PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM WUJUD SUMBER BELAJAR (Studi Proses Pembelajaran Pada SMA Plus Muhammadiyah Tj. Selamat Medan) Purbatua Manurung This study focuses on the learning process of curriculum development as well as learning resources according to Association for Education and Communication Technology (AECT) paradigm. It tried to discuss the teaching method, mastery learning, subjects, comprehend teacher ability and student abilities in SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat Medan. It was found out that flexible learning process, time for learning using by student to be success. Term kunci : Kurikulum Sumber Belajar, Proses Pembelajaran SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat Medan. Proses interaksi edukatif dalam proses pembelajaran dengan suasana tersendiri untuk tetap mengajak peserta didik bertingkah laku, berpikir, serta berperasaan maupun berkepribadian sesuai nilai-nilai pendidikan. Suasana pihak siswa diharapkan harus saling mempermudah proses belajarnya peserta didik. Untuk dapat membantu mempermudah belajarnya siswa, maka fungsi guru hendaknya mampu merancang serta memanfaatkan berbagai sumber belajar sesuai amanat kurikulum. Selain syarat ilmu pengetahuan, ijazah yang harus dimiliki seorang guru plus akhlak moral sebagai pendidik, hendaknya harus memperhatikan berbagai hal: Hubungan manusiawi yang baik Tampang yang simpatik Kegairahan kerja Kegesitan Percaya diri Sifat intangible guru Kebersihan Pakaian dan dandanan serta tingkah laku.1 Hubungan timbal balik guru beserta siswa melalui interaksi memberikan corak dan warna pembelajaran untuk menghantarkan peserta didik mampu mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan yang berlangsung melalui pendidikan formal, non formal maupun jenis informal dalam kehidupan keluarga menurut idealnya harus menjadi satu kesatuan yang utuh saling melengkapi dan saling isi mengisi. Lembaga pendidikan formal sesuai dengan jenis dan jenjangnya bertingkatan untuk membina, mempersiapkan peserta didiknya memiliki kompetensi berdasarkan tujuan pendidikan sesuai jenis lembaga pendidikannya. Lembaga pendidikan dengan seluruh komponen kurikulum mulai dari unsure gurunya, materi bahan ajar, iklim maupun suasana sekolah, unsur kematangan fisik dan psikis perserta didik dan lain-lainnya akan memberi corak warna proses pembelajaran. Proses belajar melalui hubungan manusiawi guru siswa pada gilirannya juga tidak mungkin dapat terlepas dari suatu seni kepemimpinan keterampilan akademis. Hubungan 1 Soemono, Hadi, A, Pengelolaan Kelas, Surakarta: UNS Press, 2005 1 timbal balik manusiawi mampu saling memahami maupun saling menghargai harkat martabat kemanusiaan unsur pendidikan adalah menjadi sumber inspirasi, sumber motivasi, sumber pola anutan untuk membangun dirinya dari berbagai aspek. Guru menjadi contoh teladan sumber belajar bagi siswanya melalui proses belajar mengajar sehingga dapat mempermudah belajarnya siswa dari aspek ilmu pengetahuan maupun aspek emosional moral dan akhlak. Prinsip dasar pengembangan kurikulum memandang bahwa peserta didik memiliki potensi mampu mengembangkan kompetensi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif serta mandiri, dan bertanggung jawab menjadi warga negara demokratis. Belajar sepanjang hayat keterkaitan unsur pendidik informal, unsur pendidik formal, unsur pendidikan non formal menuju pengembangan manusia seutuhnya. Karakterisitik pengembangan materi pembelajaran dengan memperhatikan: identitas materi bahan ajar, alokasi waktu, proses pembelajaran, indicator penilaian, dan sumber belajar.2 Sejak kecil anak-anak telah menjalani interaksi sosial melalui, adat kebiasaan, kehidupan keluarga, agama serta keyakinan, sopan santun, tata susila, belajar menyayangi sesama sekaligus membenci hal-hal tercela. Proses kehidupan serta pertumbuhan generasi muda diawali dari masa anak-anak secara individu maupun juga kolektif menuju dan memasuki tahap demi tahap dalam hidupnya. Kesemuanya hali ini tidak akan pernah terpelas dari peran dan posisi guru beserta orang tua maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya beserta kurikulum dan rancangan pengembangannya. Perangkat kurikulum tetap menjadi pedoman dan acuan guru beserta siswa melalui kegiatan pendidikan sekaligus juga proses pembelajaran. Hubungan guru siswa dalam proses belajar mengajar melalui interaksi komunikasi pembelajaran verbal maupun non verbal. Proses pendidikan diimplementasikan melalui proses pembelajaran melalui berbagai elemen mulai dari materi / isi pesan, media, metode, karakteristik siswa maupun suara, mimik muka, gerak tubuh serta penampilan pribadi guru. Proses pembelajaran hendaknya harus lebih optimal setelah adanya kegiatan belajar serta memiliki derajat koherensi yang tinggi.3 Perkataan kurikulum adalah berasal dari dunia olah raga berawal dari satuan waktu dengan jarak tempuh seorang atletit dari garis start sampai ke finis. Segala sesuatu yang diperlukan atletit dunia olah raga mulai persiapan hingga masuk pertandingan sampai berhasil menang mencapai tujuan disebut curir atau curer. Seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan pengguanaan peristilahan ini diadopsi ke dalam dunia pendidikan dan disebut namanya dengan kurikulum. Akhirnya ungkapan kata kurikulum tidak lagi seperti bentuk aslinya terbatas hanya meliputi jumlah materi pelajaran dengan limit waktu belajar yang harus dikejar tamat oleh siswa. Terminology kurikulum mulai sarat dengan pembenahan masalah pendidikan seperti metode belajar mengajar, klasifikasi serta pengorganisasian materi bahan ajar, kemampuan kompetensi dan lain sebagainya baik pemaknaan secara cultural maupun cara pandang struktural. Pendidikan dan pembelajaran hanya mempunyai perbedaan makna yang tipis. Perbedaan kata pembelajaran adalah perkataan Instruction dari bahasa Inggris makan utamya adalah terjadinya proses belajar pada diri individu siswa walaupun tanpa harus dihadiri guru secara fisik. Pendidikan tetap bermuara pada adanya usaha dan kegiatan belajar baik secara individu, maupun kolektif ataupun dalam pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah. Fungsi peran guru juga tidak terlepas dari tugas pendidik sekaligus juga kegiatan 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas, 2006 3 Hariyanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 1996 2 pembelajaran. Kegiatan siswa sebagai pembelajaran dalam proses pendidikan ataupun proses pembelajaran muthlak mengikuti serta menggunakan perangkat kurikulum. Pengetahuan kurikulum juga tidak terpisahkan dari manajemen sekolah maka komitmen guru sebagai fasilisator. Guru sebagai fasilisator menjadi pembimbing proses orang sumber, orang yang menunjukkan dan mengenalkan peserta didik tentang masalahmasalah pengembangan. Guru sebagai fasilisator terhadap keberhasilan pemberdayaan mendukung masyarakat agar bekerja secara mandiri.4 Keberhasilan kurikulum melalui proses pembelajaran banyak mempertimbangkan arah bagi kerberhasilan semua pihak dan keberhasilan bersama. Untuk memperoleh hal tersebut hendaknya perlu selalu mengkaji ulang metode belajar siswa, metode mengajar guru, iklim suasana lingkungan sekolah, administrasi management sekolah, dan terutama sikap dan kebijakan pemerintah terhadap pendidikan itu sendiri. Prose pembelajaran dalam interaksi belajar mengajar yang telah digariskan melalui kurikulum sekolah, hendaknya harus sama-sama mampu dipahami pihak sekolah maupun anak didik. Kurikulum sekolah mengamanahkan pelaksanaan pendidikan melalui proses pembelajaran dengan simultan menjadi sember belajar, untuk menghantarkan peserta didik mencapai kedewasaan. Perangkat kurikulum beserta konteks-konteks lainnya seperti system pemondokan maupun peraturan dan tata cara lainnya menjadi corak tersendiri ciri khas pembelajaran. Kemudian hal yang tidak kalah pentingnya adalah sistim pengawasan control maupun evaluasi program pembelajaran. Semua elemen beserta unsur-unsur yang bersfat akademis maupun yang bersifat non akademis ketika proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, pada gilirannya menjadi ciri khas warna tersendiri corak pembelajaran bagi peserta didik. Demikian juga proses pembelajaran yang dilaksanakan di lingkungan Sekolah Menengan Atas (SMA) Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat di kota Medan. SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat memakai sistim pemondokan sehingga semua siswa tinggal pada asrama tempat pemondokan yang disediakan sekolah. Program sekolah menjadi satu kesatuan terpadu dengan program asrama maupun kegiatan ekstra kurikulum lainnya. Berdasarkan latar alamiah dengan berbagai konteks yang ada diselenggarakan proses pembelajaran sehingga mencoba mendekati permasalahan tersebut sesuai paradigma penelitian kulaitatif. Berdasarkan latar dan setting penelitian tersebut di atas maka pantas penelitian mengikuti saran Spradley mendeskripsikan terjadinya situasi sosial bagiaman: Konteks dan suasana kelas belajar SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat menjadi wujud nyata pengembangan kurikulum. Bentuk dan jenis pengembangan kurikulum pada SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat meminta serta menuntut adanya proses pembelajaran siswa siang mapun malam hari yang menjadi bentuk nyata wujud sumber belajar. Sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritik konseptual maupun praktis bagi pengembangan proses pembelajaran. METODE PENELITIAN Pendidikan yang bermuara pada proses dan kegiatan pembelajaran senantiasa tetap meminta pengembangan serta penyempurnaan seiring sejalan dengan perkembangan 4 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosdakarya, 2002 3 kemajuan dunia ilmu