Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyusun Karangan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1
Metode Mengajar
A.A. Gede Agung (1999 : 1) mengatakan “metode berasal dari kata
methodos. Secara etimologis metodos berasal dari kata metha artinya dilalui
dan thodos artinya jalan. Metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan”.
Metode merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Di dalam dunia pendidikan terdapat berbagai jenis
metode yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan di dalam kegiatan
belajar mengajar.
“Metode mengajar adalah kegiaran guru untuk mencapai tujuan
tertentu” (Nasution, 1982 : 43). Dalam proses pembelajaran guru
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pendapat tersebut juga didukung oleh Syaiful Bahri
Djamalah dan Aswan Zain (1995 : 53) yang mengatakan bahwa metode
mengajar adalah ”strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang diharapkan”.
Menurut Nana Sudjana (1989 : 76) metode mengajar adalah “cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pelajaran” Guru dan siswa mengadakan hubungan pada
saat pembelajaran. Hendaknya guru menggunakan cara-cara yang tepat
supaya terjadi hubungan yang kondusif sehingga tujuan tercapai.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
metode mengajar adalah suatu cara yang harus ditempuh atau dilalui di dalam
menyampaikan suatu materi untuk mencapai tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan
antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau
pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Wujud interaksi
pengajaran melalui beberapa pendekatan menghendaki adanya pertimbangan
4
5
yang kuat atas keunikan dan keragaman peserta didik. Seorang guru sudah
barang tentu dituntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode
mengajar secara bervariasi. Metode mengajar merupakan cara-cara yang
ditempuh guru unuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan
tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
2.1.2
Jenis-Jenis Metode Mengajar
Jenis-jenis metode mengajar menurut Syaiful Bahri Jamarah dan
Aswan Zain (1995 : 93) adalah 1) Metode Proyek yaitu metode pengajaran
yang bertitik tolak dari suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan dan
bermakna, 2) metode eksprimen yaitu cara penyajian pelajaran melalui
percobaan, 3) metode tugas, yaitu cara penyajian pelajaran melalui
percobaan, 4) metode penugasan latihan yaitu memberian pertanyaan
problematic kepada siswa untuk dibahas dan dipecahkan bersama, 5) metode
sosiodrama yang dilakukan dengan cara mendramatisasikan tingkah laku
dalam hubungannya dengan masalah sosial, 6) metode demonstrasi yaitu
cara penyajian pelajaran dengan cara meragakan kepada siswa tentang suatu
proses disertai penjelasan lisan, 7) metode problem solving dimana siswa
mencari jalan keluar dari suatu masalah, metode karyawisata dengan
mengajak siswa meninjau obyek tertentu, 9) metode tanya jawab dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, 10) metode latihan yang digunakan
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, 11) metode ceramah yang
digunakan untuk menyampaikan keterangan/informasi/uraian tentang sesuatu
secara lisan.
Nana Sudjana (1987 : 76) menambahkan lagi 5 jenis metode
mengajar yaitu 1) metode simulasi yang dilakukan melalui perbuatan yang
bersifat pura-pura, 2) metode survai masyarakat yaitu cara memperoleh
informasi dengan jalan observasi dan komunikasi langsung, 3) metode
piersource person (manusia sumber) yaitu dengan mendatangkan orang luar
yang mempunyai keahlian sumber, 4) metode sistem regu yaitu cara mengajar
dimana sebuah kelompok siswa diajar oleh 2 orang guru atau lebih, 5) metode
6
kerja kelompok yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
secara berkelompok.
“Diantara sekian banyak metode mengajar yang dikenal guru, ada 10
metode mengajar yaitu “metode ceramah, Tanya jawab, penugasan latihan,
kerja kelompok pemberian tugas, demonstrasi, ekperimen, simulasi, inkuiri
dan metode pengajaran unit/ pembelajaran teroadu” (Mulyani Sumantri dan
Johan Permana, 1998/1999 : 134).
Dari beberapa jenis metode tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan akan dapat tercapai dengan baik sangatlah tergantung pada
tepat tidaknya guru tersebut menggunakan metode pada mata pelajaran
tertentu. Tujuan-tujuan pendidikan pembelajaran dan jenis mata pelajaran
menentukan metode apa sebaiknya digunakan. Setiap mata pelajaran tertentu
mempunyai metode tertentu sesuai dengan kekhususan mata pelajaran
tersebut. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang
paling efisien bagi pelajarannya sehingga tujuan pengajaran tercapai secara
baik.
Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun metode yang dapat
dianggap lebih sempurna dari pada yang lain. Masing-masing metode
memunyai keunggulan dan kekurangannya. Karena itu dalam proses
pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode. Dalam penelitian ini
metode yang dikaji dibatasi hanya pada metode tugas dan latihan.
2.1.3
Metode Tugas
Metode ini sangat cocok diberikan untuk mengimbangi bahan
pelajaran yang sangat banyak sementara waktu sedikit.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1995 : 96) mengatakan
bahwa “metode tugas adalah cara penyajian bahan dimana guru memberikan
tugas tertentu agar bisa melakukan kegiatan belajar”. Masalah tugas yang
dilakukan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah di
perpustakaan, di bengkel, di Laboratorium, di rumah siswa atau dimana saja
asal tugas itu dapat dikerjakan.
7
Tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari
itu. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun
secara berkelompok
Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis,
karena itu tugas sangat banyak macamnya, tergantung pada tujuan yang akan
dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas di
laboratorium dan lain-lain. Menurut Nana Sudjana (1987 : 81) mengatakan
ada beberapa langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode
tugas yaitu :
a. Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbang-kan
1.
Tujuan yang akan dicapai
2.
Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan tersebut
3.
Sesuai dengan kemampuan siswa
4.
Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
5.
Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut
b. Langkah Pelaksanaan Tugas
1. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
2. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
3. Diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang
lain
4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan
baik dan sistematik
c. Mempertanggung jawabkan tugas
Hal yang harus dikerjakan adalah :
1.
Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apad yang telah
dikerjakannya
2.
Ada Tanya jawab/penugasan latihan kelas
3.
Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes
atau cara lainnya.
8
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1995 : 98) mengatakan
metode tugas mempunyai kelebihan dan kekurangan adalah sebagai berikut :
1. Kelebihannya :
a) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual/
kelompok
b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar penugasan guru
c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
d) Dapat mengembangkan kreativitas siswa
2. Kekuranganya
a) Siswa sulit dikontrol apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah
orang lain
b) Khusus untuk tugas kelompok yang aktif mengerjakan dan menyelesaian
adalah anggota tertentu saja. Sedangkan anggota lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik
c) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
siswa
d) Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan
siswa
Melihat kelebihan dan kekurangan dari metode tugas tersebut, bila
dikaitkan dengan nilai siswa sangatlah mendukung. Dengan metode tugas akan
bisa membangkitkan semangat belajar siswa, mandiri, bertanggung jawab dan
penuh kreatif, hal ini akan bisa memcapai nilai yang baik. Menurut Mulyani
Sumantri dan Johar Permana (1998/1999 :151) mengatakan ”metode tugas
mempunyai kekuatan dan keterbatasan, yaitu sebagai berikut”.
1.
Kekuatan metode tugas :
a) Membuat peserta didik aktif belajar
b) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat dengan
guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di
luar sekolah
9
c) Mengembangkan kemandirian peserta didik
d) Lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan
tentang apa yang dipelajari
e) Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari mengolah sendiri
informasi dan komunikasi
f) Membuat peserta didik dan bergairah belajar karena dapat dilakukan
dengan bervariasi
g) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa
h) Mengembangkan kreativitas peserta didik
2.
Keterbatasan metode tugas
a) Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar sendiri atau dikerjakan
orang lain
b) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
peserta didik
c) Tugas yang monoton dapat membosankan peserta didik
d) Tugas yang banyak sering dapat membuat beban dan keluhan
peserda didik
e) Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau peserta didik
yang rajin dan pintar.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
penggunaan metode penugasan adalah untuk merangsang anak untuk aktif
belajar baik secara individual maupun kelompok.
