41 Bab IV Analisis Data IV.1 Data Gaya Berat Peta gaya berat yang digabungkan dengn penampang-penampang seismik di daerah penelitian (Gambar IV.1) menunjukkan kecenderungan topografi batuan dasar pada tiap penampang. Warna-warna refleksi topografi dari tinggi ke rendah berturut-turut ditunjukkan oleh warna merah, kuning, hijau, dan biru. Ciri topografi juga terpetakan pada penafsiran horison batuan dasar. Pola-pola tinggian dan cekungan pada kedua peta menunjukkan karakter yang sama. Penampang seismik di bagian tenggara memperlihatkan topografi rendahan atau cekungan, daerah ini dikenal sebagai Palung Waipoga. Semakin ke barat daerah penelitian, tinggian batuan dasar hadir pada arah relatif utara-selatan sejajar dan berdekatan dengan Tanjung Wandaman. Tinggian batuan dasar berarah baratbaratlaut-timurtenggara ditemukan pada satu garis lurus dari Tinggian Kemum sampai ke Pulau Yapen. Penampang-penampang seismik di utara Zona Sesar Sorong-Yapen pada umumnya berada di daerah cekungan yang dibatasi tinggian pada bagian ujung penampang. Dua kenampakan cekungan terlihat pada daerah ini. Cekungan di bagian baratlaut dibatasi oleh Tinggian Kemum di timur dan Pulau Numfoor di barat, sedangkan di timurlaut dibatasi oleh Pulau Numfoor di timur, Pulau Biak di utara dan Pulau Yapen di selatannya. Baillie dkk. (2004) menggambarkan Teluk Cenderawasih sebagai bentukan yang menyerupai segitiga, memiliki kedalaman 2 km, dan membuka ke utara. Argumentasi geometri dan kedalaman teluk tidak menunjukkan tipe kerak samudera pada umumnya. 42 Gambar IV.1. Peta gaya berat dan penampang seismik daerah penelitian. 43 Data gaya berat (Gambar IV.2) mengindikasikan nilai gaya berat yang tinggi di sepanjang Tanjung Wandaman, hal ini mungkin dikarenakan kehadiran batuan metamorfik muda. Nilai rendah gaya berat hadir hanya pada batas timur teluk, hal ini mengindikasikan tidak mungkinnya keseluruhan teluk terbuka karena rotasi (Baillie dkk., 2004). Ektensi transpresional sepanjang kelurusan utaratimurlaut (NNE) di dekat batas timur teluk kemungkinan mempengaruhi bentuk rhomboidal pada daerah terdalam Teluk Cenderawasih, kemungkinan juga berhubungan dengan perkembangan Jalur Lipatan Anjakan Lengguru ke barat dan selatan. 44 Gambar IV.2. Data satelit gaya berat Kepala Burung dan Teluk Cenderawasih serta indikasi anomali Bouger (Baillie dkk., 2004). 45 IV.2 Data Sumur dan Stratigrafi Penafsiran stratigrafi dilakukan pada tiga sumur bor. Ketiga sumur terletak di bagian timur laut daerah penelitian dekat dengan daratan Pulau Papua bagian Badan Burung. Penampang stratigrafi berada relatif utara-selatan (Gambar II.2). Studi stratigrafi menghasilkan tiga korelasi yang menunjukkan distribusi umur dan litologi di dalamnya. Penampang korelasi stratigrafi menggunakan Sumur O1, Sumur P-1, dan Sumur E-1 (Gambar IV.3). Korelasi dilakukan berdasarkan informasi umur dan lithologi dari laporan sumur. Pada Gambar IV.3 diperlihatkan strata batuan pada Sumur O-1 menunjukkan umur-umur Pliosen dan Miosen. Stratigrafi Pliosen dicirikan oleh kehadiran lapisan serpih tebal, kemungkinan merupakan Formasi Mamberamo. Stratigrafi Miosen ditunjukkan oleh kehadiran lapisan serpih dan batugamping, kemungkinan merupakan Formasi Makats dan Darante. Strata batuan pada sumur P-1 menunjukkan umur-umur Pliosen, Miosen, dan Oligosen. Stratigrafi Pliosen dan Miosen ditafsirkan sama dengan Sumur O-1. Strata batuan muda Pliosen pada sumur E-1 berupa lapisan tebal serpih kemungkinan dipengaruhi oleh kehadiran jalur sesar anjakan di tenggara Teluk Cenderawasih. Gejala jalur sesar anjakan ini dapat dilihat pada penampang seismik Line 15 (Gambar IV.5). 46 Gambar IV.3. Korelasi stratigrafi. Sumur P-1 dan E-1 dipisahkan oleh Pulau Yapen. 47 IV.3 Data Seismik 2D dan Seismik Stratigrafi Data seismik yang digunakan adalah data seismik 2D, sebanyak 72 penampang seismik telah ditafsirkan. Penafsiran seismik dilakukan berdasarkan karakter reflektor seismik dan informasi sumur yang tersedia. Bidang permukaan refleksi seismik merupakan permukaan lapisan yang mencirikan bidang perlapisan yang terbentuk pada waktu yang sama. Pola terminasi lateral refleksi seismik seperti onlap, downlap, dan truncation dapat menunjukkan batas sikuen pengendapannya (Mitchum dkk., 1977). Pada aplikasi konsep tektonostratigrafi, penentuan batas sikuen dan fasies seimik pada cekungan dilakukan dengan melihat pola-pola seismik refleksi, misalnya konfigurasi, kontinuitas, amplitudoa, dan frekuensi. Pola – pola ini diamati pada suatu selang tertentu yang berbeda dengan selang refleksi seismic di sekitarnya (Levy dkk., 1991). Sumur O-1 diikat pada salah satu penampang seismik yang berpotongan (well tied to seismic) (Gambar IV.4) untuk membandingkan pola refleksi seismik dan pola log listrik sumur. Misalnya, reflektor seismik kuat atau jelas mungkin menunjukan lithologi batugamping, pada log listrik gamma ray (GR), batugamping memiliki nilai GR rendah, jika kedua informasi ini benar maka suatu sikuen batugamping dapat ditafsirkan. 48 Gambar IV.4. Penampang seismik diikat dengan sumur (well tied to seismic). 49 Kualitas masing-masing penampang dipengaruhi oleh pola struktur yang berkembang. Kualitas refleksi pada daerah yang dipengaruhi sesar anjakan dan sesar mendatar tidak begitu baik. Stratigrafi interpretasi seismik terdiri dari delapan horison, dari tua ke muda adalah Horison A (kuning), B (biru tua), C (merah), D (biru langit), E (hijau terang), F (ungu), G (merah muda), dan H (oranye terang). Kedelapan horison tersebut ditafsirkan berdasarkan ciri reflektornya masing-masing (Lampiran C). Ciri reflektor kedelapan horison dari tua ke muda adalah sebagai berikut: Horison A dicirikan oleh paket reflektor relatif kuat, kemenerusan reflektornya cukup baik. Horison B dicirikan oleh paket reflektor lemah, kemenerusan reflektornya cukup baik. Horison C dicirikan oleh peralihan antara paket reflektor lemah di bawahnya dan paket reflektor kuat di atasnya. Kemenerusan reflektor cukup baik. Horison D dicirikan oleh paket reflektor kuat. Kemenerusan reflektor cukup baik, di bagian baratdaya daerah penelitian dan di sebelah selatan Pulau Yapen, paket horison ini onlap dengan paket horison di bawahnya. Horison E dicirikan oleh paket reflektor relatif kuat, kemenerusan reflektor cukup baik sampai baik. Bagian baratdaya daerah penelitian, selatan Pulau Yapen, dan Pulau Num memperlihatkan onlap dengan paket di bawahnya. Pada beberapa tempat di bagian baratdaya dan selatan Pulau Yapen, paket ini onlap dengan paket Horison C. Horison F dicirikan oleh paket kuat. Kemenerusan reflektor cukup baik sampai baik. Bagian baratdaya daerah penelitian memperlihatkan onlap dengan paket Horison C. Bagian baratdaya Pulau Numfoor memperlihatkan onlap dengan paket dibawahnya atau tererosi paket diatasnya. Bagian baratlaut daerah penelitian memperlihatkan onlap dengan paket Horison E dan C. 50 Horison G dicirikan oleh paket relatif kuat. Kemenerusan reflektor cukup baik sampai baik. Bagian barat Pulau Yapen memperlihatkan onlap dengan horison F dan D. Beberapa bagian di baratdaya daerah penelitian di sekitar Pulau Numfoor, paket horison ini tererosi paket diatasnya. Horison H dicirikan oleh paket reflektor lemah. Kemenerusan reflektor cukup baik. Penafsiran seismik sepanjang penampang yang ada memperlihatkan strukturstruktur seperti sesar mendatar, sesar normal, sesar anjakan, dan lipatan. Penafsiran penampang seismik dan kecenderungan pola-pola struktur dapat dilihat dari penampang geologi 3D pada Gambar IV.7 sampai IV.9. Penampang geologi 3D dibagi menjadi tiga sebaran berdasarkan daerah penelitian, yaitu penampang geologi 3D bagian baratlaut dibatasi Tinggian Kemum di baratnya dan Pulau Numfoor di timurnya, penampang geologi 3D bagian timurlaut dibatasi Pulau Numfoor, Pulau Biak, dan Pulau Yapen relatif di barat, utara, dan selatannya, penampang geologi 3D bagian tenggara dibatasi Pulau Yapen, Daratan Waipoga, Weyland Overthrust, dan Tanjung Wandaman relatif di utara, timur, selatan, dan barat. 51 Gambar IV.5. Penampang seismik Line 15 berarah baratlaut-tenggara, pada bagian tenggara memperlihatkan deformasi kompresi sesar anjakan, menjelaskan penampakan log listrik pada Sumur E-1 pada satu strata batuan muda yang sangat tebal.