peningkatan minat peserta didik dalam

advertisement
PENINGKATAN MINAT PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN
KELAS IV SEKOLAH DASAR
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh
HALENA MAGDALENA TANU
NIM F34211525
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
PENINGKATAN MINAT PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN
KELAS IV SEKOLAH DASAR
Halena Magdalena Tanu, Sri Utami, Kartono
Program Studi PGSD FKIP Untan
Emai: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
minat peserta didik dalam pembelajaran
Matematika dengan
menggunakan teknik permainan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Nomor 74 Penyalimau Sanggau. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif, dengan bentuk penelitian survey
kelembagaan. Sampel penelitian ini adalah 10 orang siswa. Hasil
penelitian ini adalah bahwa bahwa terjadi peningkatan minat peserta
didik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik
permainan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74 Penyalimau
Kabupaten Sanggau.
Kata kunci: minat, teknik permainan, Matematika.
Abstrak: This research’s aim is to determine the increasing of
students’ interest in Math by using the playing method in Class IV
Sekolah Dasar Negeri Nomor 74 Penyalimau Sanggau. The research
method is descriptive in the form of institutional survey. Total sample
are 10 students. The result of this research showed that there is an
increasing in students’ interest by using playing method in the
learning of Maths in Class IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74
Penyalimau Sanggau.
Key words: interest, playing method, Maths.
P
ada dasarnya setiap peserta didik memiliki minat yang tinggi terhadap setiap
mata pelajaran karena semua mata pelajaran adalah ilmu yang harus dikuasai
dalam proses pendidikan di sekolah. Peserta didik yang berminat terhadap
pelajaran biasanya cenderung memperhatikan dan memahami secara mendalam
lebih-lebih terhadap mata pelajaran matematika yang menuntut banyak
konsentrasi untuk mengerti dan memahaminya. Hal ini berarti berhasil tidaknya
dalam pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
pembelajaran yang dialami oleh peserta didik itu sendiri. Belajar merupakan
proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subyek belajar. Agar berhasil
dalam belajar perlu adanya minat, oleh sebab itu minat sangat penting dalam
keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, karena minat membawa seseorang
senang terhadap pelajaran dan meningkatkan semangat belajar. Peserta didik yang
kurang berminat akan membawa kegagalan dalam proses pembelajaran.
Minat peserta didik dalam belajar di sekolah maupun di rumah merupakan
tanda bahwa peserta didik berminat terhadap pelajaran itu. Peranan murid dalam
pengajaran matematika merupakan suatu yang sangat penting dan perlu
diperhatikan, karena minat salah satu faktor yang berpengaruh dalam mencapai
tujuan pendidikan. Di samping itu keberhasilan belajar akan mudah di capai.
Seorang peserta didik akan lebih baik belajarnya, jika lebih banyak menggunakan
otaknya, dan pemahaman pun ikut serta dalam belajar tersebut, terutama dalam
pelajaran matematika harus disertai minat dan latihan yang cukup agar diperoleh
hasil yang optimal. Oleh karena itu peserta didik harus lebih berkonsentrasi, dan
berlatih untuk lebih memahami matematika di dalam belajar, sehingga pelajaran
yang disampaikan guru tersebut benar-benar dapat di terima dengan baik oleh
peserta didik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan minat peserta didik adalah
penggunaan teknik pembelajaran yang bervariasi. Teknik tersebut di antaranya
adalah teknik permainan. Melalui teknik permainan ini, peserta didik dapat belajar
melalui berbuat (learning by doing), panca indera mereka terfungsikan dengan
baik, kemampuan bahasa mereka akan berkembang, dan organ motorik mereka
dapat bergerak dengan baik. Hal ini tentu saja menjadi nilai tambah bagi
penggunaan teknik ini dalam pembelajaran, dan menjadi alasan bagi peneliti
untuk memilihnya sebagai salah satu cara untuk meningkatkan minat peserta didik
dalam pembelajaran.
Perlunya peningkatan minat tersebut dirasakan perlu mengingat dalam
proses pembelajaran Matematika di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74
Penyalimau Kabupaten Sanggau terlihat bahwa minat peserta didik masih sangat
rendah. Hal ini terlihat dari kurang tertariknya peserta didik dengan materi yang
disajikan oleh guru, perhatian mereka yang kurang pada materi mengurutkan
bilangan, serta minimnya keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.
