BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar / Umum 2.1.1 Konsep Komunikasi Komunikasi umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau diartikan pula sebagai proses saling tukar menukar pendapat. Komunikasi juga dapat diartikan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. 2.1.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” yang berarti “pergaulan”, “persatuan”, “peran serta”, “kerja sama”, bersumber dari istilah “communis” yang berarti “sama makna” (Effendy, 2003: 60). 10 11 Menurut William F. Glueck (management) dalam buku Widjaja (2000:14), komunikasi dibagi menjadi: a) Komunikasi Interpersonal Proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam kelompok kecil manusia. b) Organisasi Komunikasi Dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi – pribadi dan lembaga – lembaga yang berhubungan. 2.1.1.2 Unsur – unsur dan Model Komunikasi Jika proses komunikasi dikonstruksikan ke dalam sebuah model, maka model komunikasi menurut Philip Kotler yang dikutip Effendy (2002: 17-18) sebagai berikut: Pengirim Encoding Pesan Decoding Penerima Media Gangguan Umpan Balik Respons Gambar 2.1 Unsur – unsur dalam Proses Komunikasi 12 Sumber: Kotler dan Armstrong, 2008: 122 Penegasan tentang unsur – unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut: 1. Pengirim Pesan : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. 2. Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. 3. Pesan : pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. 4. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. 5. Decoding : pengawas sandian, yakni proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan. 6. Penerima Pesan : komunikan yang menerima pesan komunikator. 7. Respon : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan merupakan penerimaan komunikan akan penyerapan informasi yang telah disampaikan sender secara non verbal. 8. Timbal Balik : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan pesan kepada komunikator. 9. Gangguan : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 13 2.1.1.3 Tujuan Komunikasi Menurut pendapat Widjaja (2000: 66), komunikasi memiliki beberapa tujuan yaitu: 1. Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan. 2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti pendapat dan masukan dari customer, seperti bagian pembelian rumah sakit dan dokter yang menjadi pemakai produk kita. 3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak. Terlebih lagi apablila kita menghadapi dokter yang mempunyai jam praktek yang sibuk, kita harus bisa mengambil situasi yang tepat dalam memasarkan produk kita. 4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa bermacam – macam, mungkin berupa kegiatan. 2.1.1.4 Fungsi Komunikasi Menurut Effendy (2003: 8), fungsi komunikasi adalah sebagai berikut: 1. Menyampaikan informasi (to inform) 14 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence) 2.1.1.5 Bentuk Komunikasi Effendy (2003: 7) membagi komunikasi atas empat bentuk, yakni: 1. Komunikasi Personal Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. 2. Komunikasi Kelompok Proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota – anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya, seperti: ceramah, diskusi, simposium, forum, seminar, dan lain – lain. 3. Komunikasi Massa Suatu proses komunikasi di mana pesan – pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar, seperti: pers, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain – lain. 4. Komunikasi Medio 15 Proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak sifatnya missal melalui alat –alat yang bersifat mekanis seperti surat, telepon, pamflet, poster, spanduk, kaset, dan lain – lain. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Public Relations 2.2.1.1 Definisi Public Relations Menurut Kotler dan Keller (2008: 276-277) bahwa perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif dengan pelanggan, pemasok, dan penyalur. Melainkan juga harus berhubungan dengan sejumlah besar masyarakat yang berkepentingan. Masyarakat adalah setiap kelompok yang memiliki kepentingan atau pengaruh terhadap kemampuan suatu perusahaan mencapai tujuannya saat ini atau pada masa mendatang. Hubungan masyarakat meliputi berbagi program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing – masing produknya. Menurut Oliver (2007: 4) Public Relations adalah manajemen reputasi organisasi. Public Relations mengidentifikasi persepsi yang dipegang oleh organisasi dan member informasi mengenai kinerja organisasi kepada semua audiens yang relevan. Public Relations menyangkut pengembangan reputasi yang pantas untuk sebuah organisasi, yang didasarkan pada kinerja. Reputasi ini tidak harus baik, tetapi hanya yang pantas diperoleh organisasi ini. 16 Jadi, Public Relations adalah divisi dalam perusahaan yang bertugas untuk merencanakan program – program promosi dan komunikasi dengan pihak internal dan eksternal dari perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh atau mempertahankan citra dari perusahaan. 2.2.1.2 Fungsi Public Relations Menurut Rumanti (2009: 32) fungsi Public Relations adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik. 2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak. 3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik sesuai harapan public tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, dan suasana yang kondusif, peningkatan kinerja dan produktivitas bisa dicapai secara optimal. 4. Upaya menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, internal atau eksternal melalui proses timbal balik, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi yang bersangkutan. 17 Fungsi utama Public Relations menurut Ruslan (2005: 27) adalah: 1. Communicator Kemampuan sebagai komunikator, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak atau media elektronik. Disamping itu juga bertindak sebgai mediator dalam mewakili organisasi atau lembaga perusahaan. 2. Relationship Kemampuan peran Public Relations membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut. 3. Back up Management Melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan atau organisasi. 4. Good Image Maker Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas Public Relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga atau organisasi dan produk yang diwakilinya. 18 2.2.1.3 Kegiatan Public Relations Menurut Cutlip dan Broom (2006: 46-47), kegiatan Public Relations adalah: 1. Teknisi Komunikasi Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit news letter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web dan menangani kontak media. 2. Expert Prescriber Expert Prescriber bertugas mendefinisikan problem atau masalah, mengembangkan program dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya. 3. Fasilitator Pemecah Masalah Peran fasilitator masalah berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. 4. Fasilitator Komunikasi Fasilitator komunikasi adalah bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Selain itu juga, menyusun agenda diskusi, meringkas dan menyatakan ulang suatu pandangan, meminta tanggapan, dan membantu mendiagnosis dan memperbaiki kondisi – kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi diantara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran di tengah – tengah dan berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik. 19 20 Menurut Kriyantono (2010: 293-294), fungsi Public Relations adalah menciptakan citra positif terhadap organisasi, dengan cara: 1. Mempertahankan komunikasi yang harmonis (good communications). 2. Meningkatkan saling pengertian antara perusahaan dengan publiknya (mutual understanding). 3. Menjaga sikap dan perilaku dirinya dan anggota organisasi (good morales and manners). Peranan Public Relations menurut Tondowidjojo (2002: 23-26) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Peranan Internal Di dalam Public Relations internal, seorang Public Relations berperan sebagai orang yang dapat menyediakan hal – hal yang ingin diketahui oleh anggota atau karyawan dan yang benar – benar didengarnya. Para karyawan ingin mendengar hal – hal yang berkaitan dengan masalah mereka, sedangkan perusahaan mempertaruhkan banyak hal selain yang didengarkan. Dalam kegiatan Public Relations, karyawan merupakan sekelompok yang menjadi sasaran utama karena alasan berikut: a. Mereka sangat berpengaruh atas tanggung jawab produksi, kualitas, kuantitas, dan pelayanan. 