PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) ialah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah atau biasa dikenal dengan kondisi hiperglikemia, karena kelainan sekresi insulin atau kerja insulin (Gustaviani, 2006). Penyakit ini merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan manusia di dunia pada abad 21. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan penderita diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta penderita pada tahun 2030. Berbagai penelitian telah dilakukan di beberapa negara berkembang, data WHO menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes terjadi di Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menempati peringkat ke-4 di dunia (Wild et al. 2004). Penyakit DM disebabkan oleh hilangnya sekresi insulin pankreas (tipe 1) atau resistensi yang dikembangkan oleh tubuh terhadap tindakan pengaturan glukosa dalam tubuh oleh insulin (tipe 2). Untuk mencegah komplikasi penyakit DM dengan penyakit lain, penting untuk selalu menjaga konsentrasi glukosa plasma dalam kisaran normal glikemia (70-120 mg/dl). Efek jangka panjang dari diabetes yang disebabkan karena terjadi hiperglikemia, yaitu konsentrasi glukosa plasma melebihi 120 mg/dl (Makroglou et al. 2006). Hiperglikemia berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi dengan penyakit lain, sehingga dapat menyebabkan penyakit ginjal, kebutaan, dan bahkan kehilangan anggota tubuh. Begitupun dengan hipoglikemia, yaitu kadar glukosa plasma di bawah 70 mg/dl. Hipoglikemia dapat menyebabkan pusing, koma, atau bahkan kematian. Sejak tahun 1960, model matematika telah digunakan untuk menggambarkan dinamika glukosa-insulin. Bergman et al. (1981) mengusulkan model minimal tiga kompartemen untuk menganalisis hilangnya glukosa dan sensitivitas insulin selama tes toleransi glukosa intravena. Beberapa modifikasi telah dibuat pada model minimal asli untuk menggabungkan berbagai efek fisiologis glukosa dan insulin. Cobelli et al. (1999) mengembangkan model minimal yang direvisi untuk memisahkan efek produksi glukosa dari pemanfaatannya. Model ini menyempurnakan penjelasan tentang dinamika glukosa-insulin untuk berbagai situasi atau perilaku. Hovorka et al. (2004) mengembangkan model minimal asli dengan menambahkan tiga subkompartemen dari glukosa dan insulin yaitu, dinamika penyerapan absorbsi, distribusi, dan mekanisme pembuangan, tetapi tak satu pun dari model ini menjelaskan perubahan dalam dinamika glukosa dan insulin karena latihan fisik, padahal telah sejak lama latihan fisik ini dianjurkan untuk pasien diabetes. Latihan fisik yang teratur dapat mengurangi risiko serangan diabetes tipe 2 atau yang dikenal dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Efek perlindungan ini berhubungan dengan tingkat latihan fisik yang dilakukan secara berkesinambungan. Sebagai catatan orang dengan risiko diabetes tinggi (obesitas, tekanan darah tinggi, dan faktor keturunan), latihan fisik disarankan disamping diet dan terapi tablet insulin (Sigal et al. 1996). Bagaimanapun juga dapat dianjurkan dua saran, yaitu: pertama, untuk beberapa alasan seperti usia, berat badan, dan tekanan darah yang menyebabkan pasien tidak dapat menjalankan latihan fisik berat, maka solusinya adalah pasien dapat mejalankan latihan fisik ringan secara berkesinambungan; kedua, sebagaimana dikenal secara umum pasien diabetes tipe 2 biasanya berumur diatas 40 tahun, latihan fisik yang keras tentu berbahaya bagi pasien dengan masalah ginjal, tekanan darah tinggi, retinopati, dan neuropati, oleh karena itu disarankan pasien dapat mejalankan latihan fisik ringan secara berkesinambungan. Untuk penderita diebetes tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) kasusnya berbeda. Secara umum pasien diabetes tipe 1 ini biasanya masih muda dan cenderung dapat melakukan latihan fisik dan olahraga berat, tetapi bukan berarti tanpa risiko hipoglikemia atau hiperglikemia. Kombinasi dari insulin, asupan karbohidrat, dan latihan fisik yang baik dapat menyebabkan kondisi tubuh yang bugar dan kontrol yang baik terhadap kadar gula darah. Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat model efek dari latihan fisik terhadap dinamika glukosa dan insulin, membandingkannya dengan orang normal. pada pasien diabetes dan