541 Analisis ekspresi gen antivirus PmAV ... (Andi Tenriulo) ANALISIS EKSPRESI GEN ANTIVIRUS PmAV PADA UDANG WINDU, Penaeus monodon YANG DITANTANG DENGAN WSSV Andi Tenriulo, Syarifuddin Tonnek, Bunga Rante Tampangallo, Aan Fibro Widodo, dan Andi Parenrengi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sittaka No.129 Maros, Sulawesi Selatan 90512 E-mail: [email protected] ABSTRAK Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu spesies lokal krustase yang telah dibudidaya di Indonesia. Kasus penyakit virus merupakan salah satu kendala utama yang dihadapi pembudidaya udang tersebut, yang sampai saat ini belum bisa diatasi secara tuntas. Sebagai langkah awal dalam penanggulangan penyakit udang windu dilakukan analisis ekspresi gen yang berperan dalam pertahanan tubuh udang windu, termasuk gen antivirus PmAV (Penaeus monodon antiviral gene). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi gen PmAV khususnya pada udang windu yang ditantang dengan virus WSSV. Larva udang windu ditantang dengan WSSV dengan konsentrasi 2 mL/L media pemeliharaan. Pengamatan ekspresi gen PmAV pada hepatopankreas dilakukan pada 6 jam, 12 jam, 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, dan 5 hari setelah uji tantang dengan menggunakan semi-kuantitatif PCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi WSSV dapat menyebabkan penurunan sintasan larva yang nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol. Ekspresi gen PmAV mulai terlihat peningkatannya sejak 6 jam dan menurun pada hari ke-2 serta sedikit meningkat sampai dengan akhir penelitian. Ketika ditantang dengan WSSV, gen PmAV menunjukkan respons meningkat (up-regulation). Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa gen PmAV berperan aktif dalam merespons infeksi virus WSSV yang nantinya akan berguna dalam pengendalian penyakit virus pada udang. KATA KUNCI: ekspresi, gen antivirus, uji tantang, udang windu PENDAHULUAN Budidaya udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas andalan budidaya di Indonesia dan telah menghasilkan devisa negara yang cukup signifikan. Meskipun demikian, sejak tahun 1990-an, budidaya udang windu mengalami berbagai kasus kematian, baik akibat lingkungan perairan yang kurang mendukung maupun adanya serangan penyakit bakteri maupun virus. Sedikitnya 20 jenis virus penyebab penyakit pada budidaya udang telah dilaporkan (Zhang et al., 2004), virus bintik putih (white spot syndrome virus, WSSV) merupakan virus penyebab utama berbagai kasus kematian udang yang hingga kini belum dapat diatasi secara tuntas. Analisis gen-gen pengkode ketahanan penyakit pada krustase merupakan langkah awal dalam upaya pengendalian penyakit di masa mendatang. Beberapa peneliti telah berhasil mengisolasi beberapa gen yang dilibatkan dalam respons imunitas krustase misalnya penaeidin (Wang et al., 2006; Jiravanichpaisal et al ., 2007; Perdomo-Morales et al ., 2007; Ho & Song, 2009), proPO (prophenoloxidase) (Destoumieux et al., 1997; 2000a; 2000b; Sritunyalucksana et al., 1999; Wang et al., 2006; Jiravanichpaisal et al., 2007; Ai et al., 2008; Wang & Zhang, 2008; Yeh et al., 2009); lisozim (Vega et al., 2006; Burge et al., 2007), dan lektin (Denis et al., 2003; Ma et al., 2007; Sun et al., 2007; Zhang et al., 2009). Penemuan gen antivirus PmAV dari udang windu di Cina (Luo et al., 2003) dan di Indonesia (Parenrengi et al., 2009) memberikan harapan baru dalam mengkaji lebih mendalam peranan gen tersebut dalam upaya penanggulangan penyakit virus pada udang windu. Analisis ekspresi gen PmAV pada udang windu merupakan salah satu metode pada level molekuler untuk mengungkapkan keterlibatan gen tersebut dalam merespons infeksi virus. Pertahanan tubuh udang windu melalui analisis ekspresi gen tersebut dapat diketahui melalui uji tantang dengan menggunakan virus penyebab penyakit udang windu. Oleh karena itu, studi pendahuluan ini dilakukan dengan menggunakan larva udang windu yang ditantang dengan WSSV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi gen PmAV pada hepatopankreas udang windu dalam beberapa periode pengamatan setelah ditantang dengan WSSV. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 542 BAHAN DAN METODE Uji Tantang Larva dengan WSSV Sebelum digunakan, semua wadah penelitian disucihamakan dengan perendaman kaporit 30 mg/L selama satu hari, kemudian dinetralkan dengan natrium thiosulfat 30 mg/L. Wadah pemeliharaan berupa stoples diisi dengan air laut yang telah disaring dengan membran filter sebanyak 2 L. Kepadatan larva udang windu berukuran 0,15±0,05 g yang diaplikasikan adalah 15 ekor/wadah. Inokulum WSSV diinfeksikan ke larva udang dengan konsentrasi 2 mL/liter. Perlakuan percobaan adalah uji tantang WSSV terhadap larva udang windu dan kontrol tanpa uji tantang masing-masing 3 ulangan. Khusus untuk uji tantang ditambahkan 1 ulangan untuk pengamatan ekspresi gen antivirus. Selama percobaan, udang uji diberi pakan larva berupa pelet secara ad libitum dengan pemberian 3 kali/hari (pagi, siang, dan sore) selama 5 hari pemeliharaan. Pengamatan mortalitas dan pengambilan sampel hepatopankreas larva untuk analsis ekspresi gen PmAV dilakukan pada 6 jam, 12 jam, 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, dan 5 hari setelah uji tantang. Analisis Ekspresi Gen PmAV Ekstraksi RNA. Pengamatan ekspresi gen PmAV dilakukan dengan teknik semi- kuantitatif PCR. Sebanyak 10 mg hepatopankreas udang windu dimasukkan ke dalam tabung mikro (1,5 mL), kemudian dilarutkan dalam 200 μL isogen dalam wadah yang berisi es. Sampel yang sudah digerus ditambahkan kembali isogen sampai mencapai 800 μL, kemudian diinkubasi dalam suhu ruang selama 5 menit agar sampel dapat terlisis sempurna. Sampel ditambahkan dengan 200 μL kloroform kemudian divorteks dan dibiarkan kembali dalam suhu ruangan selama 2-3 menit. Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit kemudian diinkubasi pada suhu ruangan selama 5 menit dan supernatan yang terbentuk dipindahkan ke dalam tabung mikro baru yang telah berisi dengan 400 μL iso-propanol. Sampel dihomogenkan dengan membolak-balikkan tabung mikro secara perlahan kemudian disimpan dalam suhu ruangan selama 5-10 menit. Sampel disentrifugasi kembali pada kecepatan 12.000 rpm pada suhu 4oC selama 15 menit. Supernatan dibuang, sedangkan pelet dilarutkan dalam 1 mL etanol 70% dingin dan kemudian disentrifugasi pada kecepatan 12.000 rpm pada suhu 4oC selama 15 menit. Supernatan dibuang dan selanjutnya tabung mikro dikering-udarakan. Pelet RNA dilarutkan dengan DEPC 0,1% sebanyak 50 μL dan dilanjutkan dengan sintesis cDNA. Kemurnian dan kandungan RNA total diukur dengan menggunakan alat UV-VIS spektrofotometer pada panjang gelombang 260 dan 280 nm. Kemurnian dihitung berdasarkan perbandingan nilai absorpsi 260 nm dengan 280 nm, sedangkan konsentrasi DNA dapat dihitung berdasarkan nilai absorpsi 260 nm (Linacero et al., 1998). Síntesis cDNA dengan RT-PCR. Sistesis DNA komplementer (complementary DNA, cDNA) dilakukan dengan menggunakan kit Ready-To-Go You-Pime Fisrt Strand Beads dengan teknik Reverse TranscriptionPolymerase Chain Reaction (RT-PCR). Konsentrasi RNA 3 μg dalam 30 μL DEPC 0,1% dihomogenkan dengan vorteks dalam tabung mikro, kemudian dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 65oC selama 10 menit. Selanjutnya tabung mikro dimasukkan ke dalam es selama 2 menit, kemudian RNA dimasukkan ke dalam tabung first strand reaction mix beads yang telah berisi 2 butir bola putih. Primer oligo (dT) 5’-gta ata cga ata act ata ggg cac gcg tgg tcg acg gcc cgg gct ggt ttt ttt ttt ttt ttt t’3 dengan konsentrasi 1 μg/3 μL ditambahkan sebanyak 3 μL ke dalam reaksi, kemudian dibiarkan selama 1 menit. Tabung mikro diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 jam, kemudian cDNA ditambahkan dengan 50 μL air steril. Isolasi Gen PmAV. Isolasi gen PmAV dilakukan dengan menggunakan cDNA sebagai templat DNA. Primer yang digunakan adalah ORFPmAV-F 5’-tag tgc atg cat atg ggt cat aca atc cta-3’ dan PmAVSalIR 5’-ttg tcg act cct tta gaa tat tta ttc ttg-3’dengan target fragmen sekitar 800 bp. Ekspresi gen â-aktin udang windu digunakan sebagai kontrol seperti yang telah dikembangkan oleh Sriphaijit & Senapin (2007). Satu milligram cDNA digunakan sebagai templat untuk PCR menggunakan kit PureTaq ReadyTo-Go PCR Beads (GE Healthcare). Kit tersebut mengandung 2,5 unit Taq Polymerase, 10 mM Tris-HCl pH 9, 50 mM KCl, 1,5 mM MgCl2, dan 200 μM setiap dNTP-mix. 543 Analisis ekspresi gen antivirus PmAV ... (Andi Tenriulo) Amplifikasi gen antivirus dilakukan pada mesin PCR GenAmp 7200 (Applied Biosystem). Proses PCR dijalankan pada suhu pre-denaturasi 94oC selama 2 menit; 35 siklus untuk denaturasi 94oC selama 30 detik, annealing 60oC selama 30 detik, ekstensi 72oC selama 45 detik; dan final ekstensi 72oC selama 7 menit. Untuk melihat keberhasilan amplifikasi fragmen DNA target, 1,5 μL hasil PCR dieletroforesis pada gel agarose 1% pada tegangan 50 Volt selama 1-2 jam dan didokumentasi dengan Gel Documentation System. Untuk menentukan berat molekul fragmen DNA digunakan marker VC 100bp Plus DNA Ladder. Analisis Data Analisis ekspresi gen antivirus Pm AV pada larva udang windu yang ditantang dengan WSSV dianalisis dengan menggunakan semi-kuantitatif PCR. Untuk melihat perbedaan sintasan larva udang windu yang ditantang dengan WSSV dengan kontrol dilakuan analisis uji-t menggunakan program Statistix Versi 3,0. Penentuan tingkat ekspresi gen dilakukan berdasarkan ketebalan pita fragmen DNA pada gel elekroforesis dan selanjutnya disajikan secara deskriptif. HASIL DAN BAHASAN Sintasan Larva Introduksi WSSV pada media pemelihraan udang windu memperlihatkan efek penurunan sintasan udang windu. Kematian larva udang windu mulai terlihat pada pengamatan 12 jam (hari-1) setelah pemaparan. Penurunan sintasan semakin terlihat jelas pada pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-3 setelah pemaparan dan setelahnya kematian tidak signifikan. Sedangkan pada perlakuan udang windu kontrol tidak memperlihatkan kematian yang nyata sampai dengan akhir pengamatan (Gambar 1). Kematian larva udang ditandai dengan perubahan patologis meliputi respons pakan yang menurun, aktivitas renang yang tidak stabil (lemah), selalu berada di dasar wadah dan munculnya warna tubuh yang kemerahan. Gejala perubahan patologis yang serupa juga telah dilaporkan oleh Alifuddin et al. (2003) pada penelitian penularan WSSV pada udang windu, P. monodon. Selanjutnya dikatakan bahwa karakteristik perubahan seluler akibat infeksi virus WSSV pada udang windu adalah terjadinya pembengkakan inti sel (hipertropi) akibat perkembangan dan penumpukan virion yang berkembang dalam inti sel sehingga bergerak ke pinggir, kemudian terjadi kariolisis yang pada akhirnya sel akan mengalami kerusakan (lisis). Kerusakan sel tersebutlah yang diduga memicu kematian udang windu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larva udang windu yang ditantang dengan WSSV memperlihatkan sintasan yang lebih rendah (55,6%) dibandingkan dengan kontrol (tanpa ditantang) 120,0 Sin tasan (% 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 1 2 3 4 5 6 7 8 W ak tu Pe n g am atan Kontrol Uji Tantang WSSV Waktu pengamatan pada 0 jam (1), 6 jam (2), 12 jam (3), 1 hari (4), 2 hari (5), 3 hari (6), 4 hari (7) dan 5 hari (8) setelah uji tantang Gambar 1. Sintasan larva udang windu ( Penaeus monodon ) yang ditantang dengan WSSV Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 544 (97,8%). Hal ini menunjukkan bahwa introduksi WSSV pada media pemeliharaan larva udang windu dapat menurunkan sintasan udang windu. Uji t-test yang dilakukan antara kedua kelompok tersebut menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antara udang yang diuji tantang dengan kontrol. Ekspresi Gen Antivirus PmAV Ekspresi gen antivirus PmAV pada udang windu setelah ditantang dengan WSSV memperlihatkan respon induksi yang meningkat (up-regulation). Ekspresi gen antivirus PmAV mulai terinduksi sejak 6 jam setelah pemaparan, meningkat dimana terjadi peningkatan sampai mencapai puncak pada hari ke-1 dan selanjutnya menurun pada hari ke-2 dan selanjutnya meningkat lagi sampai memperlihatkan ekspresi gen antivirus PmAV yang relatif sama sampai dengan hari ke-5. Pola ekspresi gen PmAV yang ditantang dengan WSSV pada setiap pengamatan disajikan pada Gambar 2. Luo et al. (2007) telah melaporkan ekspresi gen antivirus PmAV secara alami pada hepatopankreas udang windu melalui uji tantang dengan WSSV. Ekspresi gen tersebut pada hepatopankreas udang windu 700 kali lebih tinggi dari otot. Pola ekspresi Pm AV yang didapatkan pada hepatopankreas relatif sama dengan hasil penelitian ini dimana dilaporkan oleh Luo et al. (2007). Selanjutnya dinyatakan bahwa pola ekspresi gen antivirus PmAV sangat relevan dengan muatan virus WSSV dalam tubuh udang windu. Peningkatan ekspresi gen PmAV yang tinggi pada hari ke-4 dari penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya pada gen C-type lectin dari udang vaname. Ma et al. (2007) melaporkan bahwa udang vaname yang ditantang dengan WSSV memperlihatkan ekspresi gen C-type lectin yang awalnya menurun pada hari ke-2 dan setelah itu meningkat tajam sampai dengan mencapai puncak pada hari ke-4. Hasil pengamatan pola ekspresi gen PmAV dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan ekspresi gen setelah ditantang dengan virus mengindikasikan akan keterlibatan gen tersebut dalam proses perlawanan tubuhnya atau dikenal sebagai respons resistensi terhadap patogen. Somboonwiwat et al. (2006) telah melaporkan bahwa peningkatan level ekspresi gen dalam hemosit udang windu P. monodon yang telah dipapar dengan mikroba menunjukkan bahwa gen tersebut terlibat dalam respons mikroba misalnya gen glucosa transporter-1, interferon-related developmental regulator-1, lisozim, profilin, dan serpin-B3. Hal ini berarti bahwa gen-gen tersebut mengalami induksi meningkat (up-regulated gene). Beberapa gen pada krustase yang sudah diketahui mengalami induksi yang meningkat ketika dipapar dengan patogen. Gen antibakteria penaeidin memperlihatkan ekspresi yang kuat pada udang vaname, Litopenaeus vannamei (Destoumieux et al., 2000b) dan pada udang Fenneropenaues chinensis (Kang et al., 2007), ketika ditantang dengan patogen. Demikian pula ekspresi gen Rab GTPase pada udang Penaeus japonicus terinduksi ketika udang ditantang dengan virus WSSV (Wu & Zhang, 2007), dan gen lisosim pada udang vaname L. vannamei ketika diinjeksi dengan Vibrio campellii (Burge et al., 2007). Tanda kepala panah menunjukkan posisi fragmen DNA target gen PmAV (800 bp) dan â-aktin udang windu (400 bp) sebagai kontrol internal; M=Marker DNA Gambar 2. Ekspresi gen antivirus Pm AV pada hepatopankreas larva udang windu (Penaeus monodon) yang dipapar dengan WSSV 545 Analisis ekspresi gen antivirus PmAV ... (Andi Tenriulo) Penelitian induksi gen-gen pertahanan tubuh udang pada level molekular memberikan signal keterlibatan suatu gen yang dapat berguna dalam kontrol penyakit virus di masa mendatang. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa gen PmAV berperan penting dalam merespons infeksi virus pada udang windu. Meskipun demikian, mekanisme keterlibatannya dalam respons imun udang windu masih perlu dipelajari lebih mendalam. Keberhasilan kloning gen pengkode antimikroba yang diisiolasi dari udang memberikan harapan baru dalam aplikasinya dalam teknologi transfer gen dalam upaya menghasilkan udang yang resisten terhadap penyakit. KESIMPULAN DAN SARAN Larva udang windu yang ditantang dengan WSSV meperlihatkan sintasan yang lebih rendah (55,6%) dari kontrol (tanpa ditantang) (97,8%). Ekspresi gen PmAV mulai meningkat pada pengamatan 6 jam dan menurun pada hari ke-2 serta sedikit meningkat kembali sampai akhir penelitian. Gen PmAV memperlihatkan ekspresi yang meningkat (up-regulation) ketika ditantang dengan WSSV, yang mengindikasikan bahwa gen antivirus PmAV berperan aktif dalam merespons infeksi patogen. Hasil uji pendahuluan ini menunjukkan bahwa gen PmAV terinduksi oleh infeksi WSSV, oleh karena itu perlu lanjutkan dengan kajian lebih mendalam untuk membuktikan keterlibatan gen PmAV dalam imunitas udang windu dan peluang penggunaan gen tersebut dalam teknologi transgenesis pada udang windu. DAFTAR PUSTAKA Ai, H.S., Huang, Y.C., Li, S.D., Weng, S.P., Yu, X.Q., & He, J.G. 2008. Characterization of a prophenoloxidase from hemocytes of the shrimp Litopenaeus vannamei that is down-regulated by white spot syndrome virus. Fish & Shellfish Immunol., 25: 28-39. Alifuddin, M., Dana, D., Eidman, M., Malole, M.B., & Pasaribu, F.H. 2003. Penyakit white spot pada udang windu (Penaeus monodon Fab): penularan melalui perendaman dengan virus white spot 20, 100, dan 200 μg/mL dengan waktu ekspos 120 menit. J. Akua. Indonesia, 2: 31-35. Burge, E.J., Madigan, D.J., Burnett, L.E., & Burnett, K.G. 2007. Lysozyme gene expression by hemocytes of Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei, after injection with Vibrio. Fish & Shellfish Immunology, 22: 327-339. Denis, M., Palatty, P.D.M., Bai, N.R., & Suriya, S.J. 2003. Purification and charaterization of a sialic acid specific lectin from the hemolymph of the freshwater crab Paratelphusa jacquemontii. Eur. J. Biochem., 270: 4,348-4,355. Destoumieux, D., Bulet, P., Loew, D., Dorsselaer, A.V., Rodriguez, J., & Bachere, E. 1997. Penaeidins, a new family of antimicrobial peptide isolated from the shrimp Penaeus vannmaei (Decapoda). J Biol Chem., 272(45): 28,398-28,496. Destoumieux, D., Monoz, M., Bulet, P., & Bachere, E. 2000a. Review: penaeidins, a family of antimicrobial peptides from penaeid shrimp (crustacea, decapoda). Cell. Moll. Life Sci., 57: 1,260-1,271. Destoumieux, D., Munoz, M., Cosseau, C., Rodriguez., Bulet, P., Comps, M., & Bachere, E. 2000b. Penaeidins, antimicrobial peptide with chitin-binding activity, are produced and stored in shrimp granulocyte and released after microbial challenge. J. Cell. Sci., 113: 461-469. Ho, S.H. & Song, Y.L. 2009. Cloning of penaeidin gene promoter in tiger shrimp (Penaeus monodon). Fish & Shellfish Immunology, 27: 73-77. Jiravanichpaisal, P., Puanglarp, N., Petkon. S., Donnuea, S., Soderhall, I., & Soderhall, K. 2007. Expression og immun-related genes in larval stages of giant tiger shrimp, Penaeus monodon. Fish & Shellfish Immunology, 23: 815-824. Kang, C.J., Xue, J.F., Liu, N., Xhao, X.F., & Wang, J.X. 2007. Characterization and expression of a new subfamily member of penaeidin anti microbial peptides (penaeidin 5) from Fenneropenaeus chinensis [abstract]. Mol. Immunol., 44: 1,535-1,543. Linacero, R.J., Rueda, & Vazquez, A.M. 1998. Quantification of DNA. In Karp AP, Isaac G, Ingram DS (Editors.) Molecular Tools for Screening Biodiversity: Plants and Animals. Chapman and Hall. London, Weinheim, New York, Tokyo, Melbourne, Madras, p. 18-21. Luo, T., Zhang, X., Shao, Z., & Xu, X. 2003. PmAV, a novel gene involved in virus resistence of shrimp Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 546 Penaeus monodon. FEBS Lett., 551: 53-57. Luo, T., Fang, L., Kaiyu, L., & Xu, X. 2007. Genomic organization, promoter characterization, and expression profiles of an antiviral gene PmAV from the shrimp Penaeus monodon. Molecular Immunology., 44: 1,516-1,523. Parenrengi, A., Alimuddin, Sukenda, Sumantadinata, K., & Tenriulo, A. 2009. Karakteristik Sekuens cDNA Pengkode Gen Antivirus dari Udang Windu, Penaeus monodon. J. Ris. Akuakultur, 4: 1-13. Ma, T.H.T., Tiu, S.H.K., He, J.G., & Chan, S.M. 2007. Molecular cloning of a C-type lectin (LvLT) from the shrimp Litopenaeus vannamei: Early gene down-regulation after WSSV infection. Fish & Shellfish Immunol., 23: 430-437. Perdomo-Morales, R., Montero-Alejo, V., Perera, E., Pardo-Ruiz, Z., & Alonso-Jimenez, E. 2007. Phenoloxidase activity in the hemolymph of the spiny lobster Panulirus argus. Fish & Shellfish Immunol., 23: 1,187-1,195. Somboouwiwat, K., Supungul, P., Rimphanitchayakit, V., Aoki, T., Hirono, I., & Tassanakajon, A. 2006. Differentially expressed genes in hemocytes of Vibrio harveyi-challenged shrimp Penaeus monodon. J. Biochem. Mol. Biol., 39: 26-36. Sriphaijit, T. & Senapin, S. 2007. High expression of a novel leucine-rich repeat protein in hemocyte and lymphoid organ of the black tiger shrimp Penaeus monodon. Fish and Shellfish Immunology, 22: 264-271. Sritunyalucksana, K., Cerenius, L., & Soderhall, K. 1999. Molecular cloning and characterization of prophenoloxydase in black tiger shrimp, Penaeus monodon. Dev. Comp. Immunol., 23: 179-186. Sun, J., Wang, L., Wang, B., Guo, Z., Li, M., Jiang, K., & Luo, Z. 2007. Purification and characterization of a natural lectin from the serum of the shrimp Litopenaeus vannamei. Fish & Shellfish Immunol., 23: 292-299. Vega, E.R., Garcia-Galaz, A., Diaz-Cinco, M.E., & Sotelo-Mundo, R.R. 2006. White shrimp (Litopneaeus vannamei) recombinan lysozyme has antibacterial activity against gram negative bacteria: Vibrio alginolyticus, Vibrio parahemolyticus and Vibrio cholerae. Fish & Shellfish Immunol., 20: 405-408. Wang, Y.C., Chang, P.S., & Chen, H.Y. 2006. Tissue distribution of prophenoloxidase transcript in the Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei. Fish & Shellfish Immunol., 20: 414-418. Wang, W. & Zhang, X. 2008. Comparison of antiviral efficiency of immune responses in shrimp. Fish & Shellfish Immunol., 25: 522-527. Wu, W. & Zhang, X. 2007. Characterization of a rab GTPase up regulated in the shrimp Penaeus monodon by virus infection. Fish & Shellfish Immunol., 23: 438-445. Yeh, M.S., Lai, C.Y., Liu, C.H., Kuo, C.M., & Cheng, W. 2009. A second proPO present in white shrimp Litopenaeus vannamei and expression of the proPOs during a Vibrio alginolyticus injection, molt stage, and oral sodium alginate ingestion. Fish & Shellfish Immunology, 26: 49-55. Zhang, Y., Qiu, L., Song, L., Zhang, H., Zhao, J., Wang, L., Yu, Y., Li, C., Li, F., Xing, K., & Huang B. 2009. Cloning and characterization of a novel C-type lectin gene from shrimp Litopenaeus vannamei. Fish & Shellfish Immunol., 26: 183-192.