Konsep Hernia - Karya Tulis Ilmiah

advertisement
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
Konsep Hernia
LINK DOWNLOAD [163.00 KB]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Hernia
Definisi Hernia
Hernia dalam bahasa latin sering disebut rupture, merupakan suatu penonjolan abnormal melewati suatu dinding rongga yang
terbuka (Alex J, 2007). Hernia pada dinding perut merupakan penyakit yang sering dijumpai dan memerlukan suatu tindakan
pembedahan. Hernia terdiri atas tiga bagian: kantong Hernia, isi kantong dan pelapis hernia. Kantong hernia merupakan
divertikulum peritoneum dan mempunyai leher dan badan. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan dan dapat
merupakan sepotong kecil omentum sampai organ padat yang besar. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen
yang dilewati oleh kantong hernia (Lee C, 2004).
Pada hernia disebutkan rectus sheath lebih tipis dibanding normal, jumlah proliferasi dari fibroblast menurun dibanding normal dan
kolagenolisis meningkat (Alex J, 2007).
Klasifikasi Menurut Lokasi
- Hernia Inguinalis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam Annulus Internus.
6
- Hernia Femoralis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam Canalis Femoralis melalui Annulus Femoralis yang
berbentuk corong sejajar dengan Vena Femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada Fosa Ovalis di pelipatan paha.
- Hernia hiatal, Bila benjolan terjadi pada diafragma.
- Hernia ventral, Merupakan nama semua hernia yang terjadi pada anterolateral, seperti hernia sikatriks.
- Hernia incisional, terjadi bila benjolan keluar masuk melewati luka bekas operasi.
- Hernia umbilical, merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup dengan peritoneum dan kulit.
(Abrahamson J, 2002).
Gambaran Klinis
Sejarah dan pemeriksaan klinis sangat penting dalam menegakkan diagnosa penyakit hernia. Anamnesa dari penyakit yang ada
sehingga muncul suatu hernia wajib dilakukan untuk mencari penyebabnya, seperti batuk lama, obtruksi saluran kencing, ascites dan
lain sebagainya. Keluhan penyakit ini biasanya oleh karena pasien, orang tua ataupun dokter merasakan adanya penonjolan pada
daerah pangkal pada sampai dengan ke skrotum (Lee C, 2004). Pada orang dewasa kadang dirasakan nyeri pada pangkal paha yang
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
memberat terutama setelah latihan atau batuk, juga adanya nyeri yang bersifat mendadak seperti ditusuk, hal ini oleh karena
distribusi dari nervus ilioinguinal sehingga menyebabkan neuralgia pada daerah tersebut (Alex J, 2007). Pada kantong hernia dapat
berisi, organ-organ di dalam abdomen, seperti usus, mesenterium dan cairan. Nyeri hebat, mual, muntah dan perut semakin
membesar bila terjadi tercekiknya usus (inkarserata) dan terjadi obstruksi usus yang pada akhirnya menimbulkan kematian usus oleh
karena terjepitnya usus beserta dengan pembuluh darah disekitarnya (strangulata). Tidak jarang terjadi infeksi seluruh abdominal
(peritonitis generalisata) bila terjadi kebocoran usus (Henry S, 2005).
Pemeriksaan pada orang dewasa yang paling baik dengan posisi berdiri, terkadang diperlukan batuk untuk melihat benjolan tersebut
keluar (Alex J, 2007). Pemeriksaan fisik dapat dengan berbagai cara, seperti thumb test dengan menggunakan ibu jari pada annulus
internus, finger test dengan jari telunjuk pada daerah canalis inguinalis dan Zieman test dengan menggunakan jari ke dua, ketiga dan
keempat (Richard A, 2004). Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan tidak dapat keluar masuk lagi, serta ada warna
kebiruan, kemungkinan telah terjadi strangulata usus.
Penatalaksanaan
Semua pasien hernia inguinalis lateralis sebaiknya harus dilakukan tindakan pembedahan, kecuali dengan faktor resiko tinggi atau
terdapat kontra indikasi, misal hernia yang sangat besar, usia yang lanjut dan keaadaan umum yang jelek. Menunda tindakan
pembedahan pada pasien hil dapat berakibat terjadinya inkarserata, obstruksi dan strangulata (Soetamto W, 2003).
Patofisiologi
Berdasarkan terjadinya, dibagi atas hernia kongenital/bawaan dan hernia yang didapat. Hernia diberi nama menurut letaknya,
misalnya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dan sebagainya. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi
hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Alex J, 2007).
Bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia irreponibel. Hal ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantung pada perineum kantong hernia. Bila tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus akibat
perlekatan tersebut disebut hernia akreta.Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata.
Disebut hernia inkarserata bila isi kantung terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibat yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi (Soetamto W, 2003).
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi
(lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis (Alex J, 2007).
Tanda dan gejala
Keluhan dan tanda klinik yang timbul bergantung pada keadaan isi hernia, ada tidaknya perlekatan, maupun komplikasi yang telah
terjadi. Pada hernia reponibel, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri/batuk/bersin/mengedan, dan menghilang setelah berbaring (Soetamto W, 2003).
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri
visceral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia. Bila telah timbul
inkarserasi atau strangulasi, dapat timbul nyeri yang hebat dan keluhan mual muntah (Soetamto W, 2003).
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
Konsep Luka Dan Perawatannya
Pengertian Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 2002). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa
membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 2005). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
- Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
- Respon stres simpatis
- Perdarahan dan pembekuan darah
- Kontaminasi bakteri
- Kematian sel
Jenis-Jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 2002).
- Berdasarkan tingkat kontaminasi
Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada
sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika
diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson ? Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%.
Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan
besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
- Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
Stadium I : Luka Superfisial ?Non-Blanching Erithema? : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka ?Partial Thickness? : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III : Luka ?Full Thickness? : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
Stadium IV : Luka ?Full Thickness? yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas. Luka dan Perawatannya
- Berdasarkan waktu penyembuhan luka
- Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
- Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Mekanisme terjadinya luka
Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih
(aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).
Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan
lunak, perdarahan dan bengkak.
Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter
yang kecil.
Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
- Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
Luka Bakar (Combustio)
Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah
yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 2002).
- Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (2002) yaitu: (1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma
jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika
nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma, (4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5)
Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan (6)
Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
- Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase
penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier, 2005).
- Menurut Kozier (2005):
- Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 ? 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis.
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan
fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang
menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan
dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 4/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan
mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada
akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar
dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses
yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel
diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat
penting bagi proses penyembuhan.
- Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel
jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah
tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan
luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan
perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.
- Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen
menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan
garis putih.
- Menurut Taylor (2002)
- Fase Inflamatory
Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 ? 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah
Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya suatu
konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran
darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih kurang
24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit (makrofag) masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang
merangsang pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat terjadi.
- Fase Proliferative
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua
substansi ini membentuk lapislapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada
didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya
pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 5/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
- Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1 ? 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam
luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah
dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.
- Menurut Menurut Potter (2003)
Devensive / Tahap Inflamatory
Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga 4-6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon
inflamatori, Tibanya sel darah putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh darah, membawa platelet
menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah masuknya organisme infeksius. Respon
inflammatory adalah saat terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma menyebabkan kemerahan
dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di luka melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris
yang kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang bakteri dan membantu perbaikan jaringan.
Monosit menjadi makrofag, selanjutnya makrofag membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan perbaikan luka
dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose. Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.
Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut selama 2 ? 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu
sintesis vitamin B dan C, dan asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka.
Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.
- Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka merekat kuat.
Faktor Yang Mempengaruhi Luka
- Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi
hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
- Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin
C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 6/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
- Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
- Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang
memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit
menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi
dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
- Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi.
Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
- Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknyasuatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses
ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut
dengan nanah (?Pus?).
- Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah.
Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.
- Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal
tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
- Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
- Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 7/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
- Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
- Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
- Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan
setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
- Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering
muncul dalam 2?7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,
kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
- Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah
oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika
mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan
terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin
diperlukan.
- Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau
total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple
trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 4?5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi
terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera
dilakukan perbaikan pada daerah luka.
Perkembangan Perawatan Luka
Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P,
2003). Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka.
Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter (2003) mengatakan bahwa
laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang
perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 2003).
Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5
%, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2005). Rowel (2007) menunjukkan bahwa lingkungan lembab
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 8/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka
dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan balutan lembab ( Potter.
P, 2003).
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan
tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk
membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 2004). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya
tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka
dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu
banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 2006). Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi
luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan
tepi luka menyatu.
Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi:
- Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
- Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
- Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 ? 3 hari.
- Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.
- Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup selama 7 ? 10 hari. Peningkatan
inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.
- Pembentukan bekas luka.
- Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih.
- Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas luka menunjukkan pembentukan
kelloid.
Tujuan Perawatan Luka
- Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
- Absorbsi drainase
- Menekan dan imobilisasi luka
- Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
- Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
- Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
- Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
- Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium
klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 2004). Sodium klorida atau natrium klorida
mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 2002). Sodium
klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari
sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 2004). Merupakan larutan isotonis
aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu
luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah (Diandra, 2003).
- Larutan povodine-iodine.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 9/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan
non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat
larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora
tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 2004). Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak
dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan
protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti
povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2005). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa
terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan
menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 2004).
Merawat Luka
- Pengertian
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma,
fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit.
- Tujuan
- Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa.
- Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.
- Mempercepat penyembuhan.
- Membersihkan luka dari benda asing atau debris.
- Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat.
- Mencegah perdarahan.
Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
- Persiapan alat
- Set steril yang terdiri atas :
- Pembungkus
- Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
- Tempat untuk larutan
- Larutan anti septic
- 2 pasang pinset
- Gaas untuk menutup luka.
- Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf.
- Kantong tahan air untuk tempat balutan lama.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 10/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
- Plester atau alat pengaman balutan.
- Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien.
Bensin untuk mengeluarkan bekas plester.
- Cara kerja
- Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
- Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
- Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
- Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk
menutup pasien jika perlu.
- Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada sisi tempat tidur.
- Angkat plester atau pembalut.
- Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk
melepaskan jika perlu.
- Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau menggunakan sarung tangan jika balutan lembab.
Angkat balutan menjauhi pasien.
- Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
- Buka set steril
- Tempatkan pembungkus steril di samping luka
- Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi.
Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.
- Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
- Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah
memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril.
- Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset
ujungnya labih rendah daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :
- Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
- Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
- Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan
melingkar.
- Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
- Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
- Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
- Amankan balutan dengan plester atau pembalut
- Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
- Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.
- Cuci tangan
Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji
keadaan luka dan respon pasien.
- Membersihkan Daerah Drain
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 11/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya
yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain
ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain. Kulit sekitar
drain harus dibersihkan dengan antiseptik
Konsep Nyeri
Definisi Nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP, diakses pada tanggal 11/10/2011), nyeri adalah pengalaman perasaan
emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
Menurut Potter (2005) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh
dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka. Nyeri adalah apa
yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak
berarti bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku
(Betz & Sowden, 2002).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat
harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam
pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.
- Usia
Menurut Potter (2005) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi
terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan
nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat.
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
Seorang perawat harus menggunakan teknik komunikasi yang sederhana dan tepat untuk membantu anak dalam membantu anak
dalam memahami dan mendeskripsikan nyeri. Sebagai contoh, pertanyaan kepada anak, ? Beritahu saya dimana sakitnya?? atau ?apa
yang dapat saya lakukan untuk menghilangkan sakit kamu??. Hal-hal diatas dapat membantu mengkaji nyeri dengan tepat.
Perawat dapat menunjukkan serangkaian gambar yang melukiskan deskripsi wajah yang berbeda, seperti tersenyum, mengerutkan
dahi atau menangis. Anak-anak dapat menunjukkan gambar yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan mereka.
- Jenis kelamin
Gill (2005) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap
nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki
harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Potter (2005) mempelajari
kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 12/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
- Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo, 2006).
Nyeri memiliki makna tersendiri pada individu dipengaruhi oleh latar belakang budayanya (Marrie, 2002). Nyeri biasanya
menghasilkan respon efektif yang diekspresikan berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda. Ekspresi nyeri dapat dibagi
kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi (Marrie, 2002). Pasien tenang umumnya akan diam berkenaan dengan nyeri, mereka
memiliki sikap dapat menahan nyeri. Sedangkan pasien yang emosional akan berekspresi secara verbal dan akan menunjukkan
tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis (Marrie, 2002).
Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat
dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar
belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan
bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain.
Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan
lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang
mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam
mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer & Bare, 2003).
- Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua
keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa
pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan
dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi
pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah
dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
- Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa
menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera
reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat
meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat.
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa
orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten.
Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada
terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit
ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare, 2002).
- Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan
tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif.
Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin
banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 13/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding
dengan pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien ? perawat yang
positif dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo (Smeltzer & Bare, 2002).
- Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam
keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman
terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk
anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter, 2005).
- Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara
terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan
jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri.
Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk
mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional dari anak-anak, keluarga
atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi
kenyamanan untuk berdo'a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter, 2005).
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cidera
spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan (Brunner & Suddarth,
2006).
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai
awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih
(Smeltzer 2002).
Fisiologi Nyeri
Menurut Torrance & Serginson (2002), ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron
sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada
ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus
dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri
disebut nosiseptor.
Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin,
leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak
(Torrance & Serginson, 2002).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori. Serabut
perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden
dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 14/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
korteks serebri.