21 b. Karyawan merupakan juru bicara dan perwakilan dari organisasi terhadap dunia luar. c. Karyawan sangat menentukan wujud penampilan organisasi. 2. Peranan Eksternal Dalam peran eksternal, Public Relations memiliki peran sebagai berikut: a. Customer Relations, bahwa bagi suatu perusahaan pelanggan merupakan faktor yang teramat penting, sebab maju mundurnya perusahaan ditentukan oleh pelanggan. b. Community Relations, hubungan dengan komunitas adalah merupakan salah satu fungsi seorang Public Relations untuk dapat menjadikan mereka dalam membuat strategi untuk keluar. c. Government Relations, seorang Public Relations harus dapat menempatkan pemerintah sebagai public yang harus diikuti dengan semua peraturannya. 2.2.1.4 Tujuan Public Relations Tujuan program kerja dan berbagai aktivitas Public Relations di lapangan adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi atau perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder – sasaran khalayak yang terkait. Hasil yang diharapkan ialah terciptanya citra positif (good image), itikad baik (goodwill), saling menghargai (mutual appreciation), saling timbul 22 pengertian (mutual understanding), toleransi (tolerance) antara kedua belah pihak (Ruslan, 2005: 139). 2.2.2 Social Media Social Media seperti yang kita tahu adalah media yang berbasis online yang sekarang sedang marak digunakan oleh masyarakat. Menurut Solis dan Breakenridge (2009: preface), “Social media is the democratization of content and the shift in the role people play in the process of reading and disseminating information (and thus creating ad sharing content). Social media represents a shift from a broadcast mechanism to a many-to-many model, rooted in a conversational format between authors and peers within their social channels. Social media is, quite simply, anything that uses the Internet to facilitate conversations. People now have the opportunity to broadcast their thoughts, opinion, and expertise on a global scale. In many cases, these voices are as influential as many of the most widely renowned journalists and industry experts.” Dapat diartikan bahwa Social Media adalah sarana sederhana yang menggunakan saluran internet. Social media banyak digunakan masyarakat untuk mengeluarkan pikiran, pendapat, dan keahlian mereka dalam skala global. Media sosial pun sudah mulai digunakan oleh perusahaan sebagai sarana komunikasi promosi dan informasi dari perusahaan kepada masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Zarella dalam bukunya The Social Media Marketing Book (2009: 31), “Most companies should be on Twitter, it’s easy, requires very little investment of time, and can quickly prove worthwhile in increased buzz, sales, and consumer insight. You 23 can use Twitter to announce offers or events, promote new blog posts, or keep your readers in the know with links to important news stories”. Definisi di atas menggambarkan bahwa semua perusahaan dapat dengan mudah melakukan promosi di Media Sosial, yang disebutkan di sini adalah Twitter. Selain tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar, Twitter atau sarana Sosial Media lainnya dapat dengan cepat meningkatkan penjualan dan wawasan konsumen. Teori The Conversation Prism juga dapat membantu kita untuk lebih mengerti topografi sosial dan hal tersebut terbentuk dan diperluas oleh situs jaringan sosial yang paling sering dikunjungi seperti Facebook, Twitter, Youtube, Flickr, Tumblr, dan lain – lain. 24 Gambar 2.2 The Conversation Prism Sumber: (Solis & Thomas, The Conversation Prism, 2009) 25 Penjelasan dari gambar teori The Conversation Prism: a) Level 1 (Pusat): Brand Sebagai seorang komunikator professional, perusahaan berada di tengah prisma dimana perusahaan melakukan pengamatan, mendengar, dan berpartisipasi. b) Halo 1 Lingkaran ini adalah aktivitas belajar dan mengatur strategi keterikatan dengan konsumen. Dalam tahap ini, terdapat beberapa aktivitas yang berkaitan dengan konsumen. 1. Observation (Obervasi) Menemukan komunitas yang aktif mendiskusikan produk perusahaan. 2. Listening (Dengar) Mendengarkan masyarakat dan pandangan sentiment yang ada dengan tujuan untuk menentukan langkah merespon masyarakat. 