BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan membantu semua anggota manajemen dalam mengelola secara efektif pertanggung jawabannya dengan cara menyediakan analisis, rekomendasi, komentar-komentar yang berhubungan dengan kegiatankegiatan yang ditelaah, dan penilaian. Penilaian tersebut meliputi penilaian terhadap seluruh aktivitas perusahaan termasuk penilaian terhadap struktur organisasi, rencanarencana, kebijakan, prestasi pegawai, dan ketaatan terhadap prosedur. Definisi audit internal menurut Sawyer (2005: 10) adalah sebagai berikut: “Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: 1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi. 3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti. 4. Sumber daya telah dilakukan secara efisien dan ekonomis. 5. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.” Semua dilakukan degan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Ikatan Auditor Internal (Institute of Internal Auditors – IIA) dikutip oleh Messier (2005: 514) mendefinisikan audit internal sebagai berikut: “Audit intern adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit intern ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.” 9 10 Definisi ini mengandung pengertian bahwa audit internal merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi, dan dapat menambah nilai tambah bagi perusahaan. Pelaksanaan audit internal dilakukan secara independen dan objektif yang berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam kegiatan pelaksanaan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit internal secara independen dan objektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi. Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998: 28) memberikan definisi audit internal sebagai berikut: “Audit internal merupakan auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.” Dari definisi Audit Internal di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Audit internal merupakan suatu jasa asurance dan konsultasi atas empat hal yaitu; memberikan nilai tambah kegiatan, mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian intern, dan tata kelola perusahaan. 2. Audit internal bertanggung jawab kepada manajemen puncak atas hasil pekerjaan yang dilaksanakan. 3. Audit internal merupakan alat kontrol bagi manajemen yang berfungsi mengukur dan menilai keefektivan alat-alat pengendalian lainnya. 11 4. Objek penelitian dan penilaian bagi audit internal adalah prosedur-prosedur, catatan-catatan, dan ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan pimpinan perusahaan. 5. Penilaian dilakukan dengan objektif dan independen. 2.1.1 Definisi Audit Internal Menurut Institute of Internal Auditor (IIA) dikutip oleh Messier (2005: 514), bahwa audit internal adalah : “Aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.” Menurut Islahuzzaman (2012 : 42), pengertian Audit Internal adalah sebagai berikut : “Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance.” Dari beberapa pengertian audit internal di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi yang secara sistematis dan teratur dapat membantu manajeman secara independen dalam meningkatkan nilai perusahaan, pengendalian, proses tata kelola dengan menjadi konsultan, sehingga dapat membantu manajemen dalam memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 12 2.1.2 Definisi Auditor Internal Menurut Hery (2010: 93) pengertian auditor internal adalah sebagai berikut : “Auditor internal merupakan bagian yang integral (tidak dapat dipisahkan) dari struktur organisasi perusahaan yang dimana perannya adalah memberikan pengawasan serta penilaian secara terus menerus.” Menurut Islahuzzaman (2012: 190) pengertian auditor internal adalah sebagai berikut : “Auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan untuk mengaudit bagi kepentingan direksi dan atau komisaris.” Atas beberapa kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa auditor internal merupakan bagian dari karyawan perusahaan yang bertugas mengaudit untuk kepentingan perusahaan baik kepentingan direksi ataupun komisaris. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004: 9) adalah : “Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan proses governance.” 13 2.1.3 Peran Auditor Internal Salah satu peran penting auditor internal adalah pemberian jasa konsultasi bagi pihak-pihak internal yang membutuhkan. Audit internal berperan dalam memenuhi kebutuhan manajeman dan organisasi di atas rencana dan aktivitas mereka. Menurut Sawyer’s (2009: 32) peranan auditor internal dalam perusahaan adalah sebagai berikut: “1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajeman puncak. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajeman puncak, setiap tahun kepala eksekutif audit menyiapkan rencana jadwal audit khusus aktivitas yang awasi. 2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko Mengindetifikasi dan meminimalkan risiko, auditor internal memperluas tentang manajeman resiko dan meningkatkan upaya mereka untuk meyakinkan manajeman bahwa semua jenis resiko organisasi telah dievaluasi dan diperhatikan dengan layak. 3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior Memvalidasi laporan ke manajemen senior, ketika audit dilakukan, auditor menelaah laporan tersebut untuk menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya. Kebijakan manajemen yang diputuskan kemudian bisa menjadi lebih valid. 4. Membantu manajeman pada bidang-bidang teknis Membantu manajeman pada bidang-bidang teknis, auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal, bagaimana proses pengolahanya, dan dimana letak risiko keamanannya.” Adapun menurut Standar Profesi Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI (2012) peran auditor internal dalam fungsi audit internal dinyatakan sebagai berikut : 14 “Fungsi audit internal ditetapkan dalam satuan usaha untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kebijakan dan prosedur struktur pengendalian internal lain, penetapan suatu fungsi audit internal yang efektif mencakup pertimbangan wewenang dan hubungan pelaporannya, kualikasi staf dan sumber dayanya.” Atas kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa peran auditor internal yaitu untuk membantu memenuhi kebutuhan manajemen dari aktivitas perusahaan seperti memeriksa dan mengevaluasi kebijakan dari prosedur perusahaan agar dapat berjalan dengan efektif atas wewenang dari pelaporannya. 2.1.4 Kriteria Audit Internal Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004: 5) tujuan Standar Profesi Audit Internal adalah sebagai berikut: 1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal 2. Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang lingkup, dan tujuan audit internal 3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi 4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan audit internal yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi 5. Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan bagi auditor internal 15 6. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya (international best practice)”. 1. Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal Fungsi audit internal sangatlah dibutuhkan dalam perusahaan, karena dengan adanya audit internal dalam perusahaan maka terdapat fungsi pengawasan independen yang akan menjadi sumber informasi internal mengenai kinerja yang ada dalam perusahaan. Menurut (SA) seksi 322 yang dikutip oleh Mulyadi (2002: 211) menyatakan bahwa: “Tugas dan fungsi audit internal adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi beberapa unit organisasi, merupakan bentuk pengendalian untuk mengukur dan menilai efektivitas unsur-unsur pengendalian intern”. Definisi fungsi audit internal menurut Abdul Halim (2003: 10) adalah : “Auditor internal bertanggung jawab terhadap pengendalian intern perusahaan demi tercapainya efisiensi, efektivitas dan ekonomis serta ketaatan pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 001: 322, 1) menyatakan secara terperinci mengenai tanggung jawab audit internal sebagai berikut: “Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, menginformasikan kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara dengan wewenang dan tanggung jawab tersebut. Audit internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang di auditnya”. 16 Dalam Standar Profesional Audit Internal (SPAI) (2004: 8-13) merupakan pedoman bagi auditor internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya, dalam SPAI dikatakan bahwa fungsi dan tanggung jawab audit internal adalah : 1) Independensi dan Objektivitas Fungsi audit internal harus independen dan auditor internal objektif dalam melaksanakan pekerjannya(1110, SPAI). 2) Keahlian dan Kecermatan Profesional Menyatakan penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional. Fungsi auditor internal secara kolektif harus memiliki atu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab (1210, SPAI). 3) Program Quality Assurance Fungsi Audit Internal menyatakan penanggung jawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus-menerus memonitor efektivitas (1300, SPAI). 4) Pengedalian Intern fungsi Audit Internal Menyatakan bahwa peanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien 17 untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi (2000, SPAI). 5) Lingkup Penugasan Menyatakan Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan pengelolaan kontribusi risiko, terhadap pengendalian peningkatan dengan proses menggunakan pendekatan yang sistematis. Atas kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa seorang audit internal efektif dalam melakukan tugas, auditor internal harus independen dan objektif dalam melaksanakan kegiatannya, hal ini berarti auditor internal harus memberikan penilaian tidak memihak kepada siapapun. Audit internal harus independen terhadap segala aktivitas yang diauditnya. Sedangkan Independensi menurut Hiro Tugiman (2006: 20) menyatakan bahwa : “Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini data diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif pada auditor internal.” Menurut Hiro Tugiman (2006: 20) di atas, independensi menyangkut dua aspek, yaitu : 18 1. Status Organisasi Merupakan kedudukan formal di dalam suatu perusahaan secara keseluruhan status organisasi auditor internal harus memberikan kebebasan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. Dukungan dari manajeman senior dan dewan direksi sangat diperlukan oleh auditor internal agar dapat bekerja sama dengan pihak yang akan diperiksa dan dapat menyelesaikan tugasnya secara bebas dan tidak ada campur tangan pihak lain. 2. Objektivitas Merupakan sikap mental independen yang harus dimiliki oleh auditor internal dalam melaksanakan suatu pemeriksaan. Adapun Independensi menurut Mulyadi (2008: 26-27) adalah : “Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dapat diartikan sebagai adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.” Atas beberapa kutipan di atas, maka seorang auditor internal harus memiliki sikap independensi yang tinggi agar dapat melaksanakan tugas audit dengan baik dan benar dalam menyatakan pendapatnya dengan tidak memihak kepada siapapun. 1) Kompetensi/Kecakapan Profesional Agar tujuan perusahaan dapat tercapai seperti yang telah direncanakan, auditor internal harus mempunyai kompentensi yang baik. Menurut Arens et al.,(2012: 43) menyatakan bahwa: 19 “Seorang auditor haruslah memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti”. Adapun Konsorsium Profesi Audit Internal (2004: 57) menyatakan bahwa: “Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan professional”. Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa seorang auditor internal harus memiliki kecermatan yang professional dalam melaksanakan kegiatan auditnya. 2. Kemampuan Profesional Menurut Hiro Tugiman (2006: 27) kemampuan professional adalah sebagai berikut : “Merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.” Menurut Hiro Tugiman (2006: 27) di atas kemampuan professional mencakup : 1) Bagian audit internal, harus : a. Memberikan jaminan atau kepastian teknis dan latar belakang pendidikan para pemeriksa internal telah sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilaksanakan. b. Memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin imu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. 20 c. Memberikan kepastian bahwa pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya. 2) Auditor internal, harus : a. Mengetahui standar professional dalam melakukan pemeriksaan. b. Memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan. c. Memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif. d. Meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan. e. Melaksanakan ketelitian professional yang sepantasnya dalam melakukan pemeriksaan. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai seperti yang direncanakan, seorang auditor internal harus mempunyai kompetensi yang baik. Menurut Mulyadi (2008: 213) kompetensi auditor internal sebagai berikut : “a. Tingkat pendidikan dan pengalaman professional auditor internal b. Ijazah professional dan pendidikan professional berkelanjutan c. Kebijakan, program, dan prosedur audit d. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan auditor internal e. Supervisi dan review terhadap aktivitas auditor internal f. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan, dan rekomendasi. g. Penilaian atas kinerja auditor internal”. 21 Adapun maksud dari kutipan Mulyadi (2008: 213) di atas yaitu: a. Audit internal haruslah memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis dan pendidikan para pemeriksa internal telah sesuai bagi pemeriksa yang akan dilaksanakan. b. Audit internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan secara profesional. c. Haruslah memberikan kepastian bahwa pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. d. Para pemeriksa internal harus sesuai dan mematuhi standar professional dalam pemeriksaan. e. Para pemeriksa internal haruslah memiliki kemampuan untuk memeriksa kembali atas tugas yang telah dilakukan. f. Para pemeriksa internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan seperti membuat kertas kerja, laporan atau rekomendasi. g. Para pemeriksa internal harus melaksanakan keahlian dan ketelitian professional yang sepantasnya dalam melaksanakan pemeriksaan. Atas kutipan di atas, maka auditor internal harus memiliki kemampuan professional dalam melakukan tugas audit dan bertanggung jawab dalam setiap 22 pekerjaan audit dan memiliki pengetahuan yang cukup agar dapat melakukan pekerjaan secara professional. 3. Pelaksanaan Kegiatan Audit Pelaksanaan audit internal harus meliputi perencanaan, pemeriksaan, pengujian, dan pengevaluasian informasi, kemudian pemberitahuan hasil-hasil dan menindaklanjuti. Menurut Hiro Tugiman (2006: 18) pelaksanaan kegiatan audit internal terdiri dari : “a. Perencanaan audit b. Pengevaluasian informasi c. Penyampaian hasil audit d. Tindak lanjut hasil audit” Menurut Hiro Tugiman (2006: 18) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Perencanaan audit, auditor internal harus merencanakan setiap pemeriksaan pengujian. b. Pengevaluasian informasi, auditor internal harus menginterpretasikan dan membuktikan kebenaran-kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. c. Penyampaian hasil audit, auditor internal harus melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya. 23 d. Tindak lanjut hasil audit, auditor internal harus terus meninjau atau melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan audit yang dilaporkan kepada manajemen, dan telah dilakukan tindak lanjut. Menurut Sawyer’s (2009: 281), ada beberapa teknik kegiatan audit yang dapat dilakukan dalam berbagai kondisi, yaitu: “Teknik-teknik audit seperti melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menganalisis, memverifikasi, menginvestigasi, dan mengevaluasi diterapkan pada beragam kondisi.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan audit yang akan dilakukan harus mendapat persetujuan dari pengawas. Apabila rencana audit sudah disetujui, maka auditor internal melakukan pengujian dan pengevaluasian informasi. Informasi yang diperoleh dalam melakukan audit tersebut harus dilaporkan kepada manajemen untuk ditindaklanjuti. 4. Manajemen Audit Internal Manajemen bagian audit internal dinyatakan Hiro Tugiman (2006:79) sebagai berikut: “Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat. Pimpinan audit internal bertanggung jawab mengelola bagian audit internal, sehingga: 1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui oleh manajeman senior dan diterima oleh dewan. 2. Sumber daya bagian audit internal digunakan secara efisien dan efektif. 3. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar profesi.” 24 Adapun Menurut Hiro Tugiman (2006: 79) di atas pimpinan audit internal, harus: 1. Memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab sebagai auditor internal atas persetujuan manajeman senior dan dewan. 2. Tugas auditor internal, menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia agar proses audit berjalan efektif dan efisien. 3. Membuat berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis. Adapun Menurut Asikin (2006: 2), pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal dengan tepat, yaitu dengan cara: 1. Kebijaksanaan dan prosedur: pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit internal. 2. Koordinasi: pimpinan audit internal harus mengkoordinasi usaha-usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal perusahaan untuk memastikan bahwa seluruh lingkup penugasan sudah memadai dan meminimalkan duplikasi pemeriksaan. Atas kutipan di atas, dengan adanya internal audit yang handal diharapkan dalam upaya mengambil langkah untuk mengantisipasi setiap tindakan penyimpangan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. 25 2.2 Fraud (Kecurangan) Fraud atau kecurangan merupakan hambatan untuk penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif dan ekonomis, sehingga harus selalu menjadi perhatian penting manajemen dan dewan direktur organisasi. Menurut Black’s Law Dictionary dalam Tunggal (2001: 2) dijelaskan satu hukum dari kecurangan, yaitu berbagai macam alat yang dengan lihai dipakai dan dipergunakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan terhadap orang lain, dengan cara bujukan palsu atau dengan menutupi kebenaran, dan meliputi semua cara-cara mendadak, tipu daya (trick), kelicikan (cunning), mengelabui (dissembling), dan setiap cara tidak jujur, sehingga pihak orang lain bisa ditipu, dicurangi atau ditipu (cheated). Kecurangan merupakan suatu perilaku dimana seseorang mengambil atau secara sengaja mengambil manfaat secara tidak jujur atas orang lain. Kejahatan merupakan suatu tindakan disengaja yang melanggar undang-undang kriminal secara hukum tidak boleh dilakukan dimana sebuah negara mengikuti hukum tersebut dan memberikan hukuman atas pelanggaran yang dilakukan. Fraud atau kecurangan ini juga perlu dibedakan dengan errors atau kesalahan. Errors dapat dideskripsikan sebagai unintentional mistakes. Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, yaitu terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debet kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk, yaitu matematis, kritikal, atau dalam aplikasi prinsip-prinsip akuntansi. Apabila kesalahan dilakukan dengan sengaja (intentional), maka kesalahan tersebut merupakan kecurangan atau fraudulent. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja (IAI, 2001: 316.2). 2.2.1 Pengertian Fraud (Kecurangan) Menurut Yayasan Pendidikan Internal Audit (2008:3) kecurangan pengertian sebagai berikut: “Suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum (illegal acts) yang dilakukan dengan sengaja, untuk tujuan tertentu, misalnya menipu atau memberikan gambaran yang keliru (mislead) untuk keuntungan 26 pribadi/kelompok secara tidak fair, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain”. Pengertian lain mengenai fraud menurut Hiro Tugiman (2006: 63) adalah sebagai berikut : “Fraud mencakup perbuatan melanggar hukum dan pelanggaran terhadap peraturan dan perundang-undangan lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatu organisasi oleh orang dalam atau juga oleh orang di luar organisasi.” Sedangkan menurut Albrect.,et al (2012: 6) mengemukakan Fraud Examination” adalah: “Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations. No definite and invariable rule can be laid down as general proportion in defining fraud, as it includes surprise, trickery, cunning and unfair ways by which another is cheated. The only boundaries defining it are those which limit human knavery.” Dalam Bahasa Indonesia pengertian fraud adalah kecurangan, kecurangan menurut Albrect.,et al adalah istilah umum, yang mencakup semua cara dimana kecerdasan manusia dilakukan oleh satu individu untuk dapat menciptakan cara untuk bagaimana mendapatkan suatu manfaat dari orang lain. Tidak ada kepastian untuk aturan yang dapat ditetapkan sebagai aturan yang umum dalam penipuan atau kecurangan, karena mencakup beberapa kejadian, tipu daya, cara-cara licik yang tidak adil yang dilakukan oleh orang lain yang merupakan kecurangan. Yang mampu melawan itu hanyalah kejujuran dari manusia itu sendiri. 27 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran dan dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu yang bukan hak pelakunya sehingga dapat mengakibatkan kerugian pada organisasi. 2.2.2 Jenis-jenis Fraud Untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya kecurangan, maka harus mengetahui jenis-jenis kecurangan dalam buku Fraud Auditing yang diterbitkan Yayasan Pendidikan Audit Internal (2008: 11), yaitu : 1. Employee embezzlement atau occupational fraud Kecurangan yang dilakukan pegawai karena jabatan atau kedudukannya dalam organisasi. 2. Management fraud Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, biasanya dengan melakukan penyajian laporan keuangan yang tidak benar untuk keuntungan organisasi atau perusahaan. 3. Investment scam Kecurangan yang dilakukan dengan membujuk investor untuk menanamkan uangnya pada suatu bentuk investasi dengan janji akan memperoleh hasil investasi yang berlipat dalam waktu cepat. 4. Vendor fraud Kecurangan yang dilakukan oleh pemasok atau organisasi yang menjual barang/jasa dengan harga terlalu tinggi dibandingkan dengan kualitasnya 28 atau barang/jasanya tidak direalisasikan walaupun pembeli telah membayar, dan yang menjadi korban adalah pembeli. 5. Customer fraud Kecurangan yang dilakukan pembeli/pelanggan. Pembeli tidak/kurang membayar harga barang/jasa yang diterima, korbannya adalah penjual. 6. Computer fraud Kecurangan yang dilakukan dengan cara merusak program komputer, file, data, sistem operasi, alat atau media yang digunakan yang mengakibatkan kerugian bagi organisasi yang sistem komputernya dimanipulasi. Menurut Karyono (2013: 17-24), kecurangan terdiri atas empat kelompok besar yaitu: 1. Kecurangan laporan (fraud statement), yang terdiri atas kecurangan laporan keuangan (financial statement) dan kecurangan laporan lain (non financial statement). Kecurangan laporan keuangan dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan lebih baik dari sebenarnya dan lebih buruk dari sebenarnya. 2. Penyalahgunaan aset (asset misappropriation), yang terdiri atas kecurangan kas, dan kecurangan persediaan dan aset lain. 3. Korupsi (corruption) terdiri atas pertentangan kepentingan, penyuapan, hadiah tak sah, dan pemerasan ekonomi. 29 4. Kecurangan yang berkaitan dengan komputer, dapat berupa menambah, menghilangkan, atau mengubah masukan atau memasukan data palsu. 2.2.3 Tanda-tanda Adanya Fraud Menurut Hiro Tugiman (2006: 28) tanda awal (Red Flag) terjadinya kecurangan sebagai berikut: 1. Situasi pribadi yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak diharapkan, seperti dililit hutang, dan menderita sakit berat. 2. Keadaan perusahaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak semestinya, seperti kesulitan ekonomi, banyaknya hutang, meningkatnya persaingan, dan kredit pinjaman yang terbatas. 3. Risiko pengendalian yang spesifik, seperti satu orang menangani semua bagian dari suatu transaksi yang penting, supervisi yang buruk, penugasan dan tanggung jawab yang tidak jelas. Istilah fraud triangle (segitiga kecurangan) tersebut juga diterjemahan dan dijelaskan oleh Amin Widjaja Tunggal (2013: 36), bahwa terdapat tiga kondisi yang menyebabkan kecurangan, yaitu: Gambar 2.1 Segitiga Kecurangan Tekanan Kesempatan Pembenaran 30 a. Insentif/tekanan: Manajeman atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. b. Kesempatan: Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. c. Sikap pembenaran/rasionaliasi: Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut Dari beberapa pernyataan di atas, tanda-tanda adanya fraud adanya tekanan yang tidak semestinya dilakukan dan didukung oleh kesempatan untuk melakukan kecurangan dengan tidak adanya sikap yang jujur atau sifat-sifat yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. 2.2.4 Pencegahan Fraud (Kecurangan) Mendeteksi fraud menurut Amin Widjaja Tunggal (2013: 40) merupakan upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (Fraud triangle), akan dijelaskan di halaman berikutnya yaitu: 1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat kecurangan. 31 2. Menurunkan tekanan pada pegawai agar ia mampu memenuhi kebutuhannya. 3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan. Adapun Mendeteksi Fraud menurut Amrizal (2004: 4) yaitu : “Mendeteksi kecurangan adalah berusaha untuk menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab akan terjadinya suatu perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi apabila kecurangan sudah terjadi.” Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh perusahaan dapat memperkecil peluang terjadinya fraud, karena setiap tindakan fraud dapat terdeteksi cepat dan diantisipasi baik oleh perusahaan. Setiap karyawan tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud yang dapat merugikan banyak pihak. 2.2.5 Syarat Penemuan Fraud Standar audit pada dasarnya mampu mengetahui adanya kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013: 71-73) bahwa syarat penemuan fraud terdiri dari : 1. Penemuan Fraud Audit internal diharapkan dapat menemukan kelemahan atau fraud yang terjadi di dalam perusahaan, sehingga segala aktivitas yang bertentangan dengan prosedur atau kebijakan perusahaan dapat dicegah dan diatasi sehubungan dengan itu. 32 Penemuan fraud, dapat diketahui dari sistem pengawasan yang diterapkan (misalnya melalui audit internal), kebetulan (by accident), dan laporan pihak lain. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013: 72) menyatakan bahwa: “Suatu studi yang dilakukan di Inggris, mengungkapkan bahwa diperkirakan hanya 19% fraud ditemukan oleh auditor, 51% ditemukan karena kebetulan, 10% ditemukan melalui pengendalian manajeman, dan lebih dari 20% merupakan “tips” atau laporan dari pihak luar.” Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa fraud dapat ditemukan dari hasil audit yang dilakukan, secara kebetulan dan melalui pengendalian manajemen serta informasi dari pihak lain. 2. Bukti yang Cukup dan Kompeten Bukti yang cukup merupakan bukti yang faktual dan meyakinkan, sehingga orang yang diberi bukti akan mempunyai kesimpulan yang sama dengan auditor. Sedangkan bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya dan cara terbaik untuk memperolehnya adalah dengan mempergunakan teknik audit yang tepat. Adapun syarat penemuan fraud menurut Josua Tarigan (2013: 24) meliputi: “a. Adanya kesepakatan bahwa tindakan tersebut keliru ketika dilakukan. b. Adanya pengakuan dari pelaku akan tindakan yang salah tersebut. c. Adanya kerugian yang diderita oleh pihak lain.” Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa syarat penemuan fraud dilakukan oleh auditor internal dengan mendapatkan penemuan fraud yang bisa 33 berupa bukti atau tindakan yang jelas dilakukan oleh pelaku yang dapat menyebabkan kerugian oleh pihak lain. 2.2.6 Ruang Lingkup Fraud Auditing Ruang lingkup fraud auditing merupakan pembatasan-pembatasan tertentu dalam melakukan audit. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013: 77-80) ruang lingkup fraud auditing meliputi: “ 1. Tingkat materialitas 2. Biaya 3. Informasi yang sensitif 4. Pengembangan integritas” Berikut adalah penjelasan mengenai segala sesuatu yang terdapat dalam ruang lingkup fraud auditing menurut Amin Widjaja Tunggal (2013: 77-80): 1. Tingkat materialitas Dimana suatu fraud tetap dianggap material secara kualitatif dan tidak menjadi masalah terhadap beberapa jumlah uang yang tersangkut. Pernyataan ini adalah: 1) Eksistensi fraud sendiri menunjukan adanya suatu kelemahan dalam pengendalian. 2) Fraud menurut sifatnya dapat berkembang apabila tidak dicegah. Fraud secara tidak langsung menyatakan masalah integritas mempunyai konsekuensi yang jauh dari jangkauan. Misalnya, manajemen melakukan 34 pembayaran yang illegal, perusahaan yang terlibat akan menghadapi konsekuensi hukum dan sangat merugikan publisitas perusahaan. 2. Biaya Untuk biaya manajemen harus menganalisis keadaan biaya secara keseluruhan atas manfaat dari perluasan audit dan tindakan-tindakan yang akan diambil untuk mencegah fraud pada masa yang akan datang. Karena pada dasarnya untuk menguji setiap transaksi dibutuhkan biaya yang sangat besar. Menurut Arens et al., (2012: 322) adalah sebagai berikut : “Because fraud is difficult to detect due to collusion and false documentation, a focus on fraud prevention, and deterrence is often effective and less costly.” Dari pernyataan tersebut, tergambarkan bahwa untuk menemukan dan mengungkapkan fraud diperlukan biaya yang sangat tinggi walaupun hasilnya tidak maksimal. 3. Informasi yang sensitif Apabila telah terdeteksi adanya fraud, auditor segera membuat kebijakan untuk menghalangi dan mendeteksi aktivitas fraud. Sifat sensitif dari aktivitas fraud atau dicurigai adanya aktivitas demikian membutuhkan suatu petunjuk formal dalam pelaporan dan praktik penyelidikannya. 4. Pengembangan integritas Auditor internal seringkali diminta untuk melakukan program peningkatan integritas, dan ditinjau bersama seluruh karyawan. 35 Menurut Akmal (2008: 18) ruang lingkup pemeriksaan dalam fraud auditing meliputi: “a. Mereviu keandalan dan integritas informasi. b. Mereviu kesesuaian / ketaatan terhadap kebijakan, rencana & prosedur. c. Mereviu alat untuk melindungi aktiva . d. Menilai penggunaan sumber daya apakah sudah ekonomis dan efisien.” Menurut Akmal (2008: 18) di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Memeriksa kembali bahwa apa yang dilaporkan sudah sesuai dengan standar, kebijakan, rencana, prosedur dan perundang-undangan. b. Memeriksa kembali untuk melindungi harta perusahaan dan keberadaan harta tersebut. c. Menilai apakah penggunaan sumber daya digunakan dengan semestinya dan efisien. d. Dengan melihat pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dengan peningkatan integritas dalam organisasi, fraud dengan mudah dapat diungkapkan karena adanya kejujuran dan sikap yang tegas dari karyawan. 2.2.7 Pendekatan Audit Dalam hal pendekatan audit dilakukan agar audit internal dengan mudah melakukan evaluasi atau penilaian terhadap informasi yang diperoleh. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013: 81-84) bahwa pendekatan auditing terdiri dari: 1. Analisis Ancaman Dalam pendekatan fraud auditing, analisis ancaman seperti analisis dari pengungkapan fraud harus dilakukan. Analisis ancaman dapat mengarahkan rencana audit, misalnya melakukan pengawasan pada aktiva untuk mengetahui terjadinya fraud. 36 2. Survey pendahuluan Audit internal dalam perusahaan melakukan survey pendahuluan dasar untuk memformulasikan audit program. 3. Audit program Audit internal diharuskan menyusun dan mendokumentasikan program kerja dalam rangka mencapai sasaran penugasan. 4. Pemilihan tim auditor Tugas dari tim audit ini yaitu harus mengumpulkan informasi mengenai catatan-catatan yang tidak lengkap, ketidakcukupan bukti-bukti, kesalahan penyajian, atau mengubah bukti secara sengaja dalam melaksanakan kecurangan audit. Menurut Hadi Setia (2013: 57) pendekatan adalah sebagai berikut: 1. Prosedur yang sistematis Prosedur yang dirancang secara sistematis dan dapat dimengerti oleh auditor internal. 2. Penugasan Adanya seleksi dan penugasan personil yang qualified dan berpengaruh. 3. Tanggung jawab auditor Adanya alokasi tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada yang diberi penugasan audit. 37 Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya penugasan yang sesuai dengan kemampuan auditor dan adanya survey pendahuluan sebagai awal prosedur dalam pemilihan tim auditor yang akan melaksanakan tugas audit. 2.3 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini ditampilkan dalam tabel 2.2 berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti Zainal Rifky, Muhammad (2014) Jurnal e-journal S1 Universitas Hasanudin Jurusan Akuntansi Program S1 (No: 4189 Tahun 2014) Judul Peranan Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan (Studi Kasus pada PT PLN (Persero) Kantor Pusat Satuan Pengendalian Internal Regional X Sulawesi) Hasil PT.PLN (Persero) Kantor Pusat Satuan Pengawasan Internal Regional X Sulawesi dalam mencegah terjadinya tindakan fraud cukup besar. Adapun perbandingan biaya pasang baru listrik yang dikeluarkan oleh oknum perusahaan dengan list biaya resmi dari kementerian energi dan sumber daya mineral Republik Indonesia pada kasus fraud yang terdeteksi oleh pihak auditor adalah oknum perusahaan tersebut mengeluarkan RAB pasang listrik baru sebesar Rp 104.921.000, namun jika mengacu pada peraturan yang ada, pelanggan hanya harus membayar Rp 91.921.000. 38 2. 3. Adetula (Formerly Oyerinde), Dorcas Titilayo (2014) Noorsain (2012) European Journal Of Accounting Auditing and Finance Research Vol. 2, No .4, pp.33-38, June 2014 Internal Financial Reporting Standards (IFRS) for SMES Adoption Process in Nigeeria e-journal S1 Universitas Wirajaya Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol. 4, No: 1 Tahun 2014) Peranan Audit Internal Dalam Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan (Studi Kasus pada PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Kalianget) Findngs show that a major factor why IFRS would be adopted by Nigeria is because other countries have adopted them The preparers of financial reports of small firms percieve IFRS for SME promulgated by the IASB to be very relevant to small firms in Nigeria. PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Kalianget sudah cukup memadai dalam deteksi dan pencegahan kecurangan dengan struktur pengendalian intern yang baik sebagai anti-fraud controls dan deteksi kecurangan dilakukan melalui prosedur-prosedur audit namun disarankan agar internal auditor PNPM Mandiri Perkotaan di masing-masing desa di Kecamatan Kalianget tidak hanya melakukan pemeriksaan pada Unit Pengelola Keuangan saja namun juga memberikan pemeriksaan pada unitunit yang lain secara umum yang di kelola oleh BKM masing-masing. 39 4. Fauzan Fiandrea (2014) e-journal S1 ak Universitas Gadjah Mada Jurusan Akuntansi Program S1 (Tahun 2014) Peranan Audit Internal Dalam Mencegah Kecurangan (Studi Kasus pada Universitas Negeri Yogyakarta) The internal audit function should help the company in maintaining effective internal controls by evaluating the adequacy, efficiency and effectiveness of the controls, as well as encourage increased controls on an ongoing basis. State University of Yogyakarta is one of the leading Universities in Indonesia. Therefore,State University of Yogyakarta must have good internal controls, due to design internal control is good overall, a good internal controls must be designed from small entities. Action fraud can happen any where, but it could have been prevented by the existence of a good internal controls within the body of the organization. 2.4 Kerangka Pemikiran Auditor internal harus bisa menjadi pihak yang independen, dengan menjalankan fungsi pengawasan terhadap jalannya perusahaan dan menelaah apakah operasional perusahaan berjalan dengan baik. Auditor internal harus berperan secara aktif dan kooperatif dengan berbagai pihak membantu semua anggota manajemen 40 dalam melaksanakan tanggung jawab secara baik dengan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar objektif mengenai kegiatan yang telah di reviu, dan jika terjadi kecurangan maka auditor internal harus dapat menjalankan secara sigap (Amrizal, 2004). Auditor internal berperan dalam mendeteksi kecurangan, oleh karena itu auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam mendeteksi kecurangan untuk dapat mengidentifikasi apakah ada indikator fraud red flag yang mungkin telah dilakukan oleh perusahaan (The Institute of Internal Auditor, 2005). Berdasarkan Standar Profesional Audit Internal (2004), kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil-hasil dan menindak lanjuti (follow up). Salah satu kegiatan perencanaan pemeriksaan merupakan kegiatan yang penting, karena dengan dilakukannya perencanaan pemeriksaan, maka akan diperoleh bukti yang kompeten untuk mengetahui apakah terdapat fraud atau tidak dalam pemeriksaan. Menurut Colin dan Robyn (2006), auditor internal berperan dalam mencegah kecurangan, peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecurangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengurangi sebab- sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan sebelum terjadinya suatu perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan tersebut. 41 Peranan auditor internal juga berperan sangat penting dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan dalam perusahaan, auditor internal memiliki akses informasi internal perusahaan yang dapat memonitor langsung kegiatan perusahaan agar dapat mencegah dari terjadinya kecurangan yang ada di perusahaan (Dyck, Morse & Zingales , 2008). Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Auditor Internal Pencegahan Kecurangan Mendeteksi Kecurangan (Y) (X) (Y) 2.5 Hipotesis Penelitian Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penilitian ini, (X) berikut: yaitu sebagai “Auditor internal berperan terhadap tindakan pencegahan kecurangan (fraud)”