APLIKASI PUPUK DAUN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BIBIT MIMBA ASAL CABUTAN DI PERSEMAIAN Application of Foliar Fertilizer to Accelerate Seedlings Growth of Neem from Bare Root in The Nursery Asep Rohandi1 dan Gunawan2 1,2 Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar km 4, Ciamis 46201, Telp 0265771352, Fax 0265775866 Email: [email protected] Naskah Diterima 17 Desember 2013, Naskah disetujui 28 November 2014 ABSTRACT Neem (Azadirachta indica) is one of multipurpose species that potential enough to be developed. The research aimed to know affect both dosage and spraying intensity of foliar fertilizer to growth bare root seedling of neem. Experimental design was used factorial 4 x 4 in completelly random design (CRD) with 3 reflications. That factors consist of fertilizer dosage (without spraying/control, 4, 6 and 8/liter) and spraying intensity (every 1, 2, 3 and 4 weeks). The parameters of growth observaton were diameter, height and number of leaf of neem seedlings. Research result showed that dosage and spraying intensity of foliar fertilizer were significant affect to diameter growth, but did not significant different on height and number of leaf. Foliar dosage was strongly affect and became the single factor affecting the growth of neem bare root seedlings up to 3 month ages. Spraying with dossage 6 gram/liter and intensity every 4 weeks can increase diameter growth of neem seedlings 0.138 mm, so that this method can be applied to support succcessful in the nursery. Keywords: Bare root seedling, foliar fertilizer dosage, spraying intensity, neem ABSTRAK Mimba (Azadirachta indica) merupakan salah satu jenis tanaman serbaguna yang cukup potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini memiliki banyak kegunaan, selain berpotensi sebagai pestisida nabati, hampir semua bagian tanaman mimba bermanfaat bagi manusia, pertanian, kesehatan, hewan peliharaan dan lingkungan hidup. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis dan intensitas penyemprotan pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit mimba asal cabutan di persemaian. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 4 x 4 dengan 3 kali ulangan. Faktor-faktor tersebut meliputi dosis pupuk (tanpa penyemprotan/kontrol, 4, 6 dan 8 gram/liter) dan intensitas penyemprotan (setiap 1, 2, 3 dan 4 minggu). Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi diameter, tinggi dan jumlah daun bibit mimba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi dosis dan intensitas penyemprotan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun bibit mimba asal cabutan. Dosis pupuk berpengaruh kuat dan menjadi faktor tunggal yang mempengaruhi pertumbuhan bibit mimba asal cabutan sampai umur 3 bulan. Penyemprotan dengan dosis 6 gram/liter dengan intensitas setiap 4 minggu meningkatkan diameter bibit mimba sebesar 0,138 mm sehingga cara tersebut dapat diaplikasikan untuk menunjang keberhasilan di persemaian. Kata kunci: Bibit cabutan, dosis, intensitas penyemprotan, mimba, pupuk daun I. PENDAHULUAN Pembangunan hutan rakyat merupakan suatu usaha yang sangat strategis karena memiliki berbagai manfaat baik dari aspek ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Pengembangan hutan rakyat antara lain bertujuan untuk ketahanan pangan masyarakat sekitar hutan sebagai sumber pendapatan utamanya dan hasil kayu untuk mendukung industri perkayuan di Indonesia. Indikator utama keberhasilan penyeleggaraan hutan 95 Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105) rakyat adalah tercapainya manfaat ekonomi bersih yang optimal bagi kelompok masyarakat di sekitar hutan dan terkelolanya hutan secara lestari (Darusman dan Wijayanto, 2007). Salah satu jenis yang potensial dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai tanaman hutan rakyat adalah mimba (A. indica). Tanaman