BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengukuran nilai perusahaan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian terdahulu berikut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan: Antomy Wibisono (2014) Penelitian ini menggunakan nilai perusahaan sebagai variabel dependen (varriabel terikat). Sedangkan variabel independen (variabel bebas) terdiri dari penerapan GCG, Age (umur), market share, dan sektor industri. Pengukuran GCG dengan menggunakan proksi GCG Score. Dimana GCG Score diukur dengan 5 Subindex, yaitu Hak Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Komite Audit dan Audit Internal, dan Pengungkapan kepada Investor. Populasi penelitian ini yaitu Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20072011. Sampel yang digunakan berjumlah 40 perusahaan. Penelitian ini dilakukan dalam semua sektor industri yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dan memiliki data lengkap terkait dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa CGI dan market share berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Age berpengaruh signifikan tetapi berhubungan 10 11 negatif terhadap nilai perusahaan. Sektor industi ada yang sebagian berpengaruh dan ada yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini yaitu pada variabel dependennya yaitu nilai perusahaan. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel independen yang digunakan. Penelitian saat ini menggunakan variabel independen penerapan GCG, Age (umur), market share, dan sektor industry, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel independen GCG dan pengungkapan CSR. Henry Servaes dan Ade Tamayo (2013) Penelitian Sarvaes dan Tamayo menggunakan variabel dependen (terikat) yaitu nilai perusahaan dengan melalui peran kesadaran pelanggan. Sedangkan variabel independen (bebas) yang digunakan yaitu CSR. Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan alat ukur Tobin’s Q. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan nilai perusahaan berhubungan positif untuk perusahaan dengan kesadaran pelanggan yang tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh pengeluaran iklan. Untuk perusahaan yang memiliki intensitas iklan rendah, menunjukkan CSR terhadap nilai perusahaan berhubungan negatif dan tidak signifikan. Persamaan penelitian Sarvaes dan Tamayo dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Alat ukur yang digunakan sama-sama menggunakan alat ukur Tobin’s Q. Sedangkan perbedaan penelitian Sarvaes dan Tamayo dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat 12 pada variabel independen dan variabel pendukung yang digunakan. Penelitian Sarvaes dan Tamayo menggunakan variabel independen yaitu CSR, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel independen CSR dan GCG. Penelitian Sarvaes dan Tamayo menggunakan variabel moderating yaitu intensitas periklanan dan potensial. Bhekti Fitri (2013) Penelitian ini menggunakan topik nilai perusahaan, dengan variabel dependen (terikat) yaitu nilai perusahaan. Sedangkan variabel independen (bebas) yaitu ukuran perusahaan, leverage, price earning ratio, dan profitabilitas. Nilai perusahaan penelitian ini menggunakan alat ukur Tobin’s Q. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, price earning ratio, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, hasil uji menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, price earning ratio, dan profitabilitas ada pengaruh positif terhadap nilai perusahaan secara parsial. Sedangkan leverage menunjukkan tidak mempengaruhi nilai perusahaan secara parsial. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel independen ukuran perusahaan, leverage, price earning ratio, dan profitabilitas. Dan dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol, sedangkan dalam panelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel 13 independen yaitu penerapan GCG (Good Cororate Governace) dan pengungkapan CSR (Corporate Sosial Responsibility). Vincentius Randy (2013) Penelitian ini menggunakan topik nilai perusahaan, variabel dependen (terikat) yang digunakan yaitu nilai perusahaan, sedangankan variabel independen (bebas) yang terdiri dari ukuran perusahaan, market share, dan sektor industri. Populasi yang digunakan penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Sedangkan sampel yang digunakan berjumlah 36 perusahaan. GCG Score diukur melalui hak pemegang saham, dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan audit internal, dan pengungkapan kepada investor. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa market share tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sektor industri berpengaruh terhadap nilai perusahaan. GCG berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu variabel dependen yang sama yaitu nilai perusahaan. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu variabel independen yang digunakan. Penelitian terdahulu menggunakan variabel independen yaitu ukuran perusahaan, market share, dan sektor industri yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan variabel independen GCG (Good Cororate Governace) dan CSR (Corporate Sosial 14 Responsibility). Dalam penelitian terdahulu populasi penelitian yaitu perusahaan manufaktur, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti ini populasinya yaitu perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan GCG. Zefanya Gwenda (2013) Penelitian ini menggunakan variabel dependen (terikat) yaitu nilai perusahaan, sedangkan variabel independen (bebas) yaitu terdiri dari share ownership, debt ratio, dan sektor industri. GCG Score diukur dengan proksi share holder right, boards of directors, outside directors, audit committee and internal auditor, disclosure to investors. Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu semua sektor industri yang terdaftar di BEI. Pengukuran nilai perusahaan pada penelitian ini dengan alat ukur Tobin’s Q. Hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan GCG score, share ownership, debt ratio, dan sektor industri berpengaruh terhadap nilai perusahaan yaitu GCG score berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, share ownership berpengaruh terhadap nilai perusahaan, debt ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, dan sektor industri tidak semua mempengaruhi nilai perusahaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diakukan memiliki perbedaan yaitu diantaranya perbedaan dalam variabel independen, dalam penelitian terdahulu menggunakan variabel independen yang terdiri dari share ownership, debt ratio, dan sektor industri, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel 15 independen yaitu GCG (Good Cororate Governace) dan CSR (Corporate Sosial Responsibility). Margaret Susanto (2013) Penelitian ini mengangkat topik nilai perusahaan, variabel dependen (terikat) yaitu nilai perusahaan, sedangkan variabel independen (bebas) yaitu terdiri dari ukuran perusahaan, debt ratio, dan sektor industri. Nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Tobin’s Q, sedangkan GCG dihitung dengan menggunakan GCG Score dengan variabel tertentu. Sampel yang digunakan penelitian ini yaitu semua industri yang terdaftar di BEI sebanyak 30 perusahaan periode 2007-2011. Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar pula. Variabel GCG berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel sektor industri ada yang berpengaruh signifikan tetapi ada juga yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada variabel independen, dalam penelitian terdahulu menggunakan variabel ukuran perusahaan, debt ratio, dan sektor industri, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel independen yaitu GCG (Good Corporate 16 Governance) dan CSR (Corporate Sosial Responsibility). Perbedaan lain yaitu terdapat dalam populasi yang digunakan, dalam penelitian terdahulu menggunakan populasi penelitian yaitu semua industri yang terdaftar di BEI periode 2007-2011, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan populasi yaitu perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan GCG periode 2011-2014. Mochamad Ridwan (2013) Penelitian ini menggunakan variabel dependen (terikat) yaitu nilai perusahaan, sedangkan variabel independen (bebas) pada penelitian ini yaitu earning management. Variabel moderasi yaitu komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan klasifikasi kantor akuntan publik. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang berjumlah 111 perusahaan, dan sampel yang digunakan yaitu sebesar 103 perusahaan. Alat ukur yang digunakan yaitu Moderate Regression Analysis. Hasil penelitian membuktikan bahwa earning management berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan klasifikasi KAP merupakan variabel pemoderasi pengaruh hubungan earning management sedangkan komisaris independen dan komite audit bukan merupakan variabel moderasi. Persamaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu nilai perusahaan yang digunakan sebagai variabel dependen. Perbedaan dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan 17 dilakukan oleh peneliti yaitu terdapat dalam variabel independen, penelitian terdahulu menggunakan variabel independen yaitu earning management, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan variabel independen yaitu GCG (Good Corporate Governance) dan CSR (Corporate Sosial Responsibility). Reny Diah (2012) Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu nilai perusahaan, sedangkan variabel independen yaitu GCG dan pengungkapan CSR. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010 yang termasuk dalam peringkat CGPI yang diberikan oleh IICG untuk tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010. Hasil penelitian menunjukkan 1) GCG berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010 2) Pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size, Jenis industri, Profitabilitas, dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010 3) GCG dan Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Persamaan penelitian Reny dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada variabel dependen yaitu nilai perusahaan dan variabel independen yaitu GCG dan pengungkapan CSR. Sedangkan perbedaan penelitian Reny dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada periode penelitian dan variabel kontrol yang digunakan. Periode penelitian Reny yaitu tahun 2007-2010, sedangkan penelitian 18 yang akan dilakukan menggunakan periode penelitian yaitu 2010-2014. Variabel kontrol dalam penelitian Reny yaitu ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage, dan jenis industry, sedangkan penelitian yang akan dilakukan tanpa menggunkan variabel kontrol. 2.2 Landasan Teori Dalam sub bab ini akan diuraikan teori-teori yang mendasari penelitian, yang akan dijelaskan secara sistematis mulai dari teori-teori yang bersifat umum menuju teori yang bersifat khusus sehingga dapat menentukan kerangka pikir penelitian serta hipotesis penelitian. 2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menggambarkan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional (disebut agent) yang lebih paham dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Apabila perusahaan yang dikelola memperoleh laba yang besar, maka keuntungan yang didapatkan agents juga akan besar. Dengan demikian, perusahaan yang modalnya berasal dari pemegang saham saja dan pengelolaan perusahaan dijalankan tenaga professional, maka kesejahteraan pemegang saham tergantung pada perilaku pihak agents dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agen yang risk averse dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan 19 resource (berinvestasi) yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Apabila pemilik perusahaan tidak memiliki sifat mementingkan diri sendiri, maka hal ini dapat meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan agensi ini akan diperlukan guna mengingatkan agen bahwa dengan mengendalikan perilaku manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kemampuan untuk mengendalikan perilaku manajemen dapat meminimalkan terjadinya penghamburan sumber daya perusahaan. 2.2.2 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dalam entitas ekonomi tidak hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, melainkan dari sumber pendaan lain seperti hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek. Sehingga penilaian yang diperlukan perusahaan tidak hanya fokus terhadap investor saja, melainkan juga terhadap kreditur. Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh kreditur, akan menunjukkan semakin besar dan semakin tinggi pula kepercayaan yang diberikan. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini (Hadi Muttaqin, 2013). Nilai perusahaan menurut Rika dan Islauhudin (2008:7) dalam Reny Dyah (2012) didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. 20 Tujuan operasional perusahaan salah satunya yaitu untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan yang memprioritaskan pada perolehan keuntungan, pada umumnya akan memfokuskan kegiatannya untuk meningkatkan nilai perusahaan hingga mencapai tingkat maksimum (laba sebagai tolok ukur keberhasilan). Dengan demikian, nilai perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak oleh calon investor jika saham suatu perusahaan akan dijual. Perusahaan yang menjual saham ke masyarakat dan telah go public, tercermin pada harga saham yang diperjualkan di bursa efek. Berdasarkan pemikiran bahwa semakin tinggi kemakmuran pemegang saham, akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikin indikator nilai perusahaan adalah harga saham yang telah diperjualbelikan di bursa efek. Dalam hal ini dengan meningkatnya nilai perusahaan identik dengan meningkatnya harga saham. Nilai perusahaan dibentuk melalui indicator nilai pasar saham yang dipengaruhi oleh peluang-paluang investasi. Adanya peluang investasi tersebut dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur Tobin’s Q yang mengandung unsur dari harga saham penutupan akhir tahun dikali dengan jumlah saham yang beredar ditambah total liabilitas kemudian ddibagi dengan nilai buku total ekuitas ditambah dengan total liabilitas menurut James Tobin sebagaimana dikutip oleh Vinola Herawati (2008). 21 2.2.3 Good Corporate Governance (GCG) Pengertian Corporate Governance menurut Turnbull Report di Inggris (April 1999) yang dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma, mendefinisikan corporate governance sebagai suatu system pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang. Berdasarkan pengertian tersebut, GCG secara singkat dapat dijelaskan sebagai seperangkat sistem yang mengatur serta mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan dalam jangka panjang. ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa GCG mengandung empat nilai utama yaitu: accountability, transparency, fairness, dan responsibility. Keempat nilai utama tersebut penting dilakukan karena dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan demikian, Indonesia mengharapkan penerapan konsep GCG dapat meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Dengan kemakmuran pemegang saham yang tinggi diharapkan dapat meyakinkan para pemegang saham dan pihak kreditor akan memperoleh hasil atas investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. 2.2.4 Corporate Sosial Responsibility (CSR) The World Business Council on Sustainable Development (WBCSD mendefinisikan CSR (Corporate Social Responsibilty) sebagai bentuk komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dan 22 untuk melaksanakan etika keperilakuan, melalui kerja sama dengan para karyawan dan keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat untuk keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Pada umumnya pengertian Corporate Sosial Responsibility jika dihubungkan dengan penerapan GCG adalah bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Secara garis besar GCG merupakan mekanisme bagi suatu perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi tanggungjawab sosial di bidang hukum. Secara teoritik, CSR (Corporate Social Responsibilty) didefinisikan sebagai tanggungjawab moral suatu perusahaan terhadap pemangku kepentingan, terutama masyarakat disekitar lingkungan kerja dan operasinya. Kotler (2005) dalam buku yang diterjemahkan oleh Totok Mardikanto (2014) yang berjudul CSR (Corporate Social Responsibility) menyatakan bahwa corporate social responsibility merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan komunitas melalui praktek bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya yang dimiliki perusahaan. 23 2.2.5 Pengungkapan CSR Pengungkapan CSR adalah penyampaian informasi yang dilakukan oleh organisasi yang menjelaskan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan termasuk pengungkapannya dalam laporan keuangan terhadap pemegang saham dan lingkungannya sebagai publikasi khusus atau bahkan sebagai iklan yang berorientasi sosial. Menurut Grey, Owen, dan Mounders (1991) perwujudan CSR dipandang sebagai cara manajemen berinteraksi dengan masyarakat luas untuk mempengaruhi persepsi eksternal tentang organisasi mereka. Informasi yang diberikan berupa pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapnkan dalam laporan berkelanjutan atau Sustainability Reporting. Sustainability Reporting merupakan pelaporan yang melaporkan kegiatannya mengenai ekonomi, lingkungan, sosial, kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan (AAC 2004 dalam Anggraini 2006) Pengungkapan CSR akan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Pengungkapan tersebut akan dapat diterima ketika perusahaan dapat menjalankan tanggung jawab sosial kepada masyarakat, karena dengan hal ini akan memberikan gambaran mengenai organisasi kepada masyarakat luas. Oleh karena itu akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam hal nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Hartanti, 2006 dalam Ni Wayan Rustiarini, 2010). 24 Pengungkapan CSR ini dinilai dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan dengan jumlah pengungkapan yang disyaratkan GRI yang terdiri dari 6 aspek pengungkapan yang meliputi: indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan, indikator kinerja sosial (tenaga kerja, Hak Asasi Manusia, Sosial, dan tanggung jawab produk). Standar GRI yang digunakan dalam penelitian ini yaitu version 3.1 yang meliputi 81 item, terdiri dari 9 indikator ekonomi, 30 indikator lingkungan hidup, 14 indikator praktek tenaga kerja, 11 indikator Hak Asasi Manusia, 8 indikator kemsyarakatan, dan 9 indikator tanggung jawab produk. GRI (Global Reporting Invitiative) merupakan jaringan yang berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menurus melakukan perbaikan di dunia. 2.2.6 Hubungan GCG (Good Corporate Governance) dengan Nilai Perusahaan Komite Nasional Kebijakan Corporate Goverenance (KNKCG) telah menjelaskan bahwa setiap perusahaan diberikan tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG untuk dapat memperbaiki ekonomi paskakrisis dan untuk meningkatkan nilai investasi dalam jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut maka perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dituntut untuk memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham. Penerapan GCG diukur dengan menggunakan alat ukur GCG Score. Implementasi penerapan GCG di perusahaan tersebut dikatakan bagus apabila 25 perusahaan memiliki angka GCG Score yang tinggi. Besarnya variasi dalam pelaksanaan mekanisme Corporate Governance akan berdampak untuk meningkatkan nilai pasar saham dari perusahaan (Black, Jang, dan Kim, 2013) dalam (Vincentius Randy, 2013). Salah satu tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui dividen dan meningkatkan harga saham (Penman, 2004) dalam Vincentius (2013). GCG (Good Corporate