1 PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR PEGAWAI

advertisement
PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR PEGAWAI DINAS
PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Nur Oktapianti
NIM : 090563201042
ABSTRACT
This research aims to determine the process of interpersonal
communication among employees of Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.
The metode that used in this research is descriptive method which is the method
used to explain and describe the phenomena that occurs. The subjects of this
research were employees, so four people chosen as respondents of this research.
The sampling technique used was two technique used was purposive sampling.
This research used two techniques, which are data collection field research by
conducting surveys at research area through observation and interviews. The
data that has been obtained from the results of research has analyzed by
presentating the respons of respondents in the from of words and sentences.
From the results of this research obtained a conclusion that the process of
interpersonal communication among employees at Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau conducted openly, polite, friendly, mutual trust and respect as
well, and interpersonal communication is a major factor supporting employee at
Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau in conducting all activities.
Moreover, the purpose of interpersonal communication is done, so that messages
or information be received well and clearly, it can be mad and received by the
employee, so that the communication can be effective. Research suggestion are
interpersonal communication are applied can be run in accordance with the
expectations of all stakeholders, and frequent discussions to provide an
understanding among employees at Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.
Key words: Process, Interpersonal communication
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Sebagai makhluk sosial
manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam
1
masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak
akan terlibat dalam komunikasi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dimungkiri begitu
juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya,
kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan.
Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai
organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam
organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi terjadi
pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang
penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup
perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses
komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang
mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah
faham dan konflik.
Dengan demikian, tanpa komunikasi yang cukup, anggota-anggota
organisasi kerja tidak akan dapat mengembangkan identifikasi yang cukup dengan
kelompok untuk bekerjasama pada tingkat-tingkat yang tinggi. Dengan
komunikasi yang tidak tepat, seluruh kelompok dapat tersesat dan menjadi kacau,
dengan kata lain mengadakan komunikasi merupakan inti dari pengorganisasian.
B. Permasalahan
Dari hasil pengamatan penulis pada saat melakukan pra survei dengan
mengamati objek penelitian yaitu Proses Komunikasi Interpersonal Antar Pegawai
2
Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau terdapat gejala-gejala atau fenomena
sebagai berikut:
a. Penggunaan bahasa sehari-hari antara pegawai yang satu dengan yang lain
berbeda, dikarenakan latar belakang daerah asal beberapa pegawai yang
berbeda, sehingga menghambat proses komunikasi interpersonal.
b. Adapun hubungan komunikasi yang kurang baik antara pegawai satu dengan
yang lain, hal ini biasanya terjadi karena masalah di luar pekerjaan atau
masalah pribadi.
c. Mis komunikasi antara pegawai yang satu dengan yang lainnya yang tidak
dapat dihindarkan, sehingga informasi yang disampaikan tidak nsesuai dengan
yang diharapkan, yang terkadang berakibat fatal.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal yang terjadi antar pegawai.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses
komunikasi interpersonal.
D. Metode Penelitian
D.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel
satu dengan yang lain, (Sugiyono, 2005;11)
D.2 Lokasi Penelitian
3
Penelitian dilaksanakan di Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau yang
berada di jalan D.I Panjaitan No. 12 KM 8 Tanjungpinang Kepri. Alasan peneliti
memilih lokasi ini adalah bila dilihat dari ruang lingkup pekerjaannya yang luas
yaitu terdiri dari 2 kota dan 5 kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau,
maka diperlukan komunikasi yang sinergi antar pegawai, agar apa yang telah
ditetapkan berjalan dengan baik dan lancar.
D.3 Responden dan Informan
Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau
pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden adalah yang terlibat
langsung atau yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan
terkait dengan proses komunikasi interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan
Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam penelitian ini peneliti memilih 4 orang responden yang dinilai ahli
atau setidaknya tahu banyak tentang proses komunikasi interpersonal pada Dinas
Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.
Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau akan
peneliti jadikan sebagai informan kunci untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan selama dalam pelaksanaan penelitian ini nantinya.
D.4 Jenis dan Sumber Data
1. Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari pihak responden dalam
penelitian ini atau sebagai objek yang diteliti melalui wawancara terhadap
masalah komunikasi interpersonal pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau.
4
2. Data sekunder, data yang didapat dari pihak kedua, yakni dari Sekretariat
Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau meliputi data mengenai gambaran
umum lokasi penelitian, struktur organisasi dan jumlah pegawai yang ada.
D.5 Teknik Pengumpulan Data
- Teknik observasi adalah pengamatan langsung dilokasi penelitian atau dengan
melakukan peninjauan dari dekat ke sumber data guna mengetahui proses
komunikasi interpersonal dan kinerja pegawai Dinas pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Alat yang digunakan adalah alat
indera.
