apartemen jakarta hijau green jakarta apartment - E

advertisement
PENGERTIAN
Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan
lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal
yang paling utama adalah sebuah respon positif dari efek iklim tropis itu sendiri.
Tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari segi material, sirkulasi udara,
dan penchayaan alami. Karena lingkungan yang tropis memilikin iklim dengan panas
yang menyengat, pergerakan udara, dan curah hujan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu
dalam konsep arsitektur tropis ini juga ada upaya yang harus dicegah dari timbulnya
efek iklim tropis. Seperti faktor kelembaban, perubahan suhu, kesehatah udara.
Pada bangunan arsitektur tropis juga didukung dengan materialnya yang banyak
dengan material loka dan alami. seperti kayu, bambu, dll. Bukaan untuk bangunan
arsitektur tropis harus memperhatikan arah pencahayaan matahari pagi dan sore. Agar
tercipta suhu dalam bangunan yang cukup nyaman dan sehat. Juga sirkulasi udara yang
dirasa akan cukup sebagai udara yang sehat.
APARTEMEN JAKARTA HIJAU
GREEN JAKARTA APARTMENT
KONSEP RANCANGAN
Desain apartemen ini adalah hasil rancangan saya untuk tugas studio di kampus.
Lokasi berada di dekat Cilandak Town Square, Jakarta. Bentuk site pun unik, karena
berbentuk seperti kantung. Dengan entrance yang tidak terlalu besar dan luas pada area
belakang. Karena Entrance yang tidak terlalu lebar, saya membaginya menjadi 3 zona.
Yaitu: zona pedestrian yang saya tujukan untuk para tamu yang menggunakan
kendaraan umum lalu masuk menuju ke dalam dengan berjalan kaki, zona kedua dan
ketiga adalah keluar dan masuk kendaraan bagi yang menggunakan kendaraan pribadi
atau taksi yang bisa mengantarkan samapi ke area drop off.
Jalan pedestrian yang cukup panjang hingga menuju bangunan utama di
belakang, sehingga saya memfasilitasi dengan jalur pedestrian yang nyaman, terlindung
dari sengatan matahari serta air hujan, dengan peletakkan kanopi sepanjang jalur
pedestrian.
Konsep desain utama yang coba saya tawarkan dari desain apartemen ini adalah
menciptakan bangunan apartemen yang low cost consumption (hemat konsumsi energi)
dan bisa ikut berperan aktif menjaga iklim mikro dari area ini dengan menambah jumlah
vegetasi (penghijauan) pada bangunan ini.
Dimana Jakarta sebagai kota metropolitan yang sudah mulai tidak terkontrol
semakin hari semakin berkurang area hijau yang dimiliki. Sehingga upaya yang saya
lakukan adalah mencoba mengganti vegetasi yang hilang pada tanah kita yang bersifat
horizontal dengan menghadirkannya secara vertikal mengikuti ketinggian bangunan.
Upaya untuk menghemat konsumsi energi pada bangunan ini antara lain,
penggunaan sun-shading pada sekitar jendela, pemaksimalan pemanfaatan cahaya alami
pada ruang dalam bangunan, serta mengarahkan secara tepat orientasi masa bangunan
sehingga radiasi panas matahari tidak terlalu besar masuk ke dalam, yang akan
menyebabkan meningkatkan beban tenaga AC untuk pengkondisian udara dalam
menciptakan kenyamanan thermal.
gambar tampak depan dan potongan green jakarta apartemen
Desain apartemen ini adalah hasil rancangan saya untuk tugas studio di kampus. Lokasi
berada di dekat Cilandak Town Square, Jakarta. Bentuk site pun unik, karena berbentuk
seperti kantung. Dengan entrance yang tidak terlalu besar dan luas pada area belakang.
gambar site plan green jakarta apartemen
Karena Entrance yang tidak terlalu lebar, site dibaginya menjadi 3 zona. Yaitu: zona
pedestrian yang saya tujukan untuk para tamu yang menggunakan kendaraan umum lalu
masuk menuju ke dalam dengan berjalan kaki, zona kedua dan ketiga adalah keluar dan
masuk kendaraan bagi yang menggunakan kendaraan pribadi atau taksi yang bisa
mengantarkan samapi ke area drop off. Jalan pedestrian yang cukup panjang hingga
menuju bangunan utama di belakang, sehingga saya memfasilitasi dengan jalur
pedestrian yang nyaman, terlindung dari sengatan matahari serta air hujan, dengan
peletakkan kanopi sepanjang jalur pedestrian.
Lahan apartemen ini tidak terlalu besar untuk sebuah apartemen yang mencapai 44 unit,
sehingga untuk mengakomodasi kebutuhan parkir, bagian basement dibagi menjadi dua
zona. Zona pertama yaitu untuk tamu yaitu pada ground floor. Sehingga lantai 1
berfungsi sebagai area parkir tamu serta sebagai area publik yang bisa diakses oleh
umum. Lalu untuk penghuni apartemen dibuatkan 4 lantai basement untuk menampung
kebutuhan area parkir dari para penghuni.
gambar basement lantai 1-2 dan lantai 3-4 green jakarta apartemen
Lantai 2 berfungsi sebagai lobby dan peletakkan beberapa fasilitas bagi para penghuni,
yaitu cafe, mini market, ruang karyawan, serta ruang pengelola. Lalu lantai 3 hingga 13
berfungsi sebagai unit apartemen yang terdiri dari beberapa unit Studio, One bedroom,
dan Two bedroom. Sedangkan pada lantai 14 berfungsi sebagai Penthouse. Tiap unit
memiliki balkon sebagai pengganti teras. Dimana menurut saya sudah menjadi
kebiasaan orang Indonesia butuh teras pada tempat tinggalnya. Sementara pada
beberapa lantai ada area-area yang saya dedikasikan untuk area hijau dan bisa ditanam
vegetasi besar,yaitu pada lantai 2, lantai 7, dan penthouse.
Gambar denah lantai 2
Gambardenah lantai 4,5,6 dan 9,10,11
Gambar denah lantai pent-house
gambar denah lantai 3 dan 13
gambar denah lantai 7
Gambar tampak samping kanan green jakarta apartemen
KONSEP “TELUR” PADA KONSEP “AUDITORIUM INAMORI”
KONSEP RANCANGAN
Kegalauan dan kegelisahan segera mendera semangat dan mengusik batin Tadao
Ando ketika Inamori (Rektor Universitas Kagashima Jepang) memberikan kepercayaan
untuk merancang Auditorium dan Hall perkuliahan di perguruan tinggi terkemuka di
Jepang tersebut. Barangkali Ando tidak perlu begitu cemas dan tertekan moralnya, jika
ia hanya dihadapkan pada tuntutan fungsi dan bentuk semata, karena jauh lebih penting
dari semuanya itu, ia ingin menjawab tantangan ini dengan pemaknaan melalui
pemahamannya terhadap “sesuatu” yang bersifat metafisik-transendental tentang
fenomena alam.
Kegelisahan nampak berkepanjangan, karena dalam kurun waktu yang cukup
lama ia sama sekali belum mempunyai ide/gagasan awal yang akan memberikannya
inspirasi tentang bagaimana auditorium tersebut dapat dihadirkan secara fisik, sarat
dengan makna. Hingga pada suatu pagi, ketika ia bersama Inamori sedang memancing
sambil bercengkrama bermain tebak-tebakan, Inamori bertanya:
“Apa yang menjadikan (sebuah) telur itu?, dan dengan sigapnya Ando segera
menjawabnya : “Mari saya tunjukkan, saya (telah) memilikinya”. Sambil tertawa
kegirangan Ando mencoba meyakinkan Inamori bahwa ia baik-baik saja. Sejak saat itu
Ando berhasil “menangkap” ide/gagasan “telur” untuk rancangan auditoriumnya yang
baru dapat ia selesaikan pada November 1994. Dari kisah pertemuan ide/gagasan
”telur” untuk rancangan auditorium itu sebenanya yang nampak secara eksplisit di
dalam benak kita barangkali adalah kaitan bentuk telur dengan tuntutan bentukan fisik
auditorium, khususnya tuntutan teknis interiornya. Namun Ando “menangkap”nya lebih
dari sekedar bentuk fisik telur. Ia menangkap “sisi lain” dari keberadaan telur yang
secara metafisik-transedental merupakan fenomena alam. Betapa luas cakrawala
pandang Ando ini ditandai dengan penguasaannya terhadap saluran kreatifitas yang
bersifat tangible dan intangible. Implementasi antara keduanya menghasilkan sebuah
karya yang menakjubkan dan cukup spektakuler.
