BAB 2

advertisement
BAB II
KECEMASAN, BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah gangguan perasaan (affective) ditandai
perasaan ketakutan atau kekhawatiran mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian
masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih batas-batas normal
(Hawari, 2001: 18-19). Menurut Yusuf (2004: 108) kecemasan adalah
suatu reaksi diri menyadari suatu ancaman (threat) tidak menentu.
Bustaman
(2001:
156)
mendefinisikan
kecemasan
sebagai
ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas
muncul apabila seseorang berada dalam keadaan merugikan dan
mengancam dirinya, kemudian merasa tidak mampu menghadapinya. Rasa
cemas sebenarnya suatu ketakutan diri sendiri ditandai dengan perasaan
khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi. Menurut Kartono
(dalam Purnomo, 2009: 18) kecemasan adalah semacam kegelisahan,
kekhawatiran, dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas. Kecemasan
lebih lanjut sebagai reaksi emosi tidak menyenangkan ditandai dengan
ketakutan. Perasaan takut timbul karena ancaman atau gangguan abstrak
dan juga takut bersifat subjektif, hal ini ditandai dengan perasaan tegang,
khawatir dan sebagainya.
Menurut Daradjat (1982: 27) kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai proses emosi bercampur, terjadi ketika orang sedang mengalami
16
tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Perasaan
cemas ditandai rasa ketakutan tidak jelas, tidak menyenangkan, seringkali
disertai gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, gelisah, dan
sebagainya. Kumpulan gejala tertentu ditemui selama kecemasan
cenderung bervariasi. Gejala kecemasan setiap orang berbeda-beda.
Anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan bingung,
was-was, bimbang, dan sebagainya. Istilah tersebut lebih merujuk pada
kondisi normal, sedangkan gangguan kecemasan merujuk pada kondisi
patologik (Purnomo, 2009: 18-19).
Kecemasan dapat didefinisikan dari berbagai proses emosi, akibat
seseorang mengalami berbagai tekanan atau ketegangan (stres) disertai
frustasi dan pertentangan batin (Prasetyono, 2007: 11). Kecemasan
merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir, mengeluhkan
bahwa sesuatu buruk akan segera terjadi. Banyak hal harus dicemaskan
misalnya, kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, relasi internasional, dan
kondisi lingkungan. Sumber kekhawatiran bersifat normal, bahkan adaptif,
untuk cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan adalah
respon tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal
bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, 2003:
163).
Cemas sering juga digunakan sebagai pengganti kata takut yaitu
takut objeknya kurang jelas. Kecemasan diartikan sebagai ketakutan
terhadap hal-hal belum pasti terjadi. Perasaaan cemas muncul bila berada
17
dalam suatu keadaan diduga merugikan dan dirasakan mengancam diri
manusia, dimana manusia merasa tidak berdaya mengahadapinya, padahal
sebenarnya apa yang dicemaskan belum tentu terjadi (Purnomo, 2009: 20).
Menurut psikologi masalah kecemasan cukup beragam. Teori-teori
kecemasan banyak dikembangkan, karena dalam psikologi kecemasan
dianggap sebagai penyebab utama berbagai gangguan kejiwaan.
Kecemasan tarafnya bermacam-macam, mulai dari kecemasan paling
ringan sampai paling berat. Kecemasan sifanya normal sampai kecemasan
gejala gangguan kejiwaan (Bustaman, 2001: 156).
Al-Bantani (dalam Purnomo, 2009: 22) menjelaskan kecemasan
sebagai kondisi kejiwaan dimana hati seorang yang beriman tidak merasa
aman dan tenang. Sedangkan menurut al-Qayim (dalam Syukail, 2004: 15)
mengartikan kecemasan sebagai perasaan tidak disukai ada dalam hati dan
perasaan, berkaitan dengan kejadian pada masa akan datang. Menurut
Zahrani (2005: 510) kecemasan adalah salah satu penyakit kejiwaan
manusia. Bentuk kecemasan adalah adanya perubahan atau goncangan
berseberangan dengan ketenangan. Allah menjelaskan dalam firman-Nya:
ִ
#$ %&
"
+,./ "
-*3ִ☺56
"
;<= >+ ?@A
"
!
"
'( )*
1%2 ./ "
73 89 :
BC
(
Artinya: Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar (Q.S. Al-Baqarah: 155)
(Departemen Agama RI, 2003: 24).
18
Kecemasan dapat datang tiba-tiba dan sementara, sebagaimana
dikenal pada saat ini dalam kehidupan manusia. Kecemasan dapat
menimpa manusia dalam beberapa waktu, beberapa hari, beberapa tahun
ada juga dalam jangka waktu lama, tergantung keadaan yang ada.
2. Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaaan
takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan tidak jelas dan tidak
menyenangkan. Munculnya gejala-gejala kecemasan berbeda-beda pada
masing-masing orang (Fauziah dan Widuri, 2005: 74). Menurut Dennis
dan Christine (dalam Purnomo, 2009: 22) ciri-ciri kecemasan meliputi
reaksi fisik, pemikiran, prilaku, dan suasana hati. Ciri-ciri kecemasan
tersebut antara lain:
a. Reaksi Fisik: telapak tangan berkeringat, otot tegang, jantung berdegup
kencang, pipi merona, pusing-pusing.
b. Pemikiran: memikirkan bahaya secara berlebihan, menganggap diri
tidak mampu mengatasi masalah, tidak menganggap penting bantuan
yang ada, khawatir dan berpikir hal yang buruk.
c. Perilaku:
menghindari
situasi
saat
kecemasan
biasa
terjadi,
meninggalkan situasi saat kecemasan mulai terjadi, mencoba
melakukan banyak hal secara sempurna atau mencoba mencegah
bahaya.
d. Suasana hati: gugup, jengkel, cemas, panik.
19
Menurut Taylor (dalam Rachmat, 2009: 24) gejala-gejala yang
dirasakan oleh penderita kecemasan antara lain:
a. Menjadi gelisah ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan
b. Sering mengalami kesulitan bernafas, sakit perut, keringat berlebih
c. Merasa takut pada banyak hal
d. Sulit tidur pada malam hari, jatung berdebar-debar, mengalami mimpi
buruk, terbangun dari tidur karena ketakutan
e. Sulit berkonsentrasi, selalu merasa sendiri, mudah tersinggung mudah
marah
Menurut Daradjat (2001: 21) gejala-gejala kecemasan meliputi dua
hal, yakni gejala bersifat fisik dan gejala mental. Gejala fisik meliputi:
ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung
cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang,
kepala pusing, sesak nafas dan sebagainya. Gejala mental antara lain:
sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa
memusatkan perhatian, tidak berdaya/rendah diri, hilang kepercayaan pada
diri, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya.
Sedangkan menurut Hawari (2001: 67) gejala-gejala kecemasan
antara lain:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
20
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain
sebagainya.
Gejala-gejala kecemasan dari uraian di atas dibagi menjadi dua
yaitu gejala psikis dan gejala fisik. Gejala fisik ditandai dengan keluar
keringat dingin, telapak tangan berkeringat, ujung-ujung jari terasa dingin,
pencernakan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran,
tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak, dan
sebagainya. Gejala psikis ditandai dengan adanya perasaan takut, khawatir,
tidak berdaya, mudah marah, tidak dapat memusatkan perhatian, rendah
diri, hilangnya rasa percaya diri dan tidak tentram.
3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
Secara umum kecemasan dapat ditimbulkan dua sebab. Pertama,
Perasaan cemas timbul dari apa yang ada pada diri sendiri seperti rasa
takut, terkejut, perasaan bersalah/berdosa, merasa terancam, dan
sebagainya. Kedua, perasaan cemas terjadi diluar kesadaran dan tidak
mampu menghindari dari perasaan tidak menyenangkan (Purnomo, 2009:
27). Menurut Thallis (dalam Rachmat, 2009: 2007) faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan sebagai berikut: satu, faktor individu meliputi,
rasa kurang percaya diri pada individu, merasa memiliki masa depan tanpa
21
tujuan, dan perasaan tidak mampu berkerja. Dua, faktor lingkungan
berkaitan dengan dukungan emosional rendah dari orang lain sehingga
individu merasa tidak dicintai orang lain, tidak memiliki kasih sayang,
tidak memiliki dukungan dan motivasi.
Menurut Horney (dalam Daradjat, 2001: 26) sebab terjadinya
cemas ada tiga macam:
a. Tidak adanya kehangatan dalam keluarga dan perasaan anak bahwa ia
dibenci, tidak disayangi, dan dimusuhi.
b. Perlakuan dalam keluarga, misalnya orang tua terlalu otoriter, keras,
tidak adil, sering mungkir janji, tidak menghargai anak dan suasana
keluarga yang penuh dengan pertentangan dan permusuhan.
c. Lingkungan penuh pertentangan dan kontradiksi, dimana terdapat
faktor yang menyebabkan tekanan. Perasaan dan frustasi, penipuan,
pengkhianatan, kedengkian, dan sebagainya.
Menurut Freud (dalam Purnomo, 2009: 29) kecemasan merupakan
akibat konflik tidak disadari antara implus dengan kendala yang ditetapkan
oleh ego dan superego. Menurut Atkinson (dalam Purnomo, 2009: 29)
kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor
intrenal. Seorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya tidak
dapat mengendalikan situasi kehidupan bermacam-macam, sehingga
perasaan cemas hampir selalu hadir.
4. Jenis-jenis Kecemasan
22
Corey (1995: 29) membagi kecemasan menjadi tiga yaitu:
Pertama, Kecemasan Realistik merupakan ketakutan terhadap bahaya dari
luar eksternal dan taraf kecemasan menyesuaikan dengan derajat ancaman.
Kedua, Kecemasan Neurotik merupakan ketakutan terhadap tidak
terkendalinya naluri-naluri menyebabkan seseorang melakukan suatu
tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya. Ketiga,
Kecemasan Moral merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri.
Orang yang hati nuraninya berkembang baik cenderung merasa berdosa
apabila melakukan sesuatu berlawanan dengan kode moral yang
dimilikinya.
Kecemasan menurut Kartono (1989: 120) dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu:
a. Kecemasan Neurotis berkaitan dengan mekanisme pertahanan diri
negatif. Faktor penyebab perasaan bersalah dan berdosa serta
mengalami konflik-konflik emosional serius, kronis, frustasi dan
ketegangan batin
b. Kecemasan Psikotis merupakan kecemasan yang terjadi karena adanya
perasaan bahwa hidupnya terancam dan kacau, hilangnya kepercayaan
diri pada ketika menghadapi suatu masalah, dan disorganisasi psikis,
ketidakmampuan seseorang mengatur perasaan dalam dirinya.
Dari uraian-uraian macam-macam yang telah disebutkan, dapat
disimpulkan bahwa macam-macam kecemasan terdiri dari kecemasan
realistik, kecemasan neoristik, kecemasan moral, dan kecemasan psikotis.
23
5. Tingkat Kecemasan
Kecemasan diidentifikasi menjadi 4 tingkat (level) yaitu; ringan,
sedang, berat, dan panik (Purnomo, 2009: 24).
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan seharihari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lapang persepsinya. Individu melihat, mendengar, dan memegang
secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan jenis ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan perkembangan dan kreativitas.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel,
lapang presepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,
motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang hanya berfokus
pada persoalan yang sedang, melibatkan penyempitan dari lapangan
persepsi
sehingga
individu
kurang
melihat,
mendengar
dan
menggenggam. Individu menahan beberapa area terpilih tetapi dapat
menyelesaikan jika diarahkan. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini
yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan
meningkat, keteganagan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan presepsi menyempit, mampu belajar tapi tidak maksimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada
24
rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung,
tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat ditandai oleh penurunan lapang persepsi.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang khusus, detail, dan
tidak berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah laku pada
pengurangan kecemasan, dan memerlukan banyak bimbingan untuk
berfokus pada area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat
ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur, sering
kencing, diare, lahan presepsi menyempit, tidak mau belajar secara
efektif, berfokus pada diri sendiri dan berkeingginan untuk
menghilangkan kecemasan sangat tinggi, perasaan tidak berdaya,
binggung dan disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan, dan
teror. Karena kehilangan kontrol/kendali secara lengkap, individu tidak
dapat melakukan sesuatu, walaupun dengan bimbingan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas
motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsinya menyimpang, dan kehilangan pikiran yang rasional.
Panik adalah pengalaman yang menakutkan dan melemahkan.
Seseorang yang panik tidak dapat berfungsi atau berkomunikasi secara
efektif. Manifestasi pada orang yang panik adalah susah bernafas,
25
dilantasi pupil, palpilasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,
tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit mengalami halusinasi dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak
dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas sebab
pertentangan dengan kehidupan. Panik dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kelelahan dan kematian.
