BAB TI 1.1. Minyak ,Koesoemadinata, 1980). Menurut Udiharto

advertisement
BAB TI
TII{.TATIAN PUSTAKA
1.1.
Minyak
Minyak mentah atau crude oil berarti minyak yang belum dikilang (Koesoemadinata,
1980). Minyak mentah merupakan suatu campuran hidrokarbaon yang kompleks dengan
empat sampai duapuluh enarn atau lebih atom karbon (Clark, 1986). Umumnya minyak bumi
rerdiri dari 80-857o unsur karbon dan tr5-20Yo unsur hidrogen, sedang unsur lain seperti
oksigen, nitrogen dan belerang yang terdapat kurang dat'r 5o/o, ada yang mencapai
106
,Koesoemadinata, 1980). Menurut Udiharto (1996), minyak bumi maupun produknya
merupakan campuran kompleks senyawa organik yang terdiri dari senyawa hidrokarbon
'lebih dari 90%) dan sisanya adalah non hidrokarbon.
>enyawa organik -lrang
Senyaw.a hidrokarbon merupakan
terdiri dari karbon dan hidrogen. Senyawa tersebut dapat digolongkan
iaiam tiga kategori hidrokarbon yaitu aiitatik, aiisiklik dan aromatik. sodangka'o senyawa
non hidrokarbon terdiri dari belerang. nitrogcn dan ok-sigen.
Minyak yang tumpah atau tersembur
di
iaut, mula-mula akan mengambang datr
kemudian menyebar dipermukaan laut, Proses tersebut tergantung pada silat
fisik kimia
ninyak dan keadaan lingkungan seperti tergambar pada Gambar 1" Proses pada Gambar
1,
pertama proses mengambang sebagai lapisan minyak dipermukaan laut, kemudian akan
menjadi emulsi antara minyak dan air, dan selanjutnya mengalami proses penlguapan atau
prenguraian karena reaksi
fotooksidasi.
-
Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme. Proses tersebut
merupakan penyebab terkontaminasinya sejumlah flora dan fauna di daerah tercemar. Proses
evaporasi yaitu bagian molekul yang ringan akan menguap terbawa ke atmosfir yang
umumnya gas ini beracun. Fraksi yang mudah menguap biasanya terdiri dari komponen yang
nnempnnyai C15
r0-s0 %.
(titik didih 270=C).jumlah komponen tersebut dalam minyak mentah antara
Cecerarl
lla
lii
lr
I
........"...*....
Penguapan
Fotooksidasi {JDARA
""",'.....,."".""".Emulsi (minyak)",..".".-""-."...--
oleh parlikel
SflNIMEN
sE${e€Et\*
GamLrar 1" Flnos*s A$iran Minyak Daian-l f-ingkr"riluan i-aul
l.l.
Ekosistem Mangrove
Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas sqatu tumbuhan
-i,-'i Chaw. 1984 dalam Noor, 1994)- Mangal merupakan sebutan suafu verietas komunitas
r;:-irui tropik yang didominasi oleh beberapa spesies tumbuhtumbuhan yang khas, at;ru
'"::nak-semak yang mempunyai kemampuzLn tumbuh dalam perairan asin. Menurut Nontji
,
'+"i3
). hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas yang terdapat disepanjang pantai atau
:Li-lra sungai yang dipengaruhi aleh pasang surut air laut. Diantara genera mangal yang
:cr.rins adalah Rhizophora, Avicennia, Bruguiera dan Sonneratia {Nybakken,
-":inisi
1992).
mangrove yang dapat diterima secara umum menurut Aksornkoae (1993), yang
: ::-rarkan pada sifat-sifat serta lokasi ditemukannya m{rngrove adalah: tumbuhan alopit
rr:
':tt
Rrnbuh di daerah pasang surut sepanjang areal pantai. Diantara seluruh sistem makrofit
'* ,atonsrove merupakan satu-satunya kelompok tumbuhan yang memiliki aerial biomassa
t't:z'trsvg ditemukan mulai dari daerah yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai
ruer:jr setara ketinggian rata-tata air laut, terhampar mulai dari daerah tropis
-r:-'c:+r daerah subtropis-
sampai
1.2.2.
