UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica Juss) TERHADAP MORTALITAS KUTU DAUN HIJAU (Myzus persicae Sulzer) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea) Afrita Primiari1, Fatchur Rohman2, Nugrahaningsih2 Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia E-mail: [email protected] 1Program ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh interaksi konsentrasi dan waktu serta mengetahui nilai LC50 dan LT50 ekstrak daun mimba. Konsentrasi ekstrak daun mimba yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20, 25 gram/100 ml aquades dan kontrol. Waktu pengamatan yaitu 24, 48, 72, 96, 120, 144 dan 168 jam setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi ekstrak daun mimba dan waktu pengamatan berpengaruh terhadap mortalitas kutu daun hijau. Nilai LC50 dan LT50 ekstrak daun mimba adalah 15 gram/100 ml aquades pada 96 jam setelah perlakuan. Kata Kunci: efektivitas, ekstrak daun mimba, mortalitas, kutu daun hijau, kubis. Kubis atau kol merupakan tumbuhan berbatang lunak serta salah satu komoditas hortikultura yang banyak digemari dan dibudidayakan di Indonesia. Petani menghadapi masalah yang cukup besar dalam mengusahakan sayuran kubis, yaitu adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Menurut Baideng (2009), terdapat 8 jenis hama yang menyerang tanaman kubis, salah satunya adalah kutu daun hijau. Kutu daun hijau dapat menyebabkan daun kubis menguning dan keriting, umumnya ditemukan di bagian bawah daun tanaman muda maupun tua. Petani mengendalikan organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan pestisida.. Pestisida yang digunakan oleh petani harganya cukup mahal, selain itu penggunaan pestisida secara berlebihan akan menimbulkan dampak negatif bagi manusia, flora, fauna serta lingkungan . Petani mengembangkan dan menggunakan pestisida nabati karena mudah didapatkan serta aman bagi tubuh manusia dan lingkungan sekitar. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah mimba. Tanaman mimba memiliki potensi sebagai pestisida nabati yang baik untuk tanaman pangan (Schmutterer, 1990 dalam Soegihardjo, 2007). Menurut Debashri dan Tamal (2012), semua bagian dari pohon mimba memiliki aktivitas pestisida. Biji dan daun mimba mengandung empat senyawa kimia alami yang aktif sebagai pestisida, yaitu azadirachtin, salanin, meliatriol, dan nimbin. Rukmana dkk (2002) menyatakan bahwa senyawa Azadirachtin dapat menghambat pertumbuhan serangga hama, mengurangi nafsu makan, mengurangi produksi dan penetasan telur, meningkatkan mortalitas, mengaktifkan infertilitas dan menolak hama di sekitar pohon mimba. Ekstrak mimba yang terbuat dari daun, bunga, dan biji mimba dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama, misalnya Helopelthis sp., ulat jengkal, Aphis sp., Nilarvata sp., dan Sitophilus sp. Daun mimba juga dapat meningkatkan mortalitas larva nyamuk (Maragathavalli, et al., 2012). Alternatif pemanfaatan pestisida nabati sebagai pengendali hama perlu ditingkatkan agar dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetik. METODE Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Konsentrasi ekstrak daun mimba yang digunakan yaitu kontrol, 5 gram/100 ml, 10 gram/100 ml, 15 gram/100 ml, 20 gram/100 ml dan 25 gram/100 ml aquades. Waktu pengamatan setelah perlakuan yaitu 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam, 144 jam dan 168 jam. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 900 nimfa kutu daun hijau yang diperoleh dari rearing (pengembangbiakan) kutu daun hijau di kebun kubis Kecamatan Bumiaji Kota Batu-Malang. Daun kubis yang berumur 6 minggu disemprot dengan ekstrak daun mimba sebanyak 1,8 ml dengan menggunakan sprayer. Kutu daun hijau sebanyak 30 ekor disiapkan dan diletakkan pada daun kubis yang sudah disemprot, kemudian dimasukkan dalam toples di setiap masing-masing perlakuan (sebelum perlakuan kutu daun telah dipuasakan selama 3 jam). Toples ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet. Toples diberi label sesuai dengan konsentrasi larutan ekstrak yang disemprotkan pada masing-masing perlakuan. Jumlah mortalitas kutu daun hijau diamati dengan cara menghitung jumlah kutu daun hijau yang mati yaitu dengan ciri-ciri tubuh kering serta badan dan kakinya tidak bergerak jika disentuh dengan kuas. Data mortalitas kutu daun hijau dihitung menggunakan rumus dari (Hidayati dkk., 2013). HASIL Data rerata mortalitas kutu daun hijau pada masing-masing waktu pengamatan dan hasil analisis lanjut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Ringkasan BNT dari Interaksi Konsentrasi Ekstrak Daun Mimba dan Waktu Terhadap Mortalitas Kutu Daun Hijau Waktu Konsentrasi 24 48 72 96 120 144 168 P0 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a P1 15.46 b 30.17 c 31.50 c 33.61 c d 39.59 d e 43.08 g h i 48.07 j k l P2 16.75 b 30.14 c 36.01 d e 40.75 f g h 44.62 h i j 50.07 l 55.23 m P3 30.09 c 35.99 e f g 43.47 g h i 48.10 j k l 56.02 m n o 59.49 n o p 64.65 q r P4 38.00 e f 41.93 g h i 48.46 j k l 54.35 m 61.67 p q 66.12 r 70.69 s P5 41.12 f g h i 45.00 i j k 48.88 k l 55.63 m n 59.83 o p 64.99 q r 71.82 s Keterangan: Data sudah ditransformasi ke Arcsin, notasi yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan dan notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan. P0 : kontrol ; P1 : 5 gram; P2 : 10 gram; P3 : 15 gam; P4 : 20 gram; P5 : 25 gram/100 ml aquades. Berdasarkan hasil ANAVA ganda menunjukkan bahwa nilai F hitung interaksi konsentrasi dan waktu (13,823) > F tabel (1,53). Konsentrasi ekstrak daun mimba mempengaruhi mortalitas pada setiap waktu penyemprotan. Hasil uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)0,05 menunjukkan bahwa pada 168 jam setelah perlakuan mengakibatkan mortalitas kutu daun hijau tertinggi mencapai lebih dari 50% pada konsentrasi 25 gram / 100 ml aquades berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan tidak berbeda nyata dengan 168 jam setelah perlakuan pada konsentrasi 20 gram / 100 ml aquades. Hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 ekstrak daun mimba menunjukkan konsentrasi yang dapat membunuh minimal 50% kutu daun hijau yaitu 15 gram / 100 ml sedangkan hasil analisis probit nilai LT50 adalah pada 96 jam setelah perlakuan. PEMBAHASAN Hasil analisis mengenai pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mimba dan waktu terhadap mortalitas kutu daun hijau secara statistik menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap mortalitas kutu daun hijau. Adanya pengaruh konsentrasi terhadap mortalitas kutu daun hijau disebabkan oleh adanya senyawa aktif yang terkandung pada daun mimba. Menurut Debashri dan Tamal (2012), daun mimba mengandung empat senyawa kimia alami yang aktif sebagai pestisida yaitu azadirachtin, salanin, meliatriol dan nimbin. Azadirachtin tidak langsung mematikan serangga, tetapi melalui mekanisme menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salanin bekerja sebagai penghambat makan serangga. Nimbin bekerja sebagai anti virus, sedangkan meliantriol sebagai penolak serangga (Subiyakto, 2009). Sebagaimana diketahui bahwa ekstrak daun mimba dengan bahan aktif diantaranya azadirachtin, salanin, meliatriol, dan nimbin merupakan bahan insektisida yang bersifat sistemik lokal. Insektisida sistemik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan daun, tetapi tidak ditranslokasikan kebagian-bagian lain dari daun. Insektisida seperti ini disebut insektisida yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan daun (Rusdy, 2009). Lee, et al., (2010) melaporkan bahwa azadirachtin memiliki aktivitas