“Tampak Depan Auditorium Inamori”
Kondisi menggiring imajinasinya untuk segera menghadirkan konteks baru yang
memang harus berbeda dengan yang lama. Oposisi diantara keduanya mengilhami Ando
untuk menciptakan bentukan rupa uniqueness. Beberapa implementasi konsepnya
terlihat pada upaya-upaya Ando untuk menyetarakan eksterior dan interior, makro dan
mikro kosmos, outside-inside, inside-outside, dan lain-lain.
Auditorium sebagai salah satu bangunan penunjang kegiatan perguruan tinggi,
seharusnya memposisikan keberadaannya secara hirarki dibawah Gedung Rektorat
sebagai bangunan pusat koordinasi, manajemen, penelitian dan lain-lain. Tetapi disini
arsitektnya nampaknya memberikan peranan yang lebih penting pada bangunan
auditoriumnya
konteks
dalam
bangunan
baru
terhadap bangunan lama,
sehingga
ia
mampu
menempatkan
bangunan
tersebut
kedua
tidak
secara hirarkis yang satu
dibawah yang lain, tetapi
sejajar.
Dengan demikian konteks bangunan lama dan baru oleh arsiteknya berhasil
disetarakan atau disejajarkan melalui penyandingan bersama. Dalam konteks yang lain
pembalikan hirarki juga ditemukan pada upaya Ando untuk menyetarakan telur dengan
garbha griya-nya. Dengan membuat transparan garbha griya, memungkinkan terlihatnya
telur secara keseluruhan, sehingga keberadaan telur tidak harus nampak “tersembunyi”
di dalam garbha griya-nya, sekalipun secara hirarkis sebenarnya telur itu harus
“terbungkus” di dalam garbha griya. (Japan Architecture (1990): “Tadao Ando” )
ANALISA KONSEP AUDITORIUM INAMORI
Tampak Depan Auditorium
Inamori
Potongan memanjang Auditorium
Inamori
Lantai 1
Denah Lantai Basement
Lantai 2
Lantai 3
Pada kasus bengunan auditorium ini, pengulangan kolom-kolom berpenampang
bulat pada ruang transisi (lobby/hall) semakin mempertegas makna tentang
terkurungnya telur oleh wadahnya (ghraba griya). karena batas pandang pengamatan
akan segera terbentur pada sosok massif-solid bentukan telur begitu pancaindera kita
berhasil menembus kaca berbingkai dan deretan kolom-kolom tersebut. Eksistensi
didalam garbha griya ini sedemikian kuatnya ketika kita mencoba mengamati bangunan
tersebut dari beberapa sudut pandang mulai dari sisi Timur berputar kearah Selatan dan
berakhir pada sisi Baratnya.
Munculnya silhouette telur secara berulang-ulang semakin memperkuat makna
tentang metafisik telur yang akan segera menetaskan sang “jabang bayi” masa depan.
(lihat denah, tampak, potongan dan gambar-gambar lain pada lampiran). Keberadaan
telur dipusat garbha griya pada saat kita mengamatinya dari arah Timur, akan segera
ikut bergeser kearah kanan ketika bergerak menuju ke Selatan dan terus mengelilingi
sampai ke arah Barat. Sekuensi hasil pengamatan ini kana berubah-ubah sebagaimana
munculnya ujung telur dan “mulut” garbha griya (batas tepi dinding bangunan).
Pemunculan pembahasan tentang “telur” secara berulang-ulang sejak awal dalam
konteks yang berbeda semakin memperjelas makna melalui metafora telur. (Japan
Architecture (1990): “Tadao Ando” )
Ide awal dari bentuk telur yang terdapat dalam suatu wadah untuk melindungi telur
tersebut :
“Konsep Awal”
BANGUNAN ”AUDITORIUM KAMPUS KAGASHIMA”
MUNCUL IDE DARI TELUR
(diibaratkan seperti mahasiswa telur itu sendiri merupakan
tanda ketidakhadiran atau kehadiran yang tertunda dari apa yang
bakal ditetaskannya)
atau
(Apa yang bakal ditetaskan oleh telur adalah metafora dari
penemuan, penciptaan, pembaharuan dan perubahan yang
bersifat fenomenal/unpredictable)
Jadi
Keberadaan mahasiswa paling tidak merupakan penundaan atas kehadiran manusia
intelektual (sarjana)
MUNCUL ENCLOSE TELUR
Pencerminan dari perlindungan oleh perguruan
tinggi terhadap riset dan penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswanya.
Pengabsahan/
legilitasi
perlindungan
atas
produk/karya-karya yang dihasilkan oleh perguruan
tinggi.
Profesionalisme sumber daya manusia di perguruan
tinggi melindungi kredibilitasnya.
MUNCULNYA SEBAGIAN “UJUNG” TELUR
“Menunda kehadiran dari keseluruhan”, karena merupakan
sebuah proses, sebagaimana suatu riset/penelitian rekayasa dan
eksperimen akan mencapai keberhasilan jika dilakukan secara
terus-menerus, berulang dan bertahap.
atau
Diartikan sebagai metafora dari keberadaan manusia yang
merupakan bagian dari alam, mahasiswa bagian dari masyarakat akademis, pengetahuan
bagian dari ilmu dan seterusnya.
THE WATER CUBE
KONSEP RANCANGAN
The Water Cube disebut juga Beijing Big Box of Blue Bubbles, karena
bentuknya yg kotak besar dan kalau malam memancarkan sinar biru – warna yg
dianggap ciri khas air. Menurut perancang konsorsium PTW Engineer – ARUP Sidney
dan CCDI perancang lokal, yg memenangkan lomba lomba disain internasional di 2003
– mereka tidak hanya berkreasi membuat disain bangunan yg mempunyai karakter
seperti air, tapi juga integrasi kulit-konstruksi serta penampilan tempat olahraga tingkat
dunia dilingkungan Beijing dengan polusi udara tinggi & rawan gempa. Mereka sadar
bahwa air tidak punya bentuk dan warna yg tetap, karena itu The Water Cube harus bisa
merefleksikan warna sesuai kondisi cuaca dan sudut pancaran sinar matahari – kadang
lembut, dingin, keras atau menjadi kotak biru dimalam hari dengan bantuan sinar
buatan. Dibuatlah kreasi pusat olahraga air yg tertutup ( enclosed) - indoor swimming
pool,dengan atap transparan bentang lebar tetapi ringan ( aman terhadap bahaya gempa
bumi ), yg mampu merefleksi kan karakter air dengan melakukan kontrol terhadap sinar
matahari ( siang hari ) dan penerangan buatan ( dimalam hari ).
KONSTRUKSI
The Water Cube berdimensi 175 x 175 m dengan ketinggian atap 30 m.
Konstruksi bangunan dinding luar & atap yg membentuk The Water Cube, terbuat dari
rangka ruang baja berbentuk polyhedra dengan 12 atau 14 sisi. Konstuksi rangka yg
meliputi jumlah 22.000 buah pipa baja ini dihubungkan satu sama lain dengan
sambungan las. Untuk mengisi pola polyhedra disiapkan 4000 bantal yg terbuat dari
plastik abad ruang angkasa ethylene tetrafluoroethylene (ETFE ) atau masih saudaranya
Teflon. Material ini Potongan skematis Water Cube dikenal mampu meneruskan sinar
tetapi sekaligus mencegah sinar ultraviolet dan polusi udara. Pola bantal ETFE ini unik,
karena sebenarnya ada dua – 15 macam untuk dinding dan 7 macam untuk atap, namun
praktis dari 4000 bantal tidak ada yg bentuknya serupa. Bantal ETFE tebalnya
bervariasi, mulai dari 3 lapis 0.2 mm sampai setebal 2.5 mm pada area dengan beban
angin tinggi. Bantal ini akan diisi udara ( dehumidified air ) oleh alat pompa yg
dipasang permanen & secara berkala memeriksa tekanan & memompa bantal.
1.
Fresh external air ( 15 derajat C )
2.
ETFE pillow
3.
Kontrol sinar matahari siang, untuk
pemanasan ruang & air serta penerangan
4.
Kontrol ETFE untuk mengendalikan
bayangan didalam ruangan
5.
Fan untuk sirkulasi preheated fresh air.
( 30 derajat C )
Struktur Polyhedra
Pemilihan material ETFE menurut perancangnya karena mampu menyerap 20% sinar
matahari yg akan menghangat-kan ruangan dan air kolam serta sekaligus fungsi
lighting, ini akan menghemat pe-makaian tenaga listrik sampai 30%. Disamping itu,
ETFE dipilih karena beratnya cuma 1% dibanding berat kaca untuk fungsi yg sama–
sehingga meskipun dengan dinding dua lapis ETFE tebal total 3.6 m dan tebal atap 7.5
m,akan tetap menghe- mat biaya konstruksi baja dan pondasinya.
Struktur Polyhedra
Detail dinding
Tampak luar dinding Water Cube
Dari sisi penampilan dan fungsi Water Cube agaknya mampu mencapai target
sesuai konsepnya. Namun entah dari sisi operasional termasuk pemelihara-an, karena
bukan pekerjaan mudah membersihkan sekian luas dinding & atap plastik. Jangan
mimpi pakai gondola, karena tidak ada tempat gantungannya – kecuali mungkin mobile
gondola. Belum lagi urusan jika Konstruksi pipa baja – rangka ruang pola polyhedra
bocor, atau bantal ETFE mendadak kempes karena pompa tidak bekerja atau ada yg
iseng. Entah bagaimana menahan konstruksi gelembung ini dari tiupan angin, kalau
balihoe (papan iklan) saja bisa terbang diterpa angin – apalagi benda enteng sebesar The
Water Cube itu.
Tampak luar dinding Water Cube
GREEN BUILDING AT SINGAPORE (ECO-MALL)
KONSEP RANCANGAN
Salah satu bangunan yang landasan konseptualnya adalah juga penghematan
energi, adalah Eco Mall di Singapore yang merupakan Mall pertama yang di rancang
dengan konsep Eco Architecture. Energi panas yang tersimpan oleh panel Surya ini
diubah menjadi energi listrik yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyalakan alatalat elektrikal, pencahayaan buatan dan penghawaan buatan terutama pada penggunaan
malam hari. Pada siang hari sistim penghawaan dan pencahayaan lebih difokuskan pada
pendekatan alami (natural cooling and lighting). Permasalahannya adalah pengadaan
panel surya ini juga tidak murah. Namun untuk jangka panjang Panel Surya ini sangat
efektif untuk penghematan energi. Sedangkan pencayaan bisa dikombinasikan antara
pencahayaan alami dengan pemasangan kaca yang juga dapat mereduksi panas,
pencahayaan buatan, menggunakan lampu-lampu hemat energy dapat dipertimbangan
untuk pengurangan energi.
Singapore green building (eco-mall)
Lampu hemat energi adalah penggunaan lampu-lampu yang mempunyai tingkat
efikasi tinggi, artinya mempunyai tingkat Illuminasi cahaya tinggi (Lux)/ watt. Oleh
karena itu penggunaan lampu jenis SL dengan wattage rendah (8 – 11 watt) tetapi
mempunyai tingkat illuminasi 560 – 770 Lux sangat disarankan. Tingkat illuminasi
sebesar itu sangat mencukupi untuk kegiatan sehari-hari yang berkisar 150 – 400 lux.
Keuntungan dari dari pemakaian lampu hemat energi adalah tidak menimbulkan efek
panas pada ruang. Penerangan buatan juga dapat di hasilkan dari lamapu LED, yang
memiliki terang cahaya cukup kuat, dengan pemakaian daya yang rendah. Disisi lain
pertimbangan teknologi juga dimanfaatkan pada sistim penghawaan buata, ( Air
Condition ), penghawaan buatan ini menjadi sangat vital manakala yang dibicarakan
adalah bangunan – bangunan tinggi, ataupun bangunan bentang lebar, yang tidak akan
mampu menggunakan penghawaan alami. Permasalahannya adalah kontradiktif dengan
masalah pencahayaan. Secara teknologi hal ini di dalam bangunan tinggi dipakai cell
tenaga surya.
PROSES PERANCANGAN
Dalam bagian pembahasan ini, akan dihadirkan beberapa projek di beberapa negara
yang telah melakukan proses perancangannya dengan konsep Eco Architecture dan juga
mengacu pada Smart Building.
Analisa Rancangan Tapak, untuk mendapatkan sisitim pencahayaan &
penghawaan yang optimal, yang dikombinasikan dengan sisitim tata udara dan tata
cahaya yang direncankan seefisien mungkin, sehingga konsep Smart Building dan Eco
Architecturenya dapat di capai.
Foto diatas hasil akhir dari Rancangan bangunan, dan posisi bangunan terhadap
pergerakan matahari yang berada pada negara tersebut Pembahasan kedua adalah
bangunan Headquarters Of Energy Commission di Putrajaya Malaysia, yang juga
memanfaatkan cell surya untuk mengatasi efisiensi energi dalam bangunan, dibawah ini
rancangan tapak terhadap kawasan yang ada ( kiri ). Analisa pengaruh energi terhadap
design bangunan, untuk mencapai optimalisasi penggunaan energi dalam bangunan,
akan tetapi masih dapat mempertahankan sisi design bangunan serta aspek kenyamanan
dan fungsinya dapat terpenuhi.
Site plan Singapore green building (eco-mall)
Pemanfaatan cell surya, selain untuk tampilan design arsitekturnya, juga
memiliki fungsi yang sangat besar dalam menyumbangkan energi yang digunakan,
sehingga menghasilkan keterpaduan yang sempurna untuk menciptakan Smart Building
dan Eco Architecture.
Pemanfaatan cell surya
GEDUNG PERPUSTAKAAN NASIONAL
KONSEP DESAIN
Gedung Perpustakaan Nasional ini terdiri dari 23 lantai yang terbagi menjadi 4
(empat) jenis perpustakaan yaitu Perpustakaan
Koleksi selektif, Perpustakaan Koleksi Khusus,
Perpustakaan koleksi anak, Perpustakaan Koleksi
Umum dan sisanya merupakan fungsi-fungsi
penunjang seperti Kantor pengelola, Ruang
sebaguna
(auditorium),
dan
area
komersial
(gambar pot pembagian per lantai). Adapun
pembagian lantai disesuaikan berdasarkan jenis
perpustakaan yang ada mengingat banyak koleksi
buku/sumber berita yang terdapat pada perpusnas,
maka
untuk
memudahkan
pengunjung
mendapatkan dengan cepat koleksi buku pada
perpustakaan ini.
gambar pot pembagian per lantai
Penerapan Green Desain serta konsep hemat energi pada bangunan Perpusnas
ini melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengolahan ruang luar dengan
pemanfaatan semaksimal mungkin ruang terbuka sebagai area hijau yang memiliki
vegetasi yang bermanfaat selain sebagai pendukung dalam resapan air tanah selain itu
berfungsi sebagai payung peneduh aktifitas outdoor.
gambar konsep alumunium solar shading
Penerapan bangunan hemat energy juga dicapai melalui memperbanyak bukaan
dengan material kaca pada sisi utara dan selatan stopsol yang mereduksi panas tapi tetap
meneruskan cahaya sehingga penggunaan pencahayaan buatan dapat diminimalisir,
sedangkan untuk sisi barat dan timur yang notabene intensitas mataharinya lebih besar
digunakan penambahan perforated aluminium solar shading yang bukaannya otomastis
bergerak mengikuti arah datang matahari. penggunaan material kaca pada fasadejuga
dapat tetap menciptakan kesan bangunan formal yang arif terhadap lingkungan sekitar
namun tetap atraktif dengan pengalaman ruangnya.
SAINS ARSITEKTUR II
LIMA BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH
LINGKUNGAN
MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS
Di Susun Oleh :
FAHMY ALIEF PUTRA (0951010008)
Dosen Pembimbing :
HERU SUBIYANTORO ST. MT.
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN SIPIL
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
TAHUN 2012
Download