bab iii asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan rancangan

advertisement
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR : 910/MoU.9 - Huk/2014
NOMOR : 161/10/DPRD/ VIII/2014
TANGGAL : 29 Agustus 2014
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM
APBD
Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, pemerintah daerah wajib
menyusun
Rencana
Kerja
Pemerintah
Daerah
(RKPD),
yang
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), juga merupakan pedoman dalam menyusun
Rancangan Kebijakan Umum APBD sebagai bahan pembahasan dalam
rapat pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD) untuk disepakati bersama antara DPRD Provinsi
dengan Pemerintah Provinsi menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA).
Kebijakan Umum Anggaran Tahun Anggaran 2015 yang juga
merupakan kebijakan politik pemerintahan daerah dirumuskan dengan
maksud agar proses penyusunan APBD dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, serta mampu secara komprehensif mengakomodir
dinamika
pembangunan
mempertahankan
pusat
sinergitas
dan
daerah
pencapaian
sehingga
tujuan
dapat
pembangunan
pemerintah pusat dan daerah, sekaligus menjadi indikator kinerja yang
akan digunakan dalam menilai efektivitas pelaksanaannya selama
kurun waktu satu tahun ke depan.
I-1
Selanjutnya Kebijakan Umum Anggaran Tahun Anggaran 2015
merupakan dasar dalam menyusun Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2015, serta Rencana Kerja dan
Anggaran
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
(RKA-SKPD)
Tahun
Anggaran 2015 di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten dalam
menyelenggarakan pembangunan selama satu tahun anggaran, yang
disusun dengan mengacu pada kebijakan pemerintah pusat yang
tertuang dalam RKP tahun 2015 dan kebijakan pemerintah daerah
dalam RKPD tahun 2015.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dan sejalan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua
kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011,
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 memuat pernyataan
tentang kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD,
kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan
pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian
dimaksud perlu memuat langkah-langkah kongkrit dalam mencapai
target
yang
dilaksanakan
ditetapkan
oleh
melalui
pemerintah
program-program
daerah
untuk
yang
setiap
akan
urusan
pemerintahan daerah.
1.2. TUJUAN PENYUSUNAN KUA
Tujuan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2015 adalah :
I-2
1.
Sebagai dasar untuk menentukan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2015;
2.
Sebagai landasan untuk penyusunan Rancangan APBD Tahun
Anggaran 2015;
3.
Sebagai dasar bagi Tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk
menilai Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2015;
4.
Merupakan dasar dalam pelaksanaan pengawasan terhadap
Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015.
1.3. DASAR HUKUM PENYUSUNAN KUA
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 disusun dengan
berlandaskan pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000
Nomor
182,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4010);
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
I-3
4.
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5.
Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
6.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
7.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009
Nomor
130,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 5049);
I-4
9.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan
dan
Penerapan
Standar
Pelayanan
Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
Kepada
Masyarakat
I-5
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Master Plan
Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);
20. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 101);
I-6
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2015;
25. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Banten Tahun 2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Banten Nomor 4);
I-7
26. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011
Nomor 1);
27. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Retribusi Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011
Nomor 9);
28. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pembangunan Infrastruktur Jalan dengan Penganggaran Tahun
Jamak (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 2);
29. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 3);
30. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten
Tahun 2012-2017 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012
Nomor 4);
31. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Pembentukan PT. Penjaminan Kredit Daerah Banten;
32. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Penyertaan Modal Daerah Dalam PT. Penjaminan Kredit Daerah
Banten;
33. Peraturan Gubernur Banten Nomor 16 Tahun 2014 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten Tahun 2015.
I-8
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran berdasarkan pada Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten Tahun 2015, akan
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015. Kerangka
Ekonomi Makro Daerah serta Kerangka Kebijakan Penganggaran
Pembangunan Daerah Tahun Anggaran 2015 sebagaimana tertuang
dalam RKPD Tahun 2015 memberikan gambaran perkembangan dan
kerangka perekonomian daerah Provinsi Banten yang telah dicapai
sampai tahun 2013 dan perkiraan capaian tahun 2014, serta langkah–
langkah kebijakan pokok dalam penganggaran daerah Tahun 2015.
Kerangka ekonomi makro daerah Tahun 2015 tidak dapat dilepaskan
dari arah kebijakan dan perkembangan berbagai kinerja ekonomi
makro tahun berjalan 2014, dan prospeknya dalam tahun 2015, yang
sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja makro ekonomi
nasional dan daerah tahun-tahun sebelumnya.
2.1 PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH
TAHUN 2013
Perkembangan indikator makro dalam KUA-PPAS Tahun Anggaran
2015 sesuai dengan RPJMD tahun 2012-2017 meliputi : Pertumbuhan
ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan. Namun demikian, akan
dilengkapi dengan investasi dan inflasi. Kinerja ekonomi sangat
dipengaruhi perkembangan inflasi yang terjadi dan bagaimana
II -1
pengendalian inflasi dilaksanakan oleh pemerintah. Pengaruh inflasi,
selain terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi sangat memberikan
dampak terhadap ketenagakerjaan/pengangguran dan kemiskinan.
(1) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Besaran PDRB Banten tahun 2013 atas dasar harga konstan
mencapai
105,86
dibandingkan
triliun
tahun
2012
rupiah
naik
(sebesar
5,87
99,99
triliun
triliun
rupiah
rupiah).
Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,86 persen ini lebih
rendah dibandingkan tahun 2012 sebesar 6,15 persen. Secara
year on year, penurunan kinerja ekonomi Banten mulai dirasakan
pada triwulan kedua kemudian melambat lagi pada triwulan ketiga
di tahun 2013. Walaupun kinerja perekonomian Banten pada
triwulan ke empat mulai membaik namun secara kumulatif
setahun tidak mampu menyalip pertumbuhan ekonomi tahun
sebelumnya.
Tahun 2013 seluruh sektor PDRB Banten tumbuh secara positif,
sektor bangunan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi,
yaitu sebesar 9,68 persen. Pertumbuhan ini dicapai sebagai akibat
dari maraknya pembangunan gedung, ruko, perumahan serta
pelebaran jalan yang terjadi hampir di semua wilayah Banten.
Walau pertumbuhannya tertinggi namun sektor ini hanya mampu
menyumbang 0,28 poin dari total pertumbuhan yang terjadi di
tahun tersebut.
Pertumbuhan tertinggi ke dua dicapai oleh sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh 8,52 persen.
II -2
Subsektor sewa bangunan menjadi penopang utama tingginya
pertumbuhan sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan.
Dengan pertumbuhan tersebut, sektor ini hanya menyumbang
pertumbuhan 0,32 poin.
Selanjutnya sektor jasa-jasa menjadi sektor dengan pertumbuhan
tertinggi ke tiga yakni sebesar 8,45 persen. Meningkatnya
subsektor jasa hiburan dan rekreasi, jasa pemerintahan umum
serta jasa perorangan dan rumahtangga menjadi penyebab
tingginya pertumbuhan di sektor jasa-jasa. Namun sumbangan
yang diberikan oleh sektor jasa-jasa hanya sebesar 0,38 poin dari
total pertumbuhan.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 7,91
persen dengan sumbangan yang mencapai 1,59 poin terhadap
total
pertumbuhan Banten. Sementara itu, sektor industri
pengolahan hanya tumbuh 3,92 persen namun sumbangan yang
diberikan merupakan yang tertinggi, yakni mencapai 1,90 poin
dari total pertumbuhan Banten.
PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Banten pada tahun 2013
adalah sebesar Rp. 244,55 triliun, sedangkan pada tahun 2012
sebesar Rp. 213,20 triliun, atau terjadi peningkatan sebesar
Rp.31,35 triliun. Peranan tiga sektor utama yakni sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta
pengangkutan dan komunikasi terhadap total perekonomian
Banten pada tahun 2013 sekitar 74,39 persen.
II -3
Selama tahun 2013, menurut PDRB atas dasar harga berlaku,
sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto produk
barang dan jasa terbesar adalah sektor industri pengolahan senilai
Rp. 111,46 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar Rp. 47,48 triliun, dan sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 22,98 triliun.
Sebutan Banten yang terkenal dengan kawasan industrinya
terutama baja tercermin dari struktur perekonomian Banten yang
diukur dengan PDRB menurut kelompok lapangan usaha. Sekitar
53,07 persen PDRB Banten berasal dari sektor sekunder (sektor
industri pengolahan; sektor bangunan;sektor listrik, gas dan air
bersih), kemudian sebesar 38,84 persen berasal dari sektor tersier
(sektor perdagangan, hotel dan restoran;sektor pengangkutan
dan
komunikasi;
sektor
keuangan,persewaan
dan
jasa
perusahaan; sektor jasa-jasa). Sementara itu sebesar 8,08 persen
berasal dari sektor primer (sektor pertanian; sektor pertambangan
dan penggalian).
(2) Tingkat Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator
ekonomi
yang
sering
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya
didaerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang
dikonsumsi oleh rumah tangga. Mengawali tahun 2013 harga
barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten
secara umum kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
II -4
hal ini terlihat dari naiknya angka Indeks Harga Konsumen (IHK)
yang sebesar 112,56 pada bulan Desember 2013 menjadi 113,95
pada bulan Januari 2014 atau terjadi perubahan indeks (inflasi)
1,23 persen. Laju inflasi tahun kalender (2014) pada awal tahun
akan bernilai sama dengan Januari 2014 yaitu sebesar 1,23
persen. Inflasi “Year on Year” (IHK Januari 2014 terhadap IHK
Januari 2013) yaitu tercatat sebesar 10,96 persen.
(3) Penduduk Miskin
Garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk
mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin.
Sampai dengan tahun 2012, jumlah dan persentase penduduk
miskin di Banten menunjukkan trend menurun. Pada bulan Maret
2013 jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan,
diakibatkan oleh inflasi umum yang relatif tinggi yaitu sebesar
3,80 persen. Kemudian pada September 2013 jumlah penduduk
miskin di Banten kembali mengalami kenaikan sebesar 4,03
persen.
Jumlah penduduk miskin di Banten pada bulan September 2013
mencapai 682,71 ribu orang (5,89 persen). Jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013, maka selama
enam bulan tersebut terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin
sebesar 26,47 ribu orang (4,03 persen). Berdasarkan daerah
tempat tinggal, pada periode Maret 2013 - September 2013
penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebesar 50,66
ribu orang (13,93 persen), sementara penduduk miskin di daerah
perdesaan berkurang sebesar 24,2 ribu orang (8,27 persen).
II -5
Tabel 2.1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret-September 2013
Daerah/Tahun
Perkotaan
Maret
September
Jumlah Penduduk
Miskin
Perdesaan
Maret
September
Kota+Desa
Maret
September
Persentase
Penduduk Miskin
363.800
414.460
4,76
5,27
292.450
268.250
7,72
7,22
656.240
682.710
5,74
5,89
Beberapa faktor terkait peningkatan jumlah dan persentase
penduduk miskin selama periode Maret 2013 - September 2013 di
perkotaan:
a. Selama periode Maret-September 2013 inflasi umum relatif
tinggi, yaitu sebesar 5,76 persen akibat kenaikan harga bbm
pada bulan Juni 2013.
b. Upah buruh konstruksi secara riil turun sebesar 3,15 persen
dari Rp. 44.471,- menjadi Rp. 43.070,-.
Beberapa faktor terkait dengan penurunan jumlah dan persentase
penduduk miskin selama periode Maret 2013 - September 2013 di
perdesaan :
a. Upah riil buruh pertanian meningkat dari Rp 22.340,- menjadi
Rp 22.609,- pada September 2013.
b. Pertumbuhan sektor pertanian pada Triwulan I ke Triwulan III
2013 menunjukkan angka positif yaitu sebesar 2,11 persen.
II -6
Pada
September
2013,
komoditi
makanan
yang
memberi
sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras yaitu
sebesar 21,75 persen di perkotaan dan 37,31 persen di
perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar
ke dua kepada Garis Kemiskinan (14,82 persen di perkotaan dan
7,05 persen di perdesaan). Komoditi makanan lainnya yang
memberikan sumbangan paling besar di perkotaan adalah telur
ayam ras, mie instan dan daging ayam ras dengan sumbangan
masing-masing sebesar 3,86 persen; 2,69 persen dan 2,48
persen. Di perdesaan komoditi makanan lain yang sumbangan
cukup besar pada Garis Kemiskinan adalah mie instan (2,99
persen), tempe (2,51 persen) dan dan telur ayam ras (2,47
persen). Komoditi bukan makanan yang memberi sumbangan
terbesar untuk Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di
perdesaan adalah biaya perumahan (9,21 persen di perkotaan dan
7,10 persen di perdesaan). Sedangkan sumbangan komditi non
makanan lainnya ada perbedaan antara di perkotaan dan di
perdesaan. Di perkotaan, biaya listrik; pendidikan dan bensin
menjadi penyumbang terbesar berikutnya sebesar 2,86 persen,
2,72 persen dan 2,67 persen. Di perdesaan, setelah perumahan,
komoditi
non
makanan
penyumbang
terbesar
pada
Garis
Kemiskinan adalah biaya pendidikan (1,92 persen), pakaian jadi
anak-anak (1,88 persen) dan pakaian jadi perempuan dewasa
(1,52 persen).
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan
persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan
II -7
adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain
upaya
memperkecil
jumlah
penduduk
miskin,
kebijakan
penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan yang
terkait dengan kesejahteraan penduduk miskin.
Pada periode Maret 2013 - September 2013, Indeks Kedalaman
Kemiskinan
(P1)
dan
Indeks
Keparahan
Kemiskinan
(P2)
mengalami peningkatan. Hal ini memberikan gambaran bahwa
penduduk
miskin
semakin
terpuruk.
Indeks
Kedalaman
Kemiskinan naik dari 0,695 pada Maret 2013 menjadi 1,021 pada
September 2013. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan
juga naik dari 0,158 menjadi 0,293 pada periode yang sama.
Peningkatan nilai kedua indeks mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis
Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga
semakin melebar.
(4) Ketenagakerjaan dan Pengangguran
Data
ketenagakerjaan
evaluasi
dan
semakin
perencanaan
diperlukan,
terutama
pembangunan
di
untuk
bidang
ketenagakerjaan. Pada bulan Februari 2014, terjadi penurunan
jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi, tercatat jumlah
angkatan kerja mencapai 5.479.092 orang atau turun sebesar
66.852 orang dibanding keadaan bulan yang sama di tahun 2013.
Dengan berkurangnya jumlah angkatan kerja pada bulan Februari
2014, terlihat dalam satu tahun terakhir juga terjadi penurunan
II -8
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 2,30 persen
yaitu dari 68,77 persen menjadi 66,47 persen pada Februari 2014.
Pada periode Februari 2013 – Februari 2014, jumlah penduduk
yang terserap dalam dunia kerja juga turun sebesar 73.675 orang
menjadi sebesar 4.938.093 orang pada Februari 2014. Pada sisi
lain, penduduk yang menganggur mengalami kenaikan sebanyak
6.823 orang menjadi 540.999 orang pada Februari 2014. Kenaikan
jumlah penduduk yang menganggur terlihat pula pada Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) yang naik dari 9,63 persen
(Februari 2013) menjadi 9,87 persen pada Februari 2014.
Struktur penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan
utama selama satu tahun terakhir tidak mengalami perubahan.
Penyerapan
tenaga
kerja
masih
didominasi
oleh
sektor
Perdagangan yang menyerap 1.266.512 orang atau 25 persen
penduduk yang bekerja (25,65 persen) disusul kemudian oleh
sektor industri yang menyerap pekerja sebanyak 1.088.392 orang
(22,04 persen) dan sektor jasa kemasyarakatan menyerap
sebanyak 938.706 orang (19,01).
Penurunan jumlah penduduk yang bekerja secara total, tidak
disertai denga penurunan jumlah orang bekerja di setiap sektor.
Selama periode Februari 2013 – Februari 2014, jumlah penduduk
yang bekerja di sektor Pertanian, Industri dan Lembaga Keuangan
masih mengalami kenaikan.
