BAB TI TII{.TATIAN PUSTAKA 1.1. Minyak Minyak mentah atau crude oil berarti minyak yang belum dikilang (Koesoemadinata, 1980). Minyak mentah merupakan suatu campuran hidrokarbaon yang kompleks dengan empat sampai duapuluh enarn atau lebih atom karbon (Clark, 1986). Umumnya minyak bumi rerdiri dari 80-857o unsur karbon dan tr5-20Yo unsur hidrogen, sedang unsur lain seperti oksigen, nitrogen dan belerang yang terdapat kurang dat'r 5o/o, ada yang mencapai 106 ,Koesoemadinata, 1980). Menurut Udiharto (1996), minyak bumi maupun produknya merupakan campuran kompleks senyawa organik yang terdiri dari senyawa hidrokarbon 'lebih dari 90%) dan sisanya adalah non hidrokarbon. >enyawa organik -lrang Senyaw.a hidrokarbon merupakan terdiri dari karbon dan hidrogen. Senyawa tersebut dapat digolongkan iaiam tiga kategori hidrokarbon yaitu aiitatik, aiisiklik dan aromatik. sodangka'o senyawa non hidrokarbon terdiri dari belerang. nitrogcn dan ok-sigen. Minyak yang tumpah atau tersembur di iaut, mula-mula akan mengambang datr kemudian menyebar dipermukaan laut, Proses tersebut tergantung pada silat fisik kimia ninyak dan keadaan lingkungan seperti tergambar pada Gambar 1" Proses pada Gambar 1, pertama proses mengambang sebagai lapisan minyak dipermukaan laut, kemudian akan menjadi emulsi antara minyak dan air, dan selanjutnya mengalami proses penlguapan atau prenguraian karena reaksi fotooksidasi. - Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme. Proses tersebut merupakan penyebab terkontaminasinya sejumlah flora dan fauna di daerah tercemar. Proses evaporasi yaitu bagian molekul yang ringan akan menguap terbawa ke atmosfir yang umumnya gas ini beracun. Fraksi yang mudah menguap biasanya terdiri dari komponen yang nnempnnyai C15 r0-s0 %. (titik didih 270=C).jumlah komponen tersebut dalam minyak mentah antara Cecerarl lla lii lr I ........"...*.... Penguapan Fotooksidasi {JDARA """,'.....,."".""".Emulsi (minyak)",..".".-""-."...-- oleh parlikel SflNIMEN sE${e€Et\* GamLrar 1" Flnos*s A$iran Minyak Daian-l f-ingkr"riluan i-aul l.l. Ekosistem Mangrove Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas sqatu tumbuhan -i,-'i Chaw. 1984 dalam Noor, 1994)- Mangal merupakan sebutan suafu verietas komunitas r;:-irui tropik yang didominasi oleh beberapa spesies tumbuhtumbuhan yang khas, at;ru '"::nak-semak yang mempunyai kemampuzLn tumbuh dalam perairan asin. Menurut Nontji , '+"i3 ). hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas yang terdapat disepanjang pantai atau :Li-lra sungai yang dipengaruhi aleh pasang surut air laut. Diantara genera mangal yang :cr.rins adalah Rhizophora, Avicennia, Bruguiera dan Sonneratia {Nybakken, -":inisi 1992). mangrove yang dapat diterima secara umum menurut Aksornkoae (1993), yang : ::-rarkan pada sifat-sifat serta lokasi ditemukannya m{rngrove adalah: tumbuhan alopit rr: ':tt Rrnbuh di daerah pasang surut sepanjang areal pantai. Diantara seluruh sistem makrofit '* ,atonsrove merupakan satu-satunya kelompok tumbuhan yang memiliki aerial biomassa t't:z'trsvg ditemukan mulai dari daerah yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai ruer:jr setara ketinggian rata-tata air laut, terhampar mulai dari daerah tropis -r:-'c:+r daerah subtropis- sampai 1.2.2. Struktur dan Adaptasi Mangrove Adaptasi mangrove terhadap substrat lunak, .yang tidak mampu menopang .