Tugas dan Wewenang

advertisement
FA Cover LPTWBI Laptri BI 2014.pdf 1 6/6/2014 3:03:37 PM
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
Triwulan I
BANK INDONESIA
2014
Laporan Pelaksanaan
2014
Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350
Telp: (62 21) 500131
Fax: (62 21) 3861458
Email: [email protected]
www.bi.go.id
Triwulan I
Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia
FA Cover LPTWBI Laptri BI 2014.pdf 2 6/6/2014 3:03:37 PM
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
www.bi.go.id
Laporan Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia
Triwulan I
2014
Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan
amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu
wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang
Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Bank Indonesia selama triwulan I-2014.
Pada triwulan I-2014
Inflasi IHK
pada Triwulan I-2014 turun menjadi:
7,32% (yoy)
dibanding triwulan IV-2013
yang tercatat 8,38% (yoy).
Neraca Pembayaran Indonesia
mengalami surplus sebesar
USD2,07 miliar.
Ditopang menurunnya defisit transaksi
berjalan dan meningkatnya aliran masuk
modal asing.
Jumlah Cadangan
Pada Triwulan I-2014,
Defisit Transaksi Berjalan
Devisa pada
triwulan I-2014 menjadi sebesar:
menurun menjadi:
USD102,6 miliar
2,06% dari PDB
meningkat dibanding triwulan
dibanding triwulan IV-2013 sebesar
2,12% dari PDB.
sebelumnya sebesar USD 99,4 miliar.
Jumlah tersebut setara dengan 5,6
bulan impor atau 5,4 bulan impor
dan utang luar negeri pemerintah.
Transaksi melalui sistem
pembayaran berjalan
aman dan lancar.
Tidak terdapat kegagalan sistem
BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI.
Disamping itu,
uang kartal tersedia
dalam jumlah yang cukup
Indeks Stabilitas Sistem
Keuangan pada Triwulan I-2014
membaik menjadi:
0,96
dibanding triwulan sebelumnya
sebesar 1,10
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan
I-2014. Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sesuai pasal
58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia telah
menyusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan I-2014. Selanjutnya,
melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan rencana kebijakan dan langkahlangkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk periode yang akan datang dengan
memperhatikan kondisi perekonomian dan pasar keuangan global maupun domestik.
Laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan I-2014 ini memiliki nuansa
yang berbeda dengan laporan-laporan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan beralihnya
fungsi pengawasan mikroprudensial bank dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa
Keuangan pada 31 Desember 2013 dan dilaksanakannya amanat Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 yang memberikan tugas dan wewenang kepada Bank Indonesia
dibidang makroprudensial. Diawali dengan laporan triwulanan ini, Bank Indonesia tidak
lagi memaparkan perkembangan perbankan serta pelaksanaan tugas pengaturan dan
pengawasan mikroprudensial bank. Sebagai gantinya, Bank Indonesia menyampaikan
informasi pemantauan stabilitas sistem keuangan serta pelaksanaan tugas Bank Indonesia
dalam pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Laporan triwulan ini selanjutnya
diharapkan dapat melengkapi bahan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
dalam melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Bank
Indonesia.
Secara umum, respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah telah
mampu mengarahkan perekonomian nasional menuju ke sebuah kondisi yang lebih
seimbang, baik keseimbangan internal maupun eksternal. Terjaganya keseimbangan
eksternal tergambar dari defisit transaksi berjalan yang terus menurun, dengan defisit
pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 2,06% dari PDB. Sementara itu, keseimbangan
internal ditunjukkan oleh moderasi laju pertumbuhan ekonomi yang tetap terkendali,
disertai tingkat inflasi yang terus menurun dan kembali ke pola normalnya.
Proses penyeimbangan (rebalancing) perekonomian yang berjalan cukup baik, sebagai
dampak dari kebijakan makro yang pre-emptive, telah meningkatkan kepercayaan investor
iv
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
global terhadap prospek perekonomian Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan oleh arus
modal masuk yang cukup besar, sehingga secara keseluruhan Neraca Pembayaran Triwulan
I-2014 mengalami surplus USD 2,07 miliar. Sejalan dengan kinerja NPI yang positif, jumlah
cadangan devisa pada akhir Maret 2014 meningkat menjadi sebesar USD102,6 miliar dan
rupiah menguat sebesar 7,13% (qtq).
Terkendalinya moderasi laju pertumbuhan ekonomi domestik diatas juga mendapat
dukungan ketahanan sektor keuangan. Hal ini tercermin dari terjaganya ketahanan
sektor perbankan dengan risiko kredit, likuiditas, dan pasar yang cukup terkendali, serta
dukungan kemampuan permodalan yang masih kuat untuk menyerap risiko. Selain itu,
kelancaran transaksi sistem pembayaran dan ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang
cukup juga turut menopang kinerja perekonomian pada triwulan laporan.
Terjaganya stabilitas makro dan sistem keuangan sepanjang triwulan I-2014 juga tidak
terlepas dari semakin kuatnya jalinan koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah,
serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Koordinasi dengan Pemerintah terus dilakukan
dalam kerangka Protokol Manajemen Krisis (PMK) dan pertemuan koordinasi dilakukan
secara rutin melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Sementara itu,
jalinan koordinasi dengan OJK ditempuh melalui pertemuan mingguan di level teknis
dan bulanan di level pimpinan, serta melalui Forum Koordinasi Pertukaran Informasi dan
Sistem Pelaporan Lembaga Jasa Keuangan.
Meskipun pencapaian kinerja perekonomian pada triwulan I-2014 cukup baik, namun
Bank Indonesia dituntut untuk selalu waspada. Kedepan, perekonomian Indonesia masih
dibayangi tantangan yang cukup berat. Di tengah masih berlangsungnya upaya penguatan
kebijakan struktural di dalam negeri, pemulihan perekonomian global masih dilingkupi
oleh suasana ketidakpastian yang cukup tinggi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang
lambat dan beragam antar negara dan kawasan. Kondisi ini memberikan dampak yang
tidak kecil pada perekonomian domestik. Mencermati berbagai tantangan tersebut, Bank
Indonesia akan senantiasa menyikapinya secara terukur, dengan tetap fokus pada upaya
untuk mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan kinerja
transaksi berjalan yang lebih sehat, guna menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia juga senantiasa mengedepankan
nilai-nilai tata kelola organisasi yang baik dan mengoptimalkan kinerjanya agar tugas yang
diamanatkan dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jakarta, 30 Mei 2014
GUBERNUR BANK INDONESIA
Agus D.W. Martowardojo
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
v
Daftar Isi
BAB I
Ringkasan
Eksekutif
1.1. Kinerja Perekonomian
1.2. Kebijakan yang Ditempuh pada Triwulan I-2014
02
03
BAB II
2.1. Inflasi
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Neraca Pembayaran
2.4. Nilai Tukar Rupiah
2.5. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Valas
2.6. Perkembangan Sistem Keuangan
2.6.1. Perkembangan Pasar Keuangan
2.6.2. Perkembangan Industri Perbankan
2.6.2.1. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan
2.6.2.2. Perkembangan Likuiditas dan Risiko
Likuiditas Industri Perbankan
2.6.2.3. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar
2.6.3. Perkembangan Industri Keuangan Non Bank
2.6.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga)
2.6.4.1. Kinerja Sektor Korporasi
2.6.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga
2.7. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
2.8. Perkembangan Sistem Pembayaran
2.9. Perkembangan Pengedaran Uang
vi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
08
10
11
13
15
16
16
19
19
20
21
22
23
23
24
25
26
29
Perkembangan kondisi
Makroekonomi, Moneter,
Sistem Keuangan, dan
Sistem Pembayaran
BAB III
Pelaksanaan
Tugas Pokok dan
Wewenang
Bank Indonesia
3.1. Stabilitas Moneter
3.1.1.Kebijakan Moneter
Boks: Apresiasi Kebijakan Bank Indonesia 2013
3.1.2.Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
3.1.3.Koordinasi dengan Pemerintah
3.1.4.Pengelolaan Utang Luar Negeri
3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)
3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung
Perumusan Kebijakan
3.2. Stabilitas Sistem Keuangan
3.2.1.Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial
3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial
3.2.2.Pendalaman Pasar Keuangan
3.2.3.Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)
3.2.4.Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)
3.2.5. Pengelolaan Informasi Perkreditan
3.2.6.Koordinasi dan Kerjasama dalam rangka Pelaksanaan Tugas
Bank Indonesia-OJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJK
Boks: Tugas Bank Indonesia dalam Menajaga Stabilitas
Sistem Keuangan Melalui Pendekatan Makroprudensial
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
Boks: Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang
3.4. Kerjasama Internasional
3.4.1.Kerjasama ASEAN
3.4.2. Kerjasama G-20
3.4.3. Kerjasama International Monetary Fund (IMF) 3.4.4. Fora Kerjasama Internasional Lainnya
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
32
32
33
34
36
37
39
39
40
41
41
42
42
43
46
48
49
50
53
53
56
57
60
60
61
62
63
64
vii
BAB IV
4.1. Manajemen Strategi dan Kinerja
4.2. Manajemen Risiko
4.3. Audit Intern
4.4. Keuangan Intern
4.5. Sistem Informasi
4.6. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
4.6.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia
4.6.2. Pemenuhan dan Pengembangan SDM
4.6.3. Kebijakan Terkait Pegawai Bank Indonesia yang Ditugaskan ke OJK
4.6.4.Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia
4.7. Aspek Hukum
4.8. Program Sosial Bank Indonesia
70
75
76
76
78
79
79
80
Manajemen Intern
Bank Indonesia
80
81
81
82
LAMPIRAN
Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I-2014
1. Peraturan Bank Indonesia
2. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia
Daftar Istilah
Daftar Singkatan
viii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
83
84
84
85
89
Manajemen Intern
Bank Indonesia
Daftar Tabel
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan
Tabel 2.2. Perkembangan Indeks Saham Regional
Tabel 2.3. Perkembangan Nilai Rata-rata SBDK Industri Perbankan
Tabel 2.4. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan
Tabel 2.5. Baki Debet Kredit UMKM
Tabel 2.6. Nilai Transaksi Pembayaran
Tabel 2.7. Volume Transaksi Pembayaran
Tabel 2.8. Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank
Tabel 2.9. Indikator Pengedaran Uang
BAB III
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Tabel 3.1. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah
Tabel 3.2. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah
Tabel 3.3. Perkembangan Peringkat Indikator Getting Credit Negara-
Negara di Kawasan ASEAN
BAB IV
10
18
21
22
25
28
28
29
30
38
38
49
Manajemen Intern Bank Indonesia
Tabel 4.1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama Bank Indonesia Periode Triwulan I-2014
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
72
ix
Daftar Grafik
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan
Grafik 2.3. Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Konsumen
Grafik 2.5. Neraca Pembayaran Indonesia
Grafik 2.6. Impor Non Migas
Grafik 2.7. Neraca Perdagangan
Grafik 2.8. Neraca Transaksi Modal dan Finansial
Grafik 2.9. Perkembangan Cadangan Devisa
Grafik 2.10.Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.11.Volatilitas Nilai Tukar di Kawasan
Grafik 2.12.Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Mata Uang Regional
Triwulan I-2014
Grafik 2.13.Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun
di Negara Kawasan
Grafik 2.14.Suku Bunga PUAB dan BI Rate
Grafik 2.15.Volume Transaksi PUAB
Grafik 2.16.Jumlah Bank Pelaku PUAB
Grafik 2.17.Perkembangan Volume Transaksi Valas Domestik
Grafik 2.18.Perkembangan Komposisi Transaksi Valas Domestik
Grafik 2.19.Yield Obligasi Negara
Grafik 2.20.Volatilitas yield 20 hari
Grafik 2.21.Perkembangan & Net Flow Asing di IHSG
Grafik 2.22.Perkembangan & Nilai Rata-rata Perdagangan Harian IHSG
Grafik 2.23.Perkembangan & Volatiltas IHSG
Grafik 2.24.Perkembangan Industri Reksadana
Grafik 2.25.Rasio Non Performing Loans (NPL)
Grafik 2.26.Rasio NPL Gross per Jenis Penggunaan
Grafik 2.27.Rasio NPL Gross per Sektor Ekonomi
Grafik 2.28.Pertumbuhan DPK (yoy)
Grafik 2.29.Komposisi Alat Likuid Perbankan
Grafik 2.30.Alat Likuid dan Non-Core Deposit (NCD)
Grafik 2.31.Rasio Non Performing Finance (NPF) Perusahaan Pembiayaan
(PP)
x
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
08
08
09
09
11
12
12
13
13
14
14
14
14
15
15
15
16
16
17
17
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
Grafik 2.32.Aset dan Investasi Industri Asuransi
Grafik 2.33.Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi
Grafik 2.34. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Dunia Usaha
Grafik 2.35. Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan
Grafik 2.36. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.37. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya per Maret 2014
Grafik 2.38. NPL Kredit UMKM
Grafik 2.39. Perkembangan Rata-rata UYD (qtq)
Grafik 2.40. Pertumbuhan PDB dan UYD
BAB III
23
23
23
23
24
24
26
29
29
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Grafik 3.1.Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter
Grafik 3.2.Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter
Grafik 3.3.Komposisi Instrumen Operasi Moneter
Grafik 3.4.Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
34
34
35
48
xi
Daftar Gambar
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan I-2014
Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan I-2014
BAB IV
Manajemen Intern Bank Indonesia
Gambar 4.1. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia
Gambar 4.2. Peta Strategi Bank Indonesia Tahun 2014
xii
09
11
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
70
71
BAB I
Ringkasan Eksekutif
BAB I Ringkasan Eksekutif
1.1. Kinerja Perekonomian
Perekonomian Indonesia menunjukkan perlambatan sebagai dampak dari pelemahan
ekspor, di tengah permintaan domestik yang masih cukup kuat dan kinerja investasi
yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,21%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,72%
(yoy). Kontraksi ekspor terutama berasal dari komoditas pertambangan antara lain karena
melemahnya permintaan terutama dari Tiongkok, menurunnya harga, serta pengaruh
temporer dari kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah. Sejalan dengan melambatnya
perekonomian, Bank Indonesia merevisi pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun
2014 dari 5,5-5,9% menjadi 5,1 – 5,5%.
Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, stabilitas makroekonomi tetap
terjaga dan ditopang penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali. Kestabilan tersebut
antara lain tercermin pada inflasi yang menurun, nilai tukar yang menguat, dan Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) yang membaik.
Dari sisi harga, penurunan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) masih berlanjut bersumber
dari kelompok volatile food yang mengalami deflasi karena membaiknya pasokan. Inflasi
inti juga mengalami penurunan didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah. Sementara
inflasi administered prices meningkat sejalan dengan adanya penyesuaian kebijakan harga
oleh Pemerintah. Inflasi IHK triwulan I-2014 tercatat 1.41% (qtq) atau 7,32% (yoy), menurun
dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,75% (qtq) atau 8,38% (yoy). Sejalan dengan
tren penurunan tersebut, inflasi untuk keseluruhan tahun 2014 diperkirakan lebih rendah
dibandingkan tahun 2013 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5%±1%.
NPI di triwulan laporan kembali mencatat surplus. Ditopang menurunnya defisit transaksi
berjalan dan meningkatnya aliran masuk modal asing, NPI surplus sebesar USD2,07 miliar.
Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2014 tercatat 2,06% dari PDB, menurun dari defisit
pada triwulan sebelumnya sebesar 2,12% dari PDB. Sementara itu, aliran masuk modal asing,
baik dalam bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio, meningkat dipengaruhi
sentimen positif terhadap fundamental perekonomian Indonesia yang membaik. Sejalan
dengan kinerja NPI yang positif, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I-2014
meningkat menjadi sebesar USD102,6 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 5,6 bulan
impor atau 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di
atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Fundamental ekonomi yang membaik dan diikuti penguatan kinerja NPI serta perbaikan
persepsi risiko investor global terhadap Indonesia, mendorong penguatan nilai tukar
rupiah. Secara point to point, nilai tukar rupiah pada triwulan I-2014 menguat sebesar 7,13%
(qtq) dibandingkan dengan level pada akhir 2013 dan ditutup Rp11.360 per dolar AS.
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kondisi sistem keuangan Indonesia terjaga
stabil. Stabilnya sistem keuangan Indonesia diindikasikan oleh Indeks Stabilitas Sistem
Keuangan yang berada pada level 0,96, membaik dibandingkan triwulan IV-2013 pada
level 1,10. Kondisi tersebut ditopang oleh kinerja perbankan dan lnstitusi Keuangan Non
Bank (IKNB) yang positif serta kondisi pasar keuangan Indonesia yang membaik.
Fungsi intermediasi perbankan dan IKNB berjalan lancar dengan moderasi pada penyaluran
kredit. Penyaluran kredit perbankan melambat seiring dengan perlambatan ekonomi.
Meski demikian, risiko kredit dan risiko likuiditas tetap terjaga. Di pasar keuangan, sentimen
positif terhadap kondisi perekonomian domestik dan membaiknya perekonomian AS dan
2
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB I Ringkasan Eksekutif
Eropa mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan dan menurunkan yield Surat
Berharga Negara. Kondisi ini sekaligus memberikan dampak positif terhadap terkendalinya
risiko pasar di industri perbankan.Dari sisi sektor riil, kinerja korporasi menunjukan
perlambatan sebagaimana dikonfirmasikan melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank
Indonesia. Namun, sektor korporasi tetap optimis dengan perkembangan ekonomi di
triwulan II-2014. Di sektor Rumah Tangga, keyakinan konsumen tetap terjaga dipengaruhi
oleh membaiknya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan.
Terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tidak terlepas dari dukungan
penyelenggaraan sistem pembayaran yang berlangsung dengan baik dan lancar. Hal ini
tercermin dari kehandalan sistem pembayaran yang diselenggarakan Bank Indonesia
dari ketersediaan sistem BI-RTGS sebagai setelmen dana, BI-SSSS sebagai setelmen surat
berharga Pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI, yang mencapai 100%. Sementara
kemampuan setelmennya mencapai 99,91%. Di samping itu, ketersediaan uang kartal
dalam jumlah yang cukup juga mendukung kelancaran transaksi pembayaran selama
triwulan laporan. Peningkatan kebutuhan uang kartal yang melonjak terutama dipengaruhi
oleh faktor perayaan beberapa hari besar keagamaan dapat dipenuhi dengan baik.
1.2. Kebijakan yang Ditempuh pada Triwulan I-2014
Tetap kondusifnya situasi perekonomian dan terjaga stabilnya sistem keuangan selama
triwulan I-2014 merupakan dampak dari berbagai respons kebijakan yang ditempuh oleh
Pemerintah dan Bank Indonesia.
Respons kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan untuk menjaga agar inflasi terkendali
dan menjaga kesinambungan perekonomian. Untuk itu, Bank Indonesia menempuh
bauran kebijakan guna meredam potensi risiko yang mempengaruhi keseimbangan
ekonomi makro. Konsisten dengan tujuan tersebut, Bank Indonesia memutuskan untuk
mempertahankan suku bunga kebijakannya (BI Rate) pada level 7,50%, dengan suku bunga
Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing pada level 7,50% dan 5,75%.
Kebijakan ini dinilai masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap berada pada
lintasan sasaran 4,5+1% pada 2014 dan 4,0+1% pada 2015, sekaligus menurunkan defisit
transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat.
Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga pergerakan
nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Hal ini didukung dengan upaya
memperdalam pasar valas antara lain melalui peningkatan transaksi lindung nilai. Bank
Indonesia menerbitkan petunjuk pelaksanaan transaksi swap lindung nilai kepada Bank
Indonesia. Inisiasi Bank Indonesia dalam pembentukan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate
(JISDOR) sebagai referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR.
Pasar domestik dinilai kredibel sebagai referensi harga USD/IDR.
Pengelolaan nilai tukar rupiah diimbangi pula dengan pengelolaan likuiditas. Bank
Indonesia berupaya agar likuiditas di pasar tetap seimbang. Hal ini dilakukan melalui operasi
moneter Bank Indonesia. Hasilnya, perbankan dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya
dengan baik dan suku bunga Pasar Uang Antar Bank overnight bergerak stabil.
Untuk meningkatkan pengendalian inflasi, Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi
dengan pemerintah pusat dan daerah. Upaya ini dilakukan dalam kerangka kerjasama Tim
Pengendalian Inflasi/Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPI/TPID). Pada triwulan I-2014, TPI
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
3
BAB I Ringkasan Eksekutif
telah menyepakati program kerja tahun 2014 dan membahas usulan penetapan sasaran
inflasi 2016-2018 yang akan menjadi acuan legal drafting Peraturan Menteri Keuangan
(PMK). Sementara itu, TPID sepanjang triwulan I-2014 terus aktif dalam pengendalian inflasi.
Koordinasi antar TPID terus diperkuat di berbagai daerah. TPID di Jawa Timur membentuk
Indonesia Network sebagai langkah awal penguatan produksi, distribusi, dan konektivitas
antar wilayah dalam wadah TPID. Dari sisi kelembagaan, TPID terus berkembang. Pada
triwulan I-2014, telah terbentuk 42 TPID baru sehingga secra keseluruhan TPID berjumlah
233 buah.
Upaya untuk meminimalkan potensi gangguan likuiditas sistem keuangan juga dilakukan
melalui kerjasama bank sentral. Sebagai tindak lanjut kesepakatan di 2013, pada triwulan
I-2014, Bank Indonesia menandatangani kerjasama swap mata uang lokal IDR/KRW melalui
Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan Bank of Korea.
Pasar keuangan yang sehat, stabil, dan efisien akan memudahkan transmisi bauran
kebijakan untuk mewujudkan stabilitas harga. Guna mewujudkan hal tersebut, Bank
Indonesia melaksanakan program pendalaman pasar keuangan. Salah satu kegiatan yang
dilakukan pada triwulan I-2014 yakni memfasilitasi perluasan penggunaan kontrak standar
dalam transaksi repo antar bank dalam bentuk Mini Master Repurchase Agreement (Mini
MRA). Dengan adanya perluasan tersebut, jumlah bank yang menyepakati penggunaan
Mini MRA dalam bertransaksi repo antar bank telah mencapai lebih dari 60 bank. Melalui
implementasi Mini MRA yang merupakan kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan
pada 2013, diharapkan mempermudah transaksi repo antar bank. Pada gilirannya akan
mendukung pendalaman pasar uang rupiah.
Pasca-beralihnya fungsi pengaturan dan pengawasan bank dari Bank Indonesia ke OJK
pada akhir Desember 2013, Bank Indonesia memperkuat perannya dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Hal ini dilakukan melalui fungsi pengaturan dan pengawasan
makroprudensial.
Melalui kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berupaya mencegah dan mengurangi
risiko sistemik yang mungkin timbul dan mengakibatkan gejolak di sistem keuangan
Indonesia. Selain itu, kebijakan makroprudensial juga dimaksudkan untuk mendorong
fungsi intermediasi yang seimbang bagi perekonomian, serta meningkatkan akses
dan efisiensi sistem keuangan. Upaya ini dilakukan melalui tiga fungsi, yakni (i) systemic
surveillance, (ii) menetapkan kebijakan makroprudensial, serta (iii) pengembangan pasar
keuangan dan keuangan inklusif.
Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan yang terkait
dengan pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Di bidang pengaturan, Bank
Indonesia memfokuskan pada evaluasi penguatan terhadap beberapa ketentuan
makroprudensial yang telah diterbitkan pada periode-periode sebelumnya. Selain untuk
memastikan kesesuaian ketentuan dengan dinamika yang terjadi di industri keuangan,
evaluasi ini juga dimaksudkan untuk memperkuat koordinasi dengan OJK. Selain itu, Bank
Indonesia juga tengah mempersiapkan ketentuan mengenai pengaturan dan pengawasan
makroprudensial. Pengaturan ini menjabarkan kewenangan Bank Indonesia dalam
pengaturan prudensial.
Pengawasan makroprudensial dilakukan melalui kegiatan surveilans sistem keuangan.
Pemantauan terhadap perbankan antara lain untuk mengetahui kondisi likuiditas dalam
4
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB I Ringkasan Eksekutif
taraf aman dan berjalannya fungsi intermediasi. Pemantauan terhadap IKNB antara lain
dilakukanguna memonitor keseimbangan struktur pembiayaan dan sumber dana.
Dalam upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia juga secara
intensif melakukan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait di bidang keuangan.
Koordinasi tersebut dilakukan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
(FKSSK). Secara rutin dilakukan asesmen terhadap kondisi sistem keuangan terkini. Selain
itu, di triwulan laporan juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan diantaranya penyelesaian
Laporan Kegiatan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) tahun 2013,
pembaruan SKB tentang Sekretariat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan, dan
penyusunan draf Prosedur Operasional Komunikasi Publik. Selain melakukan koordinasi
lintas instansi, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan OJK. Hal ini
merupakan tindak lanjut dari Naskah Keputusan Bersama yang disepakati kedua instansi
pada 18 Oktober 2013.
Dalam peningkatan akses keuangan, Bank Indonesia melaksanakan berbagai program
keuangan inklusif bekerjasama dengan pihak terkait untuk mendorong terpeliharanya
stabilitas sistem keuangan. Pada triwulan I-2014, dilakukan berbagai kegiatan antara lain
(i) program Tabunganku dan basic savings account, (ii) kampanye gerakan menabung, (iii)
penyiapan revisi pengaturan layanan keuangan digital, (iv) pembahasan usulan skema bisnis
model penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat, dan (v) penyiapan
payung hukum Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
Upaya penguatan sektor riil dan pemberdayaan UMKM selalu menjadi perhatian Bank
Indonesia. Pada triwulan I-2014, dilakukan berbagai kegiatan antara lain pilot project
pemeringkatan kredit UKM di Jawa Tengah, sosialisasi kajian sektor industri kreatif yang
berdaya saing di Indonesia, dan pemetaan klaster komoditas pangan yang menjadi sumber
inflasi per wilayah.
Di bidang sistem pembayaran, kebijakan Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga agar
sistem pembayaran terselenggara dengan aman, lancar, dan efisien. Beberapa kegiatan
yang dilakukan merupakan kesinambungan dari kegiatan yang telah dilaksanakan pada
periode sebelumnya. Diantaranya terkait dengan implementasi National Payment Gateway
serta pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, serta Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia Next Generation. Selain aspek keamanan, kelancaran dan efisiensi, Bank
Indonesia juga memberikan perhatian terhadap aspek perlindungan konsumen. Untuk itu,
di triwulan laporan telah diterbitkan ketentuan mengenai perlindungan konsumen jasa
sistem pembayaran.
Guna mendukung kelancaran transaksi tunai, kebijakan Bank Indonesia dalam pengelolaan
uang diarahkan untuk memastikan ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya,
distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang prima.
Pada triwulan I-2014, telah dilakukan pencetakan uang sesuai perjanjian kerjasama dengan
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia. Pemenuhan uang juga dilakukan dengan
menjangkau daerah terpencil, pulau terluar, dan perbatasan. Upaya pemenuhan uang juga
terus diimbangi dengan penanggulangan uang palsu. Bekerjasama dengan Kepolisian
Republik Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang palsu. Selain itu, kegiatan
sosialisasi dan edukasi publik mengenai ciri keaslian uang Rupiah dan cara penggunaan
uang rupiah yang baik juga terus dilaksanakan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
5
BAB I Ringkasan Eksekutif
Untuk mendukung efektivitas kebijakan dan pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia
senantiasa mengkomunikasikan kebijakannya kepada pemangku kepentingan. Selain itu,
dilakukan pula kegiatan edukasi mengenai tugas kebanksentralan dan materi lainnya. Tidak
hanya ditujukan kepada pemangku kepentingan domestik, komunikasi juga dilakukan
kepada investor asing dan lembaga internasional lainnya.
Terlaksananya tugas utama Bank Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dukungan
pengelolaan organisasi dan sumber daya Bank Indonesia. Agar akuntabel dan transparan,
Bank Indonesia melakukan pengelolaan dengan berlandaskan prinsip tata kelola organisasi
yang baik.
6
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II
Perkembangan Kondisi
Makroekonomi, Moneter, Sistem
Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Penyesuaian ekonomi yang berlangsung pada triwulan I-2014 masih terkendali, meskipun
terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Stabilitas makroekonomi tetap terjaga, antara
lain tercermin pada inflasi, nilai tukar, dan neraca pembayaran yang membaik. Inflasi terus
menurun dan diperkirakan akan berada dalam kisaran targetnya. Sementara itu, Neraca
Pembayaran Indonesia juga mencatat surplus yang cukup besar. Kondisi fundamental yang
membaik tersebut berdampak pada nilai tukar rupiah yang cenderung bergerak stabil. Namun,
pertumbuhan ekonomi melambat dipengaruhi ekspor riil yang mencatat kontraksi.
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.1. Inflasi
Penurunan
inflasi masih
terus berlanjut
pada triwulan
I-2014
sehingga
diperkirakan
dapat
mendukung
pencapaian
target inflasi
2014 pada
kisaran
4,5+1%.
Respons kebijakan yang ditempuh secara konsisten oleh Bank Indonesia dan koordinasi
dengan pemerintah cukup efektif untuk terus menurunkan tekanan inflasi pada triwulan
I-2014. Inflasi pada triwulan I-2014 tercatat 1,41% (qtq) atau 7,32% (yoy), menurun secara
tahunan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,75% (qtq) atau 8,38% (yoy) (Grafik 2.1).
Penurunan inflasi secara tahunan terutama ditopang oleh kelompok volatile food dan inflasi
inti. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi kelompok volatile food dan inflasi
inti pada triwulan laporan tercatat lebih rendah. Sementara itu, inflasi pada kelompok
administered price mengalami peningkatan (Grafik 2.2).
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
2,66
1,41
1,33
1,14
20
17,64
14
6,57
8
7,25
2
4,66
-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
IHK
Core
Adm. Prices
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Triwulanan
Vol. Food
-10
1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3
CPI
Core
Administered Prices
Volatile Food
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan
Pada triwulan I-2014, kelompok volatile food menjadi penyumbang terbesar deflasi seiring
membaiknya pasokan sejumlah bahan makanan. Inflasi volatile food mencapai 2,66%
(qtq) atau 7,25% (yoy), turun tajam dibanding triwulan IV-2013 yang sebesar -0,58 (qtq)
atau 11,83% (yoy). Penurunan tersebut didukung pasokan yang lebih baik dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya ketika terjadi kelangkaan beberapa komoditas
hortikultura akibat pembatasan impor. Berdasarkan komoditas, penyumbang deflasi pada
triwulan I-2014 adalah meningkatnya panen bawang merah dan cabai merah di akhir
triwulan laporan, serta melimpahnya pasokan daging ayam dan telur ayam. Sementara itu,
penyumbang tekanan inflasi berasal dari beras, cabai rawit, dan ikan segar.
Inflasi yang meningkat pada triwulan I-2014 terjadi pada kelompok administered price.
Inflasi administered prices di triwulan I-2014 sebesar 1,33% (qtq) atau 17.47% (yoy), lebih
tinggi dari triwulan IV-2013 yang sebesar 1.40 (qtq) atau 16,65% (yoy). Inflasi administered
prices disebabkan kenaikan harga LPG 12 kg di awal Januari 2014, kenaikan tarif cukai rokok
di awal tahun, dan implementasi kebijakan surcharge pada tarif angkutan udara. Dampak
penerapan surcharge masih terbatas karena adanya persaingan tarif penerbangan yang
menyebabkan belum semua maskapai menerapkan tarif surcharge tersebut.
Inflasi inti pada triwulan I-2014 menurun didukung menguatnya nilai tukar rupiah,
minimalnya tekanan permintaan, dan menurunnya ekspektasi inflasi. Inflasi inti tercatat
sebesar 4,61% (yoy) menurun dibandingkan triwulan IV-2013 sebesar 4,98% (yoy).
8
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Penurunan tersebut didukung adanya tren perlambatan pada inflasi inti nontraded seiring
dengan moderatnya tekanan permintaan domestik.
Inflasi inti yang menurun juga didukung ekspektasi inflasi yang membaik. Hasil survey
pedagang eceran maupun konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi tekanan harga
untuk periode 3 maupun 6 bulan yang akan datang cenderung membaik, dibandingkan
dengan beberapa bulan sebelumnya. (Grafik 2.3 dan Grafik 2.4).


                          




 
Grafik 2.3
Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
Grafik 2.4
Ekspektasi Harga Konsumen
Berdasarkan kawasan, deflasi terjadi di kawasan Jawa dan Sumatera yang merupakan sentra
produksi bahan pangan (Gambar 2.1). Panen beras dan beberapa komoditas hortikultura
yang berlangsung di Jawa Barat dan Jawa Tengah menyebabkan terjadinya deflasi yang
cukup besar di kawasan Jawa. Berbagai daerah di Sumatera juga mencatat deflasi karena
koreksi harga holtikultura dan melimpahnya produksi sayuran. Sebaliknya, Jakarta dan
mayoritas wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih mencatat inflasi. Sebagai contoh,
inflasi pada komoditas aneka cabai tercatat cukup tinggi di Gorontalo dan Maluku.
4.88 - 5.77
5.77 - 6.58
6.58 - 7.85
7.58 - 8.95
8.95 - 9.61
Gambar 2.1
Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan I 2014 (%, yoy)
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
9
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun
2013 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5%±1%. Realisasi inflasi
yang terjaga tersebut tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah
khususnya di tahun 2013. Selain itu, ekspektasi yang cenderung membaik dan harga
komoditas internasional yang masih lemah diperkirakan akan menyebabkan pergerakan
kelompok inflasi inti relatif terjaga. Inflasi inti yang terjaga juga ditopang berkurangnya
kecenderungan pergerakan nilai tukar yang depresiatif.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian
Indonesia pada
triwulan I-2014
melambat.
Di sisi lain,
pertumbuhan
konsumsi
masih cukup
tinggi yang
disertai
dengan
pertumbuhan
investasi yang
membaik.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,21% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan IV-2013 sebesar 5,72% (yoy). Melambatnya pertumbuhan terutama
bersumber dari pelemahan ekspor, sementara permintaan domestik masih cukup kuat.
Ekspor mengalami kontraksi sebesar 0,78% (yoy) akibat terhambatnya ekspor tambang
mineral dan masih tertekannya ekspor batubara. Sementara ekspor manufaktur masih
tumbuh solid sesuai tren perbaikan perekonomian dunia.
Perlambatan juga terjadi pada konsumsi pemerintah. Konsumsi pemerintah triwulan I-2014
hanya tumbuh sebesar 3,58% (yoy) melambat dibanding triwulan IV-2013 sebesar 6,45%
(yoy), akibat pergeseran penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) ke triwulan II-2014. Sementara
konsumsi rumah tangga tumbuh menguat menjadi 5,61% (yoy) dari triwulan sebelumnya
sebesar 5,25% (yoy). Hal ini terutama ditopang optimisme konsumen dan penyelenggaran
pemilu legislatif. Secara keseluruhan, konsumsi pada triwulan I-2014 masih cukup tinggi.
Seiring dengan konsumsi yang masih cukup tinggi, investasi meningkat menjadi 5,13%
(yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 4,37% (yoy). Peningkatan tersebut terutama berasal
dari investasi nonbangunan yang mengantisipasi potensi peningkatan permintaan ke
depan dan utilisasi kapasitas yang tinggi. Namun, investasi bangunan tumbuh melambat
merespons pengetatan kebijakan Loan to Value (LTV) dan kenaikan suku bunga. Sementara
itu, impor tercatat mengalami kontraksi 0,66% (yoy).
Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Komponen
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa
PDB
Sumber : BPS
2013
I
II
III
IV
2013
2014
I
2014*
5,25,1 5,55,35,3 5,6
0,42,2 8,96,44,9 3,6
5,5
4,5
4,5
4,4
4,7
5,1
3,6
4,8
5,2
7,4
5,3
-0,8
0,0
0,7
5,1
-0,6
1,2
-0,7
6,05,8 5,65,75,8 5,2
5,1-5,5
6,2-6,6
4,8-5,2
1,5-1,9
0,5-0,9
5,1-5,5
2015*
5,3-5,7
5,4-5,8
5,3-5,7
5,1-5,5
4,9-5,3
5,4-5,8
* Proyeksi Bank Indonesia
Secara spasial, perlambatan ekonomi triwulan I-2014 terutama bersumber dari kinerja KTI
dan Jawa yang tumbuh melambat. Beberapa daerah di KTI seperti Kalimantan Timur, Papua,
Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Aceh bahkan tumbuh pada kisaran
yang rendah yaitu 0,6% - 3,3% (Gambar 2.2). Perlambatan ekonomi di KTI dipengaruhi
oleh menurunnya kinerja sektor pertambangan, sementara perlambatan pertumbuhan
10
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
ekonomi di Jawa terutama bersumber dari kinerja sektor pertanian. Namun demikian,
pertumbuhan ekonomi Jakarta masih meningkat didorong oleh sektor perdagangan dan
sektor pengangkutan antara lain terkait penyelenggaraan Pemilu.
Untuk keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran
5.1%-5.5%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5.5%-5.9%. Revisi pertumbuhan
ekonomi pada 2014 banyak dipengaruhi oleh komponen ekspor tambang. Ke depan, perlu
diupayakan langkah-langkah untuk melakukan diversifikasi komoditas ekspor yang lebih
berdaya saing.
gPDRB > 7%
6% < gPDRB < 7%
5% < gPDRB < 6%
4% < gPDRB < 5%
gPDRB < 4%
Gambar 2.2
Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan I-2014
2.3. Neraca Pembayaran
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
pada triwulan I-2014 kembali membaik
dipengaruhi permintaan domestik yang
terkendali dan stabilitas ekonomi yang
semakin kuat. NPI triwulan I-2014 mencatat
surplus sebesar 2,07 miliar dolar AS, ditopang
oleh menurunnya defisit transaksi berjalan
dan meningkatnya aliran masuk modal asing.
Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2014
tercatat 2,06% dari PDB, menurun dari defisit
pada triwulan IV-2013 sebesar 2,12% dari
PDB (Grafik 2.5). Sementara itu, aliran masuk

modal asing meningkat seiring dengan

persepsi positif investor terhadap perbaikan
fundamental ekonomi Indonesia. Peningkatan
Grafik 2.5
Neraca Pembayaran Indonesia
aliran modal asing ini berkontribusi pada
surplus transaksi modal dan finansial sebesar 7,83 miliar dolar AS.
Neraca
Pembayaran
Indonesia pada
triwulan I-2014
mencatat
surplus,
ditopang oleh
menurunnya
defisit transaksi
berjalan dan
meningkatnya
aliran masuk
modal asing.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
11
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Perbaikan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi impor yang terkontraksi, sejalan
dengan moderasi pertumbuhan ekonomi. Impor nonmigas terkontraksi 5,5% (yoy) antara
lain dipengaruhi menurunnya impor bahan baku dan barang modal (Grafik 2.6). Selain itu,
impor migas juga terkontraksi lebih dalam sebesar 8,6% (yoy) mengikuti pola konsumsi
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih rendah di awal tahun. Namun, perbaikan sektor
eksternal tertahan karena ekspor juga mengalami kontraksi. Ekspor nonmigas tumbuh
negatif (-0,2%) karena melemahnya permintaan global terutama Tiongkok, penurunan
harga komoditas global, dan pengaruh temporer kebijakan pelarangan ekspor mineral
mentah. Ekspor migas juga tumbuh negatif (-8,8%) seiring dengan turunnya produksi
minyak. Perkembangan tersebut secara keseluruhan mengakibatkan surplus neraca
perdagangan barang triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus
triwulan IV-2013 (Grafik 2.7).
12,00
7,00
2,00
-3,00
-8,00
-13,00


Grafik 2.6
Impor Non Migas
Q1
Q2 Q3
Neraca Nonmigas
Q4
Q1
Q2 Q3
Q4
Q1
Neraca Migas
Q2 Q3
Q4 Q1**
Neraca Perdagangan
* angka sementara
** angka sangat sementara
Grafik 2.7
Neraca Perdagangan
Defisit transaksi berjalan yang lebih rendah juga dipengaruhi defisit neraca jasa yang
menurun. Neraca jasa mencatat defisit yang lebih rendah pada triwulan laporan sebesar
2,2 miliar dolar AS dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,1 miliar dolar
AS. Hal itu disebabkan oleh menurunnya jasa pembayaran pengangkutan (freight) sejalan
dengan impor yang turun cukup dalam, dan meningkatnya surplus jasa perjalanan (travel)
sesuai dengan pola musimannya.
Perkembangan pada sisi transaksi modal dan finansial tetap solid ditopang masih kuatnya
aliran masuk modal asing. Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung
maupun investasi portofolio pada triwulan I-2014 meningkat. Peningkatan tersebut
didorong oleh positifnya persepsi investor terhadap kondisi fundamental ekonomi
Indonesia.
Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio asing meningkat tajam dari
1,63 miliar dolar AS pada triwulan IV-2013 menjadi 8,51 miliar dolar AS pada triwulan
laporan. Peningkatan tersebut ditopang oleh meningkatnya neto beli asing pada instrumen
portofolio berdenominasi rupiah (saham dan SUN). Penerbitan global bond pemerintah
senilai 4,00 miliar dolar AS juga mendorong peningkatan investasi portfolio.
12
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Sementara itu, investasi langsung asing di Indonesia (PMA-Penanaman Modal Asing)
tercatat stabil dari triwulan sebelumnya sebesar 4,53 miliar dolar AS. Namun, secara neto
transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya
(Grafik 2.8). Hal ini dikarenakan investasi lainnya mencatat defisit yang disebabkan oleh
meningkatnya penempatan simpanan swasta domestik di luar negeri.
Dengan perkembangan positif pada NPI tersebut, cadangan devisa Indonesia berada
dalam tren meningkat. Pada Maret 2014, cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai
102,6 miliar dolar AS, meningkat dari triwulan IV-2013 sebesar 99,4 miliar dolar AS.
Level cadangan devisa tersebut setara dengan 5,6 bulan impor atau 5,4 bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
internasional sekitar 3 bulan impor (Grafik 2.9).


Grafik 2.8
Neraca Transaksi Modal dan Finansial
 ­
Grafik 2.9
Perkembangan Cadangan Devisa
Prospek NPI diperkirakan membaik pada 2014. Hal ini didukung oleh defisit transaksi
berjalan yang menurun di bawah 3,0% dari PDB, lebih rendah dibanding tahun 2013 yang
sebesar 3,33%. Penurunan defisit transaksi berjalan ini terutama didukung oleh pemulihan
ekonomi global. Selain itu, penurunan defisit transaksi berjalan juga didukung oleh
berbagai upaya yang ditempuh pemerintah dalam membatasi impor, antara lain melalui
peningkatan penggunaan biodiesel dan peningkatan pajak untuk barang impor.
Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran modal asing diperkirakan masih meningkat untuk
keseluruhan tahun 2014. Optimisme ini didukung oleh bauran kebijakan yang difokuskan
pada stabilisasi makroekonomi, defisit transaksi berjalan yang menurun, dan kondisi pasar
finansial global yang semakin membaik. Terus membaiknya kondisi pembiayaan eksternal
tersebut akan menopang pemulihan keseimbangan neraca pembayaran Indonesia.
2.4. Nilai Tukar Rupiah
Seiring dengan perbaikan fundamental ekonomi domestik dan membaiknya persepsi risiko
investor global terhadap Indonesia, nilai tukar rupiah secara point-to-point mengalami
penguatan pada triwulan I-2014. Rupiah menguat 7,13% dibandingkan dengan level
pada akhir 2013 dan ditutup pada level Rp11.360 per dolar AS pada akhir triwulan I-2014
Perkembangan
nilai tukar
rupiah selama
triwulan I-2014
secara umum
membaik.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
13
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
(Grafik 2.10). Penguatan tersebut terutama terjadi sejak Februari 2014 sejalan dengan
meningkatnya aliran masuk modal asing.
Penguatan rupiah juga diikuti dengan volatilitas nilai tukar yang menurun. Pada triwulan
I-2014, volatilitas nilai tukar secara triwulanan menurun dari 15,3% pada triwulan
sebelumnya menjadi 11,5% pada triwulan I-2014. Tingkat volatilitas tersebut relatif sejalan
dengan volatilitas pada sebagian negara emerging lainnya, seperti Turki, Brazil, dan Afrika
Selatan (Grafik 2.11).
   
Grafik 2.10
Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.11
Volatilitas Nilai Tukar di Kawasan
Penguatan nilai tukar rupiah pada triwulan I-2014 utamanya dipengaruhi oleh sentimen
positif dari persepsi pelaku pasar terhadap perbaikan data fundamental perekonomian
domestik. Hal ini tercermin dari meredanya laju tekanan inflasi dan meningkatnya cadangan
devisa. Pergerakan rupiah tersebut relatif sejalan dengan pergerakan mata uang negara
lain di kawasan (Grafik 2.12).
Q1-2014 vs Q4-2013
EUR
INR
CNY
KRW
IDR
SGD
Grafik 2.12
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Mata Uang Regional
Triwulan I-2014
14
THB JPY
MYR PHP Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
%
   Grafik 2.13
Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun
di Negara Kawasan
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Sejalan dengan optimisme terhadap perbaikan kondisi fundamental ekonomi, persepsi
risiko investor asing terhadap nilai tukar rupiah cenderung mengalami perbaikan. Kondisi
yang sama turut dialami oleh negara kawasan lainnya yang tercermin dari indikator risiko
Credit Default Swap (CDS) yang cenderung menurun (Grafik 2.13).
2.5. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Valas
Seiring dengan tidak berubahnya stance kebijakan Bank Indonesia yang tercermin dari
suku bunga BI Rate dan suku bunga Deposit Facility (DF) yang tetap selama triwulan I-2014,
rata-rata harian suku bunga PUAB tenor overnight (O/N) relatif stabil di kisaran 5,88%.
Rata-rata harian PUAB O/N tersebut naik tipis sebesar 5 bps dari triwulan sebelumnya
sebesar 5,83%. Suku bunga PUAB O/N yang meningkat tipis tersebut terutama seiring
dengan meningkatnya penggunaan likuiditas untuk pajak serta setelmen Surat Berharga
Negara (SBN) dan Sukuk ritel pada Maret 2014. Kebutuhan tersebut diimbangi oleh adanya
peningkatan aliran masuk uang kartal pasca-penarikan kartal oleh masyarakat menghadapi
perayaan hari besar keagamaan dan Tahun Baru selama triwulan I-2014.
Rata-rata harian suku bunga PUAB tenor 1
minggu dan tenor 1 bulan meningkat masingmasing sebesar 15 bps dan 57 bps menjadi
6,51% dan 8,06%. Pergerakan suku bunga
PUAB tersebut juga seiring dengan pergerakan
kuotasi perbankan yang tercermin pada
Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR), yang
merupakan suku bunga indikasi penawaran
tingkat bunga antar bank. Rata-rata harian
JIBOR O/N naik tipis selama triwulan I-2014
sebesar 3 bps, yaitu dari 5,85% menjadi 5,88%.
      Dari sisi volume transaksi, rata-rata harian
volume transaksi PUAB pada triwulan I-2014
menurun sebesar 3% dibandingkan triwulan
sebelumnya, atau menurun dari Rp10,57 triliun
Grafik 2.14
Suku Bunga PUAB dan BI Rate
Grafik 2.15
Volume Transaksi PUAB
Pergerakan
suku bunga
PUAB O/N
sebagai
sasaran
operasional
kebijakan
moneter stabil,
sejalan dengan
perbaikan
kondisi
likuiditas
harian
perbankan.




Grafik 2.16
Jumlah Bank Pelaku PUAB
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
15
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
menjadi Rp10,23 triliun. Penurunan volume transaksi tersebut terutama terjadi pada tenor
di atas 1 minggu. Di sisi lain, frekuensi transaksi PUAB selama triwulan I-2014 meningkat
menjadi 147 transaksi/hari dan jumlah bank pelaku sebesar 70 bank/hari (pada periode
sebelumnya terdapat 143 transaksi/hari dengan pelaku sebesar 67 bank/hari).
Secara umum, volume transaksi pasar valas domestik cenderung meningkat. Pada triwulan
I-2014, total volume transaksi valas domestik tercatat sebesar USD174,03 miliar atau
meningkat 15,16% dibandingkan triwulan IV-2013 yang totalnya sebesar USD151,12 miliar.
Dari sisi komposisi, transaksi di pasar valas domestik tersebut didominasi oleh transaksi spot
(72%), sementara komposisi transaksi swap dan forward masing-masing tercatat sebesar
23% dan 5%. Pertumbuhan transaksi spot juga merupakan yang terbesar dibandingkan
transaksi lainnya.
Pada triwulan I-2014, total volume transaksi spot naik 18,14% dari USD106,14 miliar menjadi
USD125,39 miliar. Sementara itu, transaksi swap meningkat 13,20% dari USD34,63 miliar
menjadi USD39,20 miliar. Sebaliknya, aktivitas transaksi forward pada periode laporan
mengalami penurunan sebesar 8,77% dari USD10,34 miliar menjadi USD 9,44 miliar.
250.000
200.000
50.000
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Sumber: LHBU – Bank Indonesia
 Grafik 2.17
Perkembangan Volume Transaksi Valas Domestik
16
100.000
Stabilitas
sistem
keuangan
masih
terjaga. Hal
ini tercermin
dari Indeks
Stabilitas
Sistem
Keuangan
(ISSK) yang
berada pada
level 0,96
membaik dari
sebelumnya
level 1,10.
150.000
0
Grafik 2.18
Perkembangan Komposisi Transaksi Valas Domestik
2.6. Perkembangan Sistem Keuangan
2.6.1. Perkembangan Pasar Keuangan
Pasar keuangan Indonesia pada triwulan I-2014 menunjukkan penguatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut antara lain membaiknya defisit transaksi
berjalan, stabilnya inflasi, ekspektasi naiknya Produk Domestik Bruto, dan penyelenggaraan
pemilihan umum legislatif yang berjalan lancar. Selain faktor domestik, penguatan juga
didorong faktor eksternal. Membaiknya ekonomi AS dan Eropa, serta masih melimpahnya
likuiditas global mendorong masuknya arus dana ke negara emerging markets.
Menguatnya pasar keuangan Indonesia diikuti dengan menurunnya yield Surat Berharga
Negara (SBN) (Grafik 2.19). Yield SBN tenor pendek (1-5 tahun) turun 51,03bps, tenor
menengah (6 -10 tahun) turun 37,88 bps, dan tenor panjang (11-30 tahun) turun 42,78 bps.
Risiko pergerakan harga SBN juga menurun seiring dengan turunnya volatilitas yield SBN
(Grafik 2.20).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran


Grafik 2.19
Yield Obligasi Negara

Grafik 2.20
Volatilitas Yield 20 Hari
Menurunnya yield dan volatilitas SBN terjadi seiring dengan tingginya inflow asing ke pasar
SBN (Grafik 2.21). Pada triwulan I-2014, tercatat investor asing masuk sebesar Rp37,3 triliun
ke pasar SBN. Tingginya minat asing terhadap SBN terlihat dari tingginya pertumbuhan
kepemilikan yakni sebesar 11,4% (qtq) atau mencapai 28,5% (yoy).
Di pasar saham, sentimen positif mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dan jumlah transaksi harian di bursa. IHSG pada triwulan I-2014 menguat sebesar
11,6% ke level 4768,3 mendekati titik tertinggi pada akhir Mei 2013 di level 5068,3.
Sementara itu, rata-rata transaksi harian pada triwulan laporan tercatat mencapai Rp5,94
triliun, naik sebesar Rp0,98 triliun dibandingkan triwulan IV-2013 (Grafik 2.22).
Grafik 2.21
Perkembangan & Net Flow Asing di IHSG










Grafik 2.22
Perkembangan & Nilai Rata-rata Perdagangan Harian IHSG
Risiko di pasar saham terpantau rendah, tercermin dari volatilitas IHSG yang lebih rendah
dibandingkan periode krisis di pertengahan 2013 (Grafik 2.23). Rata-rata volatilitas IHSG di
triwulan I-2014 tercatat sebesar 18,7% lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang mencapai
25,9%.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
17
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Grafik 2.23
Perkembangan & Volatiltas IHSG
Pasar saham Indonesia mencatat kenaikan
terbesar secara triwulanan dibandingkan
negara Asia lainnya, yaitu sebesar 11,56%.
Pelemahan masih terjadi di pasar saham Asia
yang lebih maju seperti Jepang, Hong Kong,
Tiongkok, dan Korea Selatan (Tabel 2.2).
Negara-negara seperti Indonesia, Thailand,
India, dan Filipina adalah beberapa negara
yang terkena dampak terbesar dari isu krisis
current account Asia pada pertengahan
2013 dan pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan yang cukup besar. Nilai
kapitalisasi pasar saham Indonesia sebesar USD
414,32 miliar, mengalami peningkatan secara
triwulanan sebesar USD 72,8 Miliar (21,3%).
Namun, kapitalisasi pasar saham Indonesia
relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
bursa negara-negara di regional.
Tabel 2.2
Perkembangan Indeks Saham Regional
Regional Market Indiccs
1
Indonesia (IHSG)
2
Jepang (Nikkei)
3
Hongkong (HSI)
4
China (Shanghai)
5 Korea Selatan (Kospi)
6
Singapura (STI)
7
malaysia (KLCI)
8
Thailand (SET)
9
Australia (AS30)
10
Filipina (PSEi)
11
India (Sensex)
12 China (Shenzhen)
Mar-2013

Grafik 2.24
Perkembangan Industri Reksadana
18
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
Mar-2013
Perubahan
QTQ (%)
4.940,994.274,184.768,28
12.397,9116.291,3114.827,83
22.299,6323.306,3922.151,06
2.236,622.115,982.033,31
2.004,89
2.011,34
1.985,61
3.308,103.167,433.188,62
1.671,631.866,961.849,21
1.561,061.298,711.376,26
4.979,875.353,085.402,99
6.847,475.889,836.428,71
18.835,7721.170,6822.386,27
927,89
1.057,67
1.039,88
Des-2013
Perubahan
YoY (%)
11,56 (3,50)
(8,98)19,60
(4,96)
(0,67)
(3,91)
(9,09)
(1.28)
(0.96)
0.67 (3.61)
(0,95)10,62
5,97 (11,84)
0,93
8,50
9,15 (6,12)
5,74
18,85
(1,68)12,07
Membaiknya kinerja pasar keuangan
Indonesia juga berdampak positif terhadap
kinerja reksadana (Grafik 2.24). Net Aktiva
Bersih (NAB) reksadana pada triwulan I-2014
tercatat meningkat 7,15% dibandingkan
triwulan IV-2013. Kenaikan NAB juga
ditopang dengan bertambahnya jumlah
produk reksadana dan unit penyertaan yang
beredar dipasaran. Pada triwulan I-2014,
jumlah produk reksadana naik sebesar 0,13%
sementara unit penyertaan naik 1,75%.
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.6.2. Perkembangan Industri Perbankan
2.6.2.1. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan
Sejalan dengan perlambatan ekonomi, perbankan telah melakukan penyesuaian ekspansi
kredit sehingga pertumbuhan kredit baik secara triwulan maupun tahunan cenderung
melambat. Selama triwulan I-2014, kredit perbankan tumbuh 0,4% (qtq) sehingga menjadi
Rp3.306,9 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 2,23%
(qtq).
Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Investasi (KI) mencatat pertumbuhan yang
lebih tinggi dibandingkan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK). KI pada
triwulan I-2014 tumbuh sebesar 2,0% dibandingkan triwulan-IV-2013 diikuti dengan
pertumbuhan KK sebesar 1,2%. Sementara pertumbuhan KMK pada triwulan laporan
mengalami penurunan sebesar 0,8% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan
tersebut disebabkan adanya penyesuaian yang dilakukan korporasi akibat pelemahan
nilai tukar dan perlambatan ekonomi. Secara sektoral, pada triwulan I-2014, pertumbuhan
kredit berasal dari sektor Listrik (12,6 %), Pertanian (2,9%) dan sektor perdagangan (1,4%).
Sejalan dengan
perlambatan
ekonomi,
perbankan
telah
melakukan
penyesuaian
ekspansi kredit
sehingga
pertumbuhan
kredit baik
secara triwulan
maupun
tahunan
cenderung
melambat.
Sejalan dengan masih belum pulihnya perekonomian domestik dan kenaikan suku bunga
kredit, risiko kredit industri perbankan mulai menunjukkan peningkatan dalam level yang
rendah. Kondisi ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross industri perbankan
yang sedikit meningkat dari 1,77% pada triwulan IV-2013 menjadi 2,00% di triwulan
laporan (Grafik 2.25). Peningkatan NPL gross yang masih terbatas tersebut terkait upaya
perbankan dalam meningkatkan manajemen risiko perbankan dan menyesuaikan target
pertumbuhan kredit sehingga dapat memitigasi potensi risiko kredit yang lebih besar.
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan risiko kredit terjadi pada kredit produktif
(Kredit Modal Kerja/KMK dan Kredit Investasi/KI) maupun kredit konsumsi (KK). Dibanding
triwulan sebelumnya, rasio NPL gross KMK pada triwulan laporan meningkat dari 1,98%
menjadi 2,36%. Sementara rasio NPL gross KI naik dari 1,71% menjadi 1,86%, dan rasio NPL
gross KK dari 1,45% menjadi 1,49% (Grafik 2.26). Peningkatan rasio NPL gross KMK terutama
terjadi di sektor perdagangan dan industri, Hal ini disebabkan perlambatan ekonomi dunia
yang berdampak pada penurunan harga komoditas serta pelemahan nilai tukar selama
semester II-2013.
Grafik 2.25
Rasio Non Performing Loan
Grafik 2.26
Rasio NPL Gross per Jenis Penggunaan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
19
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
  

 
 ­
­
Grafik 2.27
Rasio NPL Gross per Sektor Ekonomi
Pertumbuhan
DPK industri
perbankan
cenderung
melambat,
sejalan dengan
perlambatan
ekonomi
domestik dan
pola kontraksi
keuangan
pemerintah
pada awal
tahun.
Berdasarkan sektor ekonomi, kenaikan risiko
kredit terjadi pada seluruh sektor ekonomi,
kecuali sektor Jasa Dunia Usaha, dengan level
yang bervariasi (Grafik 2.27). Peningkatan
rasio NPL gross yang berpengaruh signifikan
terhadap risiko kredit perbankan terutama
berasal dari sektor perdagangan, industri,
angkutan, dan pertambangan. Untuk
mengatasi peningkatan risiko kredit ke depan,
Bank Indonesia akan terus berkoordinasi
dengan OJK dalam memantau risiko kredit
perbankan sehingga tidak mengganggu
stabilitas sistem keuangan.
2.6.2.2. Perkembangan Likuiditas dan
Risiko Likuiditas Industri Perbankan
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan cenderung melambat, sejalan
dengan perlambatan ekonomi domestik dan pola kontraksi keuangan pemerintah pada
awal tahun. Pada triwulan I-2014, DPK industri perbankan tumbuh 11,56% (yoy) lebih rendah
dibanding triwulan IV-2013 yang mencapai 13,60% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK
terjadi pada seluruh komponen DPK, terutama pada Giro dan Tabungan (Grafik 2.28).
    ­€
 ­€­‚ƒ­„
Grafik 2.28
Pertumbuhan DPK (yoy)
…†­‡­ˆ ‰
Pada triwulan laporan Giro tumbuh
melambat dari 10,39% menjadi 7,28% dan
tabungan dari 12,62% menjadi 10,36%.
Pertumbuhan deposito juga mengalamai
perlambatan dari 16,16% menjadi 14,67%.
Adanya penyesuaian suku bunga deposito 1
bulan yang cukup tinggi dibanding triwulan
I-2013 yakni mencapai 2,48%, menyebabkan
tertahannya perlambatan deposito. Kenaikan
suku bunga tersebut juga menyebabkan
pergeseran sebagian dana giro dan tabungan
ke komponen deposito. Hal ini tercermin
dari peningkatan pangsa deposito terhadap
total DPK dari 43,79% pada triwulan IV-2013
menjadi 45,69% pada akhir triwulan I-2014,
sementara pangsa Giro dan Tabungan justru
turun dari 56,21% menjadi 54,31%.
Seiring dengan melambatnya DPK, likuiditas perbankan mengalami penurunan namun
relatif masih memadai. Alat likuid secara total menurun dari Rp348,8 trilliun pada Desember
2013 menjadi Rp311,1 trilliun pada Maret 2014 (Grafik 2.29). Dengan kondisi pertumbuhan
kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan DPK, mendorong perbankan melakukan
pencairan alat likuid untuk membiayai ekspansi kredit. Namun demikian, risiko likuiditas
perbankan masih terjaga sebagaimana tercermin pada rasio Alat Likuid (AL)1 terhadap
Non-Core Deposit (NCD)2 industri yang masih jauh di atas threshold (50%) (Grafik 2.30).
1
2
20
Alat Likuid terdiiri dari Kas, Penempatan pada BI, Giro Wajib Minimum, dan excess reserve.
Non Core Deposit mencakup 30% Giro + 30% Tabungan + 10% Deposito.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran



 ­€‚
ƒ­„…ƒ†‡ˆƒ…
„…


­
‰‡†Š‹…
„Œ„…Ž‘
Grafik 2.29
Komposisi Alat Likuid Perbankan
Grafik 2.30
Alat Likuid dan Non-Core Deposit (NCD)
2.6.2.3. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar
Suku bunga perbankan pada triwulan I-2014 masih dalam tren kenaikan, merespons
perkembangan kondisi perekonomian terkini dan pengetatan pada kebijakan moneter.
Kenaikan terjadi baik pada suku bunga simpanan mapun pada suku bunga pinjaman.
Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada triwulan laporan meningkat 7 bps dari
triwulan sebelumnya menjadi 7,99%. Peningkatan suku bunga simpanan tersebut diikuti
dengan kenaikan pada suku bunga kredit. Rata-rata suku bunga kredit selama triwulan
I-2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, naik 18 bps menjadi 12,51%. Adapun
suku bunga kredit KMK dan KI pada akhir triwulan I-2014 masing-masing naik sebesar 24
bps dan 17 bps.
Suku bunga
perbankan
pada triwulan
I-2014 masih
dalam tren
kenaikan.
Pada triwulan laporan, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)3 pada semua segmen, kecuali
segmen korporasi mengalami peningkatan. Segmen kredit konsumsi non KPR mengalami
peningkatan tertinggi dibandingkan segmen kredit lainnya, yaitu sebesar 37 bps.
Sementara SBDK segmen konsumsi KPR meningkat sebesar 30 bps, retail sebesar 17 bps,
sedangkan korporasi mengalami penurunan sebesar 5 bps (Tabel 2.3).
Tabel 2.3
Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%)
Seluruh Sample
Segmen
Kredit
Korporasi
Retail
KPR
Non KPR
3
2011
2012
2013 2014
MarJun Sep DesMar JunSep Des Mar JunSep DesMar
qtq
Mar 13 - Mar 11 Mar 14 Mar 14
10,5110,7210,51
10,189,86 9,819,759,699,53 9,6510,0810,6410,59(0,05)1,060,08
11,80 11,9112,04
11,6111,2311,0811,0311,1410,9111,0311,2811,7211,890,17 0,98 009
11,16 11,3811,04
10,7110,6110,5010,4510,4110,3310,3710,6310,8311,130,30 0,80(0,03)
11,56 11,8611,88
11,5111,0510,9910,6710,6510,6210,5911,0611,5511,920,37 1,30 0,36
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 Tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (Prime
Lending Rate).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
21
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.6.3. Perkembangan Institusi Keuangan Non Bank
Kinerja
Perusahaan
Pembiayaan
menunjukkan
perlambatan
seiring dengan
melambatnya
penyaluran
kredit
perbankan dan
pembiayaan
melalui pasar
modal.
Seiring dengan melambatnya penyaluran kredit perbankan dan pembiayaan melalui
pasar modal, kinerja Perusahaan Pembiayaan (PP) pada triwulan I-2014 juga menunjukkan
perlambatan. Perlambatan kinerja tersebut terlihat dari pertumbuhan aset sebesar 0,42%,
lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,26%. Jumlah pembiayaan di triwulan
laporan juga melambat dengan pertambahan sebesar 4,41 triliun, turun dibanding triwulan
IV-2013 yang tercatat sebesar 8,39 triliun (Tabel 2.4).
Tabel 2.4
Perkembangan Penyaluran Pembiayaan
Triliun Rp
Keterangan
A. Kredit Perbankan
B. Pembiayaan Non Bank
B1. Pasar Modal
- IPO dan Right Issue Saham
- Obligasi Korporasi
B2. Perusahaan Pembiayaan
TOTAL
20112012
2013
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
2013 Jan Feb Mar
Q1
434,25
507,77
60,51
190,75 188,08 145,67
585,01
-34,45
9,40
39,08
14,02
246,61174,24 28,7354,2935,0737,96156,075,11 2,8713,2721,26
187,66
117,67
17,94
46,32
16,25
33,59
114,09
2,22
2,75
11,88
16,85
61,73
28,22
3,31
27,50
4,28
22,97
58,06
2,22
0,00
6,41
8,63
125,93
89,45
14,63
18,82
11,98
10,62
56,04
0,00
2,75
5,47
8,22
58,95
56,57
10,80
7,98
18,82
8,39
45,98
2,89
0,12
1,40
4,41
680,86 682,01 89,24245,05223,16183,63 741,08-29,34 12,27 52,35 35,28
Berdasarkan jenis usaha, perlambatan pembiayaan terutama terjadi pada jenis Pembiayaan
Sewa Guna Usaha, khususnya pada perusahaan pembiayaan yang menyediakan jasa leasing
pembangkit listrik, mesin, dan alat berat. Sementara itu, jenis Pembiayaan Konsumen
yang memiliki pangsa terbesar sudah melambat sejak pertengahan 2011, sehubungan
dengan diterbitkannya ketentuan minimum down payment untuk pembiayaan kendaraan
bermotor. Perlambatan pembiayaan PP juga berdampak pada melambatnya pendanaan
PP baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Melambatnya pembiayaan oleh PP diikuti
dengan terjaganya risiko pembiayaan. Non
Performing Financing (NPF) pada triwulan
I-2014 turun menjadi 0,74% dari 1,09% pada
triwulan IV-2013.




Grafik 2.31
Rasio Non Performing Finance (NPF) Perusahaan Pembiayaan (PP)
4
22
Di sektor asuransi, kinerja pada triwulan III20134 menunjukkan peningkatan. Total aset
industri asuransi meningkat sebesar Rp46,71
triliun atau tumbuh 8,20% dari posisi akhir
2012. Investasi juga mengalami peningkatan
sebesar 1,56% atau Rp7,76 triliun (Grafik 2.32).
Sementara itu, rasio Klaim Bruto terhadap
Premi Bruto pada triwulan III-2013 menurun
dari akhir tahun sebelumnya, yaitu dari
62,10% menjadi 57,01%. Penurunan tersebut
mengindikasikan adanya perbaikan efisiensi
industri asuransi (Grafik 2.33).
Posisi data terakhir yang diperoleh dari otoritas terkait adalah triwulan III-2013.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

 ­€‚­ƒ
Grafik 2.32
Aset dan Investasi Industri Asuransi
Grafik 2.33
Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi
2.6.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga)
2.6.4.1. Kinerja Sektor Korporasi
Kegiatan usaha selama triwulan I-2014 tumbuh moderat. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Bank Indonesia mengonfirmasikan pandangan responden terhadap kegiatan usaha
yang dinilai lebih lambat dibandingkan triwulan IV-2013. Pandangan ini terefleksikan dari
nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada triwulan laporan yang sebesar 2,11%, lebih rendah
dari triwulan IV-2013 yang mencapai 12,61%. Perlambatan kegiatan usaha disumbang oleh
kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan.
Meski dinilai melambat pada triwulan I-2014, responden dunia usaha menaruh optimisme
peningkatan kegiatan perekonomian di triwulan II-2014. Hal ini diindikasikan dari kenaikan
SBT ekspektasi kegiatan dunia usaha yang mencapai 27,27% (Grafik 2.34). Optimisme
tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman serta peningkatan aktivitas ekonomi
sehubungan dengan bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Seluruh sektor diperkirakan
­€‚­ƒ„
† 
… ƒ„
­
 Grafik 2.34
Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Dunia Usaha
Kegiatan
usaha selama
triwulan
I-2014 tumbuh
moderat,
disumbang
oleh kontraksi
di sektor
pertambangan
dan
penggalian,
serta sektor
industri
pengolahan.
 Grafik 2.35
Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
23
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
meningkat terutama sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran.
Pertumbuhan sektor korporasi yang moderat juga dikonfirmasikan dari data penyaluran
kredit perbankan. Pangsa kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor korporasi per
Maret 2014 mencapai 53,23% dari total kredit perbankan. Meski meningkat dibandingkan
dengan posisi akhir 2013 (53,105), pangsa kredit korporasi tersebut lebih rendah dibanding
posisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 51,43%. Penurunan ini sejalan
dengan perlambatan penyaluran kredit perbankan.
2.6.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga
Konsumsi
Rumah Tangga
Indonesia
meningkat,
dipengaruhi
membaiknya
ekspektasi
terhadap
kondisi
ekonomi
dalam enam
bulan ke depan
Konsumsi Rumah Tangga (RT) Indonesia meningkat, dipengaruhi membaiknya ekspektasi
terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan, baik ekspektasi terhadap
penghasilan, ketersediaan lapangan pekerjaan, maupun kegiatan usaha. Survei konsumen
Bank Indonesia menunjukkan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret
2014 dibanding bulan sebelumnya maupun periode yang sama dari tahun sebelumnya
(Grafik 2.36). Terkendalinya harga dalam beberapa bulan terakhir merupakan faktor yang
menopang optimisme konsumen.
Kredit perbankan ke sektor RT pada triwulan I-2014 mencapai Rp699,32 triliun atau tumbuh
11,96% (yoy). Namun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
39,70%, pertumbuhan kredit RT tersebut menunjukkan perlambatan.
Dari sisi penggunaannya, pangsa kredit RT masih didominasi oleh kredit yang bertujuan
untuk kredit Perumahan (44,16%) dan kredit Multiguna (36,10%). Selanjutnya, dominasi
kredit RT oleh kredit Kendaraan Bermotor (15,46%), kredit RT lainnya (4,05%), dan kredit
Peralatan RT (0,23%) (Grafik 2.37).
Perlambatan kredit RT diiringi dengan berkurangnya risiko kredit sektor RT. Pengurangan
risiko ditandai dengan menurunnya rasio NPL gross dari 1,61% pada triwulan IV-2013
menjadi 1,59% pada triwulan I-2014. Rasio NPL gross seluruh jenis penggunaan kredit
sektor RT masih terkendali di bawah 5%.
‡
RT Lainnya
4,05%
‡
‡
‡
‡
‡
Multiguna
36,10%
‡
Perumahan
44,16%
‡
‡
Kendaraan
15,46%
‡

 ­€
Peralatan RT
0,23%
‚­€
Sumber: Laporan Bank Umum (LBU)
­ƒ„… †­…†
Grafik 2.36
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
24
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
Grafik 2.37
Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya
per Maret 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.7. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Pada triwulan I-2014, penyaluran kredit UMKM Bank Umum mencapai Rp619,4 triliun,
tumbuh 17,0% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013 sebesar 15,7% (yoy).
Secara triwulanan, pertumbuhan kredit UMKM menunjukkan perlambatan yaitu 1,7% (qtq)
dibandingkan triwulan IV-2013 (3,3%, qtq), namun masih lebih tinggi bila dibandingkan
triwulan I-2013 (0,6%, qtq). Perlambatan pertumbuhan kredit secara triwulanan terjadi
di skala usaha mikro dan usaha kecil, sedangkan untuk usaha menengah mengalami
peningkatan pertumbuhan. Ditinjau dari sektor ekonominya, perlambatan pertumbuhan
kredit UMKM terutama terjadi pada sektor Pertanian, Konstruksi, Listrik, Gas, dan Air.
Dari sisi kualitas, di tengah kondisi perekonomian yang sedang menurun, kinerja kredit
UMKM mengalami penurunan pada triwulan I-2014. Rasio NPL gross mencapai 3,66%
dibandingkan akhir triwulan IV-2013 (3,21%) (Grafik 2.38). Laju perekonomian yang
melambat, diindikasikan menyebabkan penurunan pendapatan UMKM sehingga
mempengaruhi kemampuan bayar debitur UMKM.
Penyaluran
kredit UMKM
Bank Umum
pada triwulan
I-2014 tumbuh
lebih tinggi
dibandingkan
triwulan IV2013.
Tabel 2.5
Baki Debet Kredit UMKM
Triliun Rp
Kredit UMKM
Kredit UMKM
Kredit Non UMKM
Kredit Perbankan
Baki Debet
Des’13 Mar ‘14
Pangsa
Des’13
Mar ‘14
Growth (yoy)
Des’13
Mar ‘14
Growth (qtq)
Des’13
Mar ‘14
NPL
Des’13 Mar ‘14
608,8619,4 19,4%19,6%15,7%17,0%3,3% 1,7% 3,21%3,66%
2.537,3
2.539,280,6%80,4%23,2%20,6%4,8% 0,1% 1,35%1,48%
3.146,1 3.158,6 100,0% 100,0% 21,7%
19,9%
4,5%
0,4%
1,71% 1,91%
Klasifikasi Usaha
Kredit Usaha Mikro
Kredit Usaha Kecil
Kredit Usaha Menengah
608,8
619,4
100,0% 100,0% 15,7%
17,0%
3,3%
1,7%
3,21% 3,66%
118,9122,5 19,5%19,8%22,3%23,3%4,0% 3,0% 2,46%2,87%
186,4186,5 30,6%30,1%13,5%16,1%4,2% 0,0% 4,48%4,93%
303,6310,5 49,6%50,1%14,6%15,2%2,5% 2,3% 2,72%3,20%
Jenis Penggunaan
Kredit Modal Kerja
Investasi
Kredit Konsumsi
608,8
619,4
100,0% 100,0% 15,7%
17,0%
3,3%
1,7%
3,21% 3,66%
444,0449,3 72,9%72,5%10,2%10,4%3,3% 1,2% 3,30%3,78%
164,8170,1 27,1%27,5%33,6%38,8%3,2% 3,2% 2,95%3,31%
----------
Sektor Ekonomi
608,8
619,4
100,0% 100,0% 15,7%
17,0%
3,3%
1,7%
3,21% 3,66%
Pertanian dan Kehutanan
48,2
49,4
7,9%
8,0%
18,4%
13,3%
7,1%
2,4%
3,35%
4,16%
Perikanan 3,7 3,7 0,6%0,6%27,9%
22,6%5,6%0,8%4,61%
5,27%
Pertambangan & Penggalian
4,8
5,1
0,8%
0,8%
-12,5%
1,6%
-9,5%
6,3%
3,88%
7,59%
Industri Pengolahan
60,1 64,2 9,9%10,4%1,0%11,8%3,9%6,8%2,89%2,91%
Listrik, Gas dan Air
1,8
1,7
0,3%
0,3%
18,7%
1,2%
4,3%
-5,1%
1,27%
1,45%
Konstruksi
38,8 36,3 6,4% 5,9% 26,8% 13,0% -1,9% -6,4% 4,81%6,03%
Perdagangan Besar dan Eceran
323,1
327,8
53,1%
52,9%
29,8%
27,2%
3,3%
1,5%
3,29%
3,69%
Akomodasi
18,1 18,5 3,0% 3,0%32,2%33,4%7,2%1,8%1,97%2,53%
Transportasi & telekomunikasi
24,4
24,4
4,0%
3,9%
17,8%
14,2%
2,9%
0,1%
2,68%
3,27%
Perantara Keuangan
14,0
14,9
2,3%
2,4%
-1,3%
18,6%
2,7%
6,4%
2,70%
2,68%
Real Estate
31,6 31,6 5,2% 5,1%22,1%31,7%2,6%0,2%2,79%3,23%
Administrasi Pemerintahan
0,3
0,3
0,0%
0,0%
22,0%
13,6%
3,0%
-10,7%
1,40%
2,59%
Jasa Pendidikan
2,2 2,4 0,4% 0,4%17,6%20,5%12,6%5,9%1,77%1,54%
Jasa Kesehatan
4,2 4,4 0,7% 0,7%20,5%21,2%3,5%3,8%1,70%1,88%
Jasa Kemasyarakatan
31,5 32,8 5,2% 5,3%19,4%26,1%3,7%4,0%2,78%3,01%
Jasa Perorangan
1,5
1,6
0,2%
0,3%
123,3%
95,2%
13,5%
9,3%
2,20%
2,57%
Badan Internasional
0,2 0,2 0,0% 0,0% -46,8% -47,2%-14,9%-13,6% 2,48% 2,89%
Kegiatan yang belum jelas batasanya
0,5
0,3
0,1%
0,1%
-98,3%
-98,6%
7,5%
-33,3%
0,26%
0,27%
Penerima kredit bukan lapangan usaha
0,0
0,0
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
25
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran


­
Terkait penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR),
realisasi penyaluran KUR pada triwulan I-2014
tercatat sebesar Rp2,6 triliun atau 7,0% dari
target penyaluran KUR 2014 sebesar Rp37,0
triliun. Akumulasi realisasi KUR sejak 2007 s.d.
2014 mencapai Rp146,4 triliun. Berdasarkan
sebaran demografisnya, penyaluran KUR masih
terpusat di Jawa (49,4%). Adapun penyaluran
di daerah lain masing-masing sebagai adalah
Sumatera (23,0%), Sulawesi (9,5%), Kalimantan
(10,4%), Bali (4,7%), dan Papua Maluku (3,0%).
Dari sisi sektor ekonomi, sektor perdagangan
mendominasi penyaluran KUR yakni mencapai
62,3% dari realisasi KUR.
Grafik 2.38
NPL Kredit UMKM
Dari sisi kualitas, NPL KUR pada triwulan I-2014
tercatat 3,75%, memburuk dibandingkan akhir
triwulan IV-2013 (3,07%). Sedangkan Non Performing Guarantee (NPG) yang merupakan
perbandingan antara Klaim KUR yang dibayar dengan KUR yang dijamin oleh Lembaga
Penjamin Kredit (LPK) sebesar 3,66%, relatif tetap sejak triwulan IV-2013 (3,66%).
2.8. Perkembangan Sistem Pembayaran
Secara umum,
penyelenggaraan
sistem
pembayaran
selama periode
laporan
berlangsung
dengan baik dan
lancar.
Pada triwulan I-2014, nilai transaksi sistem pembayaran non-tunai mengalami penurunan
dibanding triwulan sebelumnya. Nilai transaksi tercatat menurun sebesar Rp559,54 triliun
atau (1,63%), dari Rp34.419,79 triliun menjadi Rp33.860,25 triliun, sementara volume
transaksi5 mengalami peningkatan sebesar 1,87 juta transaksi atau 0,18%, dari 1.057,42
juta menjadi 1.059,29 juta. Namun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya, transaksi sistem pembayaran non-tunai meningkat baik nominal maupun
volume, masing-masing sebesar 34,45% dan 17,69% atau Rp8.692,78 triliun dan 159,19
juta transaksi.
Penurunan nilai transaksi terutama disebabkan oleh penurunan transaksi melalui sistem
Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Sedangkan peningkatan
volume sebagian besar disebabkan oleh kenaikan jumlah transaksi menggunakan APMK
khususnya kartu ATM dan ATM/Debet.
Nilai transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui sistem BI-RTGS pada triwulan
I-2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan
transaksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp181,92 triliun (0,75%)
menjadi sebesar Rp24.585,73 triliun. Kenaikan nilai transaksi didominasi peningkatan nilai
transaksi operasi moneter Bank Indonesia. Sementara, volume transaksi turun sebesar
95,03 ribu (2,06%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,5 juta
transaksi. Penurunan volume transaksi sebagai besar disebabkan oleh pola musiman yakni
menurunnya transaksi masyarakat, setelah sebelumnya meningkat di akhir tahun 2013
karena perayaan hari besar keagamaan dan akhir tahun.
5
26
Volume transaksi merupakan total frekuensi transaksi.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Nilai transaksi BI-SSSS pada triwulan I-2014 menurun sebesar Rp742,96 triliun (9,02%)
menjadi Rp7.490,39 triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp8.233,35 triliun. Penurunan juga terjadi pada volume transaksinya yakni sebesar
2,22 juta transaksi (6,31%) menjadi sebesar 0,03 juta transaksi.
Pada triwulan triwulan laporan, setelmen Surat Berharga Negara (SBN) melalui BI-SSSS,
dilakukan sebanyak 12 kali. Jumlah ini terdiri dari 11 kali setelmen SBN rupiah dan 1 kali
setelmen SBN USD. Nominal masing-masingnya adalah sebesar Rp82,8 triliun dan USD350
juta.
Sementara itu, nilai transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) selama triwulan
I-2014 mencapai Rp701,20 triliun atau turun sebesar Rp6,79 triliun (0,96%) dibandingkan
triwulan sebelumnya. Selain penurunan pada nilai transaksi, volume transaksi SKNBI juga
mengalami penurunan sebesar 9,27% menjadi 25,18 juta transaksi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Sebagaimana halnya penurunan volume transaksi di sistem BI-RTGS,
penurunan volume transaksi SKNBI dipengaruhi oleh pola musiman transaksi masyarakat.
Secara umum, penyelenggaraan sistem pembayaran selama periode laporan baik yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun yang dilakukan di luar Bank Indonesia
yakni bank dan lembaga selain bank berlangsung dengan baik dan lancar. Kehandalan
sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia tetap terjaga selama
triwulan I-2014. Hal ini tercermin dari ketersediaan sistem BI-RTGS sebagai setelmen dana,
BI-SSSS sebagai setelmen surat berharga pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI,
yang mencapai 100%. Sedangkan kemampuan setelmen dari sistem pembayaran yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia mencapai 99,91%.
Kinerja penyelenggaraan sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak lain di luar Bank
Indonesia (bank, lembaga selain bank, dan perusahaan telekomunikasi) menunjukkan
perkembangan yang positif selama triwulan I-2014. Hal ini terutama ditunjukkan dengan
adanya peningkatan pada transaksi APMK, baik dari sisi nilai maupun volume. Dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, nilai dan volume transaksi APMK pada triwulan I-2014
meningkat masing-masing sebesar Rp8,30 triliun (0,77%) dan 4,78 juta transaksi (0,48%).
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumya (yoy), nilai dan volume
transaksi juga meningkat sebesar 20,02% dan 18,08% atau sebesar Rp180,53 triliun dan
151,98 juta transaksi. Peningkatan didominasi oleh penggunaan transaksi kartu ATM dan
ATM/Debet.
Dengan adanya peningkatan transaksi APMK menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat
dalam penggunaan instrumen pembayaran non tunai terus tumbuh. Hal ini menyiratkan
kebutuhan dukungan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia yang mendorong terciptanya
keamanan dan efisiensi dalam transaksi pembayaran.
Sementara itu, transaksi uang elektronik pada triwulan I-2014 menunjukkan penurunan
(qtq), baik nominal maupun volume. Nominal dan volume transaksi uang elektronik
mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,74% dan 0,63% atau sebesar Rp0,01
triliun dan 0,24 juta transaksi. Namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya (yoy), terjadi peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume masingmasing sebesar 26,29% dan 19,85% atau sebesar Rp0,15 triliun dan 6,10 juta transaksi.
Bank Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan penggunaan instrumen pembayaran
non tunai di masyarakat melalui penerapan berbagai kebijakan, antara lain dengan
perluasan penggunaan uang elektronik, serta penggunaan chip pada kartu ATM dan ATM
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
27
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Debet. Kemudahan bertransaksi dengan uang elektronik dan peningkatan keamanan
alat pembayaran menggunakan kartu pada akhirnya dapat mendorong meningkatnya
transaksi sistem pembayaran retail terhadap produk domestik bruto.
Tabel 2.6
Nilai Transaksi Pembayaran
Nominal (Triliun Rp)
Transaksi Sistem
Pembayaran Non Tunai
BI-RTGS
- Pengelolaan Moneter
- Pemerintah
-Masyarakat
- Pasar Modal
- Valas
-PUAB
-Lain-lain
BI-SSSS
SKNBI
Debet
- Cek
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
APMK
- Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
Uang Elektronik
Total
2013
Q-I Q-II
Q-III
Q-IV
Naik/(Turun)
% Naik/(Turun)
Total 2014
2013 Q-I QtQYoYQtQYoY
18.778,3121.410,43 26.369,4624.403,82 90.962,0224.585,73 181,92 5.807,42 0,75% 30,93%
8.970,98 9.420,28 15.014,08 12.800,37 46.205,71 13.168,35
367,98 4.197,37
2,87%
46,79%
696,86835,03 813,80934,213.279,89895,89(38,32)199,03-4,10%28,56%
3.970,434.685,31 4.422,804.508,6317.587,164.402,43(106,19) 432,00 -2,36% 10,88%
469,34
665,06
502,68
522,06
2.159,14
506,50
(15,57)
37,16
-2,98%
7,92%
812,88 1.077,56
807,92
896,27
3.594,63
851,45
(44,82)
38,58
-5,00%
4,75%
1.189,971.648,90 1.357,821.403,52 5.600,211.349,93 (53,60) 159,96 -3,82% 13,44%
2.667,863.078,30 3.450,363.338,7512.535,283.411,18 72,43 743,32 2,17% 27,86%
4.939,055.299,69 8.259,948.233,3526.732,037.490,39 (742,96)2.551,35 -9,02% 51,66%
547,87605,66 680,80707,992.542,31701,20 (6,79)153,33-0,96%27,99%
394,76414,81 421,16425,561.656,29420,88 (4,68) 26,12-1,10% 6,62%
52,4055,89 55,3558,17221,8052,87(5,29) 0,47
-9,10%0,90%
342,22
358,78
365,69
367,27
1.433,98
346,13
(21,14)
3,91
-5,76%
1,14%
0,14 0,14 0,11 0,12 0,5121,8721,7521,73
17904%
15673%
153,11190,84 259,64282,43 886,02280,32 (2,11)127,21-0,75%83,09%
901,67989,611.039,45
1.073,904.004,63
1.082,20 8,30180,53 0,77%20,02%
51,09
55,23
57,08
59,62
223,02
59,78
0,16
8,69
0,27%
17,01%
850,58
934,38
982,36 1.014,28
3.781,61 1.022,42
8,14
171,84
0,80%
20,20%
0,590,68 0,900,74 2,910,73(0,01)0,15
-0,74%
24,89%
25.167,4828.306,07 36.350,5534.419,79124.243,9033.860,26 (559,54) 8.692,77 -1,63% 34,54%
Sumber data: EDW SP dan EDW LKPBU per 2 Mei 2014
Tabel 2.7
Volume Transaksi Pembayaran
Volume (Ribu Transaksi)
Transaksi Sistem
Pembayaran Non Tunai
BI-RTGS
- Pengelolaan Moneter
- Pemerintah
- Masyarakat
- Pasar Modal
- Valas
- PUAB
- Lain-lain
BI-SSSS
SKNBI
Debet
- Cek
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
APMK
-Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
Uang Elektronik
Total
2013
Q-I Q-II
Q-IV
Naik/(Turun)
% Naik/(Turun)
Total 2014
2013 Q-I QtQYoYQtQYoY
4.250,034.498,99 4.263,524.621,0317.633,574.526,01 (95,03) 275,97 -2,06% 6,49%
24,2021,33 18,3718,42 82,3218,23(0,20)(5,98)-1,07%
-24,70%
135,79140,71 136,78140,95 554,23137,38 (3,57) 1,59-2,53%1,17%
3.752,933.948,05 3.728,714.036,1715.465,853.967,10 (69,06) 214,18 -1,71% 5,71%
16,3018,03 14,9617,46 66,7415,73(1,72)(0,57)-9,87%-3,48%
17,4319,46 12,7617,07 66,7216,34(0,73)(1,08)-4,27%-6,21%
19,3925,54 20,3119,37 84,6019,12(0,24)(0,26)-1,26%-1,36%
284,00325,88 331,64371,601.313,11352,10(19,50) 68,10-5,25%23,98%
34,1634,16 28,5235,13131,9732,92(2,22)(1,24)-6,31%-3,64%
24.341,2725.946,38 26.270,7027.751,07104.309,4225.179,21(2.571,86) 837,93 -9,27% 3,44%
10.615,2310.902,14 10.596,9310.504,32 42.618,6210.012,06 (492,26) (603,17) -4,69% -5,68%
926,41939,16 918,60929,373.713,54877,50(51,87)(48,91)-5,58%-5,28%
9.469,709.740,77 9.463,829.368,8838.043,168.928,40(440,48)(541,30) -4,70% -5,72%
219,12222,21 214,51206,08 861,92206,16 0,08(12,96) 0,04%-5,92%
13.726,0415.044,24 15.673,7717.246,75 61.690,8015.167,15(2.079,60) 1.441,10 -12,06% 10,50%
840.748,93917.524,30 945.361,63987.952,483.691.587,34992.728,89 4.776,41151.979,96 0,48% 18,08%
56.730,8559.557,75 61.329,4261.543,89239.161,9061.867,08 323,19 5.136,23 0,53% 9,05%
784.018,08 857.966,56 884.032,21 926.408,60 3.452.425,44 930.861,82
4.453,22 146.843,74
0,48%
18,73%
30.728,0434.259,61 35.850,0637.063,07137.900,7836.827,86 (235,21) 6.099,83 -0,63% 19,85%
900.102,43 982.263,43 1.011.774,421.057.422,79 3.951.563,081.059.294,88 1.872,09 159.192,45
0,18% 17,69%
Sumber data: EDW SP dan EDW LKPBU per 2 Mei 2014
28
Q-III
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.9. Perkembangan Pengedaran Uang
Pada triwulan laporan, rata-rata harian Uang Kartal yang Diedarkan (UYD)6 tercatat sebesar
Rp450,0 triliun, meningkat Rp2,0 triliun atau naik 0,4% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2013
yang tercatat sebesar Rp448,0 triliun. Peningkatan UYD tersebut terutama dipengaruhi
oleh faktor perayaan beberapa hari besar keagamaan (Grafik 2.39). Apabila dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, terjadi tambahan uang yang diedarkan
sebesar Rp52,5 triliun atau naik 13,2% (yoy). Peningkatan UYD tersebut sejalan dengan
perekonomian Indonesia yang tumbuh sebesar 12,01% (yoy, PDB nominal) dan 5,21% (yoy,
PDB riil) pada triwulan I-2014 (Grafik 2.40).
Grafik 2.39
Perkembangan Rata-rata UYD (qtq)
Rata-rata
harian uang
kartal yang
diedarkan
mengalami
peningkatan
sejalan dengan
meningkatnya
permintaan
uang oleh
masyarakat.
Grafik 2.40
Pertumbuhan PDB dan UYD
Berdasarkan komponennya, kenaikan rata-rata harian UYD sebesar 0,4% (qtq) ditopang
oleh naiknya rata-rata harian cash in vault sebesar 4,3% dari Rp69,8 triliun pada triwulan
IV-2013 menjadi Rp72,8 triliun pada triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata harian
currency outside banks turun sebesar 0,3% yakni dari Rp378,2 triliun pada triwulan IV-2013
menjadi Rp377,3 triliun pada triwulan laporan. Kenaikan cash in vault ini merupakan upaya
perbankan menjaga persediaan uang tunai terutama dalam menghadapi beberapa hari
besar keagamaan. Dengan perkembangan tersebut, pangsa currency outside banks dan
cash in vault pada triwulan laporan masing-masing sebesar 83,8% dan 16,2% (Tabel 2.8).
Tabel 2.8
Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank
Periode
2012Q-III
Q-IV
Q-I
2013Q-II
Q-III
Q-IV
2014Q-I
6
Nominal (Triliun Rp)
Masyarakat
327,6
334,8
332,2
335,5
371,2
378,2
377,3
Bank
65,1
60,2
65,3
61,4
65,0
69,8
72,8
Pangsa
Jumlah
Masyarakat
392,8
395,1
397,5
396,9
436,3
448,0
450,0
83,4%
84,8%
83,6%
84,5%
85,1%
84,4%
83,8%
Bank
16,6%
15,2%
16,4%
15,5%
14,9%
15,6%
16,2%
UYD mencakup uang yang beredar di masyarakat atau berada di luar sistem perbankan (currency outside banks) dan persediaan uang di
khazanah perbankan, termasuk di mesin ATM (cash in vault).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
29
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Berdasarkan pecahan, terjadi pergeseran pangsa UYD untuk uang pecahan besar (Rp20.000
keatas) yang mengalami sedikit penurunan dari 93,5% pada triwulan IV-2013 menjadi
92,8% pada triwulan I-2014. Sebaliknya, pangsa uang pecahan kecil (Rp10.000 kebawah)
meningkat dari 6,5% pada triwulan IV-2013 menjadi 7,2% pada triwulan I-2014, terutama
terjadi pada pecahan Rp10.000 dan uang logam Rp1000 dan Rp500. Meningkatnya pangsa
uang pecahan kecil tersebut disebabkan kebutuhan uang pecahan kecil pada sektor
ekonomi ritel dan sektor transportasi.
Dari sisi aliran uang rupiah melalui Bank Indonesia, selama triwulan laporan terjadi aliran
bersih uang rupiah yang masuk ke Bank Indonesia (net inflow) sebesar Rp52,1 triliun.
Aliran bersih tersebut terjadi karena jumlah setoran uang rupiah oleh perbankan ke Bank
Indonesia (inflow) mencapai Rp132,5 triliun. Sementara itu, jumlah penarikan uang rupiah
oleh perbankan dari Bank Indonesia (outflow) hanya mencapai Rp80,3 triliun. Terjadinya net
inflow tersebut merupakan siklus normal setiap awal tahun sejalan dengan arus balik uang
rupiah ke Bank Indonesia pasca perayaan Natal dan liburan akhir tahun 2013.
Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang tidak layak
edar (UTLE) sebesar Rp28,6 triliun, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar Rp41,3 triliun (Tabel 2.9). Menurunnya pemusnahan UTLE tersebut disebabkan
kondisi uang yang disetorkan perbankan ke Bank Indonesia mayoritas masih dalam kondisi
layak edar.
Persediaan uang rupiah di Bank Indonesia selama triwulan I-2014 tetap terjaga dengan
baik. Hal ini dicerminkan dengan kemampuan posisi kas Bank Indonesia untuk menjaga
kebutuhan penarikan perbankan dan masyarakat selama rata-rata 3,18 bulan, yang
meningkat dibandingkan pada akhir triwulan IV-2013 sebesar rata-rata 2,53 bulan.
Tabel 2.9
Indikator Pengedaran Uang
Indikator Utama
Rata-rata harian UYD (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Outflow (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Inflow (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
Nominal (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Rasio Pemusnahan terhadap Inflow
Lembar (miliar)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
30
2012
Q-III
2013
Q-IV
Q-I
Q-II
2014
Q-III
Q-IV
Q-I
392,8
395,1
397,5
396,9
436,3
448,0
450,0
11,5%
0,6%
0,6%
-0,1%
9,9%
2,7%
0,4%
11,5%0,6% 0,6%12,7%11,1% 13,4%13,2%
125,1
133,6
74,3
101,2
163,6
150,9
80,3
15,1%
6,8%
-44,4%
36,2%
61,7%
-7,8%
-46,7%
15,1%
6,8%
-44,4%
-6,8%
30,8%
12,9%
8,1%
115,6
78,6
119,5
86,5
144,3
86,6
132,5
50,7%-32,0% 52,0%-27,6%66,9% -40,0%52,9%
50,7%
-32,0%
52,0%
12,7%
24,8%
10,2%
10,8%
2,5
7,4
14,8
19,3
30,0
41,3
28,6
-44,7%
191,4%
99,7%
30,8%
55,2%
37,8%
-30,8%
-44,7%
191,4%
99,7%
320,6%
1080,8%
458,6%
93,7%
2,19% 9,40% 12,35% 22,32% 20,76% 47,66%21,58%
0,51,0 1,21,01,2 1,71,3
-25,1%92,3% 15,9%-18,1%24,3% 40,5%-24,1%
-25,1%
92,3%
15,9%
36,7%
126,9%
65,8%
8,6%
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Kondusifnya perekonomian Indonesia selama triwulan I-2014 tidak terlepas dari berbagai
kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia. Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia tetap
konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi sesuai sasarannya, dan menjaga agar
perekonomian tetap tumbuh secara seimbang. Untuk itu, Bank Indonesia mengedepankan
bauran kebijakan guna merespons tantangan perekonomian baik yang timbul dari faktor
eksternal maupun domestik. Sejalan dengan upaya tersebut, Bank Indonesia juga memperkuat
perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan melalui fungsi pengaturan dan pengawasan
makroprudensial. Hal ini dilakukan sejalan dengan telah beralihnya tugas pengaturan
dan pengawasan perbankan ke OJK di akhir 2013. Untuk mendukung kelancaran aktivitas
perekonomian dan transaksi keuangan, selama triwulan laporan Bank Indonesia juga memastikan
agar sistem pembayaran berjalan lancar dan aman, serta kebutuhan uang kartal di perbankan
dan di masyarakat dapat tetap terpenuhi.
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1. Stabilitas Moneter
3.1.1. Kebijakan Moneter
Respons
kebijakan
moneter
pada triwulan
I-2014 tetap
diarahkan untuk
mengendalikan
inflasi menuju
ke sasarannya.
Respons kebijakan moneter pada triwulan I-2014 tetap diarahkan untuk mengendalikan
inflasi menuju ke sasarannya dan menjaga agar proses penyesuaian ekonomi dapat
terkendali, sehingga mendukung penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang
lebih sehat. Hal ini menjadi prioritas Bank Indonesia agar kesinambungan pertumbuhan
ekonomi tetap dapat terjaga. Stance kebijakan tersebut masih sejalan dengan kebijakan
yang ditempuh pada triwulan-triwulan sebelumnya di tahun 2013 dalam merespons
meningkatnya tekanan inflasi dan melebarnya defisit transaksi berjalan.
Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia pada triwulan I-2014 masih konsisten dalam
menjawab tantangan perekonomian, baik dari eksternal maupun domestik. Dari sisi
eksternal, perekonomian masih menghadapi tantangan ketidakpastian normalisasi
kebijakan the Fed. Selain itu, perekonomian juga menghadapi tantangan terkait kerentanan
negara-negara emerging market, termasuk perlambatan ekonomi Tiongkok. Di dalam
negeri, terdapat berbagai tantangan yang memengaruhi pencapaian target inflasi, antara
lain penyesuaian harga komoditas strategis, efek tunda banjir. dan El-Nino.
Untuk merespons tantangan tersebut, sepanjang triwulan I-2014, Bank Indonesia
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 7,50%. Suku bunga Lending Facility
dan suku bunga Deposit Facility juga dipertahankan masing-masing tetap pada level 7,50%
dan 5,75%. Kebijakan ini dinilai masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap
berada dalam lintasan sasaran inflasi 4,5+1% pada 2014 dan 4,0%+1 pada 2015, sekaligus
menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Kebijakan tersebut
diperkuat melalui koordinasi dengan pemerintah baik yang bersifat siklikal maupun yang
bersifat struktural.
Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia juga terus memperkuat kebijakan nilai tukar sehingga
nilai tukar dapat bergerak sesuai dengan fundamentalnya7. Kebijakan nilai tukar tersebut
ditempuh secara konsisten dan didukung upaya pendalaman pasar keuangan domestik.
Secara keseluruhan, berbagai respons kebijakan yang ditempuh cukup efektif dalam
mendorong terkendalinya proses penyesuaian ekonomi domestik. Hal ini tercermin pada
inflasi yang masih berada dalam tren menurun dan defisit transaksi berjalan yang mengecil.
Permintaan domestik juga tetap terkelola dengan baik, meskipun pertumbuhan ekonomi
pada triwulan I-2014 menurun dan tercatat lebih rendah dari perkiraan akibat kontraksi
pada ekspor riil, terutama komoditas pertambangan.
7
32
Nilai tukar yang dapat menyeimbangkan kondisi internal dan eksternal perekonomian Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
BOKS
Apresiasi Kebijakan Bank Indonesia 2013
Sepanjang 2013, Bank Indonesia memiliki komitmen kuat dalam menjamin stabilitas.
Bank Indonesia telah menetapkan strategi yang jelas dengan menempatkan prioritas
pada stabilisasi perekonomian di atas pertumbuhan semata. Sejauh ini hasil-hasil
nyata telah terlihat, seperti tercermin pada pertumbuhan PDB yang konsisten,
indikator luar negeri yang membaik, tingkat inflasi yang terkendali, dan pengakuan
dari banyak pihak mengenai kemajuan yang dicapai Indonesia.
Pada edisi 3 Februari 2014, The Financial Times menobatkan Bank Indonesia sebagai
bank sentral terbaik kedua di antara negara-negara emerging setelah Brazil. The
Financial Times menyebut Bank Sentral Brazil, Bank Indonesia, dan Bank Sentral India
sebagai “The Guiders”, yaitu bank sentral yang secara ahead of the curve dinilai paling
mampu mengarahkan prekonomian dan pasar keuangan.
Secara khusus, The Financial Times menghormati Bank Indonesia atas kebijakankebijakannya yang semakin market-friendly, serta posisi (stance) moneter yang secara
agresif diarahkan kepada siklus pengetatan sepanjang triwulan II sampai triwulan IV2013. Hasilnya telah dirasakan sejak awal 2014.
Pada edisi 22 Februari 2014, majalah The Economist juga memberikan apresiasi
kepada Bank Indonesia yang telah mengambil kebijakan strategis secara tepat waktu
dan terukur. Bank sentral lain dinilai terlambat merespons situasi pasar global yang
memburuk dan cenderung mengambil kebijakan yang berlebihan.
The Economist menilai bahwa kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia
telah efektif meredam impor dan mendorong peningkatan ekspor, sehingga
membawa dampak positif pada neraca transaksi berjalan. Selain itu, upaya stabilisasi
dengan kenaikan BI-Rate secara bertahap pada triwulan III dan triwulan IV 2013
dipandang telah dilakukan secara terukur, sehingga mampu memperlambat laju
permintaan domestik, namun tidak sampai menyebabkan resesi ekonomi.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus konsisten dalam komitmen untuk mencapai
tujuan menjaga stabilitas. Komitmen tersebut dilakukan melalui implementasi bauran
kebijakan, usaha sungguh-sungguh dalam pendalaman pasar, dan komunikasi yang
lebih pro-aktif.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
33
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
Pengelolaan
moneter dan
nilai tukar
ditujukan
untuk menjaga
kecukupan
likuiditas
perbankan
dan stabilitas
rupiah.
Kebijakan moneter Bank Indonesia diimplementasikan melalui pengelolaan moneter
dan nilai tukar. Pengelolaan moneter dan nilai tukar dilakukan melalui pengelolaan
likuiditas8 di pasar uang rupiah dan pasar valas. Secara umum, kondisi likuiditas rupiah
di sistem perbankan selama triwulan I-2014 terjaga. Hal ini diindikasikan dengan adanya
net surplus likuiditas perbankan yang secara rata-rata harian mencapai Rp101,84 triliun.
Untuk menjaga dan memenuhi likuiditas perbankan secara seimbang, Bank Indonesia
melakukan penyerapan likuiditas melalui operasi moneter sehingga terbentuk suku
bunga PUAB overnight yang wajar dan stabil. Pada akhir triwulan I-2014, posisi instrumen
operasi moneter (Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities) tercatat sebesar Rp276,38
triliun, meningkat 1% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut terutama
disebabkan aliran masuk uang kartal yang kembali ke sistem perbankan lebih tinggi
dibandingkan kontraksi akibat transaksi keuangan pemerintah.
Grafik 3.1
Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter
Grafik 3.2
Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter
Peningkatan kondisi likuiditas perbankan triwulan I-2014 dibandingkan dengan kondisi
pertengahan tahun 2013, mendorong perbankan menurunkan penempatannya di Bank
Indonesia pada instrumen operasi moneter tenor overnight berupa Deposit Facility dan
FASBI Syariah. Proporsi Deposit Facility dan FASBI Syariah pada akhir triwulan I-2014 sebesar
33% menurun dibanding posisi akhir triwulan IV-2013 sebesar 47% dari total operasi
moneter (grafik 3.1). Perbankan cenderung menempatkan surplus likuiditas hariannya
pada instrumen operasi moneter dengan tenor yang lebih panjang. Hal ini berimplikasi
pada penurunan suku bunga instrumen operasi moneter terutama pada tenor 3,6, dan 9
bulan.
Pada periode laporan, instrumen operasi moneter yang dominan digunakan untuk
menyerap kelebihan likuiditas adalah SBI, SBIS, dan Reverse Repo SBN. Proporsi masingmasing instrumen tersebut sebesar 39% (SBI dan SBIS) dan 34% SBN dari total posisi operasi
moneter, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
8
34
Likuiditas dalam hal ini adalah reserve balance (giro bank di Bank Indonesia).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Komposisi OM Tw. IV-2013
Komposisi OM Tw. I-2014
FX Swap 15%
FX Swap 19%
DF/S 33%
DF/S 47%
RR SBN 34%
RR SBN 27%
SBI 39%
SDBI 10%
SBI 35%
SDBI 8%
Grafik 3.3
Komposisi Instrumen Operasi Moneter
Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia akan tetap konsisten menjaga stabilitas
nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya. Hal ini didukung dengan upaya
memperdalam pasar valas antara lain melalui peningkatan transaksi lindung nilai.
Kebutuhan lindung nilai bagi kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi/dunia usaha
mendorong Bank Indonesia untuk menerbitkan ketentuan tentang transaksi swap lindung
nilai kepada Bank Indonesia di tahun 2013. Ketentuan tersebut mendukung pendalaman
pasar keuangan dan kegiatan ekonomi riil melalui tersedianya outlet lindung nilai,
serta mencapai stabilitas pasar uang dalam rangka memelihara stabilitas nilai rupiah.
Penyempurnaan ketentuan tersebut mencakup (i) perluasan underlying transaksi; (ii)
perluasan tenor kontrak sampai dengan 3 tahun dan dapat diroll-over dengan tenor transaksi
hingga 12 bulan; (iii) penyesuaian pricing sesuai mekanisme pasar; (iv) pencabutan limit
spread yang diberikan bank kepada nasabah; (v) penyesuaian nominal transaksi menjadi
minimal USD10 juta; (vi) perluasan cakupan dan penjelasan lebih detail tentang dokumen
transaksi; (vii) perpanjangan transaksi dapat diselesaikan dengan netting settlement; (viii)
mekanisme transaksi yang mencakup transaksi lindung nilai untuk keperluan bank sendiri
atau untuk keperluan nasabah; dan (ix) sanksi. Selanjutnya pada triwulan I-2014, Bank
Indonesia menerbitkan petunjuk teknis pelaksanaan ketentuan tersebut yang telah mulai
diberlakukan sejak Februari 2014.
Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia telah menginisiasi
pembentukan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR)9 sebagai referensi harga pasar
yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar domestik. Keberadaan JISDOR
dinilai kredibel sebagai referensi harga USD/IDR. Hal ini diperkuat dengan rekomendasi
dari Singapore Foreign Exchange Markets Committee (SFEMC) kepada pelaku pasar keuangan
di Singapura untuk beralih dan menggunakan JISDOR sebagai referensi harga sejak 18
Februari 2014. Rekomendasi tersebut memperkuat kredibilitas JISDOR sebagai referensi
harga yang akan mendukung proses pendalaman pasar.
9
JISDOR merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antar bank di pasar valas
domestik.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
35
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah
Koordinasi
kebijakan Bank
Indonesia dan
pemerintah
dilakukan
di beberapa
area seperti
pengendalian
inflasi dan
penguatan
Protokol
Manajemen
Krisis.
Dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian, Bank Indonesia selalu melakukan
koordinasi dengan pemerintah secara rutin dari waktu ke waktu. Koordinasi kebijakan Bank
Indonesia dan pemerintah dilakukan di beberapa area antara lain: (i) pengendalian inflasi
dan (ii) penguatan Protokol Manajemen Krisis dalam rangka pencegahan dan penanganan
krisis.
Dalam rangka pengendalian inflasi, Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi
dengan pemerintah di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi dilakukan melalui Tim
Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Koordinasi kebijakan
melalui TPI semakin diperkuat untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter.
TPI telah menyepakati program kerja tahun 2014. Program kerja yang disepakati antara
lain monitoring tekanan inflasi dan perumusan rekomendasi kebijakan serta pengelolaan
ekspektasi inflasi untuk mendukung pengendalian inflasi. TPI juga telah membahas usulan
penetapan sasaran inflasi 2016-2018 yang akan menjadi acuan dalam proses legal drafting
Peraturan Menteri Keuangan terkait penetapan target inflasi.
Sementara itu, TPID sepanjang triwulan I-2014 terus aktif dalam pengendalian inflasi.
TPID terutama berperan dalam mengatasi gangguan pasokan pangan untuk mendukung
terkendalinya harga pangan. Koordinasi melalui TPID terus diperkuat di berbagai
daerah. TPID di Jawa Timur bahkan menyusun Indonesia Network sebagai langkah awal
penguatan produksi, distribusi, dan konektivitas antar wilayah dalam wadah TPID. Selain
itu, TPID juga terus mengembangkan dan menyempurnakan sistem informasi harga yang
dikenal dengan nama Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS). Hal itu ditujukan
untuk menjaga ekspektasi inflasi baik dari sisi pedagang maupun konsumen. Dari sisi
kelembagaan, TPID juga terus berkembang dengan pembentukan TPID-TPID baru di
daerah. Pada triwulan I-2014 telah terbentuk 42 TPID baru sehingga jumlah TPID sampai
dengan akhir Triwulan I-2014 secara keseluruhan mencapai 233 buah.
Selain memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam rangka mencapai target inflasi,
Bank Indonesia juga terus menjalin koordinasi dengan pemerintah untuk memperkuat
Protokol Manajemen Krisis (PMK). Penguatan dilakukan melalui pertemuan koordinasi
secara rutin antara anggota Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
Pertemuan koordinasi di level Deputi (Deputies’ Meeting) dilakukan setiap satu bulan sekali
dan pertemuan yang dihadiri anggota FKSSK dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dalam
pertemuan koordinasi dilakukan pembahasan asesmen stabilitas sistem keuangan dan
berbagai kegiatan telah dilakukan di lingkup PMK Nasional.
Pada triwulan I-2014 juga telah diselesaikan Laporan Kegiatan Forum Koordinasi
Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) tahun 2013 yang telah disampaikan kepada Presiden
Republik Indonesia. Selain itu, juga telah dilakukan pembaruan SKB tentang Sekretariat
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan antara Menteri Keuangan, Gubernur Bank
Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan
Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Disamping itu juga dilakukan penyusunan
