skripsi fakultas farmasi universitas sanata dharma

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
POLA PERESEPAN OBAT PENYAKIT ASMA BRONKIAL PADA
PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT
PANTI RAPIH YOGYAKARTA
TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S.Farm )
Program Studi Farmasi
Oleh :
I Gusti Bagus Sindu Martha Nugraha
NIM : 028114118
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2006
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
When the blue night is over my face
on the dark side of the world in space
When I'm all alone with the stars above
you are the one I love, darling
Karya ini kupersembahkan untuk:
Keluargaku tersayang :Alm. Papa, Mama ,Kakek, Nenek,
Kakakku Wulan, Adikku Galli.
My self
Nia tersayang yang selalu ada di hatiku
Temen-temen farmasi angkatan 02 (kelas C)
Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena
dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1.
Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian ini.
2.
dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses
penyusunan skripsi.
3.
Drs. Mulyono, Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah
diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4.
Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5.
Dewi Setyaningsih, S.Si., Apt selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Rumah sakit panti rapih yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian
7.
Almarhum Papa yang selalu kusayang, kurindukan sosokmu selamanya
8.
Mamaku tercinta atas kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril
maupun materiil
9.
Kakakku Wulan dan adikku Galli yang selalu mendukung aku.
10.
Nia atas kasih sayang, cinta dan dukungannya, kehadiranmu merupakan
hadiah yang terindah dari Tuhan
11.
Sahabat-sahabatku angkatan 02 kelas C: Cipoet, Made, Hen, Santi, dan
semuanya atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.
12.
Teman-teman satu kos yang pada aneh-aneh : Kung, Van the Goeh, Gede
Sudi, Arya, Cenay, Imam, Mbud bersaudara atas kebersamaannya.
13.
Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak
ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati
sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 08 Januari 2007
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Asma merupakan penyakit saluran pernapasan yang bersifat reversibel dan
dapat timbul pada berbagai usia. Asma bronkial pada anak dan bayi merupakan
angka kejadian lebih tinggi daripada orang dewasa dan merupakan penyebab
kesakitan dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan
penyakit asma bronkial pada pasien anak rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Tahun 2006.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan
penelitian deskriptif non analitik. Bahan yang digunakan adalah lembar catatan
medik (medical record) pasien pediatri dengan diagnosis pola penyakit asma
bronkial. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu perencanaan,
pengambilan data, dan pengolahan hasil secara deskriptif. Dalam penelitian ini
diperoleh kasus asma bronkial sebanyak 81 kasus, terdiri dari 64,5% laki-laki dan
35,5% perempuan. Berdasarkan umur, 0-5tahun (61,7%), 6-11 tahun (34,6%), ≥12
tahun (3,7%).
Obat yang diberikan pada pasien anak sebanyak 3-7 macam.
Simpatomimetik (82,7%), xantin (40,7%), antiinfeksi (70,4%), kortikosteroid
(46,9%), merupakan obat yang sering diresepkan.
Kata kunci : pola peresepan, asma.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Asthma is a reversible respiratory disease occurred in all age. Bronchial
asthma at child and baby represent the higher occurence number than adult and
represent the cause of painfulness and death. This research aim to know the
pattern of chief of asthma disease of child patient in Panti Rapih Hospital
Yogyakarta 2006.
This non experimental research was designed as descriptive non analytical
study. The patient bronchial asthma medical record werw used as source of data.
This research was conducted in three step that is planning, data intake, and data
analysis of descriptively. Eighty one cases observed in the study, consist 64,5% of
male and 35,5% of female patient. Based on age, 61,7% was 0-5 year old, 34,6%
was 6-11 year old, and 3,7% was more than 12 year old.
The drugs given to the patient were 3-7 items. Simpatomimetik (82,7%),
xantin (40,7%), anti infection (70,4%), corticosteroid(46,9%) were drugs
frequently prescribed.
Key words : prescribing pattern, asthma
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...
i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………..........
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..........
v
KATA PENGANTAR……………………………………………………….
vi
INTISARI…………………………………....................................................
vii
ABSTRACT ………………………………………………………............... viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...
1
1. Perumusan masalah ……………………………………………
3
2. Keaslian penelitian …………………………………………….
4
3. Manfaat penelitian……………………………………………..
4
B. Tujuan penelitian…………………………………………………..
4
1. Tujuan umum……………………………………………….....
4
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Tujuan khusus…………………………………………………
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………..
5
6
A. Anatomi Saluran Pernapasan pada Manusia………………………
6
1. Rongga hidung…………………………………………………
6
2. Faring…………………………………………………………..
6
3. Laring ………………………………………………………....
7
4. Trakea ………………………………………………………....
7
5. Bronkus ……………………………………………………….
7
6. Paru-paru ……………………………………………………...
8
B. Asma Bronkial ……………………………………………………
9
1. Pengertian …………………………………………………….
9
2. Epidemiologi Asma …………………………………………..
9
3. Etiologi dan Patogenesis Asma ………………………………
11
4. Remodeling Saluran Respirasi ……………………………….
15
5. Gejala Klinis ………………………………………………….
16
6. Klasifikasi Asma ………………………………………………
22
7. Penatalaksanaan Asma ………………………………………....
25
Peresepan pada anak-anak ………………………………………
32
1. Dosis ………………………………………………….............
33
C.
2. Berat badan …………………………………………………… 33
3. Luas permukaan badan ……………………………………….
D. Pola Peresepan Obat ………………………………………………
1. Prescribing practice ………………………………………….
xi
34
34
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Patient care …………………………………………………..
35
3. Fasilitas kesehatan (facility health) ………………………….. 36
E. Penatalaksanaan Serangan Asma di Rumah Sakit ……………….
37
1. Di ruang gawat darurat ………………………………………
37
2. Penilaian ulang ……………………………………………….
37
3. Perawatan inap ………………………………………………. 37
4. Perawatan intensif …………………………………………… 38
F. Keterangan Empiris yang Diharapkan …………………………...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………….
38
39
A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………... 39
B. Definisi Operasional ………………………………....................... 39
C. Bahan Penelitian dan Subjek Penelitian …………………………. 40
D. Jalannya Penelitian ……………………………………………… 41
1. Tahap perencanaan …………………………………………... 41
2. Tahap pengambilan data ……………………………………... 41
3. Tahap pengolahan hasil dan pembahasan …………………….. 42
E. Tata Cara Pengolahan Hasil Penelitian ………………………….
42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................44
A. Karakteristik Pasien ……………………………………………… 44
1. Jenis kelamin ………………………………………………… 44
2. Umur ………………………………………………………… 45
B. Gambaran Umum Peresepan ………..…………………………… 46
1. Jumlah obat…………………………………………………... 46
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Golongan obat ………………..……………………………… 48
3. Jenis obat yang digunakan ……..……………………………... 50
1. Simpatomimetik …………………………………………… 50
2. Xantin ……………………………………………………… 51
3. Kortikosteroid ……………………………………………… 52
4. Antibiotik ………………………………………………….. 53
5. Obat batuk …………………………………………………. 55
6. Antialergi …………………………………………………... 56
7. Analgesik antipiretik ………………………………………. 56
8. Vitamin …………………………………………………….
57
C. Cara Pemberian Obat yang Diberikan ……………………………
57
D. Interaksi Obat ……………………………………………………...
58
E. Kajian Umum Pola Pengobatan Asma Bronkial Pada Anak………
59
F. Rangkuman Hasi dan Pembahasan.................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 63
A. Kesimpulan………………………………………………………...
63
B. Saran……………………………………………………………….. 64
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. . 65
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 67
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………. 88
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Perbandingan angka mortalitas dengan prevalensi asma Akut
pada 12 negara......................................................................................11
Tabel II.
Prevalensi Asma Anak di Indonesia....................................................11
Tabel III. Klasifikasi derajat penyakit asma........................................................22
Tabel IV. Distribusi Pasien Asma Bronkial pada Anak berdasarkan Jenis
Kelamin di Instalasi Rwat Jalan RSPR Yogyakarta
Tahun 2006…………………………………………….....................46
Tabel V. Distribusi Pasien Asma Bronkial pada Anak berdasarkan
Umur di Instalasi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta
Tahun 2006….....................................................................................47
Tabel VI. Jumlah Obat yang Diberikan pada Pasien Asma Anak
di Instalasi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta
Tahun 200............................................................................................48
Tabel VII. Golongan Obat yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial
di InstalasiRawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun 2006....................50
Tabel VIII. Jenis Obat Simpatomimetik yang Digunakan Pasien Anak
Asma Bronkial yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit
Pant iRapih Yogyakarta Tahun 2006............................................... 52
Tabel IX. Jenis Obat Xantin yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial
yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Tahun 2006.................................................................. 53
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel X. Jenis Obat Kortikosteroid yang Digunakan Pasien Anak Asma
Bronkial
yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Tahun 2006……………………………………………. 54
Tabel XI.Jenis Obat Antibiotik yang Digunakan Pasien Anak Asma
Bronkial yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Tahun 2006.................................................................... 55
Tabel XII. Jenis Obat Batuk yang Digunakan Pasien Anak Asma
Bronkial yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Tahun 2006...................................................... 56
Tabel XIII. Jenis Obat Antialergi yang Digunakan Pasien Anak Asma
Bronkial di Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Tahun 2006.....................................................
xv
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Strukur Sistem Pernapasan ……………...................................8
Gambar 2.
Perbedaan Saluran Nafas Normal Dengan Asma......................13
Gambar 3.
Mekanisme Hipersensitivitas Tipe I..........................................14
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Tahun 1998 mengenai Penyakit Asma
Bronkial.......................................................................................66
Lampiran 2. Data……………………………….............................................72
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit asma merupakan suatu penyakit umum yang terdapat di seluruh
dunia. Menurut definisi yang telah dipublikasikan oleh United States Nasional
Tuberculosis Association 1967, asma bronkial merupakan suatu penyakit yang
ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronki terhadap
berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran napas, karena
penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas (Sundaru, 2001).
Asma dapat timbul pada berbagai usia, terjadi pada laki-laki dan wanita.
Prevalensi morbiditas dan mortalitas asma akhir-akhir ini dilaporkan meningkat di
seluruh dunia, meskipun berbagai obat baru terus dikembangkan dan digunakan
untuk mengobati penyakit ini. Saat ini lebih dari 100 juta orang di dunia
menderita asma dan kebanyakan terjadi pada anak-anak. Di Amerika Serikat
(AS), pengidap asma meningkat dari 6,7 juta tahun 1980 menjadi 17,3 juta tahun
1998. Penelitian lain menyebutkan prevalensi asma berat meningkat sampai 10%
pada anak usia 13-14 tahun (1993-1995). Prevalensi asma di Australia juga naik
dua kali lipat dalam 10 tahun, dari 10,4% (1982) menjadi 27,6% tahun 1992.
Sedangkan di Indonesia penelitian anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergy in Children
(ISAAC) tahun 1995 prevalensi asma 2,1% meningkat menjadi 5,2% di tahun
2003 (Sundaru, 2006).
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di negara-negara yang telah maju penelitian kedokterannya, diperkirakan
5% sampai 20% bayi dan anak-anak menderita asma, sedangkan penderita asma
usia dewasa dan orangtua anak-anak berkisar antara 2% sampai 10%. Walaupun
belum ada angka yang resmi dari penelitian yang pernah dilakukan, di beberapa
tempat diperkirakan 2% sampai 5% penduduk Indonesia menderita asma. Angka
kejadian asma pada anak-anak lebih tinggi dari orang dewasa. Pada masa anakanak penderita asma laki-laki lebih banyak daripada penderita perempuan,
sedangkan pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Tinggi rendahnya angka kejadian
penderita asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: faktor umur penderita,
jenis kelamin, bakat alergi, bangsa, keturunan, linkungan, dan faktor fisiologik
(Sundaru, 2001).
Pengobatan asma pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga
dalam penanganan asma anak perlu memperhatikan faktor-faktor pertumbuhan,
pola iritan-iritan yang memicu kepekaan dan akibat medikasi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa anak bukanlah miniatur dewasa, mereka masih dalam
proses tumbuh kembang, dimana fungsi organ dan keadaan fisiologis lainnya juga
masih berkembang. Melihat adanya fenomena tentang masih berkembangnya
penyakit asma yang menimpa sebagian besar masyarakat terutama anak-anak,
sehingga mengundang suatu pertanyaan untuk mengetahui seperti apakah pola
peresepan obat asma pada anak di Rumah Sakit Panti Rapih di Yogyakarta
(Anonim, 2000b).
Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) adalah Rumah Sakit Swasta di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang didirikan pada tanggal 14 September 1929. Tujuan
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rumah Sakit Panti Rapih adalah mengantar masyarakat mencapai status
kesehatan yang optimal melalui pendekatan layanan holistik (menyeluruh yang
meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual dan intelektual), dan
mengupayakan pelayanan kesehatan yang sesuai bagi perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran bagi seluruh lapisan masyarakat menciptakan budaya kerja
guna mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh karyawan.
Rumah Sakit Panti Rapih mempunyai visi sebagai Rumah Sakit rujukan
yang memandang pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja, dengan
memberikan pelayanan kepada siapa saja secara profesional. Sedangkan misi
Rumah Sakit Panti Rapih adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
menyeluruh secara ramah, adil, dan profesional (Anonim, 2000b).
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan beberapa permasalahan
penelitian sebagai berikut ini.
a. Seperti apa karakteristik pasien asma bronkial pada anak ?
b. Berapakah jumlah obat yang diberikan pada pasien anak dengan kasus
penyakit asma bronkial ?
c. Golongan obat apa saja yang diberikan pada pasien anak dengan kasus
penyakit asma bronkial ?
d. Jenis obat apa saja yang diberikan pada pasien anak dengan kasus penyakit
asma bronkial ?
e. Bagaimana cara pemberian obat pada pasien anak dengan kasus penyakit
asma bronkial ?
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Apakah terjadi potensial interaksi obat yang diresepkan ?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Haryo Kusumo, dengan judul
“Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada Pasien Asma Anak di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002”. Pada
penelitian oleh Haryo Kusumo, meneliti pola peresepan untuk pasien asma anak
di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih sedangkan penelitian kali ini
meneliti pola persepan untuk penyakit asma bronkial pada anak di Instalasi Rawat
jalan di Rumah Sakit Panti Rapih. Penelitian ini juga dilaksanakan pada tahun,
bulan dan waktu pelaksanaan yang berbeda.
3. Manfaat Penelitian
Sebagai sumber informasi bagi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan
tenaga kesehatan dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
meningkatkan kerasionalan penggunaan obat bagi penderita asma anak pada
khususnya.
B.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pola peresepan obat asma pada anak di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien asma bronkial pada anak
b. Untuk mengetahui jumlah obat yang diberikan pada pasien anak dengan
kasus penyakit asma bronkial
c. Untuk mengetahui golongan obat apa saja yang diberikan pada pasien
anak dengan kasus penyakit asma bronkial.
d. Untuk mengetahui jenis obat apa saja yang diberikan pada pasien anak
dengan kasus penyakit asma bronkial
e. Untuk mengetahui cara pemberian obat pada pasien anak dengan kasus
penyakit asma
f. Untuk mengetahui potensial interaksi antar obat yang diresepkan
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi Saluran Pernapasan pada Manusia
Sistem pernapasan mempunyai dua bagian, yaitu bagian penghantar dan
pernapasan. Bagian penghantar atau saluran udara terdiri atas hidung bagian luar,
rongga-rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian
pernapasan terdiri dari paru, bronkiolus respirasi, duktulus alveolar, sakus
alveolar, dan alveolus (Sundaru, 2001).
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir yang terdapat banyak pembuluh
darah dan terhubung dengan lapisan faring pada semua sinus yang masuk ke
dalam rongga hidung. Daerah pernapasan pada rongga hidung dilapisi dengan
epitelium silinder dan sel epitel rambut yang mengandung sel lendir. Rongga
hidung kanan dan kiri dipisahkan oleh septum nasi. Dinding rongga hidung
terdapat tiga kerang yang melengkung ke arah inferior, yaitu konka-konka,
menggantung di atas tiga saluran yang melintas anteroposterior, yaitu meatus.
2. Faring
Faring dimiliki bersama oleh sistem pencernaan dan pernapasan,
merupakan rongga fibromuskular yang panjangnya hanya 15 cm dan menuju ke
arah faring berhubungan dengan rongga hidung, rongga mulut, dan rongga faring.
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Laring
Setelah melalui faring udara akan melalui laring yang terdapat kotak suara.
Di daerah tersebut terdapat katup yang dapat mencegah agar makanan atau
minuman tidak masuk ke paru-paru sewaktu kita makan dan minum.
4. Trakea
Trakea adalah pipa elastis yang mempunyai panjang sekitar 10 cm, dengan
penampang sebesar pangkal jari telunjuk. Trakea dipertahankan terbuka dengan
20 buah cincin tulang rawan hialin yang berbentuk U terbuka ke arah posterior.
