BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Tjutju dan Suwatno (2008, p.1) menjelaskan bahwa bagian dari ilmu
manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber
daya manusia dalam kegiatan suatu organisasi. Manajemen sumber daya manusia
menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi yang
harus dikelola dengan baik. Jadi manajemen sumber daya manusia sifatnya lebih
strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan- tujuan yang telah diterapkan.
Menurut Dessler (2013), manajemen sumber daya manusia adalah
mengarah pada kebijakan dan tindakan yang dibutuhkan manajer untuk mengatur
sumber daya manusia dalam suatu tugas manajemen.
Menurut Hussein Umar (2008, p.128) manajemen sumber daya manusia
adalah suatu
perencanaan,
pengorganisasian,
dalam
pergerakan
dan
pengawasan
atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk pencapaian
tujuan organisasi perusahaan secara terpadu.
Menurut Mathis, Jackson (2006, p.3) manajemen sumber daya manusia
adalah sebuah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk
memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan-tujuan organisasional.
Jadi, manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang mempelajari
tentang bagaimana mengatur sumber daya yang dimiliki oleh seorang individu
di dalam suatu organisasi dalam menciptakan hubungan kerja demi tercapainya
suatu tujuan. Untuk mendapatkan manajemen sumber daya manusia yang baik,
7
8
pihak perusahaan perlu mengembangkan kapasitas (Capacity Development) yang
telah mereka miliki agar dapat menyempurnakan dan memenuhi pencapaian
perusahaan. Pemberdayaan karyawan merupakan salah satu cara yang paling
efektif
dalam
memungkinkan
karyawan
pada
semua
tingkatan
untuk
menggunakan kemampuan kreatif mereka untuk menngkatkan kinerja organisasi
dimana tempat mereka bekerja. Dengan adanya promosi karyawan, perusahaan
dapat melihat potensi karyawan serta memacu karyawan untuk berkompetisi demi
menunjukkan kemampuan mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan
tercapainya tujuan perusahaan.
2.1.2 Capacity Development
Dari berbagai macam konsep utama yang digunakan, tidak ada definisi mengenai
Capacity Development yang secara universal disepakati oleh lembaga-lembaga dan
organisasi. Berdasarkan review karya terbaru Global Environtment Facility’s (GEF)
mengenai capacity development mengungkapkan sebuah kerangka pemikiran yang telah
di impelementasikan oleh sebuah lembaga terutama dari Organisation for Economic
Cooperation and Development’s Development Assistance Committee (OECD/DAC),
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GTZ), United Nations
Development Group (UNDG), United Nations Development Programme (UNDP), dan
the World Bank Institute.
“capacity development is the responsibility of partner countries with donors
playing a support role. It needs not only to be based on sound technical analysis, but
also to be responsive to the broader social, political and economic environment,
including the need to strengthen human resources”. (OECD,2005)
The process of strengthening the abilities or capacities of individuals,
organisations and societies to make effective and efficient use of resources, in order to
achieve their own goals on a sustainable basis. (GTZ, April 2009)
Menurut International Institute for Educational Planning (IIEP) dalam rencana
jangka pendek mereka tahun 2008-2013 dalam buku panduan berjudul Learning
Purposefully in capacity development yang di keluarkan oleh United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO,Ortiz,Alfredo and Peter
9
Taylor,2009) mengemukakan bahwa “capacity development merupakan salah satu cara
penilaian yang di lakukan oleh IIEP, hal ini di capai dengan melalui pelatihan diri
seseorang, pelatihan dalam berbagai team di lapangan, pengembangan organisasi dan
promosi yang sesuai dengan kebijakan lingkungan”
Berdasarkan buku panduan yang berjudul Monitoring Guidelines of Capacity
Development in GEF Operations (2009, p.7) pada situs www.ncsa.undp.org , proses
CDI yang dilakukan oleh UNDP dan sekretariat GEF mengidentifikasi kunci dari
Capacity Development ke dalam 3 tingkat intervensi (Lusthaus, C., M.H. Adrien, and P.
Morgan, 2000) :
1.
Pada tingkat individu, Capacity Development mengacu pada proses
perubahan sikap dan perilaku, paling sering dengan menanamkan
pengetahuan dan mengembangkan melalui perlatihan. Namun juga
melibatkan learning by doing, partisipasi, kepemilikan dan proses yang
terkait dengan peningkatan kinerja melalui perubahan manajemen,
motivasi, semangan dan meningkatkan akuntabilitas dan tanggung jawab.
2.
Capacity Development di tingkat organisasi berfokus pada kinerja dan
fungsi kemampuan secara keseluruhan, seerti mengembangkan mandate,
alat-alat, pedoman dan system indormasi manajemen untuk memfasilitasi
dan mengkatalisis perubahan organisasi. Pada tingkat organisasi, Capacity
Developmet bertujuan untuk mengembangkan satu set individu dan
kelompok yang konsisten, serta untuk memperkuat hubungan dengan
lingkungannya.
3.
Pada tingkat sistematik, Capacity Development yang bersangkutan dengan
lingkungan yang mendukung, yaitu kebijakan keseluruhan, ekonomi,
peraturan, dan akuntabilitas kerangka di mana organisasi dan individu
beroperasi, baik formal maupun informal, hal itu penting seperti mandat
mereka.
Dari data diatas UNDP mendefinisikan Capacity Development sebagai proses
dimana
individu,
organisasi
dan
masyarakat
memperoleh,
memperkuat
dan
mempertahankan kemampuan untuk menetapkan dan mencapai tujuan pembangunan
mereka sendiri dari waktu ke waktu. Untuk memperoleh, memperkuat dan
10
mempertahankan kemampuan anggota organisasi, salah satu cara target yang dapat
perusahaan lakukan dalam capacity development adalah dengan memberikan Training
dan Development kepada karyawan.
2.1.2.1 Training and Development
Snell & Bohlander (2010, p.306) menyatakan bahwa pelatihan merupakan segala
usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendorong pembelajaran anggota
perusahaannya.
Pengertian lain dari pelatihan merupakan sebuah proses mengajarkan keahlian baru
ke karyawan baru atau lama yang berhubungan dengan pekerjaan mereka (Dessler,
2013).
Berdasarkan uraian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
merupakan sebuah aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
karyawan mengenai pekerjaan yang dia lakukan. Dalam memberikan pelatihan kepada
karyawan, dibutuhkan analisa mengenai kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan oleh
karyawan. Menurut Dessler (2013), analisa kebutuhan pelatihan harus menyampaikan
kebutuhan pelatihan strategis/jangka panjang (employer’s strategic/longer term training
needs) dan/atau kebutuhan pelatihan saat ini (current training needs).
Simamora (2003, p.268) mendefinisikan pengembangan karyawan sebagai
aktivitas pengembangan karir karyawan terhadap organisasi, penyediaan landasan bagi
karyawan agar dapat berprestasi secara efektif dan menghasilkan prestasi baru dalam
lingkungan perusahaan. Pengembangan karyawan dalam pelaksanaannya seringkali
dilakukan untuk membantu karyawan memasuki dunia kerja yang kompetitif yang
berbeda dari kondisi kehidupan sebelumnya.
2.1.2.2 Sistem Pendekatan Training and Development
Tujuan dari pelatihan (Training) ialah untuk berkontribusi ke tujuan organisasi
secara keseluruhan. Untuk memastikan bahwa pelatihan membawa dampak besar ke
organisasi, system pendekatan harus digunakan yang terbagi menjadi empat fase, yaitu
(Snell & Bohlander, 2010):
1. Kebutuhan Penilaian
Kebutuhan penelitian dapat dianalisa berdasarkan tiga analisa yaitu :
11
a. Analisa Organisasi, yaitu melakukan penilaian berdasarkan lingkungan,
strategi, dan sumber daya organisasi untuk menentukan dimana penekanan
pelatihan harus ditempatkan.
b. Analisa Tugas, yaitu proses menentukan apa yang seharusnya ada di dalam
program pelatihan berdasarkan studi dari pekerjaan dan tugas yang ada di
dalam pekerjaan tersebut.
c. Analisa Orang, yaitu menentukan individu spesifik yang membutuhkan
pelatihan.
2. Desain Program Pelatihan
Dalam mendesain program pelatihan harus berfokus pada empat hal, yaitu:
a. Instructional Objectives
Yaitu hasil yang diinginkan dari pelatihan.
b. Trainee Readiness and Motivation
Trainee readiness mengacu pada tingkat kedewasaan dan pengalaman
trainee. Sedangkan trainee motivation adalah individu yang teliti, goaloriented, disiplin, dan tekun sehingga dia mau menghubungkan usahanya
pada saat pelatihan dan kinerjanya di pekerjaannya.
c. Principles of Learning
Karakteristik dari pelatihan yang membantu karyawan memahami materi
baru, masuk akal di kehidupan mereka dan memindahkan ke pekerjaan
mereka.
d. Goal Setting
Suatu bentuk peta dari program pelatiham, tujuannya, dan poin
pembelajarannya.
3. Implementasi
Implementasi pelatihan terbagi ke beberapa metode, yaitu :
a. On-The-Job-Training (OJT), yaitu metode dimana karyawan diberikan
pengalaman langsung dengan instruksi dari pengawas atau pelatih l
ainnya.
b. Cooperative
Training,
yaitu
pelatihan
yang
mengombinasikan
pengalaman pekerjaan praktik dengan pendidikan formal dalam kelas.
12
c. Classroom Instruction, yaitu suatu bentuk pelatihan yang memungkinkan
jumlah maksimum trainee dilatih oleh instructor dengan jumlah minim.
d. Programmed Instruction, yaitu pelatihan dengan menggunakan buku,
manual, atau computer untuk membagi konten ke bentuk yang lebih
terorganisir, logis.
e. Simulation Method, yaitu pemebelajaran dengan menggunakan peralatan
yang benar-benar dipakai dalam pekerjaan.
f. E-Learning, yaitu pembelajaran yang menggunakan media elektronik
(webcam, dan lain-lain).
g. Seminars and Conferences, dapat digunakan untuk mengomunikasikan
ide, kebijakan, prosedur dan juga bisa dijadikan tempat untuk berdiskusi.
h. Case Study, yaitu pelatihan dimana peserta diharapkan akan mempelajari
mengenai informasi yang diberikan di dalam suatu kasus dan membuat
keputusan berdasarkan itu.
i. Management Games and Simulations, yaitu metode yang mengizinkan
partisipan untuk bermain, dimana karyawan dihadapkan dengan suatu
tugas dan partisipan diharapkan untuk membuat suatu keputusan dalam
tugas tersebut.
j. Role-Playing, yaitu metode pelatihan dimana partisipan berlatih untuk
memainkan peran posisi lain dan menyelesaikan masalah yang bisa
terjadi di pekerjaan itu.
k. Behaviour Modelling, yaitu metode yang mengizinkan orang untuk
mengikuti/menyalin perilaku orang lain untuk menunjukkan manajer
bagaimana menangani siituasi yang bervariasi.
4. Evaluasi
Ada empat kriteria dasar yang dalam proses evaluasi pelatihan, yaitu:
a. Reaksi, yaitu menilai reaksi partisipan.
b. Pembelajaran, yaitu melakukan tes kepada partisipan mengenai isi dari
program pelatihan untuk mengukur apakah mereka benar-benar mengerti
dan memahami pelatihan.
13
c. Perilaku, yaitu memastikan apakah ada perubahan perilaku karyawan
setelah mengikuti pelatihan.
Di dalam jurnal karya Ninin Non Ayu Salmah (Sept,2012) yang berjudul
“Pengaruh Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan Terhadap Kompetensi
Karyawan Pada PT. Muba Electric Power Sekayu” menuliskan bahwa indikator dari
pelatihan dan pengembangan (Training and Development) yaitu:
1. Training:
a) Materi dan metode pelatihan, yaitu hal-hal atau bahan pembelajaran
serta metode pelatihan yang diberikan kepada karyawan.
b) Kriteria peserta pelatihan, yaitu seperti lamanya pegawai bekerja di
perusahaan, pendidikan pegawai, potensi yang dimiliki pegawai, dan
lain-lain.
c) Efektifitas program pelatihan, yaitu seberapa jauh program pelatihan
yang telah di rancang tercapai.
d) Umpan balik pelatihan, yaitu berupa perilaku yang di tunjukkan oleh
karyawan setelah mereka melaksanakan program pelatihan yang di
berikan perusahaan.
2. Development:
a) Proses pembelajaran, yaitu berupa hal yang diberikan perusahaan
dapat dalam bentuk sebuah project yang dapat mengasah kemampuan
karyawan untuk menghadapi tantangan di kemudian hari.
b) Strategi pengembangan, yaitu upaya memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk memajukan karir mereka.
c) Efektifitas Program, yaitu seberapa jauh program pengembangan
yang diberikan perusahaan berdampak kepada karyawan.
d) Keberlangsungan dan kesinambungan program, yaitu usaha atasan
untuk memotivasi karyawan untuk memberikan performa yang baik
dengan mengikuti program.
14
Setelah menjalankan pelatihan dan pengembangan (Training and Development)
karyawan akan dilihat dan ditinjau ulang apakah pelatihan dan pengembangan (Training
and Development) ini membantu karyawan untuk meningkatkan kinerja dan
produktivitasnya, apakah karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi, apakah
karyawan dapat mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan barunya ke dalam
pekerjaannya, atau yang lainnya.
Dengan perusahaan memberkan pelatihan dan pengembangan (Training and
Development) , perusahaan dapat melakukan pemberdayaan karwayan sebagai upaya
mendorong dan memungkinkan individu-individu untuk mengemban tanggung jawab
pribadi mereka.
2.1.3 Pemberdayaan Karyawan
Menurut Cook dan Macaulay dikutip Wibowo (2008, p.112), pemberdayaan
merupakan perubahan yang terjadi pada filsafah manajemen yang dapat membantu
menciptakan suatu lingkungan dimana setiap individu dapat menggunakan kemampuan
dan energinya untuk meraih tujuan organisasi.
Pemberdayaan menurut Robert dan Greene dalam Damanik dan Pattiasina (2009,
p.93), adalah suatu proses bagaimana orang semakin cukup kuat untuk berpatisipasi
dalam berbagi kendali dan mempengaruhi peristiwa dan intistusi yang mempengaruhi
kehidupan mereka.
Menurut Clutterbuck yang dikutip dari Syarif Makmur (2008, p.54),
pemberdayaan sebagai upaya mendorong dan memungkinkan individu-individu untuk
mengemban tanggung jawab pribadi atas upaya mereka memperbaiki cara mereka
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mereka dan menyumbang pada pencapaian tujuantujuan organisasi.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaaan
karyawan merupakan pengelolaan kemampuan dan energi manusia untuk mencapai
tujuan organisasi.
15
2.1.3.1 Manfaat Pemberdayaan Karyawan
Konsep pemberdayaan lahir ketika kegiatan pendidikan dan pelatihan dirasa
sudah tidak efektif lagi karena dinilai terlalu bersifat top down sehingga kurang mampu
mengembangkan kreativitas dan inovasi karyawan. Pemberdayaan adalah suatu cara
pendekatan baru yang lebih bersifat bottom up karena menuntut karyawan lebih kreatif
dan inovatif secara mandiri dengan dukungan langsung dari pemberi wewenang.
Menurut Wibowo (2008, p.116) beberapa alasan perlunya pemberdayaan:
1. Semakin intensifnya kompetisi sehingga organisasi perlu memperdayakan orang
untuk melawan tantangan kompetisi.
2. Inovasi teknologi berubah cepat sehingga organisasi perlu memberdayakan orang
lain untuk menggunakan sebaik mungkin teknologi maju.
3. Permintaan yang tetap atas kualitas yang lebih tinggi dan nilai yang lebih baik
menyebabkan organisasi perlu memperdayakan orang untuk menemukan cara
inovatif guna memperbaiki produk dan jasa.
4. Tumbuhnya masalah ekologi menuntut organisasinya perlu memberdayakan
orang untuk melaksanakan kebijakan ekologi.
Seiring dengan era globalisasi yang tidak mungkin dihindari, perusahaan harus
dapat mengikuti aturan atau bahkan harus mengimbangi adanya upaya-upaya perubahanperubahan yang diakibatkan globalisasi sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja.
Menurut Wibowo (2008, p.117) manfaat adanya pemberdayaan yaitu
meningkatkan percaya diri dalam melakukan sesuatu, yang pada waktu sebelumnya
tidak pernah percaya mungkin dilakukan. Bagi organisasi, pemberdayaan akan
meningkatkan kinerja organisasi dan individu dapat mengembangkan bakatnya secara
penuh.
