Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 7~11 7 PROMOSI DAN PEMASARAN EKOWISATA KONSERVASI PENYU DI PANTAI GOA CEMARA, KABUPATEN BANTUL 1 2 3 Dini Rahmawati , Rina Dwi Handayani , Yuli Sariwaty S 1 Universitas BSI e-mail: [email protected] 2 AKPAR BSI Bandung e-mail: [email protected] 3 Universitas BSI e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini adalah tentang pengembangan pemasaran produk ekowisata konservasi penyu hijau yang berlokasi di pantai Goa Cemara, Kabupaten Bantul. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pemasaran suatu produk ekowisata yang bersifat khusus yaitu konservasi penyu hijau. Sejauh ini, pengelola ekowisata konservasi tersebut belum melakukan pemasaran secara maksimal, seperti hanya melalui leaflet, papan pengumuman di kawasan pantai Goa Cemara dan penyebaran informasi dari mulut ke mulut. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penulis melakukan pengamatan dan wawancara langsung di lokasi konservasi penyu hijau. Hasil dari pengamatan dan wawancara tersebut kemudian diidentifikasi dan dibuatlah konsep pengembangan pemasarannya. Pemasaran akan dikembangkan dengan menggunakan bauran pemasaran 4P yaitu product, price, place dan promotion. Namun sebelum itu, dilakukan dahulu proses STP (Segmenting, Targeting, Positioning) untuk memperkuat citra produk dan agar target sasaran wisatawan/pengunjung dapat terbidik secara tepat. Keywords: Pemasaran, STP, Bauran Pemasaran 4P 1. Pendahuluan Sumbangan sektor pariwisata kepada negara selama ini menempati urutan ketiga setelah ekspor minyak dan gas dan ekspor tekstil dan manufaktur. Sector pariwisata juga mampu menghidupkan perekonomian masyarakat, baik dalam sector jasa maupun industry barang-barang kerajinan (Himawan, 2004). Diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah telah mendorong masingmasing provinsi untuk mencari berbagai sumber pembiayaan bagi daerahnya masing-masing. Era otonomi daerah menuntut kemandirian daerah dalam mengelola aset-aset daerah yang dimilikinya, salah satunya sektor pariwisata. Konservasi penyu hijau merupakan sebuah kegiatan ekowisata yang memberikan edukasi di pantai Goa Cemara, Kabupaten Bantul. Di lokasi ini, pengunjung tidak hanya mendapat edukasi tentang pelestarian lingkungan tetapi juga pengetahuan tentang kehidupan penyu hijau yang harus dijaga kelangsungan hidupnya. Hingga saat ini, pengunjung yang datang ke konservasi penyu hijau ini masih sebatas ketika masa pelepasan tukik (anak penyu hijau). Wisatawan mengadopsi satu tukik yang nantinya akan dilepaskan ke laut lepas dii pesisir pantai Goa Cemara. Sebenarnya masih banyak kegiatan menarik lainnya yang dapat dilakukan di kawasan konservasi penyu hijau ini, seperti mengamati penyu bertelur, tukik yang keluar dari telurnya, mengkarantina penyu dan lain sebagainya. Namun karena kurangnya promosi dan pemasaran kegiatan tersebut maka masih sedikit pengunjung yang datang. Oleh karena itu, promosi dan pemasaran memegang peranan penting agar kegiatan ekowisata di konservasi penyu hijau ramai dikunjungi wisatawan. Hal ini bukan hanya untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan secara finansial, tetapi juga penting untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya untuk menjaga kelestarian alam dan keberlangsungan kehidupan hewan. Pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan Diterima 7 januari 2016; Revisi 18 Februari 2016; Disetujui 15 Maret 2016 ISBN: 978-602-61242-4-1 harga, promosi dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan nilai tukar yang memuaskan tujuan individu dan organisasi (Kotler dan Keller, 2009:5). Dalam sebuah usaha, pemasaran merupakan hal yang paling penting agar usaha tersebut bisa terus berjalan. Begitu pula dalam pariwisata agar tetap dikunjungi oleh wisatawan perlu adanya strategi pemasaran yang tepat sasaran. Konsep pemasaran yang akan digunakan untuk memasarkan ekowisata konservasi penyu hijau di pantai Goa Cemara ini adalah dengan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep kunci dalam pemasaran modern. Bauran pemasaran adalah keputusan yang dibuat dalam hubungannya dengan 4P, yaitu product, price, promotion dan place (distribution) (McCarthy, 1978). Bauran pemasaran juga didefinisikan sebagai the set of marketing tools that work together to affect the marketplace (Kotler dan Amstrong, 1996). Hal yang paling mendasar untuk menentukan strategi bauran pemasaran yang baik adalah dengan menentukan target pasar dengan jelas. Walaupun target pasar bukanlah bagian dari bauran pemasaran, namun memiliki peran penting dalam menentukan perbedaan pendekatan strategi bauran pemasaran yang dipakai. Target pasar merupakan fokus dari seluruh kegiatan bauran pemasaran. 2.1. Produk Efektivitas perencanaan bauran pemasaran sangat tergantung pada kemampuan memilih target pasar, yang berarti juga kemampuan dalam mendiversifikasi produk sehingga mampu memuaskan konsumen. Keputusan yang berkaitan dengan formulasi produk melibatkan pertimbangan yang sedemikian rupa dari beberapa faktor berikut: a. Pelayanan b. Kualitas c. Jangkauan produk d. Merek e. Keunggulan 2.2. Harga Kebijakan harga produk pariwisata sering berhubungan langsung dengan tampilan produk dan peluangnya di masa depan. Penentuan harga harus memperhitungkan kompleksitas yang ditimbulkan oleh sifat musimannya, perbedaan dalam segmen pasar (liburan atau perjalanan bisnis), dan sebagainya. Dalam pemasaran ekowisata konservasi penyu hijau di pantai Goa Cemara, konsep penentuan harga menggunakan pendekatan demand-oriented pricing, yaitu menentukan harga dengan memperhitungkan faktor permintaan dibanding biaya-biaya. Pendekatan ini memiliki 4 metode, yaitu: a. Discrimination pricing atau disebut juga flexible pricing. Dalam metoede ini produk dijual dalam dua atau lebih tingkat harga yang berbeda. Di sini kita harus mampu mengidentifikasi segmentasi pasar dan potensi permintaan yang cukup besar pada suatu produk. Contohnya, sebuah kamar hotel yang memiliki standard dan pelayanan yang sama tetapi memiliki pemandangan yang berbeda, misalnya lebih indah, dapat dijual dengan harga lebih mahal. b. Backward pricing, yaitu penentuan harga yang bersifat market-based dimana harga ditentukan berdasarkan apa yang konsumen ingin beli. Caranya, tetapkan dahulu margin yang diinginkan kemudian biaya-biaya lain diperhitungkan sehingga harga akhir dapat ditentukan dan dapat diterima oleh segmen pasar yang ditentukan. c. Market penetration pricing, yaitu penentuan harga jika ingin membangun pangsa pasar dengan cepat. Harga ditetapkan lebih rendah dari semua competitor untuk membuat pertumbuhan yang tinggi atas produk, biasanya diberlakukan bagi destinasi wisata baru atau belum banyak dikenal, kemudian setelah permintaannya stabil dan meningkat maka harga akan dinaikkan secara perlahan-lahan. d. Skimming price, yaitu metode yang digunakan jika ada keterbatasan suplai produk. Contohnya sebuah tempat pemandian air panas yang berada di tempat dengan pemandangan menakjubkan dan memiliki desain tempat yang sangat indah dapat dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan tempat wisata lainnya karena persediaannya yang terbatas. 