Setelah Tanya jawab atau ceramah diketahui bahan-bahan yang perlu
mendapatkan penekanan dan harus dikuasai peserta didik oleh karena itu guru
memberikan tugas dengan alasan agar peserta didik dapat belajar sendiri atau
berkelompok mencari pengayaan atau sebagai tindak lanjut dari kegiatan
sebelumnya. Metode penugasan menjadi salah satu cara penyampaian
pengajaran untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban-jawaban atau tugas
yang diberikan guru.
10
2.1.4
Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga
sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu,
metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga
tidak dapat disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan.
Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya
tidak salah bila memahaini karakteritik metode ini Menurut Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain (1995 : 108) mengatakan kelebihan dan kekurangan metode
latihan adalah sebagai berikut :
a) Kelebihan Metode Latihan
1. Untuk memperoleh kecakapan motoris seperti menulis, melafalkan
huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat dan terampil
menggunakan alat olahraga
2. Untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian
menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda dll.
3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat,
seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan symbol
membaca peta dan sebagainya
4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan
serta kecepatan pelaksanaan
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi
dalam pelaksanaannya
6. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang
komplek, ruinit, menjadi lebih otomatis
b) Kelemahan Metode Latihan
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena siswa lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
11
3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton, mudah dan membosankan
4. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis
5. Dapat menimbulkan verbalisme
Melihat kelebihan dan kekurangan dari metode latihan tersebut , bila
dikaitkan dengan keaktifan dan nilai siswa sangatlah mendukung. Dengan metode
latihan akan tertanam kebiasaan-kebiasaan yang baik pada diri siswa.
Penggunaan metode tugas biasanya diberikan pada saat guru selesai
memberikan materi pelajaran kepada siswa, ada kalanya timbul suatu persoalan/
masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan
melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode tugas sebagai jalan
keluarnya baik tugas-tugas individu maupun tugas kelompok, sehingga siswa
dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik.
.
2.1.5
Ragam Karangan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Seperti kita ketahui, karangan dapat disajikan dalam 5 bentuk yaitu :
diskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Masing-masing bentuk
itu tidak selalu dapat berdiri sendiri. Penanaman ragamsuatu karangan lebih
didasarkan atau corak yang paling doininan pada karangan tersebut.
a. Deskripsi
Diskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan
suatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan pengalaman, dan
perasaan
penulisnya.
Sasarannya
adalah
menciptakan
atau
memungkinan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga
seolah-olah melihat, mengalaini, dan merasakan sendiri apa yang dialaini
penulisnya.
Karangan deskripsi meiniliki ciri-ciri seperti:
a. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu. Penggambaran tersebut
dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
b. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau
mengalaini sendiri.
12
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
a. Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus
ruangan, benda atau tempat.
b. Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek
seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
c. Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek
dengan apa adanya atau sebenarnya.
Karangan Bahasa Indonesia banyak ditemukan dalam buku-buku,
surat kabar, internet, maupun media lainnya. Mengarang merupakan
kegiatan yang melatih kita berpikir sistematis. Karangan deskripsi
merupakan salah satu jenis karangan yang sering dipelajari siswa melalui
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa latin /describe /yang berarti
menulis tentang sesuatu atau membeberkan suatu hal. Kata deskripsi juga
dapat berasal dari bahasa Inggris /description /yang berarti melukiskan
dengan bahasa. Jadi jenis karangan bahasa indonesia deskripsi adalah
suatu tulisan atau karangan yang bertujuan menggambarkan atau
melukiskan pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, dan
pencecapan situasi atau masalah. Dalam jenis karangan Bahasa Indonesia
deskripsi, penginderaan terhadap suatu peristiwa akan melahirkan suatu
gambaran mengenai peristiwa itu seperti yang dilihat, diraba, didengar,
dicium, atau dirasa. Demikian pula penginderaan terhadap suatu keadaan,
situasi, atau masalah akan melahirkan gambaran atau lukisan yang
bertumpu pada penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, atau
pengecapan. Dalam suatu karangan Bahasa Indonesia deskripsi,
pengarang berusaha memindahkan kesan-kesan, hasil pengamatan, dan
perasaannya terhadap pembaca dengan menyampaikan sifat dan semua
perincian yang dapat ditemukan pada suatu objek. Oleh karena itu, penulis
harus dapat memilih kata-kata yang tepat untuk menggambarkan objek
yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup. Berdasarkan
13
penggambaran objeknya, jenis karangan Bahasa Indonesia deskripsi terbagi
atas deskripsi ekspositoris dan deskripsi sugestif atau impresionistik.
Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang menitikberatkan pada
penggambaran objek yang dapat memberikan informasi kepada pembaca
tanpa ada niat untuk menggugah imajinasi pembaca. Adapun deskripsi
sugestif atau impresionistik adalah deskripsi yang menitikberatkan pada
penggambaran objek yang dapat menggugah daya khayal pembaca
sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang disuguhkan
pengarang.
Ada beberapa metode atau teknik yang dapat dipergunakan untuk
mengembangan karangan Bahasa Indonesia deskripsi, yaitu sebagai berikut :
1. Menyusun Objek Sampai yang Sekecil-Kecilnya dalam Karangan Bahasa
Indonesia Deskripsi
Dalam membuat karangan Bahasa Indonesia deskripsi, pengarang harus
memiliki kemampuan dalam menyusun objek dari yang mulai paling besar
hingga yang paling kecil. Artinya, dalam teknik ini, detail dari objek harus
disusun sedemikian rupa sehingga gambarannya menjadi jelas dan
terinci. Kemampuan pengarang dalam menyusun objek ini akan sangat
membantu pembaca dalam mengikuti deskripsi objek yang diceritakan
dalam karangan bahasa indonesia deskripsi.
2. Berbagai Pendekatan dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi
a)
Pendekatan realistis dalam Karangan Bahasa Indonesia
Deskripsi Pendekatan realistis berusaha agar pendeskripsian
suatu objek dilakukan seobjektif mungkin. Pendekatan ini dapat
digambarkan dengan kerja sebuah kamera yang mengambil
suatu objek sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kamera
tidak memberikan penilaian mana yang penting, tetapi apa saja
yang berada di depan lensa, seluruhnya direkam gambar.
b)
Pendekatan impresionistis dalam Karangan Bahasa Indonesia
Deskripsi Pendekatan ini berusaha menggambarkan sesuatu
secara subjektif. Pendekatan ini dimaksudkan agar setiap
14
penulis bebas dalam memberi pandangan atau interpretasi
terhadap
bagian-bagian
yang
dilihat,
dirasakan,
atau
dinikmatinya. Hal ini dapat diumpamakan dengan pembuatan
gambar yang dikerjakan oleh pelukis . Objek yang dilukis oleh
seorang pelukis, hasilnya adalah lukisan objek yang bersifat
subjektif. Jika hasil pemotretan persis sama dengan objek yang
sebenarnya, maka hasil pelukisan tidak persis sama dengan
keadaan yang sebenarnya karena lukisan itu telah dikenai
subjektivitas si pelakunya.
c)
Pendekatan menurut sikap pengarang dalam Karangan
Bahasa Indonesia Deskripsi Dalam hal ini pengarang dapat
mengambil sikap masa bodoh, bersungguh-sungguh, cermat,
seenaknya, atau sikap ironis. Semua sikap itu bertalian erat
dengan tujuan yang akan dicapai pengarang. Dengan
mengungkapkan sikapnya, pengarang ingin mengungkapkan
bahwa objek yang digambar-kannya diwarnai oleh reaksi
pengarang terhadap objek itu. Dengan pendekatan ini,
pengarang ingin menyampaikan sesuatu yang juga dirasakan
oleh pembaca.
