PENGARUH PEMBERIAN MINYAK SAWIT DAN VITAMIN D DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM ISA-BROWN UMUR 60-67 MINGGU MUSFIROH AHADI NURFITRI ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Minyak Sawit dan Vitamin D dalam Ransum terhadap Kualitas Telur Ayam ISABrown Umur 60-67 Minggu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Musfiroh Ahadi Nurfitri NIM D24100042 ABSTRAK MUSFIROH AHADI NURFITRI. Pengaruh Pemberian Minyak Sawit dan Vitamin D dalam Ransum terhadap Kualitas Telur Ayam ISA-Brown Umur 60-67 Minggu. Dibimbing oleh SUMIATI dan WIDYA HERMANA. Masalah utama yang terjadi di akhir periode produksi telur adalah menurunnya kualitas kerabang seiring dengan bertambahnya umur ayam dan penurunan kemampuan menyerap kalsium. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh ransum yang menggunakan minyak sawit dan suplementasi vitamin D terhadap kualitas telur dari ayam tua. Penelititian ini menggunakan 96 ekor ayam ISA-Brown umur 60-67 minggu dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x2 dan 4 ulangan. Faktor I adalah minyak sawit (MS) dan faktor II adalah suplementasi vitamin D(SVD). Ransum yang digunakan adalah ransum 3% MS+0 IU kg-1 SVD (R1), 3% MS+3500 IU kg-1 SVD (R2), 6% MS+0 IU kg-1 SVD (R3), dan 6% MS+3500 IU kg-1 SVD (R4). Suplementasi vitamin D (p<0.05) meningkatkan bobot dan tebal kerabang, serta skor warna yolk. Interaksi antara kedua faktor berpengaruh sangat nyata (p<0.01) pada bobot yolk dan nyata (p<0.05) pada persentase bobot yolk. Suplementasi Vitamin D mampu meningkatkan kualitas kerabang dan komponen telur lainnya. Jumlah lipid yang sesuai membantu absorbsi vitamin D dan interaksinya berpengaruh dalam metabolisme produksi telur. Kata kunci: kualitas telur, minyak sawit, vitamin D ABSTRACT MUSFIROH AHADI NURFITRI. The Effect of Using Palm Oil and Vitamin D Supplementation on Egg Quality of ISA-Brown Laying Hens Aged 60-67 Weeks. Supervised by SUMIATI and WIDYA HERMANA The main problem in the last period of egg production is the decline of egg shell quality as hens grow older and their ability for calcium absorption. This experiment was aimed to study the effect of palm oil levels and vitamin D supplementation on egg quality of old hen. The experiment used 96 ISA-Brown laying hens aged 60-67 weeks and was conducted in 2x2 completely randomized factorial design with 4 replicants. Factor I was palm oil (PO) and factor II was vitamin D supplementation (VDS). The treatment diets were: diet containing 3% PO+0 IU kg-1 VDS (R1), 3% PO+3500IU kg-1 VDS (R2), 6% PO+0 IU kg-1 VDS (R3), and 6% PO+3500IU kg-1 VDS (R4). The results showed that vitamin D suplementation increased (p<0.05) the egg shell weight, egg shell thickness, and yolk color score. Interaction between oil levels and vitamin D suplementation had significantly (p<0.01) affected the egg yolk weight and (p<0.05) affected the egg yolk weight percentage. The appropiate amount of lipid is needed for vitamin D absorbtion and their interaction influences in metabolism of egg production. Keywords: egg quality, palm oil, vitamin D PENGARUH PEMBERIAN MINYAK SAWIT DAN VITAMIN D DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM ISA-BROWN UMUR 60-67 MINGGU MUSFIROH AHADI NURFITRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 Judul Skripsi: Pengaruh Pemberian Minyak Sawit dan Vitamin D dalam Ransum terhadap Kualitas Telur Ayam ISA-Brown Umur 60-67 Minggu Nama : Musfiroh Ahadi Nurfitri NIM : D24100042 Disetujui oleh Dr Ir Sumiati, MSc Pembimbing I Dr Ir Widya Hermana, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Minyak Sawit dan Vitamin D dalam Ransum terhadap Kualitas Telur Ayam ISA-Brown Umur 60-67 Minggu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suplementasi vitamin D dan taraf minyak sawit dalam ransum pada ayam petelur tua terhadap kualitas telur yang dihasilkan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pada akhir periode produksi, kualitas kerabang telur yang dihasilkan menurun dilihat dari ketebalan, kekuatan, dan berat jenis serta persentase keretakan yang meningkat. Vitamin D berfungsi mengatur penyerapan kalsium sebagai komponen utama penyusun kerabang telur. Vitamin D merupakan vitamin larut lemak sehingga pemberian jumlah minyak sawit yang sesuai diharapkan mampu memberikan jumlah minyak yang sesuai untuk pelarutan vitamin D. Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya. Bogor, September 2014 Musfiroh Ahadi Nurfitri DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN METODE Bahan Alat Lokasi dan Waktu Prosedur Penelitian Persiapan kandang dan peralatan Pemeliharaan Pengambilan telur Rancangan Percobaan dan Analisis data Rancangan Percobaan Peubah yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Utuh Telur Kuning Telur (Yolk) Kerabang Putih Telur SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH vi vi 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 6 7 7 8 9 9 9 9 9 11 13 13 DAFTAR TABEL 1. Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian 2. Rataan kualitas telur ayam petelur selama 6 minggu 2 6 DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Hasil analisis ragam bobot utuh telur Hasil analisis ragam bobot putih telur Hasil analisis ragam persentase bobot putih telur Hasil analisis ragam bobot kuning telur Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur Hasil analisis ragam persentase bobot kerabang telur Hasil analisis ragam tebal kerabang telur Hasil analisis ragam skor warna kuning telur Hasil analisis ragam tinggi albumin 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 PENDAHULUAN Konsumsi telur semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran penduduk Indonesia akan pentingnya protein hewani. Telur banyak dipilih untuk memenuhi kebutuhan protein hewani disamping karena harganya yang relatif terjangkau juga memiliki asam amino yang lengkap. Konsumsi telur ras perkapita di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 6.15 kg tahun-1 dengan produksi telur 201 000 ton. Sementara pada tahun 2012 produksi telur ras 197 000 ton dan konsumsi perkapita 6.52 kg tahun-1 (Kementan 2013). Peningkatan produksi telur sejalan dengan meningkatkan populasi ayam petelur. Selain dengan peningkatan jumlah pullet, populasi ayam produktif juga bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang umur produktif ayam petelur. Dilain sisi pullet merupakan biaya terbesar selain ransum dalam usaha peternakan ayam petelur. Leeson dan Summer (2005) membagi periode pemeliharaan ayam petelur berdasarkan siklus produksi telur menjadi 4, fase 1(18-32 minggu), fase 2(32-45 minggu), fase 3(45-60 minggu), dan fase 4(60-70 minggu). Setelah mencapai puncak produksi maka produksi telur akan terus menurun hingga diafkir karena tidak ekonomis lagi untuk dilakukan pemeliharaan. Lambrou (1986) menyatakan bahwa breeding, nutrisi, lingkungan dan manajemen penanganan telur berpengaruh terhadap kualitas telur. Nutrisi sangat bergantung kepada pencernaan dan absorsi dari saluran pencernaan. Semakin meningkatnya umur, kemampuan organ-organ makhluk hidup untuk bermetabolisme akan semakin menurun. Pada akhir periode produksi, kualitas kerabang telur yang dihasilkan menurun. Berat telur akan meningkat sejalan dengan umur ternak dan kualitas kerabang telur akan menurun dilihat dari ketebalannya, kekuatan dan berat jenis serta persentase keretakan dan cacat kerabang telur yang meningkat. Selain itu, telur juga tidak sekental biasanya atau bisa dikatakan telur lebih banyak mengandung air. Vitamin D berfungsi mengatur penyerapan kalsium sebagai komponen utama penyusun kerabang telur (Murray et al. 2009). Vitamin D ini termasuk vitamin larut dalam lemak. Pada dasarnya, absorbsi dan distribusi vitamin larut dalam lemak mengikuti pola dari pencernaan, absorbsi, distribusi, dan dekomposisi dari lemak (Riis 1983). Minyak sawit merupakan bahan pakan sebagi sumber energi yang mudah ditemui dan memiliki kandungan lemak kasar yang tinggi. Komposisi lemak minyak sawit juga memiliki banyak kelebihan dibandingkan minyak lainnya untuk bahan pakan. Jumlah lemak jenuh dan tidak jenuh minyak sawit cukup seimbang, tidak mengandung lemak trans serta kandungan karetenoid yang cukup tinggi yang baik untuk produksi telur. Kualitas telur terdiri dari kualitas eksterior atau kerabang dan juga kualitas interior yang merupakan isi dari telur (putih telur dan kuning telur). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian minyak sawit dalam ransum dan penambahan vitamin D terhadap kualitas telur pada ayam ISA-Brown umur 60-67 minggu. 2 METODE Bahan Ternak Penelitian ini menggunakan 96 ekor ayam petelur strain ISA-brown umur 60 minggu dengan rata-rata bobot badan awal pemeliharaan sebesar 1.46-1.70 kg dan dialokasikan ke dalam 4 perlakuan yang merupakan kombinasi dari perlakuan taraf minyak sawit dan penambahan vitamin D3 dengan 4 ulangan secara acak, dan setiap ulangan terdiri atas 6 ekor ayam. Ransum Ransum diberikan dalam bentuk mash, bahan pakan penyusun ransum yang digunakan adalah jagung kuning, dedak halus, minyaak sawit, bungkil kedelai, CaCO3, tepung ikan, CGM, DCP, NaCl,. premix, dan DL-Methionin. Ransum disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005). Vitamin D3 yang digunakan berbentuk serbuk sehingga langsung dicampurkan dengan ransum menggunakan mixer. Berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summer (2005) kebutuhan vitamin D untuk ayam petelur yakni sebesar 3500 IU kg-1 ransum sehingga dalam pembuatan ransum perlakuan sebanyak 120 kg ditambahkan 17.15 mg Vitamin D3 500. Komposisi dan kandungan nutrien ransum disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian Bahan Pakan Jagung Kuning (%) Dedak Halus (%) Bungkil Kedelai (%) CGM (%) Tepung Ikan(%) Minyak sawit (%) DCP (%) CaCO3(%) Dl-Methionine (%) NaCl (%) Premix (%) Total (%) Suplemen Vit D (IU kg-1) Kadar Air (%)* Abu (%)* Protein Kasar (%)* Lemak Kasar (%)* Serat Kasar (%)* Vitamin D** (IU kg-1) R1 51.5 6.0 16.5 5.0 7.0 3.0 1.0 9.5 0.1 0.2 0.2 100.0 0 11.69 17.11 15.79 3.61 2.81 - R2 51.5 6.0 16.5 5.0 7.0 3.0 1.0 9.5 0.1 0.2 0.2 100.0 3500 11.69 17.11 15.79 3.61 2.81 3500 R3 39.5 15.0 16.0 4.0 8.5 6.0 1.5 9.0 0.1 0.2 0.2 100.0 0 12.35 17.92 12.77 5.52 4.99 - R4 39.5 15.0 16.0 4.0 8.5 6.0 1.5 9.0 0.1 0.2 0.2 100.0 3500 12.35 17.92 12.77 5.52 4.99 3500 R1=minyak sawit 3% + 0 IU kg-1 vitamin D; R2=minyak sawit 3% + 3500IU kg-1 vitamin D; R3=minyak sawit 6% + 0 IU kg-1 vitamin D; R4=minyak sawit 6% + 3500IU kg-1 vitamin D; *Hasil Analisa Proksimat Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB 2014); **Berdasarkan jumlah vitamin yang ditambahkan (5 000 000 IU vitamin D3 g-1 diproduksi oleh Trouw Nutrition). 3 Alat Kandang yang digunakan adalah kandang baterai sebanyak 48 petak masing-masing petak berisi 2 ekor ayam yang terbuat dari kawat dan dilengkapi dengan tempat ransum dan tempat air minum. Ukuran setiap petak kandang adalah panjang 92 cm, lebar 47 cm dan tinggi 44 cm. Peralatan lain yang digunakan adalah lampu sebagai alat penerangan, egg-tray, timbangan digital, jangka sorong digital (digital caliper), yolk colour fan, cawan petri, pisau, meja kaca, tisu, dan alkohol 70%. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok C, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, analisis kualitas telur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan pada bulan Oktober hingga Desember 2013. Prosedur Penelitian Persiapan Kandang dan Peralatan Persiapan kandang dimulai dengan memasang kandang berupa kandang baterai yang terbuat dari kawat sebanyak 48 buah, setiap kandang berisi 2 ekor ayam. Sebelum kandang dan peralatan lainnya seperti tempat ransum dan air minum akan digunakan maka dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengapuran pada kandang dan diberi disinfektan. Ayam sebanyak 96 ekor dibagi dalam 4 perlakuan dengan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 6 ekor. Ayam-ayam tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal sebelum masuk pada perlakuan kemudian dilakukan pengacakan. Pemeliharaan Pemeliharaan dilaksanakan selama 7 minggu dengan masa adaptasi ransum selama 1 minggu. Selama penelitian, ransum diberikan dalam jumlah yang sama untuk setiap satuan ternak dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian ransum dan minum dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada saat pagi, dan sore hari. Telur yang diproduksi setiap harinya ditimbang menggunakan timbangan digital, penimbangan dan penghitungan ransum yang dikonsumsi dilakukan setiap minggu penelitian. Pengambilan Telur Telur diambil setiap minggu sekali sejak memasuki minggu kedua dan pengambilan telur dilakakukan pada hari yang sama setiap minggunya. Dua butir telur setiap ulangan untuk mewakili analisa kualitas telur diambil secara acak. 4 Rancangan dan Analisa Data Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rancanganacak lengkap pola faktorial 2x2 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah minyak sawit (3% dan 6%) dan faktor kedua yaitu penambahan vitamin D (0 IU kg-1 dan 3500 IU kg-1). Model matematis yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1991) adalah : Yijk = μ+ αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan : Yijk = Nilai parameter peubah yang diamati pada ulangan ke-k dari faktor I (Minyak sawit) ke-i dan faktor II (Vitamin D) ke-j μ = Nilai rataan umum αi = Pengaruh Minyak sawit ke-i terhadap peubah (i1 dan i2) βj = Pengaruh Vitamin D ke-j terhadap peubah (j1dan j2) (αβ)ij = Interaksi antara pengaruh Minyak sawit ke-i dan Vitamin D ke-j terhadap peubah Εijk = Pengaruh galat percobaan Perlakuan yang diberikan adalah : R1 = Minyak sawit 3% + 0 IU kg-1 vitamin D R2 = Minyak sawit 3% + 3500IU kg-1 vitamin D R3 = Minyak sawit 6% + 0 IU kg-1 vitamin D R4 = Minyak sawit 6% + 3500IU kg-1 vitamin D Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA). Jika didapatkan hasil berbeda nyata maka dilakukan uji Duncan (Steel and Torrie 1993). Peubah yang Diamati Pengambilan data kualitas telur dilakukan pada minggu kedua setelah perlakuan sampai minggu kedelapan (selama 6 minggu). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas telur yang meliputi bobot telur utuh, bobot putih telur, bobot kuning telur, skor warna kuning telur, bobot kerabang, tebal kerabang, dan nilai Haugh Unit. Bobot Utuh Telur Bobot utuh telur ayam diperoleh dengan mengukur bobot dari keseluruhan telur ayam menggunakan timbangan digital dengan satu digit dibelakang koma dalam satuan gram (g). Bobot dan Persentase Albumin Bobot putih telur (albumin) diperoleh setelah albumin dikeluarkan dari kerabang dan dipisahkan dari kuning telur, kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital dengan satu digit dibelakang koma dalam satuan gram (g). Persentase albumin diperoleh dari hasil persentase bobot putih telur dalam satuan gram (g) terhadap bobot utuh telur dalam satuan gram (g). 5 Tinggi Albumin Tinggi albumin diperoleh pada saat telur utuh dipecah, kemudian diukur tinggi putihnya dengan menggunkan alat jangka sorong. Bobot dan Persentase Kuning Telur (Yolk) Bobot yolk diperoleh setelah yolk dikeluarkan dari kerabang dan dipisahkan dari putih telur, kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital dengan satu digit dibelakang koma dalam satuan gram (g). Persentase yolk diperoleh dari hasil persentase bobot yolk dalam satuan gram (g) terhadap bobot utuh dalam satuan gram (g). Skor Warna Yolk Pengamatan skor warna yolk dilakukan dengan cara membandingkan warna pada kuning telur dengan standar roche yolk colour fan dengan skala 1-15 (Vuilleumir 1987). Bobot dan Persentase Tebal Kerabang Bobot kerabang diperoleh setelah semua isi telur dikeluarkan dari kerabang dan dibersihkan membran kerabangnya, kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital dengan satu digit dibelakang koma dalam satuan gram (g). Persentase kerabang diperoleh dari hasil persentase bobot kerabang dalam satuan gram (g) terhadap bobot utuh dalam satuan gram (g). Tebal Kerabang Pengukuran tebal kerabang dilakukan pada tiga bagian kerabang telur yakni pada bagian runcing, tengah, dan pada bagian tumpul. Sampel kerabang yang diukur dipisahkan dari selaput membran (membran telur). Tebal kerabang telur diperoleh dengan pengukuran menggunakan micrometer. Haugh Unit Haugh unit (HU), merupakan ukuran kualitas protein telur berdasarkan tinggi albumin yang diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan milimeter (mm) dan bobot telur dalam satuan gram (g). Menurut Mountney (1976), nilai HU dihitung dengan rumus berikut: 0.37 HU = 100 x log (h - 1.7w + 7.57) Keterangan : HU = Nilai haugh unit h = Tinggi albumin (mm) w = Bobot telur (g) Nilai HU yang didapatkan kemudian digunakan untuk mengetahui kategori kualitas telur (USDA 1983). Analisis sidik ragam tidak dilakukan pada nilai HU. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas telur diamati mulai minggu kedua perlakuan hingga akhir pemeliharaan. Hasil pengujian kualitas telur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rataan kualitas telur ISA-Brown selama 6 minggu (Umur 62-67 minggu) Penambahan Vit D Minyak sawit -1 0 IU kg 3% 6% Rataan 57.59±3.28 59.03±16 58.31±1.02 3% 6% Rataan 13.68±0.52ab 14.57±0.62ab 14.13±0.63 3% 6% Rataan 23.83±0.87ab 24.69±0.67ab 24.26±0.61 3% 6% Rataan 7.32±06 7.36±0.42 7.34±0.03b 3% 6% Rataan 6.44±0.26 6.61±0.12 6.52±0.12b 3% 6% Rataan 11.21±0.69 11.22±0.29 11.22±0.01 3% 6% Rataan 0.31±0.03 0.31±0.01 0.31±0.01b 3% 6% Rataan 37.46±2.80 37.85±1.45 37.66±0.27 3% 6% Rataan 64.96±1.36 64.09±0.77 64.53±0.62 3% 6% Rataan 7.12±0.49 7.55±0.28 7.33±0.30 -1 3500IU kg Rataan Probabilitas* Minyak sawit Vit D Interaksi Bobot Utuh Telur (gram) 59.17±177 58.38±1.12 0.971 57.80±0.92 58.42±0.87 (TN) 58.49±0.97 Bobot Kuning Telur (gram) 14.60±0.41a 14.14±0.65 0.957 13.74±0.47b 14.16±0.59 (TN) 14.17±0.61 Bobot Kuning Telur (%) 24.69±0.49a 24.26±0.61 0.976 23.84±0.73b 24.27±0.60 (TN) 24.26±0.60 Skor Warna Kuning Telur 7.72±0.38 7.52±0.28 0.738 7.80±0.11 7.58±0.31 (TN) 7.76±0.06a Bobot Kerabang (gram) 6.83±0.30 6.64±0.28 0.350 6.91±0.30 6.76±0.22 (TN) 6.87±0.06a Bobot Kerabang (%) 11.57±0.81 11.39±0.25 0.466 12.00±0.39 11.61±0.55 (TN) 11.79±0.31 Tebal Kerabang (mm) 0.33±0.02 0.32±0.01 0.908 0.33±0.02 0.32±0.01 (TN) 0.33±0.00a Bobot Putih Telur (gram) 37.74±1.74 37.60±0.19 0.915 37.15±0.57 37.50±0.50 (TN) 37.44±0.42 Bobot Putih Telur (%) 63.74±1.02 64.35±0.86 0.640 64.16±0.46 64.12±0.05 (TN) 63.95±0.29 Tinggi Albumin (mm) 7.56±0.56 7.34±0.31 0.383 7.54±0.37 7.54±0.01 (TN) 7.55±0.02 Haugh Unit 0.875 (TN) 0.871 (TN) 0.231 (TN) 0.007 (SN) 0.992 (TN) 0.037 (N) 0.041 (N) 0.925 (TN) 0.019 (N) 0.761 (TN) 0.077 (TN) 0.485 (TN) 0.045 (N) 0.908 (TN) 0.824 (TN) 0.612 (TN) 0.264 (TN) 0.355 (TN) 0.214 (TN) 0.334 (TN) 3% 82.77±3.24 83.10±1.68 82.93±0.23b 6% 86.46±1.62 86.52±1.97 86.49±0.05a Rataan 84.61±2.61 84.81±2.42 * p>0.05 adalah TN (Tidak Nyata); p<0.05 adalah N(Nyata); p<0.01 adalah SN (Sangat Nyata) 7 Bobot Utuh Telur Semakin tua umur ayam maka telur yang diproduksi akan semakin besar. Rataan bobot utuh telur pada penelitian ini antara 57.59-59.03 g. Ukuran telur yang mampu dihasilkan ISA-brown umur 60-67 minggu berkisar 65.5 g-65.7 g (Hendrix Genetic Company 2009). Telur penelitian memiliki bobot sekitar 90% dari bobot telur standar ISA-brown. Bobot telur penelitian yang lebih rendah dipengaruhi karena konsumsi pakan yang lebih rendah dari panduan manajemen pemeliharaan yakni konsumsi rataan penelitian 83 g hari-1 dibandingkan 125 g hari-1. Faktor manajamen secara keseluruhan juga mempengaruhi terhadap bobot telur yang dihasilkan selama penelitian. Faktor lingkungan seperti suhu yang tinggi juga mempengaruhi penurunan bobot utuh telur yang diproduksi. Menurut Gumilar (2014) rataan suhu lingkungan penelitian pada bulan Juni berkisar 24.84 ºC pada pagi hari, 31.04 ºC pada siang, dan 28.88 ºC pada sore. Bobot telur yang dihasilkan pada bulan itu juga lebih rendah dibandingkan standar ISA dan diduga karena pengaruh suhu kandang pemeliharaan yang tinggi. Yuwanta (2010) menyebutkan suhu yang optimal untuk ayam petelur berkisar 20 ºC-28 ºC. Ukuran telur terdiri atas ukuran kecil yaitu dengan berat telur kurang dari 47.2 g, ukuran medium dengan berat telur 47.2 g-54.2 g, ukuran besar dengan berat telur 54.4 g-61.4 g dan ukuran jumbo dengan berat telur lebih dari 61.5 g (North dan Bell 1990). Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh (p>0.05) terhadap bobot utuh telur. Ukuran telur yang dihasilkan akan meningkat seiring dengan fungsi organ ternak yang semakin meningkat hingga di umur yang relatif tua dan kemampuan organ menurun ukuran telur akan tetap relatif besar. Kuning Telur (Yolk) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi suplementasi vitamin D dan level minyak sawit memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0.01) terhadap bobot kuning telur dan beda nyata (p<0.05) terhadap persentase bobot kuning telur. Pengaruh paling baik berdasarkan uji lanjut Duncan didapatkan dari minyak sawit 3% dan suplementasi vitamin D 3500 IU kg-1 dengan rataan bobot yolk 14.60±0.41 g atau 24.69% dari bobot utuh. Perlakuan minyak sawit 3% tanpa suplementasi vitamin D menghasilkan rataan bobot yolk paling rendah dengan 13.74±0.47 g atau 23.84% dari bobot utuh. Persentase bobot yolk terhadap bobot utuh telur berkisar antara 23.83%24.69%. Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa persentase yolk berkisar 30%-32%. Yuwanta (2010) menegaskan bahwa peningkatan bobot telur karena meningkatnya jumlah putih telur sementara bobot kuning telur relatif stabil. Persentase yolk terhadap bobot telur utuh akan semakin menurun pada umur ayam yang semakin tua. Komposisi asam lemak minyak sawit terdiri dari sekitar 40% asam oleat (tidak jenuh tunggal), 10% asam linoleat (tidak jenuh ganda), 44% asam palmitat (jenuh) dan 4,5% asam stearat (jenuh) (Hariyadi 2010). Proporsi asam lemak jenuh dan tidak jenuh minyak sawit dikatakan proporsional dan baik untuk pakan unggas. Yolk tersusun atas 50% air, 30%-35% lipoprotein, dan 15%-20% protein (Riis 1983). Minyak sawit mengadung lemak kasar sejumlah 98% dan lemak 8 jenuh 50% (NRC 1994). Jumlah lemak dari ransum minyak 3% dan suplementasi 3500 IU kg-1 menghasilkan yolk yang lebih besar. Suplementasi vitamin D berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap skor kuning telur. Suplementasi 3500 IUkg-1 vitamin D memberikan skor yang lebih tinggi atau warna yang semakin cerah dibandingkan tanpa suplementasi (0 IUkg-1) dengan rataan nilai 7.76 dibanding 7.34. Warna kuning telur sangat dipengaruhi oleh xanthofil yang terkandung pada bahan ransum (Thomson 1975). Xanthofil merupakan karotenoid oksidatif dan umumnya unggas mampu menyerapnya dengan baik (Hudon 1994). Tahapan pencernaan karotenoid dimulai dari pencernaan bahan pakan, pembentukan misel lipid, membawa karotenoid ke sel mukosa usus dan kemudian menuju ke plasma darah melalui sistem limfa (Williams et al. 1963). Baik xanthophil maupun vitamin D yang sama-sama berada di misel lipid telah terjadi interaksi yang memungkinkan absorbsi xanthophil lebih optimal karena adanya vitamin D. Interaksi yang mungkin terjadi sama dengan vitamin E yang mampu meningkatkan pigmentasi yolk (Surai 2001). Suplementasi vitamin D terbukti mampu menghasilkan yolk dengan warna lebih cerah. Kerabang Telur Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap bobot dan tebal kerabang. Suplementasi vitamin D 3500 IU kg-1 menghasilkan bobot dan tebal kerabang yang lebih tinggi dibandingkan ransum tanpa suplementasi vitamin D (0 IU kg-1). Suplementasi vitamin D 3500 IUkg-1 menghasilkan rataan bobot kerabang 6.87±0.06 g dengan rataan tebal kerabang 0.33 mm sedangkan tanpa suplementasi 6.52±0.12 g dan 0.31 mm. Menurut Idris dan Thohari (1998) telur ayam yang ideal memiliki tebal kerabang berkisar antara 0.33 mm-0.36 mm sehingga suplementasi vitamin D pada ayam petelur pada fase 4 penting diberikan untuk meningkatkan ketebalan kerabang telur. Kalsium sebagai komponen utama penyusun kerabang telur diabsorbsi di jejunum dan memerlukan spesifik protein kalbindin agar bisa diabsorbsi. Vitamin D3 atau cholecalciferol berperan sebagai prohormon, di dalam hati diubah menjadi 25-hydroxycholecalciferol kemudian menjadi 1.25-hydroxycholecalciferol dengan radiasi sinar UV.1.2(OH)2D3 sebagai metabolit aktif akan menstimulus sintesis protein kalbindin sehingga absorbsi kalsium bisa terjadi (Deluca dan Schnoes 1976). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kualitas kerabang menurun seiring bertambahnya umur ayam (Roland 1979, Rajkumar et al. 2009). Ukuran telur meningkat sejalan dengan umur ayam namun bobot kerabang cenderung tetap atau bahkan menurun. Ketidakmampuan ayam dalam memproduksi kerabang yang lebih banyak ini berkaitan dengan aktivitasi 1,25-dihydroxycholecalciferol, bentuk aktif dari vitamin D (Joyner et al. 1987). Vitamin D yang digunakan dalam suplementasi ini adalah vitamin D3 yang sudah dalam bentuk aktif atau 1.2(OH)2D3 sehingga tidak memerlukan sinar ultraviolet (UV) untuk aktivasinya agar menjadi metabolit aktif. Hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0.05) terhadap persentase bobot kerabang yang memiliki rentang antara 11.22%-11.79%. Meskipun hasilnya tidak signifikan, persentase bobot kerabang yang dihasilkan 9 ransum dengan suplementasi vitamin D memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bell dan Weaver (2002), yaitu berkisar 10%-12% dari bobot telur. Putih Telur (Albumin) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi (p>0.05) bobot putih telur (albumin), persentase bobot albumin, dan tinggi albumin. Persentase putih telur sekitar 58%-60% dari bobot telur (Bell dan Weaver 2002) dan persentase putih telur hasil penelitian adalah 63.74%-64.96%. Haugh unit (HU) yaitu hubungan tinggi albumin dengan keseluruhan bobot telur serta suhu internal telur merupakan dasar pengukuran indeks mutu telur. Nilai HU telur hasil penelitian berkisan 82.77-86.52 dan termasuk kedalalam kategori AA. USDA 1983 membagi telur menjadi 3 kategori berdasarkan nilai HU, kategori AA memiliki nilai HU 72 atau lebih, kategori A 60-72, dan kategori B 45-60. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Minyak sawit 3% dan suplementasi vitamin D 3500 IU kg-1 meningkatkan bobot kuning telur. Suplementasi vitamin D pada ayam memasuki periode afkir memperbaiki kualitas kerabang baik tebal kerabang dan bobotnya, serta skor warna kuning telur yang diproduksi. Seluruh nilai Haugh Unit pada semua perlakuan baik vitamin D maupun minyak sawit berada pada kisaran 82-86 dan termasuk kategori AA. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui jumlah optimal lemak untuk absorbsi vitamin D yang berada pada kisaran 3%-6% tanpa merubah jumlah suplementasi vitamin D serta mengkaji pengaruh suhu lingkungan pemeliharaan. DAFTAR PUSTAKA Bell DD, WeaverWD. 2002. Commercial Chicken Production Meat and Egg. 5th Edition. Massachusetts (US): Kluver Academic Publishers Deluca HF, Schnoes HK. 1976. Metabolism and mechanism of action of vitamin D. Annual Rev Biochem. 45:631-666 Gumilar TC. 2014. Pengaruh suplementasi vitamin E dan selenium dalam ransum terhadap kualitas telur dan profil darah ayam petelur umur 45-50 minggu. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Hariyadi P. 2010. Sepuluh karakter unggul minyak sawit. Artikel. [Oktober 2010]. SEAFAST-IPB. 10 Hudon J. 1994. Biotechnological applications of research on animal pigmentation. Biotech Advances. 12: 49-69. Hendrix Genetic Company. 2009. Product Performance ISA [internet]. [diunduh] 2013 Desember 14. Tersedia dari http://www.hendrix-genetics.com. Idris S, Thohari I. 1998. Telur dan Cara Pengawetannya. Malang (ID). Universitas Brawijaya. Joyner CJ, MJ Peddie, TG Taylor. 1987.The effect of age on egg production in the domestic hen. Gen Comp Endocrin. 65: 331-336. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Basisdata Konsumsi Pangan [internet]. [diunduh] 8 September 2014. Tersedia dari http://www.pertanian.go.id/konsumsi Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition. Nottingham (UK). Nottingham University Press. Lambrou LC. 1986. Conserving and monitorig egg shell quality. ZW Agri J. 83: 35-38. Moutney GJ. 1976. Poultry Product Technology. Westport (US). The AVI Publising Co. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW. Biokimia Harper Edisi 27. Terjemahan (Brahm U). Jakarta: EGC. North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual 4th Ed. New York (US): Chapman and Hall. [NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requitment of Poultry 9th Rev Ed. Wangshinton DC (US). Nat Acad of Sci. Rajkumar D, Sharma RP, Rajaravindra KS, Niranjan M, Reddy BLN, Bhattacharya TK, Chatterjee RN. 2009. Effect of genotype and age on egg quality traits in naked neck chicken under tropical climate from India. Int J Poult Sci. 8:115-155. Riis PM. 1983. Dynamic Process Biochemistry of Animal Production. Amsterdam (ND): Elsevier Science Publisher BV Roland DA.1979. Factors influencing shell quality of aging hens. Poult Sci. 58: 774-777. Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan (Bambang S). Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Tama. Surai PF. 2001. Natural Antioxidants in Avian Nutrition and Reproduction. Nottingham (US): Nottingham University Press. Thomson SY. 1975. Role of carotene and vitamin A in animal feeding. World Rev. Nutr. Diet., 21: 224-280. [USDA] United Stated Department of Agriculture. 1983. Egg Grading Manual Agriculture Handbook No. 75. Washington DC (US): Agricultural Marketing Service. Vuilleumir JP. 1969. The rhoce yolk colour fan an instrument for measuring yolk colour. Poult Sci. 48:767-779. Williams WP, Davies RE, Couch JR. 1963. The utilization of carotenoids by the hen and chick. Poult Sci. 42: 691-699. Yuwanta T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Yogyakarta (ID), Gadjah Mada University Press. 11 Lampiran 1 Hasil analisis ragam bobot utuh telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .007 .128 7.910 59.55 54633.076 KT .007 .128 7.90 4.95 Fhit .001 .026 1.593 Sig .971 .875 .231 KT .042 .181 .951 3.508 Fhit .012 .051 .271 Sig .915 .824 .612 KT .214 1.328 1.671 .969 Fhit .221 1.370 1.723 Sig .647 .264 .214 KT .001 .008 3.080 .293 Fhit .003 .028 10.496 Sig .957 .871 .007 Fhit .001 .000 5.530 Sig .976 .992 .037 R2= .119%; R2(terkoreksi)= -.101% Lampiran 2 Hasil analisis ragam bobot putih telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .042 .181 .951 42.091 22601.803 R2= .027%; R2 (terkoreksi) = -.216% Lampiran 3 Hasil analisis ragam persentase bobot putih telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .214 1.328 1.671 11.632 66039.432 R2= .216% ; R2(terkoreksi)= .021% Lampiran 4 Hasil analisis ragam bobot kuning telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .001 .008 3.080 3.521 3210.736 R2= .467%; R2(terkoreksi)= .334% Lampiran 5 Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total R2= .315%; R2(terkoreksi)= .144% db 1 1 1 12 16 JK .001 5.625E-5 2.933 6.364 9426.544 KT .001 5.625E-5 2.933 .530 12 Lampiran 6 Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .062 .483 .006 .792 719.316 KT .062 .483 .006 .066 Fhit .947 7.322 .097 Sig .350 .019 .761 R2= .411%; R2(terkoreksi)= .263% Lampiran 7 Lampiran 7 Hasil analisis ragam persentase bobot kerabang telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .198 1.300 .181 4.183 2121.861 KT .198 1.300 .181 .349 Fhit .568 3.728 .518 Sig .466 .077 .485 KT 6.250E-6 .002 6.250E-6 .000 Fhit .014 4.991 .014 Sig .908 .045 .908 KT .016 .697 .001 .134 Fhit .117 5.213 .009 Sig .738 .041 .925 KT .164 .185 .202 .200 Fhit .819 .924 1.012 Sig .383 .355 .334 R2= .286% ; R2(terkoreksi)= .108)% Lampiran 8 Hasil analisis ragam tebal kerabang telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK 6.250E-6 .002 6.250E-6 .005 1.652 R2= .295%; R2(terkoreksi)= .119)% Lampiran 9 Hasil analisis ragam skor warna kuning telur SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .016 .697 .001 1.605 914.661 R2= .308%; R2(terkoreksi)= .135% Lampiran 10 Hasil analisis ragam tinggi albumin SK Minyak Sawit (MS) Vitamin D (VD) Interaksi (MS*VD) Galat Total db 1 1 1 12 16 JK .164 .185 .202 2.402 888.909 R2= .187% ; R2(terkoreksi)= -.017% Keterangan : SK= sumber keragaman JK= jumlah kuadrat db= derajat bebas KT=kuadrat tengah Fhit= nilai F Sig= signifikansi 13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tuban, Jawa Timur pada tanggal 10 Januari 1992.Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Nyoto dan Ibu Solikhatun, SPd. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Banyuurip 02 pada tahun 1999-2004. Pendidikan dilanjutkan di MTs Assalam Bangilan-Tuban pada tahun 2004 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2010 di SMAN 1 Bojonegoro. Penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Penulis adalah mahasiswa penerima beasiswa BIDIK MISI dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2010-2014. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai anggota Koperasi Mahasiswa IPB. Penulis juga aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada Biro Usaha Milik Nutrisi (BUMN) periode 2012/2013. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Tuhan YME atas segala karuniaNya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sumiati, MSc selaku pemebimbing akademik dan pembimbing skripsi dan Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku pembimbing skripsi, atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan, sumbangan ide dan materi yang telah diberipan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Sri Suharti SPt MSi selaku dosen pembahas seminar pada tanggal 22 Mei 2014 serta Dr Ir Niken Ulupi, MS dan Dr Ir Rita Mutia, MSc selaku dosen penguji sidang pada tanggal 3 September 2014 atasan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Kepada kedua orangtua, Yoga Wangsit Wigati Irsyadul Choliq, Ulfah Nur Istighfaroh dan seluruh keluarga, penulis berterimakasih atas kasih sayang dan dukungannya selama ini. Terima kasih atas kesan yang mendalam kepada teman-teman semenjak mulai berkuliah yang sampai saat ini masih berhubungan baik antara lain seluruh penghuni lorong 2 gedung A3 Asrama Putri IPB yakni Vicky, Aul, Dea, Meta, Novi, dan Ulan, serta teman kelas TPB Miranti, Laura, dan Fitri serta teman-temah serumah yang membuat betah Nely, Didy dll. Rekan-rekan menuntut ilmu peternakan, seluruh warga D.NET terutama Ichsan dan Somad yang telah telah memberikan banyak warna di masa kuliah ini serta Anzy, Tenti, Rifqi, Teguh, Laylli dan Amalia yang telah banyak membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimaksih kepada KEMENDIKBUD RI yang telah mendanai penulis untuk melanjutkan kuliah dan mendanai penelitian hingga meraih gelar sarjana.