FA Cover LPTWBI Laptri BI 2014.pdf 1 6/6/2014 3:03:37 PM Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia C M Y CM MY CY CMY K Triwulan I BANK INDONESIA 2014 Laporan Pelaksanaan 2014 Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 Telp: (62 21) 500131 Fax: (62 21) 3861458 Email: [email protected] www.bi.go.id Triwulan I Tugas dan Wewenang Bank Indonesia FA Cover LPTWBI Laptri BI 2014.pdf 2 6/6/2014 3:03:37 PM C M Y CM MY CY CMY K www.bi.go.id Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia selama triwulan I-2014. Pada triwulan I-2014 Inflasi IHK pada Triwulan I-2014 turun menjadi: 7,32% (yoy) dibanding triwulan IV-2013 yang tercatat 8,38% (yoy). Neraca Pembayaran Indonesia mengalami surplus sebesar USD2,07 miliar. Ditopang menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya aliran masuk modal asing. Jumlah Cadangan Pada Triwulan I-2014, Defisit Transaksi Berjalan Devisa pada triwulan I-2014 menjadi sebesar: menurun menjadi: USD102,6 miliar 2,06% dari PDB meningkat dibanding triwulan dibanding triwulan IV-2013 sebesar 2,12% dari PDB. sebelumnya sebesar USD 99,4 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 5,6 bulan impor atau 5,4 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah. Transaksi melalui sistem pembayaran berjalan aman dan lancar. Tidak terdapat kegagalan sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI. Disamping itu, uang kartal tersedia dalam jumlah yang cukup Indeks Stabilitas Sistem Keuangan pada Triwulan I-2014 membaik menjadi: 0,96 dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,10 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 iii Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan I-2014. Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sesuai pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia telah menyusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan I-2014. Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan rencana kebijakan dan langkahlangkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk periode yang akan datang dengan memperhatikan kondisi perekonomian dan pasar keuangan global maupun domestik. Laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan I-2014 ini memiliki nuansa yang berbeda dengan laporan-laporan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan beralihnya fungsi pengawasan mikroprudensial bank dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan pada 31 Desember 2013 dan dilaksanakannya amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 yang memberikan tugas dan wewenang kepada Bank Indonesia dibidang makroprudensial. Diawali dengan laporan triwulanan ini, Bank Indonesia tidak lagi memaparkan perkembangan perbankan serta pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan mikroprudensial bank. Sebagai gantinya, Bank Indonesia menyampaikan informasi pemantauan stabilitas sistem keuangan serta pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Laporan triwulan ini selanjutnya diharapkan dapat melengkapi bahan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Bank Indonesia. Secara umum, respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah telah mampu mengarahkan perekonomian nasional menuju ke sebuah kondisi yang lebih seimbang, baik keseimbangan internal maupun eksternal. Terjaganya keseimbangan eksternal tergambar dari defisit transaksi berjalan yang terus menurun, dengan defisit pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 2,06% dari PDB. Sementara itu, keseimbangan internal ditunjukkan oleh moderasi laju pertumbuhan ekonomi yang tetap terkendali, disertai tingkat inflasi yang terus menurun dan kembali ke pola normalnya. Proses penyeimbangan (rebalancing) perekonomian yang berjalan cukup baik, sebagai dampak dari kebijakan makro yang pre-emptive, telah meningkatkan kepercayaan investor iv Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 global terhadap prospek perekonomian Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan oleh arus modal masuk yang cukup besar, sehingga secara keseluruhan Neraca Pembayaran Triwulan I-2014 mengalami surplus USD 2,07 miliar. Sejalan dengan kinerja NPI yang positif, jumlah cadangan devisa pada akhir Maret 2014 meningkat menjadi sebesar USD102,6 miliar dan rupiah menguat sebesar 7,13% (qtq). Terkendalinya moderasi laju pertumbuhan ekonomi domestik diatas juga mendapat dukungan ketahanan sektor keuangan. Hal ini tercermin dari terjaganya ketahanan sektor perbankan dengan risiko kredit, likuiditas, dan pasar yang cukup terkendali, serta dukungan kemampuan permodalan yang masih kuat untuk menyerap risiko. Selain itu, kelancaran transaksi sistem pembayaran dan ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup juga turut menopang kinerja perekonomian pada triwulan laporan. Terjaganya stabilitas makro dan sistem keuangan sepanjang triwulan I-2014 juga tidak terlepas dari semakin kuatnya jalinan koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Koordinasi dengan Pemerintah terus dilakukan dalam kerangka Protokol Manajemen Krisis (PMK) dan pertemuan koordinasi dilakukan secara rutin melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Sementara itu, jalinan koordinasi dengan OJK ditempuh melalui pertemuan mingguan di level teknis dan bulanan di level pimpinan, serta melalui Forum Koordinasi Pertukaran Informasi dan Sistem Pelaporan Lembaga Jasa Keuangan. Meskipun pencapaian kinerja perekonomian pada triwulan I-2014 cukup baik, namun Bank Indonesia dituntut untuk selalu waspada. Kedepan, perekonomian Indonesia masih dibayangi tantangan yang cukup berat. Di tengah masih berlangsungnya upaya penguatan kebijakan struktural di dalam negeri, pemulihan perekonomian global masih dilingkupi oleh suasana ketidakpastian yang cukup tinggi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang lambat dan beragam antar negara dan kawasan. Kondisi ini memberikan dampak yang tidak kecil pada perekonomian domestik. Mencermati berbagai tantangan tersebut, Bank Indonesia akan senantiasa menyikapinya secara terukur, dengan tetap fokus pada upaya untuk mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan kinerja transaksi berjalan yang lebih sehat, guna menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia juga senantiasa mengedepankan nilai-nilai tata kelola organisasi yang baik dan mengoptimalkan kinerjanya agar tugas yang diamanatkan dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Jakarta, 30 Mei 2014 GUBERNUR BANK INDONESIA Agus D.W. Martowardojo Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 v Daftar Isi BAB I Ringkasan Eksekutif 1.1. Kinerja Perekonomian 1.2. Kebijakan yang Ditempuh pada Triwulan I-2014 02 03 BAB II 2.1. Inflasi 2.2. Pertumbuhan Ekonomi 2.3. Neraca Pembayaran 2.4. Nilai Tukar Rupiah 2.5. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Valas 2.6. Perkembangan Sistem Keuangan 2.6.1. Perkembangan Pasar Keuangan 2.6.2. Perkembangan Industri Perbankan 2.6.2.1. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan 2.6.2.2. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri Perbankan 2.6.2.3. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar 2.6.3. Perkembangan Industri Keuangan Non Bank 2.6.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga) 2.6.4.1. Kinerja Sektor Korporasi 2.6.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga 2.7. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.8. Perkembangan Sistem Pembayaran 2.9. Perkembangan Pengedaran Uang vi Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 08 10 11 13 15 16 16 19 19 20 21 22 23 23 24 25 26 29 Perkembangan kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Stabilitas Moneter 3.1.1.Kebijakan Moneter Boks: Apresiasi Kebijakan Bank Indonesia 2013 3.1.2.Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar 3.1.3.Koordinasi dengan Pemerintah 3.1.4.Pengelolaan Utang Luar Negeri 3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) 3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan 3.2. Stabilitas Sistem Keuangan 3.2.1.Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial 3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial 3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial 3.2.2.Pendalaman Pasar Keuangan 3.2.3.Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion) 3.2.4.Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 3.2.5. Pengelolaan Informasi Perkreditan 3.2.6.Koordinasi dan Kerjasama dalam rangka Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia-OJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJK Boks: Tugas Bank Indonesia dalam Menajaga Stabilitas Sistem Keuangan Melalui Pendekatan Makroprudensial 3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang 3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran Boks: Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran 3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang 3.4. Kerjasama Internasional 3.4.1.Kerjasama ASEAN 3.4.2. Kerjasama G-20 3.4.3. Kerjasama International Monetary Fund (IMF) 3.4.4. Fora Kerjasama Internasional Lainnya 3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 32 32 33 34 36 37 39 39 40 41 41 42 42 43 46 48 49 50 53 53 56 57 60 60 61 62 63 64 vii BAB IV 4.1. Manajemen Strategi dan Kinerja 4.2. Manajemen Risiko 4.3. Audit Intern 4.4. Keuangan Intern 4.5. Sistem Informasi 4.6. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) 4.6.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia 4.6.2. Pemenuhan dan Pengembangan SDM 4.6.3. Kebijakan Terkait Pegawai Bank Indonesia yang Ditugaskan ke OJK 4.6.4.Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia 4.7. Aspek Hukum 4.8. Program Sosial Bank Indonesia 70 75 76 76 78 79 79 80 Manajemen Intern Bank Indonesia 80 81 81 82 LAMPIRAN Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I-2014 1. Peraturan Bank Indonesia 2. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia Daftar Istilah Daftar Singkatan viii Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 83 84 84 85 89 Manajemen Intern Bank Indonesia Daftar Tabel BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel 2.2. Perkembangan Indeks Saham Regional Tabel 2.3. Perkembangan Nilai Rata-rata SBDK Industri Perbankan Tabel 2.4. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Tabel 2.5. Baki Debet Kredit UMKM Tabel 2.6. Nilai Transaksi Pembayaran Tabel 2.7. Volume Transaksi Pembayaran Tabel 2.8. Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank Tabel 2.9. Indikator Pengedaran Uang BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Tabel 3.1. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah Tabel 3.2. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah Tabel 3.3. Perkembangan Peringkat Indikator Getting Credit Negara- Negara di Kawasan ASEAN BAB IV 10 18 21 22 25 28 28 29 30 38 38 49 Manajemen Intern Bank Indonesia Tabel 4.1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama Bank Indonesia Periode Triwulan I-2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 72 ix Daftar Grafik BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Grafik 2.3. Ekspektasi Harga Pedagang Eceran Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Konsumen Grafik 2.5. Neraca Pembayaran Indonesia Grafik 2.6. Impor Non Migas Grafik 2.7. Neraca Perdagangan Grafik 2.8. Neraca Transaksi Modal dan Finansial Grafik 2.9. Perkembangan Cadangan Devisa Grafik 2.10.Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.11.Volatilitas Nilai Tukar di Kawasan Grafik 2.12.Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Mata Uang Regional Triwulan I-2014 Grafik 2.13.Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan Grafik 2.14.Suku Bunga PUAB dan BI Rate Grafik 2.15.Volume Transaksi PUAB Grafik 2.16.Jumlah Bank Pelaku PUAB Grafik 2.17.Perkembangan Volume Transaksi Valas Domestik Grafik 2.18.Perkembangan Komposisi Transaksi Valas Domestik Grafik 2.19.Yield Obligasi Negara Grafik 2.20.Volatilitas yield 20 hari Grafik 2.21.Perkembangan & Net Flow Asing di IHSG Grafik 2.22.Perkembangan & Nilai Rata-rata Perdagangan Harian IHSG Grafik 2.23.Perkembangan & Volatiltas IHSG Grafik 2.24.Perkembangan Industri Reksadana Grafik 2.25.Rasio Non Performing Loans (NPL) Grafik 2.26.Rasio NPL Gross per Jenis Penggunaan Grafik 2.27.Rasio NPL Gross per Sektor Ekonomi Grafik 2.28.Pertumbuhan DPK (yoy) Grafik 2.29.Komposisi Alat Likuid Perbankan Grafik 2.30.Alat Likuid dan Non-Core Deposit (NCD) Grafik 2.31.Rasio Non Performing Finance (NPF) Perusahaan Pembiayaan (PP) x Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 08 08 09 09 11 12 12 13 13 14 14 14 14 15 15 15 16 16 17 17 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 Grafik 2.32.Aset dan Investasi Industri Asuransi Grafik 2.33.Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi Grafik 2.34. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Dunia Usaha Grafik 2.35. Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Grafik 2.36. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.37. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya per Maret 2014 Grafik 2.38. NPL Kredit UMKM Grafik 2.39. Perkembangan Rata-rata UYD (qtq) Grafik 2.40. Pertumbuhan PDB dan UYD BAB III 23 23 23 23 24 24 26 29 29 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Grafik 3.1.Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter Grafik 3.2.Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter Grafik 3.3.Komposisi Instrumen Operasi Moneter Grafik 3.4.Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 34 34 35 48 xi Daftar Gambar BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Gambar 2.1. Gambar 2.2. Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan I-2014 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan I-2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia Gambar 4.1. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Gambar 4.2. Peta Strategi Bank Indonesia Tahun 2014 xii 09 11 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 70 71 BAB I Ringkasan Eksekutif BAB I Ringkasan Eksekutif 1.1. Kinerja Perekonomian Perekonomian Indonesia menunjukkan perlambatan sebagai dampak dari pelemahan ekspor, di tengah permintaan domestik yang masih cukup kuat dan kinerja investasi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,72% (yoy). Kontraksi ekspor terutama berasal dari komoditas pertambangan antara lain karena melemahnya permintaan terutama dari Tiongkok, menurunnya harga, serta pengaruh temporer dari kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah. Sejalan dengan melambatnya perekonomian, Bank Indonesia merevisi pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2014 dari 5,5-5,9% menjadi 5,1 – 5,5%. Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, stabilitas makroekonomi tetap terjaga dan ditopang penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali. Kestabilan tersebut antara lain tercermin pada inflasi yang menurun, nilai tukar yang menguat, dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang membaik. Dari sisi harga, penurunan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) masih berlanjut bersumber dari kelompok volatile food yang mengalami deflasi karena membaiknya pasokan. Inflasi inti juga mengalami penurunan didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah. Sementara inflasi administered prices meningkat sejalan dengan adanya penyesuaian kebijakan harga oleh Pemerintah. Inflasi IHK triwulan I-2014 tercatat 1.41% (qtq) atau 7,32% (yoy), menurun dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,75% (qtq) atau 8,38% (yoy). Sejalan dengan tren penurunan tersebut, inflasi untuk keseluruhan tahun 2014 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5%±1%. NPI di triwulan laporan kembali mencatat surplus. Ditopang menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya aliran masuk modal asing, NPI surplus sebesar USD2,07 miliar. Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2014 tercatat 2,06% dari PDB, menurun dari defisit pada triwulan sebelumnya sebesar 2,12% dari PDB. Sementara itu, aliran masuk modal asing, baik dalam bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio, meningkat dipengaruhi sentimen positif terhadap fundamental perekonomian Indonesia yang membaik. Sejalan dengan kinerja NPI yang positif, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I-2014 meningkat menjadi sebesar USD102,6 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 5,6 bulan impor atau 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Fundamental ekonomi yang membaik dan diikuti penguatan kinerja NPI serta perbaikan persepsi risiko investor global terhadap Indonesia, mendorong penguatan nilai tukar rupiah. Secara point to point, nilai tukar rupiah pada triwulan I-2014 menguat sebesar 7,13% (qtq) dibandingkan dengan level pada akhir 2013 dan ditutup Rp11.360 per dolar AS. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kondisi sistem keuangan Indonesia terjaga stabil. Stabilnya sistem keuangan Indonesia diindikasikan oleh Indeks Stabilitas Sistem Keuangan yang berada pada level 0,96, membaik dibandingkan triwulan IV-2013 pada level 1,10. Kondisi tersebut ditopang oleh kinerja perbankan dan lnstitusi Keuangan Non Bank (IKNB) yang positif serta kondisi pasar keuangan Indonesia yang membaik. Fungsi intermediasi perbankan dan IKNB berjalan lancar dengan moderasi pada penyaluran kredit. Penyaluran kredit perbankan melambat seiring dengan perlambatan ekonomi. Meski demikian, risiko kredit dan risiko likuiditas tetap terjaga. Di pasar keuangan, sentimen positif terhadap kondisi perekonomian domestik dan membaiknya perekonomian AS dan 2 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB I Ringkasan Eksekutif Eropa mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan dan menurunkan yield Surat Berharga Negara. Kondisi ini sekaligus memberikan dampak positif terhadap terkendalinya risiko pasar di industri perbankan.Dari sisi sektor riil, kinerja korporasi menunjukan perlambatan sebagaimana dikonfirmasikan melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia. Namun, sektor korporasi tetap optimis dengan perkembangan ekonomi di triwulan II-2014. Di sektor Rumah Tangga, keyakinan konsumen tetap terjaga dipengaruhi oleh membaiknya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan. Terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tidak terlepas dari dukungan penyelenggaraan sistem pembayaran yang berlangsung dengan baik dan lancar. Hal ini tercermin dari kehandalan sistem pembayaran yang diselenggarakan Bank Indonesia dari ketersediaan sistem BI-RTGS sebagai setelmen dana, BI-SSSS sebagai setelmen surat berharga Pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI, yang mencapai 100%. Sementara kemampuan setelmennya mencapai 99,91%. Di samping itu, ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup juga mendukung kelancaran transaksi pembayaran selama triwulan laporan. Peningkatan kebutuhan uang kartal yang melonjak terutama dipengaruhi oleh faktor perayaan beberapa hari besar keagamaan dapat dipenuhi dengan baik. 1.2. Kebijakan yang Ditempuh pada Triwulan I-2014 Tetap kondusifnya situasi perekonomian dan terjaga stabilnya sistem keuangan selama triwulan I-2014 merupakan dampak dari berbagai respons kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia. Respons kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan untuk menjaga agar inflasi terkendali dan menjaga kesinambungan perekonomian. Untuk itu, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan guna meredam potensi risiko yang mempengaruhi keseimbangan ekonomi makro. Konsisten dengan tujuan tersebut, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya (BI Rate) pada level 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan ini dinilai masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap berada pada lintasan sasaran 4,5+1% pada 2014 dan 4,0+1% pada 2015, sekaligus menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga pergerakan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Hal ini didukung dengan upaya memperdalam pasar valas antara lain melalui peningkatan transaksi lindung nilai. Bank Indonesia menerbitkan petunjuk pelaksanaan transaksi swap lindung nilai kepada Bank Indonesia. Inisiasi Bank Indonesia dalam pembentukan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sebagai referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR. Pasar domestik dinilai kredibel sebagai referensi harga USD/IDR. Pengelolaan nilai tukar rupiah diimbangi pula dengan pengelolaan likuiditas. Bank Indonesia berupaya agar likuiditas di pasar tetap seimbang. Hal ini dilakukan melalui operasi moneter Bank Indonesia. Hasilnya, perbankan dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya dengan baik dan suku bunga Pasar Uang Antar Bank overnight bergerak stabil. Untuk meningkatkan pengendalian inflasi, Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah. Upaya ini dilakukan dalam kerangka kerjasama Tim Pengendalian Inflasi/Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPI/TPID). Pada triwulan I-2014, TPI Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 3 BAB I Ringkasan Eksekutif telah menyepakati program kerja tahun 2014 dan membahas usulan penetapan sasaran inflasi 2016-2018 yang akan menjadi acuan legal drafting Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Sementara itu, TPID sepanjang triwulan I-2014 terus aktif dalam pengendalian inflasi. Koordinasi antar TPID terus diperkuat di berbagai daerah. TPID di Jawa Timur membentuk Indonesia Network sebagai langkah awal penguatan produksi, distribusi, dan konektivitas antar wilayah dalam wadah TPID. Dari sisi kelembagaan, TPID terus berkembang. Pada triwulan I-2014, telah terbentuk 42 TPID baru sehingga secra keseluruhan TPID berjumlah 233 buah. Upaya untuk meminimalkan potensi gangguan likuiditas sistem keuangan juga dilakukan melalui kerjasama bank sentral. Sebagai tindak lanjut kesepakatan di 2013, pada triwulan I-2014, Bank Indonesia menandatangani kerjasama swap mata uang lokal IDR/KRW melalui Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan Bank of Korea. Pasar keuangan yang sehat, stabil, dan efisien akan memudahkan transmisi bauran kebijakan untuk mewujudkan stabilitas harga. Guna mewujudkan hal tersebut, Bank Indonesia melaksanakan program pendalaman pasar keuangan. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada triwulan I-2014 yakni memfasilitasi perluasan penggunaan kontrak standar dalam transaksi repo antar bank dalam bentuk Mini Master Repurchase Agreement (Mini MRA). Dengan adanya perluasan tersebut, jumlah bank yang menyepakati penggunaan Mini MRA dalam bertransaksi repo antar bank telah mencapai lebih dari 60 bank. Melalui implementasi Mini MRA yang merupakan kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan pada 2013, diharapkan mempermudah transaksi repo antar bank. Pada gilirannya akan mendukung pendalaman pasar uang rupiah. Pasca-beralihnya fungsi pengaturan dan pengawasan bank dari Bank Indonesia ke OJK pada akhir Desember 2013, Bank Indonesia memperkuat perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Hal ini dilakukan melalui fungsi pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Melalui kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berupaya mencegah dan mengurangi risiko sistemik yang mungkin timbul dan mengakibatkan gejolak di sistem keuangan Indonesia. Selain itu, kebijakan makroprudensial juga dimaksudkan untuk mendorong fungsi intermediasi yang seimbang bagi perekonomian, serta meningkatkan akses dan efisiensi sistem keuangan. Upaya ini dilakukan melalui tiga fungsi, yakni (i) systemic surveillance, (ii) menetapkan kebijakan makroprudensial, serta (iii) pengembangan pasar keuangan dan keuangan inklusif. Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Di bidang pengaturan, Bank Indonesia memfokuskan pada evaluasi penguatan terhadap beberapa ketentuan makroprudensial yang telah diterbitkan pada periode-periode sebelumnya. Selain untuk memastikan kesesuaian ketentuan dengan dinamika yang terjadi di industri keuangan, evaluasi ini juga dimaksudkan untuk memperkuat koordinasi dengan OJK. Selain itu, Bank Indonesia juga tengah mempersiapkan ketentuan mengenai pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Pengaturan ini menjabarkan kewenangan Bank Indonesia dalam pengaturan prudensial. Pengawasan makroprudensial dilakukan melalui kegiatan surveilans sistem keuangan. Pemantauan terhadap perbankan antara lain untuk mengetahui kondisi likuiditas dalam 4 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB I Ringkasan Eksekutif taraf aman dan berjalannya fungsi intermediasi. Pemantauan terhadap IKNB antara lain dilakukanguna memonitor keseimbangan struktur pembiayaan dan sumber dana. Dalam upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia juga secara intensif melakukan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait di bidang keuangan. Koordinasi tersebut dilakukan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Secara rutin dilakukan asesmen terhadap kondisi sistem keuangan terkini. Selain itu, di triwulan laporan juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan diantaranya penyelesaian Laporan Kegiatan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) tahun 2013, pembaruan SKB tentang Sekretariat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan, dan penyusunan draf Prosedur Operasional Komunikasi Publik. Selain melakukan koordinasi lintas instansi, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan OJK. Hal ini merupakan tindak lanjut dari Naskah Keputusan Bersama yang disepakati kedua instansi pada 18 Oktober 2013. Dalam peningkatan akses keuangan, Bank Indonesia melaksanakan berbagai program keuangan inklusif bekerjasama dengan pihak terkait untuk mendorong terpeliharanya stabilitas sistem keuangan. Pada triwulan I-2014, dilakukan berbagai kegiatan antara lain (i) program Tabunganku dan basic savings account, (ii) kampanye gerakan menabung, (iii) penyiapan revisi pengaturan layanan keuangan digital, (iv) pembahasan usulan skema bisnis model penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat, dan (v) penyiapan payung hukum Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Upaya penguatan sektor riil dan pemberdayaan UMKM selalu menjadi perhatian Bank Indonesia. Pada triwulan I-2014, dilakukan berbagai kegiatan antara lain pilot project pemeringkatan kredit UKM di Jawa Tengah, sosialisasi kajian sektor industri kreatif yang berdaya saing di Indonesia, dan pemetaan klaster komoditas pangan yang menjadi sumber inflasi per wilayah. Di bidang sistem pembayaran, kebijakan Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga agar sistem pembayaran terselenggara dengan aman, lancar, dan efisien. Beberapa kegiatan yang dilakukan merupakan kesinambungan dari kegiatan yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya. Diantaranya terkait dengan implementasi National Payment Gateway serta pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Next Generation. Selain aspek keamanan, kelancaran dan efisiensi, Bank Indonesia juga memberikan perhatian terhadap aspek perlindungan konsumen. Untuk itu, di triwulan laporan telah diterbitkan ketentuan mengenai perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran. Guna mendukung kelancaran transaksi tunai, kebijakan Bank Indonesia dalam pengelolaan uang diarahkan untuk memastikan ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya, distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang prima. Pada triwulan I-2014, telah dilakukan pencetakan uang sesuai perjanjian kerjasama dengan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia. Pemenuhan uang juga dilakukan dengan menjangkau daerah terpencil, pulau terluar, dan perbatasan. Upaya pemenuhan uang juga terus diimbangi dengan penanggulangan uang palsu. Bekerjasama dengan Kepolisian Republik Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang palsu. Selain itu, kegiatan sosialisasi dan edukasi publik mengenai ciri keaslian uang Rupiah dan cara penggunaan uang rupiah yang baik juga terus dilaksanakan. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 5 BAB I Ringkasan Eksekutif Untuk mendukung efektivitas kebijakan dan pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia senantiasa mengkomunikasikan kebijakannya kepada pemangku kepentingan. Selain itu, dilakukan pula kegiatan edukasi mengenai tugas kebanksentralan dan materi lainnya. Tidak hanya ditujukan kepada pemangku kepentingan domestik, komunikasi juga dilakukan kepada investor asing dan lembaga internasional lainnya. Terlaksananya tugas utama Bank Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dukungan pengelolaan organisasi dan sumber daya Bank Indonesia. Agar akuntabel dan transparan, Bank Indonesia melakukan pengelolaan dengan berlandaskan prinsip tata kelola organisasi yang baik. 6 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Penyesuaian ekonomi yang berlangsung pada triwulan I-2014 masih terkendali, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Stabilitas makroekonomi tetap terjaga, antara lain tercermin pada inflasi, nilai tukar, dan neraca pembayaran yang membaik. Inflasi terus menurun dan diperkirakan akan berada dalam kisaran targetnya. Sementara itu, Neraca Pembayaran Indonesia juga mencatat surplus yang cukup besar. Kondisi fundamental yang membaik tersebut berdampak pada nilai tukar rupiah yang cenderung bergerak stabil. Namun, pertumbuhan ekonomi melambat dipengaruhi ekspor riil yang mencatat kontraksi. BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran 2.1. Inflasi Penurunan inflasi masih terus berlanjut pada triwulan I-2014 sehingga diperkirakan dapat mendukung pencapaian target inflasi 2014 pada kisaran 4,5+1%. Respons kebijakan yang ditempuh secara konsisten oleh Bank Indonesia dan koordinasi dengan pemerintah cukup efektif untuk terus menurunkan tekanan inflasi pada triwulan I-2014. Inflasi pada triwulan I-2014 tercatat 1,41% (qtq) atau 7,32% (yoy), menurun secara tahunan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,75% (qtq) atau 8,38% (yoy) (Grafik 2.1). Penurunan inflasi secara tahunan terutama ditopang oleh kelompok volatile food dan inflasi inti. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi kelompok volatile food dan inflasi inti pada triwulan laporan tercatat lebih rendah. Sementara itu, inflasi pada kelompok administered price mengalami peningkatan (Grafik 2.2). 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 2,66 1,41 1,33 1,14 20 17,64 14 6,57 8 7,25 2 4,66 -4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 IHK Core Adm. Prices Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan Vol. Food -10 1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 CPI Core Administered Prices Volatile Food Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Pada triwulan I-2014, kelompok volatile food menjadi penyumbang terbesar deflasi seiring membaiknya pasokan sejumlah bahan makanan. Inflasi volatile food mencapai 2,66% (qtq) atau 7,25% (yoy), turun tajam dibanding triwulan IV-2013 yang sebesar -0,58 (qtq) atau 11,83% (yoy). Penurunan tersebut didukung pasokan yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya ketika terjadi kelangkaan beberapa komoditas hortikultura akibat pembatasan impor. Berdasarkan komoditas, penyumbang deflasi pada triwulan I-2014 adalah meningkatnya panen bawang merah dan cabai merah di akhir triwulan laporan, serta melimpahnya pasokan daging ayam dan telur ayam. Sementara itu, penyumbang tekanan inflasi berasal dari beras, cabai rawit, dan ikan segar. Inflasi yang meningkat pada triwulan I-2014 terjadi pada kelompok administered price. Inflasi administered prices di triwulan I-2014 sebesar 1,33% (qtq) atau 17.47% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV-2013 yang sebesar 1.40 (qtq) atau 16,65% (yoy). Inflasi administered prices disebabkan kenaikan harga LPG 12 kg di awal Januari 2014, kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun, dan implementasi kebijakan surcharge pada tarif angkutan udara. Dampak penerapan surcharge masih terbatas karena adanya persaingan tarif penerbangan yang menyebabkan belum semua maskapai menerapkan tarif surcharge tersebut. Inflasi inti pada triwulan I-2014 menurun didukung menguatnya nilai tukar rupiah, minimalnya tekanan permintaan, dan menurunnya ekspektasi inflasi. Inflasi inti tercatat sebesar 4,61% (yoy) menurun dibandingkan triwulan IV-2013 sebesar 4,98% (yoy). 8 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Penurunan tersebut didukung adanya tren perlambatan pada inflasi inti nontraded seiring dengan moderatnya tekanan permintaan domestik. Inflasi inti yang menurun juga didukung ekspektasi inflasi yang membaik. Hasil survey pedagang eceran maupun konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi tekanan harga untuk periode 3 maupun 6 bulan yang akan datang cenderung membaik, dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya. (Grafik 2.3 dan Grafik 2.4). Grafik 2.3 Ekspektasi Harga Pedagang Eceran Grafik 2.4 Ekspektasi Harga Konsumen Berdasarkan kawasan, deflasi terjadi di kawasan Jawa dan Sumatera yang merupakan sentra produksi bahan pangan (Gambar 2.1). Panen beras dan beberapa komoditas hortikultura yang berlangsung di Jawa Barat dan Jawa Tengah menyebabkan terjadinya deflasi yang cukup besar di kawasan Jawa. Berbagai daerah di Sumatera juga mencatat deflasi karena koreksi harga holtikultura dan melimpahnya produksi sayuran. Sebaliknya, Jakarta dan mayoritas wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih mencatat inflasi. Sebagai contoh, inflasi pada komoditas aneka cabai tercatat cukup tinggi di Gorontalo dan Maluku. 4.88 - 5.77 5.77 - 6.58 6.58 - 7.85 7.58 - 8.95 8.95 - 9.61 Gambar 2.1 Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan I 2014 (%, yoy) Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 9 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5%±1%. Realisasi inflasi yang terjaga tersebut tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah khususnya di tahun 2013. Selain itu, ekspektasi yang cenderung membaik dan harga komoditas internasional yang masih lemah diperkirakan akan menyebabkan pergerakan kelompok inflasi inti relatif terjaga. Inflasi inti yang terjaga juga ditopang berkurangnya kecenderungan pergerakan nilai tukar yang depresiatif. 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Indonesia pada triwulan I-2014 melambat. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi masih cukup tinggi yang disertai dengan pertumbuhan investasi yang membaik. Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,21% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV-2013 sebesar 5,72% (yoy). Melambatnya pertumbuhan terutama bersumber dari pelemahan ekspor, sementara permintaan domestik masih cukup kuat. Ekspor mengalami kontraksi sebesar 0,78% (yoy) akibat terhambatnya ekspor tambang mineral dan masih tertekannya ekspor batubara. Sementara ekspor manufaktur masih tumbuh solid sesuai tren perbaikan perekonomian dunia. Perlambatan juga terjadi pada konsumsi pemerintah. Konsumsi pemerintah triwulan I-2014 hanya tumbuh sebesar 3,58% (yoy) melambat dibanding triwulan IV-2013 sebesar 6,45% (yoy), akibat pergeseran penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) ke triwulan II-2014. Sementara konsumsi rumah tangga tumbuh menguat menjadi 5,61% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,25% (yoy). Hal ini terutama ditopang optimisme konsumen dan penyelenggaran pemilu legislatif. Secara keseluruhan, konsumsi pada triwulan I-2014 masih cukup tinggi. Seiring dengan konsumsi yang masih cukup tinggi, investasi meningkat menjadi 5,13% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 4,37% (yoy). Peningkatan tersebut terutama berasal dari investasi nonbangunan yang mengantisipasi potensi peningkatan permintaan ke depan dan utilisasi kapasitas yang tinggi. Namun, investasi bangunan tumbuh melambat merespons pengetatan kebijakan Loan to Value (LTV) dan kenaikan suku bunga. Sementara itu, impor tercatat mengalami kontraksi 0,66% (yoy). Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Komponen Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa PDB Sumber : BPS 2013 I II III IV 2013 2014 I 2014* 5,25,1 5,55,35,3 5,6 0,42,2 8,96,44,9 3,6 5,5 4,5 4,5 4,4 4,7 5,1 3,6 4,8 5,2 7,4 5,3 -0,8 0,0 0,7 5,1 -0,6 1,2 -0,7 6,05,8 5,65,75,8 5,2 5,1-5,5 6,2-6,6 4,8-5,2 1,5-1,9 0,5-0,9 5,1-5,5 2015* 5,3-5,7 5,4-5,8 5,3-5,7 5,1-5,5 4,9-5,3 5,4-5,8 * Proyeksi Bank Indonesia Secara spasial, perlambatan ekonomi triwulan I-2014 terutama bersumber dari kinerja KTI dan Jawa yang tumbuh melambat. Beberapa daerah di KTI seperti Kalimantan Timur, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Aceh bahkan tumbuh pada kisaran yang rendah yaitu 0,6% - 3,3% (Gambar 2.2). Perlambatan ekonomi di KTI dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor pertambangan, sementara perlambatan pertumbuhan 10 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran ekonomi di Jawa terutama bersumber dari kinerja sektor pertanian. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jakarta masih meningkat didorong oleh sektor perdagangan dan sektor pengangkutan antara lain terkait penyelenggaraan Pemilu. Untuk keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 5.1%-5.5%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5.5%-5.9%. Revisi pertumbuhan ekonomi pada 2014 banyak dipengaruhi oleh komponen ekspor tambang. Ke depan, perlu diupayakan langkah-langkah untuk melakukan diversifikasi komoditas ekspor yang lebih berdaya saing. gPDRB > 7% 6% < gPDRB < 7% 5% < gPDRB < 6% 4% < gPDRB < 5% gPDRB < 4% Gambar 2.2 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan I-2014 2.3. Neraca Pembayaran Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2014 kembali membaik dipengaruhi permintaan domestik yang terkendali dan stabilitas ekonomi yang semakin kuat. NPI triwulan I-2014 mencatat surplus sebesar 2,07 miliar dolar AS, ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya aliran masuk modal asing. Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2014 tercatat 2,06% dari PDB, menurun dari defisit pada triwulan IV-2013 sebesar 2,12% dari PDB (Grafik 2.5). Sementara itu, aliran masuk modal asing meningkat seiring dengan persepsi positif investor terhadap perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. Peningkatan Grafik 2.5 Neraca Pembayaran Indonesia aliran modal asing ini berkontribusi pada surplus transaksi modal dan finansial sebesar 7,83 miliar dolar AS. Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan I-2014 mencatat surplus, ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya aliran masuk modal asing. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 11 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Perbaikan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi impor yang terkontraksi, sejalan dengan moderasi pertumbuhan ekonomi. Impor nonmigas terkontraksi 5,5% (yoy) antara lain dipengaruhi menurunnya impor bahan baku dan barang modal (Grafik 2.6). Selain itu, impor migas juga terkontraksi lebih dalam sebesar 8,6% (yoy) mengikuti pola konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih rendah di awal tahun. Namun, perbaikan sektor eksternal tertahan karena ekspor juga mengalami kontraksi. Ekspor nonmigas tumbuh negatif (-0,2%) karena melemahnya permintaan global terutama Tiongkok, penurunan harga komoditas global, dan pengaruh temporer kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah. Ekspor migas juga tumbuh negatif (-8,8%) seiring dengan turunnya produksi minyak. Perkembangan tersebut secara keseluruhan mengakibatkan surplus neraca perdagangan barang triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan IV-2013 (Grafik 2.7). 12,00 7,00 2,00 -3,00 -8,00 -13,00 Grafik 2.6 Impor Non Migas Q1 Q2 Q3 Neraca Nonmigas Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Neraca Migas Q2 Q3 Q4 Q1** Neraca Perdagangan * angka sementara ** angka sangat sementara Grafik 2.7 Neraca Perdagangan Defisit transaksi berjalan yang lebih rendah juga dipengaruhi defisit neraca jasa yang menurun. Neraca jasa mencatat defisit yang lebih rendah pada triwulan laporan sebesar 2,2 miliar dolar AS dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,1 miliar dolar AS. Hal itu disebabkan oleh menurunnya jasa pembayaran pengangkutan (freight) sejalan dengan impor yang turun cukup dalam, dan meningkatnya surplus jasa perjalanan (travel) sesuai dengan pola musimannya. Perkembangan pada sisi transaksi modal dan finansial tetap solid ditopang masih kuatnya aliran masuk modal asing. Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio pada triwulan I-2014 meningkat. Peningkatan tersebut didorong oleh positifnya persepsi investor terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio asing meningkat tajam dari 1,63 miliar dolar AS pada triwulan IV-2013 menjadi 8,51 miliar dolar AS pada triwulan laporan. Peningkatan tersebut ditopang oleh meningkatnya neto beli asing pada instrumen portofolio berdenominasi rupiah (saham dan SUN). Penerbitan global bond pemerintah senilai 4,00 miliar dolar AS juga mendorong peningkatan investasi portfolio. 12 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Sementara itu, investasi langsung asing di Indonesia (PMA-Penanaman Modal Asing) tercatat stabil dari triwulan sebelumnya sebesar 4,53 miliar dolar AS. Namun, secara neto transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya (Grafik 2.8). Hal ini dikarenakan investasi lainnya mencatat defisit yang disebabkan oleh meningkatnya penempatan simpanan swasta domestik di luar negeri. Dengan perkembangan positif pada NPI tersebut, cadangan devisa Indonesia berada dalam tren meningkat. Pada Maret 2014, cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai 102,6 miliar dolar AS, meningkat dari triwulan IV-2013 sebesar 99,4 miliar dolar AS. Level cadangan devisa tersebut setara dengan 5,6 bulan impor atau 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor (Grafik 2.9). Grafik 2.8 Neraca Transaksi Modal dan Finansial ­ Grafik 2.9 Perkembangan Cadangan Devisa Prospek NPI diperkirakan membaik pada 2014. Hal ini didukung oleh defisit transaksi berjalan yang menurun di bawah 3,0% dari PDB, lebih rendah dibanding tahun 2013 yang sebesar 3,33%. Penurunan defisit transaksi berjalan ini terutama didukung oleh pemulihan ekonomi global. Selain itu, penurunan defisit transaksi berjalan juga didukung oleh berbagai upaya yang ditempuh pemerintah dalam membatasi impor, antara lain melalui peningkatan penggunaan biodiesel dan peningkatan pajak untuk barang impor. Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran modal asing diperkirakan masih meningkat untuk keseluruhan tahun 2014. Optimisme ini didukung oleh bauran kebijakan yang difokuskan pada stabilisasi makroekonomi, defisit transaksi berjalan yang menurun, dan kondisi pasar finansial global yang semakin membaik. Terus membaiknya kondisi pembiayaan eksternal tersebut akan menopang pemulihan keseimbangan neraca pembayaran Indonesia. 2.4. Nilai Tukar Rupiah Seiring dengan perbaikan fundamental ekonomi domestik dan membaiknya persepsi risiko investor global terhadap Indonesia, nilai tukar rupiah secara point-to-point mengalami penguatan pada triwulan I-2014. Rupiah menguat 7,13% dibandingkan dengan level pada akhir 2013 dan ditutup pada level Rp11.360 per dolar AS pada akhir triwulan I-2014 Perkembangan nilai tukar rupiah selama triwulan I-2014 secara umum membaik. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 13 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran (Grafik 2.10). Penguatan tersebut terutama terjadi sejak Februari 2014 sejalan dengan meningkatnya aliran masuk modal asing. Penguatan rupiah juga diikuti dengan volatilitas nilai tukar yang menurun. Pada triwulan I-2014, volatilitas nilai tukar secara triwulanan menurun dari 15,3% pada triwulan sebelumnya menjadi 11,5% pada triwulan I-2014. Tingkat volatilitas tersebut relatif sejalan dengan volatilitas pada sebagian negara emerging lainnya, seperti Turki, Brazil, dan Afrika Selatan (Grafik 2.11). Grafik 2.10 Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.11 Volatilitas Nilai Tukar di Kawasan Penguatan nilai tukar rupiah pada triwulan I-2014 utamanya dipengaruhi oleh sentimen positif dari persepsi pelaku pasar terhadap perbaikan data fundamental perekonomian domestik. Hal ini tercermin dari meredanya laju tekanan inflasi dan meningkatnya cadangan devisa. Pergerakan rupiah tersebut relatif sejalan dengan pergerakan mata uang negara lain di kawasan (Grafik 2.12). Q1-2014 vs Q4-2013 EUR INR CNY KRW IDR SGD Grafik 2.12 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Mata Uang Regional Triwulan I-2014 14 THB JPY MYR PHP Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 % Grafik 2.13 Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Sejalan dengan optimisme terhadap perbaikan kondisi fundamental ekonomi, persepsi risiko investor asing terhadap nilai tukar rupiah cenderung mengalami perbaikan. Kondisi yang sama turut dialami oleh negara kawasan lainnya yang tercermin dari indikator risiko Credit Default Swap (CDS) yang cenderung menurun (Grafik 2.13). 2.5. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Valas Seiring dengan tidak berubahnya stance kebijakan Bank Indonesia yang tercermin dari suku bunga BI Rate dan suku bunga Deposit Facility (DF) yang tetap selama triwulan I-2014, rata-rata harian suku bunga PUAB tenor overnight (O/N) relatif stabil di kisaran 5,88%. Rata-rata harian PUAB O/N tersebut naik tipis sebesar 5 bps dari triwulan sebelumnya sebesar 5,83%. Suku bunga PUAB O/N yang meningkat tipis tersebut terutama seiring dengan meningkatnya penggunaan likuiditas untuk pajak serta setelmen Surat Berharga Negara (SBN) dan Sukuk ritel pada Maret 2014. Kebutuhan tersebut diimbangi oleh adanya peningkatan aliran masuk uang kartal pasca-penarikan kartal oleh masyarakat menghadapi perayaan hari besar keagamaan dan Tahun Baru selama triwulan I-2014. Rata-rata harian suku bunga PUAB tenor 1 minggu dan tenor 1 bulan meningkat masingmasing sebesar 15 bps dan 57 bps menjadi 6,51% dan 8,06%. Pergerakan suku bunga PUAB tersebut juga seiring dengan pergerakan kuotasi perbankan yang tercermin pada Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR), yang merupakan suku bunga indikasi penawaran tingkat bunga antar bank. Rata-rata harian JIBOR O/N naik tipis selama triwulan I-2014 sebesar 3 bps, yaitu dari 5,85% menjadi 5,88%. Dari sisi volume transaksi, rata-rata harian volume transaksi PUAB pada triwulan I-2014 menurun sebesar 3% dibandingkan triwulan sebelumnya, atau menurun dari Rp10,57 triliun Grafik 2.14 Suku Bunga PUAB dan BI Rate Grafik 2.15 Volume Transaksi PUAB Pergerakan suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter stabil, sejalan dengan perbaikan kondisi likuiditas harian perbankan. Grafik 2.16 Jumlah Bank Pelaku PUAB Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 15 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran menjadi Rp10,23 triliun. Penurunan volume transaksi tersebut terutama terjadi pada tenor di atas 1 minggu. Di sisi lain, frekuensi transaksi PUAB selama triwulan I-2014 meningkat menjadi 147 transaksi/hari dan jumlah bank pelaku sebesar 70 bank/hari (pada periode sebelumnya terdapat 143 transaksi/hari dengan pelaku sebesar 67 bank/hari). Secara umum, volume transaksi pasar valas domestik cenderung meningkat. Pada triwulan I-2014, total volume transaksi valas domestik tercatat sebesar USD174,03 miliar atau meningkat 15,16% dibandingkan triwulan IV-2013 yang totalnya sebesar USD151,12 miliar. Dari sisi komposisi, transaksi di pasar valas domestik tersebut didominasi oleh transaksi spot (72%), sementara komposisi transaksi swap dan forward masing-masing tercatat sebesar 23% dan 5%. Pertumbuhan transaksi spot juga merupakan yang terbesar dibandingkan transaksi lainnya. Pada triwulan I-2014, total volume transaksi spot naik 18,14% dari USD106,14 miliar menjadi USD125,39 miliar. Sementara itu, transaksi swap meningkat 13,20% dari USD34,63 miliar menjadi USD39,20 miliar. Sebaliknya, aktivitas transaksi forward pada periode laporan mengalami penurunan sebesar 8,77% dari USD10,34 miliar menjadi USD 9,44 miliar. 250.000 200.000 50.000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber: LHBU Bank Indonesia Grafik 2.17 Perkembangan Volume Transaksi Valas Domestik 16 100.000 Stabilitas sistem keuangan masih terjaga. Hal ini tercermin dari Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) yang berada pada level 0,96 membaik dari sebelumnya level 1,10. 150.000 0 Grafik 2.18 Perkembangan Komposisi Transaksi Valas Domestik 2.6. Perkembangan Sistem Keuangan 2.6.1. Perkembangan Pasar Keuangan Pasar keuangan Indonesia pada triwulan I-2014 menunjukkan penguatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut antara lain membaiknya defisit transaksi berjalan, stabilnya inflasi, ekspektasi naiknya Produk Domestik Bruto, dan penyelenggaraan pemilihan umum legislatif yang berjalan lancar. Selain faktor domestik, penguatan juga didorong faktor eksternal. Membaiknya ekonomi AS dan Eropa, serta masih melimpahnya likuiditas global mendorong masuknya arus dana ke negara emerging markets. Menguatnya pasar keuangan Indonesia diikuti dengan menurunnya yield Surat Berharga Negara (SBN) (Grafik 2.19). Yield SBN tenor pendek (1-5 tahun) turun 51,03bps, tenor menengah (6 -10 tahun) turun 37,88 bps, dan tenor panjang (11-30 tahun) turun 42,78 bps. Risiko pergerakan harga SBN juga menurun seiring dengan turunnya volatilitas yield SBN (Grafik 2.20). Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Grafik 2.19 Yield Obligasi Negara Grafik 2.20 Volatilitas Yield 20 Hari Menurunnya yield dan volatilitas SBN terjadi seiring dengan tingginya inflow asing ke pasar SBN (Grafik 2.21). Pada triwulan I-2014, tercatat investor asing masuk sebesar Rp37,3 triliun ke pasar SBN. Tingginya minat asing terhadap SBN terlihat dari tingginya pertumbuhan kepemilikan yakni sebesar 11,4% (qtq) atau mencapai 28,5% (yoy). Di pasar saham, sentimen positif mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan jumlah transaksi harian di bursa. IHSG pada triwulan I-2014 menguat sebesar 11,6% ke level 4768,3 mendekati titik tertinggi pada akhir Mei 2013 di level 5068,3. Sementara itu, rata-rata transaksi harian pada triwulan laporan tercatat mencapai Rp5,94 triliun, naik sebesar Rp0,98 triliun dibandingkan triwulan IV-2013 (Grafik 2.22). Grafik 2.21 Perkembangan & Net Flow Asing di IHSG Grafik 2.22 Perkembangan & Nilai Rata-rata Perdagangan Harian IHSG Risiko di pasar saham terpantau rendah, tercermin dari volatilitas IHSG yang lebih rendah dibandingkan periode krisis di pertengahan 2013 (Grafik 2.23). Rata-rata volatilitas IHSG di triwulan I-2014 tercatat sebesar 18,7% lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang mencapai 25,9%. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 17 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Grafik 2.23 Perkembangan & Volatiltas IHSG Pasar saham Indonesia mencatat kenaikan terbesar secara triwulanan dibandingkan negara Asia lainnya, yaitu sebesar 11,56%. Pelemahan masih terjadi di pasar saham Asia yang lebih maju seperti Jepang, Hong Kong, Tiongkok, dan Korea Selatan (Tabel 2.2). Negara-negara seperti Indonesia, Thailand, India, dan Filipina adalah beberapa negara yang terkena dampak terbesar dari isu krisis current account Asia pada pertengahan 2013 dan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia sebesar USD 414,32 miliar, mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar USD 72,8 Miliar (21,3%). Namun, kapitalisasi pasar saham Indonesia relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan bursa negara-negara di regional. Tabel 2.2 Perkembangan Indeks Saham Regional Regional Market Indiccs 1 Indonesia (IHSG) 2 Jepang (Nikkei) 3 Hongkong (HSI) 4 China (Shanghai) 5 Korea Selatan (Kospi) 6 Singapura (STI) 7 malaysia (KLCI) 8 Thailand (SET) 9 Australia (AS30) 10 Filipina (PSEi) 11 India (Sensex) 12 China (Shenzhen) Mar-2013 Grafik 2.24 Perkembangan Industri Reksadana 18 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 Mar-2013 Perubahan QTQ (%) 4.940,994.274,184.768,28 12.397,9116.291,3114.827,83 22.299,6323.306,3922.151,06 2.236,622.115,982.033,31 2.004,89 2.011,34 1.985,61 3.308,103.167,433.188,62 1.671,631.866,961.849,21 1.561,061.298,711.376,26 4.979,875.353,085.402,99 6.847,475.889,836.428,71 18.835,7721.170,6822.386,27 927,89 1.057,67 1.039,88 Des-2013 Perubahan YoY (%) 11,56 (3,50) (8,98)19,60 (4,96) (0,67) (3,91) (9,09) (1.28) (0.96) 0.67 (3.61) (0,95)10,62 5,97 (11,84) 0,93 8,50 9,15 (6,12) 5,74 18,85 (1,68)12,07 Membaiknya kinerja pasar keuangan Indonesia juga berdampak positif terhadap kinerja reksadana (Grafik 2.24). Net Aktiva Bersih (NAB) reksadana pada triwulan I-2014 tercatat meningkat 7,15% dibandingkan triwulan IV-2013. Kenaikan NAB juga ditopang dengan bertambahnya jumlah produk reksadana dan unit penyertaan yang beredar dipasaran. Pada triwulan I-2014, jumlah produk reksadana naik sebesar 0,13% sementara unit penyertaan naik 1,75%. BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran 2.6.2. Perkembangan Industri Perbankan 2.6.2.1. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan Sejalan dengan perlambatan ekonomi, perbankan telah melakukan penyesuaian ekspansi kredit sehingga pertumbuhan kredit baik secara triwulan maupun tahunan cenderung melambat. Selama triwulan I-2014, kredit perbankan tumbuh 0,4% (qtq) sehingga menjadi Rp3.306,9 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 2,23% (qtq). Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Investasi (KI) mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK). KI pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 2,0% dibandingkan triwulan-IV-2013 diikuti dengan pertumbuhan KK sebesar 1,2%. Sementara pertumbuhan KMK pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 0,8% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan adanya penyesuaian yang dilakukan korporasi akibat pelemahan nilai tukar dan perlambatan ekonomi. Secara sektoral, pada triwulan I-2014, pertumbuhan kredit berasal dari sektor Listrik (12,6 %), Pertanian (2,9%) dan sektor perdagangan (1,4%). Sejalan dengan perlambatan ekonomi, perbankan telah melakukan penyesuaian ekspansi kredit sehingga pertumbuhan kredit baik secara triwulan maupun tahunan cenderung melambat. Sejalan dengan masih belum pulihnya perekonomian domestik dan kenaikan suku bunga kredit, risiko kredit industri perbankan mulai menunjukkan peningkatan dalam level yang rendah. Kondisi ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross industri perbankan yang sedikit meningkat dari 1,77% pada triwulan IV-2013 menjadi 2,00% di triwulan laporan (Grafik 2.25). Peningkatan NPL gross yang masih terbatas tersebut terkait upaya perbankan dalam meningkatkan manajemen risiko perbankan dan menyesuaikan target pertumbuhan kredit sehingga dapat memitigasi potensi risiko kredit yang lebih besar. Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan risiko kredit terjadi pada kredit produktif (Kredit Modal Kerja/KMK dan Kredit Investasi/KI) maupun kredit konsumsi (KK). Dibanding triwulan sebelumnya, rasio NPL gross KMK pada triwulan laporan meningkat dari 1,98% menjadi 2,36%. Sementara rasio NPL gross KI naik dari 1,71% menjadi 1,86%, dan rasio NPL gross KK dari 1,45% menjadi 1,49% (Grafik 2.26). Peningkatan rasio NPL gross KMK terutama terjadi di sektor perdagangan dan industri, Hal ini disebabkan perlambatan ekonomi dunia yang berdampak pada penurunan harga komoditas serta pelemahan nilai tukar selama semester II-2013. Grafik 2.25 Rasio Non Performing Loan Grafik 2.26 Rasio NPL Gross per Jenis Penggunaan Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 19 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran ­ ­ Grafik 2.27 Rasio NPL Gross per Sektor Ekonomi Pertumbuhan DPK industri perbankan cenderung melambat, sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik dan pola kontraksi keuangan pemerintah pada awal tahun. Berdasarkan sektor ekonomi, kenaikan risiko kredit terjadi pada seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor Jasa Dunia Usaha, dengan level yang bervariasi (Grafik 2.27). Peningkatan rasio NPL gross yang berpengaruh signifikan terhadap risiko kredit perbankan terutama berasal dari sektor perdagangan, industri, angkutan, dan pertambangan. Untuk mengatasi peningkatan risiko kredit ke depan, Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan OJK dalam memantau risiko kredit perbankan sehingga tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan. 2.6.2.2. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri Perbankan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan cenderung melambat, sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik dan pola kontraksi keuangan pemerintah pada awal tahun. Pada triwulan I-2014, DPK industri perbankan tumbuh 11,56% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan IV-2013 yang mencapai 13,60% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK terjadi pada seluruh komponen DPK, terutama pada Giro dan Tabungan (Grafik 2.28). ­ ­­­ Grafik 2.28 Pertumbuhan DPK (yoy) ­­ Pada triwulan laporan Giro tumbuh melambat dari 10,39% menjadi 7,28% dan tabungan dari 12,62% menjadi 10,36%. Pertumbuhan deposito juga mengalamai perlambatan dari 16,16% menjadi 14,67%. Adanya penyesuaian suku bunga deposito 1 bulan yang cukup tinggi dibanding triwulan I-2013 yakni mencapai 2,48%, menyebabkan tertahannya perlambatan deposito. Kenaikan suku bunga tersebut juga menyebabkan pergeseran sebagian dana giro dan tabungan ke komponen deposito. Hal ini tercermin dari peningkatan pangsa deposito terhadap total DPK dari 43,79% pada triwulan IV-2013 menjadi 45,69% pada akhir triwulan I-2014, sementara pangsa Giro dan Tabungan justru turun dari 56,21% menjadi 54,31%. Seiring dengan melambatnya DPK, likuiditas perbankan mengalami penurunan namun relatif masih memadai. Alat likuid secara total menurun dari Rp348,8 trilliun pada Desember 2013 menjadi Rp311,1 trilliun pada Maret 2014 (Grafik 2.29). Dengan kondisi pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan DPK, mendorong perbankan melakukan pencairan alat likuid untuk membiayai ekspansi kredit. Namun demikian, risiko likuiditas perbankan masih terjaga sebagaimana tercermin pada rasio Alat Likuid (AL)1 terhadap Non-Core Deposit (NCD)2 industri yang masih jauh di atas threshold (50%) (Grafik 2.30). 1 2 20 Alat Likuid terdiiri dari Kas, Penempatan pada BI, Giro Wajib Minimum, dan excess reserve. Non Core Deposit mencakup 30% Giro + 30% Tabungan + 10% Deposito. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran ­ ­ ­ Grafik 2.29 Komposisi Alat Likuid Perbankan Grafik 2.30 Alat Likuid dan Non-Core Deposit (NCD) 2.6.2.3. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar Suku bunga perbankan pada triwulan I-2014 masih dalam tren kenaikan, merespons perkembangan kondisi perekonomian terkini dan pengetatan pada kebijakan moneter. Kenaikan terjadi baik pada suku bunga simpanan mapun pada suku bunga pinjaman. Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada triwulan laporan meningkat 7 bps dari triwulan sebelumnya menjadi 7,99%. Peningkatan suku bunga simpanan tersebut diikuti dengan kenaikan pada suku bunga kredit. Rata-rata suku bunga kredit selama triwulan I-2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, naik 18 bps menjadi 12,51%. Adapun suku bunga kredit KMK dan KI pada akhir triwulan I-2014 masing-masing naik sebesar 24 bps dan 17 bps. Suku bunga perbankan pada triwulan I-2014 masih dalam tren kenaikan. Pada triwulan laporan, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)3 pada semua segmen, kecuali segmen korporasi mengalami peningkatan. Segmen kredit konsumsi non KPR mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan segmen kredit lainnya, yaitu sebesar 37 bps. Sementara SBDK segmen konsumsi KPR meningkat sebesar 30 bps, retail sebesar 17 bps, sedangkan korporasi mengalami penurunan sebesar 5 bps (Tabel 2.3). Tabel 2.3 Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%) Seluruh Sample Segmen Kredit Korporasi Retail KPR Non KPR 3 2011 2012 2013 2014 MarJun Sep DesMar JunSep Des Mar JunSep DesMar qtq Mar 13 - Mar 11 Mar 14 Mar 14 10,5110,7210,51 10,189,86 9,819,759,699,53 9,6510,0810,6410,59(0,05)1,060,08 11,80 11,9112,04 11,6111,2311,0811,0311,1410,9111,0311,2811,7211,890,17 0,98 009 11,16 11,3811,04 10,7110,6110,5010,4510,4110,3310,3710,6310,8311,130,30 0,80(0,03) 11,56 11,8611,88 11,5111,0510,9910,6710,6510,6210,5911,0611,5511,920,37 1,30 0,36 Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 Tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate). Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 21 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran 2.6.3. Perkembangan Institusi Keuangan Non Bank Kinerja Perusahaan Pembiayaan menunjukkan perlambatan seiring dengan melambatnya penyaluran kredit perbankan dan pembiayaan melalui pasar modal. Seiring dengan melambatnya penyaluran kredit perbankan dan pembiayaan melalui pasar modal, kinerja Perusahaan Pembiayaan (PP) pada triwulan I-2014 juga menunjukkan perlambatan. Perlambatan kinerja tersebut terlihat dari pertumbuhan aset sebesar 0,42%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,26%. Jumlah pembiayaan di triwulan laporan juga melambat dengan pertambahan sebesar 4,41 triliun, turun dibanding triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 8,39 triliun (Tabel 2.4). Tabel 2.4 Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Triliun Rp Keterangan A. Kredit Perbankan B. Pembiayaan Non Bank B1. Pasar Modal - IPO dan Right Issue Saham - Obligasi Korporasi B2. Perusahaan Pembiayaan TOTAL 20112012 2013 Q1 Q2 Q3 Q4 2014 2013 Jan Feb Mar Q1 434,25 507,77 60,51 190,75 188,08 145,67 585,01 -34,45 9,40 39,08 14,02 246,61174,24 28,7354,2935,0737,96156,075,11 2,8713,2721,26 187,66 117,67 17,94 46,32 16,25 33,59 114,09 2,22 2,75 11,88 16,85 61,73 28,22 3,31 27,50 4,28 22,97 58,06 2,22 0,00 6,41 8,63 125,93 89,45 14,63 18,82 11,98 10,62 56,04 0,00 2,75 5,47 8,22 58,95 56,57 10,80 7,98 18,82 8,39 45,98 2,89 0,12 1,40 4,41 680,86 682,01 89,24245,05223,16183,63 741,08-29,34 12,27 52,35 35,28 Berdasarkan jenis usaha, perlambatan pembiayaan terutama terjadi pada jenis Pembiayaan Sewa Guna Usaha, khususnya pada perusahaan pembiayaan yang menyediakan jasa leasing pembangkit listrik, mesin, dan alat berat. Sementara itu, jenis Pembiayaan Konsumen yang memiliki pangsa terbesar sudah melambat sejak pertengahan 2011, sehubungan dengan diterbitkannya ketentuan minimum down payment untuk pembiayaan kendaraan bermotor. Perlambatan pembiayaan PP juga berdampak pada melambatnya pendanaan PP baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Melambatnya pembiayaan oleh PP diikuti dengan terjaganya risiko pembiayaan. Non Performing Financing (NPF) pada triwulan I-2014 turun menjadi 0,74% dari 1,09% pada triwulan IV-2013. Grafik 2.31 Rasio Non Performing Finance (NPF) Perusahaan Pembiayaan (PP) 4 22 Di sektor asuransi, kinerja pada triwulan III20134 menunjukkan peningkatan. Total aset industri asuransi meningkat sebesar Rp46,71 triliun atau tumbuh 8,20% dari posisi akhir 2012. Investasi juga mengalami peningkatan sebesar 1,56% atau Rp7,76 triliun (Grafik 2.32). Sementara itu, rasio Klaim Bruto terhadap Premi Bruto pada triwulan III-2013 menurun dari akhir tahun sebelumnya, yaitu dari 62,10% menjadi 57,01%. Penurunan tersebut mengindikasikan adanya perbaikan efisiensi industri asuransi (Grafik 2.33). Posisi data terakhir yang diperoleh dari otoritas terkait adalah triwulan III-2013. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran ­­ Grafik 2.32 Aset dan Investasi Industri Asuransi Grafik 2.33 Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi 2.6.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga) 2.6.4.1. Kinerja Sektor Korporasi Kegiatan usaha selama triwulan I-2014 tumbuh moderat. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mengonfirmasikan pandangan responden terhadap kegiatan usaha yang dinilai lebih lambat dibandingkan triwulan IV-2013. Pandangan ini terefleksikan dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada triwulan laporan yang sebesar 2,11%, lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang mencapai 12,61%. Perlambatan kegiatan usaha disumbang oleh kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan. Meski dinilai melambat pada triwulan I-2014, responden dunia usaha menaruh optimisme peningkatan kegiatan perekonomian di triwulan II-2014. Hal ini diindikasikan dari kenaikan SBT ekspektasi kegiatan dunia usaha yang mencapai 27,27% (Grafik 2.34). Optimisme tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman serta peningkatan aktivitas ekonomi sehubungan dengan bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Seluruh sektor diperkirakan ­­ ­ Grafik 2.34 Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Dunia Usaha Kegiatan usaha selama triwulan I-2014 tumbuh moderat, disumbang oleh kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Grafik 2.35 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 23 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran meningkat terutama sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan sektor korporasi yang moderat juga dikonfirmasikan dari data penyaluran kredit perbankan. Pangsa kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor korporasi per Maret 2014 mencapai 53,23% dari total kredit perbankan. Meski meningkat dibandingkan dengan posisi akhir 2013 (53,105), pangsa kredit korporasi tersebut lebih rendah dibanding posisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 51,43%. Penurunan ini sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit perbankan. 2.6.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga Konsumsi Rumah Tangga Indonesia meningkat, dipengaruhi membaiknya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan Konsumsi Rumah Tangga (RT) Indonesia meningkat, dipengaruhi membaiknya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan, baik ekspektasi terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan pekerjaan, maupun kegiatan usaha. Survei konsumen Bank Indonesia menunjukkan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2014 dibanding bulan sebelumnya maupun periode yang sama dari tahun sebelumnya (Grafik 2.36). Terkendalinya harga dalam beberapa bulan terakhir merupakan faktor yang menopang optimisme konsumen. Kredit perbankan ke sektor RT pada triwulan I-2014 mencapai Rp699,32 triliun atau tumbuh 11,96% (yoy). Namun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 39,70%, pertumbuhan kredit RT tersebut menunjukkan perlambatan. Dari sisi penggunaannya, pangsa kredit RT masih didominasi oleh kredit yang bertujuan untuk kredit Perumahan (44,16%) dan kredit Multiguna (36,10%). Selanjutnya, dominasi kredit RT oleh kredit Kendaraan Bermotor (15,46%), kredit RT lainnya (4,05%), dan kredit Peralatan RT (0,23%) (Grafik 2.37). Perlambatan kredit RT diiringi dengan berkurangnya risiko kredit sektor RT. Pengurangan risiko ditandai dengan menurunnya rasio NPL gross dari 1,61% pada triwulan IV-2013 menjadi 1,59% pada triwulan I-2014. Rasio NPL gross seluruh jenis penggunaan kredit sektor RT masih terkendali di bawah 5%. RT Lainnya 4,05% Multiguna 36,10% Perumahan 44,16% Kendaraan 15,46% ­ Peralatan RT 0,23% ­ Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) ­ ­ Grafik 2.36 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 24 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 Grafik 2.37 Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya per Maret 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran 2.7. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada triwulan I-2014, penyaluran kredit UMKM Bank Umum mencapai Rp619,4 triliun, tumbuh 17,0% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013 sebesar 15,7% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit UMKM menunjukkan perlambatan yaitu 1,7% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2013 (3,3%, qtq), namun masih lebih tinggi bila dibandingkan triwulan I-2013 (0,6%, qtq). Perlambatan pertumbuhan kredit secara triwulanan terjadi di skala usaha mikro dan usaha kecil, sedangkan untuk usaha menengah mengalami peningkatan pertumbuhan. Ditinjau dari sektor ekonominya, perlambatan pertumbuhan kredit UMKM terutama terjadi pada sektor Pertanian, Konstruksi, Listrik, Gas, dan Air. Dari sisi kualitas, di tengah kondisi perekonomian yang sedang menurun, kinerja kredit UMKM mengalami penurunan pada triwulan I-2014. Rasio NPL gross mencapai 3,66% dibandingkan akhir triwulan IV-2013 (3,21%) (Grafik 2.38). Laju perekonomian yang melambat, diindikasikan menyebabkan penurunan pendapatan UMKM sehingga mempengaruhi kemampuan bayar debitur UMKM. Penyaluran kredit UMKM Bank Umum pada triwulan I-2014 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV2013. Tabel 2.5 Baki Debet Kredit UMKM Triliun Rp Kredit UMKM Kredit UMKM Kredit Non UMKM Kredit Perbankan Baki Debet Des’13 Mar ‘14 Pangsa Des’13 Mar ‘14 Growth (yoy) Des’13 Mar ‘14 Growth (qtq) Des’13 Mar ‘14 NPL Des’13 Mar ‘14 608,8619,4 19,4%19,6%15,7%17,0%3,3% 1,7% 3,21%3,66% 2.537,3 2.539,280,6%80,4%23,2%20,6%4,8% 0,1% 1,35%1,48% 3.146,1 3.158,6 100,0% 100,0% 21,7% 19,9% 4,5% 0,4% 1,71% 1,91% Klasifikasi Usaha Kredit Usaha Mikro Kredit Usaha Kecil Kredit Usaha Menengah 608,8 619,4 100,0% 100,0% 15,7% 17,0% 3,3% 1,7% 3,21% 3,66% 118,9122,5 19,5%19,8%22,3%23,3%4,0% 3,0% 2,46%2,87% 186,4186,5 30,6%30,1%13,5%16,1%4,2% 0,0% 4,48%4,93% 303,6310,5 49,6%50,1%14,6%15,2%2,5% 2,3% 2,72%3,20% Jenis Penggunaan Kredit Modal Kerja Investasi Kredit Konsumsi 608,8 619,4 100,0% 100,0% 15,7% 17,0% 3,3% 1,7% 3,21% 3,66% 444,0449,3 72,9%72,5%10,2%10,4%3,3% 1,2% 3,30%3,78% 164,8170,1 27,1%27,5%33,6%38,8%3,2% 3,2% 2,95%3,31% ---------- Sektor Ekonomi 608,8 619,4 100,0% 100,0% 15,7% 17,0% 3,3% 1,7% 3,21% 3,66% Pertanian dan Kehutanan 48,2 49,4 7,9% 8,0% 18,4% 13,3% 7,1% 2,4% 3,35% 4,16% Perikanan 3,7 3,7 0,6%0,6%27,9% 22,6%5,6%0,8%4,61% 5,27% Pertambangan & Penggalian 4,8 5,1 0,8% 0,8% -12,5% 1,6% -9,5% 6,3% 3,88% 7,59% Industri Pengolahan 60,1 64,2 9,9%10,4%1,0%11,8%3,9%6,8%2,89%2,91% Listrik, Gas dan Air 1,8 1,7 0,3% 0,3% 18,7% 1,2% 4,3% -5,1% 1,27% 1,45% Konstruksi 38,8 36,3 6,4% 5,9% 26,8% 13,0% -1,9% -6,4% 4,81%6,03% Perdagangan Besar dan Eceran 323,1 327,8 53,1% 52,9% 29,8% 27,2% 3,3% 1,5% 3,29% 3,69% Akomodasi 18,1 18,5 3,0% 3,0%32,2%33,4%7,2%1,8%1,97%2,53% Transportasi & telekomunikasi 24,4 24,4 4,0% 3,9% 17,8% 14,2% 2,9% 0,1% 2,68% 3,27% Perantara Keuangan 14,0 14,9 2,3% 2,4% -1,3% 18,6% 2,7% 6,4% 2,70% 2,68% Real Estate 31,6 31,6 5,2% 5,1%22,1%31,7%2,6%0,2%2,79%3,23% Administrasi Pemerintahan 0,3 0,3 0,0% 0,0% 22,0% 13,6% 3,0% -10,7% 1,40% 2,59% Jasa Pendidikan 2,2 2,4 0,4% 0,4%17,6%20,5%12,6%5,9%1,77%1,54% Jasa Kesehatan 4,2 4,4 0,7% 0,7%20,5%21,2%3,5%3,8%1,70%1,88% Jasa Kemasyarakatan 31,5 32,8 5,2% 5,3%19,4%26,1%3,7%4,0%2,78%3,01% Jasa Perorangan 1,5 1,6 0,2% 0,3% 123,3% 95,2% 13,5% 9,3% 2,20% 2,57% Badan Internasional 0,2 0,2 0,0% 0,0% -46,8% -47,2%-14,9%-13,6% 2,48% 2,89% Kegiatan yang belum jelas batasanya 0,5 0,3 0,1% 0,1% -98,3% -98,6% 7,5% -33,3% 0,26% 0,27% Penerima kredit bukan lapangan usaha 0,0 0,0 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 25 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran ­ Terkait penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), realisasi penyaluran KUR pada triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp2,6 triliun atau 7,0% dari target penyaluran KUR 2014 sebesar Rp37,0 triliun. Akumulasi realisasi KUR sejak 2007 s.d. 2014 mencapai Rp146,4 triliun. Berdasarkan sebaran demografisnya, penyaluran KUR masih terpusat di Jawa (49,4%). Adapun penyaluran di daerah lain masing-masing sebagai adalah Sumatera (23,0%), Sulawesi (9,5%), Kalimantan (10,4%), Bali (4,7%), dan Papua Maluku (3,0%). Dari sisi sektor ekonomi, sektor perdagangan mendominasi penyaluran KUR yakni mencapai 62,3% dari realisasi KUR. Grafik 2.38 NPL Kredit UMKM Dari sisi kualitas, NPL KUR pada triwulan I-2014 tercatat 3,75%, memburuk dibandingkan akhir triwulan IV-2013 (3,07%). Sedangkan Non Performing Guarantee (NPG) yang merupakan perbandingan antara Klaim KUR yang dibayar dengan KUR yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Kredit (LPK) sebesar 3,66%, relatif tetap sejak triwulan IV-2013 (3,66%). 2.8. Perkembangan Sistem Pembayaran Secara umum, penyelenggaraan sistem pembayaran selama periode laporan berlangsung dengan baik dan lancar. Pada triwulan I-2014, nilai transaksi sistem pembayaran non-tunai mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Nilai transaksi tercatat menurun sebesar Rp559,54 triliun atau (1,63%), dari Rp34.419,79 triliun menjadi Rp33.860,25 triliun, sementara volume transaksi5 mengalami peningkatan sebesar 1,87 juta transaksi atau 0,18%, dari 1.057,42 juta menjadi 1.059,29 juta. Namun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, transaksi sistem pembayaran non-tunai meningkat baik nominal maupun volume, masing-masing sebesar 34,45% dan 17,69% atau Rp8.692,78 triliun dan 159,19 juta transaksi. Penurunan nilai transaksi terutama disebabkan oleh penurunan transaksi melalui sistem Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Sedangkan peningkatan volume sebagian besar disebabkan oleh kenaikan jumlah transaksi menggunakan APMK khususnya kartu ATM dan ATM/Debet. Nilai transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui sistem BI-RTGS pada triwulan I-2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan transaksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp181,92 triliun (0,75%) menjadi sebesar Rp24.585,73 triliun. Kenaikan nilai transaksi didominasi peningkatan nilai transaksi operasi moneter Bank Indonesia. Sementara, volume transaksi turun sebesar 95,03 ribu (2,06%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,5 juta transaksi. Penurunan volume transaksi sebagai besar disebabkan oleh pola musiman yakni menurunnya transaksi masyarakat, setelah sebelumnya meningkat di akhir tahun 2013 karena perayaan hari besar keagamaan dan akhir tahun. 5 26 Volume transaksi merupakan total frekuensi transaksi. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Nilai transaksi BI-SSSS pada triwulan I-2014 menurun sebesar Rp742,96 triliun (9,02%) menjadi Rp7.490,39 triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8.233,35 triliun. Penurunan juga terjadi pada volume transaksinya yakni sebesar 2,22 juta transaksi (6,31%) menjadi sebesar 0,03 juta transaksi. Pada triwulan triwulan laporan, setelmen Surat Berharga Negara (SBN) melalui BI-SSSS, dilakukan sebanyak 12 kali. Jumlah ini terdiri dari 11 kali setelmen SBN rupiah dan 1 kali setelmen SBN USD. Nominal masing-masingnya adalah sebesar Rp82,8 triliun dan USD350 juta. Sementara itu, nilai transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) selama triwulan I-2014 mencapai Rp701,20 triliun atau turun sebesar Rp6,79 triliun (0,96%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain penurunan pada nilai transaksi, volume transaksi SKNBI juga mengalami penurunan sebesar 9,27% menjadi 25,18 juta transaksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebagaimana halnya penurunan volume transaksi di sistem BI-RTGS, penurunan volume transaksi SKNBI dipengaruhi oleh pola musiman transaksi masyarakat. Secara umum, penyelenggaraan sistem pembayaran selama periode laporan baik yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun yang dilakukan di luar Bank Indonesia yakni bank dan lembaga selain bank berlangsung dengan baik dan lancar. Kehandalan sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia tetap terjaga selama triwulan I-2014. Hal ini tercermin dari ketersediaan sistem BI-RTGS sebagai setelmen dana, BI-SSSS sebagai setelmen surat berharga pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI, yang mencapai 100%. Sedangkan kemampuan setelmen dari sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia mencapai 99,91%. Kinerja penyelenggaraan sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak lain di luar Bank Indonesia (bank, lembaga selain bank, dan perusahaan telekomunikasi) menunjukkan perkembangan yang positif selama triwulan I-2014. Hal ini terutama ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada transaksi APMK, baik dari sisi nilai maupun volume. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai dan volume transaksi APMK pada triwulan I-2014 meningkat masing-masing sebesar Rp8,30 triliun (0,77%) dan 4,78 juta transaksi (0,48%). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumya (yoy), nilai dan volume transaksi juga meningkat sebesar 20,02% dan 18,08% atau sebesar Rp180,53 triliun dan 151,98 juta transaksi. Peningkatan didominasi oleh penggunaan transaksi kartu ATM dan ATM/Debet. Dengan adanya peningkatan transaksi APMK menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam penggunaan instrumen pembayaran non tunai terus tumbuh. Hal ini menyiratkan kebutuhan dukungan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia yang mendorong terciptanya keamanan dan efisiensi dalam transaksi pembayaran. Sementara itu, transaksi uang elektronik pada triwulan I-2014 menunjukkan penurunan (qtq), baik nominal maupun volume. Nominal dan volume transaksi uang elektronik mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,74% dan 0,63% atau sebesar Rp0,01 triliun dan 0,24 juta transaksi. Namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), terjadi peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume masingmasing sebesar 26,29% dan 19,85% atau sebesar Rp0,15 triliun dan 6,10 juta transaksi. Bank Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan penggunaan instrumen pembayaran non tunai di masyarakat melalui penerapan berbagai kebijakan, antara lain dengan perluasan penggunaan uang elektronik, serta penggunaan chip pada kartu ATM dan ATM Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 27 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Debet. Kemudahan bertransaksi dengan uang elektronik dan peningkatan keamanan alat pembayaran menggunakan kartu pada akhirnya dapat mendorong meningkatnya transaksi sistem pembayaran retail terhadap produk domestik bruto. Tabel 2.6 Nilai Transaksi Pembayaran Nominal (Triliun Rp) Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai BI-RTGS - Pengelolaan Moneter - Pemerintah -Masyarakat - Pasar Modal - Valas -PUAB -Lain-lain BI-SSSS SKNBI Debet - Cek - Bilyet Giro - Warkat Debet Lainnya Kredit APMK - Kartu Kredit - Kartu ATM dan ATM/Debet Uang Elektronik Total 2013 Q-I Q-II Q-III Q-IV Naik/(Turun) % Naik/(Turun) Total 2014 2013 Q-I QtQYoYQtQYoY 18.778,3121.410,43 26.369,4624.403,82 90.962,0224.585,73 181,92 5.807,42 0,75% 30,93% 8.970,98 9.420,28 15.014,08 12.800,37 46.205,71 13.168,35 367,98 4.197,37 2,87% 46,79% 696,86835,03 813,80934,213.279,89895,89(38,32)199,03-4,10%28,56% 3.970,434.685,31 4.422,804.508,6317.587,164.402,43(106,19) 432,00 -2,36% 10,88% 469,34 665,06 502,68 522,06 2.159,14 506,50 (15,57) 37,16 -2,98% 7,92% 812,88 1.077,56 807,92 896,27 3.594,63 851,45 (44,82) 38,58 -5,00% 4,75% 1.189,971.648,90 1.357,821.403,52 5.600,211.349,93 (53,60) 159,96 -3,82% 13,44% 2.667,863.078,30 3.450,363.338,7512.535,283.411,18 72,43 743,32 2,17% 27,86% 4.939,055.299,69 8.259,948.233,3526.732,037.490,39 (742,96)2.551,35 -9,02% 51,66% 547,87605,66 680,80707,992.542,31701,20 (6,79)153,33-0,96%27,99% 394,76414,81 421,16425,561.656,29420,88 (4,68) 26,12-1,10% 6,62% 52,4055,89 55,3558,17221,8052,87(5,29) 0,47 -9,10%0,90% 342,22 358,78 365,69 367,27 1.433,98 346,13 (21,14) 3,91 -5,76% 1,14% 0,14 0,14 0,11 0,12 0,5121,8721,7521,73 17904% 15673% 153,11190,84 259,64282,43 886,02280,32 (2,11)127,21-0,75%83,09% 901,67989,611.039,45 1.073,904.004,63 1.082,20 8,30180,53 0,77%20,02% 51,09 55,23 57,08 59,62 223,02 59,78 0,16 8,69 0,27% 17,01% 850,58 934,38 982,36 1.014,28 3.781,61 1.022,42 8,14 171,84 0,80% 20,20% 0,590,68 0,900,74 2,910,73(0,01)0,15 -0,74% 24,89% 25.167,4828.306,07 36.350,5534.419,79124.243,9033.860,26 (559,54) 8.692,77 -1,63% 34,54% Sumber data: EDW SP dan EDW LKPBU per 2 Mei 2014 Tabel 2.7 Volume Transaksi Pembayaran Volume (Ribu Transaksi) Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai BI-RTGS - Pengelolaan Moneter - Pemerintah - Masyarakat - Pasar Modal - Valas - PUAB - Lain-lain BI-SSSS SKNBI Debet - Cek - Bilyet Giro - Warkat Debet Lainnya Kredit APMK -Kartu Kredit - Kartu ATM dan ATM/Debet Uang Elektronik Total 2013 Q-I Q-II Q-IV Naik/(Turun) % Naik/(Turun) Total 2014 2013 Q-I QtQYoYQtQYoY 4.250,034.498,99 4.263,524.621,0317.633,574.526,01 (95,03) 275,97 -2,06% 6,49% 24,2021,33 18,3718,42 82,3218,23(0,20)(5,98)-1,07% -24,70% 135,79140,71 136,78140,95 554,23137,38 (3,57) 1,59-2,53%1,17% 3.752,933.948,05 3.728,714.036,1715.465,853.967,10 (69,06) 214,18 -1,71% 5,71% 16,3018,03 14,9617,46 66,7415,73(1,72)(0,57)-9,87%-3,48% 17,4319,46 12,7617,07 66,7216,34(0,73)(1,08)-4,27%-6,21% 19,3925,54 20,3119,37 84,6019,12(0,24)(0,26)-1,26%-1,36% 284,00325,88 331,64371,601.313,11352,10(19,50) 68,10-5,25%23,98% 34,1634,16 28,5235,13131,9732,92(2,22)(1,24)-6,31%-3,64% 24.341,2725.946,38 26.270,7027.751,07104.309,4225.179,21(2.571,86) 837,93 -9,27% 3,44% 10.615,2310.902,14 10.596,9310.504,32 42.618,6210.012,06 (492,26) (603,17) -4,69% -5,68% 926,41939,16 918,60929,373.713,54877,50(51,87)(48,91)-5,58%-5,28% 9.469,709.740,77 9.463,829.368,8838.043,168.928,40(440,48)(541,30) -4,70% -5,72% 219,12222,21 214,51206,08 861,92206,16 0,08(12,96) 0,04%-5,92% 13.726,0415.044,24 15.673,7717.246,75 61.690,8015.167,15(2.079,60) 1.441,10 -12,06% 10,50% 840.748,93917.524,30 945.361,63987.952,483.691.587,34992.728,89 4.776,41151.979,96 0,48% 18,08% 56.730,8559.557,75 61.329,4261.543,89239.161,9061.867,08 323,19 5.136,23 0,53% 9,05% 784.018,08 857.966,56 884.032,21 926.408,60 3.452.425,44 930.861,82 4.453,22 146.843,74 0,48% 18,73% 30.728,0434.259,61 35.850,0637.063,07137.900,7836.827,86 (235,21) 6.099,83 -0,63% 19,85% 900.102,43 982.263,43 1.011.774,421.057.422,79 3.951.563,081.059.294,88 1.872,09 159.192,45 0,18% 17,69% Sumber data: EDW SP dan EDW LKPBU per 2 Mei 2014 28 Q-III Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran 2.9. Perkembangan Pengedaran Uang Pada triwulan laporan, rata-rata harian Uang Kartal yang Diedarkan (UYD)6 tercatat sebesar Rp450,0 triliun, meningkat Rp2,0 triliun atau naik 0,4% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar Rp448,0 triliun. Peningkatan UYD tersebut terutama dipengaruhi oleh faktor perayaan beberapa hari besar keagamaan (Grafik 2.39). Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, terjadi tambahan uang yang diedarkan sebesar Rp52,5 triliun atau naik 13,2% (yoy). Peningkatan UYD tersebut sejalan dengan perekonomian Indonesia yang tumbuh sebesar 12,01% (yoy, PDB nominal) dan 5,21% (yoy, PDB riil) pada triwulan I-2014 (Grafik 2.40). Grafik 2.39 Perkembangan Rata-rata UYD (qtq) Rata-rata harian uang kartal yang diedarkan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya permintaan uang oleh masyarakat. Grafik 2.40 Pertumbuhan PDB dan UYD Berdasarkan komponennya, kenaikan rata-rata harian UYD sebesar 0,4% (qtq) ditopang oleh naiknya rata-rata harian cash in vault sebesar 4,3% dari Rp69,8 triliun pada triwulan IV-2013 menjadi Rp72,8 triliun pada triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata harian currency outside banks turun sebesar 0,3% yakni dari Rp378,2 triliun pada triwulan IV-2013 menjadi Rp377,3 triliun pada triwulan laporan. Kenaikan cash in vault ini merupakan upaya perbankan menjaga persediaan uang tunai terutama dalam menghadapi beberapa hari besar keagamaan. Dengan perkembangan tersebut, pangsa currency outside banks dan cash in vault pada triwulan laporan masing-masing sebesar 83,8% dan 16,2% (Tabel 2.8). Tabel 2.8 Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank Periode 2012Q-III Q-IV Q-I 2013Q-II Q-III Q-IV 2014Q-I 6 Nominal (Triliun Rp) Masyarakat 327,6 334,8 332,2 335,5 371,2 378,2 377,3 Bank 65,1 60,2 65,3 61,4 65,0 69,8 72,8 Pangsa Jumlah Masyarakat 392,8 395,1 397,5 396,9 436,3 448,0 450,0 83,4% 84,8% 83,6% 84,5% 85,1% 84,4% 83,8% Bank 16,6% 15,2% 16,4% 15,5% 14,9% 15,6% 16,2% UYD mencakup uang yang beredar di masyarakat atau berada di luar sistem perbankan (currency outside banks) dan persediaan uang di khazanah perbankan, termasuk di mesin ATM (cash in vault). Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 29 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Berdasarkan pecahan, terjadi pergeseran pangsa UYD untuk uang pecahan besar (Rp20.000 keatas) yang mengalami sedikit penurunan dari 93,5% pada triwulan IV-2013 menjadi 92,8% pada triwulan I-2014. Sebaliknya, pangsa uang pecahan kecil (Rp10.000 kebawah) meningkat dari 6,5% pada triwulan IV-2013 menjadi 7,2% pada triwulan I-2014, terutama terjadi pada pecahan Rp10.000 dan uang logam Rp1000 dan Rp500. Meningkatnya pangsa uang pecahan kecil tersebut disebabkan kebutuhan uang pecahan kecil pada sektor ekonomi ritel dan sektor transportasi. Dari sisi aliran uang rupiah melalui Bank Indonesia, selama triwulan laporan terjadi aliran bersih uang rupiah yang masuk ke Bank Indonesia (net inflow) sebesar Rp52,1 triliun. Aliran bersih tersebut terjadi karena jumlah setoran uang rupiah oleh perbankan ke Bank Indonesia (inflow) mencapai Rp132,5 triliun. Sementara itu, jumlah penarikan uang rupiah oleh perbankan dari Bank Indonesia (outflow) hanya mencapai Rp80,3 triliun. Terjadinya net inflow tersebut merupakan siklus normal setiap awal tahun sejalan dengan arus balik uang rupiah ke Bank Indonesia pasca perayaan Natal dan liburan akhir tahun 2013. Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) sebesar Rp28,6 triliun, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp41,3 triliun (Tabel 2.9). Menurunnya pemusnahan UTLE tersebut disebabkan kondisi uang yang disetorkan perbankan ke Bank Indonesia mayoritas masih dalam kondisi layak edar. Persediaan uang rupiah di Bank Indonesia selama triwulan I-2014 tetap terjaga dengan baik. Hal ini dicerminkan dengan kemampuan posisi kas Bank Indonesia untuk menjaga kebutuhan penarikan perbankan dan masyarakat selama rata-rata 3,18 bulan, yang meningkat dibandingkan pada akhir triwulan IV-2013 sebesar rata-rata 2,53 bulan. Tabel 2.9 Indikator Pengedaran Uang Indikator Utama Rata-rata harian UYD (triliun Rp) Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (yoy) Outflow (triliun Rp) Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (yoy) Inflow (triliun Rp) Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (yoy) Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Nominal (triliun Rp) Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (yoy) Rasio Pemusnahan terhadap Inflow Lembar (miliar) Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (yoy) 30 2012 Q-III 2013 Q-IV Q-I Q-II 2014 Q-III Q-IV Q-I 392,8 395,1 397,5 396,9 436,3 448,0 450,0 11,5% 0,6% 0,6% -0,1% 9,9% 2,7% 0,4% 11,5%0,6% 0,6%12,7%11,1% 13,4%13,2% 125,1 133,6 74,3 101,2 163,6 150,9 80,3 15,1% 6,8% -44,4% 36,2% 61,7% -7,8% -46,7% 15,1% 6,8% -44,4% -6,8% 30,8% 12,9% 8,1% 115,6 78,6 119,5 86,5 144,3 86,6 132,5 50,7%-32,0% 52,0%-27,6%66,9% -40,0%52,9% 50,7% -32,0% 52,0% 12,7% 24,8% 10,2% 10,8% 2,5 7,4 14,8 19,3 30,0 41,3 28,6 -44,7% 191,4% 99,7% 30,8% 55,2% 37,8% -30,8% -44,7% 191,4% 99,7% 320,6% 1080,8% 458,6% 93,7% 2,19% 9,40% 12,35% 22,32% 20,76% 47,66%21,58% 0,51,0 1,21,01,2 1,71,3 -25,1%92,3% 15,9%-18,1%24,3% 40,5%-24,1% -25,1% 92,3% 15,9% 36,7% 126,9% 65,8% 8,6% Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Kondusifnya perekonomian Indonesia selama triwulan I-2014 tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia. Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia tetap konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi sesuai sasarannya, dan menjaga agar perekonomian tetap tumbuh secara seimbang. Untuk itu, Bank Indonesia mengedepankan bauran kebijakan guna merespons tantangan perekonomian baik yang timbul dari faktor eksternal maupun domestik. Sejalan dengan upaya tersebut, Bank Indonesia juga memperkuat perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan melalui fungsi pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Hal ini dilakukan sejalan dengan telah beralihnya tugas pengaturan dan pengawasan perbankan ke OJK di akhir 2013. Untuk mendukung kelancaran aktivitas perekonomian dan transaksi keuangan, selama triwulan laporan Bank Indonesia juga memastikan agar sistem pembayaran berjalan lancar dan aman, serta kebutuhan uang kartal di perbankan dan di masyarakat dapat tetap terpenuhi. BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Stabilitas Moneter 3.1.1. Kebijakan Moneter Respons kebijakan moneter pada triwulan I-2014 tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju ke sasarannya. Respons kebijakan moneter pada triwulan I-2014 tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju ke sasarannya dan menjaga agar proses penyesuaian ekonomi dapat terkendali, sehingga mendukung penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Hal ini menjadi prioritas Bank Indonesia agar kesinambungan pertumbuhan ekonomi tetap dapat terjaga. Stance kebijakan tersebut masih sejalan dengan kebijakan yang ditempuh pada triwulan-triwulan sebelumnya di tahun 2013 dalam merespons meningkatnya tekanan inflasi dan melebarnya defisit transaksi berjalan. Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia pada triwulan I-2014 masih konsisten dalam menjawab tantangan perekonomian, baik dari eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, perekonomian masih menghadapi tantangan ketidakpastian normalisasi kebijakan the Fed. Selain itu, perekonomian juga menghadapi tantangan terkait kerentanan negara-negara emerging market, termasuk perlambatan ekonomi Tiongkok. Di dalam negeri, terdapat berbagai tantangan yang memengaruhi pencapaian target inflasi, antara lain penyesuaian harga komoditas strategis, efek tunda banjir. dan El-Nino. Untuk merespons tantangan tersebut, sepanjang triwulan I-2014, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 7,50%. Suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility juga dipertahankan masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan ini dinilai masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi 4,5+1% pada 2014 dan 4,0%+1 pada 2015, sekaligus menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Kebijakan tersebut diperkuat melalui koordinasi dengan pemerintah baik yang bersifat siklikal maupun yang bersifat struktural. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia juga terus memperkuat kebijakan nilai tukar sehingga nilai tukar dapat bergerak sesuai dengan fundamentalnya7. Kebijakan nilai tukar tersebut ditempuh secara konsisten dan didukung upaya pendalaman pasar keuangan domestik. Secara keseluruhan, berbagai respons kebijakan yang ditempuh cukup efektif dalam mendorong terkendalinya proses penyesuaian ekonomi domestik. Hal ini tercermin pada inflasi yang masih berada dalam tren menurun dan defisit transaksi berjalan yang mengecil. Permintaan domestik juga tetap terkelola dengan baik, meskipun pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 menurun dan tercatat lebih rendah dari perkiraan akibat kontraksi pada ekspor riil, terutama komoditas pertambangan. 7 32 Nilai tukar yang dapat menyeimbangkan kondisi internal dan eksternal perekonomian Indonesia. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia BOKS Apresiasi Kebijakan Bank Indonesia 2013 Sepanjang 2013, Bank Indonesia memiliki komitmen kuat dalam menjamin stabilitas. Bank Indonesia telah menetapkan strategi yang jelas dengan menempatkan prioritas pada stabilisasi perekonomian di atas pertumbuhan semata. Sejauh ini hasil-hasil nyata telah terlihat, seperti tercermin pada pertumbuhan PDB yang konsisten, indikator luar negeri yang membaik, tingkat inflasi yang terkendali, dan pengakuan dari banyak pihak mengenai kemajuan yang dicapai Indonesia. Pada edisi 3 Februari 2014, The Financial Times menobatkan Bank Indonesia sebagai bank sentral terbaik kedua di antara negara-negara emerging setelah Brazil. The Financial Times menyebut Bank Sentral Brazil, Bank Indonesia, dan Bank Sentral India sebagai “The Guiders”, yaitu bank sentral yang secara ahead of the curve dinilai paling mampu mengarahkan prekonomian dan pasar keuangan. Secara khusus, The Financial Times menghormati Bank Indonesia atas kebijakankebijakannya yang semakin market-friendly, serta posisi (stance) moneter yang secara agresif diarahkan kepada siklus pengetatan sepanjang triwulan II sampai triwulan IV2013. Hasilnya telah dirasakan sejak awal 2014. Pada edisi 22 Februari 2014, majalah The Economist juga memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia yang telah mengambil kebijakan strategis secara tepat waktu dan terukur. Bank sentral lain dinilai terlambat merespons situasi pasar global yang memburuk dan cenderung mengambil kebijakan yang berlebihan. The Economist menilai bahwa kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia telah efektif meredam impor dan mendorong peningkatan ekspor, sehingga membawa dampak positif pada neraca transaksi berjalan. Selain itu, upaya stabilisasi dengan kenaikan BI-Rate secara bertahap pada triwulan III dan triwulan IV 2013 dipandang telah dilakukan secara terukur, sehingga mampu memperlambat laju permintaan domestik, namun tidak sampai menyebabkan resesi ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan terus konsisten dalam komitmen untuk mencapai tujuan menjaga stabilitas. Komitmen tersebut dilakukan melalui implementasi bauran kebijakan, usaha sungguh-sungguh dalam pendalaman pasar, dan komunikasi yang lebih pro-aktif. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 33 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar Pengelolaan moneter dan nilai tukar ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan dan stabilitas rupiah. Kebijakan moneter Bank Indonesia diimplementasikan melalui pengelolaan moneter dan nilai tukar. Pengelolaan moneter dan nilai tukar dilakukan melalui pengelolaan likuiditas8 di pasar uang rupiah dan pasar valas. Secara umum, kondisi likuiditas rupiah di sistem perbankan selama triwulan I-2014 terjaga. Hal ini diindikasikan dengan adanya net surplus likuiditas perbankan yang secara rata-rata harian mencapai Rp101,84 triliun. Untuk menjaga dan memenuhi likuiditas perbankan secara seimbang, Bank Indonesia melakukan penyerapan likuiditas melalui operasi moneter sehingga terbentuk suku bunga PUAB overnight yang wajar dan stabil. Pada akhir triwulan I-2014, posisi instrumen operasi moneter (Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities) tercatat sebesar Rp276,38 triliun, meningkat 1% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut terutama disebabkan aliran masuk uang kartal yang kembali ke sistem perbankan lebih tinggi dibandingkan kontraksi akibat transaksi keuangan pemerintah. Grafik 3.1 Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter Peningkatan kondisi likuiditas perbankan triwulan I-2014 dibandingkan dengan kondisi pertengahan tahun 2013, mendorong perbankan menurunkan penempatannya di Bank Indonesia pada instrumen operasi moneter tenor overnight berupa Deposit Facility dan FASBI Syariah. Proporsi Deposit Facility dan FASBI Syariah pada akhir triwulan I-2014 sebesar 33% menurun dibanding posisi akhir triwulan IV-2013 sebesar 47% dari total operasi moneter (grafik 3.1). Perbankan cenderung menempatkan surplus likuiditas hariannya pada instrumen operasi moneter dengan tenor yang lebih panjang. Hal ini berimplikasi pada penurunan suku bunga instrumen operasi moneter terutama pada tenor 3,6, dan 9 bulan. Pada periode laporan, instrumen operasi moneter yang dominan digunakan untuk menyerap kelebihan likuiditas adalah SBI, SBIS, dan Reverse Repo SBN. Proporsi masingmasing instrumen tersebut sebesar 39% (SBI dan SBIS) dan 34% SBN dari total posisi operasi moneter, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. 8 34 Likuiditas dalam hal ini adalah reserve balance (giro bank di Bank Indonesia). Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Komposisi OM Tw. IV-2013 Komposisi OM Tw. I-2014 FX Swap 15% FX Swap 19% DF/S 33% DF/S 47% RR SBN 34% RR SBN 27% SBI 39% SDBI 10% SBI 35% SDBI 8% Grafik 3.3 Komposisi Instrumen Operasi Moneter Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia akan tetap konsisten menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya. Hal ini didukung dengan upaya memperdalam pasar valas antara lain melalui peningkatan transaksi lindung nilai. Kebutuhan lindung nilai bagi kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi/dunia usaha mendorong Bank Indonesia untuk menerbitkan ketentuan tentang transaksi swap lindung nilai kepada Bank Indonesia di tahun 2013. Ketentuan tersebut mendukung pendalaman pasar keuangan dan kegiatan ekonomi riil melalui tersedianya outlet lindung nilai, serta mencapai stabilitas pasar uang dalam rangka memelihara stabilitas nilai rupiah. Penyempurnaan ketentuan tersebut mencakup (i) perluasan underlying transaksi; (ii) perluasan tenor kontrak sampai dengan 3 tahun dan dapat diroll-over dengan tenor transaksi hingga 12 bulan; (iii) penyesuaian pricing sesuai mekanisme pasar; (iv) pencabutan limit spread yang diberikan bank kepada nasabah; (v) penyesuaian nominal transaksi menjadi minimal USD10 juta; (vi) perluasan cakupan dan penjelasan lebih detail tentang dokumen transaksi; (vii) perpanjangan transaksi dapat diselesaikan dengan netting settlement; (viii) mekanisme transaksi yang mencakup transaksi lindung nilai untuk keperluan bank sendiri atau untuk keperluan nasabah; dan (ix) sanksi. Selanjutnya pada triwulan I-2014, Bank Indonesia menerbitkan petunjuk teknis pelaksanaan ketentuan tersebut yang telah mulai diberlakukan sejak Februari 2014. Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia telah menginisiasi pembentukan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR)9 sebagai referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar domestik. Keberadaan JISDOR dinilai kredibel sebagai referensi harga USD/IDR. Hal ini diperkuat dengan rekomendasi dari Singapore Foreign Exchange Markets Committee (SFEMC) kepada pelaku pasar keuangan di Singapura untuk beralih dan menggunakan JISDOR sebagai referensi harga sejak 18 Februari 2014. Rekomendasi tersebut memperkuat kredibilitas JISDOR sebagai referensi harga yang akan mendukung proses pendalaman pasar. 9 JISDOR merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antar bank di pasar valas domestik. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 35 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah Koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah dilakukan di beberapa area seperti pengendalian inflasi dan penguatan Protokol Manajemen Krisis. Dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian, Bank Indonesia selalu melakukan koordinasi dengan pemerintah secara rutin dari waktu ke waktu. Koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah dilakukan di beberapa area antara lain: (i) pengendalian inflasi dan (ii) penguatan Protokol Manajemen Krisis dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis. Dalam rangka pengendalian inflasi, Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi dengan pemerintah di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Koordinasi kebijakan melalui TPI semakin diperkuat untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. TPI telah menyepakati program kerja tahun 2014. Program kerja yang disepakati antara lain monitoring tekanan inflasi dan perumusan rekomendasi kebijakan serta pengelolaan ekspektasi inflasi untuk mendukung pengendalian inflasi. TPI juga telah membahas usulan penetapan sasaran inflasi 2016-2018 yang akan menjadi acuan dalam proses legal drafting Peraturan Menteri Keuangan terkait penetapan target inflasi. Sementara itu, TPID sepanjang triwulan I-2014 terus aktif dalam pengendalian inflasi. TPID terutama berperan dalam mengatasi gangguan pasokan pangan untuk mendukung terkendalinya harga pangan. Koordinasi melalui TPID terus diperkuat di berbagai daerah. TPID di Jawa Timur bahkan menyusun Indonesia Network sebagai langkah awal penguatan produksi, distribusi, dan konektivitas antar wilayah dalam wadah TPID. Selain itu, TPID juga terus mengembangkan dan menyempurnakan sistem informasi harga yang dikenal dengan nama Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS). Hal itu ditujukan untuk menjaga ekspektasi inflasi baik dari sisi pedagang maupun konsumen. Dari sisi kelembagaan, TPID juga terus berkembang dengan pembentukan TPID-TPID baru di daerah. Pada triwulan I-2014 telah terbentuk 42 TPID baru sehingga jumlah TPID sampai dengan akhir Triwulan I-2014 secara keseluruhan mencapai 233 buah. Selain memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam rangka mencapai target inflasi, Bank Indonesia juga terus menjalin koordinasi dengan pemerintah untuk memperkuat Protokol Manajemen Krisis (PMK). Penguatan dilakukan melalui pertemuan koordinasi secara rutin antara anggota Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Pertemuan koordinasi di level Deputi (Deputies’ Meeting) dilakukan setiap satu bulan sekali dan pertemuan yang dihadiri anggota FKSSK dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dalam pertemuan koordinasi dilakukan pembahasan asesmen stabilitas sistem keuangan dan berbagai kegiatan telah dilakukan di lingkup PMK Nasional. Pada triwulan I-2014 juga telah diselesaikan Laporan Kegiatan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) tahun 2013 yang telah disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia. Selain itu, juga telah dilakukan pembaruan SKB tentang Sekretariat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan antara Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Disamping itu juga dilakukan penyusunan draf Prosedur Operasional Komunikasi Publik sebagai salah satu perangkat kerja FKSSK. Bank Indonesia juga berpartisipasi dalam Working Group (WG) FKSSK yang ditujukan untuk memperkuat pelaksanaan tugas FKSSK. Di tataran PMK Bank Indonesia, upaya penguatan yang berkesinambungan juga terus dilakukan. PMK Bank Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kerangka 36 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia PMK Nasional. Kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi penyempurnaan dan pengkinian prosedur PMK Internal khususnya pascaberalihnya fungsi pengawasan perbankan ke OJK sejak 31 Desember 2013, serta penguatan indikator surveillance (analytical tool). Koordinasi di internal Bank Indonesia juga ditingkatkan terutama surveillance terhadap perkembangan nilai tukar di tengah masih mengemukanya sejumlah risiko, baik yang bersumber dari global maupun domestik. 3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri Dalam rangka pengelolaan utang luar negeri, Bank Indonesia melakukan pemantauan posisi utang luar negeri. Pemantauan ini mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia dalam upaya memelihara stabilitas ekonomi. Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia per Maret 2014 tercatat sebesar 276,5 miliar dolar AS dan berada dalam tren melambat. ULN Indonesia pada Maret 2014 tumbuh 8,7%, lebih rendah dibandingkan dengan ULN Indonesia posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 254,3 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 11,2%. Posisi ULN Indonesia pada Maret 2014 terdiri dari utang luar negeri sektor publik (Pemerintah dan Bank Indonesia) sebesar 130,5 miliar dolar AS (47,2%) dan utang luar negeri sektor swasta sebesar 145,9 miliar dolar AS (52,8%), dari total utang luar negeri. Pertumbuhan Utang luar negeri sektor publik pada Maret 2014 tercatat sebesar 5,1% ,lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2013 (4,9%). Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri sektor swasta pada periode Maret 2014 sebesar 12,2% mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama pada Maret 2013 (17,9%). Dalam rangka memenuhi azas transparansi dan akuntabilitas pengelolaan data utang sektor publik, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi bersama (Joint Publication) Statistik Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI). Dalam publikasi tersebut menginformasikan data utang pemerintah, Bank Indonesia, dan BUMN, baik utang domestik maupun utang luar negeri. SUSPI merupakan joint program antara World Bank dan IMF dalam rangka penyediaan data utang sektor publik setiap negara sesuai standar internasional. Utang Luar Negeri ULN) Indonesia per Maret 2014 dalam tren melambat. Bank Indonesia terus melakukan pemantauan posisi ULN dan sekaligus melaksanakan fungsinya dalam penatausahaan ULN Pemerintah. Selain melakukan pemantauan dan menerbitkan publikasi utang luar negeri, Bank Indonesia juga melakukan dan menatausahakan penarikan serta pembayaran ULN Pemerintah, serta melakukan pengelolaan portofolio ULN Pemerintah. Bank Indonesia menatausahakan penarikan ULN Pemerintah baik untuk membiayai proyek tertentu maupun untuk membiayai defisit APBN dan pengelolaan portofolio utang serta melakukan pembayaran ULN Pemerintah yang jatuh waktu. ULN Pemerintah yang ditatausahakan BI berasal dari kreditor multilateral, bilateral, kredit ekspor dan komersial serta global bond. Untuk pembiayaan defisit APBN, penarikan ULN Pemerintah dilakukan melalui transfer langsung ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN), sedangkan untuk pembiayaan proyek, penarikan pinjaman dilakukan dengan cara pembayaran langsung, melalui rekening khusus, pembukaan letter of credit (L/C) dan pembiayaan pendahuluan. Pada triwulan I-2014 jumlah penarikan ULN Pemerintah yang ditatausahakan oleh BI mencapai USD4,3 miliar terutama didominasi oleh penerbitan Global Bond sebesar USD4,0 miliar pada tanggal 7 Januari 2014 yang terdiri dari seri RI0124 sebesar USD2,0 miliar dengan porsi kepemilikan asing yang tercatat sebagai ULN sebesar USD1,78 miliar dan Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 37 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia seri RI0144 sebesar USD2,0 miliar dengan porsi kepemilikan asing yang tercatat sebagai ULN sebesar USD1,95 miliar, sehingga total yang dicatat sebagai ULN sebesar USD3,7 miliar (Tabel 3.1). Pembayaran ULN Pemerintah yang jatuh waktu dilaksanakan berdasarkan perintah pembayaran dari Kemenkeu, rencana pembayaran yang diperoleh dari data administrasi ULN, serta pembayaran ULN di luar rencana seperti pembayaran fee dan kewajiban lainnya. Pada triwulan I-2014 total realisasi pembayaran ULN Pemerintah tercatat sebesar USD2,9 miliar (Tabel 3.2). Tabel 3.1 Realisasi Penarikan ULN Pemerintah Juta USD 2013* Pemerintah Multilateral Bilateral FKE Komersial Bond Total Tw I Tw II Tw III 2014** Tw IV Total Tw I 521,93.441,83.086,4 2.318,69.368,7 4.290,6 128,1 126,0 209,5 1.385,81.849,5 89,5 280,6 160,2 153,1 482,21.076,1 140,2 31,8302,3130,8 14,6479,4 65,7 81,3 107,2 437,0 436,11.061,6 270,2 -2.746,02.156,0 -4.902,0 3.725,0 521,93.441,83.086,4 2.318,69.368,7 4.290,6 Sumber : Statistik ULN Indonesia *) Angka-angka sementara **) Angka-angka sangat sementara Tabel 3.2 Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah Juta USD 2013* Pemerintah Multilateral Bilateral FKE Komersial Bond Bank Indonesia Multilateral Bilateral Komersial Total Tw I Tw II Tw III 2014** Tw IV Total Tw I 1.640,12.444,61.694,1 2.722,58.501,2 2.853,5 537,9 664,6 525,9 653,32.381,6 419,9 329,4 946,1 384,6 1.095,32.755,4 383,5 196,2 454,3 153,5 498,51.302,4 146,4 59,0 70,3103,7 51,5284,6 67,3 517,6 309,3 526,4 423,81.777,3 1.836,4 24,1 39,0 1,1 37,6 101,8 1,3 0,50,60,2 -1,3 0,6 --- --0,7 23,5 38,4 0,9 37,6100,4 1.664,12.483,61.695,2 2.760,18.603,0 2.854,8 Sumber : Statistik ULN Indonesia *) Angka-angka sementara **) Angka-angka sangat sementara Adapun aspek yang utama dalam pembayaran ULN Pemerintah adalah terlaksananya pembayaran cicilan pokok dan bunga yang aman, akurat dan tepat waktu. Hal ini menjadi hal penting karena berpengaruh terhadap reputasi BI dan Republik Indonesia dalam memenuhi kewajiban kepada pihak lender. Oleh karena itu, BI harus dapat menjamin ketersediaan valuta asing yang diperlukan Pemerintah sesuai dengan valuta pinjaman yang harus dibayarkan. Untuk mendukung kinerja pembayaran ULN yang aman, akurat dan tepat waktu serta menjaga akurasi data realisasi pembayaran ULN Pemeritah, setiap bulan dilakukan rekonsiliasi data realisasi pembayaran antara Bank Indonesia dengan Pemerintah (Kemenkeu). 38 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE)10 merupakan salah satu upaya Bank Indonesia untuk meningkatkan pasokan devisa yang relatif stabil dan berkesinambungan. Hal ini bertujuan dalam rangka mendukung stabilitas nilai rupiah dan makroekonomi secara keseluruhan. Sejak diberlakukan pada Januari 2012, respons terhadap pemberlakuan kebijakan ini terus menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dari meningkatnya aliran DHE ke bank devisa dalam negeri pada triwulan I-2014 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini tercermin baik secara nominal maupun pangsanya terhadap nilai DHE, yaitu dari 31,68 juta dolar AS (83,7% terhadap total nilai DHE) menjadi sebesar 32,67 juta dolar AS (88% terhadap total nilai DHE). Kondisi sebaliknya terjadi pada aliran DHE yang diterima melalui bank di luar negeri yang mengalami penurunan dari 6,17 juta dolar AS (16,3% dari total DHE) menjadi 4,47 dolar AS (12% dari total DHE) dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Aliran DHE ke bank devisa dalam negeri pada triwulan I-2014 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Lima komoditas penyumbang DHE terbesar adalah batubara (coal), minyak sawit (palm oil), produk kimia (chemical products), produk tekstil (textile product), dan alat-alat listrik (electrical appliances). Dari sisi kepatuhan eksportir, Bank Indonesia senantiasa melakukan pengawasan terhadap eksportir yang tidak mematuhi ketentuan DHE. Bank Indonesia juga senantiasa menjalin koordinasi dengan instansi terkait seperti SKK (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu) Migas, Ditjen Bea dan Cukai, BPS, Kementerian BUMN, Ditjen Anggaran, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Ditjen Pajak dan Asosiasi. 3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan Dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan untuk mendukung perumusan kebijakan, Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik, menyediakan data dan informasi ekonomi, keuangan dan moneter, dan menyusun laporan/analisis. Selain itu, Bank Indonesia juga melaksanakan berbagai jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan, moneter, dan sektor riil. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan senantiasa mengedepankan upaya untuk mewujudkan data/statistik dan informasi yang CRATA yaitu komprehensif (comprehensive), terpercaya (reliable), akurat (accuracy), terkini (timeliness) dan mudah untuk diakses (accessible) serta sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional. Untuk mendukung proses formulasi kebijakan, Bank Indonesia memanfaatkan hasil-hasil survei dalam melakukan analisis sektor riil dan sektor finansial. Beberapa survei yang secara rutin dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain adalah Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran (SPE), Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SP) dan Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) dan survei-survei lainnya yang dilakukan secara ad-hoc. Dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan survei dan pengelolaan data, sejak tahun 2013 Bank Indonesia mengimplementasikan sistem aplikasi yang mengintegrasikan berbagai aplikasi survei dalam suatu alamat website aplikasi untuk mempermudah user melakukan pengisian survei. Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik, menyediakan data dan informasi ekonomi, keuangan dan moneter, serta menyusun laporan/ analisis. Pada triwulan I-2014, telah diimplementasikan sistem aplikasi SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha). Setelah sebelumnya dilakukan uji coba dan sosialisasi, sistem aplikasi tersebut 10 PBI No.14/25/PBI/2012 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 39 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia mulai digunakan dalam pelaksanaan survei bulan Maret 2014 untuk laporan triwulan I-2014. Implementasi sistem aplikasi tersebut juga disertai penyempurnaan kuesioner, percepatan pelaksanaan survei, dan penambahan responden. Pelaksanaan survei dengan sistem aplikasi SKDU terintegrasi dilakukan secara nasional meliputi Kantor Pusat dan 37 KPwDN (Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri) pada 33 provinsi. Secara umum, sistem aplikasi telah dapat membantu pelaksanaan survei baik tahap pengumpulan maupun pengolahan data. Bank Indonesia pada triwulan I-2014 juga telah menyusun beberapa analisis antara lain analisis sektor moneter, analisis sektor finansial, analisis sektor fiskal, dan analisis sektor sistem pembayaran. Analisis sektor moneter berupa analisis Perkembangan Uang Beredar dan Uang Primer yang mencakup juga perkembangan dana, kredit dan suku bunga. Analisis sektor finansial dilakukan antara lain dalam bentuk analisis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), Neraca Arus Dana (NAD), Financial Accounts, Pasar Modal, Locational Banking, dan Perusahaan Pembiayaan (PP). Untuk analisis sektor fiskal dalam hal ini termasuk analisis perkembangan fiskal APBN. Analisis sektor sistem pembayaran berupa perkembangan rincian banknotes dan coins yang diedarkan Bank Indonesia dan penggunaan kartu elektronik sebagai alat pembayaran. Bank Indonesia juga terus berupaya meningkatkan kualitas data statistik. Upaya tersebut dilakukan dengan mengembangkan dan menyempurnakan 32 metodologi kompilasi statistik, mengacu pada standar yang berlaku. Salah satu upaya penyempurnaan khususnya terkait dengan rencana Indonesia untuk mengimplementasikan System National Account (SNA) 2008, dengan menyesuaikan penyusunan NAD tahun 2014 menjadi Financial Accounts dan Balance of Payments and International Investment Position Manual 6th Edition (BPM6). Dalam upaya penyempurnaan kualitas data, pada Februari 2014, Bank Indonesia juga menyelenggarakan beberapa workshop penyusunan Statistik Utang Publik (SUSPI) bekerjasama dengan IMF dan Kementrian Keuangan. Di sektor eksternal, pada triwulan I-2014, Bank Indonesia telah mempublikasikan data statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV-2013 dan laporan lengkapnya. Dalam publikasi tersebut menjelaskan secara komprehensif perkembangan NPI selama triwulan IV-2013. Selain itu, Bank Indonesia juga mempublikasikan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) untuk data November sampai dengan Desember 2013 dan Januari 2014, serta data posisi cadangan devisa per akhir Desember 2013 s.d Februari 2014. Sejak pengalihan pengawasan dan pengaturan bank ke OJK, BI memfokuskan fungsi perbankan pada kebijakan, pengaturan, dan pengawasan makroprudensial. 40 Dalam upaya memperluas informasi sekaligus meningkatkan pemahaman para eksportir terhadap ketentuan dokumen ekspor yang baru, pada triwulan laporan, Bank Indonesia ikut mendukung kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag). Kegiatan sosialisasi diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan dan Ditjen Bea & Cukai. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pertemuan/rekonsiliasi data dengan Kementerian Keuangan. Pertemuan bertujuan untuk meningkatkan kualitas data statistik utang luar negeri. Pertemuan tersebut merupakan agenda rutin sebelum diterbitkannya Buku Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI). 3.2. Stabilitas Sistem Keuangan Sejak 31 Desember 2013, tugas pengawasan dan pengaturan bank yang sebelumnya dilakukan Bank Indonesia dialihkan ke OJK. Dengan beralihnya tugas pengawasan dan pengaturan bank tersebut, Bank Indonesia memfokuskan fungsi perbankan pada kebijakan, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia pengaturan, dan pengawasan makroprudensial guna mendukung terwujudnya stabilitas sistem keuangan Indonesia. Melalui kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berupaya mencegah dan mengurangi risiko sistemik yang mungkin timbul dan mengakibatkan gejolak di sistem keuangan Indonesia. Selain itu, kebijakan makroprudensial juga dimaksudkan untuk mendorong fungsi intermediasi yang seimbang bagi perekonomian, serta meningkatkan akses dan efisiensi sistem keuangan. Upaya ini dilakukan melalui tiga fungsi, yakni systemic surveillance, menetapkan kebijakan makroprudensial, serta pengembangan pasar keuangan dan keuangan inklusif. 3.2.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial 3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dan pengaturan makroprudensial untuk memengaruhi perilaku para pelaku/institusi keuangan sehingga mampu memitigasi risiko dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Pada triwulan I-2014, kegiatan pengaturan makroprudensial difokuskan pada evaluasi penguatan terhadap beberapa ketentuan makroprudensial yang telah diterbitkan pada periode-periode sebelumnya. Evaluasi dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian ketentuan dengan perkembangan terkini industri perbankan, termasuk kesinambungan pelaksanaan ketentuan sehubungan dengan pengalihan tugas pengaturan dan pengawasan perbankan ke OJK. Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dan pengaturan makroprudensial untuk memengaruhi perilaku para pelaku/institusi keuangan Beberapa ketentuan yang sedang dikaji implementasi ketentuannya serta kemungkinan penyempurnaannya ke depan adalah ketentuan Loan To Value (LTV)/Financing To Value (FTV), Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) baik untuk bank konvensional maupun bank syariah, dan Giro Wajib Minimum berbasis Loan to Deposit Ratio (GWM LDR). Evaluasi terhadap ketentuan LTV/FTV difokuskan pada penguatan aspek legal dan aspek teknis terkait mekanisme pemberian kredit pemilikan properti. Penyesuaian terhadap ketentuan FPJP selain bertujuan untuk beradaptasi dengan perubahan kelembagaan pengawasan bank juga dimaksudkan untuk memastikan tetap berjalannya fungsi koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK dalam proses pemberian FPJP. Evaluasi terhadap pengaturan GWM berbasis Loan to Deposit Ratio (LDR) dimaksudkan agar mekanisme perhitungan GWM LDR mampu mendorong perbankan untuk menjaga LDR pada level yang optimal. Selain GWM LDR, penyempurnaan terhadap ketentuan GWM juga dilakukan untuk memberikan panduan teknis dalam perhitungan GWM terhadap bank baru dan bank merger yang saat ini belum diatur secara detail. Selain melakuan evaluasi terhadap ketentuan yang telah ada, Bank Indonesia juga tengah mempersiapkan ketentuan mengenai pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Pengaturan ini akan menjabarkan kewenangan Bank Indonesia dalam pengaturan makroprudensial termasuk instrumennya, dan pelaksanaan pengawasan yang mencakup surveilans dan pemeriksaan terhadap lembaga keuangan. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 41 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial Melalui pengawasan makroprudensial, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan dan volatilitas dalam sektor keuangan Dalam rangka memperkuat ketahanan sistem keuangan, selain melakukan asesmen terhadap risiko utama di sistem keuangan, Bank Indonesia juga melakukan pengawasan makroprudensial. Melalui pengawasan makroprudensial, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan dan volatilitas dalam sektor keuangan, sehingga mampu mendeteksi potensi tekanan yang berdampak pada Sistem Keuangan. Pengawasan makroprudensial oleh Bank Indonesia dilakukan melalui kegiatan surveilans dan pemeriksaan. Surveilans diperlukan untuk memantau perkembangan kondisi sistem keuangan, identifikasi dan analisis risiko sistem keuangan, serta penilaian risiko sistem keuangan. Sementara itu, Bank Indonesia juga melakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memantau risiko sistemik di sistem keuangan termasuk yang bersumber dari individual lembaga keuangan. Saat ini, Bank Indonesia telah melakukan surveilans terhadap perbankan antara lain untuk mengetahui kondisi likuiditas dan fungsi intermediasi yang dilakukan perbankan. Selain itu, surveillance juga dilakukan terhadap Industri Keuangan Non Bank antara lain Perusahaan Pembiayaan guna memonitor struktur pembiayaan dan sumber dana serta terhadap institusi yang merupakan konglomerasi dari bank dan memiliki dampak yang signifikan terhadap sistem keuangan. Guna mendukung pelaksanaan tugas surveilans tersebut, Bank Indonesia juga terus memperkuat kerangka kerja surveilans makroprudensial. Kerangka kerja tersebut digunakan sebagai standar pelaksanaan tugas dan koordinasi baik di internal Bank Indonesia maupun dengan otoritas terkait. 3.2.2. Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia melaksanakan program pendalaman pasar keuangan antara lain fasilitasi perluasan penggunaan kontrak standar dalam transaksi repo antar bank dalam bentuk Mini Master Repurchase Agreement (Mini MRA). Pasar keuangan merupakan elemen penting dalam sistem perekonomian dan berfungsi sebagai katalisator kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia. Pasar keuangan yang sehat, stabil, dan efisien akan memudahkan transmisi bauran kebijakan mewujudkan kestabilan harga. Guna mewujudkan hal tersebut, Bank Indonesia melaksanakan program pendalaman pasar keuangan. Salah satu kegiatan yang dilakukan di triwulan I-2014 yakni memfasilitasi perluasan penggunaan kontrak standar dalam transaksi repo antar bank dalam bentuk Mini Master Repurchase Agreement (Mini MRA). Program ini merupakan kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan di 2013. Implementasi Mini MRA dimaksudkan untuk mendukung pendalaman pasar uang rupiah. Upaya tersebut dilakukan dengan cara mendorong penggunaan kontrak standar dalam transaksi repo antar bank sehingga mempermudah pelaksanaan transaksi repo. Dengan kemudahan bertransaksi, diharapkan pasar uang antar bank akan lebih berkembang, mendorong terciptanya pasar uang bank yang lebih tahan terhadap gejolak, sekaligus memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi bagi perbankan dalam pengelolaan likuiditas. Sebelumnya, pada 18 Desember 2013, Bank Indonesia telah memfasilitasi kesepakatan bersama antara delapan bank dalam rangka penerapan Mini MRA. Pada 13 Februari 2014, Bank Indonesia kembali memfasilitasi upaya perluasan kepesertaan Mini MRA oleh 38 bank lainnya. Pasca penandatanganan penggunaan Mini MRA tersebut, masing-masing bank juga telah melakukan penandatangan perjanjian bilateral antar sesama bank. Dengan 42 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia adanya perluasan tersebut, jumlah bank yang menyepakati penggunaan Mini MRA dalam bertransaksi repo antar bank telah mencapai lebih dari 60 bank. Seiring dengan terbentuknya kesepakatan penggunaan perjanjian standar dalam bertransaksi repo, perkembangan transaksi repo paska-Mini MRA meningkat signifikan. Rata-rata harian transaksi repo naik dari Rp132 miliar di Desember 2013 menjadi Rp1.084 miliar pada Maret 2014. Suku bunga pada transaksi repo yang bersifat collateralized juga cenderung berada di bawah suku bunga transaksi uncollateralized (PUAB) pada tenor yang sama. Selain memfasilitasi Mini MRA, Bank Indonesia juga membentuk Indonesia Foreign Exchange Market Committee sebagai mitra strategis untuk mempercepat proses pendalaman pasar keuangan. Pembentukan market committee tersebut bertujuan untuk mendorong perkembangan pasar keuangan yang dalam dan efisien, serta memperkuat kredibilitas, integritas dan reputasi pasar keuangan Indonesia melalui penyusunan market code of conduct yang berlaku bagi seluruh pelaku pasar valas domestik. Selain itu, komite ini juga akan membantu otoritas dalam menyusun kerangka kerja dan strategi pendalaman pasar keuangan, dan melaksanakan edukasi serta sosialisasi terhadap pelaku pasar dan lembaga terkait. Melalui komite ini juga dimungkinkan dilakukan diskusi dan pertukaran informasi di pasar keuangan domestik dan internasional, serta mediasi atas perselisihan di pasar keuangan domestik. Guna meningkatkan akselerasi proses pendalaman pasar keuangan yang menjadi salah satu program penting di tahun 2014, Bank Indonesia juga telah membentuk task force pendalaman pasar keuangan. Task force bertugas untuk menyusun, mengkoordinasikan, dan mengintegrasikan program upaya pendalaman pasar keuangan, serta melaksanakan koordinasi dan kolaborasi yang bersifat strategis dengan otoritas lain, institusi keuangan bank dan non-bank, serta instansi terkait lainnya. Dengan dibentuknya task force, diharapkan upaya dan peran BI dalam mendorong pendalaman pasar keuangan domestik dapat lebih signifikan. Di pasar keuangan syariah, Bank Indonesia juga melanjutkan inisiatif pendalaman pasar keuangan syariah yang telah selesai dilakukan di 2013. Bank Indonesia terus melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia untuk mendorong penyelesaian fatwa transaksi repo antar bank syariah, sebagai salah satu alat manajemen likuiditas perbankan. Di 2014, Bank Indonesia juga telah memprogramkan pengembangan pasar sukuk dan lindung nilai untuk bank syariah, guna memperkaya instrumen pasar keuangan syariah. 3.2.3. Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion) Dalam rangka peningkatan akses keuangan, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan keuangan inklusif. Melalui program tersebut, Bank Indonesia berupaya mewujudkan tercapainya kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan terpeliharanya stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia bersinergi dengan kementerian serta lembaga domestik dan international. Pada triwulan I-2014, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan program keuangan inklusif, dengan perkembangan sebagai berikut: Dalam rangka peningkatan akses keuangan, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan keuangan inklusif. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 43 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 1. TabunganKu dan Basic Saving Account lainnya Bank Indonesia terus mendorong kesinambungan program Tabunganku dan basic savings account. Sampai dengan Maret 2014, jumlah rekening TabunganKu dan Basic Saving Account lainnya tercatat sebanyak 11,75 juta rekening. Jumlah ini meningkat sebesar 1,13 juta rekening dibandingkan akhir tahun 2013 (10,62 juta rekening). Dengan jumlah tersebut, maka telah tercapai 56,4% dari target tahun 2014 sebesar 2 juta rekening. Dari sisi jumlah nominal, program TabunganKu dan Basic Saving Account lainnya tercatat sebesar Rp9,40 triliun, meningkat Rp1,34 miliar dari posisi Desember 2013 (Rp9,26 triliun). Adapun rata-rata saldo rekening TabunganKu dan Basic Saving Account mencapai Rp800.293,00. Dalam rangka mendorong peningkatan jumlah rekening dan nominal Tabunganku serta Basic Saving Account telah dilaksanakan berbagai upaya meliputi: a. Mengingatkan kembali perbankan untuk menyampaikan rencana dan progress Hari Rajin Menabung, TabunganKu, rekening Pelajar, dan pencapaian BSA lainnya. b. Penyesuaian fitur TabunganKu bersama perbankan. c. Pemantauan penyampaian laporan progress TabunganKu dan basic savings account dari seluruh bank umum. d. Pengembangan sistem pelaporan secara online melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU). e. Koordinasi dengan Kementerian dan perbankan agar rekening tersebut dapat digunakan untuk penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat. 2. Perluasan Pelaksanaan Edukasi Keuangan kepada Masyarakat Kegiatan edukasi bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya perencanaan keuangan dan meningkatkan pemahaman tentang produk dan jasa lembaga keuangan formal. Target dari pelaksanaan edukasi ini adalah pelajar mulai tingkat SD, SMP, SMA sampai mahasiswa, Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan kelompok masyarakat tertentu, antara lain pedagang dan buruh rumah tangga (homeworkers). Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia telah menyusun modul mengenai pengelolaan keuangan yang ditujukan kepada pelajar, TKI dan kelompok masyarakat nelayan/ petani/masyarakat di wilayah perbatasan/masyarakat di kepulauan. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan edukasi keuangan diantaranya: a. Edukasi keuangan dan perbankan kepada Pelajar SMK Rodhatul Jannatin Naim di Jakarta Utara dan SMK Khazanah Kebajikan di Tangerang. b. Edukasi Perbankan dan Kewirausahaan kepada Kelompok Masyarakat Tertentu, yaitu pedagang di Blok G Tanah Abang, Jakarta Pusat. c. Training to Trainer (ToT) kepada mahsiswa dan dosen Fakultas Ekonomi di wilayah Jabodetabek, dan Jawa Timur, serta kepada pegawai & konsultan BI serta dari Mitra Wanita Pekerja Rumahan Indonesia (MWPRI) dan YASANTI. 44 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3. Kampanye Gerakan Menabung Kampanye Gerakan Menabung merupakan upaya bersama yang dilakukan oleh bank Indonesia, perbankan, dan stakeholder sebagai bagian dari edukasi keuangan kepada masyarakat. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia melakukan kampanye gerakan menabung melalui pelaksanaan bazar UMKM yang menjadi binaan Bank Indonesia dan perbankan di Purwakarta, Jawa Barat. 4. Pengembangan Layanan Keuangan Digital Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile maupun berbasis web. Melalui perluasan akses layanan tersebut diharapkan akan mempermudah transaksi keuangan masyarakat. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia mempersiapkan revisi Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 mengenai Uang Elektronik (Electronic Money) yang didalamnya akan mencakup pula pengaturan mengenai Layanan Keuangan Digital. Penerbitan pengaturan mengenai LKD menjadi salah satu upaya Bank Indonesia dalam rangka meningkatkan inklusivitas keuangan di Indonesia. Dalam pengaturan tersebut, media utama yang digunakan untuk melakukan transaksi keuangan LKD adalah uang elektronik yang telah tercatat secara resmi. Selain itu, diatur pula persyaratan penerbit yang dapat menyelenggarakan LKD melalui agen LKD individu. Sebagai bagian dari upaya memperkenalkan LKD kepada masyarakat, Bank Indonesia juga mempersiapkan sosialisasi, kampanye dan edukasi LKD. 5.Memfasilitasi Penyaluran Program Bantuan Pemerintah kepada Masyarakat Melalui LKD Individu Selain mendukung akses keuangan, luasnya jangkauan LKD dapat dimanfaatkan dalam penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, Bank Indonesia mempersiapkan pelaksanaan pilot project program tersebut. Pada triwulan I-2014 telah dilakukan pertemuan dalam rangka pembahasan usulan skema bisnis model dengan perbankan dan instansi terkait (Bappenas, kementerian Sosial, TNP2K). 6. Penyediaan Informasi Bagi Nelayan dan Petani Program keuangan inklusif yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencakup pula upaya untuk mengurangi asimetris informasi yang menghambat efisiensi transaksi keuangan. Terkait hal ini, Bank indonesia memfasilitasi penyediaan informasi perkembangan harga komoditi perikanan dan pertanian bagi nelayan dan petani. Melalui penyediaan informasi ini, diharapkan akan meningkatkan posisi tawar yang lebih baik bagi nelayan dan petani. Saat ini Bank Indonesia sedang melaksanakan pilot project penyediaan informasi harga komoditi perikanan dan pertanian di dua wilayah yaitu Jakarta dan Makassar. Daloam pelaksanaannya, Bank Indonesia bekerjasama dengan penyedia layanan telekomunikasi dan instansi terkait lainnya seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 45 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 7.Pengembangan Database dan Infrastruktur Dalam Rangka Persiapan Implementasi Financial Identity Number (FIN) Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan informasi secara komprehensif mengenai data keuangan individu, sehingga dapat meminimalkan terjadinya asymetric information dari lembaga keuangan. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan survei FIN yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012. Sampai dengan triwulan laporan, telah dilaksanakan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dalam penyusunan konsep Perjanjian Kerjasama pemanfaatan data Nomor Induk Kependudukan sebagai database FIN. Selain itu, dilakukan pula penyiapan pengembangan aplikasi terkait dengan FIN. Bank Indonesia juga menyusun model bisnis pengumpulan data FIN melalui program LKD, penyaluran Bantuan Pemerintah dan UMKM, bekerjasama dengan instansi terkait. 8. Penyusunan Dasar Hukum Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) Guna mempermudah koordinasi dalam pengembangan dan pelaksanaan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Bank Indonesia bekerjasama dengan instansi terkait tengah mempersiapkan payung hukum SNKI. Terkait hal ini, telah disusun Rancangan Peraturan Presiden termasuk penyusunan Forum Koordinasi Keuangan Inklusif. Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan Kementerian terkait termasuk OJK mengenai SNKI dan pelaksanaan program keuangan inklusif. 3.2.4. Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bank Indonesia turut aktif memperkuat sektor riil dan memberdayakan UMKM mengingat pentingnya kontribusi sektor riil dan UMKM terhadap perekonomian dan stabilitas sistem keuangan. Pentingnya kontribusi sektor riil dan UMKM terhadap perekonomian dan stabilitas sistem keuangan, mendorong Bank Indonesia untuk turut aktif memperkuat sektor riil dan memberdayakan UMKM. Upaya tersebut diwujudkan melalui penelitian dan pengembangan, pengembangan klaster komoditas pangan, dan kegiatan lain yang ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas pelaku usaha. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan dalam rangka peningkatan akses kredit atau pembiayaan UMKM antara lain: (i) Melakukan penelitian mengenai skema pembiayaan pertanian dengan fokus pada komoditas pangan. Penelitian ini dilakukan antara lain untuk mengetahui sejauh mana konsep value chain financing dapat diterapkan dalam pembiayaan di sektor pertanian. Selain itu, juga ditujukan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang timbul dari model pembiayaan, khususnya untuk tiga komoditas, yaitu beras, cabai, dan bawang merah. Ketiga komoditas tersebut dipilih karena termasuk komoditas yang dapat mendukung ketahanan pangan dan berpengaruh terhadap stabilitas harga. Selain itu, hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah mengenai kebijakan pengembangan kredit program di sektor pertanian. (ii) Melakukan evaluasi terhadap penelitian lending model yang sebelumnya telah dilakukan oleh Bank Indonesia, dalam rangka mengidentifikasi pola pembiayaan usaha kecil. (iii)Memfasilitasi pembentukan Asuransi Ternak Sapi, sebagai upaya mitigasi risiko bagi perbankan dalam membiayai usaha ternak sapi. Keberadaan asuransi tersebut diharapkan mendorong peningkatan pembiayaan pada usaha peternakan sapi. Asuransi ini telah diresmikan pada tahun 2013 dengan pilot project di daerah Sleman, 46 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia DI Yogyakarta dan beberapa daerah lain seperti Boyolali dan Padang. Di 2014, Bank Indonesia melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pilot project tersebut. Selain itu, dilakukan pula risk profiling guna memberi masukan dalam perhitungan tingkat premi asuransi ternak sapi. (iv)Memfasilitasi pilot project pemeringkatan kredit untuk UKM di Jawa Tengah. Dalam pelaksanaannya, program ini dilakukan antara Bank Indonesia dan PT. PEFINDO. Perjanjian Kerjasama antara kedua belah pihak telah ditandatangani 28 Februari 2014 di Semarang. Melalui kerjasama implementasi pemeringkatan kredit tersebut, diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit kepada UKM di Jawa Tengah. (v)Melakukan kajian tentang pemetaan geografis terhadap lima sektor industri kreatif yang berdaya saing di Indonesia. Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai industri kreatif yang dianggap memiliki daya saing di setiap daerah atau propinsi di seluruh Indonesia. Hasil pemetaan telah disosialisasikan kepada pemangku kepentingan pada Februari 2014. Selain itu, Bank Indonesia juga bekerjasama dengan World Bank melakukan survei terhadap pelaku industri kreatif dan perbankan. Survei tersebut untuk memperkuat kajian peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif di Indonesia, yang difokuskan pada industri kerajinan. Selain memperluas akses keuangan, Bank Indonesia juga meningkatkan kapabilitas sektor UMKM. Untuk itu, Bank Indonesia memfasilitasi pelatihan pembuatan catatan dan laporan keuangan bagi pelaku UMKM. Selain meningkatkan aspek manajerial dalam pengelolaan usaha, peningkatan kemampuan tersebut sekaligus diharapkan dapat membuka akses kredit/pembiayaan yang lebih luas. Sebagai langkah awal, pelatihan dilakukan di beberapa wilayah sebagai pilot project. Ke depan, pelatihan akan diperluas dalam skala nasional dengan melibatkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah. Upaya pengembangan sektor riil dan UMKM juga dilakukan dengan menerapkan program klaster. Sejalan dengan tugas menjaga kestabilan harga, Bank Indonesia mengembangkan klaster komoditas pangan yang menjadi sumber tekanan inflasi antara lain beras, daging, bawang merah, cabai merah, dan bawang putih. Adanya klaster komoditas pangan tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap kestabilan harga dari sisi penawaran. Program klaster komoditas pangan sebelumnya telah dilakukan oleh Bank Indonesia di 2013. Di 2014, Bank Indonesia kembali melanjutkan program inisiatif serupa dengan target perluasan jumlah dan wilayah klaster. Pengembangan klaster ketahanan pangan akan dilakukan terhadap delapan komoditas (padi, sapi, bawang merah, cabai merah, ikan, kedelai, sayuran dan ungas) yang akan diterapkan di 40 wilayah. Di triwulan I-2014, pelaksanaan program klaster ketahanan pangan telah dimulai dengan mengindentifikasi wilayah dan komoditas klaster yang akan diterapkan di masing-masing wilayah. Untuk melakukan hal tersebut, telah dilakukan survei dan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait. Implementasi komitmen juga telah dituangkan melalui penandatanganan kesepakatan bersama. Kegiatan inisiatif lain yang dilaksanakan adalah program Wirausaha Bank Indonesia. Program ini bertujuan untuk melahirkan wirausahawan-wirausahawan yang tangguh. Program wirausaha ini telah diinisiasi oleh Bank Indonesia sejak 2012 dan menjadi bagian dari Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Program pengembangan wirausaha Bank Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 47 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Indonesia tahun 2014 mengusung konsep trilogi program yaitu terfokus, berkelanjutan, dan koordinatif. Aktivitas program difokuskan pada peningkatan jumlah wirausaha di sektor agribisnis dan berorientasi ekspor dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan perbaikan struktur neraca perdagangan. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia telah melakukan identifikasi, profiling dan penjajakan lembaga pendamping program. Selain itu, telah pula dilakukan sosialisasi dan publikasi program, serta seleksi wirausahawan potensial. Upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memberdayakan UMKM mendapatkan apresiasi yang positif dari pemangku kepentingan. Pada triwulan I-2014, indeks kepuasan pemangku kepentingan terhadap peran Bank Indonesia dalam program pengembangan UMKM rata-rata mencapai 5,42 (skala 6). Indeks kepuasan tersebut meningkat dibanding pencapaian di triwulan IV-2013 yang mencapai 5,16. Dalam rangka penguatan sektor riil dan pengembangan UMKM, Bank Indonesia juga terus melakukan kegiatan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait diantaranya Kementerian Pertanian, Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pertanahan Nasional, serta kerjasama dengan Pemprov Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Bank Indonesia juga melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Pemda dan Dinas setempat untuk pengembangan UMKM di daerah. 3.2.5. Pengelolaan Informasi Perkreditan Guna mendukung infrastruktur sistem keuangan, Bank Indonesia mengelola Sistem Informasi Debitur (SID) agar proses pemberian kredit dapat dilakukan berdasarkan prinsip kehatihatian. 180 161,5 160 140 120 112,9 123,45 128,9 132 64,7 65,9 139,9 146,2 151,5 154,6 71,7 73,6 75 100 80 60 59,7 62,6 69,3 77,8 Guna mendukung infrastruktur sistem keuangan, Bank Indonesia mengelola Sistem Informasi Debitur (SID). Melalui SID, lembaga keuangan dapat melakukan pengecekan data debitur sehingga proses pemberian kredit dapat dilakukan berdasarkan prinsip kehatihatian dan tercapai efisiensi penyediaan dana di industri perbankan. 40 Pemanfaatan SID oleh lembaga keuangan semakin meningkat, baik dari sisi jumlah Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I lembaga keuangan yang menjadi pelapor Jumlah Debitur Jumlah Fasilitas SID dan data debitur serta fasilitas yang dilaporkan (Grafik 3.4). Pada triwulan I-2014, data debitur SID tumbuh 12,26% Grafik 3.4 (yoy), sementara jumlah data fasilitas yang Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID dilaporkan tumbuh 15,44% (yoy). Untuk memberikan basis data yang komprehensif, Bank Indonesia terus meningkatkan cakupan pelapor dan data dalam SID. 20 0 Peningkatan debitur dan fasilitas yang dilaporkan dalam SID berbanding lurus dengan permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) oleh lembaga keuangan. Permintaan IDI selama triwulan I-2014 tercatat sebanyak 9.2 juta permintaan, meningkat 5% (yoy) dari tahun lalu. Perkembangan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran lembaga keuangan untuk memanfaatkan data perkreditan guna menunjang aktivitas bisnisnya. 48 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Menyadari pentingnya informasi perkreditan baik bagi lembaga keuangan maupun lembaga publik, Bank Indonesia telah menyusun rencana pengembangan informasi perkreditan dalam kerangka blueprint pengembangan Sistem Informasi Perkreditan Nasional (SIPNAS). Di 2013, telah dicapai beberapa target yang ditentukan dalam blueprint pengembangan SIPNAS, antara lain penerbitan aturan mengenai Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) serta petunjuk pelaksanaannya. Sebagai tindak lanjut penerbitan ketentuan tersebut, pada triwulan I-2014 telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi ketentuan dengan lembaga keuangan dan masyarakat umum. Melalui peraturan dimaksud, Bank Indonesia membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk turut mengelola dan menghasilkan informasi perkreditan yang komprehensif dan bernilai tambah. Guna meningkatan efektivitas pelaksanaan ketentuan tentang LPIP, telah pula dibentuk task force antara Bank Indonesia dan OJK. Selain itu, Bank Indonesia juga tengah menjajaki kerjasama dengan instansi terkait, seperti Kementerian Dalam Negeri dan Direktorat Jenderal Pajak untuk memperkaya data perkreditan yang dikelola dalam SID. Tabel 3.3 Perkembangan Peringkat Indikator Getting Credit Negara-Negara di Kawasan ASEAN No Negara 1 Malaysia 2 Singapore 3 Vietnam 4 Cambodia 5 Brunei 6 Thailand 7 Indonesia 8 Philippines 9 Laos 10 Myanmar 2011 2012 2013 2014 111 1 6 8 12 3 152440 42 899853 42 116126129 55 726770 73 116126129 86 128126129 86 152166167 159 - - 170 Sumber: IFC, World Bank, 2014 Ketersediaan informasi perkreditan yang lebih komprehensif menjadi nilai tambah terhadap penilaian kemudahan berusaha (Ease of Doing Business) oleh World Bank. Terkait indikator kemudahan mendapatkan kredit, terdapat peningkatan yang signifikan dalam pemeringkatan Indonesia di 2014 (Tabel 3.3). 3.2.6. Koordinasi dan Kerjasama dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Bank IndonesiaOJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJK Eratnya keterkaitan tugas makroprudensial yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan tugas mikroprudensial yang menjadi kewenangan OJK, membutuhkan koordinasi dan kerjasama diantara kedua instansi. Untuk mewujudkan hal tersebut, Bank Indonesia dan OJK telah menandatangani Naskah Keputusan Bersama pada tanggal 18 Oktober 2013 yang mengatur mengenai: a. Kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masingmasing; b. Pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan sistem pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan oleh Bank Indonesia dan OJK; Bank Indonesia memastikan terlaksananya koordinasi dengan OJK baik di level teknis maupun di level strategis. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 49 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia c. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Bank Indonesia oleh OJK; dan d. Pengelolaan pejabat dan pegawai Bank Indonesia yang dialihkan atau dipekerjakan pada OJK. Untuk memastikan terlaksananya koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK, Bank Indonesia memprioritaskan penyelesaian kegiatan tersebut di atas dalam program kerja Inisiatif yang dimulai sejak triwulan I-2014. Selain itu, BI dan OJK juga membentuk working group di level teknis yang melakukan pertemuan secara rutin (mingguan) untuk membahas isu-isu yang muncul terkait dengan kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial. Sementara, isuisu yang bersifat strategis dibahas dalam pertemuan koordinasi bulanan di level Pimpinan Satuan Keja serta Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Dewan Komisioner OJK. BOKS Untuk menyelesaikan tugas terkait pertukaran data/informasi dan pengelolaan laporan, BI dan OJK telah membentuk Forum/Komite Koordinasi Pertukaran Informasi dan Sistem Pelaporan Lembaga Jasa Keuangan. Forum ini bertugas merumuskan sistem pertukaran informasi yang terintegrasi yang memuat antara lain informasi, aplikasi, infrastruktur, dan security dari sistem pertukaran informasi. Selain itu, forum juga melakukan harmonisasi, komunikasi, dan koordinasi termasuk menyepakati pengembangan sistem pelaporan jasa keuangan yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dan OJK. Sampai dengan triwulan I-2014, forum ini telah berkoordinasi untuk menyusun petunjuk pelaksanaan pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan. BOKS Tugas Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Melalui Pendekatan Makroprudensial Makroprudensial bukanlah hal yang baru bagi Bank Indonesia. Pengalaman menghadapi krisis keuangan tahun 1997/1998 telah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) melalui pendekatan mikro dan makro prudensial. Krisis menunjukkan bahwa SSK tidak semata-mata tercapai dari kondisi institusi keuangan yang sehat (aspek mikroprudensial). Aspek makroprudensial seperti interkoneksi antar elemen dalam sistem keuangan serta perilaku institusi keuangan dalam menghadapi dinamika perekonomian, juga perlu dipastikan. Hal ini bertujuan agar tetap berada pada koridor yang dapat menunjang kesinambungan fungsi sistem keuangan dalam mendukung perekonomian. Pengalaman yang sama kembali dihadapi oleh Indonesia dan beberapa negara lainnya pada krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008. Krisis yang bersumber dari sektor perbankan, memberikan dampak negatif tidak hanya pada sektor keuangan namun juga memperburuk kondisi makroekonomi di beberapa negara. Pengalaman ini menekankan adanya interaksi antara sektor keuangan dengan makroekonomi, sekaligus mempertegas pentingnya makroprudensial dalam menjaga SSK. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi Financial Stability Board (FSB), International Monetary Fund (IMF), dan Bank for International Settlement (BIS) untuk mengembangkan kerangka kebijakan makroprudensial. Kebijakan ini bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan risiko sistemik. 50 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Selain menghadapi tantangan ketidakpastian perekonomian global, sistem keuangan Indonesia juga dihadapkan pada tantangan internal yang tidak mudah. Pada akhir 2013, terjadi perubahan signifikan pada otoritas pengawasan lembaga keuangan di Indonesia. Melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Desember 2013, pengawasan perbankanberalih dari Bank Indonesia ke OJK. Berdasarkan Undang-undang tersebut, Bank Indonesia masih memiliki kewenangan di bidang makroprudensial, melalui fungsi pengawasan dan pengaturan. Kerangka kerja SSK Bank Indonesia yang sebelumnya mencakup pengawasan mikroprudensial dan surveilans makroprudensial, berubah menjadi fokus pada pendekatan makroprudensial. Dalam pelaksanaannya tetap mengedepankan koordinasi yang erat antara kebijakan makroprudensial dan kebijakan mikroprudensial yang dilaksanakan oleh OJK. Dalam hal ini termasuk koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Forum Koordinasi SSK (FKSSK). Sesuai definisi, fungsi pengawasan makroprudensial dilaksanakan Bank Indonesia terhadap sistem keuangan. Sistem keuangan mencakup sistem perbankan, lembaga keuangan non-bank, pasar keuangan, infrastruktur sistem keuangan, serta rumah tangga dan korporasi sebagai financial service user dalam sistem keuangan. Fungsi ini dilakukan dalam kerangka kerja yang diawali dengan proses monitoring hingga perumusan instrumen dan evaluasi kebijakan sebagaimana gambar berikut: Sumber: Harun & Rachmanira 2013 Salah satu karakteristik kebijakan makroprudensial yang membedakan dengan kebijakan lainnya, yaitu membatasi risiko sistemik dengan memperhatikan dimensi cross section dan dimensi time series. Dimensi cross section menekankan Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 51 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia bagaimana risiko terdistribusi dalam sistem keuangan pada satu periode tertentu yang disebabkan oleh kesamaan eksposure maupun interlink dalam sistem keuangan. Sementara dimensi time series menitikberatkan pada bagaimana risiko berevolusi dalam sebuah siklus. Sebagai contoh adalah membatasi risiko sistemik yang muncul dari perilaku procyclicality, yaitu kecenderungan agen ekonomi untuk mengambil risiko lebih tinggi dalam pembiayaan pada saat perekonomian membaik serta mengurangi pembiayaan secara drastis pada saat perekonomian memburuk. Karakteristik lain dari kebijakan makroprudensial adalah memiliki interaksi dengan kebijakan lain, seperti kebijakan mikroprudensial, kebijakan fiskal, dan sebagainya. Berikut tabel perbandingan antara kebijakan makroprudensial dengan kebijakan lain. Tabel Perbandingan Kebijakan Makroprudensial dengan Lainnya Kebijakan Dimensi Time Series Dimensi Cross Section MoneterYaTidak Fiskal / Sektor Riil Ya Ya, rumah tangga dan korporasi Mikroprudensial Tidak Ya, institusi keuangan Makroprudensial Ya Ya, institusi keuangan dengan perhatian pada rumah tangga dan korporasi Dampak Makroekonomi Makroekonomi dan Sektor Riil Sistem Keuangan Sistem Keuangan, dengan potensi dampak kepada rumah tangga dan korporasi Sumber: Harun & Rachmanira 2013 Beberapa kebijakan makroprudensial yang telah diimplementasikan oleh Bank Indonesia, antara lain Giro Wajib Minimum yang dihubungkan dengan Loan to Deposit Ratio (GWM-LDR), Loan to Value (LTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor, Posisi Devisa Netto (PDN), dan Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)11. Dalam rangka penerapan Basel III, Bank Indonesia juga sudah mulai mempersiapkan kebijakan makroprudensial yang berkaitan dengan permodalan yaitu (i) Countercyclical Capital Buffer, yang merupakan upaya untuk mengurangi perilaku prosiklikal dari sistem keuangan, (ii) Capital Surcharge yaitu tambahan permodalan untuk bank-bank yang diidentifikasikan sebagai Domestic-Systemically Important Banks, dan (iii) Macroprudential Leverage Ratio yaitu pengukuran permodalan yang dianggap mampu mendukung tingkat leverage yang diambil oleh bank. 11 GWM-LDR mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 15/15/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional, LTV mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor, PDN mengacu pada PBI No. 12/10/PBI/2010 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum, sedangkan SBDK mengacu pada SE BI Nomor 15/1/ DPNP tanggal 15 Januari 2013 perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit. 52 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang 3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran ditujukan untuk menjaga keamanan dan efisiensi sistem pembayaran. Kebijakan ini termasuk pengembangan infrastruktur secara berkelanjutan baik untuk sistem pembayaran bernilai besar maupun ritel. Kebijakan diterapkan baik terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun oleh penyelenggara lain di luar Bank Indonesia. Pada triwulan I-2014, kebijakan sistem pembayaran yang diambil meliputi: 1. Migrasi Sistem Sentral Kliring (SSK) SKNBI menggunakan Infrastruktur Baru Dalam rangka meningkatkan layanan kepada stakeholder dan memitigasi risiko gangguan operasional SKNBI, Bank Indonesia telah melakukan penggantian infrastruktur lama dengan infrastruktur baru yang menggunakan hardware dengan teknologi terkini. Pada Maret 2014, telah dilakukan proses migrasi dan tes logon oleh seluruh bank peserta dan Penyelenggara Kliring Lokal. Secara nasional, infrastruktur SSK versi baru telah digunakan dalam operasional SKNBI sejak minggu kedua Maret 2014. Sejauh ini tidak terdapat permasalahan yang menggganggu operasional sistem secara signifikan. Kebijakan sistem pembayaran diarahkan dalam upaya menjaga sistem pembayaran nasional yang lancar, aman dan efisien. 2. Rencana Implementasi SKNBI di Penyelenggara Kliring Lokal Non BI Prabumulih dan Pangkalan Bun. Untuk menjawab kebutuhan perbankan di wilayah Prabumulih–Sumatera Selatan dan Pangkalan Bun – Kalimantan Tengah dalam lalu lintas giral/cek dan bilyet giro, Bank Indonesia merencanakan membuka wilayah kliring baru di kedua kota tersebut. Tercatat 11 bank telah mendaftar menjadi peserta kliring di wilayah Prabumulih, dan 10 Bank di wilayah Pangkalan Bun. Implementasi SKNBI di kedua wilayah tersebut direncanakan awal April 2014 untuk wilayah kliring Prabumulih dan awal Mei 2014 untuk wilayah kliring Pangkalan Bun. 3. Pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II Pengembangan Sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) dan BI-SSSS (Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System) Generasi II, dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keandalan, keamanan, dan efisiensi operasional sistem pembayaran. Peningkatan keandalan dan keamanan dilakukan dengan penggunaan teknologi dan sistem informasi terkini, yang lebih fleksibel dalam mengakomodasi perubahan sesuai kebutuhan bisnis. Adapun peningkatan efisiensi dilakukan melalui penggunaan international standard platform dan pengembangan fitur liquidity management dalam sistem aplikasi yang memungkinkan peserta Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II untuk dapat mengelola likuiditasnya dengan lebih optimal. Pada triwulan I-2014, telah dilakukan tahapan integration test untuk menguji proses bisnis secara full cycle yang meliputi aplikasi Bank Indonesia Electronic Trading Platform (BI-ETP), BI-SSSS, BI-RTGS, dan sistem internal Bank Indonesia terkait. Pelatihan operasional BI-SSSS dan BI-ETP kepada seluruh peserta merupakan kelanjutan kegiatan periode sebelumnya. Dari sisi ketentuan, saat ini sedang diselesaikan penyusunan Peraturan Bank Indonesia dan ketentuan pelaksanaannya sebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan BI-ETP. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 53 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 4. Pengembangan SKNBI Next Generation Pengembangan SKNBI Next Generation (SKNBI-NG) merupakan program multiyears, dan telah dimulai sejak tahun 2013. Setelah menyelesaikan pengadaan konsultan dan penelitian yang terkait dengan SKNBI, pada triwulan I-2014 dilanjutkan dengan kegiatan pengembangan tahap kedua, yaitu penyusunan Dokumen Functional and Design Specification modul kliring individual. 5. Pengaturan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran Sebagai tindak lanjut amanat Undang-undang Bank Indonesia Nomor 23 tahun 1999 khususnya terkait perlindungan konsumen, Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran12. Ruang lingkup dalam pengaturan tersebut antara lain meliputi kegiatan transfer dana uang elektronik, APMK serta penyediaan dan atau penyetoran uang rupiah. Dalam upaya optimalisasi pelaksanaan ketentuan, Bank Indonesia melakukan sosialisasi ketentuan. Sosialisasi dilakukan kepada pelaku industri sistem pembayaran, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan beberapa instansi Pemerintah, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media massa. 6.Pengembangan National Payment Gateway (NPG) Dengan mempertimbangkan pada pencapaian efisiensi bagi masyarakat dengan mengurangi biaya transaksi, memperlancar konektivitas, dan meningkatkan akses bagi penyelenggara domestik serta mempertimbangkan pada kepentingan nasional, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan pengembangan NPG. Pada triwulan I-2014, selain melakukan pematangan strategi pengembangan NPG, Bank Indonesia juga melakukan diskusi dengan industri terkait dukungan pembentukan domestic switch kartu kredit nasional yang merupakan langkah awal pengembangan NPG. Rencana pembentukan domestic processing untuk transaksi pembayaran yang menggunakan instrumen APMK (khususnya kartu kredit) akan diupayakan untuk dilakukan melalui infrastruktur maupun message format yang saat ini sudah dipakai di industri sistem pembayaran di Indonesia. Selanjutnya, strategi pengembangan NPG akan terus diselaraskan dengan arsitektur fungsi strategis Bank Indonesia yang tengah disiapkan oleh Bank Indonesia. 7. Pengembangan Kawasan Less Cash Society (LCS) 54 Pada triwulan I-2014 pengembangan kawasan LCS direncanakan pada beberapa lokasi di Indonesia. Penentuan lokasi ditetapkan dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain besarnya populasi, frekuensi transaksi, dan jaringan/koneksi sistem yang memadai di daerah tersebut. Selama periode laporan, telah dilakukan koordinasi dengan tujuh Bank komersial untuk membahas pengembangan kawasan LCS. 12 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 8. Perluasan Penggunaan Uang Elektronik Pada periode laporan, telah dilakukan pembahasan strategi pembayaran Government to People (G2P) untuk Program Keluarga Harapan (PKH) secara elektronis beserta rencana aksi lanjutan dan kegiatan ujicoba. Kegiatan tersebut bertujuan untuk perluasan penggunaan uang elektronik. Selain itu, telah dilakukan pertemuan antara perbankan dengan BAPPENAS dan Kemensos terkait penentuan lokasi penyaluran bantuan PKH. 9.Standardisasi chip pada kartu ATM dan kartu ATM Debet Dalam rangka meningkatkan keamanan transaksi, kartu ATM dan kartu ATM debet yang diterbitkan oleh Penerbit di Indonesia beserta sarana pemrosesnya wajib menggunakan standar teknologi chip yang telah disepakati oleh industri dan disetujui oleh Bank Indonesia. Kewajiban penggunaan standar teknologi chip berlaku bagi seluruh kartu ATM dan kartu ATM debet yang diterbitkan oleh Penerbit di Indonesia, termasuk kartu ATM dan kartu ATM debet yang telah menggunakan standar teknologi chip lainnya. Teknologi chip tersebut memiliki fasilitas enkripsi sehingga data dalam kartu ATM dan kartu ATM debet tidak mudah diduplikasi, dengan demikian diharapkan dapat mengurangi timbulnya fraud dalam transaksi APMK. Pada triwulan ini telah dilakukan sosialisasi implementasi National Standard Indonesia for Chip Card Specification (NSICCS) oleh Prinsipal kartu ATM dan kartu ATM debet kepada bank-bank yang menjadi anggotanya. Selain dihadiri oleh perbankan, sosialisasi juga dihadiri oleh perwakilan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Bank Indonesia. Selain dengan menerapkan berbagai kebijakan di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran berwenang untuk melakukan pengawasan, pemantauan, atau pemeriksaan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran. Obyek pengawasan dalam sistem pembayaran meliputi sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar BI. Ruang lingkup pengawasan sistem pembayaran menitikberatkan pada aspek keamanan dan dipatuhinya ketentuan yang berlaku, seperti ketentuan perlindungan konsumen, manajemen resiko, serta anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Pengawasan terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh BI antara lain dilakukan melalui pemantauan (monitoring). Sedangkan pengawasan terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar Bank Indonesia, Bank Indonesia melakukan pengawasan baik secara off site berdasarkan data dan informasi laporan, maupun secara on site melalui kunjungan langsung ke penyelenggara. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 55 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia BOKS Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran Dalam perekonomian, sistem pembayaran memegang peranan penting sebagai pendukung dalam penerapan kebijakan moneter. Di samping itu, transaksi dalam sistem pembayaran dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan transaksi tersebut tentunya membawa konsekuensi tidak saja bagi konsumen namun juga bagi penyelenggara maupun Otoritas di Bidang Sistem Pembayaran. Di sisi lain, berbagai permasalahan akan muncul seiring dengan meningkatnya aktivitas dari transaksi Sistem Pembayaran. Dari seluruh pengaduan konsumen kepada bank yang dilaporkan oleh bank melalui LKPBU (Laporan Kantor Pusat Bank Umum) tahun 2013, pengaduan terkait dengan sistem pembayaran mencapai 97,29%. Sebagai respons atas pengaduan tersebut, Bank Indonesia melihat urgensi terhadap penanganan pengaduan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap pengguna jasa sistem pembayaran, yaitu dengan membentuk struktur dalam organisasi Bank Indonesia yang khusus menangani perlindungan konsumen. Selain itu, Bank Indonesia juga telah menerbitkan peraturan mengenai Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memberikan edukasi, konsultasi, fasilitasi kepada konsumen, serta pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja seluruh industri Sistem Pembayaran Mekanisme fasilitasi pengaduan konsumen adalah sebagai berikut: Permintaan informasi dan pengaduan konsumen kepada Bank Indonesia mengalami peningkatan dari bulan ke bulan, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini: 56 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Jenis permintaan informasi kepada Bank Indonesia sebagian besar terkait dengan penyediaan dan penyetoran uang, sedangkan pengaduan konsumen sebagian besar terkait dengan kartu kredit. 3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang Kebijakan pengelolaan uang diarahkan untuk mencapai tiga pilar, yaitu (i) ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya, (ii) distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal, (iii) serta layanan kas yang prima. Selama triwulan I-2014, implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar pertama adalah : a. Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) tahun 2015. Dalam penyusunan EKU tahun 2015 pada Mei 2014, telah dilakukan pengumpulan informasi, baik dari sisi indikator pengedaran uang maupun dari sisi asumsi awal beberapa indikator ekonomi makro. Informasi pengedaran uang antara lain berupa arus kas (outflow dan inflow) dan pemusnahan uang tidak layak edar dari seluruh kantor Bank Indonesia, baik di Kantor Pusat maupun seluruh Kantor Perwakilan Dalam Negeri. Sementara itu, asumsi ekonomi makro tahun 2015 adalah data pertumbuhan ekonomi, Kebijakan pengelolaan uang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, kondisi yang layak edar, dan penyediaan yang tepat waktu. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 57 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. Selain itu, data dan informasi pendukung lainnya adalah survei preferensi kebutuhan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia terhadap kualitas uang rupiah yang beredar. b. Kerja sama dengan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) terkait perjanjian pencetakan uang Rupiah tahun 2014. Penandatanganan perjanjian pelaksanaan pekerjaan pencetakan uang Rupiah tahun 2014 oleh Bank Indonesia dan Perum Peruri telah dilaksanakan pada 30 Desember 2013. Sebagai tindaklanjutnya telah direalisasikan pencetakan uang sebesar Rp32,0 triliun, dengan komposisi pencetakan uang kertas dan uang logam masing-masing sebesar Rp31,8 triliun dan Rp298,5 miliar. c. Koordinasi dengan Pemerintah terkait penerbitan uang Rupiah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada 17 Agustus 2014. Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan telah menyepakati jenis pecahan, desain, ukuran, gambar pahlawan nasional, dan tema uang yang akan diterbitkan. Terkait dengan gambar pahlawan, pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan Kementerian Sosial dan Sekretariat Kabinet dalam rangka persiapan Keputusan Presiden (Keppres) terkait penggunaan gambar pahlawan nasional dalam desain uang Rupiah kertas. Hal ini memenuhi amanat Undang-undang tentang Mata Uang pada Pasal 7 Ayat (3). Penggunaan gambar pahlawan nasional dimaksud sudah mendapat persetujuan ahli waris pahlawan, dan draft Keppres sudah disampaikan oleh pihak Kemenkeu kepada Presiden RI untuk memperoleh persetujuan dan penandatanganan. d. Kerja sama dengan aparat penegak hukum dalam upaya penanggulangan pemalsuan uang. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia dan Kepolisian RI (Bareskrim) telah melakukan rekonsiliasi data temuan uang palsu selama tahun 2013. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan penatausahaan data uang palsu oleh Bank Indonesia dan Kepolisian RI diperoleh dari sumber yang berbeda. Data uang rupiah palsu yang ditatausahakan Bank Indonesia berasal dari hasil klarifikasi perbankan dan masyarakat terhadap uang yang diragukan keasliannya, serta temuan uang rupiah palsu dari setoran uang oleh perbankan. Sedangkan data uang rupiah palsu yang ditatausahakan Kepolisian RI berasal dari hasil pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu dan laporan masyarakat. Selain itu, juga dilakukan evaluasi kasus tindak pidana uang rupiah palsu yang menonjol tahun 2013, evaluasi kerjasama antara Bank Indonesia dan Kepolisian RI tahun 2013, serta rencana kerjasama pada tahun 2014. Pada triwulan laporan, Bareskrim-Kepolisian RI telah memusnahkan 135.110 lembar uang rupiah palsu yang terdiri dari pecahan Rp1.000 hingga Rp100.000. Bank Indonesia juga memberikan dukungan terhadap upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian RI. Dukungan tersebut dalam bentuk pemberian keterangan ahli pada kasus tindak pidana pemalsuan uang rupiah dan pemeriksaan uang palsu pada laboratorium BI-CAC (Bank Indonesia-Counterfeit Analysis Center). e. Kerjasama dengan Kementerian dan Lembaga lainnya dalam rangka sosialisasi dan edukasi publik mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) dan cara memperlakukan uang Rupiah dengan baik. 58 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Bank Indonesia telah melakukan 11 kali kegiatan sosialisasi di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Banjarnegara, Balikpapan, Bojonegoro, Purwakarta, serta di wilayah Jakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh 2. 275 peserta dari berbagai kelompok masyarakat/instansi, antara lain guru dan pelajar (500 orang), pedagang (125 orang), Kepolisian (250 orang), serta masyarakat umum (1.350 orang). Selain sosialisasi pada berbagai kelompok masyarakat dan aparat penegak hukum, mulai tahun 2013 dilakukan pula kegiatan edukasi publik melalui jalur pendidikan. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan & Kebudayaan (Pusat Kurikulum Perbukuan) telah menyelesaikan penyusunan Buku Panduan Guru Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah mengenai Materi Kebanksentralan, yang didalamnya memuat materi Sistem Pembayaran Non Tunai, Pengelolaan Uang Rupiah, dan Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) sebagai bagian dari materi pendidikan Ekonomi. Materi Kebanksentralan ini telah masuk dalam Kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan secara bertahap di seluruh Indonesia. Selanjutnya, terkait implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar kedua adalah sebagai berikut: a. Distribusi uang ke satuan kerja kas Bank Indonesia. Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia telah merealisasikan pengiriman uang rupiah sebesar Rp18,7 triliun untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah di wilayah Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebesar 62,5% atau Rp11,7 triliun didistribusikan untuk memenuhi tambahan kecukupan persediaan kas KPwDN-BI dalam berbagai pecahan. Sementara itu, 37,5% atau Rp7,0 triliun untuk memenuhi tambahan kecukupan persediaan kas KPBI. Pengiriman uang ke KPwDN-BI dengan porsi terbesar dilakukan pada Depo Kas (DK) Palembang sebesar Rp3,4 triliun dan DK Balikpapan sebesar Rp3,3 triliun. b. Kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa angkutan terkait distribusi uang. Kerja sama ini dilakukan dengan PT. Kereta Api Indonesia dan PT. PELNI untuk menyediakan armada transportasi secara reguler, berupa kereta api dan kapal penumpang, untuk mendukung kelancaran kegiatan distribusi Rupiah ke seluruh Indonesia. Selanjutnya, implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar ketiga adalah: a. Layanan kas Keliling yang berlokasi di tempat-tempat keramaian, seperti pasar, stasiun Kereta Api, dan pada kegiatan pameran. Kegiatan ini berupa penukaran uang pecahan besar menjadi uang pecahan kecil dan uang rusak/cacat/lusuh dengan uang layak edar. Selama triwulan laporan, telah dilakukan 121 kali kegiatan kas keliling dengan total penukaran Rupiah sebesar Rp55,0 miliar. Kegiatan tersebut terdiri dari 104 kali kegiatan kas keliling di wilayah Jakarta – Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi (Jabodetabek) dan 17 kali kegiatan kas keliling di luar wilayah Jabodetabek, seperti wilayah Serang, Pandeglang, Labuan dan Cilegon. Kegiatan layanan kas keliling juga dilakukan oleh seluruh KPwDN-BI, yang selama triwulan laporan mencapai Rp300,4 miliar. Penukaran tertinggi dilakukan di KPwDN Solo yang tercatat sebesar Rp19,5 milliar. Dengan demikian, total jumlah penukaran pada layanan Kas Keliling pada triwulan laporan mencapai Rp355,3 miliar. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 59 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia b. Layanan Kas Titipan bekerja sama dengan perbankan di daerah yang sulit atau belum terjangkau oleh layanan Bank Indonesia namun memiliki aktivitas ekonomi yang cukup tinggi (blank spot area). Sampai dengan triwulan laporan, tercatat jumlah Kas Titipan sebanyak 25 unit kas titipan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia diluar Pulau Jawa, dengan melibatkan sebelas bank umum. 11 bank umum tersebut adalah Bank Mandiri (delapan Kas Titipan), Bank Negara Indonesia (empat Kas Titipan), Bank Rakyat Indonesia (tiga Kas Titipan), BPD Nusa Tenggara Timur (dua Kas Titipan) dan BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (dua Kas Titipan), serta BPD Sumsel & Babel (satu Kas Titipan), BPD Sulawesi Utara (satu Kas Titipan), BPD Kalimantan Barat (satu Kas Titipan), BPD Kalimantan Tengah (satu Kas Titipan), BPD Nusa Tenggara Barat (satu Kas Titipan), dan BPD Papua & Papua Barat (satu Kas Titipan). Jumlah uang rupiah yang ditarik oleh bank pengelola Kas Titipan sebesar Rp4,8 triliun. Dari jumlah tersebut, jumlah uang rupiah yang ditarik oleh bank pengelola di KPwDN Provinsi Sumatera Selatan merupakan yang tertinggi yakni mencapai Rp849,2 miliar (pangsa 17,8%), dan diikuti oleh KPwDN Provinsi Jambi sebesar Rp843,6 miliar (pangsa 17,7%) dan KPwDN Pematang Siantar sebesar Rp693,5 miliar (pangsa 14,5%). Sementara jumlah uang rupiah yang disetor oleh bank pengelola ke Bank Indonesia sebesar Rp6,6 triliun, yang merupakan uang rupiah tidak layak edar hasil dari penukaran perbankan dan masyarakat. 3.4. Kerjasama Internasional 3.4.1. Kerjasama ASEAN Bank Indonesia berpartisipasi aktif dalam berbagai fora kerjasama internasional baik pada tataran regional maupun multilateral. Bank Indonesia mendorong kerjasama di ASEAN untuk mendukung terwujudnya dinamika ekonomi yang tinggi, pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi inklusif, serta perekonomian ASEAN yang terintegrasi, sesuai amanat Kepala Negara pada KTT ASEAN 2007 di Singapura. Pada triwulan I-2014, beberapa inisiatif integrasi melanjutkan pencapaian inisiatif kerja sama yang telah digulirkan sebelumnya sesuai dengan wilayah kerja sama masing-masing. Beberapa fokus utama agenda yang diperjuangkan Bank Indonesia adalah integrasi sektor perbankan, sektor keuangan, dan pengembangan sistem pembayaran di wilayah ASEAN. Terkait integrasi sektor perbankan, Bank Indonesia melalui kerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperjuangkan kepentingan nasional terutama dengan mendorong akses pasar bagi perbankan nasional untuk beroperasi di ASEAN. Pada 2011, Gubernur Bank Sentral ASEAN telah menyepakati perlunya percepatan proses integrasi perbankan. Kesepakatan dituangkan dengan dibentuknya Task Force on ASEAN Banking Integration Framework (TF-ABIF), dengan menunjuk Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia sebagai Co-Chairs. Saat ini proses integrasi tengah berada pada tahap penyempurnaan pedoman untuk menjamin kehadiran perbankan Indonesia di regional ASEAN sebagai Qualified ASEAN Banks (QAB). Selain agenda di sektor perbankan, agenda integrasi sektor keuangan juga menitikberatkan pada upaya pengembangan kapasitas dan integrasi infrastruktur pasar modal dan obligasi di ASEAN. Saat ini tengah disusun cetak biru infrastruktur pasar modal ASEAN sebagai pedoman arah pengembangan integrasi dimaksud. Untuk mendukung upaya tersebut, area kerja sama lainnya terkait pengaturan rezim aliran modal serta kebijakan 60 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia dan penyelenggaraan sistem pembayaran dan setelmen. Upaya integrasi jasa keuangan di ASEAN dilakukan dengan hati-hati dengan tetap mempertimbangkan aspek stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial. 3.4.2. Kerjasama G-20 Sepanjang triwulan I-2014, Bank Indonesia telah melaksanakan berbagai kegiatan terkait keanggotaan Indonesia dalam forum G-20. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah menghadiri rangkaian pertemuan G-20 tingkat Deputies dan pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20. Selain kehadiran sebagai bagian dari delegasi Republik Indonesia, partisipasi aktif Bank Indonesia pada forum G-20 sepanjang triwulan I-2014 juga dilakukan dalam bentuk pembahasan di working group maupun berbagai rapat koordinasi antar instansi. Pertemuan G-20 Deputies serta pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 membahas pokok-pokok permasalahan sebagai berikut: (i) isu perekonomian global, khususnya dampak normalisasi kebijakan moneter di negara maju dan upaya mengatasi volatilitas perekonomian negara emerging serta upaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi global, (ii) identifikasi upaya reformasi yang dapat didorong untuk menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi peningkatan investasi sektor swasta termasuk infrastruktur dan small and medium sized enterprises (SME), serta upaya mengatasi berbagai hambatan yang ada, (iii)upaya mengatasi rendahnya pertumbuhan ekonomi global melalui perumusan kerangka kebijakan yang lebih kuat serta reformasi stuktural untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi global dengan merumuskan strategi pertumbuhan yang komprehensif, (iv)upaya melanjutkan reformasi tata kelola International Monetary Fund (IMF) khususnya implementasi reformasi general quota ke-14 yang sudah disepakati pada tahun 2010 dan penyelesaian General Review of Quotas (GRQ) ke-15, dalam rangka penyeimbangan representasi di IMF serta penguatan sumber daya IMF. (v)upaya melanjutkan reformasi sektor keuangan dan identifikasi hambatan-hambatan utama dalam implementasi kebijakan reformasi, dan (vi)upaya bersama untuk mengatasi tantangan utama sistem perpajakan internasional, sejalan dengan globalisasi dan peningkatan digitalisasi ekonomi, serta perlunya dukungan terhadap standar global dalam pertukaran informasi perpajakan. Dalam pertemuan G-20, Bank Indonesia secara aktif mempromosikan kebijakan yang telah ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam meningkatkan daya tahan perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia juga menyuarakan perlunya kehati-hatian negara maju dalam mengkalibrasi dan mengkomunikasikan kebijakannya untuk menghindari risiko peningkatan volatilitas aliran modal serta mempertimbangkan dampak outward spillover kebijakan mereka. Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 menghasilkan kesepakatan penting antara lain: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 61 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia (i) komitmen G-20 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global secara signifikan dengan tetap memperhatikan sustainabilitas fiskal dan stabilitas sektor keuangan. Reformasi sektor keuangan diarahkan untuk mendukung daya tahan sistem keuangan dan meningkatkan kepastian dalam lingkup regulasi dan dalam kerangka mendukung kepercayaan pasar dan pertumbuhan. (ii)menciptakan iklim investasi yang kondusif di setiap negara, terutama investasi pada proyek infrastruktur dan UKM. Kerjasama dalam rangka keuangan inklusif. Dalam forum G20, Bank Indonesia terlibat dan aktif dalam Global Partnership on Financial Inclusion (GPFI) dan Development Working Group (DWG) i. Global Partnership on Financial Inclusion (GPFI) Bank Indonesia saat ini telah aktif dalam 2 sub group GPFI, yaitu sebagai co-chair sub group Regulation and SSB; dan anggota sub group SME Finance. Dalam workshop GPFI yang dilaksanakan di Hobart Australia tanggal 5-6 Mei 2014, Bank Indonesia telah memberikan masukan khususnya terkait 4 area utama penyempurnaan Financial Inclusion Action Plan (updated FIAP). ii. Development Working Group (DWG) Keterlibatan Bank Indonesia dalam Group ini adalah terkait dengan financial inclusion dan remitansi. Kedua materi tersebut sudah dikoordinasikan dengan Bappenas selaku pimpinan Delegasi dalam forum DWG. 3.4.3. Kerjasama International Monetary Fund (IMF) Kegiatan surveillance merupakan kegiatan rutin IMF untuk melakukan asesmen kondisi makroekonomi saat ini dan proyeksi ke depan, termasuk di dalamnya kegiatan identifikasi risiko dan saran kebijakan yang dapat dilakukan oleh negara anggotanya. Pada triwulan laporan, IMF melakukan kunjunganke Indonesia dalam rangka surveillance. Berdasarkan asesmen IMF, kebijakan ekonomi yang dibuat otoritas telah menempatkan Indonesia pada kondisi yang baik terhadap tapering, khususnya kebijakan ekonomi makro yang diambil sejak pertengahan 2013. Kebijakan tersebut telah berhasil mengurangi volatilitas pasar keuangan dan memperbaiki sentimen pasar. Kebijakan “stability over growth”(mengutamakan stabilitas ekonomi) telah diterima dengan baik oleh pasar, ditambah dengan koordinasi moneter dan fiskal yang baik, juga telah meningkatkan kepercayaan pelaku ekonomi. Berdasarkan kondisi tersebut, IMF memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4% pada 2014, dengan konsumsi swasta masih menjadi pendukung. IMF juga memproyeksikan: i. ekspor neto cenderung akan memberikan kontribusi yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Kondisi tersebut sebagai dampak dari kebijakan minerba dan besarnya defisit perdagangan pada minyak dan gas neto, meski pertumbuhan ekspor manufaktur lebih tinggi; 62 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia ii. pertumbuhan investasi diperkirakan akan melambat. Hal itu seiring dengan semakin ketatnya pembiayaan internal dan meningkatnya biaya pinjaman, sementara Foreign Direct Investment (FDI) berada pada level modest; dan iii.tren headline inflasi akan kembali pada kisaran target 4,5%+1% pada akhir 2014. Selain itu, IMF melihat prospek risiko Indonesia terhadap downside berada pada level moderat. Kondisi tersebut terutama disebabkan faktor eksternal, yaitu penurunan sentimen investor terhadap emerging market yang diperburuk oleh QE tapering turbulence dan/atau perlambatan pada mitra dagang utama emerging market (termasuk ekonomi Tiongkok). Selanjutnya Tim IMF memberikan rekomendasi kepada Indonesia agar kebijakan ekonomi makro dan keuangan terus diarahkan untuk mengurangi ketidakseimbangan eksternal dan fiskal. Selain itu, Indonesia agar memelihara sistem keuangan yang stabil, mengingat faktor outlook dan risiko global. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal yang berkelanjutan akan membantu mengurangi kerentanan. Reformasi struktural sangat penting dilakukan untuk ketersediaan lapangan pekerjaan dan prospek pertumbuhan ekonomi. Selain surveillance, kerjasama dengan IMF juga terkait dengan reformasi kuota dan tata kelola. Dalam kerangka quota review ke-14, Board of Governors (BoG) IMF telah menyetujui reformasi kuota dan tata kelola IMF tahun 2010 yang menghasilkan kenaikan kuota IMF dan perubahan Dewan Eksekutif. Upaya reformasi ini bertujuan untuk meningkatkan legitimasi dan efektivitas IMF, melalui penyesuaian (realignment) kuota negara anggota sehingga terdapat peningkatan representasi negara berkembang dan emerging. Sebagai suatu bentuk dukungan nyata, Indonesia telah menyampaikan persetujuannya atas reformasi kuota dan tata kelola 2010. Selanjutnya, Indonesia secara konsisten mendukung peningkatan legitimasi dan efektivitas IMF dengan turut mengadopsi resolusi BoG bulan Februari 2014 dan menyerukan penyelesaian reformasi 2010 dan quota review ke-15 dalam forum G-20. 3.4.4. Fora Kerjasama Internasional Lainnya Selain kerja sama regional dan multilateral tersebut di atas, Bank Indonesia memperkuat kerja sama secara bilateral dengan beberapa negara mitra dialog utama khususnya dalam kaitan dengan tugas Bank Indonesia. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia dan Bank of Korea telah menjalin kerjasama swap mata uang lokal IDR/KRW yang memungkinkan kedua bank sentral mempertukarkan mata uang lokalnya pada periode waktu tertentu. Bentuk kerjasama antara Bank Indonesia dan Bank of Korea ini adalah Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA). Tujuan kerja sama swap tersebut adalah untuk memfasilitasi transaksi perdagangan internasional dan investasi yang telah terjalin secara bilateral antara Indonesia dan Korea selama ini. Selain kerjasama dengan Bank of Korea, Bank Indonesia terus memperkuat kerja sama antar bank sentral di wilayah Asia Timur dan Pasifik dalam forum Executive Meeting on East-Asia and Pacific Central Banks and Monetary Authorities (EMEAP) serta kerja sama multilateral dalam keanggotaannya pada forum Bank for International Settlement (BIS). Bank Indonesia telah menjadi menjadi anggota AFI sejak tahun 2010. Bank Indonesia telah berkomitmen dalam Maya Declaration (2011) untuk meningkatkan akses keuangan unbanked people melalui pengembangan dan implementasi berbagai terobosan inisiatif, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 63 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia yaitu Program Edukasi Keuangan, Financial Identity Number (FIN), Basic Saving Account (TabunganKu), serta program Branchless Banking. Selain itu, tahun 2013 Bank Indonesia telah berkomitmen dalam Sasana Accord untuk melakukan pengukuran pencapaian komitmen keuangan inklusif menggunakan the core set of AFI Financial Inclusion Data. Bank Indonesia selalu aktif dan terlibat dalam working group AFI yaitu (i) SME Finance Working Group (SMEFWG), (ii) Financial Inclusion Data Working Group (FIDWG), (iii) Financial Inclusion Strategy Peer Learning Group (FISPLG), (iv) Financial Integrity Working Group (FINTWG), dan (V) Mobile Financial Services Working Group (MFSWG). 3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan Komunikasi kebijakan ditujukan untuk mendukung efektivitas kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dalam komunikasi, Bank Indonesia selalu melakukan prinsip–prinsip komunikasi yang berpegang pada prinsip RACE (Research, Action Plan, Communication, dan Evaluation). Dengan demikian, setiap kegiatan komunikasi yang dilakukan selalu mengedepankan riset serta perencanaan demi terciptanya kegiatan komunikasi yang efektif. Dalam setiap kegiatan komunikasi juga selalu dilakukan evaluasi dalam upaya rekomendasi perbaikan kegiatan komunikasi ke depannya. Salah satunya melalui tools media monitoring yang dapat mengontrol dan melihat persepsi publik terhadap kebijakan yang diputuskan dan dijalankan. Pada triwulan I-2014, berbagai kebijakan dikomunikasikan oleh Bank Indonesia kepada pemangku kepentingan utama dan public melalui tahapan yang terencana, mulai dari pre launching sampai kepada post launching kebijakan. Komunikasi kebijakan tersebut dilakukan melalui penyelenggaraan konferensi pers, penerbitaan siaran pers, dan berbagai publikasi lainnya. Selain itu, Bank Indonesia juga telah melakukan berbagai kegiatan komunikasi kebijakan yang melibatkan stakeholders dari berbagai kalangan. Komunikasi kebijakan sektor moneter, umumnya kebijakan dilakukan dalam rangka pendalaman pasar keuangan serta kebijakan suku bunga (BI Rate). Dari sisi kebijakan suku bunga, Bank Indonesia selama triwulan I-2014 tetap mempertahankan suku bunga pada level 7,5%. Kebijakan ini masih sesuai dengan arah kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia yaitu dalam rangka mengarahkan inflasi ke kisaran 4,5 + 1% di tahun 2014 dan 3,5+1% di tahun 2015. Kebijakan ini juga masih sejalan dengan upaya mengendalikan defisit transaksi berjalan. Selain itu, dalam rangka melakukan pendalaman pasar keuangan, pada triwulan I-2014, Bank Indonesia juga terus melakukan sosialisasi swap hedging serta Mini Master Repo Agreement (Mini MRA). Mini MRA merupakan salah satu instrumen yang mendapatkan tanggapan positif dari banyak pihak. Pada 18 Januari 2014, kembali dilakukan penandatanganan perjanjian Mini MRA dari sebelumnya hanya diikuti oleh 8 bank, diikuti oleh 38 bank nasional. Pemberitaan terkait Mini MRA cukup banyak diberitakan di media. Hampir keseluruhan pemberitaan terkait Mini MRA pada awal triwulan I-2014 memiliki tone pemberitaan yang cukup positif. Capaian tersebut diperoleh melalui komunikasi kebijakan yang terukur dan efektif, antara lain melalui kegiatan-kegiatan seperti media briefing, pelatihan wartawan, press conference, press release, Fokus Group Dicussion (FGD), dan talk show. Dari sektor Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), Bank Indonesia juga melakukan beberapa program komunikasi dalam rangka menegaskan fungsi dan peran Bank Indonesia dalam SSK yaitu melalui kebijakan-kebijakan makroprudensial. Salah satu kegiatan komunikasi adalah kegiatan FGD yang dilakukan pada awal triwulan I-2014 melibatkan redaktur dan 64 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia wartawan. Kegiatan FGD terkait dengan evaluasi dan arah kebijakan Bank Indonesia dibidang SSK. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia juga terus mengkomunikasikan kebijakan terkait financial inclusion kepada masyarakat. Salah satunya adalah mengkomunikasikan pokok-pokok peraturan terkait Layanan Keuangan Digital. Melalui komunikasi tersebut, diharapkan masyarakat yang belum dapat menikmati layanan perbankan, ke depannya dapat menggunakan fasilitas layanan perbankan. Layanan Keuangan Digital sudah lama ditunggu khususnya oleh perbankan serta publik pada umumnya. Layanan Keuangan Digital merupakan salah satu produk yang diharapkan memiliki manfaat yang besar khususnya dalam mendukung stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Indonesia. Komunikasi arah kebijakan Bank Indonesia terkait sistem pembayaran dilakukan pada triwulan I-2014 dilakukan melalui FGD dengan wartawan dan redaktur. Selain itu, juga dikomunikasikan mengenai pengaturan perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran yang diatur dalam peraturan Bank Indonesia. Selain melalui FGD, kegiatan komunikasi juga dilakukan melalui media briefing, seminar, dan talk show yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan kementerian perdagangan di Makassar. Selain itu, Bank Indonesia melakukan edukasi serta sosialisasi dengan mengajak masyarakat menggunakan uang elektronik dalam bertransaksi. Kegiatan komunikasi lain terkait dengan sistem pembayaran adalah talk show mengenai pengedaran uang palsu. Pengedaran uang palsu cukup sering diberitakan khususnya dikaitkan dengan Pemilu yang akan diselenggarakan pada triwulan II-2014. Untuk itu, sosialisasi dan edukasi terkait pengedaran uang palsu menjadi cukup penting untuk dilakukan. Bank Indonesia terus menyempurnakan channel komunikasinya melalui contact center BICARA (Bank Indonesia Call Interactive). Penyempurnaan BICARA terus dilakukan dalam rangka membangun persepsi positif Bank Indonesia di dalam dan di luar negeri” khususnya dalam rangka penyediaan informasi kepada publik. BICARA saat ini sedang dalam tahap untuk mendapatkan ISO 9001:2008 dalam rangka meningkatkan standar mutu dan kualitas terhadap penyediaan layanan. Upaya peningkatan persepsi positif mengenai perekonomian Indonesia baik yang ditunjukkan oleh peningkatan sovereign credit rating dan berbagai indikator persepsi lainnya terus dilakukan melalui Investor Relations Unit (IRU). IRU Bank Indonesia yang merupakan single point of contact bagi stakeholders internasional, telah melaksanakan berbagai program komunikasi dengan stakeholders utama. Beberapa program komunikasi mencakup investor dan opinion leaders yang berpengaruh dalam menentukan persepsi mengenai Indonesia seperti lembaga pemeringkat, lembaga multilateral serta akademisi internasional. Kegiatan utama yang dilakukan IRU pada triwulan I-2014 meliputi: (i) kegiatan pelaksanaan asesmen lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P), (ii) Non Deal Roadshow GMTN8, dan (iii) investor update baik melalui investors conference call yang diikuti investor dari berbagai belahan dunia maupun melalui individual investor briefing. Selain itu, juga telah dilakukan koordinasi dengan Investor Relations perbankan dan korporasi, serta pengkinian data dan informasi ekonomi Indonesia secara berkala bagi stakeholders melalui website IRU Bank Indonesia. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 65 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Pelaksanaan upaya peningkatan persepsi positif mengenai perekonomian Indonesia oleh Investor Relations Unit (IRU) juga didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Luar Negeri (KPwLN), baik yang berada di London, New York, Singapura, maupun Tokyo. Sepanjang triwulan I-2014 seluruh KPwLN telah melaksanakan sejumlah kegiatan hubungan investor khususnya dengan lembaga rating dan investor utama. Terkait lembaga rating, KPwLN telah memfasilitasi pertemuan high level dengan S&P dan Moody’s di sela pertemuan IMF/World Bank Spring Meeting 2014 (KPw New York), melaksanakan pertemuan dengan Japan Credit Rating Agency/JCRA (KPw Tokyo), serta melaksanakan pertemuan dengan Fitch Ratings (KPw London). Terkait dengan investor, tiga KPwLN (London, New York, dan Singapura) telah melaksanakan pertemuan dengan sejumlah investor utama yang memegang surat-surat berharga pemerintah Indonesia. Pertemuan dengan lembaga rating dan investor utama tersebut selain merupakan media yang sangat baik untuk membangun hubungan baik dan menjaga persepsi positif mereka terhadap ekonomi Indonesia juga menjadi sarana yang efektif untuk mengelaborasi concerns mereka terkait perekonomian Indonesia dan mendapatkan feedback dari mereka. Key messages yang disampaikan oleh KPwLN sepanjang triwulan I-2014 pada umumnya ditekankan pada beberapa topik yang menjadi burning issues selama triwulan I-2014, antara lain: a. Arah kebijakan ekonomi Indonesia, di tengah tantangan ekonomi global dan domestik, yang difokuskan pada pencapaian stabilitas (stabilization over growth) dan ditempuh melalui bauran kebijakan oleh BI dan pemerintah. Termasuk dalam kaitan ini berbagai upaya yang ditempuh untuk mengatasi defisit current account dan meredam inflasi. b. Upaya pendalaman pasar keuangan khususnya pasar uang yang ditempuh oleh BI dimana hal ini merupakan bagian dari reformasi struktural dan ditujukan antara lain agar pasar keuangan Indonesia lebih resilience. c. Terkait UU Minerba yang baru saja dirilis oleh Pemerintah dan dampak positifnya dalam jangka panjang terhadap kinerja ekspor Indonesia. d. Pelaksanaan pemilu yang ditekankan tidak akan mengubah drastis kebijakan ekonomi Indonesia sebagaimana terkonfirmasi dalam beberapa pemilu sebelumnya yang berjalan dengan lancar dan tidak diikuti dengan perubahan kebijakan ekonomi secara radikal. Terkait Asesmen tahunan S&P terhadap sovereign credit rating Indonesia, penyelenggaraannya dilakukan melalui koordinasi dengan beberapa Kementerian dan Korporasi antara lain: Bank Indonesia, OJK, Kementrian Keuangan, DJPU, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, BAPPENAS, BKPM, Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PT Pertamina, dan PT Astra International. Pada Maret 2014, asesmen oleh S&P telah berjalan dengan baik dan telah diperoleh informasi yang cukup untuk menjadi dasar bagi penilaian sovereign rating Indonesia. Pada 25 Februari-7 Maret 2014, telah dilaksanakan kegiatan Non Deal Roadshow (NDR). Kegiatan NDR bertujuan untuk memberikan update informasi kepada investor di Singapura, Eropa (Frankfurt, Amsterdam, Paris), dan Amerika Serikat (New York dan Los Angeles). Kegiatan NDR ini merupakan bagian dari penerbitan global bond RI di awal tahun 2014. 66 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Tercatat lebih dari 65 investor telah ditemui selama NDR, baik dalam bentuk one on one maupun group meeting. Selain itu, juga dilakukan investor update dalam bentuk investors conference call. Pada triwulan I-2014, telah dilakukan investor conference call sebanyak dua kali, Januari dan Februari. Pelaksanaan conference call pada Januari 2014 memperoleh respon baik dari investor. Hal tersebut terlihat dari jumlah partisipan yang mencapai 89 peserta dan berasal dari Kawasan Asia Pasifik, Eropa, dan AS. Selanjutnya, conference call pada Februari 2014 juga memperoleh respon yang sangat positif dari investor dengan jumlah partisipan sebanyak + 70 peserta dari Asia dan Eropa. Kegiatan investor briefing yang dilakukan juga menunjukkan animo yang tinggi dari investor dalam mendapatkan informasi dan update kondisi perekonomian Indonesia yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan investasi investor. Pada triwulan I-2014, telah dipenuhi sembilan permintaan briefing dari investor. Selain memberikan informasi dan update kepada investor, dari kegiatan investor briefing juga diperoleh masukan bahwa walaupun sebagian besar investor menyatakan kekhawatirannya terhadap tekanan eksternal yang dihadapi Indonesia, mayoritas tetap yakin bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terjaga dengan baik. Dalam rangka melakukan diseminasi informasi kepada stakeholder eksternal, IRU senantiasa melakukan pengkinian data dan informasi ekonomi Indonesia secara berkala melalui website IRU Bank Indonesia. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 67 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 68 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia Dalam rangka mendukung terwujudnya akuntabilitas pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia yang berlandaskan tata kelola organisasi yang baik, selama triwulan I-2014, Bank Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan strategic support yang berpegang pada prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi kepada publik. BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia 4.1. Manajemen Strategi dan Kinerja Evaluasi terhadap pelaksanaan strategi dan pencapaian kinerja Bank Indonesia dilakukan melalui pengukuran pencapaian IKU. Untuk mengakselerasi pencapaian strategi dan kinerja, telah ditetapkan 12 Program Kerja Inisiatif. Tahun 2014 adalah tahun pertama pelaksanaan strategi jangka menengah Bank Indonesia 2014-2018 yang dirumuskan pada Forum Strategis Bank Indonesia Tahun 2013. Pada rumusan strategi jangka menengah ini, Dewan Gubernur Bank Indonesia bukan saja telah menetapkan Destination Statement 2018 untuk perjalanan strategi lima tahunan berikutnya, tetapi juga telah mendefinisikan ulang visi, misi, dan nilai-nilai strategis baru bagi Bank Indonesia. Momentum awal pelaksanaan strategi jangka menengah dan pendefinisian ulang visi, misi, dan nilai-nilai strategis ini juga tak lepas dari peran dan tugas yang diemban Bank Indonesia pasca-beralihnya tugas pengawasan perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Visi, misi, dan nilai-nilai strategis baru yang dirumuskan tersebut adalah sebagaimana pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Visi baru yang hendak dicapai memiliki horizon sampai tahun 2024, dengan tiga pentahapan, yaitu restrukturisasi (restructuring), penajaman (enhancing), dan pembentukan kondisi akhir (shaping the end state). Sedangkan untuk pencapaian Destination Statement 2018, Dewan Gubernur Bank Indonesia telah menetapkan sepuluh sasaran konkrit. Kesepuluh sasaran konkrit ini dirumuskan dalam bentuk target kuantitatif yang ingin dicapai pada 70 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia akhir 2018. Target tersebut disusun secara realistis memperhatikan outlook makroekonomi dan kapabilitas internal BI ke depan. Untuk mencapai sasaran-sasaran konkrit dimaksud, Dewan Gubernur juga telah menetapkan lima strategi utama (SU) Bank Indonesia. Kemudian dalam bentuk lebih detail untuk tahun ini, dari strategi utama tersebut telah ditetapkan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia tahun 2014 yang hendak dicapai. Pada level outcome (perspektif stakeholders) yang menjadi fokus kebijakan Bank Indonesia ditetapkan empat Sasaran Strategis (strategic outcome) yang meliputi stabilitas nilai Rupiah, kondisi moneter stabil, sistem keuangan stabil dan efisien, dan sistem pembayaran aman, efisien, dan lancar. Sasaran Strategis dan IKU BI Tahun 2014 dipetakan dalam suatu Peta Strategi Bank Indonesia tahun 2014 seperti Gambar 4.2. VISI : Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai‐nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil A. Stabilitas nilai Rupiah B. Kondisi moneter stabil Proses Bisnis SU #2 Menetapkan arah dan mewujudkan strategi jangka menengah‐panjang fungsi moneter, SSK, dan sistem pembayaran yang integratif dan berorientasi ke depan 1 . Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran 3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien Governance dan Kapabilitas Internal 5. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis D. Sistem pembayaran aman, efisien, dan lancar C. Sistem keuangan stabil dan efisien 2. Menjaga stabilitas nilai tukar 4. Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP 6. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar SU #1 Memastikan terlaksananya pengalihan fungsi perbankan, perijinan, pengaturan, dan pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa keuangan tepat waktu dan tepat kualitas 11. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK SU #4 Membangun dan memperkuat aliansi strategis internal dan eksternal baik secara ekstensif maupun intensif SU #3 Menyusun dan melaksanakan anggaran tahunan sesuai mandat UU dan Arah Strategis BI serta penyelesaian pending matters 2012‐2013 Keuangan Stakeholders Peta Strategi Bank Indonesia Tahun 2014 7. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel 10. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI SU #5 Membangun organisasi BI yang prima melalui penguatan governance, kultur, kompetensi, dan kapabilitas 8. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur, dan governance 9. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten Perencanaan Strategis Bank Indonesia 2014 ‐ 2018 4 Gambar 4.2 Peta Strategi Bank Indonesia Tahun 2014 Selanjutnya operasionalisasi strategi Bank Indonesia dilakukan dengan menurunkannya menjadi strategi setiap satuan kerja. Seluruh satuan kerja telah menyusun Kontrak Kinerja Tahunan Satuan Kerja yang berisi Peta Strategi, Sasaran Strategis, IKU dan targetnya, program kerja serta anggaran masing-masing yang mengacu pada strategi Bank Indonesia yang telah ditetapkan. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 71 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia Pada proses manajemen strategis di Bank Indonesia, evaluasi terhadap pelaksanaan dan pencapaian strategi antara lain dilakukan melalui proses progress review kinerja secara berkala dalam tahun berjalan, baik untuk pencapaian keseluruhan strategi BI maupun masing-masing satuan kerja. Selain melalui progress review, proses pengendalian dalam manajemen strategis juga didukung evaluasi berkala lainnya antara lain dalam bentuk pertemuan berkala Dewan Gubernur dengan seluruh pemimpin satuan kerja (management meeting). Pada periode review triwulan I-2014 dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi dan pencapaian kinerja Bank Indonesia melalui pengukuran pencapaian IKU. Evaluasi dilakukan untuk monitoring dan masukan untuk memastikan pencapaian target-target yang diharapkan sampai akhir tahun nanti. Pencapaian IKU Bank Indonesia untuk periode triwulan I-2014 sebagaimana tergambar dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Pencapaian Indikator Kinerja Utama Bank Indonesia Periode Triwulan I-2014 No. Indikator Kinerja Utama Target Tahun 2014 1 Tingkat inflasi (IHK) yoy 4,5%± 1% 2 Efektivitas transmisi kebijakan moneter Efektif 3 Rata-rata volatilitas nilai tukar Rp/USD Tertentu 4 Tingkat keyakinan terhadap kredibilitas kebijakan moneter. Minimal 4,5 (skala 1-6) 5 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan ≤ 2,0 6 Tingkat keyakinan terhadap kredibilitas kebijakan makroprudensial Minimal 4,5 (skala 1-6) 7 Tingkat kehandalan sistem pembayaran BI (RTGS, SSSS, SKN) Minimal 99,95% 8 Peningkatan transaksi Sistem Pembayaran retail (Alat Pembayaran 1,8 kali PDB Menggunakan Kartu dan uang elektronik) 9 Tingkat ketersediaan dan kualitas uang layak edar 100% Pencapaian Triwulan I-2104 7,32 Efektif 11,50 4,84* 0,90 4,70* 100% 1,73 kali PDB 68% Keterangan : *) IKU dengan pengukuran kualitatif melalui survey sementara menggunakan data pencapaian pada Semester II-2013. Survey persepsi kinerja Bank Indonesia Tahun 2014 akan dilaksanakan menjelang akhir Semester I dan Semester II Tahun 2014. Untuk mengakselarasi pencapaian sasaran strategis dan IKU BI 2014, Dewan Gubernur Bank Indonesia juga telah menetapkan 12 Program Kerja Inisiatif (PK Inisiatif ) yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Pelaksanaan PK Inisiatif dengan koordinasi intensif antar satuan kerja mengacu pada Initiative Charter yang memuat kegiatan utama dan target deliverable yang harus dicapai. Perkembangan pelaksanaan inisiatif sampai triwulan I-2014 secara umum sesuai dengan rencana kegiatan yang dijadwalkan. Dalam bidang moneter dilaksanakan dua inisiatif, yakni: - Inisiatif No. 1. Memperkuat Kerangka Kerja Bauran Kebijakan Bank Indonesia yang mengintegrasikan Kebijakan Moneter, Makroprudensial dan Sistem Pembayaran untuk Mendukung Tercapainya Sasaran Inflasi Nasional. 72 Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran. Sampai Triwulan I-2014 telah dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain penyusunan draft ketentuan mengenai kerangka kebijakan utama Bank Indonesia yang akan menjadi acuan implementasi kerangka kerja bauran kebijakan, penyusunan kajian term structure suku bunga sebagai sasaran operasi moneter, persiapan rekrutmen Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia regional economist, serta penyiapan Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang dilaksanakan pada Mei 2014. - Inisiatif No. 2. Mengoptimalkan strategi pengelolaan nilai tukar yang mencerminkan kondisi fundamental untuk mendukung ketahanan eksternal. Tujuan utama inisiatif ini adalah untuk mewujudkan stabilitas nilai tukar yang sesuai dengan keseimbangan internal dan eksternal. Sampai Triwulan I-2014 beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain kajian penyempurnaan penentuan nilai tukar, kajian mekanisme pembantukan nilai tukar yang konvergen, dan monitoring rata-rata transaksi harian, rasio volume transaski spot foreign exchange terhadap PDB dan volume perdagangan. Dalam bidang stabilitas sistem keuangan dilaksanakan tiga inisiatif, yaitu: - Inisiatif No. 3. Memperkuat strategi mewujudkan pasar keuangan yang dalam dan efisien untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan dan pembiayaan sektor produktif. Inisiatif ini bertujuan mendorong terwujudnya pasar keuangan yang dalam dan efisien melalui kebijakan yang dapat menciptakan instrumen pasar keuangan baru dalam mendukung pembiayaan bagi sektor produktif. Sampai triwulan I-2014 telah dilakukan antara lain penerbitan code of market conduct, dan proses penyusunan beberapa ketentuan dan rencana pengaturan. - Inisiatif No. 4. Memperkuat dan mendorong Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) termasuk mewujudkan makroprudensial yang efektif dalam menjaga ketahanan, intermediasi, dan efisiensi sistem keuangan nasional. Inisiatif ini bertujuan memperkuat dan mendorong SSK termasuk mewujudkan makroprudensial yang efektif dalam menjaga ketahanan, intermediasi, dan efisiensi sistem keuangan nasional. Sampai triwulan I-2014 telah dilakukan penyusunan kerangka kerja macroprudential surveillance, penyiapan tools dan indikator standar untuk mendukung macroprudential surveillance, selain itu telah dimulai juga penyusunan kebijakan countercyclical capital buffer dan financial cycles. - Inisiatif No. 5. Memperkuat sinergi dan kolaborasi BI dengan pihak terkait dalam rangka mengembangkan sektor riil, UMKM, dan akses keuangan. Inisiatif ini bertujuan mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis. Sampai triwulan I-2014 telah dilaksanakan kegiatan sesuai rencana yang dijadwalkan antara lain koordinasi dan monitoring perkembangan program untuk penyusunan sistem informasi perkembangan klaster ketahanan pangan, penetapan wilayah/ komoditas untuk klaster ketahanan pangan, profiling lembaga untuk pemilihan sebagai pendamping dalam program wirausaha, rencana pelaksanaan sosialisasi dan edukasi mengenai keuangan, TabunganKU dan Basic Saving Account, penjajakan potensi daerah untuk implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD), serta penyiapan penyusunan sistem informasi keuangan inklusif (Modul Financial Identification Number dan LKD). Dalam bidang sistem pembayaran dilaksanakan dua inisiatif, sebagai berikut: - Inisiatif No. 6. Meningkatkan efisiensi transaksi perekonomian melalui implementasi GPN (Gerbang Pembayaranan Nasional) dan perluasan penggunaan instrumen non tunai. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 73 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia Inisiatif ini bertujuan mendorong inovasi pembayaran ritel melalui fasilitasi penggunaan uang elektronik dan meningkatkan efisiensi industri pembayaran ritel di Indonesia. Sampai triwulan I-2014 terkait dengan layanan uang elektronik telah dilaksanakan antara lain koordinasi dengan bank dan daerah yang akan ditargetkan ungtuk survei penggunaan uang elektronik dan pengembangan kawasan less cash society, serta koordinasi pemerintah untuk penyiapan implementasi layanan keuangan G2P (government to private). - Inisiatif No. 7. Meningkatkan ketersedian ULE (workstream tunai). Inisiatif ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup dan denominasi yang sesuai kebutuhan. Kegiatan utama inisiatif dilakukan dalam bentuk pembangunan Sentra Pengelolaan Uang (SPU). Sampai triwulan I-2014 dilakukan persiapan untuk perencanaan desain fasilitas SPU. Dalam bidang manajemen intern dilaksanakan lima inisiatif, yakni: - Inisiatif No. 8. Strategi penguatan manajemen keuangan dan pengendalian anggaran yang mendukung kinerja BI melalui pengembangan Sistem Keuangan BI (SKBI). Tujuan inisiatif ini adalah menyempurnakan Sistem Keuangan Bank Indonesia melalui pengembangan aplikasi yang terintegrasi. Sampai triwulan I-2014 telah dilaksanakan persiapan pengadaan konsultan pengembangan. - Inisiatif No. 9. Mengembangkan organisasi dan menerapkan sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang efektif dan efisien, serta kultur baru BI. Tujuan inisiatif ini adalah penyempurnaan sistem MSDM, memenuhi kebutuhan SDM secara kuantitas dan kualitas, serta menginternalisasi dan mengimplementasikan perilaku-perilaku pegawai yang selaras dengan nilai-nilai strategis. Sampai triwulan I-2014 telah dilakukan antara lain kegiatan dalam rangka program transformasi budaya kerja. - Inisiatif No. 10. Membangun persepsi positif BI di dalam dan luar negeri. Tujuan inisiatif ini adalah memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif terhadap Bank Indonesia. Sampai triwulan I-2014 dilakukan penyusunan strategi komunikasi kebijakan BI, penyiapan penyusunan Sistem Informasi Kehumasan, serta melanjutkan pengembangan infrastruktur Layanan Informasi Publik, yang antara lain dalam bentuk Call Center BICARA 500-131. - Inisiatif No. 11. Memantapkan koordinasi dan kerjasama dalam rangka pelaksanaan tugas BI-OJK pasca pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK. 74 Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan terlaksananya pengalihan fungsi perbankan, perijinan, pengaturan, dan pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa keuangan tepat waktu dan tepat kualitas. Sampai triwulan I-2014 telah dilakukan penyusunan konsep mekanisme kerja makroprudensial-mikroprudensial, pembahasan bersama 3 PBI bersama OJK serta pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Perbankan (SIP) modul syariah. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia - Inisiatif No. 12. Menyusun arsitektur fungsi strategis BI. Inisiatif ini secara khusus dilakukan untuk mendorong maksimalisasi potensi organisasi untuk mewujudkan Visi Bank Indonesia tahun 2024. Upaya ini juga sejalan dengan peran Bank Indonesia pasca UU No. 21 Tahun 2011 mengenai Otoritas Jasa Keuangan, yang mengharuskan Bank Indonesia untuk menyesuaikan arah, struktur maupun tata kerja organisasinya. Hingga triwulan I-2014, telah dilaksanakan antara lain penyelesaian term of reference penyusunan Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia, penunjukan konsultan strategi, serta diagnostic/ gap assessment fungsi Bank Indonesia. 4.2. Manajemen Risiko Tantangan dan dinamika perubahan yang cepat menuntut Bank Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan risiko secara terintegrasi melalui Manajemen Risiko Bank Indonesia (MRBI), guna mendukung pengambilan keputusan yang lebih kredibel. Untuk itu telah dilakukan review terhadap MRBI yang menghasilkan rekomendasi penyempurnaan framework dan organisasi. Sesuai implementasi Struktur Organisasi Level Atas (SOLA) pada pertengahan Mei 2013, penerapan fungsi MRBI diperluas tidak hanya mencakup Manajemen Risiko Kegiatan (MRK), melainkan juga mencakup Manajemen Risiko Strategis (MRS), dan Manajemen Kelangsungan Kegiatan (MKK). Dalam pelaksanaan MRK, Bank Indonesia didukung oleh Sistem Informasi Manajemen Risiko yang mampu merekam profil risiko satuan kerja untuk memperoleh dashboard risiko secara BI-Wide. Dengan informasi yang disajikan dalam dashboard dimaksud, implementasi manajemen risiko di Bank Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan tepat sasaran. Hal tersebut didukung oleh tindak pengendalian terhadap berbagai risiko yang dinilai memberikan dampak signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan tugas Bank Indonesia, baik berupa preventive maupun corrective actions,. Tantangan dan dinamika perubahan yang cepat menuntut Bank Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan risiko secara terintegrasi melalui Manajemen Risiko Bank Indonesia. Selain melaksanakan MRK yang telah berjalan sejak akhir 2007, pada triwulan I–2014 MRBI juga melaksanakan kegiatan MRS dan MKK. Dalam kegiatan MRS, Bank Indonesia melakukan pilot project profil risiko utama Bank Indonesia yang disusun secara bottom-up oleh satuan kerja. Berdasarkan profil risiko utama, dilakukan penyempurnaan Peraturan Dewan Gubernur mengenai MRBI dan sosialisasi risiko utama Bank Indonesia kepada seluruh satuan kerja. MKK yang merupakan pengembangan Business Continuity Management (BCM) Bank Indonesia juga terus diperkuat. Penguatan dilakukan melalui penyempurnaan Peraturan Dewan Gubernur, penyusunan Surat Edaran, dan Standard Operating Procedure MKK di level satuan kerja. Pada triwulan I-2014, telah dilakukan pembahasan perangkat draft pengaturan MKK di level teknis Ke depan, sejalan dengan tantangan Bank Indonesia yang semakin menguat, sejumlah faktor risiko perlu tetap diwaspadai. Guna menjawab dinamika perubahan yang terjadi, penguatan kerangka kerja MRBI terus dilakukan, khususnya dalam rangka penyempurnaan fungsi Enterprise Wide Risk Management. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 75 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia 4.3. Audit Intern Penyelesaian tindak lanjut temuan BPKRI terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) sejak 1999 sampai dengan 2012 telah mencapai 86,3%. Dalam mengawal pencapaian sasaran strategis Bank Indonesia, pelaksanaan fungsi audit intern Bank Indonesia meliputi kegiatan audit (assurance) dan konsultasi (consulting). Audit dan konsultasi dilakukan di bidang tata kelola organisasi (governance), manajemen risiko (risk management), dan pengendalian intern (internal control) dalam operasional kegiatan Bank Indonesia. Kegiatan audit selama triwulan I-2014 diawali dengan melakukan identifikasi dan memetakan kembali proses bisnis di Bank Indonesia pascaimplementasi SOLA dan beralihnya fungsi pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemetaan kembali proses bisnis tersebut bertujuan untuk meyakini kesesuaian proses aktual dengan ketentuan, yang secara bertahap telah dilakukan terhadap enam area yaitu logistik, keuangan inklusif, Pengelolaan Uang, Keuangan Intern, Sistem Informasi, dan Statistik. Selain kegiatan audit, pelaksanaan fungsi audit intern juga dilakukan dengan pemberian konsultasi kepada satuan kerja di Bank Indonesia dalam rangka perbaikan implementasi dan desain ketentuan. Untuk mendukung kelancaran dan kualitas kegiatan audit dan konsultasi, kompetensi auditor internal senantiasa ditingkatkan melalui sertifikasi auditor internal nasional dan internasional. Fungsi audit intern juga sebagai fasilitator dalam kegiatan audit Badan Pemeriksa Keuangan– Republik Indonesia (BPK-RI) termasuk monitoring penyelesaian hasil audit ekstern. Sampai dengan triwulan I-2014, penyelesaian tindak lanjut temuan BPK-RI terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) sejak 1999 sampai dengan 2012 telah mencapai 86,3% atau sebanyak 1.453 butir dari total 1.684 butir temuan. Dalam rangka penyempurnaan fungsi audit intern secara berkelanjutan, pada triwulan I-2014 ditetapkan Roadmap Pengembangan Audit Intern 2014-2018. Roadmap pengembangan audit mencakup sumber daya manusia, kebijakan dan prosedur, struktur organisasi, serta Database, dan Sistem Informasi Audit Intern (SIAI). Pelaksanaan roadmap secara konsisten diharapkan dapat memperkuat keberadaan dan peran fungsi audit intern di Bank Indonesia. 4.4. Keuangan Intern BPK-RI memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2003-2012. 76 Kebijakan dan pelaksanaan program kerja di bidang Manajemen Keuangan Intern selama triwulan I-2014 diarahkan untuk memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia dan meningkatkan governance dalam mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Berdasarkan posisi keuangan sementara Bank Indonesia per 28 Maret 2014 (triwulan I-2014), surplus tercatat sebesar Rp17,61 triliun dengan posisi penerimaan sebesar Rp25,17 triliun dan pengeluaran sebesar Rp7,52 triliun, Penerimaan tersebut terutama berasal dari penerimaan pengelolaan devisa dan selisih kurs karena transaksi valuta asing, sedangkan pengeluaran terutama bersumber dari beban operasi moneter dan beban lainnya. Good governance pengelolaan keuangan internal Bank Indonesia juga tercermin dari pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) Tahun 2003 - 2012 oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Pada triwulan I-2014, BPK-RI tengah melakukan pemeriksaan terhadap LKTBI Tahun 2013. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia Pelaksanaan tugas Bank Indonesia selama triwulan I-2014 dilakukan dengan dukungan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2014 yang telah disetujui oleh Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat tanggal 3 Desember 2013. Program kerja dan anggaran sesuai ATBI dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip transparansi, efektivitas, dan kepatutan. Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia telah melakukan berbagai program kerja dalam rangka mendukung sustainabilitas, transparansi, dan akuntabilitas keuangan Bank Indonesia sebagai berikut: a. Tindak lanjut Asset Liability Management (ALM) antara Bank Indonesia dengan Pemerintah. Kegiatan difokuskan pada pelaksanaan harmonisasi hubungan Pemerintah dan Bank Indonesia secara keseluruhan. Sebagai langkah awal, Bank Indonesia telah melakukan rekapitulasi topik-topik yang akan dibahas dengan Pemerintah, termasuk pending matters, untuk ditindaklanjuti secara proporsional. Topik pending matters tersebut antara lain revisi Surat Keputusan Bersama perihal Penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang masih menunggu penyelesaian Buku Putih Kementerian Keuangan. Sasaran yang diharapkan adalah perubahan Surat Keputusan Bersama perihal Mekanisme Penyetoran Sisa Surplus Bank Indonesia Kepada Pemerintah dan Pelunasan Obligasi Negara Seri SRBI-01/MK/2003 oleh Pemerintah Kepada Bank Indonesia. Selama triwulan I-2014, telah dilakukan pembahasan awal antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam rangka menyusun kerangka sovereign ALM untuk mengidentifikasi risiko aset dan liabilities Indonesia di bawah koordinasi Kementerian Keuangan dengan technical assistance dari World Bank. b. Penyusunan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (Pernyataan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia/PKAK-BI) telah selesai pada 2013 dan telah diimplementasikan mulai awal Januari 2014. Selama triwulan I-2014, Bank Indonesia mengevaluasi dan memonitor implementasi PKAK-BI tersebut dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan. Selain itu, Bank Indonesia juga merencanakan untuk mengkomunikasikan PKAK-BI kepada stakeholders dan diharapkan PKAK-BI tersebut dapat digunakan oleh auditor sebagi acuan dalam memberikan opini atas pemeriksaan laporan keuangan Bank Indonesia. c.Implementasi Performance Based Budgeting (PBB) dilakukan dengan penerapan standard cost secara bertahap untuk kegiatan tertentu. Pada triwulan I-2014, telah dilakukan evaluasi terhadap implementasi standard cost 2014 dan penyempurnaan standard cost untuk penyusunan anggaran Bank Indonesia 2015. d. Penyempurnaan Sistem Keuangan Bank Indonesia (SKBI) dilakukan dengan menyediakan aplikasi SKBI yang handal dan terintegrasi sehingga dapat meningkatkan governance dalam pengelolaan keuangan di Bank Indonesia. Penyempurnaan SKBI direncanakan akan dilaksanakan secara multiyears sejak Januari 2014 s.d. November 2017, dengan cakupan antara lain penyusunan desain utama SKBI, penyusunan ketentuan intern Bank Indonesia, pengembangan aplikasi, dan pengadaan infrastruktur sistem informasi serta teknologi informasi. Sampai dengan triwulan I-2014, telah diselesaikan penyusunan draft Peraturan Dewan Gubernur tentang Desain Utama SKBI. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 77 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia 4.5. Sistem Informasi Bank Indonesia dan OJK meningkatkan koordinasi pertukaran informasi melalui pertemuan Forum Koordinasi Pertukaran Sistem Informasi. Pengelolaan Sistem Informasi (SI) di Bank Indonesia bertujuan untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, pengedaran uang, dan manajemen intern. Bank Indonesia memperkuat arah pengembangan SI, meningkatkan kualitas informasi, dan layanan SI sesuai standar internasional. Dukungan SI terhadap pelaksanaan tugas Bank Indoensia dalam menjaga stabilitas moneter pada triwulan I-2014 terkait kegiatan pengelolaan operasi moneter dan nilai tukar, koordinasi dengan pemerintah, implementasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), dan pengelolaan database statistik dan survei. Saat ini tengah dikembangkan beberapa aplikasi yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan tersebut. Guna mendukung penguatan operasi moneter dan memudahkan koordinasi dengan pemerintah, dikembangkan aplikasi yang menyediakan data instrumen operasi moneter, surat berharga negara, pasar uang, dan pasar modal. Terkait kegiatan operasionalisasi ketentuan DHE, dilakukan enhancement atas sistem monitoring DHE. Selanjutnya dalam rangka mendukung perumusan kebijakan moneter, dilakukan integrasi sistem survei yang telah dimulai sejak 2013 dan akan dilanjutkan pada 2014. Pengembangan dilakukan dengan memperluas lingkupnya termasuk survei konsumen, perbankan, dan pemantauan harga berbasis web. Selain itu juga dilakukan pengembangan atas aplikasi tresuri guna lebih mengoptimalkan pengelolaan devisa di Bank Indonesia. Dukungan SI terhadap juga dilakukan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia terkait Stabilitas Sistem Keuangan. Pada triwulan I-2014, pengembangan SI dilakukan khususnya terkait kegiatan pengawasan makroprudensial, kebijakan pendalaman pasar keuangan, program keuangan yang inklusif, serta penguatan sektor riil dan UMKM. Dukungan tersebut diwujudkan melalui pengembangan beberapa aplikasi. Untuk mendukung kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan perbankan ke OJK khususnya dalam pengelolaan SI, Bank Indonesia dan OJK telah membentuk Forum Koordinasi Pertukaran Sistem Informasi (FKPISP). Forum tersebut diketuai oleh Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang menangani pengelolaan sistem informasi. Forum bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dalam pertukaran informasi antara kedua lembaga. Saat ini, FKPISP tengah membahas beberapa ketentuan, diantaranya terkait pengelolaan pelaporan dan sarana pertukaran informasi. Dukungan SI terhadap pelaksanaan tugas sistem pembayaran pada triwulan I-2014 dilakukan terkait pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS generasi 2, serta Sistem Kliring Nasional Next Generation (SKN-NG). Terkait pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS generasi 2, Bank Indonesia melakukan pengujian baik dengan internal maupun dengan industri perbankan. Untuk pengembangan SKN-NG yang dimulai sejak 2013, bertujuan untuk meningkatkan kehandalan sistem pembayaran melalui penerapan teknologi terbaru. Dukungan terhadap pengawasan penyelenggara dan industri sistem informasi dilakukan melalui pengembangan sistem pengawasan sistem pembayaran. Untuk pengelolaan uang, dukungan SI pada triwulan I-2014 dilakukan melalui implementasi Sistem Informasi Layanan Kas. Sistem ini memuat informasi posisi likuiditas uang kartal di perbankan dan kegiatan penyetoran/penarikan uang kartal. 78 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia SI juga mendukung pelaksanaan tugas manajemen intern. Dukungan SI pada triwulan I-2014 dilakukan khususnya terkait kegiatan pengelolaan keuangan intern. Saat ini tengah dilakukan peningkatan kualitas teknologi atas sistem informasi pengelolaan keuangan Bank Indonesia melalui implementasi teknologi terbaru. Selain itu, juga tengah dilakukan pengembangan untuk menyempurnakan aplikasi anggaran, akunting, dan keuangan BI secara bertahap dan bersifat multi-years. Dalam rangka meningkatkan governance SI, pada triwulan I-2014 tengah disusun rancangan ketentuan pengelolaan sistem informasi dan Rencana Strategis Sistem Informasi Bank Indonesia (Renstra SIBI) 2014 – 2018. Ketentuan pengelolaan sistem informasi bertujuan untuk meningkatkan tata kelola sistem informasi melalui integrasi antar komponen sistem informasi yaitu informasi, aplikasi dan teknologi. Sementara itu, penyusunan Renstra SIBI 2014 – 2018 bertujuan untuk memberikan arah pengembangan dan pengelolaan SI agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, dan pelaksanaan kebijakan di berbagai bidang tugas Bank Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi, sejak tahun 2012 dilakukan pengembangan integrasi sistem pelaporan perbankan. Integrasi sistem pelaporan dilakukan dengan menggunakan metode eXtensible Business Reporting Language (XBRL). Pemilihan metode ini dikarenakan metode ini mengacu kepada standar internasional sistem pelaporan. Saat ini metode tersebut telah diterapkan pada sistem pelaporan bulanan Bank Umum Syariah/ Unit Usaha Syariah yang tengah memasuki tahap parallel run hingga Juni 2014. Perluasan ruang lingkup integrasi kepada pelaporan perbankan konvensional tengah dikaji dan dikoordinasikan dengan OJK. Guna meningkatkan layanan SI khususnya pada aspek availability dan security, tengah dikembangkan Data Center (DC) baru yang memenuhi standar internasional. Pengembangan DC saat ini tengah memasuki tahap penyelesaian pengembangan fisik yang selanjutnya akan dilakukan persiapan instalasi perangkat jaringan komunikasi data. Pengembangan DC akan dilakukan secara bertahap dan bersifat multiyear. 4.6. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Kebijakan Bank Indonesia di bidang organisasi dan SDM pada triwulan I-2014 diarahkan pada penyempurnaan organisasi, pemenuhan dan pengembangan SDM, pengelolaan SDM yang ditugaskan ke OJK, dan transformasi budaya pascaimplementasi Struktur Organisasi Level Atas (SOLA). 4.6.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia Proses penataan dan penyempurnaan organisasi terus diupayakan secara terarah, terukur, dan sistematis berdasarkan tahapannya. Pada triwulan I–2014, penyempurnaan organisasi sesuai SOLA dilanjutkan dengan kegiatan sebagai berikut: a. Persiapan rancangan penyusunan arsitektur proses bisnis dan arsitektur organisasi Bank Indonesia, termasuk desain organisasi sampai dengan level bawah dan desain jabatan yang diharapkan dapat menjadi dasar perhitungan formasi efektif SDM. Kebijakan organisasi dan SDM diarahkan antara lain pada penyempurnaan organisasi, pemenuhan dan pengembangan SDM, pengelolaan SDM yang ditugaskan ke OJK. b. Pengumpulan masukan awal satker mengenai evaluasi serta masukan terhadap implementasi SOLA tahun 2013. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 79 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia c.Penyusunan draft konsep job family dan pembahasannya, serta keterkaitannya dengan rancangan jalur karir pegawai. d. Penetapan nilai jabatan sementara pada masa transisi sampai dengan penyelesaian penyempurnaan organisasi dan regrading. 4.6.2 Pemenuhan dan Pengembangan SDM Mempertimbangkan kebutuhan SDM berdasarkan perencanaan kebutuhan SDM tahun 2014 s.d. 2018, Bank Indonesia melakukan pemenuhan dari eksternal melalui rekrutmen calon pegawai dan dari internal melalui mutasi dan promosi pegawai di berbagai level/ jabatan. Program pengembangan SDM yang dilaksanakan pada triwulan I-2014 adalah: a. On Boarding, ditujukan bagi calon pegawai baru sebagai pembekalan pengetahuan dan praktikal melalui klasikal dan On the Job Training (OJT). b. Leadership Development Program (LDP): yakni pembekalan aspek–aspek kepemimpinan baik teknis maupun perilaku yang ditujukan untuk pegawai yang memperoleh kenaikan jabatan/kepangkatan. c. Competency Development Program (CDP), ditujukan untuk pengembangan kompetensi yang dilakukan melalui kegiatan Peningkatan Mutu Ketrampilan (PMK) dalam bentuk short course, seminar, benchmarking, dll. d. Program Tugas Belajar (PTB), pengembangan pegawai yang bersifat jangka panjang dengan melaksanakan program tugas belajar S2 maupun S3 baik di dalam negeri maupun di luar negeri. e. Penugasan dan Attachment/Technical Assistance: Program pengembangan pegawai Bank Indonesia yang bersifat penugasan (lebih dari 1 tahun), attachment dan technical assistance (kurang dari 1 tahun) baik di lembaga negara, pemerintah atau perusahaan swasta di dalam negeri atau diluar negeri. Program penugasan dilakukan antara lain di International Monetary Fund (IMF), Asean Macro Economics Research Office (AMRO), Islamic Reasearch and Training Institute (IRTI), dan lembaga dalam negeri seperti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Sekretariat Wakil Presiden, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara itu, program attachment dilakukan di lembaga internasional seperti Deutsche Bundesbank, Reserve Bank of Australia, De Nederlandsche Bank, Australian Prudential Regulation Authority, dan The South East Asian Central Banks (SEACEN) Center. f. International Conference, Workshop, Course: Program kegiatan internasional dalam bentuk seminar, workshop, maupun pelatihan . Pelaksanaannya bekerjasama dengan lembaga-lembaga internasional seperti The SEACEN Center, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Toronto Centre dan Deutsche Bundesbank. 4.6.3. 4.6.3. Kebijakan Terkait Pegawai Bank Indonesia yang Ditugaskan ke OJK Menindaklanjuti penugasan Pegawai Bank Indonesia ke OJK, pada triwulan I-2014 Bank Indonesia menyusun paket kebijakan SDM yang kondusif baik bagi BI maupun OJK sebagai berikut: 80 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia a. Sebagai tindak lanjut Perjanjian BI-OJK No. 15/453/DSDM tanggal 31 Desember 2013 tentang Pengelolaan Pejabat dan Pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan pada OJK, Bank Indonesia sedang melakukan finalisasi draft Surat Perjanjian tentang Ketentuan dan Syarat-Syarat Pengelolaan Pejabat dan Pegawai Bank Indonesia yang Dialihkan atau Dipekerjakan pada Otoritas Jasa Keuangan. b. Sebagai landasan pengaturan internal Bank Indonesia, saat ini tengah disusun draft Keputusan GBI tentang pengelolaan SDM pegawai penugasan di OJK. 4.6.4. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia Sebagai bentuk Program Transformasi Budaya Kerja, Bank Indonesia mencanangkan Change Program yang terdiri dari program generik dan program spesifik satuan kerja. Terdapat tiga change program generik yang wajib dilakukan satuan kerja yaitu: (i) One information a day; (ii) Better, Faster, Cheaper; dan (iii) 5 minutes before. Sedangkan Change Program spesifik dilakukan oleh satuan kerja yang mengalami perubahan organisasi dan didesain untuk menyelaraskan budaya kerja di satuan kerja. Pada triwulan I–2014, telah dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. Internalisasi nilai strategis melalui workshop/pelatihan bagi Change Leader, Change Coordinator, dan Change Agent. Change Leader adalah pemimpin satuan kerja yang menjadi role model dan menjadi pendorong dengan menymapiakn penjelasan arah dan strategi implementasi. Change Coordinator merupakan pejabat satu tingkat di bawah pemimpin satuan kerja yang menjadi role model bersama-sama dengan Change Leader. Change Agent merupakan pegawai atau pejabat yang ditunjuk untuk menjalankan Change Program di satuan kerja. b. Penyusunan dan penetapan Change Program generik yang berlaku secara Bank Indonesia wide dan Change Program spesifik oleh seluruh satuan kerja. c. Penyusunan materi komunikasi kartu nilai-nilai strategis dan tools lainnya (video perilaku, banner, poster, souvenir nilai strategis) dalam rangka sosialisasi nilai-nilai strategis kepada seluruh satker. 4.7. Aspek Hukum Berdasarkan Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan badan hukum publik yang berwenang menetapkan peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan tugas sebagai bank sentral. Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan baik ketentuan eksternal maupun internal Bank Indonesia. Terdapat 15 buah peraturan yang dikeluarkan, yang terdiri dari enam Peraturan Bank Indonesia (PBI), tiga Surat Edaran Ekstern (SE Ekstern) dan enam Surat Edaran Intern (SE Intern) (daftar PBI dan SE Ekstern sebagaimana lampiran). Dalam rangka melaksanakan tugas secara efektif, dukungan perangkat peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum sangat diperlukan. Oleh karena itu, Bank Indonesia senantiasa berpartisipasi dalam penyusunan Naskah Akademik, Rancangan Undang-Undang (RUU) dan Rancangan Peraturan Peraturan Pemerintah (RPP) yang terkait dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Beberapa pembahasan RUU yang Pada triwulan I-2014, Bank Indonesia mengeluarkan 15 buah peraturan yang terdiri dari 6 Peraturan Bank Indonesia (PBI), 3 Surat Edaran Ekstern dan 6 Surat Edaran Intern. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 81 BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia terkait langsung dengan Bank Indonesia pada triwulan I-2014 antara lain pembahasan RUU Perbankan, RUU Amandemen UU Bank Indonesia, RUU Perubahan Harga Rupiah (Redenominasi), dan pembahasan Naskah Akademik RUU Pembatasan Transaksi Tunai. Dalam rangka koordinasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan, Bank Indonesia juga melakukan pembahasan internal mengenai keterkaitan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Pembasan dilakukan terkait materi RUU tentang Keuangan Negara dan RUU tentang Usaha Perasuransian. Selain itu, Bank Indonesia juga membahas materi RUU tentang Penyelenggaraan Haji dan Umroh atas permintaan beberapa anggota DPR-RI yang berkunjung ke Kantor Bank Indonesia. Disamping itu, partisipasi Bank Indonesia dalam penyusunan RPP antara lain terkait RPP tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan Perseroan, dan RPP tentang Perkoperasian. Selanjutnya, guna mendukung pengembangan dan pembangunan hukum nasional serta dalam rangka pendalaman materi yang akan diatur dalam RUU Amandemen UU Bank Indonesia, Bank Indonesia telah menyusun Terms of Reference (ToR) Penelitian Hukum mengenai Peran BI sebagai Lender of the Last Resort dan Aspek Hukum Sistem Pembayaran dan Sistem Perdagangan Elektronik (e-commerce), untuk selanjutnya dilaksanakan penelitian hukum bekerjasama dengan perguruan tinggi yang menguasai materi penelitian. 4.8. Program Sosial Bank Indonesia Bank Indonesia melaksanakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dalam rangka mewujudkan kepedulian sosial kepada lingkungannya. Bank Indonesia melaksanakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dalam rangka mewujudkan kepedulian sosial kepada lingkungannya. Pada 2014, tema yang diangkat adalah “Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Kuat, Berkesinambungan dan Inklusif”. Tema ini merupakan kesinambungan dari tema tahun 2013, yaitu “Mendorong Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”. Sejalan dengan tema tersebut, beberapa program unggulan yang diusung adalah program pertanian terintegrasi, komoditi unggulan, mencetak tenaga kerja siap pakai, dan ketahanan pangan. Pada akhir 2013 dan awal tahun 2014, terdapat berbagai bencana alam seperti Letusan Gunung Sinabung (Medan), Gunung Kelud (Malang/Kediri), banjir/bencana alam di Jakarta dan Manado (Sulawesi Utara). Mempertimbangkan hal tersebut, pada triwulan I-2014 PSBI lebih banyak difokuskan pada kegiatan insidental. Kegiatan insidental tersebut meliputi tanggap darurat bencana dan program pasca bencana berupa renovasi berbagai sarana prasarana ekonomi, ibadah, pendidikan dan sosial. Dari sisi program edukasi publik, Bank Indonesia melalui media kesenian daerah, khususnya wayang, melakukan edukasi mengenai tugas pokok Bank Indonesia di Cilacap. Secara keseluruhan, penyerapan PSBI-BI wide pada triwulan I-2014 adalah sebesar 9,62% atau sebesar Rp9,5 miliar. 82 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I - 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 83 1. PERATURAN BANK INDONESIA No Nomor PBI Tanggal 1 16/1/PBI/2014 16 Januari 2014 2 16/2/PBI/2014 14 Februari 2014 3 16/3/PBI/2014 18 Maret 2014 Perihal Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran Jumlah dan Nilai Nominal Uang Rupiah yang Dimusnahkan tahun 2013 Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesis Nomor 6/28/PBI/2004 tentang Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 1OO.OOO (seratus ribu) tahun emisi 2004 4 16/4/PBI/2014 18 Maret 2014 Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/42/PBI/2005 tentang Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 50.000 (lima puluh ribu) tahun emisi 2005 5 Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/29/PBI/2004 tentang 16/5/PBI/2014 18 Maret 2014 Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 20.000 (lima puluh ribu) tahun emisi 2004 6 16/6/PBI/2014 18 Maret 2014 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Pengeluaran dan Pengedaran uang Kertas Rupiah Pecahan 2.000 (dua ribu) tahun emisi 2009 2. SURAT EDARAN EKSTERN No Nomor PBI Tanggal 1 16/1/DKSP 10 Januari 2014 Laporan Penyelenggaraan Transfer Dana oleh Badan Usaha Berbadan Hukum Indonesia Bukan Bank Secara On-Line. 2 16/2/DPM 28 Januari 2014 Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia 3 16/3/DPTP 3 Maret 2014 84 Perihal Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Daftar Istilah Administered prices: Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik. BI Rate : Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Bank Indonesia Real-Time Gross: Settlement (BI-RTGS) Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer dana secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. Bank Indonesia – Scripless : Securities Settlement System (BI-SSSS) Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS. Branchless Banking: Strategi pemberian layanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang. Cadangan Devisa Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri. : Clean Money Policy: Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar. Deflasi: Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum. Deposit Facility: Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka operasi moneter. Down payment: Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian. Emerging market: Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi. Financial Inclusion/(Keuangan Inklusif) Pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau untuk bagian segmen masyarakat yang berpenghasilan rendah. : Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 85 86 Foreign Direct Investment (FDI) : Pemberian Pinjaman Atau Pembelian Kepemilikan Perusahaan Di Luar Wilayah Negaranya Sendiri. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan : Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan membantu mengidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) : Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen, yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas. Inflasi inti : Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang dan ekspektasi inflasi. Inflasi inti diperoleh dari angka inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Investment grade: Peringkat layak investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat. Jakarta Interbank Offered Rate : (JIBOR) Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia yang berasal dari kontributor JIBOR. Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) : Kurs referensi harga USD/IDR berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik secara real time. Kliring: Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan (clearing). Lending facility: Fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam rangka operasi moneter. Less Cash Society: Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau : Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) : FDR digunakan untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank umum. Likuiditas: Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity). Makroprudensial: Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 Mikroprudensial: Pendekatan regulasi keuangan yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan usahanya. National Payment Gateway (NPG) : Kebijakan yang menitikberatkan pada upaya mengarahkan industri pembayaran untuk bekerjasama menciptakan platform standar sistem atau infrastruktur yang dapat digunakan secara bersama. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) : Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial. Neraca transaksi berjalan : Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat lalu lintas barang dan jasa suatu negara. Non Performing Loan (NPL) : Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Non Performing Financing (NPF) : Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah. Operasi Moneter : Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities). Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N) : Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar Bank Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight). Protokol Manajemen Krisis (PMK) : Pedoman dan tata cara dalam melaksanakan langkah-langkah pencegahan dan penanganan krisis. Prinsipal: Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan atau jaringan antar anggotanya baik berperan sebagai penerbit dan acquirer dalam transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan pada satu perjanjian tertulis. Sedangkan yang dimaksud dengan acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang (i) melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang mampu memproses transaksi APMK yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan, (ii) bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran kepada pedagang. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 87 88 Repurchase Agreement (Repo): Transaksi penjualan instrumen efek antara dua belah pihak yang diikuti dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang sama dengan harga tertentu yang disepakati. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) : Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) : Suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi Bank dalam penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah Bank. Surat Utang Negara (SUN) : Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. Sovereign Credit Rating: Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu pemerintah. Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat risiko dari sebuah lingkungan investasi dari suatu negara dan digunakan oleh investor asing yang ingin berinvestasi di negara tersebut. Transaksi Reverse Repo: Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka (OPT) dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Uang Kartal : Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia. Unbanked: Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama yang biasanya ditawarkan oleh bank-bank ritel. Wajar Tanpa Pengecualian : Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Volatile food: Komponen inflasi IHK yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun internasional. Yield: Imbal hasil. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 Daftar Singkatan APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APMK : Alat Pembayaran Menggunakan Kartu ASEAN: The Association of Southeast Asian Nations ATM : Anjungan Tunai Mandiri BBM : Bahan Bakar Minyak BCSA: Bilateral Currency Swap Agreement BI : Bank Indonesia BI-RTGS : Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement BI-SSSS : Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System BPD : Bank Pembangunan Daerah bps: Basis Point BUMN : Badan Usaha Milik Negara DHE : Devisa Hasil Ekspor DPK : Dana Pihak Ketiga DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia FASBI : Fasilitas Simpanan Bank Indonesia FGD: Focus Group Discussion FIN: Financial Identity Number FKSSK : Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan FTV: Financing to Value GWM : Giro Wajib Minimum IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan IKNB : Industri Keuangan Non Bank IKU : Indikator Kinerja Utama IMF : International Monetary Fund IRU: Investor Relations Unit JIBOR : Jakarta Interbank Offered Rate JISDOR : Jakarta Interbank Spot Dollar Rate KI : Kredit Investasi KK : Kredit Konsumsi KMK : Kredit Modal Kerja KPR : Kredit Perumahan Rakyat KPwDN BI : Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia KUR : Kredit Usaha Rakyat LDR: Loan to Deposit Ratio LKD : Layanan Keuangan DIigital LKTBI : Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014 89 LPS : Lembaga Penjamin Simpanan LTV: Loan to Value Mini MRA : Mini Master Repurchase Agreement NPG: National Payment Gateway NPI : Neraca Pembayaran Indonesia NPL: Non Performing Loan OJK : Otoritas Jasa Keuangan PBI : Peraturan Bank Indonesia PDB : Produk Domestik Bruto Perum Peruri : Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia PMK : Protokol Manajemen Krisis PP : Perusahaan Pembiayaan PUAB : Pasar Uang Antar Bank PUAB O/N : Pasar Uang Antar Bank Overnight qtq: quarter to quarter RR-SBN: Reverse Repo-Surat Berharga Negara RT : Rumah Tangga RUU : Rancangan Undang-Undang SBDK : Suku Bunga Dasar Kredit SBI : Sertifikat Bank Indonesia SBIS : Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBN : Surat Berharga Negara SDM : Sumber Daya Manusia SID : Sistem Informasi Debitur SIPNAS : Sistem Informasi Perkreditan Nasional SKB : Surat Keputusan Bersama SKBI : Sistem Keuangan Bank Indonesia SKDU : Survei Kegiatan Dunia Usaha SKNBI : Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia SKNI : Strategi Nasional Keuangan Inklusif SSK : Stabilitas Sistem Keuangan SUN : Surat Utang Negara SUSPI : Statistik Utang Sektor Publik Indonesia TPI : Tim Pengendali Inflasi TPID : Tim Pengendali Inflasi Daerah ULN : Utang Luar Negeri ULE : Uang Layak Edar UKM : Usaha Kecil dan Menengah UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah UU :Undang-Undang UYD : Uang Kartal yang Diedarkan Valas : Valuta Asing yoy : year on year 90 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2014