PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS V SD NEGERI 03 BANTARBOLANG KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Jeffry Gagah Satria Frigatanto [email protected] Abstrak: Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah metode discovery pada pembelajaran matematika sifat-sifat bangun ruang dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa,bagaimana metode discovery dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa. Hasil siklus I, rata-rata kelasnya 65,33% dengan siswa tuntas 11 (60%) dan siklus II rata-rata kelas 77,33% dengan siswa tuntas 15 (86,66%). Kata Kunci : Hasil Belajar, Motivasi, Discovery. PENDAHULUAN Standar Nasioal Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa matematika merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang berfungsi untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri. Selain itu dalam Standar Isi Matematika Kelas V SD dijelaskan bahwa tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar adalah menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung dan kemampuan peserta didik yang dapat dialihgunakan serta membentuk sikap logis, kritis, cermat, dan kreatif. Kajian inti Matematika di SD mencakup aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran, dan kajian data. Pada pembelajaran matematika khususnya materi Sifat-Sifat Bangun Ruang Kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang mendapatkan nilai rendah, hanya beberapa siswa saja yang mendapatkan nilai tinggi. Padahal pembelajaran dikatakan berhasil apabila seorang siswa mampu menguasai materi yang diberikan guru, dengan tingkatan penguasaan materi telah mencapai 80% atau lebih. Dari pengalaman mengajar dikelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten 1 Pemalang, pada materi sifat-sifat bangun ruang masih banyak siswa yang memperolah nilai dibawah KKM. Berdasar latar belakang itulah, penulis memandang perlu melakukan perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Matematika materi sifat-sifat bangun ruang melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) bagaimanakah melalui metode discovery pada materi sifat-sifat bangun ruang dapat meningkatkan prestasi hasil belajar Kecamatan dan motivasi peserta didik Kelas V SDN bantarbolang, 2) bagaimanakah metode 03 Bantarbolang discovery dapat meningkatkan motivasi pembelajaran sifat-sifat bangun ruang di SD Negeri 03 Bantarbolaang Kecamatan Bantarbolang, dan 3) bagaimanakah metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi peserta didik kelas V SDN 03 Bantarbolang. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan hasil belajar dan motivasi peserta didik pada aspek kognitif materi sifat-sifat bangun ruang melalui metode discovery. 2) mendeskripsikan hasil belajar dan motivasi siswa afektif materi sifat-sifat bangun ruang melalui metode pada aspek discovery. 3) mendeskripsikan hasil belajar dan motivasi peserta didik pada aspek psikomotor sifat-sifat bangun ruang melalui metode discovery. Manfaat penelitian berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas ini, terdapat dua manfaat diantaranya, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1) manfaat teoritis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah manfaat yang diambil untuk pemahaman teori tentang peningkatan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun ruang melalui metode discovery yang diharapkan nantinya guru dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) manfaat praktis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah manfaat yang secara langsung dapat diambil oleh pihak-pihak yang terkait yaitu peserta didik, guru, peneliti dan sekolah. Adapun manfaat bagi peserta didik antara lain : 1) siswa memperoleh pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, dan menyenangkan, dan 2) meningkatkan hasil belajar siswa. Manfaat penelitian bagi guru, diantaranya : 1) menambah pengalaman dalam menggunakan metode pembelajaran inovatif yang pada umumnya jarang digunakan oleh guru SD, 2) memperoleh acuan dalam menentukan strategi belajar yang tepat dan sesuai terutama dalam menerapkan metode, dan media dalam proses belajar mengajar, 3) memperoleh pengalaman profesional dalam pembelajaran dengan metode discovery, dan 4) memperoleh 2 materi untuk menulis penelitian tindakan kelas mengenai kesulitan belajar siswa. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah, yaitu : 1) memberikan masukan bagi sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran guru, dan 2) menghasilkan kualitas peserta didik dan lulusan yang siap bersaing. LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Prestasi Belajar Menurut Wahyuningsih, (2009:301), prestasi belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai dan diperoleh peserta didik yang mengikuti program belajar mengajar sesuai tujuan yang ditetapkan. Prestasi belajar kemampuan seseorang dalam pencapaian berpikir yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, affektif dan psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami, dan diterapkan. Sedangkan menurut Sardiman (2000:45), prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu. Pengertian Belajar Menurut Sagala S, (2011:11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan baik yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit ( tersembunyi ). Slameto, (2010 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan suatu tingkah laku pada individu. Akan tetapi perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat disebut sebagai proses belajar. Menurut Sudjana,(2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Menurut Purwanto, (2011:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa 3 akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses belajar dapat melibatkan aspek kogmitif, afektif, dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektive), sedang belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa ketrampilan (psychomotoric) Purwanto, (2011:42). Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah ia memperoleh pengalaman didalam proses belajar mengajar. Metode Discovery Menurut Winataputra, 2008:3.19, belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model pembelajaran / belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner. Belajar penemuan adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong peserta didik mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Pembelajaran discovery pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih ketrampilan kognitif peserta didik dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna dalam dirinya. Dalam pembelajaran discovery kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedimikian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan prinsipprinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif di dalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktifitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan peserta didik dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. Discovery ialah proses mental di mana peserta didik mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud 4 antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Kerangka Berpikir Pada pembelajaran matematika umumnya guru hanya menggunakan metode konvensional, sehingga pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran masih abstrak. Oleh karena itu, guru harus dapat mengubah paradigma pembelajaran yang efektif melalui metode pembelajaran yang inovatif. Metode discovery memungkinkan peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ini berarti pengaruh terhadap peranan guru sebagai penyampai informasi ke arah peran guru sebagai pengelola interaksi belajar mengajar di kelas. Ditandai pula metode penemuan tidak lepas dari adanya keterlibatan peserta didik dalam interaksi belajar mengajar. Melalui metode penemuan ini, peserta didik dapat mengembangkan minatnya dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan aktifitas dan antusias peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu melalui metode discovery dapat membimbing dapat membimbing peserta didik untuk menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, sehingga pemahaman peserta didik bertahan lama. Alhasil prestasi peserta didik dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Matematika akan meningkat. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. 5 Siswa : Guru: Kondisi awal Belum menggunakan metode discovery dalam pembelajaran matematika Hasil evaluasi siswa rendah Tindakan Menggunakan metode discovery Siklus I Kondisi Akhir Evaluasi siswa meningkat Siklus II Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir Karya I.G.A. K Wardani 2006 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut. “Melalui metode discovery dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang, prestasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang akan meningkat”. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Selama 2 bulan yaitu bulan Februari sampai dengan April 2015. Penelitian ini adalah penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Action Research) dan diadakan dikelas sehingga disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto (2006) adalah merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dan tindakantindakan tersebut. Menurut Arikunto (PTK), 2006:16), secara garis besar tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: perencanaan, 6 pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapaun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan perencanaan Refleksi SIKLUS II pelaksanaan pengamatan ? Gambar 3.1 Skema Tahapan Siklus dalam PTK Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun 2014/2015, yang berjumlah 23 orang peeserta didik, yang terdiri atas peserta didik laki-laki 14 siswa dan 9 peserta didik perempuan. Sebagian besar orang tuanya bekerja sebagai petani sehingga tidak memperhatikan pendidikan anaknya. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu menggunakan teknik analisis kuantitatif, dan kualitatif. Dan setelah data diperoleh kemudian data dianalisis dan hasil analisis pada siklus pertama dipakai untuk siklus berikutnya, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik. Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan kelas ini data yang diperoleh yaitu dengan cara teknik tes dan non tes. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti menggunakan tes tertulis. Tes tertulis dalam bentuk essay yang diberikan pada tiap kali pertemuan. Data yang diperoleh dari tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode discovery. Untuk cara non tes, observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas 7 peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dan motivasi peserta didik dalam menggunakan metode discovery. Indikator keberhasilan pembelajaran dinyatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai prestasi peserta didik ≥ 67 lebih dar 80% atau 19 peserta didik dari 23 peserta didik . Dengan demikian pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan berhasil. Penelitian ini akan direncanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dua kali pertemuan dan dilakukan dengan tiap-tiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan/pelaksanaan (acting), 3) observasi, dan 4) refleksi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA Pra Siklus Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Bahwa dari 23 speserta didik kelas V SD Negeri 02 Bantarbolang terdapat 12 peserta didik yang nilai prestasi belajarnya masih belum mencapai batas ketuntasan minimal (KKM), yaitu 67. Setelah dilakukan pemeriksaan dan analisa pada lembar pekerjaan peserta didik, ternyata sebagian besar peserta didik masih belum dapat menyebutkan sifat-sifat bangun ruang dengan benar. Tabel 2.1 Frekuensi Nilai Pra Siklus SD Negeri 03 Bantarbolang No Interval nilai Frekuensi Prosentase Kategori 1 67 - 100 11 47,82% Tuntas 2 < 67 12 52,18% Belum Tuntas Jumlah 8 23 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Tuntas Tidak tuntas Nilai Peserta Didik Gambar 4.1 Grafik Nilai Pra Siklus Dari data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran masih rendah dan belum mencapai ketuntasan belajar. Terbukti dari 23 peserta didik kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang, terdapat 12 peserta didik tidak mencapai KKM dengan rata-rata hasil belajar 52,18%, artinya hanya 11 (47,82%) peserta didik yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 67. Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dimungkinkan oleh persepsi peserta didik terhadap pelajaran matematika bahwa pelajaran matematika itu sulit dan membosankan. Untuk mengubah persepsi peserta didik terhadap pelajaran matematika dari anggapan itu sulit dan membosankan menjadi matematika itu mudah, mengasyikkan dan menyenangkan perlu peran guru. Mengingat materi pembelajaran matematika itu bersifat abstrak maka cara yang dipandang efektif adalah dengan menggunakan alat peraga. Dengan alat peraga pesrta didik menjadi lebih aktif, pembelajaran lebih mengasyikkan dan menyenangkan sehingga peserta didik bergairah dalam mengikuti pembelajaran matematika. Siklus I Perencanaan Setelah peneliti merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah menentukan rencana tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar 9 hasil belajar matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang dapat meningkat. Tindakan yang peneliti lakukan antara lain : 1) menentukan waktu pelaksanaan tindakan pada siklus I selama dua kali pertemuan, 2) membuat rencana pembelajaran siklus I, 3) menyiapkan alat peraga gambar model bangun ruang yang akan digunakan dalam pembelajaran, 4) menyiapkan lembar kerja siswa, 5) menyiapkan lembar observasi, dan 6) menyiapkan lembar evaluasi. Pelaksanaan Pada kegiatan inti, guru menunjukkan model-model bangun ruang, melakukan tanya jawab tentang nama-nama bangun ruang tersebut, peserta didik menunjukkan kembali nama-nama bangun ruang melalui model, Guru membagi kelompok siswa secara heterogen terdiri 3-4 anak lalu membagikan lembar kerja siswa dan menjelaskan cara pengerjaannya, Peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang (prisma segitiga dan segiempat), guru membimbing peserta didik untuk menemukan sendiri konsep sifat-sifat bangun ruang prisma segitiga dan segiempat, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusi, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok, guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi, guru membimbing peserta didik meluruskan kesalahan dan memberi motivasi dan guru menekankan kembali materi dengan tanya jawab. Observasi Dari pelaksanaan Siklus I, guru (peneliti) secara kolaboratif dengan teman sejawat dan kepala sekolah melaksanaan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah yang telah dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi yang telah disiapkan dalam kegiatan ini. Observer ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah disusun serta mengetahui seberapa besar pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang. Oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditunjukan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, nnamun juga pada aspek 10 tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran, termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. Refleksi Data yang diperoleh melalui observasi dan hasil belajar siswa dikumpulkan untuk diananlisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, diketahui bahwa pada siklus I diketahui sebanyak 8 peserta didik dibawah rentang 67 atau 34,78% artinya belum tuntas, sedangkan sebanyak 15 peserta didik diatas rentang 67-100 atau 65,22% artinya sudah tuntas, padahal pembelajaran dikatakan berhasil harus mencapai 85 %. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini: Tabel 2.2 Frekuensi Nilai Setelah Tindakan Siklus I SD Negeri 03 Bantarbolang No Interval nilai Frekuensi Prosentase Kategori 1 67 - 100 15 65,22% Tuntas 2 < 67 8 34,78% Belum Tuntas Jumlah 23 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Tuntas Tidak tuntas Gambar 4.2 Grafik Nilai Siklus I Kelemahan yang terdapat pada siklus I yaitu adanya guru belum memaksimalkan penggunaan metode discovery sedangkan peserta didik belum 11 memahami sifat-sifat bangun ruang dengan tepat. Dengan permasalahan tersebut, maka disiklus II guru harus lebih memaksimalkan penggunaan metode discovery dengan alat peraga gambar model-model bangun ruang dan peserta didik agar lebih aktif dalam menyebutkan sifat-sifat bangun ruang dengan alat peraga gambar model-model bangun ruang. Siklus II Perencanaan Berdasarkan hasil obsevasi dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I, dapat diperoleh bahwa pembelajaran pada siklus I belum berhasil walaupun sudah ada peningkatan baik nilai rata-rata kelas maupun prestasi peserta didik. Oleh karena itu, peneliti menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan perbaikan dari siklus I pada pelaksanaan pembelajaran siklus II yaitu dengan menambah soal latihan pada saat pembelajaran, menggunakan waktu yang efektif dan memberikan bimbingan pada kegiatan kelompok. Observasi Pada tahap observasi guru kolaborasi (observer) telah melaksanakan observasi terhadap apa yang terjadi selama pembelajaran. Observer ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah disusun serta mengetahui dilaksanakan seberapa besar pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang. Oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditunjukan pada aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran, termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. Refleksi 12 Data yang diperoleh melalui observasi dan hasil belajar peserta didik dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, diketahui bahwa pada siklus II sudah menunjukan keberhasilan dalam pembelajaran, diketahui sebanyak 2 peserta didik dibawah rentang 67 atau 11,76% belum tuntas, sedangkan sebanyak 21 speserta didik diatas rentang 67-100 atau 88,24% sudah tuntas dan diatas 80%, maka dalam siklus II peneliti sudah berhasil dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini : Tabel 2.3 Frekuensi Nilai Setelah Tindakan Siklus II SD Negeri 03 Bantarbolang No Interval nilai Frekuensi Prosentase Kategori 1 67 - 100 21 88,24% Tuntas 2 < 67 2 11,76% Belum Tuntas Jumlah 23 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Tuntas Tidak tuntas Siklus II Gambar 4.3. Grafik Nilai Siklus II Dari data di atas, terlihat bahwa pembelajaran siklus II berakhir dengan hasil yang memuaskan karena ada peningkatan presentase tingkat ketuntasan belajar secara signifikan, yaitu dari 64,71% menjadi 88,24%. Dengan pencapaian 13 tersebut di atas maka pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil karena telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat peraga gambar model-model bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. PEMBAHASAN TIAP SIKLUS DAN ANTAR SIKLUS Pra Siklus Dari tabel frekuensi sebelum tindakan dapat dilihat, bahwa peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori tuntas hanya 11 peserta didik atau 47,82%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori belum tuntas sebanyak 12 peserta didik atau 52,18%. Dan motivasi anak untuk bertanya hanya 8 anak. Sedangkan yang 15 anak passive. Siklus I Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan pembelajaran menggunakan alat peraga gambar model-model bangun ruang, diperoleh data hasil penilaian prestasi belajar Matematika meningkat seperti yang yang terlihat pada tabel diatas. Dari data tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan siklus I, peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori tuntas mengalami kenaikan yaitu semula 11 atau 47,82%, meningkat menjadi 15 atau 65,22%, sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori belum tuntas mengalami penurunan yaitu yang semula 12 peserta didik atau 52,18% menurun menjadi 8 peserta didik atau 34,78%. Berdasarkan indikator keberhasilan pembelajaran dinyatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai prestasi peserta didik ≥ 67 lebih dar 80% atau 19 peserta didik dari 23 peserta didik. Dengan demikian, walaupun peserta didik yang tuntas meningkat tetapi karena siswa yang tuntas belum mencapai 19 peserta didik, maka pembelajaran siklus 1 belum dikatakan berhasil. Siklus II Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II dengan pembelajaran menggunakan alat peraga gambar model bangun ruang, diperoleh data hasil penilaian prestasi belajar Matematika meningkat seperti yang yang terlihat pada tabel diatas. Dari data tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan 14 tindakan siklus II, peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori tuntas mengalami kenaikan yaitu semula 15 atau 65,22%, meningkat menjadi 21 atau 88,24%, sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori belum tuntas mengalami penurunan yaitu yang semula 8 peserta didik atau 35,29% menurun menjadi 2 peserta didik atau 11,76%. Berdasarkan indikator keberhasilan pembelajaran dinyatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai prestasi peserta didik ≥ 67 lebih dari 80% atau 19 dari 23 peserta didik. Dengan demikian pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan berhasil. Peningkatan kemampuan menyebutkan sifat-sifat bangun ruang menggunakan metode discovery melalui alat peraga gambar model bangunbangun ruang pada peserta didik kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang dari sebelum tindakan , tindakan siklus I, dan tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini: Tabel 3.1 Perbandingan Nilai Sebelum tindakan, siklus I,dan siklus II SD Negeri 03 Bantarbolang No Uraian Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II Keterangan 1 Jumlah siswa yang tuntas 11 15 21 Meningkat 2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 12 8 2 Menurun 3 Nilai rata-rata kelas 59,71 71,18 81,47 Meningkat Dari tabel diatas dapat kita lihat kelas bahwa jumlah peserta didik yang tuntas semula 11 peserta didik pada waktu sebelum tindakan meningkat menjadi 15 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 21 pada siklus II. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas semula 12 peserta didik sebelum tindakan menurun menjadi 8 peserta didik pada siklus I dan menurun lagi menjadi 2 pada siklus II. Kemudian nilai rata-rata kelas yang semula 59,71 pada waktu sebelum tindakan meningkat menjadi 71,18 dan meningkat lagi menjadi 81,47 pada siklus II. 15 100 90 80 70 60 50 40 Tuntas Tidak tuntas Rata-rata kelas 30 20 10 0 Pra siklus Siklus I Siklus II Gambar 5.1 Grafik Rekapitulasi Nilai Prestasi Belajar Peserta Didik Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa pembelajaran materi sifat-sifat bangun ruang dengan metode discovery menggunakan alat peraga gambar model-model bangun ruang sudah berhasil, hal ini ditandai dengan meningkatnya aktivitas dan prestasi peserta didik dalam penilaian. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penggunaan metode discovery dengan alat peraga gambar model-model bangun ruang dapat meningkatkan kemampuan menyebutkan sifat-sifat bangun ruang pada kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa metode discovery dengan menggunakan alat peraga gambar model-model bangun ruang dalam pembelajaran matematika 16 dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2014/2015 pada materi sifat-sifat bangun ruang. Saran Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dari hasil –hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran sebagai berikut : Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat fasilitas belajar yang memadai, memberikan penjelasan materi secara pelan, rinci, sabar, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, serta melibatkan peserta didik dalam proses discovery, mengaktifkan peserta didik melalui tanya jawab, dan mengaktifkan peserta didik dalam diskusi. Peserta didik hendaknya ikut berperan aktif dalam pembelajaran, mengerjakan tugas-tugas dari guru, selalu bekerjasama saat kerja kelompok, dan meningkatkan hasil prestasi belajar. Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan alat peraga dalam pembelajaran pada mata pelajaran matematika khususnya dan alat peraga pembelajaran pada mata pelajaran umumnya. Agar dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika serta pemberdayaan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran. Disamping itu, karena terbukti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, penulis menyarankan kepada rekan-rekan guru untuk mempelajari dan menerapkan PTK dikelasnya masing-masing. Pemahaman PTK dapat didiseminasikan melalui berbagai pertemuan tatap muka seperti rapat guru, forum Pemantapan kerja Guru (PKG), forum musyawarah guru mata pelajaran atau melalui Pertemuan kelompok Kerja Guru (KKG). 17 DAFTAR PUSTAKA Afandi, Muhamad. 2001. Cara Efektif Menulis Karya Ilmiah. Bandung: Alfabeta Boediono. 2003. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. BSNP. 2006. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S.B. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamzah B Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP, Materi Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP jenjang Dasar. Yogyakarta: Depdiknas Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudiyono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo persada Syamsuddin, Makmun. 2003. Psikologi kependidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja Wardani, I.G.A.K, dkk. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka 18