Profitability Ratios And Influence Earning Per Share (EPS) on Stock

advertisement
 Profitability Ratios And Influence Earning Per Share (EPS) on
Stock Price On Food and Beverage Companies Go Public
In the Indonesia Stock Exchange
Stefanus Wahyu Anggara, Eliya Isfaatun, SE., MM, Winanto N., SE., MM.
Abstract
The development of stock prices in the capital market is an important indicator for studying the
behavior of the market, namely investors. To determine whether investors will be trading in the
stock market, usually will base its decisions on the various instruments available in the public
and private. The data is meaningful or valuable to the investor if the data is causing make
transactions on the capital market, where transactions are reflected through share price. Financial
Accounting Standards (PSAK, 2007 No. 3) states that with the increasing number of companies
that sell securities in the capital markets, interim financial statements become increasingly
necessary. The main aspect of the interim financial reports issued by companies that report was
not audited. This will cause significant problems regarding the reliability of investment decision
makers.
To increase the level of the company's financial performance, we need a ratio analysis method
that aims to analyze the financial position of an enterprise. Ratios used to determine the ability of
firms to obtain profits in relation to sales, total assets, investment and own capital. Profitability
ratios include return on assets (ROA), Return On Equity (ROE), and Pofit Net Margin (NPM).
EPS is used to measure the success of management in achieving profitability for the company
owner. Value of ROA, ROE, NPM, and EPS increasing it will increase shareholder confidence in
the company. but each Chapter are interconnected and support each other, so that by the end of
the Chapter will be obtained a conclusion of the problem. Thesis writers are interested in
selecting food and beverage companies as an object of research in writing this essay to analyze
the increasing needs of everyday people.
Based on a discussion of profitability ratios and EPS to the stock price on 10 food and beverage
companies go public in Indonesia Stock Exchange (IDX) then it can be deduced results of
research conducted on 10 companies from 15 food and beverage companies that went public and
listed on the Stock Exchange Indonesia (BEI) that the profitability ratio has fluctuated over the
2007-2009 period with Earning Per Share (EPS) during the 2007-2009 period amounted to USD.
1229.95.
Keywords: Capital Market, Stock Exchange, Go Public
1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Stefanus Wahyu Anggara, Eliya Isfaatun, SE., MM, Winanto N., SE., MM.
Abstrak
Perkembangan harga saham di pasar modal merupakan suatu indikator penting untuk mempelajari
tingkah laku pasar, yaitu investor. Untuk menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di
pasar modal, biasanya akan mendasarkan keputusannya pada berbagai instrumen yang tersedia di
publik maupun pribadi. Data itu bermakna atau bernilai bagi investor jika data tersebut menyebabkan
melakukan transaksi di pasar modal, di mana transaksi ini tercermin melalui harga saham. Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK, 2007 No.3) menyatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah
perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal, laporan keuangan interim menjadi semakin
diperlukan. Segi utama dari laporan keuangan interim yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu
laporan tersebut tidak diaudit. Ini akan menimbulkan masalah penting mengenai reliabilitas bagi
pembuat keputusan investasi.
Untuk meningkatkan tingkat kinerja keuangan perusahaan, diperlukan suatu metode analisis
rasio yang bertujuan untuk menganalisis posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio-rasio yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas
meliputi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Pofit Margin (NPM). EPS
digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik
perusahaan. Nilai ROA, ROE, NPM, dan EPS yang semakin meningkat maka akan
meningkatkannya kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan. namun tiap BAB saling
berhubungan dan saling menunjang, sehingga pada akhir BAB akan diperoleh suatu kesimpulan dari
permasalahan. Penulis skripsi tertarik untuk memilih perusahaan makanan dan minuman sebagai
obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini untuk dianalisis semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan hasil pembahasan rasio profitabilitas dan EPS terhadap harga saham pada 10
perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka dapat ditarik
kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 perusahaan dari 15 perusahaan makanan dan
minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa rasio profitabilitas
mengalami fluktuasi selama periode 2007-2009 dengan Earning Per Share (EPS) selama periode
2007-2009 sebesar Rp. 1229,95.
Kata Kunci: Pasar Modal, Bursa Efek, Go Public
2 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan dari perusahaan ingin memaksimalkan laba. Perusahaan makanan dan minuman
merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang berkembang dengan pesat karena kebutuhan
masyarakat sehari-hari yang semakin meningkat. Apabila harga naik maka akan mengurangi
daya beli masyarakat karena semakin mahalnya produk makanan dan minuman yang ditawarkan
dipasaran. Pasar modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua
kelompok yang saling berhadapan tetapi kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal
(investor) dan emiten yang memerlukan dana jangka menengah atau jangka panjang, atau dengan
kata lain adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka
panjang. Yang dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan
dananya dalam saham, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan saham untuk
ditawarkan kepada masyarakat.
Investor tertarik untuk menanamkan modalnya di pasar modal karena berharap memperoleh
keuntungan yang berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah selisih dari nilai jual dan nilai
beli pada saat investor menjual saham, dividen adalah proporsi dari laba atau keuntungan yang
dibagikan kepada pemegang saham yang jumlahnya sebanding dengan lembar saham yang dimiliki.
Kenaikan dan penurunan harga saham di pasar modal, dikarenakan adanya tanggapan bahwa investor
sering tidak rasional dalam menginvestasikan kelebihan dananya di pasar modal dan cenderung
berspekulasi untuk memperoleh capital gain yang lebih besar dari pada dividen.
3 Perkembangan harga saham di pasar modal merupakan suatu indikator penting untuk
mempelajari tingkah laku pasar, yaitu investor. Untuk menentukan apakah investor akan melakukan
transaksi di pasar modal, biasanya akan mendasarkan keputusannya pada berbagai instrumen yang
tersedia di publik maupun pribadi. Data itu bermakna atau bernilai bagi investor jika data tersebut
menyebabkan melakukan transaksi di pasar modal, di mana transaksi ini tercermin melalui harga
saham. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, 2007 No.3) menyatakan bahwa dengan meningkatnya
jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal, laporan keuangan interim menjadi
semakin diperlukan. Segi utama dari laporan keuangan interim yang dikeluarkan oleh perusahaan
yaitu laporan tersebut tidak diaudit. Ini akan menimbulkan masalah penting mengenai reliabilitas
bagi pembuat keputusan investasi.
Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi investor dalam mengambil
keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan menjadi optimal bagi investor dapat
menganalisis lebih lanjut melalui rasio keuangan karena berguna untuk memprediksi kesulitan
keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan saat ini dan pada masa mendatang. Rasio
keuangan berasal dari laporan keuangan disebut faktur fundamental.
Untuk menjalankan suatu usaha, perusahaan membutuhkan modal. Modal tersebut
diperoleh melalui investor-investor yang ingin menanamkan modalnya dalam perusahaan
tersebut sehingga perusahaan dapat memasuki pangsa pasar yang lebih luas. Untuk mendapatkan
investor maka pihak manajemen harus memperhatikan dan meningkatkan kinerja perusahaannya
agar investor tertarik untuk menanamkan modalnya. Harga saham bergerak sesuai dengan
kekuatan penawaran dan permintaan atas saham di pasar sekunder. Tinggi rendahnya harga
saham lebih banyak dipengaruhi oleh penilaian pembeli dan penjual terhadap kondisi internal
4 dan eksternal. Kondisi internal dapat diamati dari berbagai indicator kinerja dan rasio keuangan,
sehingga investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan.
Berkembangnya pasar modal di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber dana bagi
perusahaan. Dana yang relatif besar diperoleh melalui nilai penjualan saham atau dengan
melakukan pinjaman di bank. Pemilihan investasi yang tepat akan mencerminkan perusahaan
sebagai tempat penanaman modal yang baik bagi investor, sehingga akan membantu
mempertinggi nilai perusahaan tersebut. Bila perusahaan berkembang dengan baik maka nilai
perusahaan akan meningkat dan investasi pada perusahaan juga meningkat sehingga akan
berpengaruh kepada harga saham. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian banyak
perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka
perusahaan
memerlukan dana yang cukup besar. Pemenuhan dana tersebut dapat diperoleh dengan
melakukan pinjaman dalam bentuk hutang atau menerbitkan saham di pasar modal. Dengan
menerbitkan saham di pasar modal berarti perusahaan tidak hanya dimiliki oleh pemilik lama
(founders), tetapi juga dimiliki oleh masyarakat.
Untuk meningkatkan tingkat kinerja keuangan perusahaan, diperlukan suatu metode
analisis rasio yang bertujuan untuk menganalisis posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio-rasio
yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas
meliputi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Pofit Margin (NPM). EPS
digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik
perusahaan. Nilai ROA, ROE, NPM, dan EPS yang semakin meningkat maka akan
meningkatkannya kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan. namun tiap BAB saling
berhubungan dan saling menunjang, sehingga pada akhir BAB akan diperoleh suatu kesimpulan dari
5 permasalahan. Penulis skripsi tertarik untuk memilih perusahaan makanan dan minuman sebagai
obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini untuk dianalisis semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat sehari-hari. Maka dalam kesempatan ini memilih judul “Pengaruh Rasio
Profitabilitas Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga saham Makanan dan
Minuman Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (BEI).”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian di atas
dirumuskan sebagai
a. Bagaimana tingkat rasio profitabilitas perusahaan makanan dan minuman pada periode 20072009?
b. Bagaimana tingkat Earning Per Share (EPS) perusahaan makanan dan minuman pada periode
2007-2009?
c. Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas dan EPS terhadap harga saham perusahaan makanan
dan minuman periode 2007-2009?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini pembahasan dibatasi pada tingkat rasio profitabilitas yang diukur
dengan menggunakan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM), dan pembagian saham Earning Per Share (EPS). Data digunakan dalam penelitian adalah
data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang go public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan data harga saham perusahaan pada tahun 2007-2009. Dalam penelitian
ini pembahasan dibatasi pada tingkat rasio profitabilitas yang diukur dengan menggunakan
6 Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan pembagian
saham Earning Per Share (EPS). Data digunakan dalam penelitian adalah data laporan keuangan
perusahaan makanan dan minuman yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan data harga saham perusahaan pada tahun 2007-2009.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat rasio profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman pada
tahun 2007-2009.
b. Untuk mengetahui tingkat Earning Per Share (EPS) perusahaan makanan dan minuman 20072009.
c. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) pada perusahaan
makanan dan minuman terhadap harga saham perusahaan pada tahun 2007-2009.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan, informasi dan saran bagi manajemen perusahaan untuk
mengukur tingkat rasio profitabilitas dan harga saham dalam perusahaan.
2. manfaat akademis
Sebagai bahan pustaka untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang akuntansi serta
bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
7 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari pencatatan secara keseluruhan. Laporan
keuangan adalah suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun
buku yang bersangkutan. ( Baridwan , 2004:17)
Laporan
keuangan
ini
dibuat
oleh
manajemen
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan oleh para pemilik perusahaan dan
sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1(2006) tentang penyajian laporan
keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari beberapa komponen–komponen.
Bentuk–bentuk laporan keuangan adalah sebagai berikut : ( Baridwan , 2004:18 )
a. Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada
tanggal tertentu. Jumlah harta yang dimiliki disebut aktiva (kewajiban). Jumlah
kewajiban perusahaan disebut passiva (utang). Passiva terdiri dari utang + modal.
b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya
pendapatan, dan beban dalam periode waktu tertentu. Selisih antara pendapatan serta
biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.
Laporan laba rugi merupakan alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh
8 perusahaan dan juga untuk mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat
dalam suatu tahun.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan
ekuitas dari jumlah perbedaan aktiva dan utang dari awal periode sampai akhir
periode sehingga menjadi jumlah ekuitas.
d. Laporan arus kas (Cash Flow Statement)
Laporan arus kas yaitu suatu laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan keluar
yang dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan.
Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan rentang
penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu tahun.
2.2 Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan memiliki beberapa sifat dan keterbatasan ( Baridwan,
2004: 13 ) yaitu:
1. Laporan keuangan bersifat historis yaitu laporan kejadian yang telah lewat, karenanya
laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum bukan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan
prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan
9 jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan
keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terhadap
beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak mengenai penilaian suatu pos, maka
lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang
paling kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan kepada makna ekonomis suatu peristiwa atau
transaksi daripada bentuk hukumnya.
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah dan pemakai laporan
diasumsikan memahami bahasa akuntansi dan sifat dari informasi yang akan
dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
dan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antara perusahaan.
2.3 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti)
atau laba sebelum pajak dengan total asset yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. (
Riyadi, 2006 : 155 )
Rasio – rasio profitabilitas adalh sebagai berikut :
10 2.3.1 Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak
perusahaan dengan total aktiva perusahaan, rasio yang menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
2.3.2 Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan
dengan modal (modal inti) perusahaan, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase)
yang dapat dihasilkan. ROE amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor
karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang
tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. (Riyadi, 2006 : 155)
Rasio laba bersih sesudah pajak terhadap modal sendiri (Return On Net
Worth/ROE) mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham.
(Weston dan Copeland, 1997 : 233) Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur
rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham
umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi ROE yang dihasilkan
perusahaan akan semakin tinggi harga sahamnya.
Laba Sebelum Pajak
ROA =
x 100 %
Total Aktiva
11 Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian
terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik
manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan
persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga
semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar karena besarnya ROE memberikan
indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor
akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan hal itu menyebabkan harga pasar saham
cenderung naik. ( Harahap, 2007 : 156 )
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.3.3 Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggunakan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif,
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
ROE =
x 100%
Modal Sendiri
12 2.4 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) yaitu jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham,
adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah
keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang
beredar. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada
pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.
EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan
bagi pemilik perusahaan. Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik
dengan tidak memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
:
Laba Bersih
NPM =
x 100%
Pendapatan Operasional
Laba Bersih
EPS =
x 100%
Σ Lembar saham
13 2.5 Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa pemilik surat tersebut mempunyai hak
atas keuntungan yang diperoleh perusahaan dimana investor menanamkan uangnya atau suatu
bukti penyertaan dari pemodal pada perusahaan yang nantinya akan dibayar dalam bentuk
deviden dari perusahaan (Riyanto, 2001:240). Yang mempengaruhi turunnya atau naiknya harga
saham adalah
1. Valuta Asing
2. Suku Bunga
3. Harga BBM
4. Keadaan Negara
Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap
lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting bagi
saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini menetapkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham
pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (under writer) dan emiten.
Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada
masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
14 c. Harga pasar
harga pasar adalah harga investor satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah
saham
dicatat dibursa. Transaksi ini tidak lagi melibatkan emiten dari harga di pasar
sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga pemiliknya, karena pada
transaksi pada pasar sekunder, kecil kemungkinan terjadi negosiasi harga investor dengan
perusahaan penerbit.
2.6 Bursa Efek
Bursa Efek adalah organisasi yang menyediakan tempat pemasaran dimana perusahaan
dapat meningkatkan dananya melalui penjualan sekuritas baru dan pembeli dapat menjual
kembali sekuritasnya.
Bursa Efek adalah tempat dimana investor menanamkan modalnya dalam bentuk efek
dan perusahaan menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. ( Riyanto, 2001:219 )
Fungsi Bursa Efek adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi
yang memiliki surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.
( Riyanto, 2001:219)
Macam-macam bursa efek yaitu:
a. Bursa terorganisir (Organized Securities Exchanges)
Organisasi nyata yang bertindak seperti pasar sekunder dimana sekuritas ‘yang beredar dijual
kembali. Dalam kesempatan yang sama, Dirut BBJ, Hasan Zen Mahmud, menjelaskan, pasar
fisik CPO terorganisir bertujuan sebagai sarana pembentukan harga, efisiensi pasar dan informasi
pasar. Pembentukan harga (price discovery) untuk kepentingan referensi harga nasional untuk
CPO industri, merupakan sarana bertransaksi antara penjual dan pembeli secara elektronik dan
mudah diakses para pebisnis. “Apalagi sebagai price maker, Indonesia berpeluang menjadi
15 negara acuan untuk penetapan harga CPO internasional. Sementara yang dimaksud dalam
efisiensi pasar adalah mekanisme pembentukan harga komoditi akan lebih wajar dan transparan,
standard mutu akan semakin baku, dan para pelaku pasar akan terindentifikasi. Upaya BBJ
menjadi fasilitator merupakan langkah awal untuk pengembangan pasar berjangka CPO.
b. Bursa Paralel (Over-The Counter (OTC) Exchange)
Bukan suatu organisasi tetapi merupakan pasar tidak berwujud yang membeli dan menjual
sekuritas yang tidak terdaftar di bursa yang terorganisir. Bursa Paralel disediakan untuk
perusahaan yang sedang membutuhkan dana jangka panjang yang belum memenuhi syarat
untuk Bursa Efek Indonesia.