5. Bronkus
Bronkus
dan
cabang-cabangnya
berfungsi
untuk
menghangatkan,
melembabkan, dan membersihkan udara. Bronkus dan cabang-cabangnya
memiliki komponen-komponen sebagai berikut.
a. Lapisan dalam yang terdiri dari permukaan selaput lendir, kelenjarkelenjar mukus yang memproduksi lendir dan sel-sel yang mempunyai
rambut-rambut getar yang sangat halus yang disebut silia.
b. Jaringan ikat dan penunjang yang mengandung pembuluh darah.
c. Saluran napas yang diliputi oleh otot-otot, baik otot-otot sirkular yang
melingkari saluran napas dan otot-otot longitudinal yang sejajar dengan
saluran napas.
d. Cincin tulang rawan pada trakea dan bronkus yang menyerupai tapak
kuda. Tulang ini berfungsi sebagai lubang saluran napas agar tidak mudah
menyempit.
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Paru-paru
Paru kanan dan kiri adalah jaringan elastis yang bekerja seperti bunga
karang dan teraba seperti karet spons. Paru kanan terbagi menjadi tiga lobus yang
terpisah oleh dua fisura lengkap, paru kiri terbagi menjadi dua lobus oleh satu
fisura (Sundaru, 2001).
Gambar I. Strukur Sistem Pernapasan (Sundaru, 2001).
xxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Asma Bronkial (Asma)
1. Pengertian
Berdasarkan Global Initiative For Asthma (GINA), batasan asma
menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanismenya gangguan
inflamasi kronik saluran respiratorik dengan banyak sel yang berperan khususnya
sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini
menyebabkan episod wheezing berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan
batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan
dengan penyempitan saluran respiratorik yang luas namun bervariasi, yang paling
tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan
(Anonim, 2004).
Asma adalah penyakit radang kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai oleh hiperresponsif pada cabang trakiobronkial terhadap berbagai
rangsangan dimanifestasikan secara fungsiologis dengan penyempitan saluran
nafas yang menyeluruh dan kebanyakan secara klinis ditandai dengan sesak nafas
paroksismal batuk dan wheezing. Biasanya serangan asma jangka pendek antara
beberapa menit sampai beberapa jam dan pasien dapat pulih kembali setelah
serangan (Anonim, 2003).
2. Epidemiologi Asma
Saat ini lebih dari 100 juta orang di dunia menderita asma dan kebanyakan
terjadi pada anak-anak terutama di daerah perkotaan dan industri. Berbagai faktor
menjadi sebab dari keadaan ini yaitu faktor polusi, kekurangan dalam berbagai hal
yaitu pengetahuan tentang asma, penegakan diagnosa yang tidak lengkap,
xxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sistimatika dan pelaksanaan pengelolaan, upaya pencegahan dan penyuluhan, dan
pembiayaan. Dilaporkan adanya peningkatan prevalensi asma di seluruh dunia
secara umum dan khususnya peningkatan frekuensi kunjungan ke emergensi atau
perawatan di Rumah Sakit. Penyebab terjadinya hal ini diduga disebabkan
peningkatan kontak dan interaksi alergen di rumah/lingkungan pasien. Angka
kejadian yang dilaporkan dipengaruhi oleh perbedaan dalam pengamatan yaitu
oleh berbagai faktor yaitu faktor lokasi (negara, daerah, kota atau desa), populasi
pasien (masyarakat atau sekolah/ rumah sakit, rawat nginap atau rawat jalan), usia
(anak, dewasa), cuaca (kering atau lembab). Prevalensi asma di seluruh dunia
adalah sebesar 8-10 persen pada anak dan 3-5 persen pada dewasa, yang dalam 10
tahun terakhir ini meningkat sebesar 50 persen dari angka semula. Dimana
prevalensi asma pada anak lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Pada
saat masa anak-anak, laki-laki memiliki kemungkinan yang lebih besar terserang
asma, karena pada anak laki-laki memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibanding
anak perempuan, sehingga sistem imunnya lebih rendah dan kemungkinan kontak
dengan alergen lebih sering terpapar, sedangkan pada saat dewasa akan terjadi
sebaliknya (Anonim, 2003).
Tabel I. Perbandingan angka mortalitas dengan prevalensi asma akut pada 12
negara (Anonim, 2003).
xxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Negara
Australia
Canada
Inggris
Finlandia
Perancis
Itali
Jepang
Selandia baru
Swedia
Amerika
serikat
Jerman
Angka mortalitas asma
*
0,86
0,25
0,52
0,21
0,40
0,23
0,73
0,50
0,12
0,47
Prevalensi asma
berat**
8,3
8,0
8,7
3,1
2,8
2,0
2,1
8,0
2,0
10,0
Rasio
0,44
5,0
0,08
0,10
0,03
0,06
0,07
0,14
0,12
0,35
0,06
0,06
0,05
*Angka mortalitas asma (per 100.000) pada usia 5-34 tahun pada tahun 1993
**Asma berat didefinisikan episode wheezing sampai keterbatasan bicara, dalam
12 bulan sebelumnya pada anak usia 13-14 tahun,1993-1995
Tabel II. Prevalensi Asma Anak di Indonesia (Rahajoe dkk, 2004).
Penelitian (kota)
Tahun
1991
1993
1996
1996
1997
2001
2002
Jumlah
Sampel
1200
4865
1296
3118
2234
2678
2836
Umur
(Tahun)
6-12
6-12
6-12
13-15
13-15
13-14
6-7
Prevalens
(%)
16,4
6,6
17,4
5,7
2,6
11,5
3,0
Djajanto B(Jakarta)
Rosmayudi (Bandung)
Dahlan (Jakarta)
Arifin (Palembang)
Rosalina (Bandung)
Yunus F (Jakarta)
Kartasasmita CB
(Bandung)
Rahajoe NN (Jakarta)
2002
1296
13-14
6,7
3. Etiologi dan Patogenesis Asma
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperreaktifitas bronkus).
Hiperreaktifitas bronkus itu belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Diduga
karena adanya hambatan sebagian sistem adrenergik, kurangnya enzim
xxviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adenilsiklase dan meningginya tonus sistem parasimpatik. Keadaan demikian
menyebabkan mudah terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada
rangsangan sehingga terjadi spasme bronkus (Rahajoe dkk, 2004).
Inflamasi sel (sel mast, eosinofil, limfosit T, neutrofil), mediator kimia
(histamin, leukotrin, platelet-activating factor, bradikinin), dan faktor kemotaktik
(sitokin, eotaxin) yang mendasari munculnya inflamasi sekitar saluran respirasi
pada penderita asma. Inflamasi terjadi apabila timbul hiperresponsif pada saluran
respirasi penderita asma sehingga cenderung terjadi kontriksi saluran respirasi
yang diakibatkan oleh respon alergi, iritan, infeksi virus dan beban fisik. Hal
tersebut juga mengakibatkan edema, peningkatan produksi mukus pada paru,
keluarnya sel inflamasi pada saluran respirasi dan sel epitelnya mengalami
denaturasi. Pada inflamasi kronik dapat terjadi remodeling saluran respirasi yang
mendasari timbulnya proliferasi pada ekstraseluler matrix protein, hiperplasi
vaskuler dan mungkin terjadinya perubahan struktur yang irreversibel serta
kehilangan progresifitas pada fungsi paru (Nelson, 2006).
Penderita asma mempunyai saluran udara yang sensitif dalam paruparunya. Sewaktu terekspos kepada penyebab tertentu, saluran udara semakin
sempit, dan akibatnya sulit untuk bernafas. Ada dua faktor utama yang
menyebabkan saluran udara menjadi sempit.
a. Selaput dalam saluran udara menjadi merah dan bengkak (radang) dan
banyak mukus (lendir) yang dihasilkan.
b. Otot di sekeliling saluran udara menyempit (bronkokonstriksi).
xxix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar II. Perbedaan Saluran Nafas Normal Dengan Asma (Dennys, 2005)
Berbagai faktor menyebabkan timbulnya rangsangan asma antara lain
infeksi virus, terekspos alergi dan iritan (rokok, bau busuk yang kuat, asap),
kegiatan, emosi dan perubahan cuaca/lingkungan. Rhinosinisitis, gastroesofageal
refluk dan sensitivitas dari obat non steroid anti inflamasi (aspirin) dapat juga
merangsang timbulnya asma.
xxx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar III. Mekanisme Hipersensitivitas Tipe 1 (Anonim, 2002)
Antigen (allergen) yang berhubungan dengan lingkungan luar merusak
permukaan mukosa dan ditangkap oleh antigen presenting cells (APCs) dimana
proses ini dipresentasikan ke sel T-helper (Th). Sel Th2 mengeluarkan sitokin
yang menyebabkan proliferasi sel B dan respon allergen-specific IgE.
Imunoglobulin E terikat melalui Fcε reseptors (FcεRI) sehingga sel mast menjadi
peka. Bilamana setelah sel mast menjadi peka maka sel mast itu akan membentuk
cross-links surface-bound IgE yang menyebabkan peningkatan calsium (Ca2++)
yang merangsang pengeluaran mediator pre-formed yaitu seperti histamin,
protease dan bentuk mediator yang baru, lipid mediator seperti leukotrin dan
prostaglandin. Produk yang dibentuk itu merupakan gejala klinik pada alergi.
xxxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sitokin yang dikeluarkan juga berasal dari degranulasi sel mast dan inflamasi
serta respon IgE (Rahajoe dkk, 2004).
4. Remodeling Saluran Respirasi
Remodeling
saluran
respirasi
adalah
serangkaian
proses
yang
menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah struktur saluran
respirasi melalui proses diferensiasi, migrasi diferensiasi dan maturasi struktur sel.
Kombinasi kerusakan sel epitel, perbaikan epitel yang berlanjut, produksi berlebih
faktor pertumbuhan profibrotik/transforming growth factors (TGF-b) dan
proliferasi serta diferensiasi fibroblast menjadi myofibroblas diyakini merupakan
proses yang penting dalam remodeling. Myofibroblas yang teraktifasi akan
memproduksi faktor-faktor pertumbuhan, kemokin dan sitokin yang menyebabkan
proliferasi sel-sel otot polos saluran respirasi dan meningkatkan permeabilitas
mikrovaskular, menambah vaskularisasi, dan neuvaskularisasi dan jaringan saraf.
Peningkatan deposisi matriks molekul termasuk proteoglikan kompleks pada
dinding saluran respirasi dapat diamati pada pasien yang meninggal karena asma
dan
hal
ini
secara
langsung
berhubungan
dengan
lamanya
penyakit
(Baratawidjaja, 2001).
Hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran respirasi, sel globet kelenjar
submukosa timbul pada bronkus pasien asma terutama pada yang kronik dan
berat. Secara keseluruhan, saluran respirasi yang bervariasi sering dapat
menyebabkan penebalan dinding saluran respirasi yang bersifat reversibel. Pada
sebagian besar pasien reversibilitas yang menyeluruh dapat diamati pada
pengukuran dengan spirometri setelah diterapi dengan inhalasi kortikosteroid.
xxxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Beberapa penderita asma mengalami obstruksi saluran respirasi residual yang
dapat terjadi pada pasien yang tidak menunjukan gejala, hal ini mencerminkan
adanya remodeling saluran napas (Baratawidjaja, 2001).
Remodeling bertujuan untuk mengetahui patogenesis hiperreaktivitas
saluran respirasi yang non spesifik terutama pada pasien yang sembuh dalam
waktu yang lama (lebih dari 1-2 tahun) atau yang tidak sembuh sempurna setelah
terapi steroid hirupan (Baratawidjaja, 2001).
5. Gejala Klinis
Pada penderita asma akan dijumpai gangguan fungsi tubuh sehingga
menimbulkan gambaran klinik yang berupa episode serangan batuk, wheezing,
sesak napas, rasa dada tertekan dan inflamasi saluran napas kronik. Hiperreaksi
saluran nafas terhadap berbagai perangsangan dan pencetus obstruksi jalan nafas
dan pembatasan aliran udara akibat meningginya kepekaan saluran nafas oleh
proses inflamasi (Rahajoe dkk, 2004).
Pada inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar, disertai batuk-batuk
paroksismal, kadang-kadang terdapat suara wheezing (mengi), ekspirium
memanjang, pada inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal,
epigastrium dan sela iga. Selama episode akut, pemeriksaan fisik ditemukan
takipnea, takikardi, batuk, wheezing dan napas fase ekspirasi yang memanjang
(Nelson, 2006).
Pada asma kronik terlihat bentuk toraks emfisematus, bongkok ke depan,
sela iga melebar, diameter anteroposterior toraks bertambah. Pada perkusi
xxxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama bagian bawah posterior. Daerah
pekak jantung dan hati mengecil (Rahajoe dkk, 2004).
Dasar kelainan asma adalah keadaan bronkus (saluran nafas bagian dalam)
yang hiperreaktif terhadap berbagai rangsangan. Jika ada rangsangan pada
bronkus yang hiperreaktif maka akan menyebabkan otot bronkus akan mengerut
atau menyempit, selaput lendir bronkus membengkak, produksi lendir menjadi
banyak dan kental. Lendir yang kental ini sulit dikeluarkan atau dibatukkan
sehingga penderita menjadi lebih sesak.
Keadaan bronkus yang sangat peka dan hiperreaktif pada penderita asma
menyebabkan saluran nafas menjadi sempit, akibatnya pernafasan menjadi
terganggu. Hal ini menimbulkan gejala asma yang khas yaitu : batuk, sesak nafas
dan wheezing atau mengi. Manifestasi serangan asma tidak sama pada setiap
orang, bahkan pada satu penderita yang sama berat dan lamanya serangan asma
dapat berbeda dari waktu ke waktu. Beratnya serangan dapat bervariasi mulai dari
yang ringan sampai berat, demikian pula dengan lamanya serangan. Serangan bisa
saja singkat, sebaliknya dapat pula berlangsung sampai berhari-hari (Abidin dan
Ekarini, 2002).
a. Gejala klinis penyakit asma berdasarkan derajat serangan
1) Serangan asma akut ringan, dengan gejala :
a) rasa berat di dada,
b) batuk kering ataupun berdahak,
c) gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas,
d) mengi tidak ada atau mengi ringan,
xxxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e) arus puncak aspirasi (APE) kurang dari 80 %.
2) Serangan asma akut sedang, dengan gejala :
a) sesak dengan mengi agak nyaring
b) batuk kering/berdahak
c) aktivitas terganggu
d) arus puncak aspirasi antara 50-80%
3) Serangan asma akut berat, dengan gejala :
a) sesak sekali
b) sukar berbicara dan kalimat terputus-putus
c) tidak bisa berbaring, posisi mesti 1/2 duduk agar dapat bernapas
d) arus puncak aspirasi kurang dari 50 %
b. Gejala klinis penyakit asma berdasarkan derajat penyakit
1) Serangan Asma episodik yang jarang
a) Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari
b) Mengi (wheezing) dapat berlangsung sekitar 3-4 hari
c) Batuk-batuk dapat berlangsung 10-14 hari
d) Manifestasi alergi lain seperti eksim jarang didapatkan
e) Tumbuh kembang anak biasanya baik
f) Diluar serangan tidak ditemukan kelainan
g) Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
xxxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Serangan Asma episodik sering
a) Berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut
b) Biasanya dihubungkan dengan perubahan udara, adanya allergen,
aktivitas fisik dan stress
c) Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan
batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur
d) Dapat ditemukan hay fever
3) Serangan Asma kronik atau persisten
a) Terdapat mengi yang lama
b) Terjadi obstruksi saluran napas yang persisten dan hamper selalu
terdapat mengi tiap hari
c) Pada malam hari sering terganggu oleh batu dan mengi
d) Aktivitas fisik yang sering menyebabkan mengi
e) Dari waktu kewaktu terjadi serangan yang berat dan sering
memerlukan perawatan rumah sakit
f) Adanya gangguan pertumbuhan yaitu bertubuh kecil
g) Kemampuan aktivitas fisik berkurang ( Salim dkk, 2001).
Selain golongan yang di atas terdapat bentuk asma yang tidak dapat begitu
saja dimasukan ke dalamnya.
a. Asma episodik berat dan berulang
xxxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Serangan biasanya berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit,
berhubungan dengan infeksi virus saluran napas. Di luar serangan biasanya
normal dan tanda-tanda alergi tidak menonjol. Tidak terdapat obstruksi saluran
napas persisten.
b. Asma persisten pada bayi
Mengi yang persisten dengan takipnu untuk beberapa hari atau beberapa
minggu. Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak
terdengar kalau anak sedang tidur. Keadaan umum anak biasanya tetap baik dan
tumbuh kembangnya juga baik bahkan gemuk. Gambaran rontgen paru biasanya
normal.
c. Asma hipersekresi
Terdapat batuk, suara napas berderak (krek-krek,krok-krok) dan mengi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki basah dan ronki kering.
d. Asma karena beban fisik (exercise induced asthma)
Serangan asma yang muncul setelah melakukan kegiatan fisik.
e. Asma dengan allergen atau sensitivitas fisik
Serangan asma baru timbul setelah terkena allergen misalnya bulu
binatang, minum aspirin, zat warna tartrasin atau makan makanan atau minuman
yang mengandung zat pengawet bisulfit.
f. Batuk malam
Serangan batuk malam yang keras dan kering. Batuk biasanya terjadi pada
jam 1-4 pagi, dan sering mengganggu tidur anak dan keluarganya. Sering
didapatkan tanda adanya alergi pada anak dan keluarganya.
xxxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)
Gejalanya paling buruk jam 1-4 pagi. Keadaan demikian dapat terjadi
secara teratur dan intermiten diduga berhubungan dengan diurnal kaiber saluran
napas (Rahajoe dkk, 2004).
