasi undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. ABSTRAK MASLIKHAH, 2012. Local Genious untuk Membangun Pendidikan Berwawasan Lingkungan di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand. Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian Mandiri tidak dipublikasikan. Dosen Pengampu Prof. Dr. Totok Gunawan, MS. Key words: Local Genious, Pendidikan Berwawasan Lingkungan Lembaga pendidikan di Indonesia masih dalam proses membangun kognitif dan afektif siswa terhadap kepedulian lingkungan. Padahal, lingkungan dengan berbagai karakter dan problematikanya tidak cukup dipahamkan dengan domain kognitif dan afektif belaka. Siswa dengan kemampuan sesuai umurnya mampu untuk membantu memecahkan permasalahan lokal, regional, nasional, dan bahkan internasional dalam bidang lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan yang ada di Indonesia sering kali masih dalam dataran kognitif dan afektif belaka. Pendidikan Sekolah Dasar 6 Pattaya Thailand membangun local genious pendidikan yang berwawasan lingkungan sampai pada dataran psikomotor. Rumusan penelitian adalah bagaimana Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand?, Bagaimana cara membangun local genious untuk peduli terhadap lingkungan di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand?, Bagaimana kepedulian sekolah terhadap pengelolaan sampah sekolah dan sampah rumah tangga di lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand? Metode yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah guru dan kepala sekolah di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 s.d 31 Januari 2011. Teknik pengambilan data dengan menggunakan sampel. Sampel penelitian diambil berdasar prinsip purposiveness yaitu dengan mengambil sekolah Proyek Pendidikan Berwawasan Lingkungan. Teknik pengambilan data melalui wawancara semi terstruktur dan wawancara mendalam (in-depth) yang dibantu oleh seorang guide. Wawancara semi terstruktur untuk mengungkap tentang visi dan misi, local genious untuk membangu pendidikan berwawasan lingkungan, dan kepedulian sekolah dalam mengelola sampah sekolah dan barang bekas. Teknik analisis data yang digunakan adalah interpretasi, deduksi, induksi, indepth analysis. Instrumen Pengukuran tentang visi dan misi, local genious untu membangun pendidikan berwawasan lingkungan, serta kepedulian dalam mengelola sampah sekolah dan barang-barang bekas rumah tangga yang dikirim ke sekolah. Pengecekan Keabsahan Data dengan derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Hasil penelitian menyatakan bahwa visi dan misi yang dibangun memberikan pencitraan terhadap kepedulian lingkungan, local genious untuk membangun pendidikan berwawasan lingkungan melalui gerakan ekonomi mandiri, gerakan hemat air, gerakan 153 hemat energi, gerakan bersih lingkungan. Pengelolaan sampah sekolah antara lain diawali dengan kondisioning, insight dan pemahaman. Gerakan pengelolaan sampah dengan mengumpulkan sampah sekolah dan barang bekas dari rumah untuk di kelola bersama dengan siswa untuk menjadi barang-barang yang diperlukan siswa dan sekolah. Toko sekolah sudah dipersiapkan untuk melayani penukaran barang-barang bekas yang telah dikirimkan oleh orang tua melalui siswa. Siswa dapat menukar point yang dimiliki sesuai dengan keinginan dan kebutuhan peralatan sekolah bagi siswa. Manfaat penelitian ini menemukan local genious untuk membangun Pendidikan berwawasan Lingkungan pada lembaga pendidikan dasar 6 Pattaya Thailand terhadap kepedulian lingkungan. Menemukan model pengelolaan sampah sekolah dan sampah rumah tangga berupa barang bekas, serta membangun paradigma local genious di sekolah dasar dan menengah di Indonesia. 154 BAB X PLAGIARISME A. Prawacana Plagiat (penjiplakan) sering terdengar tidak saja di lingkungan perguruan tinggi, tetapi, dan bahkan di media massa. Plagiat atau penjiplakan adalah pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapatnya sendiri. Plagiat merupakan pelanggaran etika akademis sedangkan plagiarisme merupakan tindak pidana karena mengambil hak cipta orang lain atas kekayaan intelektual. Sebagai peneliti, penulis, atau penyunting naskah karya ilmiah akan menghadapi risiko jika ternyata artikel yang ditulis atau disunting merupakan jiplakan. Untuk menghindari plagiasi, maka harus memberikan penghargaan, pengakuan kepada peneliti terdahulu dengan cara memberikan tanda citasi pada sebagian atau beberapa kutipan. Di samping itu, dalam penulisan karya ilmiah murni harus diikuti dengan surat pernyataan bahwa hasil karyanya merupakan karya asli, dan pengutipan pada bagian-bagiannya ditandai dengan citasi. Hal ini juga dipaparkan dalam jurnal Syed Syahabuddin (2009: 353) Plagiarism sometimes creates legal and ethical problems for students and faculty. It can have serious consequences. Fortunately, there are ways to stop plagiarism. There are many tools available to detect plagiarism, e.g. using software for detecting submitted articles. Also, there are many ways to punish a plagiarist, e.g. banning plagiarists from submitting future articles for publication. In addition, scholarly journals should clearly state their policies regarding plagiarism and require authors to sign a statement indicating that their articles meet the requirements of original work. The viewers should be supported by the journal’s board and editors when they report any occurrence of plagiarism. Baberapa alasan mengapa sebagai seorang peneliti, penulis, atau penyunting naskah karya ilmiah tidak dibenarkan melakukan plagiasi. Tulisan merupakan karya pribadi, sehingga merupakan gagasan sendiri, bukan gagasan orang lain. Dengan demikian, gagasan orang lain yang dikutip tanpa memberikan tanda citasi termasuk kategori tindakan tidak jujur. Di samping itu plagiat akan menghambat upaya intelektual untuk menuju kebenaran dan mengendurkan semangat untuk berinovasi dan produktif dalam kerja ilmiah. Dari segi kewajiban etis, plagiat merupakan pelanggaran hak milik, padahal hak milik merupakan satu di antara hak asasi manusia. Selain itu, plagiat tidak adil karena seseorang yang tidak mengupayakannya, justru dia yang menuai hasilnya. Ibarat pribahasa diungkapkan siapa yang menanam, dialah yang menuai menjadi terbantahkan. Plagiasi merupakan kebalikan dari pribahasa itu, bahwa seseorang yang tidak menanam, justru yang memakan buahnya. Berbeda karena unsur ketidaktahuan yang dimiliki oleh kebanyakan orang Indonesia, atau karena super permissive menjadikan plagiasi secara kultural dimaafkan. Hal ini menjadikan 155 masyarakat akademis kurang mendapatkan tempat untuk memperoleh lindungan hukum atas plagiasi yang dilakukan oleh orang lain. Sebagaimana dipaparkan oleh (Syahabuddin, 2002: 185). An analogous rule should apply in the context of plagiarism. A writer who fails to give credit to his sources as a result of ignorance or mistake about the rules of attribution should be regarded as having no defense. Allowing a plagiarist to argue that he was unfamiliar with the rules of attribution themselves would seem to encourage ignorance of such rules and lead to confusion and uncertainty in the community generally, just as ignorance of the law is said to do in the broader context. Munculnya teknologi informasi melalui internet cukup memberikan peluang terjadinya plagiasi di kalangan akademisi. Sebagaimana diungkapkan oleh Joseph M.Kizza (2009: 7) Academicians and researchers at every level are submitting works verbatim, most of such works downloaded from the internet and falsifying and sexing up data. This article is part II in our two part series of articles discussing academic dishonesty. In this part we continue our discussion academic dishonesty but this time focusing on academicians and other researchers highlighting how the internet has impacted these practices, the efforts being made to curb them and the effects they are having on society. B. Mengutip Tanpa Menjiplak Bagian dari proses penulisan ilmiah sering peneliti mengutip dengan cara menukilkan bagian-bagian penting, meringkas, mengikhtisarkan, dan mensitesakan gagasan yang diperoleh dari pelbagai sumber acuan. Misal, penulis dan/atau peneliti membaca sebuah artikel ilmiah dan menemukan informasi tertentu yang berguna bagi penelitian. Maka, penulis dan/atau peneliti membuat ikhtisar dari artikel itu. Ketika melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, makalah seminar, artikel jurnal, atau laporan penelitian), penulis dan/atau peneliti menyisipkan ikhtisar itu sebagai pendukung bahasannya. Sisipan itulah yang disebut kutipan tidak langsung. Mengutip baik langsung ataupun tidak langsung merupakan satu bagian dari proses penulisan artikel maupun membaut laporan hasil penelitian sebagai tugas lain dari dosen. Melaksanakan tugas lain sebagai pengajar dan pengabdian masyarakat, maka dosen melakukan penelitian dan menulis artikel untuk jurnal ilmiah. Maka, kemampuan menyusun sintesis merupakan modal penting sebagai bagian dari keterampilan meneliti dan menulis artikel. Hal yang dapat diperhatikan bagi peneliti dan penulis artikel antara lain ketika menyusun usulan penelitian. Seorang peneliti harus mensintesakan berbagai gagasan yang diperoleh dari tinjauan pustaka sebagai dasar pokok teori yang digunakan. Misal penulis dan/atau peneliti membuat sintesis dalam bentuk kerangka pikir yang didasari pada keterhubungan antar teori yang ada. Selain itu, ketika menganalisis data, penulis dan/atau peneliti harus mampu menyintesiskan berbagai variabel yang melandasi temuan lapangan untuk menafsirkan data dan memperoleh 156 temuan penelitian. Variabel yang ada juga hendaknya didukung oleh teori yang sudah ada. Terakhir, penulis dan/atau peneliti akan menyimpulkan seluruh bahasannya, artinya peneliti juga menyusun sintesis. Penjelasan tentang ringkasan, ikhtisar, dan sintesis dapat dicermati dalam keterangan di bawah ini: 1. Prosedur Mengutip a. Ringkasan 1) Definisi Rangkuman atau ringkasan merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya. Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja (http://situsbahasa.info.diakses tanggal 8 Maret 2012). Ringkasan merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Walaupun bentuknya ringkas, namun ringkasan itu tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan yang asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuk yang singkat (www.scrib.com/doc. diakses tanggal 8 Maret 2012). Dengan demikian, ikhtisar merupakan rangkuman gagasan yang dianggap penting oleh penyusun yang digalinya dari sebuah tulisan orang lain. Dengan demikian, ringkasan merupakan sari sebuah tulisan tanpa hiasan. Artinya, banyak bagian yang dihilangkan sehingga ringkasan lazimnya hanya memuat 25 persen dari seluruh informasi yang terdapat dalam teks asli. Biasanya bagian-baagian yang dihilangkan antara lain keindahan gaya bahasa, ilustrasi/contoh, dan perincian. Membuat ringkasan hendaknya penulis mampu membuat ringkasan dengan kalimat sendiri sehingga karangan yang panjang menjadi lebih singkat, kalimat yang membingungkan dapat lebih mudah dipahami. Meskipun demikian, dalam membuat ringkasan tetap mengikuti alur pikiran dan rancangan pengarang, tidak menghadirkan pandangan-pandangan baru dari kalimat yang sudah dibuat oleh penulisnya. 157 2) Langkah Membuat Ringkasan Langkah membuat ringkasan dapat dipandu dengan cara berikut ini: a) Membaca tulisan beberapa kali sehingga dapat dipahami ide pokoknya. Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai memperoleh gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh. Penulis dapat membuat catatan atau memberi tanda tertentu pada bagian-bagian penting dalam bacaan yang akan diikhtisarkan ketika membaca. b) Mencatat gagasan utama dari setiap paragraf. Setiap uraian dalam satu paragraf perlu dicatat gagasan utamanya sehingga jelas ditemukan gagasan utamanya dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Hanya saja, apabila perangkum merasa ada yang kurang sesuai dan ada kalimat yang kurang koheren bisa ditambahkan sebagai bagian untuk menjelaskan sehingga menjadi koheren. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang dirangkum. Hal yang juga harus mendapat perhatian dari penulis rangkuman adalah tidak memberikan penafsiran baru terhadap suatu pengertian yang diuraikan oleh pengarang asli. Selain itu, perangkum tidak boleh memasukkan hasil pemikirannya sendiri ke dalam rangkuman sebab akan mengaburkan pengertian gagasan yang diungkapkan oleh pengarang asli. c) Memilih di antara ringkasan paragraf tentang gagasan utama. Kegiatan merangkum sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan dengan menggabungkan setiap kalimat utama dalam setiap paragraf. Kegiatan merangkum dapat pula dilakukan dengan mencari ide pokok dalam setiap atau beberapa paragraf. Ideide tersebut selanjutnya dihubung-hubungkan dengan menambah konjungsi atau kalimat penghubung lainnya. d) Menyusun ringkasan dengan mengutamakan gagasan utama dengan cara membuat urutan gagasan sama dengan tulisan asli, membuang paragraf yang berisi keterangan (contoh, ilustrasi, deskripsi, kutipan), dan mengubah dialog langsung menjadi wacana tidak langsung. Membandingkan ringkasan dengan tulisan asli untuk memastikan bahwa semua gagasan utama telah terliput, dan mengoreksi kesalahan bahasa dan cetak. 158 Dengan demikian, untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik, perlu memperhatikan empat hal pokok, yaitu: (1) mampu membaca dengan baik bacaan yang akan dirangkum, (2) mampu memahami isi secara utuh terhadap bacaan yang akan dirangkum, (3) mampu menemukan ide-ide pokok ataupun kalimat topik dalam bacaan yang akan dirangkum, serta (4) mampu menyusun kembali ide-ide maupun kalimat topik yang telah ditemukan menjadi sebuah tulisan utuh dan koheren. Hal yang harus diperhatikan di dalam membuat rangkuman adalah penggunaan bahasa yang digunakan di dalam rangkuman. Bahasa rangkuman harus berbeda dengan bahasa asli penulis buku yang dirangkum. Akan tetapi, bahasa rangkuman yang dibuat bertolak dari ide pokok pengarang yang tertuang dalam setiap paragraf atau bacaan. Dengan demikian, jika akan merangkum uraian pengarang dari suatu paragraf, penulis terlebih dahulu perlu menemukan ide pokok yang terdapat di dalam paragraf tersebut, kemudian diungkap ulang dengan menggunakan bahasa yang berbeda dan singkat. Agar hasil rangkuman itu tidak menyimpang dari uraian aslinya, ide-ide pokok setiap paragraf jangan diabaikan. b. Ikhtisar 1) Pengertian Ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian atau pembicaraan. Ikhtisar juga merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, namun dalam pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan isi dari suatu karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja langsung tertuju pada pokok permasalahan. Perbedaan dengan rangkuman atau ringkasan, urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan. 2) Ciri ikhtisar a) Tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari tulisan asli; b) Tidak mengandung hal baru, pikiran atau opini penyusun ikhtisar, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar; c) Menggunakan kata-kata penyusun sendiri. 3) Langkah menyusun ikhtisar a) Menetapkan tujuan membaca dengan mengetahui gagasan apa yang diperlukan?; b) Membaca dengan cermat untuk mengetahui apa relevansi gagasan yang diperlukan dalam konteks tulisan ini?; c) Mencatat gagasan yang penting dari sudut pandang penyusun, dengan katakatanya sendiri; 159 d) Menyusun kerangka tulisan; e) Menulis ikhtisar; f) Mengecek kembali tulisan asli untuk meyakinkan bahwa semua gagasan yang penting telah tergali; g) Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak. 4) Contoh Ikhtisar a) Teras berita; b) Sampul belakang buku; c) Sinopsis film, sandiwara; dan d) Abstrak. c. Sintesis Sintesis (berasal dari bahasa Yunani syn = tambah dan thesis = posisi) yang biasanya berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elemen yang ada yang menghasilkan suatu hasil baru (http://id.wikipedia.org/wiki/sintesis) diakses tanggal 8 Maret 2012. 2. Dosen/Penulis/Peneliti dalam Kegiatan Mengutip Ikhtisar maupun sintesis harus ditulis dengan kata-kata penyusun sendiri, bukan menyalin. Dosen/penulis/peneliti seharusnya mempunyai kebiasaan mencatat ketika membaca karya ilmiah. Sekarang telah tersedia komputer dengan pelbagai programnya yang memungkinkan dosen/peneliti/penulis untuk mencatat secara lebih praktis. Artinya, catatan ditulis dalam sebuah pangkalan data agar dapat segera digunakan ketika diperlukan. Namun, apa pun cara membuat catatan, baik manual atau otomatis, format catatan tetap sama. Beberapa langkah yang dapat disarankan antara lain: a. Pertama, harus ada catatan bibliografis. Setiap kali memutuskan untuk membaca sebuah karya ilmiah, dosen/peneliti/penulis harus segera mencatat nama penulis, judul karya, kota, penerbit, dan tahun terbit. Catatan itu ditulis pada sebuah kartu sebesar kartu pos secara horizontal dan disimpan dalam urutan alfabetis, di dalam kotak sepatu atau kotak lain yang tertutup. Menggunakan kotak sepatu supaya dapat ditutup sehingga kartu tidak berdebu. Selain itu, penggunaan kotak sepatu sangat murah karena memanfaatkan kembali limbah kotak sepatu. b. Kedua, setelah membaca bagian yang penting (mengandung informasi yang diperlukan), membuat satu di antara tiga macam catatan bacaan yang berikut. Jika informasi demikian penting sehingga perlu disalin sebagaimana adanya, dosen/peneliti membuat catatan salinan yang berisi tentang topik, salinan yang diawali dan diakhiri tanda petik ganda, acuan (nama penulis, tahun, nomor halaman). Jika informasi penting itu menyebar di sepanjang teks, dosen/peneliti membuat catatan parafrase, ringkasan, atau 160 catatan ikhtisar dengan kata-kata sendiri. Catatan itu berisi tentang topik, catatan, dan acuan (nama penulis, tahun, nomor halaman). Jika ingin memberi komentar pada informasi, dosen/peneliti/penulis membuat catatan komentar yang dapat ditambahkan setelah catatan bacaan atau ditulis pada kartu tersendiri. Catatan bacaan juga disimpan dalam kotak sepatu, namun tidak dalam urutan alfabetis. Pengelompokan kartu catatan bacaan berdasarkan topik. Dengan demikian, dosen/peneliti/penulis akan mempunyai catatan dari pelbagai bacaan yang terhimpun di bawah satu topik. Penulisan dan pengelompokan catatan bacaan seperti itu setidaknya bermanfaat bagi dosen/peneliti dalam lima hal antara lain tidak menjiplak (plagiat), mengungkapkan kembali informasi yang diperoleh atau gagasan sendiri secara tertulis, mengingat, walau tidak seluruhnya, informasi yang diperoleh ataupun pendapat yang dikemukakan; bersikap kritis terhadap karya ilmiah yang dibaca; dan memiliki bahan "abadi" untuk segala keperluan akademik. Contoh kartu catatan bibliografis Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. 2012. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ............................................................................................. ............................................................................................. ............................................................................................. Contoh kartu catatan bacaan: kutipan langsung Karya ilmiah populer biasa disebut dengan featur populer. Kata populer dipakai untuk menyatakan sesuatu yang akrab, dan menyenangkan (disukai banyak orang) karena menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya ilmiah populer ditulis dengan mempertimbangkan kepopuleran tersebut, selain keilmiahannya (Amir, 2009: 114). Contoh catatan bacaan: kutipan tidak langsung Ketahuilah bahwa anak-anak yang sangat menyukai oleh raga cenderung berisiko lebih tinggi gagal untuk mengembangkan kebiasaan membaca yang lebih baik. Mary Leonhardt. 