Sasaran yang akan dicapai oleh pengembangan pasar modal di Indonesia adalah
1. Untuk mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham
perusahaan swasta guna menuju pemerataan pendapatan masyarakat.
2. Lebih mengairahkan partisipasi masyarakatdalam pengarahan dan penghimpunan dana
untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional.
Peranan bursa efek adalah menciptakan pasar likuiditas yang kontinyu dimana
perusahaan dapat memperoleh pembiayaan, bursa efek juga menciptakan ‘pasar efisiensi.
Pasar Efisiensi adalah pasar yang mengalokasikan dananya untuk digunakan pada hal-hal
yang paling produktif sebagai hasil dari persaingan di antara investor dalam memaksimalkan
kekayaannya. Pasar tersebut menentukan dan mengumumkan harga yang dipercaya mendekati
harga yang sebenarnya. Harga dari sekuritas ditentukan oleh apa yang dibeli dan dijual atau
permintaan dan penawaran dari sekuritas tersebut.
16 2.7 Pelaku Pasar Modal
Pelaku-pelaku dalam pasar modal adalah :
1. Investor
Investor adalah orang yang memiliki modal untuk melakukan investasi. Ada 3 jenis investor
yaitu investor yang suka resiko, menghindari resiko, dan investor netral. Dalam melakukan
pemilihan investasi portofolio seorang investor dapat meminta pertimbangan kepada pialang
mengenai investor yang mana menguntungkan.
2. Emiten
Emiten adalah perusahaan yang melakukan go public di bursa efek. Apabila perusahaan baru
pertama kali melakukan perdagangan maka saham tersebut akan dijual dalam pasar perdana.
Sedangkan untuk perdagangan yang selanjutnya dilaksanakan di pasar sekunder.
3. Pialang (Broker)
Pialang adalah perantara jual-beli yang menghubungkan dua atau lebih investor dalam bursa.
Biasanya saham yang diperjual belikan harus melalui seorang pialang untuk melakukan
transaksi.
4. Petugas bursa
Petugas bursa adalah orang-orang yang membantu secara teknis terjadinya perdagangan melalui
pialang. Petugas bursa biasanya merupakan pegawai yang digaji langsungoleh bursa efek dimana
dia bekerja.
5. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
BAPEPAM adalah lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengawasi kelayakan emiten untuk
menerbitkan surat berharga yang mengawasi jalannya transaksi agar tidak terjadi hal-hal yang
17 tidak diinginkan serta mengawasi emiten agar melakukan tanggung jawabnya sehingga tidak
merugikan para investor.
2.8 Macam-macam Sekuritas Utama
Sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal, yaitu:
a. Obligasi
Obligasi adalah instrument hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan dan
pemerintah untuk mengumpulkan sejumlah besar uang, umumnya dari berbagai kelompok
peminjam.
b. Saham Biasa
Saham biasa merupakan unit kepemilikan atau modal sendiri di perusahaan. Pemegang saham
mengharapkan mendapat keuntungan yang diterima sebagai dividen yaitu pembagian hasil untuk
pemilik saham di perusahaan dalam suatu periode.
c. Saham Preferen
Saham Preferen yaitu bentuk khusus kepemilikan perusahaan dimana dividen diperoleh secara
tetap serta pembayarannya harus didahulukan dari dividen saham biasa.
2.9 Nilai Pasar dan Nilai Intrinsik
Nilai pasar surat berharga yang diperdagangkan secara aktif di pasar adalah harga pasar terakhir
yang dilaporkan dari pasar saham tersebut diperdagangkan. Nilai intrinsik surat berharga adalah
nilai ekonominya, yaitu harga yang seharusnya didasarkan pada faktor-faktor yang ada, seperti
aktiva, profitabilitas perusahaan, dan faktor-faktor mengenai prospek perusahaan pada masa
yang akan datang. Jika pasarnya efisien dan informasi selalu tersedia, harga pasar suatu surat
berharga seharusnya berfluktuasi di sekitar nilai intrinsiknya.
18 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan adalah
a. Data Kuantitatif
Data yang dinyatakan dengan angka untuk membantu menganalisis penelitian ini yang
didalamnya terdiri dari:
1. Laporan Keuangan yang berupa laporan laba / rugi dan neraca.
Laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya
pendapatan, dan beban dalam periode waktu tertentu. Neraca adalah laporan yang
menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Laporan ini
digunakan untuk mengetahui rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) dari
perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Harga saham dari masing-masing perusahaan makanan dan minuman periode 20072009.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak dinyatakan dengan angka tetapi merupakan
keterangan yang berhubungan dengan data perusahaan yang berupa sejarah singkat
berdirinya perusahaan dan lokasi dari perusahaan.
19 Variabel adalah faktor yang nilainya berubah-ubah. Variabel terdiri dari atas 2 bagian
yaitu :
1. Dependent Variable (variabel tidak bebas) adalah variabel yang perubahannya
dipengaruhi oleh variabel bebas dan dalam persamaan regresi dilambangkan dengan
huruf Y. Oleh karena itu, sering pula disebut dengan variabel Y. Variabel tersebut
yang terdapat dalam penelitian ini adalah harga saham.
2. Independent Variable (variabel bebas) adalah variable berupa simbol pada persamaan
regresi dengan huruf X dan sering disebut sebagai variabel X yaitu variabel yang
pergerakannya akan mempengaruhi variabel tidak bebas. Variabel bebas yang
terdapat dalam penelitian ini yaitu terdiri dari :
• Return On Asset (X1)
Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak perusahaan
dengan total aktiva perusahaan, rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.
Laba Sebelum Pajak
ROA =
x 100 %
Total Aktiva
20 • Return On Equity (X2)
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan
modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat
dihasilkan. ROE amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor karena ROE
yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan
kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham
• Net Profit Margin (X3)
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggunakan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya.
Laba Bersih
ROE =
x 100%
Modal Sendiri
Laba Bersih
NPM =
x 100%
Pendapatan Operasional
21 • Earning Per Share (X4)
Earning Per Share (EPS) yaitu jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi
jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar.
Tabel 3.1
3.2 Pengambilan Sampel Dan Populasi
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 10 perusahaan. Populasinya terdiri dari 15
perusahaan makanan dan minuman yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan yang diteliti sebanyak 10 perusahaan karena perusahaan tersebut telah memiliki
laporan keuangan dan daftar harga saham dari 2007-2009.
3.3 Pengukuran Data
Dalam penelitian ini digunakan skala rasio sebagai alat pengukuran data. Menurut
( Umar, 2003 : 73 ) skala rasio adalah skala ukuran yang mempunyai nilai nol karena
adanya titik nol inilah maka ukuran rasio dapat dibuat dalam perkalian maupun pembagian.
Angka pada skala ini merupakan ukuran yang sebenarnya dari obyek yang diukur.
Laba Bersih
EPS =
x 100%
Σ Lembar saham
22 3.4 Metode Analisis
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode analisis data antara lain :
a. Analisis Korelasi (Correlations)
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara ROA,
ROE, NPM, EPS terhadap harga saham. Korelasi Product Momen Pearson adalah metode
statistik yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan di antara hasil-hasil pengamatan
dari populasi yang mempunyai dua varians (bivariate). Tingkat keeratan hubungan tersebut biasa
disebut Product Moment Pearson adalah sebagai berikut :
Keterangan :
r = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
x = Variabel bebas
y = Variabel terikat
n = Jumlah data atau kasus
n Σ xy – Σ x Σ y
r=
√ [ Σ x² - ( Σ x ) ² ] [ Σ y² - ( Σ y )² ]
23 Nilai korelasi yang dihasilkan dapat diartikan sebagai berikut :
a. Jika r = +1 atau mendekati 1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan positif dan
sangat kuat sekali.
b. Jika r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi antara variabel dikatakan lemah atau tidak ada
korelasi sama sekali.
c. Jika r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan negatif dan
sangat kuat.
Jika angka koefisien korelasi yang dihasilkan positif maka terdapat hubungan yang
searah antara kedua variabel, sebaliknya jika angka koefisien yang dihasilkan negatif maka
hubungan kedua variable tersebut tidak searah.
Tabel 3.1
Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat
Hubungan
0.0 - 0.199
Sangat Lemah
0.20 - 0.399
Lemah
0.40 - 0.599
Sedang
0.60 - 0.799
Kuat
0.80 - 1.000
Sangat Kuat
24 b. Analisis Uji “t” ( t test ) Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini
dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan t-hitung dengan t-tabel pada derajat signifikasi 5 % (α = 0,05).
a. Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak yag artinya ada pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Rumus Uji-t adalah sebagai berikut :
Keterangan :
t = Nilai yang dihitung, yang nantinya akan dikonsultasikan dengan
nilai t tabel
r = Koefisien korelasi parsial
k = Jumlah variabel independen
n = jumlah data atau kasus
r√n–k-1
t=
√ (1- r²)
c. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih
variabel independen (X ,X ….X ) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui
1
2
n
arah hubungan antara variabel independens dengan variabel dependen apakah masing-masing
variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang
digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
25 Persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel Independen (X1 - X n)
a = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2.......Xn = 0)
b = Koefisien Regresi
2
d. Analisis Determinasi (R )
Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
persentase pengaruh variabel independen (X ,X ,.....X ) secara serentak terhadap variabel
1
2
n
dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen
yang digunakan dalam model mampu
Y=a+b X +b X +…b X
1
1
2
2
n
n
menjelaskan variasi variabel dependen. R2 = 0, maka tidak ada terdapat persentase
pengaruh yang diberikan variabel terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen
yang digunakan dalam model tidak menjelaskan variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 = 1,
maka persentase pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen
adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan
100% variasi variabel dependen.
Rumus koefisien determinasi sebagai berikut:
Keterangan:
2
R = koefisien determinasi
r
r
r
yx1
yx2
= korelasi sederhana (product moment pearson) antara X dengan Y
1
= korelasi sederhana (product moment pearson) antara X dengan Y
x1x2
2
= korelasi sederhana (product moment pearson) antara X dengan X
1
26 2
Didalam analisis determinasi terdapat Adjusted R Square yaitu nilai R Square yang telah
disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square. Dimana Adjusted R Square diperoleh
dengan rumus :
(r
2
yx1
) + (r
2
yx2
) – 2.(r ).(r
yx1
yx2
).(r
x1x2
)
2
R =
1 – (r
2
x1x2
)
n–1
2
Adjusted R Square = 1 – [(1- r ) (
)]
n–k–1
Keterangan :
R² = koefisien determinasi
n = jumlah data atau kasus
k = jumlah variabel independen
e. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X , X ,.....Xn) secara bersama1
2
sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui
apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.
Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan F-hitung dengan F-tabel pada derajat signifikasi 5
% (α = 0,05).
27 a. Jika F
hitung
≤ F
tabel
maka H diterima yang artinya tidak ada pengaruh secara nyata
o
(signifikan) antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Jika F
hitung
> F
tabel
maka H ditolak yag artinya ada pengaruh secara nyata (signifikan)
o
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Rumus Uji F sebagai berikut:
R² / k
F=
(1- R²) / (n – k – 1)
Keterangan:
F = Nilai yang dihitung, yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai Ftabel
R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah data atau kasus
k = Jumlah variabel independen
f. Hipotesis
Berdasarkan data yang dianalisis diatas maka hipotesisnya adalah
Ho: Rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham tidak terdapat
pengaruh signifikan.
Ha: Rasio profitabilitas dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham terdapat pengaruh
signifikan.
28 BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data dan Objek Penelitian
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data rasio profitabilitas meliputi Return On
Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) dan
harga saham pada periode 2007-2009
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan
minuman go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2009.
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
1. PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk
PT Aqua Golden Mississippi Tbk didirikan dalam Undang-Undang Penanaman Modal
Dalam Negeri No.6 Tahun 1968 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No.12
Tahun 1970 berdasarkan akta notaris Tan Thong Kie, S.H. No.24 tanggal 23 Februari 1973. Akta
pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No.Y.A.5/213/22
tanggal 19 Juni 1973.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri air minum dalam kemasan dan memulai
kegiatan komersialnya pada tahun 1974,mempunyai pabrik pembuatan botol di Bekasi,
Citeureup (Bogor), dan Mekarsari (Sukabumi). Perusahaan ini juga mempunyai lisensi di
Babakan Pari, Wonosobo, Pandan, Bali, Lampung, Brastagi, Manado. Aqua juga mengekspor
produknya ke Vietnam, Kamboja, Hongkong, New Zealand, Australia, Taiwan, dan Kanada.
29 2. PT CAHAYA KALBAR Tbk
PT Cahaya Kalbar adalah perusahaan yang menghasilkan produk meliputi selai coklat
dan juga produk biskuit, es krim, minuman ringan, dan makanan kecil. Bahan baku PT Cahaya
Kalbar yang digunakan merupakan sumber yang terdapat di Indonesia dan termasuk minyak
kelapa sawit. Perusahaan ini telah memiliki kepemilikan saham sebesar 100% dimanaPT Cahaya
Kalbar juga telah memiliki 100% saham PT Inticocoa. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1971.
3. PT DAVOMAS ABADI Tbk
PT Davomas Abadi adalah perusahaan yang memproduksi mentega, coklat, dan coklat
bubuk yang didirikan pada tahun 1990. Bahan dasarnya berupa biji coklat dibeli perusahaan dari
PT Perkebunan. Mentega dan bubuk coklat tersebut merupakan bahan baku coklat batangan,
biskuit, obat-obatan, dan kosmetik, PT Davomas Indah telah mengekspor produknya ke Eropa
dan USA. Pabriknya didirikan di Tangerang, Jawa Barat.
4. PT DELTA DJAKARTA Tbk
PT Delta Djakarta didirikan dalam UU No. 1 Tahun 1967 tenteng Penanaman Modal
Asing yang telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1970 dengan akta No. 35 notaris Abdul
Latief, S.H, tanggal 15 Juni 1970. Tanggal 28 Januari 2000 tentang perubahan anggaran dasar
perseroan sesuai dengan UU RI No.1 Tahun 1995 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman
30 RI dalam Surat Keputusan No.C-7630.HT.01.04.Tahun 2000 tanggal 29 Maret 2000. Perusahaan
ini memproduksi dan menjual Pilsner Beer dan bir hitam dengan merk “Angker Bir, Carlsberg,
San Miguel”. Produk yang lain adalah Angker Stouth dan Santa Super Shandy. Perusahaan ini
juga telah melakukan diversifikasi dengan memproduksi dan menjual produk minuman
beralkohol dengan merk sodaku. Tahun 1995 merelokasi pabriknya dari Jakarta Utara ke
Tambun, Bekasi, Jawa Barat.
5. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT
Panganjaya Intikusuma. Berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, S.H., No.228. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan PT Indofood Sukses
Makmur,Tbk merupakan suatu perusahaan yang berbentuk perseroan. Perseroan Indofood
Sukses Makmur, Tbk bergerak di bidang industri makanan olahan seperti mie instant, margarine,
tepung terigu, minyak goreng. Perseroan dengan Surat Keputusan No.C2-2915.HT.01.01.Tahun
1991 tanggal 12 Juli 1991dan diumumkan dan Berita Negara RI No.12 tambahan No.611 tanggal
11 Februari 1992. Anggaran dasar perusahaan yang terakhir berdasarkan akta No.42 tanggal 10
Juni 2003 dari notaris yang sama antara lain mengenai peningkatan modal ditempatkan dan
disetor penuh oleh perusahaan sehubungan dengan pelaksanaan program pemilikan saham
karyawan. PT Indofood Sukses Makmur, Tbk terletak di Sudirman Plaza Indofood Tower 27
Floor tepatnya berada di Jln. Jenderal Sudirman Kav. 76-78 Jakarta , 12910. Pabriknya berlokasi
di berbagai tempat pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Perusahaan memulai
operasi secara komersial pada tahun 1990.
