RAD - Pemerintah Kota Surakarta

advertisement
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas izin dan ridho-Nya Rencana Aksi Daerah
(RAD) Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dapat diselesaikan. RAD
Pengembangan Ekonomi Kreatif ini sebagai wujud optimisme kota dan unsur
stakeholders untuk mendukung mewujudkan visi Kota Surakarta menjadi kota
yang maju dan liveable city. Harapan dan cita-cita kota dan warganya yang
mendukung masyarakat yang mandiri, memiliki daya saing yang tinggi, kreatif,
dan sejahtera.
Ekonomi Kreatif diyakini sebagai obat untuk mengatasi krisis ekonomi,
baik secara global maupun nasional, serta lokal dengan berbekal intellectual
property sumber daya manusia. Kota Surakarta sebagai pusat budaya Jawa yang
memiliki sumber daya yang luar biasa, berpeluang menjadi kota yang
mengembangkan Ekonomi Kreatif sebagai basis pembangunan menuju Kota
Kreatif.
Sebagai langkah nyata mendukung program pengembangan Ekonomi
Kreatif Pemerintah Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko
Widodo, yang menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai tulang punggung Indonesia,
maka Pemerintah Kota Surakarta menyusun Rencana Aksi Daerah Ekonomi
Kreatif pada tahun 2015 ini. RAD ini juga sebagai tindak lanjut penyusunan
blueprint Ekonomi Kreatif tahun 2014, penandatanganan MOU poros Kota
Kreatif Solo-Bandung, tuan rumah penyelenggaraan konferensi Kota Kreatif
Indonesia (ICCC) yang pertama tahun 2015, dan ditunjuknya Kota Surakarta
sebagai Sekretariat Nasional Indonesia Creative Cities Network (ICCN) sebagai
jejaring Kota Kreatif Indonesia. Wujud tanggung jawab tersebut, maka Kota
Surakarta harus menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia lain yang
mengembangkan Ekonomi Kreatif dengan sinergisitas quadro helix.
RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif ini berisi tentang definisi kreatif dan
creativity sebagai latar belakang, pemahaman umum Ekonomi Kreatif dan Kota,
profil kota, analisis kegiatan dengan pola kwadran untuk menentukan IKU, IKK,
dan program dari SKPD terkait. Dengan pola tersebut maka implementasi
program kegiatan SKPD terukur sesuai dengan target IKU yang dicita-citakan.
1
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
RAD Pengembangan Ekonomi kreatif ini diharapkan dapat digunakan
sebagai:
1. Rujukan operasional program dan kegiatan bagi Pemerintah Kota
Surakarta dalam pengembangan Ekonomi Kreatif.
2. Rujukan dan arahan bagi unsur quadro helix kota dalam dalam
pengembangan Ekonomi Kreatif sehingga terwujud sinergi positif antar
stakeholers terkait kota.
3. Tolok ukur pencapaian dan pengembangan Ekonomi Kreatif Kota
Surakarta.
4. Sumber informasi bagi masyarakat luas yang diharapkan mampu
membangun aspirasi dan partisipasi, serta kontribusi masyarakat dalam
pengembangan Ekonomi Kreatif.
Akhir kata RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta ini dapat
membangun optimisme dalam upaya mendukung Kota Surakarta menjadi Kota
Kreatif yang liveable city. Kota Surakarta yang membanggakan bagi semua
unsur kota Surakarta dan mampu mewujudkan Ekonomi Kreatif sebagai tulang
punggung bangsa Indonesia.
Surakarta, Oktober 2015
Kepala Bappeda Kota Surakarta
Ir. Ahyani, MA
2
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
DAFTAR ISI
1. Halaman Depan
1
2. Daftar Isi
3
3. BAB I PENDAHULUAN
4
1.1 Latar Belakang tentang Creative dan Creativity
1.1.1 Engine Kreatifitas
4
7
1.2. Ekonomi Kreatif dan Rule of Seventy
9
1.3. Roadmap: Indonesia Creative City
10
1.4. Tujuan
13
1.5. Manfaat
13
1.6. Sistematika Penulisan
13
4. BAB II KOTA DAN EKONOMI KREATIF
15
2.1 Ekonomi Kreatif
15
2.2 Kota Kreatif
15
5. BAB III PROFIL DAN POTENSI EKONOMI KREATIF
19
3.1 Profil Kota
19
3.2 Keadaan Geografi
21
3.3 Keadaan Demografi
22
3.4 Ketenagakerjaan
23
3.5 Sosial
23
3.6 PDRB
23
3.7 Potensi Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
25
8. BAB IV ANALISIS RAD
33
4.1 Analisis Pola Kwadran
33
4.2 Analisis Pohon Anggaran, IKU, dan IKK
34
8. BAB V RAD PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF
5.1 RAD
36
36
9. BAB VI PENUTUP
39
6.1 Kesimpulan
39
6.2 Saran
39
10. REFERENSI
40
3
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangTentang Creative dan Creativity
Pengantar konsep berpikir atau landasan teori tentang kota dan Ekonomi
Kreatif diantarkan dengan konsep Ekonomi Kreatif yang disampaikan oleh
Susanto Sastraredja 1 .Creative dan Creativity harus dipahami terlebih dahulu
melalui asal kata. Creative dan Creativity, keduanya berasal dari bahasa
Inggris. Dari British Dictionary, creative berarti memiliki kemampuan
menciptakan,
sedangkan
Oxford
Advanced
Learner's
Dictionary
melengkapinya dengan sebuah aktifitas kerja, yaitu: berpikir.
Dari akar katanya, creative berasal dari bahasa Latin cogito - coagito coagitare. Kata cogito dalam bahasa Inggris mempunyai arti I think (Saya
berpikir). Persis seperti yang diungkapkan oleh Rene Descartes 2, Cogito Ergo
Sum: Je pense donc je suis. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
bermakna “Saya berfikir maka saya ada”,sedangkan coagito atau coagitare
diartikan sebagai to shake together. Untuk menjelaskan makna to shake
together, Koestler [1] mengenalkan tiga domain creativity, yaitu: artistic
originality, scientific discovery, dan comic inspiration.
Berpijak dari hal tersebut, Sutanto3 memperkenalkan 2 (dua) terminologi
yang berbeda tentang aktivitas kreatif. Pertama, associative, yaitu berfikir
secara rutin menurut aturan yang berlaku pada pada satu sistem.
Dalam
matematika aturan assosiative dapat dituliskan sebagai berikut.
Jika
d = a+(b+c),
maka secara associative kita akan mempunyai
d = (a+b)+c
Dengan cara berpikir ini, akan selalu memiliki hasil yang sama dan usaha
yang tidak jauh berbeda untuk mendapatkan hasil tersebut. Pelibatan hanya
1
Sutanto Sastraredja, Dosen Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rene Descartes adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis dari abad 17, dan sering
disebut sebagai Bapak filsuf modern.
2
4
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
pada aturan atau operasi penjumlahan. Sutanto menyebutnya bahwa berlaku
hanya untuk “pesawat terbang” tunggal.
Kaidah bahasa juga memiliki cara berpikir seperti ini. Misalnya, kata
gelap, berasosiasi dengan hitam, bayangan, atau apapun yang menyerupai kata
gelap. Sedangkan warna putih adalah terang, cahaya. Itulah cara berpikir
associative, sebuah pola berpikir ini yang dibangun di atas satu basis aturan.
Dengan demikian, hasil berpikirnya juga masih dalam ruang aturan tersebut.
Mahasiswa FMIPA (baca: Matematika). Jika dibuat kuisioner kepada
mereka tentang pertanyaan "Kegiatan apa yang Anda lakukan selain kuliah
untuk menambah uang saku?", maka hampir pasti 99,9% akan menjawab,
"Memberikan kursus/les/privat kepada siswa sekolah dasar atau sekolah
menengah.”
Jika ditanyakan tentang wirausaha apa yang ingin dibuat, hampir
sebagian besar ingin membuat wirausaha kuliner kripik: tempe, tahu, jagung,
apel, dan lain-lain. Semua berada dalam satu rasa keripik.
Terminologi kedua, Bisociative, istilah ini mungkin tidak lazim
digunakan, namun mempunyai kedekatan persepsi dengan associative yang
sudah familiar. Bisociative adalah berfikir untuk melakukan kombinasi atas
dua aturan-aturan yang ada, yang kemudian kompatibel untuk beberapa
“pesawat terbang”.
Misalnya, Pythagoras menggabungkan Aritmetika dan Geometri, Albert
Einstein menggabungkan energi dan massa/material melalui rumus
Masih berlanjut pada contoh kegiatan kreatif mahasiswa FMIPA diatas,
didalam ruang Bisociative, maka mahasiswa akan mencoba menggabungkan
beberapa aturan baku yang berbeda untuk kemudian berjalan dalam sistem
baru yang mereka ciptakan. Aktifitas tetap sama yaitu memberi les/privat
matematika dengan aturan baku: seminggu 2x tatap muka, setiap tatap muka
120 menit dengan biaya Rp. 30.000,- per jam. Tetapi dimuati aplikasi social
network (yang juga memiliki aturan bakunya sendiri) seperti: Facebook,
Whatsapp, Line dan lain-lain.
Yang terjadi dengan cara berpikir Bisociative, kedua aturan baku tadi
(jumlah pertemuan dan harga, dan tata aturan sosial media) saling melengkapi,
5
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
dapat memperluas jangkauan layanan, jangkauan waktu, dan mampu
menciptakan Wikimatika (les matematika online dengan menggunakan
bantuan sosial media).
Dimanakah Logika dan Kreatifitas bertemu?
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana mengukur tingkat
kreatifitas individu dan kumpulan individu yang berada pada sebuah
ekosistem, dan bagaimana
membangun
sebuah
creativity system di antara
individu-individu
dalam
ekosistem tadi.
Setiap creative output
dapat dipetakan ke dalam 4
kuadran
Diagram 1. Empat Kuadran Logic dan Kreatifitas
masing
yang
masing-
mencerminkan
dominasi kerja logika dan
kerja kreatif. Maka, dalam sebuah hasil pemetaan pemikiran Bisociative
sebuah kota, dapat ditemukan resultan yang akan berada pada salah satu
kuadran.
Sutanto memberikan contoh pada produk kuliner. Chef de la cuisine di
Restaurant Perancis ketika melakukan kegiatan memasak, dirinya sedang
didominasi aktivitas kreatif bagian dari art, sehingga memasak adalah bagian
dari kreatifitas (kuadran IV). Hidangan hasil masakan Chef dari Perancis,
kemudian dibawa ke Jepang. Oleh masyarakat Jepang dicoba diadaptasikan
dengan selera orang Jepang. Adapun cara memasaknya sudah menggunakan
resep yang terukur. Akhirnya menu masakan dibuat dengan pola yang terukur.
Aktivitas memasak di Jepang sudah mulai meninggalkan kreatifitas dan
bergeser ke Logic (Kuadran II).
Pada akhirnya, setiap produk kreatifitas dapat diidentifikasi letaknya di
kuadran berapa. Secara teknis, untuk melakukan pemetaan itu juga bisa dibuat
parameter logic dan parameter creativity, misalnya:
6
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Parameter logic terdiri dari: berfikir algoritmik [if - then], memakai
formulasi/rumus, dan lain-lain.Parameter creativity terdiri dari: imajinasi,
memakai gambar atau desain, dan lain-lain.Pada masing-masing parameter
ditaruh bobot penilaian 1-5, dan diambil timbangan rata-ratanya. Resultan dari
semua
produk
yang
sudah
ditempatkan
di
masing-masing
kuadran
menunjukkan sebuah hasil akhir sebagai kesimpulan bahwa kota X adalah kota
kreatif dengan perpaduan logic dan creativity pada level tertentu.
1.1.1 Engine Kreativitas
Sudah hampir pasti produk-produk kreatiftas yang dipetakan belum
berada pada skor maksimum. Maka bila kita berpikir bisociative, kita perlu
menciptakan yang disebut engine kreatifitas, sebuah mesin yang bisa
menggerakkan masing-masing produk itu. Tanpa mesin, ini, masing-masing
produk akan menjadi produk kreatif yang berdiri sendiri saja. Hasil dari
produk tersebut juga akan kurang lebih sama, persis seperti ketika kita
berpikir dengan cara associative.
Disuntikkannya Engine Kreatifitas membuat sebuah produk kreatif
tidak berdiri sendiri. Engine Kreatifitas sendiri bergerak dari masa ke masa.
Diawali dari bisnis yang bernatur transaksional (ketika setiap orang boleh
dikatakan adalah peladang dan petani) menjadi kolaborasi (ketika muncul
para pedagang yang berjual beli hasil ladang). Diikuti Revolusi Industri
yang menyebabkan produksi barang menjadi semakin melimpah di pasar,
dan mengakibatkan nilai biaya margin menjadi semakin kecil (kurva A).
Grafik 1. Harga Biaya Margin
7
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Kemudian muncul era informasi, di mana biaya margin tertekan
semakin rendah bahkan mampu jatuh sampai titik NOL. Anderson [4],
dengan kemajuan teknologi dibidang Informasi, barang atau jasa yang
didelivery ke pasar berharga nol, free atau gratis (kurva B). Ia menerangkan
mengapa teknologi yang berevolusi dengan sangat cepat, terutama
kehadiran internet, menyebabkan biaya produksi dan distribusi dalam
banyak sektor mengalami penurunan yang tajam. Padahal barang atau jasa
yang diberikan ke pasar berkualitas tinggi (produk premium). Istilah dalam
buku [3] adalah: Freemium.
Dengan pergeseran ini, untuk memenuhi permintaan jasa Freemium,
sebuah usaha mesti bergerak dengan 4 (empat) pilar utama yaitu: Openness,
Share, Peer, Act Globaly. Kembali ke contoh kegiatan kreatif mahasiswa
bidang penalaran Wikimatika sebagai freemium service, mereka memenuhi
4 pilar, yaitu:
a. Users siapapun dapat memperoleh akses (Sistem terbuka)
b. Users tidak dikenakan biaya konsultasi melalui media sosial
(Membagi sumber daya)
c. Users membangun komunitas (Peer Group)
d. Users tidak dibatasi posisi geografis (Action-nya global)
Freemium service ini juga membawa konsekuensi. Ruang bisnis menjadi lebih
sempit dan memunculkan banyak kompetitor. Comfort Zone tidak ada lagi.
Sebuah perusahaan sirkus di Perancis mengalami hal ini. Ketika semua sirkus
memunculkan pertunjukan binatang, mereka melihat cara ini sudah terlalu padat,
tidak ada lagi ruang buat mereka. Maka Cirque de Soleil muncul tanpa
pertunjukan binatang. Tidak perlu bertempur berdarah-darah dengan sirkus yang
lain, tidak perlu menanggung biaya perawatan binatang, dan masih bisa muncul
sebagai sirkus penghibur yang akhirnya, karena sangat mengesankan kisahnya
tersebut, Cirque de Soleil tercatat dalam buku Blue Ocean Strategy, sebagai
sebuah strategi bisnis yang kreatif. Maka hari ini, di era sekarang ini, sebuah
Engine Kreatifitas harus mampu menyediakan Freemium Services dan
berkompetisi dengan pendekatan “Blue Ocean” ketika Zona nyaman kita sudah
terganggu
8
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Grafik 2. Blue Ocean Strategy: Cirque du soleil
1.2 Ekonomi Kreatif dan Rule of Seventy
Masa kepemimpinan dalam sistem demokrasi berlangsung selama 5
tahun. Incumbent dapat dipilih kembali, sehingga seorang pemimpin
maksimum dapat dipilih kembali dan memimpin selama 10 tahun. Menjadi
pertanyaan menarik adalah, " Mengapa seorang hanya boleh berkuasa
maksimum 10 tahun atau 2 periode berturut-turut?".
Jean Jacques Bourlamaqui dalam buku Principes du droit naturel (1747)
dan Principes du droit politique (1751), mengolaborasikan prinsip hukum alam
dengan prinsip hukum politik. Visi constitutionalismnya banyak berpengaruh
dikalangan American founding fathers: bahwa secara alamiah waktu
memimpin
2
periode
berturut-turut
akan
mampu
melipatgandakan
kesejahteraan (Produk Domestik Bruto: PDB).