2.3. Promosi Promosi merupakan kegiatan berkomunikasi dimana penyelenggara pariwisata berusaha mempengaruhi orang-orang. Untuk KNiST, 30 Maret 2016 8 ISBN: 978-602-61242-0-3 meningkatkan efektivitas promosi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Efek komunikasi. Mendapatkan respons dari target pasar merupakan hal terpenting dalam promosi. Dengan demikian perlu adanya penciptaan merek dan kepedulian produk. Promosi produk harus ditujukan untuk memberikan pengetahuan, penjelasan dan deskripsi produk sejelas-jelasnya agar membangkitkan minat konsumen hingga akhirnya berminat untuk membeli. Dalam pariwisata, suatu obyek wisata harus memiliki nama yang mewakili obyek tersebut agar dapat ditawarkan kepada calon konsumen yaitu wisatawan. Dengan cara berkomunikasi yang baik seperti memberikan penjelasan dan pengetahuan yang lengkap, diharapkan calon wisatawan memberikan respon yang baik pula terhadap obyek wisata tersebut dan kemudian berminat untuk berkunjung ke tempat tersebut. b. Advertising Ini merupakan bentuk komunikasi nonpersonal dan dibayar melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, travel guides, billboard dan sebagainya. Ada berbagai macam tujuan dilakukannya advertising, di antaranya adalah mengubah perilaku konsumen, membangun imej, dan mencapai penjualan yang diinginkan. Dengan demikian, suatu obyek wisata diharapkan dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, membangun image obyek wisata tujuan hingga dapat menggerakkan hati calon wisatawan untuk akhirnya bersedia untuk datang berkunjung. c. Promosi penjualan Kegiatan ini melibatkan seluruh aktivitas untuk mempengaruhi hasrat konsumen potensial, perantara produk, atau mencapai target penjualan, salah satunya dengan menawarkan insentif. Contohnya yaitu seperti yang dilakukan oleh pengelola obyek wisata Farmhouse di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dengan membagikan susu murni kepada para wisatawan yang berkunjung tempat tersebut. d. Personal selling Kegiatan ini dilakukan melalui kontak langsung face-to-face atau telepon antara penjual dengan pembeli potensial. Dengan demikian penjual dapat langsung mengkomunikasikan kebutuhan spesifik konsumen. Umpan balik dari proses mendengarkan kebutuhan konsumen memungkinkan penjual menggunakan cara pendekatan yang lebih fleksibel. Contohnya dengan adanya program promosi paketpaket wisata di mal-mal. Para penyelenggara wisata dapat langsung bertemu dengan konsumen potensial dan berbincang-bincang secara langsung sehingga dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen potensial tersebut. e. Hubungan masyarakat (humas) Kegiatan ini merupakan komunikasi nonpersonal yang ditujukan untuk mengubah opini atau mencapai liputan audiens seluasluasnya. Humas juga digunakan untuk menekan timbulnya persepsi negatif terhadap suatu produk sehingga dapat merugikan. Dengan diadakannya humas maka diharapkan dapat meningkatkan citra produk. 2.4. Distribusi Pariwisata memerlukan bentuk distribusi yang khusus karena sifat dan karakteristiknya yang juga khusus. Dalam hal ini tidak ada transfer kepemilikian, tetapi produk dan pelanannya secara langsung dikonsumsi atau disewa. Namun sebelum dikonsumsi, produk harus tersedia dan dapat diakses. Hal ini memerlukan system distribusi yang merupakan saluran yang dipakai untuk memperoleh akses produk tersebut. Dalam pendistribusian produk pariwisata, pelaku harus memahami hal-hal berikut: a. Tidak ada produk nyata yang didistribusikan, namun ada janji dan jaminan yang diberikan melalui proses komunikasi yang persuasif mengenai suatu produk wisata yang akan dijual dan dijanjikan. b. Pariwisata umumnya melibatkan proses pembelian produk, tinggal dan kembali ke tempat asal wisatawan. Proses pendistribusian produk harus mencakup semua tahapan ini dan menjadi bagian dari pengalamn wisatawan. c. Sebagian biaya distribusi produk diserap untuk biaya pembuatan barang cetakan, seperti brosur, yang menginformasikan produk pariwisata tersebut dan untuk diberikan kepada calon konsumen, agen travel dan sebagainya. d. Keputusan memajang, menawarkan, merekomendasikan atau