3. Identification (Identifikasi) Melakukan identifikasi untuk mengetahui konsumen berpotensi yang membutuhkan timbal balik dari perusahaan. 4. Internalization (Internalisasi) Tidak setiap respon yang disampaikan member keuntungan kepada perusahaan tetapi melalui hal ini, perusahaan dapat mengetahui cara untuk meningkatkan produk dan jasa yang sedang dipasarkan. 5. Prioritization (Prioritas) 26 Membuat prioritsa atau fokus teamwork. 6. Routing (Arah) Menugaskan berdasarkan keahlian. c) Halo 2 Social Media menghadirkan gambaran umum dalam masyarakat dan ditemukan bahwa setiap infrastruktur membutuhkan sejumlah panduan dan strategi untuk tersosialisasi. Fokus ke dalam harus menyertakan kontribusi keluar. Idealnya, setiap perusahaan menyediakan manajer komunitas untuk mendengarkan dan juga mengatur respon dari setiap departemen. Seiring berjalannya waktu, proses ini akan terintegrasi dengan infrastruktur Social Customer Relationship Management yang dimiliki oleh perusahaan. Percakapan harus selalu dipetakan kepada otoritas spesifik di dalam sebuah orgranisasi untuk menghasilkan respon yang kompeten, antara lain Customer or Product Support, Product and Sales, Marketing/Public Relations, Community, Corporate Communications, Crisis, dan Support. d) Halo 3 Lingkaran yang paling luar menyempurnakan citra dari sistem kerja percakapan tapi bukan siklusnya. Prosesnya didukung dengan rotasi yang berkelanjutan dari mendengarkan, merespon, dan mempelajari dunia online dan dunia nyata. 1. Ongoing Feedback and Insight (Respon dan Tindakan) 27 Ini adalah bumbu penting dalam membangun social awareness dan kepercayaan terhadap produk secara efektif. Perusahaan harus belajar dan mendemonstrasikan pertumbuhan berdasarkan respon yang diterima. Perusahaan juga harus terus menerus berbagi pengetahuan, menyediakan sumber daya tenaga kerja, dan mengkomunikasikan visi untuk mendapatkan kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat. 2. Participation (Partisipasi) Telah dikatakan bahwa partisipasi adalah teknik pemasaran yang baru, mungkin lebih baik disimpulkan bahwa partisipasi adalah kelompok fokus yang baru dan mekanisme untuk merangkul kerendahan hati. Ini adalah langkah perusahaan untuk berkembang. 3. Online Membangun hubungan online yang efektif dapat meningkatkan kehadiran dan kekuatan brand melalui social media. Merangkul dan memberdayakan komunitas membawa kepribadian produk perusahaan kita ke dalam gambaran sosial yang sebenarnya. 4. Real World (Dunia Nyata) Hubungan yang sebenarnya adalah sebaik apa mereka membawa informasi dari internet ke dunia nyata. Bukan tentang menarik konsumen dengan produk terbaru, tapi tentang bagaimana menarik konsumen untuk berbagi informasi dan membangun hubungan yang berarti baik online maupun offline. 28 Dapat disimpukan bahwa sekarang Media Sosial telah “memaksa” perusahaan untuk mengubah cara mereka berkomunikasi, dengan adanya perubahan tersebut otomatis akan terjadi perubahan di cara kerja Public Relations sehingga berkembang istilah Social Media Marketing & Public Relations. Social Media yang paling marak digunakan oleh perusahaan sekarang ini adalah Facebook dan Twitter. 2.2.3 Brand Awareness 2.2.3.1 Definisi Brand Awareness Menurut Durianto dan Sugiarto (2004: 6) brand awareness menggambarkan keberadaan mereka di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity. Peran brand awareness dalam keseluruhan ekuitas mereka tergantung pada sejauh mana tingkatan awareness yang dicapai oleh suatu merek. Menurut Keller (2003: 75) yang dikutip dari Journal of Business Strategy and Execution, Vol.1, No.1, November 2008: 24, berdasarkan Customer Based Brand Equity (Angeline, Ramadhyta, & Sucento, 2008), proses membangun brand yang kuat terdiri dari empat tahap: 1. Proses mengidentifikasikan suatu brand tertentu dalam pikiran konsumen guna membedakan dengan produk lainnya (brand identity). 2. Perlahan membangun arti dari brand tersebut yang berhubungan dengan hal tangible dan intangible dari brand tersebut (brand meaning). 29 3. Mengetahui bagaimana reaksi seseorang terhadap identifikasi brand tersebut (brand responses). 4. Proses membangun hubungan yang baik atau loyalitas terhadap brand tersebut atas dasar reaksi atau respons seseorang (brand relationship). 