Struktur dan Adaptasi Mangrove
Adaptasi mangrove terhadap substrat lunak, .yang tidak mampu menopang
.*nbuhan, terlihat pada sistem perakaran mangrove. Menurut Bengen (1999) sistem
::rakaran tersebut terbagi menjadi 4 tipe- Tipe pertama adalah sistem perakaran papan.
l:rakaran yang kokoh, yang sangat cocok untuk pada kondisi perbatasan antara daerah
--rgenang dengan daratan. Tipe yang kedua yaitu tipe cakar ayam bercabang. Cabang-cabang
,l-ip cakar luas menyebar. Sepanjang cabang-cabang tumbuh sederet anak cabang berbentuk
:,rnsl,l yang tegak lurus menembus permukaan sirbstrat (Gambar 2. ). Bentukan tersebut
:.sebut pneurnatofor, yang berfungsi sebagai jalan masuk oksigen yang dibutuhkan oleh
"unbuhan. Tipe ketiga adalah sistem perakaran penyangga ganda. Beberapa akar penyangga
:
-rrbuh dart batang tumbuh menembus substrat, membentuk suatu struktur yang menyerupai
...:angka pa)'ung {Gambar 2)"
Gambar 2. Bentuk-bentuk Akar Pohon Mangrove (Bengen, 1999).
Dari akar-akar penyangga utama tumbuh akar-akar penyangga sekunder yang
ri::embus substrat, dan dari akar-akar penyangga sekunder dapat tumbuh akarakar
ra-lianggs tersier. Pada sistem perakaran penyangga ganda tidak ditemukan pneumatofor,
*::pi
terdapat lentisel (Koesoebiono, 1996). Lentisel berfungsi sebagai lubang untuk
m.r.:'*'atkan udara. Tipe keempat adalah akar lutut, yang terdapatpada Bruguiera-sp-
7
Selain adaptasi morlologi pada akar, mangrove juga beradaptasi secara tisiologi.
,- ntuk mencegah masuknya garam ke dalam jaringan tumbuhan,
akar mangrove mempunyai
rrekanisme mencegah masuknya garam. Pada daun mangrove juga terdapat kelenjer garam
-,
ang berfungsi mengekskresikan garam (Koesoe-biono, 1996).
2.3. Pengaruh Pencemaran
Minyak Terhadap Mangrove
Mangrove dapat berkembang pada tempat yang tidak terdapat gelombang (gerakan
-rir minimal). Hal tersebut menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung mengendap
jan'berkumpul di dasar. Gerakan air yang lambat, lebih diperlambat
oleh mangrove dengan
eentuk-bentuk akarnya yang khas. Faktor fisik lain selain gerakan air dan bentuk akar adalah
rasang surut" Setiap kondisi geografi tertentu mempunyai tipe pasang surut tertentu pula
\ybakken, 1992). Keadaan ekosistem mangrove di atas merupakan perangkap yang baik
:ragi lapisan n'linyak mengambang dan selanjutnya menekan turnbuhan pada ekosistern
rrrsetrut {Clark, I 985)"
Pengaruh rninyak terhadap sistem perakaran mangrave adalah pada perrnukaan
'rnaman isedirnen,
kulit
ka1-it, an<ar penyangga pneurnatofor) .{ang berfungsi dalam
:ertukaran CO2 dan 02 akan terlc'utup rninyak" Hal tersebut menurunkan kadar oksigen dalam
i-iulng akar 1-2sh dalam waktu dua hari (Clark, 1936)- Limbah minyak dapat menurunkan
:.icepalan penguraian sampah daun
(lcrcN,
1983 dalam Hastuti, l9q4).
J-imbah minyak juga akan menghambat proses terjadinya bibit mangrove. Fraksi
rrinyak yang bersifat toksit akan menembus substrat dasar, tertinggal dan mengendap pada
'edinen- Jika bibit mangrove terlapisi minyak, maka proses germinasi akan rusak (Clark,
-
e86).
l.{. Jenis-jenis Bakteri Pemecah Minyak
Bartha dan Atlas (dalam Atlas, 1981) mencatat 22 genera bakteri, 1 genera alga dan
.-1 genera fungi yang merupakan mikroorganisme pemakai hidrokarbon minyak
bumi.
