STUPA MERAH I. PENDAHULUAN Mazab Śiva

advertisement
STUPA MERAH
I.
PENDAHULUAN
Mazab Śiva-Buddha dengan pengaruh khusus Kālācakratantra dapat dilihat
pada tinggalan-tinggalan arkeologi, seperti di Candi dan stupa-stupa di Jawa dan
Bali. Stupa atau candi dibuat dengan sangat indah. Bagian bawah candi, yaitu bagian
dasar dan badan candi, adalah Śivaistis dan bagian atas atau atap, adalah Buddhistis,
sebab didalam kamar terdapat arca Śiva dan diatasnya di langit-langit terdapat
sebuah arca Akyobhya. Inilah alasannya mengapa Candi Jawi sangat tinggi dan oleh
karena itu disebut sebuah Kirtti. (Bosch, 1925: 31).
Di Indonesia, kesusastraan Jawa Kuno dan Bali, tidak hanya berbicara tentang
penyamaan-penyamaan yang terbatas antara Siwa dan Buddha, melainkan juga di
antara kelompok-kelompok dewa dalam agama Hindu dan Buddha, di samping
penyamaan dewa-dewa dalam intern agama Hindu dan intern agama Buddha secara
terpisah. Buddha kadang-kadang disamakan dengan Wisnu. Di tempat lain Buddha
disamakan dengan Brahma, atau Wisnu disejajarkan kedudukannya dengan Siwa
(Harihara).
Tulisan-tulisan tentang Siwa-Buddha, baik berupa artikel maupun hasil-hasil
penelitian, sudah cukup banyak dipublikasikan. Namun, suatu gejala yang aneh
bahwa di Bali sendiri, umat Hindu yang memuja tuhan “Siwa-Buddha” sebagai
Sanghyang Tunggal, seperti ditunjukkan oleh kenyataan dimana Siwa dan Buddha
dipuja pada Padmasana sebagai Tuhan yang disebut Sanghyang Tunggal. Penyatuan
Siwa-Buddha secara filosofis keberadaannya diwujudkan dalam bentuk Sanghyang
Surya-Chandra yang menggambarkan bahwa Tuhan mewujudkan sinar sucinya ke
dalam berbagai manifestasi. Manifestasi itu seperti penyatuan Siwa-Buddha.
II.
PEMBAHASAN
Sinkretisme Siwa-Buddha di Bali memberi spirit sebagai sumber inspirasi
dalam penciptaan karya seni lukis yang berjudul Stupa Merah. Dalam ikonografi
lukisan Stupa Merah pencipta hadirkan dengan stupa merah yang mana bangunan
pura di Bali banyak yang berbentuk stupa. Ini menunjukkan orang Bali
mengutamakan konsep Ketuhanan rwa bhineda, merupakan konsepsi dualistis yang
merefleksikan bahwa dalam hidup ini selalu ada dua katagori yang berlawanan tetapi
dua katagori itu pada hakekatnya bersumber dari yang satu yakni Tuhan Yang Maha
Esa.
Secara garis besar metode penciptaan seni diperlukan untuk membantu
mengembangkan kemampuan mengkomposisikan dengan menguasai sejumlah
metode sehingga saya mampu: 1) Melihat potensi dan peluang dari permasalahan
yang dijadikan subjek karya penggarapan, 2) mengabstraksi relasi-relasi kontekstual
terberi, 3) Memanfaatkan potensi dan peluang tersebut diatas secara kreatif,
imajinatif dan orisinal, dan 4) memproduksi dari subjek itu suatu karya seni yang
inovatif, berkarakter, menawarkan kebaruan, dalam wacana dan bahasa yang
memenuhi standar relative kepatutan zaman.
Metode penciptaan yang digunakan dalam penciptaan ini mengacu pada
pendapat Hawkins, dalam bukunya yang berjudul Creating Trought Dance, (dalam
Soedarsono, 2001: 207). Hawkins menandaskan bahwa penciptaan sebuah karya tari
yang baik selalu melewati tiga tahap yakni: pertama, exploration (eksplorasi); kedua,
improvisation (improvisasi); dan ketiga, forming (pembentukan atau komposisi).
Ketiga tahap tersebut ditinjau dari prinsip kerjanya sebenarnya dapat pula diterapkan
dalam proses penciptaan karya seni lukis.
III. PENUTUP
Kemajemukan adalah sesuatu yang indah. Seperti semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Dunia ini pasti berbeda tetapi satu seperti ada purusa-pradana, laki-perempuan,
penis-vagina, bumi-langit, tinggi-rendah, abssolut-relatif, hidup-mati, kosmos-chaos,
makna-gejala, tunggal-aneka, impoten-poten, abstrak-konkrit, azas-maya, kiwatengen, gravitasi-levitasi, gelombang-partikel, tekanan-isapan, positif-negatif,
oksigen-karbon, material-spirit, cahaya-kegelapan dan dualitas lainnya. Hyang
Tunggal itu Esa, tetapi juga bersifat dual dan plural yakni satu itu jamak dan yang
jamak itu satu.
Judul
Tahun
Bahan
Ukuran
Pernah Dipamerkan
Posisi Karya
: Stupa Merah
: 2011
: Akrilik pada Kanvas
: 160 x 140 cm
: Gedung Pameran Mojosonggo, ISI Surakarta,”Pameran Seni Rupa dan
Desain, Festival Kesenian Indonesia (FKI) VII”,Tahun 2011> 14 s/d 16
Oktober 2011.
: di StudioPencipta, jalan Batu Intan, Batubulan, Sukawati, Gianyar, Bali.
Download