perencanaan pembelajaran matematika

advertisement
TUGAS FINAL
RANGKUMAN
“PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA”
DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS PERKULIAHAN
OLEH :
PATRICIA ( 12.16.12.0049 )
MATEMATIKA B
SEMESTER IV
Program Studi Matematika Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAIN ) Palopo
Periode 2014
1
BAB I
Konsep Perencanaan Pembelajaran
A. Materi Konsep Perencanaan Pembelajaran
1.1 Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya
solusi dalam suatu pilihan (Herbert Simon, 1996).
Perencanaan bukan hanya membantu untuk mencipkan solusi tapi juga
membantu untuk lebih memahami permasalahan itu sendiri, jadi sebuah usulan
lebih diutamakan dibanding informasi awal. Proses perencanaan menggiring kita
untuk berfikir kembali atau merangkai masalah kembali (Gordon Rowland, 1993)
Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup
kegiatan pengambilan keputusan” (Terry hal 16).
Perencanaan adalah proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar
memahami (belajar) (Zook, 2000).
Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah
bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Definisi lain mengenai perencanaan
pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis
kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan
kebutuhan.
1.2 Konsep Perencanaan Pembelajaran
Konsep perencanaan pengajaran dalam buku Abdul 2009:17 sebagai berikut:
1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi.
Adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat
mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori konstruktif terhadap solusi dan
problem-problem pengajaran.
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem.
Adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk
menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran mulai proses
2
yang sistematik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem
perencanaan itu.
3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin.
Adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasl-hasil
penelitian dari teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap
strategi tersebut.
4. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science).
Adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi,
evakuasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pemebelajaran terhadap
unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala
tingkatan kompleksitasnya.
5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses.
Adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara
khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menajamin
kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhn dari
proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Termasuk didalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas
pegajaran
6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas.
Adalah ide pengajaran dikembangkan degan memberikn hubungan pengajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu
dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat
bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara
sistematik.
Jadi konsep perencanaan pembelajaran ada 6, yaitu sebagai teknologi,
sebagai suatu sistem, sebagai sebuah disiplin, sebagai sains (science), sebagai
sebuah proses, dan sebagai sebuah realitas.
1.3 Dimensi perencanaan
Dimensi perencanaan dalam Abdul, 2009:18-20 adalah sebagai berikut:
3
1. Signifikasi. Tingkat signifikasi tergantung pada tujuan pendidikan yang
diajukan dan signifikasi dapat ditentukan berdasarkan kriteria yang
dibangun selama proses perencanaan.
2. Fleksibilitas.
pertimbangan
Maksudnya
realitas
perencanaan
baik
yang
harus
berkitan
disusun
dan
berdasarkan
biaya
maupun
pengimplementasiannya.
3. Relevansi. Konsep relevansi berkaitan dengan jaminanbahwa perencanaan
memungkinkan penyelesaian persoalan lebih spesifik pada waktu yang
tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
4. Kepastian. Konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi
kejadian-kejadian yang tidak terduga.
5. Ketelitian. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan
pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana serta perlu diperhatikan
secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen
6. Adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamis ,
sehingga perlu senantiasa mencari informasi informasi sebagai umpan
balik. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan yang
fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang
tidak diharapkan.
7. Waktu. Faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selaian
keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi
dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan
kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
8. Monitoring. Merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin
bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
9. Isi perencanaan. Isi merencanakan merujuk pada hal-hal yang akan
direncanakan. Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat:
a. Tujuan apa yang diinginkan atau bagaiman cara mengorganisasi
aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
b. Program dan layanan atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas
belajar dan layanan pendukungnya.
4
c. Tenaga manusia yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi,
spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.
d. Keuangan meliputi rencana pengeluran dan rencana penerimaan.
e. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi
dan kaitannya dengan pengembangan psikologis.
f. Struktur organisasi maksudnya bagaiman cara mengorganisasi dan
maanjemen oprasi dan pegawasan program dan aktifitas kependidikan
yang direncanakan.
g. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan pengajaran.
1.4 Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Terdapat manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar (Dodi,
2012), yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur
yang terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur
murid.
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerja, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan keterkambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Manfaat perencanaan pembelajaran (Andi, 2011) :
Ada beberapa manfaat perencanaan pembelajaran , di antaranya adalah:
a. Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi
seberapa besar keberhasilan yang akan dicapai. Oleh karena itu akan
terhindar dari keberhasilan yang sifatnya untung-untungan sebab segala
kemungkinan kegagalan sudah dapat diantisipasi oleh guru. Dalam
perencanaan, guru harus paham tujuan apa yang akan dicapai, strategi apa
yang tepat dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari
mana sumber belajar yang dapat digunakan.
5
b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Dengan perencanaan yang
mtang, maka segala kemungkinan dan masalah yang akan timbul dapat
diantisipasi sehingga dapat diprediksi pula jalan penyelesaiannya.
c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Dengan
perencanaan yang tepat, maka guru dapat menentukan sumber-sumber
belajar yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran
sebab saat ini banyak sekali sumber belajar yang ditawarkan baik melalui
media cetak maupun elektronik.
d. Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis.
Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan
berlangsung seadanya, tetapi akan terarah dan terorganisir dan guru dapat
memanfaatkan waktu
seefektif
mungkin
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran.
B. Resume
Perencanaan merupakan penjabaran, penggayaan dan pengembangan dari
kurikulum. Atau proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam satu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan yang telah di tentukan.(harus ada evaluasi).
Prinsip Perencanaan Pembelajaran
Menurut Sagala (Hermawan, 2007) yaitu:
-
Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara
melakukannya dalam implementasi pembelajaran.
-
Membatasi sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus dan menetapkan
pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses
penentuan target pembelajaran.
-
Mengembangkan
alternatif-alternatif
yang
sesuai
dengan
strategi
pembelajaran.
6
-
Mengumpulkan dan menganalisis
informasi
yang penting
untuk
mendukung kegiatan pembelajaran.
-
Mempersiapkan
dan
mengkomunikasikan
rencana-rencana
dan
keputusan=keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak
yang berkepentingan.
Dasar Perlunya Perencanana Pembelajaran
Upaya perebaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
-
Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
-
Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan
sistem.
-
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang
belajar.
-
Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa
secara perseorangan.
-
Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan
tujuan pengiring dari pembelajaran.
-
Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya
siswa untuk belajar.
Tujuannya yaitu secara garis besarnya adalah untuk mengarahkan dan
membimbig kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara ideal
tujuannya menguasai sepenuhnya bahan dan meteri ajar metode dan penggunaan
alat dan perlengkapan pembelajaran menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan
dan mengelolah alokasi waktu yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai
dengan yang di programkan.
Manfaat perencanaan pembelajaran :
7
1. Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi
seberapa besar keberhasilan yang akan dicapai, bukan untung-untungan.
2. Sebagai
alat
untuk
memecahkan
masalah,karena
masalah
dapat
diantisipasi dengan perencanaan.
3. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.(cetak maupun
elektronik).
4. Perencanaan
akan
membuat
pembelajaran
berlangsung
secara
sistematis.(akan terarah dan terorganisir, waktu dapt di manfaatkan secara
efektif).
Fungsi Perencanaan Pembelajaran
-
Fungsi Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat
memberi umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada
sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
-
Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul bila direncanakan
-
Fungsi Selektif
Berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang di anggap sesuai.
-
Fungsi Komunikatif
Harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat.
-
Fungsi Prediktif
Dapat menggambarkan kesulitan yang akan terjadi dan hasil yang di peroleh.
-
Fungsi Akurasi
Guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan
pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif.
8
-
Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukan sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia
yang utuh yang tidak hanya berkembang aspek intelektualnya saja, sehingga
terjadi balikan dari siwa ke guru.
-
Fungsi Control
Mengontrol sejauh mana materi dapat di serap oleh siswa untuk menentukan
program pembelajaran selanjutnya.
Perencanaan itu ada berbagai macam baik itu
menyeleksi, menyiapkan,
menyusun dan lainnya. Pembelajaran itu merupakan upaya membelajarkan siswa ,
memilih dan menetapkan metode yang baik,proses kerja sama siswa dan guru dari
diri siswa maupun guru.
Dasar perlunya perencanaan pembelajaran ini yaitu untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran itu sendiri.Rumusan kualifikasi yang di miliki siswa
meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. Pertanyaan
1. Bagaimana langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan dalam proses
perencanaan pembelajaran?
Jawab:
Langkah-langkah perencanaan pembelajaran, yaitu:
a. Perencanaan untuk mengapresiasi keragaman.
b. Merumuskan tujuan dan kompetensi.
c. Menyusun rencana implementasi pembelajaran dalam kelas.
d. Menentukan model penilaian (evaluasi).
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung perencanaan pembelajaran
berjalan dengan efektif sehingga dapat mencapai tujuan kegiatan
pembelajaran?
Jawab:
9
Faktor yang mendukung perencanaan pembelajaran yaitu ada beberapa :
a. Faktor guru
Guru merupakan komponen yang menentukan, hal ini disebabkan guru
merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Disini guru
bisa berperan sebagai perencana atau desainer pembelajaran untuk
mengimplikasikan
sebagai
implementator
dan
atau
mungkin
keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar
kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang
ada sehingga semuanya di jadikan komponenen-komponen dalam rencana dan
desain pembelajaran.
b. Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing
anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping
karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
c.
Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
kelancarana proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat
pelajaran, perlengkapan sekolah,dsb. Sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar
kecil,dsb.
d. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi:
Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas,
organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Kelompok
belajar
yang
besar
dalam
satu
kelas
berkecenderungan:
10
-
Sumber daya kelompok akan tambah luas sesuai dengan jumlah
siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
-
Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan
menggunakan sumber daya yang ada.
-
Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun.
-
Perbedaan individidu antar anggota akan semakin tampak, sehingga
akan semakin sukar mencapai kesepakatan.
-
Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan
semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama
maju mempelajari materi pelajaran baru.
-
Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin
banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap
kegiatan kelompok.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya adalah
keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan
antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim
sosial antara siswa denga siswa; antara siswa dengan guru; antara guru
dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial
psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak
sekolah dengan dunia luar misalnya hubungan sekolah dengan orang
tua siswa, sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dsb.
3. Apakah terdapat perbedaan dalam membuat perencanaan pembelajaran
matematika dengan pelajaran lainnya. Jelaskan?
Jawab:
Tidak ada. Karna dalam pembuatan perencanaan pembelajran setiap mata
pelajaran dari segi formatnya dibuat sama, hanya materinya saja yang
berbeda permasing-masing mata pelajaran.
11
4. Bagaimana cara untuk mengetahui penyusunan konsep perencanaan sistem
pembelajaran secara sistematis?
Jawab :
Cara
untuk
mengetahui
penyusunan
konsep
perencanaan
sistem
pembelajaran secara sistematis yaitu dengan mengacu pada konsep
perencanaan yang telah di tetapkan dan di susun oleh pemerintah dan
tinggal di sesuaikan dengan lingkungan pembelajaran yang di hadapi,
dengan memanfaatkan keterampilan dari guru tersebut.
5. Dalam pembuatan perencanaan pengajaran kadang hasilnya tidak sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Hal tersebut disebabkan pembuatan
perencanaan kurang memperhatikan seputar masalah-masalah yang ada.
Agar perencanaan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan apa yang
harus dilakukan?
Jawab :
Yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi kembali kepada konsep
perencanaan tadi, dan menjadikannya sebagai acuan agar ke depannya lebih
teliti lagi, dan upayakan konsep yang kita buat itu bisa lebih fleksibel lagi
agar memudahkan dalam penerapannya.
6. Bagaimana tanggapan anda tentang perencanaan pembelajaran seorang guru
yang keluar dari konsep-konsep?
Jawab :
Pendapat saya yaitu tidak apa-apa jika itu bisa lebih memaksimalkan
pembelajaran, karena walau bagaimana pun konsep yang di buat itu tidak
selalu bisa sesuai dengan keadaan pembelajaran yang di hadapi, sehingga
konsep harus fleksibel dan juga guru lebih kreatif agar pembelajaran tetap
berjalan efektif.
7. Telah kita ketahui kurikulum 2013 diberlakukan. Lalu bagaimana
perencanaan pembelajaran menurut kurikulum 2013?
12
Jawab :
Perencanaan pembelajaran menurut kurikulum 2013 yaitu perencanaan
pembelajaran lebih mengkhususkan pada akhlak dan moral peserta didik,
sehingga membentuk generasi yang berakhlak baik, bagi untuk masa depan
bangsa.
D. Kesimpulan

Perencanaan
pembelajaran
itu
terdiri
dari
“perencanaan“
dan
“pembelajaran” , yang mana ini diartikan sebagai proses kerjasama antara
siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang mana ini menetapkan
metode yang dapat memudahkan tujuan pembelajaran tercapai ( metode
yang berfariasi).

Macam-macam metode :
1. Metode tanya jawab.
2. Metode diskusi.
3. Metode demonstrasi eksperimen (metode ilmiah) digunakan untuk
menguji hipotesis.
4. Metode ceramah (dominan guru).
5. Metode kerja kelompok.
6. Pemberian tugas

Dengan perencanaan pembelajaran maka pencapaian tujuan pembelajaran
dapat lebih optimal dan efektif.

Dalam sekali pertemuan kita dapat menggunakan metode-metode yang
difariasikan.

Jika tujuan atau perencanaan tidak berjalan sesuai rencana maka kita
jadikan itu sebagai pembelajaran dengan merefleksi atau merefisi ulang
dan menganalisis,lalu itu dijadikan pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya.

Evaluasi itu adalah proses yang mencakup pengukuran, testing,
pengambilan keputusan tentang nilai.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran :
13
1. Tujuan ( sasaran yang diinginkan di capai).
2. Pendidik (guru).
3. Peserta didik (murid atau siswa).
4. Kegiatan pengajaran (gaya mengajar, strategi, metode).
5. Suasana evaluasi (guru memberi kuis atau tugas pada siswa untuk
mengetahui kemampuan siswa).

Dan perlu kita ketahui bahwa tidak selalu satu metode itu sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi.
14
BAB II
Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
A. Materi PBL
2.1 Pengertian PBL
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John
Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah
adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik
berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan
bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problembased Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta
didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning /
PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik
memperoleh
pengalaman
belajar
yang
lebih
realistik
(nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan
karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar
15
peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan,
kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk
mencari
atau
menentukan
sumber-sumber
pengetahuan
yang
relevan.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk
belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu
pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan
yang
diberikan
secara
terstruktur
oleh
seorang
guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat
PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan
kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran
vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahaptahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan
pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai
dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan
dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang
mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan
pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di
kelasnya,
melalui
pendidikan
pelatihan
atau
pendidikan
formal
yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
16
2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal
materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis
masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak
mungkin ada proses pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan
secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
2.3 Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemukakan oleh Arends,
diantaranya adalah :
a. Permasalahan
autentik.
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan
bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik
dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir
struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang
nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan
17
masalahnya,
mengembangkan
hipotesis
dan
membuat
prediksi,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d. Produk.
Peserta
pengamatan.Produk
didik
bisa
dituntut
berupa
untuk
kertas
membuat
yang
produk
hasil
dideskripsikan dan
didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
2.4 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model
pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis
masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi
pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat
kemampuan intelektual siswa bertambah.
c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam
belajarnya.
d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori
yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar
kelas.
e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara
objektif.
2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
18
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6
langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan
mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah
melalui kegiatan kelompok :
a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu
yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang
dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah
yang sedang dikaji.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas.
d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dilakukan.
e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
19
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta
didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh
manusia dan lingkungan sosial.
b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan
dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data
yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan
prioritas masalah.
c. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab
akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
d. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data
yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat
mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai
tampilan sehingga sudah dipahami.
e. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan
menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang
diuji.
f. Menetukan
penyelesaian
Pilihan
Penyelesaian.
yang
memungkinkan
Kecakapan
dapat
memilih
dilakukan
alternatif
serta
dapat
memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan
alternatif yang dipilihnya.
2.6 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Tingkah Laku guru
Tahap-1
Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi
20
atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat
dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik untuk
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalahtersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong
peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu
peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.7 Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang
ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi
penilaian yang reliabel dan valid.Prosedur evaluasi pada model pembelajaran
berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi
juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk
evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk
mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk
21
mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah
baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
2.8 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta
didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta
didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk
secara terus menerus belajar.
22
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis
masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan.
Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya
kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah
peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan
strategi
pembelajaran
melalui
problem
solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
B. Resume
Perencanaan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu proses pembelajaran
yang diawali dari masalah-masalah yang di temukan dalam suatu lingkungan
belajar, di sini pelajar sebelum mempelajari suatu hal, mereka diharuskan
mengidentifikasi suatu masalah baik yang di hadapi secara nyata maupun telaah
kasus, masalah diajukan sedemikian rupa sehingga pelajar menemukan kebutuha
belajar yang di perlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tesebut.
Perencanaan pembelajaran berdasarkan masalah ini membutuhkan banyak
perencanaan sama seperti model-model pembelajaran yang lainnya, yaitu:
a. Penetapan tujuan. Keterampilan menyelidiki, memahami peran orang
dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.
23
b. Merancang situasi masalah. Biasanya guru lebih suka memberi
kesempatan dan keleluasaan kepada siswa, situasi masalah yang baik
seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara
ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten
dengan tujuan kurikulum.
c. Organisasi sumber daya dan secara logistik. Dalam pembelajaran (PBL)
ini siswa di mungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan,
dan dalam pelaksanaannya bisa didalam kelas, diperpus, laboraturium,
bahkan bisa di luar sekolah.(tugas perencanaan utama bagi guru)
Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.

Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model
Pembelajaran Sains (2010:174)
“Problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran diartikan
dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui
pemecahan masalah tersebut siswa belajar keterampilan yang mendasar”.

Musimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7) PBL adalah suatu pendekatan
untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir
dan memecahkan masalah, belajar peran orang dewasa yang otentik serta
menjadi pelajar mandiri.
Startegi PBL menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31)
-
Permasalahan sebagai kajian.
-
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
-
Permasalahan sebagai contoh.
-
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
-
Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
24
-
Orientasi siswa pada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan,
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
-
Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
-
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalahnya.
-
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan
temannya.
-
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan
Tujuan PBL menurut Hsiao (Martinis Yamin, 2011)
“Mengarahkan siswa atau peserta didik mengembangkan kemampuan belajar
kolaboratif, berfikir dan strategi-strategi belajar sehingga peserta didik bisa belajar
dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (selfdirected learning strategies)”(Hasio 1996).
Resume di catatan
Peran Guru dalam PBL :

Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran).

Monitoring pembelajaran.
25

Probbing (menantang siswa untuk berfikir).

Menjaga agar siswa terlibat.

Mengatur dinamika kelompok.

Menjaga berlangsungnya proses.
Peran Siswa dalam PBL :

Peserta yang aktif.

Terlibat langsung dalam pembelajaran.

Membangun pembelajaran.
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi haruslah :

Menarik untuk dipecahkan.

Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang di
pelajari.
Kelebihan dan kekurangan PBL
Kelebihan :

Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi
yang dinamis di antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa
dengan siswa.

Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah.

Peserta didik mempunyai keterampilan atau kemampuan mempelajari
peran orang dewasa.

Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independent.