di isolasi dari lingkungan laut- Penelitian Bossert dan
dalam Udiharto, 1996), menunjukkan dari 22 genera bakteri yang hidup di
Semua mikroorganisme tersebut
3ertha (1984
rngkungan minyak bumi, isolat yang mendominasi terdiri dari beberapa genera yaitu
t-'aligenes, Arthrobacter, Acinetobacter, Nocardia, Achromobacter,
Bacillus,
:
I
PTavobacterium dan Pseudomonas. Biodegradasi hidrokarbon aromatic seperti fenol,
naftalen didominasi oleh bakteri jenis Pseudomonas, Mycobacterium, Acinetobacter,
.lrthobacter dan Bacillus (Alexander, 7977). LEMIGAS menemukan kultur campur hasil
isolasi dari air buangan industri yarrg mampu mendegradasi limbah nrinyak didominasi oleh
P
seudomonas sp (Udiharto, 1996).
i.5.Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Pertumbuhan Bakteri Dalam Lingkungan
Hidrokarbon
'
tsakteri dalam perlumbuhannya
.
membutuhkan sumber karbon dan eneigi yang
dapat dipenuhi oleh senyawa vang mengandung karbon diantarzrrya dengan cara memecah
senyawa hidrokarbon menjadi lraksi tertentu (Whittenbury 1971 dalam Munawar 1999)-
Fraksi hidrokarbon yang digunakan oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energi dapat
berasai dari fraksi hasil pemecahan hidrokarbon oleh dirinya sendiri maupun fraksi hasil
remecahan hidrokarbon oleh
jenis
trainnya" Beberapa
jenis bakteri dapat
memecah
hidrokarLron tetapi tidak dapat menggunakan fraksi hasil pemecahannya sebagai sumber
rartron dan energi" Untuk mempertahankan hidupnya jenis bakteri tersebut rnenggunakan
iiaksi yang dihasilkan oleh jenis mikroorganisme lain sebagai sumber karbon dan energinva
,.\lexandcr 1977).
Kehadiran hidrokarbon ke dalam suatu ekosistem dapat mempengaruhi mikroba
terutama untuk mikroba yang mempunyai kemampuan merombak hidrokarbon. Populasi
bakteri pemecah minyak akan berkembang dengan adanya kontaminasi hidrokarbon ke
dalam suatu ekosistem. Kontaminasi hidrokarbon bisa terjadi karena adanya tumpahan
minyak maupun limbah pengolahan produk minyak yang dibuang ke dalam suatu ekosistem
prerairan. Populasi bakteri pemecah minyak hidrokarbon
juga dilaporkan terdapat dalam suatu
ekosistem penerima limbah hidrokarbon dimana penyebarannya sangat ltras terutama pada
lingkungan yang tercemar minyak (Bartha & Atlas t977).
Menurut Kadarwati (1985) pertumbuhan mikroba dalam suatu lingkungan
hidrokarbon dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu air yang terdapat dalam lirnbah itu
'endiri,
dan pH.
sumber karbon, oksigen. nitrogen, dan kondisi fisik yang meliputi suhu, kelembapan
I
a.
Air yang terdapat dalam limbah.
lV{asuknya air kedalam minyak sangat penting
bagi pertumbuhan mikroba. Apabila air dalam minyak terdapat dalam jumlah yang
cukup maka pada lapisan antara minyak dan air treberapa jenis mikroba diantaranya
bakteri, fungi dan kapang akan dapat tLrmbuh dengan subur. Air yang masuk dalam
minyak biasanya mengandung substansi organik yang akan menambah ketebalan
lapisan minyak dan air lalu membuatnya bercampur lebih baik, dan ini menstimulasi
aktivitas mikroba pemecah hidrokarbon. Seperti yang dikatakan oleh Pelczar & Chan
(1996) bahwa semua organisme hidup membirtuhkan air untuk fungsi-fungsi
'metaboiik dan pertumbuhannya. Untuk bakteri,--semua nutrien harus ada dalam
bentuk Iarutan sebelum dapat memasuki bakteri tersebut.
b. Sumber
karbon. Bagi pertumbuhan bakteri dalam minyak, karbon juga merupakan
hal yang penting, karena sebagian besar jenis mikroba memerlukan karbon tersebut
sebagai sumber makanannya" Sumber
hidrokarbon. Menurut Voik
&
karbol dapat berasal dari
senyawa
Wheeler (1993) tidak ada senyawa mengandung
kartron yang tidak dapat digunakan oleh beberapa bakteri sebagai sumber karbon
untuk sintesis protoplzrsmanya" Sumber karbon bahkan mencakup kayil, aspa!, dan
bensin. Minyak burni bahkan mengandung sejumlarir besar komponen karbon organik
yang merupakan nutrien yang potensial bagi mikroba. Senyawa tersebut adalah
hidrokarboii yang hanya mengandung karbon dan hidrogen, dimana sejumlah
mikroba dalam hal ini bakteri dapat memakai dan mendegrad.asinya (Brock & Brock
1993). Proses oksidasi menurut Ehrlich (1990) disebut sebagai kooksidaqi dimana
karbon dan energi adalah yang menstimulasi oksidasi hidrokarbon
tersebut,
sedangkan komponen yang lain sama sekali tidak terlibat dalam proses tersebut.
c.