3. Pilihan Kata dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi
Karangan Bahasa Indnesia deskripsi menghendaki adanya diksi yang
tepat. Diksi ini berhubungan dengan tujuan pengarang. Seorang
pengarang yang ingin menggambarkan suasana hati seseorang tentu
akan memilih kata yang tepat yang secara akurat dapat mewakili
ungkapan suasana hati itu. Pengarang lain yang ingin menggambarkan
objek berdasarkan pendekatan objektif tentu akan memilih kata yang
mendukung objektivitas. Untuk pengungkapan sugestif atau subjektif akan
menggunakan kata-kata yang memiliki makna konotatif atau makna
figuratif. Sedangkan untuk pengungkapan yang bersifat objektif digunakan
kata-kata yang memiliki makna denotatif.
4. Penggambaran atau Pelukisan Suatu Tempat
15
Dalam Karangan Bahasa Indonesia Deskripsi Tempat merupakan arena
berlangsungnya peristiwa atau kisah. /Karangan Bahasa Indonesia/
deskripsiterasa lengkap jika disertai gambaran tempat. Dalam melukiskan
tempat, tentulah pengarang memilih tempat yang akan digambarkannya
itu sesuai dengan suasana hatinya. Sehubungan dengan hal itu tentulah
ia akan memilih bagian yang relevan untuk digambarkan. Pengarang tidak
mungkin menggambarkan semua suasana hati dan semua hal dalam
tulisannya. Dalam menggambarkan hal atau sesuatu yang relevan itu
diperlukan urutan penyajian yang sesuai dengan suasana dan hal-hal
yang relevan itu.
5. Penggambaran atau Pelukisan Manusia Dalam Karangan Bahasa
Indonesia Deskripsi
Dalam teknik ini yang digambarkan adalah fisik, milik, tindakan, perasaan,
dan watak . Cara penggambarannya dapat dilakukan melalui deskripsi
perbuatan, deskripsi fisik, suasana nyata, dialog, reaksi tokoh-tokoh lain,
dan pendekatan psikologis. Karangan Bahasa Indonesia deskripsi lebih
banyak digunakan dalam tulisan yang berisi /human interest, feature/
(laporan perjalanan), dan karya sastra . Deskripsi sangat efektif untuk
menarik perhatian pembaca karena dapat menyentuh imajinasi sehingga
pembaca dapat membayangkan apa yang dideskripsikan.
Langkah menyusun deskripsi:
1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.
2. Tentukan tujuan.
3. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan
dideskripsikan.
4. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun
kerangka karangan).
5. Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai
dengan tema yang ditentukan.
b. Narasi (Penceritaan/Pengisahan)
16
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian
suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikangambaran yang sejelasjelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian
terjadinya suatu hal.
Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu:
1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
2. Dirangkai dalam urutan waktu.
3. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
4. Ada konfiks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan
menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan
kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Seini
(2003: 31) sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa
yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata
imajinasi atau gabungan keduanya.
c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi
tidak menarik.
d. Meiniliki nilai estetika.
e. Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan Keraf meiniliki ciri berisi suatu cerita,
menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan meiniliki
konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih meinilih ciri yang menonjolkan pelaku.
Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
1. Hendak
memberikan
informasi
atau
wawasan
dan
memperluas pengetahuan.
2. Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Langkah-langkah menulis karangan narasi
1.)
Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
17
2.)
Tetapkan sasaran pembaca kita.
3.)
Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan
dalam bentuk skema alur.
4.)
Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal,
perkembangan, dan akhir cerita.
5.)
Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail
peristiwa sebagai pendukung cerita.
6.)
Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
7.)
Jenis-jenis Karangan Narasi
a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi
Ekspositorik
adalah
narasi
yang
meiniliki
sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan
tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa
berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya
satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai
terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh
eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan
narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan
bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan
unsur sugestif atau bersifat objektif.
b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada
para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.
c. Eksposisi (Paparan)
Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk
menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat
18
memperluas atau menambah pengetahuan atau pandangan pembacanya.
Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud
mempengaruhi pikiran, perasaan dan sikap pembacanya.
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan,
menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan
sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau
mengikutinya.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
a. Memaparkan definisi (pengertian).
b. Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan
suatu kegiatan
Karangan eksposisi ialah karangan yang bersifat memaparkan,
menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu dan informasi
disampaikan dengan sejelas-jelasnya. syarat menulis eksposisi, yaitu :
1. Kita harus mengetahui masalah atau persoalan yang akan ditulis.
2. Kita harus mempunyai kemampan menganalisis persoalan secara
jelas dan konkret.
langkah-langkah menulis eksposisi, yaitu :
1. Menetapkan Tema Tulisan
Tema harus kita persiapkan dan tentukan terlebih dahulu. Tema
tulisan inilah yang akan dikembangkan menjadi tulisan. Dengan
demikian, tema menjiwai tulisan. Contoh tema yang masih luas :
Lalu Lintas ini dapat dipersempit lagi menjadi Lalu Lintas Jalan
Raya dan ini pun bisa dipersempit lagi menjadi Kemacetan Lalu
Lintas di Jalan Raya.
2. Menentukan Tujuan Penulisan
Dalam langkah yang kedua ini penulis berusaha menerangkan
pokok persoalan yang terkandung di dalam tema. Untuk itu
diperlukan fakta-fakta yang harus disusun dengan sebaik-baiknya
agar mudah dipahami pembaca. Misalnya, kita hendak menulis
19
eksposisi dengan tema Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Raya,
tujuan menulis dapat ditentukan seperti :
a. Menjelaskan bahwa setiap hari lalu lintas di jalan raya
mengalami kemacetan.
b. Menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas di jalan raya
dapat menganggu manusia.
c. Menjelaskan betapa kacaunya lalu lintas di jalan raya
sehingga muncul kemacetan.
d. Menerangkan bahwa ada beberapa penyebab munculnya
kemacetan lalu lintas di jalan raya.
3. Mengumpulkan Bahan Tulisan
Bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh melalui berbagai sumber,
daat melalui sumber tertulis, seperti buku, majalah, surat kabar, dan
lain-lain. Bahan juga bisa diperoleh melalui wawancara dengan
orang yang dianggap ahli atau melalui pengamatan dan peninjauan
langsung terhadap objek yang akan ditulis.
4. Menentapkan Kerangka Tulisan
Dalam langkah ini, seluruh bahan yang sudah terkumpul harus
dirinci dan diseleksi secara cermat. Bahan-bahan yang tidak
menunjang tema tulisan yang sedang kita garap sebaiknya kita
buang atau kita kesampingkan.
5. Mengembangkan Tulisan
Dengan kerangka tulisan yang sudah disiapkan, pengembangan
tulisan dapat dikerjakan dengan baik. Saat mengembangkan
karangan harus memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Gunakanlah kalimat efektif, pilihan kata yang
tepat, ejaan yang benar, dan tanda baca yang tepat.
Pengembangan tulisan eksposisi yang berasal dari kerangka tulisan
yang terdapat pada langkah keempat, tampak pada wacana berikut
ini.
20
d. Argumentasi (Pembahasan/Pembuktian)
Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksud untuk
meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh
penulisnya. Tujuannya meyakinkan pendapat atau peinikiran pembaca,
sehingga penulis menyajikan secara logis, kritis dan sistematis.
Paragraf Argumentatif - Karangan argumentasi bertujuan untuk
meyakinkan pembaca agar pembaca mau mengubah pandangan dan
keyakinannya kemu-dian mengikuti pandangan dan keyakinan penulis.
Keberhasilan sebuah karangan argumentasi ditentukan oleh adanya
pernyataan/pendapat penulis, keseluruhan data, fakta, atau alasanalasan
yang secara langsung dapat mendukung pendapat penulis.