Keterampilan berfikir tingkat tinggi menurut Resnick yang mana ciricirinya :
1. Bersifat non-algoritmatik (jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan
sebelumnya.
2. Bersifat kompleks (mampu berfikir dalam berbagai perspektif atau
menggunakan sudut pandang).
26
3. Banyak
solusi
(menggunakan
berbagai
solusi
dengan
mempertimbangkan keuntungan dan kelemahan masing-masing).
4. Melibatkan banyak kriteria (tidak semua yang menghubung dengan
tugas yang ditanyai telah diketahui).
5. Melibatkan pengajuan diri, proses-proses berfikir.
6. Menentukan makna (menemukan struktur dalam sesuatu yang tidak
beraturan untuk mampu mengidentifikasi pola pengetahuan.
7. Membutuhkan banyak usaha.
Kekurangan :

Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karna harus berhadapan
langsung dengan masalah (jika ia malas).

Memungkinkan peserta didik menjadi kesulitan dalam memproses
sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga PBL
inimembutuhkan waktu relatif lama dan banyak dana.

Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
C. Pertanyaan PBL
Pertanyaan PBL :
1.
Mengapa model PBL ini disarankan pada kurikulum 2013 ?
Jawab :
Karena dalam PBL itu memiliki tujuan yang mana siswa disini diharapkan
lebih aktif dan kelak bisa menjadi pelajar yang mandiri, dan pada kurikulum
2013 yang dinilai ada beberapa aspek terutama moral, afektif ,psikomotik
siswa dan disini yang paling di tekankan adalah moralnya, sehingga guru
hanya
mengarahkan siswa agar aktif dan memiliki keterampilan
memecahkan masalah.
2.
Apa yang harus dilakukan seorang guru agar dalam proses belajar peserta
didik tidak jenuh karena berhadapan langsung dengan masalah tersebut ?
Jawab :
27
Yang harus dilakukan guru agar anak didik tidak jenuh ialah dengan
berusaha memotivasi siswa agar merasa ingin tahu dan ingin memecahkan
masalah, dan yang lebih penting yaitu dengan memberikan masalah yang
mudah dipecahkan sesuai dengan pelajaran yang diterima siswa tersebut.
3.
Apakah pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran
yang efektif digunakan dalam proses belajar mengajar ?
Jawab :
PBL ini belum bisa dikatakan sebagai metode yang efektif hanya mungkin
metode ini cocok untuk keadaan atau situasi tertentu, karena tidak semua
lingkungan, peserta didik, dan materi dapat dibawakan atau dapat sesuai
dengan metode ini.
4.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah didukung oleh lingkungan
belajar yang konstruktivistik.Apa yang dimaksud dengan konstruktifistik ini
?
Jawab :
Konstruktivistik yaitu lingkungan belajar yang membangun, yaitu terjadi
apabila siswa itu sendiri dengan arahan gurunya dapat menyimpulkan dan
memecahkan masalah.
D. Kesimpulan PBL

PBL adalah metode pembelajaran yang menyajikan situasi yang berupa
masalah dan sesuai atau berkaitan dengan keseharian peserta didik yang
dikaitkan dengan materi yang dipelajari dan mudah untuk dipecahkan oleh
peserta didik.

Ada beberapa kesulitan dalam metode ini yaitu diantaranya cara
menetapkan atau meramu materi atau masalah yang mudah untuk
dipecahkan oleh siswa yang mana biasanya kita buat dari kehidupan
sehari-hari, makanya kreatifitas guru sangat diperlukan.Dan masalah
28
lainnya yaitu metode ini menyita banyak waktu, dan guru harus bisa
memotovasi siswa agar lebih aktif dan tidak jenuh.

Metode ini juga tergantung pada situasi, keadaan siswa, juga materi
pelajaran, dan lebih sesuai dalam kegiatan belajar bersifat kelompok, yang
mana siswa di sini dituntut untuk lebih aktif agar proses dapat terbangun
dengan efektif.
29
BAB III
Perencanaan Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
A. Materi Pembelajaran Berbasis Penemuan
3.1 Pengertian Model Pembelajaran Penemuan
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery
adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti,
mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu
jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item
pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar
dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa
dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga
siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru
membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk
berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4).
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran
penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjukpetunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan
terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri
sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan
dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
30
(2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang sudah ada.
3.2 Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan
penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa
dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
3.3 Macam-macam (discovery)
Model penemuan atau pengajaran penemuan dibagi 3 jenis :
1. Penemuan Murni
Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada
siswa dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan
pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi
31
belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah
itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan.
Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru.
Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai.
2. Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang
materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan
(menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus
dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan,
siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang
dipelajarinya.
3. Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek
langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan
secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan.
Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau
kelompok.Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa,
karena belajar melalui berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada
usia senang bermain.
3.4 Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Tahap-tahap penggunaan model belajar penemuan dalam pembelajaran menurut
Amien (1987) dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap pertama adalah diskusi. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk didiskusikan secara bersama-sama sebelum lembaran
kerja siswa diberikan kepada siswa. Tahap ini dimaksudkan untuk
mengungkap konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari.
b. Tahap kedua adalah proses. Pada tahap ini siswa mengadakan kegiatan
laboratorium sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja
32
siswa guna membuktikan sekaligus menemukan konsep yang sesuai
dengan konsep yang benar.
c. Tahap ketiga merupakan tahap pemecahan masalah. Setelah mengadakan
kegiatan laboratorium siswa diminta untuk membandingkan hasil diskusi
sebelum kegiatan laboratorium dengan hasil setelah laboratorium sesuai
dengan lembaran kerja siswa hingga menemukan konsep yang benar
tentang masalah yang ingin dipecahkan.
3.5 Strategi-strategi dalam Pembelajaran Penemuan
Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu
secara induktif, deduktif atau keduanya.
a.
Strategi Induktif
Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus
dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat
digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil
kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan strategi induktif ini selalu
mengandung resiko, apakah kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya
kesimpulan yang ditemukan dengan strategi
induktif sebaiknya
selalu
mengguankan perkataan “barangkali” atau “mungkin”.
Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri
dari pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang
kedua bagian dari argumentasi itu (Cooney dan Davis, 1975: 143). Kesimpulan
dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya.
Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu tidak bisa
membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh, fakta bahwa 3, 5, 7, 11,
dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara umum kita buat
kesimpulan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil tetapi hal itu sama sekali
“tidak membuktikan“. Guru beresiko di dalam suatu argumentasi induktif bahwa
kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya, suatu kesimpulan yang dicapai
oleh induksi harus berhati-hati karena hal seperti itu nampak layak dan hampir
bisa dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat
33
ditandai sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji
terdiri dari kejadian atau contoh pokok-pokok.
Perhatikanlah strategi penemuan berikut ini :
Guru : sekarang kita akan “menguji” hubungan yang merupakan tantangan
matematika. Untuk memulai, mari kita mengikuti pernyataan berikut.
20 = 17 + 3
22 = 19 + 3
24 = 17 + 7
26 = 13 + 13
28 = 17 + 11
Apakah kalian mencatat pola dari pernyataan tersebut?
Lala : “Bilangan di sisi kiri semua bilangan dua puluhan.”
Guru : “Baik. Bagaimana dengan pertambahan di sebelah kanan?”
Vivi : “Semuanya bilangan ganjil.”
Guru : “Benar, tapi dapatkah kalian menyatakan yang lain tentangnya, di samping
fakta bahwa itu bilangan ganjil?”
Vivi : “Baik. Bilangan itu prima.”
Guru : “Sangat bagus, dapatkah seseorang dari kalian meringkas pernyataan?”
Anis : “Beberapa bilangan dua puluhan merupakan pertambahan dari dua bilangan
prima.”
Guru : “Apakah kalian berpikir ini akan berlaku untuk bilangan yang lain?”
Aldi : “Aku tidak yakin.”
Guru : “Mari kita coba untuk beberapa contoh, katakanlah 30 atau 10 atau 52.”
Sari : “Tiga puluh sama dengan 27 ditambah 3.”
Guru : “Apakah ini mengikuti pola yang sama Dian?”
Dian : “Tidak, 27 bukan bilangan prima.”
Sari : “Benar, aku lupa. 30 sama dengan 17 ditambah 13”
Guru : “Bagaimanakah dengan 10 dan 52?”
Vian : ”Sepuluh sama dengan 7 ditambah 3 dan 52 sama dengan 47 ditambah 5.”
Guru : ”Baik, setiap siswa ambil tiga contoh bilangan lain dan cobalah. (berhenti).
Sudahkah kalian menemukan dan dapatkah kalian mengungkapkannya?”
34
Dude : “Empat sama dengan 2 ditambah 2, tapi 2 bukan bilangan prima yang
ganjil.”
Guru : “Bagaimana dengan 3 ditambah 1? Ini juga sama dengan 4.”
Dude : “Satu bukan bilangan prima.”
Guru : “O.K. Bagaimana dengan 6? Apakah ada yang sudah mencobanya?”
Ita : “Itu mudah, 3 ditambah 3”
Guru : “Apakah kalian sudah menyimpulkan mengenai bilangan genap dan
bilangan prima ganjil?”
Ida : “Baik, setiap bilangan genap yang lebih dari 4 adalah sama dengan
pertambahan dua bilangan prima ganjil.”
Guru : “Sangat bagus. Ini statemen yang sangat terkenal yang disebut dugaan
Goldbach. Tidak seorangpun yang telah menemukan, meskipun matematikawan
tidak mampu membuktikan itu. Untuk alasan ini kita cenderung percaya bahwa
statemen ini benar.”
b.
Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting dalam hal
pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif yang saling
berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting dalam pengajaran
matematika. Dari konsep matematika yang bersifat umum yang sudah diketahui
siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan untuk menemukan konsep-konsep lain
yang belum ia ketahui sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas
lingkaran, siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran
menjadi n buah sector yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa
sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling lingkaran yang
sudah diketahui sebelumnya, siswa akan dapat menemukan bahwa luas lingkaran
adalah πr2 .Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga
kaitan antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan
strategi penemuan deduktif , kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi
tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak
dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk
35
mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan
dari pembelajaran. Sebagai contoh dialog berikut sedang memecahkan masalah
sistem persamaan dengan menggunakan determinan koefisien dari dua garis yang
sejajar dengan penemuan deduktif di mana guru menggunakan pertanyaan untuk
memandu siswa ke arah penarikan kesimpulan tertentu.
Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep
matematika. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman suatu konsep dapat
diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dapat
dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat
yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang
kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan
deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari
matematika. Dengan penjelasan di atas metode penemuan yang dipandu oleh guru
ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut
model pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran dengan model
ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok. Model ini sangat
bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik
matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong
untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan
bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing
tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
Dengan model penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi
dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan
mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk
jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan
yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru. Dalam
model pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar
karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru
memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan
masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan masalah merupakan suatu
36
tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat
diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal
matematika, karena siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat
manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.
3.6 Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas

Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di
kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan
menurut Bruner, yaitu:
a) Menentukan tujuan pembelajaran.
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya
Irawan dalam Budiningsih, 2005:50).