Menurut Depdikbud (1990: 58), minat berarti kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang, sebab
dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Hilgard (Slameto, 2009: 57)
yang menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap pada diri
seseorang untuk memberikan perhatian serta menikmati kegiatan yang ada di
dalamnya. Sardiman A.M. (2009: 6) berpendapat bahwa minat diartikan sebagai
suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli
seperti yang dikutip di atas, dapat diketahui bahwa minat adalah kecenderungan
seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai
dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.
Menurut Safari sebagaimana dikutip dari eprints.uny.ac.id/9511/3/bab 2
ada beberapa indikator minat belajar yaitu perasaan senang, ketertarikan peserta
didik, perhatian, dan keterlibatan.
Dalam teknik permainan, tidak hanya inti pelajaran saja yang
dikembangkan, aspek kesantunan, kompetisi, kecepatan, dan keterampilan dapat
diraih sekaligus. Pembelajaran melalui bermain akan membantu anak mengurangi
stres, dan mengembangkan rasa humornya. Menurut Hans Daeng (dalam Andang
Ismail, 2009: 17) permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan
permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak.
Menurut As’adi Muhammad (2009: 26) melalui permainan terjadi usaha olah diri
(olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan motivasi dan prestasi dalam melaksanakan tugas. Beberapa hal
yang menjadi dasar bagi penggunaan teknik permainan adalah: anak belajar
melalui berbuat/learning by doing, anak belajar melalui panca indera, bahasa, dan
bergerak.
Fungsi bermain bagi peserta didik adalah inti dari belajar. Melalui bermain
peserta didik mengembangkan dan berlatih keterampilan, belajar memahami
bagaimana kerja segala hal yang ada di dunia ini, membanguan pemahaman dan
pengetahuan. Dengan bermain, anak berinteraksi sesuai caranya sendiri seperti
penjelajahan, melakukan pilihan dan berbuat salah, mengalami sebab akibat dan
have fun.
Langkah-langkah penerapan teknik permainan menurut Desak
Wirayanti (dalam Maha Lastasa HB, 2010: 21) sebagai berikut: (1) Merumuskan
tujuan instruksional; (2) Memilih topik/sub topik yang akan dipakai sebagai
permainan; (3) Merinci kegiatan belajar-mengajar; dan (4) Menyiapkan alat-alat
atau sarana yang akan dipakai dalam pembelajaran.
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenien
yang artinya mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata
Sangsekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensia (Sri Subariah, 2006:1). Menurut Russeffendi (1993), matematika
adalah terjemahan dari Mathematics. Namun arti atau definisi yang tepat tidak
dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat karena cabang-cabang
matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama
lainnya.. Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut. (1) Bilangan; (2) Geometri dan pengukuran; (3)
Pengolahan data.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan bentuk penelitian survey kelembagaan. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas dan bersifat kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor
74 Penyalimau Kabupaten Sanggau dengan jumlah sampel 10 orang peserta didik.
Langkah-langkah tindakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Guru memberikan instruksi cara melakukan permainan yang sudah
dipersiapkan.
2. Peserta didik diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kecil dan
disesuaikan dengan kondisi kelas.
3. Peserta didik memulai permainan berdasarkan tugas yang diberikan
pada setiap kelompok.
4. Peserta didik mempresentasikan hasil tugas yang diberikan berdasarkan
permainan yang sudah dilakukan.
5. Peserta didik membahas hasil presentasi dari setiap kelompok dengan
memberikan tanggapan atau memberikan komentar.
6. Peserta didik diberikan kesempatan bertanya mengenai permainan yang
sudah dilakukan
7. Peserta didik menyimpulkan hasil permainan yang dilakukan secara
keseluruhan.
Prosedur pelaksanaan tindakan meliputi langkah-langkah berikut ini:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, diadakan pertemuan dengan guru teman
sejawat untuk merencanakan tindakan sebagai berikut:
a. Menetapkan pokok bahasan
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
c. Menyiapkan materi pembelajaran
d. Menyiapkan media pembelajaran
e. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan multimedia
yang akan dilaksanakan.
f. Membuat alat observasi dan alat evaluasi.