2.1.3.2 Indikator Pemberdayaan Karyawan
Sharafat Khan dalam jurnal Erni Widajanti (2008, p.65-67), menawarkan sebuah
model pemberdayaan yang dapat dikembangkan dalam sebuah organisasi. Model
pemberdayaan tersebut yang dijadikan indikator dalam penelitian ini yaitu:
16
1. Desire adalah tahap di mana ada keinginan dari manajemen untuk
mendelegasikan dan melibatkan pekerja.
2. Trust (membangun kepercayaan antara manajemen dengan karyawan), hal ini
terjadi setelah ada keinginan dari manajemen untuk melakukan pemberdayaan.
Dengan adanya saling percaya diantara manajemen dan karyawan akan tercipta
kondisi yang baik untuk pertukaran informasi dan saran tanpa rasa takut.
3. Confident adalah tahap menimbulkan rasa percaya diri karyawan dengan
menghargai kemampuan yang dimiliki oleh karyawan.
4. Credibility adalah memberikan penghargaan dan mengembangkan lingkungan
kerja yang/ mendorong kompetisi yang sehat, sehingga tercipta organisasi yang
memiliki kinerja yang tinggi.
5. Accountability (pertanggung jawaban
karyawan terhadap wewenang yang
diberikan). Dengan menetapkan secara konsisten dan jelas tentang peran,
standard, dan tujuan tentang penilaian terhadap kinerja karyawan dalam
penyelesaian dan tanggung jawab terhadap wewenang yang diberikan.
6. Communication adalah tersedianya komunikasi yang terbuka untuk menciptakan
saling memahami antara karyawan dan manajemen. Keterbukaan ini dapat
diwujudkan dengan adanya kritik, saran terhadap hasil dan prestasi yang
dilakukan pekerja.
2.1.4 Promosi Karyawan
Berdasarkan di dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh
Hasibuan (2007, p.107) mengatakan bahwa promosi adalah perpindahan yang
memperbesar authority dan responbility karyawan ke jabatan yang lebih tinggi dari suatu
organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilannya semakin besar.
Menurut Edwin B.Flipo di dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang
ditulis oleh Hasibuan (2007, p.108) mengatakan bahwa promosi berarti perpindahan dari
suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih
17
tinggi. Biasanya perpindahan jabatan ke jabatan yang lebih tinggi disertai dengan
peningkatan gaji atau upah lainnya walaupun tidak selalu demikian.
Sedangkan menurut Andrew F. Sikula masih didalam buku Manajemen Sumber
Daya Manusia yang ditulis oleh Hasibuan (2007, p.108) menyatakan bahwa secara
teknik promosi adalah suatu perpindahan didalam suatu organisasi dari satu posisi ke
posisi lainnya yang melibatkan baik peningkatan upah maupun status.
Jadi, promosi adalah perpindahan dari suatu jabatan kejabatan yang lebih tinggi,
wewenang dan tanggung jawab semakin besar, status serta pendapatan juga semakin
tinggi.
2.1.4.1 Tujuan Promosi Karyawan
Didalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Hasibuan (2007,
p.113) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dari promosi karyawan yaitu sebagai
berikut:
a. Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang semakin
besar kepada karyawan yang berprestasi kerja tinggi.
b. Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial yang
semakin tinggi dan penghasilan yang semakin besar.
c. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi, dan
memperbesar produktivitas kerjanya.
d. Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasinya promosi kepada
karyawan dengan dasar dan pada waktu yang tepat serta penilaian yang jujur.
e. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai (multiplier effect)
dalam perusahaan karena timbulnya optimal perusahaan.
f. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kreativitas
dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal perusahaan.
g. Untuk menambah atau memperluas pengetahuan serta pengalaman kerja para
karyawan ini merupakan daya dorong bagi karyawan lainnya.
h. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti. Agar jabatan itu
tidak kosong maka dipromosikan karyawan lainnya.
18
i. Karyawan akan dipromosikan kepada jabatan yang tepat, semangat, kesenangan,
dan ketenangannya dalam bekerja semakin meningkat sehingga produktivitas
kerjanya juga meningkat.
j. Untuk mempermudah penarikan pelamar sebab dengan adanya kesempatan
promosi merupakan daya pendorong serta perangsang bagi pelamar – pelamar
untuk memasukan pelamarnya.
k. Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan sementara menjadi
karyawan tetap setelah lulus dalam masa percobaannya.
2.1.4.2 Jenis – Jenis Promosi Karyawan
Menurut buku Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Hasibuan (2007,
p.113) mengatakan bahwa jenis promosi yang dikenal yaitu sebagai berikut:
1. Promosi Sementara (Temporary Promotion)
Seseorang karyawan dinaikkan jabatannya untuk sementara karena adanya
jabatan yang kosong yang harus segera diisi, seperti pejabat dekan.
2. Promosi Tetap (Permanent Promotion)
Seseorang karyawan dipromosikan dari suatu jabatan ke jabatan yang lebih
tinggi karena karyawan tersebut telah memenuhi syarat untuk dipromosikan.
Sifat promosi ini adalah
tetap.
Misalnya,
seorang
dosen
dipromosikan
menjadi dekan, wewenang, tanggung jawab, serta gajinya akan naik.
3. Promosi Kecil (Small Scale Promotion)
Menaikkan gaji seorang karyawan dari jabatan yang tidak sulit di
pindahkan ke jabatan yang sulit yang meminta keterampilan tertentu, tetapi tidak
disertai dengan peningkatan wewenang, tanggung jawab, dan gaji.
19
4. Promosi Kering (Dry Promotion)
Seorang karyawan dinaikkan jabatan ke lebih tinggi disertai dengan
peningkatan peringkat, wewenang, dan tanggung jawab tetapi tidak disertai
dengan kenaikan gaji atau upah.
Promosi yang digunakan dalam perusahaan yaitu promosi tetap (Permanent
Promotion) di mana setiap akhir tahun akan diadakan promosi jabatan pada karyawan
setelah dilakukan penilaian prestasi kepada masing – masing individu setelah itu
owner yang memutuskan dalam hal ini dan juga disertai dengan peningkatan gaji.
2.1.4.3 Syarat – Syarat Promosi Karyawan
Hasibuan (2007, p.111) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia
mengatakan bahwa dalam mempromosikan karyawan harus sudah mempunyai syarat –
syarat tertentu yang telah direncanakan dan dituangkan dalam program promosi
perusahaan. Syarat – syarat promosi harus diinformasikan kepada semua karyawan, agar
mereka mengetahuinya secara jelas. Hal ini penting untuk memotivasi karyawan agar
karyawan berusaha mencapai syarat – syarat promosi tersebut.
Persyaratan promosi untuk setiap perusahaan tidak selalu sama tergantung
kepada perusahaan masing – masing. Syarat – syarat promosi pada umunya meliputi
hal– hal berikut:
1. Kejujuran
Karyawan harus jujur terutama pada dirinya sendiri, bawahannya,
perjanjian – perjanjian dalam menjalankan atau mengelola jabatan tersebut,
harus sesuai dengan perbuatannya. Dia tidak menyelewengkan jabatannya untuk
kepentingan pribadinya.
2. Disiplin
Karyawan harus disiplin pada dirinya, tugas – tugasnya, serta menaati
peraturan – peraturan yang berlaku baik tertulis maupun kebiasaan. Disiplin
20
karyawan sangat penting karena hanya dengan kedisiplinan memungkinkan
perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal.
3. Prestasi Kerja
Karyawan
itu
mampu
mencapai
hasil
kerja
yang
dapat
dipertanggungjawabkan kualitas maupun kuantitas dan bekerja secara efektif dan
efisien. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dapat memanfaatkan waktu dan
mempergunakan alat – alat dengan baik.
4. Kerja Sama
Karyawan dapat bekerja sama secara harmonis dengan sesama karyawan
baik horizontal maupun vertikal dalam mencapai sasaran perusahaan. Dengan
demikian, akan tercipta suasana hubungan kerja yang baik diantara semua
karyawan.
5. Kecakapan
Karyawan itu cakap, kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan tugas –
tugas pada jabatan tersebut dengan baik. Dia bisa bekerja secara mandiri dalam
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik tanpa bimbingannya yang terus –
menerus dari atasannya.
6. Loyalitas
Karyawan harus loyal dalam membela perusahaan atau korps dari
tindakan yang merugikan perusahaan atau korpsnya. Ini menunjukkan bahwa dia
ikut berpartisipasi aktif terhadap perusahaan atau korpsnya.
7. Kepemimpinan
Dia harus mampu membina dan memotivasi bawahannya untuk bekerja
sama dan bekerja secara efektif dalam mencapai sasaran perusahaan. Dia harus
menjadi panutan dan memperoleh personality authority yang tinggi dari para
bawahannya.
21
8. Komunikatif
Karyawan dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima atau
mempersepsi informasi dari atasan maupun bawahannya dengan baik, sehingga
tidak terjadi miskomunikasi.
9. Pendidikan
Karyawan harus telah memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai
dengan spesifikasi pendidikan.
2.1.4.4 Asas – Asas Promosi Karyawan
Asas promosi harus dituangkan dalam program promosi secara jelas sehingga
karyawan mengetahui dan perusahaan mempunyai pegangan untuk mempromosikan
karyawan.
Asas – asas yang dibutuhkan dalam promosi karyawan menurut Hasibuan
didalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2007, p.108) menyatakan bahwa:
1. Kepercayaan
Promosi hendaknya berasaskan pada kepercayaan atau keyakinan
mengenai kejujuran,
kemampuan
dan
kecakapan
karyawan
yang
bersangkutan dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik pada jabatan
tersebut. Karyawan baru akan dipromosikan, jika karyawan itu menunjukkan
kejujuran, kemampuan, dan kecakapannya memangku jabatan.
2. Keadilan
Promosi berasaskan keadilan, terhadap penilaian kejujuran, kemampuan,
dan kecakapan semua karyawan. Penilaian harus jujur dan objektif tidak pilih
kasih atau like and dislike. Karyawan yang mempunyai peringkat (rangking)
terbaik hendaknya mendapatkan kesempatan pertama untuk dipromosikan tanpa
melihat suku, golongan dan keturunannya. Promosi yang berasaskan keadilan
akan menjadi alat motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan prestasinya.
22
3. Formasi
Promosi berasaskan kepada formasi yang ada, karena promosi karyawan
hanya mungkin dilakukan jika ada formasi jabatan yang kosong. Untuk itu harus
ada uraian pekerjaan atau jabatan (job description) yang akan dilaksanakan oleh
karyawan. Jadi, promosi hendaknya disesuaikan dengan formasi jabatan yang
ada di dalam perusahaan.
2.1.4.5 Dasar – Dasar Promosi Karyawan
Didalam buku Hasibuan yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia yang
ditulis (2007, p.109) yaitu program promosi hendaknya memberikan informasi yang
jelas, apa yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk mempromosikan seorang
karyawan dalam perusahaan tersebut. Hal ini penting supaya karyawan dapat
mengetahui dan memperjuangkan nasibnya. Pedoman yang dijadikan dasar untuk
mempromosikan karyawan adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman (Senioritas)
Pengalaman (Senioritas) yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya
pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja
seseorang, orang yang terlama bekerja dalam perusahaan mendapat prioritas
pertama dalam tindakan promosi.