Grafik 3. Pertumbuhan eksponensial
9
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
PDB adalah Produk Domestik Bruto suatu negara. Arti kasarnya adalah
pendapatan yang diperoleh sebuah negara. Bila PDB kecil, negaranya kita
sebut miskin dan sebaliknya bila PDB besar, negaranya kaya.Angka
pertumbuhan PDB menunjukkan berapa lama sebuah negara berpindah dari
negara miskin menjadi negara berpendapatan menengah, lalu menjadi negara
kaya. Semakin kecil prosen pertumbuhannya, semakin lama proses berpindah
kelasnya.Untuk PDB berubah menjadi 2 kali lipat, apabila sekarang ini:
1. PDB tumbuh 7% maka butuh waktu 70/7 = 10 tahun
2. PDB tumbuh 5% maka butuh waktu 70/5 = 14 tahun
3. PDB tumbuh 4% maka butuh waktu 70/4 = 15 tahun
P dalam PDB singkatan dari PRODUK yg merupakan hasil dari kegiatan
PRODUKSI barang atau jasa suatu negara. Untuk memproduksi PRODUK
yang berdaya saing tinggi dan diterima pasar butuh INOVASI.
Pemerintah negara sedang berkembang harus punya strategi paralel
dalam membangun infrastruktur dan menyiapkan skenario pengembangan
ekonomi
yang
tidak
menggantungkan
infrastruktur,
yaitu
skenario
pengembangan Ekonomi Kreatif. Ekonomi kreatif yang berada pada landscape
bisnis kolaborasi dapat bergerak tanpa harus menunggu infrastruktur yang saat
ini sedang dibangun oleh pemerintah. Jika itu bisa dijalankan maka Ekonomi
Kreatif akan membawa suatu negara ke grafik B.
1.3 Roadmap: Indonesia Creative City
Indonesia, dalam rilis Global INNOVATION Index - GII berada di
Ranking 87 dibawah Kenya dan Bhutan dan 1 (satu) step lebih baik dari
Brunei. Apa artinya ini? Artinya adalah, jika jumlah INOVASI sebuah Negara
bernilai nol, tidak ada proses PRODUKSI yang terjadi di Negara tersebut dan
akibatnya, tidak ada PRODUK yg kompetitif. Akhirnya, supaya roda
perekonomian bisa berjalan, pola KONSUMTIF yang kemudian diterapkan.
APBN
dihabiskan
untuk
menunjang
kegiatan-kegiatan
yang
tidak
PRODUKTIF. Ujung dari aktifitas PRODUKSI adalah PASAR, maka
pertumbuhan PDB Negara tersebut juga akhirnya melemah.
10
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Dalam hal Negara Indonesia, Havard Kennedy School, melihat lemahnya
pertumbuhan PDB Indonesia dikarenakan TIDAK terintegrasinya PASAR
lokal dan regional. Dan satu-satunya alasan mengapa fragmentasi seperti ini
terjadi karena kita miskin infrastruktur: jalan tol, rel kereta api, tol laut atau tol
udara (R80 Prof. Habibie). Struktur anggaran belanja infrastruktur APBN kita
dihabiskan untuk "berfoya-foya" konsumtif, sehingga produk antar desa,
provinsi dan pulau tidak terintegrasi karena mahalnya biaya transportasi dan
lain-lain.
Dengan kondisi seperti ini, untuk menuju performance grafik A diatas
mustahil mampu. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini ada di angka
4.6%, sebenarnya akan butuh waktu 15.2 tahun (3 periode berkuasa) untuk
keluar dari status negara sedang berkembang. Itu sebabnya, skenario
pengembangan Ekonomi Kreatif menjadi alternatif pengembangan PDB.
Ekonomi Kreatif yang berada pada landscape bisnis kolaborasi dapat bergerak
tanpa harus menunggu infrastruktur yang saat ini sedang dibangun oleh
pemerintah. Jika itu bisa dijalankan maka ekonomi kreatif akan membawa
Indonesia ke grafik B.
Indonesia pernah menduduki ranking 46 di GII pada tahun 2007. Pada
fase tersebut, Indonesia masih mempunyai inovasi dengan mengandalkan
sumber daya alam. Namun mulai tahun 2011 sampai tahun 2014 Indonesia
terjebak dalam ranking 86-100 dunia.Maka Badan Ekonomi Kreatif
(BEKRAF) yang dibentuk Pemerintah pada tahun 2015, diharapkan menyadari
keharusan Indonesia berada di grafik B dan menggunakan strategi
pembentukan Creative City untuk mengembalikan posisi inovasi Indonesia
setidaknya ke posisi yang sama di tahun 2007.
Di bawah ini, adalah sebuah draft usulan Roadmap Creative City di
Indonesia. Yang dilakukan kemudian adalah menentukan prioritas kegiatankegiatan dalam frame Creative City, Indonesia Creative City Network dan
International Creative City Network beserta rumusan Key Performance
Indicator (KPI) atau target Indek Kinerja Kegiatan (IKK) pada masing-masing
tahapan roadmap dibawah. Dari sejumlah IKK yang ada, akan mampu menuju
11
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
tercapainya Indek Kinerja Utama (IKU), misalnya meningkatkan PDB dari
kegiatan Kota Kreatif.
Grafik 4. Global Innovation Index
Pada grafik tersebut dapat dijelaskan posisi ranking Indonesia pada Global
Innovation Index di dunia dari tahun 2007-2015. Global Innovation Index tersebut
menjelaskan kemampuan inovatif suatu negara dalam ranking dunia, yang
mencerminkan kemampuan bangsa tersebut inovatif atau tidak dengan jumlah
parameter sebanyak 102. Posisi Indonesia dari ranking 47 pada tahun 2007, ketika
Indonesia masih mengekspor dengan mengandalkan sumber daya alam, seperti
batu bara, kayu, rotan, dan lain-lain. Indonesia terus bergerak turun hingga pada
tahun 2015 terletak pada ranking 97 dan sejajar dengan negara Zimbagwe dan
Kenya dalam kreativitas dan inovasi.
Indonesia akan naik peringkat atau ranking jika mampu mengembangkan
ekonomi berbasis kreatif dan inovatif, maka dalam grafik tersebut membuat target
pada tahun 2016 sepakat membentuk Kota Kreatif, tahun 2016-2019 sepakat
untuk membentuk dan memperkuat serta bekerja dalam frame jejaring Kota
Kreatif di Indonesia dengan Indonesia Creative Cities Network. Tahun 2020
target Indonesia masuk pada ranking 50 dengan menjadi bagian dari International
Creative Cities Network.
Berdasarkan grafik tersebut, maka Kota Surakarta dapat mengambil peran
dalam menentukan posisi ranking Indonesia dengan mengembangkan Ekonomi
Kreatif. Dibutuhkan beberapa strategi dalam menyusun langkah pengembangan
Ekonomi Kreatif dengan membuat Rencana Aksi Daerah. Rencana Aksi Daerah
yang disusun saat ini fokus untuk tahun pertama pada 2016, kemudian pada tahap
selanjutnya disusun untuk 5 tahun berikutnya untuk mendukung Rencana
12
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2016-2020. Berpijak pada kebutuhan
positioning kota Surakarta dan Indonesia di dunia global, maka penyusunan RAD
Pengembangan Ekonomi Kreatif ini dibuat.
1..4 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif
Kota Surakarta ini adalah:
1. Menyusun roadmap pengembangan Kota Kreatif Surakarta tahun 20162020, dengan fokus pada dua tahun pertama.
2. Menyusun mekanisme koordinasi dalam pengembangan kota kreatif
Surakarta.
1.5 Manfaat
Manfaat dari Penyusunan Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kretaif
Kota Surakarta ini adalah:
1. Mewujudkan sinergisitas stakeholder terkait pengembangan Kota Kreatif
2. Mewujudkan perencanaan Kota Kreatif yang terpadu sehingga dapat
tercapainya efisiensi penggunaan sumberdaya kota.
3. Menjadi dasar pelaksanaan pengembangan Kota Kreatif.
4. Memberikan data Ekonomi Kreatif sehingga dapat menunjang penelitian
terkait, dalam rangka pengembangan Ekonomi Kreatif.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini memuat latar belakang, tujuan,
manfaat, dan sistematika. Di lata belakang dijelaskan kaitan Creative dan
Creativity, Engine Kreatif, Ekonomi Kreatif dan Rule of Seventy, Roadmap of
Indonesia Creative City,Tujuan dan Manfaat berkaitan dengan tujuan dan manfaat
dari penyusunan Rencana Aksi Kota Kreatif Surakarta.
BAB II KOTA DAN EKONOMI KREATIF. Bab ini berisi teori terkait
Kota dan Ekonomi Kreatif. Definisi Ekonomi Kreatif dan Kota Kreatif untuk
kota-kota di Indonesia dengan 10 prinsip Kota Kreatif .
13
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
BAB III PROFIL KOTA SURAKARTA, Bab ini menjelaskan gambaran
umum atau profil Kota Surakarta, serta potensi unggulan ekonomi kreatif di
Surakarta. Profil dan potensi ekonomi kreatif Kota Surakarta ini sebagai bahan
dalam melakukan analisis.
BAB IV ANALISIS. Analisis potensi ekonomi kreatif ini meliputi analisis
kontribusi ekonomi terhadap PDRB, analisis aktor terkait ekonomi kreatif,
analisis event kreatif serta analisis zona kreatif di Surakarta.Rencana Aksi
Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta meliputi tujuan, sasaran, strategi,
program, SKPD terkait program serta waktu pelaksanaan program. Rencana ini
merupakan rencana jangka lima tahun, namun akan memfokuskan rencana pada
tahun pertama.
BAB V RAD PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF. Bab ini berisi
tabel RAD yang direncanakan pemerintah Kota Surakarta dalam rencana satu
tahun pertama dalam mewujudkan Kota Surakarta sebagai Kota Kreatif.
BAB VI PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dan saran untuk dalam
perencanaan pengembangan Ekonomi Kreatif yang dibuat dan keberlanjutan
program Ekonomi Kreatif untuk lima tahun berikutnya.
14
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
BAB II
KOTA DAN EKONOMI KREATIF
2.1. Ekonomi Kreatif
Kekuatan utama dari Ekonomi Kreatif terletak pada ide dan gagasan
yang kreatif dan inovatif, yang menggunakan dan memanfaaatkan teknologi
dan sistem informasi secara cerdas (efisien, efektif, optimal) dan berkelanjutan,
sehingga terciptanya sesuatu yang relatif baru dan memiliki added value yang
eksponensial, bisa diartikan juga mensinergikan dua hal atau lebih menjadi
sesuatu yang relatif baru dengan kenaikan dampak yang eksponensial.
Ekonomi
Kreatif
berpotensi
sebagai
instrument
utama
dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi/PDB secara signifikan, untuk itu
diperlukan enginecreative (ekosistem penggerak Ekonomi Kreatif), dalam
pengembangannya didasarkan pada potensi unggulan lokal/kesetempatan yang
menimbulkan daya tarik yang kuat dalam terciptanya pasar yang relatif baru.
2.2 Kota Kreatif
Kota
yang
melakukan
pemetaan
potensi
unggulan,
riset
dan
pengembangan untuk menumbuhkan pembangunan ekonomi dengan ‘engine
kreatifitas’, mesin penggerak kreatifitasnya adalah: ide/gagasan yang kreatif
dan inovatif ditopang oleh kelengkapan infrastruktur kelembagaan dalam
keterlibatan unsur ‘quadro helix’,birokrasi, akademisi, bisnis dan komunitas,
serta adanya dukungan infrastruktur digital yang berkualitas dan modern.
Kota yang mengimplementasikan 10 prinsip Kota Kreatif sebagai dasar
dari kehidupan sosial, budaya dan interaksi budaya, lingkungan yang
berkelanjutan, daya dukung kelayakan hidup dan aksesibilitas.
1. Kota Kreatif adalah kota yang welas asih. Kota yang menjunjung
keanekaragaman sosial budaya yang berpijak pada nilai silih asah,
silih asih dan silih asuh.
Sifat dan kebijakan yang welas asi
15
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
h dapat dilihat dari kuatnya political will pemerintah kota kabupaten,
tersedianya buku panduan guru dan APE (alat peraga edukatif) tentang kota
dan kabupaten welas asih, tersedianya taman kota dan ruang terbuka publk
yang aksesibel, tersedianya pelayanan publik yang mudah, jelas, dan pasti,
direktori kearifan lokal yang terdistribusi merata, serta yang terpenting
adalah partisipasi masyarakat.
2.
Kota Kreatif adalah kota yang inklusif. Kota terbuka yang
memuliakan nilai-nilai kemanusiaan serta menumbuhkembangkan
semangat kebersamaan, solidaritas dan perdamaian dunia.
Kota kreatif yang inklusif mengandung dua kata kunci yaitu dapat diakses
oleh siapapun dan mampu mengundang masyarakat lain untuk datang
berkunjung. Sifatnya yang terpenting adalah memiliki kesetaraan akses
terhadap prasarana dan infrastruktur; apapun latar belakang, status sosial,
serta keadaan dari setiap penduduk yang ada. Inklusivitas tidak hanya selalu
berhubungan dengan masalah fisik namun juga bersifat terbuka dan berdaya
tarik.
3.
Kota Kreatif adalah kota yang melindungi hak asasi manusia.
Kota kreatif berbasis HAM adalah kota yang juga mengadopsi nilai-nilai
Hak Asasi Manusia (HAM) semisal hak anak, lansia dan difabel yang
merupakan bagian dari hak seluruh masyarakat tanpa terkecuali dalam
mengakses sarana dan prasarana sosial, budaya, ekonomi, sipil, dan hukum.
4.
Kota
Kreatif
adalah
kota
yang
memuliakan
kreativitas
masyarakatnya.Isu strategis yang muncul dalam upaya mewujudkan Kota
Kreatif sebagai kota yang memuliakan kreativitas masyarakatnya meliputi:
masih diperlukannya sinergi dan kolaborasi antar stakeholder, peningkatan
terhadap kualitas sumberdaya manusia (SDM), pendanaan dan bantuan bagi
permodalan usaha, lebih banyaknya pasar, dan lebih luasnya jaringan untuk
menyebarkan produk kreatif, serta fasilitas/infrastruktur yang lebih baik,
terutama ruang publik untuk penyebaran pengetahuan (knowledge
transfer/sharing).
16
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
5.
Kota Kreatif adalah kota yang tumbuh bersama lingkungan yang
lestari, yang hidup selaras dengan dinamika lingkungan dan alam
sekitar.
Kota Kreatif dapat tumbuh bersama lingkungan yang lestari ketika secara
fisik kotanya memperhatikan lokalitas alam sekitar sekaligus membuka diri
untuk pengayaan yang meliputi perhatian pada biodiversity melalui
hubungan imbal balik, selain berorientasi pada unsur lingkungan. Upaya ini
misalkan dapat dikembangkan melalui proses kreatif yang mampu
memulihkan kondisi alam, selain juga dengan membangun karakter manusia
dan penghuni kota yang memiliki mental serta perilaku yang berorientasi
pada lingkungan dengan dukungan regulasi pelestarian alam yang kuat.
6.
Kota Kreatif adalah kota yang memelihara kearifan sejarah sekaligus
menbangun semangat pembaharuan untuk menciptakan masa depan
yang lebih baik untuk seluruh masyarakatnya.
Sejarah dapat menjadi semacam ruang kesadaran bagi proses pembangunan
nilai dan tradisi, selain juga jembatan yang mempertemukan masa lalu
dengan masa depan. Untuk menopang keberlanjutan sejarah, perlu
kebijakan yang konsisten, semisal koordinasi kebijakan kota kreatif dan
kota pusaka. Proses pembangunan akan terhambat manakala proses
pembentukan sejarah tidak dikelola dengan baik serya melibatkan seluruh
kelompok pemangku kepentingan.
7.
Kota Kreatif adalah kota yang dikelola secara transparan, adil dan
jujur, yang mengedepankan milai-nilai gotong royong dan kolaborasi,
serta membuka ases dan partisipasi masyarakat untuk terlibat
membangun kotanya.
Berkembangnya kota-kabupaten kreatif dapat didorong melalui tata kelola
yang baik, akuntabel, terbuka dan kolaboratif dengan mengembangkan
inovasi. Hal ini juga dapat ditopang melalui ketersediaan teknologi
informasi yang juga didukung oleh sarana dan fasilitas yang diperlukan
sehingga dapat diakses oleh seluruh pemangku kepentingan tanpa harus
meninggalkan kearifan lokal.
17
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
8.
Kota Kreatif adalah kota yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat.
Untuk mencapai Kota Kreatif yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
masyarakatnya, perlu sebuah kebijakan yang dapat menurunkan angka
kemiskinan, mencegah lahirnya warga miskin baru, serta dukungan sarana
dan prasarana untuk interaksi sosial budaya.
9.
Kota Kreatif adalah kota yang memanfaatkan energi terbarukan.
Kota dan kabupaten yang memanfaatkan energi terbarukan adalah
yang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi secara bijak
dan berkelanjutan. Hal ini merupakan isu strategis untuk mempertahankan
keberlanjutan penghidupan di Indonesia di masa depan. Saat ini penelitian
dan inovasi untuk mengembangkan energi terbarukan telah menjadi
tantangan yang nyata di Indonesia. Hal ini akan menjadi pengalaman dan
modal berharga untuk membangun kota-kabupaten kreatif di masa depan.
10. Kota Kreatif adalah kota yang mampu menyediakan fasilitas umum
yang layak untuk masyarakat, termasuk fasilitas yang ramah bagi
kelompok masyarakat rentan dan berkebutuhan khusus.
Untuk menjamin tumbuh suburnya kreativitas yang dapat mensejahterakan,
dibutuhkan dukungan prasarana dasar berupa ruang publik, jaringan
komunikasi, sarana keuangan, serta sarana inkubasi yang dilengkapi dengan
fasilitas pendidikan, penelitian dan pelatihan yang terjamin
pemanfaatannya. Prasarana ini harus dapat diakses oleh seluruh pemangku
kepentingan, dikelola secara terintegrasi, serta sesuai dengan standar yang
berlaku dengan dukungan semua sumber daya yang diperlukan.
18
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
BAB III
PROFIL DAN POTENSI EKONOMI KREATIF KOTA SURAKARTA
3.1 Profil Kota Surakarta
Dalam buku analisa ekonomi kota Surakarta tahun 2014 yang disusun oleh
BAPPEDA, termuat data dan informasi yang dapat mendukung pencapaian visi
dan misi kota Surakarta. Kota Surakarta biasa disebut juga nagari oleh penduduk
kabupaten-kabupaten di sekitarnya, karena kota ini dulunya menjadi pusat
kerajaan Surakarta Hadiningrat. Pada jaman kemerdekaan, Kota Sala menjadi
pusat dari Karesidenan Surakarta, dan ketika masa pemerintahan Orde Baru,
status Kota Surakarta tidak lagi menjadi pusat Karesidenan karena dihapus oleh
Pemerintah. Sampai sekarang sebutan Karesidenan Surakarta tersebut sudah tidak
ada dan secara kelembagaan Karesidenan Surakarta sudah diganti dengan Badan
Koordinator Wilayah dan masih menjadi pusat budaya maupun spiritual bagi
masyarakat Kota Sala dan Jawa Tengah.
Kota Surakarta memiliki potensi budaya dan ekonomi yang telah dikenal
sampai keluar daerah terutama di bidang pariwisata dan perdagangan. Potensi
wisata di Surakarta tidak hanya meliputi wisata sejarah seperti Kraton Surakarta,
Pura Mangkunegaran dan Museum Radyapustaka, ataupun wisata belanja
terutama batik di Pasar Klewer, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik
Kauman, Pusat Grosir Solo dan Beteng Plaza, tetapi juga event-event wisata yang
telah menjadi acara tahunan di kota ini, seperti Solo Batik Carnival, Sekatenan,
Karnaval Wayang dan lain-lain.
Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan
standar hidup yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada
tingkat nasional dan ProdukDomestik Regional Bruto pada tingkat daerah baik
provinsi, kabupaten maupun kota.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan
daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan
potensi sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Dengan perencanaan yang baik
19
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
dan kebijakan yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan
ekonomi daerah tersebut.
UU No. 32 Tahun 2004, menyebutkan bahwa pembangunan harus
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, karena setiap daerah
memiliki karakter, baik sosial, budaya, bahkan geografis yang berbeda sehingga
perlu kebijakan yang berbeda pula.Maka, kebijakan pembangunan ekonomi yang
diambil oleh pemerintah daerah diharapkan mampu memaksimalkan potensi yang
ada didaerahnya agar mampu mencapai hasil pembangunan yang optimal.
Keberhasilan pembangunan ekonomi dilihat melalui pertumbuhan ekonominya,
dimana pertumbuhan ekonomi dapat diukur salah satunya menggunakan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
Dalam rangka mengoptimalkan pembangunan ekonomi lokal di era otonomi
yang mengacu pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, secara
otomatis menuntut pemerintah daerah untuk berorientasi secara global.
Dikarenakan kondisi tingkat persaingan antar negara yang semakin tinggi dan
tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada perekonomian di Indonesia
khususnya di daerah. Oleh karena itu, tantangan pemerintah daerah bukan lagi
pada otonomi maupun desentralisasi, melainkan daerah dituntut untuk
meningkatkan daya saingnya.
Sama seperti karakteristik perkotaan lainnya, dimana kontribusi sektor
tersier dan sekunder lebih dominan dibandingkan sektor primer, struktur
perekonomian Kota Surakarta ditopang oleh sektor jasa perdagangan, jasa wisata
(hotel, restoran, budaya dan hiburan) serta jasa pendidikan. Struktur
perekonomian ini dapat dilihat dari indikator kontribusi sektoral dari PDRB Kota
Surakarta.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan kontibutor sektor
terbesar dalam struktur PDRB Kota Surakarta dalam 5 tahun terakhir, dengan
rata-rata kontribusi sebesar 27,35% terhadap PDB Kota Surakarta. Sub sektor
perdagangan, termasuk dalam kategori ini adalah perdagangan besar (grosir) dan
eceran (retail), baik di bidang tekstil dan turunannya, termasuk di bidang food and
beverage. Pertumbuhan dari sektor ini termasuk tinggi disamping dari sektor jasa
keuangan, sehingga dengan adanya bencana kebakaran Pasar Klewer pada akhir
20
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
tahun 2014, dampak kontribusi dan pertumbuhan sektor ini dan sektor keuangan,
diperkirakan akan mengalami penurunan terhadap PDRB pada tahun 2015.
Sektor unggulan di kota Surakarta secara umum dapat dilihat pada masingmasing cluster di setiap Kecamatan, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Kecamatan Laweyan, berupa kampung batik Laweyan, mencakup batik,
garmen maupun olah tekstil, mebel, dengan kegiatan pendukungnya adalah
pendidikan, biro travel, perhotelan, maupun tempat wisata.
2.
Kecamatan Serengan, berupa industri pengolahan makanan dan
minuman, pakaian tradisional, industri kreatif, baik kerajinan batik, maupun
pembuatan letter.
3.
Kecamatan Pasarkliwon, berupa kerajinan dan batik kayu, biro
perjalanan, kesenian tradisional, tempat wisata, maupun jasa sablon.
4.
Kecamatan Jebres, berupa meubel, batik tekstil dan garmen, serta jasa
pendukung berupa hotel, jasa kursus, jasa pendidikan maupun pelatihan, dan
gedung olah raga.
Kecamatan Banjarsari berupa minuman tradisional (jamu), krupuk, sangkar
burung, meubel, dan jasa pendukungnya berupa pendidikan, biro perjalanan dan
penginapan/hotel.
3.2 Keadaan Geografi
Kota Surakarta terletak antara 110˚45’15” dan 110˚45’35” BT dan 7˚36’00”
dan 7˚56’00” LS, dengan batas wilayah sebagai berikut.
- Sebelah Utara :
Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar
- Sebelah Timur :
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
- Sebelah Barat :
Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo
- Sebelah Selatan: Kabupaten Sukoharjo
Kota Surakarta memiliki luas 4.404,06 Ha yang terbagi dalam 5 Kecamatan, 51
Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 604 dan jumlah RT sebanyak 2.714.
Dengan jumlah KK sebesar 169.772 KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT
berkisar 62 KK
21
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surakarta
Jumlah
No
Kecamatan
Kelurahan
RW
RT
1
2
3
4
Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Jebres
11
7
9
11
105
72
100
149
458
312
424
637
5
Banjarsari
13
175
874
JUMLAH
51
601
2.705
Sumber:Surakarta Dalam Angka 2015
Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 65%,
Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar
juga yaitu berkisar antara 16,5% dari luas lahan yang ada.
Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta pada tahun 2014 berkisar antara
25,8°C sampai dengan 28,9°C. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara
65 persen sampai dengan 88 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan
Januari dengan jumlah hari hujan sebanyak 27 hari. Sedangkan curah hujan
terbanyak sebesar 306,00 mm jatuh pada bulan Januari. Sementara itu rata-rata
curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Januari sebesar 14 mm
per hari hujan.
3.3 Keadaan Demografi
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi nasional (SUSENAS) Tahun 2014
Penduduk kota Surakarta mencapai 510.077 jiwa dengan rasio jenis kelamin
sebesar 94,68; yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat
sebanyak 95 peduduk laki-laki.
Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2014 mencapai
13.307 jiwa/km2. Tahun 2014 Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.178 jiwa/km2. Dengan tingkat
kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti
perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas.
22
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
3.4 Ketenagakerjaan
Jumlah Penduduk bekerja di kota Surakarta pada tahun 2014 mencapai
243.152, atau sebesar 47.67% dari seluruh penduduk kota Surakarta.Penduduk
wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 43,41% dari Penduduk yang
bekerja. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di kota Surakarta cukup
tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.
3.5 Sosial
1. Pendidikan & Kebudayaan
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan
sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan.
2. Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2014 tidak mengalami
perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap jumlah tenaga kesehatan
yang ada seperti: dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Sosiallainnya
Masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial dapat dilihat pada tabel-tabel
4.3 sampai tabel 4.6 yang memuat data-data mengenai masalah perumahan,
agama, kriminal, bencana alam, dan sebagainya.
3.6 PDRB(Pendapatan Daerah Regional Bruto)
PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran
kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu, sehingga arah perekonomian
regional akan lebih jelas. Bagi pengguna data akan lebih memberikan manfaat
untuk berbagai kepentingan, seperti untuk peren-canaan, evaluasi maupun
kebijakan.
Kota Surakarta dalam era sekarang ini didukung dengan situasi yang relatif
kondusif, secara makro perekonomian tumbuh sebesar 5,08 persen pada tahun
2014, dimana pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 5,89 persen.
23
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Tabel 2. Struktur PDRB Kota Surakarta Tahun 2010-2014
STRUKTUR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU
No
2010
Sektor
(Rp)/juta
2011
(%)
(Rp) /juta
2012
(%)
(Rp)/juta
2013
(%)
(Rp) /juta
2014
(%)
(Rp) /juta
(%)
1
Pertanian
5,532.79 0.06
5,927.58 0.05
6,205.92
0.05
6,611.99
0.05
6,862.31 0.05
2
Pertambangan &
Penggalian
2,942.37 0.03
3,010.49 0.03
3,009.79
0.02
3,002.94
0.02
2,982.14 0.02
Primer
8,475.16 0.09
8,938.07 0.08
9,215.71
0.08
9,614.93
0.07
9,844.45 0.07
2,081,494.89 20.94
2,233,247.76 20.32
2,390,894.46
19.63
2,623,767.70
19.29
2,901,686.21 19.19
317,497.14
2.61
363,004.58
14.43
1,951,415.83
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas, dan Air
Bersih
5
Konstruksi
1,440,525.31 14.49
1,584,659.42 14.42
1,758,189.55
Sekunder
3,781,024.67
4,105,483.80
4,466,581.15
6
7
259,004.47
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
2.61
38.03
287,576.62
2.62
37.35
36.67
4,938,188.11
2.67
14.35
36.31
404,684.38
2.68
2,166,905.81 14.33
5,473,276.41
36.19
2,556,483.24 25.72
2,885,293.49 26.25
3,187,324.12
26.17
3,632,165.57
26.71
4,054,951.44 26.81
1,106,229.42 11.13
1,206,106.83 10.97
1,323,255.69
10.86
1,462,927.27
10.76
1,641,884.35 10.86
8
Keuangan, Sewa &
Jasa Perusahaan
1,123,362.50 11.30
1,282,678.53 11.67
1,449,258.72
11.90
1,656,823.06
12.18
1,847,022.65 12.21
9
Jasa-jasa
1,365,561.57 13.74
1,504,470.47 13.69
1,744,923.26
14.33
1,899,877.56
13.97
2,095,568.76 13.86
6,151,636.73
6,878,549.32
7,704,761.80
Tersier
PDRB
61.88
62.57
9,941,136.56 100.00 10,992,971.19 100.00 12,180,558.66
63.25
8,651,793.47
100.00 13,599,596.52
63.62
9,639,427.20
63.74
100.00 15,122,548.06 100.00
Penduduk per
tengahan tahun
499,337
500,032
500,328
500,625
508,951
Pendapatan per
kapita (Rp)
19,908,672.03
21,984,535.37
24,345,146.90
27,165,236.49
29,713,170.93
Sumber : BPS Kota Surak arta
3.7 PotensiEkonomi Kreatif Surakarta
24
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Kota Surakarta memiliki potensi yang baik dalam pengembangan Ekonomi
Kreatif, ketika kota ini tidak memiliki sumber daya alam, namun memiliki potensi
sumber daya manusia dan potensi kreatif lainnya sebagai bekal pengembangan
tersebut. Penciptaan ekosistem kreatif dibutuhkan dalam perwujudan Kota Kreatif
melalui pemetaan potensi kreatif. Berikut gambaran Ekosistem Kota Kreatif yang
dimiliki Kota Surakarta.
Gambar 1. Peta pemetaan potensi dalam penciptaan Ekosistem Kota Kreatif.
25
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
LANGKAH
1
MAPPING
PEMETAAN
POTENSI-POTENSI
UNGGULAN
LOKAL
(kesetempatan)
Perlu
terkait
dengan
program-program
SKPD-SKPD
yang
terkait
dengan
pengembangan
ekonomi
krea f
dalam
kota
krea f.
Gambar 2. Hasil pemetaan potensi-potensi unggulan lokal
26
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
3.6.1 Potensi Arsitektur Heritage
Pusaka kota merupakan kekayaan yang dimiliki sebuah kota. Kota
Surakarta terkenal sebagai Kota Budaya yang menjunjung tinggi pusaka
kota. Salah satu wujud pusaka kota tersebut adalah bangunan, yang
dalam konteks ini disebut sebagai arsitektur heritage. Arsitektur Heritage
nilainya tak ternilai dalam memberikan identitas dan jati diri sebuah kota,
maka di Surakarta bangunan yang merupakan pusaka tersebut
dilestarikan dengan ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
27
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Gambar 3. Peta Sebaran Potensi Arsitektur Heritage Surakarta
Sumber: RAKP, DTRK Surakarta, 2015
28
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Benda cagar budaya di Surakarta dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu benda cagar budaya yang ditetapkan oleh BP3 Provinsi Jawa Tengah,
SK Walikota Surakarta dan SK SKPD terkait. Berdasarkan peta di atas,
terlihat bahwa benda cagar budaya di Kota Surakarta mayoritas ditetapkan
oleh pemerintah kota, baik SK Walikota maupun SK SKPD.
Tabel 3. Potensi Sektor Arsitektur
BP3 Provinsi Jawa Tengah
Monumen Pers Nasional
Gapuro Keraton (Mojo)
Gapuro Keraton (Dr.Oen)
Gapuro Keraton
(Pamurakan)
Eks Kantor DPU
Pabrik Es Sari Petojo
GPIB Surakarta
Tugu Pamandengan Dalem
Rumah Praktik
Dr.Tunjung
Rumah Ibu Supardi
Rumah Bp.Ahmad Alkatiri
Rumah Bp/Soebandono
Rumah Bp.Sriyadi
Rumah Bp.Arif Rusdi
Rumah Bp.Soeseno
Bekas Bandar Kabanaran
Makam Djangrono II
Rumah Bp.Uswidarto
SK Walikota Surakarta
Ndalem Wiryodiningratan
Ndalem Ngabean
Bekas RS. Kadipolo
SK SKPD
Ndalem Sindusenan
Ndalem Prajapangrasan
Ndalem Suryakusuman
Monumen Panularan
Petilasan Panegran
Mangkubumi
Patung Ronggowarsito
Tugu Talirogo
Monumen Pasar Nongko
Ndalem Suryaningratan
Monumen Sondakan
Monumen Geriliya Mas TP
Monumen Pejuang TP
Gapura Batas Kota Kleco
Gapura Batas Kota Jurug
Tugu Lilin
Tugu Cembengan
Tugu Jam Pasar Gede
Monumen 45
Patung Slamet Riyadi
Ndalem Mangkuyudan
Ndaelm Bonokamsi
Rumah Soetamandalan
Rumah Juru Martenan
Rumah Laksmintan
Rumah Tirtadiningratan
Rumah Eks Lumbu
Rumah Sekullanggen
Rumah Kota Waringin
Rumah Cokrowinatan
Rumah Wirengan
(Kusumodigalan)
Rumah Sentosayan
(Susuno Projo Sasano)
Wongso Sudirjan
Rumah Koesoma Kesawan
Rumah Atmo Suparman
Rumah Prabuwinoto
Masjid Suronatan
Makam Kiai Solo
Ndalem Kanjengan
Ndalem Padmosusastran
Rumah Dr. Oen
Ndalem Hadiwijayan
29
Patung Suratin
Monumen Guru PGRI
Gapura Keraton - Klewer
Gapura Keraton - Gading
Monumen Stadion Sriwedari
Keraton Pura Mangkungaran
Benteng Vastenburg
Lodji Gandrung
Bale Kambang
Pasar Gedhe
Bank BI
Stasiun Jebres
Ndalem Natanegaran
Ndalem Suryapuran
Ndalem Prabuningratan
Ndalem Mangkubumen
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Eks Kantor Brigif 6
Gereja St.Antonius
Klentheng Tien Kok Sie
Jembatan Pasar Gedhe
Jembatan Arifin
Ndalem Cokrosuman
Kawasan Loji Wetan
SD Tripusaka
Pagoda Jebres
Pesarean Nayu/Astana
Utara
Makam Kyai Batag (Raden
Pabelan)
Rumah KH. Samanhudi
Jembatan Pasar Legi
TSTJ
Taman Makam Pahlawan
Kusuma Bhakti
Kawasan Keraton Surakarta
Ndalem Joyokusuman
Taman Sriwedari
Eks RSJ Mangunjayan
Stasiun Balapan
MAN 2
Wisma Batari
Masjid Al-Wustho
Stasiun Purwosari
Ndalem Purwodiningratan
Ndalem Sasono Mulyo
Ndalem Wuryoningratan
Ndalem Mloyokusuman
Puri Baron
Bekas Kantor Veteran
Sekolah Pamardi Putri
Bruderan Purbayan
Museum Radyapustaka
Ndalem Doyoatmojo
Langgar Laweyan
Langgar Merdeka
TITD Poo An Kiong
Makam Ki Ageng Henis
Masjid Agung Kauman
Ponten
Kantor Bondho Lumakso
Ndalem Suryohamijayan
Gapuro Keraton (Gladag)
Sumber: Disbudpar Surakarta, 2015
Benda cagar budaya tersebut merupakan bangunan dengan fungsi
meliputi museum, tempat jembatan, ibadah, landmark, pendidikan, ruang
30
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
terbuka, jasa dan hunian. Pengelompokkan benda cagar budaya tersebut yang
paling dominan adalah di Kelurahan Baluwarti. Hal ini tidak terlepas dari
peran keraton, karena keraton merupakan pusat kebudayaan, karena banyak
terdapat arsitektur heritage di sekitarnya. Banyaknya benda cagar budaya yang
ada, maka Kelurahan Baluwarti juga ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya.
31
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Gambar 4. Peta Sebaran Potensi Arsitektur Heritage Surakarta
Sumber: RAKP, DTRK Surakarta2015
Potensi arsitektur heritage ini tidak hanya terpusat di Kelurahan
Baluwarti saja, akan tetapi juga terdapat di kelurahan Kedunglumbu serta
Kauman, yang berlokasi dekat dengan Keraton Surakarta. Arsitektur heritage
mampu menciptakan atmosfer khas dari Kota Surakarta, sehingga menjadi
daya tarik untuk pariwisata. Oleh karena itu arsitektur heritage berperan dalam
pengembangan Ekonomi Kreatif.
32
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
BAB IV
ANALISIS RAD PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF
4.1 Analisis Pola Kwadran
Analisis pengembangan Ekonomi Kreatif dibutuhkan dalam Rencana Aksi Daerah
Kota Surakarta. Kalau pemetaan potensi daerah sudah dilakukan, kesadaran untuk
mengembangkannya sudah ada, kita juga sudah memiliki KPI (Key Performance Indicator)
untuk menentukan tingkat kategori sebuah kota kreatif, maka kita perlu memilih kegiatan.
Kegiatan yang mesti dikerjakan adalah menciptakan sebuah Engine Kreativitas. Engine
Kreativitas bertugas untuk menggeser kegiatan ekonomi yang berada di kuadran 3 menuju
kuadran 2 atau kuadran 4.
Pendekatan strategi untuk program pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Engine
Kreativitas dapat digambarkan dalam bentuk bagan 4 kuadran berikut.
Bagan 1. Pola Kwadran yang menentukan jenis kegiatan dan peran Engine Kreatif untuk
menggeser kegiatan tersebut menuju kwadran 2 dan 4.
(Gambar: Paulus Mintarga, 2015)
33
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Kwadran 1 disebut Asset Champion, area ini sebagai kwadran bagi orang-orang
kreatif yang memiliki kemampuan berpikir lebih untuk masa depan dan menciptakan inovasi
yang bermanfaat untuk masyarakat global. Contoh: Habibie yang memiliki hak paten lebih
dari 5, Ir Sukarno sebagai founder Indonesia yang memiliki visi dan misi untuk bangsa
Indonesia sebagai presiden pertama. Kwadran 2 disebut Scientific Discovery, area ini sebagai
kwadran bagi para orang yang melakukan penemuan atau inovasi berdasarkan keilmuan yang
ditekuninya, dengan berbasis teknologi produktif. Contoh: bidang IT dengan wikimatika
mahasiswa MIPA Matematika UNS, Surakarta. Kwadran 3 disebut Plagiarist Poor, area ini
sebagai kwadran yang menempatkan jenis kegiatan yang meniru atau mempraktekkan apa
yang telah dilakukan orang lain. Pada kwadarn 3 ini peran Engine Kreativitas untuk
mendorong, agar jenis kegiatan di kwadran 3 bergeser ke kwadran 2 (Scientific Discovery)
atau ke kwadran 4 (Original Artistic). Kwadran 4 disebut dengan Original Artistic, area ini
sebagai kwadran bagi orang-orang kreatif yang menciptakan karya dengan inovasi intelektual
berbasis seni dan budaya. Contoh: Cry Jailolo karya Eko Supriyanto untuk pemuda Maluku.
Para pemuda usia SMA dilatih dengan koreografi tari yang diciptakan Eko Supriyanto hingga
akhirnya berhasil berkeliling dunia dengan karya tersebut.
4.2 Analisis Pohon Anggaran, IKU, dan IKK
Bagan 2. Pohon Anggaran, IKU dan IKK RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif
(Gambar: Paulus Mintarga, 2015)
34
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Penjelasan pohon anggaran, IKU, dan IKK dalam RAD Pengembangan Ekonomi
Kreatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Akar pohon digambarkan sebagai sumber anggaran
utama yang berasal dari Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Anggaran juga dapat bersumber dari swasta melalui
program Corporation Social Responsibility (CSR). Tanggung jawab suatu perusahaan
terhadap masyarakat di mana perusahaan tersebut berada dan berdampak terhadap kehidupan
sosial dan peningkatan kesejahteraan lingkungan sekitar.
Batang pohon dapat digambarkan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah kota
dalam bentuk kontrak kinerja walikota dengan Key Performance Indicator (KPI) yang dalam
pelaksanaannya diterjemahkan dalam Indeks Kinerja Utama (IKU). Sebagai contoh, pada
IKU Kota Kreatif RAD ditentukan dengan target 1% kenaikan PDB Kota Kreatif dari
baseline. IKU dapat tercapai dengan Indeks Kinerja Kegiatan (IKK) yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari Pemerintah Kota
Surakarta dengan term of reference (TOR) dari kegiatan dan implementasinya. Peran SKPD
digambarkan sebagai dahan dari pohon dan beberapa kegiatan dari setiap SKPD digambarkan
dengan ranting dari dahan pohon tersebut. Harapannya dari sekian banyak kegiatan (ranting)
menghasilkan buah yang menjadi target dari output dan kegiatan yang mendukung
pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta.
35
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
BAB V
RENCANA PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF
5.1. Rencana Aksi Daerah
Tabel berikut ini adalah hasil dari beberapa tahapan FGD dengan beberapa stakeholders kota Surakarta, yaitu akademisi, pemerintah
kota (perwakilan dari para SKPD), praktisi/professional/pengusaha, dan komunitas. Usulan kegiatan dari masing-masing unsur stakeholders
kota berdasarkan potensi-potensi kota Surakarta.
No
Instansi
Kinerja Utama
KPI (IKU)
2015
2016
10%
1
Bekraf
Kemenkominfo
2
Kemenkumham
Kontribusi terhadap
PDB Nasional
Jumlah jenis produk
ekspor
Program
Kegiatan
Pemberdayan
Masyarakat untuk
Produk Ramah
Lingkungan
Tempat Pengelolaan &
Pengolahan Sampah Terpadu
TP2ST: Pemanfaatan sampah
alumunium foil untuk produk
kreatif triplek
Pembuatan pupuk organik
berbahan sampah organik
Pemilahan dan pengolahan
sampah rumah tangga
berbasis sekolah
11%
Culinary
Diplomacy
Perlindungan
Karya Cipta
KPI (IKK)
2015
2016
0
SKPD Surakarta
1
Dinkop UMKM, Diseprindag, Dispertan
0
1
0
1
standarisasi dan higienitas
produk jajan pasar
0
1
rekayasa pasar lokal base on
ICT
0
1
Festival unagi Indonesia
0
1
Pendaftaran pengurusan
HAKI/Paten
0
1
Dispora, BLH
Disperindag
Dinkes
36
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Forum Identifikasi
karya kreatif Solo
Bappeda Solo
Kemenpar
Jumlah UMKM Kreatif
Creative Market
Place
3
Kemenpar
Bekraf
Jumlah Festival seni
budaya
4
Kemenpar
Jumlah destinasi
wisatawan lokal
Branding Solo
Kota Kreatif
Destination
Management
Identifikasi 100 karya kreatif
solo
0
100
Pembuatan guideline
penetapan UMKM kreatif
0
1
0
1
Mengembangkan "pasar"
untuk edukasi produk-produk
kreatif, contohnya: cangwit
Pasar dan Forum Triwindu
(on-off line) mempertemukan
produsen-buyer, UMKM dan
pelaku usaha besar serta
menjual ide/gagasan
DPP
0
1
Penyusunan DED PG
Colomadu sebagai creative
market place untuk soloraya
0
1
Blog Festival Nasional - ASEAN
0
1
0
1
0
1
Dispora
Festival Jajan Pasar
0
1
Disbudpar
Revitalisasi Bu Sri dan
Komplek Radyapustaka
sebagai wahana referensi
0
1
Disbudpar, DPU
Membuat Kampung wisata
agro organik Solo
0
Desain wedangan khas kota
solo
0
Festival transportasi ramah
lingkungan: Sepeda Onthel,
perahu Bengawan Solo, dll
Pameran Kreasi & Prestasi
hasil karya pemuda
Bappeda
Dishubkominfo
51
(kel)
Disbudpar, Ketahanan Pangan
5
37
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Jumlah destinasi
wisatawan internasional
20
Jumlah Kompetisi seni
budaya kreatif
5
Generasi Solo
kreatif
Kemendikbud
Jumlah pusat
layanan/training/pemb
erdayaan SDM creative
6
30
Kemenkominfo
Jumlah industri ICT
SDM Solo
terampil dan
Kreatif
Solo Smart City
Membuat wisata kampung
kota dg potensi unggulan
masing-masing kampung
0
Fam trip
0
1
Mengadakan kelas ekskafasi
di Sangiran
0
1
Solo City Break
0
1
0
1
0
1
Lomba 1000 Anak Membatik
0
1
INAICTA Solo (indonesia ICT
award)
0
1
Training pembuatan produk
kreatif untuk difable
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
Lomba Kreasi dan karya tulis
ilmiah di kalangan anak muda
tingkat ASEAN
Sistem Penerimaan Siswa
Baru dg memberi bobot nilai
seni budaya
Standarisasi kompetensi SDM
Animasi
Advance Training for
Indonesia Difabel Care
Community dalam industri:
garment dan elektronika
Wi-Max Kota (wifi
maksimum)
Pengelolaan konten informasi
kota
51
(kel)
Dishubkominfo
Dispora
Dishubkominfo
Dispora
Dishubkominfo
38
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Pembuatan system
tranportasi kota berbasis ICT
Awarding Duta Transportasi
ramah lingkungan: Perhelatan
Tampilan seni dg animasi
7
CSR dll
Apresiasi kpd pelaku
seni budaya kreatif
Award Insan
Kreatif
0
1
0
1
Ten out Standing Young
Person
0
1
Solois Award
0
1
Disbudpar, Dishubkominfo
39
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Rencana Aksi Daerah Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dibutuhkan
upaya yang sinergi antar stakeholders kota, yang disebut dengan quadro helix plus, yaitu
akademisi, pengusaha/praktisi/professional, pemerintah kota, komunitas, dan media.
Sinergisitas tersebut dalam tujuan untuk membangun ekosistem kreatif kota, yang bertujuan
membentuk Kota Kreatif. Sinergisitas tersebut diwujudkan dalam menyusun dan
mengimplementasikan roadmap pengembangan Kota Kreatif Surakarta tahun 2016-2020,
dengan fokus pada satu tahun pertama. Dengan penyusunan RAD Pengembangan Ekonomi
Kreatif tersebut maka mekanisme koordinasi dalam pengembangan Kota Kreatif Surakarta
dapat terwujud.
Melalui RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota maka manfaat yang didapatkan
sesuai dengan cita-cita, bahwa 1) Sinergisitas stakeholder terkait sebagai dasar pelaksanaan
pengembangan Kota Kreatif dapat terwujud; 2) Mewujudkan perencanaan Kota Kreatif yang
terpadu sehingga dapat tercapainya efisiensi penggunaan sumberdaya kota; 3) Kota Surakarta
memiliki data Ekonomi Kreatif sehingga dapat menunjang penelitian terkait dalam rangka
pengembangan Ekonomi Kreatif. Demi terwujudnya ketiga manfaat tersebut maka pimpinan
kota menjadikan RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif ini sebagai dasar utama dalam
melaksanakan program pembangunan Kota Surakarta.
6.2 Saran
Berdasarkan proses penyusunan RAD ini, maka dibutuhkan beberapa langkah nyata untuk
selalu memperbahurui informasi dan data potensi Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dalam
bentuk pemetaan yang berkelanjutan, sehingga sinergisitas para stakeholders terjaga dan
Surakarta Kota Kreatif terwujud. Sinergisitas kebutuhan warga kota dan program pemerintah
pengembangan Ekonomi Kreatif menjadi dasar untuk city branding kota, maka diharapkan
tidak terjadi kesenjangan antara partisipasi warga kota dengan program-program pemerintah
kota. Tahapan berikutnya dibutuhkan penyusunan RAD pengembangan Ekonomi Kreatif
Kota Surakarta 2016-2020 yang menjadi bagian dari RPJM Kota Surakarta.
40
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
REFERENSI
[1]. Anderson, C., “Free: The Past and the Future of a Radical Price,” Hyperion Publisher,
2009
[2]. Bertrand, J., (1883). “Review of Walras’ Théorie Mathémaque de la Richesse Sociale
and Cournot’s Recherches sur les Principes Mathémaques de la Théorie des
Richesses,” Journal des Savants pages 499–508.
[3] Cournot, A., (1980: [1838]). Recherches sur les Principes Mathémaque de la Théorie de
la Richesses (Gérard Jorland, Ed.). Paris: Vrin
[4]. Koer, J., and Ratgeber, H., Our Iceberg is melng: Changing and succeeding under any
condion, 2006
[5]. Koestler, A., The three domain of creavity, Kluwer Academic Publisher, 1981
[6] Sutanto., Creative City: Creativity dalam Science & Art menuju Prospherity, makalah,
2015
41
Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta
Download