Profitability Ratios And Influence Earning Per Share (EPS) on Stock Price On Food and Beverage Companies Go Public In the Indonesia Stock Exchange Stefanus Wahyu Anggara, Eliya Isfaatun, SE., MM, Winanto N., SE., MM. Abstract The development of stock prices in the capital market is an important indicator for studying the behavior of the market, namely investors. To determine whether investors will be trading in the stock market, usually will base its decisions on the various instruments available in the public and private. The data is meaningful or valuable to the investor if the data is causing make transactions on the capital market, where transactions are reflected through share price. Financial Accounting Standards (PSAK, 2007 No. 3) states that with the increasing number of companies that sell securities in the capital markets, interim financial statements become increasingly necessary. The main aspect of the interim financial reports issued by companies that report was not audited. This will cause significant problems regarding the reliability of investment decision makers. To increase the level of the company's financial performance, we need a ratio analysis method that aims to analyze the financial position of an enterprise. Ratios used to determine the ability of firms to obtain profits in relation to sales, total assets, investment and own capital. Profitability ratios include return on assets (ROA), Return On Equity (ROE), and Pofit Net Margin (NPM). EPS is used to measure the success of management in achieving profitability for the company owner. Value of ROA, ROE, NPM, and EPS increasing it will increase shareholder confidence in the company. but each Chapter are interconnected and support each other, so that by the end of the Chapter will be obtained a conclusion of the problem. Thesis writers are interested in selecting food and beverage companies as an object of research in writing this essay to analyze the increasing needs of everyday people. Based on a discussion of profitability ratios and EPS to the stock price on 10 food and beverage companies go public in Indonesia Stock Exchange (IDX) then it can be deduced results of research conducted on 10 companies from 15 food and beverage companies that went public and listed on the Stock Exchange Indonesia (BEI) that the profitability ratio has fluctuated over the 2007-2009 period with Earning Per Share (EPS) during the 2007-2009 period amounted to USD. 1229.95. Keywords: Capital Market, Stock Exchange, Go Public 1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Stefanus Wahyu Anggara, Eliya Isfaatun, SE., MM, Winanto N., SE., MM. Abstrak Perkembangan harga saham di pasar modal merupakan suatu indikator penting untuk mempelajari tingkah laku pasar, yaitu investor. Untuk menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di pasar modal, biasanya akan mendasarkan keputusannya pada berbagai instrumen yang tersedia di publik maupun pribadi. Data itu bermakna atau bernilai bagi investor jika data tersebut menyebabkan melakukan transaksi di pasar modal, di mana transaksi ini tercermin melalui harga saham. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, 2007 No.3) menyatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal, laporan keuangan interim menjadi semakin diperlukan. Segi utama dari laporan keuangan interim yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu laporan tersebut tidak diaudit. Ini akan menimbulkan masalah penting mengenai reliabilitas bagi pembuat keputusan investasi. Untuk meningkatkan tingkat kinerja keuangan perusahaan, diperlukan suatu metode analisis rasio yang bertujuan untuk menganalisis posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas meliputi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Pofit Margin (NPM). EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan. Nilai ROA, ROE, NPM, dan EPS yang semakin meningkat maka akan meningkatkannya kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan. namun tiap BAB saling berhubungan dan saling menunjang, sehingga pada akhir BAB akan diperoleh suatu kesimpulan dari permasalahan. Penulis skripsi tertarik untuk memilih perusahaan makanan dan minuman sebagai obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini untuk dianalisis semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat sehari-hari. Berdasarkan hasil pembahasan rasio profitabilitas dan EPS terhadap harga saham pada 10 perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 perusahaan dari 15 perusahaan makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa rasio profitabilitas mengalami fluktuasi selama periode 2007-2009 dengan Earning Per Share (EPS) selama periode 2007-2009 sebesar Rp. 1229,95. Kata Kunci: Pasar Modal, Bursa Efek, Go Public 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari perusahaan ingin memaksimalkan laba. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang berkembang dengan pesat karena kebutuhan masyarakat sehari-hari yang semakin meningkat. Apabila harga naik maka akan mengurangi daya beli masyarakat karena semakin mahalnya produk makanan dan minuman yang ditawarkan dipasaran. Pasar modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) dan emiten yang memerlukan dana jangka menengah atau jangka panjang, atau dengan kata lain adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Yang dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan dananya dalam saham, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan saham untuk ditawarkan kepada masyarakat. Investor tertarik untuk menanamkan modalnya di pasar modal karena berharap memperoleh keuntungan yang berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah selisih dari nilai jual dan nilai beli pada saat investor menjual saham, dividen adalah proporsi dari laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang jumlahnya sebanding dengan lembar saham yang dimiliki. Kenaikan dan penurunan harga saham di pasar modal, dikarenakan adanya tanggapan bahwa investor sering tidak rasional dalam menginvestasikan kelebihan dananya di pasar modal dan cenderung berspekulasi untuk memperoleh capital gain yang lebih besar dari pada dividen. 3 Perkembangan harga saham di pasar modal merupakan suatu indikator penting untuk mempelajari tingkah laku pasar, yaitu investor. Untuk menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di pasar modal, biasanya akan mendasarkan keputusannya pada berbagai instrumen yang tersedia di publik maupun pribadi. Data itu bermakna atau bernilai bagi investor jika data tersebut menyebabkan melakukan transaksi di pasar modal, di mana transaksi ini tercermin melalui harga saham. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, 2007 No.3) menyatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal, laporan keuangan interim menjadi semakin diperlukan. Segi utama dari laporan keuangan interim yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu laporan tersebut tidak diaudit. Ini akan menimbulkan masalah penting mengenai reliabilitas bagi pembuat keputusan investasi. Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan menjadi optimal bagi investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui rasio keuangan karena berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan saat ini dan pada masa mendatang. Rasio keuangan berasal dari laporan keuangan disebut faktur fundamental. Untuk menjalankan suatu usaha, perusahaan membutuhkan modal. Modal tersebut diperoleh melalui investor-investor yang ingin menanamkan modalnya dalam perusahaan tersebut sehingga perusahaan dapat memasuki pangsa pasar yang lebih luas. Untuk mendapatkan investor maka pihak manajemen harus memperhatikan dan meningkatkan kinerja perusahaannya agar investor tertarik untuk menanamkan modalnya. Harga saham bergerak sesuai dengan kekuatan penawaran dan permintaan atas saham di pasar sekunder. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh penilaian pembeli dan penjual terhadap kondisi internal 4 dan eksternal. Kondisi internal dapat diamati dari berbagai indicator kinerja dan rasio keuangan, sehingga investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan. Berkembangnya pasar modal di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber dana bagi perusahaan. Dana yang relatif besar diperoleh melalui nilai penjualan saham atau dengan melakukan pinjaman di bank. Pemilihan investasi yang tepat akan mencerminkan perusahaan sebagai tempat penanaman modal yang baik bagi investor, sehingga akan membantu mempertinggi nilai perusahaan tersebut. Bila perusahaan berkembang dengan baik maka nilai perusahaan akan meningkat dan investasi pada perusahaan juga meningkat sehingga akan berpengaruh kepada harga saham. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang cukup besar. Pemenuhan dana tersebut dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman dalam bentuk hutang atau menerbitkan saham di pasar modal. Dengan menerbitkan saham di pasar modal berarti perusahaan tidak hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga dimiliki oleh masyarakat. Untuk meningkatkan tingkat kinerja keuangan perusahaan, diperlukan suatu metode analisis rasio yang bertujuan untuk menganalisis posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas meliputi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Pofit Margin (NPM). EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan. Nilai ROA, ROE, NPM, dan EPS yang semakin meningkat maka akan meningkatkannya kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan. namun tiap BAB saling berhubungan dan saling menunjang, sehingga pada akhir BAB akan diperoleh suatu kesimpulan dari 5 permasalahan. Penulis skripsi tertarik untuk memilih perusahaan makanan dan minuman sebagai obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini untuk dianalisis semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat sehari-hari. Maka dalam kesempatan ini memilih judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga saham Makanan dan Minuman Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (BEI).” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian di atas dirumuskan sebagai a. Bagaimana tingkat rasio profitabilitas perusahaan makanan dan minuman pada periode 20072009? b. Bagaimana tingkat Earning Per Share (EPS) perusahaan makanan dan minuman pada periode 2007-2009? c. Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas dan EPS terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman periode 2007-2009? 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini pembahasan dibatasi pada tingkat rasio profitabilitas yang diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan pembagian saham Earning Per Share (EPS). Data digunakan dalam penelitian adalah data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data harga saham perusahaan pada tahun 2007-2009. Dalam penelitian ini pembahasan dibatasi pada tingkat rasio profitabilitas yang diukur dengan menggunakan 6 Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan pembagian saham Earning Per Share (EPS). Data digunakan dalam penelitian adalah data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data harga saham perusahaan pada tahun 2007-2009. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tingkat rasio profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2007-2009. b. Untuk mengetahui tingkat Earning Per Share (EPS) perusahaan makanan dan minuman 20072009. c. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) pada perusahaan makanan dan minuman terhadap harga saham perusahaan pada tahun 2007-2009. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan, informasi dan saran bagi manajemen perusahaan untuk mengukur tingkat rasio profitabilitas dan harga saham dalam perusahaan. 2. manfaat akademis Sebagai bahan pustaka untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang akuntansi serta bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut. 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari pencatatan secara keseluruhan. Laporan keuangan adalah suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. ( Baridwan , 2004:17) Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan oleh para pemilik perusahaan dan sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1(2006) tentang penyajian laporan keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari beberapa komponen–komponen. Bentuk–bentuk laporan keuangan adalah sebagai berikut : ( Baridwan , 2004:18 ) a. Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Jumlah harta yang dimiliki disebut aktiva (kewajiban). Jumlah kewajiban perusahaan disebut passiva (utang). Passiva terdiri dari utang + modal. b. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya pendapatan, dan beban dalam periode waktu tertentu. Selisih antara pendapatan serta biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi merupakan alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh 8 perusahaan dan juga untuk mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu tahun. c. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah perbedaan aktiva dan utang dari awal periode sampai akhir periode sehingga menjadi jumlah ekuitas. d. Laporan arus kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas yaitu suatu laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan keluar yang dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan rentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu tahun. 2.2 Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan memiliki beberapa sifat dan keterbatasan ( Baridwan, 2004: 13 ) yaitu: 1. Laporan keuangan bersifat historis yaitu laporan kejadian yang telah lewat, karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan bersifat umum bukan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan 9 jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terhadap beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan kepada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya. 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa akuntansi dan sifat dari informasi yang akan dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan dan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antara perusahaan. 2.3 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba sebelum pajak dengan total asset yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. ( Riyadi, 2006 : 155 ) Rasio – rasio profitabilitas adalh sebagai berikut : 10 2.3.1 Return On Assets (ROA) Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak perusahaan dengan total aktiva perusahaan, rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. 2.3.2 Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan modal (modal inti) perusahaan, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. ROE amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. (Riyadi, 2006 : 155) Rasio laba bersih sesudah pajak terhadap modal sendiri (Return On Net Worth/ROE) mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. (Weston dan Copeland, 1997 : 233) Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan akan semakin tinggi harga sahamnya. Laba Sebelum Pajak ROA = x 100 % Total Aktiva 11 Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik. ( Harahap, 2007 : 156 ) Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.3.3 Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggunakan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri 12 2.4 Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) yaitu jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya. EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan. Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan tidak memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: : Laba Bersih NPM = x 100% Pendapatan Operasional Laba Bersih EPS = x 100% Σ Lembar saham 13 2.5 Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa pemilik surat tersebut mempunyai hak atas keuntungan yang diperoleh perusahaan dimana investor menanamkan uangnya atau suatu bukti penyertaan dari pemodal pada perusahaan yang nantinya akan dibayar dalam bentuk deviden dari perusahaan (Riyanto, 2001:240). Yang mempengaruhi turunnya atau naiknya harga saham adalah 1. Valuta Asing 2. Suku Bunga 3. Harga BBM 4. Keadaan Negara Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting bagi saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana Harga ini menetapkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (under writer) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 14 c. Harga pasar harga pasar adalah harga investor satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham dicatat dibursa. Transaksi ini tidak lagi melibatkan emiten dari harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga pemiliknya, karena pada transaksi pada pasar sekunder, kecil kemungkinan terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. 2.6 Bursa Efek Bursa Efek adalah organisasi yang menyediakan tempat pemasaran dimana perusahaan dapat meningkatkan dananya melalui penjualan sekuritas baru dan pembeli dapat menjual kembali sekuritasnya. Bursa Efek adalah tempat dimana investor menanamkan modalnya dalam bentuk efek dan perusahaan menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. ( Riyanto, 2001:219 ) Fungsi Bursa Efek adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang memiliki surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan. ( Riyanto, 2001:219) Macam-macam bursa efek yaitu: a. Bursa terorganisir (Organized Securities Exchanges) Organisasi nyata yang bertindak seperti pasar sekunder dimana sekuritas ‘yang beredar dijual kembali. Dalam kesempatan yang sama, Dirut BBJ, Hasan Zen Mahmud, menjelaskan, pasar fisik CPO terorganisir bertujuan sebagai sarana pembentukan harga, efisiensi pasar dan informasi pasar. Pembentukan harga (price discovery) untuk kepentingan referensi harga nasional untuk CPO industri, merupakan sarana bertransaksi antara penjual dan pembeli secara elektronik dan mudah diakses para pebisnis. “Apalagi sebagai price maker, Indonesia berpeluang menjadi 15 negara acuan untuk penetapan harga CPO internasional. Sementara yang dimaksud dalam efisiensi pasar adalah mekanisme pembentukan harga komoditi akan lebih wajar dan transparan, standard mutu akan semakin baku, dan para pelaku pasar akan terindentifikasi. Upaya BBJ menjadi fasilitator merupakan langkah awal untuk pengembangan pasar berjangka CPO. b. Bursa Paralel (Over-The Counter (OTC) Exchange) Bukan suatu organisasi tetapi merupakan pasar tidak berwujud yang membeli dan menjual sekuritas yang tidak terdaftar di bursa yang terorganisir. Bursa Paralel disediakan untuk perusahaan yang sedang membutuhkan dana jangka panjang yang belum memenuhi syarat untuk Bursa Efek Indonesia. Sasaran yang akan dicapai oleh pengembangan pasar modal di Indonesia adalah 1. Untuk mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan swasta guna menuju pemerataan pendapatan masyarakat. 2. Lebih mengairahkan partisipasi masyarakatdalam pengarahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional. Peranan bursa efek adalah menciptakan pasar likuiditas yang kontinyu dimana perusahaan dapat memperoleh pembiayaan, bursa efek juga menciptakan ‘pasar efisiensi. Pasar Efisiensi adalah pasar yang mengalokasikan dananya untuk digunakan pada hal-hal yang paling produktif sebagai hasil dari persaingan di antara investor dalam memaksimalkan kekayaannya. Pasar tersebut menentukan dan mengumumkan harga yang dipercaya mendekati harga yang sebenarnya. Harga dari sekuritas ditentukan oleh apa yang dibeli dan dijual atau permintaan dan penawaran dari sekuritas tersebut. 16 2.7 Pelaku Pasar Modal Pelaku-pelaku dalam pasar modal adalah : 1. Investor Investor adalah orang yang memiliki modal untuk melakukan investasi. Ada 3 jenis investor yaitu investor yang suka resiko, menghindari resiko, dan investor netral. Dalam melakukan pemilihan investasi portofolio seorang investor dapat meminta pertimbangan kepada pialang mengenai investor yang mana menguntungkan. 2. Emiten Emiten adalah perusahaan yang melakukan go public di bursa efek. Apabila perusahaan baru pertama kali melakukan perdagangan maka saham tersebut akan dijual dalam pasar perdana. Sedangkan untuk perdagangan yang selanjutnya dilaksanakan di pasar sekunder. 3. Pialang (Broker) Pialang adalah perantara jual-beli yang menghubungkan dua atau lebih investor dalam bursa. Biasanya saham yang diperjual belikan harus melalui seorang pialang untuk melakukan transaksi. 4. Petugas bursa Petugas bursa adalah orang-orang yang membantu secara teknis terjadinya perdagangan melalui pialang. Petugas bursa biasanya merupakan pegawai yang digaji langsungoleh bursa efek dimana dia bekerja. 5. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) BAPEPAM adalah lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengawasi kelayakan emiten untuk menerbitkan surat berharga yang mengawasi jalannya transaksi agar tidak terjadi hal-hal yang 17 tidak diinginkan serta mengawasi emiten agar melakukan tanggung jawabnya sehingga tidak merugikan para investor. 2.8 Macam-macam Sekuritas Utama Sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal, yaitu: a. Obligasi Obligasi adalah instrument hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan dan pemerintah untuk mengumpulkan sejumlah besar uang, umumnya dari berbagai kelompok peminjam. b. Saham Biasa Saham biasa merupakan unit kepemilikan atau modal sendiri di perusahaan. Pemegang saham mengharapkan mendapat keuntungan yang diterima sebagai dividen yaitu pembagian hasil untuk pemilik saham di perusahaan dalam suatu periode. c. Saham Preferen Saham Preferen yaitu bentuk khusus kepemilikan perusahaan dimana dividen diperoleh secara tetap serta pembayarannya harus didahulukan dari dividen saham biasa. 2.9 Nilai Pasar dan Nilai Intrinsik Nilai pasar surat berharga yang diperdagangkan secara aktif di pasar adalah harga pasar terakhir yang dilaporkan dari pasar saham tersebut diperdagangkan. Nilai intrinsik surat berharga adalah nilai ekonominya, yaitu harga yang seharusnya didasarkan pada faktor-faktor yang ada, seperti aktiva, profitabilitas perusahaan, dan faktor-faktor mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Jika pasarnya efisien dan informasi selalu tersedia, harga pasar suatu surat berharga seharusnya berfluktuasi di sekitar nilai intrinsiknya. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan adalah a. Data Kuantitatif Data yang dinyatakan dengan angka untuk membantu menganalisis penelitian ini yang didalamnya terdiri dari: 1. Laporan Keuangan yang berupa laporan laba / rugi dan neraca. Laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya pendapatan, dan beban dalam periode waktu tertentu. Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Laporan ini digunakan untuk mengetahui rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) dari perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Harga saham dari masing-masing perusahaan makanan dan minuman periode 20072009. b. Data Kualitatif Data kualitatif merupakan data yang tidak dinyatakan dengan angka tetapi merupakan keterangan yang berhubungan dengan data perusahaan yang berupa sejarah singkat berdirinya perusahaan dan lokasi dari perusahaan. 19 Variabel adalah faktor yang nilainya berubah-ubah. Variabel terdiri dari atas 2 bagian yaitu : 1. Dependent Variable (variabel tidak bebas) adalah variabel yang perubahannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dalam persamaan regresi dilambangkan dengan huruf Y. Oleh karena itu, sering pula disebut dengan variabel Y. Variabel tersebut yang terdapat dalam penelitian ini adalah harga saham. 