ini memiliki banyak kegunaan, selain berpotensi sebagai pestisida nabati, hampir semua bagian tanaman mimba bermanfaat bagi manusia, pertanian, kesehatan, hewan peliharaan dan lingkungan hidup. Selain itu,tanaman mimba juga relatif mudah dan mampu tumbuh pada berbagai tipe tanah, daerah yang kurang subur, musim kering yang lama, dan curah hujan yang sedikit. Berdasarkan potensi tersebut, maka tanaman mimba mempunyai prospek yang cukup baik sebagai alternatif dalam pemilihan jenis untuk pengembangan hutan rakyat . Mimba merupakan jenis tanaman serbaguna, selain memiliki potensi sebagai pestisida nabati, tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, minyak sabun, parfum, shampo, pasta gigi, lilin, konservasi dan lain-lain. Manfaat tanaman mimba sebagai tanaman konservasi karena memiliki struktur akar yang sering menyamai tinggi pohon menjadikan tanaman ini sebagai penahan air dan tanah sehingga dapat mengantisipasi erosi dan kekeringan. Tanaman mimba juga relatif mudah tumbuh dan mudah perawatannya karena mampu tumbuh pada daerah yang kurang subur, pada lokasi dengan berbagai tipe tanah, musim kering yang lama, dan curah hujan yang sedikit. Dengan demikian tanaman mimba mampu menjadi tanaman pionir di lahan kering (Joker, 2001; Pramono, 2003; Ade, 2005) sehingga cocok untuk dikembangkan menjadi tanaman rehabilitasi di lahan-lahan marjinal. Keberhasilan penanaman jenis hutan rakyat masih mengalami beberapa hambatan, diantaranya dari aspek perbenihan yaitu masih sulitnya mendapatkan bibit dengan jumlah/kuantitas yang cukup serta informasi teknologi penanganan benih yang 96 masih sangat terbatas. Hal tersebut merupakan bagian kecil dari beberapa rangkaian kegiatan penanaman, tetapi tidak bisa diabaikan karena akan berpengaruh terhadap kualitas tegakan di lapangan. Perbanyakan tanaman mimba dapat dilakukan secara generatif ataupun vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif banyak mengalami hambatan karena benih mimba bersifat rekalsitran (tidak dapat disimpan lama). Hal tersebut dapat ditanggulangi diantaranya melalui pemanfaatan bahan tanaman/bibit asal cabutan. Palemba et al. (2012) menjelaskan bahwa bibit yang bermutu dan berkualitas dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang yang besar dan jumlah daun yang banyak. Salah satu usaha yang perlu dilakukan untuk menghasilkan bibit berkualitas diantaranya melalui aplikasi/pengguanaan pupuk daun di persemaian. Pemberian pupuk lewat daun mempunyai beberapa keuntungan antara lain : 1) Pupuk yang diberikan lewat tanah tidak seluruhnya mencapai akar tanaman karena adanya beberapa kedala, baik dari sifat kimia pupuk maupun sifat tanah, 2) Kelarutannya lebih baik dibanding pupuk akar sehingga cepat dan mudah diserap oleh tanaman, 3) Pemberiannya dapat lebih merata dan 4) Kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman (Rahman, 2009; Meliantari, 2011). Selain itu, pupuk daun mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat menunjang pertumbuhan dalam fase vegetatif (Palemba et al., 2012). Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efisien adalah dengan menyemprotkan larutan pupuk pada daun dengan dosis yang tepat sesuai kebutuhan tanaman (Anonim, 2006; Tabri, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis dan intensitas penyemprotan pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit mimba asal cabutan di persemaian. Hasil dari kegiatan ini diharapkan akan diketahui cara penyemprotan yang paling efektif dan efisien pada bibit bibit mimba asal cabutan untuk mendukung penyediaan bibit mimba untuk berbagai program penanaman. Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani) II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca dan Persemaian Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) Ciamis. Sementara, pengambilan bibit mimba (A. indica) dilakukan dari Subang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2009. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah bibit mimba (A.indica) asal cabutan yang diambil pada bulan Pebruari 2009 dari Subang, Bawa Barat. Bahan lainnya adalah pupuk daun yang merupakan pupuk lengkap dengan komposisi bahan aktif sebagai berikut: nitrogen 20%, fosfor 15%, kalium 15%, magnesium 1% dan dilengkapi dengan unsur-unsur mangan (Mn), boron (B), tembaga (Cu), kobal (Co), seng (Zn), serta vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti aneurine, lactoflavine dan amid. Selain itu, digunakan juga bahan-bahan seperti pasir, tanah, kompos, bambu, serbuk gergaji, sekam padi, kardus, pupuk kandang, plastik, polibag. Alat yang digunakan meliputi: timbangan, sprayer, cangkul, kaliper dan alat tulis. C. Metode Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan dimulai dengan pengambilan semai mimba. Semai diambil dari bawah tegakan mimba yang diseleksi terlebih dahulu, dimana semai yang berukuran seragam seraca fisik dan sehat dipilih sebagai bahan penelitian. Semai dikemas dalam pelepah pisang yang kemudian diangkut ke persemaian. Sebelum diberi perlakuan, untuk sementara semai ditanam dan dipelihara dalam tanah sampai kelihatan segar. Penyapihan dilakukan setelah semai ditanam sementara sekitar 1 minggu. Semai tersebut ditanam pada polibag yang telah diisi media yaitu campuran tanah, kompos dan sekam padi (1:1:1). Semai dalam polibag kemudian ditempatkan di bawah shading net (70%) sesuai yang disusun dengan rancangan perlakuan yang akan diberikan. Penyemprotan pada bibit dilakukan mulai umur 1 minggu setelah penyapihan. Pupuk daun Gandasil-D dilarutkan oleh air dengan dosis sesuai perlakuan. Bibit mimba dalam polibag dan telah diberi perlakuan, kemudian dipelihara secara rutin meliputi pembersihan gulma dan penyiraman yang dilakukan setiap 2 kali sehari atau sesuai kondisi kelembaban di persemaian. D. Rancangan percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (4 x 4) dengan 3 kali ulangan. Jumlah satuan percobaan adalah 9 semai sehingga secara keseluruhan jumlah semai yang diamati adalah 432 semai. Faktor A merupakan dosis penyemprotan Gandasil yang terdiri dari: Faktor A adalah dosis penyemprotan yang meliputi: A1 = tanpa penyemprotan, A2 = 4 gram/liter air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/ liter air. Faktor B adalah intensitas penyemprotan, yang terdiri dari: B1 = setiap 1 minggu, B2 = setiap 2 minggu, B3 = setiap 3 minggu dan B4 = setiap 4 minggu. Penyemprotan pupuk daun dilakukan sampai bibit berumur 3 bulan. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari (09.00-10.00 WIB) dengan menggunakan semprotan (sprayer) kecil. Pada saat penyemprotan tanaman dibatasi/ dihalangi dengan kardus berbentuk segi empat sesuai dengan perlakuan masingmasing untuk menghindari terjadinya bias akibat kesalahan dalam penyemprotan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi bibit, diameter bibit dan jumlah daun. Setiap parameter diukur pada umur 1 bulan sampai 3 bulan. E. Analisa Data Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam/Anova. Apabila hasil uji F yang dihasilkan dari analisis ragam berpengaruh nyata terhadap 97 Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105) suatu parameter maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan (Steel and Torrie, 1993). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan pertumbuhan bibit mimba (A. indica) asal cabutan dilakukan selama 3 bulan. Hasil analisa ragam pengaruh dosis dan intensitas penyemprotan pupuk daun Gandasil-D terhadap pertumbuhan (pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun) semai mimba asal cabutan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Sementara itu, intensitas penyemprotan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan semai mimba asal cabutan yang diamati sampai umur 3 bulan. Interaksi antara dosis pupuk daun dengan intensitas penyemprotan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi dan jumlah daun, tetapi berpengaruh nyata terhadap diameter bibit mimba. a. Diameter Semai Hasil pengamatan sampai umur 3 bulan menunjukkaan bahwa perbedaan intensitas penyemprotan pupuk daun Gandasil-D ber- pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai apabila dikombinasikan dengan dosis penyemprotan (Tabel 1). Sementara itu, dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai dengan atau tanpa dikombinasikan dengan intensitas penyemprotan, sehingga dosis pupuk menjadi faktor tunggal yang mempengaruhi pertumbuhan diameter semai. Diameter semai terbesar pada umur 3 bulan dicapai pada perlakuan tanpa penyemprotan dengan diameter sebesar 3,4 mm yaitu terjadi peningkatan diameter sebesar 0,138 mm. Sementara itu, diameter terkecil ditunjukkan pada bibit yang disemprot perlakuan penyemprotan dosis 8 gram/liter dan intensitas penyemprotan setiap 1 minggu (A4B1) dan 2 minggu (A4B2) dengan ratarata diameter masing-masing sebesar 0,28 mm. Masing-masing perlakuan mengalami penambahan diameter sebesar 0,078 mm dibandingkan diameter awal semai sebelum perlakuan (Tabel 2). b. Tinggi Semai Data pengamatan pertumbuhan tinggi semai mimba sampai umur 3 bulan dengan berbagai perlakuan penyemprotan menunjukkan bahwa dosis pupuk berpengaruh nyata, sedangkan intensitas penyemprotan dan interaksinya menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit mimba asal cabutan. Pada Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam beberapa parameter pertumbuhan semai mimba (A. indica) Table 1. Summary of the analysis of variance on the growth characteristics of neem (A. indica) seedlings Parameter pertumbuhan / Growth parameters Media /Media Dosis pupuk daun / Dosage of foliar fertilizer Intensitas penyemprotan / Spraying intensity Interaksi / Interaction Δ Tinggi / Δ Diameter / Δ Jumlah Daun / Height Diameter Number of Leaf 121.272 * 40.126 ns 60.239 ns 0.016 * 0.004 ns 0.007 * 100.858* 38.881 ns 22.651 ns Keterangan (Remarks): ** : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99% (very significant at 95% confident level) * : Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (significant at 95% confident level) ns : Tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (not significant at 95% confident level) 98 Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani) Rata-rata pertumbuhan diameter semai mimba (A. indica) sampai umur 3 Bulan pada berbagai perlakuan penyemprotan Table 2. Average diameter growth of neem seedlings on several spraying treatments up to 3month old Tabel 2. No Perlakuan (Treatment) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. A1B1 A1B2 A1 B3 A1 B4 A2 B1 A2 B2 A2 B3 A2 B4 A3 B1 A3 B2 A3 B3 A3 B4 A4 B1 A4 B2 A4 B3 A4 B4 Rata-rata diameter (mm) pada umur ke(Average diameter up to) 1 Bulan (One month) 2 Bulan (Two month) 0.19 0.21 0.19 0.21 0.20 0.21 0.22 0.21 0.21 0.21 0.21 0.19 0.19 0.19 0.20 0.20 0.23 0.25 0.22 0.23 0.25 0.23 0.23 0.23 0.23 0.24 0.24 0.24 0.23 0.25 0.22 0.24 3 Bulan (Three month) 0.29 0.34 0.29 0.31 0.32 0.33 0.31 0.31 0.32 0.31 0.31 0.31 0.28 0.28 0.29 0.31 Δ D iameter (Diameter) (0-3 bulan) / (0-3 month) 0.09 de 0.14 a 0.09 de 0.11 abcd 0.12 abc 0.13 ab 0.11 abcd 0.11 abcd 0.12 abc 0.11 abcd 0.11 abcd 0.11 abcd 0.08 e 0.08 e 0.09 cde 0.11 abcd Keterangan (Remarks): Faktor A adalah dosis penyemprotan yang meliputi : A1 = tanpa penyemprotan, A2 = 4 gram/liter air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/liter air. Faktor B adalah intensitas penyemprotan, yang terdiri dari : B1 = setiap 1 minggu, B2 = setiap 2 minggu, B3 = setiap 3 minggu dan B4 = setiap 4 minggu Angka-angka yang secara horizontal diikuti oleh huruf sama tidak saling berbeda nyata pada taraf 