II -9
Tabel 2.2
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2012-2014
Lapangan/Pekerjaan/Utama
Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi, Pergudangan dan
Komunikasi
Keuangan
Jasa Kemasyarakatan
Lainnya
Jumlah
2012
2013
2014
Februari
746.349
1.028.025
242.978
1.226.129
350.277
Agustus
605.484
1.213.112
238.141
1.146.428
298.217
Februari
711.334
1.032.663
318.546
1.274.623
357.260
Agustus
726.880
1.187.936
244.250
1.110.284
310.092
Februari
712.079
1.088.392
243.698
1.266.512
325.286
233.356
1.013.871
79.441
4.920.426
221.861
889.871
75.309
4.688.423
273.865
958.009
85.468
5.011.768
248.908
794.299
64.977
4.687.626
297.410
938.706
66.010
4.938.093
Dari tujuh jenis status pekerjaan yang terekam pada Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas 2014), dapat diidentifikasi 2
kelompok utama terkait kegiatan ekonomi formal dan informal.
Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berusaha dibantu buruh
tetap
dan
buruh/karyawan.
Sementara
kelompok
kegiatan
informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu.
Pekerja yang berstatus “buruh/karyawan” memiliki jumlah yang
tertinggi dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain yaitu
sebesar 2.787.606. Angka ini meningkat sebesar 111.668 orang
dibandingkan dengan keadaan Februari 2013. Secara keseluruhan
pekerja formal meningkat dari 2.830.220 orang (56,47 persen)
pada Februari 2013 menjadi 3.005.903 orang (60,87 persen) pada
Februari 2014.
Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2014 masih didominasi
oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah
1.863.501 orang (37,74 persen) dan Sekolah Menengah Atas
Umum sebanyak 896.017 orang (18,15 persen). Penduduk
bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 720.804 orang
II -10
mencakup 201.503 orang (4,08 persen) berpendidikan Diploma
dan sebanyak 519.301 orang (10,52 persen) berpendidikan
Universitas.
Perbaikan kualitas pekerja ditunjukkan oleh kecenderungan
menurunnya penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP
kebawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan
tinggi (Diploma). Dalam setahun terakhir, penduduk bekerja
berpendidikan rendah menurun dari 2.892.443 orang (57,71
persen) pada Februari 2013 menjadi 2.667.539 orang (54,02
persen) pada Februari 2014. Sementara penduduk bekerja
berpendidikan tinggi Universitas menurun dari 534.045 orang
(10,66 persen) pada Februari 2013 menjadi 519.301 orang (10,52
persen) pada Februari 2014.
Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 540.999
orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 9,87
persen. Baik dari sisi jumlah maupun tingkat pengangguran
mengalami peningkatan dibandingkan dengan keadaan Februari
2013.
Tabel 2.3
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen)
Pendidikan Tinggi yang
Ditamatkan
SD Kebawah
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Sekolah Menengah Kejuruan
Diploma I/II/III
Universitas
Jumlah
2012
Februari
7,44
16,05
15,04
10,19
6,24
5,02
10,39
Agustus
7,84
12,21
11,27
11,85
7,65
8,05
9,83
2013
Februari
8,28
13,83
11,41
11,33
10,43
2,52
9,63
Agustus
6,84
12,54
11,84
13,39
5,05
5,59
9,54
2014
Februari
10,97
15,22
10,44
6,97
2,33
1,66
9,87
II -11
(5) Investasi
Investasi
merupakan
salah
satu
komponen
pembentuk
pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana, investasi diartikan
sebagai pengeluaran barang modal yang diarahkan untuk
menunjang kegiatan produksi atau perluasan produksi. Ini
menjadikan investasi mempunyai multiplier effect yang luas
karena tidak hanya mendorong sisi produksi, namun juga
menstimulasi sisi konsumsi.
Laju pertumbuhan PDRB Banten menurut penggunaan selama
tahun 2013 tumbuh sebesar 5,86 persen. Pertumbuhan pada
tahun 2013 ini didukung oleh pertumbuhan komponen PMTB yang
tumbuh lebih besar dari komponen lainnya yaitu sebesar 14,61
persen dan memberikan andil sebesar 2,72 persen terhadap
pertumbuhan ekonomi Banten 2013. Selanjutnya komponen
ekspor meningkat dari 8,96 persen tahun 2012 menjadi 10,47
persen di tahun 2013, dan dapat memberikan andil signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten tahun 2013
dengan andil sebesar 11,92 persen. Sebaliknya, komponen impor
sebagai faktor pengurang dalam pertumbuhan selama tahun 2013
juga tumbuh sebesar 15,54 persen dengan andil hingga 11,36
persen terhadap pertumbuhan, dengan demikian komponen net
ekspor
memberikan
pertumbuhan
andil
ekonomi
sebesar
Banten
0,56
tahun
persen
2013.
terhadap
Selanjutnya
komponen konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit selama
tahun 2013 tumbuh sebesar 5,74 persen dengan andil sebesar
2,01 basis poin terhadap pertumbuhan, diikuti oleh komponen
II -12
konsumsi pemerintah dan perubahan inventori yang memberikan
andil masing-masing sebesar 0,40 persen dan 0,05 persen
terhadap pertumbuhan ekonomi Banten tahun 2013.
Distribusi PDRB menurut pengeluaran selama tahun 2013 terbesar
masih diserap oleh komponen konsumsi rumahtangga dan
lembaga non profit yang menggunakan nilai PDRB Banten 2013
hingga 45,03 persen, atau sedikit melambat dibanding tahun
2012 yang sebesar 45,24 persen. Komponen kedua adalah
komponen PMTB dengan konstribusi dalam PDRB penggunaan
hingga 36,55 persen, lebih besar dibanding tahun 2012 yang
menyerap hingga 34,94 persen. Pertumbuhan proyek-proyek
konstruksi baru di pemukiman serta pusat perdagangan dan
industri, serta penyelesaian kegiatan ekspansi usaha yang
dilakukan selama tahun 2013 menjadi salah satu penyebab
peningkatan kontribusi PMTB dalam struktur ekonomi Banten.
Komponen net ekspor merupakan komponen berikutnya yang
mengambil porsi cukup besar dalam struktur ekonomi Provinsi
Banten tahun 2013 yaitu sebesar 12,79 persen atau lebih rendah
1,84 persen dibanding tahun 2012 yang sebesar 14,63 persen.
Sedangkan kontributor terkecil terjadi pada komponen perubahan
inventori
dan
konsumsi
pemerintah
yang
masing-masing
memberikan porsi sebesar 0,50 persen dan 5,13 persen terhadap
total penggunaan PDRB Banten tahun 2013.
Berdasarkan data BKPM RI terbaru, tercatat Penanaman Modal
Asing (PMA) di wilayah Banten sampai dengan triwulan III tahun
2013 jauh melebihi tahun 2012. Jumlah realisasi PMA pada tahun
II -13
2013 mencapai 447 proyek dengan nilai investasi sebesar USD
2,928.6 juta, sementara itu tahun 2012 hanya sebanyak 405
proyek dengan nilai USD 2,716.3 juta atau terdapat peningkatan
sebanyak 42 proyek atau senilai USD 0,212 juta. Di sisi lain,
realisasi investasi dalam negeri di Banten mengalami penurunan
dari sebanyak 66 proyek pada tahun 2012 (Rp 5,117.5 milyar)
menjadi sebanyak 64 proyek (senilai Rp 3,349.7 milyar) pada
tahun 2013 sampai dengan triwulan III. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa investor yang berminat di wilayah Banten
cenderung berasal dari investor luar negeri. Selanjutnya, upaya
peningkatan investasi melalui perbaikan proses kemudahan
perijinan, kesiapan lahan industri dan infrastruktur serta promosi
investasi tidak saja dilakukan untuk investor luar negeri tetapi
juga perlu ditujukan bagi investor dalam negeri.
Tabel 2.4
Perkembangan Investasi Provinsi BantenTahun 2009 – 2013
PMDN
PMA
Proyek
Investasi
(milyar rupiah)
Proyek
Investasi
(US$. Juta)
Total Investasi
PMA dan PMDN
Investasi (rupiah)
2010
75
5.852,6
280
1.544,2
19.710.000.000.000
2011
68
4.298,6
300
2.171,7
25.544.400.000.000
2012
66
5,117.5
405
2,716.3
-
TW III 2013
20
321.9
153
555.3
-
Tahun
Sumber: BKPM RI Tahun 2013
Perkembangan investasi dapat dilihat juga dari neraca perbankan
yang membandingkan antara dana pihak ketiga yang disimpan di
lembaga perbankan dibandingkan dengan posisi pinjaman yang
diberikan berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Banten. Jumlah
II -14
dana pihak ketiga yang disimpan di Bank Umum di Banten pada
tahun 2013 sebesar 105,44 trilyun rupiah dan jumlah pinjaman
yang diberikan berdasarkan lokasi proyek sebesar 181,234 trilyun
rupiah. Hal ini dapat disimpulkan terjadi aliran modal atau
investasi dari luar wilayah Provinsi Banten ke wilayah Provinsi
Banten sebesar 75,794 trilyun rupiah.
Investasi terbesar berada di Kabupaten Tangerang, dimana
pinjaman berdasarkan lokasi proyek sebesar 91,220 trilyun rupiah
dan dana pihak ketiga sebesar 40,801 trilyun rupiah, sehingga
jumlah investasi yang masuk sebesar 50,419 trilyun. Investasi
terbesar kedua berada di Kota Cilegon, dimana jumlah pinjaman
yang diberikan oleh bank umum berdasarkan lokasi proyek
sebesar 22,859 trilyun rupiah, sementara dana simpanan pihak
ketiga sebesar 6,972 trilyun rupiah, sehingga investasi yang
masuk sebesar 15,887 trilyun rupiah. Investasi terbesar ketiga
berada di Kabupaten Serang, dimana jumlah pinjaman yang
diberikan oleh Bank umum sebesar 14,468 trilyun rupiah,
sementara dana simpanan pihak ketiga sebesar 3,775 trilyun
rupiah, sehingga investasi yang masuk sebesar 10,693 trilyun
rupiah.
Investasi mengalir juga ke Kabupaten Lebak sebesar 6,475 trilyun
rupiah dan ke Kabupaten Pandeglang sebesar 4,581 trilyun
rupiah. Walaupun Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang
aktivitas ekonomi utamanya di sektor pertanian, terjadi pula
peningkatan investasi yang relatif besar dibandingkan dengan
jumlah simpanan dana pihak ketiga dimana Kabupaten Lebak
II -15
investasi masuk lebih dari lima belas kali lipat, dimana dana
simpanan pihak ketiga Kabupaten Lebak sebesar 457 miliar rupiah
dan
posisi pinjaman sebesar 6,932 trilyun rupiah, sedangkan
Kabupaten Pandeglan investasi masuknya lebih dari delapan kali
lipat dimana dana simpanan pihak ketiga Kabupaten Pandeglang
sebesar 626 miliar rupiah, sementara posisi pinjaman yang
diberikan bank umum sebesar 5,2017 trilyun rupiah.
2.2. RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO DAERAH TAHUN
2015
Dalam merumuskan prospek perekonomian daerah Tahun 2015
mendatang, tentunya perlu memperhatikan perkembangan dan
prospek ekonomi Indonesia Tahun 2015 sebagaimana dirumuskan
dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015. Berbagai hambatan di
dalam negeri yang belum terselesaikan serta kemungkinan cuaca
ekstrem di dalam negeri akan dihadapi dengan berbagai langkah yang
tepat, antara lain: (i) penguatan ekonomi domestik melalui investasi
agar daya beli meningkat (ii) meningkatkan efektivitas belanja negara,
baik dari arah belanja negara tersebut maupun dari penyerapannya,
terutama yang terkait dengan prioritas belanja negara
untuk
infrastruktur, serta (iii) peningkatan efektivitas penerimaan negara
dengan sekaligus pengurangan defisit anggaran. Dengan langkahlangkah ini, secara keseluruhan momentum pembangunan yang sudah
dicapai pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat
dipertahankan pada tahun 2014, dan dapat ditingkatkan pada tahun
2015.
II -16
Dengan kemajuan yang dicapai pada tahun 2010 sampai dengan
tahun 2013 dan masalah yang diperkirakan masih dihadapi hingga
tahun 2014, maka tantangan pokok yang dihadapi Indonesia pada
tahun 2015 adalah sebagai berikut :
1) Memantapkan Perekonomian Nasional.
Dorongan akan diberikan pada peningkatan investasi, industri
pengolahan nonmigas, daya saing ekspor, peningkatan efektivitas
penerimaan negara, penguatan penyerapan belanja negara, serta
pemantapan ketahanan pangan dan energi.
2) Menjaga Stabilitas Ekonomi.
Perhatian akan diberikan pada langkah-langkah yang terpadu untuk
menjaga stabilitas harga di dalam negeri dan nilai tukar, yang
dihadapkan pada tingginya resiko harga komoditi baik migas
maupun non-migas, serta pengendalian arus modal yang dapat
membahayakan perekonomian.
3) Mempercepat Pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan.
Langkah-langkah akan dipusatkan pada upaya-upaya yang mampu
menciptakan lapangan kerja yang lebih besar serta menjangkau
masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dengan
program-program pemberdayaan yang tepat.
Selanjutnya
dengan
memperhatikan
kondisi
ekonomi
makro
nasional tahun 2013 dan perkiraan di tahun 2014 serta tantangan
pokok yang akan dihadapi pada tahun 2015, maka sasaran
pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2015 ditargetkan untuk
tumbuh sebesar 5,5-6,3 persen, laju inflasi 3,0-5,0 persen,
II -17
pengangguran terbuka 5,0-5,5 persen dan penduduk miskin 6,5-8,0
persen. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan dan sasaran
ekonomi makro tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Perkembangan dan Sasaran Ekonomi Makro Nasional Tahun
2012-2015
NO
URAIAN
INDIKATOR
1
Laju
Pertumbuhan
Ekonomi (LPE)
2
Laju Inflasi
3
Penduduk Miskin
4
Pengangguran
Terbuka
2012
2013
2014
2015
6,23
5,66
6,4-6,9
5,5-6,3
4,3
9,93
5,0
3,0-5,0
11,96
11,7
8,0-10,0
6,5-8,0
6,14
6,25
5,6-6,0
5,0-5,5
2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q)
tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya mengalami
pertumbuhan minus 0,06 persen. Sektor pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan merupakan sektor dengan pertumbuhan
tertinggi yang mencapai 5,23 persen.
a. Pertumbuhan year on year (y on y) pada triwulan I tahun 2014
mencapai 5,20 persen, lebih rendah dari pertumbuhan pada
triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6 persen.
Sektor konstruksi merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi
yang mencapai 18,36 persen.
b. Nilai nominal PDRB Banten triwulan I tahun 2014 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp. 65,62 triliun, sedangkan atas dasar harga
II -18
konstan mencapai Rp. 27,11 triliun. Jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, nilai nominal tersebut mengalami peningkatan
baik atas dasar harga berlaku maupun konstan.
c. Secara year on year, sumber pertumbuhan berasal dari sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,50 persen, industri
pengolahan 1,17 persen serta sektor pengangkutan dan komunikasi
sebesar 0,82 persen.
d. Menurut penggunaannya, PDRB Banten atas dasar harga berlaku
pada triwulan I tahun 2014 sebagian besar digunakan untuk
konsumsi rumahtangga termasuk konsumsi lembaga non profit
yaitu sebesar Rp. 29,75 triliun dan konsumsi pemerintah Rp. 2,79
triliun. Kemudian sebanyak Rp. 24,24 triliun digunakan untuk PMTB
dan perubahan stok sebesar Rp. 307,39 miliar. Nilai transaksi
ekspor Banten pada triwulan ini sebesar Rp. 61,44 triliun,
sedangkan nilai impor sebesar Rp. 52,91 triliun.Sehingga net ekspor
Banten masih mengalami surplus senilai Rp. 8,53 triliun.
e. Pada triwulan I tahun 2014 secara q to q, komponen PDRB
menurut penggunaan yang mengalami pertumbuhan positif adalah
komponen konsumsi rumahtangga dan LNP sebesar 1,04 persen,
komponen
perubahan
inventori
sebesar
1,06
persen,
dan
komponen ekspor sebesar 0,87 persen. Sedangkan konsumsi
pemerintah dan PMTB terkontraksi hingga 36,42 persen dan 1,16
persen. Secara year on year, semua komponen PDRB menurut
pengeluaran pada triwulan ini tumbuh positif dengan pertumbuhan
tertinggi terjadi pada komponen impor sebesar 18,63 persen.
