BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global dan juga merupakan kanker yang sering dialami (>90%) oleh wanita di negara-negara miskin dan negara-negara berkembang (WHO, 2006, 2011). Lebih dari 270.000 wanita meninggal akibat kanker serviks (WHO, 2007, 2011). Di Indonesia, kanker serviks menempati peringkat kedua kejadian kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita (Castellsague et al., 2007). Menurut perkiraan Departemen Kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus kanker serviks setiap tahunnya (Bustan, 2007). Jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut: 3.837, 5.069, 4.649, dan 5.786 orang (Profil Kesehatan Indonesia, 2007, 2008). Berdasarkan pathological registry base, insiden dan frekuensi kanker serviks terakumulasi berada di Jawa-Bali (92,44%), dan terutama berada di kota Surabaya (37,51%), Jakarta (20,8%), Semarang (9,02%), Bandung (8,31%), Surakarta (5,77%), Yogyakarta (4,63%), Malang (3,44%), dan Denpasar (2,96%) (Aziz, 2001). Laporan rumah sakit di Jawa Tengah mencatat bahwa kasus kanker serviks 1 pada tahun 2004 dan 2005 berturut-turut sebanyak 2.780 dan 2.076 (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004, 2005). Para penderita kanker serviks dalam tindakan pengobatan di rumah sakit terjadi dalam paling tidak dua modal yaitu rawat inap dan rawat jalan. Baik yang dirawat jalan atau inap jumlahnya besar, yakni nomor 2 terbanyak setelah kanker payudara. Mereka yang menjalani rawat jalan jumlahnya jauh lebih banyak dari yang rawat inap. Kanker serviks pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan jumlah pasien keluar berturut-turut 5.069 orang (10,9%) dan 4.696 orang (11,07%). Sedangkan pasien kanker serviks yang dirawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 dan 2006, menunjukkan jumlah kunjungan pasien sebanyak 6.511 orang (16,47%) dan 17.990 orang (19,5%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2005, 2006). Kanker serviks terutama disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV) (Castellsague et al.,2007; Samadi, 2011). Akan tetapi sejumlah faktor risiko yang ikut andil dalam infeksi tersebut: (a) HIV pada orang dewasa (15-49 tahun), (b) prevalensi merokok pada wanita, angka kesuburan, serta penggunaan kontrasepsi oral. Penggunaan kontrasepsi oral nampaknya memberikan kontribusi yang dominan (Castellsague et al., 2007). Diintroduksinya pap smear secara rutin untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal munculnya lesi prakanker telah mengakibatkan penurunan dramatis kematian akibat kanker serviks di negara-negara maju. Tetapi situasi ini berbeda di negara-negara berkembang, program skrining kurang efisien 2 sehingga menimbulkan tingginya lesi prakanker dan jumlah kematian yang tinggi pada wanita di negara-negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju (Alliance for Cervical Cancer Prevention, 2003). Kanker serviks biasanya tanpa gejala pada stadium dini oleh sebab itu tanpa sistem skrining sistrematik sebagian besar dari mereka tidak tahu bahwa sedang sakit atau tidak. Informasi yang terbatas, mengakibatkan wanita tidak mendengar informasi tentang kanker serviks secara benar, sehingga membuat mereka tidak mengenal dan mengetahui tanda-tanda dan gejala awal kanker serviks yang dialaminya. Wanita memiliki resiko terkena kanker serviks, tetapi mereka tidak memiliki kesadaran untuk melakukan tes, apalagi jika mereka tidak mempunyai gejala dan sakit (WHO, 2006). Akibatnya, lebih dari 70% kasus, pasien yang datang periksa di rumah sakit ditemukan pada stadium lanjut. (Bustan, 2007). Dengan demikian, kanker serviks menjadi ancaman utama bagi kesehatan dan hidup seorang wanita di negara-negara atau lokus masyarakat miskin dan berpendidikan rendah. Kanker serviks merupakan salah satu penyakit terbanyak rawat inap dan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi. Akan tetapi, kasus kanker serviks jauh lebih banyak pada rawat inap. Pada tahun 2007, kasus kanker serviks termasuk dalam kategori 10 penyakit terbanyak rawat inap dan berada pada urutan kedua, pada tahun 2008 dan tahun 2010 berada pada urutan pertama, dan pada tahun 2011 pada urutan ketiga. Pada tahun 2012 jumlah penderita kanker serviks adalah sebanyak 831 orang. 3 Di RSUD Dr Moewardi, sebagian besar pasien baik penderita dan bukan penderita kanker serviks yang datang memeriksakan diri di Poliklinik Obstetri-Ginekologi berada pada tingkat pendidikan rendah dan golongan sosial-ekonomi rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar pasien (baik penderita dan bukan penderita kanker serviks) tingkat pendidikannya adalah SD dan SMP. Pekerjaan sebagian besar pasien adalah ibu rumah tangga dan petani. Seluruh pasien kanker serviks yang datang berobat menggunakan Jamkesmas (100%), dan pasien yang bukan penderita kanker serviks sebagian besar juga menggunakan Jamkesmas (80%), dan hanya sebagian kecil yang menggunakan Jampersal atau Umum (bayar sendiri). Kondisi tingkat pendidikan dan status sosial-ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi pengetahuan dan perilaku pasien tentang kanker serviks. Hal ini ditunjukkan sebagian besar pasien kanker serviks datang memeriksakan diri sudah dalam keadaan stadium lanjut (IIIB), dan sebelum didiagnosis menderita kanker serviks sebagian besar pasien kanker serviks (96%) tidak pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini yaitu pemeriksaan pap smear. Sedangkan sebagian besar pasien bukan penderita kanker serviks (92%) tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan wanita tentang kanker serviks dengan perilaku preventif kanker serviks serta hubungan antar kedua variabel tersebut. 