- Teknik wawancara adalah proses pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan mengenai pengaruh komunikasi interpersonal dan kinerja pegawai ,
yang dalam hal ini diajukan kepada informan kunci. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Alat yang digunakan adalah lembaran
pedoman wawancara yakni daftar pertanyaan yang telah disusun.
E. Teknik Analisis Data
Setelah seluruh data telah dikumpulkan berdasarkan kebutuhan peneliti,
maka selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan
5
menyajikan hasil tanggapan responden mengenai pelaksanaan komunikasi
interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan provinsi Kepulauan Riau, yang
disajikan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.
F. Konsep Teori
F.1 Definisi dan Pendekatan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal
atau
komunikasi
antarpribadi
menurut
Muhammad (2011:159) adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang
dengan seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat diketahui
langsung balikannya.
Adapun teori-teori yang mendukung yakni menurut Devito (dalam
Effendy 2003:30) komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Kemudian yang dikemukakan oleh Mulyana (2005:73) komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal atau nonverbal.
F.2 Jenis Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dapat dibedakan atas dua macam, yakni:
a) Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang dalam situasi tatap muka, komunikasi diadik dapat dilakukan dalam
tiga bentuk, yakni percakapan yang berlangsung dalam suasana bersahabat
dan informal, dialog yang berlangsung dalam situasi lebih intim, lebih
6
dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius,
yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan ada yang lainnya
pada posisi menjawab.
b) Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotaanggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Dalam organisasi sering
ditemui adanya komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil, seperti
dalam rapat,konferensi dan komunikasi dalam kelompok kerja.
F.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Dengan proses komunikasi interpersonal yang efektif, pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya memperoleh manfaat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa
faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi interpersonal apabila
dipandang dari sudut komunikator, komunikan, dan pesan.
a. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikator
1. Kredibilitas, ialah kewibawaan seseorang komunikator dihadapan komunikan.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator yang kreadibilitasnya tinggi akan
lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan.
2. Daya tarik, ialah daya tarik fisik maupun non fisik. Adanya daya tarik ini akan
mengundang simpati penerima pesan komunikasi. Pada akhirnya penerima
pesan akan dengan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh
komunikator.
3. Kemampuan intelektual, ialah tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian
seorang komunikator. Kemampuan intelektual ini diperlukan seorang
7
komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga bisa
mewujudkan cara komunikasi yang sesuai.
4. Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari.
Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian antara ucapan dan
tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.
5. Ketepercayaan, yakni jika komunikator di percaya oleh komunikan maka akan
lebih mudah menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang lain.
6. Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk memahami
situasi di lingkungan hidupnya. Apabila situasi lingkungan sedang sibuk, maka
komunikator perlu mencari waktu lain yang lebih tepat untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain.
7. Kematangan tingkat emosional, ialah kemampuan komunikator untuk
mengendalikan emosinya, sehingga tetap dapat melakukan komunikasi dalam
suasana yang menyenangkan dikedua belah pihak.
8. Berorientasi kepada kondisi psikologis, artinya seseorang komunikator perlu
memahami kondisi psikologis orang yang diajak bicara. Diharapkan
komunikator dapat memilih saat yang paling tepat untuk menyampaikan suatu
pesan kepada komunikan.
9. Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas.
b. Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikan
1. Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna materi yang
diberikan oleh komunikan.
8
2. Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan cepat menerima
informasi yang diberikan komunikator.
3. Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta
proses komunikasi yang lancar.
4. Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara.
5. Komunikan bersifat bersahabat dengan komunikator.
c. Keberhasilan dilihat dari sudut pesan
1. Pesan komunikasi interpersonal perlu dirancang dan disampaikan sedemikian
rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan.
2. Lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat dipahami oleh
kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan.
3. Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai dengan kondisi
maupun situasi setempat.
4. Tidak menimbulkan multi interprestasi atau penafsiran yang berlainan.
5. Sediakan informasi yang praktis, berguna dan membantu komunikan
melakukan tindakan yang diinginkan.
6. Berikan fakta, bukan kesan dengan cara menyampaikan kalimat konkret, detail,
dan spesifik disertai bukti untuk mendukung opini.
7. Tawarkan rekomendasi dengan cara mengemukakan langkah-langkah yang
disarankan untuk membantu komunikan menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
G. Pembahasan
9
Banyak orang berpikir bahwa komunikasi adalah hal yang sederhana,
karena orang berkomunikasi tanpa kesadaran berpikir dan upaya, biasanya
komunikasi bersifat komplek, dan peluang untuk mengirimkan dan menerima
pesan yang salah tidak terhitung. Di dalam organisasi selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup
kelompok/ organisasi, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan atau karyawan.
Diantara kedua belah pihak harus ada two way communication atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerjasama yang diharapkan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Hubungan
yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing
individu, untuk memperoleh hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat
untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan jalinan hubungan
interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang
pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Dalam
berorganisasi komunikasi interpersonal sangat berperan penting, misalnya untuk
meminta saran atau pendapat kepada orang lain.
Proses komunikasi interpersonal yang efektif memungkinkan pimpinan
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan
kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana
itu dapat dilaksanakan, serta pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan
bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan pimpinan untuk
berkomunikasi dengan pegawainya agar tujuan dapat tercapai.
10
Hubungan kerja yang baik dipengaruhi oleh kemampuan kita untuk
melakukan komunikasi interpersonal dengan baik. Kita harus mampu untuk
menyampaikan informasi dengan baik dan kreatif. Agar suatu ide dan gagasan
yang baik mendapatkan kesempatan untuk dipilih maka orang yang memiliki ide
dan gagasan tersebut harus mampu untuk menjelaskannya dengan baik.
Untuk membangun hubungan kerja yang baik maka kita harus tahu
bagaimana cara berkomunikasi secara suportif, bagaimana mengungkapkan ideide kita secara jelas. Hubungan kerja yang baik akan terbangun apabila gaya dan
cara komunikasi yang dilakukan bersifat suportif sehingga timbul rasa saling
percaya dan saling mendukung diantara sesama rekan kerja atau sesama pegawai
Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.
Dengan komunikasi interpersonal, pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau dapat membangun pengetahuan yang bersifat personal dengan
rekan-rekan yang lain. Dengan hubungan yang semakin dekat maka dapat
membangun rasa saling percaya dan mengetahui bagaimana cara yang paling baik
berkomunikasi dengan rekan-rekan kerja yang lain dengan beragam sifat dan
karakternya.
Dengan rasa saling percaya yang tinggi akan mendorong kita untuk dapat
mengenal dan dikenal lebih dekat oleh rekan kerja yang lain. Untuk mengenal dan
dikenal oleh rekan kerja salah satu hal yang dapat dilakukan adalah bersifat
terbuka dan mau mendengarkan orang lain.
11
Komunikasi interpersonal bersifat timbal balik, apabila seseorang ingin
didengar, maka orang tersebut juga harus mau mendengar. Apabila seseorang
ingin dikenal, maka ia juga harus mau mengenal orang lain.
H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara secara langsung yang telah
peneliti lakukan kepada pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau
mengenai Proses Komunikasi Interpersonal Antar Pegawai Dinas Pendidikan
Provinsi Kepulauan Riau, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan
sehubungan dengan penelitian ini, sebagai berikut:
1. Proses komunikasi interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau berdasarkan hasil penelitian pada indikator bertemu satu
sama lain secara personal dapat ditarik kesimpulan yaitu ditemukan adanya
hambatan-hambatan seperti masalah dalam penggunaan bahasa sehari-hari
yang tidak dimengerti oleh pegawai yang lain, kemudian sikap acuh terhadap
berita atau informasi yang diberikan, dan mis komunikasi yang masih sering
terjadi diantara pegawai dalam pelaksanaan komunikasi interpersonal. Hal
tersebut menggambarkan kurang efektifnya proses komunikasi interpersponal
antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.
2. Proses komunikasi interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau berdasarkan hasil penelitian pada indikator empati dapat
ditarik kesimpulan yaitu tidak semua pegawai dapat berempati kepada
rekannya, yaitu sikap acuh pegawai terhadap pegawai lainnya, adapun
12
komunikasi yang kurang baik antara pegawai dikarenakan masalah pribadi
atau ketidakcocokan antara pegawai bersangkutan.
3. Proses komunikasi interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau berdasarkan hasil penelitian pada indikator bersikap positif,
dapat ditarik kesimpulan yaitu tidak semua pegawai berkomunikasi di
lingkungan kerja dengan sikap positif dan interaksi yang efektif. Hal ini dapat
dilihat dari pernyataan responden yang menyatakan bahwa sikap ramah tamah
antara sesama pegawai masih kurang, dan pegawai yang suka meremehkan
kemampuan rekan kerjanya, serta masih ada pegawai yang tidak mau bergaul
dengan rekan lainnya, dan ada pula yang senang berkelompok.
4. Proses komunikasi interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau berdasarkan hasil penelitian pada indikator kesamaan dapat
ditarik kesimpulan yaitu tidak semua pegawai mendapat perlakuan yang sama
antar sesama pegawai sebagai teman dan tidak menekankan kepada
kedudukan dan kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden
yang menyatakan tidak semua pegawai berteman secara baik, ada pegawai
yang suka membedakan status sosialnya dikarenakan pangkatnya yang lebih
tinggi, dan ada pula pegawai yang hanya ingin bergaul dengan pegawai yang
memiliki pengaruh pada Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau.