0,01 hasil uji jarak berganda Duncan (Figures followed horizontally by the same letters are not significantly different in accordance with the results of the 0,01 levels Duncan's multiple range test) : a>b>c>c>d umur 3 bulan, rata-rata tinggi bibit berkisar antara 13,91-20,81 cm dengan pertambahan tinggi antara antara 5,047-11,955 cm. Ratarata tinggi semai umur 1-3 bulan dan pertumbuhan tinggi semai sampai umur 3 bulan disajikan pada Tabel 3. daun antara 2,723-7,549 helai daun. Ratarata jumlah daun pada setiap bulan dan pertambahan jumlah daun sampai akhir pengamatan selengkapnya dicantumkan pada Tabel 4. B. Pembahasan c. Jumlah Daun Pengaruh perlakuan penyemprotan pupuk daun Gandasil D terhadap parameter jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun, sedangkan intensitas penyemprotan dan interaksinya belum menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Rata-rata jumlah daun pada akhir pengamatan (umur 3 bulan) berkisar antara 7,4413,00 helai dengan pertambahan jumlah Hasil analisis ragam (Tabel 1) memperlihatkan bahwa dosis penyemprotan berpengaruh terhadap semua parameter pertumbuhan. Berpengaruhnya perbedaan dosis penyemprotan terhadap parameter pertumbuhan semai yang diamati disebabkan oleh konsentrasi pupuk daun (Gandasil-D) yang mendekati optimum tersebut terjadi peningkatan laju respirasi yang mempengaruhi proses fisiologis pada bahan stek, termasuk peningkatan laju sintesa RNA, DNA, pro99 Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105) Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi semai mimba (A. indica) pada berbagai perlakuan penyemprotan sampai umur 3 bulan Table 3. Average height growth of neem seedlings on several spraying treatment up to 3month old No. Perlakuan (Treatment) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. A1B1 A1B2 A1 B3 A1 B4 A2 B1 A2 B2 A2 B3 A2 B4 A3 B1 A3 B2 A3 B3 A3 B4 A4 B1 A4 B2 A4 B3 A4 B4 Rata-rata tinggi (cm) pada umur ke(Average height up to) 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan (One month) (Two month) (Three month) 9.19 13.09 18.17 8.86 12.41 16.89 9.85 12.68 19.41 9.94 12.87 18.98 9.66 12.65 18.20 9.50 11.78 16.78 10.60 13.59 19.50 9.62 12.11 16.92 9.86 12.67 17.74 9.04 12.30 19.27 10.32 14.20 19.67 9.05 12.96 20.81 9.06 12.98 17.89 9.65 13.06 17.89 8.97 12.46 17.50 9.26 12.11 13.91 Δ Tinggi (Height) (0-3 bulan) / (0-3 month) 9.29 8.03 10.55 10.25 9.69 7.98 10.64 8.30 8.88 10.35 10.81 11.96 9.03 9.03 8.64 5.05 Keterangan (Remarks): Faktor A adalah dosis penyemprotan yang meliputi: A1 = tanpa penyemprotan, A2 = 4 gram/liter air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/liter air. Faktor B adalah intensitas penyemprotan, yang terdiri dari : B1 = setiap 1 minggu, B2 = setiap 2 minggu, B3 = setiap 3 minggu dan B4 = setiap 4 minggu Angka-angka yang secara horizontal diikuti oleh huruf sama tidak saling berbeda nyata pada taraf 0,01 hasil uji jarak berganda Duncan (Figures followed horizontally by the same letters are not significantly different in accordance with the results of the 0,01 levels Duncan's multiple range test) : a>b>c>c>d tein dan peningkatan kemampuan absorpsi ion dari larutan luar (Suastika et al., 1987). Gandasil-D mengandung unsur makro N, P, K Mg dan beberapa unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman mimba pada saat pembibitan membutuhkan Nitrogen dalam jumlah besar, karena pada saat itu jaringan tanaman aktif mengadakan pertumbuhan. Nitrogen berperan sebagai pembentuk protoplasma, sehinga ukuran sel menjadi lebih besar dan lebih banyak jumlahnya. Air merupakan pelarut bagi ion-ion, sehingga memungkinkan semakin banyaknya unsurunsur yang terkandung di dalam pupuk daun Gandasil-D dapat diserap masuk ke dalam sel. Sarief (1985) menyatakan bahwa apabila unsur Nitrogen cukup maka akan dapat menghasilkan protein lebih banyak dan daun tumbuh lebih