PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN

advertisement
PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI
PERSALINAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. Y DENGAN
PERSALINAN NORMAL KALA I FASE AKTIF DIRUANG VK RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
NURASTUTI WULANDARI
P11043
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI
PERSALINAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. Y DENGAN
PERSALINAN NORMAL KALA I FASE AKTIF DIRUANG VK RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
NURASTUTI WULANDARI
P11043
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Tulis
Ilmiah
dengan
judul
“PEMBERIAN
KOMPRES
HANGAT
TERHADAP
PENURUNAN NYERI PERSALINAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. Y
DENGAN PERSALINAN NORMAL KALA I FASE AKTIF DI RUANG VK
RSUD SUKOHARJO”.
Dalam penyususan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang
terhormat:
1.
Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kususma Husada Surakarta.
2.
Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Siti Mardiyah, S. Kep., Ns., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan – masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4.
Nurul Devi, S.Kep.,Ns., selaku dosen penguji I yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman,
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnya studi kasus ini.
5.
Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns., selaku dosen penguji II yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman,
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnya studi kasus ini.
6.
Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
v
vi
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan kepada :
1.
Kedua Orang tuaku Masyono dan Dian, Eyang Putriku Mbah Sumiyem,
dan Kakakku Nuraini Puspa Sari yang telah memberikan dorongan materil
maupun spiritual kepadaku sampai menjelang wisuda.
2.
Saudara dan keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dalam segala proses yang saya lalui.
3.
Sahabat-sahabatku Uta dan Dita yang selalu menemaniku dan menjadikan
penyemangat dalam segala proses belajar sampai menjelang wisuda.
4.
Teman-teman kelas 3A dan 3B yang saya sayangi dan saya banggakan
dengan penuh semangat hingga kita semua dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan lancar.
5.
Adik-adik tingkat I dan II yang saya banggakan.
6.
Almamaterku STIKes Kusuma Husada Surakarta.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
viii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................
4
C. Manfaat Penulisan ..................................................................
5
TINJAUAN TEORI
A. Persalinan ..............................................................................
7
B. Asuhan Keperawatan .............................................................
15
C. Nyeri Persalinan .....................................................................
25
D. Kompres Hangat.....................................................................
32
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien ......................................................................
35
B. Pengkajian .............................................................................
35
C. Rumusan Masalah ..................................................................
43
D. Intervensi Keperawatan ..........................................................
45
E. Implementasi Keperawatan ....................................................
48
viii
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................
52
BAB IV
PEMBAHASAN ............................................................................ 54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................. 71
B. Saran........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Look Book
Lampiran 2
: Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3
: Asuhan Keperawatan
Lampiran 4
: Jurnal Tentang Kompres Hangat
Lampiran 5
: Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6
: Daftar Riwayat Hidup
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World
Health Organisation (WHO) karena angaka kematian ibu dan anak merupakan
bagian dari Negara (ASEAN) yang mempunyai angka kematian ibu dan anak
yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain, memperkirakan bahwa
setiap tahun sejumlah 500.000 orang meninggal akibat kehamilan dan persalinan
99% kematian tersebut terjadi di Negara berkembang 50% nya terjadi di
Indonesia dan Mesir (WHO, 2012).
Dari data yang diperoleh dari Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) September 2013, diperoleh fakta yang mengejutkan
mengetahui angka kematian ibu dan anak (SDKI) memberikan hasil angka
kematian ibu (AKI) mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata ini
jauh melonjak dibandingkan hasil (SDKI) tahun 2007 yang mencatat angka 228
per 100 ribu kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Jawa
Tengah 2009 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 117,02 kelahiran
hidup. Angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan (AKI)
sebelumnya pada tahun 2008 sebesar 114,50 kelahiran hidup. Prosentase yang
terendah adalah di Kota Tegal yaitu sebesar 38,91 kelahiran hidup. Salah satu
penyebab tingginya (AKI) adalah trauma pada ibu dan janin akibat nyeri
persalinan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009).
1
2
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun kejalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 1824 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Spontan adalah
persalinan terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu
(Sumarah, 2009).
Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Secara
fisiologis nyeri terjadi ketika otot-otot Rahim berkontraksi sebagai upaya
membuka serviks dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Nyeri persalinan
kala I merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi serviks,
hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemi korpus uteri dan peregangan segmen
bawah rahim dan kompresi saraf serviks (Bandiyah, 2009).
Mengingat dampak nyeri cukup signifikan bagi ibu dan bayi, maka harus
ada upaya untuk menurunkan nyeri tersebut. Upaya tersebut adalah dengan
tindakan medis dan non medis. Salah satu tindakan non medis untuk mengurangi
rasa nyeri persalinan antara lain pemberian kompres hangat, tindakan tersebut
adalah untuk distraksi yang dapat menghambat otot untuk mengeluarkan sensasi
nyeri dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat
mengontrol perasaan dan kekuatannya (Indrawan, dkk, 2010).
Kompres hangat adalah suatu metode alternative non farmakologis untuk
mengurangi nyeri persalinan pada wanita inpartu kala I fase aktif.
3
Pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan air hangat
dengan suhu 37o-41o C kemudian menempatkan pada punggung bagian bawah
ibu dengan posisi miring kiri.
Pemberian kompres hangat dilakukan selama 30 menit, selanjutnya
dilakukan pengukuran nyeri pada saat kontraksi setelah 30 menit pengompresan
dengan skala nyeri VAS (Visual Analog Scale). Penggunaan kompres hangat
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat pada primigravida inpartu
kala I fase aktif (Indrawan.dkk, 2013).
Berdasarkan jurnal Indrawan, dkk (2013), di katakan bahwa ada salah
satu cara yang dapat di terapkan untuk mengurangi nyeri pada kala I adalah
dengan pemberian kompres hangat pada ibu inpartu atau kala I untuk
mengurangi nyeri ini sesuai dengan penelitian Indrawan, dkk (2013) dengan
judul “ Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan Fisiologis Pada Primigravida Inpartu Kala I Fase Aktif ”. Hasil dari
penelitian tersebut adalah bahwa setelah dilakukan kompres hangat selama 30
menit pada ibu yang mengalami nyeri persalinan kala I, maka didapatkan bahwa
hasil nyeri pada ibu menurun atau berkurang.
Berdasarkan studi kasus yang penulis lakukan pada tanggal 9 April 2014
pada ibu inpartu dengan keluhan nyeri akibat persalinan normal kala I fase aktif
di RSUD Sukoharjo membutuhkan tindakan pemberian kompres hangat untuk
mengurangi nyeri akibat persalinan normal kala I fase aktif tersebut. Melihat
latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengaplikasikan penelitian dari
jurnal Indrawan, dkk (2013) yang akan dituangkan dalam bentuk karya tulis
4
ilmiah dengan judul “ Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri
Kala I Fase Aktif Pada Asuhan Keperawatan Ny. Y dengan Persalinan Normal ”.
di Ruang VK RSUD Sukoharjo.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Melaporkan
tindakan
pemberian
kompres
hangat
terhadap
penurunan nyeri kala I fase aktif pada asuhan keperawatan Ny.Y dengan
persalinan normal di ruang VK RSUD Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.Y dengan nyeri
persalinan normal kala I fase aktif.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.Y
dengan nyeri persalinan normal kala I fase aktif.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.Y
dengan nyeri persalinan normal kala I fase aktif.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.Y dengan nyeri
persalinan normal kala I fase aktif.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.Y dengan nyeri
persalinan normal kala I fase aktif.
f. Penulis mampu menganalisa hasil dari pengaruh kompres hangat pada
Ny.Y dengan nyeri persalinan normal kala I fase aktif.
5
C. MANFAAT PENULISAN
1. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah
Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
khususnya asuhan keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi nyeri
persalinan normal kala I fase aktif.
2. Tenaga Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap bagi instansi terkait, khususnya didalam
meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem reproduksi nyeri persalinan normal kala I fase aktif.
3. Akademik
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi
pendidikan DIII keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan di masa yang datang.
4. Pembaca
Sebagai sumber informasi mengenai perawatan penyakit khusunya nyeri
persalinan kala I fase aktif
5. Penulis
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan pengalaman bagi penulis mengenai kasus Pemberian Kompres
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Kala I Fase Aktif Pada Asuhan
Keperawatan Ny. Y dengan Persalinan Normal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Persalinan
1. Definisi
Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi, terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia
bayi baru lahir. Dengan adanya program ini, diharapkan tenaga kesehatan
dapat lebih meningkatkan ketrampilannya sehingga dapat meningkatkan
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Rohani.dkk,
2011:2).
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng
teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban dan
cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau kekuatan sendiri (Sumarah, 2009 : 1).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007 ).
6
7
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006 ).
2. Bentuk Persalinan
Menurut Sukarni dan Wahyu P (2013 :187) , bentuk persalinan di
bagi menjadi 4 yaitu :
a. Persalinan normal yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun bayi.
b. Persalinan spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
c. Persalinan buatan yaitu persalinan yang dibantu dengan tenaga dari
luar, misalnya ekstrasi dengan forceps atau dilakukan sectio caesaria.
d. Persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.
3. Etiologi
Menurut Rohani, dkk (2011 : 5) teori penyebab persalinan ada 4,
yaitu :
8
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosins,
akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosins Internal
Oksitosins dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas
otot
rahim sehingga
sering
terjadi
kontraksi
Braxton
Hicks.
Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya usia kehamilan
menyebabkan oksitosins meningkatkan aktivitas sehingga persalinan
dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
9
dapat dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan.
4. Tanda-tanda persalinan
Menurut Rohani, dkk (2011), Sebelum terjadi persalinan beberapa
minggu sebelumnya wanita memasuki kala pendahuluan (preparatory stage
of labor), dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida, tanda ini
tidak begitu kelihatan. Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke
pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan. Bila bagian
terbawah bayi telah turun, maka ibu merasa tidak nyaman , selain nafas
pendek pada trimester 3.
b. Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering dikemukakan sebagai keluhan, karena
dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi ini terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dan memberikan
kesempatan rangsangan oksitosins.
c. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah,
kadang bercampur darah (bloody show) .
10
5. Tanda-tanda bahaya persalinan
Ada beberapa tanda-tanda bahaya ibu bersalin yang akan
mengancam jiwanya diantaranya : Syok pada saat persalinan, nyeri kepala,
gangguan penglihatan, kejang atau koma, tekanan darah tinggi, persalinan
yang lama, gawat janin dalam persalinan, demam dalam persalinan, nyeri
perut hebat, sukar bernafas.
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus
selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit.
Menunda pemberian asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan resiko
kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Langkah atau tindakan
yang akan dipilih sebaiknya dapat memberikan manfaat dan memastikan
bahwa proses persalinan akan berlangsung aman dan lancar sehingga akan
berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan
(JNPK-KR, 2007).
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut
Rohani,
dkk
(2011:16-36)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi persalinan yaitu :
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament. Kekuatan
primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.
