BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pneumonia adalah inflamasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru,merupakan penyakit yang
sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia
disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikoplasma),
fungi, parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif
& Kusuma, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pneumonia adalah salah
satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala
batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa
radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
B. Etiologi
Sebagian besar penyebab pnuomonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab
pneumonia tersebut dikelompokan berdasarkan golongan umur, berat
ringannya
penyakit
dan
penyulit
yang
menyertainya
(komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus terutama
Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan golongan
bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus Pneumoniae dan
Haemophilus Influenzae type B (Hib). Awalnya, mikroorganisme masuk
melalui
percikan
ludah
(droplet),
kemudian
terjasi
penyebaran
mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru
dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah
C. Tanda dan Gejala
Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009)
meliputi hal-hal berikut :
1.
Batuk
2.
Dispnea
3.
Takipea
4.
Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)
5.
Melemah atau kehilangan suara nafas
6.
Retaksi
dinding toraks: interkostal, substernal, diafragma, atau
supraklavikula
7.
Napas cuping hidung
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
8.
Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
didekatnya)
9.
Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih
kecil)
10. Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit
11. Demam
12. Ronchi
13. Sakit kepala
14. Sesak nafas
15. Menggigil
16. Berkeringat
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a.
Kulit yang lembab
b.
Mual dan muntah
D. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.1. Struktur Sistem Respirasi (Nurarif & Kusuma, 2013)
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
1. Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan yaitu :
a.
Nares Anterior
Adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran
itu bermuara di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke
dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung.
Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan
kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang
ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga
hidung (Syaifuddin, 2014).
b.
Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir
semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Daerah pernafasan dilapisi epitelium silinder dan sel spitel berambut
yang mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat
permukaan nares basah dan berlendir. Di atas septum nasalis dan
konka, selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Tiga
tulang kerang (konka) yang diselaputi epitelium pernafasan, yang
menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat
memperbesar permukaan selaput lendir tersebut.
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu
yang terdapat di dalam vestibulum. Karena kontak dengan permukaan
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan
air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap (Syaifuddin,
2014).
c.
Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan dengan esofagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring),
di belakang mulut (orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal)
(Syaifuddin, 2014).
d.
Laring (tenggorok)
Terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya
dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama
oleh ligamen dan membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang
rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus
yang dikenal sebagai jakun, yaitu sebelah depan leher. Laring terdiri
atas dua lempeng ataunlamina yang bersambung di garis tengah. Di
tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak
dibawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor di sebelah belakang
(ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran
lengkap). Tulang rawan lainnya adalah kedua tulang rawan aritenoid
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
yang menjulang di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang
rawan kuneiform kornikulata yang sangat kecil (Syaifuddin, 2014).
e.
Trakea ( batang tenggorok)
Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebratorakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel
cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang larut masuk
bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.
f.
Bronkus (cabang tenggorokan)
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang
terdapat pada ketinggian vertebratorakalis IV dan V mempunyai
struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
cabang, cabang yang paling kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada
bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli
(Syaifuddin, 2014).
g.
Paru-paru
Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama. Paruparu mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan
ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru
adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di atas
dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar
leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas
diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh
iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi
belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang
menutupi sebagian sisi depan jantung.
2. Fisiologi
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas,
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dipungut oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari
sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini
hemoglobin 95% jenuh oksigen.
Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler-kapiler darah ke alveoli,
dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui
hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau
pernafasan eksterna :
1) Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar
2) Arus darah melalui paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah
tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO 2
lebih mudah berdifusi daripada O2.
Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu
gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dan dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO 2
dan memungut lebih banyak O2.
E. Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan
respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme
memasuki saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi
orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada
pasien dengan penurunan kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak
patogen masuk. Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur
trakeobronkial yang bercabang cabang mencegah mikroorganisme dengan
mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah
refleks batuk dan refleks tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga
mencegah adhesi mikroorganisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan
makrofag membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan
mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons
inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul.
Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi
seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor) yang akan
menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru paru dan
menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkaan sekresi purulen.
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler
alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan
menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan
infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat
terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu vasokonstriksi
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah
sehingga berujung pada kematian.
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
F. Pathway
Gambar 2.2 Pathway Pneumonia
Virus, Bakteri, Jamur
(penyebab)
Saluran napas dalam
Gg. Pembersihan di paru-paru
Radang bronkial
Radang / inflamasi pd bronkuse
↑ Produksi Mukus
Akumulasi Mukus
Edema / Pembengkakan
pada mukosa / sekret
Hipertermi
Kontraksi berlebih
Hiperventilasi paru
Timbul reaksi balik
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Pengeluaran energi
berlebih
Atelektasis
Hipoxemia
Intoleransi aktivitas
↑kompensasi
Kelelahan
frekwensi nafas
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan pola nafas
Sumber :
Nurarif & Kusuma, 2013
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Misnadiarly, 2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
adalah :
1.
Sinar X
Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma sinar X
dada mungkin lebih bersih.
2.
GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3.
JDL Leukositosis
Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4.
LED Meningkat
5.
Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat
dan komplain menurun
6.
Elektrolit Na dan CI mungkin rendah
7.
Bilirubin meningkat
8.
Aspirasi / biopsi jaringan paru
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Misnadiarly, 2008), kepada penderita yang penyakitnya tidak
terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal
di rumah. Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan
antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu di berikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respons terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
di tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1.
Oksigen 1-2L/menit
2.
IVFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan
3.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
4.
Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5.
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
1.
Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2.
Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Untuk kasus pneumonia hospital base:
I.
a.
Sefaktosin 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
b.
Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :
1.
Abses paru
2.
Edusi pleural
3.
Empisema
4.
Gagal napas
5.
Perikarditis
6.
Meningitis
7.
Atelektasis
8.
Hipotensi
9.
Delirium
10. Asidosis metabolik
11. Dehidrasi
J.
Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.
Hipertemi
3.
Ketidakefektifan pola nafas
4.
Intoleransi aktivitas
5.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6.
Fokus Intervensi
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret (Wong, 2008)
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas dan sekret dapat keluar
Kriteria hasil : Pernafasan normal 50-60 x/menit
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Berikan suction sesuai indikasi
c. Beri posisi yang nyaman
d. Anjurkan untuk minum yang banyak
e. Kolaborasi terapi Nebulizer sesuai dengan ketentuan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (Wilkinson, 2007)
NOC :
a. suhu tubuh dalam rentang normal
b. nadi dan RR dalam rentang normal
c. tidak ada perubahan warna kulit
NIC :
a. monitor temperatur suhu tubuh
b. observasi TTV
c. anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak
d. berikan kompres pada lipatan axila dan paha
e. berikan antipiretik sesuai program tim medis
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah (Nurarif & Kusuma, 2013)
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : Menunjukan BB stabil
Intervensi :
a.
Kaji adanya alergi makanan
b.
Monitor asupan nutrisi
c.
Monitor adanya penurunan BB
d.
Monitor tugor kulit
e.
Monitor mual muntah
f.
Berikan informasi tentang kebutuhan tubuh
g.
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat
h.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit
4.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (Nurarif &
Kusuma, 2013)
NOC
a.
Energi conversation
b.
Activity tolerance
c.
Self care : ADLs
Kriteria hasil:
a.
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR
b.
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
c.
Tanda-tanda vital normal
NIC
Activity Therapy
a.
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
b.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
c.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuam fisik, psikologi, dan sosial
d.
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang di
perlukan untuk aktivitas yang di inginkan
e.
Bantu untuk mendapatkan alat bantu dan aktivitas yang disukai
f.
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitras yang di sukai
g.
Bantu klien untuk membuat jadwal di waktu luang
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi (Nurarif &
Kusuma, 2013)
NOC
a. Respiratory status : Ventilation
b. Respiratory status : Airway patency
Kriteria hasil :
a.
Mendemostrasikan batuk efektif
b.
Menunjukan jalan nafas yang paten
c.
Tanda-tanda vital dsalam rentang normal
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
NIC
a.
Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
b.
Posisikan pasien memaksimalkan ventilasi
c.
Lakukan fisioterapi data jika perlu
d.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e.
Auskultrasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
f.
Monitor respirasi dan status O2
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download