2.2.3.2 Elemen Brand Awareness Tiga elemen pokok yang harus dikelola dengan baik untuk membangun brand awareness adalah (Soehadi, 2005: 31): 1. Brand element, terdiri dari nama, logo, simbol, karakter, dan jingle. Elemen yang digunakan untuk mengukur brand element adalah kemudahan untuk diingat, mempunyai arti, mudah ditransfer ke produk kategori atau daerah yang berbeda, tidak mudah usang dan dapat diproteksi secara legal. 2. Program pemasaran, yang meliputi choosing the value, yang harus dilakukan adalah menentukan value preposition melalui aktivitas segmenting, targeting, dan positioning, lalu dikomunikasikan melalui above the line dan below the line. 3. Secondary association dan dapat digunakan untuk melipatgandakan merek agar lebih mudah diingat dan dimengerti oleh target pasarnya, contohnya bisa dengan nama perusahaan atau parent brand, asal negara, saluran distribusi, merek lain, endorser, atau event tertentu. 2.2.3.3 Strategi Peningkatan Brand Awareness Durianto dan Sugiarto (2004: 2) mengatakan bahwa “a brand is a complex symbol that can convey up to six level of meaning” yaitu meliputi: 30 1. Atribut Merek mengingkatkan pada atribut – atribut tertentu yang menempel pada produk tertentu. 2. Manfaat Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli atribut, merek membeli manfaat yang diterjemahkan dalam fungsional dan emosional. 3. Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang terbaik, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut. 4. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu. 5. Kepribadian Merek juga dapat memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersama dengan merek yang ia gunakan. 6. Pemakai Merek juga menunjukan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang – orang terkenal untuk pengguna mereknya. 31 Menurut Durianto dan Sugiarto (2004: 7), kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki, dengan cara: 1. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga konsumen dapat lebih mudah mengingatnya. 2. Melakukan pengulangan untuk mengingkatkan ingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. 3. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan. 4. Memperbanyak promosi baik media cetak maupun elektronik. 5. Menjadi sponsor suatu acara yang mendatangkan banyak penonton. 2.2.3.4 Tahapan dalam Brand Awareness Tingkatan brand awareness menurut David A. Aaker yang dikutip dalam jurnal Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuisitas Merek Coffee Shop di Surabaya (Widjaja, Wijaya, & Jokom, 2007) adalah sebagai berikut: a. Unaware of brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. b. Brand recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 32 c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap suatu merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. d. Top of mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran (top of mind). Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek yang ada dalam benak konsumen (Rangkuti, 2002: 39). Untuk mengevaluasi seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah merek, Keller (2000) menyarankan penggunaan empat indikator (Soehadi, 2005: 10) yaitu: 1. Recall, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya apa saja yang mereka ingat. Top of mind adalah salah satu cara yang sering digunakan oleh praktisi pemasaran untuk mengukur brand recall. 2. Recognition, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut dalam satu kategori tertentu. 3. Purchase, yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam alternatif pilihan ketika mereka akan membeli produk atau layanan. 33 Indikator ini menunjukkan, jika merek tersebut tidak termasuk dalam alternatif pilihan, terutama merek baru, maka aktivitas below the line menjadi sangat penting. 4. Consumption, yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika mereka sedang menggunakan produk/ layanan pesaing. 2.3 Hubungan antara Kegiatan Public Relations dengan Brand Awareness Berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan internet dalam kegiatan Public Relations menurut Kriyantono (2010: 333-334), antara lain: 1. Komunikasi dengan biaya murah dan cepat sampai ke publik. 2. Sarana mendapatkan informasi kemajuan dunia. 3. Memelihara hubungan. 4. Membentuk kelompok diskusi atau bisnis bagi siapa pun. 5. Sarana promosi. 6. Mengutip dari Onggo (2004: 2), komunikasi internet dianggap efektif dalam praktik Public Relations, karena menciptakan hubungan one to one daripada media massa lain yang bersifat one to many. Menurut Kriyantono (2010: 335), ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengukur efektivitas program Public Relations, yaitu: 1. Menghitung jumlah orang yang mengunjungi dan memberikan informasi rinci menganai dirinya pada website yang disediakan Public Relations. 34 2. Mengukur tingkah laku khalayak. Pengukuran dapat dilakukan pada berapa banyak orang yang memberikan umpan balik memlalui saluran – saluran yang tersedia dan berapa banyak yang menggunakan jasa perusahaan dan sebagainya. 3. Memantau liputan media. Berapa banyak informasi yang tersedia di website dijadikan sumber berita oleh media. 4. Memantau penambahan database. Sifat internet yang one to one memungkinkan Public Relations mendapatkan informasi rinci tentang khalayak sasaran yang tidak dapat diperoleh dari media konvensional. Informasi – informasi tentang khalayak tersebut akan masuk ke database marketing. Penambahan database ini yang menjadi ukuran efektivitas Public Relations. Menurut Kotler dan Keller (2007: 279) Public Relations dapat membangun kesadaran merek dengan menempatkan berita di media untuk menarik perhatian orang pada satu produk, jasa, orang, organisasi atau gagasan. Public Relations dapat membangun kredibilitas dengan menyampaikan pesan dalam konteks editorial. Public Relations dapat membantu untuk meningkatkan antusiasme tenaga penjualan dan penyalur dengan cerita – cerita mengenai produk baru sebelum diluncurkan. 2.4 Hubungan Antara Social Media dengan Brand Awareness Social media seperti yang dikatakan oleh Solis dan Breakenridge (2009), bahwa media ini adalah sarana yang sederhana yang banyak digunakan masyarakat untuk mengeluarkan pikiran, pendapat, dan keahlian dalam skala global karena seluruh dunia bisa mengakses social media dengan bantuan internet. 35 Perusahaan juga sudah mulai menggunakan social media, karena social media dianggap sebagai sarana komunikasi promosi dan informasi dari perusahaan kepada masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Zarella (2009: 31) bahwa perusahaan akan dapat dengan mudah melakukan promosi di situs social media, disebutkan di sini adalah Twitter. Social media sekarang ini dianggap sudah memaksa perusahaan untuk menggunakan fasilitas – fasilitas yang diberikan oleh situs – situ social media seperti yang akan dibahas di penelitian ini adalah Facebook, Twitter, dan Youtube. Dengan menggunakan strategi – strategi yang tepat seperti yang dijelaskan di teori Conversation Prism yang telah dijabarkan kepada beberapa Halo, seperti melakukan observasi, identifikasi, internalisasi, dan lain sebagainya. Tentu saja dengan banyak melakukan komunikasi promosi dan informasi maka perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat. Menurut Juju dan Sulianta (2010: 178), ada beberapa tahapan untuk memasarkan produk atau perusahaan kita di Social Media, antara lain: 1. Product Knowledge Sebagai seorang Public Relations yang ingin mempromosikan produknya, anda harus mengetahui dengan jelas mengenai detail dari produk tersebut atau mungkin layanan yang ingin dipresentasikan atau juga sebagai bahan pengetahuan, jika ada customer yang bertanya. 36 2. Menentukan jejaring sosial Kita harus menentukan jejaring sosial apa yang hendak digunakan atau mungkin ingin membangun sendiri jejaring sosial, seperti yang dilakukan oleh BlackBerry dengan mendirikan jejaring sosial MyBlackBerry. 3. Pengelolaan Jejaring Sosial Langkah selanjutnya adalah pengelolaan dari jejaring sosial yang akan digunakan. Pengelolaan ini sebaiknya tidak hanya satu orang saja, alangkah baiknya sebuah brand atau perusahaan khusus memiliki tim khusus untuk pengelolaan jejaring sosial agar berjalan lebih optimal. 37 2.5 Kerangka Pemikiran Social Media sebagai kegiatan Public Relations: Brand Awareness: Facebook Brand Recall Twitter Brand Recognition Top of Mind Youtube Unaware of Brand Metode Analisis: Peneliti menggunakan kuantitatif eksplanatif, sehingga hanya perlu meneliti apakah ada hubungan atau tidak