II -19
f. Sumber pertumbuhan komponen PDRB menurut penggunaan
secara quarter to quarter disumbangkan oleh andil komponen net
ekspor sebesar 2,31 persen, sedangkan menurut year on year
berasal dari konsumsi rumahtangga dan lembaga non profit sebesar
2,29 persen.
Berdasarkan perkembangan tersebut di atas, yang menunjukkan
arah kinerja yang lebih baik, maka target pertumbuhan ekonomi
Tahun 2015 sebesar 6,7 – 6,8 %.
2.2.2. Inflasi
Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK
tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar
dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama
(2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas,
dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada Survei
Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan
salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. Hasil SBH
2012 sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola konsumsi
masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya. SBH 2012
dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49
kota besar lainnya. Survei ini hanya dilakukan di daerah perkotaan
(urban area). Untuk Banten, terpilih 3 kota yaitu kota Serang sebagai
ibukota provinsi beserta kota besar tambahan yaitu kota Cilegon dan
kota Tangerang.
Memasuki bulan Mei 2014, harga barang-barang/jasa kebutuhan
pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami sedikit
II -20
kenaikan, hal ini terlihat dari naiknya angka Indeks Harga Konsumen
(IHK) yang sebesar 115,00 pada bulan April 2014 menjadi 115,15
pada bulan Mei 2014 atau terjadi perubahan indeks (inflasi) 0,13
persen. Inflasi ini terjadi karena naiknya Indeks 6 (enam) dari 7
(kelompok) yang ada pada kelompok pengeluaran yakni : kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,29 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 0,44
persen; kelompok sandang 0,20 persen; kelompok kesehatan 0,11
persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,11 persen serta
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan naik 0,79 persen.
Sementara pada kelompok bahan makanan kembali mengalami
penurunan sebesar -0,95 persen. Laju inflasi tahun kalender 2014
tercatat sebesar 2,29 persen.
Berdasarkan laju inflasi Tahun 2014 sampai bulan Mei sebesar 2,29
persen, maka target inflasi Tahun 2015 di Provinsi Banten sebesar 4 ±
1 %.
2.2.3. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 mencapai 5.479.092 orang,
berkurang sebesar 66.852 orang dibandingkan jumlah angkatan kerja
pada Februari 2013 yang sebesar 5.545.944 orang. Jumlah penduduk
yang bekerja pada Februari 2014 sebesar 4.938.093 orang, berkurang
73.675 orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2013.
Selama setahun terakhir (Februari 2013 – Februari 2014), hampir
semua sektor mengalami penurunan jumlah pekerja, kecuali sektor
pertanian, sektor industri dan Lembaga Keuangan. Lapangan usaha
II -21
dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak terdapat di sektor
Perdagangan yang menyerap 1.266.512 orang atau lebih dari
seperempat penduduk yang bekerja (25,65 persen). Berdasarkan
jumlah jam kerja pada Februari 2014, sebanyak 3.998.706 orang
(80,98 persen) berkerja di atas 35 jam per minggu. Sedangkan
penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak
150.924 orang (3,06 persen). Pada Februari 2014, penduduk bekerja
pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih mendominasi yaitu
sebanyak 1.863.501 orang (37,74%), sedangkan penduduk bekerja
dengan pendidikan Diploma sebanyak 201.503 orang (4,08%) dan
penduduk bekerja dengan pendidikan Universitas sebanyak 519.301
(10,52%).
Berdasarkan
perkembangan
tersebut,
serta
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi maka
target jumlah pengangguran sebesar 9,24 %.
2.2.4. Penanggulangan Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita
per bulan dibawah garis kemiskinan) di Banten pada bulan September
2013 mencapai 682,71 ribu orang (5,89%) meningkat 26,47 ribu
orang, dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang
sebesar 656,24 ribu orang (5,74%). Selama periode Maret 2013 September 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
bertambah 50,66 ribu orang (dari 363,80 ribu orang pada Maret 2013
menjadi 414,46 ribu orang pada September 2013), sementara di
daerah perdesaan berkurang 24,20 ribu orang (dari 292,45 ribu orang
pada Maret 2013 menjadi 268,25 ribu orang pada September 2013).
II -22
Sedangkan dari prosentasenya, Pada Maret 2013 hingga September
2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami
peningkatan, sementara di daerah perdesaan mengalami penurunan.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013
sebesar 4,76 persen, meningkat menjadi 5,27 persen pada September
2013. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan
menurun dari 7,72 persen pada Maret 2013 menjadi 7,22 persen pada
September 2013.
Pada periode Maret-September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan.
Kenaikan P1 mapun P2 di perkotaan cukup tinggi, hal ini memberikan
indikasi bahwa penduduk miskin di perkotaan semakin terpuruk.
Sementara itu, kondisi di perdesaan tidak terlalu berubah secara
signifikan.
Selain itu, diperlukan upaya untuk menghadapi tantangan utama
penanggulangan
kemiskinan
seperti
diantaranya
pertumbuhan
penduduk masih cukup besar, petani dan nelayan dihadapkan pada
lahan
usaha
yang
semakin
terbatas,
peluang
usaha
dan
pengembangan usaha masyarakat miskin yang terbatas, urbanisasi
yang memperparah kemiskinan perkotaan, rendahnya kualitas sdm,
khususnya usia muda, rendahnya penyerapan tenaga kerja sektor
industri, masih banyak daerah terisolir, dengan akses pelayanan dasar
yang rendah,
serta belum tersedianya jaminan perlindungan sosial
yang komprehensif.
Akibat kondisi kemiskinan saat ini dan tantangan ke depan diperlukan
rencana khusus untuk percepatan penurunan kemiskinan, diantaranya
II -23
melalui
pendekatan
perlindungan
sosial
yang
universal,
pengembangan pelayanan dasar, dan pengembangan penghidupan
yang
berkelanjutan
melalui
sinergitas
program/kegiatan
dari
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, sesuai kondisi wilayah.
MP3KI ini dilakukan melalui strategi Perluasan jangkauan programprogram bersasaran (targeted) untuk penduduk miskin dan rentan,
Pengembangan
berdasarkan
penghidupan
koridor
Pengarusutamaan
pulau
masyarakat
dan
(mainstreaming)
miskin
kawasan
dan
khusus,
penanggulangan
rentan
dan
kemiskinan
diseluruh kebijakan dan program pembangunan.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas, maka makro ekonomi
ditargetkan sesuai dengan RPJMD Provinsi Banten tahun 2012-2017.
Tabel 3.2
Asumsi Ekonomi Makro Provinsi Banten Tahun 2015
NO
INDIKATOR EKONOMI
TARGET
1.
Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,7-6,8
2.
Tingkat Inflasi (%)
4,5
3.
Pengangguran terbuka (%)
9,24
4.
Penduduk miskin (%)
5,1- 4,8
II -24
BAB III
ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM
PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
3.1. ASUMSI DASAR DALAM RAPBN 2015
Dengan memperhatikan pencapaian kemajuan tahun 2011 sampai
dengan 2013 dan mempertimbangkan masalah yang dihadapi hingga
tahun 2014, maka tantangan dan kebijakan pokok
yang
dihadapi
pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1) Memantapkan Perekonomian Nasional.
Perhatian akan di tujukan pada peningkatan investasi, industri
pengolahan
nonmigas,
daya
saing
ekspor, peningkatan
efektivitas penerimaaan negara, penguatan penyerapan belanja
negara, dan pemantapan ketahanan pangan dan energi;
2) Menjaga Stabilitas Ekonomi.
Dorongan
akan diberikan pada langkah-langkah yang terpadu
untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri dan nilai
tukar
resiko fluktuasi harga komoditi baik migas maupun nonmigas, serta
pengendalian arus modal;
III - 1
3) Mempercepat Pengurangan Pengangguran Dan Kemiskinan.
Upaya akan ditujukan dalam rangka menciptakan lapangan kerja
yang lebih besar serta dapat menjangkau
masyarakat
masih
dengan
hidup
di
bawah garis
kemiskinan
yang
program-
program pemberdayaan yang tepat dan terpadu.
Dengan arah kebijakan ekonomi makro di atas serta dengan
memperhatikan
ekonomi
tahun
persen.
Dengan
stabilitas
lingkungan eksternal
2015
ditargetkan
pertumbuhan
ekonomi
yang
dan internal, pertumbuhan
untuk tumbuh
ekonomi yang
terjaga tersebut,
tingkat
pengangguran
terbuka tahun 2015
5,5-5,7
persen pada tahun 2015
dan
sekitar
5,8
tinggi
dan
lebih
Sasaran
Kuantitatif
diperkirakan sebesar
jumlah penduduk miskin
menjadi berkisar antara 9,0-10,0 persen pada tahun 2015.
Kebijakan ekonomi makro pada tahun 2015 diarahkan sejalan dengan
tema pembangunan nasional RKP 2015 yaitu “Melanjutkan Reformasi
bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”.
Dengan arah kebijakan ekonomi makro di atas serta dengan
memperhatikan lingkungan eksternal dan internal, pertumbuhan
ekonomi tahun 2015 ditargetkan untuk tumbuh sebesar 5,5-6,3
persen. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas
ekonomi yang terjaga tersebut, pengangguran terbuka akan menurun
menjadi berkisar antara 5,7-5,9 persen dari angkatan kerja dan jumlah
penduduk miskin menjadi berkisar antara 9,0-10,0 persen pada tahun
2015.
III - 2
Selanjutnya dengan memperhatikan kondisi ekonomi makro nasional
tahun 2014 dan perkiraan ditahun 2015 di atas serta tantangan pokok
yang akan dihadapi pada tahun 2015, maka sasaran pertumbuhan
ekonomi tahun 2015 ditargetkan untuk tumbuh sebesar 5,5-6,3
persen, laju inflasi 3,0-5,0 persen, pengangguran terbuka 5,0-5,5
persen dan penduduk miskin 6,5-8,0 persen. Untuk lebih jelasnya
tentang perkembangan dan sasaran ekonomi makro tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Asumsi Ekonomi Makro Nasional Tahun 2015
NO
INDIKATOR EKONOMI
Target 2015
1.
Pertumbuhan Ekonomi (%)
5,5 – 6,3
2.
Tingkat Inflasi (%)
3,0 – 5,0
3.
Pengangguran terbuka (%)
5,0 - 5,5
4.
Penduduk miskin (%)
6,5 – 8,0
Sumber : BPS Provinsi Banten dan RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017
3.2. ASUMSI DASAR PADA RAPBD 2015
Pada Tahun 2015, pembangunan perekonomian daerah Provinsi
Banten diarahkan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi
agar mampu memecahkan permasalahan sosial mendasar terutama
kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi
aktif masyarakat dan swasta (dunia usaha) sebagai pilar dan pelaku
utama pembangunan ditunjang oleh kebijakan pengendalian inflasi
dan kredit bagi pengembangan usaha kecil dan menengah. Dalam
kaitan tersebut diatas, pertumbuhan ekonomi didorong terutama
dengan meningkatkan investasi. Peningkatan investasi dilakukan
III - 3
dengan mengurangi hambatan-hambatan yang ada yaitu dengan
menyederhanakan
prosedur
perijinan,
memberikan
kemudahan
kredit/pinjaman usaha terutama bagi kelompok usaha kecil menengah,
mempersiapkan tenaga kerja terlatih di bidang industri, pemilihan
komoditas unggulan untuk diproduksi massal yang dapat menciptakan
forward linkage dan backward linkage yang besar bagi perekonomian
masyarakat banten, meningkatkan penyediaan infrastruktur dan
energi, dan lain-lain.
3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Gini Rasio (GR) sebagai alat ukur ketimpangan pendapatan semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Pada 2012 GR sebesar 0,38,
kemudian
pada 2013 sudah meningkat menjadi 0,41. Artinya,
ketimpangan pendapatan kian meningkat.
Dengan
didasarkan
pada
konsep
membangun
Pembangunan ekonomi diarahkan sebagai
kerjasama.
bidang yang mampu
menggerakan bidang lain melalui percepatan transformasi ekonomi
agar kesejahteraan rakyat lebih cepat terwujud. Ditargetkan melalui
kerangka MP3EI bahwa pada tahun 2025 Indonesia sudah menjadi
negara maju dengan pendapatan per kapita antara USD 14.250 – USD
15.500 dan nilai total perekonomian (PDB) antara USD 4,0 – 4,5
triliun. Syarat pencapaiannya adalah pertumbuhan ekonomi riil yang
tinggi dan konsisten disertai pengendalian inflasi. Pertumbuhan
ekonomi riil yang diharapkan sebesar 6,4-7,5 % pada tahun 20112014 dan 8,0-9,0% pada periode 2015-2025, sedangkan inflasinya
ditekan hingga mencapai 3,0% pada tahun 2025. Untuk mempercepat
III - 4
pertumbuhan ekonomi, pemerintah baik pusat maupun daerah perlu
berkolaborasi dengan dunia usaha baik investor domestik maupun
mancanegara. Salah satunya dengan
membuat regulasi yang
memungkinkan terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan baru. Sebagai
prasyarat terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan baru adalah peran
aktif pemerintah pusat dan daerah, pelibatan dunia usaha, reformasi
kebijakan
keuangan
negara,
reformasi
birokrasi,
penciptaan
konektivitas antar wilayah, kebijakan ketahanan pangan, air dan
energi, serta jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
3.2.2. Penciptaan Lapangan Kerja
Penciptaan lapangan pekerjaan di Provinsi Banten pada tahun 2015
menjadi target kinerja prioritas, mengingat pada tahun 2013, beban
Tingkat Pengangguran terbuka masih sebesar 9,87 % ditambah
jumlah tenaga kerja yang setengah bekerja atau bekerja dengan
jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu sebesar 15,7 %.
Sehingga
beban nyata
dalam
penyediaan
lapangan
pekerjaan
mencapai 25,6 %. Daya saing ketenagakerjaan memiliki beban,
mengingat penduduk bekerja yang memiliki pendidikan SD ke bawah
masih tetap mendominasi, yaitu sebesarq 39 % atau sebanyak
1.807,3ribu orang. Sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan
SLTP sebesar 866 ribu orang (19%), SLTA keatas sebesar 1.437,5 ribu
orang (31%) sementara penduduk bekerja dengan pendidikan tinggi
sebesar 526,2 ribu orang yang terdiri dari pendidikan diploma 143,2
ribu orang (3,1%) dan penduduk yang bekerja dengan pendidikan
universitas sebesar 383 ribu orang (8,3%).
III - 5
Berdasarkan analisis atas hasil evaluasi kinerja pembangunan nasional
yang telah dicapai, untuk indikator inflasi, jumlah penduduk miskin
dan
pengangguran
trend/kecenderungan
terbuka
realisasi
di
tahun
tahun
berjalan
2015
dan
berdasarkan
tahun-tahun
sebelumnya, perlu kerja keras untuk mencapai target-target yang
dijabarkan dalam RPJMD Provinsi Banten 2012-2017.
Pada Tahun 2015, pembangunan perekonomian daerah Provinsi
Banten diarahkan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi
agar mampu memecahkan permasalahan sosial mendasar terutama
kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi
aktif masyarakat dan swasta (dunia usaha) sebagai pilar dan pelaku
utama pembangunan ditunjang oleh kebijakan pengendalian inflasi
dan kredit bagi pengembangan usaha kecil dan menengah. Dalam
kaitan tersebut diatas, pertumbuhan ekonomi didorong terutama
dengan
meningkatkan
investasi,
khususnya
hilirisasi
industri.
Peningkatan investasi dilakukan dengan mengurangi hambatanhambatan yang ada yaitu dengan menyederhanakan prosedur
perijinan, memberikan kemudahan kredit/pinjaman usaha terutama
bagi kelompok usaha kecil menengah, mempersiapkan tenaga kerja
terlatih di bidang industri, pemilihan komoditas unggulan untuk
diproduksi massal yang dapat menciptakan forward linkage dan
backward linkage yang besar bagi perekonomian masyarakat banten,
meningkatkan penyediaan infrastruktur dan energi, dan lain-lain.
Dalam merumuskan prospek perekonomian daerah tahun 2015
mendatang,
perlu
memperhatikan
perkembangan
dan
prospek
ekonomi nasional tahun 2015. Perbandingan kondisi ekonomi makro
III - 6
Provinsi Banten dan Nasional pada tahun 2015 terlihat sebagaimana
Tabel 3.2
Tabel 3.2
Perbandingan Sasaran Ekonomi Makro Provinsi Banten dan Nasional
Tahun 2012-2015(%)
NO
URAIAN
INDIKATOR
1
LPE
2
REALISASI 2012
REALISASI 2013
TARGET 2014
TARGET 2015
BANTEN NASIONAL BANTEN NASIONAL BANTEN NASIONAL BANTEN NASIONAL
6,15
6,23
5,86
5,66
6,6-6,8
6,4-6,9
Laju Inflasi
4,37
4,3
9,65
9,93
4,5 ± 1
5,0
3
Penduduk Miskin
5,71
11,96
5,89
11,7
5,3-5,0
4
Pengangguran
Terbuka
10,13
6,1
9,9
6,25
9,74
6,7-6,8 5,5-6,3
4,5
3,0-5,0
8,0-10,0 5,1-4,8 6,5-8,0
5,6-6,0
9,24
5,0-5,5
Sumber :BPS Provinsi Banten dan RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017
III - 7
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DAERAH
Beberapa
perubahan
mendasar
dalam
sistem
perencanaan
pembangunan dan penganggaran daerah menuntut dilakukannya
sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama
dalam aspek anggaran, aspek akuntansi, dan aspek pemeriksaan.
Perubahan-perubahan ini mengarahkan pengelolaan keuangan daerah
berdasarkan prinsip pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis,
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel yang diimplementasikan
dalam sistem anggaran berbasis kinerja.
Penganggaran daerah yang didasarkan kepada kemampuan keuangan
daerah diarahkan dan dikelola berazaskan fungsi : (1) Otorisasi, yaitu
sebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan; (2) Perencanaan, yaitu menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan; (3) Pengawasan, yaitu menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan; (4) Fungsi Alokasi, yaitu
anggaran daerah yang harus diarahkan untuk menciptakan lapangan
kerja dan mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,
serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian; (5) Fungsi
Distribusi, yaitu kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan; dan (6) Stabilisasi, yaitu menjadi alat untuk
IV - 1
memelihara
dan
mengupayakan
keseimbangan
fundamental
perekonomian daerah.
Sehingga
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
yang
direncanakan perlu mempedomani norma dan prinsip anggaran
sebagai berikut :
1. Transparansi
dan
Akuntabilitas
Anggaran
Daerah.
Merupakan persyaratan utama untuk mewujudkan pemerintah yang
baik, bersih dan tanggungjawab. Sebagai instrumen evaluasi
pencapaian kinerja dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam
mensejahterakan rakyat, maka APBD dapat menyajikan informasi
yang jelas tentang tujuan, sasaran dan manfaat yang diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan;
2. Disiplin Anggaran. Program harus disusun dengan berorientasi
pada kebutuhan masyarakat tanpa meninggalkan keseimbangan
antara pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu penyusunan anggaran
dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu
pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan;
3. Keadilan Anggaran Pendapatan, pada hakekatnya diperoleh
melalui mekanisme pajak dan retribusi atau beban lainnya yang
dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Untuk itu Pemerintah
mengalokasikan
penggunaannya
secara
adil
dan
merata
berdasarkan pertimbangan yang obyektif agar dapat dinikmati oleh
seluruh kelompok masyarakat tanpa dikriminasi dalam pemberian
pelayanan;
IV - 2
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran. Dana yang tersedia
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan secara optimal guna
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk mengendalikan
tingkat
efisiensi
dan
efektivitas
anggaran,
maka
dalam
perencanaannya ditetapkan secara jelas arah dan tujuan, sasaran,
hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan
yang diprogramkan.
4.1. PENDAPATAN DAERAH
Rencana pendapatan daerah yang akan dituangkan dalam RAPBD
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki
kepastian serta dasar hukum penerimaannya.
4.1.1
Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Tahun
Anggaran 2015
Arah
kebijakan
pendapatan
daerah
meliputi
asumsi
target
penerimaan pendapatan daerah, pertimbangan dalam penentuan
kebijakan pendapatan daerah, target pendapatan daerah dan
upaya pencapaian target pendapatan daerah.
IV - 3
Sedangkan asumsi target penerimaan Pendapatan Daerah
adalah sebagai berikut :
1. Asumsi Target Penerimaan Pendapatan Daerah
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penerimaan PAD pada RPJMD Provinsi Banten Tahun 20122017 diproyeksikan rata-rata sebesar 13,25% per tahun,
dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi berikut :
a) LPE berkisar 6,6 – 6,8%;
b) Realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu 5 tahun
terakhir
mengalami
pertumbuhan
rata-rata
sebesar
22,96% per tahun, namun rata-rata realisasi PAD dari
target setiap tahun sebesar 8,34%;
c) Pajak cukai rokok sebagai komponen pajak daerah pada
tahun 2015 dengan proyeksi pendapatan rata-rata sebesar
10,00% per tahun;
d) Prediksi produksi kendaraan bermotor secara nasional
tahun 2012 sebanyak 780.000 unit dan tumbuh setiap
tahun hingga tahun 2015 sebanyak 1.300.000 unit.
Sedangkan jumlah yang dipasarkan di wilayah Provinsi
Banten setiap tahun rata-rata sebesar 6,8% ;
e) Peningkatan penyertaan modal pada tahun 2014 kepada
lembaga-lembaga keuangan bank meningkatkan besaran
deviden pada tahun 2015 sebesar 30%;
f) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/10/DPNP perihal
Penerapan Manajemen Resiko pada Bank yang melakukan
IV - 4
Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit
Kendaraan Bermotor (KKB);
g) Rencana penerapan pajak progresif di Provinsi Banten
pada tahun 2014, berpengaruh terhadap kepemilikan
kendaraan baru.
b. Dana Perimbangan
Penerimaan dari dana perimbangan pada RPJMD Provinsi
Banten Tahun 2012-2017 diproyeksikan sebesar 7-8% per
Tahun, dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai
berikut :
a) Realisasi penerimaan Dana Perimbangan selama kurun
waktu 5 tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 8,77%;
b) Berkurangnya pos dana perimbangan dari Bagi Hasil Pajak
Bumi dan Bangunan mulai tahun 2014.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Penerimaan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada
RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 diproyeksikan ratarata sebesar 0,01% per tahun.
Dalam upaya pengelolaan dan peningkatan PAD, kebijakan yang
ditempuh adalah memberikan insentif untuk menarik atau
rangsangan agar kegiatan ekonomi masyarakat cenderung
meningkat. Upaya tersebut antara lain melalui penyederhanaan
sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan
IV - 5
retribusi
daerah,
rasionalisasi
pajak/retribusi
daerah,
meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi
daerah, serta meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas
pemungutan PAD yang diikuti dengan peningkatan kualitas,
kemudahan, ketepatan dan kecepatan palayanan.
Sejalan dengan arah kebijakan penganggaran khususnya
kebijakan
pendapatan,
tantangan
pokok
yang
dihadapi
berkaitan dengan upaya untuk terus meningkatkan pendapatan
asli daerah melalui pajak dan non pajak daerah guna membiayai
prioritas pembangunan yang ditetapkan.
Secara umum kebijakan penganggaran daerah adalah langkah–
langkah yang dilakukan dalam meningkatkan target–target
pendapatan dan langkah–langkah yang
diperlukan untuk
mengefektifkan belanja, dan efisiensi pembiyaan.
Untuk penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari
PAD
dalam
penyusunan
APBD
Tahun
Anggaran
2015,
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kondisi
perekonomian
yang
terjadi
pada
tahun-tahun
sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2013 dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait;
2. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah berpedoman pada UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun
IV - 6
2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan
Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing, sehingga dilarang menganggarkan penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah yang peraturan daerahnya
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang
Retribusi
Pengendalian
Lalu
Lintas
dan
Retribusi
Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
dan/atau telah dibatalkan.
Dalam penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah,
memperhatikan potensi pajak daerah dan retribusi daerah.
Dengan mempertimbangkan tidak memberatkan masyarakat
dan dunia usaha;
3. Rasionalitas
hasil
pengelolaan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan atas penyertaan modal atau investasi daerah
lainnya, dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah
yang dipisahkan, baik dalam bentuk uang maupun barang
sebagai penyertaan modal (investasi daerah).
4.1.2
Target Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah pada tahun anggaran 2015 ditargetkan sebesar
Rp7.020.499.000.000,- meliputi 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD),
yang terdiri dari : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Lain-lain PAD yang
sah, 2) Dana Perimbangan yang terdiri dari : Dana Bagi Hasil
IV - 7
Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi
Khusus (DAK), 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi
Pendapatan Hibah, serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus.
A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada
tahun 2015 ditargetkan
sebesar Rp4.796.469.000.000,-. Jumlah PAD tersebut diperoleh
dari:
1) Pajak Daerah ditargetkan sebesar Rp4.659.842.000.000,-;
2) Retribusi Daerah ditargetkan sebesar Rp41.827.000.000,-;
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan yang
ditargetkan sebesar Rp40.900.000.000,-; dan
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang ditargetkan
sebesar Rp53.900.000.000,-.
Termasuk kontribusi dari kabupaten/kota dan instransi vertikal
untuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
B. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan yang ditargetkan pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp
1.172.111.000.000,-. Dana Perimbangan tersebut
diperoleh dari :
1)Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak yang ditargetkan
sebesar Rp443.621.000.000 ,-;
2)Dana
Alokasi
Umum
yang
ditargetkan
sebesar
Rp728.490.000.000,-;
IV - 8
C. Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah yang ditargetkan dalam
tahun 2015 adalah sebesar Rp1.051.919.000.000,- Jumlah dana
tersebut diperoleh dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
sebesar Rp1.046.519.000.000,-, dan Pendapatan Hibah sebesar
Rp5.400.000.000,-.
Secara lengkap target pendapatan daerah Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Target Pendapatan Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2015
NO
1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1
1.3.2
URAIAN
APBD 2014
APBD 2015
PENDAPATAN
DAERAH
6.878.071.982.000
7.020.499.000.000
Pendapatan
Asli
Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah
Yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah
Dana Perimbangan
Dana
Bagi
Hasil
Pajak/Bagi
Hasil
Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
4.675.126.000.000
4.796.469.000.000
4.473.832.000.000
66.970.000.000
38.600.000.000
4.659.842.000.000
41.827.000.000
40.900.000.000
95.724.000.000
53.900.000.000
1.151.026.982.000
405.819.000.000
1.172.111.000.000
443.621.000.000
728.490.012.000
16.717.970.000
728.490.000.000
Lain-Lain
Pendapatan
Daerah
Yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana
Penyesuaian
dan Otonomi Khusus
1.051.919.000.000
1.051.919.000.000
5.400.000.000
1.046.519.000.000
5.400.000.000
1.046.519.000.000
IV - 9
4.1.3
Upaya Pencapaian Target Pendapatan Daerah
Upaya-upaya yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi Banten
dalam pencapaian target pendapatan daerah tahun 2015 sebagai
berikut :
a. Pengembangan sistem administrasi Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan Pendapatan Lain-lain;
b. Koordinasi dan pembinaan pengelolaan pendapatan daerah;
c. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah dengan
berpegang kepada prinsip keadilan dan tidak memberatkan
masyarakat;
d. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak
daerah melalui sosialisasi, penyuluhan dan razia pajak daerah;
e. Pengembangan
sistem
layanan
Samsat
Online
untuk
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor tahunan;
f. Perluasan jangkauan layanan pembayaran pajak kendaraan
bermotor dengan membentuk Gerai-gerai Samsat, Bis Samsat
Keliling dan Samsat Drive Thru;
g. Peningkatan kompetensi aparatur pemungut pajak daerah;
h. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan pembayaran
pajak daerah;
i. Penataan bidang perencanaan, pelaporan dan evaluasi
pendapatan.
IV - 10
4.2. BELANJA DAERAH
Memperhatikan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015, Anggaran Belanja Daerah
digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah provinsi yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundangundangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam
bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas
sosial
dan
fasilitas
umum
yang
layak
serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan urusan wajib
dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah
ditetapkan.
4.2.1.
Kebijakan Belanja Daerah
Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
Oleh karena itu dalam penyusunan APBD TA. 2015, Pemerintah
Provinsi Banten berupaya menetapkan target capaian kinerja
setiap belanja, baik dalam konteks daerah, SKPD, maupun
program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas
dan efisiensi penggunaan anggaran. Selain itu, program dan
kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta
IV - 11
memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari
program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok
ukur dan target kinerjanya. Penerapan azas efisiensi dan
efektifitas belanja merupakan langkah – langkah yang ditempuh
dalam mengoptimalkan belanja daerah. Total Belanja Daerah
dalam RKPD Provinsi Banten Tahun 2015 ditargetkan sebesar
Rp. 7.769.544.649.000,-.
Beberapa asumsi yang berkaitan dengan Belanja Daerah Tahun
2015, antara lain:
1. Mengacu Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Tahun 2015, maka Tema dan Prioritas Pembangunan Daerah
Provinsi Banten Tahun 2015 adalah : “Penguatan Ekonomi
Kerakyatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Banten
Yang Berkeadilan”. Tema ini dijabarkan ke dalam 9 (sembilan)
prioritas pembangunan Tahun 2015 yang meliputi:
a. Pengurangan
tingkat
pengangguran
melalui
perluasan
lapangan kerja dan peningkatan daya saing SDM;
b. Penurunan tingkat kemiskinan
melalui perlindungan sosial
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin;
c. Pemantapan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi
dan produktivitas pangan serta penguatan logistik pangan;
d. Peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan daya
saing investasi dan daya saing produk/komoditas;
e. Pembangunan infrastruktur guna pemantapan konektivitas
dan peningkatan daya dukung pusat-pusat pertumbuhan;
f. Pemerataan
pelayanan
pendidikan
dan
peningkatan
IV - 12
pendidikan berbasis kompetensi pasar kerja;
g. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan
optimalisasi infrastruktur pelayanan kesehatan;
h. Pelestarian lingkungan hidup, mitigasi dan adaptasi bencana;
i. Pemantapan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan
daerah;
2. Kebutuhan belanja daerah akan meningkat dengan tetap
mempertahankan
efektivitas
Belanja
Pegawai,
Belanja
Barang/Jasa serta Belanja Modal, yang merupakan bagian dari
belanja daerah yang tidak dapat ditunda agar tetap dapat
menjaga kelangsungan roda pemerintahan;
3. Pembangunan infrastruktur dan stabiltas politik mempengaruhi
kuatnya
keyakinan
Provinsi
Banten
pelaku
untuk
ekonomi
terhadap
menanamkan
kondusifnya
investasi
melalui
penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal
dalam negeri (PMDN);
4. Terkait dengan optimalisasi penetapan program, kegiatan dan
pendanaan
pembangunan
di
daerah
perlu
dilakukan
penyelarasan sarasan program dan kegiatan dekonsetrasi, tugas
pembantuan dan desentralisasi, sehingga diharapkan bobot
alokasi APBD betul-betul dapat difokuskan untuk urusan yang
menjadi kewenangannya dan membatasi penggunaan APBD
untuk mendanai program kegiatan di luar kewenangannya;
5. Dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran pembangunan
sesuai prioritas nasional dalam kerangka desetralisasi melalui
dana alokasi khusus, hibah dan/atau pinjaman/hibah luar negeri,
IV - 13
masing-
masing
pemerintah
daerah
mengalokasikan
dan
pendamping dalam APBD sesuai dengan kriteria dan ketentuan
yang dipersyaratkan;
6. Sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah
dilakukan
dengan
mempedomani
pembagian
urusan
pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi,
dan
pemerintahan
daerah
kabupaten/kota
sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
4.2.2. Kebijakan Belanja Tidak Langsung
Kebijakan Belanja Tidak Langsung dalam Rancangan APBD
Provinsi Banten TA. 2015 memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
A. Belanja Pegawai
1. Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan
PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai
dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU TA. 2015
dengan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan
tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas.