menjual produk tergantung pada agen yang seringnya mengendalikan pendistribusian produk pariwisata. KNiST, 30 Maret 2016 9 ISBN: 978-602-61242-4-1 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu di lokasi konservasi penyu hijau di pantai Goa Cemara. Untuk memperoleh data primer, penulis secara langsung mengunjungi lokasi konservasi penyu hijau di pantai Goa Cemara sebanyak 4 kali, sedangkan untuk memperoleh data sekunder, penulis melakukan studi literatur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan pengelola konservasi penyu hijau. Analisis untuk data kualitatif ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Dalam analisis ini yang dilakukan yaitu mengidentifikasi hubungan, pola dan tema, mengkaji informasi, menyusun peristiwa sesuai urutannya dan menyajikandata sesuai apa adanya tanpa memberikan tambahan apapun (Wahyuni, 2012). 3. Pembahasan Strategi pemasaran yang akan digunakan dalam memasarkan wisata edukasi konservasi penyu hijau di Pantai Goa Cemara ini yaitu dengan menggunakan konsep Segmenting, Targeting dan Positioning (STP) yang kemudian akan dilanjutkan dengan 4P yaitu Product, Price, Place dan Promotion. a. Segmentation Segmentation atau segmentasi yaitu upaya memilah-milah konsumen atau wisatawan sesuai persamaan di antara mereka. Maka dari itu, segmentasi untuk wisata edukasi konservasi penyu hijau yang pertama dan yang paling utama adalah para pelajar tingkat SMP dan SMA. Kedua adalah para peneliti lingkungan hidup dan hewan. Kemudian yang menjadi sasaran ketiga adalah masyarakat luas. b. Targeting Targeting yaitu membidik target market yang telah dipilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini, untuk target wisatawannya akan dibidik melalui mengadakan kerjasama dengan sekolahsekolah dan kampus, ikut serta dalam eventevent pameran pariwisata, serta memasang iklan di media cetak. c. Positioning Positioning yaitu memberikan penjelasan kepada konsumen atau wisatawan tentang posisi produk wisata yang akan ditawarkan. Langkah ini artinya menciptakan citra produk wisata edukasi konservasi penyu hijau di Pantai Goa Cemara ke dalam benak atau persepsi wisatawan yang akan dibidik. Hal ini sangat penting karena untuk meraih simpati dalam benak wisatawan yang selanjutnya bisa mendorong mereka untuk mengunjungi konservasi penyu hijau dan membeli produk wisata yang ditawarkan, dalam hal ini berupa paket wisata. Setelah mengidentifikasi customer value melalui konsep Segmenting, Targeting dan Positioning, selanjutnya akan dilanjutkan dengan konsep marketing mix atau bauran pemasaran 4P yaitu Product, Price, Place, dan Promotion. a. Produk (product) Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Dalam kawasan konservasi penyu di Pantai Goa Cemara ini, produk wisata yang ditawarkan kepada wisatawan adalah wisata edukasi. Produk wisata ini lebih banyak menawarkan edukasi tentang bagaimana penyu hijau ditangkarkan sekaligus memberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan hewan langka untuk masa depan. Di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, belum terdapat produk wisata yang seperti ini sehingga produk ini menjadi satu-satunya produk wisata yang memberikan edukasi tentang konservasi penyu hijau. b. Harga (price) Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh produk. Untuk menentukan harga harus dilihat terlebih dahulu siapakah yang menjadi pasar sasarannya. Ekowisata konservasi penyu hijau ini mengarahkan sasaran pasar pada para pelajar, mahasiswa dan wisatawan lokal. Maka dari itu, harga yang ditetapkan untuk produk wisata ini harus dapat terjangkau oleh pasarnya. c. Tempat (place) Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Kegiatan ekowisata konservasi penyu hijau ini berlokasi di Pantai Goa Cemara, di