31 6. PT MAYORA INDAH Tbk
PTMayora Indah didirikan pada tahun 1977 dan pada tahun 1990 diambil alih oleh PT
Nita Branindo yang merupakan perusahaan pengolahan wafer dan coklat juga salah satu pendiri
Mayora. Setelah pengambilalihan, perusahaan mempunyai dua pabrik yaitu Tangerang, Jawa
Barat. Perusahaan juga bekerja sama dengan Danish Speciality Food dari Denmark untuk
produksi Danish Cookies. Beberapa produk lain adalah biskuit, kue-kue, dan permen. Mayora
juga merupakan subsidiary dari Inbisco Group yang telah aktif dalam industri makanan sejak
tahun 1948.
7. PT MULTI BINTANG INDONESIA Tbk
PT Multi Bintang Indonesia didirikan pada tanggal 3 Juni 1929 berdasarkan akta notaris
No.8 dari Tjeerd Dijkstra, notaris dari Medan, dengan nama N.V Neterlandch Indiche pabrik bir
ini terletak di Sampang Agung dan Tangerang, anggaran dari perseroan mengalami beberapa
kenaikan.
8. PT PRASIDHA ANEKA NIAGA Tbk
PT Prasidha Aneka Niaga didirikan dengan nama PT Aneka Bumi Asih berdasarkan akta
notaris Paul Tamara No.7 tanggal 16 April 1974. Akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh
Menteri Kehakiman RI dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/358/23 tanggal 3 Oktober 1974.
Perusahaan berdomisili di Jln. Ki Kemas Rindho Kertapati, Palembang dan bergerak di bidang
32 industri, pertanian, perdagangan hasil bumi, pengangkutan, percetakan, jasa dan real estat.
Perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974.
9. PT SIANTAR TOP Tbk
PT Siantar Top didirikan berdasarkan akta No.45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang
Widjajanti, S.H., notaris di Sidoarjo dan akta perubahan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
RI dalam Surat Keputusan No.C2-5873.HT.01.01.Tahun.1988 disahkan pada tanggal 11 Juli
1988 Surat Keputusan RI. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri makanan ringan seperti
mie. Perusahaan ini berdomisili di Sidoarjo, Medan dan Bekasi, perusahaan ini berproduksi
secara komersial pada tahun 1989.
10. PT ULTRA JAYA MILK Tbk
PT Ultra Jaya Milk didirikan dengan akta No.8 tanggal 2 November 1971. Akta perubahan No.7
tanggal 29 Desember 1971 dibuat dihadapan Komar Andasasmita, S.H., notaris di Bandung.
Akta pendirian telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan
No.Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973. Perusahaan tersebut memiliki kantor pusat dan pabrik
di Jln. Raya Cimareme 131, Padalarang, Kabupaten Bandung. Perusahaan ini bergerak dalam
bidang industri makanan dan minuman , khususnya minuman aseptic yang dikemas dalam
kemasan karton yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperatur) seperti susu,
minuman sari buah, minuman tradisional, dan minuman kesehatan. Perusahaan juga
memproduksi mentega, teh celup,susu bubuk, dan susu kental manis.
33 Tabel 4.1
NAMA PERUSAHAAN
Nama Perusahaan
Emiten
1
PT Aqua Golden Mississippi Tbk
AQUA
2
PT Cahaya Kalbar Tbk
CEKA
3
PT Davomas Abadi Tbk
DAVO
4
PT Delta Djakarta Tbk
DLTJ
5
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
6
PT Mayora Indah Tbk
MYOR
7
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
MLBI
8
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
PSDN
9
PT Siantar Top Tbk
STTP
10
PT Ultra Jaya Milk Tbk
ULTJ
No
4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.2.1 Analisa Variabel Bebas (X)
4.2.1.1 Return On Asset (ROA)
Rumus Return On Asset (ROA) sebagai berikut:
Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total
aktiva. Semakin besar ROA, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
34 Laba Sebelum Pajak
ROA=
x100 %
Total Aktiva
Tabel 4.2
Return On Asset (%)
Tahun 2007-2009
NAMA PERUSAHAAN
2007
2008
2009
No
1
Rata-Rata
ROA (%)
Aqua Golden Mississippi
17.83
19.89
10.05
15.92
Tbk
2
Cahaya Kalbar Tbk
1.57
-5.35
6.92
1.05
3
Davomas Abadi Tbk
11.97
9.08
9.23
10.09
4
Delta Djakarta Tbk
13.74
12.6
10.53
12.29
5
Indofood Sukses
6.74
5.44
7.6
6.59
Makmur Tbk
6
Mayora Indah Tbk
9.64
9.81
9.12
9.52
7
Multi Bintang Indonesia
-27.3
23.08
18.17
22.86
-27.53
-0.9
8.17
-6.75
Tbk
8
Prasidha Aneka Niaga
Tbk
9
Siantar Top Tbk
4.59
8.69
4.49
5.92
10
Ultra Jaya Milk Tbk
0.95
0.07
2.07
1.03
Rata-Rata ROA secara umum
7.08
35 Return On Asset (ROA) mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai ratarata Return On Asset (ROA) secara umum selama 3 tahun sebesar 7,8%. Perusahaan yang berada
diatas nilai rata-rata ROA ada 5 perusahaan yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA)
sebesar 15,92%, PT Davomas Tbk (DAVO) sebesar 10,09%, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA)
sebesar 12,29%, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar 9,52% dan PT Multi Bintang Indonesia
Tbk (MLBI) sebesar 22,86%. Perusahaan ini berarti dapat menunjukkan kemampuan dari modal
perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan bagi
perusahaannya 40 Dari 10 perusahaan di atas ada 5 perusahaan yang berada di bawah rata-rata
yaitu PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) sebesar 1,05%, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
sebesar 6,59%, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar -6,75%, PT Siantar Top Tbk
(STTP) sebesar 5,92% dan PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ) sebesar 1,03%. Nilai negatif di atas
menjelaskan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian karena tidak efektif dalam
memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak.
4.2.1.2 Return On Equity (ROE)
Rumus return on equity (ROE) adalah sebagai berikut:
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih bank
dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase)
yang dapat dihasilkan.
Laba Bersih
ROE =
x 100%
Modal Sendiri
36 Tabel 4.3
Return On Equity (%)
Tahun 2007-2009
NAMA PERUSAHAAN
2007
2008
2009
No
1
Rata-Rata
ROE (%)
Aqua Golden Mississippi
25.85
15.88
23.45
21.73
Tbk
2
Cahaya Kalbar Tbk
-38.13
-12.06
48.1
-0.7
3
Davomas Abadi Tbk
20.78
11.55
18.13
16.82
4
Delta Djakarta Tbk
10.96
13.9
11.76
12.21
5
Indofood Sukses Makmur
8.82
2.88
14.74
8.81
Tbk
6
Mayora Indah Tbk
9.79
5.1
10.52
8.47
7
Multi Bintang Indonesia
32.64
38.18
33.63
34.82
Tbk
8
Prasidha Aneka Niaga Tbk
1.63
3.06
48.31
17.67
9
Siantar Top Tbk
8.99
5.06
10.38
8.14
10
Ultra Jaya Milk Tbk
0.54
0.56
1.33
0.81
Rata-Rata ROE secara umum
12.88
Return On Equity (ROE) mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai ratarata Return On Equity (ROE) secara umum selama 3 tahun sebesar 12,88%. Perusahaan yang
berada diatas nilai rata-rata ROE ada 4 perusahaan yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk
(AQUA) sebesar 21,73%, PT Davomas (DAVO) sebesar 16,82%, PT Multi Bintang Indonesia
Tbk (MLBI) sebesar 34,82% dan PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar 17,67%.
37 Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar
ROE semakin besar pula harga pasar karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa
pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik membeli
saham tersebut dan hal tersebut menyebabkan harga pasar saham akan ikut naik.
4.2.1.3 Net Profit Margin (NPM) Rumus Net Profit Margin (NPM) sebagai berikut:
Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan pendapatan
operasional perusahaan. Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif,
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut.
Laba Bersih
NPM =
x 100%
Pendapatan Operasional
38 Tabel 4.4
Net Profit Margin (%)
Th 2007-2009
NAMA PERUSAHAAN
2007
2008
2009
Rata-Rata NPM
No
(%)
1
Aqua Golden Mississippi Tbk
2.93
6.87
4.14
4.64
2
Cahaya Kalbar Tbk
3.91
-13.84
-8.97
-6.3
3
Davomas Abadi Tbk
11.85
9.59
8.04
9.83
4
Delta Djakarta Tbk
10.91
10.95
13.03
11.63
5
Indofood Sukses Makmur
3.95
2.11
0.66
1.93
Tbk
6
Mayora Indah Tbk
4.75
6.18
2.68
4.54
7
Multi Bintang Indonesia Tbk
8.26
12.14
10.21
10.2
8
Prasidha Aneka Niaga Tbk
2.28
0.34
30.54
11.05
9
Siantar Top Tbk
2.6
4.01
1.66
2.76
10
Ultra Jaya Milk Tbk
1.74
0.81
0.64
1.07
Rata-Rata NPM secara umum
5.13
Berdasarkan tabel 4.4 ini dapat disimpulkan nilai variabel Net Profit Margin (NPM)
mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai rata-rata Net Profit Margin (NPM)
secara umum selama 3 tahun sebesar 5,13%. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata NPM
ada 4 perusahaan yaitu PT Davomas Tbk (DAVO) sebesar 16,82%, PT Delta Djakarta Tbk
39 (DLTJ) sebesar 11,63%, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 10,02% dan PT
Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar 11,05%. Semakin tinggi NPM maka kinerja
perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Dari 10 perusahaan diatas ada 6 perusahaan yang berada di bawah rata-rata yaitu PT Aqua
Golden Mississippi Tbk (AQUA) sebesar 4,64%,PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) sebesar -6,3%,
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 1,93%, PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
sebesar 4,54%, PT Siantar Top Tbk (STTP) sebesar 2,76% dan PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ)
sebesar 1,07%. Nilai negatif di atas menjelaskan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian
karena rendahnya pendapatan operasional yang diperoleh perusahaan.
4.2.1.4 Earning Per Share (EPS) Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Earning Per Share (EPS) yaitu jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi
jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar.
Laba Bersih
EPS =
x 100 %
Jumlah lembar saham biasa
40 Berdasarkan nilai EPS perusahaan yang diteliti seperti yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Earning Per Share (Rp)
Th 2007-2009
NAMA PERUSAHAAN
2007
2008
2009
Rata-Rata EPS
No
1
(Rp)
Aqua Golden Mississippi
3712
4889
4805
4468.67
Tbk
2
Cahaya Kalbar Tbk
51.4
-72.59
10.67
-3.51
3
Davomas Abadi Tbk
32
15
74.18
40.4
4
Delta Djakarta Tbk
2730
3522
2352
2868
5
Indofood Sukses Makmur
78
15
71
54.67
122
60
110
97.33
3492.22
4129.76
4282
3967
8
82
2277
789
11.01
8.12
23.8
14.31
5
2
4
3.67
Tbk
6
Mayora Indah Tbk
7
Multi Bintang Indonesia Tbk
8
Prasidha Aneka Niaga Tbk
9
Siantar Top Tbk
10
Ultra Jaya Milk Tbk
Rata-Rata EPS
122
Berdasarkan tabel 4.5 dan grafik 4.4 ini dapat disimpulkan nilai variabel Earning Per
Share (EPS) mengalami kenaikan dan penurunan selama 3 tahun. Nilai rata-rata Earning Per
Share (EPS) secara umum selama 3 tahun sebesar 1229,95. Perusahaan yang berada diatas nilai
rata-rata EPS ada 3 perusahaan yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) sebesar
41 4468,67, PT Delta Djakarta Tbk (DLTJ) sebesar 2868 dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk
(MLBI) sebesar 3967. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan
pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang
dilakukannya.
Dari 10 perusahaan diatas ada 7 perusahaan yang berada di bawah nilai rata-rata yaitu PT
Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) sebesar -3,51, PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) sebesar 40,4. PT
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 54,67, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar
97,33, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) sebesar 789, PT Siantar Top Tbk (STTP) sebesar
14,31 dan PT Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ) sebesar 3,67. Nilai negatif di atas menjelaskan bahwa
perusahaan tersebut mengalami kerugian berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang
baik dengan tidak memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh.
4.2.2 Analisis Variabel Tidak Bebas (Y) Variabel tidak bebas adalah harga saham.
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa pemilik surat tersebut mempunyai hak
atas keuntungan yang diperoleh perusahaan dimana investor menanamkan uangnya atau suatu
bukti penyertaan dari pemodal pada perusahaan yang nantinya akan dibayar dalam bentuk
deviden dari perusahaan.
42 Tabel 4.6
Harga Saham Rata-Rata (Rupiah)
Th 2007-2009
NAMA PERUSAHAAN
2007
2008
2009
No
Harga Saham
Rata-Rata
(Rp)
1
Aqua Golden Mississippi
88833.3
52066.67
45562.5
62154.17
Tbk
2
Cahaya Kalbar Tbk
513.33
495.42
224.58
411.11
3
Davomas Abadi Tbk
418.33
132.08
232.92
261.11
4
Delta Djakarta Tbk
30175
22666.67
9025
20622.22
5
Indofood Sukses Makmur
1094.17
955.83
712.5
916.94
Tbk
6
Mayora Indah Tbk
1082.5
963.33
660.42
902.08
7
Multi Bintang Indonesia Tbk
51716.7
49391.67
31458.33
44188.89
8
Prasidha Aneka Niaga Tbk
87.5
85.83
107.5
93.61
9
Siantar Top Tbk
149.17
157.67
202.5
169.78
10
Ultra Jaya Milk Tbk
318.75
309.17
491.25
373.06
Rata-Rata EPS secara umum
1229.95
Berdasarkan tabel 4.6 dan ini dapat disimpulkan bahwa harga saham rata-rata secara umum dari
10 perusahaan makanan dan minuman selama 3 tahun sebesar Rp 13.009,30. Dari 10 perusahaan
terdapat 3 perusahaan yang mempunyai harga saham diatas rata-rata yaitu PT Aqua Golden
43 Mississippi Tbk (AQUA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk
(DLTJ). Sedangkan 7 perusahaan makanan dan minuman yang lain berada dibawah rata-rata
saham rata-rata secara umum. Perusahaan tersebut adalah PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA), PT
Davomas Tbk (DAVO), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mayora Indah Tbk
(MYOR), PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN), PT Siantar Top Tbk (STTP) dan PT Ultra
Jaya Milk Tbk (ULTJ).
4.3 Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menentukan persamaan regresi yang menunjukkan hubungan
antara variabel terikat yang ditentukan dengan dua atau lebih variabel bebas. Tujuan analisis
regresi adalah untuk perkiraan nilai suatu varibel terikat jika nilai variabel lain yang
berhubungan dengan variabel bebas yang sudah ditentukan. Analisisnya adalah sebagai berikut :
4.3.1 Analisis Korelasi (r/R)
Korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1-X4 dengan
variabel Y. Dari hasil perhitungan korelasi pada SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
44 Tabel 4.7
Hasil Korelasi Pada ROA, ROE, NPM, EPS Terhadap Harga Saham
Tahun 2007-2009
Correlations
Hrg_Shm
Hrg_Shm
Pearson
ROA
ROE
NPM
EPS
1
.613
.401
.174
.860
.
.000
.028
.358
.000
30
30
30
30
30
.613
1
.089
.407
.630
.000
.
.640
.026
.000
30
30
30
30
30
.401
.089
1
.369
.392
.028
.640
.
.045
.032
30
30
30
30
30
.174
.407
.369
1
.433
.358
.026
.045
.
.017
30
30
30
30
30
.860
.630
.392
.433
1
.000
.000
.032
.017
.
30
30
30
30
30
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
ROA
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
ROE
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
NPM
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
EPS
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
• Hasil Korelasi Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil Tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi
Return On Asset (ROA) terhadap harga saham sebesar 0,613 dengan sig. (2-tailed) sebesar
0.000 dari 10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan
korelasi positif kuat dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman.
45 Ini berarti nilai variabel ROA naik sebesar 0,613 maka nilai saham perusahaan akan naik juga
sebesar Rp. 0,613 (harga satuan saham).
• Hasil Korelasi Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil Tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi
Return On Equity (ROE) terhadap harga saham sebesar 0,401 dengan sig. (2-tailed) sebesar
0,028 dari 10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan
korelasi positif sedang dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman. Ini berarti jika
nilai variabel ROE naik sebesar 0,401 maka harga saham perusahaan akan ikut naik sebesar Rp.
0,401 (harga satuan saham).
• Hasil Korelasi Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi Net
Profit Margin (NPM) terhadap harga saham sebesar 0,174 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0,358
dari 10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan korelasi positif
sangat lemah dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman. Ini berarti jika nilai
variabel NPM naik sebesar 0,174 maka harga saham perusahaan akan ikut naik sebesar Rp.
0,174 (harga satuan saham).
• Hasil Korelasi antara Earning Per Share (EPS) dengan Harga Saham Berdasarkan
hasil tabel 4.7 yang diperoleh diatas dapat diketahui hubungan nilai korelasi Earning Per
Share (EPS) terhadap harga saham sebesar 0,860 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dari
10 perusahaan yang diteliti. Hasil dari korelasi ini berarti memiliki hubungan korelasi
positif sangat kuat dan searah pada 10 perusahaan makanan dan minuman. Ini berarti jika
46 nilai variabel EPS naik sebesar 0,860 maka harga saham perusahaan akan ikut naik
sebesar Rp. 0,860 (harga satuan saham).
2
2
4.3.2 Analisis Determinasi (r /R )
Koefisien determinasi adalah koefisien yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar variabel bebas (X) mempengaruhi variabel terikat (Y). Nilai koefisien
determinasi berkisar antara 0-1
Tabel 4.8
Model Summary
ROA,ROE,NPM,EPS Terhadap Harga Saham
Tahun 2007-2009 Model
R
R
Adjuste
Std.
Square
dR
Error of
Square
the
Estimat
e
1
.915(a)
.836
.810
9979.70
351
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) antara variabel
ROA, ROE, NPM,dan EPS (X) terhadap harga saham (Y) yaitu sebesar 0,915. Dari hasil
diatas menunjukkan hubungan antara ROA, ROE, NPM, dan EPS terhadap harga saham
adalah sebesar 91,5%. Ini berarti menunjukkn hubungan antara ROA, ROE, NPM, dan
EPS (X) terhadap harga saham (Y) sangat kuat.
47 Besarnya koefisien determinasi (R Square) yaitu sebesar 0,836 atau sebesar
83,6%. Ini berarti variabel ROA, ROE, NPM, dan EPS mempunyai pengaruh sebesar
83,6% terhadap tinggi atau rendahnya harga saham pada 10 perusahaan pada tahun 20052007, sedangkan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini memiliki pengaruh
sebesar 16,4%.
Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu
lebih kecil dari R Square. Dari tabel di atas pula diketahui nilai Adjusted R Square
sebesar 0,810.
Standard Error of The Estimate (SEE) adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi
dalam memprediksikan nilai harga saham (Y). Dari hasil regresi di dapat nilai sebesar
9979.70351 atau Rp. 9979.70351 (satuan harga saham), hal ini berarti banyaknya kesalahan pada
data yang digunakan dalam prediksi harga saham sebesar 9979,70351.
4.3.3 Persamaan Regresi Berganda
Untuk mengetahui pengaruh hubungan ROA, ROE, NPM, dan EPS (X1-X )
4
terhadap Harga Saham (Y), maka digunakan analisis regresi linier berganda yang dapat
dirumuskan, yaitu
Y=a+b X +b X +b X +b X
1
1
2
2
3
3
4
4
Keterangan:
Y = Harga Saham X1 = ROA X4 = EPS
a = Konstanta X2 = ROE
b = Koefisien Regresi X3 = NPM
48 Tabel 4.9
Coeffisients
ROA,ROE,NPM,EPS terhadap Harga Saham
Tahun 2007-2009 Model
Unstandardized
Standardiz
Coefficients
ed
t
Sig.
Coefficient
s
B
1
Std. Error
(Constant)
1827.927
2690.880
.679
.503
ROA
573.317
259.130
.245
2.212
.036
ROE
267.029
126.230
.200
2.115
.045
NPM
1015.323
291.155
.334
3.487
.002
9.845
1.484
.772
6.634
.000
EPS
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persamaan regresi linier berganda adalah
Y=a+b X +b X +b X +b X
1
1
2
2
3
3
4
4
Y = 1827,927 + 573,371 X + 267,029 X + 1015,323 X + 9,845 X
1
2
3
4
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Nilai konstanta sebesar 1827,927 artinya jika tidak ada variabel bebas (X1-X4) maka
harga saham (Y) sebesar Rp1827,927.
• Koefisien regresi variabel ROA (X ) sebesar 573,317 artinya jika nilai variabel ROA (X )
1
1
mengalami kenaikan sebesar satu-satuan persen, maka harga saham (Y) akan meningkat
49 sebesar Rp. 573,317. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
ROA dengan harga saham, semakin tinggi nilai ROA maka semakin tinggi harga saham.
• Koefisien regresi variabel ROE (X ) sebesar 267,029 artinya jika ROE (X ) mengalami
2
2
kenaikan sebesar satu-satuan persen, maka harga saham (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 267,029. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan
positif antara ROE dengan harga saham, semakin tinggi nilai ROE maka semakin tinggi
harga saham.
• Koefisien regresi variabel NPM (X ) sebesar 1015,323 artinya jika NPM (X ) mengalami
3
3
kenaikan sebesar satu-satuan persen, maka harga saham (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 1015,323 Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan
yang positif antara NPM dengan harga saham, semakin tinggi nilai NPM maka semakin
tinggi harga saham.
• Koefisien regresi variabel EPS (X ) sebesar 9.845 artinya jika EPS (X ) mengalami
4
4
kenaikan sebesar satu satuan rupiah, maka harga saham (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 9.845. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan yang
positif antara nilai EPS dengan harga saham, semakin tinggi EPS maka semakin tinggi
harga saham.
4.3.4 Uji Regresi Secara Simultan (Uji F) Uji simultan (serempak) dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel bebas X (ROA,ROE,NPM dan EPS) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan atau tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y (harga saham).
50 Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F yang membandingkan F
hitung
F
tabel
dengan
pada derajat signifikansi 5% pada
derajat signifikansi 5 %. Hasil pembuktian hipotesis dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Ho ditolak jika F
hitung
> F
. Artinya bahwa variabel-variabel bebas mempunyai
tabel
pengaruh terhadap variabel terikat.
b. Ho diterima jika F
hitung
< F
. Artinya bahwa variabel-variabel bebas tidak
tabel
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Tabel 4.10
Anova
ROA,ROE,NPM,EPS Terhadap Harga Saham
Tahun 2007-2009 Model
Sum of
df
Squares
1
Regression
Mean
F
Sig.
Square
1272687029
4 31817175
9.500
74.875
Residual
2489862056
31.947
.000(a)
25
99594482.2
.029
Total
41
1521673235
5.529
Untuk mengetahui apakah signifikan pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas dan untuk
mengetahui apakah persamaan regresi yang akan dibuat dapat dipakai atau tidak untuk
memprediksi variabel terikat maka digunakan uji Anova.
51 29
Hipotesis yang diperoleh :
H : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel bebas (ROA,ROE,NPM,EPS)
o
terhadap variabel terikat (harga saham).
H : Ada pengaruh secara signifikan antara variabel bebas (ROA,ROE,NPM,EPS)
a
terhadap variabel terikat (harga saham).
Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Derajat bebas (df) :
- df 1 (jumlah variabel) = 4
df 2 = (n – k – 1)
= 30– 4 – 1 = 25
-F
hitung
= 31,947, F
tabel
= 2,758 dengan probabilitas (P) = 0,000
- Tingkat signifikansi menggunakan α = 5%
Kriteria pengujian diterima atau ditolak adalah:
H diterima = F
o
hitung
H ditolak = F
o
hitung
≤F
tabel
>F
tabel
atau H diterima = Sig > 0.05
o
H ditolak = Sig < 0.05
o
52 Kesimpulan pengujian
Dari Uji anova di atas diketahui F
hitung
>F
tabel
(31,947 > 2,758 ) dan Sig < 0.05 (0,000 < 0,05)
maka H ditolak, ini menunjukkan bahwa ada pengaruh secara nyata (signifikan) antara variabel
o
ROA, ROE, NPM, EPS (X1-X4) secara bersama-sama terhadap Harga Saham (Y).