pengetahuan. Salah satu bentuk pengembangan kurikulum serta pengamalan implementasinya untuk pembelajaran, adalah wujud sumber belajar sesuai pandangan Association for Education Communication and Technology (AECT). Proses pembelajaran dalam konteks sekolah plus menganut system pemondokan siswa, wujud sumber belajar menjadi suatu model disain tersendiri, perlu mejadi bahan masukan pengembangan nuansa pembelajaran. Hal ini dapat digambarkan melalui sekema berikut: 4 SMA PLUS Sistem Pemondokan Intra Kurikulum Proses Pembelajaran Ekstra Kurikulum Pengembangan Kurikulum Sumber Belajar = Out Put Stakeholder & Masyarakat Luas Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Muhammadiyah di desa Tanjung Selamat pada wilayah pinggiran kota Medan, propinsi Sumatera Utasa adalah sekolah swasta milik masyarakat. Sekolah ini diresmikan oleh Faisal Tanjung ketika beliau memangku jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Lembaga pendidikan ini menjadi sarana tempat mempersiapkan generasi muda memasuki jenjang perguruan tinggi negeri ternama di pulau Jawa maupun di luar Jawa. Hal ini kelihatan dengan abituren-abituren SMA plus Muhammadiyah Tanjung Selamat mampu bersaing melalui jalur pemandu minat bakat ke Institut Pertanian Bogor, STPDN Jatinangor, UNAND, UNIMED, mapun Universitas lainnya dan berhasil masuk TNI/POLRI. Lembaga pendidikan ini menerapkan system pembelajaran sebagaimana sekolah umum lainnya, kemudian memakai pola pemondokan siswa terpadu dengan kurikulum sekolah. Kurikulum terpadu menjadi pola pembinaan siswa dari segi keilmuan plus ekstra kurikuler maupun moral keagamaan. Berdasarkan paradigma penelitian kualitatif semua latar dan situasi sosial proses pembelajaran siswa baik dalam lokal belajar formal pada pagi hari, maupun proses pembelajaran lainnya adalah memenuhi natural setting (latar alamiah). Sehingga semua aktifitas kegiatan belajar siswa berdasarkan kurikulum terpadu menjadi latar setting penelitian, tanpa ada unsur-unsur rekayasa tersendiri. Kegiatan belajar siswa dijadikan data penelitian kualitatif terjadi secara berulang serta memungkinkan untuk mengikutinya melalui partisipan peneliti. Situasi sosial pada lembaga pendidikan ini relative sederhana pada satu kesatuan letak tempat areal yang tidak terpisah. Lokasi tempat yang digunakan actor untuk kegiatan dan aktifitas belajarnya relative satu tempat tidak terpisah. Untuk memahami perilaku yang sedang berlangsung atas satu maksud dengan pemaknaan dan mempunyai tujuan. Pola penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil. Menganalisis data secara induktif serta makna adalah menjadi perhatian 5 utama. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, mengamati secara berulang-ulang dan mencatat secar teliti, sistematis serta analisis induktif. Setiap perilaku informan mulai dari kepala sekolah, guru-guru, pengasuh pemondokan, siswa-siswa, staf administrasi, maupun personil lainnya (constituet) didiskripsikan sehingga ditemukan makna dari temuan. Peneliti ini lebih diarahkan pada proses pembelajaran siswa SMA plus pada berbagai waktu dan kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum inti maupun kurikulum ekstra. Proses pembelajaran siswa pada lokal kelas formal pada pagi hari disambung dengan berbagai pembelajaran sore dan malam hari dengan sifat keterpaduan integral. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menguraikan pola pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas II dan III SMA Plus Muhammadiyah tahun ajaran 2007-2008. Menurut pandangan penelitian kualitatif mencari menemukan tema budaya proses pembelajaran siswa kelas II dan III meliputi seluruh aktifitas kegiatan pembelajaran menjadi situasi sosial kondusif. Proses dan kegiatan belajarnya siswa diharapkan menjadi kawasan pembelajaran yang lebih intent bagi perhatian siswa. Dengan alasan bahwa mereka, siswa kelas II dan III sudah mampu menghayati pengalaman belajar yang sesungguhnya. Sehingga dipilihnya situasi sosial pembelajaran memenuhi syarat mampu menjadi fokus perhatian masalah pembelajaran baik dari sudut pandang waktu, limit belajar, perhatian orang tua, minat dan cita-cita siswa itu sendiri. Sehingga yang menjadi subjek penelitian ini adalah aktifitas belajar siswa secara simultas dengan aktifitas lainnya. Aktifitas kegiatan guru, pola pengasuhan pemondokan, ekstra kurikuler lainnya menjadi satu kesatuan terpadu pada siswa SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat Medan menjadi subjek penelitian kualitatif. Keseluruhan aktifitas aktor beserta situasi sosial lainnya pada latar alamiah setting sosial siswa dipelajari sesuai dengan sudut pandang informan penelitian, bukan menurut pemahaman peneliti. Peneliti kualitatif menjadi instrument penelitian memenuhi syarat prinsip: confirmability, dependability, credibility, akuntability. Observasi adalah metode utama dalam pendekatan kualitatif memahamai fenomena dengan berupaya mengatahui makna di balik perilaku. Ketika melakukan observasi pada awalnya dilakukan secara fasip, serta kemudian berusaha menyesuaikan dengan setting sosial. Situasi sosial kondusif pembelajaran kelas II SMA Plus Muhammadiyah perlu mengadakan observasi terhadap kegiatan lain: a. Pembelajaran ketika guru memberikan materi bahan ajar dari kurikulum inti, kokurikuler dan ekstra kurikulum. b. Pembelajaran berdasarkan pola asuh pemondokan siswa. c. Pembelajaran sore dan malam hari secara mandiri tanpa dibimbing oleh guru. d. Pembelajaran siswa yang bersifat pembinaan moral etika sopan santun dan tata susila keagamaan. e. Pembelajaran siswa yang bersifat nilai-nilai sosial lainnya. Wawancara dilakukan terhadap sumber-sumber (informan) melalui pertanyaan terstruktur maupun pertanyaan tidak terstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang berkembang dengan fokus penelitian. Kemungkinan-kemungkinan data yang belum terungkap melalui observasi maka akan lebih tertangkap ketika wawancara. Dengan demikian diharapkan dapat menjaring informasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa kelas II dan III SMA Plus Muhammadiyah yang berhubungan dengan: a. Bagaimana situasi sosial kondusif proses pembelajaran melalui interaksi guru-siswa pada pagi hari. b. Bagaimana situasi sosial kondusif proses pembelajaran dengan pola asuh pemondokan. 6 c. Bagaimana waktu-waktu serta jam belajar yang mendukung pembinaan moral tata susila siswa. d. Dan lain-lain. Telaah dokumentasi digunakan untuk memperoleh data / informasi melalui non manusia menjadi sumber data adalah seperti: a. Pengumuman b. Laporan-laporan c. Instruksi / Peraturan tata tertib siswa d. Keputusan pimpinan e. Dan lain-lain Tehnik Penjamin Keabsahan Data Data yang diperoleh melalui wawancara akan dicheek ulang (cross cheek) dengan data yang diperoleh melalui observasi. Prinsip Tringulasi mungkin dilakukan tringulasi data dengan data, tringulasi informasi dengan indormasi maupun tringulasi data dengan sesuatu yang ada di luar data. Tujuan tringulasi adalah untuk memperoleh data yang sesungguhnya berdasarkan natural setting tanpa adanya unsur-unsur rekayasa. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis menurut prinsip induksi kualitatif untuk mencari makna dan tema budaya penelitian. Analisis Data Sebelum melakukan analisa data terlebih dahulu mengikuti langkah-langkah penelitian menurut Spradley sepuluh langkah penelitian. Dari sepuluh langkah tersebut mempunyai empat analisis yang utama yaitu didahului dengan analisis kawasan, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan terakhir analisis tema. Untuk menganalisis data dapat dilakukan setelah mempunyai data dengan membuat pola-pola perilaku umum dalam kategori besar deskriptif terhadap bagian-bagian yang memiliki makna. Hal inilah dikelompokkan dengan analisis kawasan, dan dilanjutkan analisis taksonomi dengan menggunakan pertanyaan struktur berdasarkan observasi terfokus kawasan yang dipilih. Kemudian melanjutkan dengan analisis komponensial menggunakan pertanyaan kontras yang berhubungan dengan makna-makna budaya atas prilaku pembelajaran siswa kelas II dan III SMA. Analisis yang terakhir adalah melakukan analisis tema dengan menggunakan pertanyaan kontras untuk menemukan unsur-unsur makna budaya dari temuan tema budaya situasi sosial yang diteliti. Berdasarkan paradigma penelitian kualitatif, bahwa penelitian proses pembelajaran pada SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat bukan untuk menggeneralisasi kondisi, situasi pembelajaran SMA plus lainnya pada kawasan kota Medan. Penelitian ini lebih bersifat studi kasus dengan mencoba berusaha mengungkap dan menggali bagaimana situasi sosial semua proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan pendekatan kualitatif maka peneliti bertindak menjadi instrument penelitian. Peneliti mencoba memasuki areal sekolah bukan langsung berperilaku sebagai peneliti sesungguhnya, akan tetapi berusaha menjadi tamu dan berkunjung secara umum. Setelah mempunyai kepercayaan interaksi sosial dengan responden maka selanjutnya peneliti melakukan kegiatan sebagai peneliti kualitatif. Melakukan observasi berperan serta sebagai siswa SMA, mengikuti kegiatan pembelajaran dengan berbagai situasi sosial yang berbeda, waktu yang berbeda juga aktor yang berbeda. Kemudian melakukan wawancara kepada berbagai aktor seperti guru-guru, kepala sekolah, siswa demikian juga kepada penyelenggara berbagai kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Akhirnya setelah selesai 7 menghimpun data-data dilanjutkan dengan menganalisis data serta mencari menemukan tema penelitian dan menulis laporan hasil penelitian. TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat Medan diresmikan pada tahun 1997 hingga saat ini telah menamatkan siswa sebanyak