lebar, akibatnya aktivitas 100 fotosintesis lebih tinggi. Makin tinggi laju asimilasi bersih (LAB) maka fotosintat yang ditranslokasikan ke organ-organ bibit seperti akar, batang dan daun juga meningkat. Sementara itu, Jumin (1991) menegaskan bahwa Nitrogen merupakan bagian penting dari khlorofil yang berperan dalam proses fotosintesis, meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara lain, merangsang pertumbuhan, dan menambah tinggi tanaman. Cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro maupuan mikro, akan mem-bantu metabolisme tanaman berjalan lancar, selanjutnya akan berguna dalam memacu pertumbuhan tanaman, baik daun, batang maupun akar (Musnamar, 2003). Menurut Lakitan (2000) pertumbuhan terkonsentrasi pada jaringan meristem yang Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani) Tabel 4. Table 4. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun Mimba (A. indica) sampai umur 3 bulan pada berbagai perlakuan penyemprotan Average number of leaves up to 3-month old neem (A. indica) seedlings at many spraying treatments No. Perlakuan (Treatment) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. A1B1 A1B2 A1 B3 A1 B4 A2 B1 A2 B2 A2 B3 A2 B4 A3 B1 A3 B2 A3 B3 A3 B4 A4 B1 A4 B2 A4 B3 A4 B4 Rata–rata jumlah daun (helai) pada Umur ke(Average number of leaves up to ) 1 Bulan (One month) 2 Bulan (Two month) 3 Bulan (Three month) 5.93 5.81 5.74 5.89 5.59 5.85 5.89 6.18 5.48 5.22 5.41 6.19 6.19 5.56 5.19 5.44 6.93 7.93 9.00 7.07 7.44 6.63 7.37 7.26 7.22 7.26 6.33 7.11 7.15 6.74 7.03 5.89 10.12 9.44 8.70 9.70 9.44 8.82 8.96 10.42 9.56 11.27 9.00 13.00 7.93 7.93 8.70 7.44 Δ Jumlah daun (Number of leaves) / (0-3 bulan) (0-3 month) 4.59 4.07 3.79 4.61 4.29 3.18 3.63 4.83 3.97 5.57 3.61 7.55 2.74 2.74 3.12 2.72 Keterangan (Remarks): Faktor A adalah dosis penyemprotan yang meliputi : A1 = tanpa penyemprotan, A1 = 2 gram/liter air, A2 = 4 gram/liter air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/liter air. Faktor adalah intensitas penyemprotan, yang terdiri dari : 1 = setiap 1 minggu, 2 = setiap 2 minggu, 3 = setiap 3 minggu dan 4 = setiap 4 minggu Angka-angka yang secara horizontal diikuti oleh huruf sama tidak saling ereda nyata pada taraf 0,01 hasil uji jarak erganda Duncan (Figures followed horizontally ya the same letters are not significantly different in accordance with the results of the 0,01 levels Duncan's multiple range test) : a>>c>c>d terdiri dari sel-sel baru yang dihasilkan dari proses pem-belahan sel dan yang menyebabkan bertam-bahnya ukuran tanaman adalah pembesaran sel yang dihasilkan oleh pembelahan sel tersebut. Jaringan meristem ini ditemukan pada bagian ujung akar, ujung batang dan juga terdapat pada pangkal batang dan pangkal daun. Heddy (1996), bahwasanya semua sel-sel tanaman kecuali yang selamanya bersifat meristemik mempunyai 3 fase dalam pertumbuhan yakni pembelahan, pembesaran, dan perpanjangan. Pupuk daun Gandasil selain mengandung unsur makro N, P, dan K juga mengandung 1% unsur Mg, Mn, B, Cu, Co, Zn, dan Hormon Aneurine. Adanya hormon Aneurine pada pupuk Gandasil diduga menyebabkan tanaman yang diberi pupuk daun ini memperlihatkan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik. Dosis terbaik penyemprotan pupuk Gandasil pada bibit tanaman mimba adalah 6 gram/liter dengan intansitas penyemrotan selama 4 minggu sekali. Pada umur bibit mimba 3 bulan (Gambar 1) pertumbuhan tinggi dan jumlah daun dengan dosis 6 gram/ liter lebih baik dibandingakan dengan dosis 8 gram/liter. Harjadi (1993), pemberian unsur hara pada tanaman yang berlebih akan menyebabkan keracunan dan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bahkan jika dalam kondisi terus berlanjut dapat menyebabkan kematian tanaman. Selanjutnya Lingga dan Marsono (2005) menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi pupuk yang diberikan mengakibatkan