2. Pelaksanaan
Penelitian atau pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada semester
ganjil tahun ajaran 2014/2015. Waktu yang dipergunakan untuk
melaksanakan tindakan siklus I ini adalah 2 jam pelajaran yakni selama 70
menit. Urutan pelaksanaannya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah dirancang.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil observasi maka
dapat dilihat berhasil atau tidaknya penggunaan teknik permainan pada
pembelajaran Matematika di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74
Penyalimau Kabupaten Sanggau.
4. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, peneliti
bersama teman sejawat melakukan refleksi untuk melihat kelebihan dan
kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Setelah itu, peneliti bersama
teman sejawat merencanakan kembali tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kekurangan yang ada. Perbaikan tersebut akan dilakukan pada
siklus berikutnya. Namun apabila hasil tindakan sudah mencapai tujuan
yang diinginkan, maka tindakan dapat dihentikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74 Penyalimau Sanggau pada mata
pelajaran Matematika. Penelitian ini dilakukan berdasarkan dari permasalahan
yang muncul di kelas tersebut. Permasalahan umumnya adalah rendahnya minat
peserta didik dalam pembelajaran.
Penelitian ini merupakan suatu kolaborasi antara peneliti dengan guru
teman sejawat dalam penggunaan media nyata. Penelitian dilaksanakan sebanyak
2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan dengan materi
menyesuaikan pada kondisi pembelajaran.
Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data
tentang penggunaan teknik permainan dalam pembelajaran Matematika yang
terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta minat
peserta didik. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan
perhitungan persentase.
Pada siklus I standar kompetensi yang akan dibelajarkan adalah
“Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitungan bilangan dalam
pemecahan masalah”, dengan kompetensi dasarnya adalah “Mengurutkan
bilangan”. Melalui tindakan pada siklus pertama ini diharapkan siswa dapat
mengurutkan bilangan dengan pola teratur dan tidak teratur. Untuk itu materi
esensial yang menjadi inti pembelajaran ini adalah mengurutkan bilangan. Untuk
mencapai tujuan tersebut dipergunakan teknik permainan, dan untuk mengukur
sejauh mana keberhasilan dalam pembelajaran tersebut direncanakan akan
dilaksanakan evaluasi berupa tugas individu dalam bentuk tes uraian objektif.
Berdasarkan hasil observasi dalam siklus I diperoleh data mengenai
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan minat peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik
permainan. Hasil observasi terhadap perencanaan pembelajaran menghasilkan
data bahwa secara umum termasuk dalam kategori cukup baik, yakni mencapai
skor rata-rata sebesar 2,70. Skor yang diperoleh dari masing-masing aspek
diuraikan sebagai berikut: (a) Perumusan indikator pembelajaran secara umum
memperoleh skor rata-rata sebesar 2,75 dan termasuk dalam kategori baik; (b)
Penentuan dan pengorganisasian materi pembelajaran secara umum memperoleh
nilai rata-rata sebesar 2,75 dan termasuk dalam kategori baik; (c) Penentuan alat
bantu dan media pembelajaran rata-rata memperoleh nilai sebesar 2,5 dan
termasuk dalam kategori baik; (d) Penentuan sumber belajar mendapatkan skor
rata-rata sebesar 3,0 dan termasuk dalam kategori baik; (e) Penentuan kegiatan
pembelajaran secara umum memperoleh skor rata-rata sebesar 2,57 dan termasuk
dalam kategori baik; (f) Penentuan strategi pembelajaran rata-rata memperoleh
skor 2,5 dengan kategori baik.; (g) Penetapan alokasi waktu pembelajaran ratarata memperoleh skor dengan kategori baik yakni 3,0; (h) Penentuan alat evaluasi
pembelajaran mendapatkan skor rata-rata sebesar 2,75 dan termasuk dalam
kategori baik; dan (i) Penggunaan bahasa tulis secara umum memperoleh skor
2,75 dalam kategori baik.
Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menghasilkan data
bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
siklus I ini termasuk dalam kategori cukup baik, yakni mencapai skor rata-rata
sebesar 2,27. Skor yang diperoleh dari masing-masing aspek dapat diuraikan
sebagai berikut: (a) Kegiatan awal pembelajaran secara umum memperoleh skor
rata-rata sebesar 2,5 dan termasuk dalam kategori baik; (b) Kemampuan guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran secara umum memperoleh nilai ratarata sebesar 2,75 dan termasuk dalam kategori baik; (c) Kemampuan memberikan
motivasi pada siswa rata-rata memperoleh nilai sebesar 2,25 dan termasuk dalam
kategori cukup baik; (d) Kemampuan guru menggunakan alat bantu atau media
mendapatkan skor rata-rata sebesar 2,75 dan termasuk dalam kategori baik; (e)
Kemampuan guru menggunakan metode pembelajaran secara umum memperoleh
skor rata-rata sebesar 2,57 dan termasuk dalam kategori baik; (f) Kemampuan
guru dalam mengelola kelas rata-rata memperoleh skor 2,5 dengan kategori baik;
dan (g) Kegiatan akhir rata-rata memperoleh skor 1,75 dengan kategori kurang
baik.
Minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus I ini
sebagai berikut: (1) Aspek kesukaan hanya mendapatkan persentase sebesar 55%,
sehingga hanya masuk dalam kriteria sedang; (2) Aspek ketertarikan memperoleh
persentase sebesar 60% dan termasuk dalam kriteria sedang; (3) Aspek perhatian
mendapatkan persentase yang lumayan baik, yakni 65% sehingga dapat kriteria
tinggi; dan (4) Aspek keterlibatan memperoleh persentase sebesar 55% dan
termasuk dalam kriteria sedang.
Dari data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan siklus I terlihat bahwa
dalam perencanaan pembelajaran meskipun secara umum sudah baik, namun pada
perumusan tujuan pembelajaran, masih terdapat kekurangan pada indikator yang
kurang mengacu pada kompetensi dasar, penentuan materi pembelajaran yang
kurang sesuai dengan alokasi waktu, media yang dipergunakan juga masih belum
sesuai dengan karakteristik siswa dan kurang tepat guna. Pada bagian penentuan
kegiatan pembelajaran, kurang tergambar bagaimana cara peserta didik dalam
mempresentasikan hasil tugas dan membahasnya, serta menyimpulkan hasil
permainan. Strategi yang dipilih juga kurang sesuai dengan materi dan
karakteristik siswa. Bahasa yang dipergunakan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran juga dirasakan kurang komunikatif dan kurang rapih.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I ini di antaranya adalah penyiapan kelas dan
penyampaian tujuan pembelajaran yang kurang optimal, materi yang disampaikan
kurang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga dirasakan kurang
memancing siswa untuk bertanya maupun merespon pertanyaan siswa serta belum
banyak memberikan penguatan pada siswa. Alat bantu yang dipergunakan
dirasakan masih kurang sesuai dengan teknik pembelajaran yang dipilih.
Sementara itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik pembelajaran masih
belum terlalu optimal, khususnya dalam hal memberikan kesempatan atau
mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil tugas, membahas, dan
menyimpulkannya. Dalam hal pengelolaan kelas, guru terlihat masih kurang
dalam memberikan penghargaan kepada siswa dan interaksi yang terjadi terlihat
kurang aktif. Pada bagian akhir pembelajaran guru juga tidak menyampaikan
topik yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Minat siswa dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik
permainan pada siklus I ini secara rata-rata juga masih belum terlalu
menggembirakan. Sebagian besar indikator dari setiap aspek dalam minat ini
masih belum menunjukkan angka yang menggembirakan, misalnya gairah sserta
respon siswa saat mengikuti pelajaran, perhatian siswa yang juga masih relatif
rendah. Di samping itu, keterlibatan siswa saat mengikuti pelajaran serta kemauan
mereka untuk mengerjakan tugas juga masih dapat dikatakan belum
menggembirakan. Hal yang sama juga dapat dilihat dari kesadaran siswa
mengenai pentingnya belajar di rumah dan kesadaran untuk bertanya yang juga
terlihat masih rendah.
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II disusun dengan
mengacu pada materi pokok yakni mengenai struktur dan fungsi bagian
tumbuhan. Pembelajaran direncanakan akan berlangsung selama 2 x 35 menit.