2. Independent Variable (variabel bebas) adalah variable berupa simbol pada persamaan regresi dengan huruf X dan sering disebut sebagai variabel X yaitu variabel yang pergerakannya akan mempengaruhi variabel tidak bebas. Variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini yaitu terdiri dari : • Return On Asset (X1) Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak perusahaan dengan total aktiva perusahaan, rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Laba Sebelum Pajak ROA = x 100 % Total Aktiva 20 • Return On Equity (X2) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. ROE amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham • Net Profit Margin (X3) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggunakan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri Laba Bersih NPM = x 100% Pendapatan Operasional 21 • Earning Per Share (X4) Earning Per Share (EPS) yaitu jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Tabel 3.1 3.2 Pengambilan Sampel Dan Populasi Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 10 perusahaan. Populasinya terdiri dari 15 perusahaan makanan dan minuman yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang diteliti sebanyak 10 perusahaan karena perusahaan tersebut telah memiliki laporan keuangan dan daftar harga saham dari 2007-2009. 3.3 Pengukuran Data Dalam penelitian ini digunakan skala rasio sebagai alat pengukuran data. Menurut ( Umar, 2003 : 73 ) skala rasio adalah skala ukuran yang mempunyai nilai nol karena adanya titik nol inilah maka ukuran rasio dapat dibuat dalam perkalian maupun pembagian. Angka pada skala ini merupakan ukuran yang sebenarnya dari obyek yang diukur. Laba Bersih EPS = x 100% Σ Lembar saham 22 3.4 Metode Analisis Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode analisis data antara lain : a. Analisis Korelasi (Correlations) Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara ROA, ROE, NPM, EPS terhadap harga saham. Korelasi Product Momen Pearson adalah metode statistik yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan di antara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang mempunyai dua varians (bivariate). Tingkat keeratan hubungan tersebut biasa disebut Product Moment Pearson adalah sebagai berikut : Keterangan : r = Koefisien korelasi antara variabel x dan y x = Variabel bebas y = Variabel terikat n = Jumlah data atau kasus n Σ xy – Σ x Σ y r= √ [ Σ x² - ( Σ x ) ² ] [ Σ y² - ( Σ y )² ] 23 Nilai korelasi yang dihasilkan dapat diartikan sebagai berikut : a. Jika r = +1 atau mendekati 1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali. b. Jika r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi antara variabel dikatakan lemah atau tidak ada korelasi sama sekali. c. Jika r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan negatif dan sangat kuat. Jika angka koefisien korelasi yang dihasilkan positif maka terdapat hubungan yang searah antara kedua variabel, sebaliknya jika angka koefisien yang dihasilkan negatif maka hubungan kedua variable tersebut tidak searah. Tabel 3.1 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.0 - 0.199 Sangat Lemah 0.20 - 0.399 Lemah 0.40 - 0.599 Sedang 0.60 - 0.799 Kuat 0.80 - 1.000 Sangat Kuat 24 b. Analisis Uji “t” ( t test ) Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan t-hitung dengan t-tabel pada derajat signifikasi 5 % (α = 0,05). a. Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. b. Jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak yag artinya ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus Uji-t adalah sebagai berikut : Keterangan : t = Nilai yang dihitung, yang nantinya akan dikonsultasikan dengan nilai t tabel r = Koefisien korelasi parsial k = Jumlah variabel independen n = jumlah data atau kasus r√n–k-1 t= √ (1- r²) c. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X ,X ….X ) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui 1 2 n arah hubungan antara variabel independens dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. 25 Persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Keterangan : Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X = Variabel Independen (X1 - X n) a = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2.......Xn = 0) b = Koefisien Regresi 2 d. Analisis Determinasi (R ) Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen (X ,X ,.....X ) secara serentak terhadap variabel 1 2 n dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu Y=a+b X +b X +…b X 1 1 2 2 n n menjelaskan variasi variabel dependen. R2 = 0, maka tidak ada terdapat persentase pengaruh yang diberikan variabel terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 = 1, maka persentase pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Rumus koefisien determinasi sebagai berikut: Keterangan: 2 R = koefisien determinasi r r r yx1 yx2 = korelasi sederhana (product moment pearson) antara X dengan Y 1 = korelasi sederhana (product moment pearson) antara X dengan Y x1x2 2 = korelasi sederhana (product moment pearson) antara X dengan X 1 26 2 Didalam analisis determinasi terdapat Adjusted R Square yaitu nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square. Dimana Adjusted R Square diperoleh dengan rumus : (r 2 yx1 ) + (r 2 yx2 ) – 2.(r ).(r yx1 yx2 ).(r x1x2 ) 2 R = 1 – (r 2 x1x2 ) n–1 2 Adjusted R Square = 1 – [(1- r ) ( )] n–k–1 Keterangan : R² = koefisien determinasi n = jumlah data atau kasus k = jumlah variabel independen e. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X , X ,.....Xn) secara bersama1 2 sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan F-hitung dengan F-tabel pada derajat signifikasi 5 % (α = 0,05). 27 a. Jika F hitung ≤ F tabel maka H diterima yang artinya tidak ada pengaruh secara nyata o (signifikan) antara variabel bebas dengan variabel terikat. b. Jika F hitung > F tabel maka H ditolak yag artinya ada pengaruh secara nyata (signifikan) o antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus Uji F sebagai berikut: R² / k F= (1- R²) / (n – k – 1) Keterangan: F = Nilai yang dihitung, yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai Ftabel R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah data atau kasus k = Jumlah variabel independen f. Hipotesis Berdasarkan data yang dianalisis diatas maka hipotesisnya adalah Ho: Rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham tidak terdapat pengaruh signifikan. Ha: Rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham terdapat pengaruh signifikan. 28 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data dan Objek Penelitian Data yang digunakan adalah data sekunder. Data rasio profitabilitas meliputi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) dan harga saham pada periode 2007-2009 Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2009. 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk PT Aqua Golden Mississippi Tbk didirikan dalam Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No.6 Tahun 1968 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 berdasarkan akta notaris Tan Thong Kie, S.H. No.24 tanggal 23 Februari 1973. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No.Y.A.5/213/22 tanggal 19 Juni 1973. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri air minum dalam kemasan dan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1974,mempunyai pabrik pembuatan botol di Bekasi, Citeureup (Bogor), dan Mekarsari (Sukabumi). Perusahaan ini juga mempunyai lisensi di Babakan Pari, Wonosobo, Pandan, Bali, Lampung, Brastagi, Manado. Aqua juga mengekspor produknya ke Vietnam, Kamboja, Hongkong, New Zealand, Australia, Taiwan, dan Kanada. 29 2. PT CAHAYA KALBAR Tbk PT Cahaya Kalbar adalah perusahaan yang menghasilkan produk meliputi selai coklat dan juga produk biskuit, es krim, minuman ringan, dan makanan kecil. Bahan baku PT Cahaya Kalbar yang digunakan merupakan sumber yang terdapat di Indonesia dan termasuk minyak kelapa sawit. Perusahaan ini telah memiliki kepemilikan saham sebesar 100% dimanaPT Cahaya Kalbar juga telah memiliki 100% saham PT Inticocoa. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. 3. PT DAVOMAS ABADI Tbk PT Davomas Abadi adalah perusahaan yang memproduksi mentega, coklat, dan coklat bubuk yang didirikan pada tahun 1990. Bahan dasarnya berupa biji coklat dibeli perusahaan dari PT Perkebunan. Mentega dan bubuk coklat tersebut merupakan bahan baku coklat batangan, biskuit, obat-obatan, dan kosmetik, PT Davomas Indah telah mengekspor produknya ke Eropa dan USA. Pabriknya didirikan di Tangerang, Jawa Barat. 4. PT DELTA DJAKARTA Tbk PT Delta Djakarta didirikan dalam UU No. 1 Tahun 1967 tenteng Penanaman Modal Asing yang telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1970 dengan akta No. 35 notaris Abdul Latief, S.H, tanggal 15 Juni 1970. Tanggal 28 Januari 2000 tentang perubahan anggaran dasar perseroan sesuai dengan UU RI No.1 Tahun 1995 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman 30 RI dalam Surat Keputusan No.C-7630.HT.01.04.Tahun 2000 tanggal 29 Maret 2000. Perusahaan ini memproduksi dan menjual Pilsner Beer dan bir hitam dengan merk “Angker Bir, Carlsberg, San Miguel”. Produk yang lain adalah Angker Stouth dan Santa Super Shandy. Perusahaan ini juga telah melakukan diversifikasi dengan memproduksi dan menjual produk minuman beralkohol dengan merk sodaku. Tahun 1995 merelokasi pabriknya dari Jakarta Utara ke Tambun, Bekasi, Jawa Barat. 5. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, S.H., No.228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan PT Indofood Sukses Makmur,Tbk merupakan suatu perusahaan yang berbentuk perseroan. Perseroan Indofood Sukses Makmur, Tbk bergerak di bidang industri makanan olahan seperti mie instant, margarine, tepung terigu, minyak goreng. Perseroan dengan Surat Keputusan No.C2-2915.HT.01.01.Tahun 1991 tanggal 12 Juli 1991dan diumumkan dan Berita Negara RI No.12 tambahan No.611 tanggal 11 Februari 1992. Anggaran dasar perusahaan yang terakhir berdasarkan akta No.42 tanggal 10 Juni 2003 dari notaris yang sama antara lain mengenai peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh oleh perusahaan sehubungan dengan pelaksanaan program pemilikan saham karyawan. PT Indofood Sukses Makmur, Tbk terletak di Sudirman Plaza Indofood Tower 27 Floor tepatnya berada di Jln. Jenderal Sudirman Kav. 76-78 Jakarta , 12910. Pabriknya berlokasi di berbagai tempat pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Perusahaan memulai operasi secara komersial pada tahun 1990. 31 6. PT MAYORA INDAH Tbk PTMayora Indah didirikan pada tahun 1977 dan pada tahun 1990 diambil alih oleh PT Nita Branindo yang merupakan perusahaan pengolahan wafer dan coklat juga salah satu pendiri Mayora. Setelah pengambilalihan, perusahaan mempunyai dua pabrik yaitu Tangerang, Jawa Barat. Perusahaan juga bekerja sama dengan Danish Speciality Food dari Denmark untuk produksi Danish Cookies. Beberapa produk lain adalah biskuit, kue-kue, dan permen. Mayora juga merupakan subsidiary dari Inbisco Group yang telah aktif dalam industri makanan sejak tahun 1948. 7. PT MULTI BINTANG INDONESIA Tbk PT Multi Bintang Indonesia didirikan pada tanggal 3 Juni 1929 berdasarkan akta notaris No.8 dari Tjeerd Dijkstra, notaris dari Medan, dengan nama N.V Neterlandch Indiche pabrik bir ini terletak di Sampang Agung dan Tangerang, anggaran dari perseroan mengalami beberapa kenaikan. 8. PT PRASIDHA ANEKA NIAGA Tbk PT Prasidha Aneka Niaga didirikan dengan nama PT Aneka Bumi Asih berdasarkan akta notaris Paul Tamara No.7 tanggal 16 April 1974. Akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/358/23 tanggal 3 Oktober 1974. Perusahaan berdomisili di Jln. Ki Kemas Rindho Kertapati, Palembang dan bergerak di bidang 32 industri, pertanian, perdagangan hasil bumi, pengangkutan, percetakan, jasa dan real estat. Perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974. 9. PT SIANTAR TOP Tbk PT Siantar Top didirikan berdasarkan akta No.45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, S.H., notaris di Sidoarjo dan akta perubahan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dalam Surat Keputusan No.C2-5873.HT.01.01.Tahun.1988 disahkan pada tanggal 11 Juli 1988 Surat Keputusan RI. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri makanan ringan seperti mie. Perusahaan ini berdomisili di Sidoarjo, Medan dan Bekasi, perusahaan ini berproduksi secara komersial pada tahun 1989. 10. PT ULTRA JAYA MILK Tbk PT Ultra Jaya Milk didirikan dengan akta No.8 tanggal 2 November 1971. Akta perubahan No.7 tanggal 29 Desember 1971 dibuat dihadapan Komar Andasasmita, S.H., notaris di Bandung. Akta pendirian telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973. Perusahaan tersebut memiliki kantor pusat dan pabrik di Jln. Raya Cimareme 131, Padalarang, Kabupaten Bandung. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman , khususnya minuman aseptic yang dikemas dalam kemasan karton yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperatur) seperti susu, minuman sari buah, minuman tradisional, dan minuman kesehatan. Perusahaan juga memproduksi mentega, teh celup,susu bubuk, dan susu kental manis. 33 Tabel 4.1 NAMA PERUSAHAAN Nama Perusahaan Emiten 1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk AQUA 2 PT Cahaya Kalbar Tbk CEKA 3 PT Davomas Abadi Tbk DAVO 4 PT Delta Djakarta Tbk DLTJ 5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 6 PT Mayora Indah Tbk MYOR 7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 8 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN 9 PT Siantar Top Tbk STTP 10 PT Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ No 4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.2.1 Analisa Variabel Bebas (X) 4.2.1.1 Return On Asset (ROA) Rumus Return On Asset (ROA) sebagai berikut: Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Semakin besar ROA, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. 34 Laba Sebelum Pajak ROA= x100 % Total Aktiva Tabel 4.2 Return On Asset (%) Tahun 2007-2009 NAMA PERUSAHAAN 2007 2008 2009 No 1 Rata-Rata ROA (%) Aqua Golden Mississippi 17.83 19.89 10.05 15.92 Tbk 2 Cahaya Kalbar Tbk 1.57 -5.35 6.92 1.05 3 Davomas Abadi Tbk 11.97 9.08 9.23 10.09 4 Delta Djakarta Tbk 13.74 12.6 10.53 12.29 5 Indofood Sukses 6.74 5.44 7.6 6.59 Makmur Tbk 6 Mayora Indah Tbk 9.64 9.81 9.12 9.52 7 Multi Bintang Indonesia -27.3 23.08 18.17 22.86 -27.53 -0.9 8.17 -6.75 Tbk 8 Prasidha Aneka Niaga Tbk 9 Siantar Top Tbk 4.59 8.69 4.49 5.92 10 Ultra Jaya Milk Tbk 0.95 0.07 2.07 1.03 Rata-Rata ROA secara umum 7.08 35 Return On Asset (ROA) mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai ratarata Return On Asset (ROA) secara umum selama 3 tahun sebesar 7,8%. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata ROA ada 5 perusahaan yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) sebesar 15,92%, PT Davomas Tbk (DAVO) sebesar 10,09%, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 12,29%, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar 9,52% dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 22,86%. Perusahaan ini berarti dapat menunjukkan kemampuan dari modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaannya 40 Dari 10 perusahaan di atas ada 5 perusahaan yang berada di bawah rata-rata yaitu PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) sebesar 1,05%, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 6,59%, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar -6,75%, PT Siantar Top Tbk (STTP) sebesar 5,92% dan PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ) sebesar 1,03%. Nilai negatif di atas menjelaskan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian karena tidak efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. 4.2.1.2 Return On Equity (ROE) Rumus return on equity (ROE) adalah sebagai berikut: Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri 36 Tabel 4.3 Return On Equity (%) Tahun 2007-2009 NAMA PERUSAHAAN 2007 2008 2009 No 1 Rata-Rata ROE (%) Aqua Golden Mississippi 25.85 15.88 23.45 21.73 Tbk 2 Cahaya Kalbar Tbk -38.13 -12.06 48.1 -0.7 3 Davomas Abadi Tbk 20.78 11.55 18.13 16.82 4 Delta Djakarta Tbk 10.96 13.9 11.76 12.21 5 Indofood Sukses Makmur 8.82 2.88 14.74 8.81 Tbk 6 Mayora Indah Tbk 9.79 5.1 10.52 8.47 7 Multi Bintang Indonesia 32.64 38.18 33.63 34.82 Tbk 8 Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.63 3.06 48.31 17.67 9 Siantar Top Tbk 8.99 5.06 10.38 8.14 10 Ultra Jaya Milk Tbk 0.54 0.56 1.33 0.81 Rata-Rata ROE secara umum 12.88 Return On Equity (ROE) mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai ratarata Return On Equity (ROE) secara umum selama 3 tahun sebesar 12,88%. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata ROE ada 4 perusahaan yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) sebesar 21,73%, PT Davomas (DAVO) sebesar 16,82%, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 34,82% dan PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar 17,67%. 37 Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik membeli saham tersebut dan hal tersebut menyebabkan harga pasar saham akan ikut naik. 4.2.1.3 Net Profit Margin (NPM) Rumus Net Profit Margin (NPM) sebagai berikut: Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan pendapatan operasional perusahaan. Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Laba Bersih NPM = x 100% Pendapatan Operasional 38 Tabel 4.4 Net Profit Margin (%) Th 2007-2009 NAMA PERUSAHAAN 2007 2008 2009 Rata-Rata NPM No (%) 1 Aqua Golden Mississippi Tbk 2.93 6.87 4.14 4.64 2 Cahaya Kalbar Tbk 3.91 -13.84 -8.97 -6.3 3 Davomas Abadi Tbk 11.85 9.59 8.04 9.83 4 Delta Djakarta Tbk 10.91 10.95 13.03 11.63 5 Indofood Sukses Makmur 3.95 2.11 0.66 1.93 Tbk 6 Mayora Indah Tbk 4.75 6.18 2.68 4.54 7 Multi Bintang Indonesia Tbk 8.26 12.14 10.21 10.2 8 Prasidha Aneka Niaga Tbk 2.28 0.34 30.54 11.05 9 Siantar Top Tbk 2.6 4.01 1.66 2.76 10 Ultra Jaya Milk Tbk 1.74 0.81 0.64 1.07 Rata-Rata NPM secara umum 5.13 Berdasarkan tabel 4.4 ini dapat disimpulkan nilai variabel Net Profit Margin (NPM) mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai rata-rata Net Profit Margin (NPM) secara umum selama 3 tahun sebesar 5,13%. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata NPM ada 4 perusahaan yaitu PT Davomas Tbk (DAVO) sebesar 16,82%, PT Delta Djakarta Tbk 39 (DLTJ) sebesar 11,63%, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 10,02% dan PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar 11,05%. Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dari 10 perusahaan diatas ada 6 perusahaan yang berada di bawah rata-rata yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) sebesar 4,64%,PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) sebesar -6,3%, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 1,93%, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar 4,54%, PT Siantar Top Tbk (STTP) sebesar 2,76% dan PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ) sebesar 1,07%. Nilai negatif di atas menjelaskan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian karena rendahnya pendapatan operasional yang diperoleh perusahaan. 4.2.1.4 Earning Per Share (EPS) Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Earning Per Share (EPS) yaitu jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Laba Bersih EPS = x 100 % Jumlah lembar saham biasa 40 Berdasarkan nilai EPS perusahaan yang diteliti seperti yang tertera pada tabel berikut : Tabel 4.5 Earning Per Share (Rp) Th 2007-2009 NAMA PERUSAHAAN 2007 2008 2009 Rata-Rata EPS No 1 (Rp) Aqua Golden Mississippi 3712 4889 4805 4468.67 Tbk 2 Cahaya Kalbar Tbk 51.4 -72.59 10.67 -3.51 3 Davomas Abadi Tbk 32 15 74.18 40.4 4 Delta Djakarta Tbk 2730 3522 2352 2868 5 Indofood Sukses Makmur 78 15 71 54.67 122 60 110 97.33 3492.22 4129.76 4282 3967 8 82 2277 789 11.01 8.12 23.8 14.31 5 2 4 3.67 Tbk 6 Mayora Indah Tbk 7 Multi Bintang Indonesia Tbk 8 Prasidha Aneka Niaga Tbk 9 Siantar Top Tbk 10 Ultra Jaya Milk Tbk Rata-Rata EPS 122 Berdasarkan tabel 4.5 dan grafik 4.4 ini dapat disimpulkan nilai variabel Earning Per Share (EPS) mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) secara umum selama 3 tahun sebesar 1229,95. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata EPS ada 3 perusahaan yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) sebesar 41 4468,67, PT Delta Djakarta Tbk (DLTJ) sebesar 2868 dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 3967. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya. Dari 10 perusahaan diatas ada 7 perusahaan yang berada di bawah nilai rata-rata yaitu PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) sebesar -3,51, PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) sebesar 40,4. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 54,67, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar 97,33, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar 789, PT Siantar Top Tbk (STTP) sebesar 14,31 dan PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ) sebesar 3,67. Nilai negatif di atas menjelaskan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan tidak memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh. 4.2.2 Analisis Variabel Tidak Bebas (Y) Variabel tidak bebas adalah harga saham. Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa pemilik surat tersebut mempunyai hak atas keuntungan yang diperoleh perusahaan dimana investor menanamkan uangnya atau suatu bukti penyertaan dari pemodal pada perusahaan yang nantinya akan dibayar dalam bentuk deviden dari perusahaan. 42 Tabel 4.6 Harga Saham Rata-Rata (Rupiah) Th 2007-2009 NAMA PERUSAHAAN 2007 2008 2009 No Harga Saham Rata-Rata (Rp) 1 Aqua Golden Mississippi 88833.3 52066.67 45562.5 62154.17 Tbk 2 Cahaya Kalbar Tbk 513.33 495.42 224.58 411.11 3 Davomas Abadi Tbk 418.33 132.08 232.92 261.11 4 Delta Djakarta Tbk 30175 22666.67 9025 20622.22 5 Indofood Sukses Makmur 1094.17 955.83 712.5 916.94 Tbk 6 Mayora Indah Tbk 1082.5 963.33 660.42 902.08 7 Multi Bintang Indonesia Tbk 51716.7 49391.67 31458.33 44188.89 8 Prasidha Aneka Niaga Tbk 87.5 85.83 107.5 93.61 9 Siantar Top Tbk 149.17 157.67 202.5 169.78 10 Ultra Jaya Milk Tbk 318.75 309.17 491.25 373.06 Rata-Rata EPS secara umum 1229.95 Berdasarkan tabel 4.6 dan ini dapat disimpulkan bahwa harga saham rata-rata secara umum dari 10 perusahaan makanan dan minuman selama 3 tahun sebesar Rp 13.009,30. Dari 10 perusahaan terdapat 3 perusahaan yang mempunyai harga saham diatas rata-rata yaitu PT Aqua Golden 43 Mississippi Tbk (AQUA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTJ). Sedangkan 7 perusahaan makanan dan minuman yang lain berada dibawah rata-rata saham rata-rata secara umum. Perusahaan tersebut adalah PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA), PT Davomas Tbk (DAVO), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN), PT Siantar Top Tbk (STTP) dan PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ). 4.3 Analisis Data Analisis data digunakan untuk menentukan persamaan regresi yang menunjukkan hubungan antara variabel terikat yang ditentukan dengan dua atau lebih variabel bebas. Tujuan analisis regresi adalah untuk perkiraan nilai suatu varibel terikat jika nilai variabel lain yang berhubungan dengan variabel bebas yang sudah ditentukan. Analisisnya adalah sebagai berikut : 4.3.1 Analisis Korelasi (r/R) Korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1-X4 dengan variabel Y. Dari hasil perhitungan korelasi pada SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: 44 Tabel 4.7 Hasil Korelasi Pada ROA, ROE, NPM, EPS Terhadap Harga Saham Tahun 2007-2009 Correlations Hrg_Shm Hrg_Shm Pearson ROA ROE NPM EPS 1 .613 .401 .174 .860 . .000 .028 .358 .000 30 30 30 30 30 .613 1 .089 .407 .630 .000 . .640 .026 .000 30 30 30 30 30 .401 .089 1 .369 .392 .028 .640 . .045 .032 30 30 30 30 30 .174 .407 .369 1 .433 .358 .026 .045 . .017 30 30 30 30 30 .860 .630 .392 .433 1 .000 .000 .032 .017 . 30 30 30 30 30 Correlation Sig. (2-tailed) N ROA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ROE Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N NPM Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N EPS Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N • Hasil Korelasi Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil Tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi Return On Asset (ROA) terhadap harga saham sebesar 0,613 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0.000 dari 10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan korelasi positif kuat dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman. 45 Ini berarti nilai variabel ROA naik sebesar 0,613 maka nilai saham perusahaan akan naik juga sebesar Rp. 0,613 (harga satuan saham). • Hasil Korelasi Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil Tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi Return On Equity (ROE) terhadap harga saham sebesar 0,401 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0,028 dari 10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan korelasi positif sedang dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman. Ini berarti jika nilai variabel ROE naik sebesar 0,401 maka harga saham perusahaan akan ikut naik sebesar Rp. 0,401 (harga satuan saham). • Hasil Korelasi Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham sebesar 0,174 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0,358 dari 10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan korelasi positif sangat lemah dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman. Ini berarti jika nilai variabel NPM naik sebesar 0,174 maka harga saham perusahaan akan ikut naik sebesar Rp. 0,174 (harga satuan saham). • Hasil Korelasi antara Earning Per Share (EPS) dengan Harga Saham Berdasarkan hasil tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham sebesar 0,860 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dari 10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan korelasi positif sangat kuat dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman. Ini berarti jika 46 nilai variabel EPS naik sebesar 0,860 maka harga saham perusahaan akan ikut naik sebesar Rp. 0,860 (harga satuan saham). 2 2 4.3.2 Analisis Determinasi (r /R ) Koefisien determinasi adalah koefisien yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas (X) mempengaruhi variabel terikat (Y). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0-1 Tabel 4.8 Model Summary ROA,ROE,NPM,EPS Terhadap Harga Saham Tahun 2007-2009 Model R R Adjuste Std. Square dR Error of Square the Estimat e 1 .915(a) .836 .810 9979.70 351 Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) antara variabel ROA, ROE, NPM,dan EPS (X) terhadap harga saham (Y) yaitu sebesar 0,915. Dari hasil diatas menunjukkan hubungan antara ROA, ROE, NPM, dan EPS terhadap harga saham adalah sebesar 91,5%. Ini berarti menunjukkn hubungan antara ROA, ROE, NPM, dan EPS (X) terhadap harga saham (Y) sangat kuat. 47 Besarnya koefisien determinasi (R Square) yaitu sebesar 0,836 atau sebesar 83,6%. Ini berarti variabel ROA, ROE, NPM, dan EPS mempunyai pengaruh sebesar 83,6% terhadap tinggi atau rendahnya harga saham pada 10 perusahaan pada tahun 20052007, sedangkan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini memiliki pengaruh sebesar 16,4%. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square. Dari tabel di atas pula diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,810. Standard Error of The Estimate (SEE) adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai harga saham (Y). Dari hasil regresi di dapat nilai sebesar 9979.70351 atau Rp. 9979.70351 (satuan harga saham), hal ini berarti banyaknya kesalahan pada data yang digunakan dalam prediksi harga saham sebesar 9979,70351. 4.3.3 Persamaan Regresi Berganda Untuk mengetahui pengaruh hubungan ROA, ROE, NPM, dan EPS (X1-X ) 4 terhadap Harga Saham (Y), maka digunakan analisis regresi linier berganda yang dapat dirumuskan, yaitu Y=a+b X +b X +b X +b X 1 1 2 2 3 3 4 4 Keterangan: Y = Harga Saham X1 = ROA X4 = EPS a = Konstanta X2 = ROE b = Koefisien Regresi X3 = NPM 48 Tabel 4.9 Coeffisients ROA,ROE,NPM,EPS terhadap Harga Saham Tahun 2007-2009 Model Unstandardized Standardiz Coefficients ed t Sig. Coefficient s B 1 Std. Error (Constant) 1827.927 2690.880 .679 .503 ROA 573.317 259.130 .245 2.212 .036 ROE 267.029 126.230 .200 2.115 .045 NPM 1015.323 291.155 .334 3.487 .002 9.845 1.484 .772 6.634 .000 EPS Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persamaan regresi linier berganda adalah Y=a+b X +b X +b X +b X 1 1 2 2 3 3 4 4 Y = 1827,927 + 573,371 X + 267,029 X + 1015,323 X + 9,845 X 1 2 3 4 Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: • Nilai konstanta sebesar 1827,927 artinya jika tidak ada variabel bebas (X1-X4) maka harga saham (Y) sebesar Rp1827,927. • Koefisien regresi variabel ROA (X ) sebesar 573,317 artinya jika nilai variabel ROA (X ) 1 1 mengalami kenaikan sebesar satu-satuan persen, maka harga saham (Y) akan meningkat 49 sebesar Rp. 573,317. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ROA dengan harga saham, semakin tinggi nilai ROA maka semakin tinggi harga saham. • Koefisien regresi variabel ROE (X ) sebesar 267,029 artinya jika ROE (X ) mengalami 2 2 kenaikan sebesar satu-satuan persen, maka harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 267,029. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ROE dengan harga saham, semakin tinggi nilai ROE maka semakin tinggi harga saham. • Koefisien regresi variabel NPM (X ) sebesar 1015,323 artinya jika NPM (X ) mengalami 3 3 kenaikan sebesar satu-satuan persen, maka harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 1015,323 Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan yang positif antara NPM dengan harga saham, semakin tinggi nilai NPM maka semakin tinggi harga saham. • Koefisien regresi variabel EPS (X ) sebesar 9.845 artinya jika EPS (X ) mengalami 4 4 kenaikan sebesar satu satuan rupiah, maka harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 9.845. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan yang positif antara nilai EPS dengan harga saham, semakin tinggi EPS maka semakin tinggi harga saham. 4.3.4 Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) Uji simultan (serempak) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas X (ROA,ROE,NPM dan EPS) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan atau tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y (harga saham). 50 Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F yang membandingkan F hitung F tabel dengan pada derajat signifikansi 5% pada derajat signifikansi 5 %. Hasil pembuktian hipotesis dengan kriteria sebagai berikut: a. Ho ditolak jika F hitung > F . Artinya bahwa variabel-variabel bebas mempunyai tabel pengaruh terhadap variabel terikat. b. Ho diterima jika F hitung < F . Artinya bahwa variabel-variabel bebas tidak tabel mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Tabel 4.10 Anova ROA,ROE,NPM,EPS Terhadap Harga Saham Tahun 2007-2009 Model Sum of df Squares 1 Regression Mean F Sig. Square 1272687029 4 31817175 9.500 74.875 Residual 2489862056 31.947 .000(a) 25 99594482.2 .029 Total 41 1521673235 5.529 Untuk mengetahui apakah signifikan pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas dan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang akan dibuat dapat dipakai atau tidak untuk memprediksi variabel terikat maka digunakan uji Anova. 51 29 Hipotesis yang diperoleh : H : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel bebas (ROA,ROE,NPM,EPS) o terhadap variabel terikat (harga saham). H : Ada pengaruh secara signifikan antara variabel bebas (ROA,ROE,NPM,EPS) a terhadap variabel terikat (harga saham). Proses perhitungannya adalah sebagai berikut : - Derajat bebas (df) : - df 1 (jumlah variabel) = 4 df 2 = (n – k – 1) = 30– 4 – 1 = 25 -F hitung = 31,947, F tabel = 2,758 dengan probabilitas (P) = 0,000 - Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% Kriteria pengujian diterima atau ditolak adalah: H diterima = F o hitung H ditolak = F o hitung ≤F tabel >F tabel atau H diterima = Sig > 0.05 o H ditolak = Sig < 0.05 o 52 Kesimpulan pengujian Dari Uji anova di atas diketahui F hitung >F tabel (31,947 > 2,758 ) dan Sig < 0.05 (0,000 < 0,05) maka H ditolak, ini menunjukkan bahwa ada pengaruh secara nyata (signifikan) antara variabel o ROA, ROE, NPM, EPS (X1-X4) secara bersama-sama terhadap Harga Saham (Y). 4.3.5 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel bebas (X1-X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). a. ROA (X ) terhadap Harga Saham (Y) 1 Hipotesis : H : Tidak ada pengaruh signifikan ROA (X ) terhadap harga saham (Y) o 1 H : Ada pengaruh signifikan ROA (X ) terhadap harga saham (Y) a 1 Proses perhitungannya adalah sebagai berikut : - derajat bebas (df) = n – k – 1 = 30 – 4 – 1 = 25 -T hitung = 2,212, T tabel =2,059 dengan probabilitas (P) = 0,036 Kriteria pengujian ditolak dan diterima, yaitu: - H diterima = -t o - H ditolak = -t o tabel hitung ≤t hitung < -t tabel ≤t tabel atau t hitung >t tabel - H diterima = Sig > 0.05 o - H ditolak = Sig < 0.05 o 53 atau, Kesimpulan pengujian Dari hasil uji-t di atas dapat diketaui t hitung >t tabel (2,212 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,036 < 0,05) maka H ditolak, ini menunjukan bahwa ROA (X1) berpengaruh secara nyata (signifikan) o terhadap harga saham. b. ROE (X ) terhadap Harga Saham (Y) Hipotesis 2 H : Tidak ada pengaruh signifikan ROE (X ) terhadap harga saham (Y) o 2 H : Ada pengaruh signifikan ROE (X ) terhadap harga saham (Y). a 2 Proses perhitungannya adalah sebagai berikut : - derajat bebas (df) = n – k – 1 = 30–4– 1 = 25 - Thitung = 2,115, Ttabel = 2,059 dengan probabilitas (P) = 0,045 Kriteria pengujian diterima atau ditolak yaitu: - H diterima = -t o - H ditolak = -t o tabel hitung ≤t hitung < -t tabel ≤t tabel atau t hitung >t tabel atau, - H diterima = Sig > 0.05 o - H ditolak = Sig < 0.05 o 54 Kesimpulan pengujian: Dari Uji-t di atas diketahui t hitung >t tabel (2,115 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,045 < 0,05) maka Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa ROE (X2) berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap harga saham. . NPM (X ) terhadap Harga Saham (Y) 3 Hipotesis: H : Tidak ada pengaruh signifikan NPM (X ) terhadap harga saham (Y) o 3 H : Ada pengaruh signifikan NPM (X ) terhadap harga saham (Y) a 3 Proses perhitungannya adalah sebagai berikut : - Derajat bebas (df) = n – k – 1 = 30 – 4 – 1= 25 - Thitung = 3,487 , Ttabel =2,059 dengan probabilitas (P) = 0,002 Kriteria pengujian diterima atau ditolak adalah: - H diterima = -t o - H ditolak = -t o tabel hitung ≤t hitung < -t tabel ≤t tabel atau t hitung >t tabel atau, - H diterima = Sig > 0.05 o - H ditolak = Sig < 0.05 o Kesimpulan pengujian: 55 Dari Uji-t di atas diketahui t hitung >t tabel (3,487 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,002< 0,05) maka Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa NPM berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap harga saham. d. EPS (X ) terhadap Harga Saham (Y) Hipotesis : 4 H : Tidak ada pengaruh signifikan EPS (X ) terhadap harga saham (Y) o 4 H : Ada pengaruh signifikan EPS (X ) terhadap harga saham (Y) a 4 Proses perhitungannya adalah sebagai berikut : - derajat bebas (df) = n – k – 1 = 30 – 4 – 1 = 25 - Thitung = 6,634, Ttabel =2,059 dengan probabilitas (P) = 0,000 Kriteria pengujian diterima atau ditolak adalah: - H diterima = - t o - H ditolak = - t o tabel hitung ≤t hitung ≤t tabel < -ttabel atau t hitung >t tabel atau, - H diterima = Sig > 0.05 o - H ditolak = Sig < 0.05 o Kesimpulan pengujian Dari Uji-t di atas diketahui t hitung >t tabel (6,634 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,000 < 0,05) maka H ditolak, ini menunjukkan bahwa EPS berpengaruh secara nyata (signifikan) o terhadap harga saham. 56 4.4 Pembahasan Hubungan Profitabilitas dan EPS Terhadap Harga Saham a. Hubungan Return On Aseet (ROA) dengan Harga Saham Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Return On Asset (ROA) terhadap harga saham mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Saat laba sebelum pajak naik dan total aktiva turun maka ROA akan naik, laba sebelum pajak, laba bersih, dan EPS juga akan naik itu berarti semakin besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajemen dari perusahaan dapat menggunakan total aktiva perusahaan dengan baik pada akhirnya meningkatkan nilai saham perusahaan dan kemudian menarik banyak investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. b. Hubungan Return On Equity (ROE) dengan Harga Saham Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Return On Equity (ROE) terhadap harga saham mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Saat laba bersih naik dan modal turun maka ROE akan naik dan EPS juga akan naik itu berarti ROE naik. Semakin besar ROE maka harga pasar semakin besar karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan hal itu menyebabkan harga saham akan cenderung naik. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen perusahaan dalam memanfaatkan investasi para pemegang saham. 57 c. Hubungan Net Profit Margin (NPM) dengan Harga Saham Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan pendapatan operasional perusahaan. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Saat laba bersih naik, pendapatan operasional turun maka NPM naik dan EPS juga akan naik berati semakin meningkat. Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, dari laba bersih perusahaan yang naik sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Harga saham perusahaan juga akan ikut meningkat. d. Hubungan Earning Per Share (EPS) dengan Harga Saham Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Saat laba bersih naik dan jumlah lembar biasa turun maka EPS naik.Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham mempunyai pengaruh yang signifikansi dan hubungan positif. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya. Jika Earning Per Share (EPS) perusahaan rendah berarti manajemen perusahaan tidak dapat menghasilkan kinerja yang baik dengan tidak memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh perusahaan. 58 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan rasio profitabilitas dan EPS terhadap harga saham pada 10 perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 perusahaan dari 15 perusahaan makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa rasio profitabilitas mengalami fluktuasi selama periode 2007-2009. Nilai rata-rata Return On Asset (ROA) secara umum sebesar 7,8%. Nilai rata-rata Return On Equity (ROE) secara umum sebesar 12,88% dan nilai rata-rata Net Profit Margin (NPM) secara umum sebesar 5,13%. 2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 perusahaan dari 15 perusahaan makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) selama periode 2007-2009 sebesar Rp. 1229,95. 3. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS memiliki korelasi positif terhadap harga saham sebesar 0,613, 0,401, 0,174, dan 0,860. Hasil uji simultan (Uji-F) diketahui bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan F hitung F tabel = 31,947 dan = 2,758. Dari hasil uji regresi berganda dengan taraf signifikan α = 5% diketahui bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS memiliki nilai yang positif terhadap harga saham sebesar 573,317, 267,029, 1015,323, dan 9,845. 59 Hasil uji-t secara parsial diketahui bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS diperoleh Ttabel = 2,059 dan T hitung sebesar 2,212, 2,115, 3,487, dan 6,634. Dari hasil diatas ROA, ROE, NPM, dan EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. 5.2 Saran 1. Memperbesar sampel penelitian dan tidak hanya terbatas pada perusahaan makanan dan minuman yang go public tetapi perusahaan yang juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Agar perusahaan lebih meningkatkan penjualannya dan memperkecil biaya-biayanya sehingga meningkatkan rasio profitabilitas perusahaan. 3. Memperpanjang periode penelitian agar hasil penelitian yang diperoleh lebih baik 60