antifeedant, ketika larva serangga menelan senyawa azadirachtin maka pertumbuhan dan perkembangannya terhambat karena adanya pemblokiran hormon biosintesis seperti ecdisteroid. Lebih lanjut dijelaskan oleh Aradila (2009) bahwa azadirachtin berperan sebagai antifeedant dengan menghasilkan reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan. Kutu daun akan enggan memakan daun yang telah disemprot ekstrak daun mimba karena rasanya yang pahit. Menurut Sudarmadji (1993) dalam Rohman (2007), azadirachtin diperkirakan dapat mempengaruhi sistem neurosekretori. Kemampuan azadirachtin untuk memasuki organ neurosekretori dan ujung sel saraf dalam organ mempunyai komponen memblokir transmisi produk-produk dari neurosekretori. Meliantriol dan salanin dapat mempengaruhi serangga menolak untuk makan sehingga akhirnya serangga mati kelaparan, namun tidak mempengaruhi proses pergantian kulit serangga. Hasil penelitian Safaruddin dan Gafar (2010) menunjukkan bahwa konsentrasi 100 ml/l air ekstrak daun mimba mampu menekan serangan hama Aphis gossypii pada tanaman kedelai (Glicyne max L.). Potensi mimba sebagai penolak serangga penggerek batang lada (Lophobaris piperis Marsh) juga dilaporkan oleh Sutopo (1996) dalam Soegihardjo (2007). Tingginya mortalitas kutu daun hijau pada perlakuan P5 dengan konsentrasi 25 gram / 100 ml aquades disebabkan karena tingginya konsentrasi ekstrak daun mimba yang diberikan pada tanaman. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mimba yang diberikan pada tanaman diduga semakin tinggi residu azadirachtin dari daun mimba yang ditinggalkan pada tanaman. Tingginya mortalitas kutu daun hijau pada 168 jam setelah perlakuan disebabkan karena pestisida nabati dari mimba memerlukan waktu 4-5 hari setelah perlakuan untuk dapat mematikan hama Aradila (2009). Kandungan senyawa pada daun mimba membutuhkan waktu untuk diserap oleh jaringan daun yang nantinya dapat memberikan efek antifeedant pada kutu daun hijau. Interaksi konsentrasi dan waktu berpengaruh terhadap mortalitas kutu daun hijau. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mimba dan semakin lama waktu setelah perlakuan maka semakin tinggi tingkat mortalitas kutu daun hijau. Hal ini disebabkan karena banyaknya kandungan azadirachtin dan lamanya kandungan senyawa azadirachtin dapat diserap oleh daun kubis sehingga mortalitas kutu daun hijau meningkat. Pada 24 jam setelah aplikasi belum diperoleh LC50 hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bedjo (2011), bahwa pestisida nabati memiliki daya racun yang rendah (tidak langsung mematikan serangga atau memiliki efek lambat) dibandingkan dengan pestisida sintetik yang efektif dan cepat menurunkan populasi hama (Jumar, 2000). Hasil analisis probit menunjukkan bahwa nilai LC50 ekstrak daun mimba menunjukkan konsentrasi yang toksik terhadap kutu daun hijau yaitu 15 gram / 100 ml pada 96 jam setelah aplikasi. Semakin tinggi tingkat konsentrasi ekstrak daun mimba yang diaplikasikan maka semakin tinggi pula mortalitas kutu daun hijau. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kepekatan suatu bahan kimia akan semakin banyak bahan aktif yang dikandungnya, dengan demikian semakin efektif daya bunuhnya. Hasil penelitian ini sependapat dengan pendapat Rahmat dan Yuyun (2006) dalam Rusdy (2009) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pada penggunaan ekstrak daun mimba terhadap Spodoptera litura F. pada tanaman selada mengakibatkan terjadinya perbedaan yang sangat nyata terhadap mortalitas. Besar kecilnya konsentrasi yang diberikan sangat berpengaruh terhadap tingkat mortalitas hama, sehingga berpengaruh pula terhadap besar kecilnya intensitas kerusakan yang ditimbulkannya (Rusdy, 2009). Lebih lanjut dijelaskan oleh Isman (1994) dalam Sunarto dan Nurindah (2009) bahwa azadirachtin mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik, sedikit racun kontak dan aman bagi serangga musuh alami. Penggunaan pestisida nabati dari mimba seringkali hamanya tidak mati seketika setelah aplikasi, namun memerlukan beberapa hari untuk mati biasanya 4-5 hari (Aradila, 2009). PENUTUP Kesimpulan Interkasi konsentrasi ekstrak daun mimba dan kaktu berpengaruh terhadap mortalitas kutu daun hijau pada tanaman kubis. Nilai LC50 ekstrak daun mimba terhadap mortalitas kutu daun hijau pada tanaman kubis adalah 15 gram/100 ml aquades. Nilai LT50 ekstrak daun mimba terhadap mortalitas kutu daun hijau pada tanaman kubis adalah 96 jam setelah aplikasi. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak daun mimba terhadap mortalitas kutu daun hijau langsung ke lapang. DAFTAR RUJUKAN Aradilla, A.S. 2009. Uji Efektifitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (Azadirachta indica) Terhadap Larva Aedes aegepty. Laporan Akhir Penelitian Universitas Diponegoro. Baideng, E.L. 2009. Hama Pada Tanaman Kubis. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 9 No. 1, April 2009. Bedjo. 2011. Keefektifan Bahan Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Pada Tanama Kedelai. Artikel disajika pada Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011. Debashri, M & Tamal, M. 2012. A Review on efficacy of Azadirachta indica A. Juss based biopesticides: An Indian perspective. Research Journal of Recent Sciences Vol. 1(3), 94-99, March (2012) ISSN 2277-2502. Hidayati. N.N., Yuliani dan Kuswanti, N. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Suren dan Daun Mahoni terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan Ulat Daun (Plutella xylostella) pada Tanaman Kubis. LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013: 95-99. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta. Lee, Kyeong-Yeoll., Lynn, O.M., Song, W.G., Shim, J.K., & Kim, J.E. 2010. Effects of Azadirachtin and Neem-based Formulations for the Control of Sweetpotato Whitefly and Root-knot Nematode. J. Korean Soc. Appl. Biol. Chem. 53(5), 598-604 (2010). Maragathavalli, S., Brindha, S., Kaviyarasi, N. S., Annadurai, B. & Gangwar, S. K. 2012. Mosquitoes Larvicidal Activity Of Leaf Extract Of Neem (Azadirachta indica). International Journal Of Advanced Biological Research Vol. 2(1) 2012:138-142 ISSN 2250 – 3579. Rohman, T. S. 2007. Pengaruh Daun Tembakau (Nicotiana tabacum), Biji Mimba (Azadirachta indica), dan Daun Paitan (Tithonia diversifolia) Terhadap Kutu Daun Toxoptera citricidus Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp). Skripsi. Malang: Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Rukmana, H.R & Oesman, Y.Y. 2002. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Yogyakarta: Kanisius. Rusdy, Alfian. 2009. Efektivitas Ekstrak Daun Mimba Dalam Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Pada Tanaman Selada. J. Floratek 4:41-54 Safaruddin, U.N. dan Gafar,A. 2010. Pengaruh Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica Juss) Terhadap Serangan Aphis gossypii Pada Tanaman Kedelai (Glicyne max L.). Artikel disajikan pada Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan , 27 Mei 2010. Soegiharjo, C.J. 2007. Mimba (Azadirachta indica A. Juss, suku Meliaceae), Tanaman Multi Manfaat yang Dapat Menanggulangi Persoalan Rakyat Indonesia. SIGMA, Vol, 10, No. 1, Januari 2007:83-102 ISSN: 1410-5888. Subiyakto. 2009. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan Strategi Pengembangannya.Jurnal Perspektif, Vol. 8 No. 2/Desember 2009. Hlm 108-116 ISSN 1412-8004. Sunarto, D.A & Nurindah. 2009. Peran Insektisida Botani Ekstrak Biji Mimba untuk Konservasi Musuh Alami dalam Pengelolaan Serangga Hama Kapas. J. Entomol. Indon., April 2009, Vol. 6, No. 1, 42-52