11
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatife kaku, oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan
lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Plasenta juga harus
melalui jalan lahir sehingga dapat juga dianggap sebagai penumpang
yang menyertai janin.
d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “ kewanitaan sejati ” yaitu munculnya rasa
bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak. Khususnya rasa lega
itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu,
mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang
semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti ” sekarang
menjadi hal yang nyata.
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini
12
tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan .
7. Tahapan Persalinan
Menurut Sumarah, dkk (2009 : 5-8) tahapan persalinan ada 4, yaitu :
a. Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap proses ini berlangsung
kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase yaitu fase laten (8
jam). Pembukaan 0 cm – pembukaan 3 cm,dan fase aktif (7 jam). Dari
pembukaan serviks 3 cm – 10 cm, dalam fase aktif ini masih dibagi
menjadi fase lagi yaitu: fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal yakni dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4
cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi dimana pembukaan menjadi
lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.
b. Kala II
Persalinan kala II (pengeluaran) adalah di mulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi
lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali.
13
c. Kala III
Persalinan kala III (pelepasan uri) dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat, beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.
d. Kala IV
Persalinan kala IV (observarsi) dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam post partum.
8. Prosedur persalinan normal
Menurut Rukiyah, dkk (2009 : 9) prosedur persalinan ada 4 yaitu :
a. Melihat tanda gejala kala II
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan
yang semakin meningkat pada rectum dan vagina, perineum tampak
menonjol, vulva dan sfingter anal membuka.
b. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal
1) Membuat keputusan klinik antara lain pengumpulan data subyektif
dan obyektif, diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi hasil
implementasi tatalaksana.
2) Asuhan sayang ibu dan bayi
3) Pencegahan infeksi antara lain kewaspadaan standar, mencegah
terjadinya dan transmisi penyakit.
14
4) Rekam medik (dokumentasi) antara lain, kelengkapan status klien,
anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan
uji atau penapisan tambahan lainnya, partograf sebagai instrument
membuat keputusan dan dokumentasi klien, kesesuaian kenaikan
kondisi klien dan prosedur klinik terpilih, upaya dan tatalaksana
rujukan yang diperlukan.
5) Sistem rujukan efektif yaitu alasan keperluan rujukan, jenis rujukan
(darurat atau optimal), tatalaksana rujukan, upaya yang dilakukan
selama merujuk, jaringan pelayanan dan pendidikan, menggunakan
sistem umum atau sistem internal rujukan kesehatan.
B. Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan intranatal melalui pendekatan proses
keperawatan dengan melaksanakan unsur proses keperawatan meliputi
pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini
dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien ini dan
waktu sebelumnya (Carpenito, 2005).
Menurut Sumarah, dkk (2009) Apabila ibu datang untuk
mendapatkan pertolongan kumpulkan data dan informasi untuk membuat
diagnosis secara tepat dan menerapkan tindakan yang sesuai. Data yang
dikumpulkan adalah data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah
15
informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang
dialaminya dan apa yang telah dialaminya. Data subyektif juga meliputi
informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status
ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau sangat sakit. Data obyektif
adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan atau
pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir. Kelengkapan dan ketelitian
dalam proses pengumpulan data sangat penting . Pengumpulan data dengan
cara :
a. Berbicara dengan ibu, mengajukan pertanyaan – pertanyaan mengenai
kondisi ibu dan riwayat perjalanan penyakit.
b. Mengamati tingkah laku ibu dan apakah ibu terlihat sehat atau sakit,
nyaman atau kesakitan.
c. Melakukan pemeriksaan fisik.
d. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya
pemeriksaan laboratorium.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
dan potensial, atau proses kehidupan (Wilkinson, 2011).
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien intranatal adalah :
a. Kala I
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi)
16
2) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan)
b. Kala II
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ( proses
meneran )
c. Kala III
1) Keletihan berhubungan dengan fisiologis (Peningkatan kelelahan
fisik )
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasi (episiotomi)
d. Kala IV
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pascapartum
(misalnya, atoni uteri, retensi plasenta).
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan
merupakan
langkah
berikutnya
dalam
proses
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil
yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan
(Wilkinson, 2011).
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi)
Tujuan dan kriteria hasil :
1)
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri.
17
3) Mampu mengenali (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
4) Skala nyeri berkurang 5 menjadi 2.
5) Ny.Y nyaman setelah nyeri berkurang.
6) Vital sign dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji nyeri P,Q,R,S,T secara komprehensif
Rasional : Mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan Ny.Y
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Mengetahui skala nyeri
3) Memonitor Vital sign dan denyut jantung janin
Rasional : Untuk mengetahui Vital sign dan denyut jantung janin
4) Anjurkan Ny.Y untuk miring ke kiri
Rasional : Memberikan kenyamanan pada janin
5) Anjurkan teknik non farmakologi (pemberian kompres hangat)
Rasional : Untuk mengalihkan nyeri yang dirasakan Ny.Y
6) Anjurkan Ny.Y untuk teknik nafas panjang
Rasional : Untuk mengurangi nyeri saat proses persalinan
berlangsung
7) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik
Rasional : Untuk mengurangi nyeri persalinan kala I
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan)
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Ny.Y mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
18
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan, menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas.
3) Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : Membuka kepercayaan kepada perawat
2) Jelaskan semua prosedur selama tindakan
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan Ny.Y
3) Beri informasi tentang kesiapan persalinan
Rasional : Untuk membuka pengetahuan Ny.Y
4) Observasi vital sign
Rasional : Untuk mengetahui status kesehatan
5) Beri dukungan dan support kepada Ny.Y
Rasional : Memotivasi dan mengontrol perasaan Ny.Y
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses
meneran)
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
3) Skala nyeri berkurang 3 menjadi 1
4) Ny.Y nyaman setelah nyeri berkurang
19
5) Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji skala nyeri P,Q,R,S,T
Rasional : Untuk mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan
Ny.Y
2) Anjurkan Ny.Y untuk nafas panjang
Rasional : Untuk mengurangi nyeri
3) Bimbing dan beri dukungan pada Ny.Y untuk meneran
Rasional : Untuk memudahkan dalam proses persalinan
d. Keletihan berhubungan dengan fisiologis (peningkatan kelemahan
fisik).
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan,
kecemasan menurun
2)
Glukosa darah adekuat
3)
Kualitas hidup meningkat
4)
Istirahat cukup
5)
Mempertahankan kemampuan untuk berkosentrasi
Intervensi :
1) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Rasional : untuk mengetahui tingkat kelelahan Ny.Y
20
2) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat Ny.Y
Rasional : memantau pola tidur Ny.Y agar tidak terjadi
kelelahan
3)
Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
Rasional : untuk memudahkan dan membantu Ny.Y dalam
beraktivitas
4) Monitor Ny.Y akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
Rasional : untuk mengetahui status kelelahan Ny.Y dan tingkat
emosi
5) Konsultasai dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi tinggi
Rasional : agar kondisi Ny.Y pulih dan stabil kembali
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasi (episiotomi)
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
3) Menggambarkan faktor yang menunjukkan penularan infeksi
4) Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti
prosedur pemantauan
Intervensi :
1) Observasi tanda dan gejala infeksi
Rasional : Mengetahui adanya tanda dan penyebab infeksi
21
2) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya :
tanggap imun rendah)
Rasional : Untuk mengetahui penyebab terjadinya infeksi
3) Pantau hasil laboratorium
Rasional : Untuk mengetahui adanya penyakit lain yang
timbul atau tidak
4) Perhatikan teknik aseptik
Rasional : Untuk mencegah infeksi
5) Bersihkan vulva hygiene
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi
6) Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Untuk mempercepat pemulihan dan mengurangi
terjadinya infeksi
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2) Tidak mengalami haus yang tidak normal
3) Memiliki keseimbangan asupan yang seimbang dalam 24 jam
4) Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab,
mampu berkeringat, elastis turgor kulit baik)
5) Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
22
Intervensi :
1) Kaji keadaan umum dan monitor vital sign
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum Ny.Y
2) Pantau perdarahan
Rasional : Untuk mengetahui seberapa perdarahan yang
dikeluarkan
3) Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap bertambah
buruknya dehidrasi (misalnya : obat-obatan, demam, stress dan
program pengobatan)
Rasional : Untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap
bertambah buruknya dehidrasi
4) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : Untuk menambah suplai cairan
g. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pascapartum
(misalnya, atoni uteri, retensi plasenta).
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Tidak ada hematuria dan hematemesis
2) Kehilangan darah yang terlihat
3) Tekanan darah dalm batas normal
4) Tidak ada perdarahan pervagina
5) Tidak ada distensi abdominal
Intervensi :
1) Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT, trombosit
23
Rasional : Untuk mengetahui hasil dari nilai lab yang meliputi
PT, PTT, trombosit.
2) Monitor Vital Sign
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum Ny.Y
3) Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
Rasional : Untuk mengantisipasi terjadinya perdarahan
4) Anjurkan Ny.Y untuk meningkatkan intake makanan yang
banyak mengandung vitamin K
Rasional : Agar kondisi Ny.Y stabil kembali dengan makanan
yang bergizi.
C. Nyeri Persalinan
1. Definisi
Nyeri adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
spesifik bersifat subyektif dan berbeda-beda antara masing-masing individu
karena dipengaruhi oleh faktor psikososial dan kultur dan endorphin
seseorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri (Potter & Perry,
2005 : 77).
Menurut Cunningham (2004), Nyeri persalinan sebagai kontraksi
miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda
pada masing-masing individu. Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman yang
tidak menyenangkan baik sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan resiko dan aktualnya kerusakan jaringan tubuh.
24
Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit
pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini
menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya
pembukaan serviks ini maka akan terjadi persalinan (Judha, dkk. 2012).
2. Jenis-jenis nyeri
Price & Wilson (2005 : 3), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan
lokasi atau sumber, antara lain :
a. Nyeri somatik superficial (kulit)
Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan jaringan
subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat
berupa rangsang mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit
hanya terlihat, nyeri sering dirasakan sebagai penyengat, tajam,
meringis atau seperti terbakar, tetapi apabila pembuluh darah ikut
berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut.
b. Nyeri somatik dalam
Nyeri somatik dalam dapat mengacu kepada nyeri yang berasal dari
otot, tendon, ligamentum, tulang sendi dan arteri. Struktur ini lebih
sedikit reseptor sehingga lokalisasi nyeri dan cenderung menyebar ke
daerah sekitarnya.
c. Nyeri visera
Nyeri ini mengacu pada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.
Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri
25
somatik dan terletak didinding otot polos organ-organ berongga.
Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan
atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan
peradangan.
d. Nyeri alih
Nyeri ini berasal dari salah satu daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak
di daerah lain. Nyeri visera sering dialihkan ke dermatom (daerah kulit)
yang dipersarafi oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan
viksus yang nyeri tersebut berasal dari masa mudigah, tidak hanya
ditempat organ tersebut berada pada masa dewasa.
e. Nyeri neuropati
Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan
dari sistem saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP) yang
menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di SST dan SSP
dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya sensori nyeri. Nyeri
neuropatik sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih atau seperti
tersengat listrik. Pasien dengan nyeri neuropatik menderita akibat
instabilitas Sistem Saraf Otonom (SSO). Nyeri sering bertambah parah
oleh stress emosi atau fisik (dingin, kelelahan) dan mereda setelah
relaksasi.
26
3. Penyebab rasa nyeri
Menurut Judha, dkk (2012 : 78), rasa nyeri persalinan muncul karena :
a. Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta
iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium, karena rahim
merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri
visceral. Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada punggung
bagian bawah dan secrum. Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini
hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi.
b. Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II, tidak seperti nyeri
visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum,
sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatik dan disebabkan
peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian
terbawah janin.
c. Episiotomi
Pada nyeri episiotomi, nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomi,
tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi maupun
rupture pada jalan lahir.
d. Kondisi psikologis
Nyeri dan rasa sakit berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut
cemas dan tegang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga
27
timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh
menahan rasa nyeri.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap Nyeri Persalinan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter &
Perry (2005 : 5-7), antara lain :
a. Usia
Usia merupakan variable penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan
diantaranya kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak
dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
b. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon
terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subyek
penelitian yang melibatkan pria dan wanita, akan tetapi toleransi
terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan
hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.
c. Kebudayaan
Menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis
seseorang. Hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiate
endogen dan sehingga terjadilah persepsi nyeri. Keyakinan dan nilai
budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka.
28
d. Makna nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang berdaptasi terhadap nyeri. Hal ini
juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu
tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbedabeda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu
kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang
melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat cidera karena pukulan
pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan nyeri klien
berhubungan dengan makna nyeri.
e. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus
yang lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang
perifer. Hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat,
khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya selama waktu
pengalihan.
f. Ansietas
Melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian
sistem limbic dapat memproses reaksi emosi seseorang, khususnya
ansietas. Sistem limbic dapat memproses reaksi emosi seseorang
terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
Hubungan antara ansietas dan nyeri bersifat kompleks. Ansietas
29
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas.
g. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang
menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai
kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika
mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri berkurang.
h. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode
nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga
sebaliknya.
4.
Strategi penatalaksanaan nyeri
Menurut Andarmoyo (2013 : 84), strategi penatalaksanaan nyeri
adalah suatu tindakan untuk mengurangi nyeri yang terbagi menjadi dua
yaitu :
a. Strategi penatalaksanaan nyeri non farmakologis
1) Bimbingan dan antisipasi
2) Terapi es dan panas atau kompres dingin
30
3) Stimulasi saraf elektris transkutan atau TENS (transcutaneous
electrical nerve stimulation)
4) Distraksi
5) Relaksasi
6) Imajinasi terbimbing atau guided imagery
7) Hipnosis
8) Akupuntur
9) Umpan balik biologis
10) Massase
b.
Strategi penatalaksanaan nyeri farmakologis
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk
mengatasi nyeri. Ada tiga jenis analgesik yaitu non narkotik dan obat
anti inflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau opiate, dan
obat tambahan.
D. KOMPRES HANGAT
1. Definisi
Kompres hangat adalah suatu metode alternative non farmakologis
untuk mengurangi nyeri persalinan pada wanita inpartu kala I fase aktif
yang pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan
air hangat dengan suhu 37o-41o C kemudian menempatkannya pada
punggung bagian bawah ibu dengan posisi miring kiri. Pemberian kompres
hangat dilakukan selama 30 menit, jenis data yang diukur berupa skala
nominal dengan hasil pengukuran diberi perlakuan kompres hangat dan
31
tidak diberi perlakuan kompres hangat (Indrawan, dkk, 2013 ). Terapi
kompres hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat
yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan
memberikan rasa hangat (Uliyah, dkk, 2006 : 233).
Kompres hangat meningkatkan suhu kulit lokal, sirkulasi dan
metabolise jaringan, kompres hangat lokal atau selimut hangat akan
menenangkan wanita terhadap jenis massase yang dihentakkan yang tidak
dapat ditoleransi wanita saat kulitnya sensitive atau sakit berkaitan dengan
respons melawan atau menghindar. Suatu studi kecil tentang kompres
hangat (botol air panas) yang diletakkan di fundus menemukan bahwa
tindakan ini akan meningkatkan aktivitas rahim (Simkin, P & Ancheta, R,
2005).
Teknik
kompres
hangat
selama
proses
persalinan
dapat
mempertahankan komponen sistem vaskuler dalam keadaan vasodilatasi
sehingga sirkulasi darah ke otot panggul menjadi homeostatis serta dapat
mengurangi kecemasan dan ketakutan serta beradaptasi dengan nyeri selama
proses persalinan, 6,7 terapi kompres hangat telah terbukti meningkatkan
kemampuan ibu untuk mentoleransi nyeri selama melahirkan karena efek
dari panas. Terapis fisik dan profesional kesehatan lainnya telah
menggunakan terapi hangat untuk mengurangi berbagai bentuk rasa sakit
kronis. Dengan mengompres di daerah sakrum ibu (punggung bawah) dapat
mengurangi nyeri persalinan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
32
kompres hangat efektif dilakukan selama proses persalinan dan merupakan
tindakan umum untuk mengatasi nyeri (Manurung, dkk, 2013).
Menurut Rohani, dkk (2011 : 44), Cara pemberian kompres hangat
adalah sebagai berikut :
a. Bungkus sumber panas dengan satu atau dua lapis handuk untuk
memastikan sumber tersebut tidak terlalu panas.
b. Letakkan handuk basah hangat, bantalan panas, kantong paska silika
yang dipanaskan, atau botol air panas di perut bagian bawah, paha,
punggung bawah,
c. Bahu atau perineum
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang resume “ Pemberian Kompres
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Pada Asuhan Keperawatan Ny. Y
Dengan Persalinan Normal Kala I Fase Aktif Di Ruang VK RSUD Sukoharjo”.
Resume asuhan keperawatan pada Ny.Y meliputi identitas, pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi sesuai masalah keperawatan, implementasi yang telah
dilakukan dan evaluasi.
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 April 2014 jam 17.05 WIB, pada
kasus ini dilakukan dengan metode autoanamnase dan alloanamnase.
Pengkajian tersebut didapatkan nama pasien Ny.Y berumur 22 tahun, beragama
Islam, Pendidikan terakhir D2. Ny.Y sebagai ibu rumah tangga yang beralamat
di Kedungdowo, Sukoharjo. Ny.Y datang ke RSUD Sukoharjo pada tanggal 9
April 2014 dengan nomor rekam medis 239100. Identitas penanggung jawab
bernama Tn.A berumur 22 tahun, bekerja sebagai wiraswasta, pendidikan
terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), beralamat di Kedungdowo,
Sukoharjo. Hubungan dengan Ny.Y sebagai suami.
B. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada tanggal 9 April 2014 didapatkan data umum
kesehatan TB 140 cm, BB 56 kg. BB sebelum hamil 39 kg. Ny.Y mengatakan
33
34
tidak mempunyai masalah kesehatan khusus dan tidak mengkonsumsi obatobatan selama hamil, Ny.Y juga tidak alergi obat. Eliminasi buang air kecil Ny.
Y mengatakan dalam buang air kecil ± 4-5 x/hari. Eliminasi buang air besar
Ny.Y mengatakan dalam buang air besar 1x/hari. Pola tidur Ny.Y mengatakan
tidak ada masalah dalam pola tidurnya, tidur siang ± 1 ½ jam tidur malam ± 7-8
jam.
Riwayat kehamilan sekarang Ny.Y mengatakan kehamilan sekarang
direncanakan. Riwayat haid Ny.Y mengatakan pertama haid pada umur 15 tahun
siklus 7 hari. Status obstetrikus G1P0A0 hamil 39 minggu. HPHT (Hari pertama
haid terakhir) 28 Juni 2013. Usia kehamilan 39 minggu. HPL (Hari Perkiraan
Lahir) 5 April 2014. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu kehamilan ini
adalah kehamilan yang pertama. Jumlah kunjungan kebidan pada kehamilan ini
Trimester I 3x kunjungan dengan TT 2x yaitu TT I Juli 2013 TT II September
2013. Trimester II 3x kunjungan. Trimester III 3x kunjungan. Masalah
kehamilan sekarang selama hamil Ny.Y tidak pernah sakit yang mempengaruhi
kehamilannya. Riwayat KB Ny.Y mengatakan belum pernah menggunakan KB.
Riwayat menyusui Ny.Y mengatakan belum pernah menyususi tetapi selama di
trimester ke III pernah diajarkan breast care oleh bidan saat ANC. Pelajaran
yang diinginkan saat proses persalinan adalah relaksasi nafas dalam. Setelah
lahir yang diharapkan membantu dalam pengasuhannya adalah suami, orang tua,
dan orang lain.
Riwayat persalinan sekarang pada tanggal 9 April 2014 jam 16.00 WIB
Ny.Y merasakan mules dan perut terasa kenceng-kenceng (jarang), lalu pada
35
jam 16.05 WIB oleh keluarga Ny.Y dibawa ke bidan terdekat dilakukan
pemeriksaan dalam VT pembukaan 3 cm tetapi ketubah masih utuh belum keluar
cairan, bidan menyarankan untuk dirujuk kerumah jam 16.15 WIB, pada jam
17.00 WIB Ny.Y sampai rumah sakit lalu masuk ruang VK oleh petugas Ny.Y
dilakukan pemeriksaan dalam VT pembukaan 4 cm dan dilakukan pemeriksaan
fisik dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 22 kali/menit, pernafasan
22 kali/menit, suhu 36oC. Pada jam 21.50 WIB dilakukan pemeriksaan dalam
pembukaan lengkap. Keadaan kontraksi lamanya ±15 menit. Kekuatan adekuat
(umbilikus naik), teratur durasi 30-35 detik. Frekuensi dan kualitas denyut
jantung janin kuat 144 x/menit.
Pemeriksaan fisik Ny.Y mengatakan selama hamil BB naik 17 kg. Saat
diperiksa keadaan umum composmentis. Saat dilakukan tanda-tanda vital
hasilnya tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 22
kali/menit, suhu 36oC. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada kepala leher
didapatkan data mata simetris kanan dan kiri, sklera tidak ikterik. Pada
pemeriksaan hidung didapatkan data hidung simetris, bersih, tidak ada polip.
Pada pemeriksaan mulut didapatkan data mulut simetris, mukosa bibir kering,
tidak ada stomatitis. Pada pemeriksaan telinga didapatkan data telinga simetris
kanan dan kiri, tidak ada benjolan, sedikit ada serumen.
