ISSN 1410-1939 RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA [THE RESPONSE OF SWEET CORN (Zea mays saccharata Sturt) ON THE APPLICATION OF TOWN WASTE COMPOST] Irianto Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 Telp./Fax (0741) 583051 Abstract This study was aimed at investigating the effect of town waste compost on the growth and production of sweet corn, and determining the best dosage resulting in the best corn production. Experiment was conducted at the Experimental Farm Agricultural Faculty University of Jambi, situated at approximately 35 m above sea level. The trial was arranged in a Completely Randomized Design with six levels of compost (0, 10, 20, 30, 40 and 50 ton ha-1) and four replicates. Parameters observed were total leaf area, shoot dry weight, fresh gross stalk weight and fresh net stalk weight, stalk length and stalk diameter. Results of the experiment showed that the application of town waste compost significantly affected the growth and production of sweet corn. The application of 10 ton ha-1 compost was found to increase total leaf area, shoot dry weight, fresh gross stalk weight, fresh net stalk weight, stalk length and stalk diameter. Key words: sweet corn, compost, organic fertilizer, organic farming. PENDAHULUAN Jagung manis (Zea mays var. saccharata Sturt) adalah salah satu jenis jagung yang dikembangkan di Indonesia. Jenis jagung ini semakin banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang lebih manis dibanding jagung biasa. Menurut Koswara (1989), sifat manis jagung manis ini disebabkan oleh adanya gen su-1(sugary), bt-2 (britle), atau sh-2 (shrunken). Gen ini dapat mencegah perubahan gula menjadi pati pada endosperm sehingga jumlah gulanya lebih banyak dibandingkan jagung biasa. Kadar gula pada endosperm jagung manis sebesar 5 – 6%, gula yang disimpan dalam biji jagung manis adalah sukrosa yang dapat mencapai 11% dan kadar pati 10 – 11%, sedangkan jagung biasa kadar gulanya hanya 2 – 3% atau setengah dari kadar gula jagung manis. Permintaan terhadap jagung manis terus meningkat, namun permintaan ini belum dapat dipenuhi, karena pengembangan budidaya jagung manis di tingkat petani yang masih belum berkembang dengan baik. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung manis di antaranya dengan melaksanakan program intensifikasi dan perluasan areal pertanaman. Program intensifikasi dapat dilakukan di antaranya dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan dengan tujuan meningkatkan hasil tanaman. Sedangkan perluasan areal penanaman jagung manis dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang ada. Di Provinsi Jambi sebagian besar lahan kering yang ada didominasi jenis Ultisol. Tanah Ultisol di Propinsi Jambi diperkirakan 2,73 juta ha atau 55,46% dari 4,23 juta ha luas tanah yang ada di Jambi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi, 1997). Masalah utama dari tanah Ultisol ini adalah sifat fisik dan kimianya jelek. Usaha yang dapat ditempuh dalam mengatasi kendala sifat fisik dan kimia tanah yaitu dengan pemberian bahan organik. Keuntungan pemberian bahan organik ke dalam tanah di antaranya adalah dapat memantapkan agregat tanah, meningkatkan kandungan N, P, S serta meningkatkan kapasitas tukar kation (Sanchez, 1976). Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai sumber bahan organik adalah kompos sampah kota. Sampah Kota Jambi yang dijadikan kompos adalah sampah organik yaitu sebesar 70% dari seluruh sampah kota yang terdapat di Kota Jambi bersumber dari pemukiman, pasar, perkantoran, fasilitas umum, sapuan jalan, kawasan industri, selokan-selokan, hasil pemotongan rumput pada daerah hijau, pembuatan lahan baru dan sebagainya 95 Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 2, Juli – Desember 2007 (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kotamadya Jambi, 1994). Rismunandar (1994) menyatakan bahwa sampah kota memiliki kandungan N 0,19 – 2,5%, P2O5 0,08 – 0,27% dan K2O 0,45 – 1,20%. Dengan demikian penggunaan sampah kota sebagai bahan organik untuk usaha pertanian, khususnya jagung manis, diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah kota dan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos sampah kota terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis, serta untuk mendapatkan takaran kompos sampah kota yang memberikan hasil terbaik. serangan hama pada tanaman yang tidak dapat dikendalikan secara mekanis, maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida Decis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 mL L-1. Panen dilakukan setelah rambut-rambut jagung manis berwarna cokelat dengan tongkolnya telah berisi penuh. Variabel yang diamati meliputi luas daun, bobot kering pupus, bobot segar tongkol kotor dan bobot segar tongkol bersih, panjang tongkol dan diameter tongkol. Untuk melihat pengaruh takaran kompos sampah kota dilakukan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Duncan dangan taraf α = 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi kampus Mendalo dengan ketinggian tempat 35 m di atas permukaan laut. Bahan yang digunakan adalah benih jagung manis varietas Super Sweet Corn, kompos sampah kota, Decis, Dithane M-45, Urea, SP36 dan KCl. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan takaran kompos sampah kota yang terdiri dari 6 taraf yaitu: 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ton ha-1. Setiap takaran diulang 4 kali, setiap petak percobaan berukuran 4,2 m x 2 m, dan jarak tanam 70 m x 40 cm. Jarak antar ulangan 70 cm dan jarak antar petak 50 cm. Pada setiap petak percobaan ditanam 30 tanaman. Untuk sampel diambil 3 tanaman dari setiap petak percobaan. Pemberian kompos sampah kota dilakukan saat pengolahan tanah pada masing-masing petakan sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Penanaman benih dilakukan menggunakan tugal dengan kedalaman 3 cm, setiap lubang ditanam 2 benih. Pada saat tanam diberikan pupuk SP-36 150 kg ha-1 dan KCl 50 kg ha-1, pupuk Urea diberikan 3 kali yaitu 100 kg ha-1 saat tanam, 100 kg ha-1 saat 21 hari setelah tanam (HST), dan 100 kg ha-1 saat umur 35 HST. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari dan sore hari; jika hari hujan penyiraman tidak dilakukan. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan. Penjarangan dilakukan apabila dalam satu lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman dengan meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya baik. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimiawi. Jika dijumpai gejala 96 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah kota berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Pemberian kompos sampah kota 10 ton ha-1 sudah mampu meningkatkan luas daun dibanding tanpa pemberian kompos sampah kota, dan pada dosis 50 ton ha-1 memberikan luas daun tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian 40 ton ha-1 dan 30 ton ha-1 (Tabel 1). Meningkatnya luas daun tanaman jagung manis ini karena adanya perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Tabel 1. Rata-rata luas daun dan bobot kering pupus tanaman jagung manis umur 10 minggu setelah tanam pada berbagai takaran kompos sampah kota. Dosis kompos (ton ha-1) 0 10 20 30 40 50 Luas daun (cm2) 409,35 d 515,25 c 564,69 b 615,14 a 611,54 a 639,53 a Bobot kering pupus (g) 354,17 b 437,12 ab 547,72 a 596,45 a 546,24 a 476,81 ab Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 5%. Pemberian kompos sampah kota, selain menyebabkan tanah menjadi gembur juga melepaskan unsur hara. Unsur nitrogen merupakan komponen utama dari berbagai substansi penting dalam tanaman, seperti klorofil, asam amino, dan protein. Selanjutnya fosfor berperan dalam transfer energi, merangsang pembelahan sel, dan pembentukan akar. Sedangkan kalium berperan dalam proses fotosintesis, aktivitas enzim, translokasi gula pada Irianto: Respon Tanaman Jagung Manis terhadap Pemberian Kompos Sampah Kota. pembentukan pati dan protein. Tanaman yang kekurangan unsur-unsur hara tersebut akan tumbuh lambat dan kerdil (Marschner, 1986). Pemberian kompos sampah kota 20 ton ha-1 mampu meningkatkan bobot kering pupus dan tidak berbeda nyata dengan 50, 40, 30 dan 10 ton ha1 (Tabel 2). Meningkatnya bobot kering pupus dengan pemberian kompos sampah kota erat kaitannya dengan peningkatan laju fotosintesis yang menyebabkan pembentukkan bobot kering. Selain itu sejalan dengan pertambahan luas daun, maka pencahayaan pada tajuk menjadi lebih penting dalam penentuan produksi bahan kering. Kandungan hara tanah juga akan mempengaruhi jumlah fotosintat yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bagian vegetatif seperti daun dan batang tanaman. Tabel 2. Rata-rata bobot segar tongkol kotor per tanaman jagung manis umur 10 MST pada berbagai takaran kompos sampah kota. Dosis Panjang Diameter Bobot segar Bobot segar kompos tongkol tongkol tongkol tongkol (ton ha-1) (cm) (mm) kotor (g) bersih (g) 0 15,54 b 36,71 b 226,25 b 136,25 c 10 17,42 a 42,14 a 330,42 a 208,75 b 20 17,90 a 43,45 a 335,92 a 232,92 ab 30 18,36 a 45,49 a 381,79 a 239,58 ab 40 18,56 a 44,25 a 355,00 a 244,99 ab 50 18,77 a 44,90 a 365,42 a 247,92 a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 5%. Pemberian kompos sampah kota 10 ton ha-1 sudah mampu meningkatkan panjang tongkol, diameter tongkol, bobot segar tongkol kotor dan bersih dibandingkan tanpa pemberian kompos sampah kota. Hal ini karena pemberian kompos sampah kota dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang dan menyerap air, memperbaiki tata air dan sirkulasi udara tanah dan merupakan sumber unsur hara, serta dapat mengurangi kehilangan air akibat evaporasi dan menjaga kelembaban tanah. Air sangat dibutuhkan tanaman pada saat periode pengisian tongkol, kekurangan air akan menghambat dalam pembentukan biji. Proses pemanjangan dan pengisian tongkol pada tanaman jagung manis sangat membutuhkan air, jika kebutuhannya kurang maka dapat menyebabkan penurunan hasil. Di samping ketersediaan air, ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup juga diperlukan untuk pembentukan tongkol. Kompos sampah kota, selain menyumbangkan unsur hara nitrogen juga menyumbangkan unsur hara posfor dan kalium. Menurut Gardner et al. (1991) ukuran biji untuk kultivar tertentu relatif konstan, tetapi selama pengisian biji pengaruh lingkungan dan unsur hara yang dapat menambah meningkatnya hasil fotosintat ke biji. Hal ini juga berhubungan dengan luas daun tanaman, daun yang luas dapat meningkatkan laju fotosintesis pada tanaman jagung manis, sehingga fotosintat yang dihasilkan lebih banyak. Kebanyakan fotosintat dari daun akan ditranslokasikan ke organ terdekat yang sedang tumbuh dan berkembang. Jadi fotosintat dari daun-daun bagian atas akan ditranslokasikan ke malai bunga jantan, batang bagian atas dan tongkol; daun-daun yang lebih bawah menyediakan untuk batang yang lebih bawah, dan juga tongkol. Selanjutnya fosfor berperan dalam mempercepat pembungaan dan pematangan biji, sedangkan kalium berperan dalam meningkatkan translokasi fotosintat dari daun ke tongkol, sehingga bobot tongkol meningkat. KESIMPULAN 1. Pemberian kompos sampah kota dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. 2. Pemberian kompos sampah kota 10 ton ha-1 sudah mampu meningkatkan luas daun, bobot kering pupus, panjang dan diamater tongkol, bobot segar bersih dan kotor tongkol tanaman jagung manis. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kotamadya Jambi. 1994. Pengelolaan Sampah di Kotamadya Jambi. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kotamadya Jambi, Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi. 1997. Data Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi,, Jambi. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (diterjemahkan oleh H. Suslo). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Koswara, J. 1989. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata). Makalah Kursus Singkat Hortikultura. BKS Barat-USAID, Bandar Lampung. Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press, London. Rismunandar. 1994. Tanah dan Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Sinar Budaya, Bandung. Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soil in The Tropics. John Wiley & Sons, New York. 97 Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 2, Juli – Desember 2007 98