hara dalam 101 Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105) Gambar 1. Pengaruh perbedaan dosis pupuk daun (A1: kontrol, A2: 4 gr/liter, A3: 6 gr/liter dan A4: 8 gr/liter) terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit mimba sampai umur 3 bulan Figure 1. Effect of foliar dosage differences (A1: control, A2: 4 gr/liter, A3: 6 gr/liter dan A4: 8 gr/liter) to height, diameter and number of leaf of neem up to 3 years old keadaan berlebih, sehingga akan menekan laju pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman. Dengan demikian setiap jenis tanaman mempunyai dosis yang optimum untuk penggunaan pupuk daun. Efektifitas pemberian dosis pupuk Gandasil-D dapat dilihat pada beberapa jenis tanaman diantaranya jabon merah (Anthocephalus macrophyllus) (Palemba et al., 2012) dimana dosis terbaik pupuk Gandasil-D adalah pada konsentrasi 2 gram/liter, kesambi (Schleiera oleosa) (Syahril, 2007) pada dosis 5 gram/liter serta pada bibit jati (Tectona 102 grandis) pada dosis 30 gram/liter (Witanto, 2005). Sementara itu, Faqih (2007) menjelaskan bahwa pupuk daun Gandasil-D berpengaruh nyata terhadap panjang benih dan dimeter batang tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah dan lebar daun gaharu (Girinops versteegii (Gilg) Domke). Pada bibit tanaman manggis (Gracinia mangostana L.) pemberian pupuk daun Gandasil-D tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, maupun jumlah daun (Diana, 2008). Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani) Gambar 2. Kondisi bibit mimba umur 1 bulan setelah dilakukan perlakuan penyemprotan Figure 2. Condition of neem (A. indica) seedlings at 1 years old after treatment of spraying Pelakuan intensitas penyemprotan dan interaksi dengan dosis penyemprotan tidak berpengaruh terhadap semua parameter pengamatan. Tidak berpengaruhnya perlakuan intensitas penyemprotan disebabkan interval penyemprotan yang terlalu pendek waktunya hal ini mengakibatkan pengaruh dari penyemprotan sebelumnya masih belum habis sudah dilakukan penyemprotan lagi. Hal tersebut juga terjadi pada tanaman aggrek yang menunjukkan bahwa waktu dan frekuensi pemupukan daun tidak berpengaruh terhadap jumlah daun, diameter daun, dan jumlah anakan (Setyawati, 2006). Sementara itu, Zanzibar et al. (2001) melaporkan bahwa periode penyemprotan pupuk daun Regent 50 SC tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sengon (Falcataria moluccana) di persemaian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk meningkatkan efektifitas, maka intensitas penyemprotan Gandasil-D yang disarankan untuk bibit mimba adalah setiap 4 minggu. IV. KESIMPULAN 1. Kombinasi perbedaan dosis pupuk dan intensitas penyemprotan pupuk daun Gandasil-D berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dimeter bibit, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit dan jumlah daun. Dosis pupuk berpengaruh kuat dan menjadi faktor tunggal yang mempengaruhi pertumbuhan bibit mimba (A. indica) asal cabutan sampai umur 3 bulan. 2. Meskipun tidak berpengaruh terhadap tinggi bibit dan jumlah daun, pemberian pupuk daun Gandasil-D dosis 6 gram/ liter air dengan intensitas penyemprotan setiap 4 minggu memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan diameter bibit sehingga dapat diterapkan untuk menunjang keberhasilan persemaian bibit mimba asal cabutan di persemaian. 103 Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105) DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa, Bandung. 85 hal. Ade. 2005. Pemanfaatan Tanaman Mimba Untuk Rehabilitasi Lahan Kering Sekaligus Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Pedesaan dalam Prosiding Diskusi Hasil Penelitian Kehutanan ”Melalui IPTEK Kehutanan dan Pemberdayaan Potensi Lokal, Kita Tingkatkan Upaya Pelestarian Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Denpasar, 16 November 2005. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Anonim. 2006. Pupuk Organik Cair Lengkap (POCL), Makassar. Darusman, D. dan Wijayanto, N. 2007. Aspek ekonomi hutan rakyat (skim pendanaan). Makalah disampaikan pada Studium General dalam Pekan Hutan Rakyat II di Balai Penelitian Kehutanan Ciamis, tanggal 30 Oktober 2007. Diana, R. 2008. Pengaruh Pemberian Kombinasi Agrobacterium Rhizogenes Dengan Acetosyringone Dan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia Mangostana L.). Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Faqih, M.F. 2007. Pengaruh Macam Dan Interval Pemberian Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Semai Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke). http://eprints.umm.ac.id/87/46/. 17 Juli 2013. Harjadi, M.M.S.S. 1993. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta. 197 hlm. Heddy. 1996. Hormon tumbuh. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 195 hal. 104 Jumin, H.B. 1991. Dasar-Dasar Agronomi. Penerbit Rajawali Pres, Jakarta. 140 hal. Joker, D. 2001. Azadirachta indica A. Juss. Informasi Singkat Benih No. 3, Maret 2001. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lakitan, B. 2000. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hal. Lingga, P. dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.150 hlm. Loveless, A.R. 1983. Principles of Plant Biology for Tropics. Logman Group Limited. Meliantari, D. 2011. Pupuk Daun dan Penggunaannya. dianmeliantari.edublogs. org. Diakses tanggal 5 Maret 2014. Mengel, K. And Kirlby. 1982. Principles of Plant Nutrition. Internatuional Potash Institute. Swizerland. Musnawar. 2003. Pupuk organik cair dan padat pembuatan aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal. Palemba, T.Y., Lasut, M. T., Kalangi, J. I., Thomas. A. 2012. Aplikasi Pupuk Daun Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocep h a l u s m a c ro p h y l l u s H a v i l ) . http://ejournal.unsrat.ac.id. 17 Juli 2013. Rahman, S. 2009. Pupuk Daun Kelebihan dan Kekurangan. http://bapeluh.blogspot.com/. Diakses tanggal 5 Maret 2014. Rhone-poulenc. 1996. Fipronil. Worldwide Technical Bulletin. Research Triangle Park. USA. Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani) Sabarnudin, S. 1979. Physiologi Pohon. Yayasan Pembina. Fakultas Kehutanan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Salisbury, R. and C.W. Ross. 1991. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company. Belmont. California. Sarief, E.S. 1985. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana, Bandung. Hal. 130134. Setyawati, A. 2006. Pengaruh Waktu Dan Frekuensi Apllkasl Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek (Dendrobium sp). Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suastika, K., P. Dharma, I W. Wiraatmaja dan S.M. Sarwadana. 1987. Fisiologi Tumbuhan I Metabolisme Tumbuhan. Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar. 197 hal. Syahril, Y. 2007. Respon Pertumbuhan Bibit Kesambi (Schleicsera oleosa Merr Linn F) Dari Berbagai Media dan Konsentrasi Larutan Pupuk Daun Gandasil –D. http://eprints.umm. ac.id/8017/. Diakses tanggal 17 Juli 2013. Tabri, F. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Pelengkap Cair Gandasil-B Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2011. Witanto, W. 2005. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Gandasil D Dengan Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis Linn. F). Department of Forestry - student-research.umm.ac.id Zanzibar, Buharman dan D.J. Sudrajat. 2001. Pengaruh Dosis Regent 50 SC dan Periode Penyemprotan terhadap Pertumbuhan Bibit Paraserianthes falcataria (L) Nielsen dan Acacia mangium Willd. Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 5 No.1. Balai Teknologi Perbenihan Bogor. Sutedjo, Kartasapoetra dan Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 105