2000. Halaman 70. 161 C. Kode Etik 1. Kode Etik Penulis Buku a. Sebagai seorang yang profesional, maka penulis dituntut untuk menjunjung tinggi posisi terhormatnya sebagai seorang yang profesional. Sebagai seorang yang profesional, maka yang bersangkutan menjadi berkewajiban untuk menjaga kebenaran yang ada, manfaat dan makna informasi yang akan disebarluaskan sehingga tidak menyesatkan orang lain; b. Penulis selalu bersikap jujur kepada dirinya dan jujur kepada umum sehingga tidak akan menutupi kelemahan, memperbesar kelebihan hasil yang dicapainya; c. Penulis mengajukan naskah yang menjadi penguasaan disiplin keilmuan, sudah diteliti dengan baik dan menggunakan dengan format yang dibakukan; d. Penulis dengan penuh kesungguhan mengupayakan tulisan yang disajikan tidak merupakan bahan yang membuat menyusahkan pembaca. Dengan demikian, naskah yang ditulis merupakan naskah yang tepat, singkat, dan jelas; e. Penulis berkewajiban untuk mengikuti saran dari penyunting direvisi baik ditunjuk oleh penulis maupun oleh penerbit; f. Penulis menjunjung tinggi hak, pendapat, atau temuan orang lain sehingga selalu menjauhi perbuatan tercela seperti mengambil ide dan gagasan orang lain yang belum diumumkan bahkan gagasannya sendiri; g. Penulis bertanggung jawab atas semua kesalahan isi terbitan dan menanggung segala bentuk tanggapan publik atas naskah yang ditulis, dan bersedia untuk menerima sanksi hukum apabila terbukti isi terbitan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Kode Etik Penulis Artikel pada Media Massa Etika dalam penulisan artikel pada media massa sangat penting untuk diperhatikan. Artikel yang kita kirimkan kepada media massa memiliki harapan agar dapat diterbitkan pada media massa yang kita pilih. Oleh karena itu, agar artikel yang kita kirimkan dapat diterbitkan, maka hendaknya seorang penulis artikel memperhatikan beberapa etika yang seyogyanya dilakukan, antara lain: 1. Jangan mengirimkam naskah yang sama atau mirip kepada lebih dari satu penerbitan media massa, satu artikel untuk satu media massa; 2. Kirimkan artikel ke satu penertbit, kalau tidak dimuat artikel tersebut dapat dikirimkan ke media massa yang lain kalau dimungkinkan artikel tersebut masih relevan dengan isu yang berkembang di masyarakat; 3. Membuat artikel hindari beberapa hal yang bersifat penyerangan kepada pihak lain seperti lembaga, aliran tertentu, dan atau bahkan individu lain; 162 4. Jangan menulis artikel yang memiliki kepentingan terntentu baik secara pribadi maupun kelompok untuk mendapatkan pengakuan atau bahkan permohonan maaf, 5. Kalau tidak penting, hindari menulis artikel secara bersambung, sebaiknya satu masalah dikupas tuntas, kecuali atas permintaan redaktur sehingga artikel tersebut diterbitkan secara bersambung. Etika penulisan menurut versi harian surat kabar antara lain satu artikel hanya untuk satu media. Jangan mengirim satu artikel ke banyak media. Surat kabar akan memblack list yang bersangkutan. D. Plagiarisme 1. Pengertian Plagiasi Pengertian plagiasi atau penjiplakan adalah pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Misalnya menerbitkan karya tulis orang lain yang belum sempat diterbitkan oleh penulisnya atas nama diri sendiri (KBBI 1997:775 dalam Rahayu Surtiati Hidayat: 2010). Plagiat merupakan pelanggaran etika akademis sedangkan plagiarisme merupakan tindak pidana karena mengambil hak cipta orang lain (hak atas kekayaan intelektual [HAKI]). Sebagaimana diteorikan Stuart (2002: 173) Plagiarism has been variously defined as the act of “stealing and passing off (the ideas or words of another) as one’s own,”“using (another’s created production) without crediting the source,”or “presenting as new and original an idea or product derived from an existing source. Plagiarism thus seems to involve, in the language of the criminal law, two, or possibly three, basic “elements” Moulton and Robison (2002) in Syed Sahabuddin (2009) The American Heritage Dictionary defines the verb plagiarize” as “to steal and use the ideas or writings of another as one’s own.” The Oxford Dictionary defines plagiarism as “to take and use another person’s thoughts, writing, invention, have stated, plagiarism can also be seen as “depriving authors of profit that is rightfully theirs which is theft. Depriving authors of credit might also be a form of theft.”plagiarisme is a misconduct considered to be unethical and immoral regardless of who commits. 2. Kategori Plagiasi Tindakan yang disebut plagiat antara lain: a. Mengakui tulisan orang lain sebagai karya sendiri; b. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri; c. Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri; d. Mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri; e. Menyalin (mengutip langsung) bagian tertentu dari tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik; 163 f. Meringkas dengan cara memotong teks (mengutip langsung) tanpa menyebutkan sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik; g. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asalusulnya (Surtiati, 2010); h. "Two issues related to plagiarism do not deal with the outside sources. The first occurs when a student submits in a course a paper done for a previous course. Although obviously not the same as stealing someone else's ideas, this practice nontheless qualifies as a kind of self plagiarism and constitutes another form of cheating. If you want to rework a paper that you prepared for another course, ask your current instructor for permission to do so." Gibaldi 1999: 34); i. Meringkas dan memparafrase (mengutip taklangsung) tanpa menyebutkan sumbernya (Booth et al. 1995: 167–170); j. Meringkas dan memparafrase (mengutip tidak langsung) dengan menyebutkan sumbernya, tetapi terlalu dekat dengan sumbernya. ("You also plagiarize when you use words so close to those in your source, that if your work were placed next to the source, it would be obvious that you could not have written what you did without the source in your elbow … No matter your intention, close paraphrase may count as plagiarism, even when you cite the source." Booth et al. 1995: 169). Dijelaskan pula oleh (Wilhoit: 1994; Brandt: 2002; Howard: 2002) bahwa Forms of Plagiarism by students plagiarise in fourmain ways 1. Stealing material from another source and passing it off as theirown,e.g.(a)buying a paper from are search service, essay bank or term paper mill (eitherpre-written or specially written),(b) copying a whole paper from a source text without proper acknowledgement, (c) submitting another student’s work, with or without that student’s knowledge (e.g.by copying a computer disk).2. Submitting a paper written by some one else (e.g.a peer or relative) and passing it off as their own. 3.Copying sections of material from one or more source texts, supplying proper documentation (including the full reference) but leaving out quotation marks, thus giving the impression that the material has been paraphrase draft her than directly quoted. Paraphrasing material from one or more source texts without supplying appropriate documentation. 3. Dilema Plagiarisme Plagiasi seakan menjadi dilema, sebab begitu banyak karangan dan ide-ide yang sudah diterbitkan. Hal ini menjadikan kesulitan untuk mencari mana yang merupakan pengarangn aslinya. Sebenarnya gagasan penulis sendiri, tetapi karena sudah pernah ditulis oleh orang lain yang hampir sama, maka seakan-akan konsep tersebut sudah tidak asli lagi. Sebagaimana dituliskan oleh Gerard dalam Syahabuddin (2009: 3356) According to Gerard (2004) in Sahabuddin , “Plagiarism can be a very difficult concept to grasp. After all, so many ideas and thoughts have been published already that it seems as though there are no original ideas anymore.” Thus, Girard states, “What we 164 perceive to be original thoughts really may be opinions and ideas written down by others and subconsciously ingrained in us through thing we have read or seen. This is a dilemma of writers. Dalam beberapa pendapat bahwa kontrol hukum atas kekayaan intelektual tidak mendapatkan kepastian. Beberapa sarjana berpendapat bahwa aturan terhadap plagiasi sudah usang. Satu hal yang ditekankan oleh ulama dalam tradisi pasca-modernis adalah bahwa garis antara plagiat dan bentuk menyalin diterima tidak selalu mudah untuk membedakan. Teori tersebut cenderung untuk menyusun kembali melakukan yang mungkin akan dicap sebagai plagiarisme dengan moral netral, bahkan secara moral menguntungkan. Sebagaimana dipaparkan oleh East (2006: 16) In arguing that the legal controls on intellectual property areobsolete, some scholars have argued that the rule against plagiarismitself is obsolete. One point emphasized by scholars in the post-modernist tradition is that the line between plagiarism and acceptable forms of copying is not always easy to discern. Plagiarism can be considered from a number of perspectives. Not only are there different understandings of the concept, but those who must deal with this concept and its presence come with their own realities, knowledge and cultural experiences. Lebih jelas lagi diungkapkan oleh East (2006: 16) Working closely with students, they have an awareness that students struggle to understand how to avoid plagiarism and to apply the conventions of referencing. Meskipun demikian harus dihindari plagiasi. Konsep dan pengalaman harus datang dari realitas dirinya sendiri, pengetahuan dan pengalaman budaya yang dimiliki dan diketahui. E. Contoh Plagiasi Judul Artikel Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional Analisis Plagiasi terhadap Judul Artikel Krisis Pangan Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul Untuk Mengatasinya 1. Kutipan dalam Bentuk Grafik. Kutipan artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 2) berjudul Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa grafik sama persis seperti pada tulisan Karya S.Suranto dalam jurnal Hayati edisi Juni 1999 yang berjudul Krisis Pangan Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul Untuk Mengatasinya yang ditulis oleh S.Suranto (1999: 48) dan tidak diberi tanda kutipan, grafik tersebut sebagai berikut: 165 Copy Image dari S.Suranto (1999: 48) 2. Kutipan dengan Kalimat Inti dalam Paragraf Kutipan artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 5) berjudul Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa kalimat dalam satu paragraf diambil ide kalimatnya tentang pendekatan biomolekuler untuk menanggulangi krisis pangan dunia. Hal ini seperti tertulis pada Karya S.Suranto dalam jurnal Hayati edisi Juni (1999:49) yang berjudul Krisis Pangan Dunia dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul untuk Mengatasinya tanpa diikuti dengan tanda kutipan (1999: 49). Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 5) sebagai berikut: Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi krisis pangan di Indonesia dengan pendekatan biologi molekuler, antara lain dengan merakit tanaman yang resisten terhadap serangan hama dan penyakit, serta toleran terhadap cekaman lingkungan (salin, kekeringan dan keracunan Al). Copy image dari S.Suranto (1999: 49) 3. Kutipan Kalimat dalam Satu Paragraf Artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 7-9) berjudul Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa kalimat yang sama persis dalam 5 (lima) paragraf secara berturut-turut. Hal ini seperti tertulis pada Karya S.Suranto dalam 166 jurnal Hayati edisi Juni (1999: 49-50) yang berjudul Krisis Pangan Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul Untuk Mengatasinya tanpa diikuti dengan tanda kutipan. Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 7) sebagai berikut: Pertama, Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari daun barli (DB4) yang memakai promoter 35 S Cauliflower mosaic virus (CaMV) dengan mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap serangan Phytophthora infestan sebagai kontrol, menunjukkan bahwa klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang disebabkan oleh P. Infestans mengalami penurunan lebih dari 55 % jika dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan P. Infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat direduksi. Copy image dari S.Suranto (1999: 49) Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut: Kedua, Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi protein selubung (coat protein) Johnsongrass mosaik potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV, misalnya dari protein selubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) dengan kontrol pomotor 35S CaMV, mampu dintegrasikan pada tanaman jagung transgenik yang bebas dari serangan virus. 167 Copy Image dari S.Suranto (1999: 49) Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut: Ketiga, Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa genetika pada tanaman padipadian untuk mendapatkan varietas yang resisten terhadap virus padi. Di samping itu, usaha untuk meningkatkan kualitas beras espereti yang diinginkan oleh manusia juga sedanag diusahakan. Jepang memberikan investasi yang cukup besar untuk penelitian dan pengembangan di bidang biologi molekul padi. Copy image dari S.Suranto (1999: 49) Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut: Keempat, Virus JGMV adalah virus yang asam nucleatnya berupa utas tunggal RNA dengan panjang 9,7 kilo basa (kb), virus ini menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam famili Graminae, seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian secara ekonomi cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa, atau kombinasi keduanya. Akibat sertangan virus ini, kerugian para petani dapat sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali. 168 Copy Image dari S.Suranto (1999: 50) Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 9) sebagai berikut: Kelima, Uji infeksi dari virus rekombinan tersebut secara in vitro pada inang sorgum Krish dan sorgum kontrol menunjukkan bahwa infeksi terjadi di kedua inang, sedangkan pada JGMV-jg yang disintesis secara in vitro tidak mampu menginfeksi sorgum Krish. Ternyata gen CPJGMV Krish-infecting strain ikut bertanggung jawab terhdap penghancuran sorgum Krish. Ini berarti dengan pendekatan biologi molekul, masa depan untuk membuat tanaman sorgum atau jagung transgenik dengan menyisipkan CP JGMV Kris Infecting strain ke genom tanaman terbuka dan diharapkan dapat membantu mengatasi masalah penyakit virus. Copy Image dari S.Suranto (1999: 50) 4. Kutipan dalam Satu Paragraf tetapi dipenggal menjadi Paragraf Baru Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8-9) sebagai berikut: Pada tahun 1960-an Departement Of Primary Industry di Quennsland telah mengembangbiakkan suatu jenis sorgum baru yang berasal dari India yang resisten terhdap virus JGMV tipe liar (JGMV-jg). Sorgum tersebut diberi nama sorgum Krish dan dipercayai 169 mempunyai gen resisten N yang tahan terhadap serangan JGMV-jg. Percobaan ini menghasilkan beberapa galur sorgum Krish (misal QL12) yang resisten terhadap JGMV-jg dan telah disebarkan kepada petani dan memberikan keuntungan. Tetapi pada tahun 1985, di Quennsland telah ditemukan galur virus baru yang mampu menginfeksi sorgum Krish yang mengandung gen resisten. Akibat munculnya galur virus baru ini, kerugian yang dialami pemerintah negara bagian Quennsland-Australia demikian besar. Kutipan ini hanya berbeda pada pemecahan paragraf saja. Kata tetapi pada tulisan S.Suranto ditulis dalam satu paragraf. Copy Image dari S.Suranto (1999: 50) 5. Kutipan dalam Daftar Pustaka Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 11) dalam mengutip daftar pustaka sebagai berikut: Brawn, L.R.& H Kane. 1994. Full House, Ressessing the Earth’s Population Carrying Capacity. S. Linda (ed), The Wordlwatch Environment Alert Serios. London: W.W. Northon A Company. Copy image dari S. Suranto (1999: 50) Teknik penulisan grafik yang dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution seharusnya menuliskan Brawn & Kane (1994) dalam S.Suranto (1999: 49). Hal ini dimaksudkan bahwa Muhammad Arif Nasution mengutip grafik tersebut bermula dari S.Suranto (1999: 49) yang 170 telah dirujuk oleh S.Suranto dalam daftar pustaka. Teknik penulisan berbeda ketika yang bersangkutan memang benar-benar telah mengambil grafik tersebut dari sumber aslinya, maka Muhammad Arif Nasution boleh merujuk kutipan tersebut (Brawn & Kane: 1994) dalam daftar pustaka. Ide kalimat yang ada dalam paragraf tersebut adalah Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi krisis pangan di Indonesia dengan pendekatan biologi molekuler, antara lain dengan merakit tanaman yang resisten terhadap serangan hama dan penyakit, kalimat tersebut sama idenya dengan kalimat yang ditulis oleh S.Suranto dalam Jurnal Hayati tahun (1999: 49). Demikian Sesuai dengan kategori plagiasi yang ditulis oleh Rahayu Surtiati Hidayat, tindakan yang disebut plagiat antara lain: mengakui tulisan orang lain sebagai karya sendiri, mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri, mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri, mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri, menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asalusulnya (Hidayat, 2010). "Two issues related to plagiarism do not deal with the outside sources. The first occurs when a student submits in a course a paper done for a previous course. Although obviously not the same as stealing someone else's ideas, this practice nontheless qualifies as a kind of self plagiarism and constitutes another form of cheating. If you want to rework a paper that you prepared for another course, ask your current instructor for permission to do so." Gibaldi (1999: 34). Menyalin (mengutip langsung) bagian tertentu dari tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik, meringkas dengan cara memotong teks (mengutip langsung) tanpa menyebutkan sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik, meringkas dan memparafrase (mengutip taklangsung) tanpa menyebutkan sumbernya (Booth et al. 1995: 167-170), meringkas dan memparafrase (mengutip tidak langsung) dengan menyebutkan sumbernya, tetapi terlalu dekat dengan sumbernya. Booth et al. 1995: 169) "You also plagiarize when you use words so close to those in your source, that if your work were placed next to the source, it would be obvious that you could not have written what you did without the source in your elbow … No matter your intention, close paraphrase may count as plagiarism, even when you cite the source." Dijelaskan pula oleh Wilhoit, 1994; Brandt, 2002; Howard, 2002 Forms of Plagiarism by students plagiarise infourmainways (Wilhoit, 1994; Brandt, 2002; Howard, 2002).1.Stealing material from another source and passing it off as theirown,e.g.(a) buying apaper from are search service,essay bank or term papermill (eitherpre-written or specially written),(b) copying a whole paper from a source text without proper acknowledgement,(c) submitting another student’swork,with or without that student’s knowledge (e.g.by copying a computerdisk).2. Sub mitting apaper 171 written by some one else (e.g.a peer or relative) and passing it off as their own.3. Copying sections of material from one or more source texts, supplying proper documentation (including the full reference) but leaving out quotation marks, thus giving the impression that the material has been paraphrase drat her than directly quoted. Paraphrasing material from one or more source texts without supplying appropriate documentation. Gibaldi (1999: 34) yang menyatakan, "Two issues related to plagiarism do not deal with the outside sources. The first occurs when a student submits in a course a paper done for a previous course. Although obviously not the same as stealing someone else's ideas, this practice nontheless qualifies as a kind of self plagiarism and constitutes another form of cheating. If you want to rework a paper that you prepared for another course, ask your current instructor for permission to do so." Gibaldi 1999: 34). Berdasarkan hal tersebut, maka, kalimat tersebut termasuk dalam kategori plagiasi. Dengan alasan, ide pokok/gagasan kalimat sama persis dan tidak diikuti dengan tanda kutipan. Hal ini berarti menganggap bahwa tulisan tersebut adalah tulisan Muhammad Arif Nasution. Inilah yang disebut dengan plagiasi. Kutipan sama Persis ditemukan 6 (enam) paragraf secara berturut-turut mengutip secara langsung dengan kutipan yang sama persis tanpa diikuti dengan tanda kutipan. Menurut etika akademis, Muhammad Arif Nasution harus segera menuliskan tanda kutipan setelah kalimat itu dikutip sebagian atau secara keseluruhan dengan membubuhkan S.Suranto (1999: 49-50), tetapi hal itu tidak dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution. Dengan demikian, maka kutipan tersebut merupakan tindakan plagiasi. Kutipan sama Persis tetapi Berbeda dalam Pemenggalan Paragraf yang dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution Pada tahun 1960-an Departement Of Primary Industry di Quennsland dilakukan pemenggalan paragraf pada kata tetapi....meskipun sesungguhnya dalam tinjauan kata sambung tetapi harus dilekatkan dalam satu paragraf sebelumnya, jadi sebenarnya harus sama persis teknik penulisannya sebagaimana dituliskan oleh S.Suranto tanpa ada pergantian paragraf. Teknik penulisan daftar pustaka tersebut harusnya ditulis Brown, L.R. & H. Kane dalam S.Suranto (1999: 48). Dengan demikian, pengutipan daftar pustaka Brawn, L.R & H ditulis dalam S.Suranto (1999: 49) sebagaimana kutipan tabel itu ditulis oleh S.Suranto pada halaman 49. Teknik penulisan yang dibuat oleh Muhammad Arifin Nasution seakan-akan yang bersangkutan menemukan sendiri dalam buku aslinya, padahal mengambil dari sumber S.Suranto (1999). Hal ini akan berbeda ketika yang bersangkutan memang benar-benar mengambil kutipan dari naskah aslinya. Kalau memang yang terjadi demikian, maka penulisan Brown, L.R. & H. Kane dibenarkan ditulis dalam daftar pustaka tanpa nama S.Suranto sebagai pengutip pertama. 172 BAB XI PENULISAN RESENSI BUKU A. Prawacana Menulis resensi buku pada dasarnya merupakan kegiatan mengulas, menilai menganalisa, mengkritisi atau mengapresiasi sebuah buku secara keseluruhan. Penilaian tidak hanya pada judul, tetapi terfokus pada isi secara menyeluruh. Mengulas, menganalisa, mengkritisi menilai kerangka pemikiran, sub judul yang dituliskan, paragraf-paragrafnya, padu padan dan ketersambungan antara paragraf, kalimat yang digunakan, serta pilihan kata (diksi) yang variatif, serta nilai kebermanfaatan bagi pembaca. Selain dari itu juga tidak luput untuk mengulas, menilai menganalisa, mengkritisi terhadap penampilan fisik buku. Berdasarkan ulasannya, maka biasanya penulis resensi buku mengajak kepada pembaca resensi untuk membaca agar dapat memutuskan untuk membeli. Penulis resensi buku sebelum membuat keputusan untuk menulis resensi pasti sudah menilai bahwa buku tersebut merupakan buku yang bagus dengan pertimbangan dari berbagai sisi, sehingga buku tersebut layak untuk dibaca orang lain dan bahkan untuk dimilikinya. Seorang penulis resensi buku tidak ada kepentingan secara personal yang akan menguntungkan secara pribadi, tetapi betul-betul berangkat dari obyektifitasnya. Penulis resensi berkeinginan untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Meskipun demikian, jika resensinya itu diterbitkan di media massa, maka akan mendapatkan honor dari media massa tersebut dan jika penerbitan resensi bukunya dibuktikan kepada penerbit, maka penerbit akan memberikan souvenir beberapa buku, namun hal itu bukan menjadi tujuan utamanya. Seorang penulis resensi buku sangat berpeluang untuk menjadikan hobinya sebagai profesi bagi dirinya sebagai sandaran ekonomi diri dan keluarganya. Dengan demikian, kegiatan yang bersangkutan berinteraksi secara intens dengan penerbit ataupun penulis buku menjadikan sebagai bagian dari proses mendapatkan kesuksesan menjalankan profesinya. B. Meresensi Buku Merupakan Kegiatan yang Mengasyikkan Menulis resensi buku bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang mengasyikkan, terutama bagi pecinta membaca buku sekaligus hobi menulis. Ada kemungkinan bisa jadi sebagian orang cinta buku tetapi tidak memiliki hobi untuk menulis, tetapi sangat kecil kemungkinan untuk berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan meresensi buku. Manfaat meresensi buku antara lain cerdsas bernalar, kaya ilmu, kaya finansial, dan buku. 173 1. Cerdas Bernalar Seorang penulis resensi buku dituntut untuk menilai, membandingkan isi dengan segala komponennya dan penampilan sebuah buku dengan pembanding ataupun tidak. Kegiatan ini secara tidak langsung akan melatih kemampuan untuk berkembangnya nalar dalam menelaah karya orang lain. Kemampuan yang sudah dimiliki pada akhirnya dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi apapun sesuai dengan pengalaman yang diperoleh penulis resensi buku. 2. Kaya Ilmu Membaca karya penulis lain kemudian menelaahnya membuat penulis resensi mampu memetik pelajaran dari karya tersebut. Penulis resensi bisa mendapatkan kelebihan dan kekurangan sebuah karya tulis. Apabila dibutuhkan, penulis resensi dapat mengambil inisiatif atau meniru setiap kelebihan dan berusaha untuk menghindari kelemahan atau kekurangan yang serupa. Balajar dari karya orang lain akan membuat seseornag selangkah lebih maju. Belajar dari kesalahan orang lain sangat menguntungkan daripada harus mengalami kesalahan dari diri sendiri. 3. Kaya Finansial Seorang penulis resensi buku juga mendapatkan peluang seseorang untuk memiliki kekayaan secara materi. Resensi buku yang ditulis kemudian dikirim ke media masa dan diterbitkan, maka ada berpeluang mendapatkan honor dari media masa tersebut. Ketika saudara mencantumkan nama lembaga tempat bernaung, maka juga berpeluang untuk mendapatkan insentif dari lembaga tersebut. 4. Kaya Buku Penulis resensi buku akan mendapatkan honor dari media massa, jika resensinya itu diterbitkan di media massa dan akan mendapatkan apresiasi dari penerbit jika penerbitan resensi bukunya dibuktikan kepada penerbit. biasanya, penerbit akan memberikan souvenir beberapa buku. Dengan demikian, penulis resensi buku dapat memperoleh beberapa buku secara gratis dari penerbit. Seorang penulis resensi buku yang sudah senior pasti akan memiliki banyak buku, ada kemungkinan penulis resensi buku dapat mengkoleksi sebagian dan sebagian yang lain dapat dikonversi menjadi rupiah. Dengan demikian seorang penulis resensi buku di samping memiliki banyak buku juga banyak memiliki uang. C. Pola Penulisan Resensi Buku Ada tiga pola dalam penulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action,diakses Maret 2012. 174 tanggal 17 1. Meringkas (sinopsis) Meringkas berarti menyajikan semua persoalan yang dituangkan dalam buku secara padat dan jelas. Oleh karena itu, sebaiknya persoalan yanag disajikan dalam buku tersebut diringkas secara jelas. Cara yang bisa dilakukan oleh seorang penulis resensi buku dengan memilah dan memilih permasalahan yang ada yang dinilai penting dalam uraian yang jelas dan ringkas. 2. Menjabarkan (deskripsi) Mendiskripsikan berarti memberikan jabaran atau mendeskripsikan hal-hal menonjol dari sinopsis yang sudah dilakukan. Apabila dipandang perlu maka, bagian-bagian yang mendukung uraian dapat dikutip kembali dengan memberikan tanda khusus seperti tanda kutip atau dengan ditulis miring. 3. Mengulas Mengulas berarti menyajikan ulasan tertentu pada beberapa bagian antara lain sebagai berikut a. Isi pertanyaan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diulas (diinterpretasikan); b. Organisasi atau kerangka buku; c. Bahasa; d. Kesalahan cetak; e. Membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain; f. menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku. D. Tips Menulis Resensi Menjadi seorang penulis resensi buku tidak serta merta tulisannya segera dapat diterima oleh media massa atau yang bersangkutan langsung menjadi tenar dan menjadikan hobinya menjadi sebuah profesi bagi dirinya, tetapi penulis resensi harus memiliki kemampuan dan tips sekaligus agar hasil resensi bukunya dapat diterima oleh media massa. Di bawah ini ada beberapa cara untuk menulis resensi buku, minimal, ada enam unsur yang sebaiknya tercantum dalam resensi buku, di antaranya adalah anatomi awal buku, judul, garis bersar buku, penilaian terhadap buku, dan manfaat buku. 1. Anatomi Awal Buku Anatomi buku minimal memuat judul, penulis, penerbit, harga dan tebal buku, dari anatomi buku ini pembaca dapat memperoleh gambara isi buku. 175 2. Judul yang Menarik Setiap tulisan, judul selalu menjadi pemikat pertama seseorang melanjutkan membaca tulisan ataupun tidak, atau bahkan berkeinginan untuk membelinya. Oleh karena itu, penulis resensi buku harus mementingkan akan judul buku yang akan dibuat resensinya. 3. Garis Besar Isi Buku Penulis resensi buku mengawali dengan memberikan deskripsi gambaran umum tentang isi buku yang diresensi. Gambaran umum ini bagi pembaca bermanfaat untuk memiliki gambaran tentang isi buku yang diresensi. Pilihan kata, kejelasan, dan sentuhan bahasa yang digunakan menjadi sangat dibutuhkan dalam deskripsi ini. 4. Penilaian terhadap Buku Penilaian terhadap isi buku merupakan substansi dari isi buku. Penilaian secara terbuka diberikan dalam bentuk kelebihan dan bahkan kekurungan yang dimiliki buku tersebut. Resensi buku yang ditulis akan lebih valid apabila dapat membandingkan dengan buku pendahulunya meskipun tidak menyebutkan judul dan pengarangnya. Validitas itu menjadi perlu bagi pembaca untuk menguatkan keinginan untuk membaca dan bahkan untuk membelinya. Penilian terhadap buku yang diresensi tidak sekadar pada isi dan nilai kebermanfaatan secara non fisik, teapi secara fisik juga ditonjolkan. Penampilan cover meluputi kualitas kertas, lay out dan bentuk kualits cetak seperti ukuran huruf, jenis kertas, editing dan sebagainya juga sedikit disinggung. Pembaca dan kolektor buku juga seingkali menjadi bahan pertimbangan untuk memilikinya. 5. Manfaat Buku Bagi Pembaca Penulis resensi diharapkan memberi gambaran manfaat yang akan diperoleh pembaca dari membaca buku tersebut sekaligus membeeri saran kepada pembaca. 6. Khusus untuk Novel Novel merupakan karangan fiksi yang di dalamnya terdapat beberapa hal yang tidak ditemui pada penulisan non fiksi, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa unsur pembangun sebuah karya sastra berbentuk novel. Beberapa hal yang menjadi obyek resensi seperti alur, plot, penokohan, setting, sudut pandang, dan variasi gaya bahasa. Beberapa hal penting dapat ditonjolkan meskipun tidak secara keseluruhannya. 176 E. Contoh Resensi Buku Berikut ini diberikan contoh resensi buku yang ada di media massa. 1. Klub Film Judul Pengaang ISBN Halaman Penerbit Bahasa Harga : Klub Film : David Gilmour : 9789792277753 : 288 : Gramedia Pustaka Utama (GPU) : Indonesia. : Rp 55.000 Sedikitnya 118 judul film dibahas dalam buku ini, dan 27 media memberikan komentar positif untuk buku karya David Gilmour – Klub Film. Sebuah buku yang berjudul asli The Film Club yang ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya dalam kewajibannya mengasuh dan membangun hubungan dengan anak laki-lakinya yang beranjak remaja; Jesse Gilmour. Jesse mengalami ketidaktertarikan dengan sekolah yang dijalaninya, tapi juga belum tahu apa yang diinginkan sebenarnya. Nilai rapornya cukup mengenaskan, Jesse juga sering membolos untuk hal-hal mungkin “kurang jelas” tujuannya, atau pergi ke suatu tempat yang juga “kurang jelas” tempatnya. Setiap kali melakukan kesalahan, Jesse akan kembali dan siap menerima kemarahan orang tuanya, lalu meminta maaf dengan sungguh-sungguh, tapi beberapa hari berikutnya Jesse akan mengulagi lagi dan lagi. Orang tua Jesse telah berpisah, Jesse tinggal bersama ibunya, dan ayahnya telah menikah lagi. Pada suatu titik waktu, Ibunya meminta ayahnya –David Gilmour, untuk menggantikan perannya di rumah untuk menjaga Jesse. Sehingga David akhirnya pindah ke rumah mantan istrinya dan mantan istrinya pindah ke rumahnya. Hari-hari awal kebersamaannya dengan Jesse, David mengamati anak laki-lakinya. Bagaimana sekolahnya dan sehari-harinya, setelah mulai memahami David akhirnya mengajak anaknya untuk berbicara serius tentang sekolahnya. Sebuah pilihan diberikan kepada Jesse: “Kalau kau sudah tidak mau bersekolah lagi, kau tidak perlu bersekolah lagi” (hal. 6). Tawaran itu akhirnya disetujui Jesse dengan konsekuensi Jesse diminta nonton film yang dipilih David, 3 film setiap minggunya. David adalah juga seorang kritikus film yang cukup sukses di Kanada kala mudanya, melihat kondisi Jesse yang kurang tertarik sekolah, kurang tertarik olahraga, tidak senang membaca, tapi cukup tertarik untuk nonton film, akhirnya David mengambil langkah untuk memilih film sebagai sarana mendidik anaknya. 177 Author David Gilmour, left, with his son Jesse. (Thomas Allen Publishers) Thomas Allen Publishers Hari-hari selanjutnya, kegiatan David dan Jesse diisi dengan diskusi tentang filmfilm yang ditonton bersama. Juga diselingi dengan cerita kehidupan percintaan Jesse yang jatuh bangun dengan gadis pujaannya. Kehidupan David sendiri juga mengalami pasang surut, hingga pada suatu ketika sempat David benar-benar mengalami krisis keuangan dan pekerjaan, sampai-sampai rela untuk melamar menjadi kurir pengantar yang menjalankan tugasnya dengan sepeda, setelah bertemu seorang lansia yang juga masih menjadi kurir. Namun ternyata lamarannya juga tidak membuahkan hasil. Lantas, apakah akhirnya David berhasil mengasuh anaknya dengan memberi pendidikan melalui film-film yang mereka tonton bersama? Akankah Film-film yang mereka tonton sanggup mengembalikan kesadaran Jesse bahwa sekolah juga penting untuk masa depannya? Tentu semua jawabannya ada di buku ini. 118 Film Film-film yang ditonton David dan Jesse di antaranya: Basic Instinc, Breakfast at Tiffany’s, Giant, It’s a Wonderful Life, Pulp Fiction, The Bicycle Thief, The Godfather, The Exorcist, Volcano: An Inquiry into the Life and Death of Malcolm Lowry, dan masih banyak lagi. Tercatat ada 118 film yang telah mereka tonton. Barangkali ada beberapa film yang juga sudah Anda tonton. Salah satu yang masih sangat berkesan adalah sewaktu mereka membahas tentang film The Bicycle Thief, sebuah film klasik Italia yang diproduksi tahun 1948. Bercerita tentang pencuri sepeda yang terpaksa melakukannya untuk memenuhi kewajibannya mencari nafkah untuk keluarga, setelah sepedanya yang selama ini digunakan untuk bekerja dicuri. Inti yang ingin disampaikan dari film tersebut adalah,bahwa ada kalanya kita menggeser pendirian moral kita–mana yang benar, mana yang salah— tergantung pada apa yang kita perlukan saat itu. (hal. 101). 178 Mungkin kita juga pernah mengalami hal tersebut, tapi tidak benar-benar menyadarinya. Dalam suatu kondisi tertentu, pendirian moral terhadap sesuatu hal bisa bergeser. Apa yang semula diyakini sebagai sebuah kebenaran bisa menjadi kabur. Barangkali begitu pula apa yang dialami David dan Jesse. Menyekolahkan anaknya pada awalnya diyakini sebagai sesuatu yang benar, namun pada kasus yang dialami Jesse, membuat David harus membuat keputusan lain untuk masa depan Jesse. Saat ini, pilihan sekolah makin beragam dengan menjamurnya home schooling. Tapi mungkin keputusan David tidak bisa diterapkan begitu saja untuk semua orang tua, karena pada kenyataannya setiap anak memiliki garis kehidupan yang sangat berbeda. Semua anak terlahir sebagai pribadi yang unik, pada hakekatnya semua anak adalah master piece kehidupan. Orang tua yang dititipi memiliki kewajiban mengasuh dan memberikan perhatian yang tebaik sejauh kemampuannya. Hubungan bapak dan anak yang menjadi tulang punggung cerita buku ini, begitu hangat tergambar dari mereka, bagaimana David menenangkan Jesse yang patah hati dan Jesse yang akhirnya sangat terbuka menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya juga semua rahasia-rahasianya. Sebuah buku yang sepertinya perlu dimiliki oleh semua orang tua, untuk menjalin hubungan yang baik dan membangun komunikasi dengan anak-anaknya. Bagaimana membuat anak-anak merasa terlindungi dan merasa nyaman saat berada di dekatnya tanpa harus mengorbankan hirarki yang sesungguhnya, bahwa hubungan orang tua dan anak, tidak sama dengan hubungan seperti halnya hubungan pertemanan dengan teman sebaya. Dan anak juga bisa menyadari, bahwa orang tua juga adalah manusia biasa, yang bisa saja salah, bisa tidak tahu, juga bisa mengalami terpuruk dan tidak berdaya. 2. Orang Jawa Jadi Teroris Sumber : Kompas, 12 Juli 2011 Judul Buku : Orang Jawa Jadi Teroris Peresensi : Ahmad Faozan Penulis : M.Bambang Pranowo Penerbit : Pustaka Alvabet dan Lakip Jakarta Tahun : Februari 2011 Tebal : 300 halaman Tidak menuliskan harga buku. Bagi sebagian masyarakat mempersepsikan orang Jawa adalah orang yang ramah, santun, religius, dan suka mengalah. Karakter orang Jawa, kemudian disimbolkan dalam 179 perwayangan dengan Pandawa Lima. Yakni, Puntodewo, Werkudoro, Arjuna, Nakula, dan Sadewo. Puntodewo, Nakula, dan Sadewa di artikan sebagai tokoh yang lemah-lembut dan selalu mengalah. Sedangkan, Arjuna sebagai tokoh yang pandai, baik dalam diplomasi maupun perang. Sedangkan, Werkudoro tokoh yang lurus, pemberani, dan pantang menyerah. Lantas, bagaimana dengan banyaknya orang Jawa yang menjadi teroris apakah masih pantas orang Jawa di simbolkan dengan Pandawa Lima?. Mayoritas penduduk Jawa Muslim. Islam di sebarluaskan oleh para Walisongo. Seiring dengan isu teroris di dunia mencuat pasca tragedi 11/9 di Amerika banyak kaum radikal kemudian menyebarkan panji-panji Jihad untuk memerangi kaum kafir seperti orang Amerika, Eropa dan negara-negara non Muslim lainnya yang ada jawa. Bangsa Indonesia, khusunya Jawa di jadikan sebagai tempat dakwah ideologi radikal. Banyak generasi muda orang Jawa di ajak untuk berjihad. Dengan dalih, Jihad suci sesuai perintah Agama dan di jamin akan masuk surga. Akhirnya, banyak orang-orang muda jawa terperangkap yang kemudian menjadi teroris akibat di cekoki ideologi radikal. Seperti, Amrozi, Imam Samudera, Abu Dujana, dan Abu Bakar Baasyir dan lain lain. Terorisme telah menebar kekhawatiran dan ketakutan kepada masyarakat.. Dan, sewaktu-sewaktu ia mampu mengebom dan membuat ancaman secara mengejutkan. Citra Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi pemeluknya di bungkus dengan kebencian dan makian oleh kaum radikalisme. Misi dakwah kaum radikal yang sukses mendapat pengikut banyak di Jawa. Setelah sukses mengembangkan jaringan di Jawa akhirnya, kini Jawa di jadikan sebagai tempat pengendali aksi gerakan terorisme di Indonesia. Sekalipun, para gembong teroris tersebut kini sudah banyak yang sudah tertembak mati dan tertangkap hidup-hidup namun, masih saja bermunculan wajah-wajah baru pelaku teroris. Ibarat mati satu tumbuh seribu. Buku bertajuk” Orang jawa menjadi teroris” karya Bambang Pranow berusaha membeberkan mengapa banyak orang Jawa terseret menjadi teroris. Padahal, orang Jawa sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, dan religius tidak mudah di pengaruhi oleh paham-paham lain yang bertentangan. Sebagaimana, Islam dapat masuk ke Jawa melalui akulturasi budaya. Berbeda dengan gerakan Islam radikal yang ada di Jawa mereka berdakwah dengan cara-cara picik dan licik. Sebagaiman diketahui bahwa “Abu Dujana, Abu Irsyad, Amrozi dll di gembleng secara fisik, psikologis, dan ideologis untuk melakukan perang dengan orang kafir yang harus di perangi ”.(Hal 18). Di tengah kehidupan berbangsa yang semakin kompleks fakto kemisikinan dan ketidakadilan yang di alami umat Islam nampaknya menjadi penyebab mereka teriur untuk ikut menjadi teroris. Dalam konteks inilah, buku ini penting untuk di baca. Buku yang 180 merupakan bunga rampai dari sekumpulan artikel yang tercecer di mana-mana menarik kita baca. Buku ini, menggugah diri kita untuk bagaimana menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia khusunya di Jawa. Dan, menjadikan inspirasi bagi kita untuk tidak membiarkan gerakan teroris di sekeliling kita. Pembaca kan kesulitan mencari benang merahnya pada buku ini. Sebab, buku ini terdiri dari kumpulan opini yang beragam pembahasan. Namun begitu, Tidak kalah pentingnya kini adalah kesadaran semua pihak seperti Ulama, Cedekiawan, dan komponen masyarakat untuk ikut berpartispasi mengatasi berkembang biaknya paham terorisme. 3. Rp 2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, & Singapura Judul : Rp2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, & Singapura Penegarang : Claudia Kaunang Penerbit : B First (Bentang Pustaka) Cetakan : I, Agustus 2011 Tebal : x + 190 halaman ISBN : 978-979-24-3863-5 Tidak menuliskan harga buku Melihat judul bukunya saja, kita pasti akan bertanya-tanya, memangnya bisa hanya modal 2 juta rupiah keliling tiga negara tetangga itu? Setidaknya, backpacker sejati Claudia Kaunang sudah membuktikannya sendiri. Biaya dua juta itu sudah termasuk akomodasi, konsumsi, dan transportasi selama 10 hari perjalanan di awal Juli 2009. Wow!. Ada beberapa alasan yang mendasari penulis untuk berpetualang di Thailand, Malaysia, dan Singapura. Pertama, pemegang paspor Indonesia tidak memerlukan visa untuk memasuki ketiga negara tersebut, pasti langsung bisa dapat izin masuk yang biasanya berupa social visit pass. Kedua, karena baik kota Bangkok, Kuala Lumpur, Penang, dan Singapura memiliki penerbangan langsung menuju Jakarta. Ketiga, karena biaya hidup di ketiga negara tersebut cukup murah. Bahkan, bisa lebih murah dibanding Jakarta. “Bisa dibilang Singapura, Malaysia, dan Thailand adalah negara-negara yang sadar betul dengan potensi wisata dalam negeri walaupun sebenarnya tempat wisata yang digembar-gemborkan tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia. Namun, kelebihan mereka adalah begitu rapi dan apik mengolah potensi lokal sehingga tempat yang ‘tidak ada apa-apanya’ tersebut menjadi berdaya jual tinggi dan ramai dikunjungi wisatawan asing.” (hlm. 11) Bagi saya yang belum pernah membaca buku bertema traveling sebelumnya, informasi yang disajikan Claudia Kaunang dalam buku ini sangat lengkap. Terdapat rincian 181 perhitungan biaya per harinya, keterangan mengenai tempat wisata yang wajib dikunjungi, penginapan murah yang aman dan nyaman, serta info santapan yang halal dan enak. Jika itu semua belum cukup, penulis pun menyertakan peta rute perjalanan dan transportasi umum di tiap kota dalam buku ini. Terdapat pula sejumlah tips aman selama travelling dan menceritakan pengalamannya selama berkeliling tiga negara tersebut. Melalui kisahnya, kita akan tahu bahwa temperamen sopir-sopir taksi di KL agak tinggi, bahwa Singapura adalah negara di Asia Tenggara yang paling nyaman untuk para pejalan kaki, bahwa kota Bangkok adalah surganya para backpackers. Simak salah satu tips dari penulis berikut ini: “Jangan menunjukkan muka kesal, cemberut, atau menggerutu kalau sopir taksi menawarkan harga yang tidak wajar atau tidak mau menyalakan argo karena, entah kenapa, temperamen sopir-sopir taksi di kota ini (Kuala Lumpur) memang agak ‘tinggi’. Jadi, jangan sampai adu mulut hanya karena tawar-menawar harga. Tinggalkan saja taksi tersebut dan cari taksi yang lain.” (hlm. 110) Oh ya, sedikit bocoran, budget 2 juta rupiah ini belum termasuk biaya tiket pesawat. Namun, jangan merasa tertipu dulu, sebab harga tiket pesawat memang berubah-ubah. Pergi di saat low season memungkinkan kita mendapat harga tiket termurah. Mengenai hal ini, lagi-lagi penulis memberikan tipsnya: “Begitulah harga pesawat. Kalau lagi untung, ya murah banget, tetapi kalau lagi mahal, ya mau bilang apa. Sering-seringlah mengecek website semua maskapai penerbangan dan kalau perlu subscribe newsletter mereka supaya bisa update promosipromosi yang sedang berlangsung.” (hlm. 168) Membaca buku ini membuat saya langsung ingin giat menabung supaya kelak bisa melakukan penjelajahan seperti Claudia Kaunang. Penulis yang juga merupakan seorang pegawai perusahaan multinasional ini dengan lengkap mencantumkan segala informasi yang dibutuhkan bagi mereka yang ingin jalan-jalan secara aman dan nyaman dengan biaya terbatas. Buku Rp2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, dan Singapura ini adalah buku panduan perjalanan pertamanya. “Pergilah melihat dunia karena dengan cara itulah kita baru bisa mensyukuri negara sendiri.” (hlm. 12) Claudia Kaunang juga telah menulis empat buku panduan perjalanan lainnya, yaitu Rp500 Ribu Keliling Singapura; Rp2 Juta Keliling Macau, Hong Kong, dan Shenzhen; Rp2,5 Juta Keliling Jepang; dan Rp3 Juta Keliling Korea dalam 9 Hari. Ia pun sangat interaktif dengan para pembacanya, menjawab pertanyaan mereka seputar dunia traveling melalui talkshow maupun lewat akun Twitter pribadinya, hingga mengadakan acara jalanjalan bersama yang disebut #TripBarengCK. Di tahun 2012 ini, #TripBarengCK sudah berkunjung ke Jepang pada bulan Januari lalu. Hal ini dilakukan penulis untuk membuktikan 182 bahwa apa yang ia tulis dalam buku-bukunya adalah benar dan tidak mengada-ada. Kalau masih penasaran, kunjungi saja Twitter-nya @ClaudiaKaunang. Akhir kata, buku ini direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin bepergian secara hemat, aman, dan nyaman. http://media.kompasiana.com/buku/2012/03/04/resensi-buku-rp2-juta-keliling-thailandmalaysia-singapura/.diakses tanggal 17 Maret 2012. 4. Emak ISBN Halaman Penerbit Bahasa Harga Peresensi : : : : : : 9797094867 304 Kompas Indonesia Rp 48.000 Tegas Imam Ramadhan EMAK Adalah sebuah masterpiece dari seorang Daoed Joesoef dalam hal penulisan buku. Bukan muncul dari statemen seorang Daoed, tapi dari saya seorang pembaca. Kenapa saya sampai menyebutnya masterpiece? Latar belakang Daoed yang bukan penulis adalah salah satu alasan kenapa saya mengatakannya. Buku yang sarat pesan yang ditulis oleh seorang mantan menteri pendidikan di era orde baru. Buku ini dari awal paragraf hingga kalimat terakhir bercerita tentang sesosok perempuan yang sangat berarti bagi Daoed, Ibu. Dalam bahasa Medan-bahasa asal Daoedsering disebut dengan Emak. Yang menarik disini adalah bahwa ada pembagian cerita oleh Daoed yang disajikan dalam bab-bab yang mengesankan. Setiap bab mempunyai topik cerita sendiri. Antar bab tidak saling berhubungan secara langsung. Sehingga buku ini menghadirkan banyak warna yang menyatu dalam sebuah buku. Latar belakang jaman revolusi kemerdekaan semakin memperkuat suasana nostalgia dalam buku ini. Apalagi dalam buku ini sepertinya Daoed tidak hanya ingin bercerita tentang Emaknya. Ini terbukti dalam beberapa bab dalam buku yang sangat kental membahas tentang semangat nasionalisme pada waktu itu. Kemudian juga tentang cerita persahabatan Daoed dengan beberapa teman masa kecil. Cara Daoed menghubungkan antara cerita-cerita lain dengan sosok Emak inilah yang menggelitik pembaca. Apalagi ketika Daoed melalui tulisannya berusaha untuk memberitahu pembaca pesan-pesan yang 183 diterimanya dari Emaknya. Ada semacam keluhuran yang coba ditansformasikan kepada pembaca dengan bahasa yang unik walaupun sedikit berat. Mungkin sosok terpelajar Daoed yang membuat buku ini sedikit sekali diselingi humor-humor. Sepertinya Daoed benar-benar serius ingin menyampaikan semua pesan yang dia tangkap dari Emaknya. Tapi sedikitnya humor cukup tertutupi dengan cerita yang memang sangat kuat. Anda harus membacanya sendiri agar tahu bagaimana luhurnya pesan yang coba disampaikan oleh buku ini. Sangat pas dibaca oleh para Ibu maupun calon Ibu agar dapat memetik nilai-nilai yang semestinya dimiliki seorang Ibu. Tidak kalah bermanfaatnya apabila buku ini dibaca oleh kalangan pemuda. Karena dalam buku ini juga menceritakan bagaimana Daoed muda pantang menyerah untuk mengenyam pendidikan. Bagaimana kerja keras Daoed dan kawan-kawannya meraih cita-cita mereka. Saya beruntung menemukan buku ini di salah satu rak buku di sebuah toko buku di pinggiran Yogya. Apakah anda juga akan merasa beruntung seperti saya ketika usai membaca Emak ini? Sumber: http://tegasramadhan.wordpress.com/2011/04/30/emak-penuntunku-dari-kampungdarat-sampai-sorbonne/ 184 BAB XII PROPOSAL PENELITIAN. A. Prawacana Prinsip kerja seorang arsitektur adalah bekerja dengan design, tidak pernah kerja dengan konsep yang masih belum tertuliskan. Semua garis-garis dalam konstruksi bangunan yang akan didirikan sesuai dengan perhitungan yang matang untuk menghasilkan gedung yang diinginkan. Demikian juga dengan naskah proposal penelitian merupakan design yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian. Design penelitian diawali dari judul, disiplin keilmuan yang dimiliki, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan tinjauan pustaka serta metode penelitian yang digunakan. Semua metode yang dirancang secara detil tergambarkan. Dengan demikian, akan mempermudah dalam melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil penelitiannya. Proposal yang dibuat harus mengikuti format yang dibakukan oleh lembaga masingmasing, baik dari sisi sistematika, teknik penulisan maupun karaktristik lainnya. Proposal yang disusun harus memperhatikan segala hal yang dapat mendukung keberhasilan penelitian yang direncakan. Sekiranya dengan segala pertimbangan, ternyata ditemukan beberapa hal yang kurang mendukung, maka peneliti dengan sabar mengalihkan kepada topik penelitian yang lain. Pengalihan topik ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk memudahkan pemahaman tentang proposal penelitian maka, diberikan contoh sederhana sebuah proposal. B. Hakikat Usulan Penelitian Penelitian selalu melibatkan penulisan, mulai dari merancang, merencanakan, meneliti di lapangan, sampai pada melaporkan hasil penelitian. Sebelum merancang suatu penelitian, peneliti hendaknya membekali diri dengan informasi yang kuat tentang rencana penelitian yang akan dilakukan mulai dari pemahaman tentang identifikasi, analisis awal, landasan teori, kajian pustaka, metode penelitian, tata bahasa, tata tulis, dan format penulisan laporan. Seorang peneliti biasanya mempersiapkan diri dengan berbagai persiapan antara lain dengan penguasaan terhadap metode penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka. Dengan kata lain, meninjau pustaka pun melibatkan penulisan. Tinjauan pustaka bermuatan pada pemilahan dan pemilihan serta penilaian tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan kedudukan penelitian yang akan dilaksanakan. Pemilahan dan pemilihan serta penilaian berkisar antara perbedaan dan persamaan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Melakukan penilaian terhadap laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain merupakan proses pembelajaran terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Menyusun tinjauan pustaka bukan sekadar menuliskan tentang rumusan masalah. Tujuan, metode penelitian yang 185 digunakan, hasil penelitian, tetapi juga memberikan pernyataan perbedaan dan persamaan terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Peninjauan pustaka sebenarnya merupakan cara untuk mengenal tentang model-model penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, metode penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti terdahulu. Dengan demikian, melakukan tinjauan pustaka merupakan proses pembelajaran praktis dan cepat untuk dapat melakukan dan melaporkan hasil penelitian. Secara tidak langsung, melakukan tinjauan pustaka juga merupakan wahana untuk latihan menulis karya ilmiah. Merancang dan merencanakan penelitian harus diungkapkan secara tertulis di dalam usulan penelitian (untuk selanjutnya disingkat usulan). Dengan demikian, usulan adalah sarana bagi peneliti untuk menyampaikan secara tertulis rancangan (design) penelitian yang akan dilakukannya. Perlu diingat bahwa, penilai (reviewer) usulan tidak berkomunikasi secara langsung dengan penulis usulan. Reviewer hanya menilai berdasarkan pemahamannya terhadap tulisan proposal yang diajukan. Semakin jelas rancangan penelitian yang disusun oleh calon peneliti, semakin mudah usulannya dipahami dan akhirnya dinilai tinggi. Oleh karena itu, format usulan harus dipatuhi agar penilai mudah mencari unsur yang harus dinilainya. Apalagi, jika peneliti menyusun usulan untuk mencari dana, format yang ditawarkan oleh pemberi dana mau tidak mau harus dipatuhi. Itulah salah satu cara meyakinkan pemberi dana. Memang, format dirasakan dapat menghambat alur pikir, tetapi hal itu dapat menunjukkan urut-urutan kerja yang logis. Di samping itu, bagi reviewer dengan format yang sudah dibakukan itu menjadikan jalan kerja lebih objektif untuk menilai ratusan adakalanya ribuan usulan. Format proposal penelitian sebagai garis penelitian yang akan dilakukan memuat tentang judul, bidang ilmu, pendahuluan, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka, metode penelitian, jadwal penelitian, perkiraan penelitian, dan lampiran daftar pustaka. C. Langkah Menyusun Proposal Proposal penelitian skripsi, tesis, disertasi dan usulan untuk penelitian kompetitif tidak berbeda secara substansial, tetapi secara praktis perbedaan tersebut dapat dispesifikasikan sesuai dengan karakteristik jenisnya. Diklasifikasikan terdapat beberapa butir langkah penyusunan proposal penelitian antara lain melakukan identifikasi masalah, membangun alasan, dukungan literatur, dan sarana prasarana di lapangan. 186 1. Melakukan Identifikasi Masalah Apa sebenarnya yang terjadi di masyarakat, kemudian peneliti dapat memfokuskan pada apa sebenarnya yang ingin diketahui oleh peneliti. Peneliti dapat menyusun beberapa pertanyaan melalui pengungkapan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa. Beberapa kata tanya ini peneliti dapat mengawali dengan pertanyaan, pada bidang apa kompetensi yang dimiliki saya?, dari mana saya harus memulai?, di mana saya melakukan penelitian?, dalam keadaan apa?, kapan penelitian itu akan/dapat dilakukan?" "Dengan mengamati peristiwa apa? dan " konsentarasi pada variabel yang mana yang lebih penting?. Pada tahap ini, peneliti menempatkan usulannya dalam sudut pandang ilmu dan masyarakat. Apa sumbangan penelitian ini untuk pengembangan ilmu dan pembangunan masyarakat? Sering peneliti terjebak dalam tataran praktis. Padahal, setelah menyebutkan sumbangan praktis, peneliti harus menunjangnya dengan pemahaman tentang gejala yang mendasar pada penelitian yang akan dilakukan. 2. Membangun Alasan Membangun alasan di sini peneliti harus jujur terhadap dirinya sendiri, dengan mengajukan pertanyaan bagi dirinya, apa sebenarnya kebutuhan daya terhadap penelitian yang akan dilakukan?. Peneliti jangan terjebak pada pertanyaan-pertanyaan klise yang akan menyulitkan bagi peneliti sendiri. Kalau memang alasan yang dijawab oleh peneliti ternyata tidak mencukupi untuk dilakukannya penelitian, maka lebih baik peneliti mengurungkan diri terhadap pilihan topik tersebut. 3. Dukungan Literatur Meninjau kepustakaan yang gayut/relevan merupakan hal penting untuk didata dengan baik. Kalau memang dukungan literatur tidak memadai, maka peneliti hendaknya dapat berlaku bijak untuk dirinya sendiri dengan cara mengalihkan topik pada penelitian lain yang memiliki dukungan literatur yang memadai. 4. Dukungan Sarana dan Prasarana Menyusun prosposal penelitian hendaknya dapat mengidentifikasi sarana dan prasaran pendukungnya, kalau memang proposal yang diajukan mudah untuk mendapatkan sarana dan prasarana di lapangan, maka proposal tersebut dapat disarankan untuk dilajutkan dalam tindakan nyata dalam penelitian. D. Sitematika Proposal Penelitian Sistematika prosposal penelitian antara lain memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, dan manfaat penelitian. 187 1. Latar Belakang Penelitian Latar belakang sebagai paparan pendahuluan menggambarkan dengan jelas maksud peneliti mengadakan penelitian. Peneliti mengungkapkan keinginan untuk melakukan penelitian di dalam bab ini. Argumentasi yang mendukung pentingnya penelitian perlu diungkapkan di dalam bab pendahuluan. Dalam pendahuluan peneliti menuliskan hal-hal yang melatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengetahui dan mengungkapkan suatu gejala, konsep maupun dugaan dan juga kemungkinan diterapkannya suatu teori. Di samping itu juga beberapa argumentasi pentingnya penelitian dilakukan (Lemlit Sunan Ampel, 2002: 15). Masalah penelitian dapat bersumber dari bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian, seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah, pernyataan pemegang otoritas, pengamatan selintas, pengalaman pribadi, atau berasal dari perasaan intuitif, atau sumber lainnya. Latar belakang penelitian atau sebagian orang menuliskannya dengan istilah latar pemikiran. Latar belakang masalah memuat tentang keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu tujuan. Latar belakang dengan mengemukakan tentang hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan penelitian. Dengan demikian, peneliti dapat menguraikan tentang identifikasi masalah yang ada di lapangan. Latar belakang masalah memuat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti (STAIN Salatiga, 2008: 15). Di samping yang tertulis di atas, juga disampaikan secara tertulis apabila penelitian ini dilakukan akan memberikan manfaat kepada subyek dan obyek penelitian termasuk apabila penelitian ini tidak segera dilakukan, maka prediksi yang akan terjadi dapat dipaparkan dalam latar belakang ini. Contoh latar belakang masalah dapat dicermati di bawah ini: PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN AKSELERASI PROGRAM ADIWIYATA BAGI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA SALATIGA A. Latar Belakang Masalah Kita percaya bahwa, bumi merupakan tempat hidup manusia dan matahari sebagai salah satu sumber energi bagi kehidupan. Bumi adalah miliki kita, konsekuensinya harus dijaga dan dimanfaatkan dengan cara yang bijak. Harapannya, kelestarian lingkungan 188 dapat dijamin demi kelangsungan hidup secara baik bagi manusia di masa yang akan datang. Kenyataan yang tampak dan dirasakan sekarang ini, manusia memanfaatkan sumberdaya alam secara tidak arif, sehingga lingkungan mengalami kerusakan yang berkelanjutan (Sukandarrumidi dalam Wardhana, 2010: xiv). Sebagaimana dideskripsikan oleh Fajar (2005: 297) bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih dahsyat bukanlah disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tetapi justru diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang sesungguhnya adalah mengeksploitasi tanpa memperdulikan kerusakan lingkungan. Kini, kerusakan lingkungan itu tidak saja dilakukan oleh masyarakat kota, tetapi oleh masyarakat desa, tidak saja dilakukan oleh masyarakat berpendidikan tinggi tetapi oleh masyarakat tidak berpendidikan, tidak saja dilakukan oleh negara maju tetapi oleh negara berkembang; bahkan negara terbelakang, bukan saja dilakukan oleh negara kaya tetapi oleh negara miskin. Salah satu kerusakan lingkungan itu adalah pemanasan global yang berdampak sistemik bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Laju pertumbuhan penduduk di berbagai belahan dunia merupakan fenomena yang sulit dibendung. Sebagai konsekuensinya, kebutuhan masyarakat yang kian meningkat memberikan dampak pada perilaku eksploitatif terhadap sumber daya alam (SDA). Tentu saja, kecenderungan ini berakibat lanjut pada menurunnya tingkat kuantitas maupun kualitas lingkungan dan SDA secara cepat. Oleh karena itu, kualitas manusia menjadi isu sentral dalam upaya penyelamatan lingkungan dan SDA. Dengan demikian, hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia menjadi terpenuhi. Sebagaimana dalam UUPLH Bab X bagian kesatu pasal 65 Ayat (1) (UUPLH, 2009: 44) bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. UUPLH bab I pasal 1 Ayat (1) menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UUPLH, 2009: 2). Pengetahuan tentang lingkungan hidup yang memadai sangat diperlukan oleh semua lapisan masyarakat agar bersama-sama mengupayakan penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup. Hal ini menjadi sangat krusial untuk segera dilakukan secara bersama. Keyakinan awal menyatakan bahwa, kerusakan lingkungan alam adalah karena ulah tangan manusia yang serakah. Keyakinan tersebut akhirnya mengkiblat pada pendidikan sebagai perubah perilaku manusia untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Pada dataran ini, maka proses pendidikan menjadi semakin banyak dibicarakan orang agar dapat mengatasi 189 permasalahan-permasalahan lingkungan. Dengan demikian, tidak dapat disangkal proses pendidikan semakin lama menjadi trademark untuk melakukan perubahan berfikir, bersikap dan berperilaku bagi manusia untuk peduli terhadap lingkungan. Trade mark tersebut sangat diperlukan untuk menjawab keresahan masyarakat tentang kerusakan lingkungan. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan kebijakan kepada pendidikan dasar dan menengah untuk memberikan materi pelajaran pendidikan lingkungan hidup (PLH). Tahun 1975 telah dimulai Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Sekolah Dasar (SD). Tahun 1982 untuk SMP dan SMA, begitu ada pergantian kurikulum KBK dan menjadi 2004 hingga saat ini KTSP, pembelajaran PKLH masuk dalam gray area, keberadaannya tidak terindikasi dengan jelas dan tidak terkelola dengan sistematis. Akibatnya, hasil belajar siswa berupa pengertian dan fakta-fakta tentang sistem ekologis dan terbangunnya kesadaran menghargai pentingnya lingkungan bagi manusia tidak tercapai. Kini, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) bergairah kembali untuk memberikan kebijakan tentang muatan lokal yang berbasis lingkungan. KNLH pada tanggal 19 Pebruari 2004 bersama-sama dengan Departemen Pendidikan Nasional, Depertemen Agama dan Departemen Dalam Negeri talah menetapkan kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Kebijakan PLH ini merupakan kebijakan dasar sebagai arahan bagi semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pelaksanaan dan pengembangan PLH di Indonesia. PLH ini perlu segera dilakukan mengingat UUPLH nomor 32 tahun 2009 Bab X Pasal 65 Ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (UUPLH, 2009: 44). PLH diyakini sebagai solusi yang efektif dan efisien dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup. UUPLH memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. UUPLH Bab X Pasal 65 Ayat (4) menjelaskan bahwa setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UUPLH, 2009: 44). Upaya yang dilakukan melalui pendidikan formal, non formal, maupun informal. Kebijakan diarahkan agar semua pihak dapat melakukan pengembangan kelembagaan PLH, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan sarana dan prasarana, peningkatan dan efisiensi penggunaan anggaran, pengembangan materi PLH, peningkatan komunikasi dan informasi, pemberdayaan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengembangan, dan pengembangan metode PLH. Aspek kebijakan tersebut perlu ditumbuhkembangkan 190 sehingga dapat mejadi alat penggerak yang efisien dan efektif bagi kemajuan PLH di Indonesia. Pelaksanaan di lembaga pendidikan dasar dan menengah melalui materi muatan lokal PLH selama ini masih belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kesadaran dan perilaku masyarakat dalam melakukan tindakan yang menguntungkan atau berpihak pada lingkungan hidup dan masyarakat. Kebijakan pengembangan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hingga sampai di meja pimpinan saja, pengembangan kurikulum hanya ada di dalam Satuan pelajaran dan Rencana pembelajaran, kegiatan partisipasi hanya sekedar dalam taraf normatif, pengembangan sarana dan prasarana hanya sekedar sebagai nomenklatur belaka. Tindak lanjut yang diharapkan adalah seluruh guru, siswa, dan pekerja sekolah dapat dapat bersinergi melaksanakan kegiatan PLH. Sampai saat ini, PLH di lembaga pendidikan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Menyikapi masalah tersebut dan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman lingkungan hidup kepada peserta didik dan masyarakat di lingkungan sekolah, maka pada tanggal 3 Juni 2005 telah ditandatangani kesepakatan bersama antara menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional. Realisasi dan kesepakatan tersebut pada tanggal 21 Pebruari 2006 telah dicanangkan Program Adiwiyata, yaitu sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Program Adiwiyata dicanangkan untuk mendorong dan membentuk sekolah-sekolah di Indonesia agar dapat turut melaksanakan upaya-upaya pemerintah menuju pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Pada dasarnya program Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi/lomba. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Program Adiwiyata Pratama bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah yang diwujudkan dalam bentuk pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Mengikuti program sekolah Adiwiyata sebenarnya cukup menguntungkan baik bagi sekolah maupun bagi siswa sebagaimana dituangkan dalam (Juknis Adiwiyata, 2010: 3) antara lain dapat meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan energi, meningkatkan kondisi belajar 191 mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah, menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah, meningkatkan upaya menghindari berbagai risiko dampak lingkungan negatif di masa yang akan datang, menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar, dan mendapatkan penghargaan Adiwiyata. Berdasarkan data penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri tahun 2011 di Jawa Tengah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) tidak satu pun sekolah yang mendapatkan penghargaan tersebut. Berdasarkan data penerima Adiwiyata Pratama tahun 2011 dari Jawa Tengah hanya tiga sekolah dari 67 sekolah, yaitu SMPN 4 Boyolali, SMP Negeri Mojotengah Wonosobo, dan SMAN 2 Temanggung. Dengan demikian, Jawa Tengah hanya memperoleh 5,97 %, Jawa Barat 3 sekolah berarti 4,47 %, dan Jawa Timur 22% selebihnya dari DKI, Jogjakarta, dan Luar Jawa. Dengan demikian, penerima penghargaan sekolah Adiwiyata di Jawa Tengah diterimakan pada sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional. Tingkat nasional, penerima Adiwiyata Mandiri 0 %, Adiwiyata Pratama hanya 1 (satu) dari Kementerian Agama yaitu MTSN Model Padang Pariaman Sumatera Barat. Dengan demikian, sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama hanya mendapatkan 1,5 % dan sekolah yang berada di bawah kementerian pendidikan nasional mendapatkan 98,5 %. Persentase yang sangat rendah bagi Jawa tengah, bahkan secara nasional bagi Kementerian Agama. Memang, untuk mendapatkan sebuah penghargaan bergengsi pada sekolah peduli dan berbudaya lingkungan memang berat, tetapi mengapa di daerah lain begitu besar persentasenya sementara di pada lingkup Jawa Tengah dan Nasional yang ada di bawah Kementerian Agama begitu rendah?, Untuk Kementarian Agama Kota Salatiga mengapa tidak bisa, untuk MAN Kota Salatiga mengapa tidak bisa?. Padahal, mengikuti program Adiwiyata banyak keuntungan yang dapat dipetik baik bagi sekolah, guru, maupun siswa itu sendiri. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk memotret lebih dekat, menemukan problematika, dan solusi yang dapat ditawarkan untuk MAN Kota Salatiga agar melakukan akselerasi penerimaan Program Adiwiyata Pratama. Dari latar pemikiran tersebut, peneliti memandang penting penelitian tentang Pendidikan Lingkungan dan Akselerasi Program Adiwiyata bagi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Salatiga. Seandainya penelitian ini segera dilakukan akan memberikan sumbangan bagi kota Salatiga dengan master plannya sebagai kota pelajar dengan sesanti Hatti Beriman dan sumbangan bagi Kementerian Agama sebagai lembaga yang peduli terhadap lingkungan, serta STAIN Salatiga yang peduli terhadap program pemberdayaan madrasah di lingkungan Kementerian 192 Agama Kota Salatiga. Demikian juga sebaliknya, apabila penelitian ini tidak segera dilaksanakan, maka diprediksikan Kementerian Agama menjadi sangat tertinggal jauh dengan Kementerian Pendidikan Nasional. Secara substantif sekolah di bawah naungan Kementerian Agama kota Salatiga tidak responsif terhadap kebijakan Kementerian Agama RI dengan Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang telah meratifikasi program Adiwiyata. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah berisi penegasan mengenaipertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan mencerminkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut dan subyek penelitian. Selain daripada itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan (STAIN Salatiga, 2008: 15). Perumusan masalah memuat tentang rumusan masalah yang ingin diteliti. Langkahlangkah yang dapat dijadikan referensi untuk menuliskan tentang rumusan masalah dengan cara menguraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk kalimat tanya. Contoh rumusan masalah dapat diperhatikan di bawah ini: Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan akselerasi program Adiwiyata Pratama bagi MAN Kota Salatiga?. Rumusan masalah tersebut dapat diperinci ke dalam sejumlah pertanyaan berikut: 1. Bagaimana pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan di MAN Salatiga?; 2. Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis lingkungan?; 3. Bagaimana pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat?; 4. Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan?; dan 5. Faktor apa yang menghambat MAN Kota Salatiga untuk mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Pratama?. 193 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalampenelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah. Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008: 16). Tujuan Penelitian memuat tentang pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Penelitian dapat bertujuan untuk menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu prototipe. Contoh tujuan penelitian ini dapat diperhatikan di bawah ini: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1. Pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan; 2. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan; 3. Pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat; 4. Pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan; dan 5. Faktor penghambat MAN Kota Salatiga untuk mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Pratama. D. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka Landasan tori memuat tentang teori yang dijadikan sebagai landasan dasar untuk melakukan penelitian, sedangkan tinjauan pustaka memuat tentang uraian pokok tentang hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang memiliki kemiripan dari berbagai sudut pandang. Menuliskan landasan teori dan tinjauan pustaka usahakan dengan memilah dan memilih pustaka terbaru, relevan, dan asli. Langkah yang harus diikuti dengan memberikan referensi dengan cara menguraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan. Contoh landasan teori dan tinjauan pustaka/telaah pustaka dapat diperhatikan di bawah ini: Landasan Teori 1. Pendidikan Lingkungan Hidup a. Kebijakan UNESCO dan Implikasisinya di Indonesia Sesuai dengan rekomendasi hasil Lokakarya Pendidikan Lingkungan di Berado, Yogaslavia sejak tahun 1970 pendidikan lingkungan tidak hanya terbatas pada pemberian pengetahuan lingkungan, akan tetapi juga mengembangkan sikap dan nilai yang menggambarkan pengembangkan kesadaran terhadap lingkungan di sekitarnya dan memiliki tanggung jawab dalam berbuat untuk memecahkan isu dan 194 persoalan lingkungan (UNESCO), 1985). Hal senada diulangi lagi pada konferensi antar Pemerintah tentang pendidikan Lingkungan di Tribilisi Uni Sofyet yang menekankan pada masyarakat Internasional agar mempertimbangkan untuk memasukkan nilai-nilai etik ke dalam pendidikan lingkungan dan agar dalam mengembangkan kreativitas dan nilai diarahkan pada peningkatan kualitas hidup (UNESCO, 1985) dalam Farikhah (2011: 79). Mochizuki (2010: 37) memberikan penjelasan bahwa program education for sustainable development ESD yang di dalamnya ada unsur pendidikan lingkungan sangat penting untuk mewujudkan program MDGs. Berikut Tulisan keterangan Mochizuki (2010: 45) One aspect is the idea that education for sustainable development (ESD)supplements forerunning global education campaigns of EFA and the UN Literacy Decade (UNLD), and the other aspect is the notion of ESD as the umbrella term which supplements various ‘adjectival education’ programmes. For example, DESD International Implementation Scheme (IIS) emphasises the importance of basic education and contributing to MDGs and the EFA movement as well as of ‘building upon the learning from years of environmental, health, peace, economic, human rights and development education networks around the world that for many years have used innovation to deliver valuable services in difficult situations’. Topik yang berkaitan dengan program lingkungan oleh UNESCO sebagaimana dikutip oleh Yoko Mochizuki (2010: 46) antara lain Environmental perspective, natural resources (water, energy, agriculture, biodiversity), climate change, rural transformation, sustainable urbanisation, disaster prevention and mitigation. Lingkungan hidup yang disemaikan melalui dunia pendidikan tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui pokok-pokok bahasan yang relevan. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak cukup hanya menjadi tanggung jawab guru Geografi, IPA, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) saja, misalnya, tetapi harus menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran (integrated). Sebagaimana dipaparkan oleh Mochizuki (2010: 52) bahwa, masyarakat diminta untuk turut berpartisipasi pada program pendidikan lingkungan tanpa meresahkan dana dari pemerintah, berikut paparannya: “The mainstream discourse of ESD celebrates school-community partnerships as the ‘panacea’ and exhorts the community to provide supplementary resources voluntarily to public schools, without giving serious thought to the diminished role of the state in financing education-formal education (including higher education) as well as what Asaoka (2005a) called ‘formal social education’ (i.e., Kōminkan education)”. Budaya cinta lingkungan hidup penting dikembangkan melalui dunia pendidikan, dengan alasan jutaan anak bangsa kini tengah gencar menuntut ilmu di bangku pendidikan. Merekalah yang kelak akan menjadi penentu kebijakan tentang penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup agar menjadai sustainable. Kondisi terhadap krisis lingkungan harus disampaikan oleh guru di sekolah, sebagaimana dikonsepkan oleh Pant (tt: 1) berikut paparan yang dapat dicermati: 195 The earth’s environment is in crisis mainly because it is being abused beyond its capacity by human beings. The present paper examines the need for environmental education and awareness in the present times. Teachers and educators to spread awareness about environmental issues and problems. The emphasis is on sensitizing the student community through their teachers who can play a pivotal role in transmitting the requisite knowledge, skills, attitudes and values, essential to restore or at least arrest the irreversible damage being caused to the environment. Lebih lanjut disampaikan oleh Hema Pant (tt: 1) bahwa The concept of environment education emerged only in the seventies which was called as the decade of environmental education. During that period the world realized that environmental concerns and awareness could be spread only through a mass environment education program. The concept of environment education emerged from the Stockholm Conference organized by the United Nation in 1972. Menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa melalui bangku pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan hidup dari kerusakan yang makin parah. Hal itu harus dimulai sekarang juga. Sebagaimana dikonsepkan oleh Hema Pant (tt: 2) bahwa guru merupakan transmitter untuk memberikan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Berikut paparannya: “Teacher’s can play a pivotal role in transmitting knowledge and creating awareness about the environment and help to tackle the local and global environmental issues. The teacher’s community should be motivated and committed to the cause of realizing the goals of environment education and should take initiatives in designing the program of environment education. However for teachers to succeed in their enterprise and endeavor for spreading environmental awareness, it is important that the educational institutions should provide conditions conducive for it. It is essential that teachers should be properly trained themselves on environment concepts and skills to impart training to learners. Teachers should be well equipped with the knowledge method and teaching learning, material to inculcate the right understanding of and attitude towards environment in the learners. To create a workforce and community of environmentally aware and concerned citizens, technology can play a vital role”. Kementerian Pendidikan Nasional yang memiliki wewenang untuk menentukan kebijakan harus secepatnya “menjemput bola” agar dunia pendidikan kita mampu melahirkan generasi masa depan yang peduli lingkungan dan memiliki kepekaan terhadap persoalan lingkungan yang dihadapi masyarakat dan negaranya. b. Kebijakan Pemerintah Melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan Pendidikan Nasional. Sebagaimana dalam kesepakatan bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri pendidikan Nasional nomor 003/MENLH/02/2010, Nomor 01/II/KB/2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. Pada nota kesepakatan tersebut menimbang bahwa: 196 “Pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, memerlukan sumber daya manusia yang sadar dan mampu memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, bahwa pengetahuan, nilai, sikap, perlaku dan wawasan mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, bahwa penguatan dan pemberdayaan lembaga dan masyarakat pelaku dan pemerhati lingkungan hidup perlu ditingkatkan”. Disebutkan pada pasal 4 bahwa Menteri Pendidikan Nasional sebagai pihak kedua bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan, pedoman dan program pendidikan lingkungan hidup; dan membina, mengembangkan, mengintegrasikan, menetapkan materi dan sarana/prasarana pendidikan serta pelatihan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada sistem pendidikan nasional, meningkatkan kapasitas peserta didik, pendidikan dan tenaga kependidikan, masyarakat, pemangku kebijakan pendidikan pusat dan daerah, dan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup. Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional nomor 03/MENLH/02/2010. Nomor 01/II/KB/2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, dan wawasan, serta kepedulian lingkungan hidup peserta didik dan masyarakat; dan meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai pelaksana pembangunan berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Ruang lingkup berdasarkan Kesepakatan bersama tersebut meliputi: Pengembangan pelaksanaan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (education for sustainable development/ESD) termasuk pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai wadah/sarana menciptakan perubahan pola pokir, sikap, serta perilaku manusia yang berbudaya lingkungan hidup. Koordinasi dan sinergi dalam penyusunan program pendidikan lingkungan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang sebagai bagian dari ESD. Revitalisasi penelitian dan pengembangan dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemberian penghargaan kepada individu, lembaga dan masyarakat yang peduli berjasa dan/atau berprestasi dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, peningkatan kapasitas, komitmen, dan peran serta masyarakat, pemangku kebijakan pendidikan pusat dan daerah, serta pendidikan dan tenaga kependidikan untuk berperan aktif menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup. 2. Program Adiwiyata a. Sejarah Adiwiyata Adiwiyata adalah sebuah program yang dicanangkan KLH pada tanggal 21 Februari 2006 yang bertujuan untuk mendorong dan membentuk sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang (Juknis, 2010: 1). 197 b. Pengertian Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan PP nomor 2 tahun 2009 pasal 1 (1). Program Adiwiyata adalah salah satu program kerja berlingkup nasional yang dikelola oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mewujudkan pengembangan pendidikan lingkungan hidup (PP nomor 2 tahun 2009 pasal 1 (1) dan (2) Sebagai program yang dicanangkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Februari 2006, Adiwiyata berasal dari berasal dari dua kata Sanskerta Adi dan Wiyata. Adi bermakna besar, agung, baik, ideal, atau sempurna. Wiyata mempunyai makna tempat di mana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dan etika dalam kehidupan sosial. Perpaduan dua kata tersebut bermakna tempat yang baik dan edial di mana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan (Juknis Adiwiyata, 2010: 2). c. Tujuan Tujuan Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan (Juknis Adiwiyata, 2010: 2). d. Kegiatan Utama Adiwiyata Kegiatan utama Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia (Juknis Adiwiyata, 2010: 2). e. Norma Dasar Adiwiyata Norma-norma dasar Adiwiyata meliputi norma kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. f. Prinsip-prinsip Dasar Program Adiwiyata Prinsip-prinsip dasar program Adiwiyata adalah partisipatif dan berkelanjutan (Juknis Adiwiyata, 2010: 3). g. Keuntungan Mengikuti Porgram Adiwiyata Keuntungan mengikuti program Adiwiyata sebagaimana dituangkan dalam (Juknis Adiwiyata, 2010: 3) adalah: meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan energi, meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua watga sekolah, menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah, 198 meningkatkan upaya menghindari berbagai risiko dampak lingkungan negatif di masa yang akan datang, menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar, mendapatkan penghargaan Adiwiyata. h. Indikator dan Kriteria Program Adiwiyata Indikator dan Kriteria Program Adiwiiyata berdasarkan Juknis Adiwiyata, (2010: 3-5) antara lain pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis patisipatif, pengembangan dan atau pengelolaan sarana pendukung sekolah. i. Pemberian Penghargaan Penghargaan Adiwiyata yang dilaksanakan melalui Program Adiwiyata merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup (PP nomor 2 tahun 2009). 3. Akselerasi Program Adiwiyata Akselerasi program Adiwiyata meliputi pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, Faktor menghambat upaya sekolah untuk mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Pratama. Kajian Pustaka/Telaah Pustaka Sudarwanto. Tesis. 2009. UNS Surakarta. Judul Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup (LH) di SD, SMP terhadap Pembentukan Perilaku Siswa dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Kab. Demak. Hasil penelitian Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan di SD dan SMP di Kabupaten Demak dilakukan melalui pendekatan monolitik dan integratif, pelaksanaan pendidikan LH di SD dan SMP di Kabupaten Demak dilakukan dengan struktur kurikulum dan penilaian yang baik. Perilaku siswa di sekolah sudah turut serta dalam pengelolaan lingkungan. Hanna Lestari. Tesis. 2004.UNS Surakarta. Judul Kajian Perencanaan Pengajaran Mata Pelajaran Kepedulian pada Diri dan Lingkungan Tingkat SD di Kota Semarang. Hasil penelitian Perencanaan pengajaran mata Pelajaran Kepedulian pada Diri dan Lingkungan Tingkat SD di Kota Semarang telah dilakukan meskipun tidak sempurna, pelaksanaan pengajaran mapel Kepedulian pada Diri dan Lingkungan (KPDL) tingkat SD di kota Semarang tidak sesuai dengan perencanaan, karena alasan mapel KPDL digunakan untuk mengejar materi mata pelajaran, materi pelajaran KPDL yang ada masih kurang tepat. 199 Syahdian, Tesis/2000. UNS Surakarta. Hubungan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Partisipasi Siswa SMU dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi. Hasil penelitian Hubungan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Partisipasi Siswa SMU dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi Kondisi sosial guru yang baik seperti pengalaman mengajar, kesejahteraan, terjalinnya komunikasi dengan orangtua siswa, pengarahan dan pengawasan kepala sekolah, pengadaan literatur yang berhubungan dengan PKLH dan penataran PKLH menunjukkan pengaruh positif terhadap partisipasi siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Ketiga Tesis tersebut mengambil subyek penelitian siswa terhadap kepedulian diri dan lingkungan, pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah topik tentang pendidikan lingkungan hidup di lembaga pendidikan formal. Perbedaannya pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah tentang akselerasi program Adiwiyata Pratama dengan subyek penelitian kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, dan guru yang membidangi mata pelajaran serupa. E. Hipotesis Penelitian Penelitian kuantitatif biasanya mengajukan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang akan dibuktikan secara empirik. Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antara variabel, melainkan telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedan itu. Suatu hipotesis dianggap baik apabila menyatakan keterkaitan hubungan antara dua variabel atau lebih dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan, dirumuskan secara secara ringkas, padat, dan jelas, dan dapat diuji secara empirik (STAIN Salatiga, 2008: 16). Dengan demikian, hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan, hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat, hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang memungkinkan mengumpulkan data menguji kebenaran hipotesis itu. Contoh hipotesis ada hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan orang tua terhadap ketaatan beribadah. F. Definisi Operasional Definisi oprasional dimaksudkan untuk menghindari kekurangjelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah 200 yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yan diteliti atau variabel penelitian (STAIN Salatiga, 2008: 17) Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi), definisi operasional yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang didefinisikan itu terjadi, dan definsi operasional yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali menunjuk kepada alat pengambil datanya). Definisi operasional variabel tidak menjelaskan definisi variabel secara istilah seperti dalam kamus, tetapi menjelaskan definisi atau pengertian variabel yang dikehendaki oleh peneliti. Misalnya, jika ada variabel hasil belajar siswa maka definisi operasional variabel yang dikehendaki peneliti adalah skor tes harian siswa, skor tes semester siswa dan lain-lain. G. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan pisau bedah untuk mengetahui permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Metode Penelitian memuat tentang metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci. Penelitian yang menggunakan metode kuantitatif harus menguraian tentang jenis penelitian yang digunakan, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, waktu, tempat, teknik pengumpulan data, dan analisis data, cara penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian. Teknik pengumpulan data diuraikan dengan jelas dan tepat nilai guna dan tepat waktu serta tepat untuk mendapatkan data yang ada. teknik pengumpulan data yang disebutkan dalam penelitian antara lain observasi, interview, dan dokumentasi. Rancangan penelitian yang akan dilakukan harus jelas memberikan gambaran tentang teknik pengumpulan data. Contoh teknik pengumpulan data dengan wawancar, maka harus disebutkan tentang subyek dan obyek penelitian, serta ditunjukkan dengan jelas model wawancara yang dipilih, apakah wawancara terbuka atau tertutup. Di samping itu juga harus menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data yang sudah ditentukan untuk mendapatkan data tetang apa. Demikian juga berlaku pada penelitian berjenis kuantitatif, harus dengan jelas memberikan langkah-langkah yang akan dilakukan, sebagai contoh penetapan tentang teknik pengumpulan data, deskripsikan tentang cara yang akan dilakukan serta bagaimana angket itu diberikan apakah langsung atau tidak, terbuka atau tertutup, skala yang digunakan, teknik pengukuran yang akan digunakan dengan menuliskan rumus-rumus yang digunakan. Dengan demikian, dalam bab-bab berikutnya tidak serta muncul tanpa diawali pada bab yang mendeskripsikan tentang teknik pengumpulan datanya. Teknik analisis data juga demikian halnya, yaitu dengan menuliskan rumus-rumus yang akan digunakan dalam 201 menganalisa hasil penelitian yang dilakukan. Contoh metode penelitian dapat dicermati di bawah ini: Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat, serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk kerangka teoretis baru. 2. Subyek Penelitian Menurut Mulyana (2004: 187) Subyek penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability sampling yaitu teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Menurut Nasution, (2007: 98) sampling purposive yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciriciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah subyek penelitian menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang menggunakan penentuan sampel purposive sampling dengan mewawancarai sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti, tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. Berdasarkan teori di atas, maka peneliti menentukan subyek secara sampling purposive yang meliputi kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, dan guru yang membidangi mata pelajaran serupa. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di MAN Kota Salatiga 4. Sumber Data Sumber data dengan tiga (3) P, yaitu person, paper, dan place (Arikunto, 1998: 107). Person terdiri dari kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, dan guru yang membidangi mata pelajaran serupa. Paper dengan meneliti tentang administrasi kurikulum, dan place yaitu tempat di MAN Kota Salatiga. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam (in-depth) secara terbuka dan Observasi. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya 202 dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak dan penting sampai menemukan titik jenuh. Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa upaya yang dilaksanakan dan gagasan beserta starategi yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan. Meskipun demikian, peneliti tetap menggunakan kisi-kisi wawancara yang berisi tentang pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Untuk membantu mendapatkan data penting, maka peneliti menggunakan tape recorder. Data yang diperoleh dibuat verbatim wawancara yang memuat daftar wawancara, koding dan interpretasi. Dalam wawancara dapat dideskripsikan situasi, kondisi, dan identitas informan, termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara tentang topik yang diteliti semua dicatat dalam verbatim. Koding dengan cara membuat kode-kode berdasarkan hasil wawancara. Hasil membuat kode tersebut dibuat secara deskriptif berupa persepsi yang dapat disimpulkan secara sementara. Observasi yang dilakukan dengan observasi terbuka. Menurut Sukardi (2005: 79) Observasi terbuka kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. 6. Teknik Analisis Data Data are broken down into discrete parts, closely examined, compare for similarities and differences, and questions are asked about the phenomena as reflected in the data. Through this process, one’s own and others assumtions about phenomena are questioned or explored, leading to new discoveries Strauss and Corbin dalam Salim (2006: 21). Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat mengarah ke penemuan-penemuan baru. Teknik analisis data yang digunakan adalah Interpretasi. Menurut Bekker dan Ahmad Kharis Zubair, (1990: 94), interpretasi berusaha untuk membaca dari data kebudayaan dan fenomena, konsepsi filosofisnya, yaitu konsepsi 203 terdalam tentang hakikat manusia, alam, dan Tuhan, yang memberi inspirasi dan menjiwai kehidupan masyarakat Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data (data disply) yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and ferification) dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi (Salim, 2006: 22-23). 7. Pengecekan Keabsahan Data Mengikuti teori Moleong (2000: 173) Pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara melakukan pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Untuk melakukan uji kepercayaan (credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kebergantungan (dependability) dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian dengan cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti). Kepastian (confirmability) dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak. Untuk melakukan uji confirmability ini dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang juga telah disepakati oleh orang lain secara obyektif. Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan dengan para ahli yang membidanginya. 8. Jadwal Menuliskan jadwal pelaksanaan penelitian memiliki fungsi untuk mendapatkan perencanaan penelitian yang matang, sehingga penelitian yang dilaksnaakan itu tidak serampangan. Oleh karena itu, proposal penelitian sebagai sebuah rancangan penelitian harus memuat jadwal waktu yang dapat dilaksanan. Jadwal yang sudah direncanakan 204 bukan sekedar untuk mengisi format yang ada, tetapi benar-benar dipatuhi oleh peneliti. Jadwal penelitian yang direncanakan meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk bar-chart. Jadwal pelaksanaan mengacu pada metode Penelitian yang ada. Jadwal penelitian dibuat sesuai dengan karakteristik jenis penelitian yang direncanakan. Contoh jadwal penelitian dapat diperhatikan dalam bar chart sebagai berikut: Tabel Jadwal Penelitian KEGIATAN BULAN KE NO 1 2 3 4 5 6 1 Perizinan X 2 Studi Kelayakan X 3 Penyempurnaan Rencana Penelitian X 4 Klasifikasi dan Inventarisasi Data X 5 Pembuatan Pedoman Wawancara X 6 Wawancara dengan Key Person X 7 Analisis Data Awal X 8 Seminar dengan Pakar X 9 Analisis Data Lanjutan 10 Pembuatan dan Penyusunan Laporan X 11 Penggandaan X dan X Pendistribusian Laporan E. Uji Kejujuran Peneliti dalam Menyusun Proposal Menyusun proposal penelitian memerlukan kejujuran, penyusunan proposal yang tidak dijiwai nilai-nilai kejujuran, bukan tidak mungkin akan berhenti di jalan sebelum penelitian itu selesai dilakukan. Beberpa uji kejujuran bagi peneliti dalam melakukan penelitian antara lain diawali dengan beberapa pertanyaan dari beberpa komponen penting, antara lain: 1. Minat Pribadi Peneliti: Apakah topik yang ditentukan merupakan topik pilihan sendiri? Anda benar-benar meminati topik itu?. Melakukan penelitian memiliki kompleksitas masalah baik dari segi kepemilikan teori, metodologi, dan minat yang menonjol. Jika topik penelitiannya bukan berasal dari peneliti sendiri, sangat mungkin peneliti mersa tidak tertearik, tidak menguasai, kurang baik, kurang bergengsi dan lain sebagainya. Apabila kondisi ini melingkupi seorang 205 peneliti, maka disarankan untuk memilikih tipik yang memang berasal dari diri penetliti sendiri. 2. Kemampuan dan pendidikan peneliti Tidak ada satu orang pun yang mau menjamin bahwa dengan ijazah yang dimiliki dapat menjadikan seseorang menguasi bebragai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pertanyaan yang bisa diajukan adalah apakah saya memiliki kompetensi terhadap pilihan topiknya?. Jangan mencurangi diri sendiri, karena peneliti sendiri yang akan merugi, mengakui keterbatasan bukan kegagalan tetapi memanfaatkan potensi yang tersedia. a. Situasi sosial peneliti: Situasi sosial peneliti juga perlu dipertimbangkan, kepribadian, kemampuan berinteraksi, reputasi, profesi, integrasi kelembagaan, dapat menentukan keberhasilan penelitian. Kalau peneliti memiliki hambatan ini, maka hindari pengumpulan data dengan wawancara, tetapi akan memilih angket yang cukup disampaikan untuk diisi dan dikumpulkan kepada peneliti. b. Sumber daya materiil peneliti Sumber daya materiial peneliti juga memiliki daya yang dapat menguatkan hasil penelitian yang dilakukan, introspeksi tersbut antara lain ketercukupan dana untuk melakukan penelitian, melakukan perjalanan, membeli peralatan? Tersediakah rujukan yang Anda perlukan? Laik (feasible) telitikah topik Anda? Berapa waktu yang dapat Anda alokasikan untuk penelitian ini?. Kalau peneliti hanya memiliki finansial yang terbatas, maka hindari pilihan-pilihan topik yang dapat menguras kantong. 206 BAB XIII BAGIAN AWAL dan AKHIR NASKAH KARYA ILMIAH A. Prawacana Naskah karya ilmiah memuat bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal dan akhir naskah seringkali kurang mendapatkan perhatian serius dari peneliti untuk melaporkan hasil penelitiannya. Laporan hasil penelitian sebagai karya ilmiah tidak sekadar memuat hasil laporan yang berupa teks, tetapi juga diikuti dengan tata tulis dan ketentuan-ketentuan lain. Sebagai bagian dari laporan naskah karya ilmiah, maka harus memenuhi kriteria dalam penulisan karya ilmiah. Bagian awal naskah karya ilmiah biasanya memuat daftar sampul, halaman judul, orisinalitas, nota pembimbing, motto dan persembahan, pengesahan, kata pengantar, halaman pernyataan persetujuan publikasi, abstrak, daftar isi, daftar tabel, gambar, dan lampiran. Bagian akhir memuat tentang daftar pustaka/referensi dan lampiran lain yang diperlukan. Bagian awal dan akhir naskah karya ilmiah agar memenuhi kriteria penulisan ilmiah, maka perlu diatur tersendiri oleh masing-masing lembaga. B. Bagian Awal Bagian awal dari tugas akhir terdiri atas halaman sampul, halaman Judul, halaman pernyataan orisinalitas, halaman nota pembimbing, halaman motto dan persembahan, halaman pengesahan, kata Pengantar/ucapan terima kasih, halaman pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis, abstrak (dalam bahasa Indonesia dan Inggris), daftar isi, daftar tabel (jika diperlukan), daftar gambar (jika diperlukan), daftar rumus (jika diperlukan), daftar notasi (jika diperlukan), daftar lain (jika diperlukan), daftar lampiran (jika diperlukan). 1. Sampul Sebagai halaman terdepan yang pertama terbaca dari suatu karya ilmiah, halaman sampul hendaknya dapat memberikan informasi secara singkat, jelas dan tidak bermakna ganda (ambigu) kepada pembaca tentang karya ilmiah tersebut. Halaman sampul memuat judul, jenis karya ilmiah (skripsi/tesis/disertasi), identitas peneliti, institusi, dan tahun pengesahan. Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan font 14 dan 16 atau ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga. Sampul laporan penelitian dapat dicermati pada contoh berikut ini: 207 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG TAHUN 2012 (FONT 16) SKRIPSI (FONT 16) (berdiameter 5 cm) OLEH MUHAMMAD FARIS SAFARAZ NIM: 11108012 (FONT 14) JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (FONT 14) 2. Halaman Judul Secara umum informasi yang diberikan pada halaman judul sama dengan halaman sampul, tetapi pada halaman judul, dicantumkan informasi tambahan berupa tujuan dan dalam rangka apa karya ilmiah itu dibuat. Sebagai contoh untuk mendapatkan gelar sarjana ilmu pendidikan Islam, magister pada program ilmu lingkungan, doktor ilmu lingkungan atau tujuan yang lain. Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan font 14 atau ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga dengan bentuk simetris. 208 Contoh judul yang dibuat tidak simetris (sebagai pembanding, lihat halaman judul di atas). PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG TAHUN 2012 (FONT 16) SKRIPSI (FONT 16) Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (FONT 14) OLEH MUHAMMAD FARIS SAFARAZ NIM: 11108012 (FONT 14) JURUSAN TARBIYAH PRGORGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (FONT 14) 3. Halaman Orisinalitas Halaman pernyataan orisinalitas berisi pernyataan tertulis dari peneliti bahwa tugas akhir yang disusun adalah hasil karyanya sendiri dan ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Apabila terdapat kutipan dari orang lain akan ditandai dengan citasi, dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia untuk menerima sanksi hukum berupa pencabutan gelar yang sudah melakat pada nama saya. Pernyataan ini ditandatangani di atas materai Rp 6.000 (atau dengan mengikuti ketentuan yang berlaku). Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan font 14 pada posisi 209 center text atau ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga. Pernyataan orisinalitas dapat dilihat dalam contoh berikut: SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN yang bertanda tangan di bawah ini, Saya: Nama : MUHAMMAD FARIS SAFARAZ NIM : 11108012 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa, skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 19 Oktober 2010 Yang menyatakan MUHAMMAD FARIS SAFARAZ NIM: 11108012 4. Halaman Nota Pembimbing Halaman nota pembimbing memuat tentang pengantar dari pembimbing skripsi, tesis, atau disertasi bahwa mahasiswa dengan nomor induk tertentu, judul penelitian telah memenuhi syarat penulisan tugas akhir. Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf times new roman font 12. Penulisan halaman nota pembimbing ditulis kop nama lembaga, ditulis nama kota, tanggal, tahun, nama dan gelar akademik, serta dibubuhkan tanda tangan di atasnya. Nota pembimbing dapat dilihat pada contoh berikut ini: PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Muhammad Faris Safaraz NIM : 11108012 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA 210 PELAJARAN AL-QURAN HADITS MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG TAHUN 2012 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, 13 Pebruari 2012 Pembimbing Prof. Dr. H. Budi Pekerti Luhur, M.Si NIP: 19720529 199903 1 001 5. Halaman Motto dan Persembahan a. Halaman Motto Halaman motto di bagian awal naskah skripsi untuk lembaga tertentu seperti STAIN Salatiga menyediakan halaman tersendiri bagi peneliti untuk menuliskan motto. Motto dituliskan oleh peneliti dengan maksud untuk memberikan semangat kepada peneliti sendiri dan orang lain untuk mencapai maksud tertentu. Motto yang ditulis peneliti hendaknya sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, tidak disarankan menuliskan motto pada topik penelitian tentang motivasi belajar dan prestasi belajar siswa, motto yang dituliskan jihadlah demi agamamu! atau untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. Contoh lain, kesalahan orang lain menjadi guru yang baik bagi kita atau lebih baik belajar dari kesalahan orang lain daripada melakukan kesalahan dari diri kita sendiri atau orang yang tidak pernah bersyukur tidak pernah merasa kemenangan dalam dirinya. Motto yang mungkin sesuai dengan topik penelitian tersebut adalah sesuatu yang besar tidak mungkin dicapai tanpa motivasi yang besar atau dua kekuatan utama untuk meraih kesuksesan adalah prestasi dan relasi. b. Persembahan Persembahan memuat nama orang yang memiliki kedekatan tertentu dengan peneliti. Fungsi ruang persembahan adalah untuk memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuliskan persembahan kepada orang-orang yang memberikan sumbangan kepada peneliti baik dalam sejarah hidupnya maupun sumbangsih dalam menyelesaikan skripsi. 211 Persembahan biasanya ditujukan kepada orang-orang yang ada di sekeliling peneliti yang memiliki hubungan emosional secara dekat. Sebagai contoh ibu, bapak, suami, istri, kakak, adik, kemenakan, atau bahkan calon suami atau istri. Persembahan ditulis nama dan harapan yang diinginkan dari nama orang-orang yang telah ditulis dalam persembahan tersebut. Sebagai contoh, persembahan untuk Bapak dan Ibu, Ibuku Hj. Muslikhah dan Ayahandaku H.Jamzuri Naawai, engkau adalah pelita hidupku dalam sadar dan mimpiku. Semoga Engkau selalu ada dalam rahmat Allah swt, dan seterusnya. STAIN Salatiga memang tidak menetapkan dalam buku pedoman penulisan skripsi tentang teknik penulisan yang perlu diikuti oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa seringkali menuliskan dalam naskah skripsinya sesuai dengan selera mahasiswa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada waktu menguji skripsi mahasiswa teknik penulisan sangat bervariatif, baik jenis tulisan, font maupun margin yang dipakai untuk menulis persembahan tersebut. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca untuk menuliskan persembahan dengan jenis huruf times new roman font 12 dengan spasi tunggal (line spacing = single) pada margin centre. 6. Halaman Pengesahan Halaman pengesahan berfungsi untuk menjamin keabsahan karya ilmiah atau pernyataan tentang penerimaannya, khususnya skrispi, tesis, dan disertasi, yang ditanda tangani oleh sejumlah pejabat dalam sidang ujian skripsi, penguji dan pembimbing/promotor. Pada fakultas tertentu akan menambahkan dengan beberapa pernyataan seperti lolos uji laboratorium atau uji etik penelitian. Halaman pengesaham biasanya memuat tentang judul penelitian, nama mahasiswa, nomor induk mahasiswa, ketua sidang diikuti nama dan gelar akademik, sekretaris sidang diikuti nama dan gelar akademik, pembimbing (disertasi promotor/co promotor) diikuti nama dan gelar akademik, penguji diikuti nama dan gelar akademik, ketua program studi diikuti nama dan gelar akademik atau bahkan nama pejabat tertinggi pada lembaga yang ada (sesuai dengan ketentuan lokal yang berlaku). Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single), jenis huruf times new roman font 12. Dituliskan nama kota, tanggal, bulan, tahun dan ditanda tangani oleh ketua sidang, sekretaris sidang, ketua program studi atau pejabat lain, dan dewan penguji. Lembar pengesahan dapat dilihat pada contoh berikut: 212 KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Alamat: Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50271 Website: http/www.stainsalatiga.ac.id. email:[email protected] SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MEALUI METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS II SDN PAYAMAN 2 KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 DISUSUN OLEH MOHAMMAD AZMAN HAMMAM NIM: 11507013 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 19 Pebruari 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag Sekretaris : Suwardi, M.Pd Penguji I : Winarno, S.Si, M.Pd Penguji II : Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si Penguji III : Peni Susapti, M.Si Saltiga, 11 Pebruari 2013 Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 195808271983031002 213 7. Halaman Kata Pengantar Halaman kata pengantar memuat pengantar singkat atas karya ilmiah. Pengantar singkat biasanya memuat tentang rasa syukur dan sholawat, ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir tersebut. Sebaiknya, ucapan terima kasih atau penghargaan tersebut juga mencantumkan bantuan yang mereka berikan, misalnya bantuan dalam memperoleh masukan, data, sumber informasi, serta bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir. Penulisan pengantar yang memuat ucapan terima kasih hindari kelompok dalam jumlah banyak dan terlampau jauh jangkauannya, sebagai contoh, terima kasih kepada muslimin muslimat di seluruh dunia. Hal ini menjadikan sesuatu yang ditulis dalam karya ilmiah tersebut menjadi tidak logis. Contoh kata pengantar dapat dicermati di bawah ini: KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil a’lamin, peneliti menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas nikmat yang Allah swt anugerahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG TAHUN 2012 dengan baik. Penelitian dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Suwardi, M.Pd selaku kepala Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.Ag selaku pembimbing skripsi. 4. Mohammad Akma Luthfan, M.Ag sebagai Kepala MI Arrosyidin Payaman Secang Magelang. 5. Dewan Guru di MI Arrosyidin Payaman Secang Magelang. Mudah-mudahan Allah berkenan untuk membimbing dan memberikan hidayah dalam setiap langkah hidupnya. Salatiga, 9 Pebruari 2013 MOHAMMAD FARIS SAVARAZ NIM: 11507013 214 6. Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi mendesak karya-karya ilmiah perguruan tinggi dapat dipubliksikan pada dunia maya seperti internet. Oleh karena itu, sebuah karya penelitian agar dapat dimanfaatkan dalam jangkauan yang lebih luas, maka perlu untuk dipublikasikan melalui media internet. Untuk mengantisipasi beberapa hal yang tidak diinginkan, maka dalam skripsi, tesis, disertasi disertakan halaman pernyataan persetujuan publiksi karya ilmiah tersebut. Halaman pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis berisi pernyataan dari mahasiswa penyusun tugas akhir yang memberikan kewenangan kepada lembaga untuk menyimpan, mengalih-media/format-kan, memublikasikan tugas akhirnya untuk kepentingan akademis. Artinya, merawat, dan lembaga yang berwenang dapat mempublikasikan suatu tugas akhir hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan hak cipta tetap pada peneliti. Surat pernyataan sebagai bagian pernyataan yang akan mengikat secara hukum, maka surat pernyataan ini dibubuhkan tanda tangan di atas materai Rp 6.000,- atau yang berlaku. Degan demikian, surat pernyataan tersebut memiliki kekuatan hukum apabila terjadi keberatan-keberatan berupa tindakan yang berada di luar surat pernyataan tersebut. 7. Halaman Abstrak Abstrak/Abstract merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Abstrak dibuat untuk memudahkan pembaca mengerti secara cepat isi tugas akhir untuk memutuskan apakah perlu membaca lebih lanjut atau tidak (Keputusan Rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008). Secara rinci dapat disampaikan bahwa, abstrak merupakan ringkasan/rangkuman isi naskah, bersifat informatif, berdiri sendiri satu alinea, tanpa tabel, rumus, gambar dan acuan pustaka, menarik, serta mengandung informasi yang menimbulkan minat pembaca untuk membaca keseluruhan naskah. Surtiati (2010) Menulis abstrak bukanlah menyalin kalimat-kalimat dari artikel, melainkan menyusun tulisan runtut dan padu yang berisi tujuan penelitian, metode penelitian (pengumpulan dan analisis data), hasil dan simpulan penelitian. Panjang abstrak artikel antara 100 dan 150 kata bergantung pada panjang artikel. Sementara itu, abstrak monografi, tesis, disertasi dapat mencapai 400 kata asalkan tertera pada satu halaman saja. Abstrak tersusun tidak lebih dari 200-250 kata dengan spasi tunggal tidak lebih dari dua lembar. Bahasa yang digunakan minimal bahasa Indonesia dan Inggris dan berlaku sebaliknya untuk karya tulis dalam bahasa Inggris. Di Universitas Indonesia, apabila karya tulis/penelitian dari fakultas non bahasa Asing, maka menggunakan bahasa Indonesia dan 215 Inggris, tetapi apabila dari fakultas bahasa Jepang, Jerman dan lainnya minimal menggunakan bahasa fakultas tersebut dan bahasa Indonesia serta Inggris. Penulisannya diawali dengan nama peneliti ditulis dengan huruf kapital, tahun pengesahan, judul karya tulis, jenis karya tulis (seperti skripsi, tesis, dan disertasi), nama kota, nama lembaga, nama jurusan, dan nama pembimbing (untuk skripsi dan tesis) dan nama promotor dan co promotor (untuk disertasi). Abstrak juga dilengkapi dengan kata kunci atau key words biasanya terletak di bawah abstrak ditulis paling sedikit tiga kata kunci atau key words yang relevan dengan isi karya tulis atau di bawah identitas karya tulis. Kata kunci atau key words harus benar-benar merupakan kata kunci dari isi makalah yang dibahas, berguna untuk pembuatan indeks atau data base. Contoh kata kunci prestasi belajar dan motivasi belajar, kompetensi guru dan prestasi belajar, kedisiplinan dan perilaku beragama, metode demonstrasi dan prestasi belajar, kewibawaan guru dan percaya diri anak, dan lain sebagainya. Contoh abstrak dapat dicermati di bawah ini: Abstrak Maslikhah dan Erawati, M. (2010). Analisa Respon dan Peran Orangtua Siswa Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga dalam Menghadapi Ujian Akhir Semester Berstandar Nasional (UASBN). Laporan Penelitian, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Konsultan: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. Studi ini dilatarbelakangi pada keprihatinan atas berbagai fenomena sosial yang muncul akibat kebijakan ujian nasional sebagai tolok ukur kelulusan siswa sekolah termasuk sekolah dasar di Indonesia. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana respon, cara sekolah dalam melibatkan, upaya spiritual, dan peran orangtua siswa menghadapi pelaksanaan UASBN. Tujuan riset ini adalah untuk menganalisis respon orangtua siswa, memetakan cara-cara sekolah melibatkan orangtua, mengungkap upaya spiritual, dan menganalisis peran orangtua untuk meraih keberhasilan putera-puterinya dalam UASBN. Penelitian merupakan kajian deskriptif dengan metode kualitatif sebagai pendekatan dan teknik analisis. Informan terdiri dari tujuh ibu, dua bapak, dan tiga siswa SD N 03 Sidorejo Lor Salatiga yang tinggal di wilayah Kecamatan Sidorejo Lor, Kota Salatiga dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data dengan Wawancara semi terstruktur. Analisis data menunjukkan bahwa orangtua siswa di SD N 03 yang berkategori sebagai sekolah dasar nasional standar nasional memiliki beragam respon dan upaya, termasuk laku prihatin. Sebagian besar orangtua terlibat secara mendalam dengan kemajuan sekolah anaknya. Mereka memiliki kerjasama yang baik dengan sekolah karena sekolah terlihat berusaha membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan walimurid. Dengan demikian maka, orangtua memainkan peran yang penting bagi keberhasilan anaknya dalam ujian nasional. Temuan selengkapnya dan implikasinya didiskusikan lebih lanjut dalam pembahasan. Kata Kunci: ujian akhir semester berstandar nasional (UASBN), sekolah dasar, peran orangtua. 216 Abstract Maslikhah and Erawati, M. (2010). The analysis of responses and roles of students’ parents in Public Elementary School of Sidorejo Lor 03 in Salatiga City to prepare their child into national final examination. Research Report, State Islamic High School of Salatiga. Consultant: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. This study had begun with concerns of social phenomenon which caused by the government policy of national final examination as the only standard for students graduation, particularly in elementary education in Indonesia. Several questions were drawn to this research, how parents respond, how school involved parents, what spiritual effort parents did, and what parents’ role in order to prepare their child to face final national examination? The aims of this study were to analyze parents’ responses, to map school strategy to involve parents, to reveal spiritual effort, and to analyze parents’ role to reach successfulness of national final examination. Descriptive qualitative was used as approach and analysis technique. The informans were consisted of seven mothers, two fathers, and three students of Public Elementary School 03 Sidorejo Lor of Salatiga Regency who stay in Sidorejo Subdistrict of Salatiga City and Tuntang Subdistrict of Semarang Regency. Semi-structured interview was conducted to reveal data. Data analysis showed that students’ parents have various responses and strategies, including solicitude practices. Most of them involved deeply with child’s school progress. They had a good cooperation with school because the school seem always try to develop mutual relationship with parents. So, parents played an important role to prepare their child in order to succeed in national final examination. The whole findings and implications were discussed later. Password: national final examination, elementary school, parent involvement 8. Daftar Isi Daftar isi memuat semua bagian tulisan beserta nomor halaman masing-masing, yang ditulis sama dengan isi judul skripsi yang bersangkutan. Biasanya, agar daftar isi ringkas dan jelas, subbab derajat ke dua dan ke tiga tidak ditulis. Penulisan Bab dengan menggunakan huruf kapital (misal, A. PENDAHULUAN) dikuti dengan sub bab dengan subbab derajat pertama dengan menggunakan angka satu dan huruf a kecil (dan seterusnya) dan dicetak tebal. Contoh daftar isi dapat dicermati di bawah ini: DAFTAR ISI Pengesahan ........................................................................................................... Surat Pernyataan ................................................................................................... Kata Pengantar ..................................................................................................... Abstrak ................................................................................................................. Daftar Isi ............................................................................................................... Daftar Lampiran .................................................................................................. ii iii iv vi vii viii BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan Penelitian ................................................................................. D. Signifikansi Penelitian ......................................................................... 1 1 8 9 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10 217 A. Landasan Teori 1. Pendidikan Lingkungan Hidup .......................................................... 2. Sekolah Adiwiyata ............................................................................ 3. Akselerasi Program Adiwiyata bagi Madrasah ................................... B. Telaah Pustaka .......................................................................................... 1. Sudarwanto ........................................................................................ 2. Hanna Lestari ..................................................................................... 3. Syahdian ............................................................................................. 4. Untung Wahyuhadi ............................................................................ 10 23 36 36 36 37 37 37 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................. B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... C. Sumber Data ............................................................................................. D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... E. Teknik Analisis Data ................................................................................ F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................................... 42 42 42 45 45 47 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... A. Hasil Penelitian ......................................................................................... B. Pembahasan .............................................................................................. 51 51 62 BAB V PENUTUP ............................................................................................... A. Kesimpulan ............................................................................................... B. Saran ......................................................................................................... C. Rekomendasi ............................................................................................ 73 73 74 74 DAFTAR PUSTAKA 9. Daftar Tabel, Grafik, Gambar, dan Lampiran Daftar tabel, grafik, gambar, dan daftar lampiran digunakan untuk memuat nama tabel, gambar, dan lampiran yang ada dalam tugas akhir. Penulisan nama tabel, gambar, dan lampiran apabila lebih dari 5 tabel, gambar, dan atau lampiran. Jika tabel, gambar dan lampiran tidak lebih dari 5 macam, maka cukup dibuatkan dalam satu halaman saja. Dengan demikian, daftar tabel yang hanya memuat kurang dari 5 macam cukup dituliskan daftar tabel, grafik, gambar, dan lampiran. Contoh penulisan daftar tabel sebagai berikut: DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar nama tenaga pengajar di SMP Ihsaniyah Tegal tahun 2012, hlm 23 Tabel 2 Daftar nama siswa di SMP Ihsaniyah Tegal tahun 2012, hlm 24 Tabel 3 Daftar nama pengurus Komite Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 40 Tabel 4 Daftar inventaris Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 50 Tabel 5 Daftar Prestasi Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 55 Dan seterusnya. 218 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Konseptual Penelitian, hlm 15 Gambar 2 Peta lokasi penelitian, 30., hlm 25 Gambar 3 Stuktur Organisasi Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 39. Gambar 4 Bagan Alur Kegiatan Siswa Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 43 Gambar 5 Foto kegiatan siswa di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 60 C. Bagian Akhir 1. Daftar Referensi/Daftar Pustaka Daftar referensi atau secara lazimnya orang lebih familiar dengan istilah daftar pustaka. Mahasiswa sering pula menyingkatnya dengan istilah dapus, yang berarti daftar pustaka. Apapun orang menyebutnya, daftar pustaka merupakan referensi atau acuan dasar dalam membuat suatu karangan ilmiah. Daftar pustaka merupakan daftar bacaan yang menjadi sumber, atau referensi atau acuan dan dasar penulisan tugas akhir. Daftar referensi ini dapat berisi buku, buku yang memuat beberapa pengarang (bunga rampai), artikel jurnal ilmiah nasional atau bahkan internasional, makalah yang disajikan dalam pertemuan ilmiah, makalah ilmiah dalam prosiding, laporan penelitian, majalah, atau surat kabar, wawancara, pustaka unduhan dari internet, undang-udang atau peraturan pemerintah lainnya, dan sebagainya. Dianjurkan agar 70% daftar referensi yang digunakan merupakan terbitan terbaru (minimal terbitan 2 tahun terakhir). Contoh daftar pustaka dapat dilihat di bawah ini: DAFTAR PUSTAKA Casanova, P.F., Garcia-Linares,M.C., Torre, M.J.d.l., dan Carpio, M.d.l.V. (2005). Influence of family and socio-demographic variables on students with low academic achievement. Educational Psychology, 25, 423-435. Dumka, L.E., Gonzales, N.A., Bonds, D.D., dan Millsap, R.E. (2008). Academic success of Mexican origin adolescent boys and girls: The role of mothers’ and fathers’ parenting and cultural orientation. Sex Roles, 10, 1-12. Irmawati. (2009). Peranan Psikologi Dalam Menjawab Fenomena Psikologis Masyarakat Indonesia. Orasi Ilmiah, disampaikan dalam upacara Dies Natalis ke-57 Universitas Sumatera Utara pada 20 Agustus. Jeynes, W.H. (2007).The relationship between parental involvement and urban secondary school student academic achievement: A meta-analysis. Urban Education, 42, 82-110. 219 Kim, U. (1995). Individualism and Collectivism: A Psychological, Cultural, and Ecological Analysis. Denmark : NIAS. King, V. dan Sobolewski, J.M. (2006). Nonresident fathers’ contribution to adolescent wellbeing. Journal of Marriage and Family, 68, 537-557. Krippendorff, K. (2004). Content Analysis; An Introduction to Its Methodology. Thousand Oaks, Ca: Sage Publication. Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Smith, E.P. dan Prinz, R.J. (2001). Latent Models Of Family Processes In African American Familie: Relationships To Child Competence, Achievement, And Problem Behavior. Journal of Marriage and Family, 63, 967-980. Sim, N.T. (2003). The father-adolescent Relationship in the Context of the Motheradolescent Relationship: Exploring Moderating Lingkages in Late-adolescent Sample in Singapore. Journal of Adolescent Research, 18, 383-404. Suizzo, M-A. (2004). French Andamerican Mothers’ Childrearing Beliefs Stimulating, Responding, And Long-Term Goals. Journal of Cross-Cultural Psychology, 35, 606626. Tilaar, HAR 2006, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta: Rineka Cipta. Zevalkink, J., Riksen-Walraven, J.M., dan Bradley, R. H. (2008). The quality of children’s Home Environment and Atachment Security in Indonesia. The Journal of Genetic Psychology, 169, 72-91. 2. Lampiran-lampiran Lampiran merupakan data atau pelengkap atau hasil olahan yang menunjang penulisan tugas akhir, tetapi tidak dicantumkan di dalam isi tugas akhir, karena akan mengganggu kesinambungan pembacaan. Lampiran yang perlu disertakan dikelompokkan menurut jenisnya, antara lain biodata peneliti, jadwal, tabel, daftar pertanyaan, gambar, grafik, desain, nota pembimbing, surat ijin penelitian, surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari lembaga yang dijadikan obyek penelitian, lembar konsultasi, dokumentasi berupa foto-foto kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Pengelompokan lampiran disesuaikan dengan kebijakan fakultas. Contoh penulisan daftar lampiran dapat dilihat di bawah ini: DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti, 55. Lampiran 2 Daftar Prestasi Akademik, 56. Lampiran 3 Surat Nota Pembimbing, 58. Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian, 59. 220 Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian, 60. Lampiran 6 Lembar Konsultasi, 61. Lampiran 7 Catatan Observasi, 63. 221 DAFTAR PUSTAKA Al-Halwari, Aba Firdaus 2001, Pesan Buat Ukhti Muslimah: Selamatkan dirimu dari Tabarruj, Jogjakarta: LeKPIM dengan Mitra Pustaka. Cetakan ke 4. Amir, 2009. Dasarr-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press. Arifin, Zaenal E. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: PT. Grasindo. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bekker, Anton dan Ahmad Kharis Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat, Jogjakarta: Kanisius. Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien Gall. Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman. Brotowidjoyo, M. D. 1995. Penulisan Karangan Ilmiah. Edisi Kedua. Akademika Pressindo. Jakarta. DePorter, Bobbi. 2009. Quantum Writer: Menulis dengan Mudah, Fun, dan Hasil Memuaskan.Penerjemah Lovely. Judul Asli Quantum Writer: Write Easily, less Steress, Better Result. Bandung: Mizan Pustaka. Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2002. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung: Rosdakarya. Fadjar, Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Farikhah, 2011. Madrasah dan Pelestarian Lingkungan (Sumbanngan Konseptual dan Strategi Aksi). Bunga Rampai. Salatiga: STAIN Press. Gibaldi. Joseph. 1999. MLA Handbook of Writers of Research Papers. New York: The Modern Language Association, h. 30–34. http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/02/28/02415341 http://www.dakwatuna.com/2012/03. Diakses 9 Maret 2012. Joseph M.Kizza. 2009. Technology and Academic Dishonesty – Part II: A Focus on Academicians and Other Researchers. International Journal of Computing and ICT Research, Vol. 3, No. 2, pp. 7-11. http://www.ijcir.org/volume3-number2/article1.pdf. Julianne, East. 2006. The Problem Of Plagiarism In Academic Culture. La Trobe University International Journal for Educational Integrity Australia. Vol. 2 No. 2 December 2006 pp. 16-28 ISSN 1833-2595. Keputusan Rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008 tentang pepdoman teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia. Leonhardt, Mary. 2000. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca. penterjemah Alwiyah Abdurrahman. Judul Asli 99 Ways to Get Kids to Love Reading and 100 Books the’ll Love. Bandung: Kaiffa. 222 Lestari, Hanna. Kajian Perencanaan Pengajaran Mata Pelajaran Kepedulian pada Diri dan Lingkungan Tingkat SD di Kota Semarang. Tesis. 2004.UNS Surakarta. Mansurudin, Susilo. 2010. Mozaik Bahasa Indonesia: Materi Bahan Ajar Bernuansa ‘Ulul Albab’. Malang: UIN Maliki Press. Milles, Mattew B dan Michael Hubberman.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Penterjemah. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Cetakan Pertama. Mochizuki, Yoko 2010. Global Circulation and Local Manifestations of Education for Sustainamble Development with a Focus on Japan. International Journal Environment and Sustainable Development,Vol. 9, Nos. 1/2/3, 2010. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Cet. 16. Brotosudjono, Mukayat. 2009. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya. Cetakan Keempat. Nasution, 2007. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Pant, Hema. Environment Education Of Teachers Through Technology Mediated Open And Distance Learning. Indira Gandhi National Open University, International Journal. Regional Centre Delhi-1, New Delhi, India. Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Jogjakarta: Tiara Wacana. Soerjono Soekanto, 1982, Teori Sosial tentang Pribadi dalam Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Pertama. Soeseno, S. 1984. Teknik Penulisan Ilmiah Populer. PT Gramedia, Jakarta. Stuart. 2002. Plagiarism, Norms, and the Limits ofTheft Law: Some Observations on theUse of Criminal Sanctions in Enforcing Intellectual Property Rights. Hastings Law International Journal [Vol. 54. 12/18/02. Sudarwanto. 2009. Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup (LH) di SD, SMP terhadap Pembentukan Perilaku Siswa dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Kab. Demak. Tesis. UNS Surakarta. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumni Aksara. Cetakan ketiga. Sukino. 2010. Menulis itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal. Jogjakarta: Pustaka Populer LKiS. Sumanto, 2002, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kualitatif dan Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Ketiga. Suranto. 2011. Panduan Penulisan Disertasi: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta: Program Pasca. Surtiati, Rahayu Hidayat. 2010. Mengutip tanpa Menjiplak, Materi Short Course Penelitian Keagamaan Berbasis Gender. Universitas Indonesia. Jakarta. 223 Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sutrisno Hadi, 1986, Metodologi Research, Jogjakarta, UGM Press. Suwarto, Wawancara pendahuluan, Direktur Trukajaya, Salatiga. Syahdian, Hubungan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Partisipasi Siswa SMU dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi Tesis/2000. UNS Surakarta. Syahabuddin, Syed. 2009. Plagiarism in Academia. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education 2009.Volume 21. Number 3. 353.359. Central Michigan University. Thomas F O'Dea, 1992, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jogjakarta: Rajawali Press. Cetakan keempat. Wardhana, 2010. Dampak Pemanasan Global: Bencana Mengancam Umat Manusia, Sebab Akibat Dan Penanggulangannya. Jogjakarta: Andi Offset. Winarto, Yunita T. dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Yoko Mochizuki. 2010. International Journal Environment and Sustainable Development, Global Circulation and local manifestations of education for Sustainamble Development with a focus on Japan. Vol. 9, Nos. 1/2/3, 2010. Zuchdi, 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan Komprehensi. Jogjakarta: UNY Press. Lemlit Sunan Ampel. 2002. Panduan Penelitian Kiat Merebut Peluang. Surabaya: Sunan Ampel Press. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga Press. TIM Fakultas Tarbiyah. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi: Program Peningkatan Kualifikasi S1 Guru Madrasah dan PAI di Sekolah melalui Dual Mode System PTAI Induk IAIN Walisongo Semarang tahun 2010. Semarang: Tarbiyah Press. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretaris Negara. Peraturan Pemerintah nomor 02 tahun 2009 tentang Penghargaan Adiwiyata. Surat Kesepakatan Bersama Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan Nasional. Nomor 03/MENLH/02/2010 dan nomor 01/II/KB/2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Juknis Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional. Solopos.com 24/11/11 diakses 9 Maret 2012 http://www:ustadbaba.blog diakses 9 Maret 2012 http://wikipedia.org.alzheimer, diakses 16 Maret 2012 224 http://id.wikipedia.org/wiki/ensiklopedia, diakses 9 Maret 2012. http://situsbahasa.info. Diakses 8 Maret 2012 www.scrib.com/doc diakses 8 Maret 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/sintesis. diakses 8 Maret 2012 www.waining indo.com, AD. Eridani, HIV di Lembaga Pemasyarakatan. www.pikiranrakyat.com, Kawasan Bali Terjangkit HIV, tanggal 10 Mei 2004 www.hukumonline.com. Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu, tanggal 26 September 2005. www.suarakarya.online.com oleh Dev nugroho, Aktivitas Seks Kilat. www.suaramerdeka.online. www.pemantauperadilan.com. Pengadilan Anak, tanggal 24 Pebruari 2005. www.balipos.co.id. Jangan ada Kata Permisif untuk Berantas Prostitusi. 225 Biodata dan Teks untuk Punggung Buku Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si, lahir dari ibu Hj Muslikhah H. Abdul Ghoni dan H. Jamzuri Nawawi di desa Bandasari Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal tanggal 29 Mei 1970. Sekarang ia tinggal di Payaman Magelang bersama suami Ir. H. Saifudin Ashari dan dua putri belahan jiwa, Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. Kedua putri itu sekarang duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah Arrosyidin Payaman Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Riwayat pendidikan penulis adalah TK Masyitoh Bandasari Tegal (1977), SD Negeri Bandasari Tegal (1983), SMP Ikhsaniyah Tegal (1986), SMA Negeri 3 Tegal (1989), S1 IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Salatiga (1994), S2 Ilmu Lingkungan UNS Surakarta (2002), tahun 2011 mulai menempuh pendidikan program doktor Ilmu Lingkungan UNS Surakarta pada Program Studi Manajemen Sumber Daya. Organisasi yang diikuti penulis di STAIN Salatiga sebagai sekretaris Pusat Studi Pengembangan Pendidikan Islam (PSPPI) (2002-2006), direktur PSPPI (2006-2010), direktur Pusat Studi Gender dan Keluarga (2010 hingga 20014 dan 2014 hingga awal 2015), dan Pengurus Dharma Wanita Persatuan STAIN Salatiga (2010 s.d 2014), Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu IAIN Salatiga (2015 s.d sekarang). Organisasi selama menjadi mahasiswa di IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Salatiga adalah sebagai pengurus Racana Pramuka dan Ketua Racana putri selama dua periode. Organisasi yang diiktui penulis di luar STAIN Salatiga antara lain tim penyuluh agama dari Kementerian Agama Kota Salatiga (dulu Depag) selama dua tahun, ketua Yayasan Perempuan Peduli Lingkungan (YPPL) Salatiga, wakil ketua Wanita Salatiga Peduli Air (WASPA) Salatiga, bendahara Karang Taruna Indonesia (KTI) Kota Salatiga, dan anggota Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Salatiga (Formalisa) Salatiga, ketua Penggerak PKK Desa Payaman Periode 2007 s.d 2014 dan 2014 s.d sekarang. Teks untuk Cover Buku Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks. Seseorang yang membaca buku bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau gelas tetap tertutup, maka gelas itu tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih belum siap untuk membuka diri dengan alur pikir orang lain, maka selama itu pula seseorang tetap tidak akan bisa menerima sesuatu yang baru dari orang lain. Menulis merupakan satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen sekalipun. Masyarakat tetap mengelu-elukan bahasa lisan, padahal bahasa lisan cepat hilang terbawa angin. Seorang penulis dengan kebiasaan membaca dengan cepat melihat dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberikan kesan mendalam, berkesan dan bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang, bereaksi dan berinterpreneur, serta memberikan sesuatu yang berharga bagi orang lain. Prinsip kerja seorang arsitektur adalah bekerja dengan design, tidak pernah bekerja dengan konsep yang masih abstrak. Semua garis-garis dalam konstruksi bangunan yang akan didirikan ditulis sesuai dengan perhitungan yang matang untuk menghasilkan bangunan yang diinginkan. Demikian juga dengan membuat karya ilmiah dalam berbagai macam bentuknya merupakan sesuatu yang harus dirancang dengan baik untuk menghasilkan rancangan dan laporan karya ilmiah agar 226 memenuhi kualifikasi yang ditetapkan. Buku ini hadir untuk membantu mahasiswa, dosen, penulis, dan peneliti untuk menyusun rancangan yang baik sebagaimana arsitektur mengawali bekerja. Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh STAIN Salatiga Press antara lain: Harmonisasi dan Humanisasi Lingkungan Hidup, Quo Vadis Pendidikan Multikultur: Rekonstruksi Sistem Pendidikan Berbasis Kebangsaan, Melacak Ilmu Alamiah Dasar dalam Islam, Ensiklopedia Pendidikan, Modul Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Program Dual Mode System (DMS), Konsep Dasar Pendidikan Pramuka, Madrasah dan Pelestarian Lingkungan (Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi), Menelisik Jender dalam realitas Konstruksi Sosial. Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh Mitra Cendekia antara lain Harmonisasi dan Humanisasi Lingkungan Hidup dan modul Ilmu Alamiah Dasar. 227