*nbuhan, terlihat pada sistem perakaran mangrove. Menurut Bengen (1999) sistem ::rakaran tersebut terbagi menjadi 4 tipe- Tipe pertama adalah sistem perakaran papan. l:rakaran yang kokoh, yang sangat cocok untuk pada kondisi perbatasan antara daerah --rgenang dengan daratan. Tipe yang kedua yaitu tipe cakar ayam bercabang. Cabang-cabang ,l-ip cakar luas menyebar. Sepanjang cabang-cabang tumbuh sederet anak cabang berbentuk :,rnsl,l yang tegak lurus menembus permukaan sirbstrat (Gambar 2. ). Bentukan tersebut :.sebut pneurnatofor, yang berfungsi sebagai jalan masuk oksigen yang dibutuhkan oleh "unbuhan. Tipe ketiga adalah sistem perakaran penyangga ganda. Beberapa akar penyangga : -rrbuh dart batang tumbuh menembus substrat, membentuk suatu struktur yang menyerupai ...:angka pa)'ung {Gambar 2)" Gambar 2. Bentuk-bentuk Akar Pohon Mangrove (Bengen, 1999). Dari akar-akar penyangga utama tumbuh akar-akar penyangga sekunder yang ri::embus substrat, dan dari akar-akar penyangga sekunder dapat tumbuh akarakar ra-lianggs tersier. Pada sistem perakaran penyangga ganda tidak ditemukan pneumatofor, *::pi terdapat lentisel (Koesoebiono, 1996). Lentisel berfungsi sebagai lubang untuk m.r.:'*'atkan udara. Tipe keempat adalah akar lutut, yang terdapatpada Bruguiera-sp- 7 Selain adaptasi morlologi pada akar, mangrove juga beradaptasi secara tisiologi. ,- ntuk mencegah masuknya garam ke dalam jaringan tumbuhan, akar mangrove mempunyai rrekanisme mencegah masuknya garam. Pada daun mangrove juga terdapat kelenjer garam -, ang berfungsi mengekskresikan garam (Koesoe-biono, 1996). 2.3. Pengaruh Pencemaran Minyak Terhadap Mangrove Mangrove dapat berkembang pada tempat yang tidak terdapat gelombang (gerakan -rir minimal). Hal tersebut menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung mengendap jan'berkumpul di dasar. Gerakan air yang lambat, lebih diperlambat oleh mangrove dengan eentuk-bentuk akarnya yang khas. Faktor fisik lain selain gerakan air dan bentuk akar adalah rasang surut" Setiap kondisi geografi tertentu mempunyai tipe pasang surut tertentu pula \ybakken, 1992). Keadaan ekosistem mangrove di atas merupakan perangkap yang baik :ragi lapisan n'linyak mengambang dan selanjutnya menekan turnbuhan pada ekosistern rrrsetrut {Clark, I 985)" Pengaruh rninyak terhadap sistem perakaran mangrave adalah pada perrnukaan 'rnaman isedirnen, kulit ka1-it, an<ar penyangga pneurnatofor) .{ang berfungsi dalam :ertukaran CO2 dan 02 akan terlc'utup rninyak" Hal tersebut menurunkan kadar oksigen dalam i-iulng akar 1-2sh dalam waktu dua hari (Clark, 1936)- Limbah minyak dapat menurunkan :.icepalan penguraian sampah daun (lcrcN, 1983 dalam Hastuti, l9q4). J-imbah minyak juga akan menghambat proses terjadinya bibit mangrove. Fraksi rrinyak yang bersifat toksit akan menembus substrat dasar, tertinggal dan mengendap pada 'edinen- Jika bibit mangrove terlapisi minyak, maka proses germinasi akan rusak (Clark, - e86). l.{. Jenis-jenis Bakteri Pemecah Minyak Bartha dan Atlas (dalam Atlas, 1981) mencatat 22 genera bakteri, 1 genera alga dan .-1 genera fungi yang merupakan mikroorganisme pemakai hidrokarbon minyak bumi. di isolasi dari lingkungan laut- Penelitian Bossert dan dalam Udiharto, 1996), menunjukkan dari 22 genera bakteri yang hidup di Semua mikroorganisme tersebut 3ertha (1984 rngkungan minyak bumi, isolat yang mendominasi terdiri dari beberapa genera yaitu t-'aligenes, Arthrobacter, Acinetobacter, Nocardia, Achromobacter, Bacillus, : I PTavobacterium dan Pseudomonas. Biodegradasi hidrokarbon aromatic seperti fenol, naftalen didominasi oleh bakteri jenis Pseudomonas, Mycobacterium, Acinetobacter, .lrthobacter dan Bacillus (Alexander, 7977). LEMIGAS menemukan kultur campur hasil isolasi dari air buangan industri yarrg mampu mendegradasi limbah nrinyak didominasi oleh P seudomonas sp (Udiharto, 1996). i.5.Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Pertumbuhan Bakteri Dalam Lingkungan Hidrokarbon ' tsakteri dalam perlumbuhannya . membutuhkan sumber karbon dan eneigi yang dapat dipenuhi oleh senyawa vang mengandung karbon diantarzrrya dengan cara memecah senyawa hidrokarbon menjadi lraksi tertentu (Whittenbury 1971 dalam Munawar 1999)- Fraksi hidrokarbon yang digunakan oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energi dapat berasai dari fraksi hasil pemecahan hidrokarbon oleh dirinya sendiri maupun fraksi hasil remecahan hidrokarbon oleh jenis trainnya" Beberapa jenis bakteri dapat memecah hidrokarLron tetapi tidak dapat menggunakan fraksi hasil pemecahannya sebagai sumber rartron dan energi" Untuk mempertahankan hidupnya jenis bakteri tersebut rnenggunakan iiaksi yang dihasilkan oleh jenis mikroorganisme lain sebagai sumber karbon dan energinva ,.\lexandcr 1977). Kehadiran hidrokarbon ke dalam suatu ekosistem dapat mempengaruhi mikroba terutama untuk mikroba yang mempunyai kemampuan merombak hidrokarbon. Populasi bakteri pemecah minyak akan berkembang dengan adanya kontaminasi hidrokarbon ke dalam suatu ekosistem. Kontaminasi hidrokarbon bisa terjadi karena adanya tumpahan minyak maupun limbah pengolahan produk minyak yang dibuang ke dalam suatu ekosistem prerairan. Populasi bakteri pemecah minyak hidrokarbon juga dilaporkan terdapat dalam suatu ekosistem penerima limbah hidrokarbon dimana penyebarannya sangat ltras terutama pada lingkungan yang tercemar minyak (Bartha & Atlas t977). Menurut Kadarwati (1985) pertumbuhan mikroba dalam suatu lingkungan hidrokarbon dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu air yang terdapat dalam lirnbah itu 'endiri, dan pH. sumber karbon, oksigen. nitrogen, dan kondisi fisik yang meliputi suhu, kelembapan I a. Air yang terdapat dalam limbah. lV{asuknya air kedalam minyak sangat penting bagi pertumbuhan mikroba. Apabila air dalam minyak terdapat dalam jumlah yang cukup maka pada lapisan antara minyak dan air treberapa jenis mikroba diantaranya bakteri, fungi dan kapang akan dapat tLrmbuh dengan subur. Air yang masuk dalam minyak biasanya mengandung substansi organik yang akan menambah ketebalan lapisan minyak dan air lalu membuatnya bercampur lebih baik, dan ini menstimulasi aktivitas mikroba pemecah hidrokarbon. Seperti yang dikatakan oleh Pelczar & Chan (1996) bahwa semua organisme hidup membirtuhkan air untuk fungsi-fungsi 'metaboiik dan pertumbuhannya. Untuk bakteri,--semua nutrien harus ada dalam bentuk Iarutan sebelum dapat memasuki bakteri tersebut. b. Sumber karbon. Bagi pertumbuhan bakteri dalam minyak, karbon juga merupakan hal yang penting, karena sebagian besar jenis mikroba memerlukan karbon tersebut sebagai sumber makanannya" Sumber hidrokarbon. Menurut Voik & karbol dapat berasal dari senyawa Wheeler (1993) tidak ada senyawa mengandung kartron yang tidak dapat digunakan oleh beberapa bakteri sebagai sumber karbon untuk sintesis protoplzrsmanya" Sumber karbon bahkan mencakup kayil, aspa!, dan bensin. Minyak burni bahkan mengandung sejumlarir besar komponen karbon organik yang merupakan nutrien yang potensial bagi mikroba. Senyawa tersebut adalah hidrokarboii yang hanya mengandung karbon dan hidrogen, dimana sejumlah mikroba dalam hal ini bakteri dapat memakai dan mendegrad.asinya (Brock & Brock 1993). Proses oksidasi menurut Ehrlich (1990) disebut sebagai kooksidaqi dimana karbon dan energi adalah yang menstimulasi oksidasi hidrokarbon tersebut, sedangkan komponen yang lain sama sekali tidak terlibat dalam proses tersebut. c. Oksigen. Oksigen sangat diperlukan oleh bakteri untuk metabolisme. Bakteri aerob dalaln metabolismenya memerlukan oksigen dan senyawa oksigen didapat dari udara. Konsentrasi oksigen biasanya mambatasi pertumbuhan bakteri. Bakteri aerob menghendaki oksigen untuk pertumbuhannya sedangkan bakleri anaerob tidak, karena kehadiran oksigen akan menghambat perhrmbuhannya {Ehrlich 19_90). Oksidasi & Brierley hidrokarbon sering dianggap merupakan proses secara aerob karena dalam prosesnya selalu melibatkan oksigen, walaupun degradasi hidrokarbon secara 10 anaerob juga telah diketahui, namun proses ini berlangsung lebih lambat dibandingkan sccara aerob. d. Senyawa Nitrogen" Pada biodegradasi minyak bumi cii lingkungan perairan, nitrogen dan fosfor mer,:pakan faktor peenbatas karena nutrien ini dalam area yang sama dengan hidrokarbon sangat sedikit. Nitrogen dan phospor sering membatasi aktifitas mikroba di dalam air dan penambahan nutrien tersebut datram sampel air dapat mempercepat proses degradasi minyak (Mason 1996)' e. Kondisi fisilc Meliputi suhu, kelembapan dan pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba dalam lingkungan hidrokarbon. Selain lingkungan yang aerob, mikroba pengoksidasi hidrokarbon hanya dapat beraksi dengan kondisi lingkungan 1. Suhu. Disamping nutrisi yang memadai, sejumlah kondisi lain hams dipenuhi untrik menumbuhkan bakteri" Kisaran suhu untuk pertumbuhan bakteri pernecah hidrokarbon adalah antara 0 sampai 60"C, beberapa diantara bakteri pendegradasi hidrokarbon termasuk ke dalarn bakteri thermofilik yang biasanya ditemukan di dalam lumpur perairan. Namun laju oksidasi bakteri rninyak tergantung paCa kestabilan temperatur selama inkubasi, dan temperatur tersebut disesuiakan dengan kondisi yang sebenarnya dengan 30"C di lingkungan perairan ,vaitu antara2oC sampai (Mitchell 197). Selama degradasi hidrokarbon temperatur akan naik dari suhu psikrofilik (4-20'C) sampai mesofilik (20-40'C). Namun demikian jangkauan temperatur dimana bakteri mampu melakukan aktitltasnya. Dengan - demikian pengolahan limbah hidrokarbon yang melibatkan bakteri pada prinsipnya dilakukan pada suhu ruangan tanpa pengaturan suhu. 2. Derajat Keasaman (PI{) pH yang optimum untuk pertumbuhan bakteri pemecah hidrokarbon adalah antara 6,5 sampai 7,5 namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam. pH limbah yang netml atau sedikit asam kurang mempengaruhi aktifitas bakteri, namun setelah rnetabolisme, maka pH limbah akan menjadi asam (Raudati 1996). Jumlah populasi mikroba pendegradasi hidrokarbon meningkat setelah terjadi tumpahan minyak baik dilingkungan perairan maupun di tanah. Kenaikan ini dapat terjadi 11 terus selama satu tahun dari 3 hingga 5A % pada populasi bakteri. Populasi pengguna hidrokarbon juga meningkat pada ladang minyak yang sedang bakteri akiif mengalami pembentukan hidrokarbon pada seciimen-sedimennya (Sharpl ey 1 966). Petroler.:m hidrokarbon juga dapat membatasi pertumbuhan bakteri dalam sedimen dan air pada ekosistem perairan yang terkontaminasi minyak, Dimana bakteri tidak nenuirjukkan adanya penumnan laju pertumbuhannya terhadap penambahan hidrokarbon tersebut. Hal ini merupakan indikasi bahwa bakteri sedang beradaptasi terha<iap kehadiran hidrokarbon (Bartha & Atlas 1977). 16. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biodegradasi Faktor-faktor yang mempengaruhi proses biodegradasi minyak adalah factor fisika- t-nia dan factor biologi. Faktor hsika-kirnia adalah komposisi kirnia minyak. kondisi f,rsil. :.r;iy'ak, kosentrasi minyak, suhu, oksigen, nutrisi, salinitas, tekanan, aktivitas air dan pF{, .:Jangkan faktor biologi adalah keniampuan mikroorganisrne itu. senctiri= Umurnnya *,lkroorganisme pendegradasi hidrokarbon minyak dilingkungan adalah bakteri dan kapang i-eahy dan Colwell, 1990). Menurut Udiharto (1996), factor-faktor pendukung kegiatan .Efsebut antaxa iain kandungan air, pH, suhu, nutrisi yang tersedia dan ada tid-aknya materiai : ,ltsik- Minyak Air Gambar 3. Mikroorganisme Pada Interfase Minyak dan Air Dalam proses ini, kandungan air sangat penting untuk hidup, tumbuh, dan aktivitas netabolik dari mikroorganisme. Tanpa air, mikroorganisme tidak dapat hidup dalam limbah ninyak. Mikroorganism€, termasuk bakleri, hidup aktif pada interfase antara minyak dan air Gambar 3). 12 Faktor nutrisi yang diperlukan antara lain karbon sebagai sumber energi untr& "unrivitasnya. Sumber karbon didapatkan dari hidrokarbon minyak. Nutrisi dapat juga 'tErtrentuk nitrogen dan iosfor (Udiharto, 1996). a7- Hutrungan Dekomposisi Hidrokarbon dengan Jumlah Bakteri Gambar 4 menunjukkan dekornposisi hidrokarbon berhubungan dengan populasi nl'kteri. Fa^se Pert Populasi Bakteri Fase Lag Waktu Total Hidrokarbon Waktu Gambar 4. Hubungan Kurva Pertumbuhan Bakteri dengan Total Hidrokarbon 2-8. Proses Biodegradasi Mikroorganisme termasuk bakteri menggunakan hiclrokarbon minyak bumi untuk perrumbuhannya dengan memotong hidrokarbon alifatil,, olefin, aromat dan naftalen. Secara runum n-alkana yang mudah dan cepat terdegradasi adalah C ru-C rr. Senyawa dalam bentuk isoalkana pada umunya tidak dapat atau sulit didegradasi oleh Untuk senyawa yang mengandung logam, akan didegradasi oleh nnikroorganisme- Untuk senyawa yang mengandung logam, akan didegradasi iika unikrooganisme- molekulnya mengandung rantai bercabang cukup panjang, yaitu minimal 3-4 atom 1i r.arbon. Degradasi hidrokarbon aromatik menghasilkan produk metobolisme. Mula-mula :roduk tersebut berupa katekoi. selanjutnira pemecahan ring katekol dapat melalui saru atau Jua jalan, tergantung kepada jenis mikroorganisme atau jenis medianya (Udiharto, 1992). Hidrokarbon ----.-------..-- ---------------- Alkohol Cair --------"---1,- Aldehid -------J--\ Asarn Organik (oksidasi Beta) COz, F{z0u darn sel-sel banci Sikius Kretrs Gambar 5" Biodegradasi t{idrokarLron dan lntermediet yang dihasilkan Proses biodegradasi hidrokarbon oleh-i:akteri dan intermediet yang dihasilkan dapat lilihat pada gambar 4 (Mechea, 1991). Saiu molekul induser menstimulasi satu miktoorganisme untuk memproduksi satu enzim, Enzim tersebut menyebabkan oksidasi awal Jart hidrokarbon dan rnenghasilkan satu molekul alcohol. Kemudian satu molekul induser menstimulasi satu mikroorganisme r1ntuk memproduksi enzintyang lain yang menyebabkan 'atu oksidasi dart alcohol untuk menghasilkan satu aldehide. Selanjutnya satu molekul lnduser menstimulasi satu mikroorganisme untuk rnemproduksi enzim yang lain yang menyebabkan satu oksidasi dart aldehida yang menghasilkan asam lemak organik, dan seterusnya. Alcohol-alkohol dan aldehidealdehide tersebut adalah pelarut organik ,solvent),sedangkan asam lemak organikasam lemak organik tersebut beraksi sebagai surfaktan. Subsatnsi yang tertuang pada Gambar 5 dapat diterangkan dengan suatu proses 'rksidasi yang ada pada Gambar 5. T4 19. Bionemediasi 19.1. Defrnisi Bioremediasi adalah aplikasi dart prinsip-prinsip proses biologi untuk perlakuan pada t'- ,u,ldv'ater, tanah dan sludge yang terkontaminasi oleh :erucun { a specific hazardous compound limbah bahan kimia berbahaya,lan ) (Cookson, 1995). Menurut Citroreksoko (1996) :,i.-,remediasi adalah proses bahan organik berbahaya didegradasi secara biologis menjadi jinvawa lain misalnya CO2, metan, air, garam organik, biomassa dan hasil samping yang "rdkit lebih sederhana dari senyawa semula. Proses ini-didasarkan pada siklus karbon yaitu .Fngan pendaurulangan bentuk senyaw'a organik dan anorganik melalui reaksi oksidasi dan ::duksi. Bioremediasi dapat dilakukan langsung pada lingkungan tercemar {.in.sifz) dengan :tnggunakan biota atau mikroflora yang ada pada lingkungan tersebut, atau diluar ngkungan tereernar (e* situ)" yaitu dengan rnengggunakan inokulan yang dapat rendegradasi cemaran kontaminan organik" Salah satu bioremediasi ex situ yaitu dengan :;nanlbahkair kultur bakteri terhadap mediurn yang terkontaminasi- F{al irei disebut :l.raumentasi (Mechea, 1991 ; Citroreksoko. 1996)" 1'9.2. Bioremediasi pada Lirrtrah Minyak Aptikasi bioremediasi sangat luas dan seringkali tidak dapat dilakukan oleh metode. :-.ika ataupun kimia. Beberapa contoh aplikasinya adalah pembersihan air tanah, rehabilitasi ::r tanah tercemar, pengolahan lirybah cair, dan pengolahan tumpahan minyak di laut R.osenberg, 1993 dalam Citroreksoko, 1996). 493. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bioremediasi Proses bioremediasi bergantung pada kemampuan organisme yang digunakan dan srstem yang dioperasikan pada24jam perhari dan tujuh hari perminggu. Proses ini bekerja pH dan suhu tertentu, serta tersedianya nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan ]rqanisme (Citroreksoko, 1996). Menurut Cookson (1995), bioremediasi membutuhkan :*prtimal pada reberapa factor seperti yang terlihat pada Gambar 6- Biaya sarana dan operasional lioremediasi bergantung pada pemasukan dan kuantitas senyawa organik yang ada,kondisi srkasi, volume bahan yang diproses, dan target yang akan dicapai. Biaya utama dari bioremediasi ini terutama digunakan untuk memindahkan cairan atau tanah ke bioremediator, 15 -nyediaan oksigen dalam sistem aercbic, dan pemberian nutrisi yang dibutuhkan (Cookson" r 995). 1.9.4. Kelebihan dan Kelemahan Bioremediasi di lapangan (in situ). :nencegah kerusakan lingkungan seminimal mtrngkin, memperkecil biaya ttansport, Kel ebihan bioremediasi diantaranya dapat dilaksanakan nenghilangkan limbah secara permanent, memperkecil kerugian jangka panjang dan dapat likombinasikan dengan teknik perlakuan laln (Citroreksoko, 1996). Tetapi menurut Citroreksoko (1996) juga" sistem biologi seringkali membutuhkan biaya investigasi yang lebih mahal" I ;r I i /, I I / Mikroorganisme Sumber Energi Fenerirna Elektron r*t*rnbaban pI-1 Suhu Nutnsr Tidak adanya Racun Metaboloit yang dihasilkan \ Organisme Kompetitif \ \ Gambar 6. Faktor-faktor yang Diperlukan untuk Bioremediasi (Citroreksoko, 1996)