Kebaikannya adalah penghargaan dan pengakuan bahwa pengalaman
merupakan saka guru yang berharga. Dengan pengalaman, seseorang akan
mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada
perusahaan dengan harapan suatu waktu ia akan dipromosikan.
Kelemahannya adalah seorang karyawan yang kemampuannya sangat
terbatas, tetapi karena sudah lama bekerja tetap dipromosikan. Dengan demikian,
perusahaan akan dipimpin oleh seorang yang berkemampuan rendah, sehingga
perkembangan dan kelangsungan perusahaan disangsikan.
2. Kecakapan (Ability)
23
Kecakapan (Ability) yaitu seseorang akan dipromosikan berdasarkan
penilaian kecakapan. Pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang yang cakap
atau ahli mendapat prioritas pertama untuk dipromosikan.
3. Kombinasi Pengalaman dan Kecakapan
Kombinasi pengalaman dan kecakapan yaitu promosi yang berdasarkan
pada lamanya pengalaman dan kecakapan. Pertimbangan promosi adalah
berdasarkan lamanya dinas, ijazah pendidikan formal yang dimiliki, dan hasil
ujian kenaikan golongan. Jika seseorang lulus dalam ujian maka hasil ujian
kenaikan dipromosikan. Cara ini adalah dasar promosi yang terbaik dan paling
tepat karena mempromosikan orang yang paling berpengalaman dan dan
terpintar, sehingga kelemahan promosi yang hanya berdasarkan pengalaman atau
kecakapan saja dapat diatasi.
Kebaikan – kebaikan dari kombinasi pengalaman dan kecakapan sebagai berikut:
a. Memotivasi
karyawan
untuk
memperdalam
pengetahuannya
bahkan
memaksa diri mengikuti pendidikan formal. Dengan demikian, perusahaan
akan mempunyai karyawan yang semakin terampil.
b. Moral karyawan akan semakin baik, bergairah, semangat, dan prestasi
kerjanya semakin meningkat karena ini termasuk elemen – elemen yang
dinilai untuk promosi.
c. Disiplin karyawan semakin baik karena disiplin termasuk elemen yang
akan mendapat penilaian prestasi untuk dipromosikan.
d. Memotivasi berkembangnya persaingan yang sehat dan dinamis diantara para
karyawan sehingga mereka berlomba – lomba untuk mencapai kemajuan.
e. Perusahaan akan menempatkan karyawan untuk mencapai tujuan.
Kelemahan dari kombinasi pengalaman dan kecakapan yaitu sebagai berikut:
a. Karyawan yang kurang mampu akan frustasi bahkan mengundurkan
diri dari perusahaan itu
24
b. Biaya perusahaan akan semakin besar karena adanya ujian kenaikan
golongan
Dengan perusahaan
melakukan promosi karyawan, diharapkan
dengan
perpindahan karyawan dari suatu jabatan kejabatan yang lebih tinggi, wewenang dan
tanggung jawab mereka semakin besar, sehingga hal tersebut dapat menekan tingkat
turnover dan memperbaiki tingkat retensi karyawan.
2.1.5. Retensi Karyawan
2.1.5.1 Pengertian Retensi Karyawan
Berdasarkan Mathis & Jackson (2006, p.126-128), retensi karyawan merupakan
upaya untuk mempertahankan karyawan di dalam organisasi.Retensi karyawan mengacu
pada berbagai kebijakan dan praktik yang mengarahkan karyawan agar bertahan di
organisasi untuk jangka waktu yang lebih lama. Setiap organisasi menginvestasikan
waktu dan uang untuk mengembangkan rekruitmen baru agar ia siap bekerja dan dapat
menyamai karyawan yang sudah ada (Gayathri, Sivaraman, & Kamalambal, 2012).
Selanjutnya, menurut Gayathri et al (2012) kehilangan karyawan selalu berarti
kehilangan pengetahuan, modal, keahlian, dan pengalaman.Maka, menjadi kehilangan
yang sangat besar bagi organisasi apabila organisasi kehilangan orang yang sangat
terlatih. Bila organisasi kehilangan seseorang dengan banyak pengetahuan, pada
dasarnya organisasi telah kehilangan pendapatan yang seharusnya dihasilkan karyawan
tersebut.
Jadi, sangat penting bagi organisasi agar tidak kehilangan karyawan, yang dapat
mengakibatkan kerugian dan inefisiensi dalam pekerjaan organisasi. Sehingga perlu
dikembangkan
langkah-langkah
yang
diperlukan
agar
perusahaan
dapat
mempertahankan aset sumber daya manusianya.
Semakin besar karyawan merasa organisasi tempatnya bekerja mengembangkan
kebijakan sumber daya manusia yang berpusat pada kesejahteraan secara profesional,
25
maka semakin kecil kecenderungan karyawan untuk meninggalkan organisasi yang
mempekerjakan mereka (Paille, Bordeau & Galois, 2010).
2.1.5.2 Indikator Retensi Karyawan
Mathis & Jackson (2006, p.128-135) menyampaikan bahwa, ada beberapa faktor
penentu terhadap retensi karyawan, faktor penentu inilah yang penulis jadikan sebagai
indikator untuk mengukur retensi karyawan di perusahaan, faktor tersebut yaitu:
1) Komponen Organisasional
Beberapa
komponen
organisasional
mempengaruhi
karyawan
dalam
memutuskan apakah bertahan atau meninggalkan perusahaan mereka. Organisasi
yang memiliki budaya dan nilai yang positif serta berbeda mengalami perputaran
karyawan yang lebih rendah. Strategi, peluang, dan manajemen organisasional di
dalam perusahaan yang dikelola dengan baik juga akan mempengaruhi retensi
karyawan. Demikian pula dengan kontinuitas dan keamanan kerja (job security)
seseorang di suatu organisasi, juga turut berpengaruh terhadap retensi karyawan.
2) Peluang Karier Organisasional
Survei terhadap karyawan di semua jenis pekerjaan tetap menunjukkan bahwa
usaha pengembangan karir organisasional dapat mempengaruhi tingkat retensi
karyawan secara signifikan.Faktor-faktor yang mendasarinya adalah pelatihan
karyawan secara kontinu yang dilakukan perusahaan, pengembangan dan
bimbingan karier terhadap seseorang, serta perencanaan karier formal di dalam
suatu organisasi.
3) Penghargaan
Penghargaan nyata yang diterima karyawan karena bekerja, datang dan
pembentukan gaji, insentif, dan tunjangan. Menurut banyak survei dan
pengalaman, satu hal yang penting terhadap retensi karyawan adalah mempunyai
praktik kompensasi yang kompetitif. Penghargaan yang kompetitif tersebut dapat
dilakukan dalam bentuk gaji dan tunjangan yang kompetitif, penghargaan
26
berdasarkan kinerja, pengakuan terhadap karyawan serta tunjangan dan bonus
spesial.
4) Rancangan Tugas dan Pekerjaan
Faktor mendasar yang mempengaruhi retensi karyawan adalah sifat dari tugas
dan pekerjaan yang dilakukan. Beberapa organisasi menemukan bahwa angka
perputaran karyawan yang tinggi dalam beberapa bulan lamanya pekerjaan
sering kali dihubungkan dengan usaha penyaringan seleksi yang kurang
memadai.Rancangan tugas dan pekerjaan yang baik harus memperhatikan unsur
tanggung jawab dan otonomi kerja, fleksibilitas kerja karyawan, kondisi kerja
yang baik (faktor fisik dan lingkungan seperti, ruang, pencahayaan, suhu,
kegaduhan dan sejenisnya), dan keseimbangan kerja/kehidupan karyawan.
5) Hubungan Karyawan
Hubungan yang dimiliki para karyawan dalam organisasi menjadi faktor yang
diketahui dapat mempengaruhi retensi karyawan. Apabila karyawan memperoleh
perlakuan yang adil atau tidak diskriminatif, mendapat dukungan dari supervisor
atau manajemen, dan memiliki hubungan dengan rekan kerja yang baik, maka
hal-hal ini akan mempengaruhi retensi karyawan.
2.1.5.3 Manajemen Retensi Karyawan
Agar dapat mengelola retensi karyawan dengan baik, penting bagi perusahaan
untuk mengatur retensi para karyawan.Apabila kurang diperhatikan, retensi karyawan
kemungkinan besar tidak berhasil. Menurut Mathis & Jackson (2006, p.136-143), proses
manajemen retensi karyawan terdiri atas:
1) Pengukuran dan penilaian retensi karyawan
Guna memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil untuk meningkatkan
retensi karyawan dan mengurangi perputaran, keputusan manajemen lebih
membutuhkan data dan analsis daripada kesan subjektif dati situasi individual
yang dipilih, atau reaksi terhadap hilangnya beberapa orang penting.Oleh karena
itu, adalah penting untuk mempunyai beberapa jenis ukuran dan analisis yang
berbeda. Data yang dapat diukur dan dinilai, terdiri dari:
•
Analisis pengukuran perputaran
27
•
Biaya perputaran
•
Survei karyawan
•
Wawancara keluar kerja
2) Intervensi Retensi Karyawan
Berbagai intervensi Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilakukan untuk
memperbaiki retensi karyawan. Perputaran dapat dikendalikan dan dikurangi
dengan beberapa cara, yaitu:
•
Proses perekrutan dan seleksi
•
Orientasi dan pelatihan
•
Kompensasi dan tunjangan
•
Perencanaan dan pengembangan karier
•
Hubungan karyawan
3) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Setelah usaha intervensi dilakukan, selanjutnya evaluasi dan tindak lanjut dapat
dilakukan dengan cara:
•
Menelaah data perputaran secara tetap
•
Memeriksa hasil intervensi
•
Menyesuaikan usaha intervensi
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai tinjauan pustaka dalam rangka
penyusunan pnelitian ini. Kegunaan dari penelitian terdahulu ini untuk mengetahui hasil
penelitain yang telah digunakkan oleh peneliti terdahulu. Berikut ini adalah hasil-hasil
dari penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis :
1. Pengaruh Capacity Development terhadap Retensi Karyawan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asiya Gul, Sajjad Akbar dan Zeb Jan
(2012) , ditemukan bahwa Capacity Development dan retensi karyawan memiliki
hubungan yang terikat secara keseluruhan, ketika Capacity Development telah
28
dilengkapi maka perusahaan akan memiliki tenaga kerja yang berdedikasi dan
dapat dipercaya. Didalam penelitian mereka, terdapat 2 faktor yang dapat
diggunakan yaitu training and development. Hubungan langsung antara training
and development dan retensi karyawan diketahui dapat menekan tingkat
keluarnya karyawan, dengan adanya training and development karyawan dapat
diberikan pelatihan dan pembelajaran untuk mengasah kemampuan mereka.
