v. kesimpulan dan saran

advertisement
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil Penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Limbah ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa dapat ditingkatkan
kegunaannya yaitu menjadi arang dan arang aktif.
2.
Daya jerap arang nonaktifasi terhadap Yodium lebih kecil dibandingkan
dengan daya jerap arang teraktifasi. Hal ini menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah pori yang terbentuk akibat penambahan bahan pengaktif
pada proses aktifasi. Nilai daya jerap masing-masing arang nonaktifasi dan
arang teraktifasi terhadap Yodium adalah sebagai berikut :
a. Arang nonaktifasi ampas tebu adalah sebesar 354,03 mg/gr lebih kecil
dibandingkan arang teraktifasi ampas tebu yaitu sebesar 548,03 mg/gr.
b. Arang nonaktifasi tatal kayu adalah sebesar 125,35 mg/gr lebih kecil lebih
kecil dibandingkan arang teraktifasi tatal kayu yaitu sebesar 429,45 mg/gr.
c. Arang nonaktifasi tempurung kelapa adalah sebesar 193,47 mg/gr lebih
kecil dibandingkan arang teraktifasi tempurung kelapa yaitu sebesar
416,74 mg/gr.
3. Jenis bahan baku arang aktif yang berbeda dalam proses penjerapan akan
memberikan hasil penurunan zat warna yang berbeda. Nilai persen penurunan
warna air masing-masing arang aktif adalah sebagai berikut :
89
a. Pada dosis 1% b/v, arang aktif tatal kayu memberikan hasil penurunan zat
warna yang lebih baik dibandingkan dengan arang aktif ampas tebu dan
tempurung kelapa. Persen penurunan warna air menggunakan arang aktif
ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa berturut-turut adalah
11,38%, 13,47% dan 13,11%.
b. Pada dosis 2% b/v, arang aktif ampas tebu memberikan hasil penurunan
zat warna yang lebih baik dibandingkan dengan arang aktif tatal kayu dan
tempurung kelapa. Persen penurunan warna air menggunakan arang aktif
ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa berturut-turut adalah
23,84%, 22,35% dan 17,62%.
c. Pada dosis 3% b/v, arang aktif ampas tebu memberikan hasil penurunan
zat warna yang lebih baik dibandingkan dengan arang aktif tatal kayu dan
tempurung kelapa. Persen penurunan warna air menggunakan arang aktif
ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa berturut-turut adalah
18,16%, 17,62% dan 9,06%.
4. Dosis optimum arang aktif ampas tebu pada proses penjerapan warna air
adalah 2% b/v, yaitu menghasilkan persen penurunan sebesar 20,47% (waktu
kontak 15 menit), 23,29% (waktu kontak 30 menit) dan 23,83% (waktu kontak
60 menit). Penggunaan arang aktif ampas tebu pada dosis ini lebih baik
dibandingkan dengan dosis 1, 3, 4 dan 5% b/v.
5. Waktu kontak optimum hasil penelitian ini adalah 90 menit, yaitu
menghasilkan persen penurunan warna air sebesar 24,28%. Waktu kontak ini
90
lebih baik dibandingkan dengan waktu kontak 10, 15, 30, 60, 120 dan 180
menit.
6. Kadar warna yang diperoleh dari perlakuan terbaik menggunakan arang aktif
ampas tebu dengan dosis 2% b/v dan waktu kontak 90 menit untuk 500 ml air
sungai berkisar antara 50,00-52,00 TCU, maka kadar warna air yang diperoleh
dari penelitian ini sebagian sudah memenuhi standar yaitu 50 TCU.
5.2
Saran
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada skala laboratorium. Penelitian berikutnya
dapat dilanjutkan pada skala rumah tangga menggunakan desain alat yang
sudah dirancang pada penelitian ini.
2. Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, sebaiknya penelitian dilakukan dekat
dengan asal sumber air yaitu di Sambas, Kalimantan Barat.
3. Aktivasi arang yang dilakukan dengan metode aktifasi kimia pada penelitian
ini menggunakan aktivator H3PO4 5%. Untuk penelitian berikutnya dapat
dilakukan variasi konsentrasi aktivator.
4. Ukuran butir arang aktif yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu
ukuran, yaitu lolos 40 mesh dan tertahan 60 mesh. Penelitian berikutnya
sebaiknya digunakan arang aktif dengan variasi ukuran butir yang lebih
beragam untuk mendapatkan ukuran butir yang paling efisien.
Download