4.3.5 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel bebas
(X1-X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
a. ROA (X ) terhadap Harga Saham (Y)
1
Hipotesis :
H : Tidak ada pengaruh signifikan ROA (X ) terhadap harga saham (Y)
o
1
H : Ada pengaruh signifikan ROA (X ) terhadap harga saham (Y)
a
1
Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
- derajat bebas
(df) = n – k – 1
= 30 – 4 – 1 = 25
-T
hitung
= 2,212, T
tabel
=2,059 dengan probabilitas (P) = 0,036
Kriteria pengujian ditolak dan diterima, yaitu:
- H diterima = -t
o
- H ditolak = -t
o
tabel
hitung
≤t
hitung
< -t
tabel
≤t
tabel
atau t
hitung
>t
tabel
- H diterima = Sig > 0.05
o
- H ditolak = Sig < 0.05
o
53 atau,
Kesimpulan pengujian
Dari hasil uji-t di atas dapat diketaui t
hitung
>t
tabel
(2,212 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,036 < 0,05)
maka H ditolak, ini menunjukan bahwa ROA (X1) berpengaruh secara nyata (signifikan)
o
terhadap harga saham.
b. ROE (X ) terhadap Harga Saham (Y) Hipotesis
2
H : Tidak ada pengaruh signifikan ROE (X ) terhadap harga saham (Y)
o
2
H : Ada pengaruh signifikan ROE (X ) terhadap harga saham (Y).
a
2
Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
- derajat bebas
(df) = n – k – 1
= 30–4– 1 = 25
- Thitung = 2,115, Ttabel = 2,059 dengan probabilitas (P) = 0,045
Kriteria pengujian diterima atau ditolak yaitu:
- H diterima = -t
o
- H ditolak = -t
o
tabel
hitung
≤t
hitung
< -t
tabel
≤t
tabel
atau t
hitung
>t
tabel
atau,
- H diterima = Sig > 0.05
o
- H ditolak = Sig < 0.05
o
54 Kesimpulan pengujian:
Dari Uji-t di atas diketahui t
hitung
>t
tabel
(2,115 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,045 <
0,05) maka Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa ROE (X2) berpengaruh secara nyata
(signifikan) terhadap harga saham.
. NPM (X ) terhadap Harga Saham (Y)
3
Hipotesis:
H : Tidak ada pengaruh signifikan NPM (X ) terhadap harga saham (Y)
o
3
H : Ada pengaruh signifikan NPM (X ) terhadap harga saham (Y)
a
3
Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Derajat bebas
(df) = n – k – 1
= 30 – 4 – 1= 25
- Thitung = 3,487 , Ttabel =2,059 dengan probabilitas (P) = 0,002
Kriteria pengujian diterima atau ditolak adalah:
- H diterima = -t
o
- H ditolak = -t
o
tabel
hitung
≤t
hitung
< -t
tabel
≤t
tabel
atau t
hitung
>t
tabel
atau,
- H diterima = Sig > 0.05
o
- H ditolak = Sig < 0.05
o
Kesimpulan pengujian:
55 Dari Uji-t di atas diketahui t
hitung
>t
tabel
(3,487 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,002< 0,05)
maka Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa NPM berpengaruh secara nyata (signifikan)
terhadap harga saham.
d. EPS (X ) terhadap Harga Saham (Y) Hipotesis :
4
H : Tidak ada pengaruh signifikan EPS (X ) terhadap harga saham (Y)
o
4
H : Ada pengaruh signifikan EPS (X ) terhadap harga saham (Y)
a
4
Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
- derajat bebas
(df) = n – k – 1
= 30 – 4 – 1 = 25
- Thitung = 6,634, Ttabel =2,059 dengan probabilitas (P) = 0,000
Kriteria pengujian diterima atau ditolak adalah:
- H diterima = - t
o
- H ditolak = - t
o
tabel
hitung
≤t
hitung
≤t
tabel
< -ttabel atau t
hitung
>t
tabel
atau,
- H diterima = Sig > 0.05
o
- H ditolak = Sig < 0.05
o
Kesimpulan pengujian
Dari Uji-t di atas diketahui t
hitung
>t
tabel
(6,634 > 2,059) dan Sig < 0,05 (0,000 < 0,05)
maka H ditolak, ini menunjukkan bahwa EPS berpengaruh secara nyata (signifikan)
o
terhadap harga saham.
56 4.4 Pembahasan Hubungan Profitabilitas dan EPS Terhadap Harga Saham
a. Hubungan Return On Aseet (ROA) dengan Harga Saham
Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total
aktiva. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Return On Asset (ROA) terhadap harga saham
mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Saat laba sebelum pajak naik dan
total aktiva turun maka ROA akan naik, laba sebelum pajak, laba bersih, dan EPS juga akan naik
itu berarti semakin besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini
menunjukkan bahwa manajemen dari perusahaan dapat menggunakan total aktiva perusahaan
dengan baik pada akhirnya meningkatkan nilai saham perusahaan dan kemudian menarik banyak
investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
b. Hubungan Return On Equity (ROE) dengan Harga Saham
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri.
Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Return On Equity (ROE) terhadap harga saham mempunyai
pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Saat laba bersih naik dan modal turun maka
ROE akan naik dan EPS juga akan naik itu berarti ROE naik. Semakin besar ROE maka harga
pasar semakin besar karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan
diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan
hal itu menyebabkan harga saham akan cenderung naik. Angka tersebut menunjukkan seberapa
baik manajemen perusahaan dalam memanfaatkan investasi para pemegang saham.
57 c. Hubungan Net Profit Margin (NPM) dengan Harga Saham
Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan
pendapatan operasional perusahaan. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Net Profit Margin (NPM)
terhadap harga saham mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Saat laba
bersih naik, pendapatan operasional turun maka NPM naik dan EPS juga akan naik berati
semakin meningkat. Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, dari
laba bersih perusahaan yang naik sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan. Harga saham perusahaan juga akan ikut meningkat.
d. Hubungan Earning Per Share (EPS) dengan Harga Saham
Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan
cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah
lembar saham biasa yang beredar. Saat laba bersih naik dan jumlah lembar biasa turun maka EPS
naik.Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham
mempunyai pengaruh yang signifikansi dan hubungan positif. Semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, semakin besar
keberhasilan usaha yang dilakukannya. Jika Earning Per Share (EPS) perusahaan rendah berarti
manajemen perusahaan tidak dapat menghasilkan kinerja yang baik dengan tidak memperhatikan
pendapatan-pendapatan yang diperoleh perusahaan.
58 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan rasio profitabilitas dan EPS terhadap harga saham pada 10
perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 perusahaan dari 15 perusahaan
makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
bahwa rasio profitabilitas mengalami fluktuasi selama periode 2007-2009. Nilai rata-rata
Return On Asset (ROA) secara umum sebesar 7,8%. Nilai rata-rata Return On Equity
(ROE) secara umum sebesar 12,88% dan nilai rata-rata Net Profit Margin (NPM) secara
umum sebesar 5,13%.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 perusahaan dari 15 perusahaan
makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
bahwa nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) selama periode 2007-2009 sebesar Rp.
1229,95.
3. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS memiliki
korelasi positif terhadap harga saham sebesar 0,613, 0,401, 0,174, dan 0,860. Hasil uji
simultan (Uji-F) diketahui bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS secara bersama-sama
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan F
hitung
F
tabel
= 31,947 dan
= 2,758. Dari hasil uji regresi berganda dengan taraf signifikan α = 5% diketahui
bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS memiliki nilai yang positif terhadap harga saham
sebesar 573,317, 267,029, 1015,323, dan 9,845.
59 Hasil uji-t secara parsial diketahui bahwa ROA, ROE, NPM, dan EPS diperoleh Ttabel =
2,059 dan T
hitung
sebesar 2,212, 2,115, 3,487, dan 6,634. Dari hasil diatas ROA, ROE,
NPM, dan EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
5.2 Saran
1. Memperbesar sampel penelitian dan tidak hanya terbatas pada perusahaan makanan dan
minuman yang go public tetapi perusahaan yang juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
2. Agar perusahaan lebih meningkatkan penjualannya dan memperkecil biaya-biayanya
sehingga meningkatkan rasio profitabilitas perusahaan.
3. Memperpanjang periode penelitian agar hasil penelitian yang diperoleh lebih baik
60 
Download