EXECUTIVE SUMMARY KERAGAMAN MAJELIS DI KALANGAN

advertisement
EXECUTIVE SUMMARY
KERAGAMAN MAJELIS DI KALANGAN UMAT BUDDHA
DI INDONESIA.
P
ada
tahun
2015
Puslitbang
Kehidupan
Keagamaan
melakukan penelitian tentang Keragaman Majelis di
Kalangan Umat Buddha di Indonesia. Adanya keragaman
majelis dalam agama Buddha merupakan realitas yang harus
diterima dengan segala konsekuensinya. Diantara majelis tersebut
kadang-kadang ada yang menganggap paham mereka yang paling
benar sehingga sering menimbulkan konflik internal dikalangan
umat Buddha. Mereka mudah menyalahkan dan menyesatkan aliran,
paham dan gerakan keagaman yang tidak sama dengan paham yang
mereka anut, meskipun secara teologis perbedaan itu masih dapat
ditolerir.
Beberapa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah: (1) Sejarah majelis dan organisasi yabg duteliti; (2) Kitab
suci dan ajarannya; (3) Bagaimana dinamika internal majelis; (4)
Bagaimana relasi sosialnya dan (5) Bagaimana pandangan majelis
agama lainnya dan Kementerian Agama (Bimas Buddha). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah sekte dan
majelisnya;
manajemen
organisasi
(struktur,
keanggotaan,
pembinaan, dana dan sarananya; Kitab suci dan pokok-pokok
ajarannya (teologi), ritual (sistem peribadatan), etika dan taradisi
keagamaannya; konflik interen yang pernah terjadi dan cara
~1~
penyelesaiannya; dan relasi social dengan pemerintah, umat Buddha
lainnya dan masyarakat setempat.
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dimana
peneliti menggali informasi sedalam-dalamnya, karena belum
banyak informasi yang dimiliki tentang keberadaan majelis-majelis
agama tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu
wawancara dengan berbagai informan, penelusuran dokumen, dan
observasi terbatas. Informan kunci adalah pimpinan majelis yang
diteliti, dan pimpinan majelis agama lainnya. Pengumpulan data
lapangan dilaksanakan selama 12 hari. Lokasi penelitian dilakukan;
Buddha Maytreya di Medan , LKBI dan Kasogatan di Pontianak;
Thervada/MBI di Pati/ Jepara; Theravada di Malang/Blitar;
Maghabudhi dan Tridharma di Pekanbaru; MBI/PSBDI di Bandar
Lampung, NSI dan Soka Gakkai di DKI Jakarta dan Majabuthi dan
Mapanbumi di Tangerang Banten.
Berdasarkan temuan lapangan diperoleh informasi sebagai
berikut:
Kesimpulan
A. Kasogatan
1. Aliran ini di Indonesia dipelopori oleh mendiang Bhikkhu
Ashin Jinnarakitta Mahathera pada tahun 1953. Pimpinan
aliran Kasogatan di Kalimantan Barat bernama Herman
Kora yang memimpin sejumlah manpower dengan berbagai
fungsi dan tugas dan dukungan sejumlah dana yang berasal
dari donasi ummat maupun usaha otonom.
~2~
2. Kitab yang dianggap suci terdiri atas empat kelompok besar
sebagaimana unsur serapannya yang mengambil dari
Theravada, Mahayana, Tao dan Tantrayana. Terdiri dari;
Tripitaka (Theravada), Pradnya paramita, vajra cedika,
saddharma pundarika, sutra altar, awsamtaka, lanka watara
(Mahayana), Sutra Yao Che (Tao), dan Sutra tantrayana
yang terdiri atas ; sutra wairocana, Usnisa vajra, susidi sutra
(Tantrayana). Pokok-Pokok Ajaran Tantrayana Kasogatan
adalah ; Catur Arya Satyani, Tri-Lakshana, Pratitya
Samutpada, Hukum Karma dan Tumimbal Lahir, Tri-Kaya,
Bodhisattva, Upaya Kausalya dan Sunyata. Ajaran Esoterik
Tantrayana Satya Buddha meliputi Kriya Tantra, Carya
Tantra, Yoga Tantra, dan Anuttara Tantra. Hari yang
dianggap suci di antarannya adalah ; Waisak, Kathina
(berdo’a untuk Sangha), Hari ulang tahun Buddha
Bodisatvva, dan perayaan Ulambana.
