Pikiran Rakyat o Selasa 4 5 0 Rabu CD 20 21 o Mar OApr 7 22 OMei • 8 23 o o Minggu Sabtu Kamis 0 Jumat 9 10 11 12 13 14 15 16 24 25 26 29 30 31 27 28 OJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes Akibat Perubahan Iklim Populasi Penyu rrerancam Suhu udara makin meningkat, debit air laut pun terbukti makin bertambah setiap tahun. Salah satu penelitian menyatakan bahwa penyu tidak akan dapat lagi melakukan regenerasi pada tahun 2070. SU tentang pemanasan global (global warming) tentunya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Bagaimana tidak, beragam kampanye tentang isu menakutkan satu ini secara gencar terus disuarakan oleh berbagai aktivis lingkungan hidup. Adanya revolusi industri pada sekitar tahun 1700 membuat tingkat karbondioksida (C02) beranjak naik mulai dari 270 ppm menjadi hampir dua kali lipatnya saat ini. Hal ini disinyalir memiliki dampak yang cukup besar terhadap peningkatan suhu bumi. Peningkatan suhu bumi tersebut pada akhirnya membuat permukaan air laut makin menguap dan meningkat setiap tahunnya. Salah satu penelitian sekunder yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dari Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Kllplng Perikarian an Ilmu Kelautan (FPIK) .Universitas Padjadjaran (Unpad) menemukan adanya korelasi antara perubahan iklim dan makin terdegradasinya populasi penyu di habitatnya. Hasil penelitian tersebut bahkan secara ekstrem mengklaim bahwa penyu tidak akan lagi dapat melakukan reproduksi pada tahun 2070 yang akan datang. Vikky Arindi, salah seorang mahasiswa yang menjadi tim peneliti tersebut mengatakan, ada dua aspek yang diyakini dapat mendegradasi keberadaan penyu dari habitatnya. Di antaranya adalah peningkatan debit air laut dan peningkatan temperatur udara di muka bumi secara konstan. Menurut dia, adanya peningkatan air laut ini akan makin menenggelamkan pantai yang telah lama menjadi tempat potensial bagi penyu untuk bertelur. "Kalau debit air laut terus meningkat, penyu akan mencari tempat untuk bertelur makin jauh dari bibir pantai, sedangkan tempat di atas pantai itu komposisi pasirnya sudah berbeda. Kalau air laut sudah sampai di tanah hpisan atas, ia sudah tidak akan bisa bertelur lagi," ucapnya. Kekhawatiran tersebut tentunya bukan tanpa alasan. Pakar dinamika kelautan, Noir P. Purba, M'Si-men- Humas Onpad 2011 gatakan, berdasarkan data dari IPCC (Inter Panel on Climate Change), secara global permukaan air laut terns meningkat sebanyak 0,25 milimeter pertahun. "Bahkan adajuga penelitian yang mengatakan kenaikannya hingga 1 sentimeter per tahun. Akan tetapi, itu tergantung geografinya, tidak sama di semua lokasi. Di Indonesia, yang hingga sekarang terlihat sangat terancarn itu Jakarta, Semarang, dan Banjarmasin," tuturnya. Tidak hanya itu, menurut Noir, pantai selatan Jawa yang dikenal sebagai ternpat mendaratnya penyu untuk bertelur pun terlihat mengalarni peningkatan. Hanya saja, hingga saat ini peningkatannya belum terlihat secara signifikan. 'Ya cukup masuk akal. Apalagi saat laut pasang, otomatis pasir tergenang. Dan ketika lubang tempat penyu menyimpan telur itu tergenang, pasti telur itu akan jadi busuk karena air laut itu mengandung bakteri yang dapat memakan protein telur itu," kata Noir. Penentuan Jenis Kelarnin Dibandingkan dengan jenis hewan lain, penyu memiliki struktur regenerasi yang terbilang cukup unik. Dalam struktur regenerasi penyu dikenal istilah temperature sex determination, yang artinyajenis kelamin tukik (anak penyu) sangat dipengaruhi oleh suhu yang ada di sekitarnya. Hal ini jelas berbeda dengan hewan lain yang struktur regenerasinya ditentukan oleh sifat genetik (genetic sex determination). Penyu tidak sama dengan reptillain yang kerap mengerami telur, Seusai bertelur, induk penyu akan mengubur telur tersebut dalam pasir lalu meninggalkannya begitu saja. Dalamjangka waktu sekitar 45 hari, telur-telur penyu tersebut kemudian akan menetas dengan sendirinya. Dalam suhu panas, yaitu diatas 29 derajat Celsius, kelak akan menghasilkan tukik betina. Begitu pula sebaliknya, dalam suhu di bawah 29 derajat Celsius akan lahir tukik jantan. Jika suhu di muka burni terns meningkat, menurnt Vikky, tidak menutup kemungkinan kelak telur penyu yang men etas secara alami selurnhnya akan berjenis kelamin betina. "Kalau suhu terns naik secara konstan, menurnt perhitungan kami, tahun 2050 jenis kelarnin tukik yang lahir itu sudah betina semua. Kalau itu terjadi, tahun 2070 penyu betina akan sulit untuk berreproduksi karena penyu jantannya tidak ada," ucapnya. Masih diragukan Walau ada asurnsi yang menyatakan demikian, hal tersebut masili di- ragukan oleh pakar reptil dan Institut Teknologi Bandung ( Dr. Djoko Tjahjono Iskandar. dia, penentuan jenis kelamin berdasarkan suhu tidak hanya dapat ditemui pada reptil sejenis pe yu semata. "Banyak reptillain yang seperti itu. Ada suhu yang berbeda p da masing-masing spesies," ucapnya. Djoko mengatakan, sebelum penyu memutuskan untuk menggali arang sebagai tempatnya untuk bertelur, ia memiliki insting untuk mendeteksi secara pasti suhu yang ada di se itarnya. "Kemungkinan ya tetap ada, t tapi sejauh ini belum bisa dikatakan secara pasti," katanya. la menuturkan, selain temperatur, kedalaman lubang yang digali oleh penyu sebelum bertelur juga berpengaruh terhadap jenis kelarnin tukik kelak, mengingat temperatur d kelembapan yang ada di dalam tan belum tentu sama dengan tempera r udara di atas tanah. "Jadi, jika sementara ini di pantai masih ada naungan, dia ma merniliki naluri untuk mencari tern eratur yang pas," katanya. *** Albiansyahj Aditya hasiswa Jurusan Jurnalisti Unpad. r