Prosedur aplikasi discovery learning
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery
Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
37
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan,
1990:198). Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau
menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat
permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong
eksplorasi.
b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
c) Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya
(Djamarah, 2002:22).
d) Data processing (pengolahan data).
Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean
coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
38
generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan
baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis.
e) Verification (pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya
dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
(Junimar Affan, 1990:198).
3.7 Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan
terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh
oleh guru matematika adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya, perumusannya harus jelas,
hindari pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari
data
yang
diberikan
guru,
siswa
menyusun,
memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan
guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini
sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak
dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa
menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
39
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan
kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak
dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak
menjamin 100% kebenaran konjektur.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan
soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan
itu benar.
3.8 Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning
Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam
Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan
bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat)
(PPPG, 2003:4).
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak
dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding
dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama
apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan
’mengkonstuksi’ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Dalam melakukan aktivitas atau penemuan dalam kelompok- kelompok
kecil, siswa berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling
sharing atau siswa yang lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih
pandai. Kondisi semacam ini selain akan berpengaruh pada penguasaan siswa
terhadap materi matematika, juga akan dapat meningkatkan social skills siswa,
sehingga interaksi merupakan aspek penting dalam pembelajaran matematika.
Menurut Burscheid dan Struve (Voigt ; 1996) belajar konsep-konsep teoritis di
sekolah, tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada individu siswa yang akan
menemukan konsep-konsep, tetapi perlu adanya social impuls di sekolah sehingga
40
siswa dapat mengkonstruksikan konsep-konsep teoritis seperti yang diinginkan.
Interaksi dapat terjadi antar guru dengan siswa tertentu, dengan beberapa siswa,
atau serentak dengan semua siswa dalam kelas. Tujuannya untuk saling
mempengaruhi berpikir masing-masing, guru memancing berpikir siswa yaitu
dengan pertanyaan-pertanyaan terfokus sehingga dapat memungkinkan siswa
untuk memahami dan mengkontruksikan konsep-konsep tertentu, membangun
aturan-aturan dan belajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian
besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsipprinsip. Selain itu, dalam pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan
masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka
harus menganalisis dan memanipulasi informasi (Slavin, 1994).Namun dalam
proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar
mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun
tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud
adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang
dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran (Ratumanan, 2002). Penemuan terbimbing yang dilakukan
oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan
penemuan bebas di kemudian hari (Carin, 1993b).Kegiatan pembelajaran
penemuan terbimbing mempunyai persamaan dengan kegiatan pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan proses. Kegiatan pembelajaran penemuan
terbimbing menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui
kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian menerapkan konsep
yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan kegiatan belajar
yang berorientasi pada keterampilan proses menekankan pada pengalaman belajar
langsung, keterlibatan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan penerapan
konsep dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian bahwa penemuan
terbimbing dengan keterampilan proses ada hubungan yang erat sebab kegiatan
penyelidikan, menemukan konsep harus melalui keterampilan proses. Hal ini
didukung oleh Carin (1993b: 105), “Guided discovery incorporates the best of
41
what is known about science processes and product.” Penemuan terbimbing
mamadukan yang terbaik dari apa yang diketahui siswa tentang produk dan proses
sains.
Model pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran
dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan
semacamnya.
Model discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP
adalah metode penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan siswa SMP masih
memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu
metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode discovery (penemuan) terbimbing (guided discovery).
3.9 Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Penemuan
Memperhatikan Model Penemuan Terbimbing
tersebut
diatas
dapat
disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan dari Model
Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut (Marzano; 1992):
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru,
dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan
lebih
lama
membekas
karena
siswa
dilibatkan
dalam
proses
menemukanya.
f. Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
g. Belajar menghargai diri sendiri.
h. Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer.
i.
Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
42
j.
Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada
hasil lainnya.
k. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
l.
Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di
lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan
model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topiktopik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan
Model Penemuan Terbimbing.
B. Resume
Pengertian :
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya
pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui
keterlibatan siswa secara aktif dalam prose pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977) dalam pembelajaran dengan penemuan siswa
didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Bell (1978) yaitu :
43
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran.
2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkrit maupun abstrak, siswa banyak meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi, tyang bermanfaat
dalam menemukan.
4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus.
Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
1. Tahap persiapan dalam aplikasi model Discovery Learning
Menurut Bruner,yaitu :
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif.
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
2. Prosedur Aplikasi Discovery Learning
44
Menurut Syah (2004:244) :
a. Stimulation (stimulasi atau pemberian rangsangan)
Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak
didik
membaca
atau
mendengar
uraian
yang
memuat
permasalahan.
b. Problem statement (pertanyaan atau identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran.
c. Data collection (pengumpulan data)
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya.
d. Data processing (pengolahan data)
Kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
siswa melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan.
e. Verification (pentahkikan atau pembuktian)
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menentukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh yang ia
jumpai.
f. Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi)
Proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama.
C. Pertanyaan
1.
Bagaimana peran guru dalam pembelajaran berbasis penemuan?
Jawab :
Peran guru yaitu hanya sebagai fasilitator saja dan tidak lebih dari itu. Jadi
pada model pembelajaran ini peserta didik sangat di tuntut untuk lebih aktif
lagi.
45
2.
Apakah pembelajaran berbasis penemuan cocok untuk diterapkan disetiap
sekolah?
Jawab :
Tidak. Karena tidak semua sekolah memiliki fasilitas dan media pengajaran
yang sesuai dan memadai, jadi ada pula sekolah yang tidak bisa menerapkan
model pembelajaran ini.
3.
Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran berbasis penemuan?
Jawab :
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan siswa;
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan;
3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta
peranan masing-masing siswa;
5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
4.
Kendala-kendala dalam pembelajaran berbasis penemuan dan cara untuk
mengatasinya?
Jawab :
Kendalanya yaitu waktu, media,dan biaya yang mungkin sedikit banyak dan
cara mengatasinya yaitu dengan meminimalisirnya dan berusaha mencari
46
cara agar semua bisa di atasi, waktu misalnya bisa di di ambil di luar jam
sekolah,dan media bisa di pakai media yang mudah dan murah di dapatkan
di lingkungan .
5.
Kesimpulan Model Berbasis Penemuan Discovery Learning

Guru hanya sebagai fasilitator saja dalam pembelajaran ini.

Metode ini juga tidaklah selalu sesuai dengan pembelajarannya.

Jadi model ini dibagi antara penemuan dibimbing dan murni.
47
BAB IV
Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
A. Materi Pembelajaran Berbasis Proyek
4.1 Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh
siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang
hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek
dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan
masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis
proyek merupakan bagian dari metoda instruksional yang berpusat pada pebelajar.
Artinya, strategi tersebut hanya membahas tentang bagaimana mengajarkan
keterampilan dasar kejuruan. Jadi, strategi tersebut belum membahas tentang
bagaimana mengajarkan keterampilan – keterampilan yang bersifat kompleks.
Namun menurut Nolker & Schoenfeldt (1983:32) metode atau strategi mengajar
ketrampilan dasar kejuruan seperti yang telah dibahas diatas selalu memiliki
kelemahan, antara lain:
a. Tidak sepenuhnya dapat membekali kemampuan atau ketrampilan guna
menghadapi situasi kritis dalam profesi.
b. Menyebabkan siswa bergantung pada pengajar.
c. Merintangi perkembangan kemampuan untuk bekerjasama.
d. Tidak mengetengahkan problem – problem kompleks yang jangkauannya
melampaui batas – batas bidang profesi sendiri.
Definisi tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005) yaitu
sebagai berikut :
a. Project Based Learning is curriculum fueled and standards based.
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
menghendaki
adanya
standar
isi
dalam
kurikulumnya.
Melalui
48
Pembelajaran
berbasis
proyek,
proses
inquiry
dimulai
dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
b. Project Based Learning asks a question or poses a problem that each
student can answer.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut
pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a
guiding question). Mengingat bahwa masing-masing peserta didik
memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya,
dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan
setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.
c. Project Based Learning asks students to investigate issues and topics
addressing real-world problems while integrating subjects across the
curriculum.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar
berbagai subjek materi. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata.
d. Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks
to explore complex issues.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang
bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model
pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang
bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian
berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja
secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata.
49
Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara
informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk
merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah
proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant
(2008).
4.2 Langkah-langkah Utama Pembelajaran Berbasis Proyek
Secara lebih rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah
utama, yaitu:

Menetapkan tema proyek.

Menetapkan konteks belajar.

Merencanakan aktivitas.

Memproses aktivitas, dan

Penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).
1. Menetapkan tema proyek.
Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
a. Memuat gagasan yang penting dan menarik.
b. Mendeskripsikan masalah kompleks.
c. Mengutamakan pemecahan masalah.
2. Menetapkan konteks belajar.
Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut :
a. Mengutamakan otonomi siswa.
b. Melakukan inquiry.
c. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien.
d. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab.
3. Merencanakan aktivitas-aktivitas.
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah mencari sumber
yang berkait dengan tema proyek.
4. Memproses aktivitas-aktivitas.
50
a. Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain: Membuat
sketsa.
b. Melukiskan analisa rancangan proyek.
5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkahlangkah yang dilakukan, adalah:
a. mengerjakan proyek berdasarkan sketsa.
b. membuat laporan terkait dengan proyek, dan
c. mempresentasikan proyek .
Kelima
langkah tersebut
mengandung
interpretasi
bahwa
dalam
mengerjakan proyek, siswa dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam
kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah merencanakan,
mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas yang
dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan
dan yang akan dikembangkan oleh siswa merupakan keterampilan yang esensial
sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka. Keterampilan-keterampilan
yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim menyebabkan pembelajaran
menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi
sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki
dalam kerja tim mereka. Pembelajaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah
peningkatan keterampilan dan kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup
prestasi akademis, mutu interaksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi
dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para siswa.
Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek
yang sangat khas, maka ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar strategi
pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara lain:
a.
Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang
kompleks.
51
b.
Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk mengadakan
penentuan menganai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta penerapan
proyek.
c.
Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus.
d.
Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek.
e.
Diadakan pertalian antara teori dan praktik.
f.
Diperlukan ketrampilan lebih dari satu bidang guna menyelesaikan problem
yang ditimbulkan.
g.
Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok – kelompok.
h.
Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah.
Berpijak pada uraian diatas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran
praktik keterampilan kejuruan dengan strategis berbasis proyek, proyek kerja apa
yang akan dibuat atau dikerjakan siswa harus sudah jelas. Selain itu bentuk
proyek yang dirancang tersebut harus memberi kemungkinan bagi siswa untuk
saling bekerja sama seoptimal mungkin antara sesama anggota kelompok.
Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar
mengajar adalah pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada
peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara
kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat
dipresentasikan kepada orang lain. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek
siswa menjadi terdorong lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan kinerja ilmiah siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
mengevaluasi proses dan produk hasil kinerja siswa meliputi outcome yang
mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.
Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pebelajar dan
memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan,
membuat pebelajar menjadi lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun
pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Aplikasi
model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu:
1) Menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam
proyek sosial.
52
2) Dalam tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan
underpinned oleh kepercayaan yang bermanfaat pada pengembangan
pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran.
3) Proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai
peluang untuk kreativitas, karena para siswa mengadakan percobaan
dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk menyelesaikan
permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan pembentukan masyarakat praktek Grant (2008).
4.3 Tahap Pembelajaran.
Sama seperti pembelajaran pada umumnya, strategi pembelajaran berbasis
proyek terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu:
a. Tahap perencanaan pembelajaran proyek.
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran proyek.
c. Tahap evaluasi pembelajaran proyek.
A. Perencanaan.
Mengingat perencanaan strategi pembelajaran berbasis proyek harus disusun
secara sistematis maka langkah – langkah perencanaan dirancang sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek.
2. Menganalisis karakteristik siswa.
3. Merumuskan strategi pembelajaran.
4. Membuat lembar kerja.
5. Merancang kebutuhan sumber belajar.
6. Merancang alat evaluasi.
B. Pelaksanaan.
Agar proses pelaksanaan praktik kejuruan dengan menggunakan strategi
pembelajaran berbasis proyek ini berjalan dengan baik, ada beberapa kegiatan
yang dilakukan:
1. Mempersiapkan sumber belajar yang disiapkan.
2. Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja.
3. Mengelumpukkan siswa sesuai dengan tugas masing – masing.
53
4. Mengerjakan proyek.
C. Evaluasi.
Tahap evaluasi merupakan tahap penting dalam pembelajaran berbasis proyek.
Agar guru mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai.
Penilaian melalui tugas dilakukan terhadap tugas yang dikerjakan siswa
secara individu atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas sering berkaitan
dengan pengumpulan data/bahan, analisis data, penyajian data atau bahan, dan
pembuatan laporan. Penilaian tugas dapat dilakukan terhadap proses selama
pengerjaan tugas atau terhadap hasil tugas akhir. Dengan demikian guru dapat
menetapkan hal – hal yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale).
Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek pada siswa
tergantung dari rancangan tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang
harus dapat menggali penemuan-penemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam
pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan fasilitator, di mana dalam
penerapan pembelajaran berbasis proyek, pendidik harus mampu memotivasi
siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi proyek secara
demokratis.
B. Resume
Perencanaan pembelajaran berbasis proyek ini adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajarannya.
Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif, inovatif, dan unik, yang
berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa.
Lima langkah utama dalam model ini :

Menetapkan tema proyek.

Menetapkan konteks belajar.

Merencanakan aktivitas.

Memeroses aktivitas.

Penerapan aktivitas (Santyasa, 2006)
54
Keuntungan-keuntungan model pembelajaran ini :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Meningkatkan kolaborasi kelompok dalam proyek, siswa mampu
mengembangakan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi dan
kinerja ilmiah siswa.
4. Meningkatkan keterampilan mengelolah sumber yaitu bertanggung jawab
untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Pembahasan dalam diskusi kelas :

Contoh pembelajaran pada matematika (misalnya mencari nilai π).

Cara mengatasi kelemahan pembelajaran ini.

Sistem penilaian.

Perbedaan pembelajaran berbasis masalah dan proyek :
Guru di sini menjadi pembimbing full (PBL) sedangkan pada
pembelajaran berbasis proyek guru hanya fasilitator dan dalam metode ini,
merupakan tugas kompleks (siswa dibiarkan mandiri untuk melakukan
tugasnya sendiri) dan terakhir harus membuat laporan, guru hanya
mengawasi tanpa harus mengarahkan.

Persamaan, siswa yang aktif, guru fasilitator, kolaborasi, penilaiannya.
Model
Pembelajaran
Taktik / gaya
guru mengajar
Pendekatan/Sudut
pandang
Metode/strategi
guru
55
C. Pertanyaan
1.
Bagaimana sistem penilain dalam pembelajaran berbasis proyek?
Jawab :
Sistem penilaiannya yaitu dengan meliahat hasil makalah atau persentase
hasil proyek, kekompakan anggota kelompok, kerumitan proyeknya, dan
terakhir yaitu keaktifan individu dalam kelompok.
2.
Bagaimana cara meningkatkan kolaborasi peserta didik pada pembelajaran
berbasis proyek (PBP) yang besifat kelompok?
Jawab :
Yaitu dengan memotifasi anggota dari masing-masing kelompok dengan
cara membagi tugas terhadap setiap indifidu sehingga menimbulkan rasa
tanggung jawab bersama antara angota kelompok, sehingga semua anggota
saling bekerjasama dan ingin menyelesaikan proyek mereka dengan
semaksimal mungkin.
3.
Apa perbedaan PBP (proyek), PBP (penemuan), dan PBM?
Jawab :
Perbedaan antara PBP(proyek) dan PBP (penemuan) serta PBM yaitu PBM
masih di bimbing oleh guru sedang pada proyek dan penemuan guru hanya
fasilitator saja, dan PBM menuntut peserta didik untuk memecahkan suatu
masalah sedangkan penemuan menuntut peserta didik untuk mencari konsep
baru dari apa yang mereka pelajari, dan terakhir proyek yaitu peserta didik
di beri tugas berupa proyek yang harus ia selesaikan pada akhir
pembelajaran.
4.
Ada tiga pendekatan dalam pembelajaran berbasis proyek. Sebutkan dan
jelaskan?
Jawab :
a.
Pendekatan Konstruktivisme
56
Pendekatan pembelajaran proyek ini didukung oleh teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar ini berdasarkan pada ide bahwa anak
didik dapat membangun pengetahuannya sendiri dalam konteks
pengalaman. Pendekatan pembelajaran proyek ini dapat dipandang
sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat
mendorong anak membangun pengetahuan dan keterampilan secara
personal. Mereka akan memahami bahan kajian dengan menggunakan
bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan, dan
alami.
b.
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan yang melibatkan keterampilan pemperolehan berbagai
konsep pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan nilai-nilai yang
dilakukannya sendiri melalui sejumlah proses, seperti mengamati,
mencari, dan menemukan.
c.
Pendekatan Children Centre
Pendekatan pembelajaran proyek ini beranggapan bahwa pusat kegiatan
pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak. Anak didik memiliki
kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari,
menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, keterampilan, srta nilai-nilai yang telah diperolehnya.
5.
Apakah pembelajaran berbasis proyek ini sudah terlaksana dengan baik
pada kurikulum 2013?
Jawab :
Belum karena kurikulum 2013 baru akan di berlakukan jadi belum ada
pelaksaaan model pembelajaran berbasis proyek ini dalam kurikulum 2013,
namun menurut saya model ini baik di terapkan untuk kurikulum 2013.
6.
Coba anda jelaskan kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis proyek?
Jawab :
1. Meningkatkan motivasi.
57
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa
siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam
mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran
dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam
proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
2.Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas
pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada
bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang
mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa
menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
3.Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya
kerja
kelompok
dalam
proyek
memerlukan
siswa
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson &
Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran
informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teoriteori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar
adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
4.Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang
diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
58
7.
Dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa hambatan dalam
implementasi pembelajaran, diantaranya adalah banyak orang tua peserta
didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk memasuki
sistem baru, adakah cara untuk menangani hambatan tersebut?
Jawab :
Ada, yaitu dengan mencari proyek yang tidak terlalu membutuhkan media
yang mahal dan mudah di dapatkan di pasaran dengan harga murah
sehingga orang tua tidak terlalu terbebani, dan sebaiknya sebelumnya di
lakukan pemberitahuan dulu pada orang tua menegenai tugas yang akan di
lakukan agar mereka lebih paham bahwa hal ini juga penting bagi
pembelajaran anak mereka (peserta didik).
8.
Coba
anda
berikan
contoh pembelajaran
berbasis
proyek
dalam
pembelajaran berbasis proyek?
Jawab :
Contohnya yaitu dengan membuat sebuah proyek rangkuman semua
pelajaran matematika yang di lakukan selama satu semester dan akan di
kumpulkan sebelum ujian naik kelas.
9.
Apakah kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek?
Kelemahannya yaitu :
1.Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertikal maupun
horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
2.Pemilihan topik proyek yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup
fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan, bukanlah pekerjaan yang
mudah.
3.Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok
proyek yang dibahas
4.Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini
sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru
belum siap untuk ini.
59
10. Apakah pembelajaran berbasis proyek ini bisa diterapkan disetiap pelajaran!
Kemukakan pendapat anda?
Jawab :
Menurut saya tidak semua pelajaran dapat di terapkan model ini karena
massing-masing pelajaran memiliki tingkat kerumitan dan materi yang
berbeda-beda dan tidak seemuanya dapat di lakukan pengerjaan proyek.
11. Bagaimana cara seorang guru mengetahui bahwa siswanya merasa cocok
dan senang dengan pembelajaran berbasis proyek ini?
Jawab :
Yaitu dengan melihat perilaku dan bagaimana siswa itu menanggapi dan
aktif dalam kelas, juga dengan berkomunikasi pada siswa tentang proyek
yang di berikan, juga guru bisa mengecek dari hasil kerja proyeknya itu.
12. Dalam pembelajaran berbasis proyek, apabila peserta didik ingin
mengahasilkan berbagai bentuk hasil belajar, maka peserta didik harus
melakukan eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis, dan informasi.
Jelaskan kelima hal tersebut?
Jawab
Eksplorasi
:
adalah
upaya
awal
membangun
pengetahuan
melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary).
Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan
dengan menerapkan strategi belajar aktif.
Penilaian adalah proses memberikan nilai atas suatu pembelajaran.
Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau
gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan
simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi
simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).
60
Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan
berbagai elemendan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola
baru yang lebihmenyeluruh.
Informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu
kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk
pengambilan keputusan.
13. Dalam
kreteria
pembelajaran
berbasis
proyek
terdapat
otonomi
pembelajaran. Apa yang dimaksud dengan otonomi pembelajaran dan
mengapa harus ada otonomi pembelajaran di dalam kreteria pembelajaran
berbasis proyek?
Jawab :
Otonomi pembelajaran dalam model berbasis proyek yaitu pembelajaran
berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan kepada pebelajar
untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih
otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri
serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Oleh karena ini lah sehingga
otonomi pembelajaran ini diharuskan.
D. Kesimpulan PBP (Perencanaan Berbasis Proyek)