Keberadaan data, fakta, dan alasan sangat mutlak dalam karangan
argumentasi. Bukti-bukti ini dapat berupa benda-benda konkret, angka
statistik, dan rasionalisasi penalaran penulis.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan
masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang
pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di
bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah
oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang
mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak
sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya
untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi
krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai
penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
Contoh kalimat pertama (1) di atas adalah pernyataan/pendapat
dan kalimat kedua adalah pendukung. Di samping itu, penulis pun
menjelaskan hubungan antara pernyataan/pendapat dengan fakta/ data
pendukung, agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang hal
21
yang disampaikan. Lebih-lebih bila tulisan itu disertai data empiris yang
dapat dipercaya kebenarannya.
Dalam berargumentasi, unsur-unsur yang ada harus diatur secara
logis dengan bentuk penalaran tertentu. Bentuk penalaran yang ada
adalah penalaran induksi dan penalaran deduksi. Penalaran induksi
adalah bentuk penalaran yang bertolak dari pernyataan khusus kemudian
menarik kesimpulan secara lebih umum. Penalaran induktif tidak boleh
membuat kesimpulan yang melebihi kelayakan fakta sebagai pendukung.
Penalaran deduksi adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan umum
yang dipakai untuk mengamati pernyataan khusus sebagai dasar
mengambil kesimpulan.
Ciri-ciri karangan argumentasi:
-
Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
-
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan
lain-lain.
-
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan
penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.
Berikut ini struktur penulisan argumentasi.
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang masalah dan permasalahan.
2. Isi
Isi karangan adalah keseluruhan uraian yang berusaha
menjawab permasahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.
Uraian isi karangan berupa pernyataan, data, fakta, contoh,
atau ilustrasi yang diambil dari pernyataan, pendapat umum,
pendapat para ahli, hasil penelitian, kesimpulan yang dapat
mengukuhkan bahwa
pemecahan permasalahan itu harus demikian.
3. Penutup
Penutup berupa ikhtisar atau kesimpulan.
22
Adapun langkah-langkah dalam menulis argumentasi adalah sebagai
berikut:
1. memilih topik karangan,
2. mengumpulkan bahan,
3. menyusun kerangka karangan,
4. mengembangkan pendahuluan,
5. mengembangkan isi karangan,
6. membuat penutup karangan.
e. Persuasi
Persuasi
adalah
ragam
wacana
yang
ditujukan
untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang
disampaikan penulisnya. Persuasi lebih menggunakan pendekatan
emosional, juga menggunakan bukti atau fakta.
Karangan
yang
berisi
ajakan
kepada
pembaca
dengan
menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga
pembaca membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan hal-hal
yang baik demi kepentingan masyarakat banyak. Lazimnya berbentuk
prosa.
1. Pengertian
Persuasi(menurut Gorys Keraf) suatu seni verbal yang bertujuan
untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki ileh pembicara (bentuk lisan, misalnya pidato) atau oelh
penulis (bentuk tulisan, cetakan,elektronik) pada waktu ini atau pada
waktu yang akan datang.
2. Syarat-syarat
a. Watak dan kredibilitas pembicara harus percaya diri dan mampu
meyakinkan pendapatnya itu kepada orang lain.
b. Kemampuan pembicara mengendalikan emosi. Hal ini akan
mendukung keputusan yang diambilnya.
23
c. Diperlukan bukti-bukti yang meyakinkan untuk mendukung
kebenarannya.
3. Ciri-ciri persuasi
a. Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/pembacanya.
b. Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
c. Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara.
pembicara/penulis dan yang diajak berbicara/pembaca.
d. Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan
tujuan tercapai.
e. Harus ada fakta dan data secukupnya.