Governance) merupakan bentuk komitmen perusahaan terhadap implementasi prinsip-prinsip GCG yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mempertahankan dan menumbuhkan kepercayaan para investor (terutama investor asing). Penerapan mekanisme Corporate Governance secara konsisten dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen, meningkatkan kualitas laporan keuangan dan nilai perusahaan (Chen dan Jaggi, 2000). Perusahaan yang menerapkan mekanisme Corporate Governance dengan konsisten akan dapat meningkatkan kinerja manajemen, hal ini akan meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan baik. Apabila laporan keuangan disajikan dengan baik akan banyak diminati oleh investor atau kepercayaan investor terhadap perusahaan akan meningkat. Oleh karena itu semakin meningkatnya minat investor terhadap perusahaan maka akan meningkatkan harga saham pasar dan jumlah saham yang beredar akan semakin tinggi. Semakin tinggi harga pasar saham, maka kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Sehingga dengan kemakmuran pemegang saham yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan. 26 2.2.8 Hubungan CSR (Corporate Sosial Responsibility) dengan Nilai Perusahaan Pengungkapan CSR merupakan bukti adanya tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat atau lingkungannya atas kegiatan operasional di lingkungan masyarakat yang mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan. CSR telah diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 yang berisi tentang kewajiban Perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Adanya peraturan tersebut untuk menjalin hubungan yang seimbang antara perusahaan dengan pihak eksternal dan sesuai dengan lingkungan, nilai, budaya, dan masyarakat setempat. CSR dalam hal ini diterapkan untuk memberikan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kemakmuran bagi pemegang saham, serta untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna menciptakan perusahaan yang going concern. Perusahaan yang dapat memberikan kesejahteraan yang tinggi dan tingkat sosial yang tinggi akan direspon baik oleh masyarakat. Semakin banyak pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, citra perusahaan menjadi meningkat. Investor akan lebih berminat denga perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat, karena dengan citra yang aik perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi. Hal ini akan meningkatkan pengawasan kinerja manajemen, sehingga akan menghasilkan kualitas laporan keuangan yang baik dan semakin meningkat. Loyalitas konsumen yang tinggi akan dapat meningkatkan penjualan perusahaan dan semakin membaik, sehingga profitabilitas perusahaan juga akan meningkat. Semakin banyak investor yang 27 berminat dengan perusahaan, akan meningkatkan harga pasar saham dan jumlah saham yang beredar. Dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan. 2.3 Kerangka Pemikiran Good Corporate Governance dan CSR saat ini mendapat sorotan publik di Indonesia. GCG atau lebih dikenal dengan sebutan tata kelola perusahaan ini sudah tidak asing bagi Indonesia. Awal munculnya GCG ini karena adanya ketidak konsistenan dalam pengelolaan suatu perusahaan dan karena pengelolaan perusahaan yang tidak sehat, sehingga perusahaan perlu menerapkan tata kelola perusahaan yang baik supaya pengelolaan dalam perusahaan menjadi lebih baik dan mampu berkembang secara going concern. Corporate Sosial Responsibility (CSR) saat ini mulai mendapat perhatian dan menjadi suatu fenomena yang menarik di Indonesia. Praktik CSR di Indonesia telah diubah dari yang semula tanggung jawab sukarela menjadi tanggung jawab yang bersifat wajib bagi perusahaan untuk kepentingan sosial dan masyarakat. Dengan memahami alasan yang telah diungkapkan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan GCG mampu dilakukan dengan baik oleh perusahaan yang nantinya dapat menjadikan perusahaan bisa berkembang secara going concern, serta bagaimana suatu perusahaan dalam mengungkapkan CSR yang sekarang menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan dan penjelasan diatas, dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut: 28 GCG (Good Corporate Governance) NILAI PERUSAHAAN Pengungkapan CSR (Corporate Sosial Responsibility) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara waktu dianggap benar. Selain itu, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan yang akan diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Dalam penelitian terdahulu dijelaskan bahwa sebagian besar menyatakan GCG berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sehingga peneliti ingin meneliti kembali dan dapat menggunakan hipotesis seperti di bawah ini. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, hubungan antar variabel, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Good Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan. H2: Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan.