A. KOMPETENSI INTI : KI 1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI 3 :Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. KOMPETENSI DASAR 1.1 Memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghormati agama lain 1.2 Merespon secara positif berbagai gejala social dilingkungan sekitar 1.3 Mendeskripsikan fungsi Sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat 1.4 Melakukan kajian, diskusi dan menyimpulkan fungsi Sosiologi dalam memahami berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat Indikator 1. mengidentifikasi fungsi sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala social yang terjadi dimasyarakat 2. menguraikan fungsi sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala social yang terjadi dimasyarakat 3. menjelaskan fungsi sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala social yang terjadi dimasyarakat 4. merangkum fungsi sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala social yang terjadi dimasyarakat 5. memaparkan fungsi sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala social yang terjadi dimasyarakat PETA KONSEP SOSIOLOGI Memilki fungs dalam Perencanaan sosial penelitian pembangunan Pemecahan masalah Metode yang digunakan Penelitian terpusat pada masalah Penelitian terapan perencanaan Penelitian murni preventif pelaksanaan represif restitu sif Evaluasi MATERI AJAR Pertemuan perama dan kedua Fungsi sosiologi dalam prencanaan sosial Fakta : 1. Realitas gejala-gejala social Antrian angkutan massal Kehidupan generasi masa kini Manusia hidup di tengah-tengah masyarakatnya dan melakukan berbagai kegiatan bersama-sama, oleh sebab itu kehidupan bersama melahirkan berbagai pengalaman berhubungan dengan orang lain. Di satu pihak, kita membutuhkan kehadiran orang lain, di lain pihak, kita ingin sendiri dan tidak ingin diganggu. Pengalaman hidup bersama orang lain mulai dari keluarga, sekolah, sampai masyarakat menyadarkan kita akan persamaan maupun perbedaan kita dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosialyang beertumpu pada kesamaan dan perbedaan itu menimbulkan berbagai fenomena dalam masyarakat, berupa kerjasama dan pertentangan.Hubungan-hubungan yang senantiasa terjadi ini juga mengakibatkan masyarakat selalu berubah, mengalami kemajuan atau kemunduran.Masyarakat pada gilirannya juga memengaruhi individu.Singkatnya dalam masyrakat terjadi dinamika yang unik dan sosiologi dilahirkan untuk membantu kita dalam mempelajari manusia sebagai bagian dari masyarakat. Konsep: 1. Perkembangan Sosiologi a. Perkembangan Awal, para pemikir Yunani Kuno semasa abad pertengahan, terutama Sokrates, Plato dan Aristoteles, beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Kemakmuran maupun krisis dalam masyarakat merupakan masalah yang tidak terelakkan. Selanjutnya Agustinus, Avicenna dan Thomas Aquinas menegaskan bahwa nasib masyarakat harus diterima sebagai bagian dari kehendak Ilahi. Sebagai makhluk yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi pada masyarakat. Pertanyaan (mengapa bisa begini atau mengapa bisa begitu) dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa itu. b. Abad Pencerahan, abad ini merupakan rintisan kelahiran sosiologi yang ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Derasnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat. Pandangan itu harus juga berciri ilmiah. Artinya perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan secara masuk akal (rasional), berpedoman pada akal budi manusia. Para ilmuan menekankan pentingnya metode ilmiah untuk mengamati masyarakat. c. Abad Revolusi, sepanjang abad ke-18 terjadi perubahan revolusioner yaitu perubahan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang baru sehingga disebut “abad pemicu lahirnya sosiologi”. Pada revolusi Amerika, koloni Inggris di Amerika Utara ini membentuk negara republik yang demokratis. Pemerintahan jenis ini baru untuk masa itu, ketika kebanyakan negara membentuk pemerintahan monarki. Gagasan tentang kedaulatan rakyat (rakyat yang berkuasa) dan pentingnya hak asasi manusia (semua orang bermartabat sama) telah mengubah susunan serta kedudukan orang dan kelompok dalam masyarakat. Sedangkan Pada masa Revolusi Industri muncul kalangan baru dalam masyarakat, yaitu kaum kapitalis yang memiliki modal untuk membuat usaha, sedangkan bangsawan dan rohaniawan yang sebelumnya lebih berkuasa, mulai disaingi oleh kaum kapitalis yang mengandalikan ekonomi. Kemudian muncul kesadaran akan hak asasi manusia dan persamaan semua orang di hadapan hukum yang mengakibatkan terjadinya revolusi Prancis. Revolusi-revolusi ini menyebabkan perubahan-perubahan dan gejolak dalam masyarakat.Perubahan sering juga disertai peperangan, pemberontakan, dan kerusuhan yang membawa kemiskinan dan kekacauan. Karena itulah, para ilmuwan tergugah untuk mencari cara menganalisis perubahan secara rasional dan ilmiah sehingga dapat diketahui sebab dan akibatnya agar bencana dalam masyarakat bisa diantisipasi dan dihindari. d. Kelahiran sosiologi, Pada abad ke-19, sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuan itu berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Salah satu ilmuan tersebut adalah Auguste Comte. Dalam bukunya Cours de Philosophie Positive (Filsafat positif), ilmuwan Prancis ini memperkenalkan istilah “Sosiologi” sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat. Dengan demikian, Comte merintis upaya penelitian terhadap masyarakat, yang selama berabad-abad sebelumnya dianggap mustahil. Gagasan Comte mendapat sambutan luas dan tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Pitirim Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Dukheim. Geroge Simmel dan Max Weber.Masingmasing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan dalam mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan sosiologi. d. Kelahiran Sosiologi Modern, Sosiologi modern berkembang pesat di Amerika, khususnya Amerika Serikat dan Kanada. Kondisi itu erat kaitannya dengan gejolak sosial yang terjadi di kedua negara tersebut dimana memasuki abad ke20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala ini berakibat pada pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar, kriminalitas ataupun kerusuhan khas perkotaan, sampai dengan tuntutan hak wanita dan kaum buruh. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan masyarakat yang mencolok pun tak terhindarkan. Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial berpikir keras, untuk sampai pada Sosiologi sebagai ilmu dan Metode Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang ilmiah yang didapat melalui langkah-langkah sistematis, dapat diperiksa, serta dapat ditelaah secara mendalam oleh orang lain. Sistematis artinya diperoleh dengan tahapan yang jelas dan merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga tiap-tiap bagian saling berhubungan. Semua bidang ilmu pengetahuan senantiasa berupaya mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang telah ada.Untuk tujuan pengembangan tersebut, ilmu menggunakan suatu prosedur yang dinamakan metode ilmiah. Ada beberapa langkah dalam penelitian ilmiah, yaitu sebagai berikut; 1) Merumuskan Masalah 2) Meninjau Kepustakaan 3) Merumuskan Hipotesis 4) Merencanakan Desain Penelitian 5) Mengumpulkan Data 6) Menganalisis Data 7) Menarik Kesimpulan 2. Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan Auguste Comte. Sosiologi berasal dari kata latinsocius yang artinya teman atau sesama dan logos dari kata Yunani yang artinya cerita. Jadi pada awalnya, sosiologi berarti bercerita tentang teman atau kawasn (masyarakat). Berikut beberapa definisi sosiologi adalah; a. Pitirim Sorokin,Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari; 1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga dan gejala moral) 2) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (gejala geografis, biologi) 3) Ciri–ciri umum semua jenis gejala sosial lain. b. Roucek dan Warren,Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok c. Willlian F. Ogburn dan Mayer F. Nimkof,Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial d. Max Weber, Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial e. Selo soemardjan dan Soeleman Soemardi,Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial. 3. Sosiologi memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut; a. Empiris, artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif (menduga-duga) b. Teoritis, artinya suatu ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil pengamatan. Abstraksi tersebut merupakan kesimpulan logis yang bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori c. Kumulatif, artinya disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, atau memperbaiki, memperluas, serta memperkuat teori-teori yang lama d. Nonetis, artinya pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk memperjelas masalah tersebut secara mendalam Hakikat sosiologi adalah ; a. Sosiologi adalah ilmu sosial, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa sosiologi mempelajari atau berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan b. Dilihat dari segi penerapannya, sosiologi dapat digolongkan ke dalam ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dapat pula menjadi ilmu terapan (applied science) c. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan pengetahuan yang konngret. Artinya, yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri. d. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum manusia dan masyarakatnya. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia serta sifat, bentuk, isi dan struktur masyarakat. e. Sosiologi merupakan ilmu yang umum, bukan khusus, artinya mempelajari gejala-gejala yang ada pada interaksi pada antarmanusia. 4. Objek Sosiologi a. Fakta Sosial, menurut Durkheim, objek studi sosiologi adalah fakta-fakta sosial, yaitu; cara-cara bertindak, berpikir dan merasa yang ada di luar individu dan memiliki daya paksa atas dirinya Fakta sosial berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Fakta sosial adalah penggambaran-penggambaran atau perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia. Misalnya, di sebuah sekolah siswa diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam yang sesuai dengan ketentuan, bersikap hormat kepada guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan gurunya. Suatu fakta sosial harus dijelaskan berdasarkan fakta-fakta sosial yang mendahuluinya atau yang telah menimbulkannya, misalnya; perayaan hari besar nasional seperti perayaan hari pahlawan.Keberadaan perayaan tersebut hanya dapat dipahami apabila perayaan itu dicari sebabnya dalam suatu fakta sosial misalnya pengalaman bersama (kolektif) ketika terjadi peristiwa pertempuran gagah berani yang terjadi di Surabaya beberapa puluh tahun yang lalu. Contoh lain mengenai fakta sosial adalah pembagian kerja dalam masyarakat industri. Dalam masyarakat terdapat spesialisasi aspek kehidupan, seperti bidang ekonomi, pendidikan, politik, hukum, atau kesenian yang berada di luar individu, bersifat mengendalikan dan memaksa individu. b. Tindakan Sosial, Menurut Max Weber, objek kajian sosiologi adalah tindakantindakan sosial. Suatu tindakan disebut tindakan sosial hanya jika tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain, atau dimaksudkan kepada orang lain. Sebagai contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial. Namun menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial. Contoh lain, orang yang bunuh diri karena penyakit yang tak kunjung sebuh bukan tindakan sosial. Namun bunuh diri karena melakukan pencurian sehingga merasa sangat malu dan bersalah kepada orangtuanya jelas merupakan contoh tindakan sosial. c. Imajinasi Sosial, menurut C. Wright Mills adalah kesalingterkaitan antara personal troubles dan public issues, yang selanjutnya disebut “imajinasi/khayalan sosiologis”. Khayalan sosiologis ini diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Mills, dengan khayalan sosiologis kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah personal troubles of milieu dan public issues of social structure.Personal troubles of milieu adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi, sedangkan public issues of social structure merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Misalnya, jika di suatu kabupaten terdapat beberapa puluh orang saja yang menganggur, maka pengangguran itu adalah permasalahan pribadi (personal trouble) dari beberapa orang tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai masalah individual yang dapat diatasi lewat peningkatan keterampilan pribadi. Namun jika di sebuah kabupaten terdapat 150 ribu pengangguran dari 155 ribu tenaga kerja yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan public issue. d. Realitas Sosial, Menurut Peter L. Berger, objek kajian sosiologi adalah pengungkapan realitas sosial. Sering sekali sesuatu yang tampak dari luar diselimuti tabir, misalnya; seorang pejabat terpandang yang sering memberikan sumbangan ke berbagai yayasan pendidikan dan disiarkan langsung oleh stasiun televisi nasional ternyata memperoleh uangnya dari hasil korupsi. Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang mungkin tidak terduga. Dengan demikian sosiologi mendorong para ahlinya untuk membongkar kepalsuan sosial yang sedang mereka teliti untuk membuka kedok yang menutupinya. Syaratnya, seorang sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi. Hal ini disebabkan karena realitas sosial adalah sebuah bentukan dan bukan merupakan sesuatu yang begitu saja ada. Hubungan Antar manusia, Joseph.Roucek dan Roland R. Warren mengatakan bahwa yang menjadi objek sosiologi adalah hubungan-hubungan antar manusia dengan kelompok-kelompok. Demikian pula William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff yang mengatakan bahwa sosiologi meneliti secara ilmiah interaksi sosial dan organisasi-organisasi social Prinsip a. Kelahiran sosiologi berkaitan dengan peristiwa-peristiwa besar (perubahan sosial) di kawasan Eropa dan Amerika sepanjang abad ke-19. b. Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat, serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris tentang masyarakat. Rasional berarti apa yang dipelajari sosiologi selalu berdasarkan penalaran dan empiris. c. Sebagai ilmu murni sekaligus terapan, tujuan sosiologi adalah melakukan pencaharian untuk mendapatkan pengetahuan sedalam-dalamnya tentang masyarakat dan mencari cara-cara untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di masyarakat. 1. hubungan sosiologi di antara ilmu-ilmu lain 5.1.1.1. Hubungan sosiologi dengan antropologi . obyek kajian sosiologi adalah masyarakat .masyarakat mengahsilkan kebudayaan .Antropologi obyek kajiannya adalah kebudayaan 5.1.1.2. Hubungan sosiologi dengan ilmu sejarah. Salah satu metode yang digunakan sosiologi adalah metode historis .dalam hal ini sosiologi memberi persoalan kepada ahli sejarah sehingga ilmu sejarah dipengaruhi oleh perkembangan sosiologi. Jadi keduanya mempelajari peristiwa yang dialami masyarakat. 5.1.1.3. Hubungan sosiologi dengan ilmu politik . Ilmu politik mempelajari kekuasaan meliputi upaya memperoleh kekuasaan, mempertahankan kekuasaan dan bagaimana menghambat perkembangan kekuasaan 5.1.1.4. Hubungan sosiologi dengan ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi mempelajarai usaha-usaha manusia memperoleh kebutuhan, sedangkan sosiologi mempelajari bagaimana manusia berinteraksi, bekerja sama , bersaing dalam upaya mendapatkan kebutuhan 2. sosiologi sebagai ilmu yang mengaji masyarakat sebagai sebuah sistem social Yang dimaksud dengan realitas sosial adalah kenyataan-kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai akibat dari keinginan manusia untuk bersatu dengan manusia lainnya. Contoh : a. Hubungan sosial yang dilandasi oleh adanya kepentingan yang sama maka akan melahirkan perkumpulan atau asosiasi. b. Hubungan sosial yang dilandasai dengan adanya kesamaan minat, kepentingan dan perhatian akan melahirkan persahabatan. c. Hubungan sosial didasarkan hubungan darah dan perkawinan akan menghasilkan keluarga dan kelompok kekerabatan. d. Hubungan sosisal yang didasarkan tempat tinggal yang berdekatan akan terwujud dalam bentuk ketetanggaan dan sebagainya. 1. BENTUK-BENTUK REALITAS SOSIAL 1) KELUARGA Dalam arti sempit keluarga adalah kesatuan sosial terkecil yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak mereka (termasuk anak tiri dan anak angkat) Dalam arti luas keluarga adalah kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melaui peranannya masing-masing sebagai anggota keluarga, mempertahankan kebudayaan yang berlaku umum dan menciptakan kebudayaan sendiri. Ciri-ciri keluarga : 1. Terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah dan adopsi. 2. Hidup bersama dalam satu rumah, membentuk rumah tangga. 3. merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi sesuai peranannya masing-masing. 4. Mempertahankan satu kebudayaan bersama. Keluarga dibedakan menjadi : a. Keluarga inti (Nuclear Family) : keluarga yang terdiri ayah , ibu dan anak-anaknya yang belum menikah. b. Keluarga luas (Extended Family) : keluarga yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, anak-anak dan semua cucu yang tinggal dalam satu rumah. 2) KEKERABATAN Kekerabatan adalah kesatuan sosial yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan keturunan atau hubungan darah.Hubungan kekerabatan terbentuk berdasarkan keturunan dan perkawinan. Dalam sistem kekerabatan dikenal seperangkat istilah kekerabatan yang dihubungkan dengan seperangkat pola-pola perilaku dan sikap tertentu yang dihubungkan dengan adat istiadat setempat. Sistem kekerabatan yang berlaku adalah : 1. Bilateral atau parental Kekerabatan bilateral disebut juga kekerabatan parental (parent : orang tua). Kekerabatan ini menarik garis keturunan dari ayah dan ibu. Sehingga ego memppunyai dua orang kakek dan dua orang nenek baik dari ayah maupun dari ibu. Kekerabatan ini dimiliki oleh suku bangsa : Jawa, Sunda, Bugis, Makasar, namun pada umumnya kekerabatan bilateral ini hampir terdapat di seluruh suku bangsa di Indonesia. 2. Ulinileal atau Unilateral Kekerabatan unilateral menarik keturunan hanya dari satu pihak, ayah saja atau ibu saja. Jika garis keturunan dari pihak ayah saja disebut Patrilineal (pater = ayah) jika garis keturunan ditarik dari ibu saja disebut Matrilineal (mater = ibu). Suku bangsa di Indonesia yang menganut prinsip patrilineal contohnya suku bangsa Batak, Ambon, Bali, Asmat, Sawu dan Dani.Di Indonesia suku bangsa yang menganut prinsip matrilineal yaitu suku bangsa Minangkabau. 3. Ambilineal Sistem Kekerabatan menarik garis keturunan untuk sebagian orang dalam masyarakat melalui pihak ayah dan sebagian dari pihak ibu.Yang menganut sistem Kekerabatan ini misalnya suku bangsa Dayak. 3) PERKUMPULAN / ASOSIASI Adalah kesatuan sosial yang dilandasai oleh adanya kesamaan kepentingan. Secara sosiologis perkumpulan disebut dengan Scondary Group dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Hubungan antar anggota secara tidak langsung dan renggang / tidak kuat b. Kurang saling mengenal antar anggota c. Hubungan didasarkan pada satu tujuan d. Bersifat sementara e. Hubungan bersifat formal dengan aturan-aturan yang ketat f. Tertutup untuk hal-hal yang bersifat pribadi dan rahasia g. Keterlibatan anggota hanya sebagian saja Contoh : KNIP, HMI, IKADIN, KADIN, PSSI, GMNI, GP ANSOR dll. 4) KETETANGGAAN Adalah kesatuan sosial yang terdiri dari atas orang-orang yang tempat tinggalnya berdekatan. Pada masyarakat Indonesia hubungan ketetanggan sangat berperan dalam kehidupan bersama, terutama di pedesaan , hal ini bisa dibuktikan dengan adanya rasa tolong menolong tanpa pamrih bahkan jika terjadi percekcokan antara suami dengan istri dalam rumah tangga maka tetanggalah yang menengahi 5) PERSAHABATAN / PERTEMANAN Adalah pengelompokan sosial yang melibatkan orang-orang yang berhubungan relatif akrab satu sama lain atas dasar seringnya bertemu dan adanya kesamaan minat / perhatian dan kepentingan, bukan atas dasar hubungan darah, ketetanggaan dan bukan pula atas dasar cinta asmara. 6) SAINGAN DAN LAWAN / MUSUH Saingan adalah orang-orang yang terlibat perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas, tanpa disertai benturan-benturan dan pertentangan maupun usaha saling menjatuhkan. Lawan / musuh adalah orang-orang yang terlibat dalam benturan-benturan yang disertai usaha untuk saling menjatuhkan. 7) MASYARAKAT a. Ralph Linton: masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasi dirinya sebagai kesatuan dengan batas-batas tertentu. b. M.J. Herskovits: masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu tata cara hidup tertentu. c. Koentjaraningrat: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama. d. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, masyarakat adalah orangorang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Berdasarkan definisi di atas dapat dilihat bahwa masyarakat terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut : 1. berupa kelompok manusia yang relatif permanen 2. berinteraksi secara permanen 3. menganut dan menjunjung suatu sistem nilai dan kebudayaan 4. self-supporting 8) SUKU BANGSA Adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya oleh masyarakat, mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul, tempat asal serta kebudayaan. Koentjaraningrat mengatakan bahwa suku bangsa adalah sekelompok manusia yang terkait oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tersebut sering kali dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Contoh : di Pulau Jawa terdapat suku bangsa yang mendiami, diantaranya: suku bangsa Jawa, Sunda, Betawi, Madura, Tengger, Badui, Bawean, Samin, Etnis pendatang dari Cina dll Selain perbedaan identitas, suku-suku bangsa juga mempunyai beberapa kesamaan antara lain: a. Kesamaan asal-usul nenek moyang b. Kesamaan ciri-ciri fisik c. Kesamaan sistem religi dan kepercayaan d. Kesamaan kebiasaan / adat –istiadat / budaya Secara Antropologis suku bangsa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. b. c. d. Sifat-sifat tubuh yang sama Warna kulit yang sama Tempat tinggal yang sama Cara penghidupan yang sama 9) BADAN INTERNASIONAL Wadah kerja sama antara beberapa negara mengenai segi kehidupan sosial budaya tertentu diwujudkan dalam bentuk badan Internasional, karena setiap negara tidak mungkin mengasingkan diri dalam perkembangan dunia yang telah mengalami globalisasi. Setiap negara perlu menjalin kerja sama dengan negara lain untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan cita-cita. Contoh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. PBB MEE ASEAN APEC OKI NATO 3. hakikat organisasi sosial dan dinamika sosial dalam masyarakat Masyarakat merupakan organisasi manusia yang selalu berhubungan satu sama lain dan memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut : a) Orang-orang dalam jumlah relatif besar yang saling berinteraksi. b) Adanya kerja sama yang secara otomatis terjadi dalam setiap masyarakat, baik dalam skala kecil maupun skala luas. c) Berada dalam wilayah dengan batas-batas tertentu yang merupakan wadah tempat berlangsungnya suatu tata kehidupan bersama. d) Berlangsung dalam waktu relatif lama, serta memiliki norma sosial tertentu yang menjadi pedoman dalam sistem tata kelakuan dan hubungan warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi : Syarat terjadinya ada kontak dan komunikasi 4. masalah-masalah social Fenomena sosial adalah gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat yang sifatnya luar biasa. Fenomena-fenomena sosial merupakan bentuk-bentuk kenisbian dari tata pergaulan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia. Fenomena ini dapat berupa perubahan gaya hidup, tata cara pergaulan, perubahan sistem kemasyarakatan, maupun hal-hal yang dapat memicu terjadinya masalah-masalah sosial. Beberapa fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari seluruh komponen bangsa antara lain : 1. Penurunan kualitas moral (demoralisasi) Demoralisasi berhubungan dengan rendahnya standar moral dan penetapan nilai serta norma dalam masyarakat. Beberapa indikasi terjadinya demoralisasi antara lain : a. b. c. d. e. f. Kualitas dan kuantitas kriminalitas semakin meningkat. Terjadinya kerusuhan yang bersifat anarkhis. Konflik sosial semakin marak, baik konflik vertikal maupun horisontal. Tindakan korupsi merajalela. Meningkatnya jumlah pemakai dan pengedar narkoba ke kalangan masyarakat. Pergaulan bebas semakin merajalela. Beberapa penyebab demoralisasi antara lain adalah : a. Krisis ekonomi yang berkepanjangan b. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi sehingga mengakibatkan jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan. c. Menurunnya kewibawaan pemerintah. d. Meningkatnya angka kemiskinan. e. Menurunnya kualitas aparat penegak hukum. f.Adanya sikap-sikap negatif seperti malas, boros, tidak disiplin. g. Keengganan memahami dan mendalami ajaran-ajaran agama. 2. Terorisme Terorisme adalah tindakan yang membuat kerusakan-kerusakan di dalam masyarakat dengan tujuan menyebarkan rasa takut serta mengancam keselamatan publik. Tindakan ini muncul salah satunya akibat adanya rasa ketidakadilan dan pemahaman keagamaan yang sempit. Beberapa akibat yang timbul dari tindakan terorisme antara lain : a. Jatuhnya korban jiwa. b. Menurunnya pendapatan sektor pariwisata. c. Adanya rasa takut akan keselamatan jiwa (trauma) 3. Merebaknya kasus perdagangan anak Menurut data yang diperoleh, Indonesia adalah merupakan pemasok perdagangan anak dan wanita (trafficking) terbesar di Asia Tenggara. Wanita yang dikirim sekitar 200 hingga 300 ribu pekerja seks komersial berusia 18 tahun. Kadang-kadang juga ada orang tua yang menjual anak mereka karena terhimpit masalah ekonomi. 4. Meningkatnya angka kemiskinan Krisis ekonomi yang berkepanjangan berpengaruh pada perekonomian negara sehingga pemerintah mengambil kebijaksanaan, seperti menaikkan harga BBM. Beberapa akibat yang timbul dari meningkatnya angka kemiskinan adalah : • a. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat akibat kurangnya gizi. b. Munculnya demoralisasi yang ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas PT ( PPENUGASAN TERSTRUKTUR ) Memberikan tugas membuat resume Mendeskripsikan sumbangan pikiran para tokoh-tokoh sosiologi, metode , persepektif sosiologi dan peran dan fungsi sosiologi mengenali gejala sosia untuk pertemuan minggu depan PT ( PENUGASAN TERSTRUKTUR ) (1) Memberikan tugas membuat resume Mendeskripsikan sosiologi sebagai ilmu yang mengaji masyarakat sebagai sebuah sistem sosial (1) Mengidentifikasi hakikat organisasi sosial dan dinamika sosial dalam masyarakat Mendeskripsikan kriteria masalah-masalah sosialuntuk pertemuan minggu depan • PT ( PENUGASAN TERSTRUKTUR ) Memberikan tugas membuat resume obyek kajian sosiologi untuk pertemuan minggu depan SOAL 1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi sebagai ilmu dan metode ? 2. Lengkapi table berikut Keaneka ragaman kebudayaan masyarakat No Nama Kebudayaan Asal Daerah 1 2 3 4 5 No Nama Kebudayaan Asal Daerah 6 3. 4. 5. 6. Bagaimanakah sejarah lahirnya sosiologi ? Sebutkan 4 Tokoh perintis sosiologi ? Sebutkan 5 cabang sosiologi Jelaskan hubungan sosiologi dengan ilmu sejarah, ekonomi, dan antropologi 7. Sebutkan dan jelaskan 4 ciri sosiologi 8. Apakah perbedaan metode kwantitatif dan kwalitatif ? 9. Sebutkan 4 manfaat memepelajari sosiologi 10. Sebutkan 4 persepektif / konsep sosiologi Definisi Sosiologi a. Berdasarkan etimologi (kebahasaan/asal kata) Secara kebahasaan nama sosiologi berasal dari kata socious, yang artinya ”kawan” atau ”teman” dan logos, yang artinya ”kata”, ”berbicara”, atau ”ilmu”. Sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Dalam hal ini, kawan memiliki arti yang luas, tidak seperti dalam pengertian sehari-hari, yang mana kawan hanya digunakan untuk menunjuk hubungan di anatra dua orang atau lebih yang berusaha atau bekerja bersama. Kawan dalam pengertian ini merupakan hubungan antar-manusia, baik secara individu maupun kelompok, yang meliputi seluruh macam hubungan, baik yang mendekatkan maupun yang menjauhkan, baik yang menuju kerpada bentuk kerjasama maupun yang menunu kepada permusuhan. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan antar-manusia dalam masyarakat disebut hubungan sosial. b. Definisi menurut para ahli sosiologi Secara umum sosiologi dapat diberi batasan sebagai studi tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat. Berikut dikemukakan definisi sosiologi dari beberapa ahli sosiologi. • • • • Van der Zanden memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah tentang interaksi antar-manusia. Roucek dan Warren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antar-manusia dalam kelompok. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: (1) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya, (2) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya pengaruh iklim terhadap watak manusia, pengaruh kesuburan tanah terhadap pola migrasi, dan sebagainya, dan (3) ciriciri umum dari semua jenis gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam bukunya yang berjudul Setangkai Bunga Sosiologi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial merupakan jalinan atau konfigurasi unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, seperti: kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas sosial, kekuasaan dan wewenang, lembaga-lembaga sosial maupun nilai dan norma sosial. Proses sosial merupakan hubungan timbal-balik di antara unsur-unsur atau bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui interaksi antar-warga masyarakat dan kelompok-kelompok. Sedangkan perubahan sosial meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur sosial dan proses-proses sosial. 2. Sejarah dan Perkembangan Sosiologi a. Sejarah kelahiran sosiologi Sebagai ilmu, sosiologi masih cukup muda, bahkan paling muda di antara ilmu-ilmu sosial yang lain. Tokoh yang sering dianggap sebagai Bapak Sosiologi adalah Auguste Comte, seorang ahli filsafat dari Perancis yang lahir pada tahun 1798 dan meninggal pada tahun 1853. Auguste Comte mencetuskan pertama kali nama sociology dalam bukunya yang berjudul Positive Philoshopy yang terbit pada tahun 1938. Pada waktu itu Comte menganggap bahwa semua penelitian tentang masyarakat telah mencapai tahap terakhir, yakni tahap ilmiah, oleh karenanya ia menyarankan semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi ilmu yang berdiri sendiri, lepas dari filsafat yang merupakan induknya. Pandangan Comte yang dianggap baru pada waktu itu adalah bahwa sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis, dan bukan pada kekuasaan serta spekulasi. Di samping mengemukakan istilah sosiologi untuk ilmu baru yang berasal dari filsafat masyarakat ini, Comte juga merupakan orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ilmu-ilmu lainnya. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya. Tahap pertama dinamakan tahap theologis, kedua adalah tahap metafisik, dan ketiga adalah tahap positif. Pada tahap pertama manusia menafsirkan gejalagelajala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan adikodrati yang dikendalikan oleh roh, dewa, atau Tuhan yang Maha Kuasa. Pada tahap kedua manusia mengacu pada hal-hal metafisik atau abstrak, pada tahap ketiga manusia menjelaskan fenomena-fenomena ataupun gejala-gejala dengan menggunakan metode ilmiah, atau didasarkan pada hukum-hukum ilmiah. Di sinilah sosiologi sebagai penjelasan ilmiah mengenai masyarakat. Dalam sistematika Comte, sosiologi terdiri atas dua bagian besar, yaitu: (1) sosiologi statik, dan (2) sosiologi dinamik. Sosiologi statik diibaratkan dengan anatomi sosial/masyarakat, sedangkan sosiologi dinamik berbicara tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. b. Perkembangan Sosiologi setelah Comte Istilah sosiologi menjadi lebih populer setelah setengah abad kemudian berkat jasa dari Herbert Spencer, ilmuwan Inggris, yang menulis buku berjudul Principles of Sociology (1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian masyarakat. Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895 seorang ilmuwan Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method. Dalam buku yang melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide). Angka bunuh diri dalam masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke tahun, dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar individu. Dalam suatu jenis bunuh diri yang dinamakan altruistic suicide disebabkan oleh derajat integrasi sosial yang sangat kuat. Misalnya dalam satuan militer, dapat saja seorang anggota mengorbankan dirinya sendiri demi keselematan satuannya. Sebaliknya, dalam masyarakat yang derajat integrasi sosialnya rendah, akan mengakibatkan terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Derajat integrasi sosial yang rendah dapat disebabkan oleh lemahnya ikatan agama ataupun keluarga. Seseorang dapat saja melakukan bunuh diri karena tidak tahan menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh, di lain sisi ia merasa tidak mempunyai ikatan apapun dengan anggota keluarga atau masyarakat yang lain. Pada masyarakat yang dilanda kekacauan, anggota-anggota masyarakat yang merasa bingung karena tidak adanya norma-norma yang dapat dijadikan pedoman untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan hidupnya, dapat saja melakukan bunuh diri jenis anomie (anomic suicide). Berbagai macam jenis bunuh diri ini, oleh Durkheim dinyatakan sebagai peristiwa yang terjadi bukan karena faktor-faktor internal individu, melainkan dari pengaruh faktor-faktor eksternal individu, yang disebut fakta sosial.. Banyak pihak kemudian mengakui bahwa Durkheim sebagai ”Bapak Metodologi Sosiologi”. Durkheim bukan saja mampu melambungkan perkembangan sosiologi di Perancis, tetapi bahkan berhasil mempertegas eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilimiah (sains) yang terukur, dapat diuji, dan objektif. Menurut Durkheim, tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang disebut fakta sosial. Fakta sosial adalah cara-cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang berasal dari luar individu, tetapi memiliki kekuatan memaksa dan mengendalikan individu. Fakta sosial dapat berupa kultur, agama, atau isntitusi sosial. Perintis sosiologi yang lain adalah Max Weber. Pendekatan yang digunakan Weber berbeda dari Durkheim yang lebih menekankan pada penggunaan metodologi dan teknik-teknik pengukuran kuantitatif dari pengaruh faktor-faktor eksternal individu. Wever lebih menekankan pada pemahaman di tingkat makna dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor internal individu. Misalnya tentang tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan perilaku individu yang diorientasikan kepada pihak lain, tetapi bermakna subjektif bagi aktor atau pelakunya. Makna sebenarnya dari suatu tindakan hanya dimengerti oleh pelakukunya. Tugas sosiologi adalah mencari penjelasan tentang makna subjektif dari tindakan-tindakan sosial yang dilakukan oleh individu. 3. Karakteristik Sosiologi Sebagai ilmu, sosiologi memiliki sifat hakikat atau karakteristik sosiologi: 1. Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora 2. Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya sosiologi berbicara apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan mempersoalkan baik-buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan pendidikan agama atau pendidikan moral. 3. Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan untuk menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-manusia dalam masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat. 4. Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science) 5. Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak atau bersifat teoritis. Dalam hal ini sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat sehingga menjadi teori. 4. Kegunaan Sosiologi dan Peran Sosiolog Sosiologi dipelajari untuk apa? Dengan pertanyaan lain mengapa kita belajar sosiologi? Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab dengan uraian tentang peran sosiolog (ahli sosiologi) berikut ini. Sebenarnya di mana dan sebagai apa seorang sosiolog dapat berkiprah, tidak mungkin dapat dibatasi oleh sebutan-sebutan dalam administrasi okupasi (pekerjaan/mata pencaharian) resmi yang dileluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Di beberapa negara telah muncul pengakuan yang kuat terhadap sumbangan dan peran sosiolog di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Horton dan Hunt (1987) menyebutkan beberapa profesi yang pada umumnya diisi oleh para sosiolog. 1. Ahli riset, baik itu riset ilmiah (dasar) untuk perkembangan ilmu pengetahuan ataupun riset yang diperlukan untuk kepentingan industry (praktis) 2. Konsultan kebijakan, khususnya untuk membantu untuk memprediksi pengaruh sosial dari suatu kebijakan dan/atau pembangunan 3. Sebagai teknisi atau sosiologi klinis, yakni ikut terlibat di dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan dalam masyarakat 4. Sebagai pengajar/pendidik 5. Sebagai pekerja sosial (social worker) Di luar profesi yang telah disebutkan oleh Horton dan Hunt tersebut, tentu saja masih banyak profesi lain yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Banyak bukti menunjukkan, bahwa dengan kepekaan dan semangat keilmuannya yang selalu berusaha membangkitkan sikap kritis, para sosiologi banyak yang berkarier cemerlang di berbagai bidang yang menuntut kreativitas, misalnya dunia jurnalistik. Di jajaran birokrasi, para sosiolog sering berpeluang menonjol dalam karier karena kelebihannya dalam dalam visinya atas nasib rakyat. Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, keterlibatan para sosiolog di berbagai bidang kehidupan akan semakin penting dan sangat diperlukan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan menuntut penyesuaian dari segenap komponen masyarakat yang menuntut kemampuan mengantisipasi keadaan baru. Para sosiolog pada umumnya unggul dalam hal penelitian sosial, sehingga perannya sangat diperlukan. MANFAAT SOSIOLOGI Sesungguhnya, studi sosiologi sangat penting bagi kita sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat. Mengapa? Sosiologi mempelajari berbagai hubungan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Agar hubungan itu berjalan dengan baik, tertib, lancar, dan bisa mencapai tujuan yang diinginkan, maka dalam hidup bermasyarakat tersebut manusia menciptakan berbagai norma, nilai, dan tradisi sebagai pengatur sekaligus pedoman bagi anggota masyarakat dalam bersikap dan bertingkah laku. Namun demikian tidak jarang muncul perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga melahirkan perilaku menyimpang dan konflik di antara anggota masyarakat. Uraian yang telah kita bahas bersama menunjukkan bahwa sosiologi pada dasarnya berbicara mengenai kita serta masyarakat di mana kita hidup dan melakukan interaksi. Manfaat apa yang dapat kamu petik dan rasakan dengan mempelajari sosiologi? Berikut ini disebutkan beberapa manfaat mempelajari sosiologi. 1. Dengan mempelajari sosiologi, kita akan dapat melihat dengan lebih jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun (dan terutama) sebagai anggota kelompok atau masyarakat. 2. Sosiologi membantu kita untuk mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat, serta dapat melihat 'dunia' atau 'budaya' lain yang belum kita ketahui sebelumnya. 3. Sosiologi membantu kita mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik antarindividu, antarkelompok, maupun antarindividu dan kelompok. 4. Sosiologi membantu mengontrol dan mengendalikan tindakan dan perilaku sosial tiap anggota masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 5. Dengan bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilainilai yang dianut oleh masyarakat lain, serta memahami perbedaan-perbedaan yang ada. Tanpa hal itu perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi alasan untuk timbulnya konflik di antara anggota masyarakat. 6. Akhirnya, bagi kita sebagai generasi penerus bangsa, mempelajari sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang dewasa ini semakin kompleks, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari-hari. METODE-METODE DALAM SOSIOLOGI Metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan, agar tercapai tujuan seperti yang telah kita tentukan dan harapkan. Metode sekurang-kurangnya memiliki beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut. 1. Ada permasalahan yang akan dikaji atau diteliti. 2. Ada hipotesis, yaitu kesimpulan yang bersifat sementara, yang harus dibuktikan kebenarannya melalui data. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang akan dikaji melalui teori yang ada. 3. Ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dari hipotesis yang ada. Dalam penelitian sosiologi, kita menggunakan dua metode, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. 1. Metode Kualitatif Metode ini mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. 2. Metode Kuantitatif Metode ini digunakan dalam penelitian yang analisis datanya mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode ini adalah survei dan eksperimen. Gejala yang diteliti diukur dengan skala, indeks, tabel, atau formulaformula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik. Apakah perbedaan antara dua metode yang telah kita bahas di atas? Beberapa perbedaan mendasar dari dua metode tersebut dapat kamu pahami pada tabel berikut ini. Di samping metode-metode tersebut, ada beberapa metode yang sering digunakan sosiologi untuk menelaah masyarakat didasarkan pada jenisnya. Metode-metode tersebut meliputi metode induktif, deduktif, fungsionalisme, empiris, dan rasionalistis. 1. Metode induktif adalah metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam lapangan yang lebih luas. 2. Metode deduktif adalah metode yang menggunakan proses yang berkebalikan dengan metode induktif, yaitu dimulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang bersifat khusus. 3. Metode fungsionalisme adalah metode yang bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Metode ini memiliki gagasan pokok bahwa unsur-unsur yang membentuk masyarakat mempunyai hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dalam masyarakat. 4. Metode empiris adalah metode yang mendasarkan diri kepada keadaan-keadaan yang dengan nyata diperoleh dari dalam masyarakat. 5. Metode rasionalistis adalah metode yang mengutamakan penilaian dengan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang kemasyarakatan. • • • • • Posted: Sunday, 26 September 2010 19:50:26 GMT In: sosiologi Permalink : METODE-METODE DALAM SOSIOLOGI Comments: 6 Viewed 161 times. PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI Dalam masyarakat tentunya sering ditemukan beberapa pandangan yang berbeda satu sama lain. Dalam melihat kenyataan sosial atau biasa disebut dengan realitas sosial dalam masyarakat juga demikian. Penalaran atau penilaian atas sebuah realitas umumnya dimulai dengan asumsi ( assumption ), yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Dari asumsi-asumsi tersebut berkembang menjadi perspektif, pandangan, atau paradigma. Berikut ini beberapa perspektif dalam sosiologi. 1. Perspektif Evolusionis Perspektif ini merupakan perspektif teoretis yang paling awal dalam sosiologi. Penganutnya adalah Auguste Comte dan Herbert Spencer. Perspektif ini memberikan keterangan yang memuaskan tentang bagaimana masyarakat manusia tumbuh dan berkembang. Para sosiolog yang menggunakan perspektif ini mencari pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda untuk mengetahui apakah ada urutan perubahan yang berlaku umum. Dalam perspektif ini secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan manusia atau masyarakat itu selalu bergerak maju (secara linear), namun ada beberapa hal yang tidak ditinggalkan sama sekali dalam pola kehidupannya yang baru dan akan terus dibawa meskipun hanya kecil sampai pada perubahan yang paling baru. 2. Perspektif Fungsionalis Dalam perspektif ini, masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan teratur, serta memiliki seperangkat aturan dan nilai yang dianut sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Jadi, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil, selaras, dan seimbang. Dengan demikian menurut pandangan perspektif ini, setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus, karena hal itu fungsional. Sehingga, pola perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat dan apabila kebutuhan itu berubah, pola itu akan hilang atau berubah. Hal ini juga berarti bahwa perubahan sosial akan mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil tersebut. Namun tidak lama kemudian akan tercipta kembali keseimbangan. Perspektif ini lebih menekankan pada keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, pendidikan, dan agama dianalisis dalam bentuk bagaimana lembaga-lembaga itu membantu mencukupi kebutuhan masyarakat. Ini berarti lembaga-lembaga itu dalam analisis ini dilihat seberapa jauh peranannya dalam memelihara stabilitas masyarakat. Perspektif fungsionalis menekankan pada empat hal berikut ini. a. Masyarakat tidak bisa hidup kecuali anggota-anggotanya mempunyai persamaan persepsi, sikap, dan nilai. b. Setiap bagian mempunyai kontribusi pada keseluruhan. c. Masing-masing bagian terintegrasi satu sama lain dan saling memberi dukungan. d. Masing-masing bagian memberi kekuatan, sehingga keseluruhan masyarakat menjadi stabil. Beberapa sosiolog pendukung perspektif ini adalah Talcott Parsons, Kingsley Davis, dan Robert K. Merton. Seorang antropolog yang juga sangat mendukung perspektif ini, bahkan dapat dikatakan sebagai pelopornya adalah Bronislaw Malinowsky (Polandia). 3. Perspektif Interaksionisme Perspektif ini cenderung menolak anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Bagi perspektif ini, orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Dengan perasaan dan pikiran orang mempunyai kemampuan untuk memberi makna terhadap situasi yang ditemui, dan mampu bertingkah laku sesuai dengan interpretasinya sendiri. Sikap dan tindakan orang tidak dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya (yang membingkainya) serta tidak semata-mata ditentukan oleh masyarakat. Jadi, orang dianggap bukan hanya mempunyai kemampuan mempelajari, memahami, dan melaksanakan nilai dan norma masyarakatnya, melainkan juga bisa menemukan, menciptakan, serta membuat nilai dan norma sosial (yang sebagian benar-benar baru). Karena itu orang dapat membuat, menafsirkan, merencanakan, dan mengontrol lingkungannya. Singkatnya, perspektif ini memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan katakata baik lisan maupun tulisan. Atau dengan kata lain perspektif ini meyakini bahwa orang dapat berkreasi, menggunakan, dan berkomunikasi melalui simbol-simbol. Tokoh-tokoh yang terkenal sebagai penganut perspektif ini adalah George Herbert Mead dan W.I. Thomas. 4. Perspektif Konflik Perspektif ini melihat masyarakat sebagai sesuatu yang selalu berubah, terutama sebagai akibat dari dinamika pemegang kekuasaan yang terus berusaha memelihara dan meningkatkan posisinya. Perspektif ini beranggapan bahwa kelompokkelompok tersebut mempunyai tujuan sendiri yang beragam dan tidak pernah terintegrasi. Dalam mencapai tujuannya, suatu kelompok seringkali harus mengorbankan kelompok lain. Karena itu konflik selalu muncul, dan kelompok yang tergolong kuat setiap saat selalu berusaha meningkatkan posisinya dan memelihara dominasinya. Ciri lain dari perspektif ini adalah cenderung memandang nilai dan moral sebagai rasionalisasi untuk keberadaan kelompok yang berkuasa. Dengan demikian kekuasaan tidak melekat dalam diri individu, tetapi pada posisi orang dalam masyarakat. Pandangan ini juga menekankan bahwa fakta sosial adalah bagian dari masyarakat dan eksternal dari sifatsifat individual. Singkatnya, pandangan ini berorientasi pada studi struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial. Ia memandang masyarakat terus- menerus berubah dan masing-masing bagian dalam masyarakat potensial memacu dan menciptakan perubahan sosial. Dalam konteks pemeliharaan tatanan sosial, perspektif ini lebih menekankan pada peranan kekuasaan. Tokoh yang menganut perspektif ini adalah Karl Marx dan Frederich Engles. CABANG-CABANG SOSIOLOGI Sosiologi yang berkembang dalam masyarakat memiliki beberapa cabang yang disesuaikan dengan bidang keilmuannya. Berikut ini kita akan membahas beberapa cabang sosiologi. 1. Sosiologi Pendidikan Sosiologi pendidikan adalah cabang sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalahmasalah pendidikan yang fundamental. Masalah-masalah itu muncul sebagai akibat perubahan zaman, seperti perubahan masyarakat dari pertanian menuju ke masyarakat industri. Perubahan itu menuntut dibuatnya berbagai sarana pendidikan, seperti gedung sekolah, buku-buku pelajaran, dan fasilitas lainnya. Hal itu mengingat pentingnya pendidikan dalam dunia industri. Sosiologi pendidikan mencoba mengkaji hubungan antara fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan pendidikan. Materi yang dikaji antara lain peranan lembaga pendidikan dalam proses sosialisasi, peranan pendidikan dalam perubahan masyarakat dan lingkungan pendidikan itu sendiri, serta peranan pendidikan sebagai pranata sosial. 2. Sosiologi Agama Sosiologi agama mempelajari hubungan antara fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan agama. Dalam sosiologi agama dipelajari beberapa materi yang meliputi perilaku manusia yang berhubungan dengan keyakinan yang dipeluknya, peranan agama sebagai pranata sosial, peranan agama dalam perubahan masyarakat, dan peranan agama sebagai agen pengendalian sosial. 3. Sosiologi Hukum Sosiologi hukum mempelajari kaitan antara fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan hukum. Materi yang dipelajari antara lain perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan hukum yang berlaku, peranan hukum dalam masyarakat, dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan hukum yang ada dalam masyarakat. 4. Sosiologi Keluarga Sosiologi keluarga membahas kegiatan atau interaksi antara fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan keluarga. Hal yang dipelajari dalam sosiologi keluarga antara lain peranan keluarga dalam masyarakat, peranan keluarga dalam perubahan sosial, dan beberapa bentuk keluarga yang ada dalam masyarakat. 5. Sosiologi Industri Pada hakikatnya sosiologi industri lebih menekankan pada perkembangan industri seiring dengan perkembangan masyarakat. Hal ini mengingat antara industri dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat, karena adanya industri akan menimbulkan berbagai perubahan sosial dalam masyarakat. Misalnya dengan adanya industri, mata pencaharian hidup masyarakat berubah, dari sektor agraris menjadi sektor industri dengan bekerja sebagai buruh pabrik. Sosiologi industri mengkaji hubungan antara fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan kegiatan industri. Beberapa materi yang dipelajari antara lain peranan industri dalam perubahan sosial, aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pokok ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi), serta hubungan industri dengan berbagai struktur yang ada dalam masyarakat. 6. Sosiologi Pembangunan Cabang sosiologi ini mengkaji masyarakat dan segala pola aktivitasnya di alam pembangunan. Sosiologi menghendaki pembangunan yang dilaksanakan di masyarakat tidak hanya mengejar aspek materiilnya saja, melainkan juga memerhatikan masyarakat yang ada di sekitarnya. Beberapa materi yang dipelajari dalam sosiologi pembangunan antara lain pengaruh pembangunan dalam perubahan sosial, peranan pembangunan dalam kehidupan masyarakat, dan peranan pembangunan terhadap perekonomian masyarakat. 7. Sosiologi Politik Sosiologi politik mempelajari tentang fenomena politik dengan mengaitkan variabel sosial dan variabel politik dalam wujud saling keterkaitan antara struktur sosial dan lembaga politik atau antara masyarakat dan negara. Dengan demikian sosiologi politik bertujuan mengkaji hubungan antara fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan kegiatan-kegiatan politik. Ruang lingkup kajian sosiologi politik antara lain perilaku politik, lembaga politik, dan peranan politik dalam masyarakat. 8. Sosiologi Pedesaan Cabang sosiologi ini mempelajari masyarakat pedesaan dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari dalam sosiologi pedesaan antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan, pola pemikiran, serta sikap dan sifat masyarakat pedesaan dalam kehidupan sehari-hari. 9. Sosiologi Perkotaan Sosiologi perkotaan mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikapi suatu permasalahan. 10. Sosiologi Kesehatan Sosiologi kesehatan bertujuan mengkaji cara penerapan berbagai teori sosiologi dalam menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Cabang sosiologi ini berusaha untuk mengkaji perilaku sakit, perilaku sehat, peran sehat, dan peran sakit para anggota masyaraKAT