Oksigen. Oksigen sangat diperlukan oleh bakteri untuk metabolisme. Bakteri aerob
dalaln metabolismenya memerlukan oksigen dan senyawa oksigen didapat dari udara.
Konsentrasi oksigen biasanya mambatasi pertumbuhan bakteri. Bakteri aerob
menghendaki oksigen untuk pertumbuhannya sedangkan bakleri anaerob tidak,
karena kehadiran oksigen akan menghambat perhrmbuhannya {Ehrlich
19_90). Oksidasi
&
Brierley
hidrokarbon sering dianggap merupakan proses secara aerob karena
dalam prosesnya selalu melibatkan oksigen, walaupun degradasi hidrokarbon secara
10
anaerob
juga telah diketahui, namun proses ini berlangsung lebih
lambat
dibandingkan sccara aerob.
d.
Senyawa Nitrogen" Pada biodegradasi minyak bumi cii lingkungan perairan, nitrogen
dan fosfor mer,:pakan faktor peenbatas karena nutrien
ini dalam area yang
sama
dengan hidrokarbon sangat sedikit. Nitrogen dan phospor sering membatasi aktifitas
mikroba
di
dalam air dan penambahan nutrien tersebut datram sampel air dapat
mempercepat proses degradasi minyak (Mason 1996)'
e. Kondisi fisilc Meliputi suhu, kelembapan dan pH sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba dalam lingkungan hidrokarbon. Selain lingkungan yang aerob,
mikroba pengoksidasi hidrokarbon hanya dapat beraksi dengan kondisi lingkungan
1.
Suhu.
Disamping nutrisi yang memadai, sejumlah kondisi lain hams dipenuhi
untrik menumbuhkan bakteri" Kisaran suhu untuk pertumbuhan bakteri pernecah
hidrokarbon adalah antara 0 sampai 60"C, beberapa diantara bakteri pendegradasi
hidrokarbon termasuk ke dalarn bakteri thermofilik yang biasanya ditemukan di
dalam lumpur perairan. Namun laju oksidasi bakteri rninyak tergantung paCa
kestabilan temperatur selama inkubasi, dan temperatur tersebut disesuiakan
dengan kondisi yang sebenarnya
dengan 30"C
di lingkungan perairan ,vaitu antara2oC sampai
(Mitchell 197). Selama degradasi hidrokarbon temperatur akan naik
dari suhu psikrofilik (4-20'C) sampai mesofilik (20-40'C). Namun demikian
jangkauan temperatur dimana bakteri mampu melakukan aktitltasnya. Dengan
- demikian pengolahan limbah hidrokarbon yang melibatkan bakteri
pada
prinsipnya dilakukan pada suhu ruangan tanpa pengaturan suhu.
2.
Derajat Keasaman (PI{)
pH yang optimum untuk pertumbuhan bakteri pemecah hidrokarbon adalah
antara 6,5 sampai 7,5 namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan
sangat masam. pH limbah yang netml atau sedikit asam kurang mempengaruhi
aktifitas bakteri, namun setelah rnetabolisme, maka pH limbah akan menjadi
asam (Raudati 1996).
Jumlah populasi mikroba pendegradasi hidrokarbon meningkat setelah terjadi
tumpahan minyak baik dilingkungan perairan maupun di tanah. Kenaikan ini dapat terjadi
11
terus selama satu tahun dari
3 hingga 5A % pada populasi bakteri. Populasi
pengguna hidrokarbon juga meningkat pada ladang minyak yang sedang
bakteri
akiif mengalami
pembentukan hidrokarbon pada seciimen-sedimennya (Sharpl ey 1 966).
Petroler.:m hidrokarbon juga dapat membatasi pertumbuhan bakteri dalam sedimen
dan air pada ekosistem perairan yang terkontaminasi minyak, Dimana bakteri tidak
nenuirjukkan adanya penumnan laju pertumbuhannya terhadap penambahan hidrokarbon
tersebut.