6. Terapi Penanggulangan Kecemasan
Dalam psikiatri penaggulangan kecemasan dikenal bentuk terapi
yang disebut terapi holistik. Terapi holistik adalah bentuk terapi yang tidak
hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya kepada bentuk ganguan
jiwa saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek lain dari pasien
(Rochmah,
2008:
31).
Menurut
Hawari
(1996:
66-77)
terapi
penanggulangan stres, kecemasan dan depresi dapat diberikan terapi
meliputi:
a. Psikoterapi Psikiatri
Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan
mengembalikan kepercayaan diri (self confidence) dan memperkuat
fungsi ego. Biasanya berupa wawancara atau konsultasi, pasien dapat
mengemukakan secara bebas dengan jaminan kerahasiaan segala
permasalahan, konflik dan uneg- uneg yang berhubungan langsung
atau tidak langsung terhadap kecemasan (Hawari, 1996: 68).
b. Terapi Keagamaan
26
Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran
Islam yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di
dunia ini bebas dari rasa cemas, tegang dan depresi. Terapi keagamaan
ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, zdikir dan puasa
(Soleh dan Musbikin, 2005: 252).
c. Psikofarmaka
Psikofarmaka (farmakoterapi) adalah terapi dengan obat anti
depresen dan harus sesuai dosis yang tepat. Dalam pemberian obat anti
depresen harus hati-hati terhadap penggunaan obat secara berlebihan,
hal ini dikarenakan penggunaan obat anti depresen secara berlebihan
dapat menyebabkan overdosis. Pemberian ukuran obat anti depresen
harus disesuaikan dengan penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan.
Penggunaan obat sebaiknya jika gejala-gejala kecemasan semakin kuat
(Hawari, 2001: 130).
d. Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi dengan memberikan jenis obatobatan yang ditujukan kepada keluhan-keluhan yang dialami. Jenis
obat-obatan yang diberikan sesuai denagan keluhan-keluhan atau sakit
yang dirasakan saat penderita merasa kecemasan, misalkan sakit perut
obat yang diberikan obat sakit perut (Hawari, 1996: 73-74).
27
e. Terapi Relaksasi
Terapi ini diberikan kepada seseorang yang mudah disugesti
(sugestible) (Hawari, 1996: 74). Terapi relaksasi bertujuan untuk
membantu individu memperoleh kenyamanan, baik fisik maupun
mental (Yusuf, 2004: 131).
f. Terapi Perilaku
Terapi perilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai
bentuk
dan
gejala
kecemasan
dengan
jalan
melatih
diri
menghadapinya, baik sedikit demi sedikit, maupun secara langsung
dan frontal menghadapinya (Bustaman, 2001: 157).
Penderita kecemasan dihadapkan pada suatu bayangan dari
suatu daftar yang telah ditentukan lebih dahulu dari situasi,
objek/kondisi yang membuat ada cemas, kemudian dihubungkan
dengan situasi-situasi
yang menyenangkan,
sehingga perasaan
panderita kecemasan merasa nyaman dan senang setelah situasi
kecemasan berubah menjadi kesenangan.
B. Bimbingan dan Konseling Islami
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islami
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris “guidance” dan “counseling”. Secara harfiah istilah guidance
berasal dari akar kata guide yang berarti mengarahkan (to direct),
memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer) (Amin,
2010: 3).
28
Menurut Crow dan Crow bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki
kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individuindividu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya
sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri
(Prayitno dan Amti, 2004: 94).
Bimbingan islami adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
(Musnamar, 1992: 5). Sedangkan konseling dalam kamus bahasa Inggris
“Counseling” dikaitkan dengan kata “Counsel” yang berarti, nasehat (to
obtain counse ), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take gounsel)
(Bakran, 2002: 179).
Menurut Hellen (dalam Purnomo, 2009: 33) Konseling islami
adalah merupakan suatu usaha membantu individu menanggulangi
penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga
kembali menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan
berfungsi untuk menyembah/mengabdi kepada Allah SWT sehingga
akhinya tercipta kembali hubungan baik dengan Allah, dengan manusia,
dan dengan alam.
Menurut Komarudin (2008: 54-55) konseling islami adalah proses
pemberian bantuan yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadist, untuk
29
menjadi penerang bagi seluruh umat manusia. Mengantarkan manusia
kepada kebahagiaan lahir batin dunia dan akhirat.
Menurut penulis bimbingan dan konseling islami adalah usaha
pemberian bantuan berupa nasehat kepada individu secara terarah dan
sistematis untuk mengembangkan potensi (fitrah beragama), menangulangi
penyimpangan perkembangan fitrah beragama sehingga menyadari
peranannya sebagai khalifah di muka bumi, menyembah/mengabdi kepada
Allah SWT sehingga tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah,
dengan manusia dan dengan alam sesuai ajaran al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami
Menurut Faqih (2001: 36-37) tujuan bimbingan dan konseling
islami dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
b. Tujuan Khusus
Membantu individu agar tidak menghadapi masalah, membantu
individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi, membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau
yang telah baik, agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
30
Menurut Amin (2010: 43) tujuan bimbingan dan konseling islami
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan
pencerahan taufiq dan hidayah Tuhannya (mardhiyah)
b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan
alam sekitar.
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolongmenolong dan rasa kasih sayang.
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya,
ketulusan
mematuhi
perintah-Nya,
serta
ketabahan
menerima ujian-Nya.
e. Untuk menghasilkan potensi ilahiah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup,
dan
dapat
memberikan
kemanfaatan
dan
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
31
keselamatan
bagi
Dari tujuan-tujuan bimbingan dan konseling islami yang dijelaskan
oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling
islami ialah agar fitrah yang dikaruniakan individu bisa berkembang dan
berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi kaaffa, dan secara
bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum
Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di Bumi, dan ketaatan
dalam beribadah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, sehingga pada akhirnya diharapkan mereka bisa
hidup bahagia di dunia dan akhirat.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islami
Menurut Faqih (2001: 37) fungsi bimbingan dan konseling islami
antara lain:
a. Fungsi preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi kuratif atau korektif, yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialamiya.
c. Fungsi preservatif, yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
d. Fungsi devlopmental atau pengembangan, yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
32
agar
tetap
baik
atau
menjadi
lebih
baik,
sehingga
tidak
memungkinkanya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Menurut Amin (2008: 50) fungsi utama bimbingan dan konseling
islami yang hubungannya dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan
masalah-masalah spiritual (keyakinan). Islam memberikan bimbingan
kepada individu yang menghadapi problem hidupnya agar dapat kembali
pada bimbingan al-Qur’an dan as-Sunah sehingga dapat bahagia hidup di
dunia dan akhirat.
4. Urgensi Bimbingan dan Konseling Islami terhadap Problematika
Psikologis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Studi
Istilah problem merupakan objek utama dari bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling islami dilaksanakan karena ada
individu yang memiliki suatu problem. Kecemasan termasuk problem
yang dialami mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir studi.
Mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir studinya sering
mengalami kecemasan. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan tidak
disukai yang ada dalam hati ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam berupa pikiran-pikiran atau perasaan tentang
situasi yang tidak menyenangkan. Bila perasaan cemas menyerang
seseorang, kemampuan berpikirnya, semangat kerja dan belajarnya
menurun, bahkan mungkin hilang. Selain itu kemauan untuk beribadah
mengendor dan keinginan untuk bergaul akan lenyap (Daradjat, 1994: 20).
33
Selain itu orang yang cemas biasanya mengalami kegelisahan,
mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersingung, ketegangan otot, dan
ganguan tidur. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap
memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat
kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan
dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang
bersangkutan. Orang yang mengalami kecemasan bertingkat, dari
kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik
(Purnomo, 2009: 37).
Perasaan cemas, gelisah dan bimbang adalah penyakit psikis
(kejiwaan), yang cara penyembuhannya berasal dari diri sendiri (Syukur,
1982: 215). Disinilah peran penting bimbingan dan konseling islami untuk
membantu mengurangi problematika psikologis mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhirnya. Berkaitan fungsi bimbingan dan konseling
islami membantu individu yang mengalami kecemasan akan dibimbing,
diarahkan agar menyadari yang dialami, kemudian dapat mengatasi faktorfaktor penyebabnya, sehingga orang tersebut bebas dari stres, rasa cemas
dan dapat kembali seperti biasa.
Sesuai dengan fungsi Bimbingan dan Konseling Islam yaitu fungsi
preventif (pencegahan) dan kuratif (pemecahan masalah) mampu
membantu mengurangi faktor penyebab stres dan kecemasan, mengurai
persoalan yang dihadapi, mengatasi gejala-gejala stres dan kecemasan
yang dialami, dan pada akhirnya terselasaikan segala masalahnya.
34
Download