7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Pengertian

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Diabetes Mellitus
1. Pengertian
DM
didefinisikan
sebagai
suatu
penyakit
dan
gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan
protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan atau difisiensi produk insulin oleh selsel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
DM adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)
di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup (Lestari, 2009).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO,1999).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
8
DM adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin/ berkurangnya efektivitas biologic dari insulin (atau
keduanya) (Greenspan dan baxter, 2000).
DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Tjokronegoro,
2002).
Menurut Adam (1996) bahwa DM adalah suatu intoleransi
karbohidrat baik yang berat maupun yang ringan yang terjadi pertama
kali. Penyakit DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
intoleransi glukosa.
Menurut Long (1996) bahwa yang dinamakan DM adalah suatu
penyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya komplikasi kronik
pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah.
Menurut Carpenito (1997) bahwa DM adalah sekelompok kelainan
yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia).
2. Tanda dan gejala, faktor risiko Diabetes Melitus
Banyak makan (Polifagia), banyak minum (Polidipsi), banyak
kencing (Poliuria), lemas, berat badan turun merupakan tanda dan gejala
dari diabetes (Tony, 2009).
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
9
Genetik, aktivitas fisik yang rendah, pola makan yang tidak benar,
obesitas, umur, ras merupakan factor risiko dari diabetes.
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Diabetes Mellitus tipe I
1) Etiologi
Ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi
faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungannya
(misalnya, infeksi virus)diperkirakan turut menimbulkan destruksi
beta (Smeltzer, 2002).
Hasil dari kerusakan sel beta pankreas dari infeksi atau agen
lingkungan. Memicu sistem kekebalan dalam rentan secara
genetik individu untuk mengembangkan suatu respon autoimun
terhadap sel beta pankreas mengubah antigen atau molekul dalam
sel beta yang menyerupai protein virus. Saat ini, autoimun
dianggap sebagai faktor utama dalam patofisiologi DM tipe 1.
Prevalensi meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun
lainnya, seperti penyakit Graves, Hashimoto tiroiditis, dan
penyakit Addison. Sekitar 95% pasien dengan DM tipe 1 harus
baik Leukocyte manusia antigen (HLA)-DR3 atau HLA-DR4.
HLA-DQs dianggap penanda spesifik tipe 1 DM kerentanan
(Hussain, 2010).
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
10
2) Patofisiologi dan Patogenesis
Patofisiologi:
Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang
berbeda. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan
memegang peran utama untuk terjadinya kerusakan pankreas.
HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan fenomena ini. Tipe IB berhubungan dengan keadaan
autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering
menunjukkan
manifestasi
autoimun
lainnya.
Keadaan
ini
berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia
sekitar 30 - 50 tahun. Pada DM tipe I cenderung terjadi
ketoasidosis diabetik (Haryudi, 2009).
Pada DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang tersaring keluar.
Akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria)
(Smeltzer, 2002).
Pathogenesis:
Tipe 1 diabetes (T1D) adalah hasil dari pemusnahan selektif
memproduksi insulin sel beta di Langerhans pankreas. T1D
adalah karena interaksi yang kompleks antara beta-sel, sistem
kekebalan tubuh, dan lingkungan di rentan genetik individu.
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
11
Dalam sel-sel beta terpapar IL-1 beta, sebuah perlombaan antara
merusak dan peristiwa pelindung dimulai. Protein terlibat dalam
banyak proses seluler, dan dengan demikian diharapkan bahwa
profil ekspresi kumulatif mereka mencerminkan aktivitas spesifik
sel. Proteomics mungkin berguna dalam menggambarkan profil
ekspresi protein sehingga fenotipe diabetes. Proteomics telah
diterapkan dalam studi membedakan sel beta. Sebaliknya
kumulatif perubahan pola tampaknya bantuan apa transisi dari
stabilitas dinamis gentar beta-sel untuk ketidakstabilan dinamis
dan pada akhirnya sel beta kehancuran (Proteomika,2005).
3) Penatalaksanaan
Pada dugaan DM tipe-1 penderita harus segera rawat inap. Insulin
Dosis total insulin adalah 0,5 - 1 UI/kg BB/hari. Selama
pemberian perlu dilakukan pemantauan glukosa darah atau
reduksi air kemih. Gejala hipoglikemia dapat timbul karena
kebutuhan insulin berkurang selama fase ”honeymoon”. Pada
keadaan ini, dosis insulin harus diturunkan bahkan sampai kurang
dari 0,5 UI/kg BB/hari, tetapi sebaiknya tidak dihentikan sama
sekali (Haryudi, 2009).
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan terapi
insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang
berkesinambungan,
selain
itu
adalah
dengan
berolahraga
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
12
secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet)
(Khomzah, 2008).
b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DM T II)
1) Etiologi
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada DM tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat juga faktor-faktor
risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM
tipe II. Faktor-gaktor itu diantaranya adalah usia (resistensi
insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas,
riwayat keluarga, kelompok etnik (Rapani, 2010).
2.) Patofisiologi dan Patogenesis
Patofisiologi:
Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya reseptor insulin
tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin disertai dengan penurunan reaksi
intrasel. Insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukagon dalam darah harus terdapat
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
13
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan maka glukosa
akan meningkat dan terjadi DM tipe II (Rapani, 2010).’
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah yang
disekresikan. Keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan dippertahankan pada tingkat
yang normal. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Smeltzer,
2002).
Pathogenesis:
DM tipe2 adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat defek
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik
berhubungan dengan kerusakan, disfungsi dan gangguan berbagai
organ. Patogenesis DM tipe 2 sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti, namun peranan faktor genetik dan faktor lingkungan
dalam proses terjadinya DM tipe 2 sudah diketahui dengan pasti.
Disamping itu defisiensi sekresi insulin oleh sel beta pankreas
dan resistensi insulin diperifer merupakan 2 keadaan yang
ditemukan secara bersamaan pada DM tipe2. Yang menjadi
masalah adalah proses mana yang lebih dahulu terjadi belum
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
14
diketahui dengan pasti. Diagnosis DM tipe 2 ditegakkan
berdasarkan kriteria WHO, yaitu bila ditemukan gejala klinis
yang khas DM seperti poliuri, polidipsi dan polifagi serta
penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya dan
kadar glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl maka diagnosis DM
dapat ditegakkan (Sanusi, 2006).
3.) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien DM tipe 2 yaitu dengan terapi
penyesuaian nutrisi, ditambah dengan pemberian metformin.
Pasien dengan gejala ringan atau tidak terdiagnosis biasanya dapat
diterapi rawat jalan (Votey, 2008).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan
pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan
aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah
menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi
berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai
hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan
diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan
bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah
(Khomzah, 2008).
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
15
B.
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat di definisikan sebagai gerakan fisik yang
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Mutaqin,2008).
Aktivitas fisik di bagi menjadi dua yaitu aktivitas fisik internal dan
aktivitas fisik ekternal. Aktivitas fisik internal adalah suatu aktivitas fisik
dimana proses bekerjanya organ-organ dalam tubuh sewaktu istirahat,
sedangkan aktivitas fisik secara ekternal adalah aktivitas fisik yang
dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh yang dilakukan selama 24 jam
serta banyak mengeluarkan energi (Agustaria, 2009).
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran energi
secara
sederhana
yang
sangat
penting
bagi
pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat (Hidayati, 2006).
Istirahat dapat membantu menstabilkan gula darah karena dalam istirahat
hanya membutuhkan kalori yang sedikit yang tergolong dalam aktivitas
ekstrinsik yang membutuhkan banyak kalori (George, 1995).
Salah satu cara yang mudah untuk mencegah penyakit diabetes
adalah dengan berjalan kaki. Aktivitas fisik yang termasuk ringan hingga
sedang dan aktivitas fisik yang lebih intensif, bisa mengurangi risiko
terkena diabetes. Penelitian di Australia mengindikasikan bahwa partisipan
yang berjalan kaki antara 85 menit-3 jam per minggu, bisa mengurangi
risiko terkena diabetes hingga 31%. Intensitas berjalan yang rutin (5 hari
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
16
per minggu) setidaknya selama 3 jam per minggu bisa mengurangi risiko
terkena diabetes pada remaja (Bararah, 2010).
Berjalan kaki dengan benar dan teratur sangat baik bagi tubuh
perempuan, yang cukup rentan terkena penyakit. Berjalan kaki merupakan
salah satu contoh olahraga menggunakan arena saat berjalan, kita
menopang berat tubuh kita sendiri. Berjalan kaki harus dilakukan dengan
aturan yang benar. Sebanyak 10000 langkah per hari adalah ukuran yang
dianggap aktif. Dengan berbagai fisik harian sepeti berjalan kaki,
menggunakan tangga dari pada lift, menyapu, berdansa. Dengan begitu
10000 langkah dalam berjalan kaki menjaga kesehatan tulang (Tudor,
2008).
Mengukur banyaknya langkah dalam sehari. Menurut hasil risetnya :
1. 1000 – 4000 langkah = Buruk
2. 4000 – 8000 langkah = Sedang
3. 8000 – 10000 langkah = Baik
Mengacu teori Orem disebutkan bahwa aktivitas adalah upaya yang
diperlukan
untuk
mempertahankan
kehidupan,
kesehatan
serta
kesejahteraan. Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat harus dijaga,
bagi penderita DM aktivitas akan mempengaruhi peningkatan metabolik di
dalam tubuh. Aktivitas membutuhkan kalori sedangkan bahan untuk
memperoleh kalori salah satunya dengan metabolik glukosa sehingga
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
17
aktivitas akan mempengaruhi indek glukosa darah. Istirahat dapat
membantu menstabilkan gula darah karena dalam istirahat hanya
membutuhkan kalori yang sedikit yang tergolong dalam aktivitas intrinsik,
dibandingkan dengan aktivitas ektrinsik yang membutuhkan banyak kalori
(George, 1995).
Teori sistem keperawatan merupakan toeri yang menguraikan
secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh
perawat atau pasien itu sendiri. Dalam pandangan sistem ini, Orem
memberikan
identifikasi
dalam
system
pelayanan
keperawatan
diantaranya:
1. Sistem Bantuan Secara Penuh (Wholly Copensatory System).
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan
secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam
memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan
bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulansi serta adanya
manipulasi gerakan.
2. Sistem
Bantuan
Sebagian
(Partially
Compensatory
System).
Merupakan system dalam pemberian perawatan diri sendiri secara
sebagian saja ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan
secara minimal.
3. Sistem Supportif dan Edukatif. Merupakan system bantuan yang
diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
18
dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri.
System ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan
keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.
C.
Kadar Gula Darah
Pengertian gula darah adalah bahan energi utama untuk otak yang
diperoleh melalui proses pemecahan senyawa karbohidrat. Kekurangan
glukosa sebagaimana kekurangan oksigen, akan mengakibatkan gangguan
fungsi otak, kerusakan jaringan, bahkan kematian jaringan jika terjadi secara
berkepanjangan. Gula darah merupakan hasil pemecahan dari karbohidrat
yang dengan bantuan energi adenosin tri phospate (ATP) akan
menghasilkan asam piruvat dan bisa digunakan menjadi energi untuk
aktivitas sel (Wiyono, 1999).
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.
Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon,
kortisol; system reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis
dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan
(Dewi, 2008).
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dl
{millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
19
{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18
mg/dl (Khomzah, 2008).
Menurut Pranadji et al. (2001) tanda-tanda pasti dari DM adalah
kenaikan kadar gula darah yang lebih dari normal.
1. Kriteria Diagnostik Gula Darah
Bukan Diabetes
Pra Diabetes
Diabetes
Puasa
< 110
110-125
≥126
Sewaktu
<110
110-199
≥200
Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan tes
toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, nisalnya pada
wanita yang sedang hamil (Lestari, 2009). Namun demikian, kadar gula
tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan
diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami
hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal,
sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal (Khomzah, 2008).
2. Kadar Gula Darah Tinggi (hiperglikemia)
Seseorang
disebut
diabetisi
atau
menderita
diabetes
jika
pemeriksaan gula darah puasanya melebihi angka 126 mg/ dl atau selama
2 kali berturut-turut pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan angka
yang didapat melebihi 180 mg/ dl (Matanews, 2009).
Kenaikan kadar glukosa darah yang terjadi pada pagi hari dapat
disebabkan oleh dosis insulin yang tidak adekuat (Smeltzer, 2002).
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
20
3. Kadar Gula Darah Rendah (hipoglikemia)
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut Diabetes
Mellitus (DM).
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
(glukosa) secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal tubuh
mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes,
kadar gula darah terlalu tinggi sedangkan pada hipoglikemia kadar gula
darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai
sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi (Fahmi, 2010).
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing dan sebagainya (Darni, 2006).
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit
bisa menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap.
Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula
(Lestari, 2009).
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
21
D.
Kerangka Teori
Sistem kompensasi penuh:
Tindakan perawat:
•
Membantu pasien melakukan self-care.
•
Mengkompensasi ketidakmampuan pasien
dalam melakukan self-care.
•
Mendukung dan melindungi pasien.
Sistem kompensasi sebagian:
Tindakan perawat:
Pasien
mengalami
keterbatasan
(pasien
dengan DM)
•
Melakukan pengkajian kebutuhan perawatan
diri pasien.
•
Membantu keterbatasan perawatan diri
pasien.
•
Membantu pasien sesuai kebutuhan.
Kadar
Gula
Darah
Tindakan pasien::
•
Mengkaji kebutuhan perawatan diri.
•
Mengatur agensi perawatan diri.
•
Menerima asuhan dan bantuan perawat.
Sistem suportif dan edukatif:
Tindakan perawat:
•
Mangatur latihan dan agensi.
Tindakan pasien:
•
Mendapat bantuan perawatan diri.
Gambar 2.1. Kerangka Teori Sistem Keperawatan Dasar (Basic Nursing Sistem)
Orem (George, 1995)
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
22
E.
Kerangka Konsep
Aktivitas Fisik
F.
Kadar Gula Darah
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan kadar gula darah pasien DM di RSUD Banjarnegara”.
Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011
Download