Hal ini merupakan indikasi bahwa bakteri sedang beradaptasi
terha<iap
kehadiran hidrokarbon (Bartha & Atlas 1977).
16. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biodegradasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses biodegradasi minyak adalah factor fisika-
t-nia dan factor biologi. Faktor hsika-kirnia adalah komposisi kirnia minyak. kondisi
f,rsil.
:.r;iy'ak, kosentrasi minyak, suhu, oksigen, nutrisi, salinitas, tekanan, aktivitas air dan pF{,
.:Jangkan faktor biologi adalah keniampuan mikroorganisrne itu. senctiri= Umurnnya
*,lkroorganisme pendegradasi hidrokarbon minyak dilingkungan adalah
bakteri dan kapang
i-eahy dan Colwell, 1990). Menurut Udiharto (1996), factor-faktor pendukung kegiatan
.Efsebut antaxa iain kandungan air, pH, suhu, nutrisi yang tersedia dan ada tid-aknya materiai
: ,ltsik-
Minyak
Air
Gambar 3. Mikroorganisme Pada Interfase Minyak dan
Air
Dalam proses ini, kandungan air sangat penting untuk hidup, tumbuh, dan aktivitas
netabolik dari mikroorganisme. Tanpa air, mikroorganisme tidak dapat hidup dalam limbah
ninyak. Mikroorganism€, termasuk bakleri, hidup aktif pada interfase antara minyak dan air
Gambar 3).
12
Faktor nutrisi yang diperlukan antara lain karbon sebagai sumber energi untr&
"unrivitasnya. Sumber karbon didapatkan dari hidrokarbon minyak. Nutrisi dapat juga
'tErtrentuk nitrogen dan iosfor (Udiharto, 1996).
a7- Hutrungan Dekomposisi Hidrokarbon dengan Jumlah Bakteri
Gambar 4 menunjukkan dekornposisi hidrokarbon berhubungan dengan populasi
nl'kteri.
Fa^se
Pert
Populasi
Bakteri
Fase
Lag
Waktu
Total
Hidrokarbon
Waktu
Gambar 4. Hubungan Kurva Pertumbuhan Bakteri dengan Total Hidrokarbon
2-8. Proses Biodegradasi
Mikroorganisme termasuk bakteri menggunakan hiclrokarbon minyak bumi untuk
perrumbuhannya dengan memotong hidrokarbon alifatil,, olefin, aromat dan
naftalen. Secara
runum n-alkana yang mudah dan cepat terdegradasi adalah C
ru-C rr.
Senyawa dalam bentuk isoalkana pada umunya tidak dapat atau sulit didegradasi
oleh
Untuk senyawa yang mengandung logam, akan didegradasi oleh
nnikroorganisme- Untuk senyawa yang mengandung logam, akan didegradasi
iika
unikrooganisme-
molekulnya mengandung
rantai bercabang cukup panjang, yaitu minimal 3-4 atom
1i
r.arbon. Degradasi hidrokarbon aromatik menghasilkan produk metobolisme. Mula-mula
:roduk tersebut berupa katekoi. selanjutnira pemecahan ring katekol dapat melalui saru atau
Jua
jalan, tergantung kepada jenis mikroorganisme atau jenis medianya (Udiharto, 1992).
Hidrokarbon
----.-------..--
----------------
Alkohol Cair
--------"---1,-
Aldehid
-------J--\
Asarn Organik (oksidasi Beta)
COz, F{z0u darn sel-sel banci
Sikius Kretrs
Gambar 5" Biodegradasi t{idrokarLron dan lntermediet yang dihasilkan
Proses biodegradasi hidrokarbon oleh-i:akteri dan intermediet yang dihasilkan dapat
lilihat pada gambar 4 (Mechea, 1991). Saiu molekul induser menstimulasi satu
miktoorganisme untuk memproduksi satu enzim, Enzim tersebut menyebabkan oksidasi awal
Jart hidrokarbon dan rnenghasilkan satu molekul alcohol. Kemudian satu molekul induser
menstimulasi satu mikroorganisme r1ntuk memproduksi enzintyang lain yang menyebabkan
'atu oksidasi dart alcohol untuk menghasilkan satu aldehide. Selanjutnya satu molekul
lnduser menstimulasi satu mikroorganisme untuk rnemproduksi enzim yang lain yang
menyebabkan satu oksidasi dart aldehida yang menghasilkan asam lemak organik, dan
seterusnya. Alcohol-alkohol
dan
aldehidealdehide tersebut adalah pelarut organik
,solvent),sedangkan asam lemak organikasam lemak organik tersebut beraksi sebagai
surfaktan. Subsatnsi yang tertuang pada Gambar 5 dapat diterangkan dengan suatu proses
'rksidasi
yang ada pada Gambar 5.