4 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang diatas, insiden dan kematian akibat kanker serviks masih tergolong tinggi di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia. Faizah (2010), menjelaskan bahwa wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual dapat menjalani vaksinasi HPV guna mencegah infeksi HPV 16 atau 18. Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk mengikuti pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan pap smear atau IVA dan pemeriksaan lainnya untuk mendeteksi perubahan-perubahan selsel serviks yang abnormal. Namun, kenyataannya masih banyak wanita yang belum tahu informasi dan belum sadar untuk melakukan deteksi dini dengan pap smear. Fakta yang terjadi sebagian besar wanita yang datang memeriksakan diri ke rumah sakit biasanya ditemukan pada stadium lanjut. Hal ini tentu berdampak negatif bagi wanita tersebut karena harapan untuk sembuh dan hidup kemungkinan besar sangat kecil. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat dan memilih aspek pengetahuan wanita tentang kanker serviks dan perilaku preventif kanker serviks dengan pertanyaan penelitian yaitu apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan wanita yang datang memeriksakan diri di Poliklinik Obstetri-Ginekologi RSUD Dr. Moewardi dengan perilaku preventif kanker serviks. 5 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian menjadi terarah dan terfokus dan diharapkan dapat menjawab masalah penelitian, maka dibuat batasan penelitian yaitu: penelitian ini dilakukan di Poliklinik Obstetri-Ginekologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel dalam penelitian terbagi menjadi dua kategori yaitu penderita dan bukan penderita kanker serviks. Aspek pengetahuan yang menjadi fokus yaitu pengetahuan tentang anatomi dan fisiologis serviks dan kanker serviks. Sedangkan aspek perilaku preventif kanker serviks yang menjadi fokus adalah sebagai berikut: a. Bukan penderita kanker serviks Untuk mendapatkan informasi tentang perilaku preventif, maka dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden penelitian tentang perilaku-perilaku yang berhubungan dengan pencegahan kanker serviks, meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. b. Penderita kanker serviks Khusus untuk responden yang sudah menderita kanker serviks, informasi yang peneliti ingin tahu dan gali lebih dalam yaitu tentang perilaku-perilaku yang berhubungan dengan pencegahan untuk mencegah bertambah buruknya kesehatan penderita dan juga untuk mempertahankan kualitas hidup yang sehat meskipun penderita dalam keadaan sakit baik sebelum dan sesudah sakit meliputi perilaku seksual, 6 personal hygiene (vagina), gaya hidup: perilaku merokok, aktivitas berolahraga, tidur, dan rutinitas atau pekerjaan serta nutrisi. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan wanita yang datang memeriksakan diri di Poliklinik ObstetriGinekologi dengan perilaku preventif kanker serviks. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan wanita tentang anatomi dan fisiologis serviks dan kanker serviks b. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang anatomi dan fisiologis serviks dan kanker serviks dengan perilaku preventif primer c. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang anatomi dan fisiologis serviks dan kanker serviks dengan perilaku preventif sekunder d. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang anatomi dan fisiologis serviks dan kanker serviks dengan perilaku preventif tersier 7 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, dan dapat menjadi bahan masukan bagi institusi keperawatan terutama pada mata kuliah keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas agar institusi memperhatikan, memasukan dan membahas topik-topik yang berhubungan dengan masalah-masalah kanker yang sering dialami oleh wanita khusus masalah kanker serviks secara lebih mendalam saat perkuliahan di kelas maupun dalam acara seminar, dan juga saat kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. b. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat, dan pengambil kebijakan rumah sakit saat menyusun dan membuat program-program atau kebijakan terkait pencegahan dan penanganan kanker serviks di rumah sakit dan atau diluar lingkungan rumah sakit. c. Bagi Masyarakat Bagi responden yang bukan penderita kanker serviks dapat mengetahui dan memahami secara benar tentang informasi kanker serviks, serta mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapat untuk melakukan berbagai tindakan preventif dalam memproteksi diri secara dini terhadap kanker serviks. Sedangkan bagi penderita kanker serviks dapat 8 mengetahui informasi tentang kanker serviks, dan dapat melakukan berbagai upaya untuk mencegah komplikasi penyakit dan kematian lebih awal dengan cara mengubah dan memperbaiki aktivitas seksual, memperhatikan kebersihan organ kewanitaan (vagina), modifikasi gaya hidup, dan memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi. d. Bagi Peneliti Penelitian ini membantu peneliti dalam mengembangkan cara berpikir secara ilmiah dalam meneliti, dan juga menambah wawasan peneliti sebagai seorang calon perawat agar kelak mampu menerapkan pengetahuan yang didapat dalam penelitian. e. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang aspek lain dari kanker serviks. 9