Serangan klinis asma dibagi menjadi 3 stadium,yaitu :
1) stadium I
Waktu terjadi edema dinding bronkus, batukparoksismal karena iritasi dan
batuk kering. Sputum yang kental dam mengumppul merupakan benda asing
yang merangsang keluar.
2) stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan
berbusa.. pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak nafas berusaha
bernapas lebih dalam. Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi.
Tampak otot nafas tambahan lebih bekerja. Terdapat retraksi suprasternal,
epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih sering duduk dan
membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak
gelisah,, pucat dan sianosis sekitar mulut.
3) stadium III
Obstruksi otot spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit
sehingga suara nafas hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya
karena sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti ditekan. Pernafasan
dangkal, tidak teratur dan frekuensi nafas yang mendadak tinggi (Salim dkk,
2001).
xxxviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Klasifikasi Asma
a. Klasifikasi asma berdasarkan derajat penyakit
Pedoman nasional asma anak membagi derajat asma menjadi 3 derajat
penyakit : 1) asma episodik jarang, 2) asma episodik sering, 3) asma persisten.
Tabel III. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma (Rahajoe dkk, 2004)
Parameter
klinis,kebutuhan
obat,dan faal paru
1.Frekuensi
serangan
Asma Episodik
Jarang
Asma Episodik
Sering
Asma Persisten
<1×/bulan
>×/bulan
Sering
<1 minggu
>1 minggu
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
3.Intensitas
serangan
biasanya ringan
biasanya sedang
biasanya berat
4.Diantara
serangan
tanpa gejala
sering ada
gejalanya
gejala siang dan
malam
5.Tidur dan
aktivitas
tidak terganggu
sering terganggu
sangat terganggu
2.Lama serangan
mungkin terganggu tidak pernah
normal
(ditemukan
kelainan)
6.Pemeriksaan fisis normal (tidak
ditemukan
diluar serangan
kelainan)
7.obat pengendali
(antiinflamasi)
tidak perlu
perlu
perlu
8.Uji faal paru
(diluar serangan)
FEV1/FVC>80%
FEV1/FVC 6080%
FEV1/FVC <60%
9.Variabilitas faal
paru (bila ada
serangan)
Variabilitas >15%
Variabilitas >30%
Variabilitas2030%
Variabilitas >50%
Konsensus Internasional III membagi derajat penyakit asma anak
berdasarkan keadaan klinis dan kebutuhan obat menjadi 3 yaitu, asma episodik
xxxix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jarang yang meliputi 75 persen populasi anak asma, asma episodik sering meliputi
20 persen populasi, dan asma persisten meliputi 5 persen populasi (Rahajoe dkk,
2004).
b. Berdasarkan macam rangsangan atau faktor pencetus asma patogenesisnya
dapat dibedakan menjadi dua.
1) Asma ekstrinsik (imunologik)
Bentuk asma ekstrinsik biasanya terdapat pada anak-anak dengan
riwayat keluarga semua bentuk alergi yang jelas. Proses imun berperan pada
suatu penyakit, bila penyakit tersebut terdapat antigen atau alergen dan
antibodi atau sel yang tersensitisasi. Pada asma, alergen merupakan zat-zat
yang ditemukan di sekitar lingkungan seperti debu, bulu-bulu binatang, tungau
dan sebagainya. Pada proses imun sebagai antibodi adalah Ig E dan sebagai
sel yang tersensitisasi adalah sel mastosit. Sel mastosit akan mengeluarkan
zat-zat kimia yang disebut mediator ke jaringan sekitarnya. Bila mediator
dilepaskan pada saluran napas akan menyebabkan penyempitan saluran napas
dan menimbulakan gejala asma (Abidin dan Ekarini, 2002).
2) Asma intrinsik (Non imunologik)
Asma intrinsik merupakan asma yang tidak disebabkan oleh faktor
lingkungan dan tidak diketahui penyebabnya serta dipicu oleh faktor-faktor
non alergen seperti infeksi oleh virus, iritan, emosi dan olahraga. Asma ini
umumnya terjadi pada orang dewasa dan mempunyai kecenderungan lebih
sering kambuh dan lebih berat keparahannya dibanding dengan asma
ekstrinsik. Asma intrinsik dan imunologik dipostulasikan sebagai hasil
xl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagai abnormalitas kontrol parasimpatik fungsi saluran nafas. Otot polos
saluran udara, kelenjar submukosa dan kapiler diatur oleh sistem saraf
otonom,
rangsangan
kolinergik
dan
alfa
adrenergik
menyebabkan
bronkokonstriksi dan sekresi mukosa, adanya rangsangan beta-alfa reseptor
dari sel mukosa bronkial dapat menyebabkan banyaknya gejala asma.
Kemungkinan beberapa intervensi yang menghambat jalur beta adrenergik
dapat juga menyebabkan bronkokonstriksi (Abidin dan Ekarini, 2002).
c. Klasifikasi berdasarkan pola waktu serangan
Klasifikasi asma juga bisa dibuat berdasarkan pola waktu terjadi serangan
yang dipantau dengan pemeriksaan APE. Klasifikasi ini mencerminkan berbagai
kelainan patologi yang menyebabkan gangguan aliran udara serta mempunyai
dampak terhadap pengobatan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah:
1) Asma intermiten
Pada jenis ini serangan asma timbul kadang-kadang. Di antara dua
serangan APE normal, tidak terdapat atau ada hiperreaktivitas bronkus yang
ringan.
2) Asma persisten
Terdapat variabilitas APE antara siang dan malam hari, serangan
sering terjadi dan terdapat hiperaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita
asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali normal
meskipun diberikan pengobatan kortikosteroid yang intensif.
xli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) Asma britel
Penderita jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif,
variabilitas obstruksi saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim.
Beratnya derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan dan
tindakan selanjutnya yang akan dilakukan
untuk menangani timbulnya
serangan yang mungkin akan terjadi (Kumarawati, 2004).
7. Penatalaksanaan Asma
Asma pada kebanyakan penderita dapat dikontrol secara efektif meskipun
tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah
atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan faktor penyebab. Faktor
utama yang berperan dalam kesakitan dan kematian pada asma adalah tidak
terdiagnosisnya penyakit ini dan pengobatan yang tidak cukup. Penatalaksanaan
asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan terkontrol bila:
a. gejala kronik minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala asma malam
b. eksaserbasi minimal (jarang)
c. tidak ada kunjungan ke Unit Gawat Darurat
d. kebutuhan obat agonis -2 minimal (idealnya tidak diperlukan)
e. tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise
f. variasi harian APE kurang dari 20%
g. nilai APE normal atau mendekati normal
h. efek samping obat minimal (tidak ada).
i. tujuan penatalaksanaan asma adalah untuk
j. menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
xlii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
k. mencegah eksaserbasi penyakit
l. meningkatkan fungsi paru mendekati nilai normal dan
m. mempertahankan nilai tersebut
n. mengusahakan tercapainya tingkat aktivitas normal, tero. masuk exercise
p. menghindari efek samping karena obat
q. mencegah kematian karena asma
Penatalaksanaan asma jangka panjang perlu dirancang sedemikian rupa
agar penyakit dapat dikontrol dengan pemberian obat-obatan seminimal mungkin.
Pengobatan diberikan berdasarkan tahap beratnya penyakit. Secara garis
besar obat asma terdiri atas 2 golongan, yaitu pertama, obat yang berguna untuk
menghilangkan serangan asma, yaitu mengurangi bronkokonstriksi yang terjadi.
Obat ini disebut obat pelega napas (reliever) yang umumnya bekerja sebagai
bronkodilator dan golongan obat kedua adalah obat yang dapat mengontrol asma
disebut sebagai controller medications. Obat ini diberikan setiap hari untuk
jangka waktu yang lama.
a. Pengobatan asma ditujukan pada macam-macam aspek seperti berikut ini.
1) Kausal : mencari dan menentukan sebabnya, bila diketahui sebabnya maka
dengan menghindari sebab itu akan mengurangi kemungkinan mendapat
serangan terutama dari sebab-sebab yang tergolong pada faktor pencetus.
2) Simptomatis : pengobatan yang hanya untuk menghilangkan gejala asma.
3) Obat pencegah serangan : berguna untuk mencegah agar serangan asma
tidak sering terjadi.
xliii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4) Imunoterapi : dengan jalan mengurangi bahan-bahan yang menyebabkan
timbulnya serangan asma (Baratawidjaja, 2001).
b. Prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah seperti berikut ini.
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2) Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
3) Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai
penyakit asma maupun tentang perjalanan penyakitnya, sehingga penderita
mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan
dokter yang merawatnya (Baratawidjaja, 2001 ).
c. Obat-obat asma
Obat-obat asma terdiri dari dua bagian yaitu saat serangan asma dan
pencegah serangan asma.
1) Obat saat serangan asma.
a) Bronkodilator
Bronkodilator menyebabkan relaksasi otot-otot polos yang berada di
saluran pernafasan. Obat ini membantu mengontrol kondisi saluran pernafasan
yang menyebabkan hambatan pada aliran udara yang melewatinya.
Bronkodilator sendiri terdiri atas 3 golongan yaitu:
(1) Simpatomimetik
Obat anti asma golongan simpatomimetik bekerja dengan jalan
merangsang reseptor-reseptor. Rangsangan ini akan menyebabkan reaksi
kimia di dalam sel, yang hasilnya berupa efek yang sudah tertentu.
xliv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Misalnya rangsangan terhadap reseptor beta 2 menyebabkan pelebaran
saluran nafas, obat-obatannya dikenal dengan nama agonis beta2 atau
agonis beta 2 selektif. Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup, suntikan, dan semprotan (Sundaru, 2001).
(2) Xantin
Dalam golongan metil-xantin termasuk teofilin dan aminofilin
(teofilin dan etilendiamin), merupakan bronkodilator yang sering
digunakan pada pengobatan asma (Bratawidjaya, 2004). Bentuk obatnya
berupa tablet, kapsul, sirup, suntikan dan supositoria (Sundaru, 2001).
(3) Atropin
Atropin hanyalah bronkodilator yang lemah sehingga tidak
dipergunakan sebagai obat utama anti asma. Turunan atropin yang lebih
efektif dan aman yaitu pratiopium dalam bentuk Metered Dose Inhaler
(MDI) (Sundaru, 2001).
b) Kortikosteroid
Kortikosteroid yaitu obat anti alergi dan anti peradangan
contohnya; prednison, metil prednisolon, hidrokortison. Cara kerjanya
sebagai obat anti alergi yang kuat, mengurangi pembengkakan saluran
nafas dan memperbaiki kerja bronkodilator yang sudah melemah.
Karena banyak efek sampingnya steroid diberikan bila obat-obatan
bronkodilator sudah tidak mempan lagi (Sundaru, 1995). Hanya
sebagian kecil penderita asma yang memerlukan kortikosteroid dalam
hidupnya, terutama asma menahun (Bratawidjaya, 2001).
xlv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Obat-obatan untuk mencegah serangan asma.
a) Kromon
Sodium kromolin adalah senyawa yang sudah lama tersedia bagi
perawatan profilaksis asma kurang lebih selama hampir 20 tahun.
Mekanisme senyawa ini belum diketahui. Hal yang sudah diketahui
adalah bahwa kromon menghalangi early asthmatic respons (EAR) dan
late
asthmatic
respons
(LAR)
serta
mencegah
menigkatnya
hiperaktivitas bronki berikutnya. Hal ini diduga bahwa semua aktivitas
kromolin merupakan hasil stabilitas tiang sel membran. Profilaksis
jangka panjang dengan kromolin mencegah reaksi umum pada
hiperaktivitas bronki yang disebabkan oleh tepung sari, debu dan alergen
yang dapat menghasilkan pengurangan pada dasar hiperaktivitas bronki.
Kromilin menghalangi pergerakan invitro dalam neutrofil, makrofag,
dan eosinofil manusia (Kelly dan Kamada, 1997).
b) Ketotifen
Dibandingkan dengan obat-obatan pencegah serangan asma yang
lain seperti kortikosteroid aerosol, obat ini lebih praktis dan mudah
dipakai karena bentuk obatnya berupa tablet dan sirup. Angka
keberhasilan pengobatan ketotifen pada asma berkisar antara 60%-70%.
Dosis pada anak-anak sama dengan orang dewasa yaitu 2 kali 1 mg
sehari. Ketotifen terutama bermanfaat pada asma yang penyebabnya
alergi (Sundaru, 2001).
xlvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c) Kortikosteroid aerosol
Kebalikan dari obat yang bekerja sistematik, obat aerosol bekerja
dengan jalan menempel di permukaan bagian tubuh yang sakit. Cara
kerja steroid aerosol pada dasarnya sama dengan yang sistematik yaitu
sebagai anti alergi dan anti peradangan. Untuk melihat manfaatnya
diperlukan waktu sekitar 4 minggu. Diperkirakan steroid aerosol juga
membantu memperkuat kerja dari bronkodilator (Sundaru, 2001).
d) Nedokromil
Obat ini diduga mempunyai efek anti peradangan seperti halnya
natrium kromolin, nedokromil dipakai untuk mencegah asma ringan dan
sedang, terutama yang disebabkan oleh alergen, kegiatan jasmani
maupun iritan seperti hawa dingin atau asap (Sundaru, 2001).
e) Antileukotrien
Leukotrien adalah salah satu mediator dari reaksi alergi yang dapat
menyebabkan gejala asma. Obat-obatan yang termasuk golongan anti
leukotrien bekerja dengan jalan mencegah terjadinya serangan asma.
Oleh karena itu obat ini dipakai terus menerus untuk jangka panjang.
Keuntungan anti leukotrien bermanfaat pada asma yang dicetuskan oleh
alergen, kegiatan jasmani, aspirin, dan iritan karena polusi udara
(Sundaru, 2001).
f) Suntikan alergen (Laprin)
Istilah suntikan allergen bermacam-macam. Ada yang menyebut
hiposensitisasi atau imunoterapi atau desensitasi, yang disuntikkan
xlvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah alergen atau zat penyebab alergi. Bila disuntikkan ke badan akan
membentuk zat anti (kebal), sehingga suatu hari jika penderita terpapar
(kontak) dengan alergen tadi, reaksi alergi tidak terjadi sama sekali dan
hasil akhirnya serangan asma tidak timbul (Sundaru, 2001).
Obat pengontrol asma yang paling efektif adalah kortikosteroid.
Cara pemberian yang paling baik adalah secara inhalasi. Pemakaian
kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat menurunkan kebutuhan
terhadap kortikosteroid sistemik. Pada asma kronik berat dibutuhkan
dosis inhalasi yang tinggi untuk mengontrol asma. Bila dengan dosis
inhalasi yang tinggi belum juga dapat mengontrol asmanya, maka
ditambahkan kortikosteroid oral. Pada pemakaian kortikosteroid inhalasi
jangka panjang dapat timbul efek samping kandidiasis orofaring,
disfonia dan kadang-kadang batu. Efek samping itu dapat dicegah
dengan pemakaian spacer atau dengan mencuci mulut sesudah
pemakaian alat. Obat kortikosteroid sistemik diberikan bila obat inhalasi
masih kurang efektif dalam mengontrol asma. Obat sistemik juga
diberikan pada seat terjadi serangan asma yang berat. Pemberian obat
selama 57 hari dapat digunakan sebagai terapi maksimal untuk
mengontrol gejala asma. Pemberian demikian dilakukan pada permulaan
terapi jangka panjang maupun sebagai terapi awal pada asma yang tidak
terkontrol atau selama masa perburukan penyakit. Pemberian obat
kortikosteroid jangka panjang mungkin perlu untuk mengontrol asma
xlviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persisten berat, tetapi pemberian itu terbatas oleh karena risiko terhadap
efek samping.
Pemberian inhalasi kortikosteroid jangka lama selalu lebih baik
daripada pemberian secara oral maupun parenteral. Bila pemberian oral
diberikan untuk jangka lama harus diperhatikan kemungkinan timbal
efek samping. Untuk jangka panjang pemberian obat secara oral lebih
baik daripada parenteral. Preparat oral golongan steroid yang bersifat
short acting seperti prednison, prednisolon dan metil prednisolon lebih
baik karena efek mineralokortikoidnya minimal, masa kerja pendek
sehingga efek samping lebih sedikit dan efeknya terbatas pada otot. Bila
mungkin prednison oral jangka lama diberikan selang sehari pada pagi
hari untuk mengurangi efek samping. Tetapi kadang-kadang penderita
asma berat memerlukan obat tiap hari bahkan dua kali sehari (Anonim,
2003).
C. Peresepan pada anak-anak
Anak terutama neonatus mempunyai respons yang berbeda terhadap obat
dibanding orang dewasa. Perhatian khusus diberikan pada masa neonatal (0-30
hari) karena dosis harus selalu dihitung dengan cermat. Pada umur ini, resiko
toksisitas bertambah karena filtrasi renal yang belum efisien, defisiensi relatif
enzim, sensitifitas organ target yang berbeda, dan belum adekuasinya sistem
detoksifikasi yang menyebabkan lambatnya ekskresi obat (Anonim, 2000 (b)).
xlix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
The British Paediatric Association (BPA) mengusulkan tentang waktu
yang didasarkan pada saat terjadinya perubahan-perubahan biologis. Perubahan
biologis yang diwakili oleh tiap rentang waktu tersebut adalah neonatus terjadi
perubahan organ yang sangat penting, bayi merupakan masa awal pertumbuhan
yang pesat, anak-anak adalah masa pertumbuhan secara bertahap. Neonatus
dimulai dari awal kelahiran kurang dari 1 bulan, bayi dimulai dari rentang 1 bulan
sampai 2 tahun, dan kelompok anak mempunyai rentang di atas 2 tahun sampai
dengan 12 tahun (Prest, 2003).
Hal-hal yang sebaiknya menjadi pertimbangan petugas kesehatan
peresepan obat pada anak-anak adalah sebagai berikut ini.
1. Dosis
Dosis untuk anak bisa dihitung dari dosis dewasa berdasar umur,
berat badan, luas permukaan badan, atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut. Metode yang paling akurat adalah berdasarkan luas permukaan
tubuh.
2. Berat badan
Berat badan bisa digunakan untuk menghitung dosis, ditunjukkan
dengan mg/kg. anak kecil mungkin memerlukan dosis per kilogram yang
lebih besar dibanding orang dewasa karena kecepatan metabolismenya
lebih tinggi. Beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan antara lain,
pada anak yang gemuk akan mendapat dosis yang terlalu besar, sehingga
sebagian besar perhitungan dosis menggunakan berat badan ideal
dikaitkan dengan tinggi badan dan umur.
l
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Luas permukaan badan
Dibandingkan dengan lainnya, perhitungan dosis dengan luas
permukaan tubuh ini lebih akurat, karena fenomena fisiologis tubuh lebih
dekat berhubungan dengan luas permukaan tubuh (Anonim, 2000 (b))
Dikenal juga adanya peresepan yang berlebihan, yaitu peresepan
yang memberikan obat yang tidak dibutuhkan, dosis yang diberikan terlalu
besar, lama dan waktu pengobatan yang banyak. Multiple prescribing
merupakan criteria peresepan apabila ditemukan 2 atau lebih obat yang
menimbulkan efek yang sama, dan pengobatan beberapa kondisi yang
berhubungan dan pengobatan yang pertama akan memperbaiki kondisi
yang lain (Anonim, 2000(b)).
D. Pola Peresepan Obat
Proses peresepan menggambarkan suatu proses normal dari pengobatan,
dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus berbagai pertimbangan dalam
setiap tahap sebelum membuat suatu keputusan. Kenyataanya dalam praktek
sering dijumpai kebiasaan pengobatan (peresepan) yang tidak rasional (irational
prescribing). Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius
dalam pelayanan kesehatan oleh karena kemungkinan dampak negatif yang
terjadi. Dampak yang mungkin terjadi adalah dampak terhadap mutu pengobatan
dan pelayanan, dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan, dampak terhadap
efek samping obat, dan dampak psikososial, yaitu ketergantungan obat terhadap
masyarakat (Anonim, 2003).
li
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara praktis untuk memantau pola penggunaan atau peresepan obat
secara umum, telah dikembangkan indikator yang dapat dipakai secara cepat
untuk menilai pola penggunaan obat di unit pelayanan, membandingkan antar
unit, atau menilai perubahan sesudah suatu intervensi. Tipe indikator peresepan
digunakan untuk membangun (menentukan) gambaran peresepan dalam 3 hal
umum yang saling berhubungan dengan penggunaan obat yang rasional, yang
mencakup hal-hal di bawah ini.
1. Prescribing practice, dengan indikator :
a. rata-rata jumlah penggunaan obat, untuk mengetahui tingkat
penggunaan obat yang berlebih (polifarmasi).
b. persentase peresepan dengan menggunakan nama obat generik, untuk
mengetahui tendensi persepan dengan nama obat generik.
c. persentase peresepan antibiotika.
d. persentase peresepan penggunaan injeksi.
e. persentase peresepan obat dari daftar obat essensial, untuk mengetahui
tingkat penggunaan obat dari daftar obat essensial.
2. Patient care, dengan indikator :
a. rata-rata waktu konsultasi
b. rata-rata waktu dispensing
c. persentase keberhasilan peresepan obat
d. persentase daftar obat yang cukup memadai
e. pengetahuan pasien tentang dosis obat yang benar
lii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Fasilitas kesehatan (facility health), dengan indikator :
a. kegunaan dari daftar atau formularium obat essensial
b. kegunaan dari obat penting, untuk mengetahui kegunaan obat penting
dengan terapi masalah kesehatan (Anonim, 2003).
Quick (1997) menyebutkan bahwa bentuk dari peresepan obat yang tidak
rasional adalah: 1) peresepan berlebihan (extravagant prescribing), yaitu
peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal padahal ada alternatif lain yang
lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama, 2) peresepan berlebihan
(over prescribing) terjadi bila dosis obat, lama pemberian atau jumlah obat yang
diresepkan melebihi ketentuan, 3) peresepan yang salah (incorrect prescribing)
mencakup pemakaian obat untuk indikasi yang keliru, diagnosis tepat tetapi
obatnya keliru, pemberian obat kepada salah, 4) peresepan majemuk (multiple
prescribing) yakni pemakaian dua atau lebih kombinasi obat padahal sebenarnya
cukup hanya diberikan obat tunggal saja, 5) peresepan kurang (under pescribing)
terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis tidak cukup atau lama
pemberian terlalu pendek. Dari berbagai bentuk ketidak rasionalan yaitu : 1)
upaya pendidikan (educational strategies) yang mencakup perbaikkan isi dan cara
pendekatan pendidikan bagi calon-calon penulis resep untuk memperkenalkan
prinsip-prinsip pemakaian obat secara rasional dan masalah ketidak rasionalan
pemakaian obat, 2) upaya pengelolaan (managerial strategies) yang mencakup
perbaikan sistem suplai, yakni dalam proses pengadaan obat, sistem peresepan
dan dispensing obat, 3) upaya peraturan (regulatory strategies).
liii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Penatalaksanaan Serangan Asma di Rumah Sakit
1. Di ruang gawat darurat
Jika respon terhadap pengobatan awal di rumah buruk dan keadaan sesak
penderita bertambah parah maka penderita harus segera dibawa ke ruang gawat
darurat rumah sakit. Selama di ruang gawat darurat akan dilakukan hal-hal berikut
ini.
a. evaluasi terhadap fungsi paru atau penyempitan saluran nafas.
b. anamnesia mengenai riwayat penyakit dan penyakit lain yang menyertai
jika ada.
c. pemeriksaan fisik terhadap penderita.
d. pemeriksaan laboratorium.
e. foto paru dan elektrokardiogram (EKG) tidak rutin dilakukan melainkan
atas indikasi saja.
f. pemberian obat-obatan, seperti : oksigen, agonis beta-2 hirup (aerosol),
antikolinergik.
2. Penilaian ulang
Penilaian ulang terhadap penderita dilakukan setelah pemberian terapi
awal selesai (60-90 menit). Respon terapi awal di Unit Gawat Darurat (UGD),
menentukan apakah penderita selanjutnya di rawat inap, masuk ke ruang
perawatan intensif, atau diperbolehkan pulang.
3. Perawatan inap
Kebutuhan untuk merawat penderita diambil berdasarkan lama dan
beratnya serangan asma, beratnya obstruksi saluran nafas, obat-obatan yang
liv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipakai pada saat serangan, fasilitas perawatan, dukungan keluarga, kondisi rumah
adanya gangguan psikiatrik.
4. Perawatan intensif
Sebagian besar penderita asma akut memberikan respon terapi yang baik,
namun gejala asma sebagian kecil penderita makin memburuk baik karena
obstruksinya makin berat atau otot-otot pernafasannya semakin lemah atau
kombinasi keduanya sehingga pasien tampak gelisah, kesadaran menurun, adanya
tanda-tanda gagal nafas yang mengancam (seperti kekurangan oksigen atau
hipoksemia) meskipun sudah diberikan oksigen yang cukup (Abidin dan Ekarini,
2002).
F. Keterangan Empiris yang diharapkan
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pola
peresepan obat anti asma pada pediatri di instalansi rawat jalan Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta tahun dengan mengetahui jenis dan golongan obat, mengetahui
cara pemberian obat pada anak, mengetahui dosis obat yang digunakan, dan
mengetahui jumlah obat yang digunakan
lv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang pola peresepan penyakit asma bronkial pada pasien
pediatrik di Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun
2006 merupakan jenis penelitian observasional yaitu penelitian yang observasinya
dilakukan tehadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya
(in nature), tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti. Rancangan penelitian
yaitu deskriptif non analitik artinya penelitian yang hanya menyuguhkan
sedeskriptif mungkin fenomena yang ada, tanpa menganalisa bagaimana dan
mengapa fenomena tersebut terjadi. Cara pengambilan data dilakukan melalui
rekam medik secara retrospektif.
B. Definisi Operasional
1. Asma bronkial adalah suatu jenis penyakit kronis yang pada umumnya
mengalami peningkatan respon trakea dan bronki terhadap berbagai rangsang
dengan manifestasi berupa penyempitan saluran nafas, yang ditandai dengan
adanya sesak nafas dan “mengi”.
2. Pasien asma dalam penelitian ini adalah penderita pada pediatri dengan
diagnosis asma bronkial di instalansi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun
2006.
lvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pediatri adalah pasien yang berusia 2 tahun sampai 12 tahun berdasar The
British Paediatric Association (BPA).
4. Jumlah obat adalah banyaknya obat yang diberikan pada pasien tergantung
pada tingkat keparahan dari penyakit berdasarkan diagnosis yang diberikan,
misalnya pada pasien yang terdiagnosis asma bronkial yang tergolong ringan
diberikan 3 macam obat (bronkodilator, obat batuk, dan analgesik) ,
5. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan kelas terapinya, misalnya
antikolinergik, kortikosteroid.
6. Jenis obat adalah nama macam obat yang diberikan, misalnya aminofilin,
prednison.
7. Cara penggunaan adalah cara pemberian obat kepada pasien penderita asma
bronkial misalnya cara pemberian secara oral atau parenteral di RSPR
Yogyakarta.
7. Interaksi obat adalah penggunaan dua atau lebih obat yang diberikan pada
waktu bersamaan yang dapat memberikan efek tidak saling mempengaruhi,
atau saling mempengaruhi (berinteraksi).
C. Bahan Penelitian dan Subyek Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah menggunakan Indeks Diagnosis
Rawat Jalan dan lembar catatan medik (medical record) pasien pediatri dengan
diagnosis asma bronkial di Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode 2006.
lvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek penelitian adalah pasien anak yang berusia 0 sampai 12 tahun,
dengan diagnosis asma bronkial, pasien menjalani rawat jalan di RSPSR.
Pengambilan usia anak berdasarkan penggolongan oleh The British Paediatric
Association (BPA) yaitu neonatus adalah usia mulai awal kelahiran sampai 1
bulan, bayi usia 1 bulan sampai 2 tahun, anak usia 2 tahun sampai 12 tahun, dan
remaja usia 12 tahun sampai 18 tahun.
D. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian dilakukan dalam tiga tahap, pertama adalah tahap
perencanaan, tahap kedua adalah pengambilan data, sedangkan tahap ketiga
adalah melakukan pengolahan hasil dan pembahasan.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi analisis situasi dan penentuan masalah.
Analisis situasi dilakukan dengan mencari data penyakit terbanyak yang ada di
RSPR Yogyakarta Tahun 2006. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase
kejadian asma bronkial pada anak cukup besar. Melihat terapi pada anak
memerlukan perhatian khusus, maka diangkat masalah peresepan asma bronkial di
instalansi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun 2006.
2. Tahap Pengambilan Data.
Tahap pengambilan data diawali dengan melakukan penelusuran data.
Tahap selanjutnya pengumpulan bahan data pencatatan data ke lembar laporan.
lviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Proses penelusuran data dilakukan melalui Unit Catatan Medik
Salah satu bentuk laporan Unit Catatan Medik berupa table nomor
registrasi (nomor catatan medik) penderita rawat jalan. Berdasarkan nomor
registrasi tersebut sehingga diperoleh nomor registrasi kasus asma bronkial
dan umur pasien. Penelusuran dilakukan untuk tahun 2006.
b. Pengumpulan bahan dalam penelitian ini dilakukan melalui catatan medik
Pengumpulan didasarkan pada nomor registrasi yang telah diperoleh
dalam penelusuran data. Bahan-bahan tersebut diperoleh di Unit Catatan
Medik.
c. Pencatatan data dilakukan dalam lembar laporan
Data meliputi nomor registrasi (nomor rekam medik), umur pasien
(tahun), berat badan (Kg), kondisi umum dan gejala, riwayat penyakit, terapi,
dosis, mulai menggunakan obat (hari ke-), lama perawatan (hari) dan
diagnosis pasien.
3. Tahap Pengolahan Hasil dan Pembahasan.
Pengolahan dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabulasi dan disertai uraian pembahasannya.
E.Tata Cara Pengolahan Hasil Penelitian
Hasil penelitian diolah secara deskriptif untuk memperoleh informasi
mengenai hal-hal berikut ini.
1.
Golongan obat masing-masing dalam peresepan disajikan dengan melihat
kelas terapinya dan jenis obat disertai jumlah kasus yang menerima obat
lix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut. Persentase golongan dan jenis obat yang diberikan dihitung dari
jumlah kasus yang diteliti (n) dikalikan 100%.
2. Aturan pakai disajikan dengan melihat dosis obat yang diresepkan dalam
sehari, frekuensi penggunaan obat dalam sehari, serta keterangan lain yang
ada, kemudian dikelompokkan berdasarkan rentang usia pasien yaitu 0-5
tahun, >5-11 tahun, dan >11-≤12 tahun.
3. Bentuk sediaan obat disajikan menurut jenis bentuk sediaan tertentu,
disertai jumlah pasien yang menerima bentuk sediaan tersebut. Persentase
bentuk sediaan obat yang diberikan dihitung berdasarkan jumlah pasien yang
menerima bentuk sediaan tersebut dibagi jumlah kasus yang diteliti (n)
dikalikan 100%.
4.
Kontraindikasi disajikan dengan melihat obat yang diberi disesuaikan
dengan riwayat, kondisi umum dan gejala penyakit pasien, misalnya
penggunaan salbutamol akan terjadi kontraindikasi pada penderita yang
hipersensitif dan jangan diberikan bersama-sama dengan obat dari golongan
beta bloker.
5. Potensial interaksi obat disajikan menurut jenis interaksi antara obat anti
asma dengan obat lain yang diberikan pada saat yang sama dan dikaji secara
teoritis. Jenis interaksi obat adalah interaksi farmakodinamika atau
farmakokinetika.
lx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada data RM, kasus asma bronkial pada pasien anak di RSPR Yogyakarta
Tahun 2006 yang diamati ditekankan pada umur 0-12 tahun, tanpa membedakan
umur bayi dan anak-anak. Pada data, umur anak yang terkecil diperoleh adalah
1,5 bulan dan yang terbesar adalah 12 tahun. Jenis kelamin yang paling banyak
ditemukan dalam kasus asma bronkial ini adalah laki-laki. Setelah dilakukan
penelusuran data melalui buku kunjungan poliklinik bagian rekam medik, jumlah
kasus asma bronkiial pada pasien anak rawat jalan di RSPR Yogyakarta Tahun
2006 adalah sebanyak 81 kasus.
A. Karakteristik Pasien
Karateristik pasien asma di Instalasi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun
2006 dikhususkan pada pasien anak-anak. Karakteristik pasien asma anak
berdasarkan pada jenis kelamin, umur dan diagnosis pasien.
1. Jenis kelamin
Perbandingan jumlah dan persentase dari laki-laki dan perempuan pada
pasien asma bronkial pada anak di Instalasi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun
2006 adalah 64,5 % untuk jenis kelamin laki-laki dan 34,5 % untuk jenis kelamin
perempuan
Tabel IV. Distribusi Pasien Asma Bronkial pada Anak berdasarkan Jenis Kelamin
di Instalasi Rwat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah pasien
53
28
81
lxi
Persentase %
64,5
34,5
100,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data penelitian diatas menunjukan bahwa jumlah pasien asma bronkial
pada anak dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada jenis kelamin
perempuan.