Dusun Patehan, Kabupaten KNiST, 30 Maret 2016 10 ISBN: 978-602-61242-0-3 Bantul. Lokasinya mudah dijangkau dan bersebelahan dengan pantai lain yang menjadi tempat tujuan wisata, contohnya Pantai Samas. Lokasi konservasi penyu ini memiliki kawasan sendiri di Pantai Goa Cemara yang tentunya bebas dari keramaian dan kegiatan wisata masal. Untuk mencapai tempat ini bisa mengikuti petunjuk arah lokasi yang di pasang mulai dari jalan utama menuju Pantai Goa Cemara hingga di lokasi konservasi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan wisatawan yang akan berkunjung terutama bagi yang belum mengetahui dimana lokasi konservasi penyu hijau di Pantai Goa Cemara. d. Promosi (promotion) Promosi dilakukan dengan maksud untuk mengkomunikasikan produk atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen atau wisatawan. Berikut beberapa kegiatan promosi yang akan dilakukan untuk mempromosikan ekowisata konservasi penyu hijau di Pantai Goa Cemara : 1. Untuk segmentasi pelajar, promosi akan dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kelestarian penyu hijau. 2. Mengadakan kerjasama dengan dinas pariwisata dalam hal promosi dengan mencantumkan konservasi penyu hijau di brosur-brosur pariwisata yang ada di dinas pariwisata. 3. Untuk paket-paket wisata konservasi penyu hijau, promosi dilakukan melalui media cetak seperti di koran-koran, majalah, dan mencetak brosur-brosur yang kemudian disebarkan di stasiun kereta api, bandar udara. 4. Berpromosi dengan membuat gambar bertema perlindungan penyu hijau di busbus kota yang memiliki trayek dari kota Yogyakarta menuju Bantul. 5. Membuat situs resmi di internet secara lengkap tentang konservasi penyu hijau di Pantai Gua Cemara beserta wisata edukasinya. 6. Membuat souvenir-suvenir yang menarik untuk dijual kepada wisatawan yang secara tidak langsung dapat menjadi media promosi. Souvenir-souvenir itu berupa kaos, sticker, sandal, pin, gantungan kunci, block note, mug, celengan, miniatur penyu, dan boneka. 4. Simpulan Sejauh ini, kegiatan pemasaran ekowisata konservasi penyu hijau di pantai Goa Cemara belum dilakukan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari sepinya pengunjung konservasi penyu hijau tersebut. Kebanyakan pengunjung masih seputar mahasiswa yang melakukan penelitian, para pemerhati penyu hijau dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Maka dari itu, perlu dilakukan adanya pengembangan strategi pemasaran yang baik sehingga dapat menarik banyak pengunjung. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan bauran pemasaran 4P yaitu product, price, place dan promotion. Namun sebelum itu, dilakukan terlebih dahulu proses STP yaitu segmenting, targeting dan positioning. Tujuannya adalah pemasaran yang akan dilakukan sesuai dengan target sasaran yang diharapkan. Hal ini dikarenakan ekowisata konservasi penyu hijau merupakan produk wisata minat khusus yang menggunakan prinsip-prinsip ekowisata dan memberikan edukasi kepada pengunjung. Jadi kemungkinan tidak semua orang akan tertarik untuk datang berwisata ke sana. Oleh sebab itu diperlukan bidikan customer atau wisatawan yang tepat. Kerjasama dengan berbagai sekolah dan instansi pemerintah maupun swasta juga penting dilakukan untuk menarik lebih banyak pengunjung yang berwisata. Referensi Kotler, P dan Amstrong, G. 1996. DasarDasar Pemasaran. Edisi V. Jilid 2. Jakarta: Intermedia. Kotler, P and Keller, K.L. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Diterjemahkan oleh Bob Sabran. Jakarta: Erlangga. Pitana, I.G dan Diarta, Pengantar Ilmu Yogyakarta: Andi. I.K.S. 2009. Pariwisata. Wahyuni, S. 2012. Qualitative Research Method. Jakarta: Salemba Empat. Yoeti, Oka. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:Pradnya Paramita. KNiST, 30 Maret 2016 11