peningkatan kompetensi menyajikan data dalam bentuk tabel

advertisement
PENINGKATAN KOMPETENSI MENYAJIKAN DATA
DALAM BENTUK TABEL MELALUI METODE DISKUSI
PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SD NEGERI 01 PEGIRINGAN SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016
Sri Sukiyani
[email protected]
Abstrak: rumusan masalah pada penelitian ini adalah seberapa besar kemampuan
menyajikan data dalam bentuk tabel dan bagaimana perubahan aktivitas peserta didik
selama berdiskusi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus-hasil
penelitian menunjukan peningkatan kemampuan menyajikan data dalam bentuk tabel
dan peningkatan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Hasil siklus I,
rata-rata kelasnya 66,00 dengan peserta didik tuntas 9 (45%) dan siklus II rata-rata
kelasnya 81,50 dengan peserta didik tuntas 11 (90%).
Kata Kunci : Metode diskusi, Matematika, dan hasil belajar
PENDAHULUAN
Matematika sering kali dianggap pelajaran yang paling sulit, padahal
Matematika merupakan mata pelajaran yang terdapat kurikulum di sekolah yang dinilai
cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya maupun penerapan dalam
kehidupan sehari-hari yang harus dapat dikuasai para siswa sedini mungkin.
Pada umumnya pembelajaran Matematika diberikan secara klasikal dengan metode
ceramah tanpa melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis
materi, bahan dan alat yang tersedia, sehingga para siswa kurang berminat mengikuti
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, membuat siswa merasa bosan dan
tidak tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga tidak ada motivasi
dari dalam diri siswa untuk berusaha memahami apa yang diajarkan oleh guru. Hal ini
juga terjadi di kelas VI semester 2 SD Negeri 01 Pegiringan Kecamatan Bantarbolang
pada mata pelajaran Matematika kompetensi dasar mengolah dan menyajikan data
dalam bentuk tabel. Hal ini terbukti dari hasil formatif dari 20 siswa hanya 3 siswa atau
15% yang memperoleh nilai diatas KKM 65.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi
menyajikan data dalam bentuk tabel karena guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah, sehingga siswa tidak tertarik dan menjadi bosan.
-1-
Dewan Nasional Guru Guru Matematika dalam Suryadi Nomi Amir Kumadin, SF
(2002;43) menyarankan : “Pembelajaran seharusnya menggunakan kedua potensi
siswa,baik intelektual maupun fisik.Mereka harus menjadi pelajar yang aktif,ditantang
untuk menerapkan pengetahuan baru mereka serta makin bertambahnya situasisituasi yang lebih sulit. Berbagai pendekatan pembelajaran harus mengajak siswasiswa dalam proses pembelajaran daripada sekedar mengirimkan informasi kepada
mereka untuk diterimanya”. Dalam hal ini Dewan Nasional Guru-Guru Matematika
menekankan agar mengubah sikap siswa yang tradisional dari pasif menjadi pelajar
aktif. Maka guru memilih metode diskusi untuk lebih mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa banyak peningkatan
kompetensi menyajikan data dalam bentuk tabel siswa kelas VI SDN 01 Pegiringan
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Bagaimana aktivitas siswa dalam berdiskusi
materi menyajikan data dalam bentuk tabel.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk memperbaiki pembelajaran dengan
sasaran akhir belajar siswa, 2) Untuk mengetahui perkembangan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran melalui metode diskusi pada peserta didik Kelas VI SDN 01
Pegiringan Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.
Manfaat penelitian untuk mendapatkan pengalaman yang penting dalam
menerapkan penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Selain itu juga
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, hasil belajar siswa
terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Metode Diskusi
Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur dan terarah baik
-2-
untuk mencapai tujuan. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung
bagi kelancaran Proses Belajar Mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang
memuaskan. Selanjutnya Surakhmad mengatakan, “ Metode adalah suatu cara utama
yang digunakan untuk mencapai tujuan “ (1985 : 31). Oleh karena itu, metode yang
relevan dengan suatu kegiatan akan menunjang keberhasilan suatu pembelajaran.
Beberapa pendapat mengenai metode diskusi antara lain menurut Saminu
Sangaji (2004 : 69) diskusi diartikan sebagai siasat “Penyampaian” bahan pengajaran
yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternative
pemecahan masalah suatu topic bahasan yang bersifat problematic metode diskusi
dalam pengajaran Matematika dapat digunakan sebagai sarana tukar pendapat,
pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh untuk mendapatkan suatu
kesimpulan. Metode ini umumnya tidak dapat berdiri sendiri dalam arti sebagai metode
tunggal namun seringkali digunakan dan erat kaitannya dengan metode-metode lain
(Depdikbud, 1995 : 108).
Matematika
Karso, dkk (2004:14) menyatakan “Matematika di SD merupakan salah satu
kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik
antara hakekat anak dan hakekat Matematika, untuk itu diperlukan adanya jembatan
yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut”. Anak usia SD sedang
mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Hal ini dikarenakan tahap berfikir
mereka masih belum formal, malahan para siswa SD di kelas-kelas rendah bukan tidak
mungkin sebagian dari mereka berfikirnya masih berada pada tahapan (pro konkret).
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sujana (1998:15) yang mengajukan 3
alasan mengapa Matematika perlu diajarkan di sekolah, yaitu : 1) Matematika
menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu. 2) Matematika menyiapkan siswa
menjadi warga Negara yang hemat, cermat dan efisien. 3) Matematika membentu
siswa untuk mengembangkan karakternya.
Hasil belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1198) hasil artinya sesuatu yang
diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
-3-
(2002:17) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu atau
berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Hasil belajar terdiri atas dua kata, yaitu hasil dan belajar. Kata hasil berarti
tujuan yang diperoleh. Kata belajar berarti suatu usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003:2).
Slameto (2003:3) menjelaskan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
belajar antara lain: 1) Perubahan terjadi secara sadar, 2) Perubahan dalam belajar
bersifat kontnu dan fungsional, 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4)
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) Perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Kerangka Berpikir
Hasil belajar peserta didik kompetensi menyajikan data dalam bentuk tabel
masih rendah, belum sesuai dengan ketuntasan minimal yang diharapkan. Selain itu
keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran yang masih rendah. Rendahnya
hasil kemampuan menyajikan data dalam bentuk tabel karena kurangnya minat dan
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru belum
menggunakan metode yang tepat untuk menyampaikan materi penyajian data dalam
bentuk tabel.
Salah satu cara untuk membantu memecahkan masalah tersebut adalah dalam
kegiatan pembelajaran guru memilih metode diskusi. Metode diskusi pada dasarnya
adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih
teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan menyelesaikan masalah
bersama.
Terdapat beberapa manfaat diskusi diantaranya: 1) Dapat mendorong
pastisipasi peserta didik secara aktif baik sebagai pastisipan, penanya, penyanggah
maupun sebagai ketua atau moderator diskusi. 2) Menimbulkan kreativitas dalam ide,
pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan
masalah. 3) Menumbuhkan kemampuan berfikir dan partisipasi demokrasi. 4) Melatih
untuk menghargai dan menerima pendapat orang lain. 5) Menghasilkan keputusan
bersama.
-4-
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Siswa mampu menyajikan data dalam bentuk tabel melalui metode
diskusi.
b. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas VI SD
Negeri 01 Pegiringan Kecamatan Bantarbolang semester 2 tahun
pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 01 Pegiringan Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Sekolah terletak di daerah pedesaan di wilayah
selatan Kecamatan Bantarbolang, kurang lebih 5 kilometer dari Unit Pengelola
Pendidikan (UPP) Kecamatan Bantarbolang. Dukungan orang tua, masyarakat dan
partisipasi Komite Sekolah terhadap perkembangan sekolah sangat baik dan dapat
menjembatani antara program dan kebijakan sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan April
2015. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan
dalam 2 siklus. Siklus 1 dan siklus 2 dilaksanakan bulan Maret 2015.
Subyek penelitiannya adalah kompetensi menyajikan data dalam bentuk tabel
pada siswa kelas VI SD Negeri 01 Pegiringan semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VI berjumlah 20 peserta, yaitu 12
peserta didik laki-laki dan 8 peserta didik perempuan, guru kelas dan teman sejawat.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa, hasil belajar
siswa dan perkembangan prestasi siswa. Tes dapat dilakukan dengan cara tes tertulis.
Tes tertulis dapat dilakukan dengan cara perorangan atau kelomok. Bentuk soal yang
digunakan pada tes tertulis yaitu soal tes bentuk uraian. Instrumen non tes digunakan
untuk mengetahui perubahan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan
tanggapan siswa terhadap pembelajaran memecahkan masalah menyajikan data
dalam bentuk tabel dengan metode diskusi.
-5-
Analisis data yang dilakukan adalah teknik kuantitatif dan kualitatif. Analisisis
kuantitatif data hasil tes dihitung secara prosentase. Sedangkan analisis data kualitatif
digunakan untuk menganalis data non tes yang diperoleh berupa lembar observasi.
Indikator kinerja penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan menyajikan
data dalam bentuk tabel dengan ketuntasan minimal 70 dan rata-rata ketuntasan kelas
85% dari seluruh siswa. Sedangkan indiktor pencapaian kualitatif adalah meningkatnya
keaktifan siswa selama proses pembelajaranyaitu 85% dari jumlah siswa.