draf Prosedur Operasional Komunikasi Publik sebagai salah satu perangkat kerja FKSSK.
Bank Indonesia juga berpartisipasi dalam Working Group (WG) FKSSK yang ditujukan untuk
memperkuat pelaksanaan tugas FKSSK.
Di tataran PMK Bank Indonesia, upaya penguatan yang berkesinambungan juga terus
dilakukan. PMK Bank Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kerangka
36
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
PMK Nasional. Kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi penyempurnaan dan
pengkinian prosedur PMK Internal khususnya pascaberalihnya fungsi pengawasan
perbankan ke OJK sejak 31 Desember 2013, serta penguatan indikator surveillance
(analytical tool). Koordinasi di internal Bank Indonesia juga ditingkatkan terutama
surveillance terhadap perkembangan nilai tukar di tengah masih mengemukanya sejumlah
risiko, baik yang bersumber dari global maupun domestik.
3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri
Dalam rangka pengelolaan utang luar negeri, Bank Indonesia melakukan pemantauan
posisi utang luar negeri. Pemantauan ini mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia
dalam upaya memelihara stabilitas ekonomi.
Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia per Maret 2014 tercatat sebesar 276,5 miliar dolar
AS dan berada dalam tren melambat. ULN Indonesia pada Maret 2014 tumbuh 8,7%, lebih
rendah dibandingkan dengan ULN Indonesia posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 254,3
miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 11,2%.
Posisi ULN Indonesia pada Maret 2014 terdiri dari utang luar negeri sektor publik
(Pemerintah dan Bank Indonesia) sebesar 130,5 miliar dolar AS (47,2%) dan utang luar
negeri sektor swasta sebesar 145,9 miliar dolar AS (52,8%), dari total utang luar negeri.
Pertumbuhan Utang luar negeri sektor publik pada Maret 2014 tercatat sebesar 5,1% ,lebih
tinggi dibandingkan dengan Maret 2013 (4,9%). Sementara itu, pertumbuhan utang luar
negeri sektor swasta pada periode Maret 2014 sebesar 12,2% mengalami perlambatan
dibandingkan periode yang sama pada Maret 2013 (17,9%).
Dalam rangka memenuhi azas transparansi dan akuntabilitas pengelolaan data utang
sektor publik, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi bersama
(Joint Publication) Statistik Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI). Dalam publikasi tersebut
menginformasikan data utang pemerintah, Bank Indonesia, dan BUMN, baik utang domestik
maupun utang luar negeri. SUSPI merupakan joint program antara World Bank dan IMF dalam
rangka penyediaan data utang sektor publik setiap negara sesuai standar internasional.
Utang Luar
Negeri ULN)
Indonesia per
Maret 2014
dalam tren
melambat.
Bank Indonesia
terus
melakukan
pemantauan
posisi ULN
dan sekaligus
melaksanakan
fungsinya
dalam
penatausahaan
ULN
Pemerintah.
Selain melakukan pemantauan dan menerbitkan publikasi utang luar negeri, Bank Indonesia
juga melakukan dan menatausahakan penarikan serta pembayaran ULN Pemerintah, serta
melakukan pengelolaan portofolio ULN Pemerintah.
Bank Indonesia menatausahakan penarikan ULN Pemerintah baik untuk membiayai
proyek tertentu maupun untuk membiayai defisit APBN dan pengelolaan portofolio utang
serta melakukan pembayaran ULN Pemerintah yang jatuh waktu. ULN Pemerintah yang
ditatausahakan BI berasal dari kreditor multilateral, bilateral, kredit ekspor dan komersial
serta global bond.
Untuk pembiayaan defisit APBN, penarikan ULN Pemerintah dilakukan melalui transfer
langsung ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN), sedangkan untuk pembiayaan proyek,
penarikan pinjaman dilakukan dengan cara pembayaran langsung, melalui rekening
khusus, pembukaan letter of credit (L/C) dan pembiayaan pendahuluan.
Pada triwulan I-2014 jumlah penarikan ULN Pemerintah yang ditatausahakan oleh BI
mencapai USD4,3 miliar terutama didominasi oleh penerbitan Global Bond sebesar USD4,0
miliar pada tanggal 7 Januari 2014 yang terdiri dari seri RI0124 sebesar USD2,0 miliar
dengan porsi kepemilikan asing yang tercatat sebagai ULN sebesar USD1,78 miliar dan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
37
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
seri RI0144 sebesar USD2,0 miliar dengan porsi kepemilikan asing yang tercatat sebagai
ULN sebesar USD1,95 miliar, sehingga total yang dicatat sebagai ULN sebesar USD3,7 miliar
(Tabel 3.1).
Pembayaran ULN Pemerintah yang jatuh waktu dilaksanakan berdasarkan perintah
pembayaran dari Kemenkeu, rencana pembayaran yang diperoleh dari data administrasi
ULN, serta pembayaran ULN di luar rencana seperti pembayaran fee dan kewajiban lainnya.
Pada triwulan I-2014 total realisasi pembayaran ULN Pemerintah tercatat sebesar USD2,9
miliar (Tabel 3.2).
Tabel 3.1
Realisasi Penarikan ULN Pemerintah
Juta USD
2013*
Pemerintah
Multilateral
Bilateral
FKE
Komersial
Bond
Total Tw I
Tw II
Tw III
2014**
Tw IV
Total
Tw I
521,93.441,83.086,4 2.318,69.368,7 4.290,6
128,1 126,0 209,5 1.385,81.849,5 89,5
280,6 160,2 153,1 482,21.076,1 140,2
31,8302,3130,8 14,6479,4 65,7
81,3 107,2 437,0 436,11.061,6 270,2
-2.746,02.156,0
-4.902,0 3.725,0
521,93.441,83.086,4 2.318,69.368,7 4.290,6
Sumber : Statistik ULN Indonesia
*) Angka-angka sementara
**) Angka-angka sangat sementara
Tabel 3.2
Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah
Juta USD
2013*
Pemerintah
Multilateral
Bilateral
FKE
Komersial
Bond
Bank Indonesia
Multilateral
Bilateral
Komersial
Total
Tw I
Tw II
Tw III
2014**
Tw IV
Total
Tw I
1.640,12.444,61.694,1 2.722,58.501,2 2.853,5
537,9 664,6 525,9 653,32.381,6 419,9
329,4 946,1 384,6 1.095,32.755,4 383,5
196,2 454,3 153,5 498,51.302,4 146,4
59,0 70,3103,7 51,5284,6 67,3
517,6 309,3 526,4 423,81.777,3 1.836,4
24,1
39,0
1,1
37,6
101,8
1,3
0,50,60,2 -1,3 0,6
--- --0,7
23,5 38,4 0,9 37,6100,4
1.664,12.483,61.695,2 2.760,18.603,0 2.854,8
Sumber : Statistik ULN Indonesia
*) Angka-angka sementara
**) Angka-angka sangat sementara
Adapun aspek yang utama dalam pembayaran ULN Pemerintah adalah terlaksananya
pembayaran cicilan pokok dan bunga yang aman, akurat dan tepat waktu. Hal ini menjadi
hal penting karena berpengaruh terhadap reputasi BI dan Republik Indonesia dalam
memenuhi kewajiban kepada pihak lender. Oleh karena itu, BI harus dapat menjamin
ketersediaan valuta asing yang diperlukan Pemerintah sesuai dengan valuta pinjaman
yang harus dibayarkan.
Untuk mendukung kinerja pembayaran ULN yang aman, akurat dan tepat waktu serta
menjaga akurasi data realisasi pembayaran ULN Pemeritah, setiap bulan dilakukan
rekonsiliasi data realisasi pembayaran antara Bank Indonesia dengan Pemerintah
(Kemenkeu).
38
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)
Kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE)10 merupakan salah satu upaya Bank Indonesia untuk
meningkatkan pasokan devisa yang relatif stabil dan berkesinambungan. Hal ini bertujuan
dalam rangka mendukung stabilitas nilai rupiah dan makroekonomi secara keseluruhan.
Sejak diberlakukan pada Januari 2012, respons terhadap pemberlakuan kebijakan ini terus
menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dari meningkatnya aliran DHE ke
bank devisa dalam negeri pada triwulan I-2014 dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Peningkatan ini tercermin baik secara nominal maupun pangsanya
terhadap nilai DHE, yaitu dari 31,68 juta dolar AS (83,7% terhadap total nilai DHE) menjadi
sebesar 32,67 juta dolar AS (88% terhadap total nilai DHE). Kondisi sebaliknya terjadi
pada aliran DHE yang diterima melalui bank di luar negeri yang mengalami penurunan
dari 6,17 juta dolar AS (16,3% dari total DHE) menjadi 4,47 dolar AS (12% dari total DHE)
dibandingkan periode yang sama tahun 2013.
Aliran DHE
ke bank
devisa dalam
negeri pada
triwulan I-2014
meningkat
dibandingkan
dengan
periode yang
sama tahun
sebelumnya.
Lima komoditas penyumbang DHE terbesar adalah batubara (coal), minyak sawit (palm
oil), produk kimia (chemical products), produk tekstil (textile product), dan alat-alat listrik
(electrical appliances). Dari sisi kepatuhan eksportir, Bank Indonesia senantiasa melakukan
pengawasan terhadap eksportir yang tidak mematuhi ketentuan DHE. Bank Indonesia juga
senantiasa menjalin koordinasi dengan instansi terkait seperti SKK (Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu) Migas, Ditjen Bea dan Cukai, BPS, Kementerian BUMN,
Ditjen Anggaran, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Ditjen Pajak dan Asosiasi.
3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan
Kebijakan
Dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan untuk mendukung perumusan
kebijakan, Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik, menyediakan data dan informasi
ekonomi, keuangan dan moneter, dan menyusun laporan/analisis. Selain itu, Bank Indonesia
juga melaksanakan berbagai jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan,
moneter, dan sektor riil. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan
senantiasa mengedepankan upaya untuk mewujudkan data/statistik dan informasi yang
CRATA yaitu komprehensif (comprehensive), terpercaya (reliable), akurat (accuracy), terkini
(timeliness) dan mudah untuk diakses (accessible) serta sesuai dengan standar yang berlaku
secara internasional.
Untuk mendukung proses formulasi kebijakan, Bank Indonesia memanfaatkan hasil-hasil
survei dalam melakukan analisis sektor riil dan sektor finansial. Beberapa survei yang
secara rutin dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain adalah Survei Konsumen (SK),
Survei Penjualan Eceran (SPE), Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti
Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SP) dan Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi
(SPIME) dan survei-survei lainnya yang dilakukan secara ad-hoc. Dalam rangka peningkatan
kualitas pelaksanaan survei dan pengelolaan data, sejak tahun 2013 Bank Indonesia
mengimplementasikan sistem aplikasi yang mengintegrasikan berbagai aplikasi survei
dalam suatu alamat website aplikasi untuk mempermudah user melakukan pengisian survei.
Bank Indonesia
melakukan
kegiatan
statistik,
menyediakan
data dan
informasi
ekonomi,
keuangan dan
moneter, serta
menyusun
laporan/
analisis.
Pada triwulan I-2014, telah diimplementasikan sistem aplikasi SKDU (Survei Kegiatan Dunia
Usaha). Setelah sebelumnya dilakukan uji coba dan sosialisasi, sistem aplikasi tersebut
10
PBI No.14/25/PBI/2012 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
39
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
mulai digunakan dalam pelaksanaan survei bulan Maret 2014 untuk laporan triwulan
I-2014. Implementasi sistem aplikasi tersebut juga disertai penyempurnaan kuesioner,
percepatan pelaksanaan survei, dan penambahan responden. Pelaksanaan survei dengan
sistem aplikasi SKDU terintegrasi dilakukan secara nasional meliputi Kantor Pusat dan 37
KPwDN (Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri) pada 33 provinsi. Secara umum,
sistem aplikasi telah dapat membantu pelaksanaan survei baik tahap pengumpulan
maupun pengolahan data.
Bank Indonesia pada triwulan I-2014 juga telah menyusun beberapa analisis antara lain
analisis sektor moneter, analisis sektor finansial, analisis sektor fiskal, dan analisis sektor
sistem pembayaran. Analisis sektor moneter berupa analisis Perkembangan Uang Beredar
dan Uang Primer yang mencakup juga perkembangan dana, kredit dan suku bunga. Analisis
sektor finansial dilakukan antara lain dalam bentuk analisis Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI), Neraca Arus Dana (NAD), Financial Accounts, Pasar Modal, Locational Banking, dan
Perusahaan Pembiayaan (PP). Untuk analisis sektor fiskal dalam hal ini termasuk analisis
perkembangan fiskal APBN. Analisis sektor sistem pembayaran berupa perkembangan
rincian banknotes dan coins yang diedarkan Bank Indonesia dan penggunaan kartu
elektronik sebagai alat pembayaran.
Bank Indonesia juga terus berupaya meningkatkan kualitas data statistik. Upaya tersebut
dilakukan dengan mengembangkan dan menyempurnakan 32 metodologi kompilasi
statistik, mengacu pada standar yang berlaku. Salah satu upaya penyempurnaan khususnya
terkait dengan rencana Indonesia untuk mengimplementasikan System National Account
(SNA) 2008, dengan menyesuaikan penyusunan NAD tahun 2014 menjadi Financial
Accounts dan Balance of Payments and International Investment Position Manual 6th Edition
(BPM6). Dalam upaya penyempurnaan kualitas data, pada Februari 2014, Bank Indonesia
juga menyelenggarakan beberapa workshop penyusunan Statistik Utang Publik (SUSPI)
bekerjasama dengan IMF dan Kementrian Keuangan.
Di sektor eksternal, pada triwulan I-2014, Bank Indonesia telah mempublikasikan data
statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV-2013 dan laporan lengkapnya.
Dalam publikasi tersebut menjelaskan secara komprehensif perkembangan NPI selama
triwulan IV-2013. Selain itu, Bank Indonesia juga mempublikasikan Statistik Utang Luar
Negeri Indonesia (SULNI) untuk data November sampai dengan Desember 2013 dan
Januari 2014, serta data posisi cadangan devisa per akhir Desember 2013 s.d Februari 2014.
Sejak pengalihan
pengawasan
dan pengaturan
bank ke OJK, BI
memfokuskan
fungsi perbankan
pada kebijakan,
pengaturan, dan
pengawasan
makroprudensial.
40
Dalam upaya memperluas informasi sekaligus meningkatkan pemahaman para eksportir
terhadap ketentuan dokumen ekspor yang baru, pada triwulan laporan, Bank Indonesia
ikut mendukung kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Peraturan Menteri Perdagangan
(Permendag). Kegiatan sosialisasi diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan dan
Ditjen Bea & Cukai. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pertemuan/rekonsiliasi
data dengan Kementerian Keuangan. Pertemuan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
data statistik utang luar negeri. Pertemuan tersebut merupakan agenda rutin sebelum
diterbitkannya Buku Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI).
3.2. Stabilitas Sistem Keuangan
Sejak 31 Desember 2013, tugas pengawasan dan pengaturan bank yang sebelumnya
dilakukan Bank Indonesia dialihkan ke OJK. Dengan beralihnya tugas pengawasan dan
pengaturan bank tersebut, Bank Indonesia memfokuskan fungsi perbankan pada kebijakan,
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
pengaturan, dan pengawasan makroprudensial guna mendukung terwujudnya stabilitas
sistem keuangan Indonesia.
Melalui kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berupaya mencegah dan mengurangi
risiko sistemik yang mungkin timbul dan mengakibatkan gejolak di sistem keuangan
Indonesia. Selain itu, kebijakan makroprudensial juga dimaksudkan untuk mendorong
fungsi intermediasi yang seimbang bagi perekonomian, serta meningkatkan akses dan
efisiensi sistem keuangan. Upaya ini dilakukan melalui tiga fungsi, yakni systemic surveillance,
menetapkan kebijakan makroprudensial, serta pengembangan pasar keuangan dan
keuangan inklusif.
3.2.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial
Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dan pengaturan makroprudensial untuk
memengaruhi perilaku para pelaku/institusi keuangan sehingga mampu memitigasi risiko
dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Pada triwulan I-2014, kegiatan pengaturan makroprudensial difokuskan pada evaluasi
penguatan terhadap beberapa ketentuan makroprudensial yang telah diterbitkan pada
periode-periode sebelumnya. Evaluasi dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian
ketentuan dengan perkembangan terkini industri perbankan, termasuk kesinambungan
pelaksanaan ketentuan sehubungan dengan pengalihan tugas pengaturan dan
pengawasan perbankan ke OJK.
Bank Indonesia
mengeluarkan
kebijakan dan
pengaturan
makroprudensial
untuk
memengaruhi
perilaku para
pelaku/institusi
keuangan
Beberapa ketentuan yang sedang dikaji implementasi ketentuannya serta kemungkinan
penyempurnaannya ke depan adalah ketentuan Loan To Value (LTV)/Financing To Value
(FTV), Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) baik untuk bank konvensional maupun
bank syariah, dan Giro Wajib Minimum berbasis Loan to Deposit Ratio (GWM LDR).
Evaluasi terhadap ketentuan LTV/FTV difokuskan pada penguatan aspek legal dan aspek
teknis terkait mekanisme pemberian kredit pemilikan properti. Penyesuaian terhadap
ketentuan FPJP selain bertujuan untuk beradaptasi dengan perubahan kelembagaan
pengawasan bank juga dimaksudkan untuk memastikan tetap berjalannya fungsi
koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK dalam proses pemberian FPJP.
Evaluasi terhadap pengaturan GWM berbasis Loan to Deposit Ratio (LDR) dimaksudkan agar
mekanisme perhitungan GWM LDR mampu mendorong perbankan untuk menjaga LDR
pada level yang optimal. Selain GWM LDR, penyempurnaan terhadap ketentuan GWM juga
dilakukan untuk memberikan panduan teknis dalam perhitungan GWM terhadap bank
baru dan bank merger yang saat ini belum diatur secara detail.
Selain melakuan evaluasi terhadap ketentuan yang telah ada, Bank Indonesia juga tengah
mempersiapkan ketentuan mengenai pengaturan dan pengawasan makroprudensial.
Pengaturan ini akan menjabarkan kewenangan Bank Indonesia dalam pengaturan
makroprudensial termasuk instrumennya, dan pelaksanaan pengawasan yang mencakup
surveilans dan pemeriksaan terhadap lembaga keuangan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
41
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial
Melalui
pengawasan
makroprudensial,
Bank
Indonesia dapat
memonitor
kerentanan
dan volatilitas
dalam sektor
keuangan
Dalam rangka memperkuat ketahanan sistem keuangan, selain melakukan asesmen
terhadap risiko utama di sistem keuangan, Bank Indonesia juga melakukan pengawasan
makroprudensial. Melalui pengawasan makroprudensial, Bank Indonesia dapat memonitor
kerentanan dan volatilitas dalam sektor keuangan, sehingga mampu mendeteksi potensi
tekanan yang berdampak pada Sistem Keuangan.
Pengawasan makroprudensial oleh Bank Indonesia dilakukan melalui kegiatan surveilans
dan pemeriksaan. Surveilans diperlukan untuk memantau perkembangan kondisi
sistem keuangan, identifikasi dan analisis risiko sistem keuangan, serta penilaian risiko
sistem keuangan. Sementara itu, Bank Indonesia juga melakukan pemeriksaan untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan memantau risiko sistemik di sistem keuangan termasuk
yang bersumber dari individual lembaga keuangan.
Saat ini, Bank Indonesia telah melakukan surveilans terhadap perbankan antara lain
untuk mengetahui kondisi likuiditas dan fungsi intermediasi yang dilakukan perbankan.
Selain itu, surveillance juga dilakukan terhadap Industri Keuangan Non Bank antara lain
Perusahaan Pembiayaan guna memonitor struktur pembiayaan dan sumber dana serta
terhadap institusi yang merupakan konglomerasi dari bank dan memiliki dampak yang
signifikan terhadap sistem keuangan.
Guna mendukung pelaksanaan tugas surveilans tersebut, Bank Indonesia juga terus
memperkuat kerangka kerja surveilans makroprudensial. Kerangka kerja tersebut
digunakan sebagai standar pelaksanaan tugas dan koordinasi baik di internal Bank
Indonesia maupun dengan otoritas terkait.
3.2.2. Pendalaman Pasar Keuangan
Bank Indonesia
melaksanakan
program
pendalaman
pasar keuangan
antara lain
fasilitasi
perluasan
penggunaan
kontrak standar
dalam transaksi
repo antar bank
dalam bentuk
Mini Master
Repurchase
Agreement
(Mini MRA).
Pasar keuangan merupakan elemen penting dalam sistem perekonomian dan berfungsi
sebagai katalisator kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia. Pasar keuangan
yang sehat, stabil, dan efisien akan memudahkan transmisi bauran kebijakan mewujudkan
kestabilan harga.
Guna mewujudkan hal tersebut, Bank Indonesia melaksanakan program pendalaman
pasar keuangan. Salah satu kegiatan yang dilakukan di triwulan I-2014 yakni memfasilitasi
perluasan penggunaan kontrak standar dalam transaksi repo antar bank dalam bentuk Mini
Master Repurchase Agreement (Mini MRA). Program ini merupakan kelanjutan dari program
yang telah dilaksanakan di 2013.
Implementasi Mini MRA dimaksudkan untuk mendukung pendalaman pasar uang rupiah.
Upaya tersebut dilakukan dengan cara mendorong penggunaan kontrak standar dalam
transaksi repo antar bank sehingga mempermudah pelaksanaan transaksi repo. Dengan
kemudahan bertransaksi, diharapkan pasar uang antar bank akan lebih berkembang,
mendorong terciptanya pasar uang bank yang lebih tahan terhadap gejolak, sekaligus
memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi bagi perbankan dalam pengelolaan likuiditas.
Sebelumnya, pada 18 Desember 2013, Bank Indonesia telah memfasilitasi kesepakatan
bersama antara delapan bank dalam rangka penerapan Mini MRA. Pada 13 Februari 2014,
Bank Indonesia kembali memfasilitasi upaya perluasan kepesertaan Mini MRA oleh 38 bank
lainnya. Pasca penandatanganan penggunaan Mini MRA tersebut, masing-masing bank
juga telah melakukan penandatangan perjanjian bilateral antar sesama bank. Dengan
42
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
adanya perluasan tersebut, jumlah bank yang menyepakati penggunaan Mini MRA dalam
bertransaksi repo antar bank telah mencapai lebih dari 60 bank.
Seiring dengan terbentuknya kesepakatan penggunaan perjanjian standar dalam
bertransaksi repo, perkembangan transaksi repo paska-Mini MRA meningkat signifikan.
Rata-rata harian transaksi repo naik dari Rp132 miliar di Desember 2013 menjadi Rp1.084
miliar pada Maret 2014. Suku bunga pada transaksi repo yang bersifat collateralized juga
cenderung berada di bawah suku bunga transaksi uncollateralized (PUAB) pada tenor yang
sama.
Selain memfasilitasi Mini MRA, Bank Indonesia juga membentuk Indonesia Foreign Exchange
Market Committee sebagai mitra strategis untuk mempercepat proses pendalaman
pasar keuangan. Pembentukan market committee tersebut bertujuan untuk mendorong
perkembangan pasar keuangan yang dalam dan efisien, serta memperkuat kredibilitas,
integritas dan reputasi pasar keuangan Indonesia melalui penyusunan market code of
conduct yang berlaku bagi seluruh pelaku pasar valas domestik. Selain itu, komite ini juga
akan membantu otoritas dalam menyusun kerangka kerja dan strategi pendalaman pasar
keuangan, dan melaksanakan edukasi serta sosialisasi terhadap pelaku pasar dan lembaga
terkait. Melalui komite ini juga dimungkinkan dilakukan diskusi dan pertukaran informasi
di pasar keuangan domestik dan internasional, serta mediasi atas perselisihan di pasar
keuangan domestik.
Guna meningkatkan akselerasi proses pendalaman pasar keuangan yang menjadi salah
satu program penting di tahun 2014, Bank Indonesia juga telah membentuk task force
pendalaman pasar keuangan. Task force bertugas untuk menyusun, mengkoordinasikan,
dan mengintegrasikan program upaya pendalaman pasar keuangan, serta melaksanakan
koordinasi dan kolaborasi yang bersifat strategis dengan otoritas lain, institusi keuangan
bank dan non-bank, serta instansi terkait lainnya. Dengan dibentuknya task force,
diharapkan upaya dan peran BI dalam mendorong pendalaman pasar keuangan domestik
dapat lebih signifikan.
Di pasar keuangan syariah, Bank Indonesia juga melanjutkan inisiatif pendalaman pasar
keuangan syariah yang telah selesai dilakukan di 2013. Bank Indonesia terus melakukan
koordinasi dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia untuk mendorong
penyelesaian fatwa transaksi repo antar bank syariah, sebagai salah satu alat manajemen
likuiditas perbankan. Di 2014, Bank Indonesia juga telah memprogramkan pengembangan
pasar sukuk dan lindung nilai untuk bank syariah, guna memperkaya instrumen pasar
keuangan syariah.
3.2.3. Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)
Dalam rangka peningkatan akses keuangan, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan
keuangan inklusif. Melalui program tersebut, Bank Indonesia berupaya mewujudkan
tercapainya kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan
pendapatan, dan terpeliharanya stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, Bank Indonesia bersinergi dengan kementerian serta lembaga domestik
dan international.
Pada triwulan I-2014, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan program
keuangan inklusif, dengan perkembangan sebagai berikut:
Dalam rangka
peningkatan
akses
keuangan,
Bank Indonesia
melaksanakan
kebijakan
keuangan
inklusif.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
43
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
1. TabunganKu dan Basic Saving Account lainnya
Bank Indonesia terus mendorong kesinambungan program Tabunganku dan basic
savings account. Sampai dengan Maret 2014, jumlah rekening TabunganKu dan Basic
Saving Account lainnya tercatat sebanyak 11,75 juta rekening. Jumlah ini meningkat
sebesar 1,13 juta rekening dibandingkan akhir tahun 2013 (10,62 juta rekening).
Dengan jumlah tersebut, maka telah tercapai 56,4% dari target tahun 2014 sebesar 2
juta rekening.
Dari sisi jumlah nominal, program TabunganKu dan Basic Saving Account lainnya
tercatat sebesar Rp9,40 triliun, meningkat Rp1,34 miliar dari posisi Desember 2013
(Rp9,26 triliun). Adapun rata-rata saldo rekening TabunganKu dan Basic Saving Account
mencapai Rp800.293,00.
Dalam rangka mendorong peningkatan jumlah rekening dan nominal Tabunganku
serta Basic Saving Account telah dilaksanakan berbagai upaya meliputi:
a. Mengingatkan kembali perbankan untuk menyampaikan rencana dan progress Hari
Rajin Menabung, TabunganKu, rekening Pelajar, dan pencapaian BSA lainnya.
b. Penyesuaian fitur TabunganKu bersama perbankan.
c. Pemantauan penyampaian laporan progress TabunganKu dan basic savings account
dari seluruh bank umum.
d. Pengembangan sistem pelaporan secara online melalui Laporan Kantor Pusat Bank
Umum (LKPBU).
e. Koordinasi dengan Kementerian dan perbankan agar rekening tersebut dapat
digunakan untuk penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat.
2. Perluasan Pelaksanaan Edukasi Keuangan kepada Masyarakat
Kegiatan edukasi bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya perencanaan
keuangan dan meningkatkan pemahaman tentang produk dan jasa lembaga keuangan
formal. Target dari pelaksanaan edukasi ini adalah pelajar mulai tingkat SD, SMP, SMA
sampai mahasiswa, Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan kelompok masyarakat tertentu,
antara lain pedagang dan buruh rumah tangga (homeworkers).
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia telah menyusun modul mengenai pengelolaan
keuangan yang ditujukan kepada pelajar, TKI dan kelompok masyarakat nelayan/
petani/masyarakat di wilayah perbatasan/masyarakat di kepulauan. Selain itu, Bank
Indonesia juga melakukan edukasi keuangan diantaranya:
a. Edukasi keuangan dan perbankan kepada Pelajar SMK Rodhatul Jannatin Naim di
Jakarta Utara dan SMK Khazanah Kebajikan di Tangerang.
b. Edukasi Perbankan dan Kewirausahaan kepada Kelompok Masyarakat Tertentu,
yaitu pedagang di Blok G Tanah Abang, Jakarta Pusat.
c. Training to Trainer (ToT) kepada mahsiswa dan dosen Fakultas Ekonomi di wilayah
Jabodetabek, dan Jawa Timur, serta kepada pegawai & konsultan BI serta dari Mitra
Wanita Pekerja Rumahan Indonesia (MWPRI) dan YASANTI.
44
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3. Kampanye Gerakan Menabung
Kampanye Gerakan Menabung merupakan upaya bersama yang dilakukan oleh bank
Indonesia, perbankan, dan stakeholder sebagai bagian dari edukasi keuangan kepada
masyarakat. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia melakukan kampanye gerakan
menabung melalui pelaksanaan bazar UMKM yang menjadi binaan Bank Indonesia dan
perbankan di Purwakarta, Jawa Barat.
4. Pengembangan Layanan Keuangan Digital
Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan
keuangan yang dilakukan menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis
mobile maupun berbasis web. Melalui perluasan akses layanan tersebut diharapkan
akan mempermudah transaksi keuangan masyarakat.
Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia mempersiapkan revisi Peraturan Bank Indonesia
No. 11/12/PBI/2009 mengenai Uang Elektronik (Electronic Money) yang didalamnya
akan mencakup pula pengaturan mengenai Layanan Keuangan Digital. Penerbitan
pengaturan mengenai LKD menjadi salah satu upaya Bank Indonesia dalam rangka
meningkatkan inklusivitas keuangan di Indonesia. Dalam pengaturan tersebut,
media utama yang digunakan untuk melakukan transaksi keuangan LKD adalah uang
elektronik yang telah tercatat secara resmi. Selain itu, diatur pula persyaratan penerbit
yang dapat menyelenggarakan LKD melalui agen LKD individu. Sebagai bagian dari
upaya memperkenalkan LKD kepada masyarakat, Bank Indonesia juga mempersiapkan
sosialisasi, kampanye dan edukasi LKD.
5.Memfasilitasi Penyaluran Program Bantuan Pemerintah kepada Masyarakat
Melalui LKD Individu
Selain mendukung akses keuangan, luasnya jangkauan LKD dapat dimanfaatkan dalam
penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat. Untuk mewujudkan hal
itu, Bank Indonesia mempersiapkan pelaksanaan pilot project program tersebut. Pada
triwulan I-2014 telah dilakukan pertemuan dalam rangka pembahasan usulan skema
bisnis model dengan perbankan dan instansi terkait (Bappenas, kementerian Sosial,
TNP2K).
6. Penyediaan Informasi Bagi Nelayan dan Petani
Program keuangan inklusif yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencakup pula upaya
untuk mengurangi asimetris informasi yang menghambat efisiensi transaksi keuangan.
Terkait hal ini, Bank indonesia memfasilitasi penyediaan informasi perkembangan
harga komoditi perikanan dan pertanian bagi nelayan dan petani. Melalui penyediaan
informasi ini, diharapkan akan meningkatkan posisi tawar yang lebih baik bagi nelayan
dan petani. Saat ini Bank Indonesia sedang melaksanakan pilot project penyediaan
informasi harga komoditi perikanan dan pertanian di dua wilayah yaitu Jakarta dan
Makassar. Daloam pelaksanaannya, Bank Indonesia bekerjasama dengan penyedia
layanan telekomunikasi dan instansi terkait lainnya seperti Badan Pusat Statistik,
Kementerian Pertanian, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
45
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
7.Pengembangan Database dan Infrastruktur Dalam Rangka Persiapan Implementasi
Financial Identity Number (FIN)
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan informasi secara komprehensif mengenai
data keuangan individu, sehingga dapat meminimalkan terjadinya asymetric information
dari lembaga keuangan. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan survei FIN
yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012. Sampai dengan triwulan laporan, telah
dilaksanakan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dalam penyusunan konsep
Perjanjian Kerjasama pemanfaatan data Nomor Induk Kependudukan sebagai database
