PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI KECAMATAN LINGGANG BIGUNG KABUPATEN KUTAI BARAT Kristina Herry1 ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel komunikasi dengan variabel prestasi kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Ligang Bigung Kabupaten Kutai Barat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai kecamatan Linggang Bigung yang jumlahnya sebanyak 32 orang, mengingat bahwa populasi tersebut relatif sedikit, maka penelitian ini tidak menggunakan sampel, tetapi menggunakan metode sensus. berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, maka alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson). Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel komunikasi dengan variabel prestasi kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan yang menyatakan bahwa rhitung lebih besar dari rtabel yaitu 0,649 > 0,349 untuk nilai kritis pada n = 32 dengan taraf signifikansi = 0,05. Dengan demikian maka kedua variabel mempunyai hubungan yang positif. Sementara itu jika hasil rempiris tersebut dibandingkan dengan tabel Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson), dengan demikian terdapat hubungan antara variabel independen dan dependen berada pada interval yang kuat, yaitu antara 0,60 – 0,799. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara variabel prestasi dengan variabel Prestasi Kerja Pegawai pada kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat. Dengan demikian hipotesis penelitian dapat dibuktikan kebenarannya, bahwa komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai. Keywords: Komunikasi, Prestasi Kerja 1. PENDAHULUAN Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Perkataan communis tersebut dalam pembahasan kita ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Widjaja, 2005: 3). Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu 1 Alumni Fisipol Untag 1945 Samarinda kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya (Effendy, 2002: 3). Dilihat dari ruang lingkupnya komunikasi yang terjadi dalam organisasi terbagi atas komunikasi intern dan komunikasi ekstern. Komunikasi intern merupakan komunikasi antar personel yang ada di II. PERMASALAHAN “Apakah komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Pada Kantor kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Timur.”? III. METODE PENELITIAN Pada umumnya suatu penelitian di lakukan karena adanya masalah yang memerlukan adanya suatu pemecahan. Manusia berusaha untuk selalu memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah melalui instrumen atau metode penelitian, yaitu bagaimana cara atau metode sehingga penelitian ini bisa dilaksanakan. Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan gambaran mengenai faktor penyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh masalh tersebut. Demikian juga dengan penelitian yang penulis lakukan ini berada diwilayah Kabupaten Kutai Barat. Penulis mengambil lokasi penelitian pada Kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat, dimana penulis bekerja pada kantor tersebut dengan pertimbangan untuk efesiensi dan aktivitas di dalam pelaksanaan penelitian. Karena waktu dan biaya yang sangat terbatas maka penelitian di lokasi tersebut sangat membantu penulis. Adapun analisa data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis koefisien korelasi Pearson (Product Moment) dengan rumus sebagai berikut : n x y - x y å ii åiåi r= n x åi 2 -( x )2 åi n y åi 2 -( y åi )2 Untuk menguji tingkat korelasi antara independen variabel dengan dependen variabel digunakan tabel harga kritis rs Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson), pada tingkat signifikansi 0,05. Disamping dengan metode tersebut, maka untuk dapat memberikan penafsiran terhadap Koefisien Korelasi Product Moment ini, maka menurut Sugiyono (2010;216) dapat pula berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel dibawah ini : Tabel-1 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson) Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 –0,199 0,20 –0,399 0,40 –0,599 Sangat Rendah Rendah Sedang 0,60 –0,799 Kuat 0,80 –1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, 2010, hal. 216 Adapun cara pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Apabila harga rs empiris (hitung) lebih besar dari pada harga-harga kritis rs teoritis (tabel), maka berarti terdapat hubungan yang signifikan antara independen variabel dengan dependen variabel dalam sampel yang diambil pada tingkat signifikansi 0,05 untuk tes satu sisi. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Komunikasi ke Atas Komunikasi ke atas adalah arus komunikasi yang bergerak dari bawah ke atas. Pesan yang disampaikan antara lain laporan pelaksanaan pekerjaan, keluhan karyawan, sikap dan perasaan karyawan tentang beberapa hal, pengembangan prosedur dan teknik, informasi tentang produksi dan hasil yang dicapai, dan lain-lain. Jika arus informasi ke atas tidak lancar maka pimpinan kurang mengetahui dan menyadari secara tepat keadaan organisasi pada umumnya. Untuk mengetahui data yang 62 berkaitan dengan indicator komunikasi ke atas, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Jawaban Responden Tentang Komunikasi Ke Atas di kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Skor Jumlah No Pertanyaan 3 2 1 f % f % f % F % 1 Laporan Pekerjaan 11 34,4 21 65,6 - - 32 100 2 Keluhan Pegawai 17 53,1 13 40,6 2 6,3 32 100 3 Prosedur, Teknik Pekerjaan 16 50 12 37,5 4 12,5 32 100 Sumber : data hasil penelitian, 2015 Berdasarkan tebel tersebut di atas dapat digambarkan bahwa untuk pertanyaan berkaitan dengan apakah pegawai melaporkan hasil pekerjaan kepada pimpinan sebanyak 11 orang responden atau sebesar 34,4% mengatakan sering dan sebanyak 21 responden atau sebesar 65,6% mengatakan cukup sering. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar pegawai melaporkan hasil pekerjaan kepada pimpinan atau kepala bagian di kantor. Untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan apakah pegawai melaporkan keluhan berkaitan dengan pekerjaan kepada pimpinan di kantor, banyak 17 responden atau 53,1% mengatakan sering, 13 responden atau 40,6% mengatakan cukup sering dan hanya ada 2 responden atau 6,3% yang mengatakan kadang-kadang saja melaporkan keluhan pegawai kepada pimpinan atau kepala bagian di kantor. Sementara itu untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan apakah pegawai berkomunikasi dengan pimpinan berkaitan dengan pengembangan prosedur atau teknik pekerjaan lebih efektif dan efesien 63 sebanyak 16 responden atau sebesar 50% mengatakan sering, sebanyak 12 responden atau 37,5% menjawab cukup sering dan hanya 4 responden atau 12,5% yang menjawab kadang-kadang. 2. Komunikasi Ke Bawah Komunikasi ke bawah adalah jenis komunikasi yang bergerak dari pimpinan ke bawahan. Tiap komunikasi yang mengalir dari pimpinan puncak hingga ke bawah mengikuti hierarki adalah komunikasi ke bawah. Komuniukasi ke bawah juga dikatakan sebagai komunikasi yang mengalir dari pucuk pimpinan ke berbagai jenjang yang ada dibawahnya, berisi yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pimpinan. Komunikasi ke bawah ini dapat berupa instruksi tugas maupun penyampaian informasi mengenaik kebijakan-kebijakan organisasi. Berdasarkan data yang diperoleh melalui angket yang telah dibagikan kepada responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Jawaban responden tentang Komunikasi ke Bawah di kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Skor Jumlah No Pertanyaan 3 f 1 Sosialisasi kebijakan 2 Saran, pendapat 3 Solusi Masalah 7 2 1 % f % f % F % 18,8 20 62,5 6 18,8 32 100 21,9 20 62,5 5 15,6 32 100 31,3 13 40,6 9 28,1 32 100 Sumber : data hasil penelitian, 2015 Berdasarkan data tersebut pada tabel tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa untuk item pertanyaan yang apakah pimpinan memberikan atau mensosialisasikan kebijakan-kebijakan kantor kepada para bawahannya, sebanyak 6 orang responden atau sebesar 18,8% , 64 mengatakan sering sebanyak 20 responden atau sebesar 62,5% dan sebanyak 6 orang responden atau sebesar 18,8 % mengatakan cukup sering pimpinan mensosialisasikan kebijakan-kebijakan kantor kepada para pegawai. Untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan apakah pimpinan memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk menyampaikan saran dan pendapat sehubungan dengan pelaksanaan tugas kantor selama ini, mengatakan sebanyak 7 orang responden atau sebesar 21,9% sering, sebanyak 20 responden atau sebesar 62,5% mengatakan cukup sering dan hanya ada 5 orang responden atau sebesar 15,6% yang mengatakan kadang-kadang saja hal itu dilakukan oleh atasan mereka. Sementara itu untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan apakah pimpinan memperhatikan dan memberikan solusi berbagai macam keluhan atau masalah dari para bawahan berkaitan dengan tugas pekerjaan kantor, sebanyak 10 orang responden atau sebasar 31,3% menjawab sering, sebanyak 13 responden atau sebesar 40,6% menjawab cukup sering dan sebanyak 9 responden atau 28,1% yang menjawab kadang-kadang. Apabila terjadi komunikasi diantara anggota kelompok kerja yang sama, diantara kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer pada tingkat yang sama atau antara bagian atau departemen pada tingkat yang sama, atau antara pegawai-pegawai apa saja yang secara horizontal sama dalam hierarki organisasi, maka komunikasi tersebut adalah komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal ini sangat intens dilakukan antar bagian yang memiliki tingkat sekuensi kerja yang tinggi, yang 65 dimaksudkan untuk menghemat waktu dan memudahkan melakukan koordinasi yang dapat berlangsung secara formal (hubungan-hubungan kerja dalam pembagian struktur kerja diatur secara formal atau secara informal) untuk mempercepat tindakan, data yang berkaitan dengan indikator ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Jawaban responden Tentang Komunikasi Horisontal di kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Skor Jumlah No Item Pertanyaan 3 2 1 1 Antar kelompok kerja f 17 % 53,1 f 12 % 37,5 f 3 % 9,4 F 32 % 100 2 Antar kepala bagian 15 46,9 13 40,6 4 12,5 32 100 3 Sesama pegawai 18 Sumber : data hasil penelitian, 2015 56,3 13 40,6 1 3,1 32 100 Berdasarkan table tersebut di atas data diketahui bahwa untuk item pertanyaan komunikasi diantara anggota kelompok kerja pada tingkatan yang sama dalam struktur organisasi sebanyak 17 orang responden atau sebesar 53,1 mengatakan sering, sebanyak 12 orang responden atau sebesar 37,5% mengatakan cukup sering serta sebanyak 3 responden atau 9,4% mengatakan hanya kadang-kadang. Untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan Komunikasi antar kepala bagian pada tingkat yang sama dalam struktur organisasi sebanyak 15 orang responden atau sebesar 46,9% mengatakan sering, sebanyak 13 responden atau sebesar 40,56 mengatakan cukup sering dan hanya ada 4 orang responden atau 12,5% yang mengatakan kadang-kadang saja komunikasi itu dilakukan. Sementara itu untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan Komunikasi antar pribadi pegawai dalam hirarki yang sama pada struktur organisasi bahwa sebanyak 18 orang responden atau sebesar 56,3% 66 menjawab sering, sebanyak 13 responden atau sebesar 40,6% menjawab cukup sering dan hanya 1 orang responden atau sebesar 3,1% yang menjawab kadang-kadang. B. Prestasi Kerja Untuk mengukur variabel prestasi kerja ini digunakan 3 indikator yang kesemuanya dijabarkan menjadi 3 pertanyaan pada setiap indikator, yang meliputi : 1. Tingkat kehadiran pegawai Tingkat kehadiran pegawai dimaksudkan disini adalah kehadiran para pegawai pada setiap hari kerja, baik saat masuk kerja maupun pulang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada kantor bersangkutan. Berdasarkan hasil kuesioner yang penulis bagikan kepada semua responden diperoleh gambaran mengenai kehadiran pegawai pada table di bawah ini. Tabel 5. Jawaban responden tentang tingkat kehadiran pegawai pada kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Skor Jumlah No Item Pertanyaan 3 2 1 f 14 % 43,8 f 18 % 56,2 f - % - f 32 % 100 12 37,5 17 53,1 3 9,4 32 100 Laporan 11 34,4 keterlambatan Sumber : data hasil penelitian, 2015 14 43,8 7 21,9 32 100 1 Ketaatan terhadap jam kerja 2 Teguran terhadap pelanggaran jam kerja 3 Berdasarkan data tersebut pada tabel tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa utnuk item pertanyaan yang berkaitan dengan ketaatan terhadap jam kerja yang berlaku, sebanyak 14 orang responden atau sebesar 43,8% mengatakan mentaati, dan sebanyak 18 rsponden atau sebesar 56,2% mengatakan kadang-kadang. 67 Untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan teguran atas pelanggaran jam kerja yang berlaku, sebagian besar responden mengatkan bahwa pimpinan mereka seringkali melakukan hal itu. Ini terlihat dari jawaban yang diberikan responden, yaitu seabanyak 12 responden atau 37,5% mengatakan sering, 17 responden atau 53,1% mengatakan cukup sering dan hanya ada 3 responden atau 9,4% yang mengatakan kadang-kadang saja hal itu dilakukan oleh atasan mereka. Sementara itu untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan kebiasaan bawahan untuk melapor kepada pimpinan jika terlambat masuk kantor juga menunjukkan persentase yang cukup tinggi. Terlihat bahwa sebanyak 11 responden atau 34,4% menjawab sering, 14 responden atau 43,8 menajawab cukup sering dan hanya 7 responden atau 21,9% yang menjawab kadangkadang. Tingkat kerjasama dimaksudkan adalah merupakan kebutuhan sosial, mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan perorangan dan dapat memahami arti kerjasama dengan sesama pegawai dalam pekerjaan. Berdasarkan hasil kuesioner yang penulis bagikan kepada responden maka dapat diketahui gambaran mengenai kerjasama pegawai seperti yang tercantum dalam tabel beriut ini. Tabel 6. Jawaban responden mengenai tingkat kerjasama pegawai di Kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat Skor No Item Pertanyaan Jumlah 3 2 1 68 f % f % f % F % 34,4 21 65,6 - - 32 100 28,1 16 50,0 7 21,9 32 100 Bantuan terhadap 40,6 rekan sekerja Sumber : data hasil penelitian, 2015 10 31,1 9 28,1 32 100 1 2 Kerjasama Pegawai Saling membantu pekerjaan 11 3 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan kerjasama pegawai 11 orang responden atau 34,4% mengatakan sangat baik dan 21 orang responden atau 65,6% mengatakan baik. Sementara itu untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan saling membantu dalam pekerjaan diantara rekan sekerja 9 orang responden atau 28,1% mengatakan sering membantu, 16 orang responden atau 50,0% mengatkan kadang-kadang dan 7 orang responden atau 21,9% mengatakan tidak pernah. Sedangkan untuk pertanyaan ke apakah saudara membantu rekan kerja yang mengalami kesulitas dalam pekerjaan. 13 orang atau sebesar 40,6 persen pernah membantu, sebanyak 10 orang atau sebesar 31,1 persen kadang-kadang membantu dan sebanyak 9 orang responden atau sebesar 28,1 tidak pernah membantu, dengan alasan orang tersebut tidak pernah meminta bantuan. 2. Tingkat produktivitas kerja pegawai Tingkat produktivitas kerja dimaksud yaitu kemampuan seseorang atau kelompok atau organisasi untuk menghasilkan hasil yang sebanding dengan tenaga yang telah dikeluarkan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Berdasarkan hasil kuisioner yang penulis sebarkan kepada semua responden dapat diperoleh gambaran mengenai produktivitas kerja 6 9 pegawai pada Kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat. Tabel 7. Nilai Jawaban responden tentang tingkat produktivitas kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat. Skor Jumlah Item PertanyaNo 3 2 1 An % 50,0 f 16 % 50,0 f - % - F 32 % 100 Kemampuan 17 53,1 Melaksanakan Tugas Kualitas/Kuantitas 3 Hasil 19 59,4 Kerja Sumber : data hasil penelitian, 2015 13 40,6 2 6,3 32 100 7 21,9 6 18,8 32 100 1 Produktivitas kerja 2 f 16 Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa untuk item yang berkaitan dengan produktivitas kerja pegawai pada umumnya masing-masing 16 orang responden atau 50,0% mengatakan baik dan cukup baik produktivitas kerja pegawai di kantor Kecamatan. Selanjutnya untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan melaksanakan tugas, 17 orang responden atau 53,1% mengatakan mampu, 13 orang responden atau 40,6% mengatakan cukup mampu dan 2 orang responden atau 6,3% mengatakan tidak mampu. Kemampuan untuk item pertanyaan yang berkaitan dengan kuantitas/kualitas hasil kerja para pegawai pada umumnya, 19 orang responden atau 59,4% mengatakan baik, 7 orang responden atau 21,9% mengatakan cukup baik dan 6 orang responden atau 18,8% mengatakan kurang baik kualitas maupun kuantitas produk kerja pegawai. V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian analisa data dan proses pengujian hipotesis dalam bab lima sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Salah satu faktor yang cukup menentukan terjalinnya kominikasi yang baik efesien dan efektik serta harmonis adalah peran pimpinan, komunikasi yang baik berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai. Pimpinan bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan, mengajak pegawai untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dan mendorong supaya pegawai dan karyawan mau melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas, mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain, hal ini didukung oleh hasil analisa data. 2. Bahwa terdapat korelasi yang positif antara variabel komunikasi (X) dengan Prestasi Kerja Pegawai (Y). Hal ini terbukti dimana hasil perhitungan koefisien korelasi product moment ( Pearson ) empiris yang diperoleh lebih besar dari pada rs teoritis ( Tabel Harga-Harga Kritis rs Product Moment ), pada tingkat kepercayaan 95% uyntuk N = 32 yaitu : 0,649 > 0,349. 3. Bahwa hipotetis penelitian yang penulis kemukakan dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. Hal ini terbukti setelah diadakan 75 perbandingan antara hasil dari perhitungan koefisien korelasi product moment empiris dengan tabel interval koefisien untuk penafsiran, yaitu berada pada interval koefisien 0,60 –0,799, yaitu koefisien korelasinya kuat. 4. Berdasarkan beberapa jawaban responden, baik komunikasi maupun prestasi kerja pegawai sudah menunjukkan kondisi yang baik pada Kantor Kecamatan Linggang Bigung Kabupate Kutai Barat. B. Saran-Saran Sesuai dengan kesimpulan yang telah penulis kemukakan terdahulu, maka berikut ini penulis memberikan beberapa saran, sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perlunya pimpinan atau kepala bagian dan Sub Bagian, lebih meningkatkan dan mengintensifkan fungsi atau peranan Komunikasi agar efektivitas kerja para pegawai yang selama ini sudah relatif cukup baik dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. 2. Perlunya para pegawai mempertahankan dan meningkatkan prestasi kerjanya serta lebih meningkatkan kemampuan diri di dalam bekerja agar kinerja yang diberikan lembaga dapat lebih ditingkatkan lagi, sehingga fungsi pelayanan yang dilakukan dapat dijalankan dengan baik dan maksimal. 3. Perlunya pimpinan sesuai tingkatan memperhatikan prinsip-prinsip membangun komunikasi yang baik antara lain : membangkitkan perhatian komunikator sebelum komunikasi dimulai, memelihara kontak pribadi selama berkomunikasi, tunjukan diri sebagai 76 komunikator yang baik, berbicara secara menyakinkan, bersikap empatik dan simpatik, bertindak sebagai pembimbing bukan pendorong, mengemukakan pesan komunikasi yang menyangkut kepentingan komunikan, bukan kepentingan komunikator semata. BIBIOGRAFI Augusty Ferdinan. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. CV. Indoprint. Semarang As'ad, Mochammad. 2003. Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty. Cushway Barry, 1994. Human Resources Management, Penterjemah : Paloepi Tyas Rahadjeng, Elex Media Komputindo, Jakarta. Danim, Sudarwan., 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Pustaka Ilmu, Bandung. Gibson, James L, John M.I, James H. Donnely. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi Kedelapan. Jakarta: Bina Aksara. Hadi, Sutrisno. 1995. Analisis Regresi. Yogyakarta: P2LPTK. Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Edisi2. Yogyakarta: BPFE. Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Handayaningrat, Suwarno., 1985. Sistem Birokrasi Pemerintah. Pustaka Utama, Jakarta. Hasibuan, Muhammad. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Herzberg, Frederick. 1967, Work and The Nature of Man. The World Publishing Company –Cleveland And New York. Jalaluddin Rakhmat. 1996. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.1992. Metode Penelitian Survei, Cetakan I, LP3ES, Jakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu ( 2009 ), Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Penerbit PT.Refika Aditama. Mangkunegara, AP. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama, Rosda, Bandung. Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organsasi. Jakarta: Bumi Aksara. Moh Nazir, 1995. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta 78 Hasan. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mangkunegara, Anwar Prabu ( 2009 ), Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Penerbit PT.Refika Aditama. Mangkunegara, AP. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama, Rosda, Bandung. Sugiyono. 2000. Statistik untuk Penelitian, Alfabeta. Bandung Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung Supriyono, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. BPFE-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sutrisno Hadi.2004. Metodologi Research II, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yoyakarta. Pace, R. Wayne, Don F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi: Straegi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Editor Deddy Mulyana. Bandung: Remaja Rosda Karya. Widjaja, H.A.W. 2005 Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta 82 48