delapan kali angkatan yaitu 233 (dua ratus tiga puluh tiga) orang. Jika dilihat dari jenis kelompok bidang studi secara umum dapat dikelompokkan kepada tiga rumpun ilmu semua mata ajar yang disajikan pada sekolah ini yaitu kelompok ilmu alam, ilmu sosial, dan bahasa. Sejak tahun 2003 / 2004 sekolah ini mengikuti Program Pemerintah memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Akan tetapi sejak awal Tahun Ajaran 2006 / 2007 SMA Plus ini memakai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jumlah jam belajar adalah 38 jam perminggu dan maksimal boleh ditambah menjadi 52 jam perminggu. Penambahan jam pelajaran 14 jam tersebut dalam mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Akuntasi, Geografi, Bahasa Arab, Mandarin, Jepang, Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bela diri. Lembaga pendidikan tempat pembinaan maupun penyemaian benih generasi muda bangsa menjadi milik serta kekayaan khazanah pendidikan. Berdirinya SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat kurang lebih lima belas kilometer ke arah selatan kota Medan, adalah diprakarsai berbagai tokoh masyarakat. Mereka tokoh tersebut menaruh perhatian terhadap kemajuan pendidikan menyiapkan tunas-tunas bangsa menjadi penerus cita-cita bangsa. Pimpinan dan tokoh masyarakat bergabung dan diprakarsai oleh tokoh Muhammadiyah kota Medan sehingga direstui oleh pemerintah dalam hal ini ialah Departemen Pendidikan Propinsi Sumatera Utara. Proses pembelajaran siswa sesuai tuntutan kurikulum nasional yang diamanahkan melalui standar kompetensi. Hal ini adalah pencapaian kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah selesai menamatkan studinya dari SMA Plus Muhammadiyah. Akan tetapi tujuan ataupun pencapaian kompetensi ini diawali dari proses belajar siswa setiap harinya, pagi hari pukul 6.45 sampai dengan pukul 14.30 belajar klasikal. Hal ini seiring sejalan jenis kurikulum yang digunakan dengan pola pembinaan siswa beserta kegiatan pembelajaran lainnya sebagaimana wawancara dengan kepala sekolah pada hari Jum’at tanggal 14 Desember 2007 pukul 10.00 Wib. SMA Plus ini menggunakan kurikulum Nasional belajar pagi hari serta ditambah muatanmuatan kurikulumnya dengan belajar sore harinya menjadi penguatan pembelajaran pagi hari. Kurikulum bahasa ditambah, kemudian dipadukan dengan kurikulum kemuhammadiyahan termasuk al-Islam maupun keputrian dan keputraan beserta kegiatan praktek keagamaan lainnya. Kemudian belajar malam hari selain bersifat penguatan adalah juga berfungsi untuk evaluasi. Sehingga pada akhirnya keterpaduan kurikulum menjadi syarat bagi siswa harus tinggal di asrama, modifikasi keterpaduan kegiatan belajar sore dan malam hari ekstra kurikulum menjadi nilai plus pola pembinaan siswa. Kurikulum dan pola pembinaan siswa melalui berbagai program kegiatan sekolah adalah wujud sumber belajar bagi arah masa depan siswa. Hal ini semua tentunya menjadi nilai plus ciri-ciri proses pembelajaran terpadu kurikulum sekolah dan asrama. Wawancara dengan guru agama Islam pada hari Sabtu tanggal 12 Januari 2008. Pengalaman mengajar dimulai dari sekolah di kota Medan hingga ke tempat ini mencapai dua puluh tiga tahun hingga sekarang mengajar bahasa Arab, Qur’an, Hadits dan Kemuhammadiyahan. Antara lain keunggulan kurikulum sekolah kita ini siswa diasramakan, 8 siswa lebih disiplin, siswa lebih hormat dan patuh, serta manajemen waktu dan system pembelajaran. Pembelajaran dalam kelas dapat berupa penyampaian materi pokok, ataupun melatih kemahiran dan atau praktikum. Hal ini selain materi bidang studi menurut kurikulum, juga materi computer, atau keterampilan lainnya bersifat ko-kurikuler juga dilaksanakan di dalam kelas. Catatan lapangan (CL. 1. hari Jum’at tanggal 25 Januari 2008) Pada hari Jum’at tanggal 25 Januari 2008 pukul 09.15 ada jam pelajaran bahasa Inggris kelas III guru masuk dengan mengucapkan salam “assalamu’alaikuam” , dan langsung menyampaikan materi pelajaran seluruhnya dengan bahasa Inggris. Topik materinya penggunaan adjective dengan metode “practice” langsung melalui percakapan dengan siswa dan terlibat langsung. Model jawaban yang diminta guru dari siswa adalah Yes ….No….. atau Yes / No ….. it is animal? No,….. Yes ….. Yes / No….. Pada waktu itu peneliti ikut serta masuk kelas berperan serta menjadi siswa duduk bersama siswa mengikuti pembelajaran yang tidak ada perkataan guru dari masuk dan keluar kelas selain penuturan dalam bahasa Inggris. Proses pembelajaran siswa pada pagi hari mengikuti pola dasar materi inti kurikulum nasional. Guru bahasa Inggris menyajikan materi pelajaran semuanya baik pengantar dan materi pokok semuanya menggunakan bahasa Inggris. Demikian juga guru yang lain dengan topik tersendiri menggunakan metode mengajar memberi warna corak pembelajaran bagi siswa. Catatan Lapangan (CL. 2. hari Jum’at tanggal 25 Januari 2008) Pada hari Jum’at