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika
diaktifkan, menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras
asenden. Seringkali area ini disebut ?gerbang?. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input yang menyakitkan
dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa
perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang
untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadi interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut
yang mengirim sensasi tidak nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat. Sel-sel inhibitor dalam
kornu dorsalis medula spinalis mengandung eukafalin yang menghambat transmisi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
Nyeri post-operasi
Nyeri post operasi akan meningkatkan stres post operasi dan memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. kontrol nyeri
sangat penting sesudah pembedahan, nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat
mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri
pasien post operasi dapat dibebaskan (Torrance & Serginson, 2002).
Menurut Potter dan Perry (2003); Torrance dan Sergison (2002) secara umum respon pasien terhadap nyeri terbagi atas: (1) respon
perilaku, dan (2) respon yang dimanifestasikan oleh otot dan kelenjar otonom.
Respon perilaku terdiri dari (1) secara vokal: merintih, menangis, menjerit, bicara terengah-engah dan menggerutu, (2) ekspresi
wajah: meringis, merapatkan gigi, mengerutkan dahi, menutup rapat atau membuka lebar mata atau mulut, menggigit bibir dan
rahang tertutup rapat, (3) geraakan tubuh: kegelisahan, immobilisasi, ketegangan otot, peningkatan pergerakan tangan dan jari,
melindungi bagian tubuh, (4) interaksi sosial: menghindari percakapan, hanya berfokus pada untuk aktivitas penurunan nyeri,
menghindari kontak sosial, berkurangnya perhatian.
Respon yang dimanifestasikan oleh otot polos dan kelenjar-kelenjar (Torrance & Serginson, 2002), terdiri atas (1) nausea, (2)
muntah, (3) stasis lambung, (4) penurunan motilitas usus, (5) peningkatan sekresi usus, (6) gangguan aktivitas ginjal.
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri
itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien.
Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
- Skala intensitas nyeri deskritif
Gambar 1 : Skala intensitas nyeri deskritif
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal
Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak
yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari ?tidak terasa nyeri? sampai ?nyeri yang tidak tertahankan?. Perawat
menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 15/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
- Skala identitas nyeri numerik
Gambar 2 : Skala identitas nyeri numerik
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 2002).
- Skala analog visual
Gambar 3 : Skala analog visual
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas
nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
- Skala nyeri menurut bourbanis
Gambar 4 : Skala Nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien
melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif
bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat
dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau
peningkatan (Potter, 2005).
Konsep Terapi Musik
Definisi Terapi Musik
Terapi musik adalah merupakan suatu intervensi non invasif yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan memulihkan
kesehatan baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Alunan musik lembut yang menenangkan dan stimulasi gelombang otak
dengan frekuensi deep delta untuk merangsang kondisi relaksasi yang dalam. Pada kondisi deep delta, akan terjadi pelepasan
endorfin yang merupakan zat anestesi alami (Erwin Eka, 2011).
Menurut (Potter, 2005) Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami
yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik
distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin.
Pengaruh musik yang besar bagi pikiran dan tubuh kita. Contohnya, ketika Anda mendengarkan suatu alunan musik (meskipun
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 16/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
tanpa lagu), seketika Anda bisa merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang membuat Anda gembira, sedih, terharu, terasa
sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain.
Salah satu figur yang paling berperan dalam terapi musik di awal abad ke-20 adalah Eva Vescelius yang banyak mempublikasikan
terapi musik lewat tulisan-tulisannya. Ia percaya bahwa objek dari terapi musik adalah melakukan penyelarasan atau harmonisasi
terhadap seseorang melalui vibrasi. Demikian pula dengan Margaret Anderton, seorang guru piano berkebangsaan Inggris, yang
mengemukakan tentang efek alat musik (khusus untuk pasien dengan kendala psikologis) karena hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa timbre (warna suara) musik dapat menimbulkan efek terapeutik.
Jenis Terapi Musik
Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik. Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik
terhadap pikiran. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi pengaruh berbeda kepada
pikiran dan tubuh kita. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin kita capai.
Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat
mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh.
Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton
maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung
lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang
kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan
lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu
penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia.
Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat
hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh
manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam di
sekelilingnya.
Terapi Musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi yang tepat antara beat, ritme dan harmony yang sesuaikan dengan
tujuan dilakukannya terapi musik. Jadi memang terapi musik yang efektif tidak bisa menggunakan sembarang musik.
Macam-macam Terapi musik
Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi musik, yaitu:
- Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat
lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik katif tentu saja
dibutuhkan bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten.