PBP adalah keseluruhan bentuk-bentuk pemberian tugas yang mana
tugasnya itu bersifat proyek dan memiliki kerumitan-kerumitan tertentu.

Sama dengan model pembelajaran lainnya yaitu tidak bisa atau belum
tentu cocok dengan materi, keadaan atau situasi pendidikan.

Dalam hal ini PBP tergantung pada beberapa faktor jika ingin diterapkan
pada semua mata pelajaran yang mana faktornya itu meliputi fasilitas,
materi yang cocok, waktu, tempat (gedung), dibutuhkan pula kreatifitas
guru dalam mengolah kurikulum.

Faktor yang dinilai dalam PBP ini adalah pengerjaan proyek, waktu, dan
di susun dalam sebuah laporan dan presentasi.
61


Ada beberapa kelemahan dalam PBP ini yaitu :
-
Banyaknya biaya yang dibutuhkan
-
Waktu yang lama
-
Membutuhkan peralatan dan media-media dalam pengerjaannya.
Peran guru di sini yaitu sebagai pemberi tugas yang mana tugas itu akan di
kerjakan oleh murid secara mandiri.
62
BAB V
Perencanaan Pembelajaran Silabus
A. Materi Silabus
5.1 Pengertian
Berikut adalah beberapa definisi tentang silabus dalam konteks dunia pendidikan
dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun:

Di dalam dokumen-dokumen tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok
mata
pelajaran/tema
tertentu
yang
mencakup
standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.

Menurut Salim, 1987:98" "silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar,
atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran."

Menurut Yulaelawati, 2004:123, "silabus merupakan seperangkat rencana
serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun
secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan
untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menyebutkan bahwa
silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

Menurut About.com, silabus adalah dokumen-dokumen yang ditulis dan
dibagikan oleh profesor (dosen/guru) untuk memberikan siswa suatu
pengetahuan
awal
(overview)
tentang
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan. Silabus umumnya dibagikan di hari pertama masuk kelas,
dan mengandung unsur-unsur seperti: judul-judul perkuliahan dan
penjadwalan pembelajaran, nama profesor/guru/dosen lengkap dengan
alamat kontaknya, harapan-harapan selama pembelajaran dan kehadiran,
topik dan bab yang dicakup, tanggal-tanggal tes, tanggal-tanggal penting
63
lainnya, kebijakan penilaian (perangkingan), buku teks yang dibutuhkan
dan material lainnya.

Menurut the free dictionary, silabus adalah suatu garis besar atau poinpoin utama dari suatu teks, atau perkulian, atau pemngajaran.

Menurut dictionary.reference, silabus (jamak: silabi) adalah sebuah outline
(garis
besar)
pernyataan
dari
poin-poin
utama
suatu
kursus/pendidikan/pembelajaran, subjek dari suatu pembelajaran/kursus,
konten dari kurikulum, dan sejenisnya.

Pengertian silabus menurut wikipedia adalah: "silabus adalah suatu outline
dan ringkasan dari topik-topik yang dicakup dalam suatu pendidikan atau
kursus." Silabus bersifat deskriptif dan menentukan, atau kurikulum yang
spesifik. Silabus biasanya dibuat oleh suatu lembaga pengujian, atau
disiapkan oleh profesor yang mensupervisi atau mengontrol kualitas suatu
kursus/pendidikan, dan disiapkan dalam bentuk paper (tercetak) atau
online. Silabus dan kurikulum seringkali saling dileburkan dan seringkali
diberikan kepada siswa pada sesi pertama kelas sehingga tujuan
kursus/pendidikan/pembelajaran menjadi jelas bagi siswa. Silabus acapkali
mengandung informasi khusus tentang kursus/pendidikan/pembelajaran
sepertin informasi mengenai dimana, kapan, dan bagaimana menghubungi
pengajar (guru/dosen) dan asisten pengajar, outline tentang materi apa
yang akan dicakup/diajarkan, jadwal dan tanggal-tanggal pelaksanaan tes
hingga tanggal-tanggal penugasan, sistem grading (perangkingan)
penilaian, tata tertib kelas, dsb. Berkaitan dengan ujian, silabus
menyediakan batasan apa yang seharusnya guru ajarkan dan ujian hanya
boleh mengetes apa yang diamanatkan oleh silabus.
64
5.2 Komponen Silabus Kurikulum 2013
Dimana telah kita ketahui Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit
memuat :

Identitas
mata
pelajaran
(khusus
SMP/MTs/SMPLB/PaketB
dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan).

Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.

Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
matapelajaran.

Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.

Tema(khususSD/MI/SDLB/PaketA).

Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.

Pembelajaran,yaitukegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun.

Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
5.3 Contoh Format Silabus Kurikulum 2013
Mata Pelajaran
:
Nama Sekolah
:
Kelas
:
Kompetensi Inti
:
65
Kompetensi
Materi
Dasar
Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumbe
Waktu
r
Belajar
B. Resume
Pengertian silabus menurut wikipedia adalah: "silabus adalah suatu outline
dan ringkasan dari topik-topik yang dicakup dalam suatu pendidikan atau kursus."
Silabus bersifat deskriptif dan menentukan, atau kurikulum yang spesifik. Silabus
biasanya dibuat oleh suatu lembaga pengujian, atau disiapkan oleh profesor yang
mensupervisi atau mengontrol kualitas suatu kursus atau pendidikan, dan
disiapkan dalam bentuk paper (tercetak) atau online. Silabus dan kurikulum
seringkali saling dileburkan dan seringkali diberikan kepada siswa pada sesi
pertama kelas sehingga tujuan pembelajaran menjadi jelas bagi siswa. Silabus
acapkali mengandung informasi khusus tentang pembelajaran sepertin informasi
mengenai dimana, kapan, dan bagaimana menghubungi pengajar (guru atau
dosen) dan asisten pengajar, outline tentang materi apa yang akan diajarkan,
jadwal dan tanggal-tanggal pelaksanaan tes hingga tanggal-tanggal penugasan,
sistem grading (perangkingan) atau penilaian, tata tertib kelas, dsb. Berkaitan
dengan ujian, silabus menyediakan batasan apa yang seharusnya guru ajarkan dan
ujian hanya boleh mengetes apa yang diamanatkan oleh silabus.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan
kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat :

Identitas
mata
pelajaran
(khusus
SMP/MTs/SMPLB/PaketB
dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan).

Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
66

Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
matapelajaran.

Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.

Tema(khususSD/MI/SDLB/PaketA).

Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.

Pembelajaran,yaitukegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun.

Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran
pada setiap tahun ajaran tertentu.Silabus digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
C. Pertanyaan Silabus
1.
Fungsi dari pembuatan silabus?
Jawab :
Fungsinya yaitu sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan memudahkan dalam penyusunan RPP oleh guru dan pihak
sekolah.
67
2.
Perbedaan antara silabus dan RPP?
Jawab :
Perbedaannya yaitu silabus dibuat untuk
1 periode tertentu sedangkan,
RPP hanya perpertemuan atau perbab.RPP memiliki skenario pembelajaran
mulai dari kegiatan awal, inti, dan akhir (terperinci).
3.
Apakah silabus dibuat secara perorangan, kelompok, atau mandiri?
Jawab :
Silabus di susun secara berkelompok pada lembaga yang man lembaga yang
menyusun silabus ini dibawahi mentri pendidikan, dan budaya yang mana
disusun oleh lembaga yang mencakup ahli, prfesor, dan guru.
4.
Komponen yang paling menonjol dalam pembuatan silabus?
Jawab :
Komponen yang paling menonjol adalah kompetensi inti, materi, alokasi
waktunya. Karena dalam sebuah silabus yang paling di tekankan adalah
pencapaian kompetensi inti, penguasaan materi yang sesuai dengan alokasi
waktu.
5.
Apakah silabus dapat dibuat dua atau lebih mata pelajaran?
Jawab : Ada yang bisa seperti IPA yang mencakup pelajaran fisika dan
biologi, namun khusus untuk matematika, bahasa indonesia, dan bahasa
inggris tidak bisa di gabungkan.
6.
Apakah keungguluan silabus dalam kurikulum 2013?
Jawab :
Keunggulannya yaitu tidak ada lagi kompetensi dasar dan digantikan oleh
kompetensi inti yang mana pada kompetensi inti ini sangat menekankan
pada moral peserta didik pada semua pelajarannya.
68
7.
Manfaat silabus bagi guru dan siswa?
Jawab :
Manfaatnya bagi guru yaitu sebagai acuan untuk membuat RPP dan acuan
dalam mengajar, sedangkan untuk siswa yaitu bermanfaat agar siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan suasana yang bersistem dan terstruktur
dengan rapi.
8.
Apakah silabus sudah ada dalam kurikulum 2013?
Jawab :
Iya, sudah ada beberapa contoh silabus yang mempergunakan kurikulum
2013 dan pada kurikulum ini kompetensi dasar di ganti oleh kompetensi
inti.
9.
Apakah hubungan pendidikan karakter dengan pembuatan silabus?
Jawab :
Hubungannya yaitu pendidikan karakter mencakup pendidikan moral,dan
akhlak peserta didiknya, dan pada pembuatan silabus khususnya yang
kurikulum 2013 ini sangat menekannkan tentang peningkatan moral dan
akhlak peserta didik seperti yang di cantumkan dalam kompetensi intinya.
D. Kesimpulan Silabus

Perencanaan untuk memudahkan kita mencapai tujuan kita.

Lembaga yang menyusun silabus ini dibawahi mentri pendidikan, dan
budaya yang mana disusun oleh lembaga yang mencakup ahli, prfesor, dan
guru.

Kurikulum 2013 memiliki misi kemanusian, sikap seperti Kognitifdan
psikomotorik,keterampilan (mengamati, menanya, menalar, mengkaji,
mencoba).

Kompetensi ini ini berlaku untuk semua mata pelajaran jadi ini berarti kita
tetap harus selalu menilai sikap, moral peserta didik.
69

Silabus dan RPP itu ada di dalam kurikulum kompetensi dasar,
kompetensi inti, kecuali indikator yang di tempati guru untuk berkreasi.

Yang disusun dalam kurikulum itu hanya kerangka luar saja.

Penilaian harus dimuat sikap, psikomotorik, afektif, kognitif.

Silabus untuk 1 semester, RPP tiap pertemuan.

Bisakah silabus itu dibuat sendiri maupun berkelompok, tentu saja bisa
yang jelas sesuai dengan mata pelajarannya misalnya khusus matematika.

Fleksibel adalah bisa disesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, jadi
maksudnya guru diberikan kebebasan untuk berkreasi, dan tergantung dari
sekolah masyarakat dan sekolah.

Kurikulum 2013 masih sosialisasi, pelatihan, dan hanya beberapa sekolah
yang ada.
70
BAB VI
Perencanaan Pembelajaran RPP
A. Materi RPP
6.1 Pengertian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah salah satu perangkat guru
yang wajib dibuat sebelum mengajar dan di persiapkan sebaik-baiknya dengan
melihat pedoman penyusunan RPP, jadi RPP adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkanKD
atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
6.2 Komponen RPP
1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3. kelas/semester;
4. materi pokok;
5. alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6. Tujuan Pembelajaran, dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
71
8. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi;
9. Metode Pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan
dicapai:
10. Media, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran;
11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
12. Langkah-langkah
pembelajaran
dilakukan
melalui
tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan
13. Penilaian hasil pembelajaran.
6.3 Contoh Format RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester
: X/1
Mata Pelajaran
: Metematika
Materi Pokok
: Grafik Fungsi Eksponensial dan Logaritma
Alokasi Waktu
: 1 x 45 menit (6 kali pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
72
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
Pertemuan
1
Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan dan
menganalisis berbagai
konsep dan prinsip
fungsi eksponensial dan
logaritma serta
menggunakannya dalam
menyelesaikan masalah
2-5
3.2 Menganalisis data sifat-
4.1 Menyajikan grafik fungsi
sifat grafik fungsi
eksponensial dan
eksponensial dan
logaritma dalam
logaritma dari suatu
memecahkan masalah
permasalahan dan
nyata terkait pertumbuhan
73
menerapkannya dalam
pemecahan masalah.
dan peluruhan.
4.2 Mengolah data dan
menganalisis
menggunakan variabel
dan menemukan relasi
berupa fungsi
eksponensial dan
logaritma dari situasi
masalah nyata serta
menyelesaikannya.
6
Ulangan Harian
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian fungsi eksponensial
2. Menjelaskan pengertian fungsi logaritma
3. Menggambar grafik fungsi eksponensial
4. Menggambar grafik fungsi logaritma
5. Mengidentifikasi sifat-sifat fungsi eksponensial dari sutau grafik
6. Mengidentifikasi sifat-sifat fungsi logaritma dari suatu grafik
7. Menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan sifat-sifat fungsi
eksponensial dan fungsi logaritma
D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan I:
Melalui proses pengamatan, bertanya, bernalar, dan diskusi peserta didik
dapat:
1.
Menjelaskan pengertian fungsi eksponensial
2.
Menjelaskan pengertian fungsi logaritma
3.
Menunjukkan ketelitian, mandiri, dan tanggung jawab
4.
Menunjukkan kerjasama dan komunikasi dalam kerja kelompok
74
E. Materi Pembelajaran
Fakta
1. Masalah kontekstual yg berkaitan dengan eksponen dan logaritma
(pertumbuhan dan peluruhan) seperti soal-soal Ujian Nasional yang setiap
tahun selalu keluar atau soal-soal masuk Perguruan tinggi, dll
2. Grafik Fungsi eksponensial
3. Grafik Fungsi Logaritma
Konsep
1. Sifat-sifat fungsi eksponensial
2. Sifat-sifat fungsi logaritma
Prinsip
1. Fungsi y =a(bcx), Jika c 0 maka kecenderungannya disebut pertumbuhan
eksponensial
2. Fungsi y =a(bcx), Jika c 0 maka kecenderungannya disebut peluruhan
eksponensial
Prosedur
1. Langkah-langkah menggambar grafik fungsi eksponensial dan logaritma
2. Langkah-langkah menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan
sifat-sifat fungsi eksponensial dan fungsi logaritma
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan
: Saintifik
2. Model Pembelajaran : inquiry
3. Metode
: Ceramah, diskusi kelompok,tanya jawab, dan
penugasan
75
G. Alat/Media/Bahan
1. Alat/media
: Model grafik fungsi
2. Bahan ajar
: Buku Matematika pegangan guru, Buku Matematika
pegangan siswa
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan
Pendahuluan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
1. Siswa merespon
waktu
salam dan pertanyaan 15 menit
dari guru berhubungan dengan kondisi
dan pembelajaran sebelumnya
2. Siswa
menerima
informasi
tentang
pembelajaran yang akan dilaksanakan
dengan materi yang memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
3. Siswa
menerima
informasi
tentang
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran serta
metode yang akan dilaksanakan
4. Melaksanakan
pre
tes
tentang
eksponensial dan logaritma
76
Kegiatan
Inti
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
waktu
Mengamati
1. Mengamati dan mencermati gambar dalam
kehidupan
nyata
seperti
30 menit
mainan
pperosotan, atap rumah gadang, dll secara
berkelompok (yang disiapkan)
2. Siswa memperhatikan karakteristik gambar
yang disajikan.
15 menit
Menanya
Siswa mendiskusikan tentang karakteristik
gambar yang diamati.
10 menit
Menalar
 Siswa mencari contoh lain permasalahan
nyata
yang
berkaitan
dengan
fungsi
eksponensial dan fungsi logaritma
 Siswa membandingan karakteristik gambar
10 menit
dan permasalahan kehidupan nyata
Mencoba
1. Setiap
kelompok
mendeskripsikan
pengertian tentang fungsi eksponensial
2. Setiap
kelompok
mendeskripsikan
20 menit
pengertian tentang fungsi logaritma
Mengasosiasi
1. Siswa menghubungkan antara pengertian
fungsi eksponensial dan fungsi logaritma
dari masing-masing kelompok.
77
Kegiatan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
waktu
2. Siswa menyimpulkan pengertian fungsi
eksponensial dan fungsi logaritma
3. Guru
15
membimbing/menilai kemampuan
siswa dalam melakukan aktifitas
menit
dan
merumuskan kesimpulan
Mengomunikasikan
1. Siswa menyampaikan kesimpulan tentang
pengertian fungsi ekponensial
2. Siswa menyampaikan kesimpulan tentang
pengertian fungsi logaritma
3. Guru memberi penguatan terhadap
kesimpulan yang disampaikan siswa
4. Guru menilai kemampuan siswa
berkomunikasi lisan
78
Kegiatan
Penutup
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
waktu
1. Siswa menyimpulkan materi yang telah 20 menit
dipelajari
2. Siswa merefleksi penguasaan materi yang
telah dipelajari dengan membuat catatan
penguasaan materi.
3. Siswa melakukan evaluasi pembelajaran.
4. Siswa saling memberikan umpan balik
hasil evaluasi pembelajaran yang telah
dicapai.
5. Guru memberikan tugas mandiri sebagai
pelatihan
keterampilan
dalam
menyelesaikan masalah matematika yang
berkaitan dengan fungsi eksponen dan
logaritma
6. Melaksanakan postes
7. Siswa mendengarkan arahan guru untuk
materi pada pertemuan berikutnya
I.
Penilaian
1. Penilaian proses
Teknik
Waktu
Instrumen
Penilaian
Penilaian
Penilaian
No
Aspek yang dinilai
1.
Ketelitian
2.
Kejujuran
Pengamata penilaian
3.
Kedisiplinan
n
nomor 1 dan
4.
Kemandirian
(terlampir)
2 untuk
5.
Rasa ingin tahu
Pengamatan
Proses
Lembar
Keterangan
Hasil
masukan
79
No
Aspek yang dinilai
6.
Tanggung jawab
Teknik
Waktu
Instrumen
Penilaian
Penilaian
Penilaian
Keterangan
pembinaan
dan informasi
bagi Guru
Agama dan
Guru PPKn
2. Penilaian Hasil
Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Kompetensi
Penilaian
Penilaian
Siswa dapat
Tes lisan
Penugasan
Instrumen
Berdasarkan pengertian fungsi
menjelaskan
eksponensial, carilah satu
pengertian fungsi
permasalahan nyata yang dapat
eksponensial
digambarkan sebagai fungsi
eksponensial
Siswa dapat
Tes lisan
Penugasan
Berdasarkan pengertian fungsi
menjelaskan
eksponensial, carilah satu
pengertian fungsi
permasalahan nyata yang dapat
logararitma
digambarkan sebagai fungsi
logaritma
Pedoman Penskoran
1.
Soal nomor 1
Tahapan
Skor
max
Permasalahan yang ditunjukkan adalah permasalahan sehari-hari
1
3
Permasalahan tersebut sesuai dengan pengertian fungsi eksponensial
80
SKOR MAKSIMAL
2.
4
Soal nomor 2
Skor
Tahapan
max
Permasalahan yang ditunjukkan adalah permasalahan sehari-hari
1
Permasalahan tersebut sesuai dengan pengertian fingsi logaritma
3
4
Nilai Akhir =
Jumlah Perolehan Skor
Jumlah Skor Maksimum
J. Sumber Belajar
1. Buku Matematika pegangan siswa Kemendikbud Tahun 2013
2. Buku Matematika pegangan guru Kemendikbud Tahun 2013
Jakarta, 23 Agustus 2013
Guru Mata Pelajaran Matematik
Iwan Suyawan
B. Resume
Singkatan dari rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu RPP.
81
Menurut kurikulum 2013 RPPyaitu reencana pembelajaran yang di kembangkan
secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus.
RPP mencakup :

Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester.

Materi pokok.

Alokasi waktu.

Tujuan pembelajaran, KD dan KI indikator pencapaaian kompetensi.

Materi pembelajaran, metode pembelajaran.

Media, alat dan sumber belajar.

Langkah-langkah kegiatan dan sumber belajar.

Penilaian.
Komponen RPP Kurikulum 2013 paling sedikit memuat :

Tujuan pembelajaran.

Materi pembelajaran.

Metode pembelajaran.

Sumber belajar.

Penilaian.
C. Pertanyaan RPP
1.
Perbedaan antara RPP SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi?
Jawab :
Perbedaannya sebenarnya tidak ada hanya dari segi materi dan penyampaian
materinya saja, yang berbeda antara SD, SMP, dan SMA.
2.
Dalam RPP terdapat yang namanya umpan balik. Apa yang dimaksud
dengan umpan balik?
82
Jawab:
Umpan balik yaitu proses pembelajaran yang mengharuskan guru dan
peserta didik saling berinteraksi, dan di sini guru memiliki peran untuk
memberikan umpan pengajaran dan peserta didik menanggapinya dan
begitu seterusnya.
3.
Sebutkan format RPP kurikulum 2013?
Jawab :
Format RPP kurikulum 2013 yaitu :
4.

Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester.

Materi pokok.

Alokasi waktu.

Tujuan pembelajaran, KD dan KI indikator pencapaaian kompetensi.

Materi pembelajaran, metode pembelajaran.

Media, alat dan sumber belajar.

Langkah-langkah kegiatan dan sumber belajar.

Penilaian.
Perbedaan KTSP dan dengan kurikulum 2013?
Yaitu terletak di penerapan kompetensi intinya dan pada kurikulum 2013 ini
sangat di tekankan mengenai moral dan akhlak peserta didik berbeda
dengan KTSP yang tidak menekankan pada aspek itu.
5.
Apakah di dalam RPP semua siswa terlibat?
Jawab :
83
Tidak karena dalam pembuatan RPP yang membuatnya itu hanya guru dan
atau sekelompok guru mata pelajaran tertentu saja, siswa hanya dapat ikut
berpartisipasi dan terlibat pada penerapan dan pengaplikasian RPP ini saja.
6.
Jelaskan perbedaan antara silabus dan RPP?
Jawab :
Perbedaannya yaitu silabus dibuat untuk satu masa tertentu yang sudah di
tetapkan misalnya per semester dan di buat oleh pemerintah pusat,
sedanggkan RPP dibuat perbab atau hanya perpertemuan saja dan di buat
oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran tertentu saja, yang mana
pembuatan RPP ini mengacu pada isi dari silabus.
7.
Jelaskan mengapa harus ada RPP sedangkan sudah ada silabus dan
kurikulum sebagai kerangka acuan pembelajaran?
Jawab :
Karena dengan adanya RPP dapat menjelaskan lebih detail dan siknifikan
mengenai skenario dan materi yang di pelajari alam satu pertemuan itu,
namun harus tetap mengacu pada silabus yang hanya mencakup materi dan
alokasi waktu dalam penjabaran garis besarnya saja.
8.
Jelaskan manfaat RPP bagi siswa?
Jawab :
RPP bagi siswa yaitu untuk membuat siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan nyaman dengan suasana yang terorganisir.
9.
Apakah ada perbedaan antara RPP di sekolah yang satu dengan sekolah
yang lain, jika ada jelaskan?
84
Jawab :
Perbedaannya mungkin dari segi metode dan fasilitas pengajarannya saja
namun materi yang di ajarkan harus sesuai dengan sekolah yang lainnya
juga sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
10. Mengapa RPP harus bersifat fleksibel?
Jawab :
RPP harus fleksibel agar mudah bagi guru untuk berkreasi ataupun
melakukan perubahan jika ada yang tidak sesuai dan pembelajaran tidak
dapat berjalan secara efektif.
11. Sebelum pembuatan RPP apakah terlebih dahulu dilakukan riset?
Jawab :
Iya, sebaiknya memnag dilakukan riset terlabih dahulu agar RPP yang kita
buat itu bisa sesuai dengan situasi dan materi serta keadaan fasilitas dari
tempat kita akan mengajar dan menerapkan RPP ini.
12. Apakah setiap mata pelajaran menggunakan RPP?
Jawab :
Tentu saja semua mata pelajaran menggunakan RPP karena setiap
kurikulum yang berlaku itu terdapat silabus untuk semua mata pelajaran
yang harus di buat RPP nya oleh guru mata pelajaran itu.
13. Kesimpulan RPP

Perbedaan mendasar Silabus dan RPP (bentuk perencanaan pembelajaran)
Silabus 1 periode tertentu sedangkan RPP hanya perpertemuan atau
perbab.
85

RPP memiliki skenario pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti, dan
akhir (terperinci).

Silabus tidak mencerminkan bagaimana pembelajaran dalam kelas.

RPP SD, SMP, SMA formatnya sama tapi isi dan materi juga metodenya
disesuaikan dengan level, karakteristik, dan kreatifitas guru.

KI dan KD harus di buat berdasarkan kurikulum dan Silabus.

Model atau pendekatan yang digunakan harus sesuai dengan misi
kurikulum.

Materi prasyarat harus dimiliki dulu.

Umpan balik tindak lanjut (oleh guru) itu ada di skenario kegiatan terakhir
atau penutupnya sehingga siswa dapat termotifasi, tindak lanjut itu berupa
kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dari hasil, seperti memberi
tugas atau remedial jika banyak siswa yang kurang berhasil dalam mata
pelajarannya.

RPP ini berguna supaya guru dapat lebih mudah dalam melakukan atau
mengajarkan meterinya, meningkatkan percaya diri guru (karena sudah
menguasai materi).

RPP ini berguna untuk membuat siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan nyaman dengan suasana yang terorganisir.

Jika alokasi waktu tidak sesuai dan ada indikator yang belum di selesaikan
dan materi itu penting dan butuh waktu maka bisa kita sisipkan ke dalam
pembelajaran atau pertemuan berikutnya.

Materi prasyarat yang dimaksud adalah dari pembelajaran sebelumnya.

Tidak menutup kemungkinan RPP itu kita perbaiki.

Semua harus diprediksi seperti alokasi waktunya.

RPP harus tidak kaku dan fleksibel namun harus memperhatikan materi
dan media yang bisa atau bisa juga memakai metode lain.

Dilakukan obserfasi awal atau pengamatan sebelum membuat membuat
RPP.

Dalam pembuatan RPP siswa tidak dilibatkan.
86

Semua guru pasti memiliki RPP terutama yang bersertifikasi jika tidak ada
maka sertifikasinya akan di cabut, dan semua harus melakukan atau
melaporkan SAP, Silabus, RPP, daftar hadir, nilai dan hasil penelitian.

Memuat 3 instrumen penilaian.

Semua mata pelajaran harus dibuat RPP nya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Patricia, “Buku Catatan Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika”
palopo.
http://ekoduatiga.blogspot.com/2013/09/konsep-perencanaan
pembelajaran_7463.htmlhttp://massofa.wordpress.com/2013/05/27/modelpembelajaran-berbasis-masalah-problem-based-learning/
http://erwanherwandy.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-penemuandiscovery.html
http://pembelajaranku.com/pembelajaran-berbasis-proyek/
http://pendidikanterbuka.blogspot.com/2013/07/komponen-silabus-dan-rppkurikulum-2013.html
88
Download