Pemanfaatan Tanaman Mimba sebagai Alternatif Pestisida Nabati Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Prinsip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi, dan bukan untuk meninggalkan pemakaian pestisida kimia, karena efektivitasnya juga masih di bawah pestisida kimia. Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1.500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae. Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tanaman ini tersebar di daratan India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0-800 dpl merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Tanaman mimba umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, dan pada umur 10 tahun tanaman mulai produktif berbuah. Buah yang dihasilkan dapat mencapai 50 kg per pohon. Tanaman mimba hanya berbuah setahun sekali (sekitar bulan Desember-Januari). Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida. Cara Kerja Mimba Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida, dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. Keunggulan Mimba Pengendalian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain: Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat menjelang panen. Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak) Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu. Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara. Kelemahan Mimba Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal. Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari insektisida sintetik. Kendala Pengembangan Mimba sebagai Insektisida Alami Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat media sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia daripada nabati. Kurangnya dorongan penentu kebijakan. Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali. Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi. Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam). Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba Kering anginkan biji mimba beserta kulit biji sampai kering agar tidak berjamur. Giling biji dan kulit biji mimba sampai halus, kemudian saring dengan ayakan (850 µm). Timbang 25-50 g serbuk biji mimba, 1 liter air, 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam). Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, dengan volume semprot yang memadai 400-600 liter air, tergantung umur tanaman yang akan disemprot. Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba Blender 50 g daun mimba segar dengan 1 liter air, 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam). Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan. Campuran Daun Mimba dan Umbi Gadung sebagai Pestisida Nabati Cara pembuatan pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung adalah sebagai berikut: Tumbuk halus 1 kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, tambah dengan 20 l air dan 10 g detergen, aduk sampai rata. Diamkan rendaman tersebut selama semalam. Saring larutan hasil rendaman dengan kain halus. Semprotkan larutan hasil penyaringan ke pertanaman. Sumber: http://anekaplanta.wordpress.com/, http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/