Inovasi Non Profit - Microsite at KATADATA | Katadata

advertisement
Inovasi Non Profit
ANGGUN PESONA INTAN CIC Researcher/Staf Profesional PPM Manajemen
[email protected]
Sebagian di antara kita mungkin masih mengenal nama ini dengan baik:
Gamal Albinsaid. Ia seorang dokter di Malang yang menerima
penghargaan utama untuk kategori Sustainable Living Young
Entrepreneurs dari Kerajaan Inggris. Penghargaan ini diserahkan
langsung oleh Pangeran Charles dalam sebuah jamuan di Istana
Buckingham pada akhir Januari yang lalu.
Berita tersebut sontak membuat geger masyarakat Indonesia. Khalayak bertanya-tanya:
Siapakah gerangan dokter muda yang telah mengharumkan nama bangsa ini? Apa yang
telah dilakukannya?
Pelayanan kesehatan gratis dengan asuransi sampah. Itulah gerakan yang dibangun oleh
dokter yang baru berusia 24 tahun ini. Melalui organisasi Indonesia Medika yang
didirikannya di Malang, masyarakat bisa mendapatkan pengobatan primer gratis dengan
hanya membawa sampah yang bisa didaur ulang.
Sampah-sampah tersebut dihargai sebesar Rp 10.000 dan ditukar dengan pelayanan
kesehatan gratis yang diberikan oleh tim dokter. Menariknya, masyarakat tidak boleh
mengganti sampah tersebut dengan uang Rp 10.000 jika ingin berobat. Aturan ini dibuat
karena salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh dr.Gamal adalah edukasi dan perubahan
perilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.
Tidak heran jika gerakan ini mendapatkan apresiasi dari publik, bahkan Pangeran Charles
menyebut gerakan ini sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah kesehatan dan
lingkungan secara simultan.
Selain dr. Gamal, Indonesia masih punya segudang gerakan yang digagas generasi
mudanya sebagai upaya untuk ikut berkontribusi dalam mengentaskan masalah-masalah
sosial, pendidikan, dan ekonomi. Beberapa di antaranya tergolong sebagai social
movement, seperti Save Street Child yang fokus pada pendidikan untuk anak jalanan dan
http://microsite.katadata.co.id/ppm-manajemen
gerakannya sudah menjangkau Sumatera dan Yayasan Sahabat Anak yang mengajar para
anak jalanan sejak 1998.
Selain social movement, kontribusi terhadap bangsa juga diwujudkan oleh generasi muda
melalui social entrepreneurship. Sebut saja Aldi Haryopratamo dengan PT. RUMA dan
Nadya Saib dengan Wangsa Jelita yang memberdayakan komunitas petani mawar di
Lembang.
Dari sekian banyak model social movement dan social entrepreneurship yang ada saat
ini, ada kesamaan yang dimiliki mereka. Pertama, mereka digerakkan oleh tujuan mulia
yang serupa, yaitu membantu menyelesaikan masalah yang hadir di lingkungan mereka.
Kedua, dengan segala keterbatasan, mereka dipaksa untuk senantiasa kreatif dan inovatif
dalam menghadapi masalah yang ada, baik dalam penggalangan dana, konsep gerakan,
model bisnis, penjalinan engagement dengan masyarakatnya, maupun dalam hal program
pelatihan dan edukasi. Oleh karena itu, tampaklah jelas bahwa inovasi merupakan salah
satu kunci sukses.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam Oslo
Manual 3rd (2005), inovasi adalah “the implementation of a new or significantly
improved product (good or service), or process, a new marketing method, or a new
organisational method in business practices, workplace organisation or external
relations”.
Definisi lain menurut traditional Schumpeterian—yang menjadi salah satu akar dari studi
mengenai inovasi—menekankan pada produk baru, metode baru dalam produksi, sumber
suplai baru, eksploitasi pasar-pasar baru, dan cara-cara baru dalam memperoleh profit.
Jika diperhatikan secara seksama, kedua definisi inovasi tersebut memandang inovasi dari
sudut pandang lingkungan organisasi bisnis. Intinya, bagaimana sebuah entitas bisnis
dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk berinovasi demi meraih
tujuan organisasinya, yaitu profit.
Lantas, dalam konteks organisasi social, apakah definisi inovasi tersebut tetap relevan?
http://microsite.katadata.co.id/ppm-manajemen
Yanuar Nugroho, seorang peneliti inovasi dari Indonesia, mengemukakan bahwa inovasi
pada organisasi sosial kemasyarakatan tidak semata menekankan pada tujuan
memperoleh keuntungan. Namun lebih daripada itu, bagaimana ide mereka dapat
didistribusikan dan diadopsi dalam rangka meraih tujuan kemasyarakatan yang lebih luas.
Jadi, yang membedakan antara inovasi dalam konteks bisnis dan sosial adalah tujuan
akhir yang ingin dicapai. Sedangkan, jika dilihat dari kacamata praktik, maka definisi
inovasi tadi masih relevan dalam konteks organisasi sosial.
Kita bisa melihatnya berbagai produk maupun aktivitas yang dihasilkan organisasi sosial
kemasyarakatan yang ada, mulai dari program pemberdayaan masyarakat, metode
pendekatan dan pendampingan komunitas, manajemen organisasi, prosedur advokasi,
metode fundraising, produk yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, dan lain
sebagainya. Semua hal tersebut merupakan manifestasi dari inovasi.
Dengan demikian, sudah saatnya inovasi diletakkan pada konteks yang lebih luas, bukan
hanya sekadar cara dan metode baru untuk memperoleh keuntungan sebuah
bisnis/perusahaan.Tapi juga untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang
lebih baik, seperti masyarakat yang sadar bahwa membuang sampah sembarangan
merupakan sumber masalah kesehatan, masyarakat yang mengerti bahwa bunga mawar
dapat bernilai jual tinggi jika dirawat dengan teknik yang benar dan dikelola dengan baik,
dan masyarakat yang yakin bahwa semua anak Indonesia, tak terkecuali anak jalanan,
berhak mengenyam pendidikan dasar yang layak.
Memang, kebanyakan praktik inovasi yang diterapkan oleh organisasi sosial bukanlah
inovasi yang memerlukan biaya miliaran rupiah dan teknologi super canggih, tetapi
mungkin hanyalah inovasi sederhana, berskala kecil, bahkan mungkin tanpa biaya sama
sekali.
Meskipun demikian, hal tersebut tidak membatasi dampak positif terhadap masyarakat.
Oleh karena itu, sudah semestinya inovasi dibudayakan di bangsa ini. Bukan besok, tapi
mulai dari sekarang. Bukan hanya pada satu lapisan masyarakat tertentu saja, tapi semua
lapisan.
http://microsite.katadata.co.id/ppm-manajemen
Meskipun saat ini tersebar di banyak titik secara sporadis, inovasi yang diterapkan oleh
gerakan-gerakan non profit tersebut suatu saat dapat menjadi jaring laba-laba raksasa.
Tentunya akan menjadi salah satu basis daya saing bangsa jika praktik inovasi mereka
saling bertemu dan berkolaborasi satu sama lain.
http://microsite.katadata.co.id/ppm-manajemen
Download