- Terapi Musik Pasif.
Inilah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang
disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam Terapi Musik Pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan
kebutuhan pasien.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 17/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
Manfaat Terapi Musik
Ada banyak sekali manfaat terapi musik. Jika disebutkan satu per satu semuanya, tentu saja butuh banyak waktu. Di bawah ini kami
sebutkan sepuluh manfaat utama terapi musik menurut para pakar terapi musik.
- Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh.
Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi
(istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi
hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.
- Meningkatkan Kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah
oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi
adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak sedang dalam masa
pembentukan, sehingga sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang sedang hamil sering
mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk belajar
sejak dalam kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik.
- Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan
muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh,
lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat
dan meningkatkan level energi seseorang.
- Pengembangan Diri
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang. Hati-hati, karena musik yang Anda dengarkan
menentukan kualitas pribadi Anda. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya
cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang putus cinta, mendengarkan musik atau lagu
bertema putus cinta atau sakit hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah jenis musik yang
didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau berkurang
sangat banyak. Dan jika Anda mau, Anda bisa mempunyai kepribadian yang Anda inginkan dengan cara mendengarkan jenis musik
yang tepat.
- Meningkatkan Kemampuan Mengingat
Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses
musik terletak berdekatan dengan memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis
memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa
untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 18/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
- Kesehatan Jiwa
Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya ''Great Book About Music'', mengatakan bahwa musik
membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan
psikologis. Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di zaman
modern, terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan,
gangguan mental atau gangguan psikologis.
- Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut
jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap
musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya
rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan
mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi
rasa sakit.
- Menyeimbangkan Tubuh
Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak.
Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
- Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka
menyimpulkan bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan
bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin ) yang dapat menimbulkan rasa Nikmat dan senang sehingga tubuh akan
menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.
- Meningkatkan Olahraga
Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang lebih baik dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan
daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan Anda dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.
Prosedur pemberian terapi musik
- Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti walkman, headphone, dll.
- Memilih jenis musik yang akan diperdengarkan.
- Ciptakan suasana tenang, bebas dari gangguan, dapat juga disertai dengan aroma lilin maupun wangi aroma terapi guna
membantu menenangkan tubuh.
- Perdengarkan musik slow dengan irama (ritme) yang teratur.
- Lakukan terapi musik selama ± 10 menit setiap hari selama intervensi perawatan luka.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 19/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
- Kaji intensitas nyeri (skala nyeri).
- Bersihkan dan rapikan alat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri :
§ Usia
§ Jenis kelamin
§ Budaya
§ Ansietas
§ Pengalaman masa lalu dengan nyeri
§ Efek plasebo
§ Keluarga dan support sosial
§ Pola koping
Intensitas nyeri akibat perawatan luka pasien post operasi hernia
Terapi musik
Syaraf Auditory
?
Cerebral Korteks
?
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 20/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
Sinkonasi gelombang otak dengan frekuensi deep delta
Tenang (Rileks)
Persepsi +
Respon nyeri
Intensitas nyeri
Alur saraf desenden
?
Pelepasan endorfin dan dinorfin
?
Zat anastesi alami
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 21/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
Tidak nyeri (0)
Nyeri ringan (1-3)
Nyeri sedang (4-6)
Nyeri berat terkontrol (7-9)
Nyeri berat tidak terkontrol (10)
Respon nyeri
Psikologis
§ Merintih, menangis, menjerit, dll
§ Meringis, mengerutkan dahi, dll
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 22/23 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Tue Oct 24 16:21:59 2017 / +0000 GMT
§ Kegelisahan, ketegangan otot, dll
§ Menghindari kontak sosial
Fisiologis
§ Tekanan darah ?
§ Nadi ?
§ Rerata pernafasan ?
Kerangka Konseptual
Gambar 5 : Kerangka konseptual pengaruh terapi musik terhadap intensitas nyeri akibat perawatan luka post operasi hernia di Zal-D
RSUD Dr. Slamet Martodirjo Pamekasan
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007). Sesuai dengan kerangka konseptual yang dikemukakan,
maka hipotesis yang diajukan adalah :
H1 : Ada pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi musik terhadap intensitas nyeri akibat perawatan luka pada pasien post
operasi hernia di Zal-D RSUD Dr. Slamet Martodirjo Pamekasan.
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi musik terhadap intensitas nyeri akibat perawatan luka pada pasien
post operasi hernia di Zal-D RSUD Dr. Slamet Martodirjo Pamekasan.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 23/23 |
Download