Pada pemeriksaan jantung inspeksi didapatkan hasil ictus cordis tidak
tampak. Saat dilakukan palpasi didapatkan hasil ictus cordis teraba di ictus
cordis 4 dan 5. Saat dilakukan perkusi didapatkan hasil suara jantung pekak.
Saat dilakukan auskultasi didapatkan hasil bunyi jantung I dan bunyi jantung II
36
normal reguler (dup-dup). Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan hasil saat
dilakukan inspeksi bentuk dada simetris kanan dan kiri. Saat dilakukan palpasi
vocal fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru-paru kanan dan kiri sama
(pembesaran pada saat bernafas). Saat dilakukan perkusi suara paru sonor. Saat
dilakukan auskultasi didapatkan hasil vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada
suara nafas tambahan. Pada pemeriksaan fisik payudara didapatkan data puting
susu menonjol dan tegang. Pada pemeriksaan fisik pengeluaran ASI didapatkan
hasil colostrum keluar sedikit.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan data uterus keras, Taksiran Berat
Janin (TBJ) divergen (30-11) x 155 = 2945 gram. Pada tgl 9 April jam 17.00
WIB Ny.Y merasakan mules dan perut terasa kenceng-kenceng (HIS) , ketuban
masih utuh belum keluar cairan. Pada pemeriksaan leopold I didapatkan hasil
tinggi fundus uterus 30 cm teraba bokong. Pada pemeriksaan leopold 2
didapatkan hasil sebelah kanan teraba punggung, sebelah kiri teraba bagian kecil
(ekstremitas). Pada pemeriksaan leopold 3 didapatkan hasil teraba kepala,
penurunan kepala sudah masuk panggul. Pada pemeriksaan leopold 4 didapatkan
hasil bagian sudah masuk PAP 3/5. Pada pemeriksaan denyut jantung janin
(DJJ) didapatkan hasil 144 kali/menit. Status janin hidup.
Saat dilakukan pemeriksaan pigmentasi ada. Lineanigra ada dan Striae
ada. Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan hasil tangan sebelah kanan
terpasang infus RL 24 tetes per menit dan pada ekstremitas bawah kaki edema.
Saat dilakukan pemeriksaan genetalia pada jam 17.00 WIB oleh petugas
37
didapatkan hasil VT pembukaan 4 cm, ketuban utuh, ada lendir darah, kepala di
hodge II, pengeluaran pervagina didapatkan hasil adanya lendir darah.
Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal 9 April 2014
didapatkan data yaitu, WBC 11.97 103/ul (N: 4,1-10,9), RBC 3, 57 106/ul (N:
3,50-50,0), HGB 10,5 g/dl (N: 11,0-15,0), HCT 30,8 % (N: 37,0-47,0), MCV
86,3 FL (N: 80,0-100), MCH 29,4 Pg (N: 27,0-34,0), MCHC 34,1 g/dl (N: 32,036,0), PLT 149 103/ul (N: 100-300), RDW-SD 43,0 L (N: 35,0-56,0), RDW-CV
13,7 L (N: 11,5-14,5), PDW 14,7 FL (N: 9,0-17,0), MPV 12,2 FL, P-LCR 41,7
% (N: 0,108-0,282), PCT 0,18 %, NRBC 0,00 (N: 0,0), NEUT 9,61 103/ul (N:
50,0-70,0), LIMPH 1,61 103/ul (N: 0,80-4,00), MONO 0,74 (N: 6,2), EO 0,00
(N: 0,0), BASO 0,01 (N: 0,1), IG 0,06 (N: 0,5), HBSAg (negatif).
Selama diruang VK Ny.Y mendapat terapi medis Infus RL 24 tetes per
menit dengan golongan dan kandungan larutan elektrolit nutrisi yang fungsinya
untuk mengembalikan elektrolit pada dehidrasi. Ny.Y mendapatkan oxytocins 5
ul/ml dengan golongan dan kandungan uterotonik dan relaksan uterus yang
fungsinya untuk kelahiran normal dan penderita yang peningkatan tekanan
darahnya harus dihindarkan.
Laporan persalinan kala I pada tanggal 9 April 2014 jam 17.00 WIB
didapatkan hasil adanya tanda dan gejala perut terasa kenceng-kenceng (jarang)
dan mules. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu
36oC. Saat dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil VT pembukaan 4 cm
di hodge II, keadaan psikososial Ny.Y mengatakan bagian punggung bawah
38
sangat nyeri, P : nyeri karena kontraksi, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri
dibagian punggung bawah, S: skala 7, T : nyeri timbul sewaktu-waktu, Ny.Y
merasa cemas dan takut terhadap persalinan pertamanya. Kebutuhan khusus
Ny.Y berikan kompres hangat dan berikan dukungan, support dan tindakan yang
harus di ambil pada kala I ini adalah memberikan dukungan, mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, mengajarkan Ny.Y untuk miring ke kiri, dan memberikan
kompres hangat pada bagian punggung bawah dengan air hangat. Pengobatan
yang didapatkan saat kala I yaitu infus RL 24 tetes per menit. Dari hasil
pemeriksaan pada tanggal 9 April 2014 didapatkan hasil observasi kemajuan
persalinan yaitu pada jam 17.00 WIB kontraksi uterus tiap 10 menit adalah 1
kali his 20-30 detik, denyut jantung janin 144 kali/menit dengan pembukaan
serviks 4 cm. Jam 17.10 WIB 2 kali 20-30 detik, denyut jantung janin 124
kali/menit. Jam 17.20 WIB 2 kali his 20-35 detik, denyut jantung janin 142
kali/menit. Jam 17.30 WIB 2 kali his 20-35 detik, denyut jantung janin 142
kali/menit. Jam 17.40 WIB 2 kali his 20-35 detik, denyut jantung janin 144
kali/menit. Jam 17.50 WIB 2 kali his 20-30 detik, denyut jantung janin 140
kali/menit. Jam 18.00 WIB 2 kali his 20-30 detik, denyut jantung janin 140
kali/menit. Jam 18.10 WIB 2 kali his 30-35 detik, denyut jantung janin 142
kali/menit. Jam 18.30 WIB 2 kali his 30-35 detik, denyut jantung janin 142
kali/menit. Jam 19.10 WIB 3 kali his 30-35 detik, denyut jantung janin 142
kali/menit dengan pembukaan serviks 6 cm. Jam 19.40 WIB 3 kali his 30-35
detk, denyut jantung janin 144 kali/menit. Jam 20.00 WIB 3 kali his 30-35 detik,
denyut jantung janin 140 kali/menit. Jam 20.30 WIB 4 kali his 40-45 detik,
39
denyut jantung janin 144 kali/menit. Jam 21.10 WIB 4 kali his 40-45 detik,
denyut jantung janin 143 kali/menit. Jam 21.30 WIB 4 kali his 40-45 detik,
denyut jantung janin 142 kali/menit dengan pembukaan serviks 9 cm. Jam 21.50
WIB 4 kali his 40-45 detik, denyut jantung janin 144 kali/menit dengan
pembukaan lengkap.
Laporan kala II persalinan tanggal 9 April 2014 jam 21.50 WIB, lama
kala I ± 4 jam. Tanda dan gejala pada kala II yaitu perineum menonjol, Ny.Y
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, meningkatnya
pengeluaran lendir darah. Saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital
didapatkan hasil tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, pernafasan 24
kali/menit, suhu 36oC. Pada kala II menjelaskan upaya meneran yaitu Ny.Y tarik
nafas panjang, posisi kaki dursal recumbent atau kaki di tekuk, kemudian posisi
kepala di tinggikan dan melihat pada perut, lalu meneran dengan baik. Keadaan
psikososial, disini nyeri akut tidak terkaji tetapi didapatkan data bahwa Ny.Y
mengalami kesakitan, berteriak-teriak, menangis, dan Ny.Y terus memegangi
perutnya. Tindakan yang harus diambil pada kala II yaitu anjurkan Ny.Y untuk
tarik nafas panjang, anjurkan Ny.Y cara meneran yang baik.
Catatan kelahiran bayi pada tanggal 9 April 2014 jam 22.10 WIB, dengan
jenis kelamin laki-laki. Saat di lakukan penilaian APGAR SCORE di dapatkan
hasil satu detik pertama jantung dengan nilai 2, nafas nilai 2, otot nilai 2,
rangsang nilai 1, warna nilai 1, total penilaian 7. Pada 5 detik di dapatkan hasil
jantung nilai 2, nafas nilai 2, otot nilai 2, rangsang nilai 2, warna nilai 1, total
penilaian 8. Pada 10 detik di dapatkan hasil jantung nilai 2, nafas nilai 2, otot
40
nilai 2, rangsang nilai 1, warna nilai 1, total penilaian 8. Pada saat pemeriksaan
fisik di dapatkan hasil berat badan 3000 gram, panjang badan bayi 46 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm, karakteristik bayi menangis kuat.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital di dapat hasil HR 192 kali/menit, pernafasan
22 kali/menit, suhu 36,8oC. Saat di lakukan pemeriksaan anus berlubang,
pengobatan yang didapatkan yaitu resusitasi vitamin K1 1 mg, pemberian tetes
mata, perawatan tali pusat dengan di bungkus kassa steril.
Catatan kelahiran ibu didapatkan hasil lama kala II 10 menit. Saat di
lakukan tanda- tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/70 mmHg, nadi
82 kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu 36oC. Perineum episiotomi.
Bonding attetment Ny.Y menerima dan sangat senang atas kelahiran bayi
pertamanya. Pengobatan yang didapat setelah melahirkan bayi adalah oxytosins
10 ul/dl, heating, memberikan kassa betadine.
Laporan persalinan kala III didapatkan hasil tanda dan gejala keluar
darah, tali pusat memanjang, uterus globuler. Plasenta lahir jam 22.25 WIB (±
15 menit) cara lahir plasenta spontan. Karakteristik plasenta yaitu selaput
plasenta utuh, kotiledon lengkap, diameter 12 cm dan tidak ada kelainan.
Perdarahan yang keluar ± 200 cc, karakteristik normal. Keadaan psikososial
Ny.Y merasakan lelah setelah melahirkan plasenta. Kebutuhan khusus Ny.Y
yaitu anjurkan Ny.Y untuk minum dan istirahat. Tindakan yang harus dilakukan
pada kala III ini adalah massage fundus, observasi perdarahan, membersihkan
badan Ny.Y. Pada kala III ini tidak mendapatkan pengobatan.
41
Laporan persalinan kala IV jam 22.40 WIB saat dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82
kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu 36oC. Saat dilakukan pemeriksaan
kontraksi uterus keras. Perdarahan yang keluar ± 100 cc, karakteristik normal.
Keadaan psikososial Ny.Y mengatakan sangat haus setelah melahirkan bayinya.