3. Penelitian ini tidak menemukan adanya konflik atau gesekan
di antara majelis yang ada di Kalimantan Barat. Namun
dalam hubungan ke luar, tercatat beberapa gesekan / konflik
yang terjadi yaitu ; gesekan dengan oknum pendeta yang
membakar
rupang
dari
salah
satu
vihara
aliran
Mapanbumi/LKBI/BDI sekitar tahun 2010. Konflik dalam
bidang pendidikan dan konflik akibat konversi agama.
Relasi sosial ummat Buddha dengan masyarakat masih
terbatas pada bidang-bidang tertentu. Sedangkan relasi
dengan pemerintah menunjukkan hubungan yang erat.
~3~
B. Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia.
1. LKBI berdiri pada tanggal 18 Mei 1999 oleh Budi
Wong. Berdirinya LKBI untuk menampung berbagai
vihara yang belum bergabung dalam salah satu majelis.
Pada mulanya bergabung Maitreya dan Kasogatan,
kemudian Kasogatan keluar dan mendirikan majelis
sendiri. Maka itu dalam LKBI ini semuanya vihara
yang beraliran Maitreya. Berdirinya LKBI di pusat
karena adanya perpecahan antara KASI dan WALUBI.
Dengan pecahnya WALUBI maka anggotanya jadi
berkurang, karena beberapa anggota sebelumnya tidak
mau bergabung dengan WALUBI.
2. Anggota LKBI sekrang 6 vihara yang terdaftar,
sedangkan yang tidak terdaftar mencapai 60-an. Dana
diperoleh melalui pengurus, iuran anggota dan bantuan
dari pemerintah. Sarana yang ada berupa gedung
Vihara beserta bangunan yang terdapat didalam dan
disekitar vihara.
3. Ajaran pokoknya berupa Sradha (keimanan) terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, Tri Ratna, adanya Para
Buddha, Bodhisatwa, Dewa dan Malaikat Penjaga
Dharma, Altar, adanya Hukum Kasunyatan, Kitab Suci
dan Nirwana. Puja Bhakti sangat diutamakan, sebagai
aspek yang menghubungkan manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa, para Buddha Bodhisatwa. Setiap hari
umat Buddha LKBI melakukan 2 kali sembah sujud,
yaitu pagi dan sore, selain itu setiap tanggal 1 dan 15
~4~
penanggalan imlek. Adapun aspek sila antara lain
Pancasila Buddha, Dasa Sila Paramita, Delapan Sila
Buddhisme Maitreya, Dasa Sila Dasar Budhisme
Maitreya dan Dasa Sila Sadar Nurani. Kitab sucinya
Tri Pitaka, disamping itu menghormati beberapa sutra
yang dianggap lebih praktis.
4. Perbedaan LKBI dengan aliran lainnya, menganggap
Buddha Maitreya sekarang sudah datang, rupang yang
utama adalah Buddha Maitreya disamping 5 rupang
lainnya, selain ada kesan mengutamakan sutra daripada
Tri Pitaka, Mereka juga mengakui adanya lima orang
nabi yang mengajarkan ajaran Tuhan yaitu: Buddha
Gautama, Khong Hucu, Lao Tse, Yesus dan Muhamad.
5. Relasi umat Buddha dengan sesama umat Buddha
berjalan dengan baik, begitu pula dengan umat agama
lainnya dan dengan pemerintah. Respon pemuka agama
Buddha terhadap keberadaan LKBI umumnya tidak
mempermasalahkan, karena menganggap wajar adanya
perbedaan, karena adanya perbedaan dalam memahami
dan menafsirkan ajaran Sidharda Buddha Gautama
yang begitu banyak.
C. Majelis Ummat Buddha Theravada Indonesia
(Tangerang).
1. Lahirnya Majubuthi merupakan impilkasi perpecahan
di internal WALUBI.
2. Potensi konflik di kalangan umat Buddha
sesungguhnya terjadi tidak seperti asumsi yang
~5~
berkembang selama ini bahwa pemeluk agama Buddha
kecil kemungkinannya terlibat dalam konflik meskipun
berlangsung diam-diam dan tidak terbuka khususnya
di kalangan mazhab Theravada yakni antara
Magabudhi dan Majubuthi.
3. Ajaran pokok dan tata cara peribadatan semua mazhab
pada umumnya sama, yang membedakan hanyalah
intonasi, tata cara pelafalan, simbol-simbol dan
perlkauan terhadap tradisi Tionghoa dan Hinduisme.
4. Data umat sulit diperoleh disebabkan prilaku beribadat
umat Buddha yang tidak terpaku pada satu vihara dan
mazhab tertentu.
D. Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Blitar).
1. Buddha Theravada datang di Blitar pada tahun 1966
dibawa oleh Bhante Ashin.
2. Magabudhi kegiatannya terintegrasi dengan kegiatan
vihara, karena yang menjadi pengurus di vihara
sekaligus juga sebagai pengurus di Majelis Magabudhi.
3. Kitab sucinya Tipitaka berbahasa Pali. Dalam
pelaksanaan Puja Bhakti berbeda dengan sekte lainnya.
4. Belum pernah terjadi konflik internal agama Buddha di
Blitar. Relasi sosial antara umat Theravada dengan
pemerintah dan masyarakat berjalan dengan baik. Hal
ini dapat dilihat ketika menyambut hari-hari besar
keagamaan diadakan bakti sosial dengan membagikan
sembako kepada masyarakat sekitar vihara meskipun
berbeda dalam keyakinan.
~6~
E. Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia
(MARTRISIA).
1. Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia
merupakan
organisasi yang menggabungkan tiga
ajaran yaitu: Tao, Khonghucu dan Buddha menjadi
satu.
2. Ajaran pokoknya terdiri dari tiga hal yaitu (a)
mengajarkan hidup selaras dengan alam, adanya
keseimbangan antara yang positif dan negatif yang
terlihat dalam lambangnya Yin dan Yang (Tao); (b)
mengajarkan hidup harmonis dengan masyarakat, tidak
boleh melakukan kejahatan, tetapi berbuat kebajikan
atau dikenal dengan ajaran moral atau etika
(Khonghucu); (c) Ajaran Buddha Mahayana, dimana
dalam Mahayana mengenal banyak dewa-dewa dan
mengenal faham Trimurti Budhisme (tiga rangkaian
dewa-dewa) yaitu Dyani Buddha, Manusia Buddha dan
Dyani Bodhisatwa.
3. Tata cara peribadatan umat Buddha Tridharma,
melakukan puja bakti kepada Thian dengan menghadap
ke Dewa Langit, Bumi dan Leluhur yang merupakan
tradisi keagamaan/Sam Kauw (Buddha, Tao dan
Khonghucu) yang berdasarkan kitab suci Dewi Kiu
Thian Hian De; Kiu Thian Hian de De Kiu King dan
Kiu Thian Hian De Thi Sim Siau Giap Cin King.
4. Relasi sosial antara umat Tridharma dengan umat
Buddha lainnya berjalan baik, begitu pula dengn
~7~
pemerintah dan masyarakat sekitar yang berbeda
agama.
F. Buddha Mahayana di Jepara
1. Ajaran agama Buddha di Jepara mengalami pasang
surut seiring dengan kedatangan agama Islam.
2. Perkembangan jemaatnya sangat lambat, karena
banyak yang kawin kemudian berpindah agama.
3. Inyeraksi umat Buddha baik internal maupun dengan
umat lainnya berjalan dengan kondusif sehingga dapat
dijadikan prototype bagi umat beragama daerah
lainnya.
G. Buddha Maitreya (Majelis Pandita Buddha Maitreya
Indonesia) di Kota Medan.
1. Pada mulanya Buddha hanya satu, tetapi akibat
provokasi
Bhiku
bernama
Subadha
paska
paribhananyanya sangha Buddha, yang menganggap
cukup spirit saja dalam mencapai kebuddhaan, muncul
reaksi keras agar para bikkhu tetap pada vinaya aslinya.
Dari sinilah muncul beberapa aliran, yang melahirkan
bermacam-macam sekte yang mengatasnamakan ajaran
Sang Buddha, termasuk Buddha Maitreya.
2. Buddha Maitreya yang lahir dari I Kuan Tao dan
berkembang di Taiwan menemukan lahan yang subur
di Indonesia terutama di Malang. Buddha Maitreya di
Medan mempunyai fasilitas yang sangat memadai, dan
mengadakan berbagai aktifitas dengan tidak
memandang agama, etnis dan strata sosial.
~8~
3. Segala hal yang dilakukan bertu7juan untuk menuju
manusia yang maitreyani dalam segala aspek
kehidupan dengan kasih tiada putus kepada semua
makhluk, dan berusaha mencapai kebuddhaan dengan
caranya sendiri yang sering dikatakan kalangan luas
sebagai tidak ada hubungannya dengan Buddha.
Buddha Maitreya tidak suka kekerasan, tidak suka
membunuh manusia dan hewan. Ummat Buddha
Maitreya telah menjadikan agama Buddha sangat
fungsional untuk memperbaiki
kehidupan umat
manusia dengan berbagai program kemanusiaan,
membantu si miskin, derma dan kasih tiada tara.
4. Umat Buddha Maitreya selalu melakukan derma dan
kasih kepada semua makhluk, membangun kesadaran
bahwa umat manusia adalah satu keluarga yang harus
saling membantu, saling menjaga dan mendorong
seluruh umat manusia mencapai kesejahteraan,
kedamaian dan nirwana.
5. Simbol Buddha Maitreya merupakan wujud dari
pratina (patung) Bhiksu berkantong (perut gendut).
Senyumannya selalu memenuhi wajahnya, daun tengah
yang terkulai ke bawah, perut yang bulat dan besar,
leher dan perut tampak terbuka lebar, tangan
menggenggam kantong, sikapnya lugu, polos dan jujur
yang selalu tertawa lebar. Semua mengisyaratakan
bahwa Buddha Maitreya siap membantu sebisa
mungkin bagi siapapun untuk perdamaian, keluhuran
~9~
budhi, kesucian hati, kebahagiaan, kesejahteraan dan
penyadaran bahwa umat manusia adalah satu keluarga.
G. Buddhisme Niciren Syosyu Indonesia.
1. Agama Buddha memiliki banyak sekte karena Sang
Buddha memiliki banyak murid dari berbagai kalangan
yang berbeda. Sekte Niciren berasal dari salah satu
pembaca ajaran Sang Buddha yaitu Niciren Daisyonin
yang memiliki penafsiran yang berbeda dengan
penganut Buddha lainnya. Aliran ini di Indonesia
didirikan oleh Senosoenoto seorang asli bangsa
Indonesia, kemudian menyebarkannya ke masyarakat
Indonesia.
2. Inti ajaran Niciren Syosyu adalah pembacaan Sutra
Sadharma Pundarika. Dalam bahasa Cina sutra tersebut
disebut dengan Miao Hua Lien Hwa Ching, sedangkan
dalam bahasa Jepang Nam Myoho-Renge Kyo.
Pembacaan sutra ini wajib dalam ritual sembahyang
atau disebut Gongyo. Bahkan oleh Bhksu Tertinggi ke
68 Niciren Syosyu, Nichinyo Syonin, pembacaan sutra
yang memiliki lima aksara ini dianggap sebagai aksara
Hukum Gaib. Dalam catatan ajaran Niciren Daisyonin
diajarkan bahwa: …Tidak diragukan lagi bahka akar
kesesatan pokok seluruh makhluk hidup dapat
sepenuhnya disembuhkan dengan “obat mujarab”
Hukum Gaib Myoho Renge Kyo.”
3. Beberapa ciri dan perbedaan sekte Niciren dibanding
sekte lain dalkam aliran Mahayana atau aliran lainnya
~ 10 ~
adalah: (a). Pusat pemuajaan bukan patung Buddha
tetapi Gohonzon, (b) Yang dibaca dalam sembahyang
(Gongyo) adalah Sutra atau Nam-Myoho- Renge Kyo,
(c). Bhiksu atau Bhikku hanya dilantik di Kuil Pusat di
Jepang dan berhak memimpin Gongyo, dan (d) Bhiksu
boleh menikah tanpa meninggalkan statusnya sebagai
Bhiksu atau Bhikku.
4. Prinsip menjadi Mata, Tiang dan Bahtera Bangsa
benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Umat didorong untuk bisa berbahasa Indonesia. Aksiaksi kemanusiaan seperti donor darah, menjadi calon
donor mata, keberisihan lingkungan, reboisasi dan
penghijauan, penanggulangan banjir dan menolong
korban berbagai bencana lainnya juga dilakukan oleh
umat Niciren Syosyu ini.
I. Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia di
Provinsi Riau.
1. Tidak diperoleh data yang jelas kapan kedatangan
aliran Theravada di Provinsi Riau. Tetapi ada dugaan
bahwa ajaran Buddha dibawa oleh pedagang pada
zaman Kerajaan Sriwijaya dan juga dari tanah leluhur
mereka yang berasal dari negeri Cina.
2. Berdirinya Magabudhi di Provinsi Riau masih
tergolong baru sehingga masih dalam tahap
konsolidasi.
3. Dalam maslaha ibadah tidak ada perbedaan dengan
aliran Theravada lainnya. Mereka melakukan Puja
~ 11 ~
Bakti mingguan, Puja Bakti Uposatha,meditasi, serta
perayaan keagamaan lainnya seperti Hari Ashada,
Waisyak, Kathina dan Puttidana, serta kegiatan sosial
lainnya.
4. Karena umat Majabudhi baru berdiri sehingga belum
banyak dikenal oleh umat Buddha lainnya, sehingga
tidak terjadi konflik internal dikalangan umat Buddha.
Mereka bahkan sekarang sedang mebnagun relasi
sosial yang baik dengan masyarakat dan aliran agama
Buddha lainnya.
J. Majelis Agama Buddha Soka Gakkai Indonesia.
1. Soka Gakkai Indonesia merupakan organisasi
keumatan bukan kebhikkuan Buddha. Hal ini sebagai
kritik atas sistem kebikkhuan yang dianggap
menciptakan struktur umat hirarkis. Kritik ini juga
menandai ciri utama dari Buddha Mahayana yang lebih
mengedepankan pelayanan umat dan kemanusiaan,
daraipada praktek asketik terisolasi berbasis otoritas
bikkhu.
2. Soka Gakkai Indonesia sebagai cabang dari Soka
Gakkai Internasiopnal mengembangkan tiga gerakan
Budhisme untuk dunia. Pertama, perdamaian berbasis
gerakan perdamaian yang diprakarsai oleh Daisaku
Ikeda di kancah global. Kedua, dialog lintas agama,
suku dan peradaban demi menjamin toleransi serta
perdamaian. Ketiga, pendidikan yang merupakan
program awal pendirian Soka Gakkai. Di Indonesia,
~ 12 ~
Sokka Gakkai belum mendirikan lembaga pendidikan
sebagaimana terjadi di Jepang dan AS yang telah
mendirikan Soka University.
3. Gerakan perdamaian Soka Gakkai Indonesia strategis
bagi pengembangan kerukunan umat beragama.
Apalagi gerakan ini telah dikembangkan pada level
internasional, sehingga memiliki modal besar untuk
diterapkan di Indonesia.
K. Majelis Buddhayana Indonesia di Provinsi Lampung.
1. Mencoba memhami umat Buddha di Lampung dan era
awal pembentukannya dapat mengarahkan pada
pemikiran adanya perubahan identitas secara sosial.
Akibat tekanan dari luar diri kelompok mereka, mereka
kemudian mencoba untuk berupaya mencari relevan
dengan makna baru yang disodorkan. Perubahan
identitas itu paling mencolok dapat dilihat pada
kelompok Sam Kauw Hwee dan Buddha Jawi Wisnu
kedalam agama Buddha (Buddhisme) yang lebih
universal.
2. Sejauh ini di internal umat Buddha di Lampung tidak
terjadi gejolak berarti. Komunikasi dan jalinan
antarmajleis terus dijaga, terutama oleh elit MBI dan
juga Bimas Buddha Kemenag Provinsi Lampung.
Inisiatif dari majelis direspon dengan mendatangi
undangan suapaya dengan menyambung dengan umat
satu dengan majelis yang lain. Begitu pula belum
terjadi konflik umat Buddha dengan agama lain. Umat
~ 13 ~
sudah cukup terwadahi dalam FKUB Provinsi
Lampung. Salah satu anggotanya yang berasal dari
WALUBI menempati jabatan bendahara dalam FKPT
yang dibentuk oleh BNPT bekerjasama dengan MUI
Lampung. Bahkan pimpinaan WAKLUBI ini dikenal
dekat dengan pimpinan MBI.
REKOMENDASI
A. Aliran Tantrayana Kasogatan.
Karena masih adanya relasi yang kurang baik antara umat
Buddha dari Kasogatan dengan pihak penganut agama
Kristen, maka perlu dilakukan dialog diantara
dua
kelompok ini difasilitasi oleh Badan Kesbangpol Provinsi
melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
B. Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia
1. Kepengurusan LKBI yang baru belum dilantik, maka
diharapkan agar pengurus LKBI pusat
segera
melantiknya, agar kepengurusan yang baru dapat segera
bekerja dan menyusun program kegiatan.
2. Pengurus baru segera mengadakan pendataan terhadap
vihara yang tergabung dalam LKBI. Harus dijalin
komunikasi dengan para pimpinan vihara yang menjadi
anggota LKBI, untuk itu pengurus harus sering
berkunjung ke viahara-vihara
yang menjadi
anggotanya.
3. Situasi yang harmonis di kalangan umat Buddha di
Kalimantan Barat harus terus dipelihara, dengan selalu
mengikuti aktivitas yang berkaitan dengan antar majelis
(WALUBI), antar agama (hari-hari besar keagamaan)
dan pemerintah (hari-hari nasional).
~ 14 ~
C. Majelis Umat Buddha Theravada Indonesia.
1. Ditjen Bimas Buddha perlu melakukan pendataan dan
pemutahiran data umat Buddha.
2. Pemerintah perlu membuat program yang lebih
menekankan pada dukungan pemerintah terhadap
kegiatan keagamaan umat Buddha dan kepada
rohaniwan yang telah berbakti bagi umat Buddha yang
pada umumnya lebih berorientasi pada kepedulian
membabarkan Dharma Buddha,\
3. Perlu diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang intensif
untuk membangun kebersamaan di kalangan umat
Buddha baik internal mazhab maupun dari berbagai
mazhab yang berbeda.
D. Buddha Niciren Syosyu Indonesia
1. Masyarakat diharapkan bersikap dewasa dan
mengambil tindakan yang arif dalam menyikapi
perbedaan sekte dalam agama Buddha.
2. Pemerintah dalam hal ini Ditjen Bimas Buddha harus
mewadahi dan memberikan pelayanan yang selayaknya
kepada umat Niciren Syosyu tanpa membeda
bedakannya dengan penganut Buddha aliran lainnya.
3. Meskipin aspek puritanisme mengemuka diawal
kelahirannya sebagai sebuah sekte dalam aliran
Mahayana, upaya pendiri Niciren Syosyu di Indonesia,
almarhum Senosoenoto, dalam me Indonesiakan
Niciren Syosyu layak untuk diapresiasi.
E. Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia di
Provinsi Riau.
~ 15 ~
Karena aliran ini sudah dapat hidup rukun dengan
masyarakat dan aliran Buddha lainnya, maka
Pembimas Buddha perlu melibatkan aliran ini dalam
berbagai kegiatan dialog yang melibatkan majelis
agama Buddha lainnya. Hal ini dilakukan dalam rangka
menjalin hubungan yang baik antara Magabudhi
dengan pihak internal dan eksternal agama Buddha ,
sehingga tercipta kerukunan baik internal maupun
ekternal di Provinsi Riau.
F. Majelis Buddha Soka Gakkai Indonesia.
1. Posisi Daisaku Ikeda sebagai pemikir dan penulis
produktif tentang tema-tema perdamaian, strategis bagi
pengembangan penelitian ini.
2. Kalangan agamawan non- Buddhis perlu menjalin
hubungan dengan Soka Gakkai Indonesia mengingat
organisasi ini memiliki jaringan internasional
kuat.Organisasi
yang
mengedepankan
paham
keagamaan moderat ini tentu strategis bagi moderasi
kehidupan keagamaan di Indonesia secara umum.
3. Pemerintah perlu menyambut baik agenda perdamaian
yang dikembangkan Soka Gakkai, karena secara
umum, kalangan Buddhis di Indonesia belum begitu
nampak di ruang publik kebangsaaan dan ke umatan di
republik ini.
G. Majelis Buddhayana Indonesia (MBI).
1. Perlunya pembinaan yang lebih terkordinasi dengan
baik. Pemerintah perlu memberi fasilitasi terhadap
persoalan yang dihadapi umat Buddha di Lampung.
Walaupun Pembimas hanya ada di tingkat provinsi.
~ 16 ~
Pemkot/pemda juga seharusnya lebih peduli dengan
pembinaan umat Buddha, misalnya bantuan untuk
perayaan hari besar, pendidikan, kegiatan keagamaan,
maupun perbaikan infrastruktur.
2. Perlunya untuk segera diangkat penyuluh Non PNS
dari kalangan uamt Buddha yang SK-nya dikeluarkan
oleh Kanwil Kemenag Provinsi. Selama ini SK menjadi
pandita dikeluarakan oleh majelis dan tidak diserta
dnegan honorarium.
3. Perlunya segera diwujudkan perbaikan sarana
infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan
pendidikan umat Buddha di Lampung.
H. Majelis
Rohaniawan
Tridharma
Indonesia
(MARTRISIA).
1. Kepada pihak pemerintah sebaiknya dapat memberikan
perhatian besar kepada agama yang masih tergabung
dalam satu organisasi (Tridharma).
2. Pembimas Buddha perlu melakukan pendataan ulang
umatnya supaya jelas mana yang benar-benar umat
Buddha dan mana yang umat Khonghucu.
3. Relasi sosial umat Tridharma dengan penganut Buddha
lainnya yang sudah cukup baik dan toleran perlu
dipertahankan.
I. Majelis Umat Buddha Mahayana Indonesia di Jepara.
1. Perlu pembinaan yang lebih terorganisasi dengan baik.
Pemerintah oerlu memberi fasilitasi terhadap persoalan
yang dihadapi umat Buddha di Jepara. Walaupun
Pembimas hanya ada di tingkat provinsi,
~ 17 ~
pemkot/pemda juga seharusnya lebih peduli dengan
pembinaan umat Buddha, misalnya bantuan untuk
perayaan hari besar, pendidikan, kegiatan keagamaan,
maupun perbaikan infrastruktur.
2. Optimalisasi penyuluh Non PNS darimkalangan umat
Buddha yang SK-nya dikeluarkan oleh Kanwil
Kemenag Provinsi dan memperhatikan sarana dan
prasarananya untuk meningkatkan pelayanan bagi
uymat Buddha dilevel akar rumput. Selain itu juga
perlu meningkatkan kerjasama antar majelis dan
dengan pemerintah untuk terciptanya dinamika yang
positif.
3. Perlunya segera diwujudkan perbaikan sarana
inrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan
pendidikan umat Buddha di kedua daerah tersebut.
J. Majelis Agama Buddha Theravada (Magabudhi) di
Blitar Jawa Timur.
1. Kepada Ditjen Bimas Buddha, diharapkan melakukan
pendataan jumlah umat, agar diperoleh keterangan
jumlah umat yang pasti.
2. Kepada majelis-majelis agama Buddha, hubungan yang
sudahy baik, antara Magabudhi, Maitreya dan majleis
yang lain, baik internal maupun eksternal, dapat tetap
dilestarikan, terus ditingkatkan pembinaan melalui
forum-forum dialog dengan melibatkan majelis agama
Buddha lainnya, agar tercipta kerukunan intern umat
Buddha.
~ 18 ~
Download