Adapun standar kompetensi yang akan dibelajarkan adalah “Memahami dan
menggunakan sifat-sifat operasi hitungan bilangan dalam pemecahan masalah”,
dengan kompetensi dasarnya adalah “Membandingkan dan mengurutkan
bilangan”. Melalui tindakan pada siklus kedua ini diharapkan siswa dapat
membandingkan dan mengurutkan bilangan. Untuk itu materi esensial yang
menjadi inti pembelajaran ini adalah mengurutkan bilangan. Untuk mencapai
tujuan tersebut dipergunakan metode inquiry, dan untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan dalam pembelajaran tersebut direncanakan akan dilaksanakan
evaluasi berupa tugas individu dalam bentuk tes uraian objektif.
Berdasarkan hasil observasi dalam siklus II diperoleh data mengenai
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan minat peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik
permainan. Hasil observasi terhadap perencanaan pembelajaran menghasilkan
data bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru dalam pelaksanaan
tindakan siklus II ini termasuk dalam kategori baik, yakni mencapai skor rata-rata
sebesar 3,29. Skor yang diperoleh dari masing-masing aspek dapat diuraikan
sebagai berikut: (a) Perumusan indikator pembelajaran secara umum memperoleh
skor rata-rata sebesar 3,5 dan termasuk dalam kategori sangat baik; (b) Penentuan
dan pengorganisasian materi pembelajaran secara umum memperoleh nilai ratarata sebesar 3,0 dan termasuk dalam kategori baik; (c) Penentuan alat bantu dan
media pembelajaran rata-rata memperoleh nilai sebesar 3,25 dan termasuk dalam
kategori baik; (d) Penentuan sumber belajar mendapatkan skor rata-rata sebesar
3,25 dan termasuk dalam kategori sangat baik; (e) Penentuan kegiatan
pembelajaran secara umum memperoleh skor rata-rata sebesar 3,42 dan termasuk
dalam kategori baik; (f) Penentuan strategi pembelajaran rata-rata memperoleh
skor 3,00 dengan kategori baik; (g) Penetapan alokasi waktu pembelajaran ratarata memperoleh skor dengan kategori sangat baik dengan skor 4,0; (h) Penentuan
alat evaluasi pembelajaran mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,0 dan termasuk
dalam kategori baik; dan (i) Penggunaan bahasa tulis secara umum memperoleh
skor 3,25 dalam kategori baik.
Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menghasilkan data
bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
siklus II ini termasuk dalam kategori baik sekali, yakni mencapai skor rata-rata
sebesar 3,32. Skor yang diperoleh dari masing-masing aspek dapat diuraikan
sebagai berikut: (a) Kegiatan awal pembelajaran secara umum memperoleh skor
rata-rata sebesar 3,5 dan termasuk dalam kategori baik sekali; (b) Kemampuan
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran secara umum memperoleh nilai
rata-rata sebesar 3,25 dan termasuk dalam kategori baik; (c) Kemampuan
memberikan motivasi pada siswa rata-rata memperoleh nilai sebesar 3,0 dan
termasuk dalam kategori baik; (d) Kemampuan guru menggunakan alat bantu atau
media mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,25 dan termasuk dalam kategori baik;
(e) Kemampuan guru menggunakan metode pembelajaran secara umum
memperoleh skor rata-rata sebesar 3,57 dan termasuk dalam kategori sangat baik;
(f) Kemampuan guru dalam mengelola kelas rata-rata memperoleh skor 3,0
dengan kategori baik; dan (g) Kegiatan akhir rata-rata memperoleh skor 3,25
dengan kategori baik.
Minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II
ini sebagai berikut: (1) Aspek kesukaan mendapatkan persentase sebesar 95%,
sehingga masuk dalam kriteria sangat tinggi; (2) Aspek ketertarikan memperoleh
persentase sebesar 85% dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi; (3) Aspek
perhatian mendapatkan persentase yang baik, yakni 90% sehingga dapat kriteria
sangat tinggi; dan (4) Aspek keterlibatan memperoleh persentase sebesar 85% dan
termasuk dalam kriteria sangat tinggi.
Pembahasan
Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru pada siklus I
menunjukkan hasil yang cukup baik. Secara keseluruhan pada tahap ini skor ratarata yang dicapai sebesar 2,70. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II, skor ratarata tersebut meningkat menjadi 3,29. Dengan demikian terjadi peningkatan
sebesar 0,59 antara pelaksanaan siklus II dengan siklus I. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dari grafik berikut ini.
Perencanaan Pembelajaran
S1
S2
4
3,5
2,75
I
3
2,75
II
3,25
3,25
3
2,5
III
IV
3,42
3
2,57
2,5
V
VI
3
VII
3
2,75
VIII
3,25
2,5
IX
3,29
2,7
Rata2
Grafik 1. Perencanaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I
menunjukkan hasil yang belum terlalu memuaskan. Secara keseluruhan pada
tahap ini skor rata-rata yang dicapai hanya sebesar 2,27. Namun demikian, setelah
dilaksanakan siklus II, skor rata-rata tersebut meningkat menjadi 3,32. Dengan
demikian terjadi peningkatan sebesar 1,05 antara pelaksanaan siklus II dengan
siklus I. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini.
Pelaksanaan Pembelajaran
S1
S2
3,5
3,32
3,25
3,21
2,56
2,5
2,27
1,75
A
B
C
Rata2
Grafik 2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus II
Minat peserta didik dalam aspek kesukaan pada siklus I hanya mencapai
55%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 95%, sehingga terdapat
peningkatan sebesar 40%. Sementara itu, aspek ketertarikan pada siklsu I
memperoleh 60% dan pada siklus II mendapatkan 85%. Dengan demikian
terdapat kenaikan sebesar 25%.
Aspek perhatian mendapatkan persentase sebesar 65% pada siklus I dan
meningkat menjadi 90% pada siklus II sehingga terjadi kenaikan sebesar 25%.
Aspek terakhir yakni aspek keterlibatan pada siklus I hanya mendapatkan 55%,
pada siklus II meningkat menjadi 85% sehingga terdapat kenaikan sebesar 30%.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini.
Minat Siswa
S1
95
90
85
A
58,75
55
B
C
88,75
85
65
60
55
S2
D
Rata-rata
Grafik 3. Minat Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, hasil diskusi dengan
guru kolaborator, peneliti dapat menarik suatu simpulan umum bahwa terjadi
peningkatan minat peserta didik dalam pembelajaran Matematika dengan
menggunakan teknik permainan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74
Penyalimau Kabupaten Sanggau. Sementara itu, kesimpulan khusus penelitian ini
adalah: (1) Terdapat peningkatan kesukaan peserta didik dalam pembelajaran
Matematika dengan menggunakan teknik permainan di Kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Nomor 74 Penyalimau Kabupaten Sanggau sebesar 40%, dari 55% pada
siklus I menjadi 95% pada siklus II; (2) Terdapat peningkatan ketertarikan peserta
didik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik permainan di
Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74 Penyalimau Kabupaten Sanggau
sebesar 25%, dari 60% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II; (3) Terdapat
peningkatan perhatian peserta didik dalam pembelajaran Matematika dengan
menggunakan teknik permainan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nomor 74
Penyalimau Kabupaten Sanggau sebesar 25%, dari 65% pada siklus I menjadi
90% pada siklus II; dan (4) Terdapat peningkatan keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran Matematika dengan menggunakan teknik permainan di Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Nomor 74 Penyalimau Kabupaten Sanggau sebesar 30%,
dari 55% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan hal berikut ini: (1)
Sebaiknya teknik permainan dapat menjadi salah satu teknik yang perlu
dipertimbangkan dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar; (2) Untuk
lebih mendukung pelaksanaan teknik permainan dalam pembelajaran Matematika,
sebaiknya guru mengenal berbagai macam permainan yang dapat dimanfaatkan
untuk pembelajaran; dan (3) Pemahaman guru terhadap teknik permainan secara
utuh mutlak diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
DAFTAR RUJUKAN
Andang Ismail (2009). Education Games: Panduan Praktis Permainan yang
Menjadikan Anak Anda Cerdas, Kreatif, dan Shaleh. Bandung: UPI.
As’adi Muhammad. (2009). Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda. Yogyakarta:
Power Books.
Depdikbud (1990) Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah.
... Jakarta: Depdiknas
Maha Lastasa HB. (2010). Skripsi (tidak diterbitkan). Pontianak: FKIP Untan.
Ruseffendi (1993). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.
Sardiman A.M. (2009). Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Slameto. (2009). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
RajaGrafindo.
Sri Subariah. (2006).Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud.
Online:
eprints.uny.ac.id/9511/3/ bab 2
Download