AKSI PUASA PEMBANGUNAN (Oleh: Tri

advertisement
AKSI PUASA PEMBANGUNAN
(Oleh: Tri Sujarwadi)
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,” (Mat 6:17)
Pada hari Rabu, 18 Februari 2015, umat katolik seluruh dunia memulai retret agung selama 40 hari. Pada
hari itu, yang disebut dengan hari “Rabu Abu”, umat katolik menerima abu di dahi atau di kepala sebagai tanda
pertobatan dengan kata-kata dari pemberi abu: “bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15) atau “Ingatlah,
kita ini abu dan akan kembali menjadi abu”. Penerimaan abu ini juga menandai dimulainya masa pra-paskah atau
masa puasa dan pantang yang berlangsung sampai dengan Jumat Agung, dimana Gereja memperingati sengsara dan
wafat Kristus (Isa Al-Masih).
Puasa dan pantang adalah salah satu bentuk ungkapan pertobatan. Manifestasi pertobatan sendiri bisa dalam
berbagai bentuk dengan meningkatkan olah rohani seperti retret-rekoleksi, berziarah, memperbanyak doa dan
devosi, mengintensifkan pendalaman Kitab Suci atau bacaan rohani, melakukan derma dan amal kasih, selain –tentu
saja, tindakan mati raga dalam bentuk pusa dan patang. Dalam hal berpuasa Yesus menegaskan supaya jangan
malah menjadi bentuk kesombongan rohani atau kemunafikan. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram
mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang
berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau
berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang
berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu. " (Mat 6:16-18)
Arti Puasa dan Pantang.
Puasa adalah tindakan sukarela tidak makan atau tidak minum seluruhnya, yang berarti sama sekali tidak
makan atau minum apapun atau sebagian, yang berarti mengurangi makan atau minum. Secara kejiwaan, berpuasa
memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian waktu bersemadi dan berdoa. Puasa juga dapat
merupakan korban atau persembahan. Puasa pantas disebut doa dengan tubuh, karena dengan berpuasa orang
menata hidup dan tingkah laku rohaninya. Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan
kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia
Tuhan. Demikianlah orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa
lampau. Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa
membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk
mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan. Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan
dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan (APP).
Semangat yang sama berlaku juga untuk laku pantang. Maka bukan semangat puasa dan pantang Katolik
jika berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan
minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu. Demikian juga bukan semangat Katolik jika
berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.
Buah Pertobatan
Selama masa Pra-Paskah Gereja menyerukan agar semangat tobat yang secara khusus dijalani berbuah. Dan
buah pertobatan itu orientasinya ke luar, altruis, bukan hanya ke dalam, egois. Hal ini sangat jelas dalam Yesaya 58:
6-10: “…Berpuasa yang Kukehendaki , ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan
melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya
engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya
rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak
menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan
lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan
belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak
minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak
lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang
kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan
kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.”
Kalau kita melakukan amanat itu dalam masa puasa ini maka Sabda itu tergenapi dan nyata dalam hidup
kita. Dengan demikian sabda Yesus dalam Lukas 4:21 sungguh bergema indah "…Pada hari ini genaplah nas ini
sewaktu kamu mendengarnya." Untuk mengaktualkan Sabda Tuhan tentang pertobatan kaitannya dengan Puasa dan
Pantang, Gereja menetapkan Aksi Puasa Pembangunan (APP).
Sejauh manakah APP telah ikut menggalang penghayatan sikap tobat umat pada masa Prapaskah, menuju
pertobatan sejati khususnya dalam gerakan-gerakan solidaritas dan membangun kebersamaan dengan saling
percaya menuju perubahan sosial? Sejauh manakah APP telah memberikan kontribusi terjadinya tata kelola
kehidupan umat bersama masyarakat yang mengarah kepada pengembangan dan pembangunan sosial ekonomi
mereka? Sejauh manakah APP telah ikut berperan menghantar umat di dalam mencari dan menemukan gambaran
Gereja yang dicita-citakan, yaitu gambaran Gereja di tengah-tengah masyarakat Indonesia? Sejauh manakah APP
sampai sekarang ini telah ikut berperan dalam mengumatkan/masyarakatkan pandangan-pandangan Ajaran Sosial
Gereja, pandangan-pandangan Gereja Katolik Indonesia?
Untuk membantu perwujudan buah pertobatan, maka Gereja menetapkan tema utama untuk lima tahunan.
Tema lima tahunan kali ini (2012-2016) adalah “Mewujudkan Hidup Sejahtera” yang dijabarkan dalam tema
setiap tahun sebagai berikut :
2012: PANGGILAN HIDUP DAN TANGGUNGJAWAB:
Ajakan untuk menyadari bahwa persatuan dirinya dengan Tuhan dan sesama serta seluruh alam ciptaanNya
merupakan panggilan hidup dan tanggungjawab sebagai mitra kerja Allah dalam menciptakan dan memperjuangkan
kesejahteraan bersama.
2013: MENGHARGAI KERJA: KERJA ITU ANUGERAH:
Ajakan untuk menyadari bahwa Allah menghendaki kita bekerja demi hidup kita dan sesama sehingga bekerja itu
adalah anugerah. Segala sesuatu yang telah dikerjakan merupakan perwujudan dari kebaikan Allah kepada manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidup demi kesejahteraan hidup diri sendiri dan bersama sesamanya.
2014: BELAJAR SEPANJANG HIDUP (DALAM PEKERJAAN):
Ajakan untuk menyadari bahwa seluruh perjalanan hidupnya merupakan proses pembelajaran menuju pencapaian
kesejahteraan hidup bagi diri sendiri maupun generasi mendatang secara berkelanjutan (dan proses menggapai
kesucian diri)
2015: POLA HIDUP SEHAT DAN BERKECUKUPAN:
Ajakan untuk menyadari bahwa dalam mencapai kesejahteraan hidup perlu upaya peningkatan kesehatan rohani
secara menyeluruh, tidak berlebih-lebihan dan boros tetapi tetap dengan kuantitas dan kualitas yang berkecukupan
2016: HIDUP PANTANG MENYERAH: TEKUN, ULET DAN SABAR:
Ajakan untuk menyadari bahwa perjalanan usaha dan karya untuk mencapai kesejahteraan hidup yang berkelanjutan
menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, karena itu diperlukan semangat hidup yang pantang menyerah :
tekun, ulet dan sabar.
Penutup
Pertobatan adalah proses sepanjang hidup. Hendaklah kita gunakan waktu-waktu yang dikhususkan bagi
pertobatan untuk menuju kesempurnaan. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna” (Mat 5:48). Selamat ber-APP.
(Penulis adalah Penyuluh Agama Katolik Kabupaten Deli Serdang)
Download