5. Proses komunikasi interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau berdasarkan hasil penelitian pada indikator sikap mendukung,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pegawai diberi dukungan dan kepercayaan
dari atasan dan support. Adapun bentuk dukungan yang di berikan seperti
13
motivasi dari atasan, pelatihan, workshop, dan sebagainya, namun tidak
demikian diantara sesama rekan pegawai, diantaranya pegawai yang tidak
ingin berbagi atau sharing kepada rekannya, serta bersikap acuh kepada rekan
yang mengalami kendala atau masalah.
6. Hambatan-hambatan yang terjadi selama proses komunikasi interpersonal
antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau diantaranya yaitu
ketidak jelasan informasi yang disampaikan, dan hambatan yang terjadi akibat
pemahaman komunikan yang kurang sehingga terjadi mis komunikasi antara
satu dengan yang lainnya. Kemudian hambatan yang timbul antar pribadi di
dalam Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau, yang muncul karena
adanya masalah pribadi serta pemahaman bahasa yang digunakan pegawai
sehari-hari yang mana pegawai bersangkutan menggunakan dialeg bahasa
daerah asalnya.
2. Saran
Dari permasalahan-permasalahan yang peneliti temukan saat melakukan
penelitian tentang Proses Komunikasi Interpersonal Antar Pegawai Dinas
Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau, maka peneliti mengemukakan saran-saran
yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:
1. Kedisiplinan kehadiran pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau
agar tetap dipertahankan, agar interaksi tatap muka antar pegawai semakin
efektif dan segala pekerjaan maupun kegiatan pada Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau terselesaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
14
Adapun komunikasi interpersonal antar pegawai Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau diharapkan lebih aktif dan tanggap, bersikap fleksibel dan
profesional sehingga proses komunikasi interpersonal antar pegawai menjadi
lebih efektif, hal tersebut tentu akan sangat membantu para pegawai dalam
melaksanakan
pekerjaan
maupun
kegiatan
yang
dilaksanakan,
serta
berpengaruh positif dalam hal pergaulan antar pegawai di tempat kerja.
2. Pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau diharapkan lebih
berempati kepada sesama rekan pegawai, lebih bersikap peduli, perhatian dari
komunikan sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga orang lain
merasa nyaman dan diperhatikan. Karena dengan kita dapat merasakan apa
yang dirasakan orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan memahami
perilaku orang tersebut, maka kita tidak hanya berbicara dan berperilaku
hanya untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir
dan berperilaku yang dapat diterima juga oleh orang lain serta akan mudah
memberikan pertolongan kepada orang lain.
3. Pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau hendaknya bersikap
positif antar sesama pegawai, karena segala sikap kita hanya akan dipahami
bila kita mengkomunikasikannya melalui berbagai cara. Pada kehidupan
sehari-hari kita pasti berinteraksi melakukan proses komunikasi interpersonal
hampir setiap saat, baik melalui kata-kata atau tindakan kita. Sikap yang
positif merupakn unsur penting dari komunikasi interpersonal yang efektif.
4. Salah satu guna bersosialisasi atau berteman menandakan diri bisa diterima di
pergaulan, semakin sering bersosialisasi dan berkomunikasi, maka bertambah
15
pengalaman. Pada indikator kesamaan penulis memberikan saran agar
pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau berteman secara baik
antara sesama pegawai, saling percaya dan menghargai. Di dalam
berkomunikasi tentu akan menghadapi perbedaan, tapi perbedaan bukanlah
hal yang harus dihindari justru dengan perbedaan bisa mengukur kapan harus
memprioritaskan
kepentingan
diri
sendiri
dan
kapan
mendahulukan
kepentingan rekan, tentunya hal ini akan sangat membantu pegawai Dinas
Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau dalam proses komunikasi interpersonal
yang lebih efektif terutama dalam pergaulan di tempat kerja.
Salah satu kendala atau hambatan yang dialami oleh suatu organisasi dalam
mencapai tujuan adalah belum terciptanya kebiasaan saling mendukung diantara
para pegawainya. Ironisnya, masing-masing dari individu yang sudah merasa
menjalankan
tugas
sesuai
dengan
beban
yang
disandangnya,
pegawai
menganggap tidak lagi membutuhkan campur tangan dari rekannya, pada
indikator sikap mendukung penulis memberi saran pegawai Dinas Pendidikan
Provinsi Kepulauan Riau
menghilangkan sikap acuh tak acuh, karena tanpa
disadari sikap seperti itu akan menjadikan pegawai menjadi pribadi yang tertutup
terhadap informasi maupun perubahan, sehingga pegawai tidak mengalami
kemajuan.
16
Download