kerajaan hindu-buddha

advertisement
MODUL
PEMBELAJARAN
SEJARAH
KERAJAAN HINDU-BUDDHA:
KERAJAAN KUTAI
SITI MARFUAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi yang disajikan pada buku paket siswa, kebanyakan hanya membahas
sekilas tentang Kerajaan Hindu-Buddha. Sehingga materi yang disampaikan kurang
mendalam. Diperlukannya sumber pembelajaran lain untuk memperkaya pengetahuan
siswa.
Oleh karena itu diperlukannya modul pembelajaran sejarah yang bersifat
memperkaya pengetahuan siswa. Khususnya materi Kerajaan Hindu-Buddha di
Nusantara yang sangat beragam dan dari masa yang berbeda-beda.
Diharapkan dengan modul pembelajaran sejarah “Kerajaan Hindu-Buddha:
Kerajaan Kutai” ini, Anda dapat memperkaya pengetahuan mengenai Kerajaan Kutai
sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Diharapkan pula Anda dapat memahami keadaan
masyarakat Kerajaan Kutai pada masa itu.
B.
Deskripsi Singkat
Modul ini akan memberikan Anda pengetahuan tentang:
1.
Letak geografis Kerajaan Kutai.
2.
Keadaan masyarakat Kerajaan Kutai.
C. Standar Kompetensi
Standar kompetensi yang hendak dicapai dalam modul pembelajaran ini adalah
agar siswa mampu menganalisis perjalanan Bangsa Indonesia pada Masa Negaranegara Tradisional.
Adapun kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai sebagai berikut:
Kompetensi Dasar
1.2 Menganalisis
Indikator
Perkembangan 1.1 Menunjukkan
peta
wilayah
Kehidupan Negara-negara Kerajaan
kekuasaan Hindu-Buddha di berbagai
Hindu-Buddha di Indonesia.
daerah, salah satunya ialah Kerajaan
Kutai.
1.2 Mendeskripsikan kehidupan sosial,
ekonomi,
budaya,
dan
agama
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
berbagai daerah, salah satunya ialah
Kerajaan Kutai.
D. Peta Konsep
KERAJAAN HINDU-BUDDHA:
KERAJAAN KUTAI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LETAK
GEOGRAFIS
KERAJAAN KUTAI
BAB III
KEADAAN
MASYARAKAT
KERAJAAN KUTAI
BAB IV
EVALUASI
E. Manfaat
Modul ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami tentang peta
wilayah kekuasaan Hindu-Buddha di berbagai daerah, salah satunya ialah Kerajaan
Kutai. Diharapkan pula dengan modul ini, dapat membantu siswa memahami
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan agama kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
berbagai daerah, salah satunya ialah Kerajaan Kutai.
F. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari modul ini dibagi menjadi tujuan secara umum dan
khusus. Tujuan secara umum adalah agar siswa mampu menganalisis perkembangan
kehidupan negara-negara Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Adapun tujuan secara
khusus dari modul ini adalah:
1.
Siswa dapat menunjukkan peta wilayah kekuasaan Hindu-Buddha di berbagai
daerah, salah satunya ialah Kerajaan Kutai.
2.
Siswa dapat mendeskripsikan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan agama
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di berbagai daerah, salah satunya ialah Kerajaan
Kutai.
G. Petunjuk Penggunaan Modul
Agar modul pembelajaran ini dapat dipergunakan secara optimal, maka ada
beberapa petunjuk yang harus dijalankan selama pembelajaran menggunakan modul
ini berlangsung, yaitu:
1.
Bacalah terlebih dahulu kompetensi dasar yang terdapat pada setiap bab
pembahasan.
2.
Bacalah secara seksama materi pokok yang disajikan pada bab pembahasan.
3.
Baca dan pahamilah materi yang diuraikan pada setiap bab dengan seksama.
4.
Bacalah rangkuman yang disajikan setelah uraian materi sebagai kesimpulan bab
pembahasan.
5.
Kerjakan latihan/tugas yang diberikan dengan cermat dan seksama sebagai
evaluasi dari bab pembahasan.
6.
Periksalah jawaban Anda pada kunci jawaban yang terdapat di bagian akhir modul
ini sesuai dengan bab yang Anda kerjakan.
7.
Berilah penilaian terhadap hasil kerja Anda berdasarkan kunci jawaban dan
berikan umpan balik sesuai dengan petunjuk yang disediakan di akhir evaluasi
materi di setiap bab.
8.
Selamat belajar.
BAB II
LETAK GEOGRAFIS KERAJAAN KUTAI
A. Kompetensi Dasar
1.2 Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan HinduBuddha di Indonesia.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.1 Menunjukkan peta wilayah kekuasaan Hindu-Buddha di berbagai daerah,
salah satunya ialah Kerajaan Kutai.
C. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menunjukkan peta wilayah kekuasaan Hindu-Buddha di berbagai
daerah, salah satunya ialah Kerajaan Kutai.
D. Materi Pokok

Letak geografi Kerajaan Kutai
E. Uraian Materi
Kerajaan Kutai adalah Kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang berdiri
dari abad ke IV/V Masehi. Diketahui bahwa nama “Kutai” untuk kerajaan ini
diperoleh dari tempat ditemukannya prasasti Yupa di Muara Kaman, Kalimantan
Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.
Kerajaan Kutai diketahui sebagai kerajaan pertama yang mendapat
pengaruh dari kebudayaan India. Hal ini dapat diketahui dari huruf yang digunakan
pada Prasasti Yupa, yaitu huruf Pallawa. Huruf Pallawa sendiri adalah nama
dinasti yang berpengaruh di India Selatan. Yupa digunakan sebagai tiang pengikat
korban di Kerajaan Kutai. Pada yupa tersebut terdapat tulisan dengan bahasa
Sansekerta. Dari yupa inilah diketahui bahwa raja pertama Kerajaan Kutai adalah
Kudunga, Answawarman, dan Mulawarman.
Sebelum Anda mempelajari tentang kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
dan agama pada Kerajaan Kutai, sebaiknya Anda mempelajari tentang letak dari
Kerajaan Kutai tersebut. Sehingga Anda dapat memahami tentang peta wilayah
kekuasaan Kerajaan Kutai.

Letak geografi Kerajaan Kutai
Mengingat pentingnya perdagangan bagi perkembangan suatu daerah
dimana belum terdapat industri atau pertanian yang sudah maju, maka mungkin
saja latar belakang perkembangan Kerajaan Kutai karena letaknya yang strategis.
Dimana Kutai berada dekat dengan lalu lintas perdagangan. Kemungkinan bahwa
lalu lintas dagang tersebut antara India dengan Tiongkok yang melalui Selat
Makassar dan terus ke Utara sampai Fhilipina untuk kemudian berbelok ke
Tiongkok. (Soebantardjo, 1957: 24).
Diduga jalur perdagangan yang dimaksud adalah jalur sutera pada awal
tarikh Masehi. Dimana jalur perdagangan tersebut telah ramai antara
Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi di bawah Pemerintahan
Octavianus Agustus (31 SM – 14 SM) dengan Kekaisaran Tiongkok. Dengan
adanya hubungan perdagangan internasional zaman tersebut memberikan
dampak positif bagi wilayah India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia
(Retno Prabandari dan Iskandar P. Nugroho, 1988: 25).
Rombongan kafilah yang menuju India, lewat celah Kiabar melanjutkan
untuk ke Sailan dan meneruskan dengan berlayar ke Teluk Parsi. Dengan
demikian pelayaran di Samudra India waktu itu telah ramai, dan pelaut telah
pandai memanfaatkan angin musim dalam berlayar. Para musafir terpaksa
mengalihkan perjalanannya dari jalur perdagangan lewat Asia Tengah (Jalur
Sutera) yang dirasakan besar resikonya, kearah jalur pelayaran laut melewati
Selat Malaka. Hal ini membuat Kutai (Kho Tay), Sriwijaya (Shih-li-fo-shih),
Jawa (Yabadiou = Jawadwipa), dan Bali (Mali) menjadi terkenal para musafir
dari Cina, India, Arab, dan lainnya. Pelayaran di Indonesia makin ramai karena
rempah-rempah, beras, emas,dan perak menjadi barang dagangan yang di cari
(Retno Prabandari dan Iskandar P. Nugroho, 1988: 25).
Gambar 2.1: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Kutai
Sumber: Retno Prabandari dan Iskandar P. Nugroho, 1988: 4
F. Rangkuman
 Kerajaan Kutai adalah Kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang berdiri dari abad
ke IV/V Masehi.
 Letak Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai
Mahakam.
 Yupa digunakan sebagai tiang pengikat korban di Kerajaan Kutai.
 Letak geografi Kerajaan Kutai
- Latar belakang perkembangan Kerajaan Kutai karena letaknya yang strategis
untuk perdagangan.
- Letak Kerajaan Kutai berada dekat dengan lalu lintas perdagangan.
- Kemungkinan bahwa lalu lintas dagang tersebut antara India dengan Tiongkok
yang melalui Selat Makassar dan terus ke Utara sampai Fhilipina untuk
kemudian berbelok ke Tiongkok.
- Diduga Para musafir terpaksa mengalihkan perjalanannya dari jalur perdagangan
lewat Asia Tengah (Jalur Sutera) yang dirasakan besar resikonya, kearah jalur
pelayaran laut melewati Selat Malaka. Hal ini membuat Kutai (Kho Tay),
Sriwijaya (Shih-li-fo-shih), Jawa (Yabadiou = Jawadwipa), dan Bali (Mali)
menjadi terkenal para musafir dari Cina, India, Arab, dan lainnya.
- Pelayaran di Indonesia semakin ramai dengan komoditi rempah-rempah, beras,
emas,dan perak yang banyak dicari.
G. Tugas
Cobalah Anda gambar letak Kerajaan Kutai berdasarkan penjelasan yang
telah diuraikan sebelumnya.
BAB III
KEADAAN MASYARAKAT KERAJAAN KUTAI
A. Kompetensi Dasar
1.2 Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan HinduBuddha di Indonesia.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.3 Mendeskripsikan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan agama kerajaankerajaan Hindu-Buddha di berbagai daerah, salah satunya ialah Kerajaan
Kutai.
C. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mendeskripsikan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan agama
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di berbagai daerah, salah satunya ialah Kerajaan
Kutai.
D. Materi Pokok
1.
Prasasti Yupa dan Isinya
2.
Silsilah Kerajaan Kutai
3.
Keadaan Sosial
4.
Keadaan Ekonomi
5.
Keadaan Agama
6.
Susunan Masyarakat
E. Uraian Materi
1.
Prasasti Yupa dan Isinya
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, prasasti adalah piagam
(yang ditulis pada batu, tenbaga, dan sebagainya). Sedangkan, yupa prasasti
adalah prasasti yang dipahatkan pada tiang atau tugu batu. Menurut Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1993: 31), dari daerah
Kalimantan ditemukan pula beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada
tiang batu. Tiang batu itu disebut yupa, yaitu nama yang disebutkan padda
prasasti-prasastinya sendiri.
Yupa yang lazim dipakai guna menyebutkan tiang dari batu guna
mengikatkan korban (hewan atau manusia) yang akan dipersembahkan
kepada dewa-dewa. Tiang yang dipakai mengikat korban itu sebelum dibunuh
disebut yupa (Soebantardjo, 1957: 23). Prasati yupa yang ditemukan pada
tahun 1879 merupakan bukti pertama ditemukannya tulisan di Indonesia.
Selain itu, prasati yupa tersebut diteliti oleh H. Kern pada tahun 1880,
kemudian direnkomtruksi oleh Vogel pada tahun 1981.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yupa adalah tiang batu yang digunakan
untuk mengikat korban. Dimana pada yupa tersebut terpahat tulisan yang
disebut dengan prasasti atau prasasti yupa.
Diketahui bahwa nama “Kutai” untuk kerajaan ini diperoleh dari
tempat ditemukannya prasasti Yupa di Muara Kaman, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Dimana prasasti yupa inilah yang
menunjukkann eksistansi kerajaan terebut. (Retno Prabandari dan Iskandar
P. Nugroho, 1988: 12). Tetap saja pada kenyataannya, masih tidak diketahui
secara jelas nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang
dapat diperoleh dari prasasti Yupa tersebut.
Bahasa yang digunakan pada prasasti yupa tersebut adalah bahasa
Sansekerta dan disusun dalam bentuk syair. Sedangkan huruf yang
digunakan ialah huruf Pallawa. Pallawa adalah nama sebuah dinasti di India
Selatan yang hurufnya sering dipakai di daerah tersebut. (Soebantardjo,
1957: 23). Cara untuk mengetahui umur dari prasasti Yupa tersebut adalah
dengan cara membandingkan huruf Pallawa dengan huruf-huruf Pallawa
lainnya. Dimana ditemukan perbedaan diantaranya huruf Pallawa tersebut
karena huruf pallawa berbeda-beda setiap abadnya. Menurut Soebantardjo
umur prasasti Yupa tersebut diperkirakan berasal dari abad IV Masehi.
(1957: 23).
Gambar 3.1: Salah satu yupa dengan inskripsi, kini di Museum Nasional
Repubik Indonesia Jakarta
Sumber: Koleksi Pribadi, diambil pada tanggal 30 Maret 2013
Sampai saat ini, telah ditemukan tujuh buah yupa. Awalnya yang
ditemukan hanya sebanyak empat buah yupa dan kemudian ditemukan lagi
tiga buah yupa. Semua prasati yupa tersebut dikeluarkan atas titah seorang
penguasa pada masa tersebut, yaitu Mulawaran. Oleh Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1993: 31-33), adapun isi empat
prasasti yupa tersebut antara lain:
“Sang Maharaja Kudunga, yang sangat mulia, mempunyai putra
yang manshur Sang Answawarman namanya, seperti Sang Ansuman (Dewa
Matahari) menjadi pendiri keluarga, Answawarman mempunyai putra 3
orang yang seperti api (sinarnya) yang terkemuka dari ketiga putera itu ialah
sang Mulawarman raja yang besar yang berperadaban baik, kuat dan kuasa
yang telah mengadakan upacara korban yang disebut emas amat banyak
untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan oleh para
pendeta.”
Masih ada lagi prasasti yang lain berbunyi:
“Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkenal telah mengadakan
upacara korban 20.000 ekor sapi di tempat yang suci. Waprakeswara, untuk
memperingati upacara korban itulah maka tugu ini dibuat oleh para pendeta
yang datang.”
Prasasti lain yang dikeluarkan oleh Mulawarman, berbunyi sebagai
berikut:
“Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka dan
sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman,
raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah
banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon
Kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang
dihadiahkan). Berhubung dengan semua kebaikan itulah maka tugu ini
didirikan oleh Brahmana (buat peringatan).”
Peringatan keempat berbunyi sebagai berikut:
“Tugu ini ditulis buat (peringatan) dua (perkara) yang telah
disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarman, yakni segunung minyak
(kental), dengan lampu serta malai bunga.”
2.
Silsilah Kerajaan Kutai
Mengingat pada prasasti yupa yang pertama menjelaskan mengenai
Kudunga yang mempunyai putra bernama Answawarman serta mempunyai cucu
bernama Mulawarman. Maka dapat diketahui bahwa Kudunga dengan masih
menggunakan nama yang asli Indonesia. Kudunga bukan raja dan pendiri Kerajaan
Kutai melainkan hanya kepala suku di Muara Kaman, Kutai. Karena tidak terlihat
penyerapan budaya India pada namanya, berbeda dengan nama Answawarman dan
Mulawarman. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993:
31).
Raja pertama dan pendiri Kerajaan kutai adalah Answawarman karena
sudah menggunakan nama Hindu. Hal ini mugkin terjadi bila seseorang menjalani
upacara khusus untuk dapat menghindukan seseorang yang dilakukan oleh
Brahmana. Menurut Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto,
di dalam kepercayaan Hindu, seorang yang telah tercemar dan karena dikeluarkan
dari kasta dapat diterima kembali setelah melalaui upacara penyucian diri yang
disebut vrayastoma. Upacara inilah yang rupanya orang Indonesia yang sudah
tekena pengaruh India. Pada mulanya yang memimpin upacara tersebut ialah para
Brahmana yang datang dari India. (1993: 34).
Gambar 3.2: Upacara Vratyasoma
Sumber: Sejarah Peradaban Manusia Zaman Kutai Purba
3.
Keadaan Sosial
Pada abad IV di Kutai sudah terdapat suatu masyarakat yang telah
menerima pengaruh Hindu sehingga dapat mendirikan suatu kerajaan. Selain
itu, tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi pencampuran antara kebudayaan
India atau pengaruh Hindu dengan kebudayaan setempat. (Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993: 23).Kemungkinan keadaan
sosial di Kutai pada masa tersebut telah mengalami masa makmur dan
sejahtera karena merupakan daerah perdagangan. Serta letaknya dekat dengan
sungai tepatnya di hulu Sungai Mahakam.
Gambar 3.3: Rumah rakyat di tepi Sungai Mahakam dengan perahuperahu sebagai alat transportasi
Sumber: Sejarah Peradaban Manusia Zaman Kutai Purba
Dapat dilihat pada prasasti yang memuat mengenai sedekah raja
Mulawarman kepada Brahmana berupa tanah, segunung minyak (kental)
dengan lampu, malai bunga, 20.000 ekor sapi, bahkan telah dilaksanakan
keduri (selamatan).
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto, 1993: 31-33).Hal tersebut tak mungkin terjadi bila tak ada
dukungan dari bidang ekonomi yang makmur. Dengan ekonomi yang
makmur, maka dapat mendukung keadan sosial masyarakat menjadi
sejahtera dan makmur.
Juga didapati pula golongan yang mampu menulis dan membaca.
Dilihat dari tulisan yang terdapat pada prasasti yupa yang bertulis Pallawa
dengan bahasa Sansekerta. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto, 1993: 36).Tentu ada golongan yang menguasai hal tersebut
sehingga dapat dibuatnya prasasti yupa tersebut. Hal ini menandakan adanya
kemajuan pada masyarakat yang awalnya tak bisa membaca dan menulis,
meskipun kemungkinan membaca dan menulis hanya dapat dikuasai oleh
golongan tertentu saja seperti Brahmana. (Marwati Djoened Poesponegoro
dan Nugroho Notosusanto, 1993: 36).
4.
Keadaan Ekonomi
Jika dilihat dari prasasti yupa yang ditemukan dapat disimpulkan
mata pencaharian masyarakat adalah dengan jalur perdagangan. Mengingat
letak Kerajaan Kutai di Muara Kaman, hulu Sungai Kaman, kemungkinan
lalu lintas dagang terjalin antara India dengan Tiongkok. (Retno Prabandari
dan Iskandar P. Nugroho, 1988: 18).
Serta melalui Selat Makassar dan terus ke Utara sampai Fhilipina
untuk kemudian berbelok ke Tiongkok. Dimana dalam hal ini diduga adalah
Jalan Sutera, tetapi bukan jalur utamanya. Mungkin juga bila perdagangan
dilakukan dengan menggunakan sistem barter karena pada masa tersebut
belum ada alat tukar berupa uang. (Retno Prabandari dan Iskandar P.
Nugroho, 1988: 5).
Gambar 3.4: Kesibukan perdagangan secara barter
Sumber: Sejarah Peradaban Manusia Zaman Kutai Purba
5.
Keadaan Agama
Disebutkannya nama Ansuman, yaitu Dewa Matahari didalam agama
Hindu, memberikan kepastian bahwa Answawarman dan Mulawarman
penganut agama Hindu. Lebih jelas lagi, dalam prasasti yupa lainnya
menyebutkan upacara sedekah yang dilakukan Mulawarman. Dimana yang
bertempat di sebidang tanah yang dianggap suci dan bernama Waprakeswara.
Sedangkan di pulau Jawa yang dikenal dengan Baprakeswara yang selalu
berhubungan dengan Dewa Besar tiga yakni Brahma – Wisnu – Siwa.
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993 : 36).
Wapras dapat dihubungkan dengan Siwa, dimana terdapat upacara
pengorbanan. Hal ini menandakan bahwa terdapat pengaruh dinasti Pallawa
yang beragama Siwa. Dengan adanya berbagai upacara korban yang
dilakukan menandakan bahwa peran Brahmana di Kutai berpengaruh besar
terutama dalam agama Siwa. Serta dapat dipastikan bahwa Mulawarman
adalah seorang raja yang baik hubungannya dengan para Brahmana. Terbukti
pada setiap prasasti yupa yang didirikan oleh para Brahmana namanyalah
yang diagung-agungkan. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto, 1993 : 36-37).
Gambar 3.4: Lukisan kepala yang khas menandai pengikut dua mazhab
Hinduissme yang terbesar. Anggota Shaivita yang menyembah Batara
Siwa, melukis pita sekeliling dahinya (kiri sekali), sedangkan anggota
Vaishnavita, para pengikut Batara Wisnu, memakai tiga garis vertical
(kiri).
Sumber: India Sedjarah dan Kebudajaannja
6.
Susunan Masyarakat
Mengingat pada prasasti yupa disebut beberapa kali “para Brahmana”
yang telah mendirikan prasasti yupa tersebut. Melihat dari isi tersebutlah dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Kutai pada masa tersebut telah mengenal
pembagian kasta (kelas) masyarakat, antara lain:
a.
Brahmana, golongan yang merupakan guru dari rakyat diantaranya
pendeta-pendeta. Hanya mereka yang dapat membaca kitab-kitab suci
seperti kitab Weda. Mereka pula yang bertugas memberikan korbankorban dan menyanyikan pujian-pujian kepada dewa-dewa. (O.D.P.
Sihombing, 1962: 19-20).
Golongan inilah yang dapat menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf
Pallawa, sebagai bahasa resmi. Dimana golongan Brahmana sudah
merupakan golongan tersendiri di dalam masyarakat Kutai Purba.
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993 : 35).
Diduga pula masih adanya kaum Brahmana yang berasal dari India yang
memegang peranan
Mulawarman.
penting dalam
(Marwati
Djoened
penghinduan
Poesponegoro
keluarga
dan
raja
Nugroho
Notosusanto, 1993 : 36).
b.
Ksatrya, golongan yang terdiri dari raja dan golongan pemerintah lainnya.
Menurut O.D.P. Sihombing, ajaran-ajaran kuno mengatakan, bahwa
rakyat harus \menghormati rajanya sebagai seorang dewata. Raja harus
berlaku terhadap rakyatnya sebagai perlakuan seorang bapak terhadap
anak-anaknya. Seorang raja juga harus berusaha supaya kasta Brahmana
tidak kekurangan apa-apa. Ia sangat murah hati dan memberikan tanah
kepada mereka, yang harus disahkan dengan suatu surat, agar penggantipengganti raja itu dikemudian hari tidak menyabut pemberian itu
kembali. (1962: 23-24).
Mengingat hal tersebut mungkin saja didirikannya prasasti yupa guna
mensahkan pemberian atau sedekah raja Mulawarman kepada para
Brahmana. Sedekah tersebut berupa tanah, segunung minyak (kental)
dengan lampu, malai bunga, dan 20.000 ekor sapi. (Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993: 31-33).
Dalam prsasti yupa dapat dipastikan dua golongan tersebut adalah
golongan yang terapat pada Kerajaan Kutai pada saat itu. Dimana golongan
kaum ksatria terdiri dari kaum kerabat Mulawarman. Golongan ini terbatas
pada orang-orang yang sangat erat hubungannya dengan raja saja. (Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993 : 36).
Diluar golongan tersebut yang hidup secara resmi dalam suasana
peradaban India, diduga masih terdapat golongan lain yang berada di luar
pengaruh India. Mereka adalah rakyat Kutai Purba yang terdiri dari
penduduk setempat dan masih memegang teguh agama asli leluhur mereka.
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993 : 36).
Namun, jika diamati keterangan-keterangan dari sumber-sumber
epigrafi dan sastra kuno, maupun pengematan terhadap keadaan Bali
sekarang, tidak menggambarkan keadaan seperti di India. Kasta memang
ada, tetapi ciri-ciri kasta seperti di masyarakat India tidak ditemukan.
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993 : 26).
Menurut F.D.K. Bosch di dalam buku Sejarah Nasional II, menyimpulkan
bahwa bangsa Indonesia melaksanakan wujudnya yang telah dicipta delam
perkembangan di India. Mungkin saja hal yang sama terjadi pula pada
masyarakat Kutai pada masa Kerajaan Kutai.
F. Rangkuman
 Yupa adalah tiang batu yang digunakan untuk mengikat korban. Dimana
pada yupa tersebut terpahat tulisan yang disebut dengan prasasti atau
prasasti yupa.
 Bahasa yang digunakan pada prasasti yupa tersebut adalah bahasa
Sansekerta dan disusun dalam bentuk syair. Sedangkan huruf yang
digunakan ialah huruf Pallawa.
1. Silsilah Kerajaan Kutai
- Seperti yang disebutkan didalam Yupa bahwa raja pertama Kerajaan
Kutai adalah Kudunga, yang kemudian dilanjutkan oleh putra bernama
Answawarman lalu cucunya bernama Mulawarman.
2. Keadaan Sosial
- Masyarakatnya telah menerima pengaruh Hindu sehingga dapat
mendirikan suatu kerajaan Hindu.
- Keadaan sosial di Kutai pada masa tersebut telah mengalami masa
makmur dan sejahtera karena berada di jalur perdagangan.
- Terdapat golongan yang dapat menulis dan membaca yaitu golongan
Brahmana.
3. Keadaan Ekonomi
- Mata pencaharian pada masa Kerajaan Kutai adalah berdagang
dikarenakan letaknya di Muara Kaman, hulu Sungai Kaman.
- Perdagangan masih menggunakan sistem barter.
4. Keadaan Agama
- Agama yang dianut adalah Hindu Siwa
5. Susunan Masyarakat
- Berdasarkan Yupa, tedapat dua golongan yaitu Brahmana (golongan
pendeta-pendeta yang dapat membaca kitab-kitab suci) dan Ksatrya
(golongan yang terdiri dari raja dan golongan pemerintah lainnya).
- Diduga masih terdapat golongan lain yang berada di luar pengaruh
India yaitu rakyat Kutai Purba yang terdiri dari penduduk setempat dan
masih memegang teguh agama asli leluhur mereka.
G. Tugas
Berdasarkan uraian sebelumnya, deskripsikan silsilah, keadaan sosial,
keadaan ekonomi, susunan masyarakat, dan keadaan agama pada masa
Kerajaan Kutai!
Nomor
Tugas
Silsilah Kerajaan Kutai
1
Keadaan Sosial
2
Keadaan Ekonomi
3
Susunan Masyarakat
4
Keadaan Agama
5
BAB V
EVALUASI
A.
Maksud dan Tujuan Evaluasi
Guna mengukur pemahaman dan penguasaan materi Anda, maka pada
bagian akhir akan diadakan kegiatan evaluasi. Adapun tujuan evaluasi, sebagai
berikut:
1.
Untuk memberikan panduan agar tercapainya Kompetensi Dasar.
2.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang
disajikan modul.
3.
Untuk mengetahui tingkat kesulitan materi modul.
4.
Untuk memberikan masukan dalam upaya perbaikan modul secara
keseluruhan.
Kegiatan evaluasi ini diberikan dalam bentuk pengujian tertulis yang
terdiri dari 10 soal menjodohkan. Dalam setiap soal menjodohkan dengan
jawaban yang benar mendapatkan skor 10, sehingga total skor yang diperoleh
dari seluruh soal adalah 100. Kemudian, total skor tersebut akan diolah menjadi
bentuk nilai dari 0 sampai 100 dengan rumus: Nilai = Total Skor.
Kemudian terdapat soal uraian bebas atau esai sebanyak 3 soal. Skor
masing-masing soal berbeda sesuai dengan kesulitannya. Pada soal nomor 1 skor
nilai 40 dengan 4 kalimat kunci, nomor 2 skor nilai 20 dengan 2 kalimat kunci,
dan nomor 3 skor nilai 40 dengan 4 kalimat kunci. Kemudian, total skor tersebut
akan diolah menjadi bentuk nilai dari 0 sampai 100 dengan rumus: Nilai = Total
Skor.
Adapun Tingkat keberhasilan, pemahaman dan daya serap Anda terhadap
modul ini ditentukan dari total perolehan skor jawaban benar dengan kriteria
pembobotan penilaian sebagai berikut:
NILAI
PREDIKAT
90-100
Baik Sekali
80-89
Baik
70-79
Cukup
60-69
Kurang
B. Materi Evaluasi
1.
Ruang Lingkup Materi Evaluasi
Materi evaluasi dalam modul ini meliputi seluruh materi yang telah
disajikan, yaitu letak geografis Kerajaan Kutai dan keadaan masyarakat
Kerajaan Kutai.
2.
Aspek Evaluasi
Adapun aspek yang dievaluasi dalam modul ini sebagai berikut:
a.
aspek kognitif, yaitu penguasaan seluruh materi yang disajikan dalam
modul ini;
b.
aspek afektif, yaitu kedisiplinan dan kejujuran dalam mengerjakan tugastugas yang diberikan; dan
c.
aspek psikomotor, yaitu ketelatenan dan kecakapan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan.
C. Soal Evaluasi

Soal Menjodohkan
Premis
Respons
1. Bahasa yang digunakan pada Yupa
a. Waprakeswara
2. Huruf yang digunakan pada Yupa
b. Ksatria
3. Agama yang dianut oleh Kerajaan
c. Siwa
Kutai
d. Answawarman
4. Kasta yang mendirikan Yupa di
Kerajaan Kutai
f. Kudungga
5. Tempat suci untuk memperingati
upacara korban
6. Golongan
raja-raja
e. Pallawa
g. Buddha
h. Mulawarman
pada
masa
Kerajaan Kutai
i. Perdangangan
j. Sansekerta
7. Raja pertama Kerajaan Kutai
k. Brahmana
8. Raja yang disebut Sang Ansuman
l. Ksatria
(Dewa Matahari) dan pendiri Yupa
9. Raja yang melakukan upacara korban
m. Pertanian
n. Waisya
20.000 ekor sapi dan mendirikan
o. Sudra
Yupa
p. Hindu
10. Mata pencaharian utama Kerajaan
Kutai

Soal Esai
1.
Jelaskan tentang keadaan sosial pada masa Kerajaan Kutai yang
bersumber pada Yupa?
2.
Jelaskan keadaan ekonomi pada masa Kerajaan Kutai yang bersumber
pada Yupa?
3.
Jelaskan tentang susunan masyarakat pada masa Kerajaan Kutai yang
bersumber pada Yupa?
Jawaban Esai
1.
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2.
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3.
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
BAB VI
PENUTUP
A. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari penguasaaan terhadap modul ini ialah Anda disarankan agar
membaca buku-buku yang dikutip oleh penyusun seperti yang tercantum pada Daftar
Pustaka.
B. Harapan
Penguasaan Anda terhadap modul diharapkan dapat memberikan gambaran
awal terhadap keadaan pada masa Kerajaan Kutai. Harapannya, modul ini dapat
diberikan masukan oleh Anda sebagai pengguna, agar dapat dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan, baik materi, struktur maupun evaluasi.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi Anda yang telah
mempelajari modul ini. Diharapkan agar Anda dapat memberikan kritik dan masukan
kepada penyusun agar dapat memeprbaiki modul ini. Terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung pembuatan modul ini, terutama
kepada Dr. Djoko Santoso, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan dan panduan
dalam pembuatan modul. Atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan dalam
penyajian modul, penyusun memohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional
II. Jakarta: Balai Pustaka.
Prabandari, Retno dan Iskandar P. Nugroho. 1988. Sejarah Peradaban Manusia Zaman
Kutai Purba. Jakarta: PT Gita Karya.
Saidihardjo. 1996. Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah Sosial. Jakarta: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Schulberg, Lucille. 1983. Abad Besar Manusia India yang Bersejarah. Jakarta: Tira
Pustaka Jakarta
Sihombing, O. D. P.. 1962. India Sedjarah dan Kebudajaannja. Bandung: Sumur
Bandung.
Soebantardjo. 1957. Sejarah Indonesia Bagian I-II-III dan Sari Sejarah Djilid I-II.
Yogyakarta: Penerbit Bopkri.
Tim Wacana Nusantara. 2009. Tiang Batu (Yupa) Kutai (Online).
(www.wacananusantara.org , diakses 9 Oktober 2011 pukul 08.30 WITA).
KUNCI JAWABAN

Soal Menjodohkan
1-j, 2-e, 3-p, 4-k, 5-a, 6-l, 7-f, 8-d, 9-h, 10-i

Soal Esai
1.
Keadaaan sosial pada masa Kerajaan Kutai yang bersumber pada Yupa : Masa
makmur dan sejahtera; sedekah raja Mulawarman kepada Brahmana; 20.000
ekor sapi; adanya golongan yang mampu menulis dan membaca.
2.
Keadaan ekonomi pada masa Kerajaan Kutai yang bersumber pada Yupa :
Perdagangan; di hulu Sungai Mahakam.
3.
Susunan masyarakat pada masa Kerajaan Kutai yang bersumber pada Yupa :
Kasta Brahmana; pendeta-pendeta; Kasta Ksatra/ksatrya; dari raja dan
golongan pemerintah.
Download