2. Umur
Pasien asma bronkial pada anak di RSPR Yogyakarta Tahun 2006 rata-rata
berumur 0-12 tahun yang terbagi atas umur 0-5 tahun 61,7 %, umur 6-11 tahun
34,6 %, umur ≥12 tahun 3,7 %.
Tabel V. Distribusi Pasien Asma Bronkial pada Anak berdasarkan Umur di
Instalasi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
3
Umur
0-5 tahun
>5-11 tahun
>11-≤12 tahun
Jumlah
Jumlah pasien
50
28
3
81
Persentase %
61,7
34,6
3,7
100,0
Data penelitian di atas menunjukkan bahwa pasien asma anak di Instalasi
Rawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun 2006 yang berumur 0-5 tahun terdiagnosis
penyakit asma bronkial lebih banyak dibandingkan yang berumur 6-11 tahun dan
yang berumur ≥12 tahun. Pada umur 0-5 tahun, bayi sering mengalami mengi
karena saluran pernapasannya sangat kecil sehingga mudah sekali menyempit jika
terinfeksi (Abidin dan Ekarini, 2002). Pada umur 6-11 tahun mempunyai
kecenderungan untuk kambuh, mulai dari asma ringan sampai asma berat, tetapi
ada kemungkinan pada umur 10 tahun asma yang diderita sembuh dan jarang
kambuh lagi. Pada umur lebih dari atau sama dengan 12 tahun sudah dapat
mengendalikan atau menghindari faktor-faktor pencetus yang dapt menyebabkan
lxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
asma dengan mengetahui kapan terserang asma dan bagaimana mencegah dan
mengobati asma.
B. Gambaran umum peresepan
Pada penelitian ini gambaran umum peresepan pasien anak dapat dilihat
pada beberapa variabel, yaitu jumlah obat, golongan obat, jenis obat, bentuk
sediaan dan cara pemakaian.
1. Jumlah obat
Jumlah obat yang dipakai untuk pengobatan pasien asma bronkial pada
anak di Instalasi Rawat Jalan RSPR Tahun 2006 adalah 3-7 macam obat dengan
jumlah obat terbanyak yang diberikan adalah 4 macam obat pada 41 pasien.
Jumlah obat yang diberikan pada pasien asma anak tidak diberikan dalam jumlah
dan waktu yang bersamaan, tetapi menurut selang waktu dan dosis tertentu
berdasarkan system limited dispensing, yaitu distribusi obat yang diberikan pada
pasien menurut dosis yang dibutuhkan selama masa perawatan di Instalasi Rawat
Jalan RSPSR.
Tabel VI. Jumlah Obat yang Diberikan pada Pasien Asma Anak di Instalasi Rawat
Jalan RSPR Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
3
4
5
Jumlah Obat
3
4
5
6
7
Jumlah
Jumlah pasien (n= 81)
7
41
24
7
2
81
Persentase (%)
8,6
50,6
29,6
8,6
2,5
100,0
Variasi jumlah obat yang besar perlu diperhatikan karena diberikan pada
pasien anak yang kemungkinan dapat menimbulkan terjadinya interaksi obat,
lxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
timbulnya efek samping bahkan kematian. Selain itu, dapat juga mempengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengikuti instruksi cara penggunaan dan peningkatan
biaya pengobatan selama perawatan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
penyederhanaan jumlah obat yang digunakan seminimal mungkin sesuai
kebutuhan klinik untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul.
Jumlah macam obat yang bervariasi diantara pasien asma bronkial
disebabkan oleh perbedaan diagnosis yang diberikan oleh dokter berdasarkan
gejala-gejala yang dialami pasien. Jumlah obat yang diberikan pada pasien
tergantung pada tingkat keparahan dari penyakit berdasarkan diagnosis yang
diberikan, misalnya pada pasien yang terdiagnosis asma bronkial yang tergolong
ringan diberikan 3 macam obat (bronkodilator, obat batuk, dan analgesik) ,
sedangkan asma bronkial yang tergolong parah diberikan 6 macam obat (1.
bronkodilator, 2 simpatomimetik, 1 kortikosteroid, 1 antihistamin, 1 antiinfeksi).
Jadi obat yang diberikan pada pasien asma anak dengan jumlah yang minimal
ataupun maksimal disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses terapi penyakit
asma dan gejala-gejala lain yang menyertainya.
Menurut Sundaru (2001), perbedaan jumlah obat yang diberikan
disebabkan oleh sifat variabilitas dan individualitas dari pasien asma dengan
respon pengobatan tiap pasien berbeda-beda, ada pasien yang memerlukan satu
macam obat dan ada pasien yang memerlukan bermacam-macam obat, misalnya
pada salah satu pasien asma yang memerlukan antihistamain untuk meringankan
alergi, antasida untuk meringankan gangguan pencernaan, dan antimigren untuk
mengobati sakit kepala sebelah kiri. Jumlah obat yang diberikan menujukkan
lxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa dalam proses terapi penyakit asma tidak hanya khusus untuk asma, tetapi
juga untuk gejala-gejala yang dialami oleh pasien anak.
2. Golongan obat
Golongan obat yang digunakan oleh pasien anak penderita asma bronkial
di Instalasi rawat jalan RPSR tahun 2006 meliputi golongan obat anti asma
(simpatomimetik, kortikosteroid, xantin) dan obat-obat tambahan seperti
antialergi, obat batuk, antibiotik, dan analgesik antipiretik.
Tabel VII. Golongan Obat yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial di
Instalasi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Golongan Obat
Simpatomimetik
Xantin
Kortikosteroid
Antibiotika
Obat batuk
Antialergi
Analgetik antipretik
Vitamin
Pada
data
yang
Jumlah pasien (n= 81)
68
35
40
73
13
36
27
9
tertera
di
tabel
VII,
Persentase (%)
84,0
43,2
49,3
90,1
16,0
44,4
33,3
11,1
presentase
penggunaan
simpatomimetik sebagai bronkodilator lebih besar dibandingkan xantin. Hal ini
hendaknya diteliti lebih lanjut.
Kortikosteroid diberikan untuk menekan radang sebagai faktor penting
terjadinya
hiperreaktivitas
bronkus,
dimana
hiperreaktivitas
bronkus
merupakankelainan sentral untuk terjadinya asma. Penggunaan kortikosteroid
memiliki presentase sebesar 38 %. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
penanganan asma bronkial pada anak ada upaya untuk menekan faktor pencetus
asma dan faktor yang memperberat serangan asma.
lxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Antibiotik merupakan pilihan obat yang biasa digunakan
dalam
penanganan infeksi karena bakteri. Penggunaan antibiotk dalam pengobatan asma
bronkial pada anak memiliki presentase yang besar yaitu 90,1%, dibandingkan
penggunaan obat yang lain termasuk obat anti asma sendiri. Hal ini perlu
mendapat perhatian dan perlu diteliti lebih lanjut tentang kerasionalan
penggunaan antibiotik pada asma mengingat penggunaan antibiotik yang tidak
tepat akan menyebabkan kuman menjadi kebal terhadap antibiotik.
Penggunaan obat batuk berguna untuk mengurangi keluhan batuk yang
dirasa mengganggu. Batuk terjadi karena adanya rangsangan saluran napas akibat
produksi dahak yang berlebihan yang disebabkan karena radang bronkus. Pada
tabel VII, penggunaan obat batuk dalam pengobatan asma bronkial pada anak
sebesar 18,5%.
Antialergi bermanfaat untuk mengatasi alergi yang timbul akibat adanya
allergen. Pada tabel VII, penggunaan antialergi dalam pengobatan asma bronchial
pada anak sebesar 39,5%.
Analgetik antipiretik biasanya diberikan kepada pasien dengan maksud
untuk memberikan rasa nyaman akibat infeksi yang terjadi (demam, pusing).
Penggunaan analgetik antipiretik dalam pengobatan asma bronkiial pada anak
sebesar 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan analgetik antipiretik
tidak mutlak digunakan melihat angka presentase yang kecil, karena prinsip terapi
untuk asma bronchial (khususnya infeksi yang terjadi) adalah mengatasi faktor
pencetus sehingga keluhan-keluhan yang lain dapat diatasi.
lxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Jenis Obat yang Digunakan
Jenis obat tiap golongan yang digunakan oleh pasien anak penderita asma
bronkial rawat jalan di RSPR Yogyakarta Tahun 2006 dapat dilihat sebagai
berikut.
a. Simpatomimetik
Jenis obat simpatomimetik yang digunakan untuk pasien anak asma
bronkial antara lain terbutalin, salbutamol, prokaterol HCl.
Tabel VIII. Jenis Obat Simpatomimetik yang Digunakan Pasien Anak Asma
Bronkial yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Tahun 2006
No
1
2
3
Simpatomimetik
Terbutalin
Salbutamol
Prokaterol HCl
Jumlah
Jumlah 0bat
6
51
11
68
Persentase %
7,4
63,0
13,6
84,0
Penggunaan simpatomimetik sebagai bronkodilator untuk mengatasi sesak
napas. Pada kasus ini salbutamol sebagai stimulant adrenoseptor beta-2 selektif
yang efektif mengatasi serangan asma ringan sampai sedang dengan cepat paling
banyak digunakan, karena golongan simpatomimetik dapat merelaksasikan otot
polos saluran pernapasan dan menghambat pelepasan senyawa bronkokontriksi
dari mediator pencetus alergi. Salbutamol, terbutalin sulfat, dan prokaterol
hidroklorida yang termasuk dalam golongan simpatomimetik memiliki toksisitas
sistemik yang rendah dibandingkan dengan aminofilin dan teofilin dari golongan
xantin serta lebih efektif bila digunakan dalam sediaan inhalasi, karena efek dari
zat-zat golongan simpatomimetik lebih cepat menuju ke saluran pernapasan yang
mengalami bronkokontriksi dan merelaksasikan otot polos saluran pernapasan.
lxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Xantin
Jenis obat Xantin yang digunakan untuk pasien anak asma bronkial dapat
diamati pada tabel IX.
Tabel IX. Jenis Obat Xantin yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial yang
Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
Xantin
Aminofilin
Teofilin
Jumlah
Jumlah 0bat
24
11
35
Persentase %
29,6
13,6
43,2
Dalam penanganan asma secara umum, teofilin dan aminofilin merupakan
pilihan yang baik untuk mengatasi obstruksi saluran napas, menghambat reaksi
lambat tetapi tidak mempunyai efek terhadap hiperreaksi bronkus dan dapat
memperkuat kerja otot diafragma. Pada kasus yang diamati, teofilin dan
aminofilin penggunaanya lebih sedikit dibanding dengan simpatomimetik. Pada
data pengobatan asma bronkial pasien anak rawat jalan menunjukkan beberapa
kasus menggunakan simpatomimetik dan xantin secara bersamaan.
Teofilin digunakan untuk mengatasi obstruksi saluran napas, dimana cara
kerjanya yaitu menekan pelepasan mediator peradangan yang ditimbulkan oleh
alergen (misalnya histamin) dari sel mastosit yang disensitisasikan oleh IgE.
Kadar teofilin dalam serum yang diinginkan berkisar dari 10 sampai 20 μg/ml,
dan biasa diperoleh dengan memberikan dosis 5 sampai 6 mg/kg BB setiap 6 jam.
Aminofilin merupakan bentuk garam dari teofilin yang larut dalam air atau
suatu campuran teofilin dengan etilendiamin sehingga memiliki kelarutan 20 kali
lebih baik dibanding teofilin, yang bekerja mengurangi pembebasan mediator.
Larutan steril aminofilin digunakan secara luas untuk penobatan intravena pada
lxviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
asma berat, tetapi menyebabkan rasa sakit yang berat dan cedera jaringan jika
disuntikkan melalui jalan lain.
Pemakaian kombinasi antara bronkodilator xantin dan simpatomimetik
dapat memperkuat efek terhadap jantung yaitu menyebabkan kerja jantung
bertambah sehingga menyebabkan pasien merasa gemetar dan dada berdebardebar. Efek ini dapat dikurangi dengan menggunakan obat bronkodilator dalam
bentuk sediaan aerosol dan dengan pemantauan dokter dimana pemakaian teofilin
dimulai dengan dosis terkecil dan secara bertahap setiap tiga hari dosisnya
ditingkatkan dengan memperhatikan kadarnya dalam darah, namun dalam
penelitian ini tidak memperhatikan keadaan klinis pasien setelah menggunakan
obat asma di RSPR
Hal ini hendaknya diteliti lebih lanjut apakah kombinasi dari kedua
golongan tersebut yang fungsinya sama-sama sebagai bronkodilator benar-benar
efektif, mengingat prinsip pemberian obat pada anak dan biaya yang akan
dikeluarkan.
c. Kortikosteroid
Jenis obat kortikosteroid yang digunakan untuk pasien anak asma bronkial
dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Jenis Obat Kortikosteroid yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial
yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
Kortikosteroid
Deksametason
Metilprednisolon
Jumlah
Jumlah obat
16
24
40
lxix
Persentase %
19,7
29,6
49,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kortikosteroid yang digunakan sebagai antiradang dan bermanfaat
menurunkan derajat hiperreaktivitas bronkus pada penderita merupakan pilihan
yang baik bersama bronkodilator. Kortikosteroid pada umumnya diberikan dalam
bentuk inhalasi selain oral. Pemakaian kortikosteroid inhalasi sebagai pengontrol
asma bronkial sangat baik tetapi penggunaan dalam jangka panjang biasanya akan
menurunkan kebutuhan akan kortikosteroid oral (sistemik), selain efek samping
yang merugikan (kandidiasis orofaring, disfonia).
Pemberian deksametason kurang sesuai dengan standar terapi di RSPR
Yogyakarta, seharusnya pilihan pertama adalah metilprednisolon karena efek
mineralokortikoidnya minimal, masa kerja pendek sehingga efek samping lebih
sedikit dan efeknya terbatas pada otot. Bila mungkin metilprednisolon jangka
lama diberikan selang sehari pada pagi hari untuk mengurangi efek samping.
(osteophorosis, moon face).
Kortikosteroid yang diberikan sedini mungkin dengan dosis yang adekuat
sangat baik. Pada umumnya kortikosteroid harus diberikan pada penderita yang
gagal dengan terapi simpatomimetik dan aminofilin yang adekuat atau penderita
yang sebelumnya telah mandapat terapi kortikosteroid jangka panjang. Pemakaian
kortikosteroid jangka panjang pada bayi dan anak memerlukan penyelidikan lebih
lanjut terutama karena paru-paru bayi dan anak yang sedang berkembang (Hill,
2003).
4. Antibiotik
Jenis antibiotik yang digunakan untuk pasien anak asma bronkial dapat
diamati pada tabel XI.
lxx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI. Jenis Obat Antibiotik yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial
yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama dagang
Seftriakson
Ampisilin
Eritrocin,
Erysanbe
Cefspan
Amoksisilin
Longcef
Claforam
Antibiotik
Nama generik
Ceftriakson
Ampicilina
trihidrat
Eritromisin
Sefiksim
Amoksisilin
Sefadroksil
Cefotaksim
Jumlah
Jumlah
0bat
5
2
Persentase
(%)
6,2
2,5
Makrolid
33
40,7
Sefalosporin
Penisilin
Sefalosporin
Sefalosporin
14
10
1
8
73
17,3
12,3
1,2
9,9
90,1
Nama Golongan
Sefalosporin
Penisilin
Antibiotik hanya diberikan bila ada indikasi klinis infeksi bakterial.
Kondisi ini sangat menuntut penentuan diagnosis yang tepat penyebab infeksi
yang timbul. Jenis obat dan dosis tergantung pada mikroorganisme yang diduga
dan harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi. Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat justru akan meningkatkan resistensi terhadap antibiotik,
meningkatkan kejadian efek samping obat baik langsung maupun tidak langsung
karena munculnya superinfeksi, juga pemborosan biaya kesehatan atau
pengobatan.
Menurut standar terapi jenis antibiotik yang disarankan jika ada dugaan
infeksi bakterial adalah eritromisin, amoksisilin, tetrasiklin, doksisiklin,
kontrimoksasol, sulfametasol. Dari hasil penelitian ternyata antibiotik yang
digunakan sangat bervariasi sehingga tidak sesuai dengan standar terapi yang
dianjurkan oleh Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Penggunaan antibiotika
pada kasus asma bronkial yang sangat bervariasi tersebut merupakan suatu yang
perlu diteliti lebih lanjut.
lxxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Obat Batuk
Jenis obat batuk yang digunakan untuk pasien anak asma bronkial antara
lain ambroksol, bromheksin, dan ammonium klorida
Tabel XII. Jenis Obat Batuk yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial yang
Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006
No Jenis obat batuk
1
Mukolitik
2
Ekspektoran
Zat aktif
Ambroksol
Bromheksin
Ammonium Chlorida
Jumlah
Jumlah pasien
5
6
2
13
Presentase %
6,1
7,4
2,5
16,0
Obat batuk digunakan untuk meredakan batuk yang terjadi sebagai usaha
pembebasan saluran napas akibat produksi dahak yang berlebihan. Pada penderita
asma selain memproduksi dahak berlebih, kualitas dahak yang dihasilkan juga
sangat kental karena tubuh penderita kekurangan cairan sehingga sukar untuk
dikeluarkan. Mukolitik dan ekspektoran biasa digunakan untuk mengencerkan dan
membantu memudahkan mengeluarkan dahak. Pada kasus yang ada pemilihan
obat batuk penekanannya pada mukolitik dan ekspektoran, hal ini menunjukkan
kenyamanan pasien anak lebih diutamakan dalam pengobatan.
Mukolitik (ambroksol, bromheksin) mengurangi kentalnya dahak dengan
cara mengubah mukoproteinnya. Obat ini dapat meringankan perasaan sesak
napas pada serangan asma yang terjadi sumbatan lendir kental sehingga tidak
dapat dikeluarkan. Mukolitik lebih banyak digunakan dari pada ekspektoran
karena merupakan metabolit aktif yang stabil karena dapat mempercepat
ekspektoransi dengan mengurangi viskositas sputum pada asma.
lxxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Antialergi
Jenis antialergi yang digunakan untuk pasien anak asma bronkial dapat
diamati pada tabel XIII.
Tabel XIII. Jenis Obat Antialergi yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial di
Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006
No
1
2
3
4
5
6
Jenis antialergi
Difenhidramina HCl
Fenilpropanolamina HCL
CTM
Ketotifen
Pseudoefedrina
Mephidrolin napadisilat
Jumlah
Jumlah pasien
3
1
17
4
8
3
36
Persentase %
3,7
1,2
21,0
4,9
9,9
3,7
44,4
Pemberian antialergi merupakan salah satu upaya untuk mengobati infeksi
yang timbul karena pasien alergi terhadap suatu alergen (debu dan udara dingin).
Obat-obat antihistamin dapat mengatasi alergi karena debu dan udara dingin,
dengan menghambat pelepasan mediator-mediator histamin oleh sel mastosit pada
saluran pernapasan sehingga bronkus tidak mengalami konstriksi. Pemberian
antialergi sebaiknya diberikan setelah melakukan pemeriksaan atau test alergi
bukan berdasarkan diagnosa awal semata sehingga keefektifan antialergi dapat
diperoleh seoptimal mungkin dan tidak menimbulkan efek yang merugikan serta
pemborosan dalam hal biaya.
7. Analgetik Antipiretik
Jenis obat analgetik antipiretik yang digunakan untuk pasien asma
bronkial yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
tahun 2006 adalah parasetamol.
lxxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Radang yang terjadi pada asma biasanya membuat penderita merasa tidak
nyaman seperti pusing, demam, sehingga harus ditangani. Jenis analgetik
antipiretik yang biasa digunakan adalah parasetamol. Pada kasus yang diamati,
parasetamol menjadi pilihan karena parasetamol merupakan obat yang relatif
aman dan mempunyai efek samping yang ringan.
8. Vitamin
Pemberian vitamin pada pasien anak asma bronkial bertujuan untuk
memulihkan daya tahan tubuh pasien selain obat yang diberikan untuk pengobatan
penyakit asma.
C. Cara Pemberian Obat yang Digunakan
Cara pemberian obat pada pasien anak asma bronkial yang menjalani
perawatan di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Tahun 2006 pada umumnya
secara oral selain inhalasi.
Cara peroral ditemukan pada semua kasus yang diamati. Cara oral
mempunyai keuntungan antara lain mudah dalam penggunaan dan tidak
menimbulkan ketakutan pada anak, efek samping dan biaya pengobatan ringan.
Selain keuntungan sediaan oral mempunyai kerugian dimana anak kadang
memuntahkan obat yang diminum atau reaksi penolakan lain yang menyebabkan
obat yang diminum menjadi kurang dari takaran yang seharusnya diberikan
sehingga dosis terapi yang diharapkan sulit dicapai.
Sediaan inhalasi digunakan untuk pengobatan simptomatis tanpa banyak
memberikan efek samping, tetapi memerlukan alat dan metode khusus yang agak
lxxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sulit dikerjakan terutama sediaan inhalasi untuk pasien anak, sehingga dosis
efektif yang diharapkan menjadi sangat bervariasi. Data yang ada menunjukkan
sediaan inhalasi digunakan dengan alat bantu nebulizer. Nebulizer merubah
bentuk cairan suatu obat menjadi aerosol untuk inhalasi. Alat ini sangat berguna
untuk pasien yang mengalami kesulitan dengan teknik inhalasi yang tidak baik,
misalnya pada anak dan pasien yang cenderung terkena kandidiasis. Nebulizer
umumnya dipakai untuk penderita yang mendapat serangan asma akut, penderita
yang secara rutin harus memakai aerosol, tetapi sulit memakai Metered Dose
Inhaler (MDI). Metered Dose Inhaler (MDI) atau inhaler dosis terukur
merupakan alat yang dapat mengurangi kecepatan aerosol dan benturan pada
orofaring dan dapat menambah waktu evaporasi aerosol sehingga semakin banyak
partikel yang dapat terhirup dan terdeposisi di paru-paru. Alat ini digunakan untuk
mendapatkan dosis obat yang lebih besar ke saluran napas dibandingkan dengan
penggunaan inhaler standar dan dapat menjadi sumber infeksi jika tidak dicuci
dan dikeringkan dengan benar
D. Interaksi obat
Interaksi obat asma timbul karena penggunaan obat lebih dari satu atau
antara komponen yang ada dalam obat tersebut sehingga menimbulkan interaksi
yang tidak diinginkan atau yang bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dalam
pengobatan asma.
Pada penelitian ditemukan dua kasus penggunaan teofilin dengan
eritromisin secara bersamaan. Hal ini perlu mendapat perhatian karena eritromisin
berpotensi menurunkan eliminasi teofilin yang menimbulkan peningkatan kadar
lxxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teofilin atau teofilin mungkin juga menurunkan kadar eritromisin. Mekanisme
interaksi yang terjadi tidak terbukti secara jelas, ada kemungkinan eritromisin
menghambat metabolisme teofilin di hati yang menyebabkan reduksi kliren
teofilin dalam tubuh, sehingga meningkatkan kadar teofilin serum. Hal ini dapat
diatasi dengan memantau pemberian terapi eritromisin pada pasien, meskipun
disarankan menurunkan dosis teofilin menjadi 25 % ketika eritromisin diberikan,
cara ini bertentangan dengan tujuan penurunan resiko pada pasien yang
menggunakan eritromisin dan teofilin. Hal ini perlu untuk diperhatikan karena
penurunan kadar eritromisin serum oleh teofilin mungkin juga ditemukan
(Hansten and Horn, 2002).
E. Kajian Umum Pola Pengobatan Asma Bronkial Pada Anak
Pemeriksaan terhadap penderita asma bronkial pada anak di Rumah Sakit
meliputi anamnesis, pemeriksaan penunjang, menentukan sasaran, strategi terapi,
dan penatalaksanaan penyakit. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui tingkat
keparahan penyakit, riwayat pengobatan penderita, dan faktor pencetus asma
bronchial (alergen, aktivitas, fisik, obat-obat tertentu, emosi, dan cuaca).
Pemeriksaan penunjang terhadap penderita asma bronkial anak meliputi
pemeriksaan laboratorium, foto paru, dan tes alergi kulit.
Sasaran terapi asma ditujukan untuk kejang bronki yaitu diatasi dengan
bronkodilator. Bronkodilator artinya obat yang dapat melebarkan saluran nafas
dengan jalan melepaskan otot-otot saluran nafas yang sedang mengkerut. Sasaran
terapi selanjutnya ditujukan pada peradangan saluran nafas, strateginya diberi anti
lxxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
radang yang mekanismenya memecah daur asma dan mencegah serangan. Sasaran
terapi asma yang lainnya yaitu sumbatan mucus dimana strategi yang digunakan
adalah menggunakan ekspektoran. Ekspektoran merupakan senyawa yang
mempermudah atau mempercepat pembuangan sekret bronkus dari bronkus dan
trakea.
Penyakit asma dapat dikendalikan dengan tatalaksana yang tepat sehingga
penderita dapat hidup secara normal. Penatalaksanaan penderita asma bronkial
pada anak dapat dilakukan dengan menggunakan obat asma. Obat yang biasa
digunakan antara lain bronkodilator (golongan simpatomimetik, dan golongan
xantin), golongan kortikosteroid, golongan antibiotik, golongan obat batuk,
golongan antialergi. Penatalaksanaan penderita asma bronkial pada anak selain
dilakukan dengan menggunakan obat asma dapat juga dilakukan tanpa
menggunakan obat antara lain dengan peningkatan kondisi fisik atau paru-paru
anak (latihan nafas, olah raga secara teratur). Psikoterapi/perbaikan mental,
menghindari fakor pencetus serangan asma.
Cara pemberian obat asma bronkial pada pasien anak antara lain secara
oral, parenteral, dan inhalasi. Cara penggunaan oral mempunyai keuntungan
mudah dalam penggunaan dan tidak menimbulkan ketakutan pada anak. Cara
pemberian parenteral ditujukan untuk pasien anak yang membutuhkan
penanganan cepat untuk mengatasi serangan asma. Keuntungan cara pemberian
parenteral yaitu efek terapi lebih cepat, untuk pasien yang kooperatif, berguna
dalam keadaan darurat, dan untuk pasien yang tidak sadar/muntah. Bentuk sediaan
yang paling banyak digunakan adalah infus. Sediaan inhalasi digunakan untuk
lxxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengobatan simptomatis tanpa banyak memberikan efek samping tetapi
memerlukan alat dan metode khusus yang agak sulit dikerjakan. Data yang ada
menunjukkan sediaan inhalasi digunakan dengan alat bantu nebulizer.
F. Rangkuman Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik pasien anak di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan diagnosis, jenis kelamin, dan umur
a. Jenis kelamin pasien anak dibagi atas jenis kelamin laki-laki 64,5%
dan jenis kelamin perempuan 35,5%.
b. Umur pasien anak dibagi atas umur 0-5 tahun 61,7%, umur 6-11 tahun
34,6%, umur ≥12 tahun 3,7%.
c. diagnosis penyakit asma bronkial pada anak terdapat 81 kasus.
2. Pola peresepan obat asma di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih
meliputi jumlah obat, golongan obat, jenis obat, bentuk sediaan dan cara
pemberian.
a. Jumlah obat yang diberikan pada pasien asma anak di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2006 adalah 3-7
macam obat. Jumlah obat yang diberikan pada pasien terbagi atas 3
macam obat 8,6%, 4 macam obat 50,6%, 5 macam obat 29,6%, 6
macam obat 8,6%, 7 macam obat 2,5%.
b. Golongan obat yang diberikan pada pasien anak asma bronchial di
Instalasi Rawat Jalan RSPSR Yogyakarta tahun 2006 meliputi
golongan bronkodilator (simpatomimetik 84% dan xantin 43,2%),
lxxviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
golongan kortikosteroid 49,3%, golongan antialergi 44,4%, golongan
antibiotik 90,1%, golongan obat batuk 16,0%, golongan analgesik
antipiretik 33,3%, dan golongan vitamin 11,1%.
3. Jenis obat yang diberikan pada pasien asma anak di Instalasi Rawat Jalan
RSPR Yogyakarta tahun 2006, yaitu:
a. bronkodilator : golongan simpatomimetik (salbutamol, terbutalin
sulfat, prokaterol hidroklorida) sebanyak 84% dan golongan xantin
(aminophilin dan teofilin) sebanyak 43,2%.
b. kortikosteroid : deksametason 19,7% dan metal prednisolon 29,6%
c. Antibiotik : sefriakson 6,2%, ampicilina 2,5%, eritromisin 40,7%,
sefiksim 17,3%, amoksisilin 12,3%, sefadroksil 1,2%, cefotaksim
9,9%.
d. mukolitik : ambroksol 6,1% dan bromheksin 7,4%.
e. ekspektoran : ammonium chlorida sebanyak 2,5%.
f. antialergi : difenhidramina hidroklorida 3,7%, fenilpropanolamina
hidroklorida 1,2%, CTM 21%, ketotifen 4,9%, pseudoefedrina 9,9%,
dan mebhidrolin napadisilat 3,7%.
g. vitamin : sebanyak 11%
h. analgesik-antipiretik : parasetamol 33,3%.
lxxix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
sebagai berikut ini.
1. Karakteristik pasien anak di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta tahun 2006 yang didasarkan pada diagnosis, jenis
kelamin, dan umur adalah sebagai berikut :
a. Jenis kelamin pasien anak dibagi atas jenis kelamin laki-laki 64,5%
dan jenis kelamin perempuan 35,5%.
b. Umur pasien anak dibagi atas umur 0-5 tahun 61,7%, umur 6-11 tahun
34,6%, umur ≥12 tahun 3,7%.
c. diagnosis penyakit asma bronkial pada anak terdapat 81 kasus
2. Pola peresepan obat asma di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti
Rapih meliputi jumlah obat, golongan obat, jenis obat, bentuk sediaan dan
cara pemberian.
a. Jumlah obat yang diberikan pada pasien asma anak adalah 3-7 macam
obat.
b. Golongan obat yang diberikan pada pasien anak asma bronkial yang
paling
banyak
digunakan
meliputi
golongan
simpatomimetik 84% dan golongan antibiotik 90,1%,
lxxx
bronkodilator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Jenis obat yang paling banyak diberikan pada pasien asma anak adalah
golongan simpatomimetik (salbutamol, terbutalin sulfat, prokaterol
hidroklorida) sebanyak 84%
3. Cara pemberian obat pada pasien asma anak di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2006 meliputi oral dan
inhalasi.
4. Pada penelitian ditemukan dua kasus penggunaan obat yang mengalami
potensial interaksi obat yaitu penggunaan teofilin dengan eritromisin
secara bersamaan.
B. Saran
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
1. Disarankan perlu dihindari penulisan obat yang mempunyai potensial
interaksi satu dengan yang lain.
2. Disarankan perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan obat yang
tidak rasional di Rumah Sakit.
lxxxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, N.C.M.M. A, dan Ekarini, E., 2002, Mengenal, Mencegah, dan Mengatasi
Asma pada Anak Plus Panduan Senam Asma, 2-3, 30-3, Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta
Anonim, 2000b, Laporan Penutup Abad XX Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta, RSPR Yogyakarta.
Anonim, 2003, Principles of Internal Medicine. 215th edition”. 1456-1463,
McGraw-Hill co, Singapore.
Anonim, 2004, Global Srategi for Asthma Management and Prevention. NIH
publication No 02-3659 Issued January, 1995 (update 2002) Management
Segment (Chapter 7): Updated 2004 from the 2003 document The GINA
report on www.ginasthma.org
Baratawidjaja, K., 2001, Airway Inflammation and Airway Remodeling in Asma.
Edisi IV, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Dennys,
2005,
Berteman
dengan
asma.
http://dinnykaa.blog.com/Berteman+dengan+ASMA (diakses 5 Februari
2006)
Hansten, P.D., Horn, J.R., 2002, Managing Clinically Important Drug
Interactions, Facts and Comparisons, st. Louis, Missouri, 329, 612
Kelly, W., and Kamada. K. 1997, Pharmacotherapy: A Pathophysiology
Approach, 3rd Edition, 207-221, asthma, in Dipiro, JT., Talbert, R.L, Yee,
G.C., Matzke, G.R., Well, B.G., Posey, L.M, Appelton and Stanford,
Connecticut
Kumarawati, D., 2004, House Dust Mite in House Dust of Asthma Patient in
Denpasar. Penelitian Due Like Universitas Udayana.
Kusumo, H., 2002, Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada
Pasien Asma Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Tahun 2002, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma.
Nelson, 2006, Essentials of Pediatrics, fifth edition. Hal 396-405.
Pearce, E., 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, diterjemahkan oleh
Handoyo,Y.S.,PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 211-214.
lxxxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Quick, Jonathan D., 1997, Managing Drug Supply, Second Edition, Kumarian
Press., Inc., Connecticut, USA, 245-257
Rahajoe, N., Spriyanto B, Budi Setyanto D, 2004, Pedoman Nasional Asma Anak.
PP Ikatan Dokter Anak Indonesia , Jakarta, 89-103
Reeves, C.J., Roux,G., Lockhart,R., 2001, Keperawatan Medikal Bedah,
diterjemahkan oleh Joko Setyono, Edisi Pertama, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta, 43-59.
Salim, EM., Musai M, Muin M. Hoesin M, 2001, Alergi Imunologi pada
Penderita
Asma
Bronchial
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/062001/art-2.htm
(diakses
6
Februari 2006)
Sundaru, H., 2001, Strategi Pencegahan dan Pengobatan Asma Bronkial. Rumah
Sakit
Cipto
Mangunkusumo
Jakarta,
Available
from
http://www.Alergi.co.id/topic%20utama/edisi398.htm (diakses Maret
2006)
Sundaru, H., 2006, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang
.http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=
Viewarticle&artid=104&Itemid=3 ( diakses 21 Mei 2006)
.
lxxxiii
Asma?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran I.
Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun
1998 mengenai Penyakit Asma Bronkial
Definisi Asma Bronkial
Asma bronkial adalah suatu penyakit jalan nafas bawah yang ditandai oleh
peningkatan respons cabang “trakheobronkial” terhadap aneka macam stimuli.
Secara fisiologis bermanifestasi sebagai penyempitan saluran nafas yang dapat
sembuh dengan sendirinya atau dengan pemberian obat, dan secara teknis ditandai
oleh sesak nafas kumat-kumatan, batuk dan mengi (wheezing). Asma merupakan
penyakit episodik, serangan sesak nafas diselingi oleh masa bebas serangan.
Umumnya, serangan asma berlangsung dalam waktu yang singkat (beberapa
menit atau jam) dan sesudah itu penderita tampak normal. Akan tetapi pada
beberapa penderita ada yang mengalami sesak nafas ringan setiap harinya. Fase
ini dapat ringan saja atau diselingi oleh serangan yang berat, dapat sampai pada
keadaan darurat medis yang berlangsung beberapa hari atau minggu yang disebut
status asthmaticus.
Dari segi etiologi, asma merupakan penyakit yang heterogen, sejalan
dengan kausa utama yang mendasari atau yang berkaitan dengan penyebab
timbulnya serangan asma. Walaupun pembagian ini hanya sebagai ancer-ancer
saja, asma dibedakan menjadi asma alergi (berkaitan dengan adanya alergi pada
penderita dan atau keluarganya) dan asma idiosinkrasi (berkaitan dengan
imunologis). Faktor-faktor pencetus serangan asma meliputi paparan terhadap
lxxxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagai macam alergen atau faktor fisik, seperti udara dingin, panas, polusi
udara, asap rokok, latihan jasmani, infeksi saluran nafas, dan obat-obatan.
Kriteria diagnosis
- Serangan sesak nafas atau mengi, batuk dan sputum mukoid yang kumatkumatan.
- Eksperium memanjangdisertai ronki kering menyeluruh
- Eosinofilia dalam darah dan sputum.
Pemeriksaan
Anamnesis
- Serangan sesak nafas, mengi, batuk, dan ekspektorasi mukoid (riak atau dahak
kental terutama pada akhir serangan).
- Batuk pada malam hari, batuk dan mengi pada waktu kerja dan riwayat sering
salesma pada waktu kecil (masa anak).
- Gatal dalam hidung, tersumbat atau berair mungkin mendahului serangan
mengi.
- Paparan terhadap allergen, serbuk sari, bulu sari, bulu binatang, debu (kutu)
rumah, aspirin.
- Riwayat latiahan jasmani, terpapar udara dingin.
- Faktor predisposisi merokok, polusi udara, exaserbasi oleh infeksi.
Pemeriksaan Fisik
- Pada waktu serangan tampak khas berupa pasien duduk berjuangan untuk
menghirup udara, dada dalam posisi inspirasi dan menggunakan otot bantu
lxxxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pernapasan. Tampak kesulitan dengan ekspirasi. Mengi mungkin terdengar
diseluruh ruangan tempat pasien berada.
- Dada tampak hiperinflasi, hipersonor pada perkusi.
- Auskultasi suara nafas dengan ekspirium memanjang, ronki kering, nada
tinggi (wheezing) pada inspirasi maupun ekspirasi.
Pemeriksaan Penunjang
- X-foto thorax untuk menyingkirkan kemungkinan lesi intrathorax, pada
awalnya tidak ada kelainan, fase kronik emfisema paru, diafragma rendah.
- Pemeriksaan darah, eosinofilia, kadar IgE, IgA dan IgM meninggi, IgG
menurun.
- Test alergi kulit.
- Tes provokasi dengan histamine, asetilkolin, dan latihan jasmani (lari).
- Tes faal fase penurunan FEV, FVC, dan rasion FEV1/FVC.
1. Forced vital capacity (FVC) atau kapasitas vital yang dipakasakan adalah
pengukuran kapasitas vital yang dihasilkan dengan ekspirasi yang secepat
dan sekuat mungkin.
2. Forced expiratory volume (FEV) atau volume ekspirasi yang dipaksakan
adalah volume udara yang dapat diekspirasi dalam waktu standar selama
tindakan FVC.
3. FEV
1
merupakan FEV yang diukur selama detik pertama ekspirasi yang
dipaksakan .
4. Individu normal yang dapat menghembuskan nafas sekitar 80% dari
kapasitas vitalnya dalam satu detik, dinyatakan sebagai rasio FEV1/FVC.
lxxxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- Pemeriksaan analisis gas darah (khususnya keadaan status asmatikus).
Diagnosis Banding
- Obstruki jalan nafas untuk benda asing, neoplasma, kelenjar limfe.
- Payah jantung kongesif, gagal jantung kiri (asma kardiale).
- Pneumothorax
- Infeksi jalan nafas akut iviral maupun bacterial
- Bronchitis kronis, bronkiektasis terinfeksi, emfisema paru.
- Emboli paru.
Manajemen
Daftar Indeks Prediksi Rawat Inap Asma Bronkial
Faktor
Nilai 0
Nilai 1
Detak nadi
Frekuensi respirasi
Pulsus paradoksus
PEFR (L/mnt)
Dispnea
Otot bantu napas
Wheezing
<120
<30
<18
>120
0-±
0-±
0-±
>120
>30
>18
<120
+ - ++
+ - ++
+ - ++
Indikasi Rawat Inap di Rumah Sakit
- Jika telah mendapat obat yang biasa digunakan tidak sembuh.
- Jika pada pemeriksaan dijumpai skor 4 dari system scoring dari Fischi et. al
(1981), lihat daftar skor 4 menunjukkan asma berat dan perlu pengobatan
intensif.
-
Uji fungsi paru.
PEFR<16% dari prediksi (<60 L/mnt) atau FEV1 < 0,6 L harus dianggap
sebagai asma berat.
lxxxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perawatan Intensif
- Jika terjadi tanda-tanda gejala gangguan respirasi.
- Lama perawatan bervariasi, 3-5 hari.
- Lama pemulihan; bervariasi.
- Output; bebas serangan.
- Konsultasi diperlukan spesialisasi penyakit dalam, konsultan pulmonologis,
spesialis anestesi.
Umum
- Perawatan umum.
•
Hindari rokok, polusi udara.
•
Eliminasi alergen.
•
Stabilisator sel mast (cromlyn), 2 semprotan, efek baru nyata setelah
pemakaian 4-6 minggu, dapat diberikan untuk terapi profilaksis.
•
Pasang infuse lini.
- Bronkodilator.
•
Agonis beta.
Adrenalin 0,3-0,5 ml 1 : 1000, subkutan.
Isoproterenol diberikan secara inhalasi 1 : 200.
Orciprenalin, oral 3 dd, 20 mg; 3 dd 0,25 mg.
Subkutan; 33 dd 3 semprotan.
Heksoprenalin, oral 3 dd 2 mg.
Salbutamol cairan 3 ml/5’
•
Inhalasi nebulizer.
lxxxviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ipatropium bromide 1 cc cairan/5’
Fenoterol 1 cc cairan/5’
•
Derivate Xantin
Teofilin, dosis awal (loading) 6 mg/kg BB, dilanjutkan dengan infuse
1mg/kgBB/jam untuk 12 jam pertama dan dilanjutkan dengan 0,8
mg/kgBB/jam. Pada kasus dengan cor pulmonale, penyakit hati,
gangguan jantung kongesif, dosis awal sama, dilanjutkan dengan dosis
0,1-0,5 mg/kgBB/jam.
Jika pasien telah mendapat terapi teofilin sebelumnya, dosis awal tidak
diberikan, infuse teofilin diberikan 0,5 mg/kgBB/jam.
Aminofilin oral 3 dd 120-150 mg.
•
Anti kolinergik
Atropin, 3 dd 0,25 mg, s.c.
Ipatroprium bromide, 3 dd 2 semprotan (metered dose aerosol).
- Kortikosteroid (sebagai anti inflamasi), terutama fase akut tergabung antara
kortikosteroid dan hidrokortison, loading 4 mg/kgBB (atau dosis ekuivalen)
i.v. dilanjutkan dengan infuse 3 mg/kgBB/6jam. Efek mungkin baru terlihat
setelah 6 jam/lebih. Setelah 24-72 jam kemudian (tergantung pada efek) obat
dapat diganti bentuk tablet. Umumnya diberikan pednisolon, 40-60 mg, dosis
tunggal pagi hari, kemudian dilakukan penurunan dosis secara bertahap
(tapering off) setiap 3-5 hari. Unruk mengurangi efek samping pemebrian
kortikosteroid diberikan selang hari (alternate day). Deksamethason tidak bisa
diberikan sebagai terapi pemeliharaan cara selang sehari.
lxxxix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
•
Metilprednisolon 4 dd 15-20 mg
•
Inhalasi kortikosteroid efeknya target dosis yang diberikan
- Ekspektoran.
•
Bisolvon 3 dd 1 tab.
•
Fluimucil, 3 dd 100 mg.
•
Ambroxol 3 dd 30 mg tab.
Khusus
- O2 dosis 4 liter/mnt.
- Hidrasi dengan cairan RL, D 5%, NaCl fisiologis, umumnya bersama
teofilin/aminofilin.
- Antibiotik jika ada dugaan infeksi bacterial.
•
Eritromisin 4 dd 250-500 mg
•
Amoksisilin 3 dd 500-1000
•
Tetrasiklin 4 dd 250-500 mg
•
Doksisiklin 2 dd 100 mg.
•
Kotrimoksasol-sulfametoksazol, 2 dd 2 tab
- tambahan diuretika jika ada gagal jantung kongesif.
Komplikasi :
-
Infeksi bacterial saluran napas.
-
Pneumothorax, pneumoperikardium.
-
Gagal respirasi.
-
Emfisema paru.
xc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
No. RM
JK
Diagnosis
1
423595
Umur
Bulan Tahun
2
2
523306
22
3
495880
5,4
L
Asma Bronkiale
4
523624
11,4
L
Asma Bronkiale
5
425697
2
L
Asma Bronkiale
6
460482
3
L
Asma Bronkiale
L
Asma Bronkiale
L
Asma Bronkiale
Nama Paten
Ventolin exp
Theophilin
Ikadryl
Lasal exp
Nebulizer
Erysanbe
Nalgestan
Aminophilin
Medixon
Lasal exp
Nebulizer
Aminophilin
CTM
Erysanbe
Lasal exp
Nebulizer
Theophilin
Salbutamol
Nebulizer
Aminophilin
Cefspan
CTM
Lasal exp
Profilas
Meptin
i
Resep
Nama Generik
Salbutamol
Teofilin
Difenhidramina HCl
Salbutamol
Eritromisin
Aminofilin
Metilprednisolon
Salbutamol
Aminofilin
CTM
Eritromisin
Salbutamol
Teofilin
Salbutamol
Aminofilin
Sefiksim
CTM
Salbutamol
Ketotifen
Prokaterol HCl
Regimen
Dosis
3x1/3 cth
3x15 mg
3x1 cth
3x1 cth
3x200 mg
3x1/2 tab
4x25 mg
3x1,5 mg
3x1/3 cth
3x40 mg
3x2/3 mg
3x250 mg
3x1/2 cth
3x15 mg
2x1 tab
4x25 mg
2x20 mg
3x2/3 mg
3x1/2 cth
2x1/2 cth
2x1 tab
Btk
Sediaan
Syrup
Tablet
Syrup
Syrup
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Syrup
Tablet
Cara
Pakai
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Jml
Obat
4
6
5
3
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
479509
11
L
8
371556
10
P
9
524604
5
P
10
202066
5
P
11
230434
5
P
12
049804
12
P
Mucohexan
Asma Bronkiale Erysanbe
Claforam
Sistenol
Kalmetason
Bisolvon
Lasal exp
Asma Bronkiale Nebulizer
Medixon
Tremensa
Bronsolvon
Asma Bronkiale Nebulizer
Lasal exp
Aminophilin
Amoxan
Asma Bronkiale Amoksisilin
Sanmol
Lasal
Aminophilin
Meptin
Asma Bronkiale Erysanbe
Sistenol
Nebulizer
Lasal exp
Ceffriazon
Asma Bronkiale O2
Nebulizer
ii
Bromheksin
Eritromisin
Sefotaksim
Parasetamol
Deksametason
Bromheksin
Salbutamol
Metilprednisolon
Pseudoefedrina
Teofilin
Salbutamol
Aminofilin
Amoksisilin
Amoksisilin
Parasetamol
Salbutamol
Aminofilin
Prokaterol HCl
Eritromisin
Parasetamol
Salbutamol
Brodced
-
3x1 cth
3x200 mg
2x500 mg
3x1/5 tab
4x1/2 tab
3x1 cth
3x1 cth
1x1 tab
3x1 cth
3x1 cth
3x1 cth
3x40 mg
3x150 mg
3x1/2 cth
3x1/2 cth
3x1 cth
3x10 mg
3x1/2 cth
3x200 mg
3x1/5 tab
3x1 cth
1x500 mg
-
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Syrup
Inhalasi
Tablet
Syrup
Syrup
Inhalasi
Syrup
Tablet
Tablet
Syrup
Syrup
Syrup
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Inhalasi
Syrup
Tablet
Inhalasi
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Inhalasi
Inhalasi
6
4
4
5
5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
178850
14
519268
15
451749
11
7
2
P
Asma Bronkiale
P
Asma Bronkiale
P
Asma Bronkiale
16
338246
4
L
Asma Bronkiale
17
525434
6
L
Asma Bronkiale
18
513550
10
L
Asma Bronkiale
OBH
Erysanbe
Aminophilin
Tremenza
Theophilin
Salbutamol
Kalmetason
Cefspan
Erysanbe
Sistenol
Lasal exp
Vit. B
Erysanbe
Sistenol
Vit. B
Lasal exp
Claforan
Nebulizer
Mucohexan
Longcef
Sanmol
Aminophilin
Meptin
Cefspan
Nebulizer
Medixon
Erysanbe
iii
Ammonium Klorida
Eritromisin
Aminofilin
Pseudoefedrina
Teofilin
Salbutamol
Deksametason
Sefiksim
Eritromisin
Parasetamol
Salbutamol
Eritromisin
Parasetamol
3x1 cth
3x200 mg
3x40 mg
3x1/3 tab
3x20 mg
2x1 tab
3x1 tab
2x20 mg
2x200 mg
3x1/5 tab
3x1 cth
3x200 mg
3x1/5 tab
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Salbutamol
Sefotaksim
Bromheksin
Sefadroksil
Parasetamol
Aminofilin
Prokaterol HCl
Sefiksim
Metal prednisolon
Eritromisin
3x1 cth
2x500 mg
3x1 cth
3x1/2 cth
3x1/3 tab
3x25 mg
2x1 tab
2x25 mg
1x2 tab
2x500 mg
Syrup
Tablet
Inhalasi
Syrup
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
4
5
5
4
5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
176028
6,5
L
Asma Bronkiale
20
494034
3
L
Asma Bronkiale
21
406082
2
L
Asma Bronkiale
22
369902
3
P
Asma Bronkiale
23
377883
3
L
Asma Bronkiale
Claforan
Sistenol
Lasal exp
Vit. B
Nebulizer
Aminophilin
Kalmetason
Lasal exp
Cefspan
Medixon
Theophilin
Meptin
Ceffriazon
Erytrocin
Histapam
Nebulizer
Kalmetason
Bisolvon
Vit B
OBH
Sistenol
Kalmetason
Aminophilin
Amoxan
Nebulizer
Erysanbe
Histapam
iv
Sefotaksim
Parasetamol
Salbutamol
Aminofilin
Deksametason
Salbutamol
Sefiksim
Metilprednison
Teofilin
Prokaterol HCl
Brodced
Eritromisin stearat
Mebhidrolin Napadisilat
Deksametason
Bromheksin
Ammonium Klorida
Parasetamol
Deksametason
Aminofilin
Amoksisilin
Eritromisin
Mebhidrolin Napadisilat
1x1/2 tab
3x1/2 tab
3x1 cth
3x25 mg
4x1/2 tab
3x1 cth
2x20 mg
1x1 tab
3x10 mg
2x5 cc
1x500 mg
3x150 mg
3x1/3 tab
4x1/2 tab
3x1 cth
3x1/2 cth
3x1/5 tab
4x1/2 tab
3x40 mg
3x500 mg
3x200 mg
3x1/3 tab
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Syrup
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
4
5
6
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
510031
3
L
25
437479
2
L
Bricasma
Amphisilin
Kalmetason
Asma Bronkiale Nebulizer
Cefspan
Lasal exp
Eritrosin dulc.
Asma Bronkiale Theophilin
26
301570
12
L
Asma Bronkiale
27
489371
1
L
Asma Bronkiale
28
312878
4
L
Asma Bronkiale
29
508329
L
Asma Bronkiale
8
Cefspan
Kalmetason
Medixon
Ambroksol
Amoksisilin
Vit. B
Lasal exp
Tremenza
Aminophilin
Nebulizer
Lasal exp
Tremenza
Teophilin
Erytrocin
Lasal exp
Sanmol
Nebulizer
v
Terbutalin Sulfat
Ampicilina Trihidrat
Deksametason
Sefiksim
Salbutamol
Eritromisin
Teofilin
3x1/3 tab
4x125 mg
3x1/2 tab
2x25 mg
3x1 cth
3x250 mg
3x10 mg
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Oral
Oral
Oral
Inhalsai
Oral
Oral
Oral
Oral
Sefiksim
Deksametason
Metal prednisolon
Ambroksol
amoksisilin
3x1/3 tab
4x1/2 tab
1x1 tab
3x1cth
3x500 mg
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Salbutamol
Pseudoefedrina
Aminofilin
Salbutamol
Pseudoefedrina
Teofilin
Eritromisin stearat
Salbutamol
Parasetamol
-
3x1/2 cth
3x1/3 tab
3x25 mg
3x1 cth
3x1/2 tab
3x30 mg
3x150 mg
3x1/2 cth
3x1/3 tab
-
Syrup
Tablet
Tablet
Inhalasi
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
4
3
4
3
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
528657
3
P
31
327980
4
P
32
270945
5
L
33
447263
2
L
34
301839
4
P
35
354845
5
L
Asma Bronkiale Lasal exp
Erytrocin
Nebulizer
Aminophilin
Asma Bronkiale O2
Parasetamol
CTM
Kalmetason
Lasal exp
Asma Bronkiale Nebulizer
Bricasma
Lasal exp
Cefspam
Asma Bronkiale Tremenza
Ambroksol
CTM
Medixon
Salbutamol
Asma Bronkiale Nebulizer
Tophilin
Deksametason
Amoxan
CTM
Asma Bronkiale Nebulizer
Erysanbe
Medixon
Cefotaxim
vi
Salbutamol
Eritromisin stearat
Aminofilin
Parasetamol
CTM
Deksametason
Salbutamol
Terbutalin sulfat
Salbutamol
Sefiksim
Pseudoefedrina
Ambroksol
CTM
Metiprednisolon
Salbutamol
Teofilin
Deksametason
Amoksisilin
CTM
Eritromisin
Metilprednisolon
Cefotaxim
3x1 cth
3x150 mg
3x25 mg
½ lt/menit
3x1/3 tab
3x1/2 tab
4x1/2 tab
3x1 cth
3x1/3 tab
3x1 cth
2x20 mg
3x1 cth
3x1/2 cth
3x1/2 tab
1x2 tab
2x1 tab
3x15 mg
3x1/3 tab
3x150 mg
3x1/2tab
3x250 mg
1x2 tab
2x100 mg
Syrup
Tablet
Inhalasi
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Tablet
Syrup
Tablet
Syrup
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
4
4
4
5
5
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
529981
9
P
37
519803
1
P
38
230528
6
L
39
529809
2
L
40
497965
1
L
41
496744
1
L
42
014884
11
L
Asma Bronkiale Nebulizer
CTM
Deksametason
Theopilin
Asma Bronkiale Erysanbe
Aminophilin
Cefspan
Asma Bronkiale Erysanbe
Medixon
Amoksisilin
Meptin
Asma Bronkiale Ampicillin
Medixon
Bricasma
Erysanbe
Aminophilin
Asma Bronkiale Nebulizer
Erysanbe
Medixon
Bricasma
Asma Bronkiale Erysanbe
Aminophilin
Bricasma
Deksametason
Asma Bronkiale O2
Nebulizer
Sanmol
vii
CTM
Deksametason
Teofilin
Eritromisin
Aminofilin
Sefiksim
Eritromisin
Metilprednisolon
Amoksisilin
Prokaterol HCl
Ampicilina trihidrat
Metilprednisolon
Terbutalin sulfat
Eritromisin
Aminofilin
Eritromisin
Metilprednisolon
Terbutalin sulfat
Eritromisin
Aminofilin
Terbutalin sulfat
Deksametason
Parasetamol
3x2/3 tab
3x1,5 tab
3x15 mg
3x200 mg
3x25 mg
2x20 mg
3x200 mg
1x2 tab
3x250 mg
2x1 tab
4x125 mg
1x1 tab
3x1/3 tab
3x200 mg
3x10 mg
3x200 mg
1x2 tab
3x1/2 tab
3x200 mg
3x25 mg
3x1/3 tab
3x1/3 tab
3x150 mg
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Inhalasi
Tablet
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Inhalasi
Oral
4
3
4
5
4
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
530433
5
P
Asma Bronkiale
44
024040
10
P
Asma Bronkiale
45
091935
11
P
Asma Bronkiale
46
152228
6
L
Asma Bronkiale
47
452875
2
L
Asma Bronkiale
48
064422
10
L
Asma Bronkiale
Amphicilin
Tremenza exp
Mucoheksan
Meptin
Parasetamol
Lasal exp
Nebulizer
Lasal exp
Aminophilin
Sanmol
Lasal exp
Sanmol
Bricasma
Nebulizer
Erysanbe
Sanmol
Ikadryl
Medixon
Meptin
Sanmol
Aminophilin
Medixon
Erysanbe
Bricasma
Histapam
Nebulizer
Lasal exp
viii
Ampicilina trihidrat
Pseudoefedrina
Bromheksin
Prokaterol HCl
Parasetamol
Salbutamol
Salbutamol
Aminofilin
Parasetamol
Salbutamol
Parasetamol
Terbutalin sulfat
Eritromisin
Parasetamol
Difenhidramina HCl
Metilprednisolon
Prokaterol HCl
Parasetamol
Aminofilin
Metilprednisolon
Eritromisin
Terbutalin sulfat
Nepaldisilat
Salbutamol
4x125 mg
3x1 cth
3x1 cth
3x1 tab
3x1/3 tab
3x1 cth
3x1 cth
3x40 mg
3x1/3 tb
3x1 cth
3x300 mg
3x1 kap
3x200 mg
3x150mg
3x1 cth
1x2 tab
2x1 tab
3x300 mg
3x25 mg
1x2 tab
3x200 mg
3x1/3 tab
3x1/3 tab
3x1/2 cth
Tablet
Syrup
Syrup
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Kaplet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Syrup
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
4
4
3
5
7
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
530509
9
P
Asma Bronkiale
50
312883
3
L
Asma Bronkiale
51
352592
3
P
Asma Bronkiale
52
530509
L
Asma Bronkiale
53
471507
6
L
Asma Bronkiale
54
530669
5
L
Asma Bronkiale
1,5
Medixon
Tremenza
O2
Nebulizer
Medixon
Meptin
Lasal exp
O2
Nebulizer
Lasal exp
Sanmol
Medixon
Nebulizer
Sanmol
Lasal exp
Medixon
Medixon
Sistenol
Nebulizer
Lasal exp
Lasal exp
Medixon
Tremenza
Nebulizer
Lasal exp
OBH
Nebulizer
ix
Metilprednisolon
Pseudoefedrina
Metilprednisolon
Prokaterol HCl
Salbutamol
Salbutamol
Parasetamol
Metal prednisolon
Parasetamol
Salbutamol
Metal prednisolon
Metilprednisolon
Parasetamol
3x1/2 cth
3x1/2 cth
1x2 pagi
2x1 tab
3x1 cth
3x1 cth
3x150 mg
1x1 tab
3x150 mg
3x1/2 cth
1x2 tab
1x2 pagi
1x1/3 tab
Salbutamol
Salbutamol
Metilprednisolon
Pseudoefedrina
Salbutamol
Ammonium Klorida
-
3x1 cth
4x1 cth
1x2 tab
3x1/2 cth
3x1 cth
3x1 cth
-
Syrup
Syrup
Inhalasi
Inhalasi
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Inhalasi
Syrup
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Syrup
Syrup
Tablet
Syrup
Inhalasi
Syrup
Syrup
Inhalasi
Oral
Oral
Inhalasi
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Inhalasi
4
4
4
4
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
305699
6
L
56
523248
5
P
57
430179
2
P
58
531133
3
P
59
508329
8
L
Sanmol
Asma Bronkiale O2
Nebulizer
Deksametason
Lasal
Amoxan
Asma Bronkiale Lasal exp
CTM
Nebulizer
O2
Deksametason
Profilas
Asma Bronkiale Nebulizer
Kalmetason
Cefspan
Lasal
Asma Bronkiale Lasal
Cefspan
Erysanbe
Sistenol
Vit. B
Nebulizer
Asma Bronkiale Erysanbe
CTM
Medixon
Nebulizer
Aminophilin
x
Parasetamol
Deksametason
Salbutamol
Amoksisilin
Salbutamol
CTM
Deksametason
Ketotifen
Deksametason
Sefiksim
Salbutamol
Salbutamol
Sefiksim
Eritromisin
Parasetamol
3x150 mg
1 lt/mnt
3x1/2 tab
3x1 cth
3x150 mg
3x1/2 cth
3x1/3 tab
3x1/2 tab
3x1/4 tab
3x1 tab
3x1 cth
3x1 cth
2x1/2 cth
2x1/2 cth
3x175 mg
3x1/2 tab
Tablet
Inhalasi
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Inhalasi
Inhalasi
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Syrup
Syrup
Syrup
Syrup
Tablet
Tablet
Oral
Inhalasi
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Inhalasi
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Eritromisin
CTM
Metilprednisolon
Aminofilin
3x175 mg
3x1/2 tab
1x1 tab
3x25 mg
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Tablet
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
4
5
4
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
531126
10
L
61
076336
9
L
62
532067
4,5
L
63
285670
6
L
64
006203
12
P
65
421621
10
L
Asma Bronkiale Erysanbe
Claforam
Sistenol
Lasal exp
Asma Bronkiale Erysanbe
Claforam
Sistenol
Lasal exp
Vit. B
Asma Bronkiale Aminophilin
Medixon
CTM
Lasal
Cefspan
Asma Bronkiale Nebulizer
Ambroksol
CTM
Salbutamol
Asma Bronkiale Lasal exp
Parasetamol 250
mg
CTM
Bisolvon
Asma Bronkiale Nebulizer
Meptin
Bisolvon
CTM
xi
Eritromisin
Sefotaksim
Parasetamol
Salbutamol
Eritromisin
Sefotaksim
Parasetamol
Salbutamol
3x250 mg
2x500 mg
3x1/3 tab
3x1 cth
3x250 mg
2x500 mg
3x1/3 tab
3x1 cth
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
4
Aminofilin
Metilprednisolon
CTM
Salbutamol
Sefiksim
Ambroksol
CTM
Salbutamol
Salbutamol
Parasetamol
3x40 mg
1x2 tab
3x1/3 tab
3x1 cth
3x1/2 cth
3x1/2 cth
3x1/3 tab
3x2 mg
3x1/2 cth
3x1 tab
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Syrup
Inhalasi
Syrup
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
5
CTM
Bromheksin
Prokaterol HCl
Bromheksin
CTM
3x1 tab
4x1/2 cth
2x1 tab
3x1/2 cth
3x1/2 tab
Tablet
Syrup
Inhalasi
Tablet
Syrup
Tablet
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
5
2
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
532637
8
P
67
231636
5,3
L
68
174230
6
L
69
304339
8
L
70
448743
71
385735
26
L
3
P
Asma Bronkiale Nebulizer
O2
Amoxan
Meptin
Profilas
Asma Bronkiale Nebulizer
Ceffriazon
Kalmetason
Aminophilin
Asma Bronkiale Nebulizer
Lasal exp
Profilas
Amoksisilin
Asma Bronkiale Cefspan
Profilas
Aminophilin
Nebulizer
Erysanbe
Asma Bronkiale Erysanbe
Teophilin
Sistenol
Lasal exp
Vit. B
Ceffriazon
Asma Bronkiale Erysanbe
Claforam
Sistenol
xii
Amoksisilin
Prokaterol HCl
Ketotifen
Brodced
Deksametason
Aminofilin
Salbutamol
Ketotifen
Amoksisilin
Sefiksim
Ketotifen
Aminofilin
Eritromisin
Eritromisin
Teofilin
Parasetamol
Salbutamol
2 lt/menit
3x150 mg
2x1 cth
2x1 cth
1x500 mg
3x1/2 tab
3x35 mg
3x1 cth
2x1 cth
3x250 mg
2x25 mg
2x1 cth
3x25 mg
3x250 mg
3x1 tab
3x15 mg
3x1/2 tab
3x1 cth
Inhalasi
Inhalasi
Tablet
Syrup
Syrup
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Syrup
Syrup
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Brodced
Eritromisin
Sefotaksim
Parasetamol
1x250 mg
3x250 mg
2x500 mg
3x1/2 tab
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Oral
Oral
Oral
Oral
3
4
4
5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
534277
9
L
Asma Bronkiale
73
332311
4
L
Asma Bronkiale
74
217696
3
P
Asma Bronkiale
75
064422
10
L
Asma Bronkiale
76
095510
8
L
Asma Bronkiale
77
226402
6,5
L
Asma Bronkiale
Vit B
Lasal exp
Nebulizer
Ambroksol
CTM
Ventolin exp
Aminophilin
Erysanbe
Lasal exp
CTM
Medixon
Nebulizer
Nebulizer
Ambroksol
Medixon
Lasal exp
Nebulizer
Ventolin
Medixon
CTM
Erysanbe
Cefspan
Aminophilin
Medixon
CTM
Ceffriazon
Erysanbe
xiii
Salbutamol
Ambroksol
CTM
Salbutamol
Aminofilin
Eritromisin
Salbutamol
CTM
Metil prednisolon
Ambroksol
Metal prednisolon
Salbutamol
Salbutamol
Metil prednisolon
CTM
Eritromisin
Cefiksim
Aminofilin
Metilprednisolon
CTM
Brodced
Eritromisin
3x1 cth
3x1/2 cth
3x1/2 tab
3x1 cth
3x40 mg
3x250 mg
3x1 cth
3x1/3 tab
1x1 tab
3x1/2 cth
1x1 tab
3x1 cth
3x1 cth
1x2 tab
3x1/2 tab
3x250 mg
2x20 mg
3x40 mg
1x1 tab
3x1/3 tab
1x 500 mg
3x250 mg
Syrup
Inhalasi
Syrup
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Tablet
Inhalasi
Inhalasi
Syrup
Tablet
Syrup
Inhalasi
Syrup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
5
5
4
4
6
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
218296
5,3
L
Asma Bronkiale
79
511594
4
L
Asma Bronkiale
80
269238
4
L
Asma Bronkiale
81
142914
8
P
Asma Bronkiale
Claforam
Sistenol
Vit B
Lasal exp
Aminophilin
Meptin
Lasal exp
Nebulizer
Medixon
Teophilin
Ikadryl
Erytromisin
O2
Nebulizer
Amoxan 250
Deksametason
Aminophilin
O2
Nebulizer
Ventolin exp
Erysanbe
CTM
Cefspam
xiv
sefotaksim
Parasetamol
1x500 mg
3x1/2 tab
Tablet
Tablet
Salbutamol
Aminofilin
Prokaterol HCl
Salbutamol
Metal prednisolon
Teofilin
Difenhidramin HCl
Eritromisin
Amoksisilin
Deksametason
Aminofilin
Salbutamol
Eritromisin
CTM
Cefiksim
3x1 cth
3x25 mg
2x1 tab
3x1 cth
1x2 tab
3x50 mg
4x1/2 cth
3x150 mg
3x1
3x1/3 tab
3x25 mg
2x1/2 cth
3x1 tab
3x1/2 tab
2x1/2 cth
Syrup
Tablet
Tablet
Syrup
Inhalasi
Tablet
Tablet
Syrup
Tablet
Inhalasi
Inhalasi
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalasi
Inhalasi
Syrup
Tablet
Tablet
Syrup
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
inhalasi
Oral
Oral
Oral
Inhalasi
inhalasi
Oral
Oral
Oral
Oral
5
4
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul Pola Peresepan Obat
Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Pediatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta 2006 mempunyai nama lengkap I Gusti
Bagus Sindu Martha Nugraha.
Penulis dilahirkan di Negara, Bali tanggal 17 September 1984, anak kedua dari
tiga bersaudara, pasangan Bapak Alm. I Gusti Nyoman Mertanawa dan Ibu Sri
Sunarlik.
Penulis memulai mengenal bangku sekolah di TK Pertiwi Negara pada tahun
1989-1990, melanjutkan sekolah dasar di SDN 2 Negara tahun 1990-1996,
kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTPN 2 Negara tahun 1996-1999, tahun
1999 melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Negara sampai tahun 2002. Tahun 2002
penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Selama kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis aktif
sebagai anggota kepanitiaan Apotek musik di tingkat fakultas.
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Download