Penelitian ini mengimplementasikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan per siklus yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut : 1.
Perencanaan (Planning), 2. Pelaksanaan (Acting), 3. Pengamatan (Observing), 4.
Refleksi (Reflecting). Peneliatian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus diakhiri
dengan refleksi dan replanning untuk melanjutkan pada siklus selanjutnya terkecuali
pada pertemuan terakhir tidak dilakukan replanning. Variabel tindakan dalam penelitian
ini meliputi tiga variabel yaitu: 1. Input, 2. Proses dan 3. Output.
Kegiatan pada siklus 1 diawali dengan perencanaan. Perencanaan Penelitian
Tindakan Kelas merupakan tindakan yang terstruktur dan terencana yang dilakukan
guru sebagai peneliti sebelum masuk kelas. Langkah kedua adalah pelaksanaan.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran, adalah segala aktivitas yang dilakukan peneliti
didalam kelas yang meliputi kegiatan awal (apersepsi) kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan ini merupakan upaya perbaikan kelemahan dalam menyajikan data dalam
bentuk tabel dengan metode diskusi. Selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan
observasi oleh teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran dan mencatat
kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, terutama mengenai
aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan diskusi. Selanjutnya refleksi, yaitu suatu
kejadian mengoreksi diri sendiri untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
proses pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai acuan melaksanakan
pembelajaran siklus 2.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap pelaksanaan siklus 1, maka peneliti
melaksanakan langkah-langkah perbaikan siklus 2. Perencanaan pada siklus 2 pada
hakekatnya merupakan perkembangan dari siklus 1 untuk meningkatkan dan
memperbaiki hasil evaluasi pembelajaran yang telah ditetapkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
-6-
Pra Siklus
Dari hasil ulangan harian tentang penyajian data, didapatkan data bahwa dari
sejumlah 20 siswa yang melaksanakan ulangan harian, ada 5 (25%) yang mencapai
nilai Ketuntasan Minimal sebesar 65 keatas atau mengalami belajar tuntas. Sedangkan
sisanya 15 (75%) siswa belum mencapai nilai 65 keatas atau belum tuntas belajar,
dengan nilai rata-rata 55,50. Hasil evaluasi belajar siswa dalam perbaikan
pembelajaran Matematika siklus 1 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Nilai Tes Formating Pembelajaran Matematika Prasiklus.
x
f
fx
91 - 100
-
-
81 - 90
-
-
71 - 80
2
160
61 - 70
3
210
51 - 60
5
300
41 - 50
5
250
31 - 40
4
160
0 - 30
1
30
Jumlah
20
1.110
Fx = 1.110 = 55,50
55,50
Rata-rata
20
Hasil evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa materi kompetensi dasar
menyajikan data dalam bentuk tabel belum berhasil karena peserta didik yang
mengalami ketuntasan belajar sangat rendah.
Siklus 1
Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan, didapatkan dari sejumlah 20 siswa yang
melaksanakan ulangan harian ada 11 (55%) yang mencapai nilai ketuntasan minimal
sebesar 65 keatas atau mengalami belajar tuntas. Sedangkan sisanya 9 (45%) siswa
belum mencapai nilai 65 keatas atau belum tuntas belajar dengan nilai rata-rata 66,00.
Hasil evaluasi belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran Matematika siklus 1
di kelas VI SD Negeri 01 Pegiringan disajikan dalam tabel 2.
-7-
Tabel 2. Nilai Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus 1.
x
f
fx
91 - 100
-
-
81 - 90
2
180
71 - 80
4
320
61 - 70
3
210
51 - 60
7
420
41 - 50
3
150
0 - 40
1
40
Jumlah
20
1.320
Fx = 1.320 = 66,00
66,00
Nilai rata-rata
20
Refleksi Siklus 1
Dari siklus 1 diketahui ketuntasan kelas yang sesuai dengan KKM baru 45%
belum mencapai lebih dari 80% dari seluruh peserta didik seperti yang diharapkan
pada indikator kinerja.
Siklus 2
Hasil analisis nilai Tes Formatif menunjukkan bahwa dari sejumlah 20 siswa
yang mengikuti evaluasi, ada 18 (90%) siswa yang mencapai nilai 65 keatas atau
mengalami tuntas belajar, sisanya sejumlah 2 (10%) siswa belum mencapai nilai 65
keatas atau belum mengalami belajar tuntas, dengan nilai rata-rata.
Hasil evaluasi belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran Matematika siklus 2,
konsep penyajian data disajikan dalam tabel 3 dibawah ini.