4. Yang tergolong kedalam persuasi
a. Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan, dan
penjual jamu ditempat-tempat terbuka.
b. Bentuk tulisan berupa iklan dan selebaran.
c. Bentuk elektronik, misalnya iklan di televisi, bioskop, dan internet
2.2 Kerangka Berfikir
Penelifian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan sejumlah
tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II untuk merubah kondisi awal
yang berupa nilai Bahasa Indonesia yang rendah menjadi lebih meningkat. Dengan
menggunakan metode penugasan dan latihan diharapkan siswa akan mampu
meningkatkan nilai Bahasa Indonesia tentang menyusun karangan berdasarkan
rangkaian gambar seri kondisi awal keakhir siklus I dan berlanjut sampai pada
kondisi akhir siklus II
2.2.1
KondisiAwal
Pada kondisi awal diketahul Peneliti belum menggunakan metode
penugasan dan latihan dalam proses mengajar. Pemahaman siswa pada
pelajaran Bahasa indonesia tentang menyusun karangan berdasarkan
rangkaian gambar seri masih rendah masih kurang.
24
2.2.2
Tindakan
Melihat hasil siswa yang masih rendah tersebut, Penetiti mencoba
melakukan tindakan untuk dapat meningkatkannya. Upaya peningkatan
nilai Bahasa indonesia tentang menyusun karangan berdasarkan
rangkaian gambar seri dilakukan dengan menggunakan metode
eksperimen. Penggunaan metode tersebut dilakukan dalam dua siklus.
Penggunaan metode penugasan dan latihan pada siklus I berbeda
dengan siklus II. Pada siklus I, kegiatan belajar mengajar menggunakan
metode penugasan dan latihan secara kelompok. Beberapa siswa
melakukan penugasan dan latihan atau percobaan secara kelompok,
Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok dilanjutkan penugasan
latihan kelas membahas hasil lembar kerja. Diakhiri siklus I diadakan
evaluasi secara individual.
Pada siklus II, kegiatan belajar mengajar menggunakan metode
penugasan dan latihan secara kelompok berpasangan yang terdiri dan 2
orang per kelompok. Diakhir kegiatan diadakan tes tertulis. Tiap siswa
mengerjakan soal-soal tes secara individual. Masing-masing siklus
dilaksanakan dalam kurun waktu satu minggu, jadi dua siklus selesai
dalam waktu dua minggu. Dalam satu minggu terdapat satu kali
pertemuan. Pertemuan kedua digunakan untuk melanjutkan tindakan
kelas dan 35 menit terakhir dimanfaatkan untuk mengadakan tes akhir
siklus . Pada siklus
II juga di lakukan hal yang sama. Hanya
perbedaannya pada siklus I lembar kerja dikerjakan secara kelompok
sedangkan pada siklus II Iembar kerja dikenjakan kelompok berpasangan
dengan anggota 2 orang.
2.2.3
Kondisi Akhir
Dengan peningkatan kualitas dan kuantitas penggunaan metode
penugasan dan latihan bervaniasi dan siklus I ke siklus II diduga akan
teradi peningkatan nilai Bahasa indonesia tentang menyusun karangan
berdasarkan rangkaian gambar seri. Peningkatan secara kualitas
penggunaan metode penugasan dan latihan artinya pembinaan dan
25
pembimbingan terhadap siswa ditingkatkan. Pada siklus I percobaan
dilaksanakan secara kelompok dan lembar kerja dikerakan secara
kelompok sedangkan pada siklus ke II dikerjakan secara berpasangan.
Alur cerita kondisi awal tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam
siklus I dan siklus II sampai dengan bagaimana dugaan nilai yang dicapai
pada kondisi akhir dapat dilihat gambar berikut :
Gambar 2.1
KERANGKA BERFIKIR
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Peneliti belum
menggunakan metode
Penugasan dan latihan
Peneliti menggunakan
metode Penugasan dan
latihan
Diduga dengan
menggunakan metode
Penugasan dan latihan
dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam
menyusun karangan gambar
seri
Hasil belajar siswa
rendah
Siklus I
Penugasan dan latihan
secara kelompok
Siklus II
Penugasan dan latihan
secara perorangan
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan, hipotesis dalam penelitian
ini adalah “Ada peningkatan hasil kemampuan menyusun karangan dari rangkaian
gambar seri dengan pemberian tugas dan latihan di SDN Jambean 03 Kecamatan
Margorejo Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.
Download