Jadi dapat disimpulkan dari penelitian di atas bahwa salah satu hal yang dapat
digunakkan untuk meningkatkan retensi karyawan adalah dengan training and
development, training and development tidak hanya meningkatkan kemampuan
karyawan tetapi juga dapat meningkatkan kinerja organisasi.
2. Pemberdayaan Karyawan terhadap Retensi Karyawan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asiya Gul, Sajjad Akbar dan Zeb Jan
(2012), ditemukan bahwa pemberdayaan karyawan dan retensi karyawan
memiliki hubungan terikat secara keseluruhan. Mereka mengemukakan bahwa
apabila pemberdayaan karyawan diterapkan dengan baik dapat menjadi strategi
kunci
untuk
retensi
karyawan.
Karyawan
bertanggung
jawab
untuk
melaksanakan kebijakan dan program pengelolaan sehingga saran dan ide-ide
mereka bisa membantu manajer untuk mengambil keputusan praktis dan relevan
bagi profitabilitas perusahaan. Para manajer harus memberdayakan karyawan
untuk mengambil keputusan yang diperlukan pada pekerjaan yang berhubungan
dengan bisnis. Karyawan harus diberikan wewenang penting dalam memulai ideide mereka untuk mendorong budaya saling berbagi dan keadilan di perusahaan.
Jika karyawan mengetahui bahwa suara mereka didengar dan diimpelmentasikan
dalam pelaksanaan kebijakan bisnis, mereka akan loyal dan berkomitmen untuk
perusahaan.
Mendukung penelitian sebelumnya, Sergio Fernandez & Sun Young Kim (2013),
menemukan bahwa pemberdayaan karyawan dan retensi karyawan memiliki
hubungan terikat secara keseluruhan. Mereka mengemukakan bahwa terdapat
beberapa faktor pemberdayaan karyawan yang dapat meningkatkan retensi
karyawan seperti, perusahaan memiliki sumber daya yang cukup, perusahaan
29
menggunakan bakat karyawan dengan baik, jumlah kerjasama di tempat kerja,
kondisi kerja fisik dan persepsi keadilan yang memiliki dampak terhadap tingkat
retensi karyawan yang dibuktikan dalam kasus. Dalam
penelitian ini,
menunjukkan bahwa pemberdayaan karyawan positif mempengaruhi retensi
karyawan. Sehingga apabila faktor tersebut terpenuhi maka hal tersebut dapat
membantu meningkatkan retensi karyawan.
Jadi dapat disimpulkan dari penelitian diatas bahwa pemberdayaan karyawan
merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan retensi karyawan
diperusahaan. Perusahaan dapat memberikan wewenang untuk menyampaikan
saran atau ide-ide mereka, apabila saran mereka diimplementasikan
maka
karyawan akan merasa dihargai dan berkomitmen terhadap perusahaan.
3. Pengaruh Promosi Karyawan terhadap Retensi Karyawan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paula Phillips Carson, Kerry D. Carson,
Rodger W. Griffeth, Robert P. Steel (2011), ditemukan bahwa promosi karyawan
tidak berpengaruh terhadap retensi karyawan. Beberapa isu yang dibahas dalam
penelitian ini yang dapat menjelaskan ketidakkonsistenan ini. Peneliti terdahulu
membedakan antara tiga operasionalisasi promosi: (1) kepuasan promosi; (2)
persepsi kesempatan promosi; dan (3) promosi yang sebenarnya. Dari hasil
penelitian tersebut, mereki tidak menemukan hubungan yang signifikan antara
promosi karyawan dan retensi karyawan.
Mendukung penelitian sebelumnya, Asiya Gul, Sajjad Akbar dan Zeb Jan (2012),
mengemukakan bahwa promosi karyawan tidak berpengaruh terhadap retensi
karyawan. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa promosi tidak terlalu
penting bagi karyawan dan promosi bukanlan prioritas utama para karyawan,
tetapi karyawan mengarapkan perusahaan berfokus kepada hal lain seperti
pelatihan dan pemberdayaan karyawan. Para peneliti mengungkapkan bahwa
perusahaan harus berhati-hati dalam merancang strategi promosi karyawan.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa, tidak hanya promosi merupakan
sumber kepuasan karyawan, tetapi ada imbalan lain juga untuk mempertahankan
dan menarik karyawan.
30
Jadi dapat disimpulkan dari penelitian diatas bahwa promosi karyawan tidak
memiliki pengaruh terhadap retensi karyawan, sehingga perusahaan harus
memfokuskan untuk memperbaiki hal-hal lain yang menjadi sumber kepuasan
karyawan untuk dapat mempertahankan karyawan di perusahaan.
2.3 Kerangka Konsep Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Capacity Development
(X1)
Pemberdayaan
Karyawan (X2)
Retensi Karyawan (Y)
Promosi Karyawan (X3)
Sumber: Journal 2012
2.4 Hipotesis
Berdasarkan dari permasalahan yang telah diajukan dan tujuan penelitian serta
tinjauan pustaka, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
31
1. Hipotesis 1:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Capacity Development dengan
retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Capacity Development
dengan retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities
2. Hipotesis 2:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara pemberdayaan karyawan
dengan retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberdayaan
karyawan dengan retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities
3. Hipotesis 3:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara promosi karyawan
dengan retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara promosi karyawan
dengan retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities
4. Hipotesis 4:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara pengembangan kapasitas,
pemberdayaan karyawan, dan promosi karyawan secara simultan
terhadap retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengembangan
kapasitas, pemberdayaan karyawan, dan promosi karyawan secara
simultan terhadap retensi karyawan PT. UOB Kay Hian Securities.
Download