tangggal 25 Januari 2008 pukul 10.25 Wib ada jam pelajaran Sejarah pada kelas II. Guru menyampaikan materi sejaran dengan metode ceramah penuh semangat di hadapan siswa-siswa. Topik pembahasan adalah penyebaran paham ataupun budaya Eropha ke dunia timur melalui penetrsai budaya. Dengan semangar yang sangat simpatik penuturan guru sejarah mengisahkan pengistilahan “gloriks, gold, gospel” cara Eropah memperluas pengaruh dan kolonialnya di kawasan Asia. Setelah habis jam pelajaran barulah guru sejarah mengakhiri pelajaran dan menutup pelajaran dengan menghimbau memetik hikmah sejarah bagi kehidupan masa depan. Proses pembelajaran klasikal dipimpin oleh guru bidang studi sesuai topik materi yang terjadwal. Metode mengajar maupun corak dan sifat materi pelajaran akhirnya akan melahirkan suasana pengalaman belajar siswa. Demikian juga guru kimia masuk pada hari Sabtu tanggal 26 Januari 2008. Catatan Lapangan (CL. 3 hari Sabtu tanggal 26 Januari 2008) Ada jam pelajaran kimia pada kelas III, penulis ikut masuk kelas berpartisipasi menjadi siswa. Guru kimia langsung masuk kelas sambil bertanya pelajaran yang sudah lewat minggu yang lalu. Kemudian mengingatkan topik pelajaran yang akan disambung hari ini. Guru langsung mengambil spidol tiga warna sekaligus menyuruh salah seorang siswa membuka buku pelajaran. Guru langsung menulis dengan spidol warna biru pada white board topik unsur positif dan negative anoda dan katoda system kimia baterai basah dan baterai kering. Guru langsung menulis dan menerangkan perhitungan rumus kimia baterai kering dan basah. Guru menjelaskan dan sambil menerangkan dan sekalikali melihat batasan pelajaran pada buku paket siswa. Kemudian membuat kesepakatan beserta siswa untuk mengadakan pemadatan materi pembelajaran sebelum ujian ulangan. Setelah menjelang berakhir waktu, guru mengingatkan sekali lagi pelajaran dan hal-hal yang harus dipelajari siswa seraya menutup pelajaran. 9 Kurikulum yang akan melahirkan pola jenis pembinaan siswa adalah menjadi bentuk wujud sumber belajar pada praktek pembelajaran bagi siswa. Sumber belajar menjadi asal terbit perbuatan dan pengalaman belajar siswa, apakah berasal dari pola asuhan sistim hidup asrama, atau kepribadian guru-guru, maupun pengarahan-pengrahan kepala sekolah. Hal ini semua secara langsung disadari ataupun tidak disadari menjadi bibit pola kepribadian serta kemandirian diri pribadi siswa masa depan. Hal-hal tersebut adalah menjadi keunggulan tersendiri jika dilihat dari luar maupun dari dalam penyelenggaraan pendidikan SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat. Sesuai dengan pengalaman mengajar para guru yang senantiasa setiap saat berhubungan langsung dengan siswa, serta membandingkannya setelah mereka menamatkan studinya dari sekolah ini. Akhirnya mewakili pihak guru-guru ada yang memberikan komentarnya sesuai dengan wawancara berikut ini: Wawancara dengan guru bahasa Indonesia pada hari Selasa tanggal 18 Desember 2007, sebagai guru saya sudah mempunyai pengalaman mengajar mendekati 30 (tigapuluh) tahun. Sebelum ketempat ini juga sudah mengajar di sekolah lain di kota Medan dan sampai ke sekolah ini mengajar dalam bidang studi bahasa Indonesia. Penilaian tersendiri keunggulan sekolah ini dapat menciptakan anak-anak berdisiplin dan berhasil di Perguruan Tinggi, menciptakan jiwa kepemimpinan. Hal ini ditandai bisa belajar bersama, tidak terpengaruh dengan kejahatan di luar lingkungan, bisa hidup mandiri. Tuntutan dan kebutuhan belajar menurut kurikulum tidak terbatas hanya terjadi di dalam kelas formal ketika ada guru. Akan tetapi hendaknya proses belajar terjadi ketika ada guru ataupun tidak dihadiri guru, di dalam kelas juga di luar kelas, secara santai, serius, penuh perhatian, rilex, bergurau dan sebagainya. Belajar di dalam kelas ataupun di luar kelas harus saling isi mengisi serta saling melengkapi satu sama lainnya. Hal tersebut dapat terungkap dari wawancara seorang siswa kelas II/IPA hari Kamis tanggal 20 Desember 2007 Jam belajar serta materi belajar di tempat ini padat, tetapi menarik dan terasa ringan walaupun belajar nonstop, malam dan sore hari, belajar di lapangan diselingi dengan bermain. Adanya kegiatan ekstrakurikulum yang membuat kami rileks dan mengeluarkan potensi diri yang selama ini terpendam. Seperti adanya theater, musikalisasi puisi, pencak silat, khutbah Jum’at dan lainlain Kegiatan belajar tidak sepenuhnya terikat dalam kelas dihadiri guru secara ketat, siswa juga menyadari hal tersebut serta meminta adanya selingan menggerakkan jasmani berupa keterampilan maupun kesenian. Pembelajaran yang sedang dilakoni siswa terasa tidak menjadi beban sebagaimana wawancara dengan siswa kelas II berasal dari Deli Serdang, hari Jum’at 11 Januari 2008 Menurut saya, kami rasakan belajar mencari ilmu di tempat ini mulai sejak bangun pagi, pagi hari, siang, sore dan malam hari mengajak untuk mandiri. Karena ingin belajar dan mencari banyak pengalaman, berinteraksi atau sering dekat dengan guru, jam belajar pada tetapi menarik terasa ringan karena dinikmati dengan keikhlasan belajar. Menurut pengalaman kakak-kakak kelas yang alumni bisa masuk kuliah di kedokteran USU dan fakultas lainnya sebelumnya mereka rajin, gigih dengan sholat dan belajar dan lain-lainnya. Pembinaan moral akhlak siswa menjadi landasan utama untuk menerima serta mengisi kemampuan intelektual baik melalui kegiatan di dalam maupun di luar kelas. Wawancara dengan siswa kelas II yang menamatkan pendidikan Dasar PTP. IV. Hari Kamis tanggal 17 Januari 2008. 10 Saya ingin sekolah di tempat ini karena masa depan akan terjamin, kakak-kakak-an kelas bisa masuk kuliah Fakultas Kedokteran Hewan, Tehnik, Pertanian Universitas Sumetara Utara dan Institut Pertaninan Bogor, sebelumnya mereka rajin belajar, serta sholat, mengaji dan sopan santun. Jam belajar, materi pelajaran padat, semua dijalani dengan ikhlas, manarik dan terasa ringan. Kami rasakan belajar mencari ilmu pagi, sore dan malam hari rasa-rasanya seolah-olah dipersiapkan menjadi seorang yang siap menjadi bibit unggul negara dan bangsa (berguna bagi bangsa dan negara, menembangkan minat potensi dan pengembangan diri). Pembinaan siswa melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler berbentuk keterampilan gerakan jasmanai seperti olah raga dan cabang-cabangnya. Kemudian juga kegiatan keterampilan yang bersifat keagamaan antara lain seperti sholat dan sejenisnya. Kurikulum pendidikan harus mampu memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan nasional menyeluruh berlaku umum menetapkan tujuan, mendukung pembangunan nasional, serta memperhatikan pembangunan local dan daerah. Selain itu juga harus tetap menerima masukan dari berbagai lapisan masyarakat (stakeholder) pengguna out put lembaga pendidikan.5 Kurikulum dalam implementasi pembelajaran tidak sekedar memilih, menetapkan rumusan bahan ajar menurut jenis dan jenjang lembaganya. Guru unsur pendidikan berhadapan langsung dengan peserta didik sekaligus juga menjadi ujung tombak pengembangan kurikulum. Guru beserta peran fungsi pendidikan adalah juga tidak terlepas dari sumber belajar. Sumber belajar menjadi orang sumber terbitnya perbuatan belajar sehingga siswa mampu memiliki pengalaman belajarnya peserta didik. Sehingga pada gilirannya semua unsur kurikulum mulai dari guru, hingga perangkat dan unsur-unsur lainnya adalah juga fungsi sumber belajar keberhasilan pendidikan. Dengan demikian perubahan masyarakat global senantiasa tetap membutuhkan pola pengembangan kurikulum yang akan melahirkan pengalaman belajar sekaligus juga wujud sumber belajar. Bentuk dan jenis sumber belajar ini hendaknya tetap menjadi perhatian demi kesinambungan keberhasilan keberhasilan pembelajaran masa depan. Perangkat kurikulum yang telah dirancang dan digunakan dalam praktek penyelenggaraan pendidikan melalui lembaga-lembaga pendidikan perlu usaha tindak lanjut. Untuk hal tersebut maka dalam implementasinya pihak perancang kurikulum beserta lembaga pendidikan hendaknya senantiasa menerima serta mengadopsi perkembangan dunia ilmu pengatahuan. Usaha tindak lanjut ini tertampung melalui perubahan dan pengembangan kurikulum. Sehingga proses penyempurnaan juga tidak salah menerima masukan dari masyarakat luas ataupun lembaga-lembaga lain yang menerima atau mempekerjakan peserta didik setelah selesai menamatkan pendidikan formal. Wujud sumber belajar kelihatan dari pola kurikulum yang dimodifikasi dipraktekkan pada pembinaan serta pengasuhan siswa SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat. Sepertinya nampak jelas ketika siswa selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah dan terbukti setelah mereka memasuki dunia profesi atau perguruan tinggi sesudah mengakhiri pendidikan SMA. Moral akhlak siswa akan terbangun melalui bimbingan arahan dari pengelola kegiatan asrama, kegiatan olahraga, pengarahan serta nasehat saran dari pihak guru, kepala sekolah, orang tua asuh. Akan tetapi hal-hal lain yang ikut turut serta membangun moral siswa dari berbagai sudut pandang juga dari sesama teman kawan sendiri melalui latihan pidato, khutbah, diskusi sesama kawan dan berbagai informasi lainnya. 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetesni, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas, 2002 11 Siswa SMA Plus Muhammadiyah Tanjung Selamat Medan dari awal sejak berdirinya tahun 1997 wajib tinggal di asrama mengikuti seluruh peraturan dan kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler. Tujuannya adalah untuk memperoleh pembinaan yang terpadu serta menyeluruh aspek-aspek kehidupan individu, sosial masyarakat, intelektual, agama dan nilainilai plus lainnya. Petugas Tata Usaha sekolah dari awal berdirinya hingga saat ini banyak merangkap fungsi menjadi kepala asrama, Pembina keputraan, kemuhammadiyahan, perlengkapan rumah tangga dan juga mengurusi laporan sekolah ke kantor Dinas Pendidikan kota Medan, sehingga beliau menjadi Kepala Tata Usaha sekolah sepenuhnya. Wawancara pada hari Jum’at tanggal 12 Desember 2007 pukul 10.00 Wib. SMA Plus Muhammadiyah ini sejak menerima siswa baru pada tahun 1997 telah memberlakukan TATA TERTIB ASRAMA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH dengan rumus penyebutan TERTIB TUJUH. Antara lain adalah siswa-siswi harus menjaga kehormatan diri, kehormatan korps, dan nama baik sekolah, harus sopan, santun bersahabat terhadap sesama dan saling menghormati. Siswa diwajibkan tinggal di asrama dan melaksanakan kegiatan asrama / sekolah. Dilarang keras membawa ke dalam asrama, lukisan, gambar dan atau bahan bacaan pornografi, maknan beraroma keras, rokok, minuman keras, benda tajam, obat terlarang / membahayakan. Siswa harus menghormati guru dan personalia sekolah / asrama. Siswa dan siswi dilarang duduk berduaan tanpa alasan yang jelas. Seluruh siswa harus bersedia dan terikat dalam persaudaraan dan keluarga besar SMA Plus Muhammadiyah. Seluruh tata tertib tersebut tetap berlaku hingga sampai saat ini seperti memupuk minat, dan atau menyalurkan melalui kegiatan: olah raga, bela diri, tari moderen / bazaar, pada hari-hari tertentu program bahasa asing terintegrasi dengan intrakurikuler seperti bahasa Jepang, Mandirin, Arab, Inggris. Pihak pengelola penyelenggara pendidikan SMA Plus Muhammadiyah melalui sistim sekolah dan asrama intrakurikuler, ko-kurikuler dan eksterakurikuler kelihatan sudah menginginkan nilai-nilai plus. Demikian juga menurut pengalaman belajar sendiri dalam kelas dengan bentuk diskusi, membahas soal, tukar pikiran dan bincang-bincang memilih perguruan tinggi / program studi yang dipilih nantinya jika sudah selesai SMA. Mereka dibekali pengalaman agama Islam melalui ibadah sosial kemasyarakatan dengan tour Ramadhan ke desa-desa terpencil ketika bulan puasa Ramadhan. Siswa SMA Plus Muhammadiyah melalui bentuk pengembangan kurikulum, sengaja dirancang proses pembelajaran wujud terpadu iman taqwa sains modern. PENUTUP a. Kesimpulan Wujud keterpaduan proses demi proses pembelajaran SMA Plus Muhammadiyah menjadi sumber belajar kemandirian siswa dalam berbagai kompetensi dan ketermapilan. Jadwal belajar tersusun rapi, padat, tapi fleksibel kesinambungan pembinaan jasmani dan rohani plus sains modern. Siswa sudah menyadari pembinaan dan persiapan bekal masa depan ilmu dan keterampilan sesuai menurut agama dan bangsa. b. Saran Implikasi 12 Proses pembelajaran hendaknya diperkuat dengan keterampilan mengajar guru dengan merujuk pada penguasaan dan praktek pedagogic keguruan khsusnya bagi mereka alumni Non LPTK. Proses keterpaduan pembelajaran sekolah dengan asrama hendaknya lebih disempurnakan pengaktifan bahasa selama dalam lingkungan sekolah, serta fasilitasfasilitas lainnya. PUSTAKA ACUAN Bogdan, Robert. C, Biklen, Sariknoff, 1982, Qualitatif Reaseach for Education, New York: Halt Rine Chart and Winston David, William, Alih Bahasa, Lxyj. Moleong, 1989, Penelitian Naturalistik, Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana, IKIP Jakarta. Defenisi Teknologi Pendidikan, AECT, Jakarta, Rajawali Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetesni, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas _____________________, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas Dewisalma,Eveline, S, 2004, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: Pernada Media Dimyati, Mudjiko, 1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Hariyanto, 1996, Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta Joni, Raka, T, 1980, Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Dirjen Dikti Miarso, Yusufhadi, 2007, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Pernada Media Group Rawamangun Moloeng, Lexi, J, 1999, Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya Mulyasa, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosdakarya _____________________, 2002, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung, Sanafiah Faisal, Penelitian Kulaitatif, Bandung: Yayasan Asah Asih Asuh Saripuddin udin, Toeti, S, 1997, Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Jakrta: Dirjen Dikti Sobur, Alex, 2003, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia 13 Soemono, Hadi, A, 2005, Pengelolaan Kelas, Surakarta: UNS Press Spradley, James, P, 1980, Participant Observer, New York: Rinehard and Winston Sudjana, Nana, 1997, Dasar-dasar Proses Belajar Mengjara, Bandung: Sinar Baru Suparno, Paul, 2005, Guru Demokratis di Era Reformasi, Jakarta: Gramedia, Widiasarana Indonesia Suparno, Paul, FilsafatKonstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perpekstif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya. 14