FIN. Selain itu, dilakukan pula penyiapan pengembangan aplikasi terkait dengan FIN.
Bank Indonesia juga menyusun model bisnis pengumpulan data FIN melalui program
LKD, penyaluran Bantuan Pemerintah dan UMKM, bekerjasama dengan instansi terkait.
8. Penyusunan Dasar Hukum Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI)
Guna mempermudah koordinasi dalam pengembangan dan pelaksanaan Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Bank Indonesia bekerjasama dengan instansi terkait
tengah mempersiapkan payung hukum SNKI. Terkait hal ini, telah disusun Rancangan
Peraturan Presiden termasuk penyusunan Forum Koordinasi Keuangan Inklusif. Bank
Indonesia juga berkoordinasi dengan Kementerian terkait termasuk OJK mengenai
SNKI dan pelaksanaan program keuangan inklusif.
3.2.4. Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
Bank Indonesia
turut aktif
memperkuat
sektor riil dan
memberdayakan
UMKM
mengingat
pentingnya
kontribusi
sektor riil dan
UMKM terhadap
perekonomian
dan stabilitas
sistem keuangan.
Pentingnya kontribusi sektor riil dan UMKM terhadap perekonomian dan stabilitas
sistem keuangan, mendorong Bank Indonesia untuk turut aktif memperkuat sektor
riil dan memberdayakan UMKM. Upaya tersebut diwujudkan melalui penelitian dan
pengembangan, pengembangan klaster komoditas pangan, dan kegiatan lain yang
ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas pelaku usaha.
Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan dalam rangka peningkatan akses
kredit atau pembiayaan UMKM antara lain:
(i) Melakukan penelitian mengenai skema pembiayaan pertanian dengan fokus pada
komoditas pangan. Penelitian ini dilakukan antara lain untuk mengetahui sejauh mana
konsep value chain financing dapat diterapkan dalam pembiayaan di sektor pertanian.
Selain itu, juga ditujukan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang timbul dari
model pembiayaan, khususnya untuk tiga komoditas, yaitu beras, cabai, dan bawang
merah. Ketiga komoditas tersebut dipilih karena termasuk komoditas yang dapat
mendukung ketahanan pangan dan berpengaruh terhadap stabilitas harga. Selain itu,
hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah
mengenai kebijakan pengembangan kredit program di sektor pertanian.
(ii) Melakukan evaluasi terhadap penelitian lending model yang sebelumnya telah dilakukan
oleh Bank Indonesia, dalam rangka mengidentifikasi pola pembiayaan usaha kecil.
(iii)Memfasilitasi pembentukan Asuransi Ternak Sapi, sebagai upaya mitigasi risiko
bagi perbankan dalam membiayai usaha ternak sapi. Keberadaan asuransi tersebut
diharapkan mendorong peningkatan pembiayaan pada usaha peternakan sapi.
Asuransi ini telah diresmikan pada tahun 2013 dengan pilot project di daerah Sleman,
46
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
DI Yogyakarta dan beberapa daerah lain seperti Boyolali dan Padang. Di 2014, Bank
Indonesia melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pilot project tersebut.
Selain itu, dilakukan pula risk profiling guna memberi masukan dalam perhitungan
tingkat premi asuransi ternak sapi.
(iv)Memfasilitasi pilot project pemeringkatan kredit untuk UKM di Jawa Tengah. Dalam
pelaksanaannya, program ini dilakukan antara Bank Indonesia dan PT. PEFINDO.
Perjanjian Kerjasama antara kedua belah pihak telah ditandatangani 28 Februari 2014 di
Semarang. Melalui kerjasama implementasi pemeringkatan kredit tersebut, diharapkan
dapat meningkatkan penyaluran kredit kepada UKM di Jawa Tengah.
(v)Melakukan kajian tentang pemetaan geografis terhadap lima sektor industri kreatif
yang berdaya saing di Indonesia. Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk memberikan
gambaran secara umum mengenai industri kreatif yang dianggap memiliki daya saing
di setiap daerah atau propinsi di seluruh Indonesia. Hasil pemetaan telah disosialisasikan
kepada pemangku kepentingan pada Februari 2014. Selain itu, Bank Indonesia juga
bekerjasama dengan World Bank melakukan survei terhadap pelaku industri kreatif dan
perbankan. Survei tersebut untuk memperkuat kajian peningkatan akses pembiayaan
bagi industri kreatif di Indonesia, yang difokuskan pada industri kerajinan.
Selain memperluas akses keuangan, Bank Indonesia juga meningkatkan kapabilitas sektor
UMKM. Untuk itu, Bank Indonesia memfasilitasi pelatihan pembuatan catatan dan laporan
keuangan bagi pelaku UMKM. Selain meningkatkan aspek manajerial dalam pengelolaan
usaha, peningkatan kemampuan tersebut sekaligus diharapkan dapat membuka akses
kredit/pembiayaan yang lebih luas. Sebagai langkah awal, pelatihan dilakukan di beberapa
wilayah sebagai pilot project. Ke depan, pelatihan akan diperluas dalam skala nasional
dengan melibatkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah.
Upaya pengembangan sektor riil dan UMKM juga dilakukan dengan menerapkan program
klaster. Sejalan dengan tugas menjaga kestabilan harga, Bank Indonesia mengembangkan
klaster komoditas pangan yang menjadi sumber tekanan inflasi antara lain beras, daging,
bawang merah, cabai merah, dan bawang putih. Adanya klaster komoditas pangan tersebut
diharapkan dapat berkontribusi terhadap kestabilan harga dari sisi penawaran.
Program klaster komoditas pangan sebelumnya telah dilakukan oleh Bank Indonesia
di 2013. Di 2014, Bank Indonesia kembali melanjutkan program inisiatif serupa dengan
target perluasan jumlah dan wilayah klaster. Pengembangan klaster ketahanan pangan
akan dilakukan terhadap delapan komoditas (padi, sapi, bawang merah, cabai merah, ikan,
kedelai, sayuran dan ungas) yang akan diterapkan di 40 wilayah.
Di triwulan I-2014, pelaksanaan program klaster ketahanan pangan telah dimulai dengan
mengindentifikasi wilayah dan komoditas klaster yang akan diterapkan di masing-masing
wilayah. Untuk melakukan hal tersebut, telah dilakukan survei dan koordinasi dengan
pemangku kepentingan terkait. Implementasi komitmen juga telah dituangkan melalui
penandatanganan kesepakatan bersama.
Kegiatan inisiatif lain yang dilaksanakan adalah program Wirausaha Bank Indonesia.
Program ini bertujuan untuk melahirkan wirausahawan-wirausahawan yang tangguh.
Program wirausaha ini telah diinisiasi oleh Bank Indonesia sejak 2012 dan menjadi bagian
dari Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Program pengembangan wirausaha Bank
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
47
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Indonesia tahun 2014 mengusung konsep trilogi program yaitu terfokus, berkelanjutan,
dan koordinatif. Aktivitas program difokuskan pada peningkatan jumlah wirausaha di
sektor agribisnis dan berorientasi ekspor dalam rangka mendukung ketahanan pangan
dan perbaikan struktur neraca perdagangan. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia telah
melakukan identifikasi, profiling dan penjajakan lembaga pendamping program. Selain
itu, telah pula dilakukan sosialisasi dan publikasi program, serta seleksi wirausahawan
potensial.
Upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memberdayakan UMKM mendapatkan
apresiasi yang positif dari pemangku kepentingan. Pada triwulan I-2014, indeks kepuasan
pemangku kepentingan terhadap peran Bank Indonesia dalam program pengembangan
UMKM rata-rata mencapai 5,42 (skala 6). Indeks kepuasan tersebut meningkat dibanding
pencapaian di triwulan IV-2013 yang mencapai 5,16.
Dalam rangka penguatan sektor riil dan pengembangan UMKM, Bank Indonesia juga
terus melakukan kegiatan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait diantaranya
Kementerian Pertanian, Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan UKM,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pertanahan Nasional, serta kerjasama dengan
Pemprov Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Bank Indonesia juga melakukan koordinasi dan
kerjasama dengan Pemda dan Dinas setempat untuk pengembangan UMKM di daerah.
3.2.5. Pengelolaan Informasi Perkreditan
Guna
mendukung
infrastruktur
sistem
keuangan,
Bank Indonesia
mengelola
Sistem
Informasi
Debitur (SID)
agar proses
pemberian
kredit dapat
dilakukan
berdasarkan
prinsip kehatihatian.
180
161,5
160
140
120
112,9
123,45
128,9
132
64,7
65,9
139,9
146,2
151,5
154,6
71,7
73,6
75
100
80
60
59,7
62,6
69,3
77,8
Guna mendukung infrastruktur sistem
keuangan, Bank Indonesia mengelola Sistem
Informasi Debitur (SID). Melalui SID, lembaga
keuangan dapat melakukan pengecekan data
debitur sehingga proses pemberian kredit
dapat dilakukan berdasarkan prinsip kehatihatian dan tercapai efisiensi penyediaan
dana di industri perbankan.
40
Pemanfaatan SID oleh lembaga keuangan
semakin meningkat, baik dari sisi jumlah
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I
lembaga keuangan yang menjadi pelapor
Jumlah Debitur
Jumlah Fasilitas
SID dan data debitur serta fasilitas yang
dilaporkan (Grafik 3.4). Pada triwulan
I-2014, data debitur SID tumbuh 12,26%
Grafik 3.4
(yoy), sementara jumlah data fasilitas yang
Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID
dilaporkan tumbuh 15,44% (yoy). Untuk
memberikan basis data yang komprehensif,
Bank Indonesia terus meningkatkan cakupan pelapor dan data dalam SID.
20
0
Peningkatan debitur dan fasilitas yang dilaporkan dalam SID berbanding lurus dengan
permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) oleh lembaga keuangan. Permintaan IDI
selama triwulan I-2014 tercatat sebanyak 9.2 juta permintaan, meningkat 5% (yoy) dari
tahun lalu. Perkembangan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran
lembaga keuangan untuk memanfaatkan data perkreditan guna menunjang aktivitas
bisnisnya.
48
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Menyadari pentingnya informasi perkreditan baik bagi lembaga keuangan maupun lembaga
publik, Bank Indonesia telah menyusun rencana pengembangan informasi perkreditan
dalam kerangka blueprint pengembangan Sistem Informasi Perkreditan Nasional (SIPNAS).
Di 2013, telah dicapai beberapa target yang ditentukan dalam blueprint pengembangan
SIPNAS, antara lain penerbitan aturan mengenai Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
(LPIP) serta petunjuk pelaksanaannya. Sebagai tindak lanjut penerbitan ketentuan tersebut,
pada triwulan I-2014 telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi ketentuan dengan lembaga
keuangan dan masyarakat umum. Melalui peraturan dimaksud, Bank Indonesia membuka
kesempatan bagi pihak swasta untuk turut mengelola dan menghasilkan informasi
perkreditan yang komprehensif dan bernilai tambah.
Guna meningkatan efektivitas pelaksanaan ketentuan tentang LPIP, telah pula dibentuk
task force antara Bank Indonesia dan OJK. Selain itu, Bank Indonesia juga tengah menjajaki
kerjasama dengan instansi terkait, seperti Kementerian Dalam Negeri dan Direktorat
Jenderal Pajak untuk memperkaya data perkreditan yang dikelola dalam SID.
Tabel 3.3
Perkembangan Peringkat Indikator Getting Credit Negara-Negara di Kawasan ASEAN
No
Negara
1
Malaysia
2 Singapore
3
Vietnam
4
Cambodia
5
Brunei 6
Thailand
7
Indonesia
8
Philippines
9
Laos
10
Myanmar
2011
2012
2013
2014
111 1
6
8
12
3
152440 42
899853 42
116126129 55
726770 73
116126129 86
128126129 86
152166167 159
-
-
170
Sumber: IFC, World Bank, 2014
Ketersediaan informasi perkreditan yang lebih komprehensif menjadi nilai tambah
terhadap penilaian kemudahan berusaha (Ease of Doing Business) oleh World Bank. Terkait
indikator kemudahan mendapatkan kredit, terdapat peningkatan yang signifikan dalam
pemeringkatan Indonesia di 2014 (Tabel 3.3).
3.2.6. Koordinasi dan Kerjasama dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Bank IndonesiaOJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJK
Eratnya keterkaitan tugas makroprudensial yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia
dengan tugas mikroprudensial yang menjadi kewenangan OJK, membutuhkan koordinasi
dan kerjasama diantara kedua instansi. Untuk mewujudkan hal tersebut, Bank Indonesia
dan OJK telah menandatangani Naskah Keputusan Bersama pada tanggal 18 Oktober 2013
yang mengatur mengenai:
a. Kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masingmasing;
b. Pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan sistem pelaporan
bank dan perusahaan pembiayaan oleh Bank Indonesia dan OJK;
Bank Indonesia
memastikan
terlaksananya
koordinasi
dengan OJK
baik di level
teknis maupun
di level
strategis.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
49
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
c. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Bank Indonesia
oleh OJK; dan
d. Pengelolaan pejabat dan pegawai Bank Indonesia yang dialihkan atau dipekerjakan
pada OJK.
Untuk memastikan terlaksananya koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK, Bank Indonesia
memprioritaskan penyelesaian kegiatan tersebut di atas dalam program kerja Inisiatif yang
dimulai sejak triwulan I-2014. Selain itu, BI dan OJK juga membentuk working group di level
teknis yang melakukan pertemuan secara rutin (mingguan) untuk membahas isu-isu yang
muncul terkait dengan kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial. Sementara, isuisu yang bersifat strategis dibahas dalam pertemuan koordinasi bulanan di level Pimpinan
Satuan Keja serta Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Dewan Komisioner OJK.
BOKS
Untuk menyelesaikan tugas terkait pertukaran data/informasi dan pengelolaan laporan,
BI dan OJK telah membentuk Forum/Komite Koordinasi Pertukaran Informasi dan Sistem
Pelaporan Lembaga Jasa Keuangan. Forum ini bertugas merumuskan sistem pertukaran
informasi yang terintegrasi yang memuat antara lain informasi, aplikasi, infrastruktur, dan
security dari sistem pertukaran informasi. Selain itu, forum juga melakukan harmonisasi,
komunikasi, dan koordinasi termasuk menyepakati pengembangan sistem pelaporan jasa
keuangan yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dan OJK. Sampai dengan triwulan I-2014,
forum ini telah berkoordinasi untuk menyusun petunjuk pelaksanaan pelaporan bank dan
perusahaan pembiayaan.
BOKS
Tugas Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Sistem
Keuangan Melalui Pendekatan Makroprudensial
Makroprudensial bukanlah hal yang baru bagi Bank Indonesia. Pengalaman
menghadapi krisis keuangan tahun 1997/1998 telah memberikan pelajaran berharga
tentang pentingnya menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) melalui pendekatan
mikro dan makro prudensial. Krisis menunjukkan bahwa SSK tidak semata-mata
tercapai dari kondisi institusi keuangan yang sehat (aspek mikroprudensial). Aspek
makroprudensial seperti interkoneksi antar elemen dalam sistem keuangan serta
perilaku institusi keuangan dalam menghadapi dinamika perekonomian, juga perlu
dipastikan. Hal ini bertujuan agar tetap berada pada koridor yang dapat menunjang
kesinambungan fungsi sistem keuangan dalam mendukung perekonomian.
Pengalaman yang sama kembali dihadapi oleh Indonesia dan beberapa negara
lainnya pada krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008. Krisis yang bersumber
dari sektor perbankan, memberikan dampak negatif tidak hanya pada sektor
keuangan namun juga memperburuk kondisi makroekonomi di beberapa negara.
Pengalaman ini menekankan adanya interaksi antara sektor keuangan dengan
makroekonomi, sekaligus mempertegas pentingnya makroprudensial dalam
menjaga SSK. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi Financial Stability Board
(FSB), International Monetary Fund (IMF), dan Bank for International Settlement
(BIS) untuk mengembangkan kerangka kebijakan makroprudensial. Kebijakan ini
bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui
pembatasan risiko sistemik.
50
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Selain menghadapi tantangan ketidakpastian perekonomian global, sistem
keuangan Indonesia juga dihadapkan pada tantangan internal yang tidak mudah.
Pada akhir 2013, terjadi perubahan signifikan pada otoritas pengawasan lembaga
keuangan di Indonesia. Melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Desember 2013, pengawasan perbankanberalih
dari Bank Indonesia ke OJK. Berdasarkan Undang-undang tersebut, Bank
Indonesia masih memiliki kewenangan di bidang makroprudensial, melalui fungsi
pengawasan dan pengaturan.
Kerangka kerja SSK Bank Indonesia yang sebelumnya mencakup pengawasan
mikroprudensial dan surveilans makroprudensial, berubah menjadi fokus pada
pendekatan makroprudensial. Dalam pelaksanaannya tetap mengedepankan
koordinasi yang erat antara kebijakan makroprudensial dan kebijakan
mikroprudensial yang dilaksanakan oleh OJK. Dalam hal ini termasuk koordinasi
dengan Kementerian Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam
Forum Koordinasi SSK (FKSSK).
Sesuai definisi, fungsi pengawasan makroprudensial dilaksanakan Bank Indonesia
terhadap sistem keuangan. Sistem keuangan mencakup sistem perbankan, lembaga
keuangan non-bank, pasar keuangan, infrastruktur sistem keuangan, serta rumah
tangga dan korporasi sebagai financial service user dalam sistem keuangan. Fungsi
ini dilakukan dalam kerangka kerja yang diawali dengan proses monitoring hingga
perumusan instrumen dan evaluasi kebijakan sebagaimana gambar berikut:
Sumber: Harun & Rachmanira 2013
Salah satu karakteristik kebijakan makroprudensial yang membedakan dengan
kebijakan lainnya, yaitu membatasi risiko sistemik dengan memperhatikan
dimensi cross section dan dimensi time series. Dimensi cross section menekankan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
51
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
bagaimana risiko terdistribusi dalam sistem keuangan pada satu periode tertentu
yang disebabkan oleh kesamaan eksposure maupun interlink dalam sistem
keuangan. Sementara dimensi time series menitikberatkan pada bagaimana risiko
berevolusi dalam sebuah siklus. Sebagai contoh adalah membatasi risiko sistemik
yang muncul dari perilaku procyclicality, yaitu kecenderungan agen ekonomi untuk
mengambil risiko lebih tinggi dalam pembiayaan pada saat perekonomian membaik
serta mengurangi pembiayaan secara drastis pada saat perekonomian memburuk.
Karakteristik lain dari kebijakan makroprudensial adalah memiliki interaksi dengan
kebijakan lain, seperti kebijakan mikroprudensial, kebijakan fiskal, dan sebagainya.
Berikut tabel perbandingan antara kebijakan makroprudensial dengan kebijakan
lain.
Tabel Perbandingan Kebijakan Makroprudensial dengan Lainnya
Kebijakan
Dimensi
Time Series
Dimensi
Cross Section
MoneterYaTidak
Fiskal / Sektor Riil
Ya
Ya, rumah tangga dan korporasi
Mikroprudensial
Tidak
Ya, institusi keuangan
Makroprudensial
Ya
Ya, institusi keuangan dengan
perhatian pada rumah tangga
dan korporasi
Dampak
Makroekonomi
Makroekonomi dan Sektor Riil
Sistem Keuangan
Sistem Keuangan, dengan potensi
dampak kepada rumah tangga dan
korporasi
Sumber: Harun & Rachmanira 2013
Beberapa kebijakan makroprudensial yang telah diimplementasikan oleh Bank
Indonesia, antara lain Giro Wajib Minimum yang dihubungkan dengan Loan to
Deposit Ratio (GWM-LDR), Loan to Value (LTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah dan
Kredit Kendaraan Bermotor, Posisi Devisa Netto (PDN), dan Transparansi Suku
Bunga Dasar Kredit (SBDK)11. Dalam rangka penerapan Basel III, Bank Indonesia
juga sudah mulai mempersiapkan kebijakan makroprudensial yang berkaitan
dengan permodalan yaitu (i) Countercyclical Capital Buffer, yang merupakan upaya
untuk mengurangi perilaku prosiklikal dari sistem keuangan, (ii) Capital Surcharge
yaitu tambahan permodalan untuk bank-bank yang diidentifikasikan sebagai
Domestic-Systemically Important Banks, dan (iii) Macroprudential Leverage Ratio yaitu
pengukuran permodalan yang dianggap mampu mendukung tingkat leverage yang
diambil oleh bank.
11 GWM-LDR mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 15/15/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013 tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional, LTV mengacu pada Surat Edaran Bank
Indonesia (SE BI) No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan
Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau
Pembiayaan Kendaraan Bermotor, PDN mengacu pada PBI No. 12/10/PBI/2010 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum, sedangkan SBDK mengacu pada SE BI Nomor 15/1/
DPNP tanggal 15 Januari 2013 perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit.
52
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran ditujukan untuk menjaga
keamanan dan efisiensi sistem pembayaran. Kebijakan ini termasuk pengembangan
infrastruktur secara berkelanjutan baik untuk sistem pembayaran bernilai besar maupun
ritel. Kebijakan diterapkan baik terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia maupun oleh penyelenggara lain di luar Bank Indonesia.
Pada triwulan I-2014, kebijakan sistem pembayaran yang diambil meliputi:
1. Migrasi Sistem Sentral Kliring (SSK) SKNBI menggunakan Infrastruktur Baru
Dalam rangka meningkatkan layanan kepada stakeholder dan memitigasi risiko
gangguan operasional SKNBI, Bank Indonesia telah melakukan penggantian
infrastruktur lama dengan infrastruktur baru yang menggunakan hardware dengan
teknologi terkini. Pada Maret 2014, telah dilakukan proses migrasi dan tes logon oleh
seluruh bank peserta dan Penyelenggara Kliring Lokal. Secara nasional, infrastruktur
SSK versi baru telah digunakan dalam operasional SKNBI sejak minggu kedua Maret
2014. Sejauh ini tidak terdapat permasalahan yang menggganggu operasional sistem
secara signifikan.
Kebijakan
sistem
pembayaran
diarahkan
dalam upaya
menjaga
sistem
pembayaran
nasional yang
lancar, aman
dan efisien.
2. Rencana Implementasi SKNBI di Penyelenggara Kliring Lokal Non BI Prabumulih dan
Pangkalan Bun.
Untuk menjawab kebutuhan perbankan di wilayah Prabumulih–Sumatera Selatan dan
Pangkalan Bun – Kalimantan Tengah dalam lalu lintas giral/cek dan bilyet giro, Bank
Indonesia merencanakan membuka wilayah kliring baru di kedua kota tersebut. Tercatat
11 bank telah mendaftar menjadi peserta kliring di wilayah Prabumulih, dan 10 Bank di
wilayah Pangkalan Bun. Implementasi SKNBI di kedua wilayah tersebut direncanakan
awal April 2014 untuk wilayah kliring Prabumulih dan awal Mei 2014 untuk wilayah
kliring Pangkalan Bun.
3. Pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II
Pengembangan Sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) dan BI-SSSS
(Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System) Generasi II, dilakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan keandalan, keamanan, dan efisiensi operasional sistem
pembayaran. Peningkatan keandalan dan keamanan dilakukan dengan penggunaan
teknologi dan sistem informasi terkini, yang lebih fleksibel dalam mengakomodasi
perubahan sesuai kebutuhan bisnis. Adapun peningkatan efisiensi dilakukan melalui
penggunaan international standard platform dan pengembangan fitur liquidity
management dalam sistem aplikasi yang memungkinkan peserta Sistem BI-RTGS dan
BI-SSSS Generasi II untuk dapat mengelola likuiditasnya dengan lebih optimal.
Pada triwulan I-2014, telah dilakukan tahapan integration test untuk menguji proses
bisnis secara full cycle yang meliputi aplikasi Bank Indonesia Electronic Trading Platform
(BI-ETP), BI-SSSS, BI-RTGS, dan sistem internal Bank Indonesia terkait. Pelatihan
operasional BI-SSSS dan BI-ETP kepada seluruh peserta merupakan kelanjutan kegiatan
periode sebelumnya. Dari sisi ketentuan, saat ini sedang diselesaikan penyusunan
Peraturan Bank Indonesia dan ketentuan pelaksanaannya sebagai dasar hukum dalam
penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan BI-ETP.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
53
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
4. Pengembangan SKNBI Next Generation
Pengembangan SKNBI Next Generation (SKNBI-NG) merupakan program multiyears,
dan telah dimulai sejak tahun 2013. Setelah menyelesaikan pengadaan konsultan
dan penelitian yang terkait dengan SKNBI, pada triwulan I-2014 dilanjutkan dengan
kegiatan pengembangan tahap kedua, yaitu penyusunan Dokumen Functional and
Design Specification modul kliring individual.
5. Pengaturan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
Sebagai tindak lanjut amanat Undang-undang Bank Indonesia Nomor 23 tahun 1999
khususnya terkait perlindungan konsumen, Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan
tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran12. Ruang lingkup dalam
pengaturan tersebut antara lain meliputi kegiatan transfer dana uang elektronik, APMK
serta penyediaan dan atau penyetoran uang rupiah.
Dalam upaya optimalisasi pelaksanaan ketentuan, Bank Indonesia melakukan sosialisasi
ketentuan. Sosialisasi dilakukan kepada pelaku industri sistem pembayaran, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan beberapa
instansi Pemerintah, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Komunikasi
dan Informatika. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi kepada
masyarakat melalui media massa.
6.Pengembangan National Payment Gateway (NPG)
Dengan mempertimbangkan pada pencapaian efisiensi bagi masyarakat dengan
mengurangi biaya transaksi, memperlancar konektivitas, dan meningkatkan akses bagi
penyelenggara domestik serta mempertimbangkan pada kepentingan nasional, saat
ini Bank Indonesia sedang melakukan pengembangan NPG.
Pada triwulan I-2014, selain melakukan pematangan strategi pengembangan NPG, Bank
Indonesia juga melakukan diskusi dengan industri terkait dukungan pembentukan
domestic switch kartu kredit nasional yang merupakan langkah awal pengembangan
NPG. Rencana pembentukan domestic processing untuk transaksi pembayaran yang
menggunakan instrumen APMK (khususnya kartu kredit) akan diupayakan untuk
dilakukan melalui infrastruktur maupun message format yang saat ini sudah dipakai di
industri sistem pembayaran di Indonesia. Selanjutnya, strategi pengembangan NPG
akan terus diselaraskan dengan arsitektur fungsi strategis Bank Indonesia yang tengah
disiapkan oleh Bank Indonesia.
7. Pengembangan Kawasan Less Cash Society (LCS)
54
Pada triwulan I-2014 pengembangan kawasan LCS direncanakan pada beberapa lokasi
di Indonesia. Penentuan lokasi ditetapkan dengan mempertimbangkan beberapa
hal, antara lain besarnya populasi, frekuensi transaksi, dan jaringan/koneksi sistem
yang memadai di daerah tersebut. Selama periode laporan, telah dilakukan koordinasi
dengan tujuh Bank komersial untuk membahas pengembangan kawasan LCS.
12
Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
8. Perluasan Penggunaan Uang Elektronik
Pada periode laporan, telah dilakukan pembahasan strategi pembayaran Government to
People (G2P) untuk Program Keluarga Harapan (PKH) secara elektronis beserta rencana
aksi lanjutan dan kegiatan ujicoba. Kegiatan tersebut bertujuan untuk perluasan
penggunaan uang elektronik. Selain itu, telah dilakukan pertemuan antara perbankan
dengan BAPPENAS dan Kemensos terkait penentuan lokasi penyaluran bantuan PKH.
9.Standardisasi chip pada kartu ATM dan kartu ATM Debet
Dalam rangka meningkatkan keamanan transaksi, kartu ATM dan kartu ATM debet
yang diterbitkan oleh Penerbit di Indonesia beserta sarana pemrosesnya wajib
menggunakan standar teknologi chip yang telah disepakati oleh industri dan disetujui
oleh Bank Indonesia. Kewajiban penggunaan standar teknologi chip berlaku bagi
seluruh kartu ATM dan kartu ATM debet yang diterbitkan oleh Penerbit di Indonesia,
termasuk kartu ATM dan kartu ATM debet yang telah menggunakan standar teknologi
chip lainnya. Teknologi chip tersebut memiliki fasilitas enkripsi sehingga data dalam
kartu ATM dan kartu ATM debet tidak mudah diduplikasi, dengan demikian diharapkan
dapat mengurangi timbulnya fraud dalam transaksi APMK.
Pada triwulan ini telah dilakukan sosialisasi implementasi National Standard Indonesia
for Chip Card Specification (NSICCS) oleh Prinsipal kartu ATM dan kartu ATM debet
kepada bank-bank yang menjadi anggotanya. Selain dihadiri oleh perbankan, sosialisasi
juga dihadiri oleh perwakilan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Bank
Indonesia.
Selain dengan menerapkan berbagai kebijakan di bidang sistem pembayaran, Bank
Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran berwenang untuk melakukan pengawasan,
pemantauan, atau pemeriksaan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran. Obyek
pengawasan dalam sistem pembayaran meliputi sistem pembayaran yang diselenggarakan
oleh Bank Indonesia maupun terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh
pihak lain di luar BI. Ruang lingkup pengawasan sistem pembayaran menitikberatkan pada
aspek keamanan dan dipatuhinya ketentuan yang berlaku, seperti ketentuan perlindungan
konsumen, manajemen resiko, serta anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan
terorisme. Pengawasan terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh BI antara
lain dilakukan melalui pemantauan (monitoring). Sedangkan pengawasan terhadap sistem
pembayaran yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar Bank Indonesia, Bank Indonesia
melakukan pengawasan baik secara off site berdasarkan data dan informasi laporan,
maupun secara on site melalui kunjungan langsung ke penyelenggara.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
55
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
BOKS
Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
Dalam perekonomian, sistem pembayaran memegang peranan penting sebagai
pendukung dalam penerapan kebijakan moneter. Di samping itu, transaksi dalam
sistem pembayaran dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan
transaksi tersebut tentunya membawa konsekuensi tidak saja bagi konsumen namun
juga bagi penyelenggara maupun Otoritas di Bidang Sistem Pembayaran. Di sisi lain,
berbagai permasalahan akan muncul seiring dengan meningkatnya aktivitas dari
transaksi Sistem Pembayaran.
Dari seluruh pengaduan konsumen kepada bank yang dilaporkan oleh bank
melalui LKPBU (Laporan Kantor Pusat Bank Umum) tahun 2013, pengaduan terkait
dengan sistem pembayaran mencapai 97,29%. Sebagai respons atas pengaduan
tersebut, Bank Indonesia melihat urgensi terhadap penanganan pengaduan dalam
rangka memberikan perlindungan terhadap pengguna jasa sistem pembayaran,
yaitu dengan membentuk struktur dalam organisasi Bank Indonesia yang khusus
menangani perlindungan konsumen. Selain itu, Bank Indonesia juga telah
menerbitkan peraturan mengenai Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memberikan edukasi, konsultasi, fasilitasi
kepada konsumen, serta pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja seluruh
industri Sistem Pembayaran Mekanisme fasilitasi pengaduan konsumen adalah
sebagai berikut:
Permintaan informasi dan pengaduan konsumen kepada Bank Indonesia mengalami
peningkatan dari bulan ke bulan, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini:
56
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia





Jenis permintaan informasi kepada Bank Indonesia sebagian besar terkait dengan
penyediaan dan penyetoran uang, sedangkan pengaduan konsumen sebagian
besar terkait dengan kartu kredit.
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang
Kebijakan pengelolaan uang diarahkan untuk mencapai tiga pilar, yaitu (i) ketersediaan
uang yang berkualitas dan terpercaya, (ii) distribusi dan pengolahan uang yang aman dan
optimal, (iii) serta layanan kas yang prima. Selama triwulan I-2014, implementasi kebijakan
dalam rangka mencapai pilar pertama adalah :
a. Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) tahun 2015.
Dalam penyusunan EKU tahun 2015 pada Mei 2014, telah dilakukan pengumpulan
informasi, baik dari sisi indikator pengedaran uang maupun dari sisi asumsi awal
beberapa indikator ekonomi makro. Informasi pengedaran uang antara lain berupa
arus kas (outflow dan inflow) dan pemusnahan uang tidak layak edar dari seluruh kantor
Bank Indonesia, baik di Kantor Pusat maupun seluruh Kantor Perwakilan Dalam Negeri.
Sementara itu, asumsi ekonomi makro tahun 2015 adalah data pertumbuhan ekonomi,
Kebijakan
pengelolaan
uang diarahkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
uang rupiah
dalam jumlah
nominal yang
cukup, jenis
pecahan yang
sesuai, kondisi
yang layak
edar, dan
penyediaan
yang tepat
waktu.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
57
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. Selain itu, data dan informasi pendukung lainnya
adalah survei preferensi kebutuhan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia terhadap
kualitas uang rupiah yang beredar.
b. Kerja sama dengan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) terkait perjanjian
pencetakan uang Rupiah tahun 2014.
Penandatanganan perjanjian pelaksanaan pekerjaan pencetakan uang Rupiah tahun
2014 oleh Bank Indonesia dan Perum Peruri telah dilaksanakan pada 30 Desember 2013.
Sebagai tindaklanjutnya telah direalisasikan pencetakan uang sebesar Rp32,0 triliun,
dengan komposisi pencetakan uang kertas dan uang logam masing-masing sebesar
Rp31,8 triliun dan Rp298,5 miliar.
c. Koordinasi dengan Pemerintah terkait penerbitan uang Rupiah NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) pada 17 Agustus 2014.
Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan telah menyepakati jenis pecahan, desain,
ukuran, gambar pahlawan nasional, dan tema uang yang akan diterbitkan. Terkait
dengan gambar pahlawan, pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga berkoordinasi
dengan Kementerian Sosial dan Sekretariat Kabinet dalam rangka persiapan Keputusan
Presiden (Keppres) terkait penggunaan gambar pahlawan nasional dalam desain uang
Rupiah kertas. Hal ini memenuhi amanat Undang-undang tentang Mata Uang pada
Pasal 7 Ayat (3). Penggunaan gambar pahlawan nasional dimaksud sudah mendapat
persetujuan ahli waris pahlawan, dan draft Keppres sudah disampaikan oleh pihak
Kemenkeu kepada Presiden RI untuk memperoleh persetujuan dan penandatanganan.
d. Kerja sama dengan aparat penegak hukum dalam upaya penanggulangan pemalsuan
uang.
Pada triwulan laporan, Bank Indonesia dan Kepolisian RI (Bareskrim) telah melakukan
rekonsiliasi data temuan uang palsu selama tahun 2013. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan penatausahaan data uang palsu oleh Bank Indonesia dan Kepolisian RI
diperoleh dari sumber yang berbeda.
Data uang rupiah palsu yang ditatausahakan Bank Indonesia berasal dari hasil klarifikasi
perbankan dan masyarakat terhadap uang yang diragukan keasliannya, serta temuan
uang rupiah palsu dari setoran uang oleh perbankan. Sedangkan data uang rupiah
palsu yang ditatausahakan Kepolisian RI berasal dari hasil pengungkapan kasus tindak
pidana uang palsu dan laporan masyarakat. Selain itu, juga dilakukan evaluasi kasus
tindak pidana uang rupiah palsu yang menonjol tahun 2013, evaluasi kerjasama antara
Bank Indonesia dan Kepolisian RI tahun 2013, serta rencana kerjasama pada tahun 2014.
Pada triwulan laporan, Bareskrim-Kepolisian RI telah memusnahkan 135.110 lembar
uang rupiah palsu yang terdiri dari pecahan Rp1.000 hingga Rp100.000.
Bank Indonesia juga memberikan dukungan terhadap upaya penegakan hukum yang
dilakukan oleh Kepolisian RI. Dukungan tersebut dalam bentuk pemberian keterangan
ahli pada kasus tindak pidana pemalsuan uang rupiah dan pemeriksaan uang palsu
pada laboratorium BI-CAC (Bank Indonesia-Counterfeit Analysis Center).
e. Kerjasama dengan Kementerian dan Lembaga lainnya dalam rangka sosialisasi dan
edukasi publik mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) dan cara memperlakukan
uang Rupiah dengan baik.
58
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Bank Indonesia telah melakukan 11 kali kegiatan sosialisasi di beberapa wilayah di
Indonesia, antara lain Banjarnegara, Balikpapan, Bojonegoro, Purwakarta, serta di
wilayah Jakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh 2. 275 peserta dari berbagai kelompok
masyarakat/instansi, antara lain guru dan pelajar (500 orang), pedagang (125 orang),
Kepolisian (250 orang), serta masyarakat umum (1.350 orang).
Selain sosialisasi pada berbagai kelompok masyarakat dan aparat penegak hukum,
mulai tahun 2013 dilakukan pula kegiatan edukasi publik melalui jalur pendidikan.
Pada triwulan laporan, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan
& Kebudayaan (Pusat Kurikulum Perbukuan) telah menyelesaikan penyusunan Buku
Panduan Guru Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah mengenai Materi Kebanksentralan,
yang didalamnya memuat materi Sistem Pembayaran Non Tunai, Pengelolaan Uang
Rupiah, dan Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) sebagai bagian dari materi pendidikan
Ekonomi. Materi Kebanksentralan ini telah masuk dalam Kurikulum 2013 yang akan
dilaksanakan secara bertahap di seluruh Indonesia.
Selanjutnya, terkait implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar kedua adalah
sebagai berikut:
a. Distribusi uang ke satuan kerja kas Bank Indonesia.
Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia telah merealisasikan pengiriman uang rupiah
sebesar Rp18,7 triliun untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah di wilayah Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sebesar 62,5% atau Rp11,7 triliun didistribusikan untuk memenuhi
tambahan kecukupan persediaan kas KPwDN-BI dalam berbagai pecahan. Sementara
itu, 37,5% atau Rp7,0 triliun untuk memenuhi tambahan kecukupan persediaan kas
KPBI. Pengiriman uang ke KPwDN-BI dengan porsi terbesar dilakukan pada Depo Kas
(DK) Palembang sebesar Rp3,4 triliun dan DK Balikpapan sebesar Rp3,3 triliun.
b. Kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa
angkutan terkait distribusi uang.
Kerja sama ini dilakukan dengan PT. Kereta Api Indonesia dan PT. PELNI untuk
menyediakan armada transportasi secara reguler, berupa kereta api dan kapal
penumpang, untuk mendukung kelancaran kegiatan distribusi Rupiah ke seluruh
Indonesia.
Selanjutnya, implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar ketiga adalah:
a. Layanan kas Keliling yang berlokasi di tempat-tempat keramaian, seperti pasar, stasiun
Kereta Api, dan pada kegiatan pameran.
Kegiatan ini berupa penukaran uang pecahan besar menjadi uang pecahan kecil
dan uang rusak/cacat/lusuh dengan uang layak edar. Selama triwulan laporan, telah
dilakukan 121 kali kegiatan kas keliling dengan total penukaran Rupiah sebesar Rp55,0
miliar. Kegiatan tersebut terdiri dari 104 kali kegiatan kas keliling di wilayah Jakarta –
Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi (Jabodetabek) dan 17 kali kegiatan kas keliling di
luar wilayah Jabodetabek, seperti wilayah Serang, Pandeglang, Labuan dan Cilegon.
Kegiatan layanan kas keliling juga dilakukan oleh seluruh KPwDN-BI, yang selama
triwulan laporan mencapai Rp300,4 miliar. Penukaran tertinggi dilakukan di KPwDN
Solo yang tercatat sebesar Rp19,5 milliar. Dengan demikian, total jumlah penukaran
pada layanan Kas Keliling pada triwulan laporan mencapai Rp355,3 miliar.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
59
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
b. Layanan Kas Titipan bekerja sama dengan perbankan di daerah yang sulit atau belum
terjangkau oleh layanan Bank Indonesia namun memiliki aktivitas ekonomi yang cukup
tinggi (blank spot area).
Sampai dengan triwulan laporan, tercatat jumlah Kas Titipan sebanyak 25 unit kas
titipan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia diluar Pulau Jawa, dengan melibatkan
sebelas bank umum. 11 bank umum tersebut adalah Bank Mandiri (delapan Kas Titipan),
Bank Negara Indonesia (empat Kas Titipan), Bank Rakyat Indonesia (tiga Kas Titipan),
BPD Nusa Tenggara Timur (dua Kas Titipan) dan BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Barat (dua Kas Titipan), serta BPD Sumsel & Babel (satu Kas Titipan), BPD Sulawesi Utara
(satu Kas Titipan), BPD Kalimantan Barat (satu Kas Titipan), BPD Kalimantan Tengah (satu
Kas Titipan), BPD Nusa Tenggara Barat (satu Kas Titipan), dan BPD Papua & Papua Barat
(satu Kas Titipan).
Jumlah uang rupiah yang ditarik oleh bank pengelola Kas Titipan sebesar Rp4,8 triliun. Dari
jumlah tersebut, jumlah uang rupiah yang ditarik oleh bank pengelola di KPwDN Provinsi
Sumatera Selatan merupakan yang tertinggi yakni mencapai Rp849,2 miliar (pangsa 17,8%),
dan diikuti oleh KPwDN Provinsi Jambi sebesar Rp843,6 miliar (pangsa 17,7%) dan KPwDN
Pematang Siantar sebesar Rp693,5 miliar (pangsa 14,5%). Sementara jumlah uang rupiah
yang disetor oleh bank pengelola ke Bank Indonesia sebesar Rp6,6 triliun, yang merupakan
uang rupiah tidak layak edar hasil dari penukaran perbankan dan masyarakat.
3.4. Kerjasama Internasional
3.4.1. Kerjasama ASEAN
Bank Indonesia
berpartisipasi
aktif dalam
berbagai fora
kerjasama
internasional
baik pada
tataran regional
maupun
multilateral.
Bank Indonesia mendorong kerjasama di ASEAN untuk mendukung terwujudnya dinamika
ekonomi yang tinggi, pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi inklusif, serta
perekonomian ASEAN yang terintegrasi, sesuai amanat Kepala Negara pada KTT ASEAN
2007 di Singapura.
Pada triwulan I-2014, beberapa inisiatif integrasi melanjutkan pencapaian inisiatif kerja
sama yang telah digulirkan sebelumnya sesuai dengan wilayah kerja sama masing-masing.
Beberapa fokus utama agenda yang diperjuangkan Bank Indonesia adalah integrasi sektor
perbankan, sektor keuangan, dan pengembangan sistem pembayaran di wilayah ASEAN.
Terkait integrasi sektor perbankan, Bank Indonesia melalui kerjasama dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) memperjuangkan kepentingan nasional terutama dengan mendorong
akses pasar bagi perbankan nasional untuk beroperasi di ASEAN. Pada 2011, Gubernur
Bank Sentral ASEAN telah menyepakati perlunya percepatan proses integrasi perbankan.
Kesepakatan dituangkan dengan dibentuknya Task Force on ASEAN Banking Integration
Framework (TF-ABIF), dengan menunjuk Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia sebagai
Co-Chairs. Saat ini proses integrasi tengah berada pada tahap penyempurnaan pedoman
untuk menjamin kehadiran perbankan Indonesia di regional ASEAN sebagai Qualified
ASEAN Banks (QAB).
Selain agenda di sektor perbankan, agenda integrasi sektor keuangan juga menitikberatkan
pada upaya pengembangan kapasitas dan integrasi infrastruktur pasar modal dan
obligasi di ASEAN. Saat ini tengah disusun cetak biru infrastruktur pasar modal ASEAN
sebagai pedoman arah pengembangan integrasi dimaksud. Untuk mendukung upaya
tersebut, area kerja sama lainnya terkait pengaturan rezim aliran modal serta kebijakan
60
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
dan penyelenggaraan sistem pembayaran dan setelmen. Upaya integrasi jasa keuangan
di ASEAN dilakukan dengan hati-hati dengan tetap mempertimbangkan aspek stabilitas
sistem keuangan dan makroprudensial.
3.4.2. Kerjasama G-20
Sepanjang triwulan I-2014, Bank Indonesia telah melaksanakan berbagai kegiatan terkait
keanggotaan Indonesia dalam forum G-20. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah
menghadiri rangkaian pertemuan G-20 tingkat Deputies dan pertemuan tingkat Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20. Selain kehadiran sebagai bagian dari delegasi
Republik Indonesia, partisipasi aktif Bank Indonesia pada forum G-20 sepanjang triwulan
I-2014 juga dilakukan dalam bentuk pembahasan di working group maupun berbagai rapat
koordinasi antar instansi.
Pertemuan G-20 Deputies serta pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral
G-20 membahas pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
(i) isu perekonomian global, khususnya dampak normalisasi kebijakan moneter di negara
maju dan upaya mengatasi volatilitas perekonomian negara emerging serta upaya
untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi global,
(ii) identifikasi upaya reformasi yang dapat didorong untuk menciptakan iklim yang lebih
kondusif bagi peningkatan investasi sektor swasta termasuk infrastruktur dan small and
medium sized enterprises (SME), serta upaya mengatasi berbagai hambatan yang ada,
(iii)upaya mengatasi rendahnya pertumbuhan ekonomi global melalui perumusan
kerangka kebijakan yang lebih kuat serta reformasi stuktural untuk mendongkrak
pertumbuhan ekonomi global dengan merumuskan strategi pertumbuhan yang
komprehensif,
(iv)upaya melanjutkan reformasi tata kelola International Monetary Fund (IMF) khususnya
implementasi reformasi general quota ke-14 yang sudah disepakati pada tahun 2010
dan penyelesaian General Review of Quotas (GRQ) ke-15, dalam rangka penyeimbangan
representasi di IMF serta penguatan sumber daya IMF.
(v)upaya melanjutkan reformasi sektor keuangan dan identifikasi hambatan-hambatan
utama dalam implementasi kebijakan reformasi, dan
(vi)upaya bersama untuk mengatasi tantangan utama sistem perpajakan internasional,
sejalan dengan globalisasi dan peningkatan digitalisasi ekonomi, serta perlunya
dukungan terhadap standar global dalam pertukaran informasi perpajakan.
Dalam pertemuan G-20, Bank Indonesia secara aktif mempromosikan kebijakan yang
telah ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam meningkatkan daya tahan
perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia juga menyuarakan perlunya kehati-hatian negara
maju dalam mengkalibrasi dan mengkomunikasikan kebijakannya untuk menghindari
risiko peningkatan volatilitas aliran modal serta mempertimbangkan dampak outward
spillover kebijakan mereka.
Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 menghasilkan kesepakatan
penting antara lain:
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
61
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
(i) komitmen G-20 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global secara signifikan
dengan tetap memperhatikan sustainabilitas fiskal dan stabilitas sektor keuangan.
Reformasi sektor keuangan diarahkan untuk mendukung daya tahan sistem keuangan
dan meningkatkan kepastian dalam lingkup regulasi dan dalam kerangka mendukung
kepercayaan pasar dan pertumbuhan.
(ii)menciptakan iklim investasi yang kondusif di setiap negara, terutama investasi pada
proyek infrastruktur dan UKM.
Kerjasama dalam rangka keuangan inklusif.
Dalam forum G20, Bank Indonesia terlibat dan aktif dalam Global Partnership on Financial
Inclusion (GPFI) dan Development Working Group (DWG)
i. Global Partnership on Financial Inclusion (GPFI)
Bank Indonesia saat ini telah aktif dalam 2 sub group GPFI, yaitu sebagai co-chair sub
group Regulation and SSB; dan anggota sub group SME Finance. Dalam workshop GPFI
yang dilaksanakan di Hobart Australia tanggal 5-6 Mei 2014, Bank Indonesia telah
memberikan masukan khususnya terkait 4 area utama penyempurnaan Financial
Inclusion Action Plan (updated FIAP).
ii. Development Working Group (DWG)
Keterlibatan Bank Indonesia dalam Group ini adalah terkait dengan financial inclusion
dan remitansi. Kedua materi tersebut sudah dikoordinasikan dengan Bappenas selaku
pimpinan Delegasi dalam forum DWG.
3.4.3. Kerjasama International Monetary Fund (IMF)
Kegiatan surveillance merupakan kegiatan rutin IMF untuk melakukan asesmen kondisi
makroekonomi saat ini dan proyeksi ke depan, termasuk di dalamnya kegiatan identifikasi
risiko dan saran kebijakan yang dapat dilakukan oleh negara anggotanya. Pada triwulan
laporan, IMF melakukan kunjunganke Indonesia dalam rangka surveillance.
Berdasarkan asesmen IMF, kebijakan ekonomi yang dibuat otoritas telah menempatkan
Indonesia pada kondisi yang baik terhadap tapering, khususnya kebijakan ekonomi makro
yang diambil sejak pertengahan 2013. Kebijakan tersebut telah berhasil mengurangi
volatilitas pasar keuangan dan memperbaiki sentimen pasar. Kebijakan “stability over
growth”(mengutamakan stabilitas ekonomi) telah diterima dengan baik oleh pasar,
ditambah dengan koordinasi moneter dan fiskal yang baik, juga telah meningkatkan
kepercayaan pelaku ekonomi.
Berdasarkan kondisi tersebut, IMF memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar 5,4% pada 2014, dengan konsumsi swasta masih menjadi pendukung. IMF juga
memproyeksikan:
i. ekspor neto cenderung akan memberikan kontribusi yang lebih rendah dibandingkan
tahun lalu. Kondisi tersebut sebagai dampak dari kebijakan minerba dan besarnya defisit
perdagangan pada minyak dan gas neto, meski pertumbuhan ekspor manufaktur lebih
tinggi;
62
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
ii. pertumbuhan investasi diperkirakan akan melambat. Hal itu seiring dengan semakin
ketatnya pembiayaan internal dan meningkatnya biaya pinjaman, sementara Foreign
Direct Investment (FDI) berada pada level modest; dan
iii.tren headline inflasi akan kembali pada kisaran target 4,5%+1% pada akhir 2014.
Selain itu, IMF melihat prospek risiko Indonesia terhadap downside berada pada level
moderat. Kondisi tersebut terutama disebabkan faktor eksternal, yaitu penurunan sentimen
investor terhadap emerging market yang diperburuk oleh QE tapering turbulence dan/atau
perlambatan pada mitra dagang utama emerging market (termasuk ekonomi Tiongkok).
Selanjutnya Tim IMF memberikan rekomendasi kepada Indonesia agar kebijakan ekonomi
makro dan keuangan terus diarahkan untuk mengurangi ketidakseimbangan eksternal dan
fiskal. Selain itu, Indonesia agar memelihara sistem keuangan yang stabil, mengingat faktor
outlook dan risiko global. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal yang berkelanjutan akan
membantu mengurangi kerentanan. Reformasi struktural sangat penting dilakukan untuk
ketersediaan lapangan pekerjaan dan prospek pertumbuhan ekonomi.
Selain surveillance, kerjasama dengan IMF juga terkait dengan reformasi kuota dan tata
kelola. Dalam kerangka quota review ke-14, Board of Governors (BoG) IMF telah menyetujui
reformasi kuota dan tata kelola IMF tahun 2010 yang menghasilkan kenaikan kuota IMF dan
perubahan Dewan Eksekutif. Upaya reformasi ini bertujuan untuk meningkatkan legitimasi
dan efektivitas IMF, melalui penyesuaian (realignment) kuota negara anggota sehingga
terdapat peningkatan representasi negara berkembang dan emerging.
Sebagai suatu bentuk dukungan nyata, Indonesia telah menyampaikan persetujuannya
atas reformasi kuota dan tata kelola 2010. Selanjutnya, Indonesia secara konsisten
mendukung peningkatan legitimasi dan efektivitas IMF dengan turut mengadopsi resolusi
BoG bulan Februari 2014 dan menyerukan penyelesaian reformasi 2010 dan quota review
ke-15 dalam forum G-20.
3.4.4. Fora Kerjasama Internasional Lainnya
Selain kerja sama regional dan multilateral tersebut di atas, Bank Indonesia memperkuat
kerja sama secara bilateral dengan beberapa negara mitra dialog utama khususnya dalam
kaitan dengan tugas Bank Indonesia. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia dan Bank of
Korea telah menjalin kerjasama swap mata uang lokal IDR/KRW yang memungkinkan
kedua bank sentral mempertukarkan mata uang lokalnya pada periode waktu tertentu.
Bentuk kerjasama antara Bank Indonesia dan Bank of Korea ini adalah Bilateral Currency
Swap Arrangement (BCSA). Tujuan kerja sama swap tersebut adalah untuk memfasilitasi
transaksi perdagangan internasional dan investasi yang telah terjalin secara bilateral antara
Indonesia dan Korea selama ini.
Selain kerjasama dengan Bank of Korea, Bank Indonesia terus memperkuat kerja sama antar
bank sentral di wilayah Asia Timur dan Pasifik dalam forum Executive Meeting on East-Asia
and Pacific Central Banks and Monetary Authorities (EMEAP) serta kerja sama multilateral
dalam keanggotaannya pada forum Bank for International Settlement (BIS).
Bank Indonesia telah menjadi menjadi anggota AFI sejak tahun 2010. Bank Indonesia
telah berkomitmen dalam Maya Declaration (2011) untuk meningkatkan akses keuangan
unbanked people melalui pengembangan dan implementasi berbagai terobosan inisiatif,
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
63
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
yaitu Program Edukasi Keuangan, Financial Identity Number (FIN), Basic Saving Account
(TabunganKu), serta program Branchless Banking. Selain itu, tahun 2013 Bank Indonesia
telah berkomitmen dalam Sasana Accord untuk melakukan pengukuran pencapaian
komitmen keuangan inklusif menggunakan the core set of AFI Financial Inclusion Data. Bank
Indonesia selalu aktif dan terlibat dalam working group AFI yaitu (i) SME Finance Working
Group (SMEFWG), (ii) Financial Inclusion Data Working Group (FIDWG), (iii) Financial Inclusion
Strategy Peer Learning Group (FISPLG), (iv) Financial Integrity Working Group (FINTWG), dan
(V) Mobile Financial Services Working Group (MFSWG).
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
Komunikasi
kebijakan
ditujukan untuk
mendukung
efektivitas
kebijakan yang
dikeluarkan
oleh Bank
Indonesia.
Dalam komunikasi, Bank Indonesia selalu melakukan prinsip–prinsip komunikasi yang
berpegang pada prinsip RACE (Research, Action Plan, Communication, dan Evaluation).
Dengan demikian, setiap kegiatan komunikasi yang dilakukan selalu mengedepankan
riset serta perencanaan demi terciptanya kegiatan komunikasi yang efektif. Dalam setiap
kegiatan komunikasi juga selalu dilakukan evaluasi dalam upaya rekomendasi perbaikan
kegiatan komunikasi ke depannya. Salah satunya melalui tools media monitoring yang
dapat mengontrol dan melihat persepsi publik terhadap kebijakan yang diputuskan dan
dijalankan.
Pada triwulan I-2014, berbagai kebijakan dikomunikasikan oleh Bank Indonesia kepada
pemangku kepentingan utama dan public melalui tahapan yang terencana, mulai dari
pre launching sampai kepada post launching kebijakan. Komunikasi kebijakan tersebut
dilakukan melalui penyelenggaraan konferensi pers, penerbitaan siaran pers, dan berbagai
publikasi lainnya. Selain itu, Bank Indonesia juga telah melakukan berbagai kegiatan
komunikasi kebijakan yang melibatkan stakeholders dari berbagai kalangan.
Komunikasi kebijakan sektor moneter, umumnya kebijakan dilakukan dalam rangka
pendalaman pasar keuangan serta kebijakan suku bunga (BI Rate). Dari sisi kebijakan
suku bunga, Bank Indonesia selama triwulan I-2014 tetap mempertahankan suku bunga
pada level 7,5%. Kebijakan ini masih sesuai dengan arah kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia yaitu dalam rangka mengarahkan inflasi ke kisaran 4,5 + 1% di tahun 2014 dan
3,5+1% di tahun 2015. Kebijakan ini juga masih sejalan dengan upaya mengendalikan
defisit transaksi berjalan.
Selain itu, dalam rangka melakukan pendalaman pasar keuangan, pada triwulan I-2014, Bank
Indonesia juga terus melakukan sosialisasi swap hedging serta Mini Master Repo Agreement
(Mini MRA). Mini MRA merupakan salah satu instrumen yang mendapatkan tanggapan
positif dari banyak pihak. Pada 18 Januari 2014, kembali dilakukan penandatanganan
perjanjian Mini MRA dari sebelumnya hanya diikuti oleh 8 bank, diikuti oleh 38 bank nasional.
Pemberitaan terkait Mini MRA cukup banyak diberitakan di media. Hampir keseluruhan
pemberitaan terkait Mini MRA pada awal triwulan I-2014 memiliki tone pemberitaan yang
cukup positif. Capaian tersebut diperoleh melalui komunikasi kebijakan yang terukur dan
efektif, antara lain melalui kegiatan-kegiatan seperti media briefing, pelatihan wartawan,
press conference, press release, Fokus Group Dicussion (FGD), dan talk show.
Dari sektor Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), Bank Indonesia juga melakukan beberapa
program komunikasi dalam rangka menegaskan fungsi dan peran Bank Indonesia dalam
SSK yaitu melalui kebijakan-kebijakan makroprudensial. Salah satu kegiatan komunikasi
adalah kegiatan FGD yang dilakukan pada awal triwulan I-2014 melibatkan redaktur dan
64
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
wartawan. Kegiatan FGD terkait dengan evaluasi dan arah kebijakan Bank Indonesia
dibidang SSK.
Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia juga terus mengkomunikasikan kebijakan terkait
financial inclusion kepada masyarakat. Salah satunya adalah mengkomunikasikan
pokok-pokok peraturan terkait Layanan Keuangan Digital. Melalui komunikasi tersebut,
diharapkan masyarakat yang belum dapat menikmati layanan perbankan, ke depannya
dapat menggunakan fasilitas layanan perbankan. Layanan Keuangan Digital sudah lama
ditunggu khususnya oleh perbankan serta publik pada umumnya. Layanan Keuangan
Digital merupakan salah satu produk yang diharapkan memiliki manfaat yang besar
khususnya dalam mendukung stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Indonesia.
Komunikasi arah kebijakan Bank Indonesia terkait sistem pembayaran dilakukan pada
triwulan I-2014 dilakukan melalui FGD dengan wartawan dan redaktur. Selain itu, juga
dikomunikasikan mengenai pengaturan perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran
yang diatur dalam peraturan Bank Indonesia. Selain melalui FGD, kegiatan komunikasi
juga dilakukan melalui media briefing, seminar, dan talk show yang dalam pelaksanaannya
bekerja sama dengan kementerian perdagangan di Makassar. Selain itu, Bank Indonesia
melakukan edukasi serta sosialisasi dengan mengajak masyarakat menggunakan uang
elektronik dalam bertransaksi.
Kegiatan komunikasi lain terkait dengan sistem pembayaran adalah talk show mengenai
pengedaran uang palsu. Pengedaran uang palsu cukup sering diberitakan khususnya
dikaitkan dengan Pemilu yang akan diselenggarakan pada triwulan II-2014. Untuk itu,
sosialisasi dan edukasi terkait pengedaran uang palsu menjadi cukup penting untuk
dilakukan.
Bank Indonesia terus menyempurnakan channel komunikasinya melalui contact center
BICARA (Bank Indonesia Call Interactive). Penyempurnaan BICARA terus dilakukan dalam
rangka membangun persepsi positif Bank Indonesia di dalam dan di luar negeri” khususnya
dalam rangka penyediaan informasi kepada publik. BICARA saat ini sedang dalam tahap
untuk mendapatkan ISO 9001:2008 dalam rangka meningkatkan standar mutu dan kualitas
terhadap penyediaan layanan.
Upaya peningkatan persepsi positif mengenai perekonomian Indonesia baik yang
ditunjukkan oleh peningkatan sovereign credit rating dan berbagai indikator persepsi
lainnya terus dilakukan melalui Investor Relations Unit (IRU). IRU Bank Indonesia yang
merupakan single point of contact bagi stakeholders internasional, telah melaksanakan
berbagai program komunikasi dengan stakeholders utama. Beberapa program komunikasi
mencakup investor dan opinion leaders yang berpengaruh dalam menentukan persepsi
mengenai Indonesia seperti lembaga pemeringkat, lembaga multilateral serta akademisi
internasional.
Kegiatan utama yang dilakukan IRU pada triwulan I-2014 meliputi: (i) kegiatan pelaksanaan
asesmen lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P), (ii) Non Deal Roadshow GMTN8, dan
(iii) investor update baik melalui investors conference call yang diikuti investor dari berbagai
belahan dunia maupun melalui individual investor briefing. Selain itu, juga telah dilakukan
koordinasi dengan Investor Relations perbankan dan korporasi, serta pengkinian data dan
informasi ekonomi Indonesia secara berkala bagi stakeholders melalui website IRU Bank
Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
65
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pelaksanaan upaya peningkatan persepsi positif mengenai perekonomian Indonesia
oleh Investor Relations Unit (IRU) juga didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
di Luar Negeri (KPwLN), baik yang berada di London, New York, Singapura, maupun
Tokyo. Sepanjang triwulan I-2014 seluruh KPwLN telah melaksanakan sejumlah kegiatan
hubungan investor khususnya dengan lembaga rating dan investor utama.
Terkait lembaga rating, KPwLN telah memfasilitasi pertemuan high level dengan S&P
dan Moody’s di sela pertemuan IMF/World Bank Spring Meeting 2014 (KPw New York),
melaksanakan pertemuan dengan Japan Credit Rating Agency/JCRA (KPw Tokyo), serta
melaksanakan pertemuan dengan Fitch Ratings (KPw London). Terkait dengan investor,
tiga KPwLN (London, New York, dan Singapura) telah melaksanakan pertemuan dengan
sejumlah investor utama yang memegang surat-surat berharga pemerintah Indonesia.
Pertemuan dengan lembaga rating dan investor utama tersebut selain merupakan media
yang sangat baik untuk membangun hubungan baik dan menjaga persepsi positif mereka
terhadap ekonomi Indonesia juga menjadi sarana yang efektif untuk mengelaborasi
concerns mereka terkait perekonomian Indonesia dan mendapatkan feedback dari mereka.
Key messages yang disampaikan oleh KPwLN sepanjang triwulan I-2014 pada umumnya
ditekankan pada beberapa topik yang menjadi burning issues selama triwulan I-2014,
antara lain:
a. Arah kebijakan ekonomi Indonesia, di tengah tantangan ekonomi global dan domestik,
yang difokuskan pada pencapaian stabilitas (stabilization over growth) dan ditempuh
melalui bauran kebijakan oleh BI dan pemerintah. Termasuk dalam kaitan ini berbagai
upaya yang ditempuh untuk mengatasi defisit current account dan meredam inflasi.
b. Upaya pendalaman pasar keuangan khususnya pasar uang yang ditempuh oleh BI
dimana hal ini merupakan bagian dari reformasi struktural dan ditujukan antara lain
agar pasar keuangan Indonesia lebih resilience.
c. Terkait UU Minerba yang baru saja dirilis oleh Pemerintah dan dampak positifnya dalam
jangka panjang terhadap kinerja ekspor Indonesia.
d. Pelaksanaan pemilu yang ditekankan tidak akan mengubah drastis kebijakan ekonomi
Indonesia sebagaimana terkonfirmasi dalam beberapa pemilu sebelumnya yang
berjalan dengan lancar dan tidak diikuti dengan perubahan kebijakan ekonomi secara
radikal.
Terkait Asesmen tahunan S&P terhadap sovereign credit rating Indonesia,
penyelenggaraannya dilakukan melalui koordinasi dengan beberapa Kementerian dan
Korporasi antara lain: Bank Indonesia, OJK, Kementrian Keuangan, DJPU, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, BAPPENAS, BKPM, Kementerian Perdagangan,
Kementerian BUMN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PT Pertamina, dan PT
Astra International. Pada Maret 2014, asesmen oleh S&P telah berjalan dengan baik dan
telah diperoleh informasi yang cukup untuk menjadi dasar bagi penilaian sovereign rating
Indonesia.
Pada 25 Februari-7 Maret 2014, telah dilaksanakan kegiatan Non Deal Roadshow (NDR).
Kegiatan NDR bertujuan untuk memberikan update informasi kepada investor di Singapura,
Eropa (Frankfurt, Amsterdam, Paris), dan Amerika Serikat (New York dan Los Angeles).
Kegiatan NDR ini merupakan bagian dari penerbitan global bond RI di awal tahun 2014.
66
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Tercatat lebih dari 65 investor telah ditemui selama NDR, baik dalam bentuk one on one
maupun group meeting.
Selain itu, juga dilakukan investor update dalam bentuk investors conference call. Pada
triwulan I-2014, telah dilakukan investor conference call sebanyak dua kali, Januari dan
Februari. Pelaksanaan conference call pada Januari 2014 memperoleh respon baik dari
investor. Hal tersebut terlihat dari jumlah partisipan yang mencapai 89 peserta dan berasal
dari Kawasan Asia Pasifik, Eropa, dan AS. Selanjutnya, conference call pada Februari 2014
juga memperoleh respon yang sangat positif dari investor dengan jumlah partisipan
sebanyak + 70 peserta dari Asia dan Eropa.
Kegiatan investor briefing yang dilakukan juga menunjukkan animo yang tinggi dari
investor dalam mendapatkan informasi dan update kondisi perekonomian Indonesia yang
akan menjadi dasar pengambilan keputusan investasi investor. Pada triwulan I-2014, telah
dipenuhi sembilan permintaan briefing dari investor. Selain memberikan informasi dan
update kepada investor, dari kegiatan investor briefing juga diperoleh masukan bahwa
walaupun sebagian besar investor menyatakan kekhawatirannya terhadap tekanan
eksternal yang dihadapi Indonesia, mayoritas tetap yakin bahwa prospek pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat terjaga dengan baik.
Dalam rangka melakukan diseminasi informasi kepada stakeholder eksternal, IRU
senantiasa melakukan pengkinian data dan informasi ekonomi Indonesia secara berkala
melalui website IRU Bank Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
67
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
68
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB IV
Manajemen Intern Bank Indonesia
Dalam rangka mendukung terwujudnya akuntabilitas pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia
yang berlandaskan tata kelola organisasi yang baik, selama triwulan I-2014, Bank Indonesia
melaksanakan berbagai kegiatan strategic support yang berpegang pada prinsip-prinsip
akuntabilitas dan transparansi kepada publik.
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
4.1. Manajemen Strategi dan Kinerja
Evaluasi
terhadap
pelaksanaan
strategi dan
pencapaian
kinerja Bank
Indonesia
dilakukan
melalui
pengukuran
pencapaian
IKU. Untuk
mengakselerasi
pencapaian
strategi dan
kinerja, telah
ditetapkan 12
Program Kerja
Inisiatif.
Tahun 2014 adalah tahun pertama pelaksanaan strategi jangka menengah Bank Indonesia
2014-2018 yang dirumuskan pada Forum Strategis Bank Indonesia Tahun 2013. Pada
rumusan strategi jangka menengah ini, Dewan Gubernur Bank Indonesia bukan saja
telah menetapkan Destination Statement 2018 untuk perjalanan strategi lima tahunan
berikutnya, tetapi juga telah mendefinisikan ulang visi, misi, dan nilai-nilai strategis
baru bagi Bank Indonesia. Momentum awal pelaksanaan strategi jangka menengah dan
pendefinisian ulang visi, misi, dan nilai-nilai strategis ini juga tak lepas dari peran dan tugas
yang diemban Bank Indonesia pasca-beralihnya tugas pengawasan perbankan kepada
Otoritas Jasa Keuangan. Visi, misi, dan nilai-nilai strategis baru yang dirumuskan tersebut
adalah sebagaimana pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia
Visi baru yang hendak dicapai memiliki horizon sampai tahun 2024, dengan tiga pentahapan,
yaitu restrukturisasi (restructuring), penajaman (enhancing), dan pembentukan kondisi
akhir (shaping the end state). Sedangkan untuk pencapaian Destination Statement 2018,
Dewan Gubernur Bank Indonesia telah menetapkan sepuluh sasaran konkrit. Kesepuluh
sasaran konkrit ini dirumuskan dalam bentuk target kuantitatif yang ingin dicapai pada
70
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
akhir 2018. Target tersebut disusun secara realistis memperhatikan outlook makroekonomi
dan kapabilitas internal BI ke depan.
Untuk mencapai sasaran-sasaran konkrit dimaksud, Dewan Gubernur juga telah
menetapkan lima strategi utama (SU) Bank Indonesia. Kemudian dalam bentuk lebih
detail untuk tahun ini, dari strategi utama tersebut telah ditetapkan Sasaran Strategis dan
Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia tahun 2014 yang hendak dicapai. Pada level
outcome (perspektif stakeholders) yang menjadi fokus kebijakan Bank Indonesia ditetapkan
empat Sasaran Strategis (strategic outcome) yang meliputi stabilitas nilai Rupiah, kondisi
moneter stabil, sistem keuangan stabil dan efisien, dan sistem pembayaran aman, efisien,
dan lancar. Sasaran Strategis dan IKU BI Tahun 2014 dipetakan dalam suatu Peta Strategi
Bank Indonesia tahun 2014 seperti Gambar 4.2.
VISI : Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai‐nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
A. Stabilitas nilai Rupiah
B. Kondisi moneter
stabil
Proses Bisnis
SU #2 Menetapkan arah dan mewujudkan strategi jangka
menengah‐panjang fungsi moneter, SSK, dan sistem pembayaran
yang integratif dan berorientasi ke depan
1 . Memperkuat pengendalian
inflasi dari sisi permintaan
dan penawaran
3. Mendorong
pasar keuangan yang dalam
dan efisien
Governance dan
Kapabilitas Internal
5. Mewujudkan keuangan
inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
D. Sistem pembayaran
aman, efisien, dan lancar
C. Sistem keuangan stabil
dan efisien
2. Menjaga stabilitas
nilai tukar
4. Menjaga SSK yang didukung dengan
penguatan surveillance SP
6. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar
SU #1 Memastikan terlaksananya pengalihan fungsi perbankan, perijinan, pengaturan, dan pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa keuangan tepat waktu dan tepat kualitas
11. Memantapkan kelancaran
transisi pengalihan fungsi
pengawasan bank ke OJK
SU #4 Membangun dan memperkuat aliansi
strategis internal dan eksternal baik secara
ekstensif maupun intensif
SU #3 Menyusun dan melaksanakan anggaran tahunan sesuai mandat UU dan Arah Strategis BI serta penyelesaian pending matters 2012‐2013
Keuangan
Stakeholders Peta Strategi Bank Indonesia Tahun 2014
7. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang
akuntabel
10. Memperkuat aliansi strategis
dan meningkatkan persepsi positif BI
SU #5 Membangun organisasi BI yang prima melalui penguatan governance, kultur, kompetensi, dan kapabilitas
8. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan
dukungan SI, kultur, dan governance
9. Mempercepat ketersediaan
SDM yang kompeten
Perencanaan Strategis Bank Indonesia 2014 ‐ 2018
4
Gambar 4.2
Peta Strategi Bank Indonesia Tahun 2014
Selanjutnya operasionalisasi strategi Bank Indonesia dilakukan dengan menurunkannya
menjadi strategi setiap satuan kerja. Seluruh satuan kerja telah menyusun Kontrak Kinerja
Tahunan Satuan Kerja yang berisi Peta Strategi, Sasaran Strategis, IKU dan targetnya,
program kerja serta anggaran masing-masing yang mengacu pada strategi Bank Indonesia
yang telah ditetapkan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
71
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Pada proses manajemen strategis di Bank Indonesia, evaluasi terhadap pelaksanaan dan
pencapaian strategi antara lain dilakukan melalui proses progress review kinerja secara
berkala dalam tahun berjalan, baik untuk pencapaian keseluruhan strategi BI maupun
masing-masing satuan kerja. Selain melalui progress review, proses pengendalian dalam
manajemen strategis juga didukung evaluasi berkala lainnya antara lain dalam bentuk
pertemuan berkala Dewan Gubernur dengan seluruh pemimpin satuan kerja (management
meeting).
Pada periode review triwulan I-2014 dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi
dan pencapaian kinerja Bank Indonesia melalui pengukuran pencapaian IKU. Evaluasi
dilakukan untuk monitoring dan masukan untuk memastikan pencapaian target-target
yang diharapkan sampai akhir tahun nanti. Pencapaian IKU Bank Indonesia untuk periode
triwulan I-2014 sebagaimana tergambar dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Pencapaian Indikator Kinerja Utama Bank Indonesia Periode Triwulan I-2014
No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Tahun 2014
1 Tingkat inflasi (IHK) yoy
4,5%± 1%
2 Efektivitas transmisi kebijakan moneter
Efektif 3 Rata-rata volatilitas nilai tukar Rp/USD
Tertentu
4 Tingkat keyakinan terhadap kredibilitas kebijakan moneter.
Minimal 4,5
(skala 1-6)
5 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
≤ 2,0
6 Tingkat keyakinan terhadap kredibilitas kebijakan makroprudensial
Minimal 4,5
(skala 1-6)
7 Tingkat kehandalan sistem pembayaran BI (RTGS, SSSS, SKN)
Minimal 99,95%
8 Peningkatan transaksi Sistem Pembayaran retail (Alat Pembayaran
1,8 kali PDB
Menggunakan Kartu dan uang elektronik) 9 Tingkat ketersediaan dan kualitas uang layak edar 100%
Pencapaian
Triwulan I-2104
7,32
Efektif
11,50
4,84*
0,90
4,70*
100%
1,73 kali PDB
68%
Keterangan :
*) IKU dengan pengukuran kualitatif melalui survey sementara menggunakan data pencapaian pada Semester II-2013. Survey persepsi kinerja Bank Indonesia Tahun 2014 akan dilaksanakan menjelang akhir Semester I dan Semester II Tahun 2014.
Untuk mengakselarasi pencapaian sasaran strategis dan IKU BI 2014, Dewan Gubernur
Bank Indonesia juga telah menetapkan 12 Program Kerja Inisiatif (PK Inisiatif ) yang menjadi
prioritas untuk dilaksanakan. Pelaksanaan PK Inisiatif dengan koordinasi intensif antar
satuan kerja mengacu pada Initiative Charter yang memuat kegiatan utama dan target
deliverable yang harus dicapai. Perkembangan pelaksanaan inisiatif sampai triwulan I-2014
secara umum sesuai dengan rencana kegiatan yang dijadwalkan.
Dalam bidang moneter dilaksanakan dua inisiatif, yakni:
- Inisiatif No. 1. Memperkuat Kerangka Kerja Bauran Kebijakan Bank Indonesia yang
mengintegrasikan Kebijakan Moneter, Makroprudensial dan Sistem Pembayaran untuk
Mendukung Tercapainya Sasaran Inflasi Nasional.
72
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan
penawaran. Sampai Triwulan I-2014 telah dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain
penyusunan draft ketentuan mengenai kerangka kebijakan utama Bank Indonesia yang
akan menjadi acuan implementasi kerangka kerja bauran kebijakan, penyusunan kajian
term structure suku bunga sebagai sasaran operasi moneter, persiapan rekrutmen
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
regional economist, serta penyiapan Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendali Inflasi
Daerah (TPID) yang dilaksanakan pada Mei 2014.
- Inisiatif No. 2. Mengoptimalkan strategi pengelolaan nilai tukar yang mencerminkan
kondisi fundamental untuk mendukung ketahanan eksternal.
Tujuan utama inisiatif ini adalah untuk mewujudkan stabilitas nilai tukar yang sesuai
dengan keseimbangan internal dan eksternal. Sampai Triwulan I-2014 beberapa
kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain kajian penyempurnaan penentuan nilai
tukar, kajian mekanisme pembantukan nilai tukar yang konvergen, dan monitoring
rata-rata transaksi harian, rasio volume transaski spot foreign exchange terhadap PDB
dan volume perdagangan.
Dalam bidang stabilitas sistem keuangan dilaksanakan tiga inisiatif, yaitu:
- Inisiatif No. 3. Memperkuat strategi mewujudkan pasar keuangan yang dalam dan
efisien untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan dan pembiayaan sektor
produktif.
Inisiatif ini bertujuan mendorong terwujudnya pasar keuangan yang dalam dan efisien
melalui kebijakan yang dapat menciptakan instrumen pasar keuangan baru dalam
mendukung pembiayaan bagi sektor produktif. Sampai triwulan I-2014 telah dilakukan
antara lain penerbitan code of market conduct, dan proses penyusunan beberapa
ketentuan dan rencana pengaturan.
- Inisiatif No. 4. Memperkuat dan mendorong Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) termasuk
mewujudkan makroprudensial yang efektif dalam menjaga ketahanan, intermediasi,
dan efisiensi sistem keuangan nasional.
Inisiatif ini bertujuan memperkuat dan mendorong SSK termasuk mewujudkan
makroprudensial yang efektif dalam menjaga ketahanan, intermediasi, dan efisiensi
sistem keuangan nasional. Sampai triwulan I-2014 telah dilakukan penyusunan
kerangka kerja macroprudential surveillance, penyiapan tools dan indikator standar
untuk mendukung macroprudential surveillance, selain itu telah dimulai juga
penyusunan kebijakan countercyclical capital buffer dan financial cycles.
- Inisiatif No. 5. Memperkuat sinergi dan kolaborasi BI dengan pihak terkait dalam rangka
mengembangkan sektor riil, UMKM, dan akses keuangan.
Inisiatif ini bertujuan mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis.
Sampai triwulan I-2014 telah dilaksanakan kegiatan sesuai rencana yang dijadwalkan
antara lain koordinasi dan monitoring perkembangan program untuk penyusunan
sistem informasi perkembangan klaster ketahanan pangan, penetapan wilayah/
komoditas untuk klaster ketahanan pangan, profiling lembaga untuk pemilihan sebagai
pendamping dalam program wirausaha, rencana pelaksanaan sosialisasi dan edukasi
mengenai keuangan, TabunganKU dan Basic Saving Account, penjajakan potensi daerah
untuk implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD), serta penyiapan penyusunan
sistem informasi keuangan inklusif (Modul Financial Identification Number dan LKD).
Dalam bidang sistem pembayaran dilaksanakan dua inisiatif, sebagai berikut:
- Inisiatif No. 6. Meningkatkan efisiensi transaksi perekonomian melalui implementasi
GPN (Gerbang Pembayaranan Nasional) dan perluasan penggunaan instrumen non
tunai.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
73
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Inisiatif ini bertujuan mendorong inovasi pembayaran ritel melalui fasilitasi penggunaan
uang elektronik dan meningkatkan efisiensi industri pembayaran ritel di Indonesia.
Sampai triwulan I-2014 terkait dengan layanan uang elektronik telah dilaksanakan
antara lain koordinasi dengan bank dan daerah yang akan ditargetkan ungtuk
survei penggunaan uang elektronik dan pengembangan kawasan less cash society,
serta koordinasi pemerintah untuk penyiapan implementasi layanan keuangan G2P
(government to private).
- Inisiatif No. 7. Meningkatkan ketersedian ULE (workstream tunai).
Inisiatif ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas baik
dalam jumlah yang cukup dan denominasi yang sesuai kebutuhan. Kegiatan utama
inisiatif dilakukan dalam bentuk pembangunan Sentra Pengelolaan Uang (SPU). Sampai
triwulan I-2014 dilakukan persiapan untuk perencanaan desain fasilitas SPU.
Dalam bidang manajemen intern dilaksanakan lima inisiatif, yakni:
- Inisiatif No. 8. Strategi penguatan manajemen keuangan dan pengendalian anggaran
yang mendukung kinerja BI melalui pengembangan Sistem Keuangan BI (SKBI).
Tujuan inisiatif ini adalah menyempurnakan Sistem Keuangan Bank Indonesia melalui
pengembangan aplikasi yang terintegrasi. Sampai triwulan I-2014 telah dilaksanakan
persiapan pengadaan konsultan pengembangan.
-
Inisiatif No. 9. Mengembangkan organisasi dan menerapkan sistem Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) yang efektif dan efisien, serta kultur baru BI.
Tujuan inisiatif ini adalah penyempurnaan sistem MSDM, memenuhi kebutuhan SDM
secara kuantitas dan kualitas, serta menginternalisasi dan mengimplementasikan
perilaku-perilaku pegawai yang selaras dengan nilai-nilai strategis. Sampai triwulan
I-2014 telah dilakukan antara lain kegiatan dalam rangka program transformasi budaya
kerja.
- Inisiatif No. 10. Membangun persepsi positif BI di dalam dan luar negeri.
Tujuan inisiatif ini adalah memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi
positif terhadap Bank Indonesia. Sampai triwulan I-2014 dilakukan penyusunan strategi
komunikasi kebijakan BI, penyiapan penyusunan Sistem Informasi Kehumasan, serta
melanjutkan pengembangan infrastruktur Layanan Informasi Publik, yang antara lain
dalam bentuk Call Center BICARA 500-131.
- Inisiatif No. 11. Memantapkan koordinasi dan kerjasama dalam rangka pelaksanaan
tugas BI-OJK pasca pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK.
74
Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan terlaksananya pengalihan fungsi perbankan,
perijinan, pengaturan, dan pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa keuangan tepat
waktu dan tepat kualitas. Sampai triwulan I-2014 telah dilakukan penyusunan konsep
mekanisme kerja makroprudensial-mikroprudensial, pembahasan bersama 3 PBI
bersama OJK serta pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Perbankan (SIP) modul
syariah.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
- Inisiatif No. 12. Menyusun arsitektur fungsi strategis BI.
Inisiatif ini secara khusus dilakukan untuk mendorong maksimalisasi potensi organisasi
untuk mewujudkan Visi Bank Indonesia tahun 2024. Upaya ini juga sejalan dengan
peran Bank Indonesia pasca UU No. 21 Tahun 2011 mengenai Otoritas Jasa Keuangan,
yang mengharuskan Bank Indonesia untuk menyesuaikan arah, struktur maupun tata
kerja organisasinya. Hingga triwulan I-2014, telah dilaksanakan antara lain penyelesaian
term of reference penyusunan Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia, penunjukan
konsultan strategi, serta diagnostic/ gap assessment fungsi Bank Indonesia.
4.2. Manajemen Risiko
Tantangan dan dinamika perubahan yang cepat menuntut Bank Indonesia untuk
meningkatkan pengelolaan risiko secara terintegrasi melalui Manajemen Risiko Bank
Indonesia (MRBI), guna mendukung pengambilan keputusan yang lebih kredibel. Untuk itu
telah dilakukan review terhadap MRBI yang menghasilkan rekomendasi penyempurnaan
framework dan organisasi. Sesuai implementasi Struktur Organisasi Level Atas (SOLA)
pada pertengahan Mei 2013, penerapan fungsi MRBI diperluas tidak hanya mencakup
Manajemen Risiko Kegiatan (MRK), melainkan juga mencakup Manajemen Risiko Strategis
(MRS), dan Manajemen Kelangsungan Kegiatan (MKK).
Dalam pelaksanaan MRK, Bank Indonesia didukung oleh Sistem Informasi Manajemen
Risiko yang mampu merekam profil risiko satuan kerja untuk memperoleh dashboard risiko
secara BI-Wide. Dengan informasi yang disajikan dalam dashboard dimaksud, implementasi
manajemen risiko di Bank Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan tepat sasaran.
Hal tersebut didukung oleh tindak pengendalian terhadap berbagai risiko yang dinilai
memberikan dampak signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan tugas Bank Indonesia,
baik berupa preventive maupun corrective actions,.
Tantangan
dan dinamika
perubahan
yang cepat
menuntut
Bank Indonesia
untuk
meningkatkan
pengelolaan
risiko secara
terintegrasi
melalui
Manajemen
Risiko Bank
Indonesia.
Selain melaksanakan MRK yang telah berjalan sejak akhir 2007, pada triwulan I–2014
MRBI juga melaksanakan kegiatan MRS dan MKK. Dalam kegiatan MRS, Bank Indonesia
melakukan pilot project profil risiko utama Bank Indonesia yang disusun secara bottom-up
oleh satuan kerja. Berdasarkan profil risiko utama, dilakukan penyempurnaan Peraturan
Dewan Gubernur mengenai MRBI dan sosialisasi risiko utama Bank Indonesia kepada
seluruh satuan kerja.
MKK yang merupakan pengembangan Business Continuity Management (BCM) Bank
Indonesia juga terus diperkuat. Penguatan dilakukan melalui penyempurnaan Peraturan
Dewan Gubernur, penyusunan Surat Edaran, dan Standard Operating Procedure MKK di
level satuan kerja. Pada triwulan I-2014, telah dilakukan pembahasan perangkat draft
pengaturan MKK di level teknis
Ke depan, sejalan dengan tantangan Bank Indonesia yang semakin menguat, sejumlah
faktor risiko perlu tetap diwaspadai. Guna menjawab dinamika perubahan yang terjadi,
penguatan kerangka kerja MRBI terus dilakukan, khususnya dalam rangka penyempurnaan
fungsi Enterprise Wide Risk Management.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
75
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
4.3. Audit Intern
Penyelesaian
tindak lanjut
temuan BPKRI terhadap
Laporan
Keuangan
Tahunan Bank
Indonesia
(LKTBI) sejak
1999 sampai
dengan 2012
telah mencapai
86,3%.
Dalam mengawal pencapaian sasaran strategis Bank Indonesia, pelaksanaan fungsi audit
intern Bank Indonesia meliputi kegiatan audit (assurance) dan konsultasi (consulting). Audit
dan konsultasi dilakukan di bidang tata kelola organisasi (governance), manajemen risiko
(risk management), dan pengendalian intern (internal control) dalam operasional kegiatan
Bank Indonesia.
Kegiatan audit selama triwulan I-2014 diawali dengan melakukan identifikasi dan
memetakan kembali proses bisnis di Bank Indonesia pascaimplementasi SOLA dan
beralihnya fungsi pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemetaan kembali
proses bisnis tersebut bertujuan untuk meyakini kesesuaian proses aktual dengan
ketentuan, yang secara bertahap telah dilakukan terhadap enam area yaitu logistik,
keuangan inklusif, Pengelolaan Uang, Keuangan Intern, Sistem Informasi, dan Statistik.
Selain kegiatan audit, pelaksanaan fungsi audit intern juga dilakukan dengan pemberian
konsultasi kepada satuan kerja di Bank Indonesia dalam rangka perbaikan implementasi
dan desain ketentuan. Untuk mendukung kelancaran dan kualitas kegiatan audit dan
konsultasi, kompetensi auditor internal senantiasa ditingkatkan melalui sertifikasi auditor
internal nasional dan internasional.
Fungsi audit intern juga sebagai fasilitator dalam kegiatan audit Badan Pemeriksa Keuangan–
Republik Indonesia (BPK-RI) termasuk monitoring penyelesaian hasil audit ekstern. Sampai
dengan triwulan I-2014, penyelesaian tindak lanjut temuan BPK-RI terhadap Laporan
Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) sejak 1999 sampai dengan 2012 telah mencapai
86,3% atau sebanyak 1.453 butir dari total 1.684 butir temuan.
Dalam rangka penyempurnaan fungsi audit intern secara berkelanjutan, pada triwulan
I-2014 ditetapkan Roadmap Pengembangan Audit Intern 2014-2018. Roadmap
pengembangan audit mencakup sumber daya manusia, kebijakan dan prosedur, struktur
organisasi, serta Database, dan Sistem Informasi Audit Intern (SIAI). Pelaksanaan roadmap
secara konsisten diharapkan dapat memperkuat keberadaan dan peran fungsi audit intern
di Bank Indonesia.
4.4. Keuangan Intern
BPK-RI
memberikan
opini Wajar
Tanpa
Pengecualian
(WTP) atas
Laporan
Keuangan
Tahunan Bank
Indonesia
2003-2012.
76
Kebijakan dan pelaksanaan program kerja di bidang Manajemen Keuangan Intern selama
triwulan I-2014 diarahkan untuk memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia dan
meningkatkan governance dalam mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia.
Berdasarkan posisi keuangan sementara Bank Indonesia per 28 Maret 2014 (triwulan
I-2014), surplus tercatat sebesar Rp17,61 triliun dengan posisi penerimaan sebesar Rp25,17
triliun dan pengeluaran sebesar Rp7,52 triliun, Penerimaan tersebut terutama berasal dari
penerimaan pengelolaan devisa dan selisih kurs karena transaksi valuta asing, sedangkan
pengeluaran terutama bersumber dari beban operasi moneter dan beban lainnya.
Good governance pengelolaan keuangan internal Bank Indonesia juga tercermin dari
pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Tahunan Bank
Indonesia (LKTBI) Tahun 2003 - 2012 oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK-RI). Pada triwulan I-2014, BPK-RI tengah melakukan pemeriksaan terhadap LKTBI
Tahun 2013.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Pelaksanaan tugas Bank Indonesia selama triwulan I-2014 dilakukan dengan dukungan
Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2014 yang telah disetujui oleh Komisi XI Dewan
Perwakilan Rakyat tanggal 3 Desember 2013. Program kerja dan anggaran sesuai ATBI
dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip transparansi, efektivitas, dan kepatutan.
Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia telah melakukan berbagai program kerja dalam
rangka mendukung sustainabilitas, transparansi, dan akuntabilitas keuangan Bank
Indonesia sebagai berikut:
a. Tindak lanjut Asset Liability Management (ALM) antara Bank Indonesia dengan
Pemerintah. Kegiatan difokuskan pada pelaksanaan harmonisasi hubungan Pemerintah
dan Bank Indonesia secara keseluruhan. Sebagai langkah awal, Bank Indonesia telah
melakukan rekapitulasi topik-topik yang akan dibahas dengan Pemerintah, termasuk
pending matters, untuk ditindaklanjuti secara proporsional. Topik pending matters
tersebut antara lain revisi Surat Keputusan Bersama perihal Penyelesaian Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang masih menunggu penyelesaian Buku Putih
Kementerian Keuangan.
Sasaran yang diharapkan adalah perubahan Surat Keputusan Bersama perihal
Mekanisme Penyetoran Sisa Surplus Bank Indonesia Kepada Pemerintah dan Pelunasan
Obligasi Negara Seri SRBI-01/MK/2003 oleh Pemerintah Kepada Bank Indonesia.
Selama triwulan I-2014, telah dilakukan pembahasan awal antara Bank Indonesia dan
Pemerintah dalam rangka menyusun kerangka sovereign ALM untuk mengidentifikasi
risiko aset dan liabilities Indonesia di bawah koordinasi Kementerian Keuangan dengan
technical assistance dari World Bank.
b. Penyusunan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (Pernyataan Kebijakan
Akuntansi Keuangan Bank Indonesia/PKAK-BI) telah selesai pada 2013 dan telah
diimplementasikan mulai awal Januari 2014. Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia
mengevaluasi dan memonitor implementasi PKAK-BI tersebut dan melakukan
tindak lanjut yang diperlukan. Selain itu, Bank Indonesia juga merencanakan untuk
mengkomunikasikan PKAK-BI kepada stakeholders dan diharapkan PKAK-BI tersebut
dapat digunakan oleh auditor sebagi acuan dalam memberikan opini atas pemeriksaan
laporan keuangan Bank Indonesia.
c.Implementasi Performance Based Budgeting (PBB) dilakukan dengan penerapan
standard cost secara bertahap untuk kegiatan tertentu. Pada triwulan I-2014, telah
dilakukan evaluasi terhadap implementasi standard cost 2014 dan penyempurnaan
standard cost untuk penyusunan anggaran Bank Indonesia 2015.
d. Penyempurnaan Sistem Keuangan Bank Indonesia (SKBI) dilakukan dengan menyediakan
aplikasi SKBI yang handal dan terintegrasi sehingga dapat meningkatkan governance
dalam pengelolaan keuangan di Bank Indonesia. Penyempurnaan SKBI direncanakan
akan dilaksanakan secara multiyears sejak Januari 2014 s.d. November 2017, dengan
cakupan antara lain penyusunan desain utama SKBI, penyusunan ketentuan intern Bank
Indonesia, pengembangan aplikasi, dan pengadaan infrastruktur sistem informasi serta
teknologi informasi. Sampai dengan triwulan I-2014, telah diselesaikan penyusunan
draft Peraturan Dewan Gubernur tentang Desain Utama SKBI.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
77
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
4.5. Sistem Informasi
Bank Indonesia
dan OJK
meningkatkan
koordinasi
pertukaran
informasi
melalui
pertemuan
Forum
Koordinasi
Pertukaran
Sistem
Informasi.
Pengelolaan Sistem Informasi (SI) di Bank Indonesia bertujuan untuk mendukung
pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan,
sistem pembayaran, pengedaran uang, dan manajemen intern. Bank Indonesia memperkuat
arah pengembangan SI, meningkatkan kualitas informasi, dan layanan SI sesuai standar
internasional.
Dukungan SI terhadap pelaksanaan tugas Bank Indoensia dalam menjaga stabilitas
moneter pada triwulan I-2014 terkait kegiatan pengelolaan operasi moneter dan nilai
tukar, koordinasi dengan pemerintah, implementasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE),
dan pengelolaan database statistik dan survei. Saat ini tengah dikembangkan beberapa
aplikasi yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan tersebut.
Guna mendukung penguatan operasi moneter dan memudahkan koordinasi dengan
pemerintah, dikembangkan aplikasi yang menyediakan data instrumen operasi moneter,
surat berharga negara, pasar uang, dan pasar modal. Terkait kegiatan operasionalisasi
ketentuan DHE, dilakukan enhancement atas sistem monitoring DHE.
Selanjutnya dalam rangka mendukung perumusan kebijakan moneter, dilakukan integrasi
sistem survei yang telah dimulai sejak 2013 dan akan dilanjutkan pada 2014. Pengembangan
dilakukan dengan memperluas lingkupnya termasuk survei konsumen, perbankan, dan
pemantauan harga berbasis web. Selain itu juga dilakukan pengembangan atas aplikasi
tresuri guna lebih mengoptimalkan pengelolaan devisa di Bank Indonesia.
Dukungan SI terhadap juga dilakukan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia terkait
Stabilitas Sistem Keuangan. Pada triwulan I-2014, pengembangan SI dilakukan khususnya
terkait kegiatan pengawasan makroprudensial, kebijakan pendalaman pasar keuangan,
program keuangan yang inklusif, serta penguatan sektor riil dan UMKM. Dukungan tersebut
diwujudkan melalui pengembangan beberapa aplikasi.
Untuk mendukung kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan perbankan ke
OJK khususnya dalam pengelolaan SI, Bank Indonesia dan OJK telah membentuk Forum
Koordinasi Pertukaran Sistem Informasi (FKPISP). Forum tersebut diketuai oleh Anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
yang menangani pengelolaan sistem informasi. Forum bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi dalam pertukaran informasi antara kedua lembaga. Saat ini, FKPISP tengah
membahas beberapa ketentuan, diantaranya terkait pengelolaan pelaporan dan sarana
pertukaran informasi.
Dukungan SI terhadap pelaksanaan tugas sistem pembayaran pada triwulan I-2014
dilakukan terkait pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS generasi 2, serta Sistem
Kliring Nasional Next Generation (SKN-NG). Terkait pengembangan sistem BI-RTGS dan
BI-SSSS generasi 2, Bank Indonesia melakukan pengujian baik dengan internal maupun
dengan industri perbankan. Untuk pengembangan SKN-NG yang dimulai sejak 2013,
bertujuan untuk meningkatkan kehandalan sistem pembayaran melalui penerapan
teknologi terbaru. Dukungan terhadap pengawasan penyelenggara dan industri sistem
informasi dilakukan melalui pengembangan sistem pengawasan sistem pembayaran.
Untuk pengelolaan uang, dukungan SI pada triwulan I-2014 dilakukan melalui implementasi
Sistem Informasi Layanan Kas. Sistem ini memuat informasi posisi likuiditas uang kartal di
perbankan dan kegiatan penyetoran/penarikan uang kartal.
78
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
SI juga mendukung pelaksanaan tugas manajemen intern. Dukungan SI pada triwulan
I-2014 dilakukan khususnya terkait kegiatan pengelolaan keuangan intern. Saat ini tengah
dilakukan peningkatan kualitas teknologi atas sistem informasi pengelolaan keuangan
Bank Indonesia melalui implementasi teknologi terbaru. Selain itu, juga tengah dilakukan
pengembangan untuk menyempurnakan aplikasi anggaran, akunting, dan keuangan BI
secara bertahap dan bersifat multi-years.
Dalam rangka meningkatkan governance SI, pada triwulan I-2014 tengah disusun rancangan
ketentuan pengelolaan sistem informasi dan Rencana Strategis Sistem Informasi Bank
Indonesia (Renstra SIBI) 2014 – 2018. Ketentuan pengelolaan sistem informasi bertujuan
untuk meningkatkan tata kelola sistem informasi melalui integrasi antar komponen sistem
informasi yaitu informasi, aplikasi dan teknologi. Sementara itu, penyusunan Renstra SIBI
2014 – 2018 bertujuan untuk memberikan arah pengembangan dan pengelolaan SI agar
dapat mendukung proses pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, dan pelaksanaan
kebijakan di berbagai bidang tugas Bank Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi, sejak tahun 2012 dilakukan pengembangan
integrasi sistem pelaporan perbankan. Integrasi sistem pelaporan dilakukan dengan
menggunakan metode eXtensible Business Reporting Language (XBRL). Pemilihan metode
ini dikarenakan metode ini mengacu kepada standar internasional sistem pelaporan. Saat
ini metode tersebut telah diterapkan pada sistem pelaporan bulanan Bank Umum Syariah/
Unit Usaha Syariah yang tengah memasuki tahap parallel run hingga Juni 2014. Perluasan
ruang lingkup integrasi kepada pelaporan perbankan konvensional tengah dikaji dan
dikoordinasikan dengan OJK.
Guna meningkatkan layanan SI khususnya pada aspek availability dan security,
tengah dikembangkan Data Center (DC) baru yang memenuhi standar internasional.
Pengembangan DC saat ini tengah memasuki tahap penyelesaian pengembangan fisik
yang selanjutnya akan dilakukan persiapan instalasi perangkat jaringan komunikasi data.
Pengembangan DC akan dilakukan secara bertahap dan bersifat multiyear.
4.6. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Kebijakan Bank Indonesia di bidang organisasi dan SDM pada triwulan I-2014 diarahkan
pada penyempurnaan organisasi, pemenuhan dan pengembangan SDM, pengelolaan SDM
yang ditugaskan ke OJK, dan transformasi budaya pascaimplementasi Struktur Organisasi
Level Atas (SOLA).
4.6.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia
Proses penataan dan penyempurnaan organisasi terus diupayakan secara terarah, terukur,
dan sistematis berdasarkan tahapannya. Pada triwulan I–2014, penyempurnaan organisasi
sesuai SOLA dilanjutkan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan rancangan penyusunan arsitektur proses bisnis dan arsitektur organisasi
Bank Indonesia, termasuk desain organisasi sampai dengan level bawah dan desain
jabatan yang diharapkan dapat menjadi dasar perhitungan formasi efektif SDM.
Kebijakan
organisasi dan
SDM diarahkan
antara lain pada
penyempurnaan
organisasi,
pemenuhan dan
pengembangan
SDM,
pengelolaan
SDM yang
ditugaskan ke
OJK.
b. Pengumpulan masukan awal satker mengenai evaluasi serta masukan terhadap
implementasi SOLA tahun 2013.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
79
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
c.Penyusunan draft konsep job family dan pembahasannya, serta keterkaitannya dengan
rancangan jalur karir pegawai.
d. Penetapan nilai jabatan sementara pada masa transisi sampai dengan penyelesaian
penyempurnaan organisasi dan regrading.
4.6.2 Pemenuhan dan Pengembangan SDM
Mempertimbangkan kebutuhan SDM berdasarkan perencanaan kebutuhan SDM tahun
2014 s.d. 2018, Bank Indonesia melakukan pemenuhan dari eksternal melalui rekrutmen
calon pegawai dan dari internal melalui mutasi dan promosi pegawai di berbagai level/
jabatan.
Program pengembangan SDM yang dilaksanakan pada triwulan I-2014 adalah:
a. On Boarding, ditujukan bagi calon pegawai baru sebagai pembekalan pengetahuan
dan praktikal melalui klasikal dan On the Job Training (OJT).
b. Leadership Development Program (LDP): yakni pembekalan aspek–aspek kepemimpinan
baik teknis maupun perilaku yang ditujukan untuk pegawai yang memperoleh kenaikan
jabatan/kepangkatan.
c. Competency Development Program (CDP), ditujukan untuk pengembangan kompetensi
yang dilakukan melalui kegiatan Peningkatan Mutu Ketrampilan (PMK) dalam bentuk
short course, seminar, benchmarking, dll.
d. Program Tugas Belajar (PTB), pengembangan pegawai yang bersifat jangka panjang
dengan melaksanakan program tugas belajar S2 maupun S3 baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
e. Penugasan dan Attachment/Technical Assistance: Program pengembangan pegawai
Bank Indonesia yang bersifat penugasan (lebih dari 1 tahun), attachment dan technical
assistance (kurang dari 1 tahun) baik di lembaga negara, pemerintah atau perusahaan
swasta di dalam negeri atau diluar negeri. Program penugasan dilakukan antara lain
di International Monetary Fund (IMF), Asean Macro Economics Research Office (AMRO),
Islamic Reasearch and Training Institute (IRTI), dan lembaga dalam negeri seperti Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK),
Sekretariat Wakil Presiden, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP4), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara itu, program
attachment dilakukan di lembaga internasional seperti Deutsche Bundesbank, Reserve
Bank of Australia, De Nederlandsche Bank, Australian Prudential Regulation Authority,
dan The South East Asian Central Banks (SEACEN) Center.
f. International Conference, Workshop, Course: Program kegiatan internasional dalam
bentuk seminar, workshop, maupun pelatihan . Pelaksanaannya bekerjasama dengan
lembaga-lembaga internasional seperti The SEACEN Center, Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), Toronto Centre dan Deutsche Bundesbank.
4.6.3. 4.6.3. Kebijakan Terkait Pegawai Bank Indonesia yang Ditugaskan ke OJK
Menindaklanjuti penugasan Pegawai Bank Indonesia ke OJK, pada triwulan I-2014 Bank
Indonesia menyusun paket kebijakan SDM yang kondusif baik bagi BI maupun OJK sebagai
berikut:
80
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
a. Sebagai tindak lanjut Perjanjian BI-OJK No. 15/453/DSDM tanggal 31 Desember
2013 tentang Pengelolaan Pejabat dan Pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan
pada OJK, Bank Indonesia sedang melakukan finalisasi draft Surat Perjanjian tentang
Ketentuan dan Syarat-Syarat Pengelolaan Pejabat dan Pegawai Bank Indonesia yang
Dialihkan atau Dipekerjakan pada Otoritas Jasa Keuangan.
b. Sebagai landasan pengaturan internal Bank Indonesia, saat ini tengah disusun draft
Keputusan GBI tentang pengelolaan SDM pegawai penugasan di OJK.
4.6.4. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia
Sebagai bentuk Program Transformasi Budaya Kerja, Bank Indonesia mencanangkan
Change Program yang terdiri dari program generik dan program spesifik satuan kerja.
Terdapat tiga change program generik yang wajib dilakukan satuan kerja yaitu: (i) One
information a day; (ii) Better, Faster, Cheaper; dan (iii) 5 minutes before. Sedangkan Change
Program spesifik dilakukan oleh satuan kerja yang mengalami perubahan organisasi dan
didesain untuk menyelaraskan budaya kerja di satuan kerja.
Pada triwulan I–2014, telah dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Internalisasi nilai strategis melalui workshop/pelatihan bagi Change Leader, Change
Coordinator, dan Change Agent. Change Leader adalah pemimpin satuan kerja yang
menjadi role model dan menjadi pendorong dengan menymapiakn penjelasan arah
dan strategi implementasi. Change Coordinator merupakan pejabat satu tingkat
di bawah pemimpin satuan kerja yang menjadi role model bersama-sama dengan
Change Leader. Change Agent merupakan pegawai atau pejabat yang ditunjuk untuk
menjalankan Change Program di satuan kerja.
b. Penyusunan dan penetapan Change Program generik yang berlaku secara Bank
Indonesia wide dan Change Program spesifik oleh seluruh satuan kerja.
c. Penyusunan materi komunikasi kartu nilai-nilai strategis dan tools lainnya (video
perilaku, banner, poster, souvenir nilai strategis) dalam rangka sosialisasi nilai-nilai
strategis kepada seluruh satker.
4.7. Aspek Hukum
Berdasarkan Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan badan
hukum publik yang berwenang menetapkan peraturan yang digunakan sebagai landasan
hukum dalam pelaksanaan tugas sebagai bank sentral.
Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan baik
ketentuan eksternal maupun internal Bank Indonesia. Terdapat 15 buah peraturan yang
dikeluarkan, yang terdiri dari enam Peraturan Bank Indonesia (PBI), tiga Surat Edaran
Ekstern (SE Ekstern) dan enam Surat Edaran Intern (SE Intern) (daftar PBI dan SE Ekstern
sebagaimana lampiran).
Dalam rangka melaksanakan tugas secara efektif, dukungan perangkat peraturan
perundang-undangan sebagai landasan hukum sangat diperlukan. Oleh karena itu, Bank
Indonesia senantiasa berpartisipasi dalam penyusunan Naskah Akademik, Rancangan
Undang-Undang (RUU) dan Rancangan Peraturan Peraturan Pemerintah (RPP) yang
terkait dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Beberapa pembahasan RUU yang
Pada triwulan
I-2014, Bank
Indonesia
mengeluarkan
15 buah
peraturan yang
terdiri dari 6
Peraturan Bank
Indonesia (PBI),
3 Surat Edaran
Ekstern dan 6
Surat Edaran
Intern.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
81
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
terkait langsung dengan Bank Indonesia pada triwulan I-2014 antara lain pembahasan
RUU Perbankan, RUU Amandemen UU Bank Indonesia, RUU Perubahan Harga Rupiah
(Redenominasi), dan pembahasan Naskah Akademik RUU Pembatasan Transaksi Tunai.
Dalam rangka koordinasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan, Bank Indonesia
juga melakukan pembahasan internal mengenai keterkaitan tugas dan wewenang Bank
Indonesia. Pembasan dilakukan terkait materi RUU tentang Keuangan Negara dan RUU
tentang Usaha Perasuransian. Selain itu, Bank Indonesia juga membahas materi RUU
tentang Penyelenggaraan Haji dan Umroh atas permintaan beberapa anggota DPR-RI
yang berkunjung ke Kantor Bank Indonesia. Disamping itu, partisipasi Bank Indonesia
dalam penyusunan RPP antara lain terkait RPP tentang Penggabungan, Peleburan,
Pengambilalihan dan Pemisahan Perseroan, dan RPP tentang Perkoperasian.
Selanjutnya, guna mendukung pengembangan dan pembangunan hukum nasional serta
dalam rangka pendalaman materi yang akan diatur dalam RUU Amandemen UU Bank
Indonesia, Bank Indonesia telah menyusun Terms of Reference (ToR) Penelitian Hukum
mengenai Peran BI sebagai Lender of the Last Resort dan Aspek Hukum Sistem Pembayaran
dan Sistem Perdagangan Elektronik (e-commerce), untuk selanjutnya dilaksanakan
penelitian hukum bekerjasama dengan perguruan tinggi yang menguasai materi penelitian.
4.8. Program Sosial Bank Indonesia
Bank Indonesia
melaksanakan
Program Sosial
Bank Indonesia
(PSBI) dalam
rangka
mewujudkan
kepedulian
sosial kepada
lingkungannya.
Bank Indonesia melaksanakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dalam rangka
mewujudkan kepedulian sosial kepada lingkungannya. Pada 2014, tema yang diangkat
adalah “Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Kuat, Berkesinambungan dan
Inklusif”. Tema ini merupakan kesinambungan dari tema tahun 2013, yaitu “Mendorong
Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”. Sejalan dengan tema tersebut, beberapa program
unggulan yang diusung adalah program pertanian terintegrasi, komoditi unggulan,
mencetak tenaga kerja siap pakai, dan ketahanan pangan.
Pada akhir 2013 dan awal tahun 2014, terdapat berbagai bencana alam seperti Letusan
Gunung Sinabung (Medan), Gunung Kelud (Malang/Kediri), banjir/bencana alam di Jakarta
dan Manado (Sulawesi Utara). Mempertimbangkan hal tersebut, pada triwulan I-2014 PSBI
lebih banyak difokuskan pada kegiatan insidental. Kegiatan insidental tersebut meliputi
tanggap darurat bencana dan program pasca bencana berupa renovasi berbagai sarana
prasarana ekonomi, ibadah, pendidikan dan sosial.
Dari sisi program edukasi publik, Bank Indonesia melalui media kesenian daerah, khususnya
wayang, melakukan edukasi mengenai tugas pokok Bank Indonesia di Cilacap.
Secara keseluruhan, penyerapan PSBI-BI wide pada triwulan I-2014 adalah sebesar 9,62%
atau sebesar Rp9,5 miliar.
82
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
Lampiran
Produk Hukum Bank Indonesia
Triwulan I - 2014
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
83
1. PERATURAN BANK INDONESIA
No
Nomor PBI
Tanggal
1
16/1/PBI/2014
16 Januari 2014
2
16/2/PBI/2014
14 Februari 2014
3
16/3/PBI/2014
18 Maret 2014
Perihal
Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
Jumlah dan Nilai Nominal Uang Rupiah yang Dimusnahkan tahun 2013
Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesis Nomor 6/28/PBI/2004 tentang Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 1OO.OOO (seratus ribu) tahun emisi 2004
4
16/4/PBI/2014
18 Maret 2014
Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/42/PBI/2005 tentang Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 50.000 (lima puluh ribu) tahun emisi 2005
5
Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/29/PBI/2004 tentang 16/5/PBI/2014
18 Maret 2014
Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 20.000 (lima puluh ribu) tahun emisi 2004
6
16/6/PBI/2014
18 Maret 2014
Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 2.000 (dua ribu) tahun emisi 2009
2. SURAT EDARAN EKSTERN
No
Nomor PBI
Tanggal
1
16/1/DKSP
10 Januari 2014
Laporan Penyelenggaraan Transfer Dana oleh Badan Usaha Berbadan Hukum Indonesia Bukan Bank Secara On-Line.
2
16/2/DPM
28 Januari 2014
Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia
3
16/3/DPTP
3 Maret 2014
84
Perihal
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program
Daftar Istilah
Administered prices:
Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur
Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
BI Rate
:
Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik.
Bank Indonesia Real-Time Gross:
Settlement (BI-RTGS)
Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer
dana secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang
rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi
secara individual.
Bank Indonesia – Scripless :
Securities Settlement System
(BI-SSSS)
Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan
sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya
dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung
langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.
Branchless Banking:
Strategi pemberian layanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung
pada keberadaan kantor cabang.
Cadangan Devisa
Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat
pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas,
uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka,
wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada
pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar
negeri.
:
Clean Money Policy:
Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar.
Deflasi:
Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum.
Deposit Facility:
Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka
operasi moneter.
Down payment:
Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian.
Emerging market:
Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat
yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan
industrialisasi.
Financial Inclusion/(Keuangan Inklusif)
Pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau untuk bagian
segmen masyarakat yang berpenghasilan rendah.
:
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
85
86
Foreign Direct Investment (FDI)
:
Pemberian Pinjaman Atau Pembelian Kepemilikan Perusahaan Di Luar
Wilayah Negaranya Sendiri.
Indeks Stabilitas Sistem
Keuangan
:
Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan
yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan
membantu mengidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.
Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK)
:
Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen,
yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan
masyarakat luas.
Inflasi inti
:
Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam
pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti
interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi inflasi. Inflasi inti diperoleh dari
angka inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan
administered prices.
Investment grade:
Peringkat layak investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat.
Jakarta Interbank Offered Rate :
(JIBOR)
Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia yang
berasal dari kontributor JIBOR.
Jakarta Interbank Spot Dollar
Rate (JISDOR)
:
Kurs referensi harga USD/IDR berdasarkan kurs transaksi valuta asing
terhadap rupiah antarbank di pasar domestik secara real time.
Kliring:
Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di
satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan
suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan
(clearing).
Lending facility:
Fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam
rangka operasi moneter.
Less Cash Society:
Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai.
Loan to Deposit Ratio (LDR) atau :
Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank.
Financing to Deposit Ratio (FDR)
:
FDR digunakan untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank umum.
Likuiditas:
Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi
segera dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid
apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih
besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity).
Makroprudensial:
Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem
keuangan secara keseluruhan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
Mikroprudensial:
Pendekatan regulasi keuangan yang terkait dengan pengelolaan lembaga
keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan
usahanya.
National Payment Gateway (NPG)
:
Kebijakan yang menitikberatkan pada upaya mengarahkan industri
pembayaran untuk bekerjasama menciptakan platform standar sistem
atau infrastruktur yang dapat digunakan secara bersama.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
:
Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan
penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing,
dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas
neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan
item-item finansial.
Neraca transaksi berjalan
:
Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat lalu lintas barang dan
jasa suatu negara.
Non Performing Loan (NPL)
:
Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet.
Non Performing Financing (NPF)
:
Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank
syariah.
Operasi Moneter
:
Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku
Bunga (Standing Facilities).
Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N) :
Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar
Bank Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).
Protokol Manajemen Krisis (PMK)
:
Pedoman dan tata cara dalam melaksanakan langkah-langkah
pencegahan dan penanganan krisis.
Prinsipal:
Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung
jawab atas pengelolaan sistem dan atau jaringan antar anggotanya
baik berperan sebagai penerbit dan acquirer dalam transaksi Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang kerjasama
dengan anggotanya didasarkan pada satu perjanjian tertulis. Sedangkan
yang dimaksud dengan acquirer adalah bank atau lembaga selain bank
yang (i) melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang
mampu memproses transaksi APMK yang diterbitkan oleh pihak selain
acquirer yang bersangkutan, (ii) bertanggung jawab atas penyelesaian
pembayaran kepada pedagang.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
87
88
Repurchase Agreement (Repo):
Transaksi penjualan instrumen efek antara dua belah pihak yang diikuti
dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di
kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang
sama dengan harga tertentu yang disepakati.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
:
Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
:
Suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi Bank dalam
penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah Bank.
Surat Utang Negara (SUN)
:
Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga
dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa
berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
berlaku.
Sovereign Credit Rating:
Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu
pemerintah. Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat risiko dari
sebuah lingkungan investasi dari suatu negara dan digunakan oleh
investor asing yang ingin berinvestasi di negara tersebut.
Transaksi Reverse Repo:
Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka
(OPT) dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh
peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
Uang Kartal
:
Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank
Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah
Republik Indonesia.
Unbanked:
Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan
keuangan utama yang biasanya ditawarkan oleh bank-bank ritel.
Wajar Tanpa Pengecualian
:
Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian
yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan
memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap
menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu
organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Volatile food:
Komponen inflasi IHK yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau
faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun
internasional.
Yield:
Imbal hasil.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
Daftar Singkatan
APBN
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APMK
: Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
ASEAN:
The Association of Southeast Asian Nations
ATM
: Anjungan Tunai Mandiri
BBM
: Bahan Bakar Minyak
BCSA:
Bilateral Currency Swap Agreement
BI
: Bank Indonesia
BI-RTGS
: Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
BI-SSSS
: Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System
BPD
: Bank Pembangunan Daerah
bps:
Basis Point
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
DHE
: Devisa Hasil Ekspor
DPK
: Dana Pihak Ketiga
DPR RI
: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
FASBI
: Fasilitas Simpanan Bank Indonesia
FGD:
Focus Group Discussion
FIN:
Financial Identity Number
FKSSK
: Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
FTV:
Financing to Value
GWM
: Giro Wajib Minimum
IHSG
: Indeks Harga Saham Gabungan
IKNB
: Industri Keuangan Non Bank
IKU
: Indikator Kinerja Utama
IMF
: International Monetary Fund
IRU:
Investor Relations Unit
JIBOR
: Jakarta Interbank Offered Rate
JISDOR
: Jakarta Interbank Spot Dollar Rate
KI
: Kredit Investasi
KK
: Kredit Konsumsi
KMK
: Kredit Modal Kerja
KPR
: Kredit Perumahan Rakyat
KPwDN BI
: Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia
KUR
: Kredit Usaha Rakyat
LDR:
Loan to Deposit Ratio
LKD
: Layanan Keuangan DIigital
LKTBI
: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
89
LPS
: Lembaga Penjamin Simpanan
LTV:
Loan to Value
Mini MRA
: Mini Master Repurchase Agreement
NPG:
National Payment Gateway
NPI
: Neraca Pembayaran Indonesia
NPL:
Non Performing Loan
OJK
: Otoritas Jasa Keuangan
PBI
: Peraturan Bank Indonesia
PDB
: Produk Domestik Bruto
Perum Peruri
: Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
PMK
: Protokol Manajemen Krisis
PP
: Perusahaan Pembiayaan
PUAB
: Pasar Uang Antar Bank
PUAB O/N
: Pasar Uang Antar Bank Overnight
qtq:
quarter to quarter
RR-SBN:
Reverse Repo-Surat Berharga Negara
RT
: Rumah Tangga
RUU
: Rancangan Undang-Undang
SBDK
: Suku Bunga Dasar Kredit
SBI
: Sertifikat Bank Indonesia
SBIS
: Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBN
: Surat Berharga Negara
SDM
: Sumber Daya Manusia
SID
: Sistem Informasi Debitur
SIPNAS
: Sistem Informasi Perkreditan Nasional
SKB
: Surat Keputusan Bersama
SKBI
: Sistem Keuangan Bank Indonesia
SKDU
: Survei Kegiatan Dunia Usaha
SKNBI
: Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
SKNI
: Strategi Nasional Keuangan Inklusif
SSK
: Stabilitas Sistem Keuangan
SUN
: Surat Utang Negara
SUSPI
: Statistik Utang Sektor Publik Indonesia
TPI
: Tim Pengendali Inflasi
TPID
: Tim Pengendali Inflasi Daerah
ULN
: Utang Luar Negeri
ULE
: Uang Layak Edar
UKM
: Usaha Kecil dan Menengah
UMKM
: Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UU
:Undang-Undang
UYD
: Uang Kartal yang Diedarkan
Valas
: Valuta Asing
yoy
: year on year
90
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014
Download