T4
19. Bionemediasi
19.1. Defrnisi
Bioremediasi adalah aplikasi dart prinsip-prinsip proses biologi untuk perlakuan pada
t'- ,u,ldv'ater, tanah dan sludge yang terkontaminasi oleh
:erucun { a specific hazardous compound
limbah bahan kimia berbahaya,lan
) (Cookson, 1995). Menurut Citroreksoko (1996)
:,i.-,remediasi adalah proses bahan organik berbahaya didegradasi secara biologis menjadi
jinvawa lain misalnya CO2, metan, air, garam organik, biomassa dan hasil samping yang
"rdkit lebih
sederhana dari senyawa semula. Proses ini-didasarkan pada siklus karbon yaitu
.Fngan pendaurulangan bentuk senyaw'a organik dan anorganik melalui reaksi oksidasi dan
::duksi. Bioremediasi dapat dilakukan langsung pada lingkungan tercemar {.in.sifz) dengan
:tnggunakan biota atau mikroflora yang ada pada lingkungan tersebut, atau diluar
ngkungan tereernar (e* situ)" yaitu dengan rnengggunakan inokulan yang dapat
rendegradasi cemaran kontaminan organik" Salah satu bioremediasi ex situ yaitu dengan
:;nanlbahkair kultur bakteri terhadap mediurn yang terkontaminasi- F{al irei disebut
:l.raumentasi (Mechea, 1991 ; Citroreksoko. 1996)"
1'9.2. Bioremediasi pada Lirrtrah Minyak
Aptikasi bioremediasi sangat luas dan seringkali tidak dapat dilakukan oleh metode.
:-.ika ataupun kimia. Beberapa contoh aplikasinya adalah pembersihan air tanah, rehabilitasi
::r tanah
tercemar, pengolahan lirybah cair, dan pengolahan tumpahan minyak
di
laut
R.osenberg, 1993 dalam Citroreksoko, 1996).
493. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bioremediasi
Proses bioremediasi bergantung pada kemampuan organisme yang digunakan dan
srstem yang dioperasikan
pada24jam perhari dan tujuh hari perminggu. Proses ini bekerja
pH dan suhu tertentu, serta tersedianya nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan
]rqanisme (Citroreksoko, 1996). Menurut Cookson (1995), bioremediasi membutuhkan
:*prtimal pada
reberapa factor seperti yang terlihat pada Gambar
6- Biaya sarana dan operasional
lioremediasi bergantung pada pemasukan dan kuantitas senyawa organik yang ada,kondisi
srkasi, volume bahan yang diproses, dan target yang akan dicapai. Biaya utama dari
bioremediasi ini terutama digunakan untuk memindahkan cairan atau tanah ke bioremediator,
15
-nyediaan oksigen dalam sistem aercbic, dan pemberian nutrisi yang dibutuhkan (Cookson"
r
995).
1.9.4. Kelebihan dan Kelemahan Bioremediasi
di lapangan (in situ).
:nencegah kerusakan lingkungan seminimal mtrngkin, memperkecil biaya ttansport,
Kel ebihan bioremediasi diantaranya dapat dilaksanakan
nenghilangkan limbah secara permanent, memperkecil kerugian jangka panjang dan dapat
likombinasikan dengan teknik perlakuan
laln (Citroreksoko, 1996). Tetapi
menurut
Citroreksoko (1996) juga" sistem biologi seringkali membutuhkan biaya investigasi yang
lebih mahal"
I
;r
I
i
/,
I
I
/
Mikroorganisme
Sumber
Energi
Fenerirna
Elektron
r*t*rnbaban
pI-1
Suhu
Nutnsr
Tidak adanya
Racun
Metaboloit
yang dihasilkan
\
Organisme
Kompetitif
\
\
Gambar 6. Faktor-faktor yang Diperlukan untuk Bioremediasi (Citroreksoko, 1996)
Download