Tindakan yang harus dilakukan yaitu observasi perdarahan, melakukan vital
sign, anjurkan Ny.Y untuk minum dan istirahat, anjurkan Ny.Y untuk menyusui
bayinya. Pada kala IV ini Ny.Y tidak mendapatkan pengobatan.
C. Masalah Keperawatan
Dari data pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa
data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan ditandai dengan data
subyektif pada kala I Ny.Y mengatakan bagian punggung bawah sangat nyeri,
perut terasa kencang, P : nyeri karena kontraksi, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
R: nyeri dibagian punggung bawah, S: skala 7, T : nyeri timbul sewaktu-waktu,
data obyektif ditandai dengan Ny.Y tampak meringis menahan nyeri dan terlihat
memegangi punggung bagian bawah. Maka penulis merumuskan prioritas
masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(kontraksi).
Data subyektif pada kala I yaitu Ny.Y mengatakan takut dan cemas
dalam menghadapi persalinan pertamanya, data obyektif ditandai dengan Ny.Y
tampak gelisah, raut wajah tampak tegang, sedangkan tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu 36oC . Maka penulis
42
merumuskan prioritas masalah keperawatan yaitu ansietas berhubungan dengan
ancaman pada (status kesehatan).
Pada kala II, data subyektif disini nyeri akut tidak terkaji tetapi
didapatkan data bahwa Ny.Y mengalami kesakitan, menangis, dan berteriakteriak Ny.Y terus memegangi perutnya, sedangkan data obyektif Ny.Y terlihat
memegangi
kakinya
dan
meneran,
perineum
menonjol,
meningkatnya
pengeluaran lendir darah, denyut jantung janin 144 kali/menit, pembukaan
lengkap 1-10 cm, bayi keluar. Maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran).
Pada kala III, data subyektif Ny.Y mengatakan sangat lelah setelah
melahirkan plasenta, sedangkan data obyektifnya keluar darah, tali pusat
memanjang, uterus globuler, plasenta lahir spontan, selaput plasenta utuh,
kotiledon lengkap, diameter 12 cm, perdarahan ±200 cc. Maka penulis
merumuskan diagnosa keperawatan keletihan berhubungan dengan fisiologis
(peningkatan kelemahan fisik).
Pada kala IV, data subyektif Ny.Y mengatakan sangat
haus setelah
melahirkan bayinya, sedangkan data obyektifnya Ny.Y tampak lelah, kehausan,
mukosa bibir kering, tampak pucat, keringat dingin, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu 36oC. Maka penulis
merumuskan diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif.
43
D. Rencana Keperawatan
Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, maka penulis menyusun
rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x
30 menit nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil Ny.Y mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri), skala nyeri berkurang 5 menjadi 2, Ny.Y nyaman setelah nyeri
berkurang, vital sign dalam batas normal.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji
nyeri P,Q,R,S,T secara komprehensif dengan rasional mengetahui kualitas nyeri
yang dirasakan Ny.Y, observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan dengan
rasional mengetahui skala nyeri, memonitor vital sign dan DJJ dengan rasional
untuk mengetahui keadaan umum dan denyut jantung janin, anjurkan Ny.Y
untuk miring ke kiri dengan rasional untuk mempercepat proses persalinan,
anjurkan tentang teknik non farmakologi (pemberian kompres hangat) dengan
rasional mengalihkan nyeri yang dirasakan Ny.Y, anjurkan Ny.Y untuk tarik
nafas panjang dengan rasional untuk mengurangi nyeri saat proses persalinan
berlangsung, kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik dengan rasional
untuk mengurangi nyeri persalinan kala I.
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 1 x 1 jam ansietas dapat
teratasi
dengan
kriteria
hasil
Ny.Y
mampu
mengidentifikasi
dan
44
mengungkapkan gejala cemas, mengidentifikasi, mengungkapkan teknik untuk
mengontrol cemas, vital sign dalam batas normal.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah
gunakan pendekatan yang menenangkan dengan rasional membuka kepercayaan
kepada perawat, jelaskan upaya prosedur selama tindakan dengan rasional
mengurangi kecemasan Ny.Y, beri informasi tentang persiapan persalinan
dengan rasional membuka pengetahuan Ny.Y, observasi vital sign dengan
rasional mengetahui status kesehatan, beri dukungan dan support kepada Ny.Y
dengan rasional memotivasi dan mengontrol perasaan Ny.Y.
Rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 30 menit masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria
hasil melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri, mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri),
skala nyeri berkurang 3 menjadi 1, Ny.Y nyaman setelah nyeri berkurang, vital
sign dalam batas normal.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji
skala nyeri P,Q,R,S,T dengan rasional mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan
Ny.Y, anjurkan Ny.Y untuk nafas panjang dengan rasional untuk mengurangi
nyeri, bimbing dan beri dukungan pada Ny.Y untuk meneran dengan rasional
untuk memudahkan dalam proses persalinan.
Rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 1 jam keletihan dapat teratasi dengan kriteria hasil
menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan, kecemasan
45
menurun, glukosa darah adekuat, kualitas hidup meningkat, istirahat cukup,
mempertahankan kemampuan untuk berkosentrasi.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji
adanya faktor yang menyebabkan kelelahan dengan rasional untuk mengetahui
tingkat kelelahan Ny.Y, monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat Ny.Y
dengan rasional memantau pola tidur Ny.Y agar tidak terjadi kelelahan, bantu
aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
kebutuhan
dengan rasional untuk
memudahkan dan membantu Ny.Y dalam beraktivitas, monitor Ny.Y akan
adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan dengan rasional untuk
mengetahui status kelelahan Ny.Y dan tingkat emosi, konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi dengan rasional agar
kondisi Ny.Y pulih dan stabil kembali.
Rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 30 menit resiko kekurangan volume cairan dapat teratasi
dengan kriteria hasil mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,
BJ, urine normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastis turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah monitor
status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat) dengan rasional
untuk mengetahui status hidrasi Ny.Y, monitor vital sign dengan rasional untuk
mengetahui keadaan umum Ny.Y, dorong masukan oral dengan rasional untuk
menstabilkan kondisi Ny.Y, dorong keluarga untuk membantu Ny.Y makan
dengan rasional agar Ny.Y mau makan, kolaborasi pemberian cairan IV dengan
46
rasional untuk menambah suplai cairan, kolaborasi dengan dokter dengan
rasional untuk mengetahui tindakan yang selanjutnya harus dilakukan.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan kala I nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (kontraksi) Jam 17.15 WIB mengkaji nyeri P,Q,R,S,T dengan data
subyektif Ny.Y mengatakan nyeri di bagian punggung P : nyeri karena
kontraksi, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri pada punggung bawah, S : skala
nyeri 7, T : nyeri timbul sewaktu-waktu, respon obyektif Ny.Y terlihat kesakitan.
Jam 17.30 WIB menganjurkan Ny.Y untuk miring ke kiri dengan respon
subyektif Ny. Y mengatakan bersedia untuk miring ke kiri, respon obyektif
Ny.Y terlihat mengikuti posisi yang diberikan.
Jam 17.45 WIB memberikan kompres hangat pada punggung bawah ± 30
menit dengan respon subyektif Ny.Y mengatakan bersedia diberikan kompres
hangat, respon obyektif Ny.Y tampak merasakan kompres hangat yang
diberikan.
Jam 18.15 WIB menganjurkan Ny.Y untuk nafas panjang dengan data
subyektif Ny.Y mengatakan bersedia untuk melakukan teknik nafas panjang,
respon obyektif Ny.Y terlihat bernafas dengan cara yang benar.
Jam 18.30 WIB menganjurkan Ny.Y untuk miring lagi ke kiri dengan
respon subyektif Ny.Y mengatakan bersedia untuk miring kembali ke kiri,
respon obyektif Ny.Y terlihat mengikuti posisi yang diberikan.
Jam 19.00 WIB memberikan kembali kompres hangat pada punggung
Ny.Y ± 30 menit dengan respon subyektif Ny.Y mengatakan bersedia untuk
47
diberikan kompres hangat kembali, respon obyektif Ny.Y terlihat lebih rileks
dan nyaman setelah dilakukan kompres hangat.
Jam 19.15 WIB menganjurkan kembali pada Ny.Y untuk nafas panjang
dengan respon subyektif Ny.Y mengatakan bersedia untuk melakukan nafas
panjang kembali, respon obyektif Ny.Y terlihat sudah lancar dalam mengatur
nafasnya.
Jam 19.30 WIB memberikan kompres hangat pada punggung Ny.Y ± 30
menit dengan respon subyektif Ny.Y mengatakan bersedia untuk diberikan
kompres hangat kembali, respon obyektif Ny.Y terlihat lebih nyaman setelah di
lakukan kompres hangat yang ke 3.
Tindakan keperawatan pada kala I dengan diagnosa keperawatan ansietes
berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan) yang dilakukan pada
tanggal 9 April 2014 jam 20.00 WIB memberikan pendekatan yang
menenangkan dengan respon subyektif Ny.Y mengatakan takut dan cemas
terhadap proses persalinannya, respon obyektif Ny.Y terlihat gelisah , raut wajah
tampak tegang.
Jam 20.10 WIB menjelaskan semua prosedur selama tindakan dengan
respon subyektif Ny.Y mengatakan paham atas prosedur yang diberikan, respon
obyektif Ny.Y terlihat siap setelah diberikan prosedur dalam tindakan (Ny.Y
mengangguk).
Jam 20.30 WIB mengobservasi vital sign dengan respon subyektif Ny. Y
mengatakan bersedia untuk diperiksa, respon obyektif tekanan darah 110/80
48
mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu 36oC, denyut jantung
janin 144 kali/menit.
Jam 20.40 WIB memberikan dukungan dan support kepada Ny.Y dengan
respon subyektif Ny.Y mengatakan lebih tenang setelah diberi dukungan selama
proses persalinannya, data obyektif Ny.Y terlihat lebih tenang.
Tindakan keperawatan kala II dengan diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran) jam 21.00 WIB
mengobservasi skala nyeri P,Q,R,S,T dengan respon subyektif dan obyektif
skala nyeri tidak terkaji (masuk kala II)
Jam 21.35 WIB tindakan keperawatan pada kala II yang dilakukan yaitu
menganjurkan Ny.Y untuk nafas panjang dengan respon subyektif Ny.Y
mengatakan ”ya”, respon obyektif Ny.Y terlihat sudah bisa mengatur nafasnya
dengan baik.
Jam 21.40 WIB membimbing Ny.Y untuk meneran saat kencengkenceng dengan respon subyektif Ny.Y mengatakan ”ya”, respon obyektif Ny.Y
tampak mengikuti apa yang di instruksikan oleh petugas.
Jam 21.45 membimbing Ny.Y untuk meneran dengan kuat dengan respon
subyektif Ny.Y mengatakan “iya”, respon obyektif Ny.Y meneran dan bayi
sudah keluar.
Tindakan keperawatan kala III dengan diagnosa keperawatan keletihan
berhubungan dengan fisiologis (peningkatan kelemahan fisik) jam 22.05 WIB
yaitu mengkaji faktor yang menyebabkan kelelahan dengan respon subyektif Ny.
Y mengatakan masih lelah, respon obyektif Ny.Y terlihat masih pucat dan lelah.
49
Jam 22.15 WIB memonitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat
dengan respon subyektif Ny. Y mengatakan belum bisa tidur, respon obyektif
terlihat Ny.Y sedang memandangi anaknya.
Jam 22.20 WIB membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
dengan respon subyektif Ny. Y mengatakan aktivitas yang dilakukan masih
dibantu, respon obyektif Ny.Y terlihat minum dan makan dengan dibantu suami.
Jam 22.30 WIB berkolaborasi dalam pemberian asupan makanan yang
berenergi tinggi dengan respon subyektif Ny. Y mengatakan menyukai menu
yang diberikan oleh rumah sakit, respon obyektif Ny. Y makan habis ½ porsi.
Tindakan keperawatan kala IV dengan diagnosa keperawatan resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif jam
23.05 WIB yaitu memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat ) dengan respon subyektif Ny.Y mengatakan mau minum air putih,
respon obyektif terlihat Ny.Y mukosa bibir sedikit masih kering, nadi dalam
batas normal 82 kali/menit (N: 60-100 kali/menit).
Jam 23.10 WIB mendorong keluarga untuk membantu Ny.Y makan
dengan respon subyektif orang tua Ny.Y mengatakan ”iya” untuk membantu
Ny.Y makan, respon obyektif terlihat Ny.Y di suapi oleh orang tuanya, terlihat
keluarga selalu mendampingi Ny.Y.
Jam 23.15 WIB memberikan cairan parenteral dengan respon subyektif
Ny. Y mengatakan ”ya”, respon obyektif terpasang tangan sebelah kanan infus
RL 20 tetes per menit.
50
Jam 23.30 WIB berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
parenteral dengan respon subyektif Ny. Y mengatakan bersedia untuk di periksa
kondisinya, respon obyektif terlihat kondisi Ny.Y sudah baik, Ny.Y di
pindahkan ke ruangan.
F. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian dilakukan
evaluasi pada hari jumat tanggal 9 April 2014 jam 23.05 WIB, dengan metode
SOAP yaitu masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (kontraksi), dengan subyektif Ny.Y mengatakan nyeri sudah tidak
terasa, Provocate/ paliatif : nyeri karena kontraksi, Quality : nyeri seperti
ditusuk-tusuk, Regio : nyeri pada bagian punggung bawah, Skala : skala nyeri 1,
Time : nyeri timbul sewaktu-waktu. Obyektif, Ny.Y terlihat lebih rileks, maka
masalah nyeri akut sudah teratasi dan intervensi dihentikan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 jam 23.15 WIB, dengan metode SOAP
yaitu masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan ancaman pada (status
kesehatan), dengan subyektif Ny.Y mengatakan sudah tidak takut dan sedikit
tenang setelah proses persalinan. Obyektif Ny.Y terlihat lebih rileks dan tenang,
maka masalah ansietas sudah teratasi dan intervensi dihentikan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 jam 23.25 WIB, dengan metode SOAP
yaitu masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(proses meneran), dengan subyektif Ny.Y mengatakan sudah tidak merasakan
kenceng-kenceng pada bagian perutnya. Obyektif Ny.Y terlihat lebih nyaman,
51
Ny.Y terlihat berbaring dan didampingi oleh suaminya, maka masalah nyeri akut
sudah teratasi dan intervensi dihentikan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 jam 23.35 WIB, dengan metode
SOAP yaitu masalah keperawatan keletihan berhubungan dengan fisiologis
(peningkatan kelemahan fisik), subyektif Ny. Y mengatakan masih merasa lelah.
Obyektif Ny. Y terlihat masih lemas, maka masalah keletihan belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan kaji adanya faktor penyebab kelelahan, monitor Ny.Y
akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan, bantu aktivitas seharihari sesuai dengan kebutuhan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 jam 23.40 WIB, dengan metode
SOAP masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif, subyektif Ny.Y mengatakan masih merasakan
lelah dan badan terasa lemas. Obyektif Ny.Y terlihat masih pucat, mukosa bibir
kering, masih mengeluarkan keringat dingin, maka masalah kekurangan volume
cairan belum teratasi dan intervensi dilanjutkan dengan tindakan monitor status
hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat), monitor vital sign, dorong
keluarga untuk membantu Ny.Y makan, kolaborasi pemberian cairan IV,
kolaborasi dengan dokter.
.
.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Pemberian Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Pada Asuhan Keperawatan Ny. Y Dengan
Persalinan Normal Kala I Fase Aktif yang sudah dilakukan penulis di Ruang VK
RSUD Sukoharjo pada tanggal 9 April 2014.
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).
Pengkajian dalam kasus ini dilaksanakan tanggal 9 April 2014 jam 17.05
WIB. Dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data dengan
menggunakan metode autoanamnesa yaitu pengkajian yang dilakukan secara
langsung kepada Ny.Y, alloanamnesa yaitu pengkajian yang melihat di dasarkan
data dalam status Ny.Y dan dari keluarga.
Pada kasus yang diambil oleh penulis didapatkan data pada kala I yaitu
Ny. Y mengatakan punggung bawah sangat nyeri dan perut terasa kenceng, nyeri
karena kontraksi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada punggung bawah, skala
nyeri 7, nyeri timbul sewaktu-waktu.
Nyeri ibu pada kala I persalinan tersebut disebabkan karena rangsang
nyeri pada ibu bersalin disebabkan karena tertekannya ujung saraf sewaktu
52
53
rahim berkontraksi dan terenggangnya rahim bagian bawah, vagina dan
perineum (Indrawan, dkk, 2013).
Nyeri merupakan hal yang disebabkan oleh ibu kala I persalinan karena
kontraksi uterus pada persalinan itu mempengaruhi kontraksi otot fisiologis yang
menimbulkan nyeri pada tubuh. Kontraksi ini merupakan kontraksi yang
involunter karena berada dibawah pengaruh saraf intrinsik, wanita tidak
memiliki kendali fisiologis terhadap frekuensi dan durasi (Sukarni dan Wahyu P,
2013).
Pada kasus Ny. Y didapatkan data bahwa Ny.Y mengalami kecemasan
karena takut dan cemas dalam menghadapi persalinan pertamanya. Ny.Y tampak
gelisah, raut wajah tampak tegang. Ansietas mungkin dapat terjadi pada nyeri
persalinan karena hubungan nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
suatu perasaan ansietas. Suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian
sistem limbic yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya
ansietas. Sistem limbic dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni
memperburuk atau menghilangkan nyeri (Potter&Perry, 2006).
Pada pengkajian kala II persalinan didapatkan data nyeri karena
kesakitan (proses meneran), Ny.Y tampak merintih kesakitan, berteriak-teriak,
menangis karena adanya proses meneran. Nyeri tersebut terjadi karena his
semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, Ny.Y merasa ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ny.Y merasakan makin meningkatnya
tekanan pada rectum dan/ atau vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan
54
stingter ani terlihat membuka, dan peningkatan lendir darah (Rohani, dkk,
2011).
Pada pengkajian kala III persalinan didapatkan data Ny. Y merasa sangat
lelah setelah mengeluarkan plasenta, Ny. Y tampak lemah dan pucat. Keletihan
tersebut disebabkan karena meningkatnya persepsi sensori. Rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan
koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang
menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan
tidur, maka persepsi nyeri bahkan terasa lebih berat lagi. Nyeri seringkali lebih
berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap dibanding
pada akhir hari yang melelahkan (Potter & Perry, 2006).
Pada pengkajian kala IV persalinan didapatkan data Ny. Y mengatakan
haus dan badan terasa lemas, mukosa bibir kering, Ny.Y tampak pucat, dan
keluar keringat dingin, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit,
pernafasan 22 kali/menit, suhu 36oC. Kekurangan volume cairan terjadi jika air
dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada dalam cairan
tubuh normal, sehingga resiko elektrolit serum terhadap air tetap sama. Hal ini
seharusnya tidak dikacaukan dengan istilah dehidrasi, yang mengacu pada
semata-mata hilangnya air dengan peningkatan kadar natrium serum (Potter &
Perry, 2006).
Menurut Kusuma, H dan Nurarif (2012) diagnosa keperawatan
merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan kondisi pasien yang
diobservasi di lapangan. Setelah penulis mendapatkan data-data dari pengkajian
55
Ny. Y tanggal 9 April 2014 jam 17.05 WIB, Penulis dapat merumuskan
beberapa diagnosa keperawatan. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan
oleh penulis dapat ditegakkan prioritas diagnosa keperawatan utama adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi).
Pada kala I penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang pertama
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi). Nyeri
akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam hal
kerusakan yang sedemikian rupa (International for the Study of pain), awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
(Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Batasan karakteristik nyeri akut antara lain : perubahan tekanan darah,
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera
makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri,
dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri
secara verbal (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Pada kala I penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu
ansietas berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan). Ansietas adalah
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons :
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan syarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
56
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
(Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Batasan karakteristik ansietas adalah penurunan produktivitas, gelisah,
mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup,
kesedihan yang mendalam, ketakutan, rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan, wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan,
gemetar (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Pada kala II penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang pertama
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran).
Nyeri
akut
adalah
pengalaman
sensorik
dan
emosional
yang
tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
gambaran dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (International for the
Study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
kurang dari 6 bulan. (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Batasan karakteristik nyeri akut antara lain : perubahan tekanan darah,
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera
makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri,
dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri
secara verbal (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Pada kala III penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang pertama
yaitu keletihan berhubungan dengan fisiologis (peningkatan kelemahan fisik).
57
Keletihan yaitu rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa
pada tingkat yang biasanya secara terus-menerus (Kusuma, H dan Nurarif,
2012).
Batasan karakteristik antara lain : kurang minat terhadap sekitar,
mengantuk, peningkatan keluhan fisik, peningkatan kebutuhan istirahat, kurang
energi,
lesu,
mengatakan
perasaan
lelah,
mengatakan
tidak
mampu
mempertahankan rutinitas yang biasanya.
Pada kala IV penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang pertama
yaitu resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif. Kekurangan volume cairan merupakan penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan/ atau intraseluler. Ini mampu mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan tanpa perubahan pada natrium (Kusuma, H dan Nurarif,
2012).
Batasan karakteristik resiko kekurangan volume cairan antara lain :
kehausan, kelelahan, perubahan status mental, penurunan turgor kulit dan lidah,
peningkatan tekanan darah, penurunan volume dan tekanan nadi, penurunan
berat badan yang tiba-tiba (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan.
Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Dari pernyataan tersebut
diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan,
kriteria diperkirakan atau diharapkan dan intervensi keperawatan (Andarmoyo,
2013).
58
Tujuan adalah pernyataan pasien dan perilaku keluarga yang dapat diukur
atau diobservasi. Tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu
tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat
(Dermawan, 2012).
Menurut Dermawan (2012), penulisan tujuan dan kriteria hasil
berdasarkan ”SMART” meliputi specific yaitu dimana tujuan harus spesifik dan
tidak menimbulkan arti ganda, measurable yaitu dimana tujuan keperawatan
harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku pasien (dapat dilihat, didengar,
dirasakan, dan dibau), achievable yaitu tujuan harus dapat dicapai, dan hasil
yang diharapkan, ditulis perawat, sebagai standar mengukur respon klien
terhadap asuhan keperawatan, reasonable/realistic yaitu dimana tujuan harus
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tujuan dan hasil yang diharapkan
singkat dan realistis dengan cepat memberikan klien dan perawat suatu rasa
pencapaian, time yaitu batas pencapaian harus dinyatakan dalam penulisan
kriteria hasil dan mempunyai batasan waktu yang jelas.
Dalam intervensi keperawatan ini, penulis akan membahas tentang
diagnosa pada kala I yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis (kontraksi). Tujuan dan kriteria hasil keperawatan ini adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan nyeri
dapat berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil yaitu mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
59
manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri).
Intervensi pada kala I yang pertama dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi) adalah kaji nyeri
P,Q,R,S,T secara komprehensif dengan rasional mengetahui kualitas nyeri yang
dirasakan Ny.Y, observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan dengan
rasional mengetahui skala nyeri, memonitor vital sign dan DJJ dengan rasional
untuk mengetahui keadaan umum dan denyut jantung janin, anjurkan Ny.Y
untuk miring ke kiri dengan rasional untuk mempercepat proses persalinan,
anjurkan tentang teknik non farmakologi (pemberian kompres hangat) dengan
rasional mengalihkan nyeri yang dirasakan Ny.Y, anjurkan Ny.Y untuk tarik
nafas panjang dengan rasional untuk mengurangi nyeri saat proses persalinan
berlangsung, kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik dengan rasional
untuk mengurangi nyeri persalinan kala I (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Intervensi keperawatan pada diagnosa kala I yang kedua yaitu ansietas
berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan), Tujuan dan kriteria hasil
keperawatan ini adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1
jam diharapkan ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu Ny.Y mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
cemas,
mengidentifikasi,
mengungkapkan, menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas, vital sign dalam
batas normal.
Intervensi keperawatan pada kala I yang kedua dengan diagnosa ansietas
berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan) adalah gunakan
60
pendekatan yang menenangkan dengan rasional membuka kepercayaan kepada
perawat, jelaskan upaya prosedur selama tindakan dengan rasional mengurangi
kecemasan Ny.Y, beri informasi tentang persiapan persalinan dengan rasional
membuka pengetahuan Ny.Y, observasi vital sign dengan rasional mengetahui
status kesehatan, beri dukungan dan support kepada Ny.Y dengan rasional
memotivasi dan mengontrol perasaan Ny.Y (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Intervensi keperawatan selanjutnya, penulis akan membahas tentang
diagnosa pada kala II yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis (proses meneran). Tujuan dan kriteria hasil keperawatan ini
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan
nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), skala nyeri berkurang 3 menjadi 1,
Ny.Y nyaman setelah nyeri berkurang, vital sign dalam batas normal.
Intervensi keperawatan pada kala II dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran) adalah kaji skala
nyeri P,Q,R,S,T dengan rasional mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan
Ny.Y, anjurkan Ny.Y untuk nafas panjang dengan rasional untuk mengurangi
nyeri, bimbing dan beri dukungan pada Ny.Y untuk meneran dengan rasional
untuk memudahkan dalam proses persalinan (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Intervensi keperawatan selanjutnya, penulis akan membahas tentang
diagnosa pada kala III yang pertama yaitu keletihan berhubungan dengan
fisiologis (peningkatan kelemahan fisik). Tujuan dan kriteria hasil keperawatan
61
ini adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam diharapkan
keletihan dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu menjelaskan penggunaan
energi untuk mengatasi kelelahan, kecemasan menurun, glukosa darah adekuat,
kualitas hidup meningkat, istirahat cukup, mempertahankan kemampuan untuk
berkosentrasi.
Intervensi keperawatan pada kala III dengan diagnosa keletihan
berhubungan dengan fisiologis (peningkatan kelemahan fisik) adalah kaji adanya
faktor yang menyebabkan kelelahan dengan rasional untuk mengetahui tingkat
kelelahan Ny.Y, monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat Ny.Y dengan
rasional memantau pola tidur Ny.Y agar tidak terjadi kelelahan, bantu aktivitas
sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dengan rasional untuk memudahkan dan
membantu Ny.Y dalam beraktivitas, monitor Ny.Y akan adanya kelelahan fisik
dan emosi secara berlebihan dengan rasional untuk mengetahui status kelelahan
Ny.Y dan tingkat emosi, konsultasai dengan ahli gizi untuk meningkatkan
asupan makanan yang berenergi tinggi dengan rasional agar kondisi Ny.Y pulih
dan stabil kembali (Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Intervensi keperawatan yang dirumuskan pada kala IV yang pertama
yaitu resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif. Tujuan dan kriteria hasil keperawatan ini adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan resiko kekurangan
volume cairan tidak terjadi dengan kriteria hasil yaitu mempertahankan urine
output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal, tidak ada tanda-tanda
62
dehidrasi, elastis turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
Intervensi keperawatan pada kala IV dengan diagnosa resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah monitor
status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat) dengan rasional
untuk mengetahui status hidrasi Ny.Y, monitor vital sign dengan rasional untuk
mengetahui keadaan umum Ny.Y, dorong masukkan oral dengan rasional untuk
menstabilkan kondisi Ny.Y, dorong keluarga untuk untuk membantu Ny.Y
makan dengan rasional agar Ny.Y mau makan, kolaborasi pemberian cairan IV
dengan rasional untuk menambah suplai cairan, kolaborasi dengan dokter
dengan rasional untuk mengetahui tindakan yang selanjutnya harus dilakukan
(Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien, merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperwatan (Dermawan, 2012).
Pada jam 17.15 WIB implementasi yang dilakukan pada kala I persalinan
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi) adalah
mengkaji nyeri P,Q,R,S,T, nyeri dibagian punggung bawah. Tujuan dilakukan
tindakan untuk mengetahui tingkat nyeri, karakteristik nyeri P : provocate,
tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya nyeri pada
penderita yang mengalami cidera termasuk menghubungkan antara nyeri yang
diderita dengan faktor psikoisnya. Q : quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu
yang subyektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan
63
nyeri dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau
superfisal, atau bahkan seperti digencet. R: region, untuk mengkaji lokasi,
tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukkan semua bagian/ daerah
yang dirasakan tidak nyaman. S: scale, tingkat keparahan merupakan hal yang
paling subyektif yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana
kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang
sifatnya kuantitas. T : time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi
dan rangkaian nyeri, perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa
lama menderita, seberapa sering kambuh (Iyer, Patricia 2005).
Pada pukul 17.30 WIB penulis mengajarkan posisi miring atau posisi
nyaman untuk Ny.Y. Pemberian atau pengaturan posisi sangatlah penting
membiarkan ibu bersalin untuk memilih posisi persalinan memiliki banyak
keuntungan, misalnya mengurangi rasa tidak nyaman, mengurangi trauma
perineum, dan menjadi lebih mudah meneran. Posisi juga merupakan salah satu
dasar yang mempengaruhi keutuhan perineum. Oleh karena itu, ibu bersalin
harus di perbolehkan memilih posisi mereka sendiri saat persalinan (Rohani, dkk
2011).
Pada pukul 17.45 WIB penulis memberikan teknik non farmakologis
pemberian kompres hangat selama 30 menit, tujuan dari kompres hangat ini
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan Ny. Y.
Pemberian teknik kompres hangat pada Ny.Y dengan keluhan nyeri ini
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Indrawan, dkk (2013) dengan
judul ”Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri
64
Persalinan Pada Primigraviada Inpartu Kala I Fase Aktif ”. Berdasarkan dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa dimana kompres hangat secara manual
dapat menurunkan nyeri persalinan kala I, dari hasil pengkajian didapatkan data
respon subyektif Ny.Y mengatakan bersedia diberikan kompres hangat, respon
obyektif Ny.Y tampak merasakan kompres hangat yang diberikan. Nyeri pada
persalinan kala I dengan skala 7 dan sesudah dilakukan tindakan pemberian
kompres hangat nyeri berkurang dengan skala 1.
Kompres hangat adalah suatu metode alternative non farmakologis untuk
mengurangi nyeri persalinan pada wanita inpartu kala I fase aktif yang
pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan air hangat
dengan suhu 37o-41oC kemudian menempatkannya pada punggung bagian
bawah Ny.Y dengan posisi miring kiri. Pemberian kompres hangat dilakukan
selama 30 menit, selanjutnya dilakukan pengukuran nyeri pada saat kontraksi
setelah 30 menit (Indrawan, dkk, 2013).
Selain jurnal Indrawan, dkk (2013) didukung juga jurnal Istiqomah
(2007) yang menyatakan bahwa, kompres panas adalah memberikan rasa hangat
pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk
melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang
peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi lancar, serta memberikan
ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres dilakukan pada
radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan. Pada
penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian kompres baik hangat
65
ataupun dingin sama-sama efektif untuk mengurangi nyeri pada klien yang
mengalami kontusio. Secara deskriptif, pemberian dengan kompres dingin
memberikan lebih banyak perubahan skala nyeri dari pada kompres hangat.
Kedua jurnal diatas didukung juga jurnal Manurung, dkk (2011) yaitu
Teknik kompres hangat selama proses persalinan dapat mempertahankan
komponen sistem vaskuler dalam keadaan vasodilatasi sehingga sirkulasi darah
ke otot panggul menjadi homeostatis serta dapat mengurangi kecemasan dan
ketakutan serta beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan 6,7 terapi
kompres hangat telah terbukti meningkatkan kemampuan ibu untuk mentoleransi
nyeri selama melahirkan karena efek dari panas. Terapis fisik dan profesional
kesehatan lainnya telah menggunakan terapi hangat untuk mengurangi berbagai
bentuk rasa sakit kronis. Pengompresan di daerah sakrum ibu (punggung bawah)
dapat mengurangi nyeri persalinan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kompres hangat efektif dilakukan selama proses persalinan dan merupakan
tindakan umum untuk mengatasi nyeri.
Menurut Varney (2007), kompres air hangat yang diberikan pada
punggung bawah wanita di area tempat kepala janin menekan tulang belakang
akan mengurangi nyeri, panas akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut
sehingga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan . Panas
dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik,
lampu, kompres hangat kering dan lembab) atau konversi (Ultrasonografi,
diatermi).
66
Nyeri akibat spasme otot berespons baik terhadap panas, karena panas
melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. Panas
meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti
bradikinin, histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan nyeri lokal.
Panas juga merangsang serat saraf yang menutup gerbang nyeri kemudian
tranmisi implus nyeri ke medula spinalis dan otak dapat dihambat sehingga ini
akan memberikan rasa nyaman di saat ibu akan melahirkan anaknya (Potter &
Perry, 2005).
Pada pukul 18.15 WIB penulis mengajarkan untuk relaksasi nafas
panjang. Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama, pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas
dengan perlahan dan nyaman. Nafas yang lambat, berirama, juga dapat
digunakan sebagai teknik distraksi (Andarmoyo, 2013).
Berdasarkan diagnosa ansietas tindakan keperawatan pada kala I yang
dilakukan pada tanggal 9 April 2014 jam 20.00 WIB adalah memberikan
pendekatan yang menenangkan, menjelaskan semua prosedur selama tindakan,
mengobservasi vital sign, memberikan dukungan dan support kepada Ny.Y.
Berdasarkan diagnosa nyeri akut tindakan keperawatan pada kala II yang
dilakukan jam 21.00 WIB adalah mengobservasi skala nyeri P,Q,R,S,T,
menganjurkan Ny.Y untuk nafas panjang, membimbing Ny.Y untuk meneran
saat kenceng-kenceng, membimbing Ny.Y untuk meneran dengan kuat
67
Berdasarkan diagnosa keletihan tindakan keperawatan pada kala III
dilakukan jam 22.05 WIB adalah mengkaji faktor yang menyebabkan kelelahan,
memonitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat, membantu aktivitas
sehari-hari sesuai dengan kebutuhan, berkolaborasi dalam pemberian asupan
makanan yang berenergi tinggi.
Tindakan keperawatan pada kala IV selanjutnya berdasarkan diagnosa
resiko kekurangan volume cairan kala IV jam 23.05 WIB adalah, memonitor
status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat ), mendorong
keluarga untuk membantu Ny.Y makan, memberikan cairan parenteral,
berkolaborasi dengan dokter.
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku
klien yang tampil (Deden, 2012 : 128).
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan
dengan SOAP, subjective, objective, analisa, planning (Deden, 2012 : 136).
Evaluasi yang diterapkan dalam proses asuhan keperawatan yang
diberikan pada Ny. Y ini dilakukan dalam bentuk catatan perkembangan, dengan
membandingkan tujuan yang ingin dicapai dan kenyataan yang ada secara
obyektif serta rasional.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 masalah keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi), dengan subyektif Ny.Y
mengatakan nyeri sudah tidak terasa, Provocate/ paliatif : nyeri karena
68
kontraksi, Quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk, Regio : nyeri pada bagian
punggung bawah, Skala : skala nyeri 1, Time : nyeri timbul sewaktu-waktu.
Obyektif, Ny.Y terlihat lebih rileks, maka masalah nyeri akut sudah teratasi dan
intervensi dihentikan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 masalah keperawatan ansietas
berhubungan dengan ancaman pada (status kesehatan), dengan subyektif Ny.Y
mengatakan sudah lega dan sedikit tenang. Obyektif Ny.Y terlihat lebih rileks
dan tenang, maka masalah ansietas sudah teratasi dan intervensi dihentikan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 masalah keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (proses meneran), subyektif Ny.Y
mengatakan sudah tidak merasakan kenceng-kenceng pada bagian perutnya.
Obyektif Ny.Y terlihat lebih nyaman, Ny.Y terlihat berbaring dan didampingi
oleh suaminya, maka masalah nyeri akut sudah teratasi dan intervensi
dihentikan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 masalah keperawatan keletihan
berhubungan dengan fisiologis (peningkatan kelemahan fisik), subyektif Ny. Y
mengatakan masih sangat lelah. Obyektif Ny. Y terlihat masih lemah, maka
masalah keletihan belum teratasi dan intervensi dilanjutkan kaji adanya faktor
penyebab keletihan, monitor Ny.Y akan adanya kelemahan fisik dan emosi
secara berlebihan, bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan.
Evaluasi pada tanggal 9 April 2014 masalah keperawatan resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
subyektif Ny.Y mengatakan masih merasakan lelah dan badan terasa lemas.
Obyektif Ny.Y terlihat masih pucat, mukosa bibir kering, masih mengeluarkan
69
keringat dingin, maka masalah resiko kekurangan volume cairan belum teratasi
dan intervensi dilanjutkan dengan tindakan monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat), monitor vital sign, dorong keluarga untuk
membantu Ny.Y makan, kolaborasi pemberian cairan IV, kolaborasi dengan
dokter.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi tentang pemberian kompres hangat terhadap
penurunan nyeri pada asuhan keperawatan Ny. Y dengan persalinan normal di
ruang VK Sukoharjo maka dapat ditarik kesimpulan :
a. Pengkajian kala I, pada nyeri dirasakan Ny.Y didapatkan data
subyektif Ny.Y mengatakan bagian punggunng bawah sangat nyeri,
perut terasa kenceng, nyeri diperberat karena adanya kontraksi, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri dibagian punggung bawah, skala nyeri 7,
nyeri timbul sewaktu-waktu, data obyektif ditandai dengan Ny.Y
tampak meringis menahan nyeri dan memegangi punggung bagian
bawah, Ny.Y juga melaporkan adanya nyeri diperut, dan
menunjukkan daerah yang sakit.
b. Diagnosa
Dari data pengkajian penulis merumuskan prioritas diagnosa
keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (kontraksi).
70
71
c. Intervensi
Intervensi yang dibuat oleh penulis intervensi atau rencana
tindakan keperawatan yaitu :
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi),
tindakan keperawatan yang akan dilakukan kaji nyeri P,Q,R,S,T
secara komprehensif dengan rasional mengetahui kualitas nyeri yang
dirasakan Ny.Y, observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
dengan rasional mengetahui skala nyeri, memonitor vital sign dan
DJJ dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum dan denyut
jantung janin, anjurkan Ny.Y untuk miring ke kiri dengan rasional
untuk mempercepat proses persalinan, anjurkan tentang teknik non
farmakologis
(pemberian
kompres
hangat)
dengan
rasional
mengalihkan nyeri yang dirasakan Ny.Y, anjurkan Ny.Y untuk tarik
nafas panjang dengan rasional untuk mengurangi nyeri saat proses
persalinan
berlansung,
kolaborasi
dengan
dokter
pemberian
analgesik dengan rasional untuk mengurangi nyeri persalinan kala I
(Kusuma, H dan Nurarif, 2012).
d. Implementasi
Implementasi yang dilakukan penulis antara lain : melakukan
pengkajian nyeri (P,Q,R,S,T), memonitor vital sign, menganjurkan
Ny.Y untuk miring kekiri, memberikan teknik non farmakologis
(kompres hangat), menganjurkan Ny.Y untuk tarik nafas panjang.
72
e. Evaluasi
Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (kontraksi) pada Ny. Y selama 1 hari
teratasi, masalah nyeri akut teratasi sehingga intervensi dihentikan.
f. Analisis
Disini penulis dapat menganalisis bahwa pemberian kompres
hangat pada punggung bagian bawah terbukti secara signifikan dapat
menurunkan nyeri persalinan primigravida inpartu kala I fase aktif
pada Ny.Y dengan nyeri persalinan pada kala I dengan skala 7 dan
sesudah dilakukan tindakan pemberian kompres hangat nyeri
berkurang dengan skala 1.
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.Y dengan
persalinan normal kala I penulis akan memberikan usulan dan masukan yang
positif khususnya di bidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun
dengan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien yang
mengalami nyeri pada persalinan kala I.
73
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Hendaknya
para
perawat
memiliki
tanggung
jawab
dan
ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan
yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan khusunya pada pasien
persalinan normal kala I, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain
mampu membantu dalam kesembuhan pasien serta memenuhi kebutuhan
dasarnaya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat profesional, terampil,
inovatif dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.
4. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pembaca untuk
sarana dan prasarana dalam pengembangan ilmu keperawatan, diharapkan
setelah pembaca membaca Karya Tulis Ilmiah ini dapat mengetahui
tentang Persalinan normal kala I fase aktif dan menjadi acuan atau ada
sebuah penelitian untuk kasus ini.
5. Bagi Penulis
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya
pada pasien dengan persalinan normal kala I fase aktif.
74
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz
Media. Yogyakarta
Bandiyah, Siti. 2009. Kehamilan Persalinan dan Gangguan Kehamilan. Nuha
Medika. Yogyakarta
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan. Goryen Publishing. Yogyakarta
Herman, Heather. 2009-2011. Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan. Buku
Kedokteran. Jakarta.
Indrawan A, dkk. 2013. Efektivitas Pemberian Kompres Hangat terhadap
Penurunan Nyeri Persalinan Fisiologis Pada Primigravida Inpartu Kala I
FaseAktif.http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kebidanan/Majala
Melsa%20Oktavia_105070600111043.pdf. Diakses tanggal 8 April 2014.
Istiqomah, 2007. Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan
Skala
Nyeri
Pada
Klien
Kontusio
di
RSUD
Sleman.
http://p3m.amikom.ac.id/p3m/85%20%20PENGARUH%20TEKNIK%20PEMBERIAN%20KOMPRES%20TE
RHADAP%20PERUBAHAN%20SKALA%20NYERI%20PADA%20KL
IEN%20KONTUSIO%20di%20RSUD%20SLEMAN.pdf. Diakses tanggal
4 Mei 2014.
Iyer, Petricia. 2005. Dokumentasi Keperawatan. EGC. Jakarta.
JNPK-KR, 2007 dalam Rukiyah, 2009. Asuhan Kebidanan II. CV.Trans Info
Medika. Jakarta
Judha, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika.
Yogyakarta
Nurarif dan Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan North American Nursing Diagnosa Keperawatan
(NANDA). Jilid 2. Mediaction publishing.Yogyakarta.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan volume 1. EGC. Jakarta
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Pesalinan. Salemba Medika.
Jakarta
75
Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). CV. Trans Info Media.
Jakarta
Simkin, P dan Ancheta, R. 2005. Buku Saku Persalinan. EGC. Jakarta
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Fitramaya. Yogyakarta
Sukarni, I dan Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Nuha
Medika. Yogyakarta
Suryani Manurung, dkk, 2012. Perubahan Skala Nyeri Persalinan Pada Klien
Primigravida.http://poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/79JURNAL_SU
RYANI.pdf. Diakses tanggal 3 Mei 2014
Tamsuri, dkk. 2011. Faktor-faktor Yang Berperan Meningkatnya Angka Kematian
Ibu dan Anak. Fakultas Keperawatan. Universitas Sumatra Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/1234568789/27176. diakses tanggal 12
Mei 2014.
Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta
Wilkinson. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC. Jakarta
Download