-8-
Tabel 3. Analisis Nilai Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus 2.
x
f
fx
91 - 100
3
300
81 - 90
5
450
71 - 80
7
560
61 - 70
3
210
51 - 60
1
60
41 - 50
1
50
0 - 40
-
-
Jumlah
20
1.630
Fx = 1.630 = 81,50
Nilai rata-rata
81,50
20
Refleksi Siklus 2
Pada siklus 2 ini terlihat meningkatnya kemampuan menyajikan data dalam
bentuk tabel, dengan KKM 65 dan ketuntasan kelas minimal 90% dari seluruh peserta
didik. Maka Penelitian Tindakan Kelas dikatakan berhasil karena indicator kinerjanya
sudah terpenuhi. Pencapaian pada siklus 2 ada 18 peserta didik yang nilainya diatas
ketuntasan minimal 90% dari seluruh peserta didik sudah tuntas.
Pembahasan.
Pembahasan hasil penelitian mengacu pada perolehan hasil evaluasi per siklus
yang di capai oleh peserta didik pada materi menyajikan data dalam bentuk tabel baik
melalui hasil tes maupun hasil non tes.
Hasil pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di
bawah ini
No
Skor
1
100
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
F
%
Rt
F
%
Rt
F
%
Rt
-
0
55,50
-
0
66,00
3
15
81,50
-9-
2
90
-
0
2
10
5
25
3
80
2
10
4
20
7
35
4
70
3
15
3
15
3
15
5
60
5
25
7
35
1
5
6
50
5
25
3
15
1
5
7
40
4
20
1
5
-
0
8
30
1
5
-
0
-
0
Jumlah
20
100
20
100
20
100
Dari tabel data antar siklus di ketahui hasil perolehan nilai kemampuan
menyajikan data dalam bentuk tabel mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II
dibandingkan perolehan hasil pada prasiklus. Pada prasiklus peserta didik yang belum
tuntas 15 anak atau 75%, pada siklus I peserta didik yang belum tuntas mengalami
penurunan menjadi II anak atau 55% dan pada siklus II pada akhir penelitian yang
belum tuntas 2 anak atau 10%. Dengan demikian angka ketuntasan belajar peserta didik
mengalami peningkatan, yaitu prasiklus 25%, menjadi 45% pada siklus I dan 90% pada
siklus II. Rata-rata kelas dari kondisi prasiklus 55,5 mengalami kenaikan pada siklus I
menjadi 66,00 dan siklus II mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 81,50.
Rekap Hasil Pelaksanaan antarsiklus
Rekap hasil pelaksanaan tindakan antar siklus dimaksudkan untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar siswa pasa setiap siklusnya. Hal tersebut dapat dilihat pada
diagram di bawah ini:
- 10 -
90
80
70
60
50
Prasiklus
40
Siklus I
30
Siklus II
20
10
0
Pra
SI
SII
Diagram 1. Perkembangan hasil belajar siswa
Gambar diagaram di atas dapat dilihat pada kondisi awal dengan rata-rata
sebesar 55,50. Siklus I, memiliki rata-rata kelas 66,00 dengan siswa tuntas 9 atau
45%. Sedangkan pada pelaksaaan tindakan siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas
sebesar 81,50 dengan persentase ketuntasan belajar 90% atau 18 anak.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan 1) Penggunaan metode diskusi
dan peraga gambar dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran konsep
mengolah dan menyajikan data mata pelajaran Matematika, terbukti dapat
meningkatkan rata-rata nilai belajar siswa kelas VI SD Negeri 01 Pegiringan dari 55,50
menjadi 81,50; 2) Metode diskusi dan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar pada pembelajaran konsep-konsep mengolah dan myajikan data dalam
bentuk tabel mata pelajaran Matematika di kelas VI SD Negeri 01 Pegiringan
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
Saran
- 11 -
Saran yang dapat di berikan 1) Guru harus menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, dalam hal ini dapat menggunakan
metode diskusi. 2) Sebaiknya menggunakan media gambar dalam pembelajaran
konsep mengolah dan menyajikan data mata pelajaran Matematika, karena terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Guru harus dapat menumbuhkembangkan
keaktifan siswa, kerjasama siswa, keberanian berpendapat siswa, partisipasi siswa,
dan motivasi belaran siswa dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Dikdasmen.
1993. Petunjuk Pengajaran Berhitung., Jakarta: Dikdasmen.
1995. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar., Jakarta;
Dikdasmen.
Dediknas. 2006. Standar Isi dan Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Karso,
dkk.
1993.
Dasar-Dasar
Pendidikan
Matematika.
Jakarta;
Dikdasmen.
M. G. Dwidjiastuti, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS.
Moedjiono. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Dikti.
Nana Sudjana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Oemar Hamalik. 1998. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Permendiknas. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Ratna W. Dakar. 1985. Kesiapan Guru Mengajar Matematika di Sekolah Dasar.
Bandung: FPS-IKIP.
- 12 -
- 13 -
Download