2. Penganggaran
belanja
pegawai
untuk
kebutuhan
pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun
2015.
3. Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan
gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan
mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang
IV - 14
besarnya maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk
gaji pokok dan tunjangan.
4. Penganggaran
kebijakan
tambahan penghasilan PNSD, baik aspek
pemberian
tambahan
penghasilan
maupun
penentuan kriterianya harus ditetapkan terlebih dahulu
dengan peraturan kepala daerah dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah sesuai amanat Pasal 63 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 39
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolan Keuangan Daerah, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
B.Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Penganggaran belanja hibah yang diberikan Pemerintah Provinsi
Banten
kepada
pemerintah,
masyarakat,
dan
organisasi
kemasyarakatan ditujukan untuk menunjang penyelenggaraan
urusan pemerintah daerah. Belanja terbesar hibah adalah untuk
bantuan
operasional
sekolah
(BOS)
sebesar
Rp.1.046.519.000.000,- atau sebesar 80,96 % dari total belanja
hibah Rp.1.292.629.000.000,- Sedangkan penganggaran belanja
bantuan sosial yang diberikan kepada individu, keluarga,
masyarakat,
dan
kelompok
masyarakat
diarahkan
untuk
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial. Bantuan sosial terbesar adalah untuk program Jamsosratu
dengan target sasaran keluarga sangat miskin sebanyak 49.000
keluarga dengan bantuan Rp.2.250.000,-perkeluarga selama 1
IV - 15
tahun,
sehingga
jumlah
keseluruhan
sebesar
Rp.136.250.000.000,C. Belanja Bagi Hasil Kepada Kabupaten/Kota
Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
pemerintah
provinsi
kepada
pemerintah
kabupaten/kota
mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tata
cara
penganggaran
dana
bagi
hasil
tersebut
telah
memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah dan
retribusi daerah pada TA. 2015, sedangkan pelampauan target
TA. 2013 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah
dan menjadi hak pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah
desa ditampung dalam Perubahan APBD TA. 2014.
D. Belanja Bantuan Keuangan.
Penganggaran bantuan keuangan kepada pemerintah daerah
lainnya dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan
untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan
urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi
dananya, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah.
Belanja
Bantuan
Keuangan
diberikan
kepada
Pemerintah
Kabupaten dan Kota, Pemerintah Desa, dan Partai Politik.
Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota diarahkan
untuk :
a. Jaminan kesehatan daerah,
b. Distribusi bantuan beras untuk masyarakat miskin,
c. Infrastruktur,
IV - 16
d. Revitalisasi pasar tradisional,
e. Pengadaan lahan untuk pembangunan unit sekolah baru dan
pembangunan ruang kelas baru,
f. Prasarana dan sarana kesehatan,
g. Pembangunan
desa/lingkungan
terpadu
pada
kantong
kemiskinan,
h. Up date data/pelaporan pembangunan
E. Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi TA. 2013 dan kemungkinan
adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi
sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah.
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai
kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi
berulang,
seperti
kebutuhan
tanggap
darurat
bencana,
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, yang tidak
tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada TA. 2014,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnya.
4.2.3. Kebijakan Pembangunan Daerah
Belanja pemerintah dalam kerangka pertumbuhan ekonomi
yang sehat tidak hanya sekedar investasi infrastruktur untuk
mengakselerasi
bagaimana
peningkatan
belanja
produktivitas
pemerintah
masalah-masalah sosial dan
dapat
tetapi
juga
menyelesaikan
kemiskinan yang menjadi
IV - 17
penghambat pertumbuhan. Belanja diarahkan pada aktivitas
yang memiliki eksternalitas yang besar. Balanja pada sektor
pendidikan diarahkan pada pendidikan sesuai permintaan
pasar tenaga kerja, belanja pada sektor kesehatan diarahkan
pada peningkatan kesehatan masyarakat untuk menunjang
peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Belanja
penanganan
kemiskinan
tidak
hanya
sekedar
jaring
pengaman sosial seperti Raskin, Beasiswa, Penanganan Gizi
Buruk tapi diarahkan juga pada pemberdayaan masyarakat
yang mampu mengangkat dan menghilangkan kemiskinan
masyarakat dan tidak lagi menjadi beban belanja yang tidak
produktif.
Belanja pembangunan diarahkan pada upaya pengarahan
pertumbuhan ekonomi yang sehat. Untuk itu dibagi arahan
dua kategori belanja, yaitu Crisis Action Program dan
Development
Agent
Program.
Pembagian
ini
tentunya
berdasarkan data atau fakta adanya potensi/kekuatan yang
harus dieksplorasi dan disisi lain ada masalah-masalah yang
harus ditangani secara khusus yang bersifat krisis, seperti
kemiskinan, pengangguran, tingkat daya saing SDM yang
rendah dan lain sebagainya.
Kategori Crisis Action Program adalah program rencana tindak
untuk menyelesaikan masalah yang sifatnya krisis dan perlu
ditangani segera dan sebagai bagian dari kebijakan Pro Poor
dan sekaligus juga Pro Job dengan skala terbatas untuk
katergori masyarakat ekonomi lemah. Crisis action program
IV - 18
terbagi atas perlindungan sosial atau jaring pengaman sosial
(social safety net) dan pemberdayaan ekonomi (injection up
grade). Jaring pengaman sosial diarahkan sebagai solusi
sementara dalam mengatasi masalah-masalah sosial akibat
adanya kemiskinan, seperti raskin, beasiwa pendidikan atau
pendidikan
gratis,
pengobatan
gratis,
penanganan
kekurangan gizi, bantuan benih gagal panen dan kegiatan
lainnya, sedangkan pemberdayaan ekonomi lemah adalah
program peningkatan kemampuan ekonomi masyakat yang
berada pada kategori krisis atau prasejahtera menuju
sejahtera dengan kemampuan memenuhi kebutuhan pangan,
sandang dan papan tanpa tergantung pada pihak lain.
Ketegori
Development
Agent
Program
adalah
program
pembangunan yang diarahkan untuk menjadi akselerator atau
pengungkit
dalam
pengembangan
ekonomi
dan
pembangunan yang memiliki multiplier effect atau dampak
ganda yang besar, baik dalam sumbangannya terhadap
penyediaan
peningkatan
lapangan
kerja
pertumbuhan
(pro
job)
ekonomi
maupun
(pro
dalam
growth).
Development agent terbagi atas akselerator, back up agent
dan follower. Akselerator adalah program kegiatan yang
dirancang untuk menjadi daya tarik atau
pengungkit bagi
aktivitas ekonomi yang lain. Hal ini berupa kebijakan pro
dunia usaha baik pemberian insentif seperti penjaminan kredit
maupun peningkatan iklim usaha yang baik. Secara umum
target akhir adalah menjadikan Provinsi Banten menjadi
IV - 19
daerah
yang
memiliki
nilai
kompetitif
dan
komparatif
investasi. Contoh dari program akselerator pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus, revitalisasi logistic management,
pengembangan
Industri
pusat-pusat pertumbuhan seperti Kawasan
(industrial estate), agropolitan, minapolitan, dan
pengembangan program tematik lain yang memiliki dampak
ganda, seperti sistandu dan pengembangan pola pembiayaan
usaha masyarakat. Back up agent adalah program dari
development
agent
yang
berfungsi
untuk
mendukung
terlaksananya program akselerator. Contoh dari program back
up agent adalah seperti pengembangan konektivitas atau
pembangunan jaringan jalan dan jembatan ke Kawasan
strategis atau ke pusat-pusat pertumbuhan, pengembangan
kelembagaan masyarakat dan pembangunan infrastruktur
lainnya. Posisi program back up agent sangat penting bagi
keberlangsungan program akselerator selama dunia usaha
belum dapat melaksanakannya sendiri. Follower adalah
program yang menjadi pengikut sebagai akibat dari adanya
program akselerator. Program ini diantaranya adalah investasi
pada BUMD yang diarahkan untuk terlibat bersama-sama
dunia usaha lain dalam mengembangkan dampak program
akselerator.
A. Bidang
Urusan/Program
Pada
Rencana
Kerja
Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015
Rencana kerja penanggulangan kemiskinan tahun 2015 di
Provinsi Banten memuat 11 urusan wajib dan 6 urusan pilihan
IV - 20
(dari 25 urusan wajib dan 8 urusan pilihan) yang mencakup
35 program (dari 78 program) pada RPJMD 2012-2017 seperti
terlampir pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Program dan SKPD Penanggung Jawab Pada Rencana Kerja
Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015
URUSAN WAJIB
NO
1
BIDANG URUSAN
Pendidikan
NO
2
3
6
2
Kesehatan;
1
2
3
4
5
6
3
Pekerjaan Umum
3
4
6
Perumahan;
Perencanaan
Pembangunan
Pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak;
Sosial
1
2
11
13
14
Ketenagakerjaan;
PROGRAM
Pendidikan Dasar Wajib Belajar 9
Tahun
Pendidikan Menengah Wajib Belajar
12 Tahun
Pendidikan Non Formal dan Informal
(PNFi)
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak
Pembinaan Upaya Kesehatan
Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan
Kefarmasian Dan Perbekalan
Kesehatan
Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumberdaya Manusia Kesehatan
Peningkatan mutu layanan kesehatan
masyarakat
Pengembangan dan Revitalisasi
Infrastuktur Permukiman
Pembinaan dan Penataan Perumahan
Pengendalian Pembangunan Daerah
SKPD
Dindik
Dindik
Dindik
Dinkes
Dinkes/ RSUD
Banten
Dinkes
Dinkes
Dinkes
Dinkes/ RSU
Malingping/
RSUD Banten
SDAP
SDAP
Bappeda
1
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
BPPMD
1
Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Dinsos/ BPPMD
2
3
4
Rehabilitasi Sosial
Perlindungan
Dinsos
dan Jaminan Sosial
Pemberdayaan Kelembagan Sosial
dan Keagamaan
Pengembangan Kelembagaan,
Hubungan Industrial dan
Perlindungan Tenaga Kerja
Produktivitas, Perluasan, Kesempatan
Kerja dan Berusaha
Peningkatan Keterampilan Tenaga
Kerja
Dinsos
1
2
3
Dinsos/ Biro
Kesra
Disnakertrans
Disnakertrans
Disnakertrans
IV - 21
URUSAN WAJIB
15 Koperasi dan usaha
kecil dan
menengah;
1
2
3
21
Ketahanan pangan;
1
22
Pemberdayaan
masyarakat dan
desa;
1
Pengembangan Usaha dan Akses
Permodalan K-UMKM
Pengembangan Produk dan
Pemasaran K-UMKM
Peningkatan Daya Saing, Kapasitas
Kelembagaan dan SDM K-UMKM
Ketahanan Pangan Masyarakat
Dinkop-UMKM
Pemberdayaan Masyarakat dan
Lembaga Perdesaan
BPPMD
Dinkop-UMKM
Dinkop-UMKM
BKPP
URUSAN PILIHAN
NO
1
BIDANG URUSAN
Pertanian
NO
1
2
4
3
3
Energi dan Sumber
Daya Mineral;
Industri;
Perdagangan; dan
1
4
Pariwisata
1
5
Kelautan dan
Perikanan
1
6
Perdagangan
1
7
Industri
1
2
PROGRAM
SKPD
Peningkatan Produksi, Produktivitas
DKP, Distanak
peternakan, perikanan, pertanian dan
perkebunan
Peningkatan daya saing dan
DKP, Distanak
pemasaran produk peternakan,
perikanan, pertanian dan perkebunan
Peningkatan Daya Dukung
Distanak
Sumberdaya Pertanian
Pemberdayaan kelembagaan dan
DKP,Distanak
sumberdaya peternakan, perikanan,
pertanian dan perkebunan
Pengelolaan Listrik dan Pemanfaatan
Distamben
Energi
Pengelolaan dan Pemanfaatan
Distamben
Sumber Daya Mineral, Batubara,
Panas Bumi, Geologi dan Mitigasi
Bencana Geologi
Pengelolaan dan Pengembangan
Disbudpar
Pariwisata
Pengelolaan Sumberdaya laut, pesisir DKP
dan pulau-pulau kecil
Peningkatan dan pengembangan
perdagangan
Peningkatan daya saing industry
Disperindag
Disperindag
Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 berupa
Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota, Bantuan Sosial, dan
Belanja Hibah untuk percepatan pengurangan kemiskinan
meliputi :
1. Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU);
2. Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Provinsi Banten;
3. Biaya Operasional Beras untuk masyarakat miskin.
IV - 22
B. Belanja Program dan Kegiatan
Belanja langsung yang merupakan belanja program dan
kegiatan pembangunan akan digunakan untuk membiayai
pembangunan tahun 2015 yang akan dilaksanakan oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Banten dengan
kebijakan sebagai berikut :
a. Kewenangan pada tingkat pemerintahan;
b. Tugas pokok dan fungsi SKPD;
c. Evaluasi kinerja SKPD tahun sebelumnya;
d. Capaian target pro job, pro poor, pro growth, pro
enviromental, dan MDG’s;
e. Aspirasi masyarakat yang mendesak untuk ditangani;
f. Sinkronisasi perencanaan program dan penganggaran
pusat-daerah.
g. Belanja
hibah
barang
dan
jasa
berpedoman
pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah dan Peraturan Gubernur Banten Nomor 27 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial.
IV - 23
4.2.4. Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintah
Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
Provinsi
dan
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota. Alokasi belanja langsung dalam APBD
digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan daerah,
yang
terdiri
dari
urusan
wajib
dan
urusan
pilihan.
Pemerintahan Provinsi Banten pada tahun 2015 akan
melaksanakan urusan wajib dan urusan pilihan, sebagaimana
yang telah tertuang dalam RKPD Provinsi Banten tahun 2015.
Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan
oleh
pemerintahan
daerah,
berkaitan
dengan pelayanan dasar, terdiri dari 25 (dua puluh lima)
urusan yang meliputi :
Program prioritas Provinsi BantenTahun 2015 sesuai dengan
RPJMD Provinsi banten tahun 2012-2017 terdiri dari 78 (tujuh
puluh delapan) program prioritas yang melaksanakan 25 (dua
puluh lima) urusan wajib dan 8 (delapan) urusan pilihan.
Disamping itu kebijakan belanja langsung Tahun 2015
dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsi dari masingmasing SKPD.
IV - 24
Tabel 4.3
Rencana Program Prioritas dan SKPD Penanggung Jawab Tahun 2015
NO
1
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Pengurangan
Tingkat
Pengangguran
Melalui
Perluasan
Lapangan Kerja
dan Peningkatan
Daya
SaingTenaga
Kerja
Ketenagakerja
an;
Pengembangan
Kelembagaan,
Hubungan
Industrial dan
Perlindungan
Tenaga Kerja
Peningkatan
Produktivitas,
Perluasan,
Kesempatan
Kerja dan
Berusaha
Peningkatan
Keterampilan
Tenaga Kerja
2
Penurunan
Tingkat
Kemiskinan
Melalui
Perlindungan
Sosial dan
Pemberdayaan
Ekonomi
Masyarakat
Miskin
Sosial;
Pemberdayaan
Masyarakat
Miskin
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
4,29%
Disnakertrans
Menurunnya Tingkat
Pengangguran Terbuka
0,5% setiap tahunnnya
(%)
11,06%
Disnakertrans
Cakupan kegiatan
peningkatan keterampilan
dan kesempatantenaga
kerja (orang)
52800.0
0%
Disnakertrans
Jumlah masyarakat
miskin yang memperoleh
pemberdayaan social (kk)
Jumlah komunitas
masyarakat terpencil yang
diberdayakan (kk)
1330
Dinsos
250
Dinsos
Rasio pembinaan
kelembagaan
penanggulangan
kemiskinan melalui
TKPKD (Pengelola PNPM
Perdesaan Perkotaan dan
jenis PNPM lainnya) (%)
45%
BPPMD
INDIKATOR
Tingkat Hubungan
Industrial,Kesejahteraan
Pekerja dan Perlindungan
Tenaga Kerja (%)
IV - 25
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Rehabilitasi
Sosial
Perlindungan
dan Jaminan
Sosial
Pemberdayaan
Kelembagaan
Sosial dan
Keagamaan
INDIKATOR
Jumlah Lanjut Usia yang
dilayani dan dilindungi
(orang)
Jumlah Anak yang
dilayani, dilindungi dan
direhabilitasi (orang)
Jumlah Penyandang Cacat
yang direhabilitasi (orang)
Jumlah lembaga sosial
anak yang dibina
(lembaga)
Jumlah tuna sosial yang
direhabilitasi (orang)
Jumlah PMKS yang
memperoleh pelayanan,
perlindungan dan
bimbingan lanjut Balai
Perlindungan Sosial
(orang)
Jumlah PMKS yang
memperoleh bimbingan
sosial dan keterampilan
dan bimbingan lanjut
pada Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial
(BP2S) (orang)
Jumlah Korban Tindak
Kekerasan/Pekerja Migran
yang dilindungi (orang)
Jumlah bantuan untuk
korban bencana (orang)
Jumlah Taruna Siaga
Bencana (TAGANA)yang
dilatih (orang)
Jumlah Masyarakat yang
mendapat jaminan Sosial
(orang)
Jumlah Tenaga
Kesejahteraan Sosial yang
dibina (orang)
Jumlah Kelembagaan
sosial yang dibina
(lembaga)
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
905
Dinsos
1156
Dinsos
530
Dinsos
20
Dinsos
680
Dinsos
307
Dinsos
450
Dinsos
50
Dinsos
4500
Dinsos
1,286
Dinsos
366
Dinsos
604
Dinsos
550
Dinsos
IV - 26
NO
3
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
Pemantapan
Ketahanan
Pangan Melalui
Peningkatan
Produksi dan
Produktivitas
Pangan Serta
Penguatan
Logistik Pangan
URUSAN/
PROGRAM
Ketahanan
pangan;
Pelestarian Nilai-Nilai
Kepahlawanan,
Keperintisan dan
Kejuangan (NK3) (orang)
Jumlah Penyuluhan
Sosial yang dilaksanakan
(orang)
Meningkatnya
pemahaman dan
pengamalan nilai-nilai
keagamaan (kegiatan)
Meningkatnya kualitas
kelembagaan
kelompok/badan/lembaga
/organisasi keagamaan
yang terfasilitasi (lembaga)
400
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Dinsos
200
Dinsos
12
Biro Kesra
600
Biro Kesra
Cadangan Pangan
Pemerintah Provinsi (ton)
Jumlah Cadangan Pangan
Masyarakat (ton)
Jumlah lembaga
cadangan pangan
pemerintah provinsi
(lembaga)
Jumlah lembaga
cadangan pangan
masyarakat (Lembaga)
Cakupan layanan fasilitasi
program bantuan Raskin
(%)
Penganekaragaman
konsumsi pangan
masyarakat (skors PPH)
Jumlah daerah rawan
pangan yang tertangani
(kecamatan)
Cakupan layanan
penyuluh pada daerah
sentra produksi
200
BKPP
712.016
1
0
BKPP
72
BKPP
100
BKPP
93
BKPP
10
BKPP
60
BKPP
INDIKATOR
TARGET
2015
Ketahanan
Pangan
Masyarakat
BKPP
IV - 27
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Pertanian;
Peningkatan
Produksi,
Produktivitas
Peternakan,
Perikanan,
Pertanian dan
Perkebunan
INDIKATOR
Peningkatan Produksi
Padi (GKG) (ton)
Surplus Beras (ton)
Penyediaan Benih Sumber
Padi (ha)
Penyediaan Cadangan
Benih Daerah (CBD) Padi
(ha)
Produksi Hortikultura
(Durian, Manggis, Melon,
Cabe Besar) (ton)
Produksi Daging (sapi dan
kerbau) (ton)
Cakupan peningkatan
upaya-upaya rehabilitasi,
diversifikasi, intensifikasi
dan peremajaan tanaman
perkebunan (ha)
Cakupan ketersediaan
sumber benih tanaman
perkebunan (unit)
Jumlah unit usaha
perkebunan terpadu
(agrowisata) (unit)
cakupan ketersediaan
sarana dan prasarana
pendukung pembangunan
perkebunan (unit)
Cakupan ketersediaan
benih tanaman
perkebunan yang
berkualitas (batang)
Jumlah Produksi
Perikanan Tangkap (ton)
Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Jumlah Produksi Benih
Ikan (milyar ekor)
Jumlah Produksi
Perikanan Budidaya (ton)
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
2,237,34
4
56,855
30,000
Distanak
80,000
Distanak
29,342
Distanak
32,669,7
54
500
Distanak
3
Hutbun
1
Hutbun
3
Hutbun
107,000
Hutbun
68,025
DKP
> 100
1.50
DKP
DKP
170,000
DKP
Distanak
Distanak
Hutbun
IV - 28
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Peningkatan
Daya Saing dan
Pemasaran
Produk
Peternakan,
Perikanan,
Pertanian dan
Perkebunan
Pemberdayaan
Kelembagaan
dan
Sumberdaya
Peternakan,
Perikanan,
Pertanian dan
Perkebunan
INDIKATOR
Nilai Tukar Petani (NTP)
Cakupan Penerapan Good
Agricultural Practice (GAP)
/ Standar Operational
Procedure (SOP)
Hortikultura (unit)
Cakupan kemitraan
Kelompok Tani dan Dunia
Usaha (unit)
Tingkat perkembangan
jumlah aneka usaha
kehutanan dan
perkebunan (unit)
Cakupan tingkat
kemantapan tata usaha
dan pembinaan industri
kehutanan dan
perkebunan (unit)
Kontribusi Sektor
Perikanan Terhadap PDRB
(%)
Jumlah Ekspor Perikanan
(ton)
Tingkat Kosumsi Ikan
(kg/kapita)
Cakupan Penumbuhan
dan Pengembangan
Kelembagaan Pertanian
(unit)
Cakupan Peningkatan
Akses Kelompok tani
terhadap Perbankan (unit)
Cakupan tingkat
pemanfaatan teknologi
terapan bidang kehutanan
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
105
4
Distanak
Distanak
9
Distanak
6
Hutbun
250
Hutbun
0.77
DKP
3250
DKP
28
DKP
5
Distanak
26
Distanak
2
Hutbun
IV - 29
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Peningkatan jumlah
kelompok usaha mandiri
(unit)
20
BKPP
Cakupan ketersediaan
Taktor (unit)
Cakupan ketersediaan
Rice Milling Unit (RMU)
(unit)
Cakupan Pengembangan
Jaringan Irigasi (ha)
31
Distanak
2
Distanak
3500
Distanak
1
DKP
12
DKP
6
Hutbun
10
Hutbun
25
BKPMPT
INDIKATOR
dan perkebunan (unit)
Peningkatan
Daya Dukung
Sumberdaya
Pertanian
Kelautan dan
perikanan;
Pengelolaan
sumberdaya
laut, pesisir
dan pulaupulau kecil
Kehutanan;
Peningkatan
daya dukung
sumber daya
hutan dan
lahan
4
Peningkatan
Pertumbuhan
Ekonomi Melalui
Peningkatan
Daya Saing
Investasi dan
Daya Saing
Produk/
Komoditas
Penanaman
modal;
Peningkatan
Iklim Investasi
Luas Areal Konservasi
Laut (ha)
Jumlah Tindak Pidana
Kelautan dan Perikanan
yang Diselesaikan (kasus)
Cakupan pengendalian
penggunaan kawasan
hutan (unit)
Peningkatan jumlah
kelompok pemberdayaan
masyarakat sekitar
kawasan hutan
(kelompok)
Cakupan layanan regulasi
perijinan bidang
Penanaman Modal (%)
IV - 30
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Peningkatan
Promosi dan
Kerjasama
Investasi
Koperasi dan
usaha kecil
dan
menengah;
Pengembangan
Usaha dan
Akses
Permodalan KUMKM
Pengembangan
Produk dan
Pemasaran KUMKM
Peningkatan
Daya Saing,
Kapasitas
Kelembagaan
dan SDM KUMKM
INDIKATOR
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Nilai Realisasi Investasi
PMA (Rp)
Nilai Realisasi Investasi
PMDN (Rp)
9.38
Trilyun
4.05
Trilyun
BKPMPT
Persentase Koperasi dan
UMKM yang terakses
sumber-sumber
permodalan (%)
Tingkat pertumbuhan
usaha masyarakat yang
dapat menurunkan
tingkat kemiskinan (%)
16.28%
K-UMKM
16.28%
K-UMKM
Tingkat layanan teknologi,
inovasi, daya saing, dan
mutu produk koperasi
dan UMKM (%)
Tingkat layanan akses
akses pasar dan
pemasaran bagi produk
koperasi dan UMKM (%)
27.00%
K-UMKM
27.00%
K-UMKM
Pesentase peningkatan
kapasitas kelembagaan
dan produktivitas
Koperasi dan UMKM (%)
Persentase peningkatan
kompetensi pelaku usaha
KUMKM (%)
18.66%
K-UMKM
18.66%
K-UMKM
BKPMPT
IV - 31
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Pariwisata;
Pengelolaan
dan
Pengembangan
Pariwisata
Pengembangan
Kemitraan
Kepariwisataan
Industri;
Peningkatan
Daya Saing
Industri
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
20%
Disbudpar
Meningkatnya kualitas
pengelolaan destinasi
wisata(%)
Meningkatnya
pengembangan produk
dan usaha pariwisata
Meningkatnya promosi
wisata dan budaya dalam
negeri dan luar negeri(%)
23.08%
Disbudpar
20%
Disbudpar
19.84%
Disbudpar
Tingkat penguatan
kemitraan pariwisata,
usaha ekonomi kreatif dan
lembaga/instansi
pemerintah (%)
Rasio peningkatan
kapasitas kelembagaan
kebudayaan dan
pariwisata (%)
Rasio peningkatan
kapasitas sumber sumber
daya manusia pariwisata
dan instansi lainnya (%)
20%
Disbudpar
19.67%
Disbudpar
19.53%
Disbudpar
20
Disperindag
20
Disperindag
20
Disperindag
20
Disperindag
INDIKATOR
Meningkatnya
pengembangan daya tarik
wisata(%)
Cakupan Penataan Kawasan
dan Penguatan Struktur
industri (%)
Cakupan Penumbuhan dan
Pengembangan Wirausaha
Baru Bidang Industri (%)
Cakupan Peningkatan
Mutu/Daya Saing,
Stadarisasi dan Sertifikasi
Produk (%)
Cakupan Kemitraan
Usaha dan Pengembangan
klaster industri (%)
IV - 32
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Perdagangan;
Peningkatan
dan
Pengembangan
Perdagangan
5
Pembangunan
Infrastruktur
Guna
Pemantapan
Konektivitas
dan Peningkatan
Daya Dukung
Pusat-Pusat
Pertumbuhan
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Cakupan Peningkatan
Prasarana dan Sarana
Kelancaran Distribusi
Perdagangan/Pasar
tradisional (%)
Cakupan Pemberdayaan
dan Perlindungan
Konsumen, dan
Pengawasan Barang
Beredar/Jasa (%)
20
Disperindag
20
Disperindag
Prosentase jaringan jalan
provinsi dalam kondisi
mantap (%)
Prosentase panjang
jembatan provinsi dalam
kondisi mantap (%)
89
BMTR
92
BMTR
Cakupan pelayanan
pencegahan,
penanggulangan dan
pemulihan banjir dan
abrasi (%)
Luas layanan peningkatan
dan rehabilitas jaringan
irigasi teknis (ha)
10.05%
SDAP
2534.82
SDAP
INDIKATOR
Pekerjaan
umum;
Pembangunan
dan
Pemeliharaan
Jalan dan
Jembatan
Pengembangan
dan
Pengelolaan
Sumber Daya
Air
Pengembangan
dan Revitalisasi
Infrastuktur
Permukiman
IV - 33
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Perhubungan;
Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan Transportasi
Darat, Laut,
Udara dan
Perkeretaapian
Perumahan;
Pembinaan dan
Penataan
Perumahan
Penataan
ruang;
Penataan
Ruang Wilayah
dan Kawasan
INDIKATOR
TARGET
2015
Tingkat ketersediaan air
bersih dan sanitasi (m3)
Pembangunan
Infrastruktur Perumahan
dan Pemukiman desa/kel
(lokasi)
Penyelesaian Gedung
KP3B
Pembangunan Gedung
Kantor sebanyak 15
gedung
1.826,25
m3
112
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
SDAP
SDAP
1
SDAP
3
SDAP
Rasio Pengembangan dan
Peningkatan Fasilitas
Perhubungan melalui
penyediaan sarana dan
prasasara lalu lintas
angkutan menjadi 100%
tahun 2017 (%)
Tingkat pembinaan dan
pemantauan angkutan
darat laut dan udara
sebesar 100% tahun 2017
(%)
40.22
Dishubkominf
o
54.06
Dishubkominf
o
Rasio Pembinaan dan
Penataan Perumahan (%)
20
SDAP
Cakupan ketersediaan
regulasi dan dokumen
rencana tata ruang
wilayah (dok)
Rasio Rencana Kawasan
Strategis yang Tersusun
(%)
Peningkatan Kualitas
Penataan Ruang Kota
(paket)
3
Bappeda
3.83
BMTR
1
BMTR
IV - 34
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Energi dan
Sumber Daya
Mineral;
Pengelolaan
Listrik dan
Pemanfaatan
Energi
Pengelolaan
dan
Pemanfaatan
Sumber Daya
Mineral,
Batubara,
Panas Bumi,
Geologi dan
Mitigasi
Bencana
Geologi
Pengembangan,
Pengusahaan
Potensi dan
Produk
Pertambangan
dan Energi
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
25,000
Distamben
314
Distamben
100
Distamben
Cakupan ketersediaan
Laporan Pemetaan,
Penelitian, Pengembangan
dan Sumber Data Sumber
Daya Mineral, Batubara,
Panas Bumi, Geologi dan
Mitigasi Bencana Geologi
(dok)
Cakupan ketersediaan
sarana pengendalian dan
konservasi air tanah (unit)
9
Distamben
4
Distamben
Cakupan layanan
Penerbitan Dokumen
Perijinan yang menjadi
Kewenangan Provinsi (ijin)
10
Distamben
INDIKATOR
Tingkat penambahan
jumlah Instalasi dan
Sambungan Rumah
Terpasang (SS)
Tingkat penambahan
jumlah Unit Terpasang
Pembangkit dan Reaktor
dari Energi Terbarukan
(unit)
Persentase tingkat
pemenuhan Kebutuhan
Jaringan Listrik di KP3B
(%)
IV - 35
NO
6
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
Pemerataan
Pelayanan
Pendidikan dan
Peningkatan
Pendidikan
Berbasis Pasar
Kerja
URUSAN/
PROGRAM
Kepemudaan
dan olah raga;
Kepemudaan
dan
Kepramukaan
Pembinaan,
Pembudayaan
dan
Pengembangan
Olahraga
Pendidikan;
Pendidikan
Anak Usia Dini
(PAUD)
Pendidikan
Dasar Wajib
Belajar 9 Tahun
Cakupan layanan
Kesepakatan Kerjasama
Bidang Pertambangan dan
Energi (dok)
Cakuman layanan
informasi data bidang
pertambangan dan energi
yang siap dipublikasikan
(unit)
1
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Distamben
4
Distamben
Jumlah organisasi
pramuka yang
mendapatkan pelayanan
Kepramukaan (kwartir)
Jumlah Kelompok/
Organisasi Kepemudaan
yang berperan dalam
kewirausahaan (kelompok)
9
Dispora
16
Dispora
19
cabor/
19 event
Dispora
1
Dispora
47
Dindik
APM Jenjang
SD/SDLB/MI/Paket A (%)
99.48
Dindik
Angka Partisipasi Kasar
(APK)
SMP/MTs/SMPLB/Paket
99.54
Dindik
INDIKATOR
Rasio Cabang Olahraga
Berprestasi terhadap
jumlah kejuaraan tingkat
nasional/regional (%)
Tingkat pemenuhan
prasarana dan sarana
olahraga (unit)
Angka Partisipasi Kasar
(APK) PAUD (%)
TARGET
2015
IV - 36
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Angka Partisipasi Kasar
(APK) SMA/SMK/SMALB/MA/Paket C (%)
63.52
Dindik
Rasio jumlah guru yang
memenuhi kualifikasi
minimum S.1 / D.IV
terhadap jumlah guru
keseluruhan
2.383
Dindik
Angka Partisipasi Kasar
(APK) PT/PTA (%)
Jumlah Prodi yang
terakreditasi (unit)
7.03
Dindik
5
Dindik
Angka Buta Aksara
Penduduk Usia 15 Tahun
Keatas (orang)
12,500
Dindik
Rata -rata Lama Sekolah
(tahun)
Ketersediaan Sarana
Prasarana SMAN CMBBS
(%)
9.29
Dindik
10
Dindik
Tingkat kunjungan
perpustakaan per hari (%)
320
(64%)
BPAD
INDIKATOR
B/Wustho (%)
Pendidikan
Menengah
Wajib Belajar
12 Tahun
Peningkatan
mutu,
kesejahteraan
dan
perlindungan
Pendidik dan
Tenaga
Kependidikan
Pendidikan
Tinggi
Pendidikan
Non Formal dan
Informal (PNFi)
Peningkatan
Mutu Tata
Kelola dan
Pencitraan
Pendidikan
Perpustakaan.
Pengembangan
Minat dan
Budaya Baca
IV - 37
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Pengembangan
dan Pembinaan
Perpustakaan
7
Peningkatan
Akses dan Mutu
Pelayanan
Kesehatan
Kesehatan;
Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu
dan Anak
Pembinaan
Upaya
Kesehatan
Pengendalian
Penyakit Dan
Penyehatan
Lingkungan
Meningkatnya kunjungan
ke website BPAD (%)
80 (64%)
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
BPAD
Peningkatan Jumlah
Perpustakaan sesuai
standar (%)
26 (62%)
BPAD
78
Dinkes
91
Dinkes
91.5
Dinkes
72
Dinkes
92
Dinkes
100
Dinkes
90
Dinkes
100
Dinkes
INDIKATOR
Persentase Balita
Ditimbang Berat
Badannya (D/S) (%)
Persentase Ibu bersalin
yg ditolong oleh Nakes
terlatih (Cakupan PN) (%)
Cakupan Kunjungan
Neonatal pertama (KN1)
(%)
Persentase Rumah Tangga
Melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih Sehat
(PHBS) (%)
Persentase RSUD dan
Swasta yang melayani
pasien penduduk miskin
(%)
Persentase RS yg
melaksanakan PONEK (%)
Persentase Peningkatan
Sarana Dan Prasana RS
Provinsi danLabkesda
Provinsi Banten (%)
Persentase Puskesmas
Rawat Inap Yang Mampu
PONED (%)
TARGET
2015
IV - 38
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
100
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Dinkes
Prevalensi HIV (%)
Persentase kasus baru
Tuberkulosis Paru (BTA
positif) yang disembuhkan
(%)
Angka penemuan kasus
Malaria per 1.000
penduduk
Presentasi puskesmas
yang melaksanakan
program pengendalian
Penyakit Tidak Menular
(%)
Persentase cakupan
penduduk yang terakses
air minum berkualitas (%)
<0,5
91
Dinkes
Dinkes
<1
Dinkes
40
Dinkes
77
Dinkes
Persentase ketersediaan
obat buffer di Provinsi
Banten (%)
Persentase Sarana
Kesehatan, Produksi dan
Distribusi Kefarmasian
dan Alat Kesehatan yang
berkualitas (%)
100
Dinkes
60
Dinkes
Prosentase Institusi
Pendidikan Kesehatan
binaan yang terakreditasi
(unit)
Terlaksananya Puskesmas
yg melaksanakan SIKDA
(%)
Puskesmas Yang
Melaksanakan Upaya
Kesehatan Kerja (unit)
Prosentase Sarana dan
prasarana Balai
Kesehatan Jiwa
Masyarakat Provinsi
Banten (%)
100
Dinkes
153
Dinkes
50
Dinkes
80
Dinkes
INDIKATOR
Jumlah bayi yang
mendapatkan imunisasi
dasar lengkap / UCI
(Universal Child Imunization)
dibawah 1 tahun di
desa/kelurahan (%)
Kefarmasian
Dan Perbekalan
Kesehatan
Pengembangan
dan
Pemberdayaan
Sumberdaya
Manusia
Kesehatan
TARGET
2015
IV - 39
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Peningkatan
Mutu Layanan
Kesehatan
Masyarakat
Pemberdayaan
perempuan
dan
perlindungan
anak;
Kesetaraan
Gender,
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan
Anak
INDIKATOR
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Dinkes
Persentase Pembinaan
Dinas Kesehatan dan RS
yang melayani pasien
penduduk miskin peserta
program Jamkesmas (%)
Jumlah Tenaga Kesehatan
RS Malingping yang
ditingkatkan
kemampuannya (orang)
100
32
RSUD
Malingping
Prosentase pemenuhan
kebutuhan operasional
Pelayanan Perawatan
pada Masyarakat di RS
Rujukan Prov Banten (%)
Jumlah industri formal
dan informal yang
mendapatkan promosi
kesehatan kerja (%)
Prosentase pelayanan
kesehatan dasar bagi
masyarakat pekerja (%)
Ketersediaan Obat, Bahan
dan Alat Penunjang
RSUD Malingping (%)
Jumlah Pasien Mendapat
Layanan Kesehatan Gratis
(orang)
90
Dinkes
200
Dinkes
60
Dinkes
100
RSUD
Malingping
200
RSUD
Malingping
2
Kab/Kot
a
BPPMD
100
BPPMD
20
BPPMD
Pengembangan Kota
Layak Anak Kab/Kota
(Forum Kader, POKJANAL)
(Kab/Kota)
Rasio Pembinaan dan
Pengembangan Jaringan
kerja lembaga masyarakat
(TP. PKK Prov, Kab/Kota,
Kec, HARGANAS) (%)
Rasio Peningkatan
Kapasitas Pengelola
IV - 40
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
INDIKATOR
TARGET
2015
P2TP2A dan lembaga
lainnya (%)
8
Pelestarian
Lingkungan
Hidup, Mitigasi,
dan Adaptasi
Bencana
Lingkungan
hidup;
Pengendalian
Pencemaran
Lingkungan
Hidup
Rehabilitasi
dan Konservasi
Sumberdaya
Alam dan
Lingkungan
Hidup
Rasio Pembinaan TKP3
Rasio Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan
PUG TKP3, PSW
(AP,PPRG) (%)
Rasio Pembinaan
Organisasi Wanita (BKOW
dan lainnya)
Rasio Peningkatan
Kualitas Hidup
Perempuan(P2WKSS,GSI,
APE) (%)
Prosentase penanganan
kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang
terlaporkan (Dalam dan
Luar Provinsi) (%)
Persentase kualitas air
yang terpantau dan
terinformasikan menurut
SPM (%)
Rasio tindak lanjut
terhadap jumlah
pengaduan masyarakat
akibat dugaan
pencemaran/kerusakan
lingkungan hidup (%)
Luas area rehabilitasi
hutan dan lahan (ha)
Persentase peningkatan
fungsi hutan dan kawasan
lindung (%)
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
100
BPPMD
BPPMD
100
BPPMD
100
BPPMD
100
BPPMD
20
BLHD
20
BLHD
8,000
Hutbun
20
BLHD
IV - 41
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Otonomi
daerah,
pemerintahan
umum,
administrasi
keuangan
daerah,
perangkat
daerah,
kepegawaian,
dan
persandian;
Penanggulangan Bencana
9
Pemantapan
Reformasi dan
Tata Kelola
Pemerintahan
Daerah
Kependudukan
dan catatan
sipil;
Penataan
Administrasi
Kependudukan
Kebudayaan;
Pengelolaan
dan
Pengembangan
Keragaman,
Kekayaan dan
Nilai Budaya
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Rasio Mitigasi dan
Pengurangan Resiko
Bencana (%)
Rasio Ketersediaan
Peralatan dan Logistik,
Pos Bencana dan Tanggap
Darurat Bencana (%)
Rasio Bantuan dan
Rehabilitasi Pemulihan
Kondisi Pasca Bencana
(%)
100
BPBD
100
BPBD
100
BPBD
Cakupan Peningkatan
Tata Kelola Administrasi
Kependudukan (%)
100
Biro
Pemerintahan
20
Disbudpar
20
Disbudpar
INDIKATOR
Meningkatnya
pengembangan dan
pemanfaatan kebudayaan
(%)
Meningkatnya pelestarian
tradisi masyarakat adat
IV - 42
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
17.65
Disbudpar
20.37
Disbudpar
80
BPPMD
3
Bappeda
Koordinasi dan Fasilitasi
Kerjasama Antar Daerah dan
Luar Negeri (%)
100
Biro
Pemerintahan
Cakupan ketersediaan
dokumen perencanaan
dan penganggaran
pembangunan (%)
100
Bappeda
Cakupan hasil
pengendalian evaluasi
pelaksanaan program
pembangunan (%)
100
Bappeda
100
Biro Ekbang
URUSAN/
PROGRAM
INDIKATOR
(%)
Keluarga
berencana dan
keluarga
sejahtera;
Kependudukan
dan Keluarga
Berencana
Perencanaan
pembangunan;
Kerjasama
Pembangunan
Daerah
Perencanaan
dan
Penganggaran
Pembangunan
Daerah
Pengendalian
Pembangunan
Daerah
Komunikasi
dan
informatika;
Pengembangan
Komunikasi,
Meningkatnya pelestarian
nilai-nilai tradisi dan
kearifan lokal (%)
Meningkatnya pelestarian
dan perlindungan cagar
budaya, museum dan
kesejarahan (%)
Cakupan Peningkatan
integrasi pengelolaan
layanan KB (orang)
Perencanaan kerjasama
pembangunan daerah
(dokumen)
Rasio kegiatan pelaporan
pengendalian pelaksanaan
APBD (%)
IV - 43
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Informasi dan
Telematika
Otonomi
daerah,
pemerintahan
umum,
administrasi
keuangan
daerah,
perangkat
daerah,
kepegawaian,
dan
persandian;
Pemeliharaan
Ketentraman,
Ketertiban dan
Perlindungan
Masyarakat
Peningkatan
Kapasitas
Lembaga
Perwakilan
Rakyat Daerah
INDIKATOR
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Meningkatnya
penyelenggaraan dan
pelayanan aksesbilitas
serta kapasitas
Telekomunikasi, informasi
dan teknologi informatika
sebesar 100% tahun 2017
(%)
Cakupan Peningkatan
Kapasitas dan Pembinaan
Lembaga Penyiaran (%)
Cakupan Pemantauan Isi
Siaran Radio dan Televisi
(%)
Cakupan Penyelenggaraan
Perizinan Penyiaran (%)
85.26
Dishub
Kominfo
40
Set KPID
40
Set KPID
100
Set KPID
Rasio Pengamanan,
Pengawalan Gubernur,
Wakil Gubernur,
Sekretaris daerah (%)
Rasio Pemeliharaan
Ketenteraman dan
Ketertiban Umum (%)
Rasio Penegakan
Peraturan Perundangundangan (%)
Rasio Pendataan dan
Tindaklanjut Pelanggaran
Peraturan Perundangundangan (%)
100
Pol PP
100
Pol PP
100
Pol PP
100
Pol PP
Jumlah Kegiatan
Penyerapan Aspirasi
Masyarakat yang
100
Set DPRD
IV - 44
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Pembinaan,
Pemantapan
Otonomi
Daerah dan
Pemerintahan
Umum
INDIKATOR
Terakomodir dalam
Rencana Pembangunan
Daerah (%)
Jumlah Kegiatan
Pembahasan dan
Penetapan RAPERDA
Serta Keputusan DPRD
(%)
Jumlah Dukungan
Layanan Komunikasi,
Informasi, Publikasi Alat
Kelengkapan DPRD dan
Sosialisasi Produk Hukum
DPRD (%)
Jumlah Kegiatan
Pembahasan Rapat-rapat
DPRD
Jumlah Kegiatan
Pengawasan Oleh DPRD
Terhadap
Penyelenggaraan
Pemerintahan dan
Pembangunan Daerah (%)
Jumlah Kegiatan
Peningkatan Kapasitas,
Profesionalisme dan
Ketersediaan Tenaga Ahli
pendukung AKD (%)
Rasio Fasilitasi
Penyelenggaraan Otonomi
Daerah dan Pemerintahan
Umum (%)
Rasio Fasilitasi
Administrasi Pertanahan
(%)
Jumlah Dokumen
Pedoman Pelaksanaan
Pembangunan dan
Standarisasi Harga
Satuan Barang dan Jasa
(dokumen)
Rasio Kegiatan Fasilitasi
LPSE Provinsi Banten (%)
Koordinasi Pengendalian
Inflasi daerah (%)
Pengembangan dan
Peningkatan Lembaga
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
100
Set DPRD
100
Set DPRD
100
Set DPRD
100
Set DPRD
100
Set DPRD
100
Biro
Pemerintahan
100
Biro
Pemerintahan
2
Biro Ekbang
100
Biro Ekbang
4.5
Biro Ekbang
9
Biro Ekbang
IV - 45
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
INDIKATOR
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
10
Biro Ekbang
100
Biro Humas
100
Biro Humas
100
Kantor
Penghubung
16
Biro Kesra
100
Biro Aset dan
Perlengkapan
6.310 T
Biro Aset dan
Perlengkapan
3.838 T
DPPKD
2
DPPKD
3
DPPKD
100
DPPKD
100
DPPKD
Keuangan daerah (unit)
Pengelolaan
Kekayaan dan
Aset Daerah
Peningkatan
Pengelolaan
Keuangan dan
Pendapatan
Daerah
Penyusunan Bahan
Kebijakan Pengembangan
Perekonomian Daerah
(dokumen)
Pengembangan Pelayanan
Publikasi, Kerjasama
Jaringan Media dan
Informasi (%)
Peningkatan Pengelolaan
Informasi Komunikasi dan
Dokumentasi
Pengelolaan Sistem
layanan Informasi Promosi
(%)
Meningkatnya kualitas
dan kuantitas kebijakan
bidang kesejahteraan
rakyat (dokumen)
Rasio Fasilitasi
Pengelolaan Perlengkapan
dan Aset Daerah (%)
Jumlah Kekayaan Daerah
(Rp)
Jumlah Pendapatan Asli
Daerah (Rp)
Ketersediaan jumlah
sistem/data/dokumen/inf
ormasi penunjang
peningkatan pendapatan
daerah (unit)
Ketersediaan
Sistem/Data/Informasi
Pengelolaan Keuangan
Daerah (unit)
Persentase ketepatan waktu
pelaksanaan pembinaan,
fasilitasi dan evaluasi
pengelolaan keuangan
daerah Pemerintah
Kabupaten/Kota (%)
Cakupan fasilitasi,
monitoring, dan evaluasi
pengelolaan keuangan
daerah Pemerintah
IV - 46
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
INDIKATOR
TARGET
2015
Provinsi (%)
Penataan
Kelembagaan
danKetatalaksa
naan Perangkat
Daerah
Pembinaan
Karier dan
Administasi
Kepegawaian
Aparatur
Peningkatan
Kapasitas SDM
Aparatur
Peningkatan
Kualitas Tata
Kelola
Pemerintahan
Daerah
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Rasio ketersediaan
dokumen penataan
Kelembagaan Perangkat
Daerah, Lembaga lain
bagian perangkat daerah,
Ketatalaksanaan, Analisa
Jabatan dan Analisa
Beban Kerja Perangkat
Daerah (%)
100
Biro
Organisasi
Rasio Pembinaan dan
Kesejahteraan PNS
Provinsi Banten (%)
Rasio Pelayanan
Administrasi Kepegawaian
(%)
Rasio Pengembangan
Sumber Daya Aparatur
(%)
100
BKD
100
BKD
100
BKD
Rasio Penyelenggaraan
Diklat dan Bimtek
Aparatur (%)
100
Badan Diklat
Rasio Ketersediaan Bahan
Penunjang Kediklatan dan
Bimtek Aparatur (%)
100
Badan Diklat
Rasio ketersediaan dokumen
Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan (%)
Rasio ketersediaan dokumen
Penatausahaan,
Pengendalian dan Evaluasi
Laporan Keuangan (%)
100
Seluruh SKPD
100
Seluruh SKPD
IV - 47
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Peningkatan
Sarana,
Prasarana
Perkantoran dan
Kapasitas
Aparatur
Pembinaan,
Pengawasan
dan
Akuntabilitas
Aparatur
Peningkatan
Kesadaran dan
Pengembangan
Produk Hukum
dan HAM
Penelitian,
Pengembangan
Kebijakan
Strategis,
Inovasi Daerah,
dan IPTEK
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
Rasio Penyediaan Barang
dan Jasa Adm.
Perkantoran serta
Pelayanan Tata Usaha
Kerumahtanggaan (%)
Rasio Penyelenggaraan
Rapat Koordinasi dan
Konsultasi di dalam dan
ke Luar Daerah (%)
Rasio Pembangunan,
Pengadaan, Pemeliharaan
dan Rehabilitasi
Prasarana dan Sarana
Aparatur (%)
100
Seluruh SKPD
100
Seluruh SKPD
100
Seluruh SKPD
Rasio pembinaan dan
peningkatan pelayanan, tata
usaha dan administrasi
kepegawaian (%)
100
Seluruh SKPD
Rasio Peningkatan
kualitas pengawasan dan
akuntabilitas kinerja
aparatur (%)
100
Inspektorat
Rasio ketersediaan
Dokumen Produk Hukum
(%)
Cakupan Kegiatan
Peningkatan Kesadaran
Hukum dan HAM (%)
20
Biro Hukum
100
Biro Hukum
34
Balitbangda
INDIKATOR
Ketersediaan dokumen
kebijakan hasil Penelitian
dan Pengembangan
Inovasi Daerah (dokumen)
IV - 48
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
Statistik;
Penyediaan
Data
Pembangunan
Daerah
Kearsipan
Pembinaan
Kearsipan
Daerah
Pemberdayaan
masyarakat
dan desa;
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Lembaga
Perdesaan
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
41
Seluruh SKPD
Persentase SKPD Provinsi
yang pengelolaan arsipnya
sesuai dengan ketentuan
(%)
Persentase cakupan
koneksi Jaringan
Informasi Kearsipan
Provinsi (JIKP) dengan
seluruh SKPD, Kab/Kota
(%)
32 (74%)
BPAD
32 (74%)
BPAD
Rasio Desa/Kel Yang
Mengalami peningkatan
kapasitas kelembagaan
masyarakat
desa/kelurahan (%)
Rasio Peningkatan
Partisipasi Masyarakat
dalam pembangunan
desa/kel (%)
Cakupan Pengembangan
Inovasi dan
Pemasyarakatan Teknologi
Tepat Guna (posyantek)
Rasio Penguatan
Kemandirian Masyarakat
Desa (Lembaga Keuangan
Mikro Desa (BUMDes) (%)
Rasio Jumlah Kelompok
Usaha Ekonomi Keluarga
Pedesaan setiap desa
terhadap jumlah desa
keseluruhan (Pasar Desa,
UED-SPP, UPPKS,
Lumbung Desa) (%)
Rasio pembinaan dan
pengembangan Ekonomi
masyarakat (BKM,
80
BPPMD
12
BPPMD
INDIKATOR
Ketersediaan Data dan
Informasi Pembangunan
(paket)
BPPMD
85
BPPMD
5
BPPMD
6.38
BPPMD
IV - 49
NO
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
URUSAN/
PROGRAM
TARGET
2015
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
6
BPPMD
Cakupan pengembangan
Pemerintahan Desa (desa)
1261
BPPMD
Cakupan pembinaan
lembaga yang sadar politik
(%)
Cakupan pembinaan
lembaga yang sadar
kerukunan (%)
Cakupan kegiatan
Pemeliharaan Stabilitas
Daerah (%)
363
Badan
Kesbangpol
426
Badan
Kesbangpol
100
Badan
Kesbangpol
Cakupan
Penyiapan,Pelayanan,Pembinaan,dan
Kebutuhan Masyarakat
Transmigran Serta
Meningkatnya Pendapatan
Perkapita Masyarakat (KK)
Cakupan Fasilitas
Perpindahan dan
Penempatan Transmigrasi
(KK)
350
Disnakertrans
185
Disnakertrans
INDIKATOR
peralihan pengelolaan
PNPM ) (%)
Cakupan Pembinaan
Pemerintah Desa/Kel
(pemerintah desa dan
BPD)(desa/kelurahan)
Kesatuan
bangsa dan
politik dalam
negeri;
Pembinaan
Kerukunan,
Kesatuan
Bangsa dan
Politik
Ketransmigrasian
Penyiapan,
pengerahan
dan Pembinaan
Transmigrasi
IV - 50
Tabel 4.4
Kebijakan Belanja Langsung SKPD Provinsi Banten TA. 2015
NO
SKPD
1
Dinas Kesehatan Provinsi Banten
2
Dinas Bina Marga dan Tata Ruang
Provinsi Banten
3
Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Masyarakat Desa
4
Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Banten
5
6
7
Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Provinsi Banten
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Banten
Biro Perlengkapan dan Aset Setda
Provinsi Banten
Kebijakan
Peningkatan IPM di Bidang Kesehatan
Target Kinerja Luncuran Tahun 2013 yang belum
teranggarkan pada Tahun 2014;
Peningkatan Konektivitas pusat-pusat
pertumbuhan.
Pemberdayaan masyarakat desa dan perempuan
dengan sasaran pengentasan kemiskinan dan
pengangguran
Penyelesaian administrasi kategori 2
Pengembangan inovasi dan teknologi terapan
Peningkatan elektrifikasi listrik (Banten Terang)
Penataan dan pemberdayaan aset (Kebutuhan
lahan Sindang Heula)
8
Biro Organisasi Setda Provinsi Banten
Pengkajian reformasi kelembagaan
9
Biro Hukum Setda Provinsi Banten
Optimalisasi produk hukum daerah
10
RSUD Banten
11
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
12
RSUD Malingping
13
Badan Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Banten
Peningkatan pelayanan dengan dan Belanja Modal
Alat Kesehatan
Pendidikan untuk semua dan berbasis kompetensi
pasar kerja, Beasiswa bidan desa
Optimalisasi Pelayanan
Aplikasi RAD Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
14
Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman
Provinsi Banten
- Pembangunan dan rehab gedung Pemerintahan
- Penanganan wilayah banjir
- Revitalisasi BLK-Serpong, Pasir Ona, RSUD
Banten, RSU Malingping, Sport Center,
Badandiklat (bangunan dan pagar), penataan
lingkungan KP3B, Museum Pendopo, asrama BLK
15
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Provinsi Banten
Peningkatan kualitas proses Perencanaan
16
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi
Banten
1.Pekan Olah Raga Pelajar Se-Provinsi Banten,
2.Sekolah Khusus (Keberbakatan) Olah Raga,
17
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi
Banten
1.Peningkatan Kemampuan UMKM dalam
menghadapi Pasar Bebas ASEAN, 2.Pemanfaatan
JAMKRIDA, 3.BALAKOP 4. Kopontren
IV - 51
NO
SKPD
Kebijakan
18
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Banten
Optimalisasi kapasitas BLK berbasis pasar kerja
Pemanfaatan JAMKRIDA, Pasar Bebas ASEAN
(Peningkatan KOMPETENSI SDM Banten) Pelatihan
Minimal 2000 orang di BLK
19
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh
Provinsi Banten
Peningkatan kapasitas penyuluh sebagai kkmb dan
penguatan logistik ketahanan pangan,Pemanfaatan
JAMKRIDA, Monev dan pengawasan raskin
20
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informasi Provinsi Banten
Untuk PJU di arahkan pada ruas jalan provinsi
sesuai skala prioritas
21
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi Banten
Deteksi dini dan antisipasi kerawanan sosial pada
kawasan-kawasan investasi,
22
Sat. Polisi Pamong Praja Provinsi Banten
Optimalisasi penegakan Perda;
23
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Banten
Pemetaan dan penyiapan sarana prasarana tempat
evakuasi kawasan rawan bencana,
fasilitasi pusat kendali peringatan dini dan operasi
penanggulang bencana (5M); GPS/Deteksi Dini
(5M)
24
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Banten
Opitimalisasi pemanfaatan aset daerah sebagai
sumber PAD.
Optimalisasi Sistem Keuangan Daerah
Diklat tematik penunjang kinerja target
pembangunan termasuk sharring pembiayaan
kab/kota
25
Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi
Banten
26
Inspektorat Provinsi Banten
27
28
Set. DPRD Provinsi Banten
Dinas Sosial Provinsi Banten
29
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten
30
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Banten
Peningkatan minat baca, penguatan perputakan
berbasis bacaan kompetensi pasar kerja
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi
Banten
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Provinsi Banten
Optimalisasi produksi dan produktivitas komoditas
unggulan
Optimalisasi produksi dan produktivitas komoditas
unggulan
Optimalisasi produksi dan produktivitas komoditas
unggulan serta fungsi kawasan lindung
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Banten
1.Peningkatan Kemampuan IKM dalam
menghadapi Pasar Bebas ASEAN, 2.Pemanfaatan
JAMKRIDA, 3.UPT BPTSI
31
32
33
34
Optimalisasi target WTP
Penambahan Target Sasaran Jamsosratu
1.Opimalisasi pemanfaatan objek wisata ,
pemanfaatan travel trip dan gelar atraksi budaya
Tk.Nasional dan Internasional, 2. Sarana
Kelengkapan Museum Banten, 3.Pemanfaatan
JAMKRIDA,
IV - 52
NO
SKPD
Kebijakan
35
Kantor Penghubung Provinsi Banten
Peningkatan kapasitas duta informasi dan promosi
daerah
36
Biro Ekonomi dan Administrasi
Pembangunan Setda Provinsi Banten
Pengendalian inflasi , pengendalian ddministrasi
pembangunan, LPSE, pembinaan BUMD dan ULP
37
38
Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi
Banten
Biro Kesejahteraan Rakyat Setda
Provinsi Banten
39
Biro Umum Setda Provinsi Banten
40
Biro Pemerintahan Setda Provinsi
Banten
41
Set. KPID Provinsi Banten
42
Badan Koordinasi Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Provinsi Banten
Seleksi komisioner KPID dan optimalisasi
pemanyauan penyiaran
Kawasan perhatian investasi (MP3EI) , investasi
hilirisasi industri
Secara lengkap rencana Belanja daerah Provinsi Banten
Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Belanja Daerah Provinsi Banten Tahun 2015
NO
URAIAN
APBD 2014
APBD 2015
2
BELANJA DAERAH
7.349.402.032.000
7.769.544.649.000
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
4.022.622.861.700
558.508.213.700
1.367.549.000.000
91.000.000.000
4.337.249.649.000
574.146.883.750
1.292.629.000.000
136.250.000.000
2.1.4
1.766.695.512.000
1.765.947.662.000
233.870.136.000
563.276.103.250
2.1.6
Belanja Bagi Hasil Kepada
Kabupaten/Kota
Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Kabupaten/Kota
Pemerintah Desa dan Partai
Politik
Belanja Tidak Terduga
5.000.000.000
5.000.000.000
2.2
Belanja Langsung
3.326.779.170.300
3.432.295.000.000
(471.330.050.000)
(749.045.649.000)
2.1.5
SURPLUS/(DEFISIT)
IV - 53
4.3. PEMBIAYAAN DAERAH
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, dijelaskan bahwa pembiayaan adalah setiap
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Fungsi
pembiayaan
keuangan
merupakan
negara
perencanaan,
bagian
yang
penguasaan,
dari
mencakup
sistem
pengelolaan
keseluruhan
penggunaan,
kegiatan
pengawasan,
dan
pertangung jawaban, sebagai perwujudan dari APBD.
Di dalam pengelolaan keuangan daerah dan khususnya yang
berkaitan dengan fungsi otorisasi bahwa anggaran daerah yang
merupakan bagian dari anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Oleh karena itu, berkaitan dengan kebijakan
penganggaran daerah tahun 2015 mengupayakan adanya
anggaran
berimbang
dengan
menempatkan
SiLPA
tahun
sebelumnya sebagai alat untuk menutupi defisit, namun estimasi
SiLPA tersebut belum dapat dihitung secara definitif karena
kegiatan masih berjalan dan perhitungannya dilakukan pada
akhir tahun anggaran.
4.3.1
Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan dalam Rancangan APBD Provinsi
Banten TA. 2015 bersumber dari
tahun
sebelumnya
sebesar
penganggaran (SiLPA)
Rp771.045.649.000,-.
IV - 54
Penganggaran tersebut harus didasarkan pada penghitungan
yang
cermat dan rasional
perkiraan
realisasi
anggaran
dengan mempertimbangkan
TA.
2014
dalam
rangka
menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada TA.
2015 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA
yang direncanakan.
4.3.2
Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan dalam RAPBD Provinsi
Banten TA. 2015 sebesar Rp22.000.000.000,- diarahkan
untuk penambahan penyertaan modal pada Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuat struktur permodalan,
sehingga BUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi, tumbuh
dan berkembang. Penyertaan modal tersebut diperuntukkan
bagi PT. Jamkrida Banten.
Proyeksi neraca APBD yang ditargetkan dalam Tahun 2015
menggambarkan bahwa Total Pendapatan Daerah Provinsi
Banten yaitu sebesar Rp7.020.499.000.000,- sedangkan Total
Belanja Daerah sebesar Rp7.769.544.649.000,- mengalami
defisit sebesar Rp749.045.649.000,-, sehingga diperlukan
penyesuaian sumber pembiayaan untuk menutupi defisit
tersebut dengan mempertimbangkan SiLPA tahun lalu dan
kemampuan pembiayaan daerah dari pos-pos penerimaan
pembiayaan yaitu sebesar Rp771.045.649.000,-. Dengan
demikian pembiayaan netto sama dengan jumlah defisit, yaitu
Rp749.045.649.000,-.
IV - 55
Tabel 4.6
Pembiayaan Tahun Anggaran 2015
NO
URAIAN
APBD 2014
APBD 2015
3
PEMBIAYAAN DAERAH
471.330.050.000
749.045.649.000
3.1
3.1.1
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA
Tahun
Anggaran
Sebelumnya
759.418.050.000
759.418.050.000
771.045.649.000
771.045.649.000
3.2
Pengeluaran Pembiayaan
288.088.000.000
22.000.000.000
3.2.1
288.088.000.000
22.000.000.000
3.2.1.1
3.2.1.2
3.2.1.3
Penyertaan
Modal
(Investasi)
Pemerintah
Daerah:
LPK/BPR
PT. PPKD / Jamkrida
PT. Bank Banten/PT. BGD
10.588.000.000
27.500.000.000
250.000.000.000
22.000.000.000
-
3.3
4
Pembiayaan Netto
SiLPA TA. Berkenaan
471.330.050.000
-
749.045.649.000
-
IV - 56
BAB V
PENUTUP
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 merupakan kebijakan politik
pemerintahan daerah dalam proses penyusunan anggaran meliputi pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah serta merupakan landasan atau
dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun
Anggaran 2015. Substansi Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 memuat
pernyataan
target
pencapaian
kinerja
dari
program-program
yang
akan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah termasuk pembiayaannya, kebijakan dan
prioritas yang mendasari rencana pembangunan yang akan dicapai pada tahun
2015 mendatang, permasalahan atau hambatan dan tantangan yang telah terjadi
dan yang akan dihadapi dalam menjalankan kegiatan pembangunan di daerah.
Oleh karena itu, Kebijakan Umum APBD ini diharapkan mampu secara
komprehensif mengakomodir dinamika pembangunan pemerintah pusat dan
daerah serta upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha
dalam pembangunan melalui prinsip penganggaran antara lain akuntabilitas,
transparansi secara profesional dan proporsional.
Demikianlah Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 ini dibuat untuk
menjadi pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS) dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD)
Tahun Anggaran 2015.
Serang,
Agustus 2014
Plt. GUBERNUR BANTEN
H. RANO KARNO, S.IP
V-1
Download