BALI: FUNDAMENTALISME SIAPA? OlehDegungSantikarma Di Bali, dan r.rtungkindi tempat lain cli Indonesia,kita tidak bisa rnembicarakan "ftlndamentalisrne pasar"dan "fundamentalisme agalna"sebagaihal-halvang ter.lliseh Walaupun ada f-antasirasionalis modern untuk membebaskanpasar dari kontaminasi spritual demi efisiensi modal, seperti apa yang dikatakan oleh Weber sebagai "clisenchnrtt)nent o./ the tr,orltJ,"ckonon-iitiiur agarnadi Indonesiakrni nrasih pLlltya keterkaitanyang erat. Pada sudut tertentu,ini bisa dilihat sebagaiwarisan Orde Baru yang berusahamendefinisikandan memanipulasikan nilai-nilai keagamaandemi disiplin dan ketertibanpasar. Namun dewasa ini, hubunganerat fundamentalismeagama dan fundamentalismepasar diciptakan melalui jaringan-jaringan yang jauh lebih rumit daripada rezim oppresif yang menyebarkanideologi dari atas. Pada tatanan global, tatanankomunitasdi Bali dan tatanansubyektivitasorang Bali'sendiri, agamadan pasar bekerjasama dalampengabdiannyapadaaneka-ragam kepentingankekuasaan. Pasarmengkomodifikasikan simbol-simbolkeagamaansebagaitandabukti identitas yang bisa dipakai untuk menjalankanroda-rodamodal. Hinduisme menjadi semacamcap yang bisa dijual-belikandenganmahal ataumurah sepertistiker "Hindu is My Blood," lomba busana"adat Bali," tour "Tirtayatra"mewah ke India, hingga gencar-gencarnya bisnis "Bakso Krama Bali". Pasarmemangbersifatglobal, dan ir-riclilegitimasioleh larisnya paket tour pariwisata mengunjungitempat-tempatsuci di Bali, menonton upacarakremasi, bahkan mem-booking sebuah"spirituol cleonsing ceremony" dengan harga50 USD. Di sini kita bisa melihat denganjelas bagaimanapasarikut menciptakan fundamentalisme ketika rasabanggadiri orangBali dan kecurigaanterhadap"orang luar" dan agama-agamamereka diperkuat. Pariwisatajuga membangunsebuah pasar untuk 'Jawaban yang benar" tentang agama ketika para turis ingin tahu mengapa gunung dihormati, mengapabunga dipakai untuk bersembahyang,atat apa makna upacara di pantai. Pasar akhirnya mengakibatkanstandarisasikeagamaansehinggamemangkas variasi lokal dan pengugatantentangagamadan menertibkansubjectivitasorang Bali dalamsloganyang sederhana seperli"SaptaPesona"- ramah,tertib,inclah,rapi atauBali - bersih.alarniah. lestaridan indah. Namun analisa kita tidak bisa berhenti di sini. Pemodal asing yang melirik Indonesia sebagai sumber daya aram dan manusia butuh ,.di-tenang-kan,,, apalagi Indonesiasebagainegarayang mempunyaiwargayang beragama Islam terbesardi dunia Keanekaragaman agamadan budayalokai harusdilestarikandan didukungdalarnbatas tertenttlltntltkmengiklanl<an nttrlliculturoli.snnang bisamenjinal<kan parainvestorcli era pasca-9/ll. Para pejabatbisa meyakinkandunia internasional bahwa Indonesiabukan hanya mempunyaicancliBudha terbesarcli dunia. bahkan ada orang Buclhaasli 1,6n, tnasihhidup di sekitarnya.lvlerekabisanrengatakan bahwaorangminoritasHindu hidgp damai di Bali, bahkan punya salah satu pulau tersendiri hanya untuk mereka saja. Keanekaragaamyang dangkal <lanterpisahini, di mana"agama" direduksikan menjadi semacamiklan identitasdaripadasebuahdialog yang benar.h.i memicu fundamentalisme yang baru di Indonesia. Akhirnya semua ini membataskankemampuan agarnamenjadi sumbergerakankeadilanuntuk semuaorangdi Indonesia.