1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan segenap unsur dan lapisan masyarakat, serta memberikan kekuasaan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah, sehingga peran pemerintah adalah sebagai katalisator dan fasilitator karena pihak pemerintahlah yang lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai katalisator dan fasilitator tentunya membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya pembangunan secara berkesinambungan. Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekuensi bertambahnya kewenangan pemerintah daerah sebagai akibat dari pelimpahan beberapa urusan yang semula oleh pemerintah pusat dan kemudian dialihkan kepada daerah. Salah satu contohnya adalah perubahan kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara (Aset Pemerintah) di mana kewenangan ini ditangani oleh pemerintah pusat. Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa pengelolaan kekayaan negara/daerah baik dipisahkan atau tidak, hendaknya melalui proses pengelolaan/manajemen aset. Terkait dengan 1 2 undang-undang tersebut maka pemerintah daerah perlu menyiapkan instrumen yang tepat untuk melakukan manajemen aset daerah secara profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif mulai dari perencanaan, pengelolaan/pemanfaatan serta pengawasannya. Pengelolaan aset daerah mesti dilakukan dalam suatu program yang dapat dipertanggungjawabkan dan menggambarkan komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan good corporate governance dengan mengacu pada asas-asas keterbukaan (transparansi), keadilan (fairness) dapat dipertanggungjawabkan (accountable) serta tidak mengorbankan kepentingan publik Fungsi, peran dan manfaat manajemen aset, terutama aset pemerintah daerah antara lain: 1. memberikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan-pengawasanpengendalian terhadap aset-aset daerah; 2. dasar atas identifikasi potensi ekonomi daerah, sehingga memberikan strategi dan program yang terintegrasi dengan pengembangan dan optimalisasi potensi ekonomi daerah; 3. dasar optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD); 4. dasar memperbaiki organisasi kerja, sistem dan prosedur guna peningkatan pelayanan publik dan kemandirian dalam pendanaan/pembiyaan pembangunan daerah; 5. landasan untuk merespon perubahan dan pertumbuhan daerah dalam perspektif otonomi daerah, regional-global dalam suasana persaingan pasar yang dinamis dan global; 3 6. landasan untuk meningkatkan dan menciptakan citra (image) baru dan pemasaran daerah di pasar terbuka; 7. landasan untuk menggairahkan dan meningkatkan investasi dan mendorong efek berantai dari investasi itu pada pertumbuhan ekonomi daerah. Upaya mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di suatu daerah sangat terkait erat dengan kualitas perencanaan pembangunan daerah dalam upaya memanfaatkan serta mengelola sumber daya yang dimiliki, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai daerah otonom Kota Bima dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam hal menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan daerah dan juga hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat teridentifikasi langkah-langkah kebijakan strategis yang perlu diutamakan oleh pemerintah daerah dalam mengelola asset pasar daerah yang baik. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang berwujud maupun barang tidak berwujud (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I 4 pasal 1). Barang daerah adalah semua barang berwujud milik daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang berwujud atau disebut dengan Aktiva tetap yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. aktiva tetap antara lain terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, mesin air dan perlengkapan, buku perpustakaan. Pentingnya pengelolaan pemanfaatan aset terutama tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan dan keberadaan manusia. Real Property adalah hak perorangan atau badan hukum untuk memiliki dalam arti menguasai tanah dengan suatu hak atas tanah, misalnya hak milik atau hak guna bangunan berikut bangunan (permanen) yang didirikan di atasnya atau tanpa bangunan. Pengertian ini perlu dibedakan antara pengusaannya secara fisik atas tanah dan/atau bangunan yang disebut real estate. Kepemilikannya sebagai konsep hukum (penguasaan secara yuridis), yaitu yang dilandasi dengan sesuatu hak atas tanah disebut real property (Siregar, 2004: 182) Pemanfaatan barang milik daerah yang optimal akan membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan menambah/meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan peraturan Permendagri No. 17 tahun 2007 memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk menentukan strategi manajemen yang tepat dalam mengelola aset agar memiliki nilai dan manfaat bagi kemakmuran masyarakat. Terkait aspek administrasi penatausahan barang milik 5 daerah masih banyak daerah yang belum sepenuhnya melakukan proses administrasi penatausahan barang milik daerah sesuai dengan PP No. 38 tahun 2008 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah. Masih rendahnya kualitas SDM yang mempunyai potensi di bidang pengelolaan keuangan termasuk akutansi dan juga keterbatasan dan penguasaan teknologi informasi menjadi kendala dalam proses peningkatan kapasitas keuangan Pemda. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa daerah yang masih melakukan proses pengelolaan aset secara manual dan belum memanfaatkan sistem informasi yang terkomputerisasi hingga saat ini. Sumber: Kota Bima dalam angka 2012: 5 Gambar 1.1 Gambar Peta Kota Bima Secara geografis Pemerintah Daerah Kota Bima merupakan daerah pemerintahan yang ada di wilayah paling timur dari Pulau Sumbawa Provinsi 6 Nusa Tenggara Barat. Kota Bima dengan luas wilayah 222,25 km² terbagi atas 5 kecamatan dan 38 kelurahan. Batas wilayah Kota Bima adalah sebagai berikut: 1. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima; 2. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima; 3. sebelah barat dengan Teluk Bima; 4. sebelah timur dengan kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Dengan jumlah penduduk Kota Bima sebanyak 144.018 jiwa dengan komposisi 70.761 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 73.257 jiwa merupakan penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Bima secara keseluruhan adalah 60 jiwa perkilometer (BPS Kota Bima, 2012: 8) Sesuai dengan Buku Pedoman Pelatihan Walikota Bidang Aset No. 021.02/1060/BKD/XII2010, dalam upaya meningkatkan pemanfaatan aset tetap daerah baik tanah dan bangunan yang ada di Pemerintah Daerah Kota Bima, masih ada permasalahan yang menghambat dalam upaya pemanfatan aset tetap daerah tersebut. 1. Belum adanya penataan yang jelas terhadap pasar induk/pasar raya yang ada di Kota Bima. 2. Bidang Aset yang ada di Pemerintahan Kota Bima baru terbentuk sekitar 3 (tiga) tahun sejak tahun 2011, sehingga masih baru dalam hal manajemen pemanfaatan maupun pengelolaan aset daerah dan masih membutuhkan strategi yang tepat dalam mengelola Pasar Raya Amba Mbojo Kota Bima. 7 1.1.1 Pertanyaan penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka pertanyaan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah. 1. Bagaimana strategi pemanfaatan aset tetap pasar induk atau Pasar Raya Amba Mbojo yang ada di wilayah kota Bima? 2. Bagaimana menyusun strategi pengelolaan terhadap tingkat arti penting (importance) dan kinerja (performance) faktor-faktor keberhasilan pengelolaan Pasar Raya Amba Mbojo milik Pemerintah Kota Bima? Penyerahan aset kurang terdata dengan baik, seperti aset yang masih tercatat, sementara fisik barangnya tidak terlihat lagi atau kondisinya sudah tidak layak pakai. Maka diperlukan penataan tertib administrasi dalam pengelolaan aset tersebut. Serta dalam memgintervetaris aset masih terjadi kekacauan. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengangkat permasalahan mengenai tingkat arti penting (importance) dan kinerja (performance) sebagai faktor-faktor kunci dalam pelaksanaan inventarisasi aset tetap (fixed aset) pasar raya Amba Mbojo di Kota Bima dengan menggunakan alat analisis Importance-Performance Analysis (IPA), sehingga peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tesis yang berjudul“ Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset Tetap Pasar Tradisional Amba Mbojo Kota Bima Dengan Pola Modernisasi ”. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai manajemen pemanfaatan aset tetap di Pemerintah Daerah Kota Bima belum pernah dilakukan namun beberapa penelitian mengenai manajemen aset telah banyak dilakukan antara lain. 8 1. Efrizon (2011) meneliti tentang strategi manajemen aset tetap (tanah dan bangunan) Pemerintah Daerah. Alat analisis yang digunakan adalah Importance Performance Analisys (IPA) dan analisis SWOT. Hasil analisisnya adalah menentukan langka-langka strategi yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga dalam pemanfaatan aset dapat optimal. 2. Wahyuni (2011) meneliti tentang pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Alat analisis yang digunakan adalah Data Evelopment Analysis (DEA) dan analisis regresi berganda. Hasil analisisnya adalah manajemen aset berupa inventarisasi, legal audit, penilaian berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap milik pemerintah daerah. 3. Woodhouse (2009) meneliti tentang manajemen aset dalam konsep dan praktek. Alat analisis yang digunakan adalah dengan mengunakan model RCM, TPM, Root Cause Analysis. Hasil analisisnya adalah mendefinisikan asset management sebagai sistematis dan terkoordinasi kegiatan dan melalui entitas/organisasi secara optimal mengelola aset fisik dan kinerja yang terkait untuk tujuan mencapai rencana strategis organisasi. 4. Muswantara (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan aset pemda. Alat analisis yang digunakan adalah Statistik Deskriptif. Hasil dari penelitiannya adalah penelitian ini belum mengidentifikasi kinerja dan arti penting pemeliharaan yang dilakukan sehingga belum diketahuinya faktor kunci keberhasilan dalam pemeliharaan. 5. Basuni (2008) meneliti tentang manajemen aset tanah dan bangunan 9 Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2006. Alat analisis yang digunakan adalah aplikasi Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA). Hasil analisisnya adalah bahwa manajemen aset di Kabupaten Bengkayang masih sulit untuk dilaksanakan secara teratur dan lengkap mengingat keterbatasan sumber daya manusia secara kualitas maupun kuantitas, inventarisasi aset tanah dan bangunan yang menyangkut aspek fisik dan legal yuridis terdapat permasalahan serius yakni batas antara tanah-tanah sekitar banyak yang belum jelas dan tuntas, dan legalitas atas aset yang dimiliki dan dikelola Pemerintah Daerah Bengkayang menjadi masalah yang cukup serius terlihat pada masih banyaknya tanah yang belum di sertifikatkan, legalitas bangunan berupa Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tidak pernah dilakukan inventarisasinya oleh Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Bengkayang. 6. Faza (2009) meneliti tentang pengelolaan aset tanah dan bangunan pemerintah Kota Pekalongan tahun 2009. Alat analisis yang digunakan adalah IPA (importance performance analysis). Hasil analisisnya adalah faktor-faktor kunci pengelolaan aset tanah dan bangunan di Pemerintah Kota Pekalongan, dan perbedaan tingkat kinerja manajemen puncak, manajemen tengah, dan manajemen bawah terhadap pengelolaan aset tanah dan bangunan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis strategi yang tepat bagi pemanfaatan aset pasar raya Amba 10 Mbojo milik Pemerintah Daerah Kota Bima. 2. Menganalisis penyusunan strategi pengelolaan terhadap tingkat arti penting (importance) dan kinerja (performance) faktor-faktor keberhasilan pengelolaan pasar raya Amba Mbojo milik Pemerintah Kota Bima. 1.3.2 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan sumbangan pemikiran yang berarti yaitu: 1. diharapkan dapat memberi masukan kepada Pemerintah Daerah Kota Bima dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan, memperdayagunakan aset-aset milik Pemerintah Kota Bima untuk optimalisasi, kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan aset tetapnya; 2. diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan terutama manajemen aset khususnya pemanfaatan pengelolaaan aset tetap di daerah; 3. sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya, khususnya di daerah Kota Bima; 4. membuka peluang untuk lapangan pekerjaan baru. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah sebagai berikut: Bab I Pengantar memuat tentang latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori, alat analisis. Bab III Analisis Data menguraikan tentang cara penelitian, perkembangan